aspal bab iii kel vii

69
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal BAB III PENGUJIAN BAHAN ASPAL 3.1 PENGUJIAN PENETRASI ASPAL SEBELUM KEHILANGAN BERAT 3.1.1 Tujuan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. 3.1.2 Teori Ringkas Pemeriksaan penetrasi aspal bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan jarum penetrasi berdiameter 1 mm dengan menggunakan beban seberat 50 gr sehingga diperoleh beban gerak seberat 100 gram (berat jarum + beban) selama 5 detik pada temperatur 25˚C. Besarnya penetrasi diukur dan dinyalakan dalam angka yang merupakan kelipatan 0.1 mm. Rumus perhitungan : ...................... 3 . 1 Ket : Sx : Standard deviasi N 1 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 1 N 2 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 2 N r : Penetrasi rata-rata untuk ke-N sampel N : Jumlah Sampel KELOMPOK VII

Upload: said7777

Post on 28-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

BAB III

PENGUJIAN BAHAN ASPAL

3.1 PENGUJIAN PENETRASI ASPAL SEBELUM KEHILANGAN BERAT

3.1.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal keras atau

lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu

kedalam aspal pada suhu tertentu.

3.1.2 Teori Ringkas

Pemeriksaan penetrasi aspal bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal.

Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan jarum penetrasi berdiameter 1 mm dengan

menggunakan beban seberat 50 gr sehingga diperoleh beban gerak seberat 100 gram

(berat jarum + beban) selama 5 detik pada temperatur 25˚C.

Besarnya penetrasi diukur dan dinyalakan dalam angka yang merupakan

kelipatan 0.1 mm.

Rumus perhitungan :

...................................................... 3 . 1

Ket : Sx : Standard deviasi

N1 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 1

N2 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 2

Nr : Penetrasi rata-rata untuk ke-N sampel

N : Jumlah Sampel

3.1.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan

1. Alat yang digunakan

a) Alat Penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun

tanpa gesekan dan dapat mengukur presentasi sampai 0,1mm.

b) Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05)gr yang dapat dilepas dengan

mudah dari alat penetrasi untuk penerangan.

KELOMPOK VII

Page 2: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

c) Pemberat dari (50 ±0,05)gr dan (100 ± 0,05)gr masing-masing

dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200

gr.

d) Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440C,atau HRC 54

sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.

e) Termometer

f) Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan

dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut :

Tabel 3.1.1 Ukuran Cawan

g) Bak perendam (Waterbath) Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang

dari 10 liter dan dapat menhan suhu tertentu dengan ketelitian lebih

kurang 0,1°C.Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-

lubang,terletak 50 mm diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm

dibawah permukaan.

h) Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi. Tempat

tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml,dan tinggi yang cukup

untuk merendam benda uji tanpa bergerak.

i) Pengukuran waktu.

j) Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut

tidak boleh melebihi 0,1 detik.

k) Termometer.

2. Bahan yang digunakan

Contoh dipanaskan perlahan serta diaduk hingga cukup cair untuk

dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60°C diatas

titik lembek dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C diatas titik lembek.

Waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit. Contoh diaduk perlahan

agar udara tidak masuk kedalam contoh. Setelah contoh cair merata segera

dituangkan kedalam tempat contoh dan didiamkan hingga dingin. Tinggi

contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10

KELOMPOK VII

Penetrasi Diameter Dalam

Di bawah 200

200 sampai 300

55 mm

70 mm

35 mm

45 mm

Page 3: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

mm. Kita buat 2 benda uji (duplo). Benda uji ditutup agar bebas dari debu

dan didiamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji

kecil dan 1,5 jam sampai 2 jam untuk benda uji besar

3.1.4 Prosedur Percobaan

3.1.4.1 Diagram alir prosedur

Flow Chart III.1. Pemeriksaan penetrasi aspal sebelum kehilangan berat

KELOMPOK VII

Siapkan Peralatan : Alat penetrasi Pemegang jarum

(47,5 ± 0,05)gr Jarum penetrasi Pemberat, Cawan Bak perendam,

tempat air kecil Pengukur waktu,

Siapkan Sampel :Aspal dipanaskan, diaduk hingga cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan untuk ter 60°C diatas titik lembek dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C diatas titik lembek.Pemanasan 30 menit.

Diamkan benda uji pada suhu ruang 25°C. Benda uji didiamkan selama 1 jam

Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil kemudian rendam dalam bak selama 1,5 jam

Periksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik, dan pemberat 50 gr di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar ( 100 ± 0,1 ) gr

Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.

Turunkan jarum dengan perlahan hingga menyentuh permukaan benda uji, atur angka nol pada arloji penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya, lepaskan pemegang jarum serentak stopwach dijalankan selama jangka waktu (5 ± 0,1) detik.

Putar arloji penetrometer dan baca angka penetrasi yang berimpit dengan jarum penunjuk, bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat (N1,2). Lepaskan jarum dari pemegang jarum, siapkan pekerjaan berikutnya.

Hitung : N rata-rata = ( N1 / N2 ) / 2Sx = { [ ( N1 – Nr )2 +(N2 – Nr )2 ] / ( N – 1 ) }0.5

X = N rata-rata ± Sx

Xmax = N rata-rata + Sx

Xmin = N rata-rata - Sx

Lakukan pekerjaan di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik berjarak lebih dari 1 cm.

M u l a i

S e l e s a i

Per

siap

an

Pro

ses

Pen

guji

an

An

alis

a H

asil

Page 4: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.1.4.2 Uraian prosedur

a) Meletakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan kita masukkan tempat

air tersebut dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang telah

ditentukan. Benda uji didiamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam

untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji besar.

b) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan

jarum penetrasi dibersihkan dengan toluena atau pelarut lain kemudian jarum

tersebut dikeringkan dengan lap bersih, kemudian jarum dipasang pada

pemegang jarum.

c) Meletakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban sebesar

(100 ± 0,1)gr.

d) Memindahkan tempat air dari bak perendam kebawah alat penetrasi.

e) Menurunka jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh

permukaan benda uji. Kemudian angka 0 diatur pada arloji penetrometer,

sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.

f) Melepaskan pemegang jarum dan serentak stopwach dijalankan selama

jangka waktu (5 ± 0,1) detik.

g) Memutar arloji penetrometer dan kita baca angka penetrasi yang berimpit

dengan jarum penunjuk. Kemudian dibulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat

(N1,2)

h) Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan kita siapkan untuk pekerjaan

berikutnya.

i) Melakukan pekerjaan a sampai g diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda

uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama

lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm. (N).

j) Menghitung: N rata-rata = ( N1 + N2 + N3 ) / 3

Sx = { [( N1-Nr )2 +(N2-Nr )2+(N3-Nr )2 ]/( N-1 ) }0.5

X = N rata-rata ± Sx

Xmax = N rata-rata + Sx

3.1.5 Spesifikasi

KELOMPOK VII

Page 5: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

Tabel. 3.1.2. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

3.1.6 Data Hasil Percobaan

Jenis Contoh: Aspal

Sumber Contoh : Laboratorium Jalan Dan Aspal Unhas

Tabel. 3.1.3. Data yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan di Laboratorium Jalan dan Aspal Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin

3.1.7 Analisa Data

Sebelum Kehilangan Berat

Dari tabel diketahui data-data sebagai berikut :

N1 = 72.00

N2 = 66.80

N3 = 69.80

72.00 + 66.80 + 69.80Maka : Nrata-rata =

3

= 69.53

Menghitung standar deviasi dengan rumus 3.1

KELOMPOK VII

Page 6: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

Sx = ( 72.00 – 69.53 )2 + ( 66.80 – 69.53 )2 + ( 66.80 – 69.53 )2

( 3 – 1 )

= 2.61

X1 = 69.53 - 2.61 = 66.92

X2 = 69.53 + 2.61 = 72.14

Tabel 3.1.4 Rekapitulasi data pemeriksaan penetrasi aspal sebelum kehilangan

berat

3.1.8 Kesimpulan

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penetrasi aspal sebelum

kehilangan berat antara lain :

Untuk minimumnya diperoleh : 66.92

Untuk maksimumnya diperoleh : 72.14

Memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina Marga seperti pada Tabel 3.1.2 yang

disyaratkan minimal 60 dan maksimal 79.

Benda uji tersebut dapat digunakan di daerah yang memiliki karakteristik cuaca

yang panas dan lalu lintas dengan volume tinggi, sehingga cocok di pakai di Indonesia.

KELOMPOK VII

Page 7: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.2 PENGUJIAN PENETRASI ASPAL SETELAH KEHILANGAN BERAT

3.2.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal keras atau

lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu

kedalam aspal pada suhu tertentu.

3.2.2 Teori Ringkas

Pemeriksaan penetrasi aspal bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal.

Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan jarum penetrasi berdiameter 1 mm dengan

menggunakan beban seberat 50 gr sehingga diperoleh beban gerak seberat 100 gram

(berat jarum + beban) selama 5 detik pada temperatur 25˚C. Besarnya penetrasi diukur

dan dinyalakan dalam angka yang merupakan kelipatan 0.1 mm.

Rumus perhitungan :

............................................................... 3 . 2

Ket : Sx : Standard deviasi

N1 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 1

N2 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 2

Nr : Penetrasi rata-rata untuk ke-N sampel

N : Jumlah Sampel

3.2.3 Alat Dan bahan Yang Digunakan

1. Alat yang digunakan

a. Alat Penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun

tanpa gesekan dan dapat mengukur presentasi sampai 0,1mm.

b. Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05)gr yang dapat dilepas dengan

mudah dari alat penetrasi untuk penerangan.

c. Pemberat dari (50 ±0,05)gr dan (100 ±0,05)gr masing-masing

dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200

gr.

d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440C, atau HRC 54

sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.

KELOMPOK VII

Page 8: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan

dasar yang rata-rata berukuransebagai berikut :

Tabel 3.2.1 Ukuran Cawan

Penetrasi Diameter Dalam

Di bawah 200

200 sampai 300

55 mm

70 mm

35 mm

45 mm

f. Bak pendam (Waterbath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang

dari 10 liter dan dapat menhan suhu tertentu dengan ketelitian lebih

kurang 0,1°C. Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang,

terletak 50 mm diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm

dibawah permukaan.

g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi. Tempat

tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi yang cukup

untuk merendam benda uji tanpa bergerak.

h. Pengukuran waktu.

i. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat

tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.

j. Termometer.

2. Bahan yang digunakan

Contoh dipanaskan perlahan-lahan serta diaduk hingga cukup cair

untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60°C

diatas titik lembek dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C diatas titik

lembek. Waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit. Contoh diaduk

perlahan-lahan agar udara tidak masuk kedalam contoh.Setelah contoh cair

merata segera dituangkan kedalam tempat contoh dan didiamkan hingga

dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka

penetrasi ditambah 10 mm. Kita buat 2 benda uji (duplo).Benda uji ditutup

agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5

jam untuk benda uji kecil dan 1,5 jam sampai 2 jam untuk benda uji besar.

KELOMPOK VII

Page 9: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.2.4 Prosedur Percobaan

3.2.4.1 Diagram Alir Prosedur

Flow Chart III.2. Pengujian Penetrasi Aspal Setelah Kehilangan Berat

KELOMPOK VII

Siapkan Peralatan : Alat penetrasi Pemegang jarum

(47,5 ± 0,05)gr Jarum penetrasi Pemberat, Cawan,

Oven Bak perendam,

tempat air

Siapkan Sampel :Aspal dipanaskan, diaduk hingga cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan untuk ter 60°C diatas titik lembek dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C diatas titik lembek.Pemanasan 30 menit

Diamkan benda uji pada suhu ruang 25°C selama 1 jam

Masukkan benda uji ke dalam oven selama 2 jam

Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil kemudian rendam dalam bak selama 1,5 jam. Peiksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik..

Letakkan pemberat 50 gr di atas jarum. Kemudian pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.

Turunkan jarum dengan perlahan hingga menyentuh permukaan benda uji, atur angka nol pada arloji penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya, lepaskan pemegang jarum serentak stopwach dijalankan selama jangka waktu (5 ±0,1) detik.

Putar arloji penetrometer dan baca angka penetrasi yang berimpit dengan jarum penunjuk, bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat (N1,2). Lepaskan jarum dari pemegang jarum, siapkan pekerjaan berikutnya.

Hitung : N rata-rata = ( N1 / N2 ) / 2Sx = { [ ( N1 – Nr )2 +( N2 – Nr )2 ] / ( N – 1 ) }0.5

X = N rata-rata ± Sx

Xmax = N rata-rata + Sx

Xmin = N rata-rata - Sx

Lakukan pekerjaan di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik berjarak lebih dari 1 cm (N).

M u l a i

S e l e s a i A

nal

isa

Has

il

P

rose

s P

engu

jian

P

ersi

apan

Page 10: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.2.4.2 Uraian Prosedur

a) Meletakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan

kita masukkan tempat air tersebut dalam bak perendam yang telah berada

pada suhu yang telah ditentukan.Benda uji didiamkan dalam bak tersebut

selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk

benda uji besar.

b) Mmeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang

dengan baik dan jarum penetrasi dibersihkan dengan toluena atau pelarut lain

kemudian jarum tersebut dikeringkan dengan lap bersih,kemudian jarum

dipasang pada pemegang jarum.

c) Meletakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk

memperoleh beban sebesar (100 ± 0,1) gram.

d) Memindahkan tempat air dari bak perendam kebawah

alat penetrasi.

e) Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum

tersebut menyentuh permukaan benda uji.Kemudian angka 0 diatur pada

arloji penetrometer,sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.

f) Melepaskan pemegang jarum dan serentak stopwach

dijalankan selama jangka waktu (5 ± 0,1) detik.

g) Memutar arloji penetrometer dan kita baca angka

penetrasi yang berimpit dengan jarum penunjuk.Kemudian dibulatkan

hingga angka 0,1 mm terdekat (N1,2)

h) Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan kita

siapkan untuk pekerjaan berikutnya.

i) Melekukan pekerjaan a sampai g diatas tidak kurang

dari 3 kali untuk benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik

pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm

(N).

j) Menghitung: Nrata-rata = ( N1 / N2 ) / 2

Sx = { [( N1-Nr )2 +(N2-Nr )2+(N3-Nr )2 ]/( N-1 ) }0.5

X = N rata-rata ± Sx

Xmax = N rata-rata + Sx

KELOMPOK VII

Page 11: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

Xmin = N rata-rata - Sx

3.2.5 Spesifikasi

Tabel. 3.2.2. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

3.2.6 Data Hasil Percobaan

Jenis Contoh : Aspal

Sumber Contoh : Laboratorium Jalan Dan Aspal UNHAS

Tabel 3.2.3 Data yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan di Laboratorium Jalan dan Aspal Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin

3.2.7 Analisa Data

Setelah Kehilangan Berat

Dari tabel diketahui data-data sebagai berikut :

N1 = 77.60

N2 = 78.20

N3 = 77.60

77.60+ 78.20 + 77.60Maka : Nrata-rata =

3

= 77.80

KELOMPOK VII

Page 12: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

Menghitung standar deviasi dengan rumus 3.1

Sx = ( 77.60– 77.80)2 + ( 78.20– 77.80)2 + ( 77.60– 77.80)2

( 3 – 1 )

= 0.35

X1 = 77.80 - 0.35 = 77.45

X2 = 77.80 + 0.35 = 78.15

Menghitung perbandingan penetrasi setelah dan sebelum kehilangan berat

Xmin = ( 66.92/ 77.45 ) x 100 %

= 86.40 %

Xmax = ( 72.14 / 78.15 ) x 100 %

= 92.31 %

Tabel 3.2.4 Rekapitulasi data pemeriksaan penetrasi aspal setelah kehilangan

berat

3.2.8 Kesimpulan

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penetrasi aspal Setelah kehilangan

berat antara lain :

Untuk minimumnya diperoleh : 77.45

Untuk maksimumnya diperoleh : 78.15

Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina Marga

seperti pada Tabel 3.2.2 yang disyaratkan minimal 75.

KELOMPOK VII

Page 13: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

Benda uji dapat dipergunakan di wilayah Indonesia yang memiliki karakteristik

cuaca yang panas. Dimana umumnya di Indonesia dipergunakan aspal dengan penetrasi

60 dan 80.

3.3 PENGUJIAN PENURUNAN BERAT ASPAL

3.3.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetapkan penurunan berat aspal dengan

cara pemanasan dan tebal tertentu,yang dinyatakan dalam persen berat semula.

3.3.2 Teori Ringkas

Pemeriksaan dilakukan unuk mengetahui pengurangan berat akibat penguapan

bahan-bahan yang mudah menguap dalam aspal. Aspal setebal 5 cm dipanaskan sampai

163 ° selama 1,5 jam di dalam oven. Penurunan berat yang besar menunjukkan

banyaknya bahan-bahan yang hilang karena penguapan. Aspal tersebut akan cepat

mengeras dan menjadi rapuh. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan menentukan

penetrasi / viskositas aspal dari contoh aspal yang telah mengalami pemanasan.

Rumus yang digunakan :

W1 = W2 = C – E ........... 3 . 3

W1% = W2% = ( W1 / C ) x 100 % ........... 3 . 4

Wr% = W1% + W2% ........... 3 . 5

Sx = {[ (W1% – Wr% )2 +(W2% – Wr% )2 ]/(N–1)}0.5 ........... 3 . 6

W = Wr % ± Sx ........... 3 . 7

Wmax = Wr % + Sx ........... 3 . 8

Wmin = Wr % - Sx ........... 3 . 9

Ket : Sx : Standard deviasi

W1 : Penurunan berat untuk

sampel 1

W2 : Penurunan berat untuk

sampel 2

N : Jumlah Sampel

Wr : Penurunan berat untuk ke-N

sampel

Wmax : Penurunan Berat Maximum

Wmin : Penurunan Berat Minimum

KELOMPOK VII

Page 14: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.3.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan

1. Alat yang digunakan

a) Termometer

b) Oven yang dilengkapi dengan :

Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 ± 1)°C

Pinggan logam berdiameter 25 cm,menggantung dalam oven pada

poros vertikal dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6 putaran

permenit.

c) Cawan

Logam atau gelas berbentuk silinder,dengan dasar yang rata.Ukuran

dalam diameter 55 mm dan tinggi 35 mm.

d) Neraca analitik,dengan kapasitas (200±0,001) gram.

2. Bahan yang digunakan

a) Persiapan

Contoh minyak atau aspal diaduk serta dipanaskan bila perlu untuk

mendapatkan campuran yang merata.

b) Contoh dituangkan kedalam cawan kira-kira (50,0±0,5) gram dan setelah

dingin ditimbang dengan ketelitian 0,01 gram.

c) Benda uji yang diperiksa harus bebas air.

d) Benda uji disiapkan dalam bentuk ganda (duplo).

KELOMPOK VII

Page 15: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.3.4 Prosedur Percobaan

3.3.4.1 Diagram Alir Prosedur

Flow Chart III.3 Pengujian Penurunan Berat Aspal

KELOMPOK VII

Pasang termometer sehingga terletak pada jarak 1,9 cm dari pinggir pinggan dengan ujung 6 mm di atas pinggan.

Ambil benda uji dari oven setelah 2 jam berada di dalam oven

Dinginkan benda uji pada suhu ruang selama 1,5 jam. Lalu timbang dengan ketelitian 0,01 gram (D)

Hitung : W1 = W2 = C – EW1% = W2%= ( W1 / C ) x 100 %Wr % = W1% + W2%

Sx = {[ (W1% – Wr % )2 +(W2% – Wr % )2 ]/(N–1)}0.5

W = Wr % ± Sx

Wmax = Wr % + Sx

Wmin = Wr % - Sx

Letakkan benda uji di atas pinggan setelah oven mencapai suhu (163±1)°C

S e l e s a i

Siapkan Peralatan : Termometer Oven Cawan ( logam

atau gelas berbentuk silinder ) Neraca analitik

Siapkan Sampel :Aduk dan panaskan sample, tuang dalam cawan (50±0,5). Timbang setelah dingin (ketelitian 0,01 gr). Sampel bebas air dan berbentuk duplo

M u l a iP

ersi

apan

An

alis

a H

asil

Page 16: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.3.4.2 Uraian Prosedur

a) Menimbang benda uji dengan tin box (B) yang sudah ditimbang terlebih

dahulu (A) sebelum di oven.

b) Meletakkan benda uji diatas pinggan setelah oven mencapai suhu

(163±1)oC.

c) Memasang termometer pada dudukannya sehingga terletak pada jarak 1,9 cm

dari pinggir pinggang dengan ujung 6mm diatas pinggang.

d) Mengambil benda uji dari oven setelah 5 jam sampai 5 jam 15 menit.

e) Mendinginkan benda uji pada suhu ruang ,kemudian ditimbang dengan

ketelitian 0,01 gram (D).

f) Menghitung :

W1 = W2 = C – E

W1% = W2% = ( W1 / C ) x 100 %

Wr % = W1% + W2%

Sx = {[ (W1% – Wr % )2 +(W2% – Wr % )2 ]/(N–1)}0.5

W = Wr % ± Sx

Wmax = Wr % + Sx

Wmin = Wr % - Sx

3.3.5 Spesifikasi

Tabel. 3.3.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

KELOMPOK VII

Page 17: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.3.6 Data Hasil Percobaan

Jenis Contoh : Aspal

Tabel 3.3.2 Data Hasil Percobaan

Sumber Contoh : Laboratorium Jalan Dan Aspal UNHAS

Keterangan :

A = Berat tin box

B = Berat (tin box + aspal) sebelum dioven

C = Berat aspal sebelum dioven

D = Berat (tin box + aspal) setelah dioven

E = Berat aspal setelah dioven

F = Jumlah penurunan berat (C – E)

G = Prosentase penurunan berat aspal (F/C x 100%)

3.3.7 Analisa Data

Menghitung Penurunan Berat Aspal (F):

Dengan rumus 3.3 ;

W1 = 57.80 – 57.70 = 0.10 gramW2 = 58.40 – 58.30 = 0.10 gramW3 = 58.60 – 58.40 = 0.20 gram

Menghitung Penurunan Berat Aspal dalam persen :

Dengan rumus 3.4 ;

0.10W1 = x 100 % = 0.17 %

57.80

0.10W2 = x 100 % = 0.17 %

58.40

KELOMPOK VII

Page 18: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

0.20W3 = x 100 % = 0.34%

58.60

Prosentase Kehilangan Berat Aspal rata-rata :

Dengan rumus 3.5 ;

( 0.17 + 0.17+ 0.34) Wr = = 0.23 %

3

Perhitungan Standar Deviasi

Dengan rumus 3.6 ;

( 0.17 – 0.23 )2 + ( 0.17 – 0.23)2 + ( 0.34– 0.23)2

Sd = ( 3 – 1)

= 0.09 %

Batas Prosentase Kehilangan Berat

Dengan rumus 3.7, 3.8, 3.9 ;

W = ( 0.23 0.09 ) %

Wmax = ( 0.23 + 0.09 ) % = 0.32 %

Wmin = ( 0.23 – 0.09 ) % = 0.14 %

Tabel 3.3.3 Rekapitulasi data pemeriksaan penurunan berat aspal

3.3.8 Kesimpulan

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penurunan berat aspal mengalami

penurunan berat 0.32 %, sehingga memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina Marga

seperti pada Tabel 3.3.1 yang disyaratkan maksimal 0.4 %.

Aspal yang telah dipanaskan (proses pengeringan / pengovenan) akan

mengalami pengurangan berat. Karena zat-zat yg terkandung didalamnya mengalami

penguapan. Batas penurunan berat aspal masih memenuhi spesifikasi yaitu maksimum

0.4 %.

KELOMPOK VII

Page 19: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.4 PENGUJIAN TITIK LEMBEK

3.4.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek

aspal dan ter yang berkisar antara 30°C sampai 200°C.

Yang dimaksud dengan titik lembek suhu pada saat bola baja

dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang

tertahan dalam cincin berukuran tertentu,sehingga aspal atau ter tersebut

menyentuh pelat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi

tertentu,sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu.

3.4.2 Teori Ringkas

Temperatur pada saat dimana aspal mulai menjadi lunak tidaklah

sama pada setiap hasil produksi aspal walaupun mempunyai nilai

penetrasi yang sama. Oleh karena itu temperatur tersebut dapat diperiksa

dengan mengikuti proses dure PA-0302-76 atau AASHTO T53-81.

Pemeriksaan menggunakan cincin yang terbuat dari kuningan dan bola

baja. Titik lembek ialah suhu dimana suatu lapisan aspal dalam cincin

yang diletakkan horizontal didalam larutan air atau kliserine yang

dipanaskan secara teratur menjadi lembek karena beban bola baja dengan

diameter 9,53 mm sebesar ± 3,5 gram yang diletakkan di atasnya

sehingga lapisan aspal tersebut jatuh melalui jarak 25,4 mm (1 inch)

Titik lembek aspal bervariasi antara 30° C sampai 200° C. 2 aspal

mempunyai penetrasi yang sama belum tentu mempunyai titik lembek

yang sama. Aspal dengan titik lembek yang lebih tinggi kurang peka

terhadap perubahan temperatur dan lebih baik untuk bahan pengikat

konstruksi perkerasan.

Rumus yang digunakan :

T rata-rata = 1/2 ( T1 + T2 ) .... 3 - 10

Sx = { [ ( T1 – Tr )2 +( T2 – Tr )2 ] / ( N – 1 ) }0.5 ................ 3 - 11

T = T rata-rata ± Sx .... 3 - 12

T max = T rata-rata + Sx . . . 3 - 13

KELOMPOK VII

Page 20: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

T min = T rata-rata - Sx .... 3 – 14

Ket : Sx : Standard deviasi

T1 : Titik lembek untuk sampel 1

T2 : Titik lembek untuk sampel 2

N : Jumlah Sampel

Tr : Titik lembek untuk ke -N

sampel

Tmax : Titik Lembek Maximum

Tmin : Titik Lembek Minimum

3.4.3 Alat Dan Bahan Yang digunakan

1. Alat yang digunakan

a) Cincin Kuningan

b) Bejana gelas tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam

8,5 cm tinggi sekurang-kurangnya 12 cm.

c) Dudukan benda uji Alat pengarah bola.

d) Bola baja, diameter 9.53 mm; berat 3,45 sampai 3,55 gram

e) Termometer

f) Alat Pemanas

g) Stopwatch

2. Bahan yang digunakan

a) Contoh dipanaskan perlahan –lahan sambil diaduk terus

menerus sampai cair merata.Pemanasan disertai pengadukan

dilakukan agar gelembung-gelembung udara tidak masuk .Suhu

pemanasan ter tidak melebihi 56°C diatas titik lembek dan untuk

aspal tidak melebihi 111°C diatas titik lembek.Waktu pemanasan

untuk ter tidak melebihi 30 menit sedangkan aspal tidak melebihi

2 jam.

b) Sebelum contoh dituang kedalam 2 buah cincin,kedua cincin

harus dipanaskan sampai mencapai suhu tuang contoh dan

letakkan kedua cincin diatas pelat kuningan yang diberi lapisan

dari campuran talk & sabun.

c) Contoh dituang kedalam 2 buah cincin.Setelah itu didiamkan

pada suhu sekurang-kurangnya 8°C selama 30 menit.Setelah

KELOMPOK VII

Page 21: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

dingin ratakan permukaannya dengan pisau yang telah

dipanaskan.

3.4.4 Prosedur Percobaan

3.3.4.1 Diagram Alir Prosedur

KELOMPOK VII

Siapkan Peralatan : Cincin Kuningan Bejana gelas Dudukan benda

uji Bola baja Termometer Alat pemanas Stopwatch

Siapkan Sampel :Aduk dan panaskan sampel. Suhu pemanasan ter max 56°C diatas titik lembek dan aspal max 111°C diatas titik lembek. Pemanasan ter selama 30 menit dan aspal 2 jam. Tuang contoh kedalam 2 bh cincin , diamkan dengan suhu 8°C selama 30 menit. Ratakan permukaannya dengan pisau yang telah dipanaskan.

Pasang benda uji di atas dudukannnya, letakkan pengarah bola di atasnya. Isi bejana gelas dengan air suling dengan suhu (5±1) °C

Letakkan bola baja yang bersuhu 5°C di atas dan di tengah permukaan benda uji yang bersuhu 5°C menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengarah bola

Panaskan bejana hingga suhunya menjadi 5°C per menit. Kecepatan pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk tiga menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5 °C.

Hitung : T rata-rata = 1/2 ( T1 + T2 )Sx = { [ ( T1 – Tr )2 +( T2 – Tr )2 ] / ( N – 1 ) }0.5

T = T rata-rata ± Sx

T max = T rata-rata + Sx

T min = T rata-rata - Sx

M u l a i

S e l e s a i

Pro

ses

Pen

guji

anP

ersi

apan

A

nal

isa

Has

il

Page 22: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

Flow Chart III.4. Pengujian Titik Lembek Aspal

3.3.4.2. Uraian Prosedur

a) Memasang Benda uji dan diatur diatas dudukannya dan

diletakkan pengarah bola dari bola baja diatasnya.Kemudian

seluruh peralatan tersebut dimasukkan kedalam bejana

gelas.

Bejana gelas diisi dengan air suling baru,dengan suhu (5±1)

°C sehingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm

sampai 108 mm.termometer diletakkan pada tempat yang

sesuai dengan percobaan ini diantara kedua benda uji

(kurang lebih 12,7 mm dari tiap cincin.

Jarak antara pelat dasar dengan dasar benda uji diperiksa

dan diatur sehingga menjadi 25,4 mm.

b) Bola-bola baja yang bersuhu 5°C diletakkan diatas dan

ditengah permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu

5°C menggunakan penjepit dengan memasang kembali

pengarah bola.

c) Memanaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°C

per menit. Kecepatan pemanasan ini tidak boleh diambil

dari kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir

pekerjaan ini.Untuk tiga menit pertama perbedaan

kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5 °C.

d) Melakukan pengamatan sampai pada suhu dan waktu

dimana bola-bola dalam aspal itu jatuh. (T1,2)

e) Menghitung: T rata-rata = 1/2 ( T1 + T2 )

Sx = { [ ( T1 – Tr )2 +( T2 – Tr )2 ] / ( N – 1 ) }0.5

T = T rata-rata ± Sx

T max = T rata-rata + Sx

T min = T rata-rata - Sx

KELOMPOK VII

Page 23: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.4.4 Spesifikasi

Tabel. 3.4.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

3.4.5 Data Hasil Percobaan

Jenis Contoh : Aspal

Tabel 3.4.2. Pemeriksaan Pengujian Titik Lembek Aspal

Keterangan : * = suhu titik lembek (benda uji menyentuh plat dasar)

3.4.6 Analisa

Dari tabel diketahui data-data sebagai berikut :

T1 = 50 °C

T2 = 50 °C

Maka dengan rumus 3.10 diperoleh :

Trata-rata = 1/2 ( 50 + 50 )

= 50°C

KELOMPOK VII

Page 24: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

Menghitung Standar Deviasi dengan rumus 3.11

Sx = ( 50 – 50 )2 + ( 50 – 50 )2

(2 - 1)

= 1.41

Temperatur titik lembek aspal = ( 50 ± 1.41 ) °C

T Min = 50 – 1.41 = 48.59 °C

T Max = 50 + 1.41 = 51.41 °C

Tabel 3.4.3 Rekapitulasi data pemeriksaan titk lembek aspal

3.4.7 Kesimpulan

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan titik lembek aspal,

diperoleh :

Titik lembek rata-rata = 50oC

Dengan demikian memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina

Marga seperti pada tabel 3.4.1 yang disyaratkan minmal 48oC dan

maksimal 58oC.

Benda uji cukup memiliki kepekaan terhadap perubahan

temperatur karena memiliki titik lembek yang tidak terlalu tinggi.

KELOMPOK VII

Page 25: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.5. PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR ASPAL

3.5.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari

semua jenis minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang mempunyai

titik nyala open cup kurang dari 79°C.

3.5.2 Teori Ringkas

Titik nyala adalah suhu pada saat nyala singkat pada suatu titik diatas

permukaan aspal.

Titik bakar adalah suhu terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu

titik diatas permukaan aspal.

Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar untuk aspal yang berguna untuk

menentukan suhu dimana aspal terlihat menyala singkat dipermukaan aspal (titik nyala),

dan suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik. Aspal disiapkan dalam

cleveland open cup yang berbentuk cawan dari kuningan dan diletakkan pada plat

pemanas.

Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan temperatur

maksimum pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar. Pemeriksaan harus

dilakukan dalam ruang gelap sehingga dapat segera diketahui timbulnya nyala pertama.

3.5.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan

1. Alat yang digunakan

a) Cawan kuningan

b) Termometer

c) Penjepit

d) Sumber pemanasan. Pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar

alkohol yang tidak menimbulkan nasap atau nyala di sekitar bagian atas

cawan

e) Nyala penguji, yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan

diameter 3,2 sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm

f) Stopwatch

2. Bahan yang digunakan

KELOMPOK VII

Page 26: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

Contoh dipanaskan antara 148,9 °C dan 176°C,sampai cukup

cair.Kemudian dituang kecawan sampai garis dan gelembung udara yang ada

pada permukaan cairan dihilangkan (dipecahkan).

3.5.4 Prosedur Percobaan

3.5.4.1 Diagram alir prosedur

KELOMPOK VII

Letakkan cawan di atas pelat pemanas, atur hingga tepat dititik tengah cawan.

Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari cawan.

Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji

Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji.

Nyalakan sumber pemanas dan pemanasan diatur hingga kenaikan suhu menjadi (15 ± 1 ) °C di bawah titik nyala perkiraan.Kemudian atur kecepatan pemanasan 5°C - 6°C per menit.

Putar nyala penguji dalam waktu 1 detik Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2° C, lanjutkan sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan benda uji, lalu baca suhu pada termometer dan catat.

Lanjutkan pekerjaan di atas sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-kurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji. Kemudian baca suhu pada termometer dan catat.

M u l a i

S e l e s a i

Hitung : Titik Nyala Titik Bakar A

nal

isa

Has

il

Siapkan Peralatan : Cawan kuningan Termometer Penjepit Sumber

pemanasan Nyala penguji Stopwatch

Siapkan Sampel :Panaskan contoh antara 148,9 °C dan 176°C, kemudian dituang ke cawan sampai garis dan gelembung udara yang ada pada permukaan cairan hilang.

Per

siap

anP

rose

s P

engu

jian

Page 27: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

Flow Chart III.5 Pengujian titik nyala dan titik bakar

KELOMPOK VII

Page 28: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.5.4.2 Uraian prosedur

a) Memanaskan sampel dengan suhu antara 148,9 °C dan 176°C, kemudian

dituang ke cawan sampai garis dan gelembung udara yang ada pada

permukaan cairan hilang.

b) Meletakkan Cawan di atas pelat pemanas dan sumber pemanas diatur

sehingga terletak di bawah titik tengah cawan.

c) Nyala penguji dengan poros diletakkan pada jarak 7,5 cm dari titik cawan.

d) Termometer ditempatkan tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4

mm diatas dasar cawan,dan terletak pada satu garis yang menghubungkan

titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji.Kemudian diatur sehingga

poros termometer terletak pada jarak ¼ diameter cawan dari tepi.

e) Penahan angin ditempatakan di depan nyala penguji.

f) Sumber pemanas dinyalakan dan pemanasan diatur sehingga kenaikan suhu

menjadi (15 ± 1 ) °C di bawah titik nyala perkiraan.

g) Kemudian diatur kecepatan pemanasan 5° C sampai 6°C per menit pada

suhu 56°C dan 28°C dibawah titik nyala perkiraan.

h) Nyala penguji diputar sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi

cawan ) dalam waktu satu detik.Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2°

C.

i) Pekerjaan tersebut dilanjutkan sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik

diatas permukaan benda uji.Dan dibaca suhu pada termometer dan dicatat.

j) Pekerjaan diatas dilanjutkan sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-

kurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji.Dibaca suhu pada termometer

dan dicatat.

k) Hitung: Titik Nyala dan titik Bakar

3.5.5 Spesifikasi

Tabel. 3.5.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

KELOMPOK VII

Min. Max

1 Titik nyala aspal 225 - ° C

2 Titik bakar aspal 225 - ° C

No. PemeriksaanSpesifikasi Penet.60

Satuan

Page 29: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.5.6 Data Hasil Percobaan

Jenis Contoh : Aspal

Tabel 3.5.2 Data Hasil Percobaan

Keterangan : *= titik nyala ; **= titik bakar

3.5.7 Analisa Data

Dari tabel pemeriksaan data, didapat :

Titik Nyala = 310 0C

Titik Bakar = 320 0C

Tabel 3.5.3 Rekapitulasi data pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal

3.5.8 Kesimpulan

Dalam pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal rata-rata diperoleh :

Titik Nyala : 300 oC Titik Bakar : 310 oC

Sehingga Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina

Marga seperti pada Tabel 3.5.1 yang disyaratkan min. 200oC.

KELOMPOK VII

Page 30: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.6 PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL

3.6.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis aspal dengan alat

piknometer.

3.6.2 Teori Ringkas

Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air dengan

suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu, 25° C atau 15.6° C. Prosedur

pemeriksaan mengikuti PA-0307-76 atau AASHTO T228 – 79.

Rumus yang digunakan :

BJ ( Berat Jenis ) = { ( C – A ) / [ ( B – A ) ( D – C ) ] } ............. 3.15

Ket : A : Berat Piknometer

B : Berat Piknometer + Air Suling

C : Berat Piknometer + Aspal

D : Berat Piknometer + Air Suling + Aspal

3.6.3 Alat dan Bahan yang Digunakan

1. Alat yang digunakan

Termometer

Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian

(25±0,1)°C.

Piknometer

Air suling sebanyak 1000 cm3.

Bejana gelas

2. Bahan yang digunakan

Contoh bitumen keras atau ter (aspal) sejumlah 50 gr dipanaskan sampai

menjadi cair dan di aduk untuk mencegah pemanasan setempat.

Contoh (benda uji) dituangkan kedalam piknometer yang telah kering

hingga terisi ¾ bagian.

KELOMPOK VII

Page 31: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.6.4 Prosedur Percobaan

3.6.4.1 Diagram Alir Prosedur

Flow Chart III.6 Berat Jenis Aspal

KELOMPOK VII

Siapkan Peralatan : Termometer Bak perendam Piknometer Air suling

sebanyak 1000 cm3.

Bejana gelas

Siapkan Sampel :Panaskan sample 50 gr, aduk agar tidak ada pemanasan setempat . Tuang contoh ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾ bagian.

Isi bejana dengan air suling, perkirakan bagian atas piknometer yang tidak terendam 40 mm, jepit bejana dalam bak perendam dan rendam dengan suhu 25 oC.

Bersihkan piknometer lalu keringkan dan timbang dengan ketelitian 1 mg (A). Angkat bejana dari bak perendam dan isi piknometer dengan air suling. Kemudian tutup piknometer tanpa ditekan.

Letakkan piknometer dalam bejana, tekan penutup hingga rapat. Kembalikan piknometer ke dalam bak perendam, diamkan bejana sekurang-kurangnya 30 menit. Kemudian angkat piknometer dan keringkan. Timbang dengan ketelitian 1 mg (B).

Hitung : BJ ( Berat Jenis ) = { ( C – A ) / [ ( B – A ) ( D – C ) ] }

M u l a i

S e l e s a i

Tuang benda uji dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾ bagian. Biarkan sampai dingin piknometer yang berisi benda uji tidak kurang 40 menit. Kemudian timbang dengan penutupnya (C).

Isi piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutup tanpa ditekan. Diamkan agar gelembung udara keluar.

Angkat bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer didalamnya. Tekan penutup hingga rapat.

Masukkan bejana kedalam bak perendam, dan diamkan sekurang-kurangnya 30 menit. Angkat piknometer, keringkan dan timbang (D).

Ana

lisa

Has

ilP

rose

s P

engu

jian

Per

siap

an

Page 32: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.6.4.2 Uraian Prosedur

a) Mengisi Bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas

piknometer yang tidak terendam 40 mm. Kemudian direndam dan bejana

tersebut dijepit dalam bak perendam sehingga terendam sekurang-kurangnya

100 mm.Suhu bak perendam diatur pada suhu 25 °C.

b) membersihkan piknometer lalu dikeringkan, dan ditimbang dengan ketelitian

1 mg (A).

c) Mengangkat bejana dari bak perendam dan piknometer diisi dengan air

suling kemudian ditutup tanpa ditekan.

d) Meletakkan piknometer kedalam bejana dan penutupnya ditekan sehingga

rapat, bejana berisi piknometer dikembalikan kedalam bak perendam. Bejana

tersebut didiamkan didalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30

menit,.Kemudian piknometer ditimbang dengan ketelitian 1 mg (B).

e) Menuang benda uji tersebut kedalam piknometer yang telah kering hingga

terisi ¾ bagian.

f) Piknometer yang berisi benda uji dibiarkan sampai dingin, waktu tidak

kurang dari 40 menit ,kemudian ditimbang dengan penutupnya dengan

ketelitian 1 mg (C).

g) Piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air suling dan ditutup tanpa

ditekan, kemudian didiamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.

h) Mengangkat bejana dari bak perendam dan diletakkan piknometer

didalamnya dan kemudian penutup ditekan hingga rapat. Bejana dimasukkan

dan didiamkan kedalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30

menit.Piknometer diangkat lalu dikeringkan dan kemudian ditimbang (D)

i) Menghitung: BJ ( Berat Jenis ) ={ ( C – A ) / [ ( B – A )( D – C

) ] }

3.6.5 Spesifikasi

Tabel. 3.6.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

KELOMPOK VII

Page 33: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.6.6 Data Hasil Percobaan

Tabel 3.6.2 Data Hasil Percobaan

Jenis contoh : Aspal

3.6.7 Analisa Data

Pemeriksaan Berat Jenis Aspal :

Rumus yang digunakan adalah rumus 3.15

( 99 – 40.20 )Bj (1) =

( 106.40 – 40.20 ) – (110.00 – 99.00 )

= 1.07 gr/cc

( 102.80 – 37.20 )Bj (2) =

( 109.00 – 37.20 ) – (112.70 – 102.80 )

= 1.06 gr/cc

Bj Rata-rata = (1.07 + 1.06) / 2

= 1.06 gr/cc

Tabel 3.6.3 Rekapitulasi data pemeriksaan berat jenis aspal

KELOMPOK VII

Page 34: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.6.8 Kesimpulan

Dalam pemeriksaan berat jenis aspal diperoleh :

Berat Jenis Aspal : 1,06

Sehingga Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina

Marga seperti pada Tabel 3.6.1 yang disyaratkan minimal 1.

Benda uji memiliki berat jenis yang dapat digunakan dalam perhitungan analisa

campuran.

KELOMPOK VII

Page 35: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.7 DAKTALITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN

3.7.1 Tujuan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menguji kekuatan tarik bahan bitumen dengan

cara mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi

bitumen keras sebelum putus pada suhu dan kecepatan tertentu.

Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu :

Menyiapkan bahan bitumen pada cetakan daktalitas.

Menjalankan dan mengerti mesin uji daktalitas dengan benar.

Menentukan harga daktalitas dengan tepat.

3.7.2 Teori Ringkas

Kekuatan tarik merupakan Salah satu sifat bahan yang menyatakan besarnya

kekuatan bahan tersebut dalam menahan gaya tarik (tensile stress), yang biasanya

dinyatakan dalam Kn atau kg.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang yang dapat

terbentuk dari bahan bitumen pada 2 cetakn kuningan, akibat penarikan dengan mesin

uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik bahan

bitumen yaitu sebrapa besar bahan ini menahan kekuatan tarik yang diwujudkan dalam

bentuk kemampuannya untuk memenuhi syarat tertentu (dalam pemeriksaan ini adalah

100 cm) tanpa putus. Apabila bitumen tidak putus setelah melewati jarak 100 cm, maka

dianggap bahan ini mempunyai kemampuan untuk menahan kekuatan yang tinggi.

3.7.3 Alat dan Bahan Yang Digunakan

1. Alat yang digunakan

a) Cetakan kuningan. Cetakan ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian yang

disebut clip dengan sebuah lubang padabagian belakang dan bagian

samping cetakan yang berfungsi sebagai pengunci clip sebelum cetakan

ini diuji. Pada saat pengujian bagian samping ini harus dilepas.

b) Plat alas cetakan

c) Bak perendam. Isi 10 liter air yang dapat mempertahankan suhu

pemeriksaan dengan toleransi yang tidak lebih dari 0.5oC dari suhu

pemeriksaan. Kedalaman air pada bak ini tidak boleh kurang dari 50 mm

di bawah permukaan air. Air di dalam bak perendam harus bebas dari oli

KELOMPOK VII

Page 36: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

dan kotoran lain serta bebas dari bahan organic lain yang mungkin

tumbuh di dalam bak.

d) Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam dan tidak

menimbulkan getaran selama pemeriksaan.

e) Alat pemanas, untuk mencairkan bitumen keras.

f) Methyl alcohol Teknik dan sodium klorida Teknik.

2. Penyiapan Bahan

a) Susun bagian cetakan kuningan.

b) Lapisi bagian atas dan bawah cetakan serta seluruh permukaan pelat atas

cetakan dengan bahan campuran dextrin dan gliserin atau amalgam.

c) Pasang cetakan daktalitas di atas pelat dasar.

d) Panaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat

dituang. Untuk menghindarkan pemanasan setempat lakukan dengan

hati-hati, pemanasan dilakukan sampai suhu 80 – 100 oC di atas titik

lembek.

e) Tuang contoh bitumen dengan hati-hati ke dalam cetakan daktalitas dari

ujung ke ujung hingga penuih berlebihan.

f) Dinginkan cetakan pada suhu ruang 30 – 40 menit lalu pindahkan

seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu

pemeriksaan.

g) Ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang panas

sehingga cetakan terisi penuh dan rata.

KELOMPOK VII

Page 37: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.7.4 Prosedur Percobaan

3.7.4.1. Diagram Alir Prosedur

Flow Chart III.8. Pengujian Daktalitas Aspal

KELOMPOK VII

Siapkan Peralatan : Cetakan

Kuningan Plat alas

cetakan Bak perendam Mesin uji Alat pemanas Methyl

Siapkan Sampel : Panaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram sampai dapat dituang, lalu tuang ke dalam cetakan daktalitas yang telah disediakan yang sebelumnya telah diolesi sabun, lalu dinginkan sekitar 30 sampai 40 menit..

Sampel didiamkan sekitar 85 – 95 menit di dalam bak perendam bersuhu 25oC, kemudian lepaskan cetakan sampel dari alasnya dan lepaskan bagian samping dari alasnya.

Hitung :Jarak sampai sampel putus (cm)

M u l a i

S e l e s a i

Pasang cetakan daktalitas yang telah terisi sampel pada alat mesin uji dan jalankan mesin uji hingga akan menarik sampel secara teratur sampai sampel putus.

Bacalah jarak antara pemegang cetakan pada saat sampel putus (dalam cm)

Per

siap

anA

nal

isa

Has

ilP

rose

s P

engu

jian

Page 38: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.7.4.2. Uraian Prosedur

a) Memanaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram sampai dapat dituang, lalu

tuang ke dalam cetakan daktalitas yang telah disediakan yang sebelumnya

telah diolesi sabun, lalu dinginkan sekitar 30 sampai 40 menit.

b) Mendiamkan Sampel sekitar 85 – 95 menit di dalam bak perendam bersuhu

25oC, kemudian lepaskan cetakan sampel dari alasnya dan lepaskan bagian

samping dari alasnya.

c) Memasang cetakan daktalitas yang telah terisi sampel pada alat mesin uji dan

jalankan mesin uji hingga akan menarik sampel secara teratur sampai sampel

putus. Perbedaan kecepatan 5 % masih diizinkan.

d) Mencatat jarak antara pemegang cetakan pada saat sampel putus (dalam cm).

Selama percobaan berlangsung sampel harus terendam sekurang-kurangnya

2.5 cm di bawah permukaan air dan suhu harus dipertahankan tetap (25 ±

0.5)oC.

3.7.5 Spesifikasi

Tabel 3.8.1 Spesifikasi daktalitas

3.7.6 Data Hasil Percobaan

Tabel 3.8.2 Data Hasil Percobaan

Daktalisasi pada 25oC, 5 cm/menit

Pembacaan Pengukuran Pada Alat

Pengamatan I 109Pengamatan II 103Pengamatan III 105

Rata - rata 105.667

KELOMPOK VII

Page 39: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.7.7 Kesimpulan

Dalam pemeriksaan daktalitas diperoleh :

Daktalisasi rata-rata : 105.667cm

Sehingga Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina Marga, yang disyaratkan minimal 100 cm.

Benda uji mempunyai kemapuan untuk menahan kekuatan tarik yang cukup tinggi.

KELOMPOK VII

Page 40: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.8 VISCOSITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN

3.8.1 Tujuan

Setelah melakukan pengujian, diharapkan mahasiswa mampu :

a. Mahasiswa mampu dan mengerti menggunakan alat saybolt.

b. Mahasiswa dapat menentukan viscositas bitumen keras.

3.8.2 Teori Ringkas Furol : Singkatan dari Fuel dan Road Oils

Viscositas Saybolt Furol : Waktu alir dalam detik yang diperlukan 120 ml

sampel untuk melalui lubang furol di bawah

kondisi tertentu nilai viscositas yang terjadi

kemudian dinyatakan sebagai saybolt furol

seconds (SFS) pada temperature tertentu.

Bitumen keras : Bitumen yang terbentuk padat pada saat keadaan

penyimpanan. (suhu ruang).

Tabel 3.7.1 Media Bak Perendam Yang Disarankan

Suhu pengujian

standar (oC)

Media Bak Perendam yang disarankan

Perbedaan suhu

maksimum (oC)

Fungsi control

suhu bak perendam

(oC)21.1

25.0

37.8

50.0

54.4

60.0

82.2

98.9

Air

Air

Air atau oli dengan viscositas 50 – 70 SUS

Air atau oli dengan viscositas 50 – 70 SUS

Air atau oli dengan viscositas 50 – 70 SUS

Air atau oli dengan viscositas 50 – 70 SUS

Air atau oli dengan viscositas 50 – 70 SUS

Air atau oli dengan viscositas 50 – 70 SUS

± 0.05

± 0.05

± 0.15

± 0.20

± 0.30

± 0.50

± 0.80

± 1.10

± 0.05

± 0.05

± 0.05

± 0.05

± 0.05

± 0.05

± 0.05

± 0.05

Tingkatan material bitumen dan suhu yang digunakan sangat tergantung pada

kekentalannya. Hubungan antara suhu dan kekentalan sangatlah penting dalam

KELOMPOK VII

Page 41: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

perencanaan dan penggunaan material bitumen. Kekentalan akan berkurang (dalam hal

ini bitumen menjadi lebih encer) ketika suhu meningkat.

Rumus Perhitungan :

Viscositas Kinetik (cst) = SFS (detik) x FK …………………….3 .16

Ket. : SFS : Kekentalan Saybolt furol yang telah dikoreksi dalam detik

FK : Faktor Koreksi, FK = -2.18

3.8.3 Alat dan Bahan Yang Digunakan

1. Alat yang digunakan

a) Saybolt Viscosimeter dan bak perendam.

b) Penyumbat lubang

c) Dudukan atau penyangga thermometer.

d) Saringan no. 100

e) Labu penampang.

f) Alat pencatat waktu.

2. Bahan yang digunakan

a) Sampel (benda uji) sebanyak 12 ml..

b) Contoh yang digunakan adalah contoh yang bisa dituang.

KELOMPOK VII

Page 42: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.8.4 Prosedur Percobaan

3.8.4.1 Diagram Alir Prosedur

Flow Chart III.7 Pengujian Viscositas Aspal

KELOMPOK VII

Siapkan bak perendam dengan memilih suhu pengujian tertentu..

Aduk contoh hingga merata kemudian saring contoh dan langsung masukkan ke tabung viscosimeter sampai pinggir atas tabung.

Aduk contoh dalam viscosimeter dengan thermometer yang telah dilengkapi penyangga, apabila suhu contoh tetap (konstan) dengan toleransi 0.05oC dari suhu pengujian selama 1 menit pengadukan.

Hitung :Viscositas Kinetik (cst) = SFS (detik) x FK

S e l e s a i

Cabut gelas dari viscosimeter dan mulai nyalakan pencatat waktu saat contoh menyentuh dasar labu masing-masing pada suhu 120oC, 140 oC, 160 oC, 180 oC.

Matikan pencatat waktu apabila contoh tetap pada batas 60 ml labu viscosimeter dan catat waktu alur dalam detik sampai 0.1 terdekat.

Siapkan Peralatan : Saybolt

Viscosimeter Termometer Bak perendam Saringan no. 100 Labu penampang Alat pencatat

Siapkan Sampel : Siapkan

contoh uji sebanyak 120 ml. Panaskan

contoh yang kental dan sulit untuk dituang beberapa menit sampai dapat dituang.

M u l a i

Per

seia

pan

Pro

ses

Pen

guji

anA

nal

isa

Has

il

Page 43: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.8.4.2 Uraian Prosedur

a. Memanaskan contoh, yang kental dan sulit untuk dituang pada suhu ruangan,

pada suhu 50oC beberapa menit sampai dapat dituang.

b. Jangan memanaskan bahan yang cepat menguap atau sedang menguap pada

wadah yang terbuka.

c. Menyiapkan bak perendam dengan memilih suhu pengujian tertentu.

d. Jika suhu pengujian yang dipilih berada di atas suhu kamar (ruang), maka

pengujian dipercepat dengan cara pemanasan contoh sampai mencapai suhu

yang tidak lebih dari 1,7oC di atas suhu pengujian.

e. Mengaduk contoh hingga merata kemudian saring contoh melalui saringan

dan langsung masukkan ke tabung viscosimeter sampai pinggir atas tabung.

f. Mengaduk contoh dalam viscosimeter dengan thermometer yang telah

dilengkapi penyangga dengan dengan kecepatan 30 – 50 per menit. Apabila

suhu contoh tetap konstans dengan toleransi 0.05oC dari suhu pengujian

selama pengadukan 1 menit, angkatlah thermometernya.

g. Ambil contoh yang berlebihan dengan penyedot sampai batas over flow.

h. Cabut gas dari viscosimeter dan mulai nyalakan alat pencatat waktu saat

contoh menyentuh dasar labu.

i. Matikan pencatat waktu apabila contoh tepat pada batas 60 ml labu

viscosumeter.

j. Catat waktu alir (t) dalam detik sampai 0.1 detik terdekat.

k. Tutup lubang viscosimeter dengan alat penyumbat.

l. Hitung: Viscositas Kinetik (cst) = SFS (detik) x FK

3.8.5 Spesifikasi

Untuk pencampuran pada laston diperlukan 170 ± 20 dan untuk

pemadatan diperlukan 280 ± 30 cst.

KELOMPOK VII

Page 44: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.8.6 Data Hasil Percobaan

Tabel 3.7.1 Data Hasil Percobaan

3.8.7 Analisa Data

Dalam menganalisa data di atas digunakan rumus 3.16.

Contoh perhitungan untuk pembacaan suhu 120oC :

Viscositas Kinetik-1 = 297.85 x 2.18 = 649.313

Viscositas Kinetik-2 = 283.43 x 2.18 = 617.877

Rata – rata = (649.313 + 617.877)/2 = 633.595

Maka dengan menggunakan grafik

Untuk pemcampuran pada laston digunakan 190 cst sehingga diperoleh suhu

148.5oC.

Untuk pemadatan digunakan 310 cst sehingga diperoleh suhu 133.5oC.

3.8.8 Kesimpulan

Dalam pemeriksaan viscositas diperoleh :

Suhu untuk pencampuran : 148.5oC

Suhu untuk pemadatan : 133.5 oC

Sehingga Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina

Marga.

KELOMPOK VII

Page 45: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.9 KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL

3.9.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan Kelekatan

agregat terhadap aspal

3.9.2 Teori Ringkas

Kelekatan agregat terhadap aspal ialah prosentase luas permukaan

batuan tertutup aspal terhadap keseluruhan luas permukaan

3.9.3 Alat dan Bahan Yang Digunakan

a. Alat yang digunakan

a. Wadah untuk mengaduk, kapasitas minimal 500

ml

b. Timbangan dengan kapasitas 200 gram, ketelitian

0.1 gram

c. Tabung gelas kimia kapasitas 600 ml

d. Oven,yang dilengkapi pengatur suhu untuk

memanasi sampai (150±1)C.

e. Saringan 1/4“ dan 3/8 “

f. Termometer logam ± 200C dan ± 100C

g) Air Suling dengan Ph 6.0 sampai 7.0

b. Bahan yang digunakan

a. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan 3/8” dan tertahan

saringan 1/4” sebanyak 100 gram

b. Cuci dengan air suling, keringkan pada suhu 135oC samapai

149oC hingga berat tetap, simpan dalam tempat yang tertutup

rapat dan siap untuk diperiksa

KELOMPOK VII

Page 46: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.9.4 Prosedur Percobaan

3.9.3.1 Diagram Alir Prosedur

Flow Chart III.7 Pengujian kelekatan Agregat terhadap Aspal

KELOMPOK VII

Siapkan Oven dengan memilih suhu pengujian tertentu..

Ambil 100 Gram benda uji, kemudian masukkan dalam wadah

Masukkan benda uji + wadah dan aspal dalam oven dengan suhu 135oC sampai 149oC sedangkan untuk ter dengan suhu 93oC sampai 121oC dan bahan untuk ter dengan suhu 97oC sampai 107oC

Periksa luas permukaan benda uji yang masih terselaput aspal

S e l e s a i

Masukkan aspal yang sudah panas 5,5 ± 0.2 gram pada benda uji yang sudah panas pula, kemudian aduk secara merata, adukkan didiamkan sampai mencapai suhu ruang

Pindahkan benda uji yang sudah terselaput aspal kedalam tabung gelas kimia 600m. tambahkan air suling dan biarkan pada suhu ruang selama 16 -78 jam

Siapkan Peralatan :a. Wadah b. Timbangan c. Tabung gelas kimia d. Oven,e. Saringan 1/4“ dan 3/8 “ f. Termometer

Siapkan Sampel : a. agregat lolos saringan 3/8” dan

tertahan saringan 1/4” sebanyak 100 gram

b. Cuci dengan air suling, keringkan pada suhu 135oC sampai 149oC hingga berat tetap,

M u l a i

Per

siap

anP

rose

s P

engu

jian

An

alis

a H

asil

Page 47: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.9.3.2 Uraian Prosedur

a) Menyiapkan sampel berupa agregat lolos saringan 3/8” dan

tertahan saringan 1/4” sebanyak 100 gram

b) Mencuci sampel dengan air suling, keringkan pada suhu 135oC

sampai 149oC hingga berat tetap.

c) Mengambil 100 Gram benda uji, kemudian dimasukkan dalam

wadah, jika digunakan aspal panas , panaskan wadah dan benda

uji dalam oven pada suhu tetap antara 135oC sampai 149oC,

sementara itu panaskan aspal secara tepisah pada suhu antara

135oC sampai 149oC, jika digunakan ter, panaskan wadah dan

benda uji dalam oven pada suhu tetap antara 79oC sampai 107oC,

sementara itu panaskan ter secara tepisah pada suhu antara 93oC

sampai 121oC

d) Masukkan aspal yang sudah panas 5,5 ± 0.2 gram pada benda uji

yang sudah panas pula, kemudian aduk secara merata dengan

mengunakan spatula yang sudah dipanasi selama 2-3 menit,

adukkan didiamkan sampai mencapai suhu ruang.

e) Memindahkan benda uji yang sudah terselaput aspal kedalam

tabung gelas kimia 600m. segera tambahkan 400 ml air suling

dan biarkan pada suhu ruang selama 16 -78 jam

f) Memeriksa luas permukaan benda uji yang masih terselaput aspal

3.9.5 Spesifikasi

Untuk Kelekatan agregat terhadap aspal minimum 95 % dari luas

permukaan agregat

KELOMPOK VII

Page 48: Aspal Bab III Kel Vii

Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal

3.9.6 Data Hasil Percobaan

Tabel 3.7.1 Data Hasil Percobaan

3.9.7 Analisa Data

Kelekatan Rata-rata = (97+96+99+100+98+97+97+96+95+97) / 10= 97.2 %

3.9.8 Kesimpulan

Dalam pemeriksaan Kelekatan diperoleh :

Kelekatan rata-rata : 97.2 %

Sehingga Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi Bina Marga minimal

95 % .

KELOMPOK VII