bab 3 karmin

84
41 BAB III PENGELOLAAN PKL PADA JALUR PEJALAN KAKI DI PUSAT KOTA 3.1 Permasalahan PKL di Jalur Pejalan Kaki Permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi suatu permasalahan yang sangat fenomenal saat ini khusus nya di kota-kota besar di indonesia. Berkembangnya PKL dipicu oleh gagalnya pemerintah membangun ekonomi, hal ini dapat terlihat dari rendah dan lambatnya pertumbuhan ekonomi, tidak berkembangnya usaha–usaha di sektor riil yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran. Meskipun PKL memberi kesan yang kotor, kumuh, dan merusak keindahan kota, namun PKL sebenarnya memiliki pengaruh yang besar bagi pertumbuhan ekonomi kota, serta keberadaan PKL sangat dibutuhkan oleh masyarakat khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal ini yang membuat permasalahan PKL menjadi sebuah dilema tersendiri bagi pemerintah. Sampai saat ini belum ada solusi yang terbaik, baik bagi PKL, pemerintah, ataupun masyarakat. Dengan demikian permasalahan PKL menjadi menarik untuk dikaji dan diharapkan pemerintah dapat memberikan solusi yang terbaik dalam mengatasi masalah PKL yang ada di Indonesia terutama di wilayah perkotaan. Beberapa permasalahan PKL yang teejadi di pusat kota antara lain : PKL mempunyai dampak negatif terhadap pembangunan khususnya pembangunan di wilayah perkotaan.

Upload: dinda-dindong

Post on 08-Aug-2015

119 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 Karmin

41

BAB III

PENGELOLAAN PKL PADA JALUR PEJALAN KAKI

DI PUSAT KOTA

31 Permasalahan PKL di Jalur Pejalan Kaki

Permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat

Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi suatu permasalahan yang sangat fenomenal saat ini

khusus nya di kota-kota besar di indonesia Berkembangnya PKL dipicu oleh gagalnya

pemerintah membangun ekonomi hal ini dapat terlihat dari rendah dan lambatnya

pertumbuhan ekonomi tidak berkembangnya usahandashusaha di sektor riil yang pada akhirnya

menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran Meskipun PKL memberi kesan yang

kotor kumuh dan merusak keindahan kota namun PKL sebenarnya memiliki pengaruh yang

besar bagi pertumbuhan ekonomi kota serta keberadaan PKL sangat dibutuhkan oleh

masyarakat khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah Hal ini yang membuat

permasalahan PKL menjadi sebuah dilema tersendiri bagi pemerintah Sampai saat ini belum

ada solusi yang terbaik baik bagi PKL pemerintah ataupun masyarakat Dengan demikian

permasalahan PKL menjadi menarik untuk dikaji dan diharapkan pemerintah dapat

memberikan solusi yang terbaik dalam mengatasi masalah PKL yang ada di Indonesia

terutama di wilayah perkotaan

Beberapa permasalahan PKL yang teejadi di pusat kota antara lain

PKL mempunyai dampak negatif terhadap pembangunan khususnya pembangunan di

wilayah perkotaan

Aktivitas pelaku usaha sektor informalPKL atau disebut dengan ldquohawkersrdquo sering kali

menimbulkan permasalahan dengan tata ruang kota

Pedagang Kaki Lima (PKL) dianggap menghambat pelaksanaan pembangunan dan

merusak keindahan tata ruang kota

Media dagang yang tidak estetis dan tidak tertata dengan baik menimbulkan kesan

semrawut dan kumuh akibatnya menurunnya kualitas visual kota

Lokasi berdagang sebagian PKL yang memakai badan jalan yang tidak semestinya

menimbulkan kemacetan lalu lintas

Lokasi berdagang yang menggunakan daerah fasilitas umum seperti pedestrian trotoar

dan taman menyita hak para pejalan kaki

Upaya Pemerintah dalam Mangatasi Masalah Pedagang Kaki Lima (PKL)

Masalah keberadaan PKL serta upaya untuk menghilangkannya atau menggusurnya

41

sesungguhnya merupakan fenomena lama yang dialami oleh pemerintah di kota-kota besar

Sejak terjadinya krisis ekonomi pembangunan perekonomian daerah dan pengembangan

wilayah sebagai upaya peningkatan pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan antar

daerah mengalami hambatan dan keterbatasan dalam pemanfaatan sumber daya alam

ketersediaan modal kemitraan pemerintah masyarakat dan dunia usaha Seiring dengan

perkembangan Daerah Perkotaan dan adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan

kurangnya ketersediaan lapangan kerja dan sarana prasarana dalam jumlah yang banyak

sehingga banyak masyarakat bawah mengambil alternatif untuk berprofesi sebagai PKL

32 Peranan PKL

Kehadiran Pedagang Kaki Lima (PKL) di daerah perkotaan sendiri mempunyai

dampak positif

321 PKL sebagai Penggerak Ekonomi di Sektor Informal Indonesia

Menurut laporan yang disusun oleh World Bank pada tahun 1993sektor formal

terhitung kurang dari 32 dari populasi tenaga kerja sementara68 bekerja di sektor

informal (Frank Weibe 199 dalam Sektor Informalyang Terorganisasi Haryo Winarso dan

Gede Budi) Peran sektor informal di perkotaan sangat strategis sebagai katub pengaman

pengangguran karena tidak dapat tertampung pada sektor formal

Pedagang kaki lima sebagai bagian sektor informal perkotaan istilah pedagang kaki

lima konon berasal dari jaman pemerintahan Rafles Gubernur Jenderal pemerintahan

Kolonial Belanda yaitu dari kata rdquofive feetrdquo yang berarti jalur pejalan kaki di pinggir jalan

selebar 5 (lima) kaki Ruang tersebut digunakan untuk kegiatan berjualan pedagang kecil

sehingga disebut dengan pedagang kaki lima (dalam Widjajanti 200028) Kemudian muncul

beberapa ahli yang mengemukakan defenisi dari pedagang kaki lima diantaranya menurut

McGee (197728) menyebutkan PKL sebagai hawkers adalah orang-orang yang menawarkan

barang-barang atau jasa untuk dijualMenurut Mulyanto (2007) PKL adalah termasuk usaha

kecil yang berorientasi pada laba (profit) layaknya sebuah kewirausahaan(entrepreneurship)

PKL mempunyai cara tersendiri dalam mengelolausahanya agar mendapatkan keuntungan

PKL menjadi manajer tunggal yangmenangani usahanya mulai dari perencanaan usaha

menggerakkan usaha sekaligus mengontrol atau mengendalikan usahanya padahal fungsi-

fungsi manajemen tersebut jarang atau tidak pernah mereka dapatkan dari pendidikan

formalBerikut ini dapat dilihat dampak positif dari adanya PKL (disarikan dari beberapa

penelitian yang pernah dilakukan oleh Rajab 2002 dan IPGI 2001) Dampak Positif

41

1 PKL menjadi katup pengaman bagi masyarakat perekonomian lemah baik sebagai

profesi maupun bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama akibat

krisis ekonomi

2 PKL menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang relatif murah bagi masyarakat yang

berpenghasilan menengah ke bawah

3 Jumlah yang besar ragam bentuk usaha dan keunikan merupakan potensi yang besar

untuk menghias wajah kota apabila ditata dan diatur dengan baik

4 PKL dapat memberikan rasa aman yang menjadi barrier untuk keamanan aktivitas

pedagang formal karena kontiunitas kegiatannya hampir 24 jam

5 PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapuskan

6 PKL menyimpan potensi pariwisata yang cukup besar

Berdasarkan dampak yang ditimbulkannya tersebut Dampak positif terlihat dari segi

sosial dan ekonomi karena keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota

karena sektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis Menurut Sethurahman

selaku koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan ILO di delapan negara

berkembang karena kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal

bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan berasal dari usaha sendiri Modal

ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya ekonomi yang besarDalam hal ini

eksistensi PKL perlu dipertahankan hanya saja perlu diupayakan meminimalkan dampak

negatif yang ditimbulkannya Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan adalah

menertibkan PKL sehingga fungsinya dalam aspek ekonomi dapat berjalan namun tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas ruang perkotaan Usaha kecil telah

membuktikan dan menjadi tangan yang tersembunyi (invisible hand) bagi perekonomian

Indonesia keluar dari badai krisis Jika dikaji lebih mendalamsetidaknya usaha kecil terutama

sektor informal (sebut PKL) mempunyai tiga peran besar dalam proses pembangunan mulai

dari bidang ekonomi pariwisata dan pendidikan

322 Pemberdayaan Unskilled Workers dalam Kegiatan Usaha PKL

Langkah utama yang dapat ditempuh untuk memberdayakan keberadaan PKL ini

adalah perlu adanya pengakuan secara resmi terhadap keberadaan sektor informal (PKL)

dalam rencana tata ruang kota Hal ini perlu karena rencana tata ruang kota akan dapat

menciptakan penciptaan lingkungan yangaman nyaman serasi dan efisien Hanya saja untuk

mewujudkan hal tersebut perlu diperhatikan terhadap hal-hal antara lain

41

1 Perlu dicermati tentang paradigma PKL selain itu juga perlu dicermati pula mengenai

konsep tentang masyarakat marjinal yang berkaitan dengan usaha PKL Hal ini akan

berkaiatan dengan karakteristik masyarakat PKL terhadap rencana tata ruang

2 Sudah menjadi fakta kenyataan bahwa PKL adalah sesuatu yang luar biasa sehingga

perlu adanya pengaturan secara formal mengingat usaha PKL sifatnya sudah menjadi

bidang pekerjaan walaupun masihdikategorikan sebagai sektor informal dan

mengingat lokasi PKL menempati bagian kota yang secara visual mencolok mata dan

berlokasi pada tempat yang strategis dan bernilai lahan tinggi

3 Perlu adanya ketegasan mengenai peruntukkan atau fungsi ruang kotaapakah ruang

tersebut sebagai ruang publik (jalan ruang terbuka hijau)atau fungsi lainnya sehingga

perlu dicermati kembali konsep keadilandan keseimbangan antara kepentingan publik

(umum) dan kepentingan privat (individu) dalam hal haknya masing-masing terhadap

ruang publik kota

4 Selain penataan fisik kota juga perlu didukung oleh aturan-aturan main yang jelas

berupa peraturan perencanaan pengelolaan pemanfaatan dan pemeliharaan ruang

secara benar dan adil bagi semua pihak

323 PKL Sang Pengembang Wirausaha di Indonesia

Dari sisi ekonomi usaha kecil termasuk didalamnya sektor informal (PKL) berperan

dalam penumbuhan jiwa kewirausahaan Menurut Kasali(2005) manfaat yang dapat

diperoleh dari tumbuhnya jiwa wirausaha dimasyarakat

1 Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan kerja

2 Tumbuhnya kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha

3 Meningkatkan kualitas kompetisi yang berujung pada nilai tambah masyarakat

4 Menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat ketidakpastian dan

5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Hal ini sejalan dengan pemikiran Rochdale jika suatu negara ingin tumbuh dengan

cepatmaka salah satu yang harus mendapat prioritas pengembangan adalah tumbuhnya jiwa

wirausaha di masyarakat PKL sudah teruji sebagai bibit entrepreneur untuk diberdayakan

menjadi unit usaha baru yang tangguh Berbagai hasil studi sudah membuktikannya

33 Pola Aktivitas PKL di Jalur Pejalan Kaki

41

Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang

menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang

fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor

perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity

support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama

dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa

untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir

jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL

menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase

kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut

biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota

Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan

struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu

tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan

sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang

kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional

kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang

berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan

perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan

diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL

mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya

Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL

yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik

aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat

pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik

PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota

tersebut

34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki

Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan

baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua

menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut

ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke

empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan

41

Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi

keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja

memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah

menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga

diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor

Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini

sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan

perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota

yang sudah ada

Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data

Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak

tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak

kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di

wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa

mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit

bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan

akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan

informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan

PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran

Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung

jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah

daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu

unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan

pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL

yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan

fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-

sepotong ad hoc dan tidak konsisten

Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL

dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di

Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan

sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh

legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum

sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh

41

elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat

masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam

pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang

Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau

cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan

Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati

35 Studi Kasus

351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang

Lima Semarang

A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan

Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya

meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi

pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan

pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini

seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara

kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang

berlangsung di atasnya

1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan

Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses

tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai

PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-

trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL

di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya

Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri

antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke

atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)

Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan

yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi

lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk

sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada

41

malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal

menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan

sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi

pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih

fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki

sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan

kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada

ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu

arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di

depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di

samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima

di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7

SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu

menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa

dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu

secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL

Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur

pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang

melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan

ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-

rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL

pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL

menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala

inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik

41

Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-

ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada

a) Trotoar-trotoar Kawasan

Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima

seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa

Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan

Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza

Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung

antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan

melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal

pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju

Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar

yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan

Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini

kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk

melakukan pergerakan perpindahan

Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene

merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang

dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh

orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-

menerusperiodik tertentu

Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti

jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas

PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu

aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB

Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang

lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan

wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang

Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash

0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600

ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 2: BAB 3 Karmin

41

sesungguhnya merupakan fenomena lama yang dialami oleh pemerintah di kota-kota besar

Sejak terjadinya krisis ekonomi pembangunan perekonomian daerah dan pengembangan

wilayah sebagai upaya peningkatan pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan antar

daerah mengalami hambatan dan keterbatasan dalam pemanfaatan sumber daya alam

ketersediaan modal kemitraan pemerintah masyarakat dan dunia usaha Seiring dengan

perkembangan Daerah Perkotaan dan adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan

kurangnya ketersediaan lapangan kerja dan sarana prasarana dalam jumlah yang banyak

sehingga banyak masyarakat bawah mengambil alternatif untuk berprofesi sebagai PKL

32 Peranan PKL

Kehadiran Pedagang Kaki Lima (PKL) di daerah perkotaan sendiri mempunyai

dampak positif

321 PKL sebagai Penggerak Ekonomi di Sektor Informal Indonesia

Menurut laporan yang disusun oleh World Bank pada tahun 1993sektor formal

terhitung kurang dari 32 dari populasi tenaga kerja sementara68 bekerja di sektor

informal (Frank Weibe 199 dalam Sektor Informalyang Terorganisasi Haryo Winarso dan

Gede Budi) Peran sektor informal di perkotaan sangat strategis sebagai katub pengaman

pengangguran karena tidak dapat tertampung pada sektor formal

Pedagang kaki lima sebagai bagian sektor informal perkotaan istilah pedagang kaki

lima konon berasal dari jaman pemerintahan Rafles Gubernur Jenderal pemerintahan

Kolonial Belanda yaitu dari kata rdquofive feetrdquo yang berarti jalur pejalan kaki di pinggir jalan

selebar 5 (lima) kaki Ruang tersebut digunakan untuk kegiatan berjualan pedagang kecil

sehingga disebut dengan pedagang kaki lima (dalam Widjajanti 200028) Kemudian muncul

beberapa ahli yang mengemukakan defenisi dari pedagang kaki lima diantaranya menurut

McGee (197728) menyebutkan PKL sebagai hawkers adalah orang-orang yang menawarkan

barang-barang atau jasa untuk dijualMenurut Mulyanto (2007) PKL adalah termasuk usaha

kecil yang berorientasi pada laba (profit) layaknya sebuah kewirausahaan(entrepreneurship)

PKL mempunyai cara tersendiri dalam mengelolausahanya agar mendapatkan keuntungan

PKL menjadi manajer tunggal yangmenangani usahanya mulai dari perencanaan usaha

menggerakkan usaha sekaligus mengontrol atau mengendalikan usahanya padahal fungsi-

fungsi manajemen tersebut jarang atau tidak pernah mereka dapatkan dari pendidikan

formalBerikut ini dapat dilihat dampak positif dari adanya PKL (disarikan dari beberapa

penelitian yang pernah dilakukan oleh Rajab 2002 dan IPGI 2001) Dampak Positif

41

1 PKL menjadi katup pengaman bagi masyarakat perekonomian lemah baik sebagai

profesi maupun bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama akibat

krisis ekonomi

2 PKL menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang relatif murah bagi masyarakat yang

berpenghasilan menengah ke bawah

3 Jumlah yang besar ragam bentuk usaha dan keunikan merupakan potensi yang besar

untuk menghias wajah kota apabila ditata dan diatur dengan baik

4 PKL dapat memberikan rasa aman yang menjadi barrier untuk keamanan aktivitas

pedagang formal karena kontiunitas kegiatannya hampir 24 jam

5 PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapuskan

6 PKL menyimpan potensi pariwisata yang cukup besar

Berdasarkan dampak yang ditimbulkannya tersebut Dampak positif terlihat dari segi

sosial dan ekonomi karena keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota

karena sektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis Menurut Sethurahman

selaku koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan ILO di delapan negara

berkembang karena kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal

bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan berasal dari usaha sendiri Modal

ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya ekonomi yang besarDalam hal ini

eksistensi PKL perlu dipertahankan hanya saja perlu diupayakan meminimalkan dampak

negatif yang ditimbulkannya Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan adalah

menertibkan PKL sehingga fungsinya dalam aspek ekonomi dapat berjalan namun tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas ruang perkotaan Usaha kecil telah

membuktikan dan menjadi tangan yang tersembunyi (invisible hand) bagi perekonomian

Indonesia keluar dari badai krisis Jika dikaji lebih mendalamsetidaknya usaha kecil terutama

sektor informal (sebut PKL) mempunyai tiga peran besar dalam proses pembangunan mulai

dari bidang ekonomi pariwisata dan pendidikan

322 Pemberdayaan Unskilled Workers dalam Kegiatan Usaha PKL

Langkah utama yang dapat ditempuh untuk memberdayakan keberadaan PKL ini

adalah perlu adanya pengakuan secara resmi terhadap keberadaan sektor informal (PKL)

dalam rencana tata ruang kota Hal ini perlu karena rencana tata ruang kota akan dapat

menciptakan penciptaan lingkungan yangaman nyaman serasi dan efisien Hanya saja untuk

mewujudkan hal tersebut perlu diperhatikan terhadap hal-hal antara lain

41

1 Perlu dicermati tentang paradigma PKL selain itu juga perlu dicermati pula mengenai

konsep tentang masyarakat marjinal yang berkaitan dengan usaha PKL Hal ini akan

berkaiatan dengan karakteristik masyarakat PKL terhadap rencana tata ruang

2 Sudah menjadi fakta kenyataan bahwa PKL adalah sesuatu yang luar biasa sehingga

perlu adanya pengaturan secara formal mengingat usaha PKL sifatnya sudah menjadi

bidang pekerjaan walaupun masihdikategorikan sebagai sektor informal dan

mengingat lokasi PKL menempati bagian kota yang secara visual mencolok mata dan

berlokasi pada tempat yang strategis dan bernilai lahan tinggi

3 Perlu adanya ketegasan mengenai peruntukkan atau fungsi ruang kotaapakah ruang

tersebut sebagai ruang publik (jalan ruang terbuka hijau)atau fungsi lainnya sehingga

perlu dicermati kembali konsep keadilandan keseimbangan antara kepentingan publik

(umum) dan kepentingan privat (individu) dalam hal haknya masing-masing terhadap

ruang publik kota

4 Selain penataan fisik kota juga perlu didukung oleh aturan-aturan main yang jelas

berupa peraturan perencanaan pengelolaan pemanfaatan dan pemeliharaan ruang

secara benar dan adil bagi semua pihak

323 PKL Sang Pengembang Wirausaha di Indonesia

Dari sisi ekonomi usaha kecil termasuk didalamnya sektor informal (PKL) berperan

dalam penumbuhan jiwa kewirausahaan Menurut Kasali(2005) manfaat yang dapat

diperoleh dari tumbuhnya jiwa wirausaha dimasyarakat

1 Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan kerja

2 Tumbuhnya kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha

3 Meningkatkan kualitas kompetisi yang berujung pada nilai tambah masyarakat

4 Menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat ketidakpastian dan

5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Hal ini sejalan dengan pemikiran Rochdale jika suatu negara ingin tumbuh dengan

cepatmaka salah satu yang harus mendapat prioritas pengembangan adalah tumbuhnya jiwa

wirausaha di masyarakat PKL sudah teruji sebagai bibit entrepreneur untuk diberdayakan

menjadi unit usaha baru yang tangguh Berbagai hasil studi sudah membuktikannya

33 Pola Aktivitas PKL di Jalur Pejalan Kaki

41

Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang

menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang

fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor

perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity

support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama

dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa

untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir

jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL

menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase

kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut

biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota

Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan

struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu

tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan

sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang

kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional

kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang

berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan

perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan

diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL

mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya

Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL

yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik

aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat

pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik

PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota

tersebut

34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki

Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan

baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua

menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut

ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke

empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan

41

Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi

keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja

memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah

menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga

diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor

Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini

sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan

perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota

yang sudah ada

Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data

Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak

tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak

kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di

wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa

mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit

bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan

akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan

informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan

PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran

Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung

jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah

daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu

unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan

pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL

yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan

fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-

sepotong ad hoc dan tidak konsisten

Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL

dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di

Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan

sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh

legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum

sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh

41

elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat

masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam

pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang

Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau

cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan

Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati

35 Studi Kasus

351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang

Lima Semarang

A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan

Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya

meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi

pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan

pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini

seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara

kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang

berlangsung di atasnya

1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan

Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses

tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai

PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-

trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL

di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya

Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri

antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke

atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)

Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan

yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi

lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk

sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada

41

malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal

menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan

sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi

pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih

fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki

sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan

kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada

ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu

arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di

depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di

samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima

di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7

SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu

menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa

dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu

secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL

Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur

pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang

melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan

ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-

rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL

pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL

menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala

inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik

41

Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-

ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada

a) Trotoar-trotoar Kawasan

Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima

seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa

Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan

Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza

Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung

antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan

melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal

pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju

Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar

yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan

Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini

kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk

melakukan pergerakan perpindahan

Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene

merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang

dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh

orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-

menerusperiodik tertentu

Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti

jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas

PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu

aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB

Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang

lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan

wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang

Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash

0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600

ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 3: BAB 3 Karmin

41

1 PKL menjadi katup pengaman bagi masyarakat perekonomian lemah baik sebagai

profesi maupun bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama akibat

krisis ekonomi

2 PKL menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang relatif murah bagi masyarakat yang

berpenghasilan menengah ke bawah

3 Jumlah yang besar ragam bentuk usaha dan keunikan merupakan potensi yang besar

untuk menghias wajah kota apabila ditata dan diatur dengan baik

4 PKL dapat memberikan rasa aman yang menjadi barrier untuk keamanan aktivitas

pedagang formal karena kontiunitas kegiatannya hampir 24 jam

5 PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapuskan

6 PKL menyimpan potensi pariwisata yang cukup besar

Berdasarkan dampak yang ditimbulkannya tersebut Dampak positif terlihat dari segi

sosial dan ekonomi karena keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota

karena sektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis Menurut Sethurahman

selaku koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan ILO di delapan negara

berkembang karena kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal

bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan berasal dari usaha sendiri Modal

ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya ekonomi yang besarDalam hal ini

eksistensi PKL perlu dipertahankan hanya saja perlu diupayakan meminimalkan dampak

negatif yang ditimbulkannya Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan adalah

menertibkan PKL sehingga fungsinya dalam aspek ekonomi dapat berjalan namun tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas ruang perkotaan Usaha kecil telah

membuktikan dan menjadi tangan yang tersembunyi (invisible hand) bagi perekonomian

Indonesia keluar dari badai krisis Jika dikaji lebih mendalamsetidaknya usaha kecil terutama

sektor informal (sebut PKL) mempunyai tiga peran besar dalam proses pembangunan mulai

dari bidang ekonomi pariwisata dan pendidikan

322 Pemberdayaan Unskilled Workers dalam Kegiatan Usaha PKL

Langkah utama yang dapat ditempuh untuk memberdayakan keberadaan PKL ini

adalah perlu adanya pengakuan secara resmi terhadap keberadaan sektor informal (PKL)

dalam rencana tata ruang kota Hal ini perlu karena rencana tata ruang kota akan dapat

menciptakan penciptaan lingkungan yangaman nyaman serasi dan efisien Hanya saja untuk

mewujudkan hal tersebut perlu diperhatikan terhadap hal-hal antara lain

41

1 Perlu dicermati tentang paradigma PKL selain itu juga perlu dicermati pula mengenai

konsep tentang masyarakat marjinal yang berkaitan dengan usaha PKL Hal ini akan

berkaiatan dengan karakteristik masyarakat PKL terhadap rencana tata ruang

2 Sudah menjadi fakta kenyataan bahwa PKL adalah sesuatu yang luar biasa sehingga

perlu adanya pengaturan secara formal mengingat usaha PKL sifatnya sudah menjadi

bidang pekerjaan walaupun masihdikategorikan sebagai sektor informal dan

mengingat lokasi PKL menempati bagian kota yang secara visual mencolok mata dan

berlokasi pada tempat yang strategis dan bernilai lahan tinggi

3 Perlu adanya ketegasan mengenai peruntukkan atau fungsi ruang kotaapakah ruang

tersebut sebagai ruang publik (jalan ruang terbuka hijau)atau fungsi lainnya sehingga

perlu dicermati kembali konsep keadilandan keseimbangan antara kepentingan publik

(umum) dan kepentingan privat (individu) dalam hal haknya masing-masing terhadap

ruang publik kota

4 Selain penataan fisik kota juga perlu didukung oleh aturan-aturan main yang jelas

berupa peraturan perencanaan pengelolaan pemanfaatan dan pemeliharaan ruang

secara benar dan adil bagi semua pihak

323 PKL Sang Pengembang Wirausaha di Indonesia

Dari sisi ekonomi usaha kecil termasuk didalamnya sektor informal (PKL) berperan

dalam penumbuhan jiwa kewirausahaan Menurut Kasali(2005) manfaat yang dapat

diperoleh dari tumbuhnya jiwa wirausaha dimasyarakat

1 Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan kerja

2 Tumbuhnya kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha

3 Meningkatkan kualitas kompetisi yang berujung pada nilai tambah masyarakat

4 Menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat ketidakpastian dan

5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Hal ini sejalan dengan pemikiran Rochdale jika suatu negara ingin tumbuh dengan

cepatmaka salah satu yang harus mendapat prioritas pengembangan adalah tumbuhnya jiwa

wirausaha di masyarakat PKL sudah teruji sebagai bibit entrepreneur untuk diberdayakan

menjadi unit usaha baru yang tangguh Berbagai hasil studi sudah membuktikannya

33 Pola Aktivitas PKL di Jalur Pejalan Kaki

41

Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang

menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang

fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor

perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity

support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama

dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa

untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir

jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL

menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase

kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut

biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota

Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan

struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu

tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan

sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang

kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional

kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang

berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan

perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan

diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL

mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya

Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL

yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik

aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat

pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik

PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota

tersebut

34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki

Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan

baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua

menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut

ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke

empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan

41

Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi

keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja

memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah

menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga

diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor

Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini

sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan

perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota

yang sudah ada

Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data

Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak

tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak

kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di

wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa

mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit

bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan

akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan

informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan

PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran

Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung

jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah

daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu

unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan

pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL

yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan

fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-

sepotong ad hoc dan tidak konsisten

Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL

dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di

Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan

sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh

legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum

sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh

41

elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat

masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam

pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang

Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau

cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan

Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati

35 Studi Kasus

351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang

Lima Semarang

A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan

Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya

meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi

pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan

pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini

seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara

kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang

berlangsung di atasnya

1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan

Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses

tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai

PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-

trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL

di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya

Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri

antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke

atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)

Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan

yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi

lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk

sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada

41

malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal

menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan

sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi

pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih

fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki

sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan

kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada

ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu

arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di

depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di

samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima

di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7

SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu

menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa

dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu

secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL

Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur

pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang

melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan

ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-

rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL

pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL

menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala

inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik

41

Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-

ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada

a) Trotoar-trotoar Kawasan

Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima

seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa

Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan

Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza

Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung

antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan

melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal

pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju

Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar

yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan

Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini

kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk

melakukan pergerakan perpindahan

Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene

merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang

dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh

orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-

menerusperiodik tertentu

Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti

jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas

PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu

aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB

Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang

lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan

wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang

Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash

0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600

ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 4: BAB 3 Karmin

41

1 Perlu dicermati tentang paradigma PKL selain itu juga perlu dicermati pula mengenai

konsep tentang masyarakat marjinal yang berkaitan dengan usaha PKL Hal ini akan

berkaiatan dengan karakteristik masyarakat PKL terhadap rencana tata ruang

2 Sudah menjadi fakta kenyataan bahwa PKL adalah sesuatu yang luar biasa sehingga

perlu adanya pengaturan secara formal mengingat usaha PKL sifatnya sudah menjadi

bidang pekerjaan walaupun masihdikategorikan sebagai sektor informal dan

mengingat lokasi PKL menempati bagian kota yang secara visual mencolok mata dan

berlokasi pada tempat yang strategis dan bernilai lahan tinggi

3 Perlu adanya ketegasan mengenai peruntukkan atau fungsi ruang kotaapakah ruang

tersebut sebagai ruang publik (jalan ruang terbuka hijau)atau fungsi lainnya sehingga

perlu dicermati kembali konsep keadilandan keseimbangan antara kepentingan publik

(umum) dan kepentingan privat (individu) dalam hal haknya masing-masing terhadap

ruang publik kota

4 Selain penataan fisik kota juga perlu didukung oleh aturan-aturan main yang jelas

berupa peraturan perencanaan pengelolaan pemanfaatan dan pemeliharaan ruang

secara benar dan adil bagi semua pihak

323 PKL Sang Pengembang Wirausaha di Indonesia

Dari sisi ekonomi usaha kecil termasuk didalamnya sektor informal (PKL) berperan

dalam penumbuhan jiwa kewirausahaan Menurut Kasali(2005) manfaat yang dapat

diperoleh dari tumbuhnya jiwa wirausaha dimasyarakat

1 Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan kerja

2 Tumbuhnya kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha

3 Meningkatkan kualitas kompetisi yang berujung pada nilai tambah masyarakat

4 Menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat ketidakpastian dan

5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Hal ini sejalan dengan pemikiran Rochdale jika suatu negara ingin tumbuh dengan

cepatmaka salah satu yang harus mendapat prioritas pengembangan adalah tumbuhnya jiwa

wirausaha di masyarakat PKL sudah teruji sebagai bibit entrepreneur untuk diberdayakan

menjadi unit usaha baru yang tangguh Berbagai hasil studi sudah membuktikannya

33 Pola Aktivitas PKL di Jalur Pejalan Kaki

41

Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang

menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang

fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor

perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity

support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama

dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa

untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir

jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL

menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase

kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut

biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota

Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan

struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu

tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan

sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang

kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional

kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang

berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan

perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan

diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL

mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya

Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL

yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik

aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat

pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik

PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota

tersebut

34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki

Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan

baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua

menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut

ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke

empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan

41

Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi

keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja

memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah

menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga

diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor

Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini

sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan

perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota

yang sudah ada

Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data

Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak

tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak

kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di

wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa

mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit

bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan

akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan

informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan

PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran

Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung

jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah

daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu

unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan

pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL

yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan

fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-

sepotong ad hoc dan tidak konsisten

Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL

dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di

Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan

sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh

legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum

sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh

41

elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat

masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam

pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang

Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau

cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan

Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati

35 Studi Kasus

351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang

Lima Semarang

A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan

Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya

meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi

pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan

pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini

seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara

kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang

berlangsung di atasnya

1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan

Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses

tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai

PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-

trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL

di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya

Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri

antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke

atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)

Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan

yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi

lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk

sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada

41

malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal

menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan

sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi

pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih

fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki

sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan

kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada

ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu

arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di

depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di

samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima

di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7

SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu

menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa

dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu

secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL

Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur

pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang

melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan

ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-

rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL

pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL

menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala

inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik

41

Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-

ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada

a) Trotoar-trotoar Kawasan

Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima

seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa

Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan

Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza

Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung

antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan

melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal

pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju

Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar

yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan

Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini

kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk

melakukan pergerakan perpindahan

Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene

merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang

dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh

orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-

menerusperiodik tertentu

Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti

jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas

PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu

aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB

Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang

lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan

wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang

Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash

0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600

ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 5: BAB 3 Karmin

41

Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang

menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang

fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor

perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity

support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama

dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa

untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir

jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL

menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase

kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut

biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota

Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan

struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu

tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan

sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang

kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional

kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang

berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan

perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan

diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL

mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya

Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL

yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik

aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat

pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik

PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota

tersebut

34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki

Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan

baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua

menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut

ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke

empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan

41

Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi

keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja

memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah

menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga

diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor

Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini

sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan

perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota

yang sudah ada

Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data

Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak

tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak

kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di

wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa

mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit

bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan

akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan

informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan

PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran

Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung

jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah

daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu

unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan

pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL

yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan

fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-

sepotong ad hoc dan tidak konsisten

Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL

dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di

Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan

sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh

legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum

sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh

41

elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat

masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam

pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang

Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau

cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan

Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati

35 Studi Kasus

351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang

Lima Semarang

A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan

Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya

meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi

pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan

pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini

seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara

kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang

berlangsung di atasnya

1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan

Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses

tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai

PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-

trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL

di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya

Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri

antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke

atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)

Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan

yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi

lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk

sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada

41

malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal

menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan

sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi

pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih

fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki

sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan

kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada

ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu

arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di

depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di

samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima

di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7

SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu

menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa

dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu

secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL

Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur

pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang

melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan

ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-

rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL

pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL

menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala

inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik

41

Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-

ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada

a) Trotoar-trotoar Kawasan

Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima

seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa

Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan

Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza

Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung

antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan

melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal

pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju

Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar

yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan

Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini

kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk

melakukan pergerakan perpindahan

Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene

merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang

dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh

orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-

menerusperiodik tertentu

Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti

jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas

PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu

aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB

Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang

lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan

wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang

Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash

0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600

ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 6: BAB 3 Karmin

41

Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi

keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja

memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah

menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga

diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor

Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini

sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan

perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota

yang sudah ada

Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data

Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak

tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak

kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di

wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa

mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit

bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan

akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan

informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan

PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran

Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung

jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah

daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu

unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan

pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL

yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan

fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-

sepotong ad hoc dan tidak konsisten

Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL

dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di

Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan

sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh

legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum

sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh

41

elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat

masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam

pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang

Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau

cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan

Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati

35 Studi Kasus

351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang

Lima Semarang

A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan

Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya

meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi

pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan

pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini

seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara

kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang

berlangsung di atasnya

1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan

Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses

tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai

PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-

trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL

di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya

Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri

antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke

atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)

Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan

yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi

lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk

sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada

41

malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal

menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan

sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi

pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih

fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki

sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan

kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada

ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu

arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di

depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di

samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima

di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7

SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu

menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa

dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu

secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL

Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur

pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang

melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan

ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-

rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL

pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL

menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala

inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik

41

Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-

ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada

a) Trotoar-trotoar Kawasan

Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima

seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa

Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan

Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza

Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung

antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan

melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal

pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju

Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar

yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan

Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini

kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk

melakukan pergerakan perpindahan

Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene

merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang

dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh

orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-

menerusperiodik tertentu

Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti

jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas

PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu

aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB

Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang

lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan

wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang

Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash

0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600

ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 7: BAB 3 Karmin

41

elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat

masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam

pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang

Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau

cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan

Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati

35 Studi Kasus

351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang

Lima Semarang

A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan

Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya

meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi

pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan

pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini

seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara

kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang

berlangsung di atasnya

1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan

Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses

tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai

PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-

trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL

di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya

Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri

antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke

atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)

Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan

yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi

lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk

sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada

41

malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal

menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan

sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi

pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih

fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki

sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan

kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada

ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu

arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di

depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di

samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima

di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7

SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu

menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa

dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu

secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL

Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur

pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang

melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan

ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-

rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL

pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL

menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala

inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik

41

Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-

ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada

a) Trotoar-trotoar Kawasan

Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima

seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa

Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan

Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza

Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung

antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan

melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal

pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju

Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar

yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan

Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini

kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk

melakukan pergerakan perpindahan

Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene

merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang

dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh

orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-

menerusperiodik tertentu

Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti

jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas

PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu

aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB

Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang

lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan

wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang

Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash

0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600

ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 8: BAB 3 Karmin

41

malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal

menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan

sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi

pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih

fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki

sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan

kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada

ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu

arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di

depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di

samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima

di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7

SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu

menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa

dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu

secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL

Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur

pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang

melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan

ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-

rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL

pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL

menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala

inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik

41

Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-

ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada

a) Trotoar-trotoar Kawasan

Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima

seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa

Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan

Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza

Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung

antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan

melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal

pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju

Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar

yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan

Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini

kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk

melakukan pergerakan perpindahan

Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene

merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang

dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh

orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-

menerusperiodik tertentu

Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti

jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas

PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu

aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB

Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang

lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan

wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang

Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash

0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600

ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 9: BAB 3 Karmin

41

Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-

ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada

a) Trotoar-trotoar Kawasan

Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima

seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa

Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan

Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza

Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung

antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan

melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal

pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju

Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar

yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan

Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini

kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk

melakukan pergerakan perpindahan

Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene

merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang

dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh

orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-

menerusperiodik tertentu

Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti

jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas

PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu

aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB

Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang

lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan

wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang

Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash

0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600

ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 10: BAB 3 Karmin

41

Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai

1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti

kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan

maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi

dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di

lapangan

b) Trotoar Lapangan Pancasila

Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat

rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi

alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan

asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi

menjadi calon pembeli

Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan

Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL

trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul

0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi

menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa

PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi

menjaring calon pembeli

Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan

Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan

ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila

dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan

dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah

pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan

c) Tengah Lapangan Pancasila

Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya

ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama

dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang

cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 11: BAB 3 Karmin

41

strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima

ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi

sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan

moda angkutan pribadi maupun umum

Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan

PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi

dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang

menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan

waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan

Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini

memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang

diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama

pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang

makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih

barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang

disuguhkan

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan

Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang

Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan

memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari

kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan

kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas

perkantoran pendidikan dan pemerintahan

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 12: BAB 3 Karmin

41

Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi

oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas

koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran

Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh

akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana

kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa

kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan

pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan

jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan

Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula

Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu

memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan

aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu

Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti

perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada

waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan

jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas

olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja

(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai

dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya

aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan

proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang

trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang

terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini

memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat

aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam

jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan

kegiatan bersama-sama

Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini

ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang

menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada

ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 13: BAB 3 Karmin

41

sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan

display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus

untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang

dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)

sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki

penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa

dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka

publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata

sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya

dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan

dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis

Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima

dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai

aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL

memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi

orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada

pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi

warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan

aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski

dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan

adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum

2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul

pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad

Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima

yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara

rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini

mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume

kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula

dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda

kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data

yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)

Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-

ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 14: BAB 3 Karmin

41

pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu

berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek

dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah

dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam

puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak

dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan

Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan

Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan

dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk

memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang

trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi

dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan

masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang

dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia

Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada

kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki

kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk

berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik

kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan

semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima

ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin

berkurang

Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar

aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan

perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam

rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian

yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh

pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL

membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang

seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan

kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian

atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 15: BAB 3 Karmin

41

Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya

akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada

yang berbelanja pada PKL

Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan

antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki

tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25

tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak

muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan

aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa

Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang

didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi

sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan

rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar

senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar

mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative

membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga

Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh

tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah

a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan

Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan

perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran

Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan

yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur

sirkulasi utama kawasan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan

antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan

Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang

memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan

b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan

dan Tepi Lapangan Pancasila

Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang

trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 16: BAB 3 Karmin

41

memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada

PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL

sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan

display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier

searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada

Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL

di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan

yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti

bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan

Pancasila

c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe

lanja

Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk

melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di

tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena

setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu

sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan

Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi

dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga

disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan

atau berkelompok

Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008

Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 17: BAB 3 Karmin

41

Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung

kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka

publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar

kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal

mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo

Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan

pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan

antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL

yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi

pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi

utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL

ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu

meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih

jelas obyek yang dimaksud

Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur

trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet

memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan

dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur

sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada

seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan

untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC

harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima

Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil

melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya

begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan

demikian tercipta pergerakan yang menerus

Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang

jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas

dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel

pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat

yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan

rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 18: BAB 3 Karmin

41

lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh

perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam

perjalanannya untuk mencapai tujuan

Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu

perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti

sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada

pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa

persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan

kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari

bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru

kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu

kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan

Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-

bangunan formal yang lain

Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki

kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur

sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang

dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan

Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki

kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan

membosankan

B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik

Kawasan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan

bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang

terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan

hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan

adalah aktivitas PKL

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat

menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi

wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +

4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 19: BAB 3 Karmin

41

memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota

menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan

umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang

Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul

berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya

a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok

b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak

c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang

cukup besar

d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor

informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar

kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu

1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang

Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor

TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman

membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang

trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan

perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan

sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu

berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola

jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas

perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini

maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh

calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan

terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud

Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk

mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di

sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang

melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 20: BAB 3 Karmin

41

keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara

pengguna jalan kawasan

Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet

memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik

pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis

barang yang diperdagangkan

2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang

melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang

membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan

yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan

Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota

Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga

rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah

yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL

yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display

berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan

berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon

pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif

3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh

aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang

mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang

Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung

ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang

bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara

mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga

memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya

variasi barang yang disuguhkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL

akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi

Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 21: BAB 3 Karmin

41

kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada

aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas

perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan

beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-

koridor kelima ruas jalan ini

Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi

pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa

PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan

tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di

sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada

aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang

identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada

yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan

Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki

kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang

melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya

fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang

berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang

tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan

aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity

support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan

diperhitungkan kebutuhan ruangnya

2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan

Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki

merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang

memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi

konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun

pengguna jalan yang lain (pengendara)

Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran

fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus

menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk

mencapai tujuan dalam pergerakannya

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 22: BAB 3 Karmin

41

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai

ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh

tujuan dalam melakukan perjalanannya

a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan

tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola

rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada

sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama

kawasan yang membentuk loop

Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan

kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan

modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal

kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari

tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung

melakukan pergerakan berpindah antarbangunan

Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas

PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-

ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada

tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi

pencapaian tujuan pergerakan

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada

bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan

formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan

yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk

loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk

mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang

merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan

pada muaranya di Jalan Simpang Lima

b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang

Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka

publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang

trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan

melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 23: BAB 3 Karmin

41

yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan

mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar

kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang

ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang

mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh

pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih

jenis-jenis barang yang diinginkan

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang

berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti

sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada

lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang

dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar

lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah

ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL

Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang

persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang

melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus

pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila

c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan

Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila

Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas

olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah

Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini

cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang

cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan

suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya

bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali

dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana

olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan

pada ruang

Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan

secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat

pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 24: BAB 3 Karmin

41

beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau

sekedar untuk mengobrol

Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk

berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo

dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung

ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan

dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan

jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga

sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang

oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)

dengan suasana rekreatif dan santai

Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang

rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang

yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain

Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan

dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa

jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit

dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian

ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang

naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang

ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah

berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang

menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah

tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu

lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir

off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 25: BAB 3 Karmin

41

352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember

3521 Analisa Konflik Kepentingan

Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 26: BAB 3 Karmin

41

3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Tabel IV2

Analisa Konflik Penggunaan Ruang

Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009

3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik

A Analisa Teori

Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang

melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian

PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 27: BAB 3 Karmin

41

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini

menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik

Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-

konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang

membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 28: BAB 3 Karmin

41

Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola

aktivitas PKL

Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL

Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep

kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana

bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan

Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi

sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain

Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut

jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen

Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung

Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan

pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi

Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah

Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal

Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta

persamaan persepsi

Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL

Sosialisasi status ruang PKL

Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan

lain

Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal

Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang

parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang

Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL

Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki

Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat

penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian

Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang

PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya

Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan

penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 29: BAB 3 Karmin

41

Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal

Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan

Perancangan dapat mewadahi ruang PKL

Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia

Pengaturan kebersihan dan ketertiban

C Konsep Legalitas PKL

Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu

sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini

sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi

perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah

PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah

Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya

pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL

berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb

PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila

PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi

menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya

di kawasan Samanhudi

Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL

mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara

pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL

D Konsep Pembinaan dan Permodalan

Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten

Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan

pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten

Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin

Program pembinaan diadakan oleh pemerintah

Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi

peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah

Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan

kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan

Samanhudi

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 30: BAB 3 Karmin

41

Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL

mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi

Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi

diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah

ditentukan

Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan

instansi-isntansi lain yang terkait

Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan

Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan

bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta

terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan

E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi

Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau

keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil

pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas

Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah

selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh

masyarakat dan pakar PKL lainnya

Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung

aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan

Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat

tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak

terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait

Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian

dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak

terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi

rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan

Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan

masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 31: BAB 3 Karmin

41

353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi

Semarang

3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif

dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya

yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL

tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola

penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis

tersebu dipaparkan sebagai berikut

a Lokasi Beraktivitas

Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan

PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di

sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr

Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan

tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri

sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang

lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh

PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat

kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang

melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat

dilihat pada Gambar berikut

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 32: BAB 3 Karmin

41

Gambar 33

Lokasi Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl

berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi

Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik

masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik

berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan

lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan

PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan

Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga

diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi

penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang

seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah

Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak

adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari

status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya

serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu

lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di

sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal

tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen

b Tempat Usaha

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 33: BAB 3 Karmin

41

Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang

PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya

seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan

difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL

berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta

menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut

dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi

tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut

Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi

PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang

notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang

publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 34

Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang

khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada

waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-

waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat

PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang

diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam

golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin

tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat

dilihat pada Gambar

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 34: BAB 3 Karmin

41

Gambar 35

Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

c Jenis Barang Dagangan

Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit

dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto

es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba

menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang

dagangan makanan

Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-

buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di

penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang

dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk

pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya

yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas

relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit

Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini

Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong

karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air

kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 35: BAB 3 Karmin

41

utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas

termos untuk air panas dan jenis barang lainnya

Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum

diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan

besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang

dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin

tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak

tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas

pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi

keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait

adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas

yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman

umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota

Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani

untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani

terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas

pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi

seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai

perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal

jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 36

Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 36: BAB 3 Karmin

41

d Sarana Fisik Berdagang

Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang

berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut

menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya

merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan

perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut

dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan

kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan

sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta

biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana

usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari

peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah

kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk

hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya

upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar

peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan

prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan

aspek tersebut

Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu

sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk

tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah

dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan

himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang

mudah untuk dibongkar serta dipindahkan

Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak

menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi

larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak

tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak

memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat

penegak tata tertib

Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan

berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 37: BAB 3 Karmin

41

sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios

permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak

terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak

sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki

lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah

Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup

fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup

mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu

sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu

berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner

pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden

e Pola Layanan

Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu

layanan

aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut

1 Waktu Layanan

Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari

seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah

sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar

pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr

Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya

diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka

membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang

waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24

jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan

barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien

pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli

dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum

Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas

membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka

usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat

mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan

utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka

membuka usahanya sesuai keinginan mereka

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 38: BAB 3 Karmin

41

Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu

layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba

menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas

pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang

lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta

berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama

Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit

serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang

bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte

serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut

pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya

Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Menurut Waktu Layanan

2 Sifat Layanan

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat

berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini

nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang

memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat

layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 39: BAB 3 Karmin

41

Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi

Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang

merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu

berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya

mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya

sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara

berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta

memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu

kunjungan menjenguk pasien

f Pola Penyebaran

Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier

Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase

Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk

PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk

linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya

mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang

berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat

pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan

dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di

Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke

Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung

yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan

dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL

lainnya

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 40: BAB 3 Karmin

41

g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar

Rumah Sakit dr Kariadi

Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah

memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun

2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di

kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak

berwenang

Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya

mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan

sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal

permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan

berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan

buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat

beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna

memenuhi kebutuha penunggu pasien

Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta

gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk

aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang

yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan

dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan

permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan

PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek

tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri

Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu

pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat

usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga

malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap

mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang

yang relatif tetap

Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi

yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti

trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 41: BAB 3 Karmin

41

Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang

bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi

saingan

ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun

menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan

Samanhudi dengan kawasan PKL lain

ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL

ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun

dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja

namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang

namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan

ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa

jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan

harga antara pedagang formal dan PKL

ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan

pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak

penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi

antar pihak

ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai

dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan

perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang

informal

ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan

persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL

ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan

dalih keamanan

ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki

ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL

ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan

ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa

harus saling menumpuk

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 42: BAB 3 Karmin

41

ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak

Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi

jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 43: BAB 3 Karmin

41

Pengelolaan PKL

Pengelolaan PKL di Bundaran

Simpang Lima

Lima Semarang

Pengelolaan PKL di

Kabupaten Jember

Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah

Sakit dr Kariadi Semarang

Mengakui keberadaan PKL dengan

menuangkannya di dalam produk-

produk tata ruang

Penegakan peraturan

perundagangan yang terkait

dengan PKL

Menjalin kerjasama dengan sektor

formal dalam menyediakan ruang

bagi PKL

Menyediakan ruang perkotaan

yang dikhususkan bagi sektor

informal

Peningkatan citra PKL

Pengakuan terhadap eksistensi PKL

Control terhadap dana bantuan

Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo

Penindakan tegas kepada oknum yang

melakukan perampasan hak pada PKL

dengan dalih keamanan

Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk

menampung aktivitas PKL dan pejalan

kaki

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat

Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal

Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan

jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir

Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL

dan konsumen yang aman dari gangguan

pejalan kaki dan pengendara kendaraan

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 44: BAB 3 Karmin

41

36 Temuan Studi

Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

Mengetahui

permasalahan

PKL di jalur

pejalan kaki

Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL

Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan

Masalah yang utama itu dari setiap

pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki

di Jalan Samanhudi Jember yaitu

Penggusuran Para PKL liar yang tidak

memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)

mereka biasanya akan di gusur dengan

peringatan yang di berikan sampai di

laksanakan penggusuran paksa padahal

Pedagang kaki lima merupakan salah satu

solusi akan masalah tingginya angka

pengangguran dan sedikitnya lapangan

kerja bagi masyarakat berpendidikan

rendah seperti mereka Pemerintah dalam

hal ini tidak dapat menyediakan lahan

pengganti bagi mereka untuk melanjutkan

usaha mereka jika pun ada pemerintah

menyediakan lahan-lahan yang letaknya

kurang strategis yang secara pasti

menurunkan dan mematikan pendapatan

yang mereka dapatkan dan akhirnya

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya ditempatkan

di dalam ruang publik seperti di

atas trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang publik

lainnya patut dipertanyakan

karena ketidakberdayaannya

peraturan tersebut dalam

menangani PKL Sebagai contoh

di sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi legalitas lokasi untuk

aktivitas PKL yang linier di

sepanjang jalan yang bertempat di

atas drainase Dalam aspek

apapun hal tersebut tidak dapat

dilegalkan terlebih tidak ada

penjelasan mengenai luasan atau

desain yang diperbolehkan PKL

untuk menggelar dasaran pada

dimensi saluran drainase yang

PKL yang menempati

ruang-ruang trotoar

menyebabkan

terganggunya aktivitas

pejalan kaki

Pemerintah tidak dapat

menyediakan lahan

pengganti

Legalitas lokasi aktivitas

PKL yang biasanya

ditempatkan di dalam

ruang publik seperti di atas

trotoar di atas saluran

drainase taman dan ruang

publik patut

dipertanyakan

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 45: BAB 3 Karmin

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza

Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang

mereka harus gulung tikar dan menjadi

pengangguran yang semakin menambah

permasalahan di Indonesia Pemerintah

harus mencari cara dan tempat yang baik

untuk mereka berdagang ditengah modal

mereka yang kecil agar di sisi lain semua

para pedagang kaki lima tidak hilang

lapangan kerjanya dan bias melanjutkan

kelangsungan hidupnya

ada Selain itu PKL juga

menempati trotoar yang

mengakibatkan bertambahnya

permasalahan yang terdapat di

lokasi tersebut Imbas secara

langsung dirasakan oleh

pengguna trotoar yaitu pedestrian

ketidaknyamanan bahkan tidak

adanya lagi ruang untuk berjalan

di atas trotoar acapkali menjadi

konsekuensi pedestrian yang

trotoarnya diserobot PKL

Aglomerasi aktivitas PKL yang

berlokasi di sekitar pintu masuk

pengunjung Rumah Sakit dr

Kariadi menyebabkan

penumpukan aktivitas seperti

aktivitas keluar masuk

pengunjung aktivitas jual beli

antara PKL dengan konsumen

lalu lintas kendaraan yang sedang

melewati Jalan dr Kariadi serta

angkutan umum yang sedang

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 46: BAB 3 Karmin

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya

berhenti mencari penumpang

Sekali lagi permasalahan tersebut

disikapi oleh pemerintah dengan

penertiban dan penggusuran yang

hampir tidak pernah berakhir

manis

Mengetahui

peranan PKL

Kehadiran PKL di Kawasan

Bundaran Simpang Lima juga mampu

menciptakan kehidupan yang menerus

sehingga terhindar dari kematian

kawasan pada saat tertentu akan tetapi

di sisi lain kehadiran PKL

menyebabkan ketidakteraturan

kekumuhan dan kualitas fisik yang

buruk sehingga merusak wajah kota

Selain itu PKL yang berjualan di

Lapangan Pancasila pada malam hari

dengan kehidupan malam dan wanita-

wanita penghibur yang berdandan tebal

Tempat pedagang kaki lima bagi

Masyarakat dijalan Samanhudi Jember

sangat penting sebagai penyedia kebutuhan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember

Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi

pola pasar dan sosial di Jember khususnya

didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang

perekonomian pedagang kaki lima hanya

berpengaruh sebagai produsen yang

penting bagi Masyarakat Jember

mengingat akan Meningkatnya jumlah

Penduduk Mereka cenderung lebih

memilih membeli pada pedagang kaki lima

Usaha PKL yang terus

berkembang pesat menarik PKL

untuk mempekerjakan karyawan

selain tenaga yang dibutuhkan

memang tidak bisa dikerjakan

sendiri terdapat pula pemilik

modal yang menyewa tempat

usaha namun dijadikan usaha

sampingan sehingga tidak

mengelola secara langsung

usahanya namun dengan

mempekerjakan karyawan PKL

yang statusnya sebagai karyawan

Pedangan kaki lima sangat

mempengaruhi pola pasar

dan sosial

harga yang PKL tawarkan

lebih murah dibandingkan

dengan harga di mall

grosir maupun indogrosir

sebagai salah satu

alternatif lapangan

pekerjaan bagi masyarakat

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 47: BAB 3 Karmin

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

menciptakan kesan negatif dan

memperburuk citra kawasan

daripada membeli di supermarket yang

sudah merajalela di kota Jember pada saat

ini mall atau grosir maupun indogrosir

yang banyak tersebar di kota Jember

dikarenakan harga yang mereka tawarkan

lebih murah

sebanyak 10 dimana karyawan

tersebut memanfaatkan PKL

sebagai lapangan pekerjaan

Sehingga bekerja sebagai

karyawan PKL dapat dikatakan

sebagai salah satu alternatif

lapangan pekerjaan bagi

masyarakat

Mengetahui

pola aktivitas

PKL dijalur

pejalan kaki

Aktivitas PKL sendiri

memiliki kecenderungan untuk

menempati ruang ruang antar aktivitas

yang selalu ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam melakukan

pergerakan perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain atau dari

bangunan perdagangan modern satu ke

bangunan perdagangan modern yang

lain secara periodik dalam rentang

waktu tertentu sehingga kemudian

pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur

pedestrian yang notabene merupakan

ruang-ruang terbuka publik yang

PKL berdagang dengan menempati

tempat yang tetap dan tidak berpindah-

pindah

Modal dan aset sebagian besar adalah

milik sendiri

Berdagang di Samanhudi merupakan

usaha utama

Alat peraga PKL pada kawasan ini

dapat dibedakan menjadi

ndashAlat peraga semi permanen dari kayu

dan tenda yang bersifat menetap

ndashAlat peraga dengan bangku meja dan

tenda sekaligus sebagai tempat tinggal

ndashAlat peraga beroda namun menetap

Pola Aktivitas pelayanan PKL di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi pada umumnya melayani

pengunjung rumah sakit namun

tidak menutup kemungkinan

konsumennya adalah pengendara

atau orang yang sedang melintasi

jalan tersebut tanpa bermaksud

untuk masuk ke rumah sakit

Selain itu konsumen

yang berasal dari sekitar lokasi

PKL seperti penduduk

permukiman di sekitarnya

pekerja yang bekerja di sektor

Aktivitas PKL memiliki

kecenderungan untuk

menempati ruang ruang

antar aktivitas yang selalu

ramai dilewatidikunjungi

oleh banyak orang dalam

melakukan pergerakan

perpindahan dari aktivitas

satu ke aktivitas yang lain

atau dari bangunan

perdagangan modern satu

ke bangunan perdagangan

modern

Saat berjualan alat peraga

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 48: BAB 3 Karmin

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

seyogyanya digunakan oleh pejalan

kaki Keberadaan ruang trotoar yang

semakin sempit oleh penggunaan ruang

PKL membuat pejalan kaki

menjatuhkan pilihan untuk melakukan

perjalanan pada ruang-ruang seperti

jalur lambat dan sebagian badan jalan

sehingga mengurangi keamanan jiwa

dan kenyamanan pejalan kaki sendiri

serta pengguna jalan yang lain

(pengendara)

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pejalan kaki pada

ruang-ruang jalur pedestrian atau

trotoar di Kawasan Bundaran Simpang

Lima adalah kegiatan berjalan dan

berbelanja Sebagian dari pejalan kaki

hanya berjalan melintasi trotoar untuk

menuju lokasi tujuannya akan tetapi

ada pula sebagian dari pejalan kaki

yang berjalan sambil melihat-lihat

bahkan ada yang berbelanja pada PKL

ndashAlat peraga beroda namun menetap

dengan bangku dan meja

ndashHanya berupa matras sebagai alas

dagangan yang dapat berpindah

sewaktu-waktu

Alat peraga yang dipakai untuk usaha

tidak seragam dan tidak menggunakan

desain yang baik sehingga terkesan

kumuh kurang bersih dan sangat

mengganggu wajah kota dan menutup

fasade bangunan di belakangnya

Saat berjualan alat peraga kios

sebagian besar menempati badan jalan

dan trotoar

Saat tidak berjualan alat peraga kios

sebagian besar tetap di lokasi jualan

lama berjualan di Samanhudi sebagian

besar antara 6 ndash10 tahun

Terbanyak dari pedagang belum

pernah bekerja di sektor lain dan dari

semula telah menjadi PKL di

Samanhudidi bandingkan denga harga

yang ada di mall Pedagang

lain sehingga tidak ada batasan

pasti mengenai pola pelayanan

para PKL tersebut

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi menjadi

dua sesi PKL yang pertama

adalah pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi hingga

siang hari Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan pada

sore hingga malam hari Namun

tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL yang

berdagang dari pagi hingga

malam hari bahkan buka nonstop

mengingat rumah sakit

beraktivitas selama sehari penuh

sehingga mereka mengikuti

aktivitas sektor formal yang ada

di sekitarnya

Waktu berdagang

tersebut juga disesuaikan dengan

kios sebagian besar

menempati badan jalan

dan trotoar

Waktu beraktivitas para

PKL umumnya terbagi

menjadi dua sesi PKL

yang pertama adalah

pedagang yang aktivitas

berdagangnya pada pagi

hingga siang hari

Pedagang yang kedua

merupakan pedagang yang

mempunyai waktu layanan

pada sore hingga malam

hari Namun tidak

menutup kemungkinan

terdapat beberapa PKL

yang berdagang dari pagi

hingga malam hari bahkan

buka nonstop

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 49: BAB 3 Karmin

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

izin usaha yang diberlakukan oleh

petugas kelurahan sebagai pihak

yang berwenang menangani PKL

Untuk lokasi yang dilarang untuk

PKL oleh PKL tetap digunakan

sebagai lokasi untuk berdagang

dengan waktu berdagang setelah

jam kerja yaitu sore hingga

malam hari

Mengetahui

Pengelolaan

PKL di jalur

pejalan kaki

dalam perkembangannya

pemerintah mengeluarkan SK

Walikota Kota Semarang No 511316

tahun 2001 tentang Penetapan Lahan

yang mengatur tentang lokasi-lokasi

dan waktu aktivitas PKL yang

diperbolehkan oleh pemerintah pada

Kawasan Bundaran Simpang Lima

agar tetap terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah kawasannya

yaitu PKL yang berjualan di depan

Kompleks Pertokoan Simpang Lima

depan Ramayana SC depan Kantor

Adanya pengakuan resmi dari

pemerintah terhadap PKL Samanhudi

sebagai salah satu sector ekonomi di

kawasan studi melalui surat keputusan

resmi Surat keputusan ini sekaligus

mengatur hak kewajiban dan

tanggung jawab PKL sebagai

kompensasi perubahan status yang

telah diberikan oleh pemerintah

Pedagang kaki lima perlu untuk

mendapatkan pembinaan dari

pemerintah Kabupaten Jember untuk

meningkatkan kemampuan wirausaha

Pemerintah Kota Semarang

berwenang dalam mengatur

keberadaan PKL di ruang Kota

Semarang seperti yang terdapat di

kawasan sekitar Rumah Sakit dr

Kariadi dengan bentuk

pengelolaan lokasional (stabilitas

atau pengaturan) dan struktural

(perijinan) Dalam pengaturan

tersebut Pemerintah Kota

Semarang menggunakan dasar

hukum berupa Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Peraturan

mengatur tentang lokasi-

lokasi dan waktu aktivitas

PKL yang diperbolehkan

oleh pemerintah agar tetap

terjaga kerapihan dan

estetikakeindahan wajah

kawasannya

Pedagang kaki lima perlu

untuk mendapatkan

pembinaan

Pedestrian dirancang ulang

dengan dilebarkan hingga

area parkiran street

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 50: BAB 3 Karmin

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

TelkomSMKN 7 Semarang depan

Gajahmada Plaza dan depan Masjid

Baiturrahman boleh berjualan dari

pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada

Hari Minggu PKL diijinkan untuk

berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800

WIB) menempati ruang trotoar dengan

luas areal 4 x 6 meter

Sampai dengan tahun 2008

PKL di Kawasan Bundaran Simpang

Lima mencapai 1536 pedagang dan

ada kecenderungan akan terus

meningkat dari tahun ke tahun (lihat

Tabel III4) Kecenderungan lokasi

PKL pada masa-masa yang akan

datang mengikuti kecenderungan dari

perkembangan aktivitas formal

kawasan yang ada demikian juga

kecenderungan waktu berdagangnya

Melihat kecenderungan aktivitas PKL

kawasan maka SK Walikota Kota

Semarang No 511316 tahun 2001

sudah tidak relevan lagi dan perlu

dan peningkatan kualitas barang

dagang dan pelayanan terhadap

pembeli konsumen sehingga bias

meningkatkan pendapatan dan

aktivitas pedagang kaki lima dapat

member nilai tambah serta dapat

memberkan peluang kerja yang dapat

mengurangi tingkat pengangguran di

Kabupaten Jember Bentuk pembinaan

berupa penyuluhan yang diberikan

berkala secara rutin Program

pembinaan diadakan oleh pemerintah

Paguyuban Samanhudi merupakan

Kelembagaan yang memiliki

kewenangan atau keterikatan dengan

pengelolaan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima KoridorJalan

SamanhudiPaguyuban ini

beranggotakan wakil PKL wakil

pedagang formal wakil pemerintah

dari dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Polisi Pamong

Praja Dinas Pariwisata Dinas

Daerah dan Surat Keputusan

Walikota Adapun dasar hukum

yang mengatur secara jelas

mengenai aktivitas PKL di Kota

Semarang yang berlaku saat ini

diantaranya adalah sebagai

berikut

1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun

2000 tentang Pengaturan dan

Pembinaan PKL Perda ini

menjelaskan tentang pengaturan

dan pembinaan PKL di Kota

Semarang seperti pengaturan

tempat usaha hak kewajiban dan

larangan untuk PKL Dalam

kaitannya dengan karakteristik

berlokasi aktivitas PKL

dijelaskan dalam Perda ini yang

terdapat dalam pasal 3 yaitu

penempatan lokasi kegiatan PKL

diatur dengan mempertimbangkan

tempat kepentingan untuk umum

lainnya seperti kepentingan untuk

sehingga jalur aktif

kendaraan tidak

mengalami penyempitan

mengatur keberadaan PKL

di ruang Kota dengan

bentuk pengelolaan

lokasional (stabilitas atau

pengaturan) dan struktural

(perijinan)

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 51: BAB 3 Karmin

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

ditinjau kembali sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan yang

ada di lapangan

Pendapatan dan Dinas LPMK

Kabupaten Jemberserta pihak

penengah selaku penasehat dan pihak

netral yang diwakili oleh pakar PKL

dari universitas tokoh masyarakat dan

pakar PKL lainnya

Penerapan tema khusus pada penataan

PKL kawasan studi agar mempunyai

cirri khas dan dapat mengangkat citra

kawasan dan meningkatkan daya tarik

kawasan Contoh produk khas

jember yang dapat diangkat sebagai

tema adalah tembakau rookk dan

cerutu mengingat Jember sebagai

penghasil tembakau terbesar di Jawa

Kegiatan khas Jember yang dapat

diangkat sebagai tema yaitu Jember

Fashion Carnaval Penerapan tema

dapat diaplikasikan pada sarana usaha

PKL finishing pedestrian perabot

kota dan elemen pendukung lainnya

Pedestrian dirancang ulang dengan

pejalan dan untuk sirkulasi

kendaraan Untuk lebih jelas

mengenai detail isi perda tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Surat Keputusan Walikota

Semarang No 51136 Tahun

2001 tentang lokasi PKL di Kota

Semarang dimana di dalamnya

diantaranya mengatur luas area

batas pemakaian area waktu

aktivitas dan tempat aktivitas

PKL Ruas kanan Jalan dr

Kariadi dari arah Jalan Veteran

merupakan lokasi yang

diperbolehkan untuk aktivitas

PKL Lokasi tersebut menempati

trotoar serta bangunan berupa

semi permanen Untuk lebih jelas

mengenai detail isi SK tersebut

dapat dilihat pada Lampiran F

1048707 Perda No 6 Tahun 2004

tentang Rencana Detail Tata

Ruang Kota Semarang Bagian

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya

Page 52: BAB 3 Karmin

41

Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang

Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit

Kariyadi Semarang

Temuan

dilebarkan hingga area parkiran street

sehingga jalur aktif kendaraan tidak

mengalami penyempitan Diberikan

perbedaan yang tegas antara ruang

PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur

kendaraan berupa perbedaan tinggi

lantaiSehingga dikemudian hari kios

PKL tidak melebar ke segala sisi

Wilayah Kota (BWK) I

(Kecamatan Semarang Tengah

Semarang Timur dan Semarang

Selatan Tahun 2000-2010 Perda

tersebut menjelaskan mengenai

fungsi serta peran BWK I yang

terkait dengan sektor formal di

wilayah tersebut yaitu penjelasan

mengenai fasilitas kesehatan yang

berada khususnya di Kelurahan

Randusari Selain itu dijelaskan

pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan

dr Soetomo dan Jalan Veteran

serta jalur transportasi yang

melaluinya