bab-3 coper
TRANSCRIPT
BAB IIIPENGOLAHAN DATA
3.1. Karakteristik Input Data3.1.1. Data Karakteristik Fisik Waduk Dari data yang ada diperoleh hasil sebagai berikut :
a. El. puncak pelimpah (crest spillway) = + 249,00 m
b. El. Minimum Operasi (MOL) = + 234,00 m
c. El. dasar sungai (river bed) = + 200,00 m
d. H operasi efektif = 0,0614 m
e. Komposisi material endapan sedimen (%)
Sand = 30,6
Silt = 8,8
Clay = 48,3
f. Spesific gravity (kg/m3)
Sand = 1709
Silt = 1446
Clay = 1241
g. Persamaan luas genangan (km2)
Dengan data :
C = 0,12
D = 1,048
Maka persamaan luas genangan diperoleh :
A = C.HD
A = 0,12.H1,048
3.1.2. Data Debit SungaiData debit sungai yang dipakai mulai tahun 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998,
1999, 2000, 2001 dan 2002. Data debit sungai terlampir
3.1.3. Data Karakteristik Sungai dan Butiran SedimenDari data yang ada diperoleh :
1. Data Karakteristik Sungai :
Lebar sungai = 31,25 m
Slope dasar sungai = 0,00014
74
2. Data Gradasi Butiran :
D35 = 0,0013 dm
D50 = 0,0025 dm
D60 = 0,0063 dm
D90 = 0,0133 dm
3. Komposisi material endapan sedimen (%)
Sand = 26,4
Silt = 4,6
Clay = 44,1
4. Spesific gravity (kg/m3)
Sand = 1541
Silt = 1320
Clay = 1115
3.1.4. Data Sedimen Muatan Layang (Suspended Load)Data sedimen muatan layang terlampir
3.1.5. Data Penunjang LainnyaData penunjang lainnya terlampir
3.2. Debit Inflow3.2.1. Pembangkitan Data Debit Inflow
Langkah-langkah perhitungan untuk pembangkitan data debit inflow adalah
sebagai berikut:
Dari sepuluh data debit bulanan yang diketahui, dihitung reratanya, standar deviasi,
koefisien korelasi dan koefisien regresi.
Menyusun bilangan random dalam distribusi normal yang didapatkan dari fungsi
analisa data pada program spread sheet.
Menghitung pembangkitan data dari 10 data menjadi 30 data dengan metode
Thomas Fiering dengan rumus sebagai berikut:
Contoh perhitungan pada bulan Pebruari tahun ke sebelas q i,b (dibangkitkan dari data
bulan Januari):
Xb (rerata data Februari) = 6,1463
Sd b (simpangan baku data Februari) = 2,0955
75
Bj (koefisien regresi Februari) = 0,4680
q i,b-1 (data Januari tahun ke sepuluh) = 6,5097
X b-1 (rerata data Januari) = 6,0379
r b (koefisien korelasi Februari) = 0,5086
t i,b (bilangan random normal) = -0.877392235450679
Maka hasil pembangkitan debit bulan Pebruari tahun ke sebelas adalah:q i,b = 6,1463 + {0,4680(6,5097–6,0379)} + {(-0.877392235450679x 2,0955 x (1-
(0,5086)2)0.5}
= 7,6096 m3/dt
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel perhitungan.
3.2.2. Uji Homogenitas DataUji hipotesa yang dipakai adalah uji analisis variansi dengan uji F(Fisher Test)
dan uji T.
Uji F
Uji F (Fisher test) dua arah dimana hipotesanya adalah sebagai berikut:
Hipotesa 1 : H0 = debit homogen dari bulan ke bulan
H1 = debit tidak homogen dari bulan ke bulan
Hipotesa 2 : H0 = debit homogen dari tahun ke tahun
H1 = debit tidak homogen dari tahun ke tahun
Ada dua nilai F yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dengan :
= harga rata-rata untuk bulan i
= harga rata-rata untuk tahun j
= harga rata-rata untuk keseluruhan
= pengamatan untuk bulan i pada tahun j
n = banyaknya pengamatan perbulan
76
k = banyaknya bulan
Maka dari hasil analisa variansi, didapatkan:
F1 = 31,3491
F2 = 1,5074
Harga F tabel untuk = 1% adalah:
F1 tabel = 2,276, maka F1 tabel < F1 hitung
F2 tabel = 1,718, maka F2 tabel >F2 hitung
Maka kesimpulan dari hasil perhitungan uji F adalah:
Hipotesa 1 ditolak H1 yang berarti debit homogen dari bulan ke bulan
Hipotesa 2 ditolak H1 yang berarti debit homogen dari tahun ke tahun
Syarat dalam pembangkitan data adalah hasil pembangkitan tetap homogen dari
tahun ke tahun, berarti dari hasil uji F, pembangkitan data memenuhi syarat dan bisa
digunakan.
Uji T
Uji T termasuk jenis uji untuk sampel kecil, sampel kecil adalah dimana ukuran
sampel n < 30. Untuk mengetahui apakah sampel x1dan x2 berasal dari populasi yang
sama, maka dihitung t score dengan rumus :
Dengan :
= rerata dari sampel x1
= rerata dari sampel x2
S1 = simpangan baku dari sampel x1
S2 = simpangan baku dari sampel x2
N1 = ukuran dari sampel x1
N2 = ukuran dari sampel x2
Hipotesa:
H0 : sampel x1 dan x2 berasal dari populasi yang sama
H1 : sampel x1 dan x2 tidak berasal dari populasi yang sama
Harga t tabel dicari pada tabel distribusi student’s,
77
untuk derajat bebas v = N1 + N2 – 2
= 10 + 20 – 2
= 28
dan = 5%, maka t tabel = 1,700
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima
Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
Hasil analisa bisa dilihat pada tabel.
3.2.3. Kurva Durasi AliranKurva durasi aliran adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara
pengaliran dengan waktu (peluang). Langkah-langkah pembuatan kurva durasi aliran
adalah sebagai berikut:
Data hasil perpanjangan debit selama 30 tahun untuk masing-masing bulan dirata-
rata.
Dari hasil rata-rata tiap bulan diurutkan mulai dari yang besar ke yang kecil, setelah
itu diranking.
Peluang masing-masing debit diperoleh dengan menggunakan rumus:
Dimana :
m = ranking data
n = banyaknya data
Contoh perhitungan :
Debit pada ranking pertama = 1,8610
P = {1/(12+1)} x 100% = 14,318 %
Untuk peluang selanjutnya dapat dilihat pada tabel kurva durasi aliran. Dari hasil
tersebut kemudian digambar pada kurva durasi aliran dengan skala log pada sumbu y
dan skala biasa pada sumbu x.
3.3. Lengkung Debit (Rating Curve)Rating Curve dibuat berdasarkan data yang didapat dari hasil pencatatan di
masing-masing sub basin. Perhitungan untuk mendapatkan rating curve atau liku
kalibrasi atau liku debit dapat dilihat pada tabel.
Perhitungan ini dilakukan dengan mengansumsi kedalaman air sungai dalam hal
ini diambil sampai kedalaman 4 m saja. Kemudian hitung dimensi sungai tersebut
dengan mengasumsi bentuk sungai adalah trapesium beraturan dengan z = 1. Kemudian
78
menghitung kecepatan dengan menggunakan Metode Manning dengan menggunakan
kekasaran Manning sebesar 0,025. setelah dimensi dan kecepatan dapat diketahui maka
dilanjutkan dengan menghitung debit aliran (Qw).
Lengkung debit merupakan grafik hubungan antara kedalaman aliran (H) sebagai
ordinat dan debit (Qw) sebagai absis.
3.4. Perhitungan Angkutan Sedimen3.4.1. Angkutan Sedimen Muatan Layang (Suspended Load) Perhitungan muatan layang (suspended load) metode USBR
Dari hasil perhitungan Qw dapat diperoleh harga Qs, selanjutnya dapat dibuat
persamaan pendekatan. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qs
teoritis (suspended load) sebagai berikut:
Qs = 0,0252*Qw^2,6594
Dari hasil Qs data dan Qs teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik
hubungan antara Qs (suspended load) dan Qw.
Perhitungan muatan layang (suspended load) metode Van Rijn
Secara sederhana rumus Van Rijn dirumuskan sebagai berikut (Pilarczyk,
1995:95):
dengan kecepatan aliran rata-rata kritis (Uc) dihitung dengan rumus:
0,1 D50 0,5 mm
0,5 D50 2,0 mm
Untuk parameter partikel karakteristik (D*)
Dengan :
U = kecepatan aliran
I = slope dasar saluran
ρs = densitas sediment dalam (kg/m3)
ρ = densitas air
v = viskositas
79
Contoh perhitungan:
Data-data yang diketahui:
Lebar sungai = 32,5 m
H = 1,0 m
s = 1014,74 kg/m3
ρ = 1000 kg/m3
g = 9.81 m/dt2
= 10-6 m2/dt (temperatur air pada 20oC)
D50 = 0,0025 dm
s = s / = 1014,74 /1000 = 1,014
k = 45
I = 0,00014
Adapun langkah-langkah perhitungan yang harus dilakukan sebagai berikut :
A = (B + zH)H
= (31,25 + 1*1)*1 = 32,25 m2
P = B + 2H*(z2 + 1)0,5
= 31,25 + 2*1(1+1)0.5 = 34,0784 m
R = A/P = 32,25 / 34,074 = 0,9463 m
V = k*R2/3*I0,5
= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt
Qw = A/V
= 32,25 / 0,5132 = 16,5516 m3/dt
Uc = 0,19*(D50)0,1*log{12*R)/(3*D90)}
= 0,19*(0,0025)0,1*log{12*0,9463)/(3*0,0133)}
= 0,2561 m/dt
Qs = 0,012*{(V–U c/9,81*D50*(s – 1)}2,5*(D50/H)1,2*V*H
= 0,0004367 m3 /dt/m2
Maka berdasarkan rumusan di atas diperoleh Qs (suspended load) = 1196,5252 ton/hari.
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qs teoritis (suspended load) sebagai
berikut:
15,05 Qw1,606
80
Dari hasil Qw data dan Qs teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik hubungan
antara Qs (suspended load) dan Qw.
Perhitungan muatan layang (suspended load) metode Einstein
Contoh perhitungan :
Data-data yang diketahui :
Lebar sungai = 31,25 m
H = 1 m
D90 = 0,0133 mm
D50 = 0,0025 mm
I = 0,00014
k = 45
Talud = 1:1
Maka:
A = (B + zH)H
= (31,25 + 1*1)*1 = 32,25 m2
P = B + 2H*(z2 + 1)0,5
= 31,25 + 2*1(1+1)0.5 = 34,0784 m
R = A/P = 32,25 / 34,074 = 0,9463 m
V = k*R2/3*I0,5
= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt
Qw = A/V
= 32,25 / 0,5132 = 16,5516 m3/dt
Uc = 0,19*(D50)0,1*log{12*R)/(3*D90)}
= 0,19*(0,0025)0,1*log{12*0,9463)/(3*0,0133)}
= 0,2561 m/dt
Qs = 0,012*{(V–U c/9,81*D50*(rs – 1)}2,5*(D50/H)1,2*V*H
= 0,0004367 m3 /dt/m2
d* = 0,00032176 Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qs teoritis (Suspended
Load) sebagai berikut:
Qs = 2,8528.Qw1,1276
Dari hasil Qw data dan Qs teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik
hubungan antara Qs (suspended load) dan Qw.
81
3.4.2. Angkutan Sedimen Muatan Dasar (Bed Load) Perhitungan muatan dasar (bed load) metode MPM (Meyer-Peter dan Muller)
Metode ini menghasilkan hubungan empiris antara dan ’ sebagai berikut:
= (4. - 0.188)3/2
S = (g..Dm3)0,5
Dengan:
Dengan :
= intensitas angkutan sedimen
= intensitas pengaliran
= ripple factor
C’ = friction factor intensive (m0,5/dt)
C = friction factor angkutan (m0,5/dt)
I = slope dasar
R = jari-jari hidrolis (m)
Dm = diameter efektif = D50 – D60
S = volume angkutan sedimen (m3/dt/m)
Contoh perhitungan:
Diketahui:
Lebar sungai = 31,25 m
H = 1 m
D90 = 0,0133 mm
D50 = 0,0025 mm
I = 0,00014
k = 45
Talud = 1:1
82
Maka:
A = (B + zH)H
= (31,25 + 1*1)*1 = 32,25 m2
P = B + 2H*(z2 + 1)0,5
= 31,25 + 2*1(1+1)0.5 = 34,0784 m
R = A/P = 32,25 / 34,074 = 0,9463 m
U = k*R2/3*I0,5
= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt
Qw = A/V
= 32,25 / 0,5132 = 16,5516 m3/dt
C’ = 18 log(12R/D90)
= 52,7684 m0,5/dt
C = U/IR0,5
= 44,5883 m0,5/dt
= = 0,7781
= = 2,7938
= (4. - 0.188)3/2 =32,4201
Qb =Ф x (g x D x (d50)3)0.5
= 32,4201x((9,81x0,0147x0,00253))0,5= 0,00173 m3/dt/m’
= 7903,6233 ton/hari
Perhitungan selanjutnya ditabelkan.
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qb teoritis (bed load) sebagai
berikut:
723,1 Qw0,858
Dari hasil Qw data dan Qb (bed load) teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik
hubungan antara Qb (bed load) dan Qw.
Perhitungan muatan dasar (bed load) metode Einstein
Pada perhitungan muatan dasar dengan metode Einstein, rumus yang digunakan
hampir sama dengan pada metode MPM. Perbedaan pokoknya terletak pada
penentuan konstanta berikut ini:
83
= 0,044638 + 0,63249 ’ – 0,226795 ’2 + 0,036 ’3
Untuk perhitungan ini data-data yang digunakan sama dengan data pada
perhitungan muatan dasar dengan metode sebelumnya.
Contoh perhitungan:
Dengan data-data yang telah ada diperoleh:
= 2,7938
= 0,044638 + 0,63249 ’ – 0,226795 ’2 + 0,036 ’3
= 0,82652
U = k*R2/3*I0,5
= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt
Qb =Ф x (g x D x (d50)3)0.5
= 0,82652((9,81x0,0147x0,00253))0,5= 0,0000393 m3/dt/m’
= 179,3662 ton/hari
Maka Qb (bed load) = 179,3662 ton/hari
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qb (bed load) sebagai berikut:
1,501Qw1,542
Dari hasil Qw data dan Qb (bed load) teoritis dapat digambarkan satu grafik
hubungan antara Qw dan Qb (bed load).
Perhitungan muatan dasar (bed load) metode Frijlik
D35 = 0,0013
= 2,7938
= 0,044638 + 0,63249 ’ – 0,226795 ’2 + 0,036 ’3
= 0,82652
U = k*R2/3*I0,5
= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt
Qb =Ф x (g x D x (d35)3)0.5
= 0,82652((9,81x0,014735x0,00133))0,5= 0,0000147 m3/dt/m’
= 67,258 ton/hari
Maka Qb (bed load) = 67,258 ton/hari
84
3.4.3. Angkutan Total (Total Load)1. Metode Einstein
Metode ini didasarkan pada perhitungan Einstein sebelumnya baik itu angkutan
melayang maupun angkutan dasar. Perhitungan ini menggunakan persamaan yang
diperoleh dari perhitungan tersebut yang disebut sebagai nilai teoritis. Perhitungannya
adalah sebagai berikut :
a. Dari kurva durasi aliran, sebagai contoh diambil contoh Qw = 1,86145 m3/dt
dengan peluang 7,692% dan jumlah hari dihitung berdasarkan peluang 7,692%
dari jumlah hari dalam setahun yaitu 28,0769 hari.
b. Setelah selesai menghitung Q sedimen total untuk setiap debit selama 12 kali
diperoleh jumlah keseluruhan sebesar 67872,24863 ton.
Dengan mengetahui komposisi sedimen diperoleh Q sedimen total rerata tahunan
42423,07118 m3.
2. Metode Engelund dan Hansen
Metode ini menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Contoh perhitungan pada H = 1 m menghasilkan hasil sebagai berikut :
U = k*R2/3*I0,5
= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt
C = U/IR0,5
= 44,5883 m0,5/dt
Ψ = = 0,00987 m/dt-1,5
f = = 3,5965
85
= 248,5781 m/dt-1,5
Qt = 7797,7049 ton/hari
3.5. Kapasitas Tampungan WadukUntuk menghitung kapasitas waduk diperlukan persamaan genangan waduk
dalam hal ini persamaannya adalah sebagai berikut:
A = 0,12 x H1,010
dengan:
A = luas genangan (km2)
H = tinggi air (m)
Selanjutnya menghitung luas rerata tiap-tiap ketinggian elevasi dikaitkan dengan
selisih tinggi antara elevasi luasan pertama dengan elevasi luasan kedua.
Contoh perhitungan:
Volume antara elevasi
Pada elevasi 200; H = 0
Persamaan luas genangan A1 = 0,12 x (0)1,048
Maka A1 = 0 km2
Pada elevasi 200,5; H = 0,5
Persamaan luas genangan A2 = 0.12 x (0,5)1,048
Maka A2 = 0,058 km2
Luas rerata (A1+A2)/2 = (0+0,058)/2 = 0,029 km2
Beda tinggi = 200 – 200,5 = 0,5 m
Volume antara elevasi 200 dan 200,5 adalah 0,029 km2 x 0,5 m = 14509,145 m3
Untuk elevasi selanjutnya dihitung pada tabel dan volume antar elevasi dikomulatifkan
sampai dengan elevasi crest spillway (249,00) sehingga diperoleh volume waduk, yaitu
sebesar 3524917,359 m3.
3.6. Klasifikasi Jenis WadukAnalisa klasifikasi tipe atau jenis waduk pada tugas kali ini menggunakan tiga
metode, yaitu metode satuan metrik, metode prosentase, dan metode satuan Inggris.
Cara dan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel “Perhitungan Klasifikasi
Tipe Waduk” untuk masing-masing metode. Untuk mendapatkan persamaan, maka
digambar grafik hubungan antara volume waduk sebagai absis dan kedalaman sebagai
ordinat.
86
Perhitungan yang dipakai untuk menentukan jenis waduk adalah perhitungan
metode matrik. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai kemiringan garis yang
didapatkan yaitu sebesar n atau b = 0,4935
Dan untuk mendapatkan nilai m = 1/n
m = 1/0,4935 = 2,0190
Sehingga waduk dapat dikategorikan dalam Waduk Tipe III.
3.7. Distribusi Endapan Sedimen Dan Usia Guna Waduk3.7.1. Usia Guna Waduk
Untuk menghitungan usia guna waduk, diperlukan data-data sebagai berikut:
Elevasi crest spillway = + 249,00
Elevasi minimum operasi = + 234,00
Elevasi river bed = + 200,00
H operasi efektif = + 0,0614
Inflow debit sungai tahunan = 111,70439 juta m3
Inflow debit sedimen tahunan = 0,04242 juta m3
Dalam hal ini usia guna waduk ditinjau dari penuhnya dead storage oleh sedimen ,
adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan inflow tahunan (I) dalam hal ini adalah 111,70439 juta m3.
2. Menentukan inflow sedimen tahunan dalam hal ini adalah 0,04242 juta m3
3. Menghitung harga V/I . Contoh perhitungan baris kedua :
– Pada elevasi ini volume waduk (V) = 169,580272 juta m3.
– V/I = 169,580272 /0,04242 juta m3 =1,5181
– Dengan harga V/I = 1,5181dari grafik Brune diperoleh efisiensi = 98,9258 %
– Efisiensi baris pertama = 99,02000 %
– Efisensi rerata = (efisiensi baris pertama + efisiensi baris kedua)/2
= (99,02000 + 98,9258)/2
= 98,9729 %
4. Dengan efisiensi rerata sebesar 98,9729 %, Sedimen yang mengendap adalah inflow
sedimen tahunan dikalikan dengan efisiensi rerata maka jumlah sedimen yang
mengendap = 0,04242 juta m3 x 98,9729 % = 0,0420 juta m3.
5. Waktu pengendapan dari berbagai elevasi dikomulatifkan untuk mendapatkan usia
waduk. Dari perhitungan didapatkan usia guna waduk = 1203,9645 tahun atau
sekitar 1204 tahun.
87
3.7.2. Akumulasi SedimenData-data yang dipakai adalah data-data pada saat perhitungan dengan
menggunakan metode Einstein :
Inflow debit sungai tahunan rata-rata = 106,71933 juta m3.
Rata-rata inflow sedimen yang mengendap tahunan = 0,81343 juta m3
Kapasitas tampungan mula-mula waduk = 157,5175 juta m3
Panjang waduk = 89622,6415 m
Perhitungan akumulasi sedimen dilakukan dengan menggunakan metode
Curchill dan Brune. Cara dan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel “Perhitungan
Akumulasi Sedimen”.
3.7.3. Analisa Distribusi Sedimen di WadukMetode yang dipakai dalam menghitung penyebaran distribusi sedimen di
waduk adalah Area Reduction Method. Dalam menghitung distribusi dengan metode ini
maka kita harus mengetahui klasifikasi waduk tersebut.
Dari perhitungan klasifikasi waduk diperoleh bahwa tipe waduk adalah tipe III,
maka dalam perhitungan luas relatif dipakai persamaan sebagai berikut:
Ap = C x Pm x (1-P)n
dimana:
Ap = luas relatif
P = kedalaman relatif
C, m, dan n adalah konstanta karakteristik yang ditentukan berdasarkan tipe
waduk seperti di bawah ini
Contoh distribusi penyebaran sedimen di waduk dalam jangka waktu 61 tahun dengan
metode Brune. Adapun langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut:
1. Menentukan elevasi, luas permukaan waduk dan volume waduk untuk setiap
elevasi mulai dari 247,50 sampai dengan 213,00.
2. Menghitung kedalaman relatif pada kolom dengan membagi kedalaman tinjauan
dengan kedalaman waduk normal.
3. Menghitung luas relatif dengan persamaan yang sesuai dengan tipe waduk, dalam
hal ini karena waduk yang dianalisa termasuk waduk tipe III maka persamaan yang
digunakan adalah
Ap = 16,967 x p-1,15 x (1-p)2,32
untuk elevasi P = 1, maka Ap = 0.
88
4. Mencoba nilai K1 sebagai cobaan pertama, K1 diambil dari hasil bagi luas
permukaan pada elevasi 0 yang baru dengan luas permukaan waduk relatif pada
elevasi tersebut, untuk nilai K1 = 0,0458
5. Luas permukaan sedimen diperoleh dengan mengalikan nilai luas relatif dengan
nilai K1.
6. Menghitung nilai volume sedimen dengan merata-ratakan luas sediment dan
kemudian dikalikan dengan beda tinggi kedua elevasi yang ditinjau.
7. Menghitung kumulatif volume sediment, bila jumlah total kumulatif sedimen yang
terjadi ternyata tidak sama dengan jumlah sedimen yang terjerat dalam waduk
selama umur waduk yang ditinjau, maka dicoba lagi nilai K dimana K2 = K1 x
(S/S1), dan kemudian perhitungan diulang.
8. Dari perhitungan waduk selama 121 tahun untuk beberapa kali coba-coba K
diperoleh nilai K = 0,0458 dengan sedimen yang terjerat = 19,9684 juta m3.
Sedangkan dari perhitungan komulatif volume sedimen diperoleh 19,9684 juta m3,
maka sedimen yang terjerat sama dengan kumulatif sedimen.
9. Menghitung luas permukaan yang merupakan selisih antara luas permukaan
waduk dengan luas permukaan sedimen.
10. Menghitung kapasitas waduk dengan mengurangi nilai kapasitas waduk dengan
nilai komulatif volume sedimen
11. Untuk perhitungan distribusi sebaran sedimen waduk dalam usia guna yang lain
pada tabel perhitungan.
Perhitungan dengan menggunakan Metode Brune pada prinsipnya sama dengan
perhitungan dengan menggunakan Metode Churchill. Pada akhir perhitungan dibuat
grafik yang menggambarkan hubungan antara kapasitas waduk dan luas permukaan
waduk pada masing-masing elevasi.
89
90