bab-3 coper

23
BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Karakteristik Input Data 3.1.1. Data Karakteristik Fisik Waduk Dari data yang ada diperoleh hasil sebagai berikut : a. El. puncak pelimpah (crest spillway) = + 249,00 m b. El. Minimum Operasi (MOL) = + 234,00 m c. El. dasar sungai (river bed) = + 200,00 m d. H operasi efektif = 0,0614 m e. Komposisi material endapan sedimen (%) Sand = 30,6 Silt = 8,8 Clay = 48,3 f. Spesific gravity (kg/m 3 ) Sand = 1709 Silt = 1446 Clay = 1241 g. Persamaan luas genangan (km 2 ) Dengan data : C = 0,12 D = 1,048 Maka persamaan luas genangan diperoleh : A = C.H D A = 0,12.H 1,048 3.1.2. Data Debit Sungai Data debit sungai yang dipakai mulai tahun 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001 dan 2002. Data debit sungai terlampir 3.1.3. Data Karakteristik Sungai dan Butiran Sedimen 74

Upload: tito-ikrar-aparat

Post on 11-Aug-2015

45 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab-3 coper

BAB IIIPENGOLAHAN DATA

3.1. Karakteristik Input Data3.1.1. Data Karakteristik Fisik Waduk Dari data yang ada diperoleh hasil sebagai berikut :

a. El. puncak pelimpah (crest spillway) = + 249,00 m

b. El. Minimum Operasi (MOL) = + 234,00 m

c. El. dasar sungai (river bed) = + 200,00 m

d. H operasi efektif = 0,0614 m

e. Komposisi material endapan sedimen (%)

Sand = 30,6

Silt = 8,8

Clay = 48,3

f. Spesific gravity (kg/m3)

Sand = 1709

Silt = 1446

Clay = 1241

g. Persamaan luas genangan (km2)

Dengan data :

C = 0,12

D = 1,048

Maka persamaan luas genangan diperoleh :

A = C.HD

A = 0,12.H1,048

3.1.2. Data Debit SungaiData debit sungai yang dipakai mulai tahun 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998,

1999, 2000, 2001 dan 2002. Data debit sungai terlampir

3.1.3. Data Karakteristik Sungai dan Butiran SedimenDari data yang ada diperoleh :

1. Data Karakteristik Sungai :

Lebar sungai = 31,25 m

Slope dasar sungai = 0,00014

74

Page 2: bab-3 coper

2. Data Gradasi Butiran :

D35 = 0,0013 dm

D50 = 0,0025 dm

D60 = 0,0063 dm

D90 = 0,0133 dm

3. Komposisi material endapan sedimen (%)

Sand = 26,4

Silt = 4,6

Clay = 44,1

4. Spesific gravity (kg/m3)

Sand = 1541

Silt = 1320

Clay = 1115

3.1.4. Data Sedimen Muatan Layang (Suspended Load)Data sedimen muatan layang terlampir

3.1.5. Data Penunjang LainnyaData penunjang lainnya terlampir

3.2. Debit Inflow3.2.1. Pembangkitan Data Debit Inflow

Langkah-langkah perhitungan untuk pembangkitan data debit inflow adalah

sebagai berikut:

Dari sepuluh data debit bulanan yang diketahui, dihitung reratanya, standar deviasi,

koefisien korelasi dan koefisien regresi.

Menyusun bilangan random dalam distribusi normal yang didapatkan dari fungsi

analisa data pada program spread sheet.

Menghitung pembangkitan data dari 10 data menjadi 30 data dengan metode

Thomas Fiering dengan rumus sebagai berikut:

Contoh perhitungan pada bulan Pebruari tahun ke sebelas q i,b (dibangkitkan dari data

bulan Januari):

Xb (rerata data Februari) = 6,1463

Sd b (simpangan baku data Februari) = 2,0955

75

Page 3: bab-3 coper

Bj (koefisien regresi Februari) = 0,4680

q i,b-1 (data Januari tahun ke sepuluh) = 6,5097

X b-1 (rerata data Januari) = 6,0379

r b (koefisien korelasi Februari) = 0,5086

t i,b (bilangan random normal) = -0.877392235450679

Maka hasil pembangkitan debit bulan Pebruari tahun ke sebelas adalah:q i,b = 6,1463 + {0,4680(6,5097–6,0379)} + {(-0.877392235450679x 2,0955 x (1-

(0,5086)2)0.5}

= 7,6096 m3/dt

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel perhitungan.

3.2.2. Uji Homogenitas DataUji hipotesa yang dipakai adalah uji analisis variansi dengan uji F(Fisher Test)

dan uji T.

Uji F

Uji F (Fisher test) dua arah dimana hipotesanya adalah sebagai berikut:

Hipotesa 1 : H0 = debit homogen dari bulan ke bulan

H1 = debit tidak homogen dari bulan ke bulan

Hipotesa 2 : H0 = debit homogen dari tahun ke tahun

H1 = debit tidak homogen dari tahun ke tahun

Ada dua nilai F yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dengan :

= harga rata-rata untuk bulan i

= harga rata-rata untuk tahun j

= harga rata-rata untuk keseluruhan

= pengamatan untuk bulan i pada tahun j

n = banyaknya pengamatan perbulan

76

Page 4: bab-3 coper

k = banyaknya bulan

Maka dari hasil analisa variansi, didapatkan:

F1 = 31,3491

F2 = 1,5074

Harga F tabel untuk = 1% adalah:

F1 tabel = 2,276, maka F1 tabel < F1 hitung

F2 tabel = 1,718, maka F2 tabel >F2 hitung

Maka kesimpulan dari hasil perhitungan uji F adalah:

Hipotesa 1 ditolak H1 yang berarti debit homogen dari bulan ke bulan

Hipotesa 2 ditolak H1 yang berarti debit homogen dari tahun ke tahun

Syarat dalam pembangkitan data adalah hasil pembangkitan tetap homogen dari

tahun ke tahun, berarti dari hasil uji F, pembangkitan data memenuhi syarat dan bisa

digunakan.

Uji T

Uji T termasuk jenis uji untuk sampel kecil, sampel kecil adalah dimana ukuran

sampel n < 30. Untuk mengetahui apakah sampel x1dan x2 berasal dari populasi yang

sama, maka dihitung t score dengan rumus :

Dengan :

= rerata dari sampel x1

= rerata dari sampel x2

S1 = simpangan baku dari sampel x1

S2 = simpangan baku dari sampel x2

N1 = ukuran dari sampel x1

N2 = ukuran dari sampel x2

Hipotesa:

H0 : sampel x1 dan x2 berasal dari populasi yang sama

H1 : sampel x1 dan x2 tidak berasal dari populasi yang sama

Harga t tabel dicari pada tabel distribusi student’s,

77

Page 5: bab-3 coper

untuk derajat bebas v = N1 + N2 – 2

= 10 + 20 – 2

= 28

dan = 5%, maka t tabel = 1,700

Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

Hasil analisa bisa dilihat pada tabel.

3.2.3. Kurva Durasi AliranKurva durasi aliran adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara

pengaliran dengan waktu (peluang). Langkah-langkah pembuatan kurva durasi aliran

adalah sebagai berikut:

Data hasil perpanjangan debit selama 30 tahun untuk masing-masing bulan dirata-

rata.

Dari hasil rata-rata tiap bulan diurutkan mulai dari yang besar ke yang kecil, setelah

itu diranking.

Peluang masing-masing debit diperoleh dengan menggunakan rumus:

Dimana :

m = ranking data

n = banyaknya data

Contoh perhitungan :

Debit pada ranking pertama = 1,8610

P = {1/(12+1)} x 100% = 14,318 %

Untuk peluang selanjutnya dapat dilihat pada tabel kurva durasi aliran. Dari hasil

tersebut kemudian digambar pada kurva durasi aliran dengan skala log pada sumbu y

dan skala biasa pada sumbu x.

3.3. Lengkung Debit (Rating Curve)Rating Curve dibuat berdasarkan data yang didapat dari hasil pencatatan di

masing-masing sub basin. Perhitungan untuk mendapatkan rating curve atau liku

kalibrasi atau liku debit dapat dilihat pada tabel.

Perhitungan ini dilakukan dengan mengansumsi kedalaman air sungai dalam hal

ini diambil sampai kedalaman 4 m saja. Kemudian hitung dimensi sungai tersebut

dengan mengasumsi bentuk sungai adalah trapesium beraturan dengan z = 1. Kemudian

78

Page 6: bab-3 coper

menghitung kecepatan dengan menggunakan Metode Manning dengan menggunakan

kekasaran Manning sebesar 0,025. setelah dimensi dan kecepatan dapat diketahui maka

dilanjutkan dengan menghitung debit aliran (Qw).

Lengkung debit merupakan grafik hubungan antara kedalaman aliran (H) sebagai

ordinat dan debit (Qw) sebagai absis.

3.4. Perhitungan Angkutan Sedimen3.4.1. Angkutan Sedimen Muatan Layang (Suspended Load) Perhitungan muatan layang (suspended load) metode USBR

Dari hasil perhitungan Qw dapat diperoleh harga Qs, selanjutnya dapat dibuat

persamaan pendekatan. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qs

teoritis (suspended load) sebagai berikut:

Qs = 0,0252*Qw^2,6594

Dari hasil Qs data dan Qs teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik

hubungan antara Qs (suspended load) dan Qw.

Perhitungan muatan layang (suspended load) metode Van Rijn

Secara sederhana rumus Van Rijn dirumuskan sebagai berikut (Pilarczyk,

1995:95):

dengan kecepatan aliran rata-rata kritis (Uc) dihitung dengan rumus:

0,1 D50 0,5 mm

0,5 D50 2,0 mm

Untuk parameter partikel karakteristik (D*)

Dengan :

U = kecepatan aliran

I = slope dasar saluran

ρs = densitas sediment dalam (kg/m3)

ρ = densitas air

v = viskositas

79

Page 7: bab-3 coper

Contoh perhitungan:

Data-data yang diketahui:

Lebar sungai = 32,5 m

H = 1,0 m

s = 1014,74 kg/m3

ρ = 1000 kg/m3

g = 9.81 m/dt2

= 10-6 m2/dt (temperatur air pada 20oC)

D50 = 0,0025 dm

s = s / = 1014,74 /1000 = 1,014

k = 45

I = 0,00014

Adapun langkah-langkah perhitungan yang harus dilakukan sebagai berikut :

A = (B + zH)H

= (31,25 + 1*1)*1 = 32,25 m2

P = B + 2H*(z2 + 1)0,5

= 31,25 + 2*1(1+1)0.5 = 34,0784 m

R = A/P = 32,25 / 34,074 = 0,9463 m

V = k*R2/3*I0,5

= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt

Qw = A/V

= 32,25 / 0,5132 = 16,5516 m3/dt

Uc = 0,19*(D50)0,1*log{12*R)/(3*D90)}

= 0,19*(0,0025)0,1*log{12*0,9463)/(3*0,0133)}

= 0,2561 m/dt

Qs = 0,012*{(V–U c/9,81*D50*(s – 1)}2,5*(D50/H)1,2*V*H

= 0,0004367 m3 /dt/m2

Maka berdasarkan rumusan di atas diperoleh Qs (suspended load) = 1196,5252 ton/hari.

Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qs teoritis (suspended load) sebagai

berikut:

15,05 Qw1,606

80

Page 8: bab-3 coper

Dari hasil Qw data dan Qs teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik hubungan

antara Qs (suspended load) dan Qw.

Perhitungan muatan layang (suspended load) metode Einstein

Contoh perhitungan :

Data-data yang diketahui :

Lebar sungai = 31,25 m

H = 1 m

D90 = 0,0133 mm

D50 = 0,0025 mm

I = 0,00014

k = 45

Talud = 1:1

Maka:

A = (B + zH)H

= (31,25 + 1*1)*1 = 32,25 m2

P = B + 2H*(z2 + 1)0,5

= 31,25 + 2*1(1+1)0.5 = 34,0784 m

R = A/P = 32,25 / 34,074 = 0,9463 m

V = k*R2/3*I0,5

= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt

Qw = A/V

= 32,25 / 0,5132 = 16,5516 m3/dt

Uc = 0,19*(D50)0,1*log{12*R)/(3*D90)}

= 0,19*(0,0025)0,1*log{12*0,9463)/(3*0,0133)}

= 0,2561 m/dt

Qs = 0,012*{(V–U c/9,81*D50*(rs – 1)}2,5*(D50/H)1,2*V*H

= 0,0004367 m3 /dt/m2

d* = 0,00032176 Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qs teoritis (Suspended

Load) sebagai berikut:

Qs = 2,8528.Qw1,1276

Dari hasil Qw data dan Qs teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik

hubungan antara Qs (suspended load) dan Qw.

81

Page 9: bab-3 coper

3.4.2. Angkutan Sedimen Muatan Dasar (Bed Load) Perhitungan muatan dasar (bed load) metode MPM (Meyer-Peter dan Muller)

Metode ini menghasilkan hubungan empiris antara dan ’ sebagai berikut:

= (4. - 0.188)3/2

S = (g..Dm3)0,5

Dengan:

Dengan :

= intensitas angkutan sedimen

= intensitas pengaliran

= ripple factor

C’ = friction factor intensive (m0,5/dt)

C = friction factor angkutan (m0,5/dt)

I = slope dasar

R = jari-jari hidrolis (m)

Dm = diameter efektif = D50 – D60

S = volume angkutan sedimen (m3/dt/m)

Contoh perhitungan:

Diketahui:

Lebar sungai = 31,25 m

H = 1 m

D90 = 0,0133 mm

D50 = 0,0025 mm

I = 0,00014

k = 45

Talud = 1:1

82

Page 10: bab-3 coper

Maka:

A = (B + zH)H

= (31,25 + 1*1)*1 = 32,25 m2

P = B + 2H*(z2 + 1)0,5

= 31,25 + 2*1(1+1)0.5 = 34,0784 m

R = A/P = 32,25 / 34,074 = 0,9463 m

U = k*R2/3*I0,5

= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt

Qw = A/V

= 32,25 / 0,5132 = 16,5516 m3/dt

C’ = 18 log(12R/D90)

= 52,7684 m0,5/dt

C = U/IR0,5

= 44,5883 m0,5/dt

= = 0,7781

= = 2,7938

= (4. - 0.188)3/2 =32,4201

Qb =Ф x (g x D x (d50)3)0.5

= 32,4201x((9,81x0,0147x0,00253))0,5= 0,00173 m3/dt/m’

= 7903,6233 ton/hari

Perhitungan selanjutnya ditabelkan.

Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qb teoritis (bed load) sebagai

berikut:

723,1 Qw0,858

Dari hasil Qw data dan Qb (bed load) teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik

hubungan antara Qb (bed load) dan Qw.

Perhitungan muatan dasar (bed load) metode Einstein

Pada perhitungan muatan dasar dengan metode Einstein, rumus yang digunakan

hampir sama dengan pada metode MPM. Perbedaan pokoknya terletak pada

penentuan konstanta berikut ini:

83

Page 11: bab-3 coper

= 0,044638 + 0,63249 ’ – 0,226795 ’2 + 0,036 ’3

Untuk perhitungan ini data-data yang digunakan sama dengan data pada

perhitungan muatan dasar dengan metode sebelumnya.

Contoh perhitungan:

Dengan data-data yang telah ada diperoleh:

= 2,7938

= 0,044638 + 0,63249 ’ – 0,226795 ’2 + 0,036 ’3

= 0,82652

U = k*R2/3*I0,5

= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt

Qb =Ф x (g x D x (d50)3)0.5

= 0,82652((9,81x0,0147x0,00253))0,5= 0,0000393 m3/dt/m’

= 179,3662 ton/hari

Maka Qb (bed load) = 179,3662 ton/hari

Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qb (bed load) sebagai berikut:

1,501Qw1,542

Dari hasil Qw data dan Qb (bed load) teoritis dapat digambarkan satu grafik

hubungan antara Qw dan Qb (bed load).

Perhitungan muatan dasar (bed load) metode Frijlik

D35 = 0,0013

= 2,7938

= 0,044638 + 0,63249 ’ – 0,226795 ’2 + 0,036 ’3

= 0,82652

U = k*R2/3*I0,5

= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt

Qb =Ф x (g x D x (d35)3)0.5

= 0,82652((9,81x0,014735x0,00133))0,5= 0,0000147 m3/dt/m’

= 67,258 ton/hari

Maka Qb (bed load) = 67,258 ton/hari

84

Page 12: bab-3 coper

3.4.3. Angkutan Total (Total Load)1. Metode Einstein

Metode ini didasarkan pada perhitungan Einstein sebelumnya baik itu angkutan

melayang maupun angkutan dasar. Perhitungan ini menggunakan persamaan yang

diperoleh dari perhitungan tersebut yang disebut sebagai nilai teoritis. Perhitungannya

adalah sebagai berikut :

a. Dari kurva durasi aliran, sebagai contoh diambil contoh Qw = 1,86145 m3/dt

dengan peluang 7,692% dan jumlah hari dihitung berdasarkan peluang 7,692%

dari jumlah hari dalam setahun yaitu 28,0769 hari.

b. Setelah selesai menghitung Q sedimen total untuk setiap debit selama 12 kali

diperoleh jumlah keseluruhan sebesar 67872,24863 ton.

Dengan mengetahui komposisi sedimen diperoleh Q sedimen total rerata tahunan

42423,07118 m3.

2. Metode Engelund dan Hansen

Metode ini menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Contoh perhitungan pada H = 1 m menghasilkan hasil sebagai berikut :

U = k*R2/3*I0,5

= 45*0,94632/3*0,000140.5 = 0,5132 m3/dt

C = U/IR0,5

= 44,5883 m0,5/dt

Ψ = = 0,00987 m/dt-1,5

f = = 3,5965

85

Page 13: bab-3 coper

= 248,5781 m/dt-1,5

Qt = 7797,7049 ton/hari

3.5. Kapasitas Tampungan WadukUntuk menghitung kapasitas waduk diperlukan persamaan genangan waduk

dalam hal ini persamaannya adalah sebagai berikut:

A = 0,12 x H1,010

dengan:

A = luas genangan (km2)

H = tinggi air (m)

Selanjutnya menghitung luas rerata tiap-tiap ketinggian elevasi dikaitkan dengan

selisih tinggi antara elevasi luasan pertama dengan elevasi luasan kedua.

Contoh perhitungan:

Volume antara elevasi

Pada elevasi 200; H = 0

Persamaan luas genangan A1 = 0,12 x (0)1,048

Maka A1 = 0 km2

Pada elevasi 200,5; H = 0,5

Persamaan luas genangan A2 = 0.12 x (0,5)1,048

Maka A2 = 0,058 km2

Luas rerata (A1+A2)/2 = (0+0,058)/2 = 0,029 km2

Beda tinggi = 200 – 200,5 = 0,5 m

Volume antara elevasi 200 dan 200,5 adalah 0,029 km2 x 0,5 m = 14509,145 m3

Untuk elevasi selanjutnya dihitung pada tabel dan volume antar elevasi dikomulatifkan

sampai dengan elevasi crest spillway (249,00) sehingga diperoleh volume waduk, yaitu

sebesar 3524917,359 m3.

3.6. Klasifikasi Jenis WadukAnalisa klasifikasi tipe atau jenis waduk pada tugas kali ini menggunakan tiga

metode, yaitu metode satuan metrik, metode prosentase, dan metode satuan Inggris.

Cara dan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel “Perhitungan Klasifikasi

Tipe Waduk” untuk masing-masing metode. Untuk mendapatkan persamaan, maka

digambar grafik hubungan antara volume waduk sebagai absis dan kedalaman sebagai

ordinat.

86

Page 14: bab-3 coper

Perhitungan yang dipakai untuk menentukan jenis waduk adalah perhitungan

metode matrik. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai kemiringan garis yang

didapatkan yaitu sebesar n atau b = 0,4935

Dan untuk mendapatkan nilai m = 1/n

m = 1/0,4935 = 2,0190

Sehingga waduk dapat dikategorikan dalam Waduk Tipe III.

3.7. Distribusi Endapan Sedimen Dan Usia Guna Waduk3.7.1. Usia Guna Waduk

Untuk menghitungan usia guna waduk, diperlukan data-data sebagai berikut:

Elevasi crest spillway = + 249,00

Elevasi minimum operasi = + 234,00

Elevasi river bed = + 200,00

H operasi efektif = + 0,0614

Inflow debit sungai tahunan = 111,70439 juta m3

Inflow debit sedimen tahunan = 0,04242 juta m3

Dalam hal ini usia guna waduk ditinjau dari penuhnya dead storage oleh sedimen ,

adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan inflow tahunan (I) dalam hal ini adalah 111,70439 juta m3.

2. Menentukan inflow sedimen tahunan dalam hal ini adalah 0,04242 juta m3

3. Menghitung harga V/I . Contoh perhitungan baris kedua :

– Pada elevasi ini volume waduk (V) = 169,580272 juta m3.

– V/I = 169,580272 /0,04242 juta m3 =1,5181

– Dengan harga V/I = 1,5181dari grafik Brune diperoleh efisiensi = 98,9258 %

– Efisiensi baris pertama = 99,02000 %

– Efisensi rerata = (efisiensi baris pertama + efisiensi baris kedua)/2

= (99,02000 + 98,9258)/2

= 98,9729 %

4. Dengan efisiensi rerata sebesar 98,9729 %, Sedimen yang mengendap adalah inflow

sedimen tahunan dikalikan dengan efisiensi rerata maka jumlah sedimen yang

mengendap = 0,04242 juta m3 x 98,9729 % = 0,0420 juta m3.

5. Waktu pengendapan dari berbagai elevasi dikomulatifkan untuk mendapatkan usia

waduk. Dari perhitungan didapatkan usia guna waduk = 1203,9645 tahun atau

sekitar 1204 tahun.

87

Page 15: bab-3 coper

3.7.2. Akumulasi SedimenData-data yang dipakai adalah data-data pada saat perhitungan dengan

menggunakan metode Einstein :

Inflow debit sungai tahunan rata-rata = 106,71933 juta m3.

Rata-rata inflow sedimen yang mengendap tahunan = 0,81343 juta m3

Kapasitas tampungan mula-mula waduk = 157,5175 juta m3

Panjang waduk = 89622,6415 m

Perhitungan akumulasi sedimen dilakukan dengan menggunakan metode

Curchill dan Brune. Cara dan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel “Perhitungan

Akumulasi Sedimen”.

3.7.3. Analisa Distribusi Sedimen di WadukMetode yang dipakai dalam menghitung penyebaran distribusi sedimen di

waduk adalah Area Reduction Method. Dalam menghitung distribusi dengan metode ini

maka kita harus mengetahui klasifikasi waduk tersebut.

Dari perhitungan klasifikasi waduk diperoleh bahwa tipe waduk adalah tipe III,

maka dalam perhitungan luas relatif dipakai persamaan sebagai berikut:

Ap = C x Pm x (1-P)n

dimana:

Ap = luas relatif

P = kedalaman relatif

C, m, dan n adalah konstanta karakteristik yang ditentukan berdasarkan tipe

waduk seperti di bawah ini

Contoh distribusi penyebaran sedimen di waduk dalam jangka waktu 61 tahun dengan

metode Brune. Adapun langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut:

1. Menentukan elevasi, luas permukaan waduk dan volume waduk untuk setiap

elevasi mulai dari 247,50 sampai dengan 213,00.

2. Menghitung kedalaman relatif pada kolom dengan membagi kedalaman tinjauan

dengan kedalaman waduk normal.

3. Menghitung luas relatif dengan persamaan yang sesuai dengan tipe waduk, dalam

hal ini karena waduk yang dianalisa termasuk waduk tipe III maka persamaan yang

digunakan adalah

Ap = 16,967 x p-1,15 x (1-p)2,32

untuk elevasi P = 1, maka Ap = 0.

88

Page 16: bab-3 coper

4. Mencoba nilai K1 sebagai cobaan pertama, K1 diambil dari hasil bagi luas

permukaan pada elevasi 0 yang baru dengan luas permukaan waduk relatif pada

elevasi tersebut, untuk nilai K1 = 0,0458

5. Luas permukaan sedimen diperoleh dengan mengalikan nilai luas relatif dengan

nilai K1.

6. Menghitung nilai volume sedimen dengan merata-ratakan luas sediment dan

kemudian dikalikan dengan beda tinggi kedua elevasi yang ditinjau.

7. Menghitung kumulatif volume sediment, bila jumlah total kumulatif sedimen yang

terjadi ternyata tidak sama dengan jumlah sedimen yang terjerat dalam waduk

selama umur waduk yang ditinjau, maka dicoba lagi nilai K dimana K2 = K1 x

(S/S1), dan kemudian perhitungan diulang.

8. Dari perhitungan waduk selama 121 tahun untuk beberapa kali coba-coba K

diperoleh nilai K = 0,0458 dengan sedimen yang terjerat = 19,9684 juta m3.

Sedangkan dari perhitungan komulatif volume sedimen diperoleh 19,9684 juta m3,

maka sedimen yang terjerat sama dengan kumulatif sedimen.

9. Menghitung luas permukaan yang merupakan selisih antara luas permukaan

waduk dengan luas permukaan sedimen.

10. Menghitung kapasitas waduk dengan mengurangi nilai kapasitas waduk dengan

nilai komulatif volume sedimen

11. Untuk perhitungan distribusi sebaran sedimen waduk dalam usia guna yang lain

pada tabel perhitungan.

Perhitungan dengan menggunakan Metode Brune pada prinsipnya sama dengan

perhitungan dengan menggunakan Metode Churchill. Pada akhir perhitungan dibuat

grafik yang menggambarkan hubungan antara kapasitas waduk dan luas permukaan

waduk pada masing-masing elevasi.

89

Page 17: bab-3 coper

90