bab 2 tinjauan pustaka 2.1 rumah sakit 2.1.1...
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Pengertian Rumah Sakit menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tentang
Rumah Sakit Tahun 2009, yang di maksud Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan
Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (Kemenkes, 2010 ). Rumah Sakit
harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan medik
umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan
medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik,
pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat,
pemulasaran jenazah, laundry, pemeliharaan sarana rumah sakit, serta pengolahan
limbah (Kemenkes, 2010).
Milton Roemer dan Friedman dalam buku Doctors in Hospital (1971) dikutip
oleh Aditama (2010), menyatakan bahwa Rumah Sakit setidaknya punya lima fungsi
yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya.
Berbagai jenis spesialisasi, baik bedah maupun nonbedah, harus tersedia.
Pelayanan rawat inap ini juga meliputi pelayanan keperawatan, gizi, armasi,
laboratorium, radiologidan berbagai pelayanan diagnostik serta terapeutik lainnya.
2. Rumah sakit harus memiliki pelayanan rawat jalan.
3. Rumah sakit juga punya tugas untuk melakukan pendidikan dan latihan.
4. Rumah sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan,
karena keberadaan pasien di rumah sakit merupakan modal dasar untuk penelitian
ini.
5. Rumah sakit juga punya tanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan
penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum
diklasifikasikan menjadi : Rumah Sakit Umum Kelas A, Rumah Sakit Umum Kelas
B, Rumah Sakit Umum Kelas C dan Rumah Sakit Umum Kelas D. Klasifikasi
Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan : Pelayanan, Sumber Daya Manusia,
Peralatan, Sarana dan Prasarana serta Administrasi dan Manajemen
(Kemenkes, 2010).
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 340 pasal 13 tahun 2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit menyatakan Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai
kriteria,fasilitas dan kemampuan pelayanan medik meliputi :
1. Pelayanan Medik Umum ( Pelayanan Medik Dasar , Pelayanan Kesehatan Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/ Keluarga Berencana)
Universitas Sumatera Utara
2. Pelayanan Gawat Darurat.
3. Pelayanan Spesialis Dasar terdiri dari Spesialis Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Bedah dan Obsteri Ginekologi.
4. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1(satu) pelayanan.
5. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Spesialis Anestesi, Patologi
Klinik, dan Rehabilitasi Medik.
6. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari Asuhan Keperawatan dan
Asuhan Kebidanan.
7. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah,
Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumrn dan Rekam Medik.
8. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa
Boga/Dapur, Tehnik dan Pemeliharaab Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance, Komunikasi, Kamar jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medik dan Penampungan Air Bersih.
2.1.2 Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang
terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan.
Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif
atau observasi ketat karena penyakitnya. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang meliputi observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik
dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah
dan swasta, puskesmas dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita
Universitas Sumatera Utara
harus menginap dan mengalami tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang
perawatan hingga pasien dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).
Di ruang rawat inap pasien menjalani 5 tahap standar pelayanan perawatan,
yang dikeluarkan oleh American Nursing Association/ ANA (PPNI, 2002), yaitu :
1. Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien
2. Standar II : Perawat menetapkan diagnosa keperawatan
3. Standar III : Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berisi
rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan
4. Standar IV : Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan
dalam rencana asuhan keperawatan
5. Standar V : Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil
akhir yang sudah ditetapkan
Sari (2009), menjelaskan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat
inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
1. Penampilan keprofesian atau aspek klinis
Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat dan
tenaga profesi lainnya.
2. Efisiensi dan efektivitas
Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar
dapat berdaya guna dan berhasil guna.
3. Keselamatan pasien
Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien.
Universitas Sumatera Utara
4. Kepuasan pasien
Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental dan social pasien terhadap
lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan,
keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya
Jenis Pelayanan Kesehatan di Kelas Rawat Inap Menurut Hidayat (2004),
jenis pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit adalah :
1. Pelayanan Tenaga Medis
Tenaga medis merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling besar dalam
menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada pasien di Rumah
Sakit. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien
dengan mutu sebaik baiknya, menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan
ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan
kepada pasien di rumah sakit.
2. Pelayanan Tenaga Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari
pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur
keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor
penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi
di rumah sakit yang cukup potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu,
karena selain jumlah perawat yang dominan di rumah sakit juga pelayanannya
Universitas Sumatera Utara
menggunakan metode pemecahan masalah secara ilmiah melalui proses
keperawatan
3. Penyediaan Sarana Medik, Non Medik dan Obat-obatan
Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penunjang untuk
melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan sebagainya tergantung dari
tipe rumah sakit, di samping tersedianya sarana penunjang medik juga tersedia
alat-alat keperawatan. Dalam rumah sakit, obat merupakan sarana yang mutlak
diperlukan, bagian farmasi bertanggung jawab atas pengawasan dan kualitas
obat. Persediaan obat harus cukup, penyimpanan efektif, diperhatikan tanggal
kadaluwarsanya, dan sebagainya.
2.2 Pelayanan Keperawatan Rawat Inap
Perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Kemenkes, 2010).
Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama,
tingkat kedua, dan tingkat ketiga. Kegiatan keperawatan adalah : pelaksanaan asuhan
keperawatan, pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemberdayaan
masyarakat serta pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer. Yang dimaksud
asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perncanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Implementasi keperawatan
meliputi penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Tindakan
Universitas Sumatera Utara
keperawatan meliputi pelaksanaan prosedur keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan (Kemenkes, 2010).
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Kemenkes, 2010). Bidan
dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
pelayanan kebidanan, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan pelayanan
kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2010). James Willan dalam buku Hospital
Management (1990) dikutip oleh Aditama (2010), menyebutkan bahwa Nursing
Departement di rumah sakit mempunyai tugas, seperti:
1. Memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, baik untuk kesembuhan
ataupun pemulihan status fisik dan mentalnya;
2. Memberikan pelayanan lain bagi kenyamanan dan keamanan pasien, seperti
penataan tempat tidur dan lain-lain;
3. Melakukan tugas-tugas administratif;
4. Menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan;
5. Melakukan berbagai penelitian/riset untuk senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan;
6. Berparisipasi aktif dalam program pendidikan bagi calon perawat.
Kegiatan Pokok atau UraianTugas Perawat Pelaksana yang berhubungan
langsung dengan pasien dan Standar Waktu Pelayanannya pada unit rawat inap
Bidang Pelayanan Keperawatan RS Bangkatan antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Menerima pasien baru (anamnesa) baik yang masuk dari IGD maupun dari
poliklinik dan standar waktu pelayanan 20 menit.
2. Memberikan pemeriksaan secara individu dan standar waktu pelayanan 25
menit.
3. Mengukur vital sign dan standar waktu pelayanan 20 menit.
4. Memasang infuse,dan standar waktu pelayanan 10 menit.
5. Membuat dan merekam EKG dan standar waktu pelayanan 10 menit
6. Memasang NGT( Naso Gastric Tube) dan standar waktu pelayanan 20 menit
7. Melakukan tindakan suction sesuai indikasi.dan standar waktu pelayanan 10
menit
8. Pemberian oksigen dan standar waktu pelayanan 3 menit
9. Pemberian obat oral dan suntikan pada pasien sesuai yang diresepkan dokter
dan standar waktu pelayanan 20 menit
10. Memasang kateter urin dan standar waktu pelayanan 20 menit
11. Mengukur intake output. dan standar waktu pelayanan 3 menit
12. Memnadikan pasien dan standar waktu pelayanan 20 menit
13. Menolong pasien Buang Air Besar dan standar waktu pelayanan 10 menit
14. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pelayanan dan
standar waktu pelayanan 10 menit
15. Memberi tranfusi sesuai instruksi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dan
standar waktu pelayanan 15 menit
Universitas Sumatera Utara
16. Membuka infus sesuai atas perintah dokter penanggung jawab pasien dan
standar waktu pelayanan 5 menit
17. Memenuhi kebutuhan integritas jaringan kulit dan standar waktu pelayanan 5
menit
18. Menyiapkan bahan untuk pemeriksaan laboratorium dan standar waktu
pelayanan 10 menit.
19. Meyiapkan pasien untuk pemeriksaan radiologi dan standar waktu pelayanan 15
menit.
20. Mengganti alat tenun dan standar waktu pelayanan 10 menit.
21. Persiapan operasi dan standar waktu pelayanan 30 menit.
22. Serah terima pasien operasi dari kamar operasi ke ruangan dan standar waktu
pelayanan 10 menit.
23. Menemani visite dokter dan standar waktu pelayanan 10 menit.
24. Dokumentasi asuhanan keperawatan dan standar waktu pelayanan 10 menit.
25. Mengobservasi keadaan umum pasien dan standar waktu pelayanan 15 menit.
26. Pendidikan Kesehatan pasien secara individual ( Penkes) dan standar waktu
pelayanan 15 menit.
27. Timbang terima tugas dan standar waktu pelayanan 15 menit.
28. Melakukan resusitasi terhadap pasien dan standar waktu pelayanan 10 menit.
29. Menyiapkan transportasi pasien dan standar waktu pelayanan 15 menit..
30. Menyiapkan pasien akan pulang dan standar waktu pelayanan 15 menit.
31. Memberi huknah (klisma) dan standar waktu pelayanan 15 menit.
Universitas Sumatera Utara
32. Memberi Gliserine spuit dan standar waktu pelayanan 10 menit.
33. Perawatan jenazah dan standar waktu pelayanan 15 menit.
Kegiatan keperawatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan
pasien dan Standar Waktu Pelayanan di unit rawat antara lain :
1. Membaca Buku Rawatan dan standar waktu pelayanan 5 menit.
2. Timbang terima pasien/operan shift dan standar waktu pelayanan 45 menit.
3. Menulis buku rawatan./penghubung antar shift dan standar waktu pelayanan 20
menit.
4. Menulis catatan perkembangan pasien di status dan standar waktu pelayanan 15
menit.
5. Membuat daftar diet, dan standar waktu pelayanan 5 menit.
6. Memeriksa daftar obat dan standar waktu pelayanan 10 menit.
7. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan lingkungan dan standar waktu pelayanan
15 menit
8. Sterilisasi alat dan standar waktu pelayanan 15 menit.
9. Pertemuan diklat mingguan dan standar waktu pelayanan 120 menit
10. Senam pagi mingguan dan standar waktu pelayanan 60 menit
Kegiatan Pokok Bidan pelaksana dan Standar Waktu Pelayanan pada unit
rawat inap antara lain:
1. Periksa kehamilan standar waktu pelayanan 15 menit.
2. Menolong persalinan normal dan standar waktu pelayanan 120 menit.
3. Memasang KB Inplant, dan standar waktu pelayanan 60 menit.
Universitas Sumatera Utara
4. Memasang Spiral, dan standar waktu pelayanan 30 menit.
5. Membuka Spiral, dan standar waktu pelayanan 30 menit.
6. Asisten dokter untuk curretage , dan standar waktu pelayanan 60 menit.
7. Pulva hygine, dan standar waktu pelayanan 15 menit.
8. Menerima bayi sesudah operasi Sectio Caesaria, dan standar waktu pelayanan
15 menit.
9. Memandikan bayi , dan standar waktu pelayanan 15 menit.
10. Memberi minum bayi , dan standar waktu pelayanan 30 menit.
Selain kegiatan pokok di atas , bidan pelaksana juga melakukan sebagian
besar kegiatan pokok dan kegiatan- kegiatan yang tidak berhubungan langsung
dengan pasien perawat pelaksana di unit rawat inap (Bid.Pelayanan Keperawatan RS
Bangkatan,2014)
2.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan
2.3.1 Pengertian SDM Kesehatan
Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat menentukan upaya
menciptakan pembangunan yang lebih mantap sedan maju. Karena manusialah
sebagai pelaku yang secara langsung akan memanfaatkan alam berikut seisinya.
Tanpa sumber daya manusia yang baik tidak mungkin bangsa bisa berkembang dan
mampu bersaing ditengah-tengah perputaran ekonomi dunia internasional (Kurniati,
2012).
Universitas Sumatera Utara
Untuk memenuhi pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) perlu dibedakan
antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah
semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas
wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah mampu
memperoleh pekerjaan. Sumber Daya Manusia dalam arti mikro secara sederhana
adalah manusia atau orang yang bekerja atau jadi anggota organisasi yang disebut
personil, pegawai, karyawan, pekerja tenaga kerja dan lain-lain. Sedang secara lebih
khusus SDM dalam arti mikro di lingkungan sebuah organisasi/ perusahaan (Hadari,
2005).
SDM kesehatan dapat dikatakan merupakan jantung dari Sistem Kesehatan
Nasional (SKN). Tanpa adanya tenaga yang menjadi penggerak dan melayani, maka
pilar-pilar yang lain dalam SKN menjadi tidak berjalan, begitu juga sebaliknya. SDM
Kesehatan adalah semua orang yang kegiatan pokoknya ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan. Mereka terdiri atas orang-orang yang memberikan
pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker, teknisi laboratorium,
manajemen dan tenaga pendukung lainnya (WHO, 2006). Definisi lain dari tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan, serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
(UU 36, 2009)
Yang termasuk SDM Kesehatan menurut SKN tahun 2012 adalah kelompok
tenaga kesehatan, sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian
fisik, tenaga ketehnisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya, diantaranya termasuk
peneliti kesehatan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan yaitu:
1. Tenaga Kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga Medis;
b. Tenaga Keperawatan;
c. Tenaga Kefarmasian;
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat;
e. Tenaga Gizi;
f. Tenaga keterapian Fisik;
g. Tenaga Keteknisian Medis;
2. Tenaga Medis meliputi dokter dan dokter gigi.
3. Tenaga Keperawatan meliputi perawat dan bidan.
4. Tenaga Kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrator
kesehatan, dan sanitarian.
6. Tenaga Gizi meliputi nutrisionis dan dietisien
7. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapi wicara
Universitas Sumatera Utara
8. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostestik, teknisi
transfusi dan perekam medis.
SKN Tahun 2012 telah mengidentifikasikan permasalahan strategis SDM
Kesehatan yang dihadapi saat ini dan di masa depan adalah :
1. Pengembangan dan pemberdayan SDM kesehatan belum dapat memenuhi
kebutuhan SDM untuk pembangunan kesehatan terutama di daerah terpencil,
perbatasan dan kepulauan serta daerah bermasalah kesehatan;
2. Perencanaan kebijakan dan program SDM kesehatan masih lemah dan belum
didukung degan tersedianya sistem informasi terkait SDM kesehatan yang
memadai;
3. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis SDM
kesehatan, kualitas hasil pendidikan SDM kesehatan dan pelatihan kesehatan pada
umumnya masih belum merata;
4. Dalam pendayagunaan SDM kesehatan, pemerataan SDM kesehatan berkualitas
masih kurang, pengembangan karier, sistem penghargaan dan sanksi belum
sebagaimana mestinya,regulasi untuk mendukung SDM kesehatan masih terbatas ;
5. Pembinaan dan pengawasan SDM kesehatan dan dukungan sumber daya SDM
kesehatan masih kurang, dan dukungan SDM kesehatan pendukung masih kurang.
Permasalahan umum dalam SDM kesehatan di Indonesia diantaranya sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Lemahnya kebijakan tentang SDM kesehatan dan implementasinya;
2. Kurangnya kuantitas dan kualitas SDM kesehatan;
3. Rendahnya mutu dan jumlah pendidikan dan pelatihan untuk SDM kesehatan;
4. Kurangnya akses terhadap sumber pengetahuan dan informasi;
5. Maldistribusi tenaga kesehatan di berbagai jenjang administrasi dan pelayanan;
6. Rendahnya motivasi kerja;
7. Lemahnya pembinaan terhadap tenaga kesehatan;
8. Kurangnya integrasi antara pelayanan kesehatan pemerintah dengan pihak swasta;
2.3.2 Perencanaan SDM Kesehatan
Perencanaan tenaga kesehatan diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan
antara lain bahwa pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi masyarakat. Perencanaan
nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan jenis pelayanan yang
dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan jumlah yang sesuai. Perencanaan
nasional tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri kesehatan (Bapennas, 2009).
Metode penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan telah ditetapkan melalui
Kepmenkes No.81/ MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit, yang juga
merupakan turunan dari PP di atas. Metode-metode dasar dalam penyusunan rencana
SDM kesehatan diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
1. Penyusunan Kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan Keperluan Kesehatan
Cara ini dimulai dengan penetapan keperluan (need) menurut golongan umur,
jenis kelamin, dan lain-lain. Selanjutnya dibuat proyeksi penduduk untuk tahun
sasaran menurut kelompok penduduk yang ditetapkan, diperhitungkan keperluan
upaya kesehatan untuk tiap-tiap kelompok pada tahun sasaran.
2. Penyusunan Kebutuhan tenaga Kesehatan Berdasarkan Kebutuhan Kesehatan
Cara ini dimulai dengan penetapan kebutuhan (demand) upaya atau pelayanan
kesehatan untuk kelompok-kelompok penduduk menurut golongan umur, jenis
kelamin, tingkat ekomomi, pendidikan, lokasi dan lain-lain. Selanjutnya dibuat
proyeksi penduduk untuk tahun sasaran menurut kelompok penduduk yang telah
ditetapkan, diperhitungkan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk tiap-tiap
penduduk kelompok penduduk tersebut pada tahun tahun sasaran. Selanjutnya
untuk memperoleh perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan
tersebut diperoleh dengan membagi jumlah keseluruhan pelayanan kesehatan
pada tahun sasaran dengan kemampuan jenis tenaga tersebut untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan.
3. Penyusunan kebutuhan tenga kesehatan berdasarkan sasaran upaya kesehatan
yang ditetapkan. Cara ini dimulai dengan menetapkan beragai sasaran upaya atau
memperoleh perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tertentu
diperoleh dengan membagi keseluruhan upaya atau pelayanan kesehatan tahun
sasaran dengan kemampuan jenis tenaga tersebut untuk melaksakana upaya atau
pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Penyusunan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan rasio terhadap sesuatu nilai
Pertama-pertama ditentukan atau diperlukan rasio diperkirakan rasio dari tenaga
terhadap suatu nilai tertentu, misalnya jumlah penduduk, tempat tidur rumah
sakit, puskesmas dan lainnya. Selanjutnya nilai tersebut diproyeksikan ke dalam
sasaran. Perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tertentu
diperoleh dari membagi nilai yang diproyeksikan termasuk dengan ratio yang
ditentukan
Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Perencanaan kebutuhan pada tingkat institusi.
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan
kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan kesehatan
seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik dan lain-lainnya.
2. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah.
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM
kesehatan berdasarkan kebutuhan wilayah (Nasional, Propinsi, atau Kabupaten/Kota)
yang merupakan gabungan antara kebutuhan institusi dan organisasi.
3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk Bencana.
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan saat
prabencana, terjadi bencana dan post bencana, termasuk pengelolaan kesehatan
pengungsi.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Analisis Kebutuhan SDM Kesehatan dengan Metode Workload Indicator Staff Need (WISN)
Perencanaan sumber daya manusia di bidang kesehatan diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota
serta Rumah Sakit. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menghitung
kebutuhan pekerja dalam perencanaan SDM adalah analisis menggunakan WISN.
WISN (Workload Indicator Staff Need) adalah indikator yang menunjukkan
besarnya kebutuhan tenaga kerja di suatu tempat kerja berdasarkan beban kerja,
sehingga alokasi/relokasi akan lebih mudah dan rasional. Metode perhitungan
kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode perhitungan
kebutuhan SDM berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap
kategori SDM pada tiap unit kerja di suatu tempat kerja. Kelebihan metode ini mudah
dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan
realistis. Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini
meliputi 5 langkah, yaitu:
1. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja
tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja selama kurun waktu satu tahun.
Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja atau Peraturan Daerah
setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250 hari
kerja (5 hari x 50 minggu). (A)
b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap
tahun. (B)
c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap kategori
SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/ lokakarya dalam
6 hari kerja. (C)
d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang
Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003 ditetapkan 15 Hari
Kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)
e. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun
waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan/ijin. (E)
f. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja atau Peraturan
Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari
kerja/minggu). (F)
Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan
waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut:
Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} x F
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
A = Hari Kerja D = Hari Libur Nasional
B = Cuti Tahunan E = Ketidak Hadiran Kerja
C = Pendidikan & Pelatihan F = Waktu Kerja
Apabila ditemukan adanya perbedaaan rata-rata ketidak hadiran kerja atau
perusahaan menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat mengikuti
pendidikan dan pelatihan lebih lama di banding kategori SDM lainnya, maka
perhitungan waktu kerja tersedia dapat dilakukan perhitungan menurut kategori
SDM.
2. Menetapkan Unit Kerja Dan Kategori SDM
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori
SDM adalah sebagai berikut:
a. Bagan Struktur Organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-
masing unit dan sub-unit kerja.
b. Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural dan
fungsional, misalnya: Komite Medik, Komite Pangendalian Mutu RS.
Bidang/Bagian Informasi.
c. Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di RS.
d. PP 32 tahun 1996 tentang SDM kesehatan.
e. Peraturan perundang undangan berkaitan dengan jabatan fungsional SDM
kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
f. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP)
pada tiap unit kerja RS.
Langkah awal yang dilakukan adalah membuat unit kerja dan sub unit kerja
sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Setelah unit kerja dan sub unit kerja di RS
telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori SDM sesuai
kompetensi atau pendidikan untuk menjamin mutu, efisensi dan akuntabilitas
pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap unit kerja RS.
3. Menyusun Standar Beban Kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per
kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakannya (rata-rata waktu) dan waktu yang
tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga.Data dan
informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja masing-masing kategori
SDM utamanya adalah sebagai berikut:
a. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja sebagaimana hasil yang telah
ditetapkan pada langkah kedua.
b. Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku.
c. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk
melaksanakan/menyelesaikan berbagai pekerjaan.
d. Data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap unit kerja.
Universitas Sumatera Utara
Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja adalah meliputi:
a. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM. Kegiatan
pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan
standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan pelayanan perusahaan
yang dilaksanakan oleh SDM dengan kompetensi tertentu.
b. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok.
Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM pada tiap unit kerja.
Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi dan
dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP), sarana dan
prasarana medik yang tersedia serta kompetensi SDM.
Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama
bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data rata-rata waktu yang
cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang
memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar
operasional prosedur (SOP) dan memiliki etos kerja yang baik.
c. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM. Standar beban
kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM.
Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan nya (waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia
yang dimiliki oleh masing-masing kategori SDM.
Universitas Sumatera Utara
Adapun rumus perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut:
Waktu Kerja Tersedia Standar Beban Kerja =
Rata-rata waktu Kegiatan Pokok
4. Menyusun Standar Kelonggaran
Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor
kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk
menyelesaiakan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi
rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan. Penyusunan faktor
kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada tiap
kategori tentang:
a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada customer,
misalnya: rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun kebutuhan bahan habis
pakai.
b. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.
c. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.
Selama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban kerja, sebaiknya
mulai dilakukan pencatatan tersendiri apabila ditemukan kegiatan yang tidak
dapat dikelompokkan atau sulit dihitung beban kerjanya karena tidak/kurang
berkaitan dengan pelayanan pada customer untuk selanjutnya digunakan sebagai
sumber data penyusunan faktor kelonggaran tiap kategori SDM.
Universitas Sumatera Utara
Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah selanjutnya
adalah menyusun Standar Kelonggaran dengan melakukan perhitungan
berdasarkan rumus di bawah ini:
Waktu per faktor kelonggaran Standar kelonggaran =
Waktu kerja tersedia
5. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Per Unit Kerja
Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja tujuannya adalah diperolehnya
jumlah dan jenis/kategori SDM per unit kerja sesuai beban kerja selama 1 tahun.
Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja
meliputi:
a. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:
1) Waktu kerja tersedia
2) Standar beban kerja
3) Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM
b. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahuan.
Untuk penyusunan kuantitas kegiatan pokok Instalasi Rawat Inap dibutuhkan data
dasar sebagai berikut:
1) Jumlah tempat tidur
2) Jumlah pasien masuk/keluar dalam 1 tahun
3) Rata-rata sensus harian
4) Rata-rata lama pasien di rawat (LOS)
Universitas Sumatera Utara
Data kegiatan yang telah diperoleh dan Standar Beban Kerja dan Standar
Kelonggaran merupakan sumber data untuk perhitungan kebutuhan SDM di setiap
instalasi dan unit kerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Total produk layanan Kebutuhan SDM = + Standar kelonggaran Standar beban kerja
Berdasarkan rumus perhitungan tersebut, kebutuhan SDM untuk tiap kegiatan
pokok terlebih dahulu di jumlahkan sebelum di tambahkan dengan Standar
Kelonggaran masing-masing kategori SDM.
2.5 Landasan Teori
Analisis kebutuhan sumber daya manusia tenaga kesehatan di Rumah sakit
Bangkatan dilakukan dengan metode WISN. WISN adalah analisis metode
perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang
dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas
pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan,
secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis. Adapun langkah
perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5,langkah, yaitu :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia;
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM;
3. Menyusun standar beban kerja;
4. Menyusun standar kelonggaran;
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.
Pada dasarnya metode WISN ini dapat di gunakan di rumah sakit, puskesmas
Universitas Sumatera Utara
dan sarana kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga di
Kantor Dinas Kesehatan. Sebagai contoh dibawah ini disajikan penggunaan metode
WISN di sarana pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (Depkes, 2004).
2.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini menggambarkan seberapa besar jumlah tenaga kesehatan
yang diperlukan dengan menggunakan metode WISN, dimana hal yang
mempengaruhi dalam melakukan analisis dan perhitungan ini adalah waktu kerja
tersedia yang dipunyai oleh tenaga kesehatan selama satu tahun, menetapkan unit
kerja, standar beban kerja yang dapat dikerjakan seorang tenaga kesehatan selama
satu tahun dengan rata-rata waktu yang telah ditetapkan terhadap waktu kerja yang
tersedia, dan standar kelonggaran yang dipunyai. Dimana keempat variabel ini saling
berkaitan dan akan menentukan jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan beban kerja.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Informasi tentang: 1. Menetapkan waktu
kerja tersedia 2. Menetapkan unit
kerja dan kategori SDM
3. Menyusun standar beban kerja
4. Menyusun standar kelonggaran
Mendapatkan kebutuhan SDM keperawatan di unit rawat inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai Tahun 2014
Metode Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya Manusia: Berdasarkan metode Workload Indicator Staff Need
INPUT PROSES OUTPUT
Universitas Sumatera Utara