bab 2 ar.doc

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teosi II.1.1 Flash Point Flash point didefinisikan sebagai suhu terendah yang terkoreksi dengan tekanan barometer pada 101,3 kpa (760 mmhg), dimana penggunaan nyala uji menyebabkan uap dari sampel menyala pada kondisi pengujian tertentu. Titik nyala (flash point) adalah temperatur dimana timbul sejumlah uap yang apabila bercampur dengan udara membentuk suatu campuran yang mudah menyala. Titik nyala dapat diukur dengan jalan melewatkan nyala api pada bahan bakar yang dipanaskan secara teratur. Titik nyala merupakan sifat bahan bakar yang digunakan untuk prosedur penyimpanan agar aman dari bahaya kebakaran. Semakin tinggi titik nyala suatu pelumas berarti semakin aman dalam penggunaan dan penyimpanan. Mekanisme terjadinya flash point Setiap cairan yang mudah terbakar memiliki tekanan uap, yang merupakan fungsi dari temperatur suatu bahan bakar cair. Dengan naiknya suhu, maka tekanan uap akan mengalami kenaikan, dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi penguapan cairan yang mudah terbakar di udara meningkat, karena itu suhu yang menentukan konsentrasi penguapan cairan yang mudah terbakar di udara dalam kondisi kesetimbangan. Cairan yang mudah terbakar yang berbeda membutuhkan konsentrasi yang berbeda dari bahan bakar di udara untuk mempertahankan pembakaran. Titik nyala adalah suhu minimum di mana ada konsentrasi yang cukup dari

Upload: anira-ilialrun

Post on 29-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Ar.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teosi

II.1.1 Flash Point

Flash point didefinisikan sebagai suhu terendah yang terkoreksi dengan tekanan

barometer pada 101,3 kpa (760 mmhg), dimana penggunaan nyala uji menyebabkan uap dari

sampel menyala pada kondisi pengujian tertentu.

Titik nyala (flash point) adalah temperatur dimana timbul sejumlah uap yang apabila

bercampur dengan udara membentuk suatu campuran yang mudah menyala. Titik nyala dapat

diukur dengan jalan melewatkan nyala api pada bahan bakar yang dipanaskan secara teratur.

Titik nyala merupakan sifat bahan bakar yang digunakan untuk prosedur penyimpanan agar

aman dari bahaya kebakaran. Semakin tinggi titik nyala suatu pelumas berarti semakin aman

dalam penggunaan dan penyimpanan.

Mekanisme terjadinya flash point

Setiap cairan yang mudah terbakar memiliki tekanan uap, yang merupakan fungsi dari

temperatur suatu bahan bakar cair. Dengan naiknya suhu, maka tekanan uap akan mengalami

kenaikan, dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi penguapan cairan yang mudah

terbakar di udara meningkat, karena itu suhu yang menentukan konsentrasi penguapan cairan

yang mudah terbakar di udara dalam kondisi kesetimbangan. Cairan yang mudah terbakar

yang berbeda membutuhkan konsentrasi yang berbeda dari bahan bakar di udara untuk

mempertahankan pembakaran. Titik nyala adalah suhu minimum di mana ada konsentrasi

yang cukup dari penguapan bahan bakar di udara untuk menyebarkan pembakaran setelah

sumber pengapian dinyalakan.

II.1.2 Fire Point

Fire Point didefinisikan sebagai suhu terendah dimana sampel terbakar secara terus

menerus selama lima detik.

Titik api (fire point) adalah temperatur dimana bahan bakar cair yang dipanaskan pada

keadaan baku dapat terbakar selama waktu sekurang-kurangnya 5 detik.

Titik api yang digunakan untuk menaksir risiko dari kemampuan bahan untuk mendukung

pembakaran. Nilai-nilai ini juga mempengaruhi bagaimana bahan bakar cair dikirimkan,

disimpan dan dibuang.

(Kennedy, 1990).

Page 2: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1.3 Autoignation

Autoignition point adalah temperatur yang paling rendah di mana akan menyala secara

spontan pada temperature atmosfir tanpa adanya suatu sumber pengapian eksternal, seperti

suatu nyala api. Temperatur ini diperlukan untuk menyediakan tenaga pengaktifan yang

diperlukan untuk pembakaran. Temperatur di mana suatu bahan kimia akan menyala ketika

tekanan atau konsentrasi oksigen meningkat. Pada umumnya diberlakukan bagi suatu

campuran bahan bakar mudah menyala.

Autoignition point bahan kimia cairan secara khas terukur dengan penggunaan prosedur yang

diuraikan ASTM E659. Ketika yang terukur, autoignition temperatur dapat juga terukur di

bawah tekanan dan pada 100% konsentrasi oksigen. Standard Pengujian yang utama untuk ini

adalah ASTM G72.

II.1.4 Metode Pengujian Flash Point dan Fire Point

Metode Pengujian Flash Point dan Fire Point berdasarkan ASTM D92-02b adalah

sebagi berikut :

1. Isi tempat sampel (cup) sampai tanda batas pengisian. Suhu sampel dan tempatnya tidak

boleh melebihi 56°C (100°F) di bawah titik nyala yang diharapkan.

2. Apabila sampel yang akan diuji dalam bentuk padat, maka perlu dicairkan sehingga perlu

dipanaskan terlebih dahulu pada suhu yang tidak boleh melebihi 56°C (100°F).

3. Pastikan panas awalnya akan naik 5-6°C (9-30°F)/menit. Apabila suhu sampel sekitar

56°C(100°F) panasnya perlu diturunkan sampai suhu 28°C (50°F) dengan kecepatan 5-6°C

(9-11°F)/menit.

4. Pada suhu 28°C(50°F) terakhir terjadi kenaikan suhu dari suhu sebelumnya, pada kondisi

ini perlu dijaga dari terganggunya pengujian oleh uap ataupun busa.

5. Catat pengamatan sebagai titik nyala, ketika asap muncul dan menyebar di seluruh

permukaan sampel.

6. Untuk menentukan titik api, lanjutkan pemanasan yang dilakukan pada sampel setelah

diketahui titik nyalanya, sehingga terjadi peningkatan suhu 5-6°C(9-11°F)/menit.

Melanjutkan pemanasan hingga terjadi nyala api selama minimal 5 detik.

7. Catat suhu titik api yang terdeteksi pada saat sampel menyala.

8. Ketika peralatan selesai digunakan, untuk keamanan peralatan usahakan suhunya kurang

dari 60°C(140°F), kemudian bersihkan tempat sampel (cup) sesuai dengan prosedur.

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-2

Page 3: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

Perhitungan Corrected pada flash dan fire point

Corrected flash point 5 C 1 0.25 ~101.3 2 K! (1)

Corrected flash point 5 F 1 0.06 ~760 2 P! (2)

Corrected flash point 5 C 1 0.033 ~760 2 P! (3)

dimana:

C = observed flash point, °C,

F = observed flash point, °F,

P = ambient barometric pressure, mm Hg, and

K = ambient barometric pressure, kPa.

II.1.5 Metodologi dan Alat Ukur flash Point dan fire Point

Macam-macam metode untuk menetukan flash dan fire point

1. Open Flash point

Flash point dari suatu cairan ditentukan dalam wadah dimana tes nyala dilakukan secara

berkala di atas suatu permukaan.

Gambar II.1 Cleveland flash point and fire tester

2. Closed Flash point

Flash point dari suatu cairan ditentukan dalam wadah tertutup.

Gambar II.2 Pensky-Martens Closed Cup Flash Point Tester

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-3

Page 4: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1.6 Macam-Macam Bahan Bakar

1. Bahan Bakar Cair :

Bahan bakar cair di klasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu:

Bahan bakar cair yang mudah menyala (yang mempunyai titik nyala dibawah 37.8 oC dan

tekanan uap tidak lebih dari 2.84 kg/cm2), terbagi :

a. kelas IA, punya titik nyala dibawah 22.8 oC dan titik didih dibawah 37.8 oC.

b. kelas IB, punya titik nyala dibawah 22.8 oC dan titik didih sama atau diatas 37.8 oC.

c. kelas IC,punya titik nyala sama atau diatas 22.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC.

Bahan bakar cair mudah terbakar (yang mempunyai titik nyala sama atau diatas 37.8 oC,

terbagi:

a. kelas IIA, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC.

b. kelas IIB, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 93 oC.

c. kelas IIC, punya titik nyala sama atau diatas 93 oC.

(Kennedy, 1990).

Macam – macam bahan bakar cair :

- Pertamax

- Premium

- Kerosin

- Solar

2. Bahan Bakar Padat :

Bahan bakar padat adalah suatu materi padat yang dapat diubah menjadi energy.

Contohnya adalah batubara. Sifat fisik batubara termasuk nilai panas, kadar air, bahan

mudah menguap dan abu.Sifat kimia batubara tergantung dari kandungan berbagai bahan

kimia seperti karbon,hidrogen, oksigen, dan sulfur.Nilai kalor batubara beraneka ragam

dari tambang batubara yang satu ke yang lainnya.

3. Bahan Bakar Gas :

Berikut adalah daftar jenis-jenis bahan bakar gas:

Bahan bakar yang secara alami didapatkan dari alam:

1. Gas alam

2. Metan dari penambangan batubara

Bahan bakar gas yang terbuat dari bahan bakar padat

1. Gas yang terbentuk dari batubara

2. Gas yang terbentuk dari limbah dan biomasa

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-4

Page 5: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

3. Dari proses industri lainnya (gas blast furnace)

Gas yang terbuat dari minyak bumi

1. Gas Petroleum cair (LPG)

2. Gas hasil penyulingan

3. Gas dari gasifikasi minyak

Gas-gas dari proses fermentasi

Bahan bakar bentuk gas yang biasa digunakan adalah gas petroleum cair (LPG), gas alam, gas

hasil produksi, gas blast furnace, gas dari pembuatan kokas, dll. Nilai panas bahan bakar gas

dinyatakan dalam Kilokalori per normal meter kubik (kKal/Nm3) ditentukan pada suhu

normal (20 0C) dan tekanan normal (760 mm Hg).

Manfaat dan penggunaan dari penetapan Flash Point dan Fire Point produk-produk dari

minyak bumi menurut metode uji ASTM D 92-02b antara lain adalah sebagai berikut :

1. Flash Point dapat digunakan untuk mengukur kecenderungan sample untuk membentuk

campuran yang mudah menyala jika ada udara di bawah kondisi terkontrol. Ini

merupakan satu-satunya sifat bahan bakar yang harus dipertimbangkan dalam

memperkirakan timbulnya bahaya kebakaran pada bahan bakar tersebut.

2. Flash Point diperlukan dalam pelayaran dan peraturan keamanan bahan bakar yang akan

ditransport untuk mendefinisikan bahan-bahan yang mudah menyala dan juga mudah

terbakar, seseorang seharusnya tetap mengacu pada aturan – aturan khusus yang terkait

pada definisi yang tepat dari penggolongan bahan-bahan tersebut diatas.

3. Flash Point dapat menunjukkan adanya bahan yang mudah menguap dan mudah terbakar

didalam suatu bahan yang relatif tidak mudah untuk menguap ataupun relatif tidak mudah

untuk terbakar.

4. Fire Point dapat juga digunakan untuk mengukur karakteristik dari sample untuk

mendukung proses pembakran.

II.1.7 Kerosin dan Oli Mesran 20W 50

Kerosin

Minyak tanah (Kerosin) adalah cairan yang tak berwarna dan mudah terbakar. Minyak

tanah diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada suhu 150oC dan 275 oC

(rantai karbon dari C12 sampai C15). Minyak tanah banyak digunakan dalam lampu minyak

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-5

Page 6: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

tanah, tetapi saat ini banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (avtur, jet-A, jet-B, JP-4

atau JP-A). Sebuah bentuk minyak tanah dikenal sebagai RP-1 dibakar dengan oksigen cair

sebagai bahan bakar roket.

Biasanya minyak tanah di distilasi langsung dari minyak mentah dan membutuhkan

perlakuan khusus dalam sebuah unit hidroeater, untuk mengurangi kadar belerang dan

pengkaratanya. Minyak tanah dapat juga diproduksi oleh hydrocracker, yang digunakan untuk

memperbaiki kualitas bagian dari minyak mentah yang bagus untuk bahan bakar minyak.

( http://id.wikipedia.org/wiki/minyak_tanah )

Tabel II.1 Spesifikasi Minyak Tanah (Kerosin)

Minyak Tanah

SifatBatasan Metode Test

Min Max ASTM Lain

Specific gravity at 60/60 oF 0,835 D-1298

Colour Lovibond 18 “ cell or 2,50 IP-17

Colour say bolt 9 D-156

Smoke point (mm) 16 D-1322 IP-57

Char Value (mg/kg) 40 IP-10

Distillation D-86

Recovery at 200 oC (% vol) 18

End point (oC) 310

Flash Point 100 IP-170

Alternatively Flash point 105 D-56

Sulphur Content (% wt) 0,20 D-1266

Copperstript Corrosion D-130

Sifat bakar

Nyala Kerosin tergantung pada susunan kimia minyak tanah :

Jika mengandung banyak senyawa aromatic maka apinya tidak dapat dibesarkan

karena apinya mulai berarang.

Alkana-alkana memiliki nyala api yang paling baik.

Sifat bahan bakar napthen terletak antara aromatic dan alkana.

Macam-macam alat pembakar kerosin :

Alat pembakar dengan sumbu gepeng : baunya tidak enak.

Alat pembakar dengan sumbu bulat : mempunyai pengisian hawa yang dipusatkan.

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-6

Page 7: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

Alat pembakar dengan pengabutan tekan : merek dagang primus.

Oli Mesran 20W 50

Mesran Super SAE 20W-50 adalah pelumas mesin bensin yang diproduksi dari bahan

dasar pelumas berkualitas tinggi. Mengandung aditif detergen depersant, anti oksidasi, anti

aus dan mempunyai sifat- sifat melindungi dan memelihara kebersihan torak, mencegah

terbentuknya sludge (endapan lumpur), mampu mengurangi keausan pada bagian-bagian yang

bergerak terutama pada katup dengan baik. Pelumas Mesran Super SAE 20W 50 mengandung

bahan aditif khusus sehingga memiliki kekentalan ganda (Multigrade), menjadikan pelumas

ini mudah bersirkulasi. Mesin mudah dihidupkan pada waktu mesin dingin dan suhu rendah

serta tetap mempunyai kekentalan yang mantap saat pengoperasian pada suhu dan kecepatan

tinggi.

Kemampuan Kerja

Keistimewaan Mesran Super SAE 20W-50 ini ditunjukkan dengan performance

levelnya yang telah memenuhi persyaratan API service SG/CD. Oleh karena itu tidak butuh

tambahan aditif. Pelumas ini dianjurkan dipakai pada mesin kendaraan dan motor yang

diproduksi dalam tahun 80an yang membutuhkan pelumas dengan kualifikasi performansi

yang tinggi.

Tabel II.2 Karakteristik Mesarn Super SAE 20W-50

Sifat NilaiNo. SAE 20W-50Spesific Grafity, 15/4oC 0,8873Kinematic Viscosity, at 40oC,cSt 172,57___________________100oC,cSt 18,81CCS Visc at 10C, cP 9300Viscosity Index 122Colour, ASTM 3Flash Point, COC, oC 225Pour Point, oC -27Total Base Number, mg KOH/g 5,75

(www.pelumas.pertamina.com )

II.1.8 Karakteristik Kualitas Bahan Bakar Cair

Densitas

Densitas didefinisikan sebagai perbandingan massa bahan bakar terhadap volum bahan

bakar pada suhu acuan 15°C. Densitas diukur dengan suatu alat yang disebut

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-7

Page 8: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

hydrometer. Pengetahuan mengenai densitas ini berguna untuk penghitungan

kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas adalah kg/m3.

Viskositas

Viskositas suatu fluida merupakan ukuran resistansi bahan terhadap aliran. Viskositas

tergantung pada suhu dan berkurang dengan naiknya suhu. Viskositas diukur dengan

Stokes / Centistokes. Kadang-kadang viskositas juga diukur dalam Engler, Saybolt

atau Redwood. Tiap jenis minyak bakar memiliki hubungan suhu – viskositas

tersendiri. Pengukuran viskositas dilakukan dengan suatu alat yang disebut

Viskometer. Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam penyimpanan dan

penggunaan bahan bakar minyak. Viskositas mempengaruhi derajat pemanasan awal

yang diperlukan untuk handling, penyimpanan dan atomisasi yang memuaskan. Jika

minyak terlalu kental,maka akan menyulitkan dalam pemompaan, sulit untuk

menyalakan burner, dan sulit dialirkan. Atomisasi yang jelek akam mengakibatkan

terjadinya pembentukan endapan karbon pada ujung burner atau pada dinding-

dinding. Oleh karena itu pemanasan awal penting untuk atomisasi yang tepat.

Titik nyala

Titik nyala suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar dapat

dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala sebentar bila dilewatkan suatu nyala

api.

Titik tuang

Titik tuang suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar akan tertuang

atau mengalir bila didinginkan dibawah kondisi yang sudah ditentukan. Ini

merupakan indikasi yang sangat kasar untuk suhu terendah dimana bahan bakar

minyak siap untuk dipompakan.

Kadar abu

Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau garam dalam bahan bakar

minyak. Kadar abu pada distilat bahan bakar diabaikan. Residu bahan bakar memiliki

kadar abu yang tinggi. Garam-garam tersebut mungkin dalam bentuk senyawa

sodium, vanadium, kalsium, magnesium, silikon, besi, alumunium, nikel, dll.

Umumnya, kadar abu berada pada kisaran 0,03 – 0,07 %. Abu yang berlebihan dalam

bahan bakar cair dapat menyebabkan pengendapan kotoran pada peralatan

pembakaran. Abumemiliki pengaruh erosi pada ujung burner, menyebabkan

kerusakan pada refraktori pada suhu tinggi dapat meningkatkan korosi suhu tinggi dan

penyumbatan peralatan.

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-8

Page 9: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

Residu karbon

Residu karbon memberikan kecenderungan pengendapan residu padat karbon pada

permukaan panas, seperti burner atau injeksi nosel, bila kandungan yang mudah

menguapnya menguap. Residu minyak mengandung residu karbon 1 persen atau lebih.

Kandungan Air

Air dapat berada dalam bentuk bebas atau emulsi dan dapat menyebabkan kerusakan

dibagian dalam permukaan tungku selama pembakaran terutama jika mengandung

garam terlarut. Air juga dapat menyebabkan percikan nyala api di ujung burner,

yang dapat mematikan nyala api, menurunkan suhu nyala api atau memperlama

penyalaan.

( www.energyefficiencyasia.org )

II.1.9 Segitiga api

Segitiga api atau segitiga pembakaran adalah sebuah skema sederhana dalam

memahami elemen-elemen utama penyebab terjadinya sebuah api / kebakaran. Bentuk

segitiga yang mempunyai tiga sisi menggambarkan bahwa sebuah api / kebakaran

dalam proses terjadinya membutuhkan tiga unsur utama, yaitu : panas, bahan bakar dan

agen oksidator (biasanya oksigen).

Api / kebakaran dapat dicegah atau dipadamkan dengan menghapus / menghi-

langkan salah satu unsur dari tiga unsur utama yang ada dalam  ilustrasi segitiga api

tersebut. Api / kebakaran pasti akan terjadi saat tiga unsur dalam segitiga api bergabung

dalam komposisi yang tepat. Tanpa panas yang cukup, sebuah kebakaran tidak dapat

dimulai dan apabila sudah terjadi, kebakaran tersebut tidak dapat berlanjut. Panas dapat

dihilangkan dengan penggunaan zat  yang dapat mengurangi jumlah panas yang tersedia

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-9

Page 10: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

untuk memungkinkan terjadinya sebuah api / kebakaran. Salah satu zat yang sering di-

hunakan adalah air, yaitu zat yang membutuhkan panas untuk merubah fasenya dari fase

cair menjadi fase gas / uap. 

Unsur yang kedua adalah bahan bakar. Sebuah api / kebakaran akan berhenti

tanpa adanya kehadiran bahan bakar. Bahan bakar dapat dihilangkan secara alami,

seperti sebuah kebakaran yang mengonsumsi seluruh bahan bakar atau secara manual

dengan proses mekanis atau kimiawi menghilangkan bahan bakar dari sebuah api / ke-

bakaran. Pemisahan bahan bakar adalah sebuah faktor penting dalam proses pencegahan

terjadinya kebakaran dan ini adalah dasar dari strategi yang sering digunakan dalam

mengontrol terjadinya kebakaran.

Unsur yang ketiga adalah agen oksidator yang pada umumnya adalah zat oksi-

gen. Tanpa adanya oksigen yang cukup, sebuah kebakaran tidak dapat tersulut dan tidak

dapat berlanjut apabila itu sudah terlanjur terjadi. Dengan mengurangi konsentrasi oksi-

gen, maka sebuah proses pembakaran akan melambat. Oksigen merupakan zalah satu

gas yang secara alami terkandung di udara bebas. Tetapi dalam banyak kasus, masih ada

sedikit udara yang tertinggal meskipun api /  kebakaran sudah padam, jadi kehadiran

udara secara umum bukan merupakan sebuah faktor major dalam terjadinya kebakaran.

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-10

Page 11: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

II.2 Aplikasi Industri

Properties Of Biodisel Produced From Various Oilsseds

Latar Belakang

Sumber energi baru terbarukan sedang digalakkan saat ini, membahas tentang

gagasan dan ide untuk mencari dan menemukan sumber energi alternatif sebagai

penyeimbang sumber energi dari bahan bakar fosil. Khususnya untuk Indonesia,

penggunaan energi masih dominan pada bahan bakar fosil. Maka dari pada itu perlu

adanya sumber energi baru yang dapat diperbaharui dan jumlahnya memadai. Salah

satu energi alternatif yang dapat dikembangkan yaitu bio-oil.

Bio-oil telah banyak dikembangkan melalui pengolahan sumber daya alam yang

dapat diperbaharui. Biomassa seperti kayu, kulit kayu, kertas atau biomassa lainnya

merupakan bahan yang dapat diolah menjadi energi alternatif [Hambali dkk, 2007].

Kulit pinus merupakan salah satu biomassa yang dapat digunakan sebagai energi

alternatif untuk menghasilkan bio-oil. Selama ini kulit pinus hanya dianggap sebagai

limbah yang mencemari lingkungan. Dahlian dan Hartoyo [1997], melaporkan, hampir

semua bagian pohon pinus dapat dimanfaatkan, antara lain bagian batangnya dapat

disadap untuk diambil getahnya. Hasil

kayunya bermanfaat untuk konstruksi, korek api, pulp, dan kertas serat panjang.

Sedangkan bagian kulitnya hanya dibakar dan abunya digunakan untuk bahan campuran

pupuk, karena mengandung kalium. Padahal kulit pinus bisa dijadikan sebagai sumber

bahan bakar yang belum termanfaatkan dengan baik. Karena kulit pinus mempunyai potensi

sumber energi, maka pada penelitian ini akan di gunakan kulit pinus sebagai biomassa

untuk memproduksi bio-oil.

Pada penelitian ini akan dilakukan konversi kulit pinus menjadi bio-oil

menggunakan proses pirolisis dengan katalis CoMo/NZA, kadar logam yang diembankan

yaitu 0; 0,5; 1 dan 1,5% b/b. Penggunaan katalis CoMo/NZA pada proses pirolsis kulit

pinus diharapkan dapat meningkatkan yield bio-oil yang diperoleh dan mengarahkan

dekomposisi lignoselulosa pada kulit pinus untuk memperoleh senyawa bio-oil yang

dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk masa yang akan datang.

Metodologi

Bahan- bahan yang diperlukan adalah Zeolit alam Yogyakarta, kulit pinus, HCl 6 N, NH4

Cl 1 N, Co(NO3)2.6H2O, (NH4)6Mo7O24.4H2O, aquades, AgNO3, gas N2, O2, dan H2 dan

silinap 280M (thermo oil). Sedangkan alat yang digunakan berupa lumpang porselin,

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-11

Page 12: Bab 2 Ar.doc

Bab II Tinjauan Pustaka

pengayak 60, 80, 100 dan 200 mesh, reaktor alas datar ukuran 1 L, satu set motor

pengaduk, oven, furnace tube, timbangan analitik, tabung serta regulator gas N2, O2 dan H2,

reaktor pirolisis, condenser, heating mantle, thermocouple thermometer (Barnant),

piknometer, viskometer Oswald, gelas piala, pengaduk listrik (Heidolph) dan GC – MS

(Kromatografi gas-spektroskopi massa). Tahapan penelitian terdiri dari pembuatan katalis

CoMo/NZA dan pembuatan bio-oil.

Hasil dan Pembahasan

Hasil uji karakteristik sifat fisika bio-oil dari kulit pinus menggunakan katalis 0%, 0,5%,

1%, 1,5% b/b CoMo/NZA secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

Kesimpulan

Pengembanan logam CoMo pada NZA terbukti mempengaruhi yield bio-oil yang

diperoleh, adapun hasil yield yang diperoleh pada 0%; 0,5%; 1% dan 1,5% berturut

turut adalah 44,55%; 47,69%;51,76% dan 46,13%. Hasil yield bio-oil yang terbaik

diperoleh pada pengembanan logam CoMo sebanyak 1 % terhadap NZA yakni 51,76%.

Hasil uji karakteristik sifat fisika bio-oil dengan yield tertinggi yaitu 1%

CoMo/NZA diperoleh densitas 0,919 gr/ml, viskositas 8,02 cSt, angka keasaman 17.78 gr

NaOH/gr sampel, titik nyala 50ºC dan nilai kalor 44,04MJ/Kg. Pada bio-oil dengan katalis

1% CoMo/NZA senyawa dominan yang diperoleh dari dekomposisi holoselulosa dan

lignin adalah 1-Pentene 13,90%, 2-Pentene 10,65%, 1-Propene 9,46%, 1-Pentene 6,38%,

Hexane 6,23%.

(Defriano Asril, 2012)

Laboratorium Teknik PembakaranProgram Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS Surabaya

II-12