bab 1, 2 dan 3

24
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering dijumpai pada perempuan setelah infeksi saluran nafas. Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan yang membuat urin tertahan di saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon progesterone pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing. Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan awal trimester tiga yang merupakan factor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada kehamilan. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan kebersihan daerah sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau pada perempuan hamil akan mempermudah ISK. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi Saluran Kemih dan Ginjal ? b. Apa yang dimaksud dengan infeksi traktus urinarius ? c. Apa yang dimaksud dengan sytisis ? d. Apa yang dimaksud dengan pielonefritis ? 1

Upload: annisashafwan

Post on 25-Jul-2015

62 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1, 2 dan 3

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering dijumpai pada

perempuan setelah infeksi saluran nafas. Dalam setiap tahun, 15% perempuan

mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan

mekanis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan

yang membuat urin tertahan di saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon

progesterone pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta

mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.

Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan

awal trimester tiga yang merupakan factor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada

kehamilan. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan kebersihan daerah

sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau pada perempuan hamil

akan mempermudah ISK.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi Saluran Kemih dan Ginjal ?

b. Apa yang dimaksud dengan infeksi traktus urinarius ?

c. Apa yang dimaksud dengan sytisis ?

d. Apa yang dimaksud dengan pielonefritis ?

e. Apa yang dimaksud dengan glomerulonefritis ?

f. Apa pengaruh ISK terhadap kehamilan ?

g. Bagaimana cara mencegah ISK ?

3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan 4

(Patologi).

4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah merangkum dari berbagai buku sumber,

kemudian merangkumnya menjadi sebuah makalah.

1

Page 2: bab 1, 2 dan 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Anatomik Ginjal dan Saluran Kemih

Dalam kehamilan terjadi perubahan anatomik dan fungsional ginjal dan saluran

kemih, yang sering menimbulkan gejala, kelainan fisik, dan perubahan hasil npemeriksaan

laboratorium. Oleh karena itu, perlu dipahami benar mengenai perubahan-perubahan ginjal

dan saluran kemih.

Volume, berat dan ukuran ginjal bertambah selama kehamilan. Panjang ginjal

bertambah mencapai 1 cm dan ginjal kanan lebih besar sedikit dari ginjal kiri bila diukur

secara radiografis. Bahkan, perubahan yang lebih jelas terjadi pada sistem pengumpul dimana

kaliks renalis, pelvis renalis dan ureter semuanya mengalami dilatasi bermakna. Dilatasi ini

terjadi pada awal kehamilan sekitar usia 6-10 minggu, yang pada trimester awal lebih jelas

pada sebelah kanan, meliputi 90% perempuan sampai aterm, dan menetap antara 4-6 minggu

sampai 3-4 bulan pascapersalinan.

Pelebaran yang tidak simetris ini mungkin disebabkan oleh perubahan uterus yang

membesar dan mengalami dekstrorotasi, relaksasi otot polos akibat peningkatan kadar

progesteron atau karena terjadinya penekanan psikologik karena pembesaran vena ovarium

kanan yang terletak diatas ureter.sedangkan yang sebelah kiri tidak terdapat karena adanya

sigmoid sebagai bantalan. Ureter juga akan mengalami pemanjangan, melekuk, dan kadang

berpindah letak ke lateral, dan akan kembali normal pada 8-12 minggu setelah melahirkan.

Selain itu, juga dapat terjadi hiperplasia dan hipertropi otot dinding ureter dan kaliks,

dan berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Dilatasi ureter

ini memungkinkan timbulnya refluks air kemih dari kandung kemih kedalam ureter. Akibat

pembesaran uterus, hiperemi organ-organ pelvis, dan pengaruh hormonal terjadi perubahan

pada kandung kemih uang dimulai pada kehamilan usia 4 bulan. Kandung kemih akan

berpindah lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan

membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh

hormon estrogen. Kapasitas kandung kemih meningkat sampai 1 liter, kemungkinan karena

efek relaksasi dari hormon progesteron.

2

Page 3: bab 1, 2 dan 3

2.2 Perubahan Fungsional Ginjal dan Saluran Kemih

Kehamilan merupakan suatu kondisi hiperdinamik, hipervolemik, dengan adaptasi

yang nampak pada senua sistem organ utama. Perubahan fisiologik penting yang timbul

pada ginjal selama kehamilan antara lain :

Peningkatan aliran plasma renal (Renal Plasma Flow / RPF)

Peningkatan tingkat filtrasi glomerulus (Glomerulus Filtration Rate / GFR)

Perubahan reabsorbsi glukosa, sodium, asam amino, dan asam urat tubular.

Peningkatan GFR terjadi selama fase luteal dari siklus menstruasi dan terus meningkat

setelah konsepsi, kemudian mencapai puncak sekitar 50% diatas kadar pada perempuan yang

tidak hamil sampai akhir trimester kedua. Sejak kehamian trimester kedua, GFR akan

meningkat sampai 30-50% diatas nilai normal perempuan tidak hamil. Peningkatan ini

menetap samapi usia kehamilan 36 minggu, lalu terjadi penurunan 15-20%.

Peningkatan RPF dimulai sejak trimester kedua yang kemungkinan disebabkan oleh efek

kombinasi curah jantung yang meningkat dan resistensi vaskular ginjal sebagai peningkatan

produksi prostaglandin ginjal. RPF akan meningkat sebesar 50-80% diatas kadarperempuan

tidak hamil, dengan rata-rata 137 ml/menit. Setelah itu, nilainya akan turun mendekati 25%,

tetapi relatif masih lebih tinggi diatas kadar perempuan tidak hamil. Semakin tua kehamilan,

efek kompresof dari pembesaran uterus pada aorta vana kava dapat menurunkan aliran darah

ginjal yang efekitf menjadi 20%. Akibatnya, akan terjadi penurunan kadar kreatinin serum

dan urea nitrogen darah.

Alasan mengapa mengapa hemodinamik ginjal meningkat selama kehamilan

berhubungan dengan peranan penting nitric-oxyde (NO) dependent endothelium-derived

relaxing factor atau relaksin. Stimulusnya berasal dari ibu dan vasodilatasi gestasional

menyebabkan penurunan tonus arteriole preglomerular dan postglomelular sehingga tekanan

darah intraglomerular tetap konstan. Hal ini membuktikan bahwa hiperfiltrasi gestasional

tidak akan mempengaruhi fungsi ginjal dalam waktu panjang. Peningkatan GFR dan Effective

Renal Plasma Flow (ERPF) ini juga dapat menjelaskan mengapa ekskresi glukosa, asam

amino, dan vitamin larut dalam air akan meningkat selama kehamilan. Kehamilan dengan lesi

penyakit ginjal mendasar borderline atau proteinuria minimal mungkin mengalami

peningkatan eksresi protein, dan sebaliknya tidak disalahartikan sebagai eksaerbasi penyakit

ginjal.

Mungkin ada penurunan pada reabsorbsi tubular terhadap glukosa, dimana bila

dikombinasikan dengan peningkatan bermakna dari beban filtrasinya, dapat menjelaskan

3

Page 4: bab 1, 2 dan 3

mengapa banyak perempuan dengan metabolisme karbohidrat normal dapat bermanifestasi

glukosauria selama kehamilan.

Sebagai akibat peningkatan GFR juga, konsentrasi asam urat menurun selama kehamilan

trimester kedua tetapi akan kembali normal seperti keadaan tidak hamil (4-60 mg/dl) pada

trimester ketiga. Para peneliti meyakini bahwa preeklampsia secara selektif mempengaruhi

reabsorbdi tubulus dan menyebabkan peningkatan asam urat.

2.3 Penyakit Infeksi Pada Sistem Perkemihan

1. Infeksi Traktus Urinarius

a. Definisi

Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri

yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. Urine yang diperiksa harus bersih, segar

dan diambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi

suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini

disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala

disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang

disebut bakteriuria asimptomatik.

Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita

hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran

kencing selama hidupnya. Infeksi saluran kencing dapat mempengaruhi keadaan

ibu dan janin, dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran

prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

b. Etiologi

Infeksi saluran kencing merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling

sering terjadi sekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap tahunnya.

(Burke dan Zavarsky, 1999). Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem

urine menyebabkan infeksi pada saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis),

kandung kemih (Sitisis), atau urine (Bakteriuria). Salah satu bentuk penyebaran

organismenya dapat melalui penggunaan kateter jangka pendek. Resiko yang lebih

besar lagi bisa terjadi pada penggunaan kateter yang lebih lama, apabila urine

dibiarkan mengalir ke tempat atau kantong pengumpulan yang terbuka, seluruh

pasien akan menyebarkan bakteri dalam 4 hari (dengan gejala atau tanpa gejala).

4

Page 5: bab 1, 2 dan 3

Walaupun infeksi terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah

dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan tersering adalah kuman-kuman naik

keatas melalui uretra, kedalam kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas.

Organisme penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain

E.Coli yang menyebabkan pyelonefritis non obstuktif, disamping kemungkinan

kuman-kuman lain Enterobacter aerogenes, klebsiella, pseudomonas dan lain-lain.

Walaupun kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari bekterinya, tetapi stasis

urine dan refluk vesikouretal dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi pada

traktus urinarius atas.

c. Patogenesis

Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri gram negatif,

terutama Escercacoll, spesies pseudomonas dan organisme yang berasal dari

kelompok Enterobakter. Jumlah seluruhnya mencapai lebih dari 80% kultur positif

infeksi saluran kencing (haley, 1985). Sementara kebanyakan organisme organisme

tersebut adalah Eskerisia koli, infeksi jamur, misalnya spesies kandida, yang

meningkat bersamaan dengan munculnya HIV/AIDS dan penyebarannya

menggunakan antibiotika berspektrum luas.

d. Klasifikasi

Bakteri Asimptomstik: Tidak ada gejala yang timbul di hubungkan dengan

infeksi ini, yang di alami 11% dalam kehamilan. Ada peningkatan penderita

bakteriuria tanpa gejala pada wanita yang pernah menderita infeksi saluran kemih,

diabetes dan wanita dengan gejala sel sabit. Bakteriuria asimptomatik diasiosasikan

dengan phielonefritis, melahirkan dini dan BBLR. Beberapa peneliti mendapatkan

adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia

dalam kehamilan, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin dan pre

eklampisa. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati

dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang di buktikan dengan

pemeriksaan beberapa kali.

e. Pemeriksaan Laboraturium

Semus wanita hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan labolatorium urin

secara mikrosopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, Bakteri

dan spesimen urine. Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urine diambil dari

5

Page 6: bab 1, 2 dan 3

aliran tengah (mid-stream) setelah daerah genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu.

Kultur bakteri dan tes kepekaan antibiotika bila dimungkinkan sebaiknya diperiksa.

f. Pengobatan (sesuai intruksi dokter)

Para ahli menganjurkan untuk memberikan terapi antibiotika. Berapa kajian

antibiotika untuk bakteriuria asimptomatik.

Nama obat Dosis Angka Keberhasilan

Amoksilin + asam klavulanat 3X500 mg/hari 92%

Amoksilin 4X250 mg/hari 80%

Nitrofurantion 4X50-100 mg/hari 72%

Terapi antibiotika untuk pengobatan bakteriuria asimptomatik, biasanya

diberikan untuk jangka 5-7 hari secara oral. Sebagai kontrol hasil pengobatan, dapat

dilakukan pemeriksaan ulangan biakan bakterioligik air kemih.

2. Bakteriuria Symptomatik : Sytisis

a. Definisi

Sitisis merupakan peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada

bagian saluran kemih, biasanya inflamasi akibat bakteri. Sistem ini cukup sering

dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman penyebab utamanya adalah E.coli,

disamping dapat oleh kuman-kuman lain. Predisposisi lain adalah karena uretra

wanita yang pendek, sistokel, adanya sisa air kemih yang tertinggal, disamping

penggunaan kateter untuk usaha pengeluaran urin pada pemeriksaan ginekologik

atau persalinan. Penggunaan kateter ini dapat mendorong kuman-kuman uyang ada

di uretra distal untuk masuk kedalam kandung kemih.

Tanda dan gejala hampir 95% mengeluh pada daerah supra simphisis atau

nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit

sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan tuntas, air kencing kadang terasa panas,

air kencing berwarna gelap dan pada serangan akut kadang-kadang berwarna

kemerahan.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Secara mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit,

bakteri pada spesimen urin. Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urin

diambil dari aliran tengah setelah genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu. Hasil

6

Page 7: bab 1, 2 dan 3

biakan bakteriologis air kemih, umumnya memberikan hasil yang positif.

Seringkali dijumpai piuria atau hematuria (gross hematuria).

c. Penanganan

Penanganan secara umum yakni dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien

dianjurkan untuk banyak minum. Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi

sensasi nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (tetapi dengan jumlah

urin yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan semakin

bertambah.

Hanya ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria,

memerlukan perawatan dan observasi ketat. Terapi antibiotika yang dipilih mirip

dengan pengobatan bakteriuria asimptomatik. Apabila antibiotika tunggal kurang

memberikan manfaat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut dapat

berupa jenis obatnya ataupun cara pemberiannya, misal : amoxicilin 4x250 mg per

oral, digabung dengan gentamicin 2x80 mg secara intramuscular selama 10-14

hari. Dua hingga empat minggu kemudian dilakukan penilaian laboratorium untuk

evaluasi pengobatan.

Hampir 25% pasien pernah mengalami sitisis, akan mengalami infeksi ulangan

sehingga perlu diberikan konseling untuk upaya profilaksis dan kunjungan ulang

apabila timbul kembali tanda sitisis. Untuk pencegahan infeksi berulang berikan

nitrofurantoin 100 mg/hari setiap malam sampai sesudah 2 minggu post partum.

Dalam asuhan antenatal yang terjadwal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan air

kemih sebagai langkah antisipatif terhadap infeksi ulang.

3. Pielonefritis akuta

a. Definisi

Pielonefritis akuta merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai

dalam kehamilan dan frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada kehamilan terakhir

dan permulaan masa nifas. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh E.coli dan dapat

pula disebabkan oleh kuman-kuman lain seperti stafilokokus aerous, basilus

proteus, dan pseudomonas aerugenosa. Kuman dapat menyebar secara hematogen

dan limfogen, akan tetapi terbanyak dari kandung kemih.

7

Page 8: bab 1, 2 dan 3

b. Predisposisi

Penggunaan kateter untuk mengeluarkan urine selama proses persalinan atau

kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih karena

trauma persalinan atau luka pada jalan lahir.

Sekitar 1-2% wanita hamil mengalami pielonefritis akuta. Kondisi ini

merupakan masalah utama saluran kemih pada wanita hamil. 2/3 kasus pielonefritis

akut, didahului oleh bakteriuria asimptomatik. Pielonefritis sangat berkaitan erat

dengan statis aliran air kencing akibat perubahan-perubahan sistem.

Gejala dan tanda yang pentinguntuk diperhatikan: pielonefritis akuta ditandai

dengan gejala demam, menggigil, mual, dan muntah, nyeri pada daerah

kostovertebra atau pinggang. Sekitar 85% kasus, suhu tubuh melebihi 38o C dan

sekitar 12%, suhu tubuhnya mencapai 40o C.

Sering disertai mual dan anoreksia. Kadang-kadang diare dapat juga urine

berkurang. Pemeriksaan air kemih menunjukan banyak sel-sel leukosit dan bakteri.

Hasil biakan menunjukan banyak koloni mikroorganisme patogen.

c. Penanganan

Wanita hamil dengan pielonefritis akut, harus dirawat inapkan. Karena

penderita sering mengalami mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan

dehidrasi.

Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk

mengatasi syok tersebut. Segera lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan

dan pemberian medikamentosa. Pantau tanda vital dan diuresis secara berkala.

Bila terjadi ancaman partus premanturus, lakukan pemberian antibiotika

seperti yang telah diuraikan di atas dan penatalaksanaan partus prematurus.

Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.

Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan

pilihan utama karena sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten

terhadap antibiotika jenis ini. Walaupun golongan animoglikosida cukup efektif

tetapi pemberiannya harus dengan memperhatikan kemampuan eksresi kreatinin

karena pada pielonefritis akut, sering terjadi fungsi ginjal secara temporer

(dilakukan oleh dokter).

Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2

gram intravena setiap 6 jam dengan gentamisin 80 mg intravena setian 12 jam.

8

Page 9: bab 1, 2 dan 3

Ampisilin 2gram/siproksin 2 gram intravena dan gentamisin 2x80 mg (sesuai

instruksi dokter).

Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata

dibagian gejala masih ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme resisten

terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses perinefrik atau obstruksi

sekunder akibat kehamilan.

4. Pielonefritis Kronik

a. Definisi

Pielonefritis kronik biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala-

gejala penyakit saluran kemih, dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis

akuta dalam kehamilan.

b. Gejala

Penderita mungkin menderita tekanan darah tinggi. Pada keadaan penyakit

yang lebih berat didapatkan penurunan tingkat filtrasi glomerolus (GFR) dan pada

urinalisis urin mungkin normal, mungkin ditemukan protein kurang dari 2 gr per

hari, gumpalan sel-sel darah putih.

c. Prognosis

Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan

ginjal. Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis

buruk. Penderita ini sebaiknya tidak hamil, karena risiko tinggi.

d. Pengobatan

Pengobatan penderita yang menderit pielonefritis kronika ini tidak banyak

yang dapat dilakukan, dan kalau menunjuk ke arah pielonefritis akuta, terapi seperti

yang telah diuraikan. Perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan pada

penderita yang menderita pielonefritis kronika.

5. Glomerulonefritis Akut

a. Etiologi

Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Peyakit ini dapat

timbul setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat menjadi hamil.

Yang menjadi penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Sering

ditemukan bahwa penderita pada saat yang sama atau beberapa minggu

sebelumnya menderita infeksi jalan pernapasan, seperti tonsillitis, atau infeksi lain-

lain oleh streptokokus, suatu hal yang menyokong teori infeksi local.

9

Page 10: bab 1, 2 dan 3

b. Gambaran Klinik

Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, edema

dan hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma

ditambah dengan oligouria sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus

(retinitis albuminika).

Diagnosis menjadi sulit apabila timbul serangan kejang-kejang dengan atau

tanpa koma yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi serebral, atau oleh uremia,

atau apabila timbul edema paru-paru akut. Apabila penyakitnya diketahui dalam

trimester III, maka perbedann dengan preeklamsia dan eklampsia selalu harus

dibuat.

Pemeriksaan air kencing menghasilkan sebagai berikut:

sering proteinuria

ditemukan eritrosit dan silinder hialin, silinder korel, dan silinder eritrosit.

c. Terapi

Pengobatan sama di luar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat baring,

diet yang sempurna dan rendah garam, pengendalian hipertensi serta keseimbangan

cairan dan elektrolit. Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penicillin, karena

streptococcus peka terhadap penicillin. Apabila ini tidak berhasil, maka harus

dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan.

Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal yang

tetap baik. Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak hidup, dan apabila

diinginkan wanita boleh hamil lagi di kemudian hari. Ada kalanya penyakit

menjadi menahun dengan segala akibatnya. Ada umumnya prognosis ibu cukup

baik. Kematian ibu sangat jarang, dan apabila terjadi biasanya itu diakibatkan oleh

dekompensasi kordis, komplikasi serebro-vaskuler anuria, dan uremia.

Kehamilan tidak banyak mempengaruhi jalan penyakit. Sebaliknya

glomerulonefritis akuta mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasi konsepsi;

terutama yang disertai tekanan darah yang sangat tingggi dan insufisiensi ginjal,

dapat menyebabkan abortus, partus prematurus dan kematian janin.

10

Page 11: bab 1, 2 dan 3

6. Gomerulonefritis Kronika

a. Etiologi

Wanita hamil dengan glomerulonefritis kronika sudah menderita penyakit itu

beberapa tahun sebelumnya.

b. Tanda dan Gejala

Pada pemeriksaan kehamilan pertama dapat dijumpai proteinuria, sedimen

yang  tidak normal, dan hipertensi.

Diagnosis mudah dibuat bila dijumpai proteinuria, sedimen yang  tidak

normal, dan hipertensi. Apabila gejala-gejala penyakit penyakit baru timbul dalam

kehamilan yang sudah lanjut, atau ditambah dengan pengaruh kehamilan

(superimposed preeclampsia), maka lebih sulit untuk membedakannya dari

preeklampsi  murni.

Suatu ciri tetap ialah makin memburuknya fungsi ginjal karena makin lama

makin banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal, bahkan

sampai mencapai tingkat akhir, yakni apa yang disebut ginjal kisut.

Penyakit ini dapat menampakkan diri dalam 4 macam:

hanya terdapat proteinuria menetap dengan atau tanpa kelainan sedimen;

dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik;

dalam bentuk mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta;

gagal ginjal sebagai penjelmaaan pertama.

Keempat-empatnya dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi ginjal dan

penyakit kardiovaskuler hipertensif.

Selain proteinuria, kelainan sedimen dan hipertensi, dapat pula dijumpai

edema (terutama di muka), dan anemia. Pemeriksaan kimiawi darah menunjukkan

urea-nitrogen, kadar asidum urikum, dan kadar kreatinin yang tinggi. Pengeluaran

fenosufonftalein dan kreatinin oleh ginjal lebih lambat.

c. Prognosis

Prognosis bagi ibu akhirnya buruk: ada yang segera meninggal, ada yang agak

lama. Hal itu tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat, dan

ada atau tidaknya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.

Prognosis bagi janin dalam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan

derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi

yang berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya

11

Page 12: bab 1, 2 dan 3

bayinya lahir dismatur akibat insufisiensi placenta. Apabila penyakit sudah berat,

apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir

dengan abortus dan partus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.

d. Pengobatan

Pengobatan tidak memberi hasil yang memuaskan karena penyakitnya

bertambah berat. Peningkatan penyakit, tensi yang sangat tinggi, dan tambahan

dengan pielonefritis akuta harus ditanggulangi dengan seksama. Dalam hal-hal

terakhir pengakhiran kehamilan perlu dipertimbangkan. Sebaiknya penderita

glomerulonefritis kronika tidak menjadi hamil. Karena kerusakan ginjal  berbeda-

beda pada waktu penderita ditemukan hamil, maka sulit untuk menafsirkan

pengaruh kehamilan pada jalan penyakit. Yang tanpa kehamilan juga makin lama

makin menjadi lebih buruk. Agaknya kehamilan tidak mempercepat proses

kerusakan ginjal, walaupun sebaliknya dapat pula terjadi.

2.4 Pengaruh ISK terhadap kehamilan

Banyak dari kita yang belum benar-benar mengetahui infeksi saluan kemih (ISK).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih.

ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri

dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung

bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam

urin, terjadilah ISK.

Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga

disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK adalah rasa sakit pada saat

ingin buang air kecil. Selain juga munculnya perasaan ingin buang air kecil, tetapi

yang jumlah yang keluar hanya sedikit (anyang-anyangan). Penderita juga merasa

nyeri di pinggang atau perut bagian bawah posisi tepatnya di atas tulang kemaluan,

dan terkadang disertai rasa mual.

Yang jelas tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan

gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang

tidak baik (kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan penyakit serta kelainan

lain.

12

Page 13: bab 1, 2 dan 3

a) Lebih Berbahaya

Infeksi saluran kemih yang tak bergejala terhitung lebih berbahaya. Karena

tanpa disadari, penyakit tersebut akan menggerogoti organ kelaminnya terus-menerus.

Jadi, orang yang bersangkutan terinfeksi tetapi dia tidak tahu dan biasanya malah

menjadi kronis. ISK terbagi dalam dua jenis yaitu, ISK bagian atas dan bawah. ISK

bagian bawah dinamakan sistitis. Jika menyerang bagian atas, kuman menyebar lewat

saluran kencing, ginjal, dan bahkan seluruh tubuh.

Perempuan memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena infeksi saluran

air kemih karena memiliki uretra (bagian bawah dari saluran kemih) yang lebih

pendek dibandingkan laki-laki. Banyak cara bagi perempuan untuk terhindar dari

infeksi saluran kemih. Salah satunya, cebok atau membasuh kelamin setelah berkemih

dengan cara yang benar. Karena ketidaktahuan, banyak perempuan yang cebok dari

belakang ke depan. Padahal, cara itu sama saja menarik kotoran ke daerah vagina atau

saluran kencing. Bagi perempuan yang sudah berkeluarga, jangan biasakan menahan

kecil saat berhubungan seksual.

Pada uretra yang penuh, jika uretranya pendek, terkena gesekan saat

berhubungan seks menyebabkan kuman-kuman gampang terdorong masuk ke

salurang kencing dan mengakibatkan infeksi. Selain itu, hindari hubungan seksual

dengan orang yang punya penyakit kelamin seperti penyakit kencing nanah. Hal itu

bisa menyebabkan infeksi pada uretra dan menghasilkan nanah. Karena itu disebut

kencing nanah.

b) Dapat Memicu Keguguran

Infeksi saluran kemih saat hamil, bisa menyebabkan infeksi ginjal, yang pada

akhirnya dapat berakibat pada keguguran atau kelahiran prematur. Tidak hanya itu

saja, infeksi saluran kemih yang berat dapat menyebabkan infeksi yang meluas

(sitemik) tentunya keadaan ini dapat menyebabkan kelahiran prematur.

Infeksi saluran kemih akut juga sering mempengaruhi infeksi pada dinding

rongga amnion (ketuban), sehingga menyebabkan ketuban pecah dini, dan berakibat

meningkatkan risiko infeksi pada janin.

Namun untungnya, asimptomatik bakteriuria pada kandung kemih atau saluran

kemih ini, biasanya dapat ditemukan segera sebelum ginjal orang yang bersangkutan

terinfeksi. Jika dokter segera menangani infeksi saluran kemih ini sejak dini dan

ditangani sampai tuntas, hal ini tidak akan mengganggu kehamilan maupun janin.

13

Page 14: bab 1, 2 dan 3

c) Pengobatan & Pencegahan Infeksi Saluran Kemih

Bagi orang yang telah menderita batu di ginjal atau saluran kemihnya harus

diperiksa mengenai ukuran, jenis kekerasan, dan lokasi dari batu tersebut. Bila ukuran

batunya di bawah lima milimeter, maka sang pasien umumnya cukup diberi obat dan

dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Namun bila ukurannya lebih besar, maka dapat dilakukan pengobatan dengan

menggunakan terapi “shock wave” (gelombang kejut) yang dapat memecahkan batu

ginjal. Setelah itu, pasien dianjurkan banyak air putih untuk mengeluarkan batu

tersebut dari saluran kemih. Selain itu hendaknya tidak boleh menahan keinginan

untuk buang air kecil serta banyak menyantap buah dan sayur-sayuran.

Untuk pencegahannya banyak minum air putih merupakan perilaku sehat

untuk terhindar dari infeksi saluran kemih. Jumlah ideal air putih yang harus

dikonsumsi sebanyak 2-3 liter setiap harinya, terutama para pekerja yang berada

dalam ruang ber-AC (air conditioning) yang biasanya jarang merasa haus.

Air putih sangat penting untuk membilas kuman dan zat. Bila berlebihan

kuman atau zat itu bisa menyebabkan pengendapan di saluran kemih. Pengendapan

tersebut dapat mengkristal sehingga menimbulkan semacam batu yang bisa membuat

luka di saluran kemih.

d) Berikut ini beberapa cara yang cukup efektif mencegah ISK :

1. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih

sehari).

2. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.

3. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran

dari dubur tidak masuk ke dalam saluran kemih.

4. Periksakan air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut

akan dapat segera diketahui apakah Anda terinfeksi atau tidak.

5. Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil.

Catatan khusus, apabila Anda sedang mengandung dan kandung kemih Anda

bermasalah, segera periksakan ke dokter agar bisa segera ditangani. Anda juga dapat

mempercepat penyembuhan dengan banyak minum banyak air putih untuk membantu

mendorong bakteri keluar melalui air seni.

14

Page 15: bab 1, 2 dan 3

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran

kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun

terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak

mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang

biak dalam urin, terjadilah ISK.

Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga

disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK adalah rasa sakit pada saat

ingin buang air kecil. Selain juga munculnya perasaan ingin buang air kecil, tetapi

yang jumlah yang keluar hanya sedikit (anyang-anyangan). Penderita juga merasa

nyeri di pinggang atau perut bagian bawah posisi tepatnya di atas tulang kemaluan,

dan terkadang disertai rasa mual.

Yang jelas tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak

menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. ISK dapat disebabkan oleh

kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan

penyakit serta kelainan lain.

15