bab 1, 2 dan 3
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering dijumpai pada
perempuan setelah infeksi saluran nafas. Dalam setiap tahun, 15% perempuan
mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan
mekanis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan
yang membuat urin tertahan di saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon
progesterone pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta
mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.
Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan
awal trimester tiga yang merupakan factor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada
kehamilan. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan kebersihan daerah
sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau pada perempuan hamil
akan mempermudah ISK.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi Saluran Kemih dan Ginjal ?
b. Apa yang dimaksud dengan infeksi traktus urinarius ?
c. Apa yang dimaksud dengan sytisis ?
d. Apa yang dimaksud dengan pielonefritis ?
e. Apa yang dimaksud dengan glomerulonefritis ?
f. Apa pengaruh ISK terhadap kehamilan ?
g. Bagaimana cara mencegah ISK ?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan 4
(Patologi).
4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah merangkum dari berbagai buku sumber,
kemudian merangkumnya menjadi sebuah makalah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Anatomik Ginjal dan Saluran Kemih
Dalam kehamilan terjadi perubahan anatomik dan fungsional ginjal dan saluran
kemih, yang sering menimbulkan gejala, kelainan fisik, dan perubahan hasil npemeriksaan
laboratorium. Oleh karena itu, perlu dipahami benar mengenai perubahan-perubahan ginjal
dan saluran kemih.
Volume, berat dan ukuran ginjal bertambah selama kehamilan. Panjang ginjal
bertambah mencapai 1 cm dan ginjal kanan lebih besar sedikit dari ginjal kiri bila diukur
secara radiografis. Bahkan, perubahan yang lebih jelas terjadi pada sistem pengumpul dimana
kaliks renalis, pelvis renalis dan ureter semuanya mengalami dilatasi bermakna. Dilatasi ini
terjadi pada awal kehamilan sekitar usia 6-10 minggu, yang pada trimester awal lebih jelas
pada sebelah kanan, meliputi 90% perempuan sampai aterm, dan menetap antara 4-6 minggu
sampai 3-4 bulan pascapersalinan.
Pelebaran yang tidak simetris ini mungkin disebabkan oleh perubahan uterus yang
membesar dan mengalami dekstrorotasi, relaksasi otot polos akibat peningkatan kadar
progesteron atau karena terjadinya penekanan psikologik karena pembesaran vena ovarium
kanan yang terletak diatas ureter.sedangkan yang sebelah kiri tidak terdapat karena adanya
sigmoid sebagai bantalan. Ureter juga akan mengalami pemanjangan, melekuk, dan kadang
berpindah letak ke lateral, dan akan kembali normal pada 8-12 minggu setelah melahirkan.
Selain itu, juga dapat terjadi hiperplasia dan hipertropi otot dinding ureter dan kaliks,
dan berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Dilatasi ureter
ini memungkinkan timbulnya refluks air kemih dari kandung kemih kedalam ureter. Akibat
pembesaran uterus, hiperemi organ-organ pelvis, dan pengaruh hormonal terjadi perubahan
pada kandung kemih uang dimulai pada kehamilan usia 4 bulan. Kandung kemih akan
berpindah lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan
membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh
hormon estrogen. Kapasitas kandung kemih meningkat sampai 1 liter, kemungkinan karena
efek relaksasi dari hormon progesteron.
2
2.2 Perubahan Fungsional Ginjal dan Saluran Kemih
Kehamilan merupakan suatu kondisi hiperdinamik, hipervolemik, dengan adaptasi
yang nampak pada senua sistem organ utama. Perubahan fisiologik penting yang timbul
pada ginjal selama kehamilan antara lain :
Peningkatan aliran plasma renal (Renal Plasma Flow / RPF)
Peningkatan tingkat filtrasi glomerulus (Glomerulus Filtration Rate / GFR)
Perubahan reabsorbsi glukosa, sodium, asam amino, dan asam urat tubular.
Peningkatan GFR terjadi selama fase luteal dari siklus menstruasi dan terus meningkat
setelah konsepsi, kemudian mencapai puncak sekitar 50% diatas kadar pada perempuan yang
tidak hamil sampai akhir trimester kedua. Sejak kehamian trimester kedua, GFR akan
meningkat sampai 30-50% diatas nilai normal perempuan tidak hamil. Peningkatan ini
menetap samapi usia kehamilan 36 minggu, lalu terjadi penurunan 15-20%.
Peningkatan RPF dimulai sejak trimester kedua yang kemungkinan disebabkan oleh efek
kombinasi curah jantung yang meningkat dan resistensi vaskular ginjal sebagai peningkatan
produksi prostaglandin ginjal. RPF akan meningkat sebesar 50-80% diatas kadarperempuan
tidak hamil, dengan rata-rata 137 ml/menit. Setelah itu, nilainya akan turun mendekati 25%,
tetapi relatif masih lebih tinggi diatas kadar perempuan tidak hamil. Semakin tua kehamilan,
efek kompresof dari pembesaran uterus pada aorta vana kava dapat menurunkan aliran darah
ginjal yang efekitf menjadi 20%. Akibatnya, akan terjadi penurunan kadar kreatinin serum
dan urea nitrogen darah.
Alasan mengapa mengapa hemodinamik ginjal meningkat selama kehamilan
berhubungan dengan peranan penting nitric-oxyde (NO) dependent endothelium-derived
relaxing factor atau relaksin. Stimulusnya berasal dari ibu dan vasodilatasi gestasional
menyebabkan penurunan tonus arteriole preglomerular dan postglomelular sehingga tekanan
darah intraglomerular tetap konstan. Hal ini membuktikan bahwa hiperfiltrasi gestasional
tidak akan mempengaruhi fungsi ginjal dalam waktu panjang. Peningkatan GFR dan Effective
Renal Plasma Flow (ERPF) ini juga dapat menjelaskan mengapa ekskresi glukosa, asam
amino, dan vitamin larut dalam air akan meningkat selama kehamilan. Kehamilan dengan lesi
penyakit ginjal mendasar borderline atau proteinuria minimal mungkin mengalami
peningkatan eksresi protein, dan sebaliknya tidak disalahartikan sebagai eksaerbasi penyakit
ginjal.
Mungkin ada penurunan pada reabsorbsi tubular terhadap glukosa, dimana bila
dikombinasikan dengan peningkatan bermakna dari beban filtrasinya, dapat menjelaskan
3
mengapa banyak perempuan dengan metabolisme karbohidrat normal dapat bermanifestasi
glukosauria selama kehamilan.
Sebagai akibat peningkatan GFR juga, konsentrasi asam urat menurun selama kehamilan
trimester kedua tetapi akan kembali normal seperti keadaan tidak hamil (4-60 mg/dl) pada
trimester ketiga. Para peneliti meyakini bahwa preeklampsia secara selektif mempengaruhi
reabsorbdi tubulus dan menyebabkan peningkatan asam urat.
2.3 Penyakit Infeksi Pada Sistem Perkemihan
1. Infeksi Traktus Urinarius
a. Definisi
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri
yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. Urine yang diperiksa harus bersih, segar
dan diambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi
suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini
disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala
disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang
disebut bakteriuria asimptomatik.
Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita
hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran
kencing selama hidupnya. Infeksi saluran kencing dapat mempengaruhi keadaan
ibu dan janin, dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran
prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
b. Etiologi
Infeksi saluran kencing merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling
sering terjadi sekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap tahunnya.
(Burke dan Zavarsky, 1999). Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem
urine menyebabkan infeksi pada saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis),
kandung kemih (Sitisis), atau urine (Bakteriuria). Salah satu bentuk penyebaran
organismenya dapat melalui penggunaan kateter jangka pendek. Resiko yang lebih
besar lagi bisa terjadi pada penggunaan kateter yang lebih lama, apabila urine
dibiarkan mengalir ke tempat atau kantong pengumpulan yang terbuka, seluruh
pasien akan menyebarkan bakteri dalam 4 hari (dengan gejala atau tanpa gejala).
4
Walaupun infeksi terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah
dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan tersering adalah kuman-kuman naik
keatas melalui uretra, kedalam kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas.
Organisme penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain
E.Coli yang menyebabkan pyelonefritis non obstuktif, disamping kemungkinan
kuman-kuman lain Enterobacter aerogenes, klebsiella, pseudomonas dan lain-lain.
Walaupun kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari bekterinya, tetapi stasis
urine dan refluk vesikouretal dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi pada
traktus urinarius atas.
c. Patogenesis
Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri gram negatif,
terutama Escercacoll, spesies pseudomonas dan organisme yang berasal dari
kelompok Enterobakter. Jumlah seluruhnya mencapai lebih dari 80% kultur positif
infeksi saluran kencing (haley, 1985). Sementara kebanyakan organisme organisme
tersebut adalah Eskerisia koli, infeksi jamur, misalnya spesies kandida, yang
meningkat bersamaan dengan munculnya HIV/AIDS dan penyebarannya
menggunakan antibiotika berspektrum luas.
d. Klasifikasi
Bakteri Asimptomstik: Tidak ada gejala yang timbul di hubungkan dengan
infeksi ini, yang di alami 11% dalam kehamilan. Ada peningkatan penderita
bakteriuria tanpa gejala pada wanita yang pernah menderita infeksi saluran kemih,
diabetes dan wanita dengan gejala sel sabit. Bakteriuria asimptomatik diasiosasikan
dengan phielonefritis, melahirkan dini dan BBLR. Beberapa peneliti mendapatkan
adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia
dalam kehamilan, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin dan pre
eklampisa. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati
dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang di buktikan dengan
pemeriksaan beberapa kali.
e. Pemeriksaan Laboraturium
Semus wanita hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan labolatorium urin
secara mikrosopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, Bakteri
dan spesimen urine. Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urine diambil dari
5
aliran tengah (mid-stream) setelah daerah genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu.
Kultur bakteri dan tes kepekaan antibiotika bila dimungkinkan sebaiknya diperiksa.
f. Pengobatan (sesuai intruksi dokter)
Para ahli menganjurkan untuk memberikan terapi antibiotika. Berapa kajian
antibiotika untuk bakteriuria asimptomatik.
Nama obat Dosis Angka Keberhasilan
Amoksilin + asam klavulanat 3X500 mg/hari 92%
Amoksilin 4X250 mg/hari 80%
Nitrofurantion 4X50-100 mg/hari 72%
Terapi antibiotika untuk pengobatan bakteriuria asimptomatik, biasanya
diberikan untuk jangka 5-7 hari secara oral. Sebagai kontrol hasil pengobatan, dapat
dilakukan pemeriksaan ulangan biakan bakterioligik air kemih.
2. Bakteriuria Symptomatik : Sytisis
a. Definisi
Sitisis merupakan peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada
bagian saluran kemih, biasanya inflamasi akibat bakteri. Sistem ini cukup sering
dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman penyebab utamanya adalah E.coli,
disamping dapat oleh kuman-kuman lain. Predisposisi lain adalah karena uretra
wanita yang pendek, sistokel, adanya sisa air kemih yang tertinggal, disamping
penggunaan kateter untuk usaha pengeluaran urin pada pemeriksaan ginekologik
atau persalinan. Penggunaan kateter ini dapat mendorong kuman-kuman uyang ada
di uretra distal untuk masuk kedalam kandung kemih.
Tanda dan gejala hampir 95% mengeluh pada daerah supra simphisis atau
nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit
sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan tuntas, air kencing kadang terasa panas,
air kencing berwarna gelap dan pada serangan akut kadang-kadang berwarna
kemerahan.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Secara mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit,
bakteri pada spesimen urin. Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urin
diambil dari aliran tengah setelah genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu. Hasil
6
biakan bakteriologis air kemih, umumnya memberikan hasil yang positif.
Seringkali dijumpai piuria atau hematuria (gross hematuria).
c. Penanganan
Penanganan secara umum yakni dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien
dianjurkan untuk banyak minum. Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi
sensasi nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (tetapi dengan jumlah
urin yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan semakin
bertambah.
Hanya ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria,
memerlukan perawatan dan observasi ketat. Terapi antibiotika yang dipilih mirip
dengan pengobatan bakteriuria asimptomatik. Apabila antibiotika tunggal kurang
memberikan manfaat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut dapat
berupa jenis obatnya ataupun cara pemberiannya, misal : amoxicilin 4x250 mg per
oral, digabung dengan gentamicin 2x80 mg secara intramuscular selama 10-14
hari. Dua hingga empat minggu kemudian dilakukan penilaian laboratorium untuk
evaluasi pengobatan.
Hampir 25% pasien pernah mengalami sitisis, akan mengalami infeksi ulangan
sehingga perlu diberikan konseling untuk upaya profilaksis dan kunjungan ulang
apabila timbul kembali tanda sitisis. Untuk pencegahan infeksi berulang berikan
nitrofurantoin 100 mg/hari setiap malam sampai sesudah 2 minggu post partum.
Dalam asuhan antenatal yang terjadwal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan air
kemih sebagai langkah antisipatif terhadap infeksi ulang.
3. Pielonefritis akuta
a. Definisi
Pielonefritis akuta merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai
dalam kehamilan dan frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada kehamilan terakhir
dan permulaan masa nifas. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh E.coli dan dapat
pula disebabkan oleh kuman-kuman lain seperti stafilokokus aerous, basilus
proteus, dan pseudomonas aerugenosa. Kuman dapat menyebar secara hematogen
dan limfogen, akan tetapi terbanyak dari kandung kemih.
7
b. Predisposisi
Penggunaan kateter untuk mengeluarkan urine selama proses persalinan atau
kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih karena
trauma persalinan atau luka pada jalan lahir.
Sekitar 1-2% wanita hamil mengalami pielonefritis akuta. Kondisi ini
merupakan masalah utama saluran kemih pada wanita hamil. 2/3 kasus pielonefritis
akut, didahului oleh bakteriuria asimptomatik. Pielonefritis sangat berkaitan erat
dengan statis aliran air kencing akibat perubahan-perubahan sistem.
Gejala dan tanda yang pentinguntuk diperhatikan: pielonefritis akuta ditandai
dengan gejala demam, menggigil, mual, dan muntah, nyeri pada daerah
kostovertebra atau pinggang. Sekitar 85% kasus, suhu tubuh melebihi 38o C dan
sekitar 12%, suhu tubuhnya mencapai 40o C.
Sering disertai mual dan anoreksia. Kadang-kadang diare dapat juga urine
berkurang. Pemeriksaan air kemih menunjukan banyak sel-sel leukosit dan bakteri.
Hasil biakan menunjukan banyak koloni mikroorganisme patogen.
c. Penanganan
Wanita hamil dengan pielonefritis akut, harus dirawat inapkan. Karena
penderita sering mengalami mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan
dehidrasi.
Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk
mengatasi syok tersebut. Segera lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan
dan pemberian medikamentosa. Pantau tanda vital dan diuresis secara berkala.
Bila terjadi ancaman partus premanturus, lakukan pemberian antibiotika
seperti yang telah diuraikan di atas dan penatalaksanaan partus prematurus.
Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.
Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan
pilihan utama karena sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten
terhadap antibiotika jenis ini. Walaupun golongan animoglikosida cukup efektif
tetapi pemberiannya harus dengan memperhatikan kemampuan eksresi kreatinin
karena pada pielonefritis akut, sering terjadi fungsi ginjal secara temporer
(dilakukan oleh dokter).
Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2
gram intravena setiap 6 jam dengan gentamisin 80 mg intravena setian 12 jam.
8
Ampisilin 2gram/siproksin 2 gram intravena dan gentamisin 2x80 mg (sesuai
instruksi dokter).
Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata
dibagian gejala masih ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme resisten
terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses perinefrik atau obstruksi
sekunder akibat kehamilan.
4. Pielonefritis Kronik
a. Definisi
Pielonefritis kronik biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala-
gejala penyakit saluran kemih, dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis
akuta dalam kehamilan.
b. Gejala
Penderita mungkin menderita tekanan darah tinggi. Pada keadaan penyakit
yang lebih berat didapatkan penurunan tingkat filtrasi glomerolus (GFR) dan pada
urinalisis urin mungkin normal, mungkin ditemukan protein kurang dari 2 gr per
hari, gumpalan sel-sel darah putih.
c. Prognosis
Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan
ginjal. Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis
buruk. Penderita ini sebaiknya tidak hamil, karena risiko tinggi.
d. Pengobatan
Pengobatan penderita yang menderit pielonefritis kronika ini tidak banyak
yang dapat dilakukan, dan kalau menunjuk ke arah pielonefritis akuta, terapi seperti
yang telah diuraikan. Perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan pada
penderita yang menderita pielonefritis kronika.
5. Glomerulonefritis Akut
a. Etiologi
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Peyakit ini dapat
timbul setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat menjadi hamil.
Yang menjadi penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Sering
ditemukan bahwa penderita pada saat yang sama atau beberapa minggu
sebelumnya menderita infeksi jalan pernapasan, seperti tonsillitis, atau infeksi lain-
lain oleh streptokokus, suatu hal yang menyokong teori infeksi local.
9
b. Gambaran Klinik
Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, edema
dan hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma
ditambah dengan oligouria sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus
(retinitis albuminika).
Diagnosis menjadi sulit apabila timbul serangan kejang-kejang dengan atau
tanpa koma yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi serebral, atau oleh uremia,
atau apabila timbul edema paru-paru akut. Apabila penyakitnya diketahui dalam
trimester III, maka perbedann dengan preeklamsia dan eklampsia selalu harus
dibuat.
Pemeriksaan air kencing menghasilkan sebagai berikut:
sering proteinuria
ditemukan eritrosit dan silinder hialin, silinder korel, dan silinder eritrosit.
c. Terapi
Pengobatan sama di luar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat baring,
diet yang sempurna dan rendah garam, pengendalian hipertensi serta keseimbangan
cairan dan elektrolit. Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penicillin, karena
streptococcus peka terhadap penicillin. Apabila ini tidak berhasil, maka harus
dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan.
Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal yang
tetap baik. Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak hidup, dan apabila
diinginkan wanita boleh hamil lagi di kemudian hari. Ada kalanya penyakit
menjadi menahun dengan segala akibatnya. Ada umumnya prognosis ibu cukup
baik. Kematian ibu sangat jarang, dan apabila terjadi biasanya itu diakibatkan oleh
dekompensasi kordis, komplikasi serebro-vaskuler anuria, dan uremia.
Kehamilan tidak banyak mempengaruhi jalan penyakit. Sebaliknya
glomerulonefritis akuta mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasi konsepsi;
terutama yang disertai tekanan darah yang sangat tingggi dan insufisiensi ginjal,
dapat menyebabkan abortus, partus prematurus dan kematian janin.
10
6. Gomerulonefritis Kronika
a. Etiologi
Wanita hamil dengan glomerulonefritis kronika sudah menderita penyakit itu
beberapa tahun sebelumnya.
b. Tanda dan Gejala
Pada pemeriksaan kehamilan pertama dapat dijumpai proteinuria, sedimen
yang tidak normal, dan hipertensi.
Diagnosis mudah dibuat bila dijumpai proteinuria, sedimen yang tidak
normal, dan hipertensi. Apabila gejala-gejala penyakit penyakit baru timbul dalam
kehamilan yang sudah lanjut, atau ditambah dengan pengaruh kehamilan
(superimposed preeclampsia), maka lebih sulit untuk membedakannya dari
preeklampsi murni.
Suatu ciri tetap ialah makin memburuknya fungsi ginjal karena makin lama
makin banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal, bahkan
sampai mencapai tingkat akhir, yakni apa yang disebut ginjal kisut.
Penyakit ini dapat menampakkan diri dalam 4 macam:
hanya terdapat proteinuria menetap dengan atau tanpa kelainan sedimen;
dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik;
dalam bentuk mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta;
gagal ginjal sebagai penjelmaaan pertama.
Keempat-empatnya dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi ginjal dan
penyakit kardiovaskuler hipertensif.
Selain proteinuria, kelainan sedimen dan hipertensi, dapat pula dijumpai
edema (terutama di muka), dan anemia. Pemeriksaan kimiawi darah menunjukkan
urea-nitrogen, kadar asidum urikum, dan kadar kreatinin yang tinggi. Pengeluaran
fenosufonftalein dan kreatinin oleh ginjal lebih lambat.
c. Prognosis
Prognosis bagi ibu akhirnya buruk: ada yang segera meninggal, ada yang agak
lama. Hal itu tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat, dan
ada atau tidaknya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.
Prognosis bagi janin dalam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan
derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi
yang berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya
11
bayinya lahir dismatur akibat insufisiensi placenta. Apabila penyakit sudah berat,
apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir
dengan abortus dan partus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.
d. Pengobatan
Pengobatan tidak memberi hasil yang memuaskan karena penyakitnya
bertambah berat. Peningkatan penyakit, tensi yang sangat tinggi, dan tambahan
dengan pielonefritis akuta harus ditanggulangi dengan seksama. Dalam hal-hal
terakhir pengakhiran kehamilan perlu dipertimbangkan. Sebaiknya penderita
glomerulonefritis kronika tidak menjadi hamil. Karena kerusakan ginjal berbeda-
beda pada waktu penderita ditemukan hamil, maka sulit untuk menafsirkan
pengaruh kehamilan pada jalan penyakit. Yang tanpa kehamilan juga makin lama
makin menjadi lebih buruk. Agaknya kehamilan tidak mempercepat proses
kerusakan ginjal, walaupun sebaliknya dapat pula terjadi.
2.4 Pengaruh ISK terhadap kehamilan
Banyak dari kita yang belum benar-benar mengetahui infeksi saluan kemih (ISK).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih.
ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri
dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung
bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam
urin, terjadilah ISK.
Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga
disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK adalah rasa sakit pada saat
ingin buang air kecil. Selain juga munculnya perasaan ingin buang air kecil, tetapi
yang jumlah yang keluar hanya sedikit (anyang-anyangan). Penderita juga merasa
nyeri di pinggang atau perut bagian bawah posisi tepatnya di atas tulang kemaluan,
dan terkadang disertai rasa mual.
Yang jelas tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan
gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang
tidak baik (kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan penyakit serta kelainan
lain.
12
a) Lebih Berbahaya
Infeksi saluran kemih yang tak bergejala terhitung lebih berbahaya. Karena
tanpa disadari, penyakit tersebut akan menggerogoti organ kelaminnya terus-menerus.
Jadi, orang yang bersangkutan terinfeksi tetapi dia tidak tahu dan biasanya malah
menjadi kronis. ISK terbagi dalam dua jenis yaitu, ISK bagian atas dan bawah. ISK
bagian bawah dinamakan sistitis. Jika menyerang bagian atas, kuman menyebar lewat
saluran kencing, ginjal, dan bahkan seluruh tubuh.
Perempuan memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena infeksi saluran
air kemih karena memiliki uretra (bagian bawah dari saluran kemih) yang lebih
pendek dibandingkan laki-laki. Banyak cara bagi perempuan untuk terhindar dari
infeksi saluran kemih. Salah satunya, cebok atau membasuh kelamin setelah berkemih
dengan cara yang benar. Karena ketidaktahuan, banyak perempuan yang cebok dari
belakang ke depan. Padahal, cara itu sama saja menarik kotoran ke daerah vagina atau
saluran kencing. Bagi perempuan yang sudah berkeluarga, jangan biasakan menahan
kecil saat berhubungan seksual.
Pada uretra yang penuh, jika uretranya pendek, terkena gesekan saat
berhubungan seks menyebabkan kuman-kuman gampang terdorong masuk ke
salurang kencing dan mengakibatkan infeksi. Selain itu, hindari hubungan seksual
dengan orang yang punya penyakit kelamin seperti penyakit kencing nanah. Hal itu
bisa menyebabkan infeksi pada uretra dan menghasilkan nanah. Karena itu disebut
kencing nanah.
b) Dapat Memicu Keguguran
Infeksi saluran kemih saat hamil, bisa menyebabkan infeksi ginjal, yang pada
akhirnya dapat berakibat pada keguguran atau kelahiran prematur. Tidak hanya itu
saja, infeksi saluran kemih yang berat dapat menyebabkan infeksi yang meluas
(sitemik) tentunya keadaan ini dapat menyebabkan kelahiran prematur.
Infeksi saluran kemih akut juga sering mempengaruhi infeksi pada dinding
rongga amnion (ketuban), sehingga menyebabkan ketuban pecah dini, dan berakibat
meningkatkan risiko infeksi pada janin.
Namun untungnya, asimptomatik bakteriuria pada kandung kemih atau saluran
kemih ini, biasanya dapat ditemukan segera sebelum ginjal orang yang bersangkutan
terinfeksi. Jika dokter segera menangani infeksi saluran kemih ini sejak dini dan
ditangani sampai tuntas, hal ini tidak akan mengganggu kehamilan maupun janin.
13
c) Pengobatan & Pencegahan Infeksi Saluran Kemih
Bagi orang yang telah menderita batu di ginjal atau saluran kemihnya harus
diperiksa mengenai ukuran, jenis kekerasan, dan lokasi dari batu tersebut. Bila ukuran
batunya di bawah lima milimeter, maka sang pasien umumnya cukup diberi obat dan
dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Namun bila ukurannya lebih besar, maka dapat dilakukan pengobatan dengan
menggunakan terapi “shock wave” (gelombang kejut) yang dapat memecahkan batu
ginjal. Setelah itu, pasien dianjurkan banyak air putih untuk mengeluarkan batu
tersebut dari saluran kemih. Selain itu hendaknya tidak boleh menahan keinginan
untuk buang air kecil serta banyak menyantap buah dan sayur-sayuran.
Untuk pencegahannya banyak minum air putih merupakan perilaku sehat
untuk terhindar dari infeksi saluran kemih. Jumlah ideal air putih yang harus
dikonsumsi sebanyak 2-3 liter setiap harinya, terutama para pekerja yang berada
dalam ruang ber-AC (air conditioning) yang biasanya jarang merasa haus.
Air putih sangat penting untuk membilas kuman dan zat. Bila berlebihan
kuman atau zat itu bisa menyebabkan pengendapan di saluran kemih. Pengendapan
tersebut dapat mengkristal sehingga menimbulkan semacam batu yang bisa membuat
luka di saluran kemih.
d) Berikut ini beberapa cara yang cukup efektif mencegah ISK :
1. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih
sehari).
2. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
3. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran
dari dubur tidak masuk ke dalam saluran kemih.
4. Periksakan air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut
akan dapat segera diketahui apakah Anda terinfeksi atau tidak.
5. Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil.
Catatan khusus, apabila Anda sedang mengandung dan kandung kemih Anda
bermasalah, segera periksakan ke dokter agar bisa segera ditangani. Anda juga dapat
mempercepat penyembuhan dengan banyak minum banyak air putih untuk membantu
mendorong bakteri keluar melalui air seni.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun
terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak
mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang
biak dalam urin, terjadilah ISK.
Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga
disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK adalah rasa sakit pada saat
ingin buang air kecil. Selain juga munculnya perasaan ingin buang air kecil, tetapi
yang jumlah yang keluar hanya sedikit (anyang-anyangan). Penderita juga merasa
nyeri di pinggang atau perut bagian bawah posisi tepatnya di atas tulang kemaluan,
dan terkadang disertai rasa mual.
Yang jelas tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak
menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. ISK dapat disebabkan oleh
kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan
penyakit serta kelainan lain.
15