askep sc serotinus

30
BAB I PENDAHULUAN Kehamilan dimulai saat terjadi konsepsi dan berlangsung selama 40 minggu pada kehamilan normal. Banyak factor yang mempengaruhi kehamilan, diantaranya adalah factor hormonal dan factor herediter. Faktor – factor ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan post matur atau lebih sring disebut sebagai Serotinus. Angka prevalensi serotinus di Indonesia cukup tinggi, apabila diambil batas waktu 42 minggu, frekwensi serotinus di Indonesia adalah 10,4 – 12 %, sedangkan bila diambil batas waktu 43 minggu, frekwensinya adalah 3,4 – 4 %. Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri dan distosia bahu. Untuk mencegah hal ini, dibutuhkan penanganan khusus, salah satunya adalah dengan operasi section Caesarea. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang serotinus dan penangananya melalui operasi section casarea.

Upload: ragiel-abie-pamoejie

Post on 22-Oct-2015

236 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep SC Serotinus

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan dimulai saat terjadi konsepsi dan berlangsung selama 40

minggu pada kehamilan normal. Banyak factor yang mempengaruhi kehamilan,

diantaranya adalah factor hormonal dan factor herediter. Faktor – factor ini dapat

menyebabkan terjadinya kehamilan post matur atau lebih sring disebut sebagai

Serotinus. Angka prevalensi serotinus di Indonesia cukup tinggi, apabila diambil

batas waktu 42 minggu, frekwensi serotinus di Indonesia adalah 10,4 – 12 %,

sedangkan bila diambil batas waktu 43 minggu, frekwensinya adalah 3,4 – 4 %.

Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia sehingga sering

dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri dan distosia bahu. Untuk

mencegah hal ini, dibutuhkan penanganan khusus, salah satunya adalah dengan

operasi section Caesarea. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang serotinus dan

penangananya melalui operasi section casarea.

Page 2: Askep SC Serotinus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

SEROTINUS

A. Definisi

Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42

minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia

kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus

uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 ).

B. Etiologi

Penyebab terjadinya kehamilan post matur belum diketahui dengan

jelas, namun diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:

Masalah ibu:

Cervix belum matang

Kecemasan ibu

Persalinan traumatis

Hormonal

Factor herediter

Masalah bayi:

Kelainan pertumbuhan janin

Oligohidramnion.

C. Tanda dan Gejala

Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau

secara objektif kurang dari 10x / menit.

Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:

a. Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi

sehingga kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.

b. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan

mekoneum ( kehijuan di kulit.

Page 3: Askep SC Serotinus

c. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada

kuku, kulit dan tali pusat.

Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.

Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur

Rambut kepala lebih tebal.

D. Pathways

E. Pemeriksaan Penunjang

a. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas

plasenta.

b. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.

c. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.

d. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.

e. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.

f. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.

g. Pemeriksaan sitologi vagina.

F. Pengaruh terhadap ibu dan bayi

Ibu:

Persalinan postmatur dapat menuebabkan distosia karena kontraksi uterus

tidak terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang, sehingga sering

dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, perdarahan

post partum yag mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan

mortalitas.

Bayi :

Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar

dari kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin bervariasi, biantaranya berat

janin bertambah, tetap atau berkurang,

Page 4: Askep SC Serotinus

G. Penatalaksanaan

a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah

monitoring janin sebaik – baiknya.

b. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan

dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.

c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik,

apabila sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan.

d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat

merugikan bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan

disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu

janin post matur lebih peka terhadap sedative dan narkosa.

e. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada

keadaan onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang,

pembukaan belum lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin,

primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,pre eklamsi, hipertensi

menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.

SECTIO CAESAREA

A. Definisi

Cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus

melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerotomia untuk

melahirkan janin dari dalam rahim.

B. Jenis- jenis sectio caesarea

a. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )

Sectio Caesarea Transperitonealis

1. Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi m,emanjang

pada corpus uteri.

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri

kira – kira 10 cm.

Kelebihan:

- Mengeluarkan janin lebih cepat

Page 5: Askep SC Serotinus

- Tidak menyebabkan komplikasi tertariknya vesica urinaria

- Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal.

Kekurangan

- Mudah terjadi penyebaran infeksi intra abdominal karena tidak

ada retroperitonealisasi yang baik.

- Sering terjadi rupture uteri pada persalinan berikutnya.

2. Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada

segmen bawah rahim.

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang ( konkaf ) pada segmen

bawah rahim, kira – kira 10 cm.

Kelebihan:

- Penutupan luka lebih mudah.

- Penutupan luka dengan retroperitonealisasi yang baik.

- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.

- Perdarahan kurang.

- Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil

daripada cara klasik.

Kekurangan:

- Luka dapat melebar ke kiri , ke kanan dan ke bawah sehingga

dapat menyebabkan arteri Uterina putus sehingga terjadi

pendarahan hebat.

- Keluhan pada vesica urinaria post operatif tinggi.

Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum

parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdomen.

b. Vagina (( Sectio Caesarea Vaginalis )

Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:

Sayatan memanjang ( longitudinal menurut Kronig.

Sayatan melintang ( transversal ) menurut Kerr.

Sayatan huruf T ( T incision )

C. Komplikasi

Page 6: Askep SC Serotinus

a. Infeksi puerperal ( nifas )

Ringan ditandai dengan adanya kenaikan suhu beberapa hari saja.

Sedang, ditandai dengan kenaikan suhu lebih tinggi, dehidrasi dan perut

kembung.

Berat, dengan peritonitis, sepsis atau ileus paralitik.

b. Pendarahan, disebabkan oleh:

Banyak pembuluh darah terputus.

Atonia uteri

Perdarahan pada plasental bed.

d. Luka Vesica Urinaria, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

retroperitonealisasi terlalu tinggi.

e. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

D. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian data utama klien

Identitas Klien

Status kehamilan

Riwayat kehamilan

Riwayat kesehatan

b. Pengkajian fungsional

Tinjauan ulang catatan prenatal dan intra operatif serta indikasi section

caesarea.

Sirkulasi : pucat, riwayat hipertensi, pendarahan ( 600 – 800 mL )

Integritas ego : gembira, marah, takut, pengalaman kelahiran.

Eliminasi: urine, bising usus.

Makanan / cairan : abdomen lunak, tidak ada distensi, nafsu makan, berat

badan, mual, muntah.

Neurosensori : kerusakan gerakan, tingkat anastesi

Nyeri : trauma bedah, nyeri penyerta, distensi vu, mulut kering.

Pernafasan : bunyi nafas

Keamanan : balutan abdomen, eritema, bengkak.

Seksualitas : Kontraksi fundus, letak, lochea

Page 7: Askep SC Serotinus

Aktivitras : kelelahan, kelemahan, malas.

c. Pengkajian lanjutan

Observasi tanda – tanda vital.

Pengkajian head to toe

d. Diagnosa keperawatan

Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma pembedahan.

Resiko tinggi infeksi b.d penyembuhan jaringan belum terjadi

Kerusakan integritas kulit b.d luka section caesarea.

Perubahan eliminasi urine b.d trauma mekanis, efek anastesi.

e. Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma pembedahan

Kriteria hasil:

Klien mampu mengidentifikasi dan mengatasi nyeri/ ketidaknyamanan dengan

tepat.

Klien mengungkapkan nyeri berkurang.

Klien relaks, mampu istirahat.

Intervensi

Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat verbal

dan non verbal.

Monitor tanda – tanda vital

Ubah posisi klien, berikan tindakan kenyamanan dan posisi nyaman.

Ajarkan latihan nafas dalam.

Anjurkan ambullasi dini.

Kolaborasi pemberian analgesic.

2. Resiko tinggi infeeksi b.d penyembuhan jaringan belum terjadi.

Kriteria hasil :

Klien bebas dati tanda – tanda infeksi.

Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Pantau tanda – tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.

Observasi proses penyembuhgan luka.

Pertahankan teknik aseptic pada perawatan luka.

Observasi terhadap adanya drainase.

Page 8: Askep SC Serotinus

Kolaborasi pemberian antibiotika sesuai indikasi.

Daftar Pustaka:

1. Cunningham. Mac Donald. Grant obstetric Williams. Ed 18 Jakarta: EGC,

1995.

2. Hamilton PM, Dasar – dasar keperawatan maternitas Ed 6, Jakarta : EGD.

1995.

3. Mansjoer, Arif, Kapita selekta kedokteran jilid 1 Ed 3, Jakarta : Media

Aesculapius. 1999

4. Mochtar R. Sinopsis obstetric jilidf 1. Ed 2. Jakarta: EGC.1998

5. Dongoes, Moorhouse, Rencana perawatan maternal/ bayi Ed 1, Jakarta :

EGC 2001.

Page 9: Askep SC Serotinus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI

SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI SEROTINUS

DI IRNA B3 RUANG INTENSIF RSDK SEMARANG

A. PENGKAJIAN

Nama mahasiswa : Deasy Arisanti

Ruang : Intensif RSDK Semarang

Hari / Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2005 jam 08.30 WIB.

Data umum kesehatan:

1. Nama klien : Ny. A Umur : 24 tahun

2. Status Obstetri

No Tipe

persalinan

Berat badan

Lahir

Keadaan bayi

waktu lahir

Komplikasi

nifas

Umur

sekarang

1

2

Abortus

2,5 bulan

Sectio

Caesarea

3200 gram Sehat, Apgar

score 9-10-10

- 1 hari

3. Masalah kehamilan sekarang:

Kehamilan serotinus 42 minggu, oligohidramnion berat, obesitas

4. Riwayat persalinan sekarang

Klien rujukan dari SpOg dengan serotinus dan oligihidramnion.

Hari jumat, tanggal 19 Agustus 2005, klien merasa kenceng- kenceng

jarang, keluar lender darah, air ketuban belum keluar, gerak anak masih

dirasakan. Tanggal 21 Agustus 2005, klien dirujuk ke RSDK, dilakukan

pemeriksaan oleh dokter.Pemeriksaan luar, TFU 32 cm, TBJ 3100 gram,

DJJ 12-12-12. Letak janin intra uterin, anak 1, presentasi kepala puki, his

jarang. Permeriksaan dalam: VT : pembukaan 1 jari longgar, efisscemunt

25 %, bagian bawah kepala turun, H1, UUK belum jelas. Tanggal 22

Agustus 2005 jam 12.45

Page 10: Askep SC Serotinus

Dilakukan SCTP. Lahir bayi laki- laki, berat 3200 gram, APGAR Score 9-

10-10, keadaan bayi sehat.

5. Riwayat KB

Belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

6. Rencana KB

Klien ingin menggunakan jenis kontrasepsi suntik.

Data post natal:

I. Tinjauan per sistem

A. Sistem Integumen

Turgor kulit baik, lembab, tidak terdapat luka. Bekas operasi kering.

B. Sistem Muskuloskeletal

Tonus otot baik, tidak tetrdapat kelemahan anggota gerak, oedema tidak

ada, reflek patologis tidak ada, reflek fisiologis normal, terpasang infuse

D5% 20 tts/ menit di tangan kiri.

C. Kepala dan leher

Kulit kepala bersih, rambut hitam lurus, tidak ada ketombe, tidak rontok.

Mata : konjungtiva palpebra tidak anemis, sklrea tidak ikterik.

Leher : Tidak terdapat poembesaran kelenjar lymfe dan thyroid.

D. Sistem Endokrin

Tidak terdapat riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan penyakit endokrin lain.

E. Sistem Persyarafan

Visus mata baik, reflek cahaya positif, tidak terdapat gannguan pendengaran

dan gangguan menelan, dapat mengangkat bahu dan menggerakkan kepala.

F. Sistem Kardiovaskuler

I : Ictus Cordis tidak terlihat

Pa : Ictus Cordis teraba di 2 cm LMCS

Pe : Pekak

Au : tidak ada gallop

G. Sistem Pernafasan

Page 11: Askep SC Serotinus

Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, suara nafas

vesikuler. Tidak ada wheezing.

H. Sistem Pencernaan

Bising usus 16cx/ menit, lemah, nyeri tekan perut bagian bawah, perut

membuncit, mual, tidak muntah, diet lunak, flatus ( + ).

I. Sistem Perkemihan

Klien terpasang DC kateter, warna kuning pekat, volume 24 Jam 500 cc

J. Sistem Reproduksi

Kebersihan vulva baik, lochea warna merah, jumlah moderat.

II. Pengkajian fisik

a. Keadaan umum

Klien tampak sangat kesakitan sampai menangis, kesadaran

composmentis, klien berbaring lemah diatas tempat tidur, nyeri tekan

pada perut bagian bawah, terdapat luka operasi section caesarea

sepanjang 15 cm dengan 14 jahitan, keadaan luka kering, tertutup kain

kassa. Terpasang infuse D5% 20 tetes/ menit di trangan kiri, terpasang

kateter, urine kuning pekat, volume…….., klien belum bisa mobilisasi.

b. Tanda- tanda vital :

TD : 110/70 mmHg Nadi : 80 x/menit

Suhu : 37 0 C RR : 20 x/menit

c. Payudara

Kesan umum : Payudara membesar, simetris, areola hiperpigmentasi,

engorgement tidak ada, ASI belum keluar.

Putting susu : Besar, menonjol, ASI belum keluar, bersih.

d. Abdomen

Keadaan : lembek

Diastasis recti abdominalis : tidak ada

Fundus uteri

Tinggi : 2 jari dibawah pusat

Posisi : medial

Page 12: Askep SC Serotinus

Kontraksi : keras

e. Lochea

Jumlah : moderat ( ¼ pembalut tiap 2 jam )

Warna : merah

Konsistensi : Cair

Bau : normal, seperti darah menstruasi

f. Perineum

Keadaan : utuh, tidak terjadi rupture

Tanda REEDA : tidak ada

Kebersihan : bersih

Hemorrhoid : tidak ada

g. Ekstrimitas

Varises : tidak ada

Tanda Homan : tidak ada

III. Psikososial

a. Perubahan psikososial ibu

Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya, sudah menyadari telah

menjadi ibu dan merasa bahagia walau harus melalui operasi.

b. Bonding Atachment

Klien belum bisa memberikan kasih saying secara langsung karena

keadaanya masih belum memungkinkan untuk turun dari tempat tidur

dan menyusui bayinya. Bayi tidak dapat dibawa menemui ibunya karena

masih dalam perawatan di ruang PBRT dengan indikasi atresia

membrane hidung.

c. Adaptasi perubahan peran ibu

Ibu belum bisa menggendong, menyusui dan mencium bayinya karena

keadaan klien dan bayinya belum memungkinkan.

IV. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium darah tanggal 22 Agustus 2005

Analyzer Hematologi:

Page 13: Askep SC Serotinus

Hemoglobin : 12,6 g% ( 13 – 16 )

Hematokrit : 36,3 % ( 35 – 45 )

Eritrosit : 4,19 jt/mmk ( 3,9 – 5,6 )

MCH : 36,20 pg ( 27 -32 )

MCV : 86,8 fl ( 76 – 96 )

MCHC : 34,8 g/dL ( 29 – 36 )

Leukosit : 11.20 rb / mmk ( 4,0 – 11,0 )

Trombosit : 286 rb/mmk ( 150 -400 )

Kimia Klinik

Urea : 22 mg / dL ( 15 – 39 )

Creatinin : 0,83 mg/ dL ( 0.6 – 1,3 )

Elektrolit

Natrium : 136 mmol/ L ( 136 – 145 )

Kalium : 3,7 mmol / L ( 3,5 – 5,1 )

Clorida : 112 mmol / L ( 98 – 107 )

Terapi obat:

Fardion 2x1 amp

Tradosik 1x sehari

Phospargin 1x sehari

Kesimpulan :

Klien Ny. A post partum hari I dengan tindakan sectio caesarea atas indikasi

serotinus, oligohidramnion. Sectio caesarea dengan tindakan SCTP (sectio

caesarea transperitoneal profunda) dengan jahitan subkutikular, panjang 15 cm, 14

jahitan, luka sudah kering. Klien masih lemah, ASI belum keluar, TFU 2 jari di

bawah pusat, kontraksi uterus kuar/keras, tidak ada komplikasi pada nifas.

K. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem

Selasa, 23 Agustus 2005 Terputusnya Gangguan rasa

Page 14: Askep SC Serotinus

1.

2.

3.

Data Subyektif :

- Klien mengatakan nyeri

pada luka operasi (skala nyeri

9).

- Klien mengatakan luka

operasi terasa perih.

Data Obyektif :

- Klien post operasi sectio

caesarea tanggal 22 Agustus

2005

- Terdapat luka bekas

operasi sectio caesarea.

- Luka tertutup kasa dalam

keadaan kering.

- Ekspresi wajah tegang.

- Klien menangis.

- Kotraksi kuat/keras.

Data subyektif : -

Data Obyektif :

- Terdapat luka insisi

pembedahan di perut dengan

jahutan subkutikular sepanjang

15 cm.

- Keadaan luka tertutup

kasa dan kering.

- Lekosit : 11,20 rb/mmk.

Data Subyektif :

- Klien mengatakan takut

bergerak karena sakit.

Data Obyektif :

kontinuitas

jaringan sekunder

terhadap luka post

operasi, kontraksi

uterus.

Trauna jaringan,

prosedur

pembedahan (luka

insisi).

Pembatasan gerak

terhadap tindakan

sectio caesarea

nyaman : nyeri.

Risiko tinggi

infeksi.

Intoleransi

aktivitas.

Page 15: Askep SC Serotinus

- Klien tiduran di tempat

tidur.

- Tampak perilaku berhati-

hati.

- Terpasang infuse D5 di

tangan kanan, terpasang kateter

L. PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan sekunder terhadap luka post operasi, kontraksi uterus.

2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauna jaringan, prosedur

pembedahan (luka insisi).

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak terhadap

tindakan sectio caesarea.

M. RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. A

Umur : 24 tahun

No. Tujuan Dan Kriteia Hasil Intervensi

1. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam, nyeri

berkurang sampai dengan hilang,

dengan kriteria hasil :

- Klien mengatakan nyeri

berkurang dengan skala 0-3 ( nyeri

ringan ).

- Klien tampak rileks, ekspresi

wajah tidak tegang.

- Tanda-tanda vital dalam batas

normal (suhu : 36-37 o c, nadi : 80-

100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, TD

: 120/80 mmHg).

- Kaji skala nyeri, intensitas,

lokasi dan karakteristik nyeri.

- Ajarkan teknik relaksasi

(tarik napas panjang).

- Berikan penjelasan pada

klien tentang proses terjadinya

nyeri.

- Monitor tanda-tanda vital.

- Beri posisi yang nyaman

bagi klien.

- Motivasi klien untuk

melakukan mobilisasi aktif.

- Monitor kontraksi uterus.

Page 16: Askep SC Serotinus

2.

3.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam, tidak

terdapat tanda-tanda infeksi, dengan

kriteria hasil :

- Tidak timbul tanda-tanda

infeksi (tumor, dolor, kalor, rubor,

functiolesa).

- Tanda-tanda vital dalam batas

normal (suhu : 36-37 o c, nadi : 80-

100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, TD

: 120/80 mmHg).

- Lekosit dalam batas normal

(4,0-11,0 ribu/mmk).

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam, klien

bisa mentoleransi aktivitas, dengan

kriteria hasil :

- Klien mampu melakukan ADL

dengan sedikit bantuan.

- Klien dapat beraktivitas.

- Tanda-tanda vital dalam batas

normal (suhu : 36-37 o c, nadi : 80-

100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, TD

: 120/80 mmHg).

- Kolaborasi pemberian

analgetik.

- Observasi luka terhadap

tanda-tanda infeksi.

- Monitor tanda-tanda vital.

- Monitor hasil laboratorium.

- Lakukan perawatan dengan

teknih steril.

- Monitor TFU, lhochea.

- Kolaborasi pemberian

antibiotik.

- Anjurkan klien untuk

makan makanan yang bergizi

(TKTP).

- Kaji kemampuan klien

dalam beraktivitas.

- Ajarkan klien tentang

perlunya mobilisasi.

- Rencanakan kegiatan yang

akan dilakukan untuk memulai

latihan mobilisasi.

- Bantu klien dan libatkan

keluarga dalam memenuhi ADL.

- Monitor tanda-tanda vital.

N. CATATAN PERKEMBANGAN

Page 17: Askep SC Serotinus

Nama : Ny. A

Umur : 24 tahun

No. DP Waktu Implementasi Evaluasi

1. Selasa,

23

Agustus

2005.

08.30

- Mengkaji skala nyeri,

intensitas, lokasi dan

karakteristik nyeri.

R : Klien mengatakan perut

sakit sekali (skala 9).

- Mengajarkan teknik

relaksasi (tarik napas

panjang).

R : Klien tidak melakukan

napas panjang karena

masih terfokus pada

nyeri.

- Memberikan

penjelasan pada klien

tentang proses terjadinya

nyeri.

R : Klien tidak mendengarkan

- Memonitor tanda-

tanda vital.

R : suhu : 38,3 o c, nadi :88

x/menit, RR : 24 x/menit,

TD : 130/80 mmHg.

- Memberi posisi yang

nyaman bagi klien.

R : Klien tidur dalam posisi

supine.

- Memotivasi klien

untuk melakukan mobilisasi

aktif.

Pukul 13.30

S :

- Klien mengatakan

perut bagian bawah masih

terasa nyeri (skala 7).

- Nyeri seperti pedih.

O :

- Klien tampak tegang,

menangis.

- Suhu : 37 o c, nadi :88

x/menit, RR : 24 x/menit,

TD : 120/80 mmHg.

- Masuk injeksi

Tramadol 1 amp, Pospargin

1 amp.

- Klien tidur dalam

posisi supine.

- Kontraksi uterus

keras.

A :

- Masalah belum

teratasi. Nyeri masih ada

(skala 7).

P :

- Lanjutkan intervensi.

- Kaji skala nyeri,

intensitas, lokasi dan

karakteristik nyeri.

- Ajarkan teknik

Page 18: Askep SC Serotinus

2.

10.00

12.00

09.00

R : Klien tidak mendengarkan

- Memonitor kontraksi

uterus.

R : Kontraksi uterus keras.

- Kolaborasi pemberian

analgetik.

R : Klien mendapat injeksi

tramadol ekstra 1 amp.

-Memberikan injeksi

pospargin 1 amp.

- Mengkaji tanda-tanda

vital.

R : suhu : 37 o c, nadi :88

x/menit, RR : 24

x/menit, TD : 120/80

mmHg

- Mengobservasi luka

terhadap tanda-tanda

infeksi.

R : Luka tertutup kasa. Tidak

terdapat rembesan

darah/pus.

- Memonitor tanda-

tanda vital.

R : suhu : 37 o c, nadi :88

x/menit, RR : 24

x/menit, TD : 120/80

mmHg

- Memonitor hasil

relaksasi (tarik napas

panjang).

- Berikan penjelasan

pada klien tentang proses

terjadinya nyeri.

- Monitor tanda-tanda

vital.

- Beri posisi yang

nyaman bagi klien.

- Motivasi klien untuk

melakukan mobilisasi aktif.

- Monitor kontraksi

uterus.

- Kolaborasi pemberian

analgetik.

S : -

O :

- Luka kering, masih tertutup

kasa, tidak terdapat

rembesan darah/pus.

- Lhochea rubra, TFU 2 jari

di bawah pusat.

- Suhu : 37 o c, nadi :88

x/menit, RR : 24 x/menit,

TD : 120/80 mmHg.

- Klien mendapat diet

Page 19: Askep SC Serotinus

3. 12.00

laboratorium.

R : Tidak ada hasil

laboratorium terbaru.

- Memonitor TFU,

lhochea.

R : Lhochea rubra, TFU 2 jari

di bawah pusat.

- Menganjurkan klien

untuk makan makanan yang

bergizi (TKTP).

R : Klien mendapat diet cair.

Susu tidak diminum,

hanya minum air putih.

- Mengkaji kemampuan

klien dalam beraktivitas.

R : Klien belum dapat

beraktivitas (tiduran).

- Mengajarkan klien

tentang perlunya mobilisasi.

R : Klien tidak

memperhatikan.

- Membantu klien dan

libatkan keluarga dalam

cair. Klien hanya minum air

putih.

- Klien terpasang infus

D5% 20 tetes/menit.

A :

- Masalah belum teratasi.

Klien masih berisiko tinggi

terjadi infeksi.

P :

- Lanjutkan intervensi.

- Observasi luka

terhadap tanda-tanda

infeksi.

- Monitor tanda-tanda

vital.

- Monitor hasil

laboratorium.

- Lakukan perawatan

dengan teknih steril.

- Monitor TFU,

lhochea.

- Kolaborasi pemberian

antibiotik.

- Anjurkan klien untuk

makan makanan yang

bergizi (TKTP).

S :

- Klien mrngatakan

perut bagian bawah masih

terasa sakit sehingga takut

untuk bergerak.

Page 20: Askep SC Serotinus

memenuhi ADL.

R : Klien terpasang kateter.

Volume urine 150 cc.

- Memonitor tanda-

tanda vital.

R : suhu : 37 o c, nadi :88

x/menit, RR : 24

x/menit, TD : 120/80

mmHg.

O :

- Klien terus berbaring

supine.

- Suhu : 37 o c, nadi :88

x/menit, RR : 24 x/menit,

TD : 120/80 mmHg.

- Klien terpasang

kateter. Volume urine 200

cc.

A :

- Masalah belum

teratasi. Klien belum

mentoleransi aktivitas.

P :

- Lajutkan intervensi.

- Kaji kemampuan

klien dalam beraktivitas.

- Ajarkan klien tentang

perlunya mobilisasi.

- Rencanakan kegiatan

yang akan dilakukan untuk

memulai latihan mobilisasi.

- Bantu klien dan

libatkan keluarga dalam

memenuhi ADL.

- Monitor tanda-tanda

vital.