askeb kb dengan pendekatan manajemen kebidanan
DESCRIPTION
keluarga berencanaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu
diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya
karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-
metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan
nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan
reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus
menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/
masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr.
Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu.
Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB
berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. ibu harus
mendapatkan asuhan mengenai KB salah satunya melalui pendekatan
1
manajemen kebidanan. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi
sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif
dan efisien.
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda
kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau
membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan
medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity).
(http:/psikis.bkkbn.go.id/gemapria/articles.php).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen kebidanan?
2. Apa yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan kepada keluarga
berencana melalui pendekatan manajemen kebidanan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa mampu menyebutkan pengertian dari manajemen kebidanan
2. Mahasiswa mampu menyebutkan isi dari pendekatan manajemen kebidan.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan maanajemen
kebidanan.
2. Mahasiswa memahami isi dari pendekatan manajemen kebidanan dan
mampu menerapkannya dalam kehidupan.
2
BAB II
PENDEKATAN MANAJEMEN KEBIDANAN
2.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis, sistematis.
Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang
bidan dalam memberikan arah atau kerangka dalam menangani kasus yang
menjadi tanggung jawabnya.(Estiwidani, dkk., 2009)
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah
lesehatan Ibu dan Anak yang khusus dilakukan oleh Bidan di dalam
memberikan asuhan kebidanan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki kewajiban
memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan
kesehatan. Untuk melaksanakan asuhan tersebut, digunakan metode dan
pendekatan yang disebut manajemen kebidanan.
Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang
dialami oleh pasien atau klien, dan kemudian merumuskan permasalahan
tersebut, serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Dengan
manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan di dalam
melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan.
Manajemen kebidanan sebagai metode dan pendekatan pemecahan masalah
harus secara benar dan tepat dikuasai, dan membudaya di masyarakat bidan
sendiri. Bidan harus memiliki pola berfikir sistematis sesuai dengan tahapan
manajemen kebidanan. Kemampuan berfikir secara analitik dan kritis di
dalam mellihat permasalahan dan segala aspek yang mempengaruhinya
diperlukan, sehingga selanjutnya dapat secara langsung menetukan tindakan
kebidanan yang efektif untuk dilaksanakan dalam upaya menolong pasien
atau kliennya.
3
Dengan manajemen kebidanan, keprofesionalan bidan dituntut sebagai
pemberi asuhan yang rasional dalam mengatasi masalah kesehatan ibu, anak,
dan keluarga berencana yang menjadi tanggung jawabnya.
Asuhan kebidanan komunitas merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan, kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan Ibu, anak, dan
keluarga berencana. Manajemen kebidanan adalah metode yang digunakan
oleh bidan dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan
masalah serta melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasiennya dari
gangguan kesehatan. Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang
secara berurutan yaitu, identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah,
rencana dan tindakan pelaksanaan, serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen
kebidanan juga dilakukan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak,
dan KB di komuniti, penerapan manajemen kebidanan komuniti. (Syafrudin
dan Hamidah, 2009)
2.2 Pendekatan Manajemen Kebidanan
(Syafrudin dan Hamidah, 2009) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita
usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana:
a. Mengkaji kebutuhan pelayanan KB pada pasangan atau wanita usia subur.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.
c. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah berasam klien.
d. Melaksanaakan asuhan sesuai rencana yang telah dibuat.
e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.
g. Membuat catatan dan laporan.
Penerapan manajemen kebidanan dalam proses bentuk kegiatan praktek
kebidanan, dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah – langkah
atau proses manajemen kebidanan.
4
Langkah – langkah manajemen kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi dan Analisis Masalah
Proses manajemen kebidanan dimulai dengan langkah identifikasi dan
analisis masalah. Di dalam langkah pertama ini bidan sebagai tenaga
profesional tidak dibenarkan untuk menduga- duga masalah yang terdapat
pada pasien atau kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data / fakta
baik dari pasien / klien, keluarga, maupun anggota tim kesehatan lainnya,
dan juga dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri.
Yang dimaksudkan data disini ialah informasi dalam bentuk angka atau
bentuk lain. Sedangkan fakta adalah kenyataan yang ditemukan dalam
suatu kejadian atau peristiwa.
Langkah pertama ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis data / fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan
proses berfikir yang ditampilkan oleh bidan dalam tindakan yang akan
menghasilkan perumusan masalah yang di derita oleh pasien.
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan adalah data subyektif, termasuk biodata, dan
data obyektif dari pasien.
1) Data subyektif
Informasi yang termasuk di dalam biodata, adalah mencakup nama,
umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan,pendidikan.
Informasi yang terdapat didalam data subyektif lainnya dalam
bentuk keluhan – keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung kepada pasien ( anamnesa ) atau dari keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya ( aloanamnesa ).
Pada waktu mengumpulkan data subyektif, bidan harus :
o Mengembangkan hubungan antar personal yang efektif dengan
pasien atau orang lain yang diwawancarai.
o Lebih memperhatikan hal – hal yang menjaadi keluhan utama
pasien dan yang mencemaskan
5
o Berupaya mendapatkan data yang sangat bermakna dalam kaitan
dengan masalah pasien.
2) Data obyektif
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik,
laboratorium sederhana. Pada pemeriksaan fisik, bidan secara
sistematis melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi, sesuai dengan kebutuhan. Secara khusus, bidan melakukan
periksa dalam ( pervaginam ).
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh bidan mencakup
pemeriksaan hemoglobin, kadar glukosa, dan protein di dalam urine,
dan tes kehamilan.
Pada waktu pengumpulan data obyektif, bidan harus :
o Mengamati ekspresi dan perilaku pasien
o Mengamati perubahan / kelainan fisik pasien
o Memperhatikan aspek sosial budaya pasien
o Menggunakan tekhnik pemeriksaan yang tepat dan benar.
o Melakukan pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan
keluhan pasien.
Untuk melengkapi hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan,
dalam kaitan dengan pengumpulan data obyektif diperlukan data
penunjang.
b. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah. Dalam praktek asuhan kebidanan,
pengolahan data tidak banyak dilakukan. Pengolahan data pada
umumnya dilakukan di dalam kegiatan pelayanan kesehatan ibu, anak,
dan keluarga berencana.
6
Pengolahan data disesuaikan dengan kebutuhan. Kegiatan pengolahan
mencakup menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang
lainnya, sehingga menunjukkan fakta. Tujuan pengolahan data adalah
untuk menunjukkan fakta berdasarksan kumpulan data.
c. Analisis
Data yang telah diolah, dianalisis. Bidan melakukan analisis
berdasarkan urutan sebagai berikut :
1. Mencari hubungan antara data yang satu dengan lainnya, untuk
mencari sebab dan akibat.
2. Menentukan masalah dan apa masalah utamanya.
3. Menentukan penyebab utamanya
4. Menentukan tingkat resiko masalah
Hasil analisis merupakan langkah awal dari penentuan perumusan
masalah untuk menetapkan diagnosa kebidanan.
2. Interpretasi Data Dasar (Diagnosa Kebidanan)
Setelah ditentukan masalah, dan masalah utamanya maka bidan
merumuskannya kedalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi,
masalah, penyebab, dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang
dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosa. Hasil dari
perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan
yang disebut diagnosa kebidanan. Dalam menentukan diagnosa kebidnan,
pengetahuan keprofesionalan diperlukan.
Diagnosa kebidanan mencakup :
a. Kondisi pasien yang terkait dengan masalah
b. Masalah utama dan penyebab utamanya ( tingkat resikonya )
c. Masalah potensial
d. Prognosa
7
Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam
upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup pasien.
Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosa kebidanan adalah
masalah yang mungkin terjadi dan bila tidak segera diatasi akan
mengganggu keselamatan hidup pasien. Oleh karena itu, masalah potensial
harus segera di antisipasi, dicegah dan diawasi dan segera dipersiapkan
tindakan untuk mengatasinya.
3. Mengidentifikasi Diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukaqn pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosis / masalah potensial ini benar-benar terjadi.
4. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan tau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke-4 mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Beberapa data
mungkin mengidentifitkasikan situasi yang gawat dan bidan harus
bertindak segera untuk keselamatan jiwa calon atau akseptor KB.
5. Perencanaan Asuhan Menyeluruh
Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan, bidan menyusun rencana
kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah – langkah
yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk
memecahkan masalah pasien. Didalam rencana kegiatan yang disusun,
termasuk rencana evaluasi.
8
Berdasarkan dengan hal tersebut diatas, maka langkah penyusunan rencana
kegiatan adalah sebagai berikut :
h. Menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
Didalam tujuan tersebut dikemukakan sasaran dan hasil yang akan
dicapai.
i. Menentukan langkah – langkah tindakan sesuai dengan masalah dan
tujuan yang akan dicapai.
Langkah – langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara
mandiri, kegiatan kolaborasi atau rujukan. Kegiatan kolaborasi adalah
kegiatan yang dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan rujukan adalah kegiatan penyiapan yang dilakukan oleh bidan
terhadap pasien yang akan dirujuk ke tenaga ahli yang terkait. Di dalam
penentuan langkah – langkah kegiatan tersebut ditentukan tujuan
masing – masing.
j. Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.
Di dalam rencana kegiatan ditentukan juga kriteria evaluasi dan
keberhasilan tindakan. Kriteria evaluasi dan hasil tindakan perlu
ditentukan untuk mengukur keberhasilan dari pelaksanaan asuhan yang
dilakukan, bila kegiatan asuhan mengikuti kriteria dan mencapai hasil
yang telah ditetapkan, maka masalah telah dapat di atasi. Dan bila
terjadi kesenjangan atau ketidaksesuaian, maka bidan harus kembali ke
langkah pertama. Perencanaan yang disusun oleh bidan haruslah
komprehensif mencajup penanganan keseluruhan masalah termasuk
masalah potensialnya. Perencanaan mencakup kegiatan bimbingan dan
konsultasi yang dilakukan terhadap pasien. Semua rencana ini harus
rasional. Sebelum rencana dilaksanakan harus disepakati oleh pasien
terlebih dahulu.
6. Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan didalam proses manajemen kebidanan dilakukan
oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada langkah
9
pelaksanaan ini, bidan melakukannya secara mandiri. Pada pelaksanaan
penanganan kasus-kasus yang didalamnya memerlukan tindakan diluar
kewenangan bidan, perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan. Pada
langkah pelaksanaan ini, intervensi dilakukan kepada pasien. Selama
melakukan tindakan intervensi, bidan mengawasi dan memonitor
kemajuan kesehatan pasien. Pelaksanaan tindakan selalu diupayakan
didalam waktu yang singkat, efektif, hemat, dan berkualitas.
7. Evaluasi
Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi
adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan
evaluasi didalam manajemen kebidanan adalah untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan. Alat untuk
pengukur keberhasilan tindakan kebidanan telah ditetapkan didalam
rencana tindakan.
Evaluasi tidak hanya dilakukan dengan membandingkan keberhasilan
dengan tindakan. Evaluasi juga dilakukan dengan membandingkan
keberhasilan dengan langkah – langkah manajemen kebidanan lainnya.
Hasil evaluasi merupakan langkah awal dari langkah identifikasi dan
analisis masalah selanjutnya, bila diperlukan.
Manajemen kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah ini merupakan proses
berpikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan
kebidanan yang dapat diaplikasikan / diterapkan dalam seetiap situasi.
10
2.3 Penerapan dalam Kasus
Ibu yang ingin memasang KB, sehingga melakukan konsultasi kepada bidan.
Dalam memeberikan asuhan kepada ibu tersebut bidan melakukan
pendekatan menggunakan manajemen kebidanan, yang dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
Langkah 1. Pengkajian Data
Data subjektif dari calon / akseptor KB, yang harus dikumpulkan, meliputi:
a. Keluhan utama / alas an dating ke institusi pelayanan kesehatan dan
kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang.
b. Riwayat perkawinan, terdiri atas: status perkawinan, perkawinan ke, umur
klien saat perkawinan dan lama perkawinan.
c. Riwayat menstruasi, meliputi: HPMT, siklus menstruasi, lama menstruasi,
disminorhroe, perdarahan pervaginam dan fluor albus.
d. Riwayat obstetric Para (P)…. Abortus (Ab)…. Anak hidup (Ah)….,
meliputi:pendarahan pada kehamilan,persalinan dan nifas yang
lalu,hipertensi dalam kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu,BB lahir
kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram serta masalah selama
kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Keluarga Berencana,meliputi:jenis metode yang di
pakai,waktu,tenaga dan tempat saat pemasangan dan
berhenti,keluhan/alasan berhenti.
f. Riwayat Kesehatan,meliputi:riwayat penyakit sistemik yang sedang/pernah
di derita (penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsi,
hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS), riwayat penyakit sistemik
keluarga, riwayat penyakit ginekologi, dan riwayat penyakit sekarang.
g. Riwayat Kecelakaan, operasi, alergi obat/makanan.
h. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari,meliputi:pola nutrisi(makan dan
minum), eliminasi (BAB dan BAK), personal hygiene, aktivitas dan
istirahat.
11
i. Keadaan Psikososial meliputi: pengetahuan dan respon pasien terhadap
semua metode/alat kontrasepsi dan/atau kontrasepsi yang digunakan saat
ini,keluhan/kondisi yang dihadapi saat ini,jumlah keluarga di rumah,
respon keluarga terhadap metode/alat kontrasepsi dan/atau kontrasepsi
yang di gunakan saat ini, dukungan keluarga,pengambilan keputusan
dalam keluarga dan pilihan tempat mendapatkan pelayanan KB.
Data obyektif dari calon/akseptor KB,yang harus di kumpulkan,meliputi:
a. Pemeriksaan fisik,meliputi:
1. Keadaan umum,meliputi:kesadaran,keadaan emosi dan postur badan
pasien selama pemeriksaan,BB.
2. Tanda-tanda Vital:tekanan darah,susu badan,frekuensi denyut nadi
dan pernapasan.
3. Kepala dan leher,meliputi:edema wajah,mata(kelopak mata
pucat,warna sclera),mulut(rahang pucat,kebersihan,keadaan
gigi(karies,karang,tonsil),leher(pembesaran kelenjar tiroid,pembuluh
limfe).
4. Payudara,meliptuti:bentuk dan ukuran,hiperpigmentasi
areola,keadaan putting susu,retraksi, adanya benjolan/ masa yang
mencurigakan, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar limfe.
5. Abdomen, meliputi : adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan/
masa tumor, pembesaran hepar, nyeri tekan.
6. Ekstremitas, meliputi : edema tangan, pucat atau ikterus pada kuku
jari, varises berat atau pembengkakan pada kaki, edema yang sangat
pada kaki.
7. Genetalia,meluputi : luka, varises, kondiloma, cairan ( warna,
konsistensi, jumlah, bau, keluhan gatal/ panas), keadaan kelenjar
bartholini ( pembengkakan, cairan, kista ), nyeri tekan, hemoroid dan
kelainan lain.
8. Punggung, adanya kelainan bentuk atau tidak.
9. Kebersihan kulit, adakah ikterus.
12
b. Pemeriksaan ginekologi
Inspekulo, meliputi : keadaan servik ( cairan / darah, luka / peradangan /
tanda-tanda keganasan) , keadaan dinding vagina( cairan / darah, luka ),
posisi benang IUD ( bagi akseptor KB IUD)
Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak servik, adakah dilatasi dan
nyeri tekan / goyang. Palpasi uterus untuk menentukan ukuran, bentuk
dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya masa atau pembesaran. Apakah
teraba masa di adneksa dan adanya kulkus genitalia.
c. Pemeriksaan penunjang
Pada kondisi tertentu, calon / akseptor KB harus menjalani beberapa
pemeriksaan penunjang untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan
dan keperluan menegakkan adanya kehamilan, maupun efek samping /
komplikasi penggunaan kontrasepsi. Beberapa pemeriksaan laboratorium
yang harus dilakukan pada calon atau akseptor KB, dalah pemeriksaan
tes kehamilan, USG, radiologi untuk memastikan posisi IUD atau
impland, kadar haemoglobin, kada gula darah dan lain – lain.
Langkah 2. Interpretasi Data Dasar
Masalah :
1. Takut dan tidak mau menggunakan IUD.
2. Ibu ingin menggunakan metode pil kontrasepsi, tetapi mersa berat jika
harus minum rutin setiap hari.
3. Kebutuhan :
a. Konseling tentang metode KB umtuk menjarangkan kehamilan.
b. Motivasi untuk menggunakan metode yang tepat untuk menjarangkan
kehamilan.
13
Langkah 3. Mengidentifikasi Diagnosis atau masalah potensial
Contoh :
Diagnosis potensial : Hipermenorrea karena komplikasi pemakaian IUD
potensial terjadi anemia.
Masalah potensial : Jangan lupa minum pil 3 hari berturut-turut potensial
terjadi kegagalan.
Langkah 4. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan suatu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang ;lain harus menunggu intervensi
dari dokter, misalnya perdarahan pervaginam yang hebat akibat efek samping
IUD. Adanya hipermenorroea setiap menstruasi, mengharuskan bidan untuk
cepat bertindak antara lain memperbaiki keadaan umum akseptor dan bila
perlu pertimbangan segera menggan ti metode kontrasepsi untuk mencegah
akseptor kehilangan darah lebih banyak dan anemia.
Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atu dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa
yang yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masala-
masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, cultural, atau masalah
psikologis.
Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup
setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan
haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, bidan dan klien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
14
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
bersama klien, kemudian memuat kesepakatan sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini haruslah
rasional dan benar-benar validberdasarkan pengetahuan dan teori yang up to
date serta sesuai dengan sumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai
dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau
berdasarkan suatu data dasar yang lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah 6. Melaksanakan perencanaan
Bila perlu berkolaborasi dengan dokter misalnya karena adanya komplikasi.
Manajemen yang efisien berhubungan dengan waktu, biaya serta peningkatan
mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua rencana telah dilaksanakan.
Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasikan keefektifan asuhan yang telah diberikan,
apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam
diagnosis maupun masalah. Pelaksaan rencana asuhan tersebut dapat
dianggap efektif apabila anak menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan
yang lebih baik, terjadi pencapaian dalam tugas perkembangan sesuai dengan
kelompok usia dan ukuran fisik sesuai dengan batas ideal anak.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif
dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu evaluasi,
kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Dalam hal ini mengulang
kembali dari awal setiap asuahn yang belum efektif, melalui proses
manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses tersebut tidak efektif
serta melakukan penyesuaian dan modifikasi apabila memang diperlukan.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang
15
memperjelas proses berpikir yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi
pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam
situasi klinik.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu.
Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB
berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Ibu harus
mendapatkan asuhan mengenai KB salah satunya melalui pendekatan
manajemen kebidanan. . Identifikasi dan Analisis Masalah, Interpretasi
Data Dasar (Diagnosa Kebidanan), Mengidentifikasi Diagnosis atau masalah
potensial, Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera, Perencanaan Asuhan Menyeluruh, Pelaksanaan, Evaluasi.
Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien.
3.2 Saran
Penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, dikarenakan keterbatasan sumber-sumber yang tersedia, serta materi bahasan yang sempit. Untuk itu penulis selanjut harap melakukan pengkajian yang lebih mengenai judul terkait.
17
DAFTAR PUSTAKA
Estiwidani, Dwiana. 2009. Konsep Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya.
Mulan, Ika. 2008. “Keluarga Berencana”.
http://911medical.blogspot.com/2008/04/artikel-makalah-tentang-kb-
keluarga.html. Diakses tanggal 15 Mei 2012.
Syafrudin dan Hamidah.2009.Komunitas Kebidanan. Jakarta:EGC.
18