analisis pengaruh efektivitas penerapan sistem … · penelitian ini bertujuan mengkaji pelaksanaan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS PLANT 11 PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA, Tbk CITEUREUP BOGOR)
Oleh :
RINI RIESTIANY
H24104054
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS PADA PLANT 11 PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA, TBK)
Oleh
RINI RIESTIANY
H24104054
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS PADA PLANT 11 PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA, TBK)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RINI RIESTIANY
H24104054
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS PADA PLANT 11 PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA, TBK)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RINI RIESTIANY
H24104054
Menyetujui, Mei 2008
Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira Ratih Maria Dhewi, SP, MM. Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen
Tanggal ujian : 10 April 2008 Tanggal lulus :
ABSTRAK RINI RIESTIANY H24104054. Analisis Pengaruh efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus Plant 11 PT Indocement Tuggal Prakarsa, Tbk). Dibawah bimbingan Tb. Sjafri Mangkuprawira dan Ratih Maria Dhewi
Penggunaan peralatan berteknologi tinggi dalam suatu perusahaan oleh
tenaga kerja menyebabkan timbulnya resiko keselamatan dan kesehatan bagi tenaga kerja sehingga karyawan membutuhkan perlindungan dari risiko tersebut. PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (PT ITP) merupakan perusahaan industri yang melibatkan kontak langsung antara karyawan dengan mesin-mesin dan alat-alat teknologi tinggi serta bahan-bahan kimia sehingga cenderung memiliki resiko kecelakaan yang tinggi. Untuk menurunkan tingkat kecelakaan kerja serta untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, maka PT ITP membuat program K3 sejak tahun 1999 dan diintegrasikan menjadi Sistem Manajemen K3 (SMK3).
Penelitian ini bertujuan mengkaji pelaksanaan SMK3 dan menganalisis efektivitasnya dalam mengurangi angka kecelakaan kerja, menganalisis tingkat produktivitas kerja karyawan, menganalisis pengaruh penerapan SMK3 terhadap produktivitas kerja karyawan, serta memberikan solusi alternatif agar pelaksanaan SMK3 dapat berjalan lebih baik lagi di P-11 PT ITP. Penelitian ini dilaksanakan di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk khususnya di P-11 pada Desember 2007 hingga Februari 2008. Efektivitas penerapan SMK3 dilihat dari 6 aspek yaitu Pelatihan Keselamatan, Publikasi Keselamatan Kerja, Kontrol Terhadap Lingkungan Kerja, Inspeksi dan Disiplin, Peningkatan Kesadaran K3, kelima faktor tersebut dilihat dari kuesioner yang disebarkan kepada karyawan di P-11 PT ITP secara proporsional random sampling. Sedangkan faktor yang keenam yaitu Laporan dan Statistika K3 diperoleh dari data sekunder yang meliputi tingkat keseringan kecelakaan (Injured Frequency Rate-IFR) dan tingkat keparahan kecelakaan (Injured Severity Rate-ISR). Dalam menganalisis besarnya pengaruh digunakan metode analisis regresi.
Penerapan SMK3 telah terorganisir dengan baik sehingga mendapat penghargaan Golden Flag dari PT. Sucofindo (auditor eksternal) sejak tahun 2000. IFR dan ISR dari P-11 cenderung menurun dari tahun 2000-2007 dan telah mencapai zero accident pada tahun 2006 dan 2007. Berdasarkan persepsi karyawan, pelaksanaan SMK3 di P-11 telah berjalan dengan baik dan efektif mengurangi angka kecelakaan kerja terutama dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan pemeriksaan kesehatan rutin yang diadakan oleh PT ITP. Tingkat produktivitas kerja karyawan P-11 PT ITP selalu berada di atas standar yang ditetapkan dan tingkat produktivitas tersebut cenderung meningkat dari tahun 2000-2007 . Hal ini menunjukkan bahwa P-11 telah beroperasi secara efektif dan efisien. IFR dan ISR mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan secara negatif sehingga semakin kecil IFR dan ISR maka semakin tinggi tingkat produktivitas kerja karyawan PT ITP.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rini Riestiany, dilahirkan di Bogor
pada hari Senin tanggal 14 April 1986 dari pasangan H.
Komarudin dan Hj. Suyarsih S.Pd. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di TK Semboja Sari Bogor
dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Polisi I
Bogor pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1998, kemudian Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 1 Bogor pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001, dan
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bogor pada tahun
2001 sampai dengan tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis mendaftar untuk
menjadi mahasiswa IPB dengan jalur melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan akhirnya penulis diterima di Institut Pertanian Bogor di Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam
organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang bernama Center
Of Management (COM@). Pada tahun periode 2005-2006 penulis menjabat
sebagai Sekretaris II Korporat. Pada periode 2006-2007, penulis menjabat sebagai
Direktur Public Relation dengan staff sebanyak 8 orang. Selain aktif di COM@,
penulis juga aktif pada kegiatan di lingkungan kampus seperti kepanitiaan,
seminar-seminar, pelatihan, seperti panitia Masa Perkenalan Fakultas dan
Departemen sebagai Tim Leader dan Sekretaris. Penulis pun pernah mengikuti
Worksop Mahasiswa Manajemen mengenai Decision Making Management di
Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto sebagai perwakilan
Departemen Manajemen FEM-IPB. Penulis juga pernah mengikuti Lomba Karya
Tulis Mahasiswa (LKTM) Tingkat Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006.
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga
penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Efektivitas Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus Plant 11 PT Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Karyawan merupakan sumber daya yang penting dalam proses produksi
pada suatu perusahaan. Perusahaan tidak dapat berjalan tanpa adanya peran
karyawan. Proses produksi terkadang menimbulkan suatu risiko yang dapat
membahayakan keselamatan karyawan. Oleh karena itu, untuk melindungi
karyawannya, PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk menerapkan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja yang diintegrasikan menjadi sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Hal ini bertujuan agar karyawan dapat
terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja
dikhawatirkan dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Dengan adanya
perlindungan ini, karyawan dapat bekerja dengan aman dan nyaman.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira dan Ratih Maria Dhewi, SP, MM
sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan, membagikan ilmu, motivasi, saran dan
pengarahan kepada penulis saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
2. Beatrice Montoroadi, SE,Ak., MM sebagai Dosen Penguji yang telah
menyediakan waktunya untuk menguji dengan penuh kesabaran, pengertian
dan memberikan pengarahan agar skripsi ini bisa mendekati sempurna.
3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen,
seluruh staf dosen pengajar dan karyawan/wati Departeman Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
4. Bapak H. Harsono sebagai staff Training Department yang telah memberikan
kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian, memberikan kritik dan
saran selama turun lapang, telah memberikan motivasi, dan training selama di
PT Indocement Tunggal Prakarsa
5. Bapak Agus Erfien selaku Manajer QSMR yang telah memberikan izin untuk
dapat mengumpulkan data sekunder di QSMR
6. Bapak Ir. Eko Sugianto selaku pembimbing di Plant 11 yang telah banyak
meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan selama penelitian
7. Bapak Sigit Kurniawan, SE selaku pembimbing di QSMR yang telah
meluangkan banyak waktu, memberikan banyak ilmu, saran, dan masukan
yang sangat membantu penelitian di PT Indocement Tunggal Prakarsa.
8. Staff QSMR (Mas Tresno, Bu Yuni, Pa Guruh, Pa Dahlan, Pak Efendi, Bu
Yanti, Pak Bardjo) yang telah menerima penulis dengan ramah.
9. Bapak Ponco, Pak Achyari, dan staf Safety Dept yang telah menerima saya
dengan ramah pada saat pengambilan data sekunder.
10. Kedua orang tuaku (Papa dan Mama), adik-adikku (Ivan dan Icha), dan
seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa restu, semangat dan kasih
sayang kepada penulis.
11. Yunita, Eka, T’Icha, A’Opik, Phie2t, Betty, Erna, Litu yang telah memberikan
indahnya persahabatan, keceriaan, dan kebersamaan selama ini.
12. Mba Intan, Mas Teguh, Dedeh, Rika, Neng Gigis, Intan (Edoth), Ijah, Ade
Yus, yang berjuang dan saling curhat bersama penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
13. Yudha, Yanda, Lysti, Ratih, Roy, Yayu (Horti) yang memberikan semangat
dan keceriaan kepada penulis.
14. Masquw “sinarmu yang hening menenangkan hati….” Mungkin itu yang tepat
untukmu.
iv
15. “Teman Masa Kecilku” yang selalu memberikan keceriaan, perhatian, doa,
dan motivasi sehingga penulis selalu bisa tersenyum dan melepas penat yang
ada.
16. Kakakku di Lampung yang selalu mengiringiku dengan doa untuk kelancaran
dan kesuksesan skripsi ini.
17. D’ Cozy Home (T’duL, T’Tresna, Emma, Ami) yang selalu memberikan ruang
untuk berteduh dari hujan dan malam
18. Perwira 100 (Anez, Ayu, K’Icha, Mba Jane) untuk candaan dan tawaan saat
kebersamaan selama 1 tahun
19. PR Directory (Dewi, Nceq, Anggie, Velma, Mia, Perdana, Aji, Nophe) you
are my best staff I ever had. Your spirit is my motivation.
20. Rekan satu bimbingan (Yossi, Dian, Indah, Barita, Ade Sur) untuk kerjasama
dan motivasi selama bimbingan dan konsultasi skripsi.
21. Rekan-rekan Manajemen 41 untuk persahabatan selama 4 tahun di masa
perkuliahan.
22. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut
membantu selama penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap pendidikan dan bagi para pembaca.
Bogor, April 2008
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIW AYAT HIDUP..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... x
I. PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 9 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ....................................................... 9 2.2. Kecelakaan Kerja .................................................................................. 9 2.2.1. Faktor- Faktor Kecelakaan ........................................................... 10 2.2.2. Pencegahan Kecelakaan ................................................................ 12 2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......................................................... 14 2.3.1. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................................... 14 2.3.2. Manfaat K3 .................................................................................. 15 2.3.3. Pengendalian K3 .......................................................................... 16 2.4. Keamanan Kerja .................................................................................... 17 2.5. Sistem Manajemen K3 ........................................................................... 18 2.6. Aspek K3............................................................................................... 20 2.7. Produktivitas.......................................................................................... 22 2.8. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu............................................................ 24
III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................ .................................... 27 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual .......................................................... . 27 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................... 30
IV. METODOLOGI PENELITIAN .......................... ................................ 33 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian................................................. 33 4.2. Jenis dan Pengumpulan Data ................................................................. 33 4.3. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 35 4.3.1. Skala Likert................................................................................... 35 4.3.2. Uji Validitas.................................................................................. 37 4.3.3. Uji Reliabilitas .............................................................................. 38
4.3.4. Analisis Regresi Berganda............................................................. 39 4.3.5. Analisis Kecelakaan ...................................................................... 40 4.3.6. Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan.......................................... 40
V. PEMBAHASAN..................................................................................... 42 5.1. Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk...................... 42 5.1.1. Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk ............................. 42 5.1.2. Visi dan Misi PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk .................... 45 5.1.3. Struktur Organisasi PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk ............ 46 5.1.4. Proses Produksi Semen ................................................................. 49 5.1.5. Bidang Usaha................................................................................ 51 5.1.6. Hubungan Ketenagakerjaan Antara PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk dan Karyawan ......................................................... 53 5.2. Pelaksanaan SMK3 di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk ............... 55 5.2.1. Manajemen Organisasi SMK3....................................................... 58 5.2.2. Model Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Ke- sehatan Kerja (SMK3).................................................................... 64 5.2.3. Efektivitas Pelaksanaan SMK3 Untuk Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja di P-11 .............................................................. 78 5.3. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 82 5.3.1. Karakteristik Responden................................................................ 83 5.3.2. Uji Validitas.................................................................................. 84 5.3.3. Uji Reliabilitas .............................................................................. 88 5.3.4. Analisis Persepsi Karyawan Terhadap Pelaksanaan SMK3 di Plant 11 PT ITP ............................................................................ 88 5.4. Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan................................................... 96 5.5. AnalisisPengaruh Efektivitas Sistem Manajemen Keselamatan dan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan .............. 99
VI. IMPLIKASI MANAJERIAL........................... .................................... 102
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 107
1. Kesimpulan ...........................................................................................107
2. Saran...................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 109
LAMPIRAN................................................................................................ 112
vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Posisi keputusan penilaian ...................................................................... 36
2. Peralatan darurat dan keadaan darurat yang mungkin erjadi .................... 70
3. Tingkat pencapaian SMK3 berdasarkan permenaker No 05/MEN/1996 .. 74
4. Jumlah karyawan P-11............................................................................ 78
5. Tingkat keseringan dan tingkat keparahan kecelakaan............................. 79
6. Karakteristik usia responden ................................................................... 83
7. Karakteristik pendidikan terakhir ............................................................ 84
8. Karakteristik masa kerja responden......................................................... 85
9. Karakteristik departemen unit kerja responden........................................ 86
10. Rekapitulasi uji validitas ......................................................................... 87
11. Skor rataan aspek pelatihan keselamatan kerja ........................................ 89
12. Skor rataan aspek publikasi keselaman kerja ........................................... 90
13. Skor rataan aspek kontrol lingkungan kerja ............................................. 91
14. Skor rataan aspek inspeksi dan disiplin ................................................... 94
15. Skor rataan kesadaran terhadap K3 ......................................................... 95
16. Tingkat produktivitas kerja karyawan P-11 PT ITP tahun 2000-2007...... 97
17. Perhitungan regresi berganda dengan SPSS for Windows 13.0 ................ 100
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Diagram tahapan kontrol bahaya............................................................. 16
2. Sistem model manajemen K3 (Santoso, 2004)......................................... 18
3. Kerangka pemikiran konseptual .............................................................. 29
4. Kerangka pemikiran operasional ............................................................. 32
5. Proses pembuatan semen......................................................................... 51
6. Deming Management Cycle .................................................................... 56
7. Segitiga tanggung jawab K3.................................................................... 59
8. Model SMK3 PT ITP.............................................................................. 65
9. Diagram audit ......................................................................................... 75
10. IFR dan ISR P-11 PT ITP ....................................................................... 82
11. Tingkat produktivitas kerja karyawan ..................................................... 98
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuesioner penelitian ............................................................................... 112
2. Tabel standar SMK3 ............................................................................... 117
3. Safety Golden Rules ................................................................................ 119
4. Identifikasi potensi bahaya...................................................................... 120
5. Surat izin keselamatan kerja.................................................................... 123
6. Surat izin kerja berbahaya ....................................................................... 124
7. Alat pelindung diri .................................................................................. 125
8. Safety Rules............................................................................................ 128
9. Uji reliabilitas ......................................................................................... 129
10. Analisis regresi berganda dengan SPSS for Windows 13.0....................... 130
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan industri yang semakin kompetitif menuntut perusahaan
lebih mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya. Dalam era
globalisasi ini, perusahaan pun dituntut untuk menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi. Kualitas produk yang tinggi ini dapat membuat
perusahaan mempertahankan pelanggan dan meningkatkan pangsa pasarnya,
terutama dalam pasar bebas tingkat ASEAN yang dikenal dengan AFTA
(ASEAN Free Trade Area). Untuk itu, dibutuhkan tenaga kerja yang handal
dan tangguh dalam menunjang bisnis perusahaan sehingga dapat bersaing.
Tenaga kerja merupakan sumber daya yang memegang peranan
penting dalam proses produksi. Proses produksi dapat berjalan baik karena
dikendalikan oleh tenaga kerja sehingga dapat menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi. Selain tenaga kerja, perusahaan juga menggunakan
peralatan berteknologi tinggi untuk menunjang proses produksi. Tujuannya
agar dapat meningkatkan produktivitas perusahaan, mencapai efektivitas,
dan efisiensi. Untuk tenaga kerja, produktivitas dapat ditunjang oleh faktor
kesegaran jasmani dan rohani, yang dimulai sejak memasuki pekerjaan
hingga setelah berhenti bekerja. Kesegaran jasmani dan rohani
menggambarkan adanya keserasian penyesuaian seseorang dengan
pekerjaannya yang dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan,
dan pengetahuan yang dimiliki. Dengan tenaga kerja yang sehat,
berkompeten, dan didukung teknologi yang canggih, maka perusahaan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Penggunaan peralatan berteknologi tinggi menyebabkan timbulnya
resiko keselamatan dan kesehatan bagi tenaga kerja. Resiko ini dapat
menimpa tenaga kerja kapan dan dimana saja, sehingga membutuhkan
perhatian khusus dari berbagai pihak yang berkaitan seperti pengusaha,
tenaga kerja, dan manajemen. Resiko ini pun membuat tenaga kerja
menyadari pentingnya lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman.
2
Lingkungan kerja yang demikian itu diharapkan dapat meminimalisir angka
kecelakaan kerja dan timbulnya penyakit akibat bekerja.
Mengacu pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dapat dijadikan acuan bagi perlindungan
tenaga kerja dari bahaya/kecelakaan dan penyakit akibat bekerja maupun
akibat lingkungan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu
program yang dibuat bagi karyawan maupun manajemen sebagai upaya
pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
bekerja dalam lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya.
Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan dan penyakit akibat bekerja. Program K3 harus dilakukan secara
terencana, periodik, dan terkontrol. Program ini pun harus didukung oleh
semua karyawan dimana karyawan dilibatkan dalam penyelesaian masalah,
pembuatan peraturan kerja, kegiatan pemeriksaan dan pelatihan.
Keterlibatan ini dilakukan agar perusahaan mengetahui dan mengerti hal-
hal yang dibutuhkan karyawan.
Dengan diterapkannya program K3 diharapkan bisa membangun
tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas. K3 yang termasuk dalam
suatu wadah higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang
terlupakan oleh para pengusaha, meskipun K3 mempunyai tujuan pokok
dalam upaya memajukan dan mengembangkan proses industrialisasi,
terutama dalam mewujudkan produktifitas kerja para karyawan. Dengan
penerapan K3 yang baik dan terarah dalam suatu wadah industri tentunya
akan memberikan dampak lain, salah satunya adalah sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, terampil dan profesional. Di era pasar bebas tentu
daya saing dari suatu proses industrialisasi semakin kompetitif dan sangat
menentukan maju tidaknya pembangunan suatu bangsa.
Menurut penelitian yang dilakukan badan dunia ILO menunjukkan
bahwa setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal, setara dengan satu orang
setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit/ kecelakaan yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka (Suardi, 2005). Hal ini menunjukkan
masih tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi di dunia. Berdasarkan
3
data ILO, Indonesia menduduki peringkat 26 dari 27 negara yang diteliti
dengan angka kecelakaan kerja yang masih dinilai tinggi pada tahun 2000-
2003 (Mangkuprawira dan Vitayala, 2007). Laporan dari Jamsostek sampai
dengan Januari 2006 terdapat 95.418 kasus kecelakaan, diantaranya 6.114
pekerja mengalami cacat, 2.932 tenaga kerja mengalami cacat sebagian, 60
tenaga kerja mengalami cacat total dan 1.736 tenaga kerja meninggal dunia,
namun bila dibandingkan sampai Januari 2004 yang mencapai 105.846
kasus, terdapat penurunan angka kecelakaan sebesar 9,9%
(www.gerbang.jabar.go.id). Data tersebut menunjukkan kasus kecelakaan
kerja di Indonesia masih relatif tinggi meskipun telah terjadi penurunan
hingga Januari 2006. Kasus kecelakaan yang masih sering terjadi
menyebabkan kesadaran karyawan akan haknya untuk bekerja dalam kondisi
yang aman dan nyaman semakin meningkat.
PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk merupakan suatu perusahaan
yang bersifat industri, yaitu perusahaan yang melakukan usaha mengubah
bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi. Kegiatan PT
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (PT ITP) adalah perusahaan yang
memproduksi semen dengan merek dagang "TIGA RODA" yang proses
produksinya melalui tahap penambangan dan penyiapan (quarriying),
pengeringan dan penggilingan (driying and grinding), pembakaran dan
pendinginan clinker (kiln burning and cooling), penggilingan akhir (finish
grinding) dan pengepakan semen (packing). Untuk menunjang proses
produksinya, PT ITP mempunyai dua jenis unit produksi, yaitu mining dan
plant (pabrik). Mining merupakan unit produksi tambang yang bertugas
menyediakan material berupa bahan tambang seperti kapur, tanah liat, pasir
silika, dan pasir besi. Sedangkan Plant merupakan unit produksi yang
bertugas mengubah bahan baku menjadi produk setengah jadi dan produk
jadi yang siap dipasarkan. Plant yang dimiliki PT ITP terdiri dari 12 plant,
namun Plant 9 berada di Palimanan, Cirebon dan Plant 12 berada di Tarjun,
Kalimantan Selatan. Proses produksi semen melibatkan kontak langsung
antara karyawan dengan mesin-mesin dan alat-alat teknologi tinggi serta
4
bahan-bahan kimia sehingga cenderung memiliki resiko kecelakaan yang
tinggi.
Dalam rangka menurunkan tingkat kecelakaan kerja serta untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, maka PT ITP membuat
program K3 sejak tahun 1999 yang mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 05/MEN/1996, Bab 2 mengenai penerapan program K3 pasal 3
ayat 1 yang menyatakan bahwa "setiap perusahaan yang mempekerjakan
tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan program K3".
Program keselamatan kerja yang diterapkan di PT ITP sejak 1999 meliputi
Safety Talk, peyediaan Alat Pelindung Diri (APD), rambu-rambu
keselamatan, Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Kerja Berbahaya (SIKB),
pencegahan dan penanggulangan kebakaran, inspeksi, investigasi, training
K3. Sedangkan Program Kesehatannya meliputi penyediaan alat poliklinik
dan unit ambulance, penyediaan kotak dan obat P3K pada setiap ruangan,
penyediaan tenaga paramedis, sistem rujukan, pemeriksaan kesehatan,
pengelolaan limbah, penyediaan air bersih, gizi kerja, dan ergonomi.
Dengan diterapkannya K3 ini, PT ITP berusaha untuk terus
meningkatkan program K3 yang telah diintegrasikan menjadi Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tujuan
diintegrasikannya K3 menjadi SMK3 adalah agar pengelolaan K3 PT ITP
lebih menyeluruh dengan penerapannya diperuntukkan bagi seluruh
karyawan, baik yang bekerja di plant maupun yang bekerja di dalam kantor.
SMK3 merupakan bagian dari manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pengembangan,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3.
Plant merupakan salah satu unit produksi yang dimiliki PT ITP.
Plant mempunyai resiko kecelakaan kerja yang tinggi karena plant
menggunakan peralatan yang canggih dan berteknologi tinggi. Plant 11 (P-
5
11) merupakan salah satu plant yang berada di Plantsite Citeureup yang
mulai beroperasi di bulan Maret 1999. Pada tahun yang sama PT ITP
menerapkan program K3. Semenjak diterapkannya SMK3 tersebut,
pelaksanaannya di P-11 ditunjang oleh pembentukan Sub Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sub P2K3). Tujuan dibentuk Sub P2K3
agar dapat memantau segala perkembangan dan kegiatan yang dilakukan
perusahaan. Salah satu cara yang dilakukan untuk mensosialisasikan SMK3
adalah dengan melaksanakan Safety Meeting. Safety Meeting ini
dilaksanakan oleh P2K3 dan Sub P2K3. Rapat sub P2K3 ini membahas
berbagai hal yang menyangkut kesehatan, keselamatan, dan kecelakaan kerja
seperti laporan statistik K3, laporan Joint Safety Inspection, safety pause,
dan sebagainya. Setiap bulan, ada lima parameter kegiatan K3 yang diukur,
yaitu Joint Safety Inspection, Safety Talks, investigasi kecelakaan,
pertemuan Sub P2K3 dan Safety Non Conformance.
PT ITP telah berusaha untuk menerapkan K3 semenjak tahun 1999,
tetapi kecelakaan masih sering terjadi. Hal ini ditunjukkan dari jumlah
kecelakaan yang mencapai 47 kejadian dari bulan Januari hingga Juni 2007.
Sebanyak 39 kejadian kecelakaan terjadi di plant dan 82,98 % terjadi karena
tindakan-tindakan karyawan yang berbahaya/unsafe action. Pada Januari
hingga Maret 2007, tingkat keseringan kecelakaan dan tingkat keparahan
kecelakaan menunjukkan angka 0,5 dan 2,8 (Arsip PT ITP, 2007).
Kecelakaan kerja dikhawatirkan mempengaruhi produktivitas kerja
karyawan. Salah satu hal yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan
adalah lingkungan tempat karyawan bekerja dan jaminan terhadap resiko
keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu, PT ITP perlu melakukan
peninjauan ulang kembali pelaksanaan SMK3 dengan berbagai cara, antara
lain dengan menggunakan data sekunder P-11 saat mulai beroperasi dan
diterapkan SMK3 hingga saat ini kemudian membandingkan data
kecelakaan yang terjadi selama itu. Dalam penelitian ini akan dianalisis
mengenai efektivitas penerapan SMK3 dan melihat pengaruhnya terhadap
produktivitas kerja karyawan PT ITP terutama di Plant 11. Bila angka
6
kecelakaan yang terjadi masih tinggi, maka peneliti akan memberikan
alternatif solusi kepada manajemen P-11.
1.2. Perumusan Masalah
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset penting yang dimiliki
perusahaan yang mendukung pula proses produksi. Dalam melakukan proses
produksi tersebut, karyawan selalu berhubungan dengan mesin-mesin dan
alat-alat berteknologi canggih yang rentan menimbulkan risiko kecelakaan
kerja dan mengakibatkan karyawan kehilangan jam kerjanya.
PT ITP merupakan perusahaan besar dengan berbagai sistem
berteknologi canggih, maka PT ITP wajib menerapkan K3 yang
diintegrasikan menjadi sebuah sistem yang dikenal dengan SMK3. Dengan
diterapkannya sistem ini, maka diharapkan jumlah kecelakaan kerja yang
terjadi dapat ditekan dan produktivitas kerja karyawan pun dapat meningkat.
Plant 11 (P-11) merupakan plant dengan kapasitas produksi terbesar
yaitu sebesar 2.400.000 ton/tahun. P-11 mempunyai kecenderungan potensi
kecelakaan terbesar diantara plant-plant di unit produksi Citeureup. Hal ini
dikarenakan jumlah karyawannya paling banyak dan peralatan yang
digunakan pun paling canggih di antara plant-plant yang lain. Berdasarkan
uraian di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan yang akan diteliti,
yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan SMK3 dan efektivitasnya dalam mengurangi
angka kecelakaan kerja di P-11 PT ITP?
2. Bagaimana tingkat produktivitas kerja karyawan di P-11 PT ITP?
3. Bagaimana pengaruh penerapan SMK3 terhadap produktivitas kerja
karyawan di P-11 PT ITP?
4. Bagaimana solusi alternatif yang bisa diberikan kepada manajemen
agar pelaksanaan SMK3 di PT ITP bisa lebih baik lagi?
7
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian
disusun sebagai berikut:
1. Mengkaji pelaksanaan SMK3 dan menganalisis efektivitasnya dalam
mengurangi angka kecelakaan kerja di P-11 PT ITP.
2. Menganalisis tingkat produktivitas kerja karyawan di P-11 PT ITP.
3. Menganalisis pengaruh penerapan SMK3 terhadap produktivitas kerja
karyawan di P-11 PT ITP.
4. Memberikan solusi alternatif kepada manajemen agar pelaksanaan
SMK3 di PT ITP bisa lebih baik lagi.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
bagi pihak-pihak terkait, seperti :
1. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan
pertimbangan apabila ada hal yang belum tercapai dan dapat
memberikan sumbang saran yang positif bagi perusahaan dalam
penerapan SMK3.
2. Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah karya ilmiah
yang layak dipercaya dan juga dapat dijadikan langkah awal bagi
penulisan karya ilmiah lain.
3. Penulis
Diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa
perkuliahan dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di
dunia nyata.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada kajian efektifitas penerapan SMK3
dan menganalisis pengaruhnya terhadap produktifitas kerja karyawan di PT
ITP khususnya di P-11. Penelitian ini dilakukan di P-11 karena P-11
8
merupakan salah satu plant yang berkapasitas produksi paling besar dan
paling baru dengan kecenderungan potensi kecelakaan kerja tertinggi
diantara plant atau divisi-divisi yang lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah ilmu dan seni
yang mengatur unsur manusia (cipta, rasa, dan karsa) sebagai aset suatu
organisasi demi terwujudnya tujuan organisasi dengan cara memperoleh,
mengembangkan, dan memelihara tenaga kerja secara efektif dan efisien
(Arep dan Tanjung, 2002).
Manajemen sumber daya manusia (SDM) merupakan penerapan
pendekatan SDM dimana secara bersama-sama terdapat dua tujuan yang
ingin dicapai, yaitu tujuan untuk perusahaan dan untuk karyawan. Dua
kepentingan tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam kesatuan
kebersamaan yang utuh. Manusia tidak hanya dipandang sebagai unsur
produksi tetapi juga sebagai manusia yang memiliki emosi dan kepribadian
aktif yang dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menggerakkan
perusahaan. (Mangkuprawira, 2004)
2.2. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan menurut Sulaksomo dalam Santoso (2004) adalah suatu
kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki, yang dapat mengacaukan proses
aktivitas yang telah diatur. Menurut Suma'mur dalam Arep dan Tanjung
(2004), kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Hal ini dikarenakan dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur
kesengajaan atau bentuk perencanaan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja
adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja perusahaan.
Menurut Sugeng (2005), secara umum kecelakaan kerja dibagi
menjadi dua golongan, yaitu :
1. Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi
di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
2. Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan
yang terjadi diluar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan
kerja.
10
Suma'mur dalam Arep dan Tanjung (2004) mendefinisikan
kecelakaan kerja sebagai keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan
lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaannya. Dalam hal ini,
dapat dikatakan bahwa kecelakaan dapat terjadi tanpa dapat kita duga dan
tidak direncanakan sebelumnya. Namun pada prinsipnya kecelakaan dapat
dicegah. Pencegahan ini menurut Bennet dalam Santoso (2004) merupakan
tangung jawab para manajer lini, penyelia, mandor, kepala dan kepala
urusan. Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 10 menyatakan tanggung
jawab semua pihak, baik pihak perusahaan, karyawan maupun pemerintah.
2.2.1. Faktor-Faktor Kecelakaan
Bannet dalam Santoso (2004) menjelaskan bahwa terdapat
empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yang
menyebabkan kecelakaan, yakni lingkungan, bahaya, peralatan, dan
manusia. Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja menurut
Suma'mur dalam Arep dan Tanjung (2004) adalah tindak perbuatan
manusia yang tidak memenuhi keselamatan dan keadaan-keadaaan
lingkungan yang tidak aman.
Menurut Dessler (1997), ada tiga alasan dari terjadinya
kecelakaan di tempat kerja yaitu:
1. Kejadian yang bersifat kebetulan, seperti berjalan di depan
jendela kaca yang bertepatan dengan seseorang yang
melemparkan bola.
2. Kondisi tidak aman (unsafe condition) :
a. Pelindung yang tidak memadai
b. Peralatan rusak
c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau disekitar mesin
atau peralatan
d. Gudang yang tidak aman
e. Penerangan yang tidak memadai
f. Ventilasi tidak memadai
11
3. Tindakan-tindakan tidak aman yang dilakukan pihak karyawan
(Unsafe Action):
a. beroperasi dengan kecepatan tidak aman
b. membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan baik
c. menggunakan peralatan yang tidak aman
d. mengambil posisi yang tidak aman di bawah muatan yang
tergantung
e. menggunakan prosedur yang tidak aman dalam memuat,
menempatkan, mencampur, dan mengkombinasikan
f. mengangkat secara tidak tepat
g. pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih,
dan permainan kasar
Mangkuprawira dan Vitayala (2007) mengemukakan bahwa
faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dilihat dari
berbagai sudut, yaitu :
1. Kebijakan pemerintah
a. Undang-Undang Ketenagakerjaan, khususnya yang
menyangkut tentang keselamatan dan kesehatan
kerja, belum ada
b. Peraturan pemerintah tentang pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan belum
ada
c. Pengendalian dan tindakan hukum bagi perusahaan
yang mengabaikan undang-undang yang berlaku
tentang keselamatan dan kesehatan kerja belum
adan atau kalaupun sudah ada, tetapi belum
diterapkan dengan tegas.
2. Kondisi pekerjaan
a. Standar kerja yang kurang tepat dan pelaksanaannya
juga tidak tepat
12
b. Jenis pekerjaan fisik yang sangat berbahaya.
Namun, di sisi lain, fasilitas keselamatan dan
kesehatan kerja sangat kurang
c. Kenyamanan kerja yang sangat kurang karena
kurang tersedianya unsur pendukung keselamatan
dan kesehatan kerja
d. Tidak tersedianya prosedur manual petunjuk kerja
e. Kurang kontrol, evaluasi, dan pemeliharaan tentang
alat-alat kerja secara rutin
3. Kondisi karyawan
a. Keterampilan karyawan dalam hal K3 rendah
b. Kondisi kesehatan fisik karyawan yang tidak prima
c. Kondisi kesehatan mental, seperti rendahnya
motivasi tentang K3 serta tingginya derajat stres dan
depresi
d. Kecanduan merokok, minuman keras, dan narkoba
4. Kondisi fasilitas perusahaan
a. Ketersediaan fasilitas yang kurang cukup (jumlah
dan mutu)
b. Kondisi ruang kerja yang kurang nyaman
c. Tidak tersedianya fasilitas kesehatan dan klinik
perusahaan
d. Tidak tersedianya fasilitas asuransi kecelakaan
e. Kurangnya pelatihan dan sosialisasi tentang
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di
kalangan karyawan
2.2.2. Pencegahan Kecelakaan
Bannet dalam Santoso (2004) mengungkapkan bahwa
pencegahan kecelakaan terdiri dari dua aspek, yaitu :
a. aspek perangkat keras (peralatan, mesin, dan sebagainya)
b. aspek perangkat lunak (manusia dan unsur berkaitan)
13
Suma'mur dalam Santoso (2004) menjelaskan bahwa
kecelakaan yang terjadi dapat dicegah dengan hal-hal sebagai
berikut:
a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang
diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,
kontruksi, perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian,
dan cara kerja peralatan, tugas-tugas pengusaha dan buruh,
latihan, supervisi medis dan pemeriksaan kesehatan
b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau
tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai
instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD).
c. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipenuhi
d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang
berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan
ledakan, dan peralatan lainnya.
e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis,
faktor lingkungan dan teknologi dan keadaan yang
mengakibatkan kecelakaan
f. Penelitian fisiologis, meliputi penelitian tentang pola-pola
kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan
g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis
kecelakaan yang terjadi
h. Pendidikan
i. Latihan-latihan
j. Penggairahan, pendekatan lain agar bersifat yang selamat
k. Asuransi, yaitu insentif untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan
l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan
14
2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam Undang-Undang RI Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan
tercantum pasal tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam pasal 86 tertulis
bahwa:
1 setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama.
2 Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja/buruh dengan cara mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan
rehabilitasi (Mangkuprawira dan Vitayala, 2007).
Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat
dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Sedangkan
kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja
(Mangkunegara, 2004).
Kesehatan kerja ialah suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan
seseorang mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaan. Hal ini
menimbulkan kewajiban yang berbeda pada pihak manajerial dan pihak
pegawai/pekerja. Akhir-akhir ini usaha menciptakan kerja yang sehat tidak
hanya terbatas pada tempat kerja saja tetapi sudah diperluas menjadi
lingkungan (Moenir, 1991).
2.3.1. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
15
a. Agar setiap pegawai jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya, seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipeliharan keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan gizi pegawai
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi
kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.3.2. Manfaat K3
Manfaat K3 (Arep dan Tanjung, 2004) adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Ekonomis :
a. berkurangnya kecelakaan dan sakit karena kerja
b. mencegah hilangnya investasi fisik dan investasi sumber daya
manusia
c. meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja yang nyaman
dan aman, serta motivasi kerja yang meningkat
2. Manfaat Psikologis
a. meningkatkan kepuasan kerja
b. kepuasan kerja tersebut akan meningkatkan motivasi kerja
dan selanjutnya akan meningkatkan produktivitas dan
kualitas kerja
c. perusahaan akan merasa bangga bahwa telah ikut serta dalam
melaksanakan program pemerintah dan ikut serta dalam
pembangunan nasional
d. nama baik/citra perusahaan akan meningkat
16
2.3.3. Pengendalian K3
Tahapan kontrol bahaya (Santoso, 2004)
Gambar 1. Diagram Tahapan Kontrol Bahaya
Upaya-Upaya Pengendalian
1. Substitusi bahan-bahan kimia yang berbahaya
2. Proses isolasi
3. Pemasangan lokal exhauster
4. Ventilasi umum
5. Pemakaian alat pelindung diri (APD)
6. Ketatarumahtanggaan perusahaan
7. Pengadaan fasilitas saniter
8. Pemeriksaaan kesehatan sebelum kerja dan berkala
Bahaya Diantisipasi
Bahaya Dievakuasi
Bahaya Dieliminasi
Bahaya Dikontrol
Bahaya Diisolasi
Bahaya dikontrol dengan engineering
Bahaya Dikontrol dengan cara Administrstif
Program APD
Pemaparan tinggi
Pemaparan rendah
Monitoring periodik
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ya
ya
ya
ya
ya
17
9. Pelatihan/penyuluhan kepada seluruh karyawan
10. Kontrol administrasi
Hierarki pengendalian :
1. eliminasi
2. substitusi
3. pengendalian rekayasa
4. pengendalian admisnitrasi
5. alat pelindung diri (APD)
Usaha-usaha yang diperlukan dalam meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sebagai berikut
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan
peledakan
2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang
bekerja pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang
berbahaya
3. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan
warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan
menyejukkan, dan mencegah kebisingan
4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya
penyakit
5. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian
lingkungan kerja
6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat
kerja pegawai.
2.4. Keamanan Kerja
Yang dimaksud keamanan kerja menurut Moenir (1991) adalah
adanya perasaan aman dan tentram pada pegawai atau pekerja dalam
organisasi kerja. Perasaan aman ini memang terutama menyangkut pada segi
kejiwaan. Pada umumnya cermin dari perasaan aman ini dapat dilihat pada
aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan organisasi atas
pegawai/pekerja yang meliputi jaminan :
18
a. perlakuan yang adil terhadap semua pegawai tanpa membedakan
SARA, turunan, dan lingkungan sosial
b. Perawatan atau pemberian asuransi terhadap para pegawai yang
melakukan pekerjaan-pekerjaan berbahaya dan penuh resiko
c. Masa depan pegawai terutama dalam keadaan tidak mampu lagi
melakukan pekerjaan akibat suatu kecelakaan
d. Kepastian kedudukan dalam pekerjaan.
2.5. Sistem Manajemen K3
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian, serta pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efesien, dan
produktif (Mangkuprawira dan Vitayala, 2007). Sistem model manajemen
K3 menurut Santoso (2004) dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Sistem model manajemen K3 (Santoso, 2004)
Peningkatan
berkelanjutanKomitmen dan
Kebijaksanaan
Perencanaan
Pelaksanaan Pengukuran
Peninjauan ulang dan peningkatan
manajemen
19
Menurut Mangkunegara (2004), pendekatan sistem pada manajemen
K3 dimulai dengan mempertimbangkan tujuan keselamatan kerja, teknik,
dan peralatan yang digunakan, proses produk, dan perencanaan tempat kerja.
Tujuan keselamatan harus diintegrasikan dengan bagian dari setiap
manajemen dan pengawasan kerja. Menurut George S. Odiorne dalam
Mangkunegara (2004) mengemukakan bahwa sistem pada manajemen K3
mencakup :
a. Penetapan Indikator Sistem
Tahap dasar dalam implementasi sistem keselamatan kerja adalah
menetapkan metode untuk mengukur pengaruh pelaksanaan
keselamatan kerja, kesehatan, dan kesejahteraan pegawai. Statistik
kecelakaan harus dijadikan pedoman dan dibandingkan dengan
organisasi lainnya. Efektifitas dari sistem dapat diukur dan
kecenderungan-kecenderungannya dapat diidentifikasikan. Indikator-
indikator tersebut merupakan kriteria untuk tujuan keselamatan kerja.
b. Melibatkan Para Pengawas dalam Sistem Pelaporan
Bilamana terjadi kecelakaan harus dilaporkan kepada pengawas
langsung dari bagian kerusakan dan laporan harus pula
mengidentifikasi kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan. Hal ini
agar pengawas tersebut dapat mudah mengadakan perbaikan dan
mengadakan upaya preventif untuk masa selanjutnya.
c. Mengembangkan Prosedur Manajemen Keselamatan Kerja
Pendekatan sistem yang esensi adalah menetapkan sistem komunikasi
secara teratur dan tindak lanjut pada setiap kecelakaan pegawai.
Kemudian mengadakan penelitian terhadap penyebab terjadinya
kecelakaan dan mempertimbangkan kebijakan yang telah ditetapkan
untuk diadakan perubahan seperlunya sesuai dengan keperluan pada
saat itu.
d. Menjadikan Keselamatan Kerja sebagai Bagian Tujuan Kerja
Membuat kartu penilaian keselamatan kerja. Setiap kesalahan yang
dilakukan pegawai dicatat oleh pengawas dan dipertanggungjawabkan
20
sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian prestasi
kerja, kondite pegawai yang bersangkutan
e. Melatih Pegawai-Pegawai dan Pengawasan dalam Manajemen
Keselamatan kerja
Melatih pegawai-pegawai untuk menggunakan peralatan kerja dengan
baik. Begitu pula pegawai-pegawai dilatih untuk dapat menggunakan
alat pengaman jika terjadi kecelakaan di tempat kerja.
2.6. Aspek K3
Menurut Miner dalam Ilham (2002), ada dua aspek yang
digunakan untuk mengatasi masalah K3 yaitu Safety Psychology dan
Industrial Clinical Psychology. Safety Psychology menitikberatkan pada
usaha mencegah kecelakaan itu terjadi, dengan meneliti kenapa dan
bagaimana kecelakaan terjadi. Industrial Clinical Psychology
menitikberatkan pada kinerja karyawan yang menurun, sebab-sebab
penurunan dan bagaimana mengatasinya. Faktor-faktor dari kedua aspek
tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Safety Psychology terdiri dari 6 faktor, yakni :
a. Laporan dan Statistik Kecelakaan
Laporan dan statistika kecelakaan sangat penting dalam program
K3. Dengan tersedianya laporan dan statistika kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja, pihak perusahaan akan memiliki gambaran
mengenai kecenderungan terjadinya kecelakaan, serta dapat
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi
masalah tersebut.
b. Pelatihan Keselamatan
Pelatihan keselamatan yang dilakukan perusahaan kepada
karyawannya diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan kerja
yang terjadi. Hal ini karena karyawan akan memperoleh informasi
yang cukup untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
c. Publikasi dan Kontes Keselamatan Kerja
21
Publikasi keselamatan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Tujuan utamanya adalah untuk menjaga motivasi karyawan agar
tidak lengah dan tetap sadar akan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Cara yang paling banyak digunakan adalah
dengan menggunakan spanduk dan poster-poster yang berisikan
tentang K3, serta memberikan informasi mengenai kecelakaan-
kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja. Kontes keselamatan
kerja dilakukan dengan tujuan agar karyawan selalu terpacu untuk
menerapkan K3 saat bekerja. Adanya pemilihan karyawan teladan
dalam bidang K3 serta pemberian penghargaan bagi karyawan
yang mengalami kecelakaan kerja paling sedikit merupakan
beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan.
d. Kontrol Terhadap Lingkungan Kerja
Perusahaan harus dapat melindungi karyawannya dari kecelakaan
kerja. Oleh karena itu, maka perusahaan harus menyediakan
peralatan pengaman dan peralatan pelindung diri untuk
karyawannya. Jika alat pelindung diri (APD) digunakan selama
bekerja, kemungkinan untuk mengalami kecelakaan akan lebih
kecil dibandingkan dengan yang tidak menggunakan APD. Selain
itu, hal lain yang penting adalah kondisi lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang berdebu, kotor, serta tidak dilengkapi
dengan penerangan yang memadai akan membuat karyawan tidak
nyaman dan berpengaruh terhadap motivasi dan produktivitas
kerjanya.
e. Inspeksi dan Disiplin
Inspeksi dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar setiap mesin
dan peralatan selalu dalam kondisi aman dan siap untuk digunakan.
Selain itu, adanya inspeksi yang berkala dapat memberikan
informasi tentang potensi bahaya yang mungkin terjadi, sehingga
perusahaan dapat langsung mengambil tindakan.
f. Peningkatan Kesadaran K3
22
Program-program K3 akan bekerja sangat baik bila didukung
dengan iklim yang positif yaitu komitmen yang kuat serta adanya
perhatian yang besar dari manajemen perusahaan terhadap masalah
K3 di lingkungan perusahaan
2. Industrial Clinical Psychology terdiri dari 2 faktor, yakni :
a. Konseling
Konseling atau pembimbingan dilakukan untuk meningkatkan
kembali motivasi kerja dari karyawan setelah diketahui adanya
penurunan produktivitas dari karyawan yang disebabkan oleh
masalah yang dihadapi oleh karyawan yang bersangkutan.
b. Employee Assistance Program
Pada Employee Assistance Program karyawan yang mengalami
masalah akan dibimbing secara intensif oleh supervisor yang
ditunjuk. Hal ini digunakan untuk menagani bermacam-macam
masalah karyawan terutama yang berhubungan dengan perilaku
karyawan.
2.7. Produktivitas
Produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi
dalam periode tertentu. Input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya
produksi, peralatan serta waktu. Output meliputi produksi, produk,
penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk
(Mangkuprawira dan Vitayala, 2007).
Umar (2005) menyatakan bahwa produktivitas adalah
perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber
daya yang digunakan (input). Produktivitas mempunyai dua dimensi,
yaitu efektifitas yang mengarah pada pencapaian target yang berkaitan
dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi yang lain
adalah efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan masukan
dengan realisasi penggunaannya.
23
Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan hasil
nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang
sebenarnya. Misalnya saja, “produktivitas adalah ukuran efisiensi
produktif”. Suatu perbandingan antara hasil masukan dan keluaran.
Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja., sedangkan
keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai (Sinungan, 2005).
Produktivitas berubah-ubah dari waktu ke waktu karena peran
serta tenaga kerja selalu berubah-ubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hal ini adalah tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika
kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial,
lingkungan dan iklim kerja, hubungan industrial, teknologi, sarana
produksi, manajemen, kesempatan berprestasi, kebijakan pemerintah di
bidang produksi, investasi, perizinan, teknologi, moneter, fiskal, harga,
distribusi dan lain-lain (Kussriyanto, 1986)
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja terdiri atas
faktor makro dan mikro perusahaan. Faktor makro meliputi kondisi
perekonomian, industri, regulasi pemerintah, dan karakteristik angkatan
kerja. Sementara faktor mikro terdiri dari kondisi organisasi/perusahaan,
manajemen, dan karyawan (Mangkuprawira dan Vitayala, 2007).
Menurut Simajuntak (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi
produktifitas kerja karyawan dapat digolongkan pada tiga kelompok
yaitu:
1. Kualitas dan kemampuan
Kualitas dan kemampuan karyawan dpengaruhi oleh tingkat
pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental, dan
kemampuan fisik pekerja yang bersangkutan
2. Sarana Pendukung
Sarana pendukung untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan
perusahaan dapat dikelompokkan pada dua golongan, yaitu ;
a. menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara
produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat
24
keselamatan dan kesehatan kerja serta suasana dalam
lingkungan kerja itu sendiri;
b. menyangkut kesejahteraan pekerja yang tercermin dalam sistem
pengupahan dan jaminan sosial, dan jaminan kelangsungan
kerja.
3. Supra Sarana
Supra sarana yang mendukung peningkatan produktivitas kerja
karyawan antara lain kebijakan pemerintah, hubungan pengusaha
dan pekerja, kemampuan manajemen, dan perusahaan.
2.8. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu
Purnamasari (2004) dalam penelitiannya membahas mengenai
pengaruh biaya program K3 terhadap tingkat kecelakaan dan produktivitas
di PT ITP. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya tingkat
kecelakaan kerja di PT ITP pada tahun 2000-2004 mengalami penurunan,
baik untuk tingkat keseringan kecelakaan kerja maupun dari segi
keparahannya. Namun pada penelitiannya belum dilakukan perbandingan
mengenai efektivitas penerapan program SMK3 yang dilihat dari segi
kecelakaan kerja sebelum dan sesudah diterapkan SMK3.
Almigo (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan
Antara Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan”
menyatakan bahwa produktivitas karyawan cenderung menurun dari
waktu ke waktu dan hal ini akan berpengaruh pada merosotnya suatu
perusahaan. Permasalahan-permasalahan yang timbul karena produktivitas
kerja menjadi indikasi peranan manajemen sebagai pengelolaan sumber
daya manusia diperlukan. Produktivitas kerja yang menurun ini dapat
diakibatkan karena adanya persaingan yang tidak sehat, kecemburuan
sosial antara para anggotanya, ataupun dari lingkungan tempat kerja itu
sendiri. Kurangnya pemahaman dalam berpola pikir akan mengakibatkan
kemerosotan kemajuan bukan peningkatan organisasi. Hal ini menjadi
polemik dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu, untuk penelitian
selanjutnya peneliti mengharapkan agar ada yang meneliti variabel-
25
variabel lain yang berhubungan dengan masalah produktivitas kerja,
seperti masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dikarenakan
dalam penelitian ini data produktivitas kerja hanya berdasarkan pada
penilaian kerjanya saja.
Ishak (2004) dalam kajiannya tentang peningkatan produktivitas
kerja dengan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja menerangkan
bahwa pabrik yang aman adalah pabrik yang efisien, terutama untuk
pabrik yang luas dan besar. Pekerja pada pabrik yang aman dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas output sehingga mempengaruhi
kesejahteraan pekerja. Untuk menciptakan pabrik yang aman, keselamatan
kerja penting untuk diperhatikan. Keselamatan kerja di suatu pabrik harus
didukung oleh berbagai faktor seperti tempat kerja yang baik, tingkat
kebisingan yang rendah, suasana kerja yang nyaman, dan sebagainya.
Tingkat keselamatan kerja pada pabrik yang kecil lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat pabrik yang besar karena tingkat spesialisasi
para pekerja tidak seimbang dengan teknologi yang dipergunakan.
Ilham (2002) menganalisis tentang hubungan keselamatan dan
kesehatan kerja dengan motivasi kerja karyawan di PT Goodyear
Indonesia menerangkan bahwa perasaan aman akan sangat mempengaruhi
kinerja karyawan. Karyawan tidak akan bekerja dengan maksimal jika
lingkungan kerja tidak aman dan memadai, dan hal ini akan berakibat pada
turunnya produktivitas kerja karyawan. Penelitian ini mengacu pada Miner
(1992) yang mengemukakan dua aspek yang disebut Safety Psychology
dan Industrial Clinical Psycology yang digunakan untuk mengatasi
masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Rahmawati dan Rahmawati (2007) mengkaji tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam meningkatkan
produktivitas karyawan di PT Bridgetone Tire Indonesia menerangkan
bahwa pengukuran produktivitas karyawan dilakukan pada besarnya
ukuran produktivitas rata-rata setiap karyawan secara kuantitatif
berdasarkan hasil produksi (output) tiap tahun dengan jumlah tenaga kerja
dan jumlah hari kerja (input)
26
Dari kajian dan penelitian terdahulu, diperoleh pembelajaran untuk
melakukan penelitian tentang analisis efektifitas penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) serta pengaruhnya
terhadap produktivitas kerja karyawan di PT ITP khususnya di Plant 11.
Tujuannya adalah menganalisis efektivitas penerapan SMK3 dan
pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan di P-11 PT ITP. Bila
angka kecelakaan kerja masih tinggi dan mempengaruhi produktivitas
kerja karyawan, maka peneliti akan membantu memberikan solusi
alternatif sesuai kebutuhan perusahaan.
Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Pada penelitian
ini, dilakukan penganalisisan efektivitas penerapan SMK3 dengan
membandingkan data penerapan SMK3 mulai dari P11 beroperasi dan
diterapkan SMK3 hingga saat ini. Kelebihan penelitian ini antara lain
adalah penilaian efektivitas penerapan SMK3 dilihat dari enam faktor,
yaitu pelatihan keselamatan, publikasi dan konteks keselamatan, kontrol
terhadap lingkungan kerja, inspeksi dan disiplin, peningkatan kesadaran
K3, serta laporan dan statistika K3 yang didasarkan pada Teori Miner.
Laporan dan statistika K3 dinilai dari data sekunder perusahaan berupa
arsip, sedangkan lima faktor lainnya dinilai dari persepsi karyawan dengan
kuesioner. Kuesioner yang disebarkan kepada 134 responden dari 200
orang karyawan dengan tingkat kesalahan 5%, sehingga data yang
diperoleh dapat teruji kebenarannya.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Setiap perusahaan yang berproduksi tentu saja membutuhkan faktor-
faktor produksi seperti modal, sumber daya alam, mesin, teknologi, dan
semua itu tidak dapat beroperasi tanpa dikendalikan oleh sumber daya
manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang sangat
penting dan menentukan keberhasilan proses produksi itu sendiri. Selain itu,
setiap perusahaan tentu saja mempunyai visi dan misi yang ingin dicapai dan
semua itu tidak terlepas dari peran sumber daya manusianya.
Untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan maka perusahaan
menyusun strategi-strategi seperti strategi keuangan, strategi pemasaran,
strategi SDM dan strategi produksi. Strategi keuangan berkaitan dengan
perolehan (akuisisi) dan alokasi modal serta manajemen modal kerja dan
deviden. Tidak seperti strategi fungsional lainnya, strategi keuangan harus
memiliki unsur–unsur jangka pendek dan jangka panjang. Strategi pemasaran
meliputi pencocokan produk dan jasa dengan kebutuhan pelanggan,
memutuskan dimana dan kapan menjual dan mempromosikan produk serta
menetapkan harga. Pendekatan ini tergantung pada apakah perusahaan
menghadapi para pelanggan yang ada atau berusaha menarik para pelanggan
yang baru, dan pada apakah produk baru itu sudah mapan.
Strategi yang ketiga adalah strategi SDM mencakup perekrutan,
pelatihan dan penyuluhan karyawan, penentuan kompensasi, dan
pemeliharaan hubungan dengan serikat pekerja dan pemerintah. Sasarannya
adalah untuk menarik, memotivasi, dan mempertahankan karyawan yang
dibutuhkan oleh organisasi. Strategi produksi berkaitan dengan transformasi
masukan bahan–bahan, tenaga kerja, dan modal menjadi produk atau jasa.
Keputusan-keputusan strategik mencakup ukuran dan lokasi pabrik,
pemilihan peralatan, ukuran dan pengendalian persediaan, upah dan
penyeliaan serta desain dan rekayasa produk.
Bila ditelaah maka strategi yang sangat berperan dalam pencapaian
visi dan misi perusahaan adalah strategi SDM. Dimana strategi ini
28
menetapkan kebijakan-kebijakan untuk menciptakan SDM yang berkualitas
dan bekerja optimal antara lain seperti kebijakan rekrutmen dan seleksi,
kebijakan pengembangan SDM, kebijakan penilaian kinerja, kebijakan
kompensasi dan kebijakan SMK3. Kebijakan SMK3 ini merupakan kebijakan
yang dibuat perusahaan menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja untuk
melindungi karyawannya dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat bekerja.
Dengan diterapkannya SMK3, diharapkan dapat tercapainya
efektivitas. Bila efektivitas tercapai maka tingkat kecelakaan rendah, efisiensi
kerja tercapai, tidak ada gangguan pada kesehatan, dan lingkungan kerja
diharapkan dapat menjadi aman dan nyaman sehingga produktivitas kerja
karyawan bisa meningkat. Bila efektivitas dari penerapan SMK3 tidak
tercapai maka tingkat kecelakaan tinggi, efisiensi kerja tidak tercapai, adanya
gangguan pada kesehatan, lingkungan kerja tidak aman dan nyaman, dan
produktivitas kerja karyawan pun akan rendah. Gambar 3 merupakani alur
pemikiran konseptual dari bagaimana suatu perusahaan bisa mencapai suatu
visi dan misi.
29
Ya Tidak
Gambar 3. Kerangka pemikiran konseptual
Strategi Keuangan Strategi Pemasaran Strategi SDM Strategi Produksi
Kebijakan Rekrutmen dan
Seleksi
Kebijakan Program SMK3
Kebijakan Penilaian Kinerja
Kebijakan Kompensasi
Kebijakan Pengembangan
SDM
- Tingkat kecelakaan tinggi - Efisiensi kerja tidak
tercapai - Gangguan pada kesehatan
- Lingkungan kerja tidak aman dan nyaman
- Produktivitas kerja karyawan rendah
Produktivitas kerja karyawan meningkat
Kinerja perusahaan tinggi
Penerapan SMK3
Efektivitas SMK3 - Tingkat kecelakaan rendah - Efisiensi kerja tinggi - Tidak ada gangguan pada kesehatan - Lingkungan kerja yang aman dan
nyaman
Produktivitas kerja karyawan tinggi
Visi dan Misi PT ITP, Tbk
Strategi Perusahaan
30
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Pengembangan SDM yang dilakukan oleh setiap perusahaan tentu
saja berbeda-beda, semuanya bergantung pada kebutuhan yang dimiliki oleh
SDM-nya. Pengembangan SDM tersebut dilakukan agar perusahaan
memiliki SDM yang handal dan dapat bekerja secara optimal. SDM yang
kompeten merupakan SDM yang mampu bekerja dengan baik dan memiliki
produktivitas yang tinggi serta dapat bersaing di era globalisasi ini.
Untuk dapat menghasilkan SDM yang kompeten maka banyak faktor
yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Salah satunya adalah kenyamanan
dan keamanan tempat kerja. Tempat kerja merupakan tempat dimana setiap
SDM meluangkan ide dan pemikiran dalam bekerja untuk menghasilkan
sebuah output. Output yang dihasilkan setiap karyawan akan berbeda. Oleh
karenanya, perusahaan harus berpikir bagaimana agar setiap SDM merasa
aman dalam bekerja meskipun harus berhadapan dengan mesin-mesin
berteknologi canggih.
Untuk menciptakan suasana tempat kerja yang aman dan nyaman
maka salah satu cara yang dipilih oleh perusahaan-perusahaan besar yang
menggunakan mesin-mesin berbahaya dan berteknologi canggih adalah
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Agar keamanan dan
kenyamanan pun dirasakan oleh semua pihak yang bekerja, baik yang
bekerja di luar ruangan maupun di dalam ruangan maka konsep K3 ini
diintegrasikan menjadi Sistem Manajemen K3 (SMK3). Dari penerapan
SMK3 dapat dilihat sejauh mana efektifitasnya dan dapat dilihat juga
seberapa besar pengaruhnya terhadap produktfitas karyawan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Plant 11 PT ITP karena pada plant
tersebut potensi kecelakaan yang tinggi dan pelaksanaan SMK3 masih perlu
diperbaiki. Peneliti akan menganalisis bagaimana penerapan SMK3
memberikan pengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja. Efektivitas
penerapan SMK3 dilihat dari faktor-faktor Pelatihan Keselamatan, Publikasi
Keselamatan Kerja, Kontrol Terhadap Lingkungan Kerja, Inspeksi dan
Disiplin, Peningkatan Kesadaran K3, kelima faktor tersebut dilihat dari
kuesioner. Sedangkan faktor yang keenam yaitu Laporan dan statistika K3
31
diperoleh dari data sekunder yang meliputi tingkat keseringan kecelakaan
(Injury Frequency Rate) dan tingkat keparahan kecelakaan (Injury Saverity
Rate).
Untuk produktivitas kerja karyawan dilihat dari perbandingan
jumlah output dengan input. Dalam menganalisisnya digunakan metode
analisis regresi. Analisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar
pengaruh efektivitas penerapan SMK3 yang dlihat dari segi laporan dan
statistika K3 terhadap produktivitas kerja karyawan. Sedangkan untuk
melihat bagaimana penerapan SMK3-nya digunakan analisis deskriptif. Data
untuk analisis deskriptif ini didapatkan dari kuesioner yang disebarkan
kepada karyawan di P-11 PT ITP. Kuesiner ini disebarkan secara
proporsional random sampling karena P-11 memiliki beberapa departemen,
yaitu Electical Department, Mechanical Department, dan Production
Department. Hal ini dilakukan agar kuesioner menyebar secara merata dan
tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Data sekunder yang diperlukan
untuk melengkapi penelitian ini diperoleh dari arsip perusahaan.
32
Berikut ini merupakan alur pemikiran dari penelitian ini :
Visi dan Misi PT ITP, Tbk
Strategi Plant 11 PT ITP, Tbk
Kebijakan Program SMK3
Gambar 4. Kerangka pemikiran operasional
Efektivitas Penerapan SMK3 di Plant 11
Diterapkan dengan enam faktor K3
1) Pelatihan Keselamatan Kerja
2 ) Publikasi Keselamatan Kerja Analisis per-
3) Kontrol Terhadap Lingkungan Kerja sepsi dengan
4) Inspeksi dan Disiplin kuesioner
5) Peningkatan Kesadaran K3
Analisis Deskriptif
Analisis Pengaruh dengan Regresi
6) Laporan dan
Statistika K3
a) Injured Frequency
Rate/Tingkat
Keseringan
Kecelakaan
b) Injured Severity Rate/
Tingkat Keparahan
Kecelakaan
Produktivitas Kerja Karyawan Plant 11
Potensi kecelakaan yang tinggi di P-11
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di Plant 11
PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. yang tepatnya terletak di Jalan
Mayor Oking Jaya Atmaja Citeureup Bogor. Pemilihan perusahaan
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa adanya
kesediaan pihak perusahaan untuk memberikan informasi dan data yang
diperlukan sesuai dengan penelitian, serta bahwa perusahaan yang
bersangkutan merupakan salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia
bahkan di Asia Tenggara, dimana sumber daya manusianya merupakan salah
satu aset terpenting dalam proses produksi perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan perlu memperhatikan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan yang merupakan salah satu faktor dalam mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan. Hal ini haruslah dicapai agar perusahaan
memiliki sumberdaya manusia yang memiliki produktivitas kerja yang
tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai
Februari 2008.
4.2. Jenis dan Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui proses
wawancara, pengisian kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan
mengenai pelaksanaan SMK3 di PT ITP. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari literatur, jurnal, dan catatan-catatan manajeman
perusahaan.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan degan cara observasi, wawancara
dan penyebaran kuesioner. Observasi dilakukan untuk memperoleh data
yang relevan di lapangan, untuk pelaksanaan SMK3 dan pengaruhnya
terhadap produktivitas di P-11 PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
34
Dalam hal ini dilakukan pencatatan secara sistemik mengenai
produktivitas kerja karyawan, perilaku, dan kejadian yang dianggap
relevan di lapangan.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan menggunakan
tanya jawab dan bertatap muka dengan responden secara langsung.
Wawancara dilakukan dengan menggali lebih dalam tentang SMK3 dan
produktivitas karyawan, serta seberapa besar kesadaran karyawan akan
pentingnya penerapan SMK3 sehingga menjadikan tempat kerja menjadi
lebih aman dan nyaman. Oleh karena itu, wawancara dilakukan kepada
pihak-pihak yang mengetahui perkembangan SMK3 dan produktivitas
karyawan di lapangan seperti Safety Department, Plant Manager, dan
pimpinan unit kerja lainnya.
Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang menggunakan
daftar pernyataan. Isi dari kuesioner berupa pernyataan mengenai fakta
penerapan dan pelaksanaan SMK3 yang diberlakukan oleh PT ITP.
Kuesioner ini akan disebarkan kepada karyawan yang bekerja di P-11 PT
ITP yang diambil secara proposional random sampling. Bentuk
kuesioner dengan empat tipe pilihan jawaban yaitu sangat tidak setuju,
tidak setuju, setuju, dan sangat setuju dengan metode skala Likert.
Menurut metode Slovin, jumlah sampel yang diperlukan adalah
sebanyak 133.33 orang ≈ 134 orang dengan tingkat kesalahan 5% dan
jumlah populasi sebanyak 200 orang. Rumus Slovin yang digunakan
adalah
. ...........................................(1)
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : tingkat kesalahan (error)
N
n =
1 + Ne2
35
Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk mengumpulkan
data yang berkaitan dengan SMK3, produktivitas, kecelakaan kerja, dan
sebagainya yang dapat melengkapi data untuk penelitian ini. Data
sekunder diperoleh dari arsip data perusahaan dan berbagai literatur, baik
berupa buku yang memuat teori-teori, hasil penelitian terdahulu, serta
pencatatan data yang sudah ada di perusahaan. Data sekunder yang
berupa arsip perusahaan diperlukan karena pada penelitian ini dilakukan
perbandingan data yang berkaitan dengan SMK3 dan produktivitas pada
sebelum dan sesudah diterapkan SMK3 di PT ITP terutama di P-11.
4.3. Pengolahan dan Analisis Data
4.3.1. Skala Likert
Empat pilihan jawaban kuesioner untuk penelitian ini menggunakan
skala Likert. Dimana skala ini digunakan untuk mengetahui penilaian
seseorang terhadap sesuatu. Pilihan jawaban yang digunakan yaitu :
a. Sangat tidak setuju = 1
b. Tidak setuju = 2
c. Setuju = 3
d. Sangat setuju = 4
Setiap jawaban dari responden dalam kuesioner diberikan skor. Cara
menghitung skor rataan adalah sebagai berikut :
∑ ( Xi . ni) x = ..........................................(2)
n Keterangan :
x = skor rataan
ni = jumlah jawaban responden untuk skor i
X i = skor nilai jawaban responden i
n = jumlah responden
Selanjutnya menggunakan rentang skala penilaian untuk menentukan
posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor. Setiap
skor alternatif yang terbentuk dari teknik skala peringkatan terdiri dari
36
kisaran antara 1 hingga 4 yang menggambarkan posisi yang sangat
negatif ke posisi yang sangat positif, kemudian dihitung rentang skala
dengan rumus sebagai berikut:
R (skor) Rs = ..............................(3)
M
Keterangan :
R (skor) = skor terbesar – skor terkecil
M = banyaknya kategori skor
Nilai skor rata-rata (Rs) yang didapatkan adalah 0,75. Angka ini
diperoleh dari hasil perhitungan:
Rs = 4 – 1 = 0,75
4
Nilai skor rataan diperoleh dari perkalian antara bobot nilai jawaban
berdasarkan skala dengan jumlah jawaban responden, kemudian dibagi
dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka
posisi keputusan penilaian memiliki rentang skala yang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Posisi Keputusan Penilaian
Skor Rataan Keterangan
1,00 - 1,75 Sangat tidak setuju
1,75 - 2,50 Tidak setuju
2,50 - 3,25 Setuju
3,25 - 4,00 Sangat Setuju
Interpretasi untuk tiap posisi tersebut adalah
1. Jika nilai skor rataan yang dihsilkan berada pada rentang 1,00-1,75
maka pelaksanaan SMK3 dinyatakan sangat tidak baik
37
2. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang 1,75-2,5
maka pelaksanaan SMK3 dinyatakan tidak baik
3. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang 2,5-3,25
maka pelaksanaan SMK3 dinyatakan baik
4. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang 3,25-
4,00 maka pelaksanaan SMK3 dinyatakan sangat baik
4.3.2. Uji Validitas
Kuesioner dibuat untuk mengetahui pendapat dan fakta yang
dirasakan responden mengenai efektifitas penerapan SMK3 di P-11 PT
ITP. Sebelum kuesioner disebar dilakukan suatu uji validitas. Uji
Validitas dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana data yang
ditampung pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin
diukur. Langkah-langkah dalam mengukur validitas kuesioner yaitu
mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang diukur,
melakukan uji coba pengukur tersebut pada sejumlah responden,
mempersiapkan tabel tabulasi jawaban, menghitung nilai korelasi
antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total memakai
rumus teknik korelasi.
Korelasi ini digunakan untuk menganalisis kekuatan hubungan
antara peubah-peubah. Dalam penelitian ini, peubah-peubah tersebut
adalah Produktivitas kerja karyawan sebagai peubah tidak bebas (Y)
dan penerapan SMK3 sebagai peubah bebas (X). Menurut Umar
(2003), untuk menghitung analisa korelasi digunakan rumus :
....................(4)
n∑xy – (∑x) (∑y) r =
( n∑x2-(∑x)2)(n∑y2 – (∑y)2)
38
keterangan :
r : koefisien korelasi
n : ukuran contoh
Y : Peubah tidak bebas (Produktivitas kerja karyawan)
X : Peubah bebas ( Penerapan SMK3)
Dari koefisien yang diperoleh didapatkan hubungan -1 ≤ r ≥ +1,
yaitu r = -1, maka dinyatakan ada hubungan linear sempurna tidak
langsung antara X dan Y, r = 0 dinyatakan tidak ada hubungan linear
antara peubah X dan Y, r = +1 dinyatakan ada hubungan linear
sempurna langsung antara X dan Y.
4.3.3. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan setelah uji validitas, dimana
reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat
pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. (Umar, 2003). Teknik
pengukuran reliabilitas yang digunakan adalah teknik Alpha Cronbach,
dengan rumus sebagai berikut :
k ∑σb2
r11 = 1-
k-1 σt2 ....................................(5)
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
∑σb2 = jumlah varians butir
σt2 = varians total hasil pengukuran
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran dapat dipercaya/diandalkan untuk dijadikan sebagai alat
ukur penelitian. Hasil uji reliabilitas dihitung dengan bantun software
SPSS 13.0 for Windows. Hasil pengukuran reliabilitas menyatakan
39
bahwa kuesioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk dijadikan
alat ukur pada penelitian ini.
4.3.4. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan sebagai alat analisis
statistik untuk meneliti variabel-variabel bebas yang berpengaruh
terhadap variabel terikat, dimana jumlah variabel bebasnya lebih dari
satu (Siregar, 2004). Variabel bebas pada penelitian ini adalah
efektivitas penerapan SMK3 yang dilihat dari IFR dan ISR. Variabel
terikatnya adalah produktivitas kerja karyawan. Bentuk umum dari
persamaan regresi linear menggunakan lambang Y untukvariabel
terikat dan lambang X untuk variabel bebas.
Rumus yang digunakan dalam analisis regresi ini adalah seperti
yang dikemukakan oleh Umar (2003), yaitu ;
………….........……(6) .
Keterangan:
Y : Peubah tidak bebas (produktivitas kerja karyawan)
a : Konstanta
b : Koefisien arah garis regresi
X1 : Tingkat Keseringan Kecelakaan (Injured Frequency Rate-IFR)
X2 : Tingkat Keparahan Kecelakaan (Injured Severity Rate-ISR)
ξ1 : Standar galat
n : Contoh
Koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linear dapat dihitung
sebagai berikut :
......................................................... ................................(7)
Y = a + b1X1+b2X2 +ξ1
a = (∑y) (∑x2) – (∑x)( ∑xy)
n ∑x2 - (∑x)2
40
...........................................(8)
4.3.5. Analisis Kecelakaan
Laporan Analisa Kecelakaan Kerja diklasifikasikan menurut
cidera ringan, cidera berat, fatality, property damage. Perhitungan
yang dilakukan PT ITP untuk mengetahui tingkat statistik kecelakaan
kerja yaitu :
a. Tingkat Keseringan Kecelakaan ( Injury Frequency Rate)
Digunakan untuk menghitung seluruh jumlah kejadian kecelakaan
akibat kerja untuk setiap juta jam manusia (man hours) dengan
rumus :
IFR = Jumlah Kecelakaan (Lost time > 2 hari) x 1.000.000...... (9)
Jumlah Jam Kerja
b. Tingkat Keparahan Kecelakaan (Injury Severity Rate)
Digunakan untuk menghitung tingkat keparahan kecelakaan yang
terjadi yang dihitung berdasarkan jumlah hari yang hilang untuk
satu juta jam kerja manusia. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
ISR = Jumlah Waktu Yang hilang x 1.000.000 ............(10)
Jumlah jam kerja
4.3.6. Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan
Produktivitas tenaga kerja merupakan hal yang sangat menarik,
sebab mengukur hasil-hasil tenaga kerja manusia dengan segala
masalah-masalah bervariasi khususnya pada kasus-kasus di negara
berkembang. Pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana
manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi
(Sinungan, 2005). Ukuran produktivitas rata-rata setiap karyawan
secara kuantitatif didasarkan hasil produksi (output) tiap tahun dengan
n∑yx – (∑x)( ∑y) b = n ∑x2 - (∑x)2
41
jumlah tenaga kerja dan jumlah hari kerja sebagai input (Rahmawati
dan Rahmawati, 2007)
Tingkat produktivitas karyawan dapat dihitung dengan rumus :
..........................................(11)
Keterangan :
P = tingkat produktivitas tenaga kerja
O = tingkat output/hasil produktivitas (ton)
I = Tingkat Input / jumlah jam kerja x jumlah tenaga kerja (Man-
Hours Of Work)
O P = I
V. PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
5.1.1. Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Pada awalnya Perseroan bermulai dari PT Distinc Indonesia
Cement Interprice pada tahun 1973. Produksi komersial pertama
dilakukan pada 4 Agustus 1975 dengan kapasitas terpasang 500.000
ton/tahun dengan merk dagang "Cap Tiga Roda" yang kemudian
pabrik ini disebut Plant 1 yang merupakan awal berdirinya PT
Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.
Sejalan dengan bertambahnya kebutuhan semen di Indonesia,
pabrik semen "Tiga Roda" ikut meningkatkan produksinya dengan
mendirikan pabrik atau Plant yang baru dalam waktu 12 tahun yang
dikelola enam perusahaan. Enam perusahaan yang semula
produsen/pengelola semen Indocement cap "Tiga Roda" tersebut
adalah
1. PT. Distinc Indonesia Cement Enterprise (PT. DICE)
Perusahaan ini memiliki Plant 1 dan 2 yang masing-masing
mempunyai kapasitas terpasang 500.000 ton/tahun. Plant 1
mulai beroperasi tanggal 18 Juli 1975, sedangkan Plant 2 mulai
beroperasi tanggal 14 Juli 1975 dan diresmikan pada tanggal 5
Agustus 1975
2. PT. Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PT. PICE)
Perusahaan ini memiliki Plant 3 dan 4. Kapasitas produksi
masing-masing plant terpasang 1.000.000 ton/tahun. Plant 3
mulai beroperasi tanggal 26 Oktober 1978, sedangkan Plant 4
mulai beroperasi tanggal 17 November 1980.
3. PT. Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PT.
PIICE)
Perusahaan ini memiliki Plant 5, hasil produksinya berupa
semen putih dengan kapasitas terpasang 200.000 ton/tahun.
Plant 5 diresmikan tanggal 16 Maret 1981.
43
4. PT. Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PT.
PAUICE)
Perusahaan ini memiliki Plant 6 yang mulai beroperasi bulan
September 1983 dengan kapasitas terpasang 1.500.000
ton/tahun.
5. PT. Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PT.
PIAICE)
Perusahaan ini memiliki Plant 7 yang mulai beroperasi
tanggal 16 Desember 1984 dengan kapasitas 1.500.000
ton/tahun
6. PT. Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (PT.
PAMICE)
Perusahaan ini memiliki Plant 8 yang mulai beroperasi pada
tanggal 16 Juli 1985 dengan kapasitas 1.500.000 ton/tahun.
Pada akhirnya perusahaan-perusahaan tersebut bergabung
menjadi satu perusahaan dengan nama PT Indocement Tunggal
Prakarsa tanggal 1 Januari 1985 dan disahkan oleh Departemen
Kehakiman dengan Keputusan No. C2-2867.HT.01.Th85. PT.
Indocement Tunggal Prakarsa melakukan go-public berdasarkan surat
izin Menteri Keuangan RI No. SI-062/SHM/MK-10/89 tertanggal 16
Oktober 1989. Hal ini dilakukan dengan jalan menjual 59.000.100
lembar sahamnya kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp. 1000,-
per sahamnya melalui proses :
1. Masa penawaran tanggal 30 November 1989 sampai dengan 10
Desember 1989
2. Tanggal akhir penjatahan 20 November 1989
3. Tanggal pengembalian uang 23 November 1989
4. Tanggal pencatatan pada bursa efek di Indonesia 5 November
1989
Selanjutnya pada tahun 1991 PT Indocement Tunggal Prakarsa,
Tbk mengakuisisi pabrik semen Cirebon dari PT Tridaya Manunggal
44
Perkasa Cement (TMPC) untuk dijadikan sebagai Plant 9 yang
berlokasi di Palimanan. Di Cirebon dibangun juga Plant 10 dengan
kapasitas 1.200.000 ton/tahun yang baru diresmikan pada tahun 1997.
Untuk memenuhi permintaan konsumen, maka dibangun Plant 11
yang berkapasitas 2.400.000 ton/ tahun di Citeureup yang diresmikan
pada tahun 1999.
Namun tiga tahun sebelum Plant 10 dibangun, di daerah Tarjun
Kalimantan Selatan didirikan pabrik yang berada di bawah PT
Kodeco Cement yang merupakan joint venture antara Indocement
(51%), Korea Devt. Co. (46%), dan Marubeni Corp. (3%). Kapasitas
dari pabrik ini adalah sebesar 2.400.000 ton/tahun. Akhirnya pada 20
Oktober 2000 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa diputuskan bahwa anak perusahaaan PT Indo Kadeco Cement
langsung berada di bawah operasional PT Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk dan dinamakan Plant 12.
Besarnya kapasitas produksi yang dihasilkan PT ITP, maka
PT ITP membuka jalan untuk melakukan ekspor. Namun sebelum
ekspor itu dilakukan, PT ITP perlu menstandarkan mutu produknya.
Maka pada tahun 1994, PT ITP menerapkan Total Quality
Management (TQM) untuk meraih ISO 9001. Inti dari TQM ini
adalah pengendalian atas mutu yang dilakukan sejak awal proses
hingga hasil akhirnya.
Pada awal 1995, sertifikat ISO 9001 berhasil diraih oleh PT
ITP dari SGS Surveyor International yang kemudian diaudit ulang
setiap 3 tahun sekali. Karena penerapan TQM ini melibatkan seluruh
SDM yang dimilikinya, maka diterapkan pula Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) agar SDMnya tetap bisa
memenuhi standar, tetap sehat dan selamat dalam bekerja. Sertifikat
untuk menilai bahwa SMK3 ini tetap berada pada standarnya adalah
sertifikat OHSAS yang dikeluarkan oleh badan standar International.
45
Sertifikat ini diperoleh tahun 2000 dan diaudit minimal 2 tahun
sekali.
Selanjutnya PT ITP, menyiapkan penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) dan berhasil meraih ISO 14001 pada
23 Oktober 2002 yang diberikan SGS Switzerland SA. Selain itu, PT
ITP juga memperoleh ISO 17025 untuk standarisasi pengelolaan
labolatorium pada tahun 2005 yang diberikan oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN). SNI yang merupakan sertifikat untuk
produk-produk yang diproduksi oleh Indonesia sebagai simbol
bahwa produk tersebut telah layak digunakan.
5.1.2. Visi dan Misi PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
Visi PT ITP terdiri dari tiga periode pembangunan lima tahun, yaitu :
1. Periode pemantapan / konsolidasi 2001-2005
PT ITP menjadi pemimpin pasar domestik berkualitas di industri
semen
2. Periode diversifikasi /pengembangan usaha 2006-2010
PT ITP menjadi pemimpin pasar domestik di industri bahan
bangunan
3. Periode pertumbuhan 2011-2015
PT ITP menjadi perusahaan bahan bangunan terkemuka di
ASEAN
Misi PT ITP, yaitu :
1. Kepemimpinan dalam pasar domestik dan bisnis dasar terkait
a. Memproduksi produk berkualitas baik dengan harga yang
bersaing
b. Menghasilkan bahan yang dapat menguntungkan para
pemegang saham
c. Memberikan masukan terhadap perkembangan ekonomi
Indonesia
46
2. Good Corporate Citizen
a. Menyediakan kesempatan yang besar bagi kesuksesan dan
perkembangan karyawan
b. Mempromosikan sebuah lingkungan yang bersahabat dan
masyarakat sehat di sekitar pabrik
5.1.3. Struktur Organisasi PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.
Untuk menjaga kelancaran dan kontinuitas pabrik dapat
dilakukan melalui struktur organisasi yang baik. Organisasi
perusahaan disusun sebagaimana layaknya suatu badan usaha yang
membagi-bagi unit dalam organisasi secara fungsional. Anggaran
dasar yang mengatur tata kerja dalam perseroan telah disusun dan
telah memperoleh pengesahan dari Departemen Kehakiman pada 19
Juni 1987.
Berikut ini merupakan uraian mengenai masing-masing
bagian yang terdapat dalam struktur organisasi PT ITP, Tbk, sebagai
berikut :
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
perusahaan. Tugas dan fungsi dari RUPS untuk menentukan garis
besar kebijakan yang menyangkut kegiatan dan masa depan
perusahaan menerima pertanggungjawaban dari dewan komisaris
dan dewan direksi, menyangkut dan memberhentikan pengurus
serta untuk mengembangkan dan membubarkan perusahaan.
2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris merupakan wakil pemegang saham yang
menjadi sumber pokok pikiran dan kebijakan perusahaan. Dewan
ini mengawasi pelaksanaan tugas dari dewan direksi yang telah
digariskan dalam RUPS. Selain itu, Dewan Komisaris juga
mengangkat dan memberhentikan Dewan Direksi, mengesahkan
47
anggaran belanja perusahaaan, serta mengawasi jalannya
perusahaan.
3. Dewan Direksi
Dewan Direksi merupakan pimpinan tertinggi dalam operasi
perusahaan sehari-sehari yang berfungsi mewakili RUPS baik di
dalam maupun di luar perusahaan. Tugasnya adalah untuk
menyusun dan melaksanakan anggaran belanja perusahaan serta
mengelola dan mengembangkan jalannya perusahaan.
4. General Manager Corporate
Tugas dari General Manager adalah untuk mengkoordinir
pengelolaan operasional plant dan divisi penunjang serta
menyusun dan melaksanakan anggaran belanja pabrik.
5. Plant / Division Manager
Manajer Plant bertugas untuk mengkoordinir pengelolaan
operasional department head dan bawahannya, serta menyusun
dan melaksanakan anggaran dan belanja plant divisinya.
6. Department Head
7. Planner / Inspector / Superintendent
8. Foreman
9. Pelaksana
Pada struktur organisasi PT ITP, RUPS merupakan penguasa
tertinggi perusahaan. Bagian kegiatan operasional dipimpin langsung
oleh dewan direksi yang terdiri dari 9 orang termasuk satu direktur
utama dengan tugas melaksanakan kebijakan yang digariskan di
dalam RUPS. Dalam melaksanakan kegiatan eksekutif sehari-hari,
diangkat Plant Coordinator dan Division Manager. Plant Coordinator
ini membawahi Quality System Management Office, Community
Development Office, dan juga bertugas mengkoordinir pengelolaan
operasional Plant dan Divisi penunjang, menyusun dan
melaksanakan anggaran belanja pabrik. Sedangkan Plant atau
Division Manager bertugas untuk mengkoordinir pengelolaan
48
operasional yang berada dibawah Departement Head, menyusun, dan
melaksanakan anggaran belanja Plant atau Divisinya.
PT ITP mempunyai divisi-divisi yang membantu perusahaan
dalam mencapai target yang telah ditetapkannya. Divisi-divisi
tersebut antara lain adalah:
1. Technical Service Division (TSD)
Unit pabrikasi dan perbaikan mesin ini bertugas untuk
melakukan perbaikan mesin, pembuatan dan penyediaan suku
cadang mesin atau alat produksi. Unit ini bekerja berdasarkan
pesanan dari cement unit division atau plant.
2. Paper Bag Division (PBD)
Divisi ini bertugas dalam pembuatan kantong semen yang
dibagi menjadi dua tahap yaitu proses tubing (merupakan tahap
pembuatan kantong semen yang masih terbuka ujungnya
menjadi bentuk kantong) dan proses sewing (merupakan proses
penjahitan)
3. Corporate Human Resources Development Division (CHRDD)
Bertugas membuat organisasi yang efektif, efisien, dan terpadu
serta mengembangkannya dengan pengadaan maupun
pengembangan tenaga kerja, mengadakan penelitian,
pengangkatan, pengembangan produktivitas organisasi dan
tenaga kerja dalam mencapai produktivitas yang optimal.
4. Supply Division
Bertugas menyediakan penyimpanan dan pengeluaran barang
atau material yang digunakan oleh semen plant/divisi
5. Quality Assurance & Research Development (QARD)
Bertugas menjamin mutu bahan-bahan yang digunakan dan
produk yang dihasilkan secara analisa fisika dan kimia.
6. Human Resources & General Affairs Department (HR&GAD)
Bertugas mengurus administrasi seluruh karyawan pabrik.
Dalam hal ini ada ikatan perjanjian antara PT ITP dengan
49
serikat buruh yang meliputi aturan kerja, hak dan kewajiban
karyawan, penggajian, jaminan sosial, dan sebagainya.
7. Mining Division
Bertanggung jawab dengan menyediakan bahan baku produk
pabrik dengan melakukan penambangan dan penggalian bahan
di Quarry yang berupa limestone dan additive material
8. Utility Division
Bertanggung jawab terhadap penyediaan listrik perusahaan.
Utility Division ini mempunyai dua lokasi power plant yaitu
Power Plant I dan Power plant II. Kedua Power Plant ini
kekuatan yang bertambah besar dari waktu ke waktu karena
daya listrik yang diperlukan perusahaan sangat besar.
9. Safety & Security Division (SSD)
Bertanggung jawab akan keselamatan kerja karyawan serta
keamanan lingkungan kerja di PT ITP ini.
10. Quality System and Management Representative Division
(QSMR)
Bertanggung jawab untuk menetapkan, menerapkan dan
memelihara mutu SMK3 dan memastikan semua persyaratan
yang telah disetujui berjalan sesui dengan standarnya. Selain
itu, QSMR juga berperan dalam melakukan audit internal dan
audit eksternal.
Selain 10 divisi penunjang di atas, masih ada beberapa divisi
penunjang di PT ITP. Divisi-divisi tersebut adalah Alternatif Fuel
and Raw Material (AFR), General Engineering and Construction
Division (GECD), HTC, BCTD.
5.1.4. Proses Produksi Semen
Proses produksi semen dilakukan melalui beberapa tahapan.
Tahapan dalam pembuatan semen dilakukan secara otomatis dan
sepenuhnya dilakukan oleh mesin. Sedangkan manusia berperan
50
dalam pengoperasian mesin-mesinnya. Tahapan-tahapan
pemroduksian semen tersebut adalah :
1. Penambangan dan penyediaan bahan baku (Quarrying)
Proses penambangan dan penyediaan bahan baku bertujuan
untuk menyediakan bahan baku berupa batu kapur, tanah liat,
pasir besi, dan pasir silika.
2. Pengeringan dan penggillingan bahan baku (Drying &
Grinding)
Proses ini bertujuan untuk mengeringkan bahan baku hingga
kadar air 1%, menggiling bahan baku hingga berukuran 90
mikron, mencampur bahan baku sesuai dengan yang diinginkan,
dan memperoleh campuran yang lebih homogen. Setelah bahan
baku sudah digiling dan bercampur, bahan tersebut dikirim
dengan separator untuk pemisahan ukuran kemudian di kirim ke
raw mill silo untuk proses pengadukan yang lebih merata.
3. Pembakaran dan Pendinginan Klinker (Kiln Burning & Cooling)
Proses pembakaran bahan baku untuk membentuk clinker dalam
proses produksi semen merupakan tahap terpenting. Proses
pembakaran bahan baku ini dilakukan dengan suhu 200°C-
1000°C dalam suspension preheater. Setelah itu, material
dikirim ke rotary kiln untuk proses pembakaran inti dengan
suhu ± 900°C -1450°C. Material yang sudah melewati tahap ini
disebut clinker. Clinker panas akan didinginkan secara
mendadak ke dalam alat AQC (Air Qinching Cooler) sehingga
suhunya menurun dari 1200°C menjadi 50°C – 100°C. Clinker
yang dihasilkan memiliki diameter 1-2 cm dan merupakan
bahan setengah jadi.
4. Penggilingan Akhir (Finish Grinding)
Pada proses ini dilakukan penggilingan clinker di dalam cement
mill dan penambahan aditif agar menjadi semen yang memenuhi
51
syarat kehalusan. Kehalusan semen adalah salah satu penentu
utama dari semen yang dihasilkan.
5. Pengantongan (Packing)
Produk semen yang keluar dari cement mill disimpan di silo.
Kemudian semen dari silo di angkut menuju Hopper dengan
menggunakan Air Slide dan Bucket Elevator. Semen yang halus
akan terpisah dan masuk ke dalam Hopper, kemudian dialirkan
ke dalam rotary packer. Semen-semen tersebut akan dikemas
dalam kantong semen yang berukuran 40 kg, 50 kg, dan big bag
(1 ton). Setelah semen selesai dikemas, semen diangkut oleh
belt conveyor ke atas truk pengangkutan.
Gambar 5. Proses Pembuatan Semen
5.1.5. Bidang Usaha
Produk semen "Tiga Roda" selain dikemas dalam bentuk zak
atau ukuran 50 kg, dikemas juga dalam ukuran 1 ton. Semen "Tiga
Roda" juga menjual semen dalam bentuk tanpa kantong dan
penjualan kerak semen (biasa disebut clinker) untuk pabrik semen
lainnya. Jenis-jenis semen yang diproduksi oleh PT ITP adalah
1. Semen Portland Tipe I sebanyak 94,3 %
52
Digunakan untuk bangunan perumahan, gedung bertingkat,
jembatan, jalan raya, dan dapat digunakan sebagai bahan baku
komponen bangunan seperti asbes, ubin, batako, paving block,
eternit, dan sebagainya.
Standar yang digunakan : SNI 15-1094-1994 (Indonesia)
ASTM-C 150-95 (Amerika)
BS 12 1989 (Inggris)
2. Semen Portland Tipe II sebanyak 0,08 %
Digunakan untuk bangunan yang memerlukan ketahan terhadap
sulfat sedang dan terhadap panas hidrasi rendah, misalnya
konstruksi beton bendungan dan bangunan di rawa.
Standar yang digunakan : SNI 15-2094-1994 (Indonesia)
ASTM-C 150-95 (Amerika)
3. Semen Portland Tipe V sebanyak 0,02 %
Digunakan untuk proyek-proyek khusus dengan ketahanan
terhadap sulfat tinggi, misalnya untuk tiang pancang, konstruksi
bangunan di daerah gambut, bangunan di daerah yang
mempunyai kandungan sulfat tinggi, bangunan tepi laut, dan
lain-lain.
Standar yang digunakan : SNI 15-2094-1994 (Indonesia)
ASTM-C 150-95 (Amerika)
4. Semen Putih sebanyak 1,3 %
Merupakan semen yang memiliki kadar Fe2O3 sangat rendah
dan gypsum yang memerlukan presentase whitening sebesar
90% yang digunakan untuk pembuatan ubin teraso, patung-
patung, dan barang-barang dekorasi lainnya. Digunakan juga
sebagian bahan pengisi lantai atau tembok.
Standar yang digunakan : SNI 15-2094-1994 (Indonesia)
5. Semen Sumur Minyak sebanyak 0.3 %
Digunakan untuk koonstruksi sumur minyak, baik yang di darat
maupun yang di lepas pantai.
53
Standar yang digunakan : API spesification 10 A
Class G-High Sulfate Resistant
(HSR)
SNI 15-3044-1992 kelas G
6. Semen Pozzolan Tipe A sebanyak 4,0 %
Digunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan beton
5.1.6. Hubungan Ketenagakerjaan Antara PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk dan Karyawan
Salah satu bentuk hubungan ketenagakerjaan yang ada di PT.
ITP adalah dengan dirumuskannya Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
yang merupakan sarana penghubung antara perusahaan dan pekerja
dalam menetapkan syarat-syarat kerja yang seimbang antara hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Hal ini dilakukan sebagai upaya
untuk menciptakan ketertiban, kenyamanan, dan bekerja agar tercipta
masyarakat pekerja yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 sebagaimana layaknya tujuan pembangunan nasional.
Beberapa hal pokok yang diatur dalam PKB pada PT ITP
antara lain adalah :
1. Penerimaan Karyawan
Penerimaan karyawan harus berdasarkan kualifikasi yang
diperlukan untuk suatu pekerjaan atau jabatan dalam organisasi
perusahaan dan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
tersendiri oleh perusahaan. Setelah syarat-syarat dipenuhi,
maka calon karyawan dapat diterima dan akan dipekerjakan
dengan masa percobaan paling lama 3 bulan.
2. Pengupahan
Sistem pengupahan pada PT ITP merupakan suatu sistem yang
mengatur tentang pengupahan karyawan yang merupakan
kewenangan Direksi yang tetap memperhatikan saran Serikat
Kerja dan dalam sistem pelaksanaan pembayaran upahnya
54
ditentukan tersendiri sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Penetapan upah merupakan hasil rundingan antara Direksi
dengan Serikat Pekerja. Penetapan upah ini tetap
memperhatikan kebutuhan hidup layak, kondisi perusahaan,
serta disesuaikan dengan bobot pekerjaan, dan ditambahkan
dengan beberapa tunjangan seperti tunjangan prestasi,
pengabdian, tunjangan transportasi, tunjangan perumahan, dsb.
3. Jam kerja
Terdapat tiga sistem jam kerja pada PT ITP dimana terdapat
normal, jam kerja 3 shift, dan jam kerja 2 shift terdiri dari 5
hari kerja, 8 hari kerja dan 40 jam kerja seminggu, kecuali ada
pekerjaan yang memerlukan pengaturan lain. Seperti jam kerja
lembur yang diwajibkan dalam keadaan khusus. Karyawan
yang melaksanakan jam kerja lembur, akan mendapat surat
perintah kerja lembur dari atasannya masing-masing.
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja setiap
karyawan diwajibkan untuk mentaati semua peraturan yang
telah ditetapkan agar karyawan bisa selalu sehat dan selamat.
Dalam perusahaan terdapat pengawas K3 untuk mengawasi
pelaksanaan peraturan tentang K3. Untuk menunjangnya,
perusahaan membentuk P2K3 dan Sub P2K3 di setiap
plant/divisi. Untuk memberikan perlindungan kepada
karyawan, perusahaan memberikan perlengkapan K3 berupa
pakaian seragam kerja, sepatu keselamatan kerja, alat
pelindung diri, dan sebagainya.
5. Tata Tertib Karyawan
Dalam tata tertib perusahaan terdapat kewajiban dan larangan
bagi setiap karyawan. Dimana kewajiban karyawan antara lain
bertanggung jawab penuh atas pekerjaan dan peralatan kerja
yang dibebankan atau dipercayakan kepadanya dan karyawan
55
pun diwajibkan membaca, mengikuti, memperhatikan, dan
mentaati semua pengumuman yang dikeluarkan oleh
perusahaan, sejauh tidak menyimpang dari PKB ini.
6. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
PHK diatur berdasarkan peraturan serta perundang-undangan
yang berlaku yang pelaksanaannya dirundingkan dengan
Serikat Pekerja melalui Bipartic. PHK ini meyebabkan
hilangnya hak atas status seorang karyawan. Penyebabnya
antara lain karena kemauan sendiri, meninggal dunia,
pemutusan oleh perusahaan dengan izin P4D/P4P. Sedangkan
penyebab lainnya adalah karena sedang dijatuhi hukuman atas
pemutusan pengadilan dan kelanjutan proses skorsing.
7. Penyelesaian Keluhan/Pengaduan Karyawan
Apabila karyawan mempunyai keluhan, dapat menyampaikan
pengaduan/keluhannya melalui saluran cara penyelesaian
keluhan dan pengaduan karyawan. Bagi Serikat Pekerja dapat
melakukan pembelaan terhadap karyawan yang terancam
sanksi peringatan III atau PHK. Setiap pengaduan dan keluhan
karyawan pada awalnya harus dibicarakan terlebih dahulu dan
diselesaikan dengan atasannya langsung. Bilamana
penyelesaiannya belum memuaskan, maka dengan persetujuan
atau sepengetahuan atasannya langsung, karyawan dapat
meneruskannya ke tingkat atasan yang lebih tinggi.
5.2. Pelaksanaan SMK3 di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
PT ITP menerapkan SMK3 sejak tahun 2000 dengan
mengimplementasikan SMK3 dengan standar Permenaker No:
05/MEN/1996 dan OHSAS 18001. PT ITP mengkombinasikan keduanya
agar penerapan SMK3-nya bisa diakui secara nasional maupun
internasional. Pelaksanaan SMK3 berdasarkan standar Permenaker No
05/MEN/1996 adalah ketentuan SMK3 secara nasional yang terdiri dari 12
56
pasal dengan 166 kriteria. Sedangkan standar OHSAS 18001:2007
merupakan dasar pelaksanaan SMK3 secara internasional yang terdiri dari
4 elemen dan 52 kriteria (Lampiran 2).
SMK3 diterapkan PT ITP dengan tahapan Siklus Manajemen
Deming, yaitu bersumber dari management control yang selanjutnya
dilakukan Plan, Do, Check, dan Action (PDCA). Berikut ini gambar siklus
Manajemen Deming :
Gambar 6. Deming Management Cycle
Tahapan penerapan SMK3 berdasarkan standar Permenaker
05/MEN/1996 ataupun OHSAS 18001 keduanya menerapkan PDCA, yang
membedakan adalah elemen atau pasal yang mengkaitkannya.
a. Manajemen Control : Penetapan kebijakan yang ditetapkan oleh pihak
manajemen puncak yang mencakup komitmen pada perbaikan
berkelanjutan dan pencegahan, komitmen untuk mentaati peraturan
perundangan yang berlaku.
b. Plan : Perencanaan yang dilakukan dengan mengidentifikasi bahaya,
penilaian risiko dan pengendalian risiko yang mencakup kegiatan rutin
dan tidak rutin, kegiatan semua orang yang memiliki akses ke tempat
MANAGEMENT
CONTROL
PLAN
DO
CHECK
ACTION
57
kerja, fasilitas-fasilitas di tempat kerja. Perencanaan ini diarahkan pada
penyediaan prosedur identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan
pengendalian risiko.
c. Do : melaksanakan dan memverifikasikan kegiatan-kegiatan yang
memiliki dampak pada resiko-resiko K3 atas kegiatan organisasi,
fasilitas-fasilitas, proses-proses, harus didefinisikan,
didokumentasikan, dan dikomunikasikan untuk memfasilitasi
pengelolaan K3.
d. Check : melaksanakan pengukuran, pemeriksaan kesesuaian dan
ketidaksesuaian dengan standar K3 yang diterapkan. Apabila ada
ketidaksesuaian, dilakukan tindakan perbaikan yang diusulkan dan
disesuaikan, namun harus melalui tahapan pengidentifikasian resiko
terlebih dahulu. Tindakan pemeriksaan ini dilakukan agar dapat
mengurangi setiap konsekuensi yang timbul dari kecelakaan, kejadian,
dan ketidaksesuaian.
e. Action : memastikan keberlanjutan kecocokan, kecukupan, dan
keefektifan dari penerapan SMK3 yang ditinjau secara menyeluruh
dari manajemen.
Penerapan SMK3 ini mempunyai manfaat, antara lain :
a. Perlindungan karyawan
Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatannya akan bekerja
lebih optimal dibanding dengan karyawan yang terancam keselamatan
dan kesehatannya.
b. Memperlihatkan kepatuhan terhadap peraturan dan undang-undang
Dengan menerapkan SMK3, setidaknya PT ITP telah menunjukkan
itikad baiknya dalam mematuhi peraturan dan perundang-undangan
sehingga karyawan PT ITP dapat beroperasi normal tanpa menghadapi
kendala ketenagakerjaan.
c. Mengurangi biaya
SMK3 juga melakukan pencegahan terhadap ketidaksesuaian. Dengan
menerapkan sistem ini, PT ITP dapat mencegah terjadinya kecelakaan,
58
kerusakan, atau sakit akibat kerja maka PT ITP tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk hal tersebut.
d. Membuat sistem manajemen yang efektif
Penerapan SMK3 yang efektif akan mengurangi hal-hal yang tidak
sesuai. Dengan adanya sistem manajemen, maka hal-hal yang tidak
sesuai dapat dicegah sebelumnya dengan kompetensi dari SDM yang
semakin meningkat. Dengan begitu, PT ITP dapat berkonsentrasi
melakukan peningkatan terhadap sistem manajemennya dibandingkan
melakukan perbaikan terhadap permasalahan yang terjadi.
e. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Dengan penerapan SMK3, citra organisasi terhadap kinerjanya akan
semakin meningkat dan hal ini diharapkan akan meningkatkan
kepercayaan pelanggan.
Tujuannya dari penerapannya adalah menciptakan lingkungan kerja yang
aman, nyaman, dan bebas dari kecelakaan kerja (zero accident)
5.2.1. Manajememen Organisasi SMK3
SMK3 merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk
menurunkan angka kecelakaan kerja dengan menggunakan tingkat
manajerial. Untuk menunjang penerapan SMK3 ini dibutuhkan
manajemen untuk pengorganisasian penerapan SMK3.
1. Komitmen dan Tanggung Jawab SMK3
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komitmen
atau tanggung jawab yang harus dilakukan oleh semua pihak.
Tanggung jawab SMK3 di PT ITP terbagi atas Tanggung Jawab
Manajemen dan Tanggung Jawab Personal.
59
Gambar 7. Segitiga Tanggung Jawab SMK3
Segitiga tanggung jawab tersebut adalah simbol yang
menunjukkan bahwa perusahaan dan setiap karyawan harus sadar
sepenuhnya bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah
kewajiban dan tanggung jawab bersama. Manajemen selaku
pemimpin perusahaan dan perwakilan karyawan membuat
komitmen mengenai K3. Kemudian setelah dimengerti oleh para
perwakilan karyawan, dilakukan pensosialisasian komitmen
sehingga diharapkan seluruh karyawan dapat berpartisipasi untuk
melaksanakan komitmen yang telah disepakati.
Salah satu bentuk partisipasi PT ITP adalah adanya
himbauan yang disosialisasikan agar setiap karyawan berkewajiban
untuk mentaati cara bekerja dan semua peraturan serta instruksi
keselamatan kerja yaitu:
1. Bertindak secara hati-hati dan teliti untuk menghindari
terjadinya kecelakaan
2. Dilarang memindahkan/melakukan sesuatu yang dapat merusak
alat-alat untuk keselamatan kerja
3. Dilarang melakukan pekerjaan/menghidupkan mesin-mesin
tertentu kecuali yang sudah ditentukan oleh petugas/atasan
yang telah ditunjuk untuk hal tersebut
60
4. Dilarang memanjat bangunan pabrik, mesin, atau cerobong dan
lain-lainnya tanpa seizin dan sepengetahuan atasan
5. Dilarang membuat api/membakar tumpukan-tumpukan sampah
di dalam lokasi pabrik dan sekitarnya terkecuali di tempat-
tempat yang telah ditentukan
6. Dilarang menyalakan rokok/api di dalam ruangan/tempat/
daerah yang telah ditentukan
7. Dilarang memindahkan alat-alat pemadam kebakaran dan alat-
alat yang dipergunakan untuk keadaan darurat dan berbahaya
tanpa seizin Departemen Head yang bersangkutan
8. Dilarang mengubah bentuk alat-alat pengaman
9. Dilarang membawa penumpang/menumpang pada kendaraan
yang bukan khusus untuk penumpang
10. Ketentuan atau peraturan keselamatan kerja lainnya yang lebih
disesuaikan menurut jenis dan kondisi kerja yang akan diatur
tersendiri oleh PT ITP.
2. Organisasi K3
Penetapan peran dan tanggung jawab SMK3 dapat dilihat
dari pembagian aktivitas kerja pada unit-unit K3 yang diterapkan
di PT ITP terdiri atas :
1. Safety Department : pengendalian K3 tingkat perusahaan
2. Health Department : pemantauan dan pengukuran
3. Security Department : pusat pengendalian keadaan darurat
4. Plant / Division : pengendalian K3 di Plant/Division
5. QSMR : Audit dan tinjauan manajemen.
Berikut ini uraian lengkap peran dan tanggung jawab dari
departemen-departemen yang terkait dalam pelaksanaan SMK3 :
61
a. Safety Department
Safety Department merupakan suatu unit kerja yang
bertanggung jawab atas semua hal yang berkaitan dengan
keselamatan kerja. Dalam melaksanakan tugasnya, Safety
Dept. ditunjang oleh 3 section yaitu
1. Operation,
Operation section bertugas dalam merencanakan dan
melaksanakan pelatihan, memberikan pengamanan, dan
inspeksi K3.
2. Fire Brigade,
Fire Brigade section bertugas melaksanakan pencegahan
dan penanggulangan kebakaran, penanganan pola operasi
pemadam kebakaran, serta melakukan pertolongan pertama
pada korban kecelakaan akibat kebakaran. Selain itu,
section ini bertugas untuk memberikan pelatihan
pemadaman kebakaran kepada setiap karyawan.
3. Safety Engineering Group
Safety Engineering Group bertugas dan bertanggung jawab
dalam perencanaan K3, pengolahan data, penyusunan, dan
penyediaan bahan-bahan K3. Section ini membuat
perencanaan K3, dan berbagai kegiatan yang dilaksanakan
menyangkut dengan K3. Perencanaan yang dibuat antara
lain pengadaan kebutuhan peralatan K3 dan sertifikasi,
merencanakan program K3 departemen dan perusahaan,
merencanakan pelatihan K3 tingkat perusahaan. Selain
membuat perencanaan, section ini pun melaksanakan tugas-
tugas yang lain. Tugas-tugas tersebut antara lain
bekerjasama dengan QSMR untuk melakukan audit internal
di tiap plant/divisi, membuat standar prosedur K3 sesuai
dengan referensi, mengevaluasi dan menganalisa kinerja
K3 perusahaan, membuat laporan kinerja K3 (bulanan,
62
semester, tahunan), meninjau ulang prosedur K3, membuat
standar APD, menciptakan, mengembangkan, dan
memperluas standar-standar tanda, petunjuk, serta label K3.
b. Security Department
Section ini bertugas sebagai pusat pengendalian keadaan
darurat yang terjadi di perusahaan. Selain di dalam perusahaan,
Security Dept. pun bertugas untuk mengendalikan keadaan
darurat yang terjadi di lingkungan sekitar dan bekerja sama
dengan pihak pemerintah terdekat untuk membantu saat adanya
keadaan darurat. Situasi yang termasuk dalam keadaan darurat
adalah :
1. Darurat kebakaran
2. Darurat kecelakaan lalu lintas dan industri
3. Darurat banjir tambang dan tanah longsor
4. Darurat bencana alam seperti gempa bumi dan sambaran
petir
5. Darurat pencemaran lingkungan akibat debu atau tumpahan
limbah B3 cair
6. Darurat adanya huru hara
7. Darurat tenggelam di kolam pengendapan lumpur tambang
8. Darurat peledakan mangkir
Untuk menghadapi situasi darurat ini, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan saat situasi darurat :
1. Pada prinsipnya, keadaan darurat harus ditanggulangi
secepatnya dan terkoordinasi
2. Setiap karyawan yang mengetahui keadaan-keadaan darurat
yang termasuk klasifikasi di atas, wajib memberitahukan
segera kepada petugas Safety dan atau Security terdekat
atau kepada atasan yang bersangkutan
63
3. Petugas Safety dan Security akan segera melakukan
tindakan pencegahan dan atau pengendalian
4. Petugas Safety dan Security akan melakukan koordinasi
kepada tim ahli bidang K3
5. Petugas Safety dan Security membuat berita acara kejadian
6. Menghubungi Emergency Call 24 jam.
c. Health Department
Health Department merupakan salah satu unit kerja yang
berada dalam HR&GAD. Departemen ini bertugas untuk
mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kesehatan kerja,
dimana Health Dept. ini juga bertanggung jawab atas poliklinik
yang berada di lingkungan PT ITP. Pada pelaksanaan SMK3,
Health Dept. memberikan peranan yang penting. Dalam setiap
harinya Health Dept. mempunyai aktivitas pokok dalam
bekerja, aktivitas tersebut antara lain :
1. Melaksanakan pemeriksaan prakarya, berkala, dan khusus
bagi karyawan serta tindak lanjutnya,
2. Memberikan pelayanan medis, klinik umum, klinik gigi,
unit gawat darurat, dan observasi pasien, KIA atau KB,
apotik, foto rontgen, laboratorium, dan donor darah bagi
karyawan dan keluarga.
3. Melaksanakan kegiatan administrasi medis: rekam medis,
surat istirahat, surat pengantar konsultasi dan rawat,
pemrosesan dan persetujuan biaya kesehatan, dan kontrak
dengan fasilitas medis langganan perusahaan.
4. Memberikan masukan dan rekomendasi pada perusahaan
serta berperan aktif, terutama dalam kegiatan K3 yang
menyangkut Rapat P2K3 atau Sub P2K3, Inspeksi, dan
Bulan K3,
64
Dalam upaya melaksanakan program kesehatan kerja, Health
Dept. dibantu oleh beberapa section, yaitu Hazard Monitoring
System, Health Care Section, dan Health Service Section.
d. Quality System and Management Representatitive (QSMR)
QSMR merupakan salah satu divisi di PT ITP yang tanggung
jawab utamanya adalah menetapkan, menerapkan, dan
memelihara mutu SMK3 serta memastikan semua persyaratan
yang telah disetujui dapat dijalankan dengan baik. Tanggung
jawab utama tersebut menyangkut dengan penetapan prosedur
audit yang dilaksanakan di PT ITP. QSMR selaku Management
Representative (MR) sangat berperan dalam pelaksanaan audit
internal. Di dalam prosedur audit internal SMK3, tanggung
jawab MR adalah :
1. Memastikan bahwa pelaksanaan audit internal SMK3
direncanakan dengan baik, dilaksanakan dengan efektif,
dan dipelihara secara berkesinambungan
2. Koordinator tim auditor internal SMK3, untuk memastikan
efektivitas pelaksanaan audit.
Tujuan pelaksanaan audit internal oleh MR adalah untuk
mengevaluasi dan mengukur efektivitas penerapan SMK3 di
tiap plant/divisi, serta menjaga kesesuaiannya dengan
kebijakan dan tujuan perusahaan. Jika terdapat ketidaksesuaian,
maka harus dicegah agar tidak berulang.
5.2.2. Model Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Model SMK3 yang diterapkan di PT ITP dapat ditunjukkan
dalam Gambar 8.
65
Gambar 8. Model SMK3 PT ITP
1. Kebijakan Lingkungan
PT ITP yang mengadopsi OHSAS 18001 dan
Permenaker No. 05/MEN/1996 telah membuat sebuah
kebijakan khusus tentang SMK3 yaitu :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keamanan, Lingkungan
dan Masyarakat (K4LM) :
1) Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi
undang-undang, peraturan yang berlaku di Indonesia dan
standar yang relevan
2) Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan
pengendalian resiko untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman, selamat, dan sehat
3) Senantiasa berupaya untuk menghemat sumber daya alam,
mengutamakan keselamatan, keamanan, dan kesehatan
kerja, serta mengendalikan dan mengurangi dampak
lingkungan (terutama emisi debu) melalui kegiatan
perbaikan secara terus menerus
66
4) Senantiasa berusaha meningkatkan program untuk
menciptakan hubungan kerja sama yang harmonis dengan
lingkungan sekitar
Manajemen PT ITP sudah menyadari bahwa
pelaksanaan K3 tidak hanya untuk kebaikan karyawan, tetapi
juga bermanfaat untuk perusahaan secara keseluruhan. Hal ini
dapat dilihat dari adanya komitmen manajemen dalam bentuk
segitiga tanggung jawab, adanya dokumentasi secara resmi
dalam bentuk kebijakan umum maupun rencana kerja tertulis.
Selain itu perusahaan juga membuat kebijakan dan kesepakatan
yang disebut Safety Golden Rules, (Lampiran 3).
2. Perencanaan SMK3
Pada tahap perencanaan SMK3, hal yang perlu
dilakukan adalah pengidentifikasian bahaya potensial dan
eveluasi risiko, pengidentifikasian undang-undang dan
persyaratan lainnya, membuat tujuan dan sasaran K3,
menerapkan program manajemen K3. PT ITP mengidentifikasi
potensi bahaya dan risiko dilakukan melalui suatu kegiatan
yang bersifat rutin atau tidak. Identifikasi potensi bahaya
dikelompokkan berdasarkan sumber bahaya, jenis bahaya,
kondisi yang berbahaya, dan tindakan yang berbahaya
(Lampiran 4). Setelah diidentifikasi, risiko tersebut
diklasifikasikan ke dalam golongan tinggi, ketat, bersyarat atau
rendah agar dapat diketahui cara untuk mengurangi atau
menanggulangi bahayanya.
Pengidentifikasian undang-undang dan persyaratan K3
lainnya harus diupayakan dan ditinjau ulang pemenuhannya
oleh MR PT ITP. Hal ini dilakukan untuk lebih memastikan
komitmen dalam kebijakan K3. Tujuan dan sasaran K3
merupakan rangkaian lanjutan identifikasi bahaya dan evaluasi
risiko. PT ITP membuat tujuan dan sasaran yang telah
67
dipertimbangkan sesuai dengan hasil identifikasi, persyaratan
hukum dan standar, pilihan teknologi, persyaratan/kemampuan
secara finansial, operasional dan bisnis, juga didasarkan atas
pandangan pihak yang berkepentingan. Tujuan dan sasaran
harus konsisten dengan kebijakan K3.
Program manajemen K3 telah diterapkan oleh PT ITP
merupakan penerjemahan dari tujuan dan sasaran K3 yang
berisi perencanaan implementasi dan personel yang
bertanggung jawab. Bagian terkait harus dibantu MR K3 dalam
menyusun proses manajemen K3 yang kemudian disahkan oleh
dewan direksi. Masing-masing unit kerja harus turut serta
dalam menyukseskan program manajemen K3 dan harus
mempunyai tingkat pencapaian atau parameter yang
diunggulkan, yang selanjutnya akan dijadikan agenda dalam
tinjauan manajemen. Masing-masing manajer dari unit kerja
terkait bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengkaji
Program Manajemen K3 secara periodik kepada MR K3.
3. Penerapan dan Operasi
Pada tahap penerapan dan operasi, SMK3 ditinjau agar
dipastikan bahwa persyaratan SMK3 dibuat, diterapkan, dan
dipelihara sesuai standar secara benar dan berjalan sesuai
persyaratan di semua lokasi dan lingkungan operasi. Untuk
memenuhi persyaratan yang distandarkan, maka PT ITP
memberikan pelatihan K3 kepada karyawan. Seluruh karyawan
yang bersinggungan dengan pekerjaan yang dapat
menimbulkan bahaya dan risiko tinggi diharuskan untuk
mengikuti pelatihan yang dipersyaratkan. Di dalam prosedur,
pelatihan dibedakan menjadi beberapa tingkatan yang
disesuaikan dengan tanggung jawab, kemampuan, skill, dan
risiko karyawan yang mengikuti pelatihan. Pelatihan K3 antara
lain terdiri dari :
68
1) Modern Safety Management untuk eselon 1 dan 2
2) Training K3 Supervisor untuk eselon 3 dan 4
3) Training Foreman untuk eselon 5
4) Training Accident Ivestigation untuk eselon 3 sampai 5
5) Training Safety Practice untuk seluruh eselon.
Pengelolaan komunikasi dalam SMK3 merupakan
media yang sangat penting. Dengan konsultasi dan komunikasi
maka segala ketidaktahuan, kesalahpahaman, dan
permasalahan di dalam suatu organisasi dapat segera diatasi.
PT ITP telah mengelola komunikasi tersebut, yaitu dengan
cara:
1) Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerja sama antara pimpinan dan
karyawan berupa organisasi fungsional non struktural. Ini
dibentuk untuk mengembangkan kerjasama saling
pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3 di
perusahaan guna menunjang tercapainya sasaran
pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. P2K3 membentuk alur koordinasi dengan SubP2K3
yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan kerja
yang dibentuk pada tingkat plant/divisi, dimana fungsinya
sama dengan P2K3.
1) Safety Meeting
Safety Meeting di PT ITP dilaksanakan oleh P2K3 dan
SubP2K3. Pelaksanaannya dilakukan setiap bulan, hal yang
dibahas antara lain adalah kecelakaan kerja, potensi bahaya
yang dihadapi, kesehatan karyawan, penanggulangannya,
dan sebagainya.
69
2) Safety Talks
Safety talks merupakan upaya pencegahan kecelakaan dan
membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah K3
melalui pembicaraan singkat antara karyawan dengan
pengawas, sebelum pekerjaan dimulai. Dalam pembicaraan
ini, dibahas mengenai deskripsi pekerjaan yang akan
dikerjakan, potensi bahaya yang dihadapi saat bekerja,
upaya pencegahan risiko kecelakaan, dan penggunaan APD
yang sesuai.
PT ITP diharapkan untuk melakukan pengendalian
dokumen SMK3 yang meliputi manual SMK3. MR
bertanggung jawab dalam hal membuat Kebijakan K3, Manual
dan Prosedur K3, serta Daftar Perundangan dan Standar.
Sedangkan unit kerja (plant/divisi) bertanggung jawab untuk
membuat tujuan dan sasaran, SOP manajemen risiko, SOP
pengendalian operasi (perancangan dan pembelian), SOP
penanganan material dan limbah, SOP keadaan darurat, SOP
pemantauan dan pengukuran, SOP pengendalian ketidaksesuian
dan tindakan koreksi.
Dalam upaya pengendalian operasional, maka
diberlakukan sistem izin kerja pada pekerjaan dan daerah-
daerah yang teridentifikasi berdasarkan hasil identifikasi
potensi bahaya dan risiko (Lampiran 5 dan 6). PT ITP juga
menyediakan APD untuk seluruh pekerja yang membutuhkan
sesuai dengan tugas dan bahaya potensial yang telah
diidentifikasi. Untuk itu, penggunaan APD diharapkan untuk
menjadi tanggung jawab seluruh pekerja. Di samping itu,
seluruh APD diharapkan untuk dibuat dalam desain dan
konstruksi yang aman, berkualitas, dan disesuaikan dengan
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan (Lampiran 5).
70
Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah
persiapan tanggap darurat. PT ITP telah memiliki prosedur
untuk menyiapkan keperluan tanggap darurat. Identifikasi
terhadap potensi kecelakaan atau situasi darurat ini terus
dilakukan, sehingga ditetapkan beberapa prosedur yang
bertujuan untuk :
1) tindakan preventif/pencegahan
2) tindakan penanganan
3) tindakan pemulihan
PT ITP senantiasa berupaya untuk meninjau atau
merevisi prosedur, jadi bila terjadi kecelakaan/situasi darurat
dapat dilakukan tindakan preventif atau tindakan yang lebih
efektif untuk mencegah timbulnya kecelakaan/keadaan darurat
dan jika perlu prosedur tersebut diharapkan untuk selalu diuji
coba secara berkala dan direkam hasilnya. Tabel 2
menunjukkan contoh peralatan darurat dan keadaan darurat
yang ada dan disarankan di PT ITP.
Tabel 2. Peralatan Darurat dan Keadaan Darurat yang Mungkin Terjadi
Keadaan Darurat Peralatan Darurat
Kebakaran Sistem Alarm, APAR, Hidrant, Sprinkler, Fasilitas Komunikasi
Tumpahan dan Kebocoran B3
Kotak P3K, stasiun pencuci mata, peralatan pembersih tumpahan dan kebocoran
Gempa Bumi Alat pendeteksi gempa, fasilitas komunikasi
Banjir Alat pendeteksi banjir, tempat evekuasi sementara
Sumber : QSMR PT ITP, 2007
Selain emergency plan dan peralatan darurat,
perusahaan juga diupayakan untuk membuat ketentuan
71
emergency exit jika terjadi keadaan darurat. Setiap karyawan
harus memahami lokasi dan rute emergency exit. Setiap
perusahaan harus memiliki minimum 2 rute darurat yang
digunakan untuk menjadi jalan ke tempat evakuasi. Persyaratan
untuk emergency exit antara lain adalah :
1) Berada di lokasi permanen
2) Tidak terdapat bahan-bahan atau peralatan yang mudah
terbakar
3) Menuju daerah yang lebih aman
4) Mudah diakses dari luar perusahaan
5) Harus menyediakan tanda yang dapat menyala sepanjang
rute sebagai panduan bagi personel bila dalam keadaan
gelap.
4. Pemantauan dan Pengukuran
PT ITP telah menetapkan dan memelihara prosedur
pemantauan dan pengukuran kinerja K3 sesuai dengan
persyaratkan OHSAS 18001 mengenai pengukuran kinerja dan
pemantauan, prosedur-prosedur pemantauan, dan pengukuran.
Kebutuhan untuk memenuhi hal tersebut diharapkan meliputi :
a. Ukuran kuantitatif dan kualitatif sesuai kebutuhan
organisasi
b. Pemantauan pencapaian tujuan K3
c. Ukuran proaktif kinerja terhadap kesesuian program,
kriteria operasi: persyaratan peraturan perundang-undangan
dan standar.
d. Rekaman data, hasil pemantauan dan pengukuran yang
cukup untuk keperluan analisis tindakan koreksi dan
pencegahan
PT ITP melaksanakan pemantauan dan pengukuran
pada seluruh aspek yang menimbulkan risiko. Pemantauan
yang dilakukan meliputi kegiatan :
72
1) Pemeriksaan kesehatan
2) Pemantauan lingkungan kerja (faktor fisika, kimia, biologi,
ergonomi, psikologi)
3) Pemantauan kinerja
PT ITP telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan
kerja secara rutin satu tahun sekali. Hal ini berlaku bagi seluruh
karyawan di PT ITP. Selain itu, PT ITP juga melakukan
inspeksi K3 secara terencana dan terjadwal sebagai salah satu
cara untuk mencegah kecelakaan kerja sesuai dengan prosedur
inspeksi yang telah dibuat. Inspeksi bertujuan untuk
mendapatkan gambaran kondisi lingkungan kerja dan
hubungannya dengan K3 sehingga apabila terdapat potensi atau
permasalahan K3 dapat segera diambil tindakan perbaikan.
Inspeksi yang dilaksanakan di PT ITP antara lain adalah :
1) Joint Safety Inspection (JSI)
JSI bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi berbahaya,
potensi bahaya, atau aspek lingkungan yang berdampak
merugikan di lingkungan unit kerja. JSI dilaksanakan
minimal 2 kali dalam 1 tahun. Petugas JSI adalah tim yang
terdiri dari petugas Safety, Health, Security, dan
Plant/divisi terkait. Jadwal pelaksanaan JSI dibuat dan
direvisi oleh Safety Dept. Head sesuai dengan kebutuhan,
yang terdiri atas: jenis unit kerja terkait, waktu pelaksanaan
JSI dan petugas pelaksana JSI.
2) Safety Monitoring
Safety Monitoring merupakan kegiatan yang tidak jauh
berbeda dengan JSI, namun pada safety monitoring ini,
inspeksinya dilengkapi dengan checklist. Inspeksi ini
dilakukan sesuai dengan jadwal atau revisi jadwal yang
dibuat oleh Divisi Inspection dan disepakati oleh Safety
Dept. Head. Petugas pelaksana inspeksi adalah Safety
73
Inspector yang ditugaskan menurut area kerja divisi/plant
yang ditunjuk oleh Division Inspection dan disetujui oleh
Safety Dept. Head. Jadwal inspeksinya dilakukan sesuai
dengan kebutuhan.
Dalam menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja,
pekerja harus mengikuti prosedur dan “safety rules” yang ada
sehingga terhindar dari kecelakaan kerja (Lampiran 8). Selain
itu, sebaiknya setiap bahan produksi atau hasil produksi
dilengkapi Material Safety Data Sheet (MSDS) yang berupa
laporan bahan yang digunakan, jenis, senyawa, reaksi, dampak
terhadap makhluk hidup dan lingkungan yang telah diteliti dan
diuji terlebih dahulu, serta cara pemakaian bahan atau cara
penanganannya apabila terjadi kecelakaan terhadap pemakai.
Dengan adanya MSDS ini diharapkan dapat mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan kerja.
5. Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Pelaksanaan audit SMK3 dalam suatu perusahaan
merupakan salah satu upaya untuk memenuhi persyaratan
OHSAS 18001. PT ITP yang telah menerapkan OHSAS 18001
dan Permenaker 05/MEN/1996 diaudit secara internal dan
eksternal. Secara internal dilakukan oleh Quality System and
Management Representative (QSMR) sedangkan audit
eksternal untuk OHSAS 18001 maupun Permenaker
05/MEN/1996 dilakukan badan sertifikasi Sucofindo. Audit
Internal yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun di semua
divisi dan plant, termasuk unit produksi yang ada di Tarjun dan
Palimanan yang dilakukan terpusat oleh Ahli K3 (staf QSMR)
yang berada di Citeureup. Ahli K3 yang menjadi tenaga auditor
telah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Sucofindo,
minimal sekali sewaktu di awal dan dilakukan penyesuaian bila
74
ada perubahan dalam elemen atau pasal-pasal yang terkait
dengan SMK3.
Audit eksternal SMK3 yang dilaksanakan oleh badan
sertifikasi Sucofindo dilaksanakan tiga tahun sekali untuk
SMK3, sedangkan untuk OHSAS 18001 baru dilaksanakan
dua kali audit, yaitu pada tahun 2003 dan 2007. Dalam
pengukuran keberhasilan penerapan SMK3, Permenaker
05/MEN/1996 menetapkan standar yang diberlakukan untuk
tiga jenis perusahaan dan pemberian penghargaan untuk tingkat
pencapaian tertentu. Tabel 3 memberikan penjelasan tentang
tingkat pencapaian SMK3 berdasarkan Permenaker No
05/MEN/1996.
Tabel 3. Tingkat Pencapaian SMK3 berdasarkan Permenaker No. 05/MEN/1996
Tingkat Pencapaian
Perusahaan kecil
(64 kriteria)
Perusahaan sedang
(122 kriteria)
Perusahaan besar
(166 kriteria)
0 - 59% Tindakan hukum Tindakan hukum Tindakan hokum
60% - 84% Sertifikat dan bendera perak
Sertifikat dan bendera perak
Sertifikat dan bendera perak
84% - 100% Sertifikat dan bendera emas
Sertifikat dan bendera emas
Sertifikat dan bendera emas
Sumber : Permenaker No. 05/MEN/1996
PT ITP telah mendapatkan penghargaan dari hasil audit
oleh Sucofindo sebagai berikut:
1. Juli 2000 : Sertifikasi SMK3 oleh Sucofindo dan
mendapatkan Bendera Emas untuk Unit Produksi Citeureup
dan Palimanan, Cirebon.
2. September 2000 : Sertifikasi SMK3 oleh Sucofindo dan
mendapatkan Bendera Emas untuk Unit Produksi di Tarjun,
Kalimantan Selatan
75
3. Juni 2003 : Sertifikasi SMK3 dan OHSAS 18001:1999
oleh Sucofindo dan mendapatkan Bendera Emas di Unit
Produksi Citeureup.
4. Juni 2003 : Sertifikasi SMK3 oleh Sucofindo dan
mendapatkan Bendera Emas untuk Unit Produksi Citeureup
dan Palimanan.
5. Juni 2006 : Sertifikasi SMK3 oleh Sucofindo dan
mendapatkan Bendera Emas untuk Unit Produksi
Citeureup, Palimanan, dan Tarjun.
6. Agustus 2007 : Resertifikasi OHSAS 18001:1999 oleh
Sucofindo di Unit Produksi Citeureup, Palimanan, dan
Tarjun.
Hasil audit eksternal pada tahun 2006, PT ITP telah
mendapatkan bendera emas, hal ini dikarenakan pada Unit
Produksi Citeureup keberhasilan dalam menerapan SMK3
mencapai 91%, untuk Palimanan mencapai 92%, dan untuk
Tarjun mencapai 96%. Gambar proses dilaksanakannya audit
dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Diagram Audit
76
Tujuan audit SMK3 adalah untuk memberikan masukan-
masukan untuk perbaikan kinerja SMK3 di perusahaan agar
berjalan secara efektif. Bukti-bukti yang ditemukan saat audit
berlangsung merupakan bukti yang apa adanya sehingga perbaikan
yang berkelanjutan dapat dilakukan lebih efektif lagi. Oleh karena
itu, pihak manajemen perlu mensosialisasikan kepada seluruh
karyawan akan pentingnya audit SMK3.
6. Tinjauan Manajemen
Dalam suatu perusahaan, tinjauan manajemen dilaksanakan
untuk menjamin kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan SMK3
secara berkelanjutan. Dalam hal ini PT ITP telah menyadari
bahwa:
a. Manajemen puncak harus meninjau SMK3 sesuai dengan
jadwal untuk memastikan keberlanjutan, kesesuaian,
kecukupan, dan keefektifan
b. Peninjauan membahas :
1) Perubahan kebijakan, tujuan, teknologi, unsur lain pada
SMK3 berdasarkan hasil audit
2) Perubahan situasi kondisi, perundangan dan komitmen pada
perbaikan berlanjut
Pokok-pokok permasalahan dalam pembahasan dari suatu tinjauan
manajemen, antara lain sebagai berikut :
a. Kesesuaian kebijakan K3
b. Pencapaian sasaran K3
c. Kesesuaian proses identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko
d. Kecukupan sumber daya
e. Keefektifan proses inspeksi
f. Keefektifan proses pelaporan bahaya
g. Data yang berhubungan dengan kecelakaan dan insiden yang
terjadi
77
h. Rekaman prosedur yang tidak efektif
i. Hasil audit internal dan eksternal yang dilakukan sejak tinjauan
manajemen sebelumnya dan juga keefektifannya
Sedangkan untuk output yang diharapkan dari diadakannya suatu
tinjauan manajemen adalah mencakup suatu keputusan/tindakan
yang berkaitan dengan:
a. Perbaikan pada keefektifan kinerja SMK3 dan lingkungan
b. Perbaikan pada proses produksi dan produk yang berkaitan
dengan aspek lingkungan penting dan K3
c. Sumber daya yang diperlukan untuk penerapan SMK3
d. Rekomendasi program K3 selanjutnya.
Pelaksanaan SMK3 di PT ITP telah diterapkan dan
dilaksanakan dengan baik. Pihak perusahaan telah menyadari
pentingnya penerapan SMK3 di PT ITP. Dengan menerapkan
SMK3 PT ITP dapat mengurangi angka kecelakaan dan
melindungi karyawannya dari hal-hal yang berbahaya. PT ITP
secara intensif terus meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelaksanaan SMK3 agar lebih baik lagi. Salah satu cara yang
ditempuh adalah dengan melibatkan seluruh karyawan dalam
pelaksanaan SMK3. Hal ini dilakukan agar karyawan merasa
bahwa SMK3 ini penting juga untuk menjaga keselamatan diri
karyawan dan agar karyawan dapat lebih berhati-hati dalam
bekerja. PT Sucofindo sebagai auditor eksternal telah memberikan
golden flag atas keberhasilan PT ITP dalam menerapkan SMK3
dan hal itu menjadi bukti bahwa PT ITP telah berhasil menerapkan
SMK3 dengan baik.
5.2.3.Efektifitas Pelaksanaan SMK3 Untuk Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja di P-11
Plant 11 merupakan plant terakhir yang dioperasikan di
plantsite Citeureup. P-11 beroperasi pada tahun 2000 dengan
78
kapasitas produksi 2.400.000 ton per tahun. Plant ini merupakan
plant terbesar yang berada di plantsite Citeureup. Jumlah
karyawan yang bekerja di plant ini pun jumlahnya paling banyak
diantara plant yang lain. Berikut ini jumlah karyawan P-11 dari
tahun 2000 hingga 2007.
Tabel 4. Jumlah Karyawan P-11
TAHUN JUMLAH TENAGA KERJA
2000 272
2001 259
2002 261
2003 253
2004 227
2005 225
2006 213
2007 200
Sumber : Online PT ITP, 2008
Dari tahun ke tahun jumlah karyawan PT ITP menurun
karena banyak yang mengalami pensiun. PT ITP tidak
menggantikan karyawan yang pensiun tersebut dengan merekrut
karyawan baru karena PT ITP sedang melakukan pengurangan
jumlah tenaga kerja tanpa melalui PHK. Hal ini dikarenakan
jumlah karyawan PT ITP terlalu banyak dan tidak efektif untuk
mengoperasikan pabrik yang secara garis besar sudah otomatisasi
dalam beroperasi.
P-11 dioperasikan setelah PT ITP menerapkan SMK3
selama satu tahun, Pada awal beroperasi, tingkat kecelakaan di P-
11 tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan penerapan SMK3 belum
terlalu optimal pada awal beroperasinya P-11. Karyawan pun
belum menyesuaikan diri dengan potensi bahaya yang ada di P-11.
Tingkat kesadaran karyawan akan pentingnya SMK3 pun masih
79
rendah. Selain itu, pengidentiifikasian bahaya secara terperinci
belum dilakukan di P-11.
Laporan Analisa Kecelakaan Kerja diklasifikasikan
menurut cidera ringan, cidera berat, fatality, property damage.
Namun pada akhir kuartal 2007, OHSAS 18001 menetapkan
klasifikasi kecelakaan kerja difokuskan pada kecelakaan kerja yang
mengakibatkan cidera pada karyawan tanpa melihat kerusakan
pada aset yang dimiliki perusahaan. Perhitungan yang dilakukan
PT ITP mulai tahun 2007 untuk mengetahui tingkat statistik
kecelakaan kerja hanya mencakup IFR dan ISR saja. Tabel 5
menunjukkan data statistika kecelakaan yang terjadi di P-11 dari
tahun 2000 hingga tahun 2007.
Tabel 5. Tingkat Keseringan Dan Tingkat Keparahan Kecelakaan Kerja
Tahun Jumlah Karyawan
IFR Standar IFR
ISR Standar ISR
2000 272 5 2,5 76 55,5 2001 259 6 2,0 106 37,5 2002 261 8 1,5 97 24,7 2003 253 5 1,0 17 16,5 2004 227 2 0,5 6 11,0 2005 225 1 0,5 7 11,0 2006 213 0 0,5 0 11,0 2007 200 0 0,5 0 11,0
Sumber : Safety Dept dan QSMR, 2007
Tahun 2000, jumlah karyawan PT ITP sebanyak 272 orang
dengan tingkat keseringan kecelakaan (IFR) adalah 5 kali dan
tingkat keparahan kecelakaan (ISR) mencapai 76 sedangkan
standar IFR dan ISR yang ditoleransi oleh ILO per 1.000.000 jam
kerja adalah 2,5 kali dan 55,5. Hal ini dikarenakan penerapan
SMK3 masih belum optimal. Pelatihan dan pendidikan dasar yang
diberikan kepada karyawan masih dirasakan kurang. Hal ini
dianggap wajar oleh PT ITP karena SMK3 baru diterapkan pada
80
tahun 1999 dan P-11 baru berdiri tahun 2000. PT ITP khususnya P-
11 tidak seharusnya mencapai angka IFR yang tinggi karena
mesin-mesin dan peralatan yang digunakan sudah canggih dan
otomatisasi.
Tahun 2001, jumlah karyawan di P-11 menurun sebanyak
13 orang menjadi 259 orang. Hal ini dikarenakan ada yang pensiun
dan mutasi ke divisi atau plant yang lain. IFR dan ISR P-11
meningkat dari tahun sebelumnya sedangkan jumlah karyawannya
menurun. Untuk IFR dari 5 menjadi 6 dan standarnya pun
meningkat dari 2,5 menjadi 2,0 kali. Hal ini dikarenakan adanya
kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerusakan dan kecelakaan
lalu lintas yang terjadi di dalam lingkungan PT ITP sehingga
mengakibatkan karyawan mengalami luka dan hari hilangnya (time
lost) tinggi. Selain itu safety talks yang dilakukan masih jarang
dilakukan karena P-11 hanya melaksanakan safety talks sebanyak
26% saja selama satu tahun.
Tahun 2002 merupakan tahun dengan tingkat IFR tertinggi
yaitu mencapai 8 kali dengan ISR mencapai tingkat 97, sedangkan
standar yang ditetapkan semakin meningkat yaitu 1,5 dan 24,7. Hal
ini dikarenakan safety talks yang dilaksanakan selama satu tahun
hanya mencapai 7% saja dengan rata-rata jumlah karyawan yang
hadir tidak lebih dari 14 orang. Oleh karenanya, pada tahun 2002
ini kecelakaan terjadi paling banyak di P-11 yang penyebabnya
didominasi oleh faktor manusia yang tidak menjalankan prosedur
kerja sebagaimana mestinya, dan kurangnya pengetahuan.
Kecelakaan kerja yang terjadi antara lain adalah tersembur
material panas ketika sedang ada perbaikan mesin dan tidak
menggunakan APD sehingga mengalami cidera berat. Dengan
adanya kecelakaan ini mengakibatkan lost time yang dialami P-11
tergolong tinggi.
81
Dimulai tahun 2003 inilah P-11 mengalami penurunan IFR
dan ISR yang signifikan. Hal ini dikarenakan pada tahun 2003
akan dilaksanakan audit oleh Sucofindo sehingga perbaikan
dilakukan secara menyeluruh dan terorganisir dengan baik. Hal
yang dilakukan oleh PT ITP antara lain pelatihan tentang K3 yang
dilakukan secara lebih baik, sosialisasi penggunaan APD yang
lebih intensif, safety talks yang lebih digiatkan, dan sebagainya.
Pada tahun 2003 ini dilakukan audit oleh Sucofindo untuk
sertifikasi SMK3 dan OHSAS 18001. Sertifikasi OHSAS 18001 ini
baru dilaksanakan tahun 2003. Oleh karena itu, PT ITP
menerapkan SMK3 dengan sebaik-baiknya sesuai dengan syarat
yang ditetapkan oleh OHSAS 18001 dan SMK3 untuk
mendapatkan bendera emas dari Sucofindo.
Mulai tahun 2003, pelaksanaan safety talks dan rapat Sub
P2K3 terus meningkat dan semakin sering dilakukan dengan
peserta yang semakin banyak. IFR dan ISR pun menunjukkan
penurunan yang berarti di P-11 hingga mulai tahun 2006 hampir
tidak pernah terjadi kecelakaan di P-11 dalam 1.000.000 jam kerja.
Hal ini tentu saja merupakan suatu prestasi bagi P-11 karena bisa
mencapai zero accident. Dapat disimpulkan bahwa penerapan
SMK3 telah efektif mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi di P-
11 dilihat dari tingkat IFR dan ISR yang sebagian besar menurun
dari tahun 2000 sampai 2007. Perubahan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 10.
82
Gambar 10. IFR dan ISR P-11 PT ITP
5.3. Pengolahan Analisis Data
5.3.1. Karakteristik Responden
1. Usia Responden
Kelompok usia yang mengisi kuesioner merupakan kelompok usia
kerja yang ada di PT ITP khususnya di P-11. Jumlah karyawan
yang bekerja di P-11 berada pada rentang usia lebih dari 20 tahun
dan kurang dari 55 tahun (20 tahun< usia karyawan<55 tahun).
Pada penelitian ini, responden paling banyak berada pada rentang
31- 40 tahun. Pada rentang usia 31-40 tahun, karyawan berada
pada rentang produktif, sehingga pada usia ini karyawan
mendominasi plant. Pada usia 31-40 tahun, karyawan telah
mempunyai pengalaman dalam bekerja. Tidak adanya karyawan
pada rentang usia kurang dari 20 tahun karena mulai tahun 2006
PT ITP membuat kebijakan untuk merekrut karyawan dengan
tingkat pendidikan minimal Strata 1 (S1), sehingga usianya lebih
dari 20 tahun.
83
Tabel 6. Karakteristik Usia Responden
No Rentang Usia Jumlah Persentase
1. < 20 tahun - 0
2. 20 – 25 tahun 7 orang 5,22 %
3. 26 – 30 tahun 30 orang 22,39 %
4. 31 – 40 tahun 54 orang 40,30 %
5. > 41 tahun 43 orang 32,09%
2. Jenis Kelamin
Penelitian ini dilaksanakan di Plant yang merupakan daerah yang
tingkat risiko kecelakaannya tinggi karena berupa pabrik tempat
proses produksi dilakukan. Karyawan berjenis kelamin laki-laki
sangat mendominasi dan jumlah wanita hanya berjumlah 2-5 orang
saja. Pada penelitian ini 100 % responden berjenis kelamin laki-
laki karena wanita ditempatkan pada bagian kantor dan
administrasi. Karyawan laki-laki ditempatkan di plant karena laki-
laki dinilai lebih waspada dan dapat bekerja lebih sigap
dibandingkan wanita. Disamping itu, job specification dan job
description yang ada di plant hanya dapat dikerjakan oleh laki-laki
seperti permesinan, instrumentasi listrik, dan otomotif. Selain itu,
di PT ITP jumlah karyawan wanita dengan pria adalah 1
berbanding 4 (data tahun 2007) dan lebih dari 90% wanita
ditempatkan di bagian kantor.
3. Pendidikan Terakhir
Pendidikan terakhir untuk karyawan di PT ITP sebagian besar
adalah lulusan SMA dan sederajat. Hal ini dikarenakan pada masa
Orde Baru, PT ITP merupakan salah satu perusahaan yang
84
mencanangkan padat karya sehingga banyak lulusan SMA dan
sederajat bekerja di perusahaan ini. Begitu pun di P-11, jumlah
responden sebanyak 82,83% adalah lulusan SMA dan sederajat.
Lulusan SMA dan sederajat yang direkrut sebagian besar adalah
lulusan Sekolah Menengah Kejuruan seperti STM, SMK, SMEA.
Lulusan sekolah-sekolah tersebut direkrut karena memiliki
keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh lulusan SMA terutama
keahlian mengenai mesin-mesin, listrik, otomotif dan keahlian
tersebut sangat dibutuhkan untuk karyawan yang bekerja di plant.
Responden lainnya berjumlah 17,16 % merupakan lulusan S1.
Pada umumnya, karyawan yang memiliki pendidikan terakhir S1
saat melamar ke PT ITP dapat menduduki jabatan pada eselon 4.
Oleh karenanya, 17,16% responden merupakan karyawan yang
menduduki jabatan tertentu seperti section head, planner,
department head, dan plant manager. Lulusan S1 ini belum
mendominasi karena pada tahun 1997 saat PT ITP melakukan
rekrutmen dalam jumlah besar, lulusan S1 belum terlalu banyak
jumlahnya.
Tabel 7. Karakteristik Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
1 SMU 111 orang 82,83 %
2 S1 23 orang 17,16 %
4. Masa Kerja
Masa kerja karyawan di PT ITP sebagian besar lebih dari 15 tahun
karena PT ITP terakhir melakukan rekrutmen karyawan dalam
jumlah besar adalah pada tahun 1997. Setelah tahun ini,
ketidakstabilan perekonomian negara berpengaruh juga pada
keberlangsungan PT ITP sehingga baru melakukan rekrutmen pada
85
tahun 2006. Pada P-11, responden sebanyak 61 orang memiliki
masa kerja lebih dari 15 tahun, kemudian selanjutnya 37 orang
memiliki masa kerja 11-15 tahun dan paling sedikit adalah yang
mmasa kerjanya kurang dari 3 tahun yaitu sebanyak 2 orang. Dua
orang ini adalah karyawan yang baru saja lulus Management
Trainee (MT) pada tahun 2007 dan menjabat sebagai Junior
Engineer (eselon 4). Masa kerja diatas 15 tahun mendominasi
karena untuk bekerja di plant dibutuhkan karyawan yang
berpengalaman dalam bekerja. Plant merupakan unit kerja utama
yang dimiliki PT ITP sehingga karyawannya pun harus memenuhi
kualifikasi yang ditetapkan PT ITP.
Tabel 8. Karakteristik Masa Kerja Responden
No Masa Kerja Jumlah Persentase
1 < 3 tahun 2 orang 1,49 %
2 3 - 4 tahun 3 orang 2,23 %
3 5 – 10 tahun 31 orang 23,13%
4 11 - 15 tahun 37 orang 27,61%
5 >15 tahun 61 orang 45,52%
5. Departemen Unit Kerja
Kuesioner ini disebarkan secara proporsional random sampling
karena P-11 memiliki beberapa departemen, yaitu Electical
Department, Mechanical Department, dan Production Department.
Hal ini dilakukan agar kuesioner menyebar secara merata dan
tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. P-11 memiliki jumlah
karyawan sebanyak 200 orang dengan proporsi 110 orang pada
Production Department, 51 orang pada Mechanic Department, dan
35 orang pada Electical Department. Agar proporsi responden
sesuai dengan yang tujuan maka jumlah responden dari Production
Department mengisi dengan jumlah paling banyak yaitu sebanyak
86
54,48%, Mechanic sebanyak 26,87 % dan Electrical sebanyak
18,66 % dari 134 jumlah responden secara keseluruhan. Production
Department mendominasi karena departemen produksi merupakan
departemen inti dari plant. Proses produksi semen dikerjakan tanpa
henti, oleh karenanya untuk menunjang hal tersebut dibutuhkan
karyawan dalam jumlah paling banyak untuk menunjang agar
tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, seperti tingkat produksi
pertahun. Electical Department merupakan departemen yang
jumlah karyawannya paling sedikit karena departemen ini
berfungsi sebagai penunjang dalam proses produksi dan
bertanggung jawab dalam kestabilan listrik yang ada di plant.
Tabel 9. Karakteristik Departmen Unit Kerja Responden
No Departemen Jumlah Persentase
1 Produksi 73 orang 54,48 %
2 Mekanik 36 orang 26,87 %
3 Elektrik 25 orang 18,66 %
5.3.2. Uji Validitas
Kuesioner dibuat untuk mengetahui pendapat dan fakta yang
dirasakan responden mengenai efektifitas penerapan SMK3 di P-11 PT
ITP. Sebelum kuesioner disebar dilakukan suatu uji validitas. Uji
validitas dilakukan setelah 30 kuesioner disebarkan. Uji Validitas
dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana data yang ditampung
pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur. Pada
penelitian ini Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan software
Microsoft Excel 2007. Suatu pernyataan pada kuesioner dinyatakan
valid apabila rhitung lebih besar dari rtabel. Tingkat kesalahan yang
ditetapkan sebesar 5%, maka nilai rtabel sebesar 0,361. Hasil
perhitungan validitas kuesioner dapat dilihat pada Tabel 10.
87
Tabel 10. Rekapitulasi Uji Validitas
Aspek No Nilai rhitung Keterangan
1 0,713 Valid
2 0,709 Valid
Pelatihan Keselamatan Kerja
3 0,581 Valid
Lanjutan Tabel 10
Aspek No Nilai rhitung Keterangan
4 0,597 Valid Pelatihan Keselamatan Kerja
5 0,776 Valid
1 0,703 Valid
2 0,671 Valid
3 0,702 Valid
4 0,834 Valid
Publikasi Keselamatan Kerja
5 0,741 Valid
1 0,700 Valid
2 0,403 Valid
3 0,564 Valid
4 0,693 Valid
Kontrol Lingkungan Kerja
5 0,704 Valid
1 0,703 Valid
2 0,740 Valid
3 0,898 Valid
4 0,687 Valid
Inspeksi dan Disiplin
5 0,622 Valid
1 0,523 Valid
2 0,643 Valid
3 0,710 Valid
4 0,476 Valid
Peningkatan Kesadaran K3
5 0,648 Valid
88
5.3.3. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Uji Reliabilitas
digunakan untuk mengetahui sejauhmana alat ukur dapat diandalkan,
apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama. Hasil
pengukuran reliabilitas menyatakan bahwa kuesioner yang disebarkan
dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach’s lalu nilainya dibandingkan dengan nilai r tabel yaitu
sebesar 0,361 (untuk tingkat kesalahan 5%). Dari hasil perhitungan
menggunakan software SPSS for Windows 13.0 diperoleh nilai alpha
sebesar 0,948. Nilai ini jauh lebih besar dari nilai rtabel, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kuesioner yang disusun adalah reliable/dapat
diandalkan (Lampiran 9).
5.3.4. Analisis Persepsi Karyawan Terhadap Pelaksanaan SMK3 di P-11 PT ITP
Pelaksanaan SMK3 yang efektif dalam mengurangi angka
kecelakaan kerja merupakan tujuan dari suatu perusahaan. Kecelakaan
kerja yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat mengakibatkan
kerugian yang sangat besar. PT ITP menerapkan SMK3 untuk
mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi di PT ITP khususnya P-11
yang pada awal beroperasi mengalami tingkat kecelakaan yang tinggi.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu dilakukan analisis untuk
mengetahui persepsi karyawan terhadap pelaksanaan SMK3 di PT ITP
khususnya P-11. Analisis persepsi karyawan terhadap pelaksanaan
SMK3 di P-11 dilakukan berdasarkan teori Miner yang dilihat dari
lima aspek yaitu, pelatihan keselamatan kerja, publikasi keselamatan
kerja, kontrol terhadap lingkungan kerja, inspeksi dan disiplin, serta
peningkatan kesadaran K3. Masing-masing aspek diwakili dengan lima
buah pertanyaan yang menggambarkan aspek-aspek tersebut.
89
1. Pelatihan Keselamatan Kerja
Tabel 11. Skor Rataan Aspek Pelatihan Keselamatan Kerja
No Indikator Skor Rataan
Keterangan
1. Manfaat sudah dirasakan dari pendidikan dan pelatihan K3 sehingga karyawan lebih aman dalam bekerja
3,04 Setuju
2. Pendidikan dasar K3 bagi karyawan sudah dilakukan dengan baik
2,83 Setuju
3. Pelatihan untuk menghadapi keadaan darurat saat kebakaran dan penanggulangan bahayanya sudah memenuhi standar yang ditetapkan
2,81 Setuju
4. Pelatihan mengenai pertolongan pertama saat kecelakaan sudah dapat diterapkan dengan baik
2,79 Setuju
5. Pelatihan K3 untuk pelaksana pekerjaan yang berpotensi bahaya sudah memenuhi standar yang ditetapkan
2,75 Setuju
TOTAL 2.84 Setuju
Tabel 11 menunjukkan bahwa persepsi karyawan terhadap
aspek pelatihan keselamatan kerja telah dilaksanakan dengan baik.
Pendidikan dasar K3 bagi karyawan di P-11 sudah dilakukan
dengan baik, selain itu karyawan juga merasa bahwa pelatihan K3
untuk pelaksana pekerjaan yang berpotensi bahaya di P-11 dan
pelatihan untuk menghadapi keadaan darurat saat kebakaran dan
penanggulangan bahayanya sudah memenuhi standar yang
ditetapkan. Karyawan pun dapat merasakan manfaat dari
pendidikan dan pelatihan K3 yang diberikan PT ITP khususnya di
P-11 sehingga karyawan merasa lebih aman dalam bekerja.
Karyawan telah dapat menerapkan dengan baik pelatihan yang
diberikan Safety Dept. mengenai pertolongan pertama saat
kecelakaan. Karyawan berpendapat bahwa pelatihan SMK3
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan karyawan. Pelatihan yang
90
diberikan kepada seluruh karyawan mulai dari pelatihan
pengenalan hingga pelatihan pendalaman SMK3.
Pelatihan SMK3 yang diberikan kepada karyawan
berdasarkan pada tingkat eselon dan jenis pekerjaannya. Apabila
karyawan mendapatkan tugas untuk bekerja dengan keahlian
khusus, maka pelatihan yang diterimanya pun berbeda dari
karyawan yang lainnya. Materi pelatihan yang diberikan
merupakan materi terbaru yang diperoleh pihak perusahaan dari
bada-badan sertifikasi nasional maupun internasional. Hal ini
diberikan kepada karyawan agar karyawan dapat terus
memperbaharui pengetahuannya mengenai SMK3 dan dapat
terhindar dari kecelakaan kerja yang dapat merugikan diri
karyawan maupun perusahaan.
2. Publikasi Keselamatan Kerja
Tabel 12. Skor Rataan Aspek Publikasi Keselamatan Kerja
No Pernyataan Skor Rataan
Keterangan
1. Safety talks telah efektif dilakukan sehingga karyawan dapat bekerja dengan aman dan nyaman
2,83 Setuju
2. Rapat Sub P2K3 yang rutin dilakukan tiap bulan sudah efektif dilaksanakan
2,82 Setuju
3. Sosialisasi program K3 telah efektif diberikan kepada karyawan
2,79 Setuju
4. Sosialisasi tentang penggunaan APD dan alat keselamatan lainnya serta penggunaan alat pemadam kebakaran telah dilakukan dengan baik
2,75 Setuju
5. Sosialisasi working permit (prosedur keselamatan untuk karyawan yang melaksanakan pekerjaan berpotensi bahaya) telah dilaksanakan dengan baik
2,69 Setuju
TOTAL 2,78 Setuju
91
Persepsi karyawan P-11 menyatakan bahwa aspek publikasi
keselamatan kerja telah dilaksanakan dengan baik (Tabel 12).
Publikasi keselamatan kerja yang dilakukan berupa sosialisasi hal-
hal yang berkaitan dengan SMK3. Sosialisasi tersebut antara lain
sosialisasi program K3, sosialisasi penggunaan APD, alat
keselamatan lainnya dan alat pemadam kebakaran, serta sosialisasi
working permit. Selain itu, karyawan pun merasa bahwa safety
talks yang selama ini dilakukan telah efektif sehingga karyawan
dapat bekerja dengan aman dan mengetahui potensi bahaya apa
yang akan dihadapi karyawan selama bekerja. P-11 juga telah
melaksanakan Rapat Sub P2K3 secara rutin dan efektif.
PT ITP telah memprogramkan untuk terus
mensosialisasikan pentingnya penggunaan APD karena dapat
menghindarkan karyawan dari bahaya yang bisa muncul kapan saja
selama karyawan bekerja dan berada di lingkungan perusahaan. P-
11 terus melakukan sosialisasi tentang hal-hal yang berkaitan
dengan SMK3 kepada karyawan secara rutin. Media yang
digunakan pun beragam, mulai dari papan pengumuman, rapat
SubP2K3, Safety Talks, hingga media intranet yang digunakan di
lingkungan PT ITP. Cara-cara tersebut dinilai efektif karena
hampir semua karyawan dapat memperoleh informasi mengenai
K3. P-11 pun terus meningkatkan kegiatan safety talks karena
melalui safety talks karyawan dapat mengetahui potensi bahaya
yang akan dihadapi saat bekerja, APD yang sesuai untuk
digunakan dan penanggulangan bahayanya.
3. Kontrol Lingkungan Kerja
Tabel 13. Skor Rataan Aspek Kontrol Lingkungan Kerja
No Pernyataan Skor Rataan
Keterangan
1. Manfaat telah dirasakan dari pemeriksaan kesehatan yang dilakukan PT ITP secara rutin
3,18 Setuju
92
Lanjutan Tabel 13
No Indikator Skor Rataan
Keterangan
2. Pengawasan yang baik terhadap perlengkapan kerja dapat mengurangi potensi bahaya
3,06 Setuju
3. Pengawasan yang baik telah dilakukan oleh Safety Dept. terhadap kondisi alat pemadam kebakaran (APAR, fire truck, dan fire alarm system) dan APD di P-11
2,96 Setuju
4. Karyawan merasakan manfaat yang baik dari kegiatan senam rutin mingguan yang diadakan oleh PT ITP
2,91 Setuju
5. Kondisi ruang kerja di P-11 telah memberikan kenyamanan dalam bekerja
2,78 Setuju
TOTAL 2,98 Setuju
Berdasarkan Tabel 13, persepsi karyawan P-11 menyatakan
bahwa pelaksanaan SMK3 dilihat dari aspek kontrol lingkungan
kerja telah dilaksanakan dengan baik. Kontrol lingkungan kerja
yang dimaksud di PT ITP adalah pengendalian dan pemeriksaan
terhadap karyawan serta perlengkapan kerjanya. Karyawan merasa
bahwa kondisi ruang kerja di P-11 telah memberikan kenyamanan
dalam bekerja. Kontrol pun diberikan kepada karyawan berupa
pemeriksaan kesehatan secara berkala dan kegiatan senam rutin.
Melalui kegiatan tersebut, karyawan dapat merasakan manfaat
yang baik. Selain itu, Pengawasan yang baik telah dilakukan
terhadap penggunaan alat-alat keselamatan seperti APD dan
perlengkapan keadaan darurat serta kepada perlengkapan kerja
karyawan.
Dari Tabel 13 pemeriksaan kesehatan memiliki skor yang
paling tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan melaksanakan
pemeriksaan kesehatan karyawan yang dilaksanakan tiap tahun dan
wajib diikuti oleh karyawan yang berupa :
93
a. General Check Up (pemeriksaan menyeluruh)
Kegiatan ini dilakukan untuk mendeteksi dini penyakit secara
umum, sasarannya adalah karyawan yang sehat dan dilakukan
pada fasilitas kesehatan yang ditunjuk dokter perusahaan.
Syaratnya adalah karyawan tersebut telah berusia lebih dari 40
tahun dan masa kerja minimal 5 tahun.
b. Non General Check Up (pemeriksaan tidak menyeluruh)
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi dini
penyakit yang diduga berhubungan dengan pekerjaan,
diberikan khusus kepada karyawan di areal bising.
Pemeriksaannya berupa pengaruh frekuensi rendah dan
frekuensi tinggi. Selain itu, pemeriksaan khusus pun dilakukan
kepada karyawan radiasi yang pemeriksaannya berupa abrasi
kromosom.
c. Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala dan rutin yang dilakukan oleh
Dokter perusahaan yang berupa rontgen paru. Pemeriksaan ini
merupakan keharusan bagi seluruh karyawan.
d. Pelaporan penyakit menular
Setiap karyawan yang menderita atau terkena penyakit menular
harus segera melaporkannya kepada dokter perusahaan
e. Vaksinasi
Setiap karyawan diwajibkan mengikuti vaksinasi yang
dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan keperluan.
Selain kesehatan, hal yang diperhatikan oleh PT ITP untuk
mengontrol lingkungan kerjanya adalah kondisi ruang kerja,
perlengkapan kerja karyawan seperti APD, seragam kerja, safety
shoes, serta perlengkapan keselamatan yang wajib ada pada setiap
94
ruangan seperti peralatan keadaan darurat, dan kotak P3K. Setiap
kali dilaksanakan audit internal, perlengkapan dan peralatan
keselamatan tersebut selalu diperiksa. Apabila terdapat
ketidaksesuaian maka dilakukan tindakan lanjutan seperti
mengganti atau memperbaikinya.
4. Inspeksi dan Disiplin
Tabel 14. Skor Rataan Aspek Inspeksi dan Disiplin
No Pernyataan Skor Rataan
Keterangan
1. Kewajiban menggunakan APD sudah efektif dalam mengurangi angka kecelakaan kerja.
3,02 Setuju
2. Efektivitas pemasangan tanda peringatan dan tanda bahaya di daerah berpotensi bahaya di sekitar P-11 sudah baik dalam mengurangi angka kecelakaan kerja
3,00 Setuju
3. Pemberlakuan peraturan serta pemberian sanksi pelanggaran disiplin K3 telah membuat karyawan sadar akan pentingnya K3
2,97 Setuju
4. Inspeksi K3 yang dilakukan oleh Safety Dept. di P-11 telah efektif menjaga karyawan dari kecelakaan
2,72 Setuju
5. Pembentukan satgas pengawas pelaksanaan K3 di P-11 telah efektif dalam mengawasi pelaksanaan K3
2,67 Setuju
TOTAL 2,88 Setuju
Pada Tabel 14 dapat dilihat mengenai persepsi karyawan P-
11 yang menyatakan bahwa pelaksanaan SMK3 dilihat dari aspek
inspeksi dan disiplin telah dilaksanakan dengan baik. Karyawan
merasa bahwa inspeksi K3 yang dilakukan oleh Safety Dept di P-
11 telah efektif menjaga karyawan dari kecelakaan. Pembentukan
satgas pengawas pelaksanaan K3 di P-11 telah efektif dalam
mengawasi pelaksanaan K3 sehingga peraturan yang diberlakukan
serta pemberian sangsi pelanggaran disiplin K3 telah membuat
karyawan sadar akan pentingnya K3. Di samping itu, karyawan
95
berpendapat bahwa peraturan yang mewajibkan karyawan untuk
menggunakan APD saat bekerja sudah efektif dalam mengurangi
angka kecelakaan kerja. Selain penggunaan APD, pemasangan
tanda peringatan dan potensi bahaya di sekitar P-11 pun sudah baik
dalam mengurangi angka kecelakaan kerja.
Karyawan berpendapat bahwa kewajiban menggunakan
APD paling efektif dalam mengurangi kecelakaan kerja karena
kecelakaan yang paling sering terjadi disebabkan kelalaian
karyawan dalam bekerja. Penggunaan APD sangat membantu
karyawan untuk menghindarkan diri dari kecelakaan kerja. APD
diberikan kepada karyawan sesuai dengan jenis dan tingkat risiko
pekerjaannya. PT ITP pun telah membuat peraturan-peraturan yang
mengatur kehidupan kerja karyawan yang dirangkum dalam
Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Peraturan tersebut memuat juga
mengenai sangsi apabila karyawan melanggar peraturan yang telah
disepakati. Selain penggunaan APD, cara lain yang efektif dalam
mengurangi kecelakaan kerja adalah pemasangan tanda peringatan
dan tanda bahaya di instalasi berpotensi bahaya terutama di P-11.
5. Peningkatan Kesadaran K3
Tabel 15. Skor Rataan Aspek Peningkatan Kesadaran K3
No Pernyataan Skor Rataan
Keterangan
1. Pentingnya Program K3 khususnya di P-11 3,18 Setuju
2. Selama bekerja, karyawan telah memprioritaskan untuk bekerja sesuai standar K3
3,08 Setuju
3. Memiliki motivasi yang baik untuk melaksanakan K3 di P-11
2,99 Setuju
4. PT ITP telah membuat SOP yang baik tentang persyaratan dan prosedur kerja yang sesuai standar K3
2,97 Setuju
5. Safety Dept memiliki cara yang baik dalam mengingatkan karyawan untuk bekerja
2,93 Setuju
96
mengutamakan keselamatan
TOTAL 3,03 Setuju
Karyawan merasa bahwa kesadaran terhadap K3 telah
meningkat (Tabel 15). Hal ini ditunjukkan dengan kesadaran
karyawan akan pentingnya K3 dalam bekerja. Karyawan pun telah
memiliki motivasi yang baik untuk melaksanakan K3. Hal ini
dikarenakan Safety Dept. memiliki cara yang baik dalam
mengingatkan karyawan untuk bekerja dengan mengutamakan
keselamatan. Perusahaan pun telah membuat SOP yang baik
tentang persyaratan dan prosedur kerja yang sesuai atandar K3.
Karyawan merasa telah memprioritaskan bekerja sesuai dengan
standar K3 dan hal ini penting dilakukan karena dapat
menghindarkan karyawan dari kecelakaan dan timbulnya penyakit
akibat kerja sehingga karyawan memiliki motivasi yang baik untuk
melaksanakan program K3 ini.
Dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan SMK3 di PT ITP
khususnya dari persepsi karyawan P-11 telah berjalan dengan baik dan
telah efektif dalam mengurangi angka kecelakaan kerja. Dilihat dari
skor rataan yang telah dihitung, skor rataaan tertinggi diperoleh dari
pernyataan tentang manfaat pemeriksaan kesehatan dan penggunaan
APD untuk mengurangi angka kecelakaan kerja. Sedangkan yang
paling kecil diperoleh dari pembentukan satgas pengawasan
pelaksanaan K3 dan sosialisasi mengenai working permit.
5.4. Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan Plant 11 PT ITP
Tingkat produktivitas kerja karyawan adalah ukuran suatu
perbandingan antara hasil yang diperoleh selama proses produksi dengan
jumlah jam kerja karyawan (Man Hours Of Work) pada periode waktu
tertentu. Tabel 16 menunjukkan tingkat produktivitas kerja karyawan P-11 PT
ITP.
97
Tabel 16. Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan P-11 PT ITP tahun 2000-2007
Tahun Volume Produksi
(Ton)
Jam Kerja Per Tahun
Tingkat Produktivitas Kerja
Karyawan (Ton)
Standar Produktivitas Kerja
Karyawan (Ton)
2000 2.005.769 618.316 3,24 0,55 2001 2.001.479 640.789 3,12 0,60 2002 2.149.740 636.560,5 3,38 0,60 2003 2.218.405 595.867 3,72 0,66 2004 2.347.171 535.844,5 4,38 0,66 2005 2.038.579 469.522 4,34 0,70 2006 2.228.428 442.361 5,04 0,70 2007 2.291.001 385.790 5,94 0,70
Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa tingkat produktivitas kerja yang cenderung
meningkat dari tahun 2000 hingga 2007, meskipun terjadi sedikit penurunan
pada tahun 2000 ke 2001 yaitu sebesar 0,12 ton. Produktivitas kerja karyawan
terus meningkat dan berproduksi melampaui standar yang ditetapkan
meskipun jumlah karyawan dari tahun ke tahun terus menurun. Selain itu,
total produksi semen cenderung meningkat meskipun terjadi penurunan di
tahun 2004 ke 2005 yang disebabkan oleh kebakaran yang terjadi di areal P-
11. Namun produktivitas kerja karyawannya hanya menurun sebesar 0,04 ton
saja. Meskipun jumlah outputnya menurun besar akan tetapi jumlah
karyawannya pun berkurang sehingga mempengaruhi jumlah jam kerja tahun
2005 tersebut.
Tingkat produktivitas kerja karyawan di P-11 menunjukkan
peningkatan yang positif dari tahun ke tahun dan mendekati keadaan ideal dari
tingkat produktivitas kerja yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan output yang
terus meningkat dan berbanding terbalik dengan jumlah karyawan dan jam
kerjanya. Bila output terus meningkat dan input yang digunakan seefisien
mungkin maka produktivitas yang dihasilkan semakin tinggi dan optimal.
Peningkatan produktivitas tersebut dapat terlihat pada Gambar 11.
98
Gambar 11. Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan
Standar yang yang ditetapkan PT ITP menunjukkan angka yang jauh di
bawah produktivitas kerja karyawan P-11. Hal ini dikarenakan walaupun
jumlah karyawan P-11 relatif sama dengan plant yang lain namun tingkat
produksinya paling tinggi. Manajemen puncak merupakan bagian yang paling
berwenang dalam menetapkan kebijakan-kebijakan. Salah satu kebijakan yang
ditetapkan adalah standar produktivitas kerja karyawan pada tingkat 0,7
ton/orang per jam sejak tahun 2005. Angka ini ditetapkan berdasarkan hasil
riset yang telah dilakukan PT ITP sebelumnya. Maksimum produktivitas kerja
karyawan adalah
Maksimum produktivitas = 15.420.000 = 1,14 ton/orang per jam
6.478x12x173
Keterangan :
Maksimum produksi : 15.420.000 ton
Jumlah karyawan PT ITP (akhir 2006) : 6.478 orang
Rata-rata jam kerja tiap bulan : 173 jam
Bulan efektif tiap tahun : 12 bulan
99
Setiap tahunnya PT ITP melakukan pemeriksaan kiln secara rutin yang
mengakibatkan proses produksi dapat terganggu dan tidak dapat beroperasi
penuh. Selain itu, kebutuhan pasar akan semen putih yang dihasilkan dari
Plant 5 dengan kapasitas produksi terkecil pun jumlahnya terbatas sehingga
tidak dapat mencapai kapasitas produksi maksimum dan hal ini
mempengaruhi standar produktivitas kerja karyawan yang ditetapkan PT ITP
agar semua karyawan dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
5.5. Analisis Pengaruh Efektivitas Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh SMK3 terhadap
produktivitas kerja karyawan di P-11 PT ITP dilakukan dengan menggunakan
Analisis Regresi Berganda. Analisis ini menggunakan perhitungan dengan
software SPSS for Windows 13.0. Pada analisis ini variabel independen yang
digunakan adalah SMK3 yang dilihat dari tingkat keseringan kecelakaan kerja
(IFR) dan tingkat keparahan kecelakaan kerja (ISR). Menurut ILO (2007),
IFR dan ISR merupakan elemen yang ditetapkan untuk mengukur efektivitas
penerapan yang terjadi pada suatu perusahaan yang dilihat dari tingkat
kecelakaannya. Mulai tahun 2007 untuk mengukur tingkat kecelakaan
difokuskan pada kecelakaan yang menimpa manusia (karyawan) tanpa
memperhitungkan lagi property damage yang terjadi, sehingga saat ini yang
digunakan adalah IFR dan ISR. Untuk variabel dependen yang digunakan
adalah tingkat produktivitas kerja karyawan P-11 PT ITP dari tahun 2000-
2007. Pada perhitungan besarnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen ditetapkan variabel IFR sebagai X1 dan ISR sebagai X2
sedangkan produktivitas kerja karyawan sebagai Y.
100
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa persamaan regresi berganda yang
diperoleh adalah :
……………(12)
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa variabel IFR (X1) memiliki t hitung
sebesar -4,531 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,004. Hal ini berarti
signifikansi t < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
keseringan kecelakaan signifikan berpengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan. Nilai koefisien beta yang dimiliki sebesar -0,286 dan bentuk
hubungannya negatif yang berarti semakin kecil tingkat keseringan kecelakaan
maka semakin tinggi pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan.
Selain itu, diperoleh nilai R sebesar 0,880 berarti korelasi antara variabel
dependen (Y) dengan variabel independen (X) yang artinya jika IFR turun
satu satuan maka produktivitas kerja karyawan naik 0,880 ton.. Dari nilai
Adjusted R Square (koefisien yang telah disesuaikan) menunjukkan nilai
sebesar 0,736. Hal ini mengambarkan bahwa variabel X1 mampu menjelaskan
model sebesar 73,6% sedangkan sisanya 26,4% dijelaskan oleh variabel lain di
luar dari variabel yang diteliti.
-.166 a -.382 .718 -.169 .233 4.288 .233 X2Model1
Beta In t Sig.Partial
Correlation Tolerance VIFMinimum
Tolerance
Collinearity Statistics
Predictors in the Model: (Constant), X1a.
Dependent Variable: Yb.
Tabel 17. Perhitungan Regresi Berganda dengan SPSS for Windows 13.0
5.109 .277 18.418 .000-.286 .063 -.880 -4.531 .004 1.000 1.000
(Constant)X1
Model1
B Std. Error
Unstandardized
CoefficientsBeta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
Sumber : Pengolahan Data, 2008
Y = 5,109 – 0,286 X1 – 0,166X2 + ξ1
101
Variabel ISR (X2) merupakan variabel bebas yang memberikan
pengaruh namun tidak signifikan dengan nilai koefisien beta sebesar -0,166.
Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (5%) yaitu
0,718 (Tabel 17). Artinya adalah tingkat keparahan kecelakaan (ISR) tidak
signifikan mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Di P-11 hal ini
cenderung dipengaruhi oleh tingkat kecelakaan yang tergolong parah adalah
minimal 2 hari. Meninjau dari karakteristik karyawan, lost time 2 hari
merupakan hal yang wajar sehingga pekerjaan dapat digantikan oleh orang
lain dan tidak mengganggu produktivitas kerja plant. Oleh karena itu, ISR
dengan lost time lebih dari dua hari cenderung tidak mempengaruhi secara
signifikan pada tingkat produktivitas kerja karyawan.
Dari Persamaan 12, dapat disimpulkan bahwa IFR dan ISR
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan namun IFR dapat mempengaruhi
secara lebih signifikan dibandingkan dengan ISR. Jika IFR dan ISR berada
pada tingkat 0 maka produktivitas kerja karyawan adalah sebesar 5,109 ton.
PT ITP dapat mengambil tindakan dengan mengantisipasi tingkat IFR agar
tetap berada pada tingkat 0 dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelaksanaan SMK3, terutama untuk menekan IFR dan ISR. IFR dan ISR di P-
11 cenderung dipengaruhi oleh tindakan karyawan yang lalai dalam bekerja
(unsafe action) sehingga mengakibatkan kecelakaan kerja. Agar penerapan
standar SMK3 yang selama ini sudah dijalankan dapat lebih baik lagi maka
kebijakan lingkungan yang dibuat, perencanaan, penerapan dan operasi,
pemeriksaan, tindakan koreksi dan pencegahan, tinjauan manajemen, serta
perbaikan yang berkelanjutan harus lebih diperhatikan oleh manajemen.
VI. IMPLIKASI MANAJERIAL
PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk mempunyai cita-cita yang tersirat
pada salah satu kebijakan yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keamanan,
Lingkungan dan Masyarakat yaitu senantiasa menjalankan perusahaan untuk
selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku di Indonesia dan standar
yang relevan. PT ITP sepatutnya menerapkan SMK3 menurut peraturan dan
standar yang ditetapkan. Peran suatu organisasi dalam menerapkan,
mengembangkan, dan mengimplementasikan SMK3 sangatlah penting akan tetapi
peran ini akan lebih optimal lagi jika didukung oleh seluruh karyawan PT ITP
sehingga diharapkan dapat mencapai target pencapaian yang optimal.
Pencapaian target yang optimal dapat dilakukan oleh pihak manajemen
dengan terus melakukan perbaikan yang berkelanjutan untuk masalah K3 dan
produktivitas kerja karyawan yang menjadi fokus utama pada penelitian ini.
Implikasi manajerial disusun untuk membantu manajemen agar pelaksanaan
SMK3 bisa lebih baik lagi dan menjaga agar tingkat produktivitas kerja karyawan
tetap optimal. Implikasi manajerial ini diberikan berdasarkan tujuan pada
penelitian ini yaitu:
1) Pelaksanaan SMK3
Secara keseluruhan, pelaksanaan SMK3 sudah diterapkan dengan baik.
Penerapan SMK3 dinilai baik apabila seluruh tujuan dari tiap kriteria yang
distandarkan tercapai. Hal yang paling penting dalam penerapan SMK3 adalah
tinjauan manajemen. Pada tahap ini, penerapan SMK3 dinilai pencapaiannya
dan ditinjau perbaikan kelanjutannya. Agar tahap ini dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, sebaiknya pihak manajemen melakukan hal-hal seperti:
a. memfasilitasi keluhan karyawan mengenai pelaksanaan SMK3 di PT ITP
b. melakukan pendekatan Industrial Clinical Psychology (berdasarkan Teori
Miner) untuk meneliti karyawan-karyawan yang tingkat kerjanya menurun
karena berkaitan dengan masalah K3
c. meningkatkan kesigapan dalam memperbaiki temuan-temuan yang tidak
sesuai dengan standar SMK3, misalnya pada saat karyawan melaporkan
adanya unsafe condition dan temuan tidak sesuai saat dilaksanakan audit.
103
2) Efektivitas pelaksanaan SMK3
Pelaksanaan SMK3 di P-11 PT ITP telah dilaksanakan dengan baik, namun
ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan. Hal yang perlu ditingkatkan dapat
dilihat dari aspek-aspek berikut ini:
a. Publikasi Keselamatan Kerja
Publikasi keselamatan kerja sudah dilaksanakan dengan baik, namun
terkadang belum memaksimalkan media komunikasi yang ada dengan
baik. Media komunikasi yang belum dimaksimalkan dengan baik adalah
papan pengumuman. Sebaiknya penggunaan papan pengumuman
dimaksimalkan dengan cara :
1. Letakkan papan pengumuman pada lokasi yang strategis sehingga
dapat dilihat oleh banyak karyawan.
2. Isi papan pengumuman dengan hal-hal yang berkaitan dengan SMK3
seperti laporan statistika kecelakaan bulanan, berita tanggap darurat,
keadaan K3 di Indonesia dan dunia internasional ataupun mengenai
pensosialisasian working permit yaitu prosedur untuk melaksanakan
pekerjaan yang berpotensi bahaya.
3. Gunakan hal-hal yang dapat menarik perhatian karyawan, misalkan
dengan memvisualisasikan maksud berita menggunakan gambar.
4. Sebaiknya papan pengumuman diperbaharui setiap bulan
b. Inspeksi dan Disiplin
Inspeksi yang dilakukan selama ini sudah dilaksanakan dengan baik dan
terencana. Namun masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh
karyawan terhadap peraturan keselamatan dan standar kerja yang sudah
ada. Hal ini tentu saja dapat membahayakan karyawan dan bisa merugikan
perusahaan. Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan adalah :
1. Memberikan peringatan dengan cara pendekatan personal. Dengan
begitu inspektor dapat mengetahui alasan mengapa karyawan tersebut
melanggar peraturan
2. Identifikasi penyebabnya dan mencari solusi terbaik agar pelanggaran
tidak dilakukan berulang.
104
3. Apabila pelanggaran masih dilakukan oleh orang yang sama, maka
berikan peringatan secara tegas sesuai dengan PKB.
c. Pelatihan Keselamatan Kerja
Berdasarkan dari pengkajian model SMK3 yang diterapkan maka
pelatihan keselamatan kerja yang perlu ditingkatkan adalah pelatihan
tentang keadaan darurat. Pelatihan ini sangat penting mengingat besarnya
potensi bahaya yang ada di lingkungan PT ITP terutama P-11 yang
merupakan plant terbesar. Selama ini pelatihan keselamatan diuji coba
minimal 1 kali dalam setahun dan disesuaikan dengan potensi bahaya yang
ada di P-11. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
1. Semua karyawan harus dipastikan pernah mengikuti pelatihan
keselamatan dengan berbagai kondisi keadaan darurat yang meliputi
kebakaran, banjir, gempa, dan kebocoran B3.
2. Meningkatkan waspada kondisi darurat yang bisa terjadi sewaktu-
waktu.
3. Meningkatkan pelatihan uji coba menjadi minimal 2 kali dalam satu
tahun dengan tujuan peningkatan sikap siaga dan intisipasi lupa atau
kepanikan.
d. Kontrol Lingkungan Kerja
Kenyamanan ruang kerja merupakan hal yang penting bagi karyawan. P-
11 telah melakukan pengawasan yang baik terhadap lingkungan kerja
karyawan, namun ada beberapa hal yang masih belum diperhatikan.
Misalnya merokok dalam ruangan ber-AC dan ada peringatan “Dilarang
Merokok”. Mengingatkan karyawan yang sebagian besar laki-laki tentang
bahaya merokok cenderung sulit dilakukan, namun ada beberapa langkah
yang dapat ditempuh seperti:
1. Memberikan pengarahan tentang risiko yang dihadapi bila merokok
dalam ruangan ber-AC, dan sebaiknya pengarahan tersebut diberikan
oleh orang yang tergolong ahli dalam bidang tersebut sehingga
karyawan yang mendengarkan dapat percaya pada apa yang
disampaikan.
105
2. Bekerja sama dengan dokter perusahaan untuk memberikan
pengarahan secara intensif.
3. Mengingatkan dengan menggunakan artikel-artikel menarik tentang
bahaya merokok yang kemungkinan besar dapat diterima oleh
karyawan.
Meskipun himbauan tersebut belum dapat menghilangkan kebiasaan
merokok karyawan namun sekurang-kurangnya dapat menghentikan
kebiasaan merokok dalam kantor.
e. Peningkatan Kesadaran K3
Safety Dept. dan unit kerja K3 lainnya memiliki cara yang baik dalam
mengingatkan karyawan untuk bekerja mengutamakan K3 sehingga
sebagian besar karyawan telah merasakan pentingnya penerapan K3. Pada
akhirnya karyawan sadar bahwa K3 dapat melindungi diri dari kecelakaan
dan timbulnya penyakit akibat kerja. Akan tetapi kesadaran karyawan
belum sepenuhnya tinggi karena ada juga karyawan yang belum
memprioritaskan untuk bekerja sesuai dengan standar K3. Kesadaran
karyawan dapat ditingkatkan dengan cara :
1. Peningkatan intensitas safety talks yang diberikan oleh atasan.
2. Atasan melakukan pengawasan/kontrol yang intensif dan kontinyu
kepada karyawan.
3. Karyawan terus diingatkan pada potensi bahaya yang ada di
sekelilingnya, bila perlu gunakan bukti-bukti otentik mengenai
kecelakaan yang pernah terjadi.
4. Atasan sebaiknya memberikan contoh yang baik dengan “sadar K3”
Jadikan penerapan K3 ini menjadi sebuah budaya kerja yang melekat baik
pada lingkungan kerja sehingga karyawan tidak perlu diingatkan lagi
tentang pentingnya penerapan K3 dalam bekerja.
3) Pengaruh efektifitas penerapan SMK3 terhadap produktivitas kerja karyawan
106
Dari persamaan regresi diperoleh bahwa IFR dan ISR mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan maka untuk menjaga agar produktivitas kerja
karyawan tetap tinggi maka kecelakaan harus dapat dihindari dengan cara :
a. Menggiatkan program K3 agar IFR dan ISR bisa terus dipertahankan pada
tingkat nol (0).
b. Meningkatkan koordinasi diantara unit-unit kerja yang bertanggung jawab
dalam K3.
c. Menjelaskan kepada karyawan tentang K3 secara lebih intensif
4) Tingkat produktivitas kerja karyawan
Tingkat produktivitas kerja karyawan di P-11 sudah tergolong tinggi karena
berada di atas standar yang ditetapkan PT ITP. Dari tahun 2000-2007 hampir
selalu mengalami peningkatan meskipun jumlah karyawannya menurun.
Untuk menjaga agar produktivitas kerja karyawan tetap tinggi dapat dilakukan
pengawasan seperti :
a. Pengawasan terhadap kesehatan karyawan P-11 karena dengan karyawan
yang sehat maka jam kerja pun dapat terjaga dan lost time dapat dihindari.
b. Berikan penyuluhan tentang gizi makanan kepada karyawan agar kondisi
tubuh tetap sehat
c. Menjaga agar lingkungan kerja tetap nyaman dan kondusif sehingga
karyawan dapat bekerja dengan baik
d. Periksa peralatan dan perlengkapan kerja secara rutin (misalnya 1 bulan
sekali) agar pekerjaan tidak terganggu dan tidak mengakibatkan hal-hal
yang merugikan (seperti kebakaran)
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. PT ITP telah menerapkan SMK3 berdasarkan standar OHSAS 18001 dan
Permenaker No. 05/MEN/1996. Penerapan SMK3 tersebut, telah
terorganisir dengan baik sehingga telah mendapat penghargaan Golden
Flag dari PT. Sucofindo (auditor eksternal) selama tiga kali pada tahun
2000, 2003, dan 2006. Tingkat keseringan kecelakaan (Injured Frequency
Rate-IFR) dan Tingkat keparahan kecelakaan (Injured Severity Rate-ISR)
dari P-11 cenderung menurun hingga tahun 2007 sejak pertama kali
beroperasi tahun 2000 dan telah mencapai zero accident pada tahun 2006
dan 2007
2. Berdasarkan persepsi karyawan, pelaksanaan SMK3 di P-11 telah berjalan
dengan baik dan efektif mengurangi angka kecelakaan kerja terutama
dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Selain itu, Karyawan P-
11 sangat merasakan manfaat yang besar dari pemeriksaan kesehatan rutin
yang diadakan oleh PT ITP
3. Tingkat produktivitas kerja karyawan P-11 PT ITP selalu berada di atas
standar yang ditetapkan dan tingkat produktivitas tersebut cenderung
meningkat dari tahun 2000-2007 . Hal ini menunjukkan bahwa P-11 telah
beroperasi secara efektif dan efisien.
4. Tingkat keseringan kecelakaan (Injured Frequency Rate-IFR) dan tingkat
keparahan kecelakaan (Injured Severity Rate-ISR) mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan namun IFR lebih signifikan mempengaruhi
tingkat produktivitas kerja karyawan dibandingkan ISR. Keduanya
berpengaruh negatif sehingga semakin kecil IFR dan ISR maka semakin
tinggi tingkat produktivitas kerja karyawan PT ITP.
108
2. Saran
1. Plant 11 PT ITP sebaiknya merumuskan juga standar produktivitas kerja
karyawan khusus untuk Plant 11 agar tingkat pencapaian produktivitas
kerja tiap karyawan di Plant 11 dapat terlihat berbeda dengan plant yang
lainnya, hal ini dikarenakan produktivitas kerja karyawan Plant 11 paling
tinggi dan tingkat pencapaiannya jauh berada di atas standar yang telah
ditetapkan.
2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya mencari formulasi untuk
mengukur tingkat produktivitas kerja karyawan pada perusahaan yang
sebagian besar berproduksi dengan mesin-mesin canggih dan berkapasitas
besar.
3. Menganalisa lebih lanjut mengenai pengaruh tingkat keparahan
kecelakaan (ISR) terhadap produktivitas kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Almigo, N. 2004. ”The Relation Between Job Satisfaction and The Employees Work Productivity”, Journal of Productivity : 1.50-60
Ilham, R.N. 2002. Analisis Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Motivasi Kerja karyawan di PT Goodyear Indonesia. Skripsi pada Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Arep, I. dan H. Tanjung. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas Trisakti, Jakarta.
Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia (Terjemahan, jilid II). Prenhallindo, Jakarta.
Indocement. Company Profile. http: //www.indocement.co.id [11 Januari 2008]
Ishak, A. 2004. ”Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Kerja”, Jurnal Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jamsostek. Jamsostek Setiap Hari Tangani 349 Kasus Kecelakaan Kerja. http://www.nakertrans.go.id/arsip_berita/naker/jamsostek.php [01 Oktober 2007]
Kussriyanto, B. 1986. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. PT. Gramedia, Jakarta.
Mahardika, R. 2005. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di PT PLN (Persero) Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UBS P3B) Region Jawa Timur dan Bali. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mangkunegara, A. A. A. P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mangkuprawira, S. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Ghalia Indonesia, Jakarta
Mangkuprawira, S. dan A. Vitayala Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Bogor.
Moenir, A.S. 1997. Pendekatan Manusiawi Dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian. Haji Mas Agung, Jakarta.
110
Muchdarsyah, S. 2005. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Bumi Aksara, Jakarta.
Purnamasari, Y. 2004. Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Tingkat Kecelakaan dan Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Djuanda, Bogor.
Rahmawati, S. dan B. Rahmawati. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kepemimpinan dalam Meningkatkan Produktivitas Karyawan PT Bridgestone Tire Indonesia.” Jurnal Manajemen, 3 : 1. 45-54.
Razak, M. A. 6 Perusahaan Di Karawang Mendapat Penghargaan Bendera Emas. http://gerbang.jabar.go.id/kabkarawang/index.php?index=16&idberita=258 [01 Oktober 2007]
Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.
Sari, S. M. 2007. Analisis Tingkat Kepuasan Karyawan Terhadap Kinerja Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Studi Kasus:National Service Division Workshop Sunter PT Toyota Astra Motor, Jakarta Utara). Skripsi Pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Simanjuntak, P. J. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Sinungan, M. 2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Edisi kedua. Bumi Aksara, Jakarta.
Sugeng, A. M., dkk. 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Edisi kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Siregar, S. 2004. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Grasindo, Jakarta.
Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PPM, Jakarta.
Umar, H. 2003. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
112
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Rini Riestiany H24104054 “Analisis Efektifitas Penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan di Plant 11 PT Indocement Tunggal Prakarsa, TBk Citeureup
Bogor” Pembimbing Prof. DR. Ir. TB Sjafri Mangkuprawira, M.Sc. dan Ratih
Maria Dhewi, SP, MM
Kuesioner ini digunakan untuk kebutuhan pengumpulan data pada penelitian tugas
akhir mahasiswa program Sarjana Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Tujuan dilaksanakannya penyebaran kuesioner ini adalah untuk
mengkaji efektifitas penerapan Sistem Manajemen K3 di PT ITP khususnya di P-
11. Mengingat arti pentingnya kuesioner ini sebagai data primer dari penelitian ini,
maka saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mennjawab
secara jujur sesuai dengan kondisi yang dirasakan di Plant 11 PT ITP. Kuesioner ini
tidak berpengaruh pada apapun dan dijamin kerahasiaannya.
TERIMA KASIH ATAS KESEDIAANNYA UNTUK MENGISI KUESIO NER
INI
Identitas Responden
1. Jenis kelamin : L / P
2. Usia : < 20 tahun 26 - 30 tahun
20 - 25 tahun 31 – 40 tahun
� 41 tahun
3. Pendidikan Terakhir : SMU dan sederajat S2
S1 Lain-lain.........
4. Masa Kerja : < 3 tahun 5 - 10 tahun
3 – 4 tahun 11 - 15 tahun
� 15 tahun
5. Departemen : Produksi Mekanik Elektrik
113
Lanjutan Lampiran1.
Bubuhkanlah tanda ”X” pada kolom penilaian yang telah disediakan.
1. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Penilaian No Pernyataaan
1 2 3 4
1. Saya merasa pendidikan dasar K3 bagi karyawan di P-11 PT ITP sudah dilakukan dengan baik
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
2. Menurut saya, pelatihan K3 untuk pelaksana pekerjaan yang berpotensi bahaya di P-11 PT ITP sudah memenuhi standar yang ditetapkan
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
3. Saya merasa pelatihan untuk menghadapi keadaan darurat saat kebakaran dan penanggulangan bahayanya sudah memenuhi standar yang ditetapkan
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
4. Saya dapat merasakan manfaat dari pendidikan dan pelatihan K3 yang diberikan PT ITP khususnya di P-11 sehingga saya lebih aman dalam bekerja
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
5. Pelatihan yang diberikan oleh Safety Dept. mengenai pertolongan pertama saat kecelakaan sudah dapat saya terapkan dengan baik
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
2. PUBLIKASI DAN KONTES KESELAMATAN
Penilaian No Pernyataaan
1 2 3 4
1. Menurut saya, sosialisasi program K3 telah efektif diberikan kepada seluruh karyawan PT ITP khususnya di P-11
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
2. Menurut saya, sosialisasi yang baik telah dilakukan oleh Safety Dept tentang penggunaan APD dan alat keselamatan lainnya serta penggunaan alat pemadam kebakaran
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
114
Lanjutan Lampiran 1.
Penilaian No Pernyataaan
1 2 3 4
3. Menurut saya, safety talks telah efektif dilakukan sehingga karyawan dapat bekerja dengan aman dan nyaman
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
4. Menurut saya, sosialisasi working permit (prosedur keselamatan untuk karyawan yang melaksanakan pekerjaan berpotensi bahaya) telah dilaksanakan dengan baik di P-11
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
5. Bagi saya, rapat Sub P2K3 yang rutin dilakukan tiap bulan sudah efektif dilaksanakan di P-11
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
3. KONTROL LINGKUNGAN KERJA
Penilaian No Pernyataaan
1 2 3 4
1. Bagi saya, kondisi ruang kerja di P-11 telah memberikan kenyamanan dalam bekerja
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
2. Saya sangat merasakan manfaat dari pemeriksaan kesehatan yang dilakukan PT ITP secara berkala
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
3. Saya juga sangat merasakan manfaat yang baik dari kegiatan senam rutin mingguan yang diadakan oleh PT ITP
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
4. Menurut saya, pengawasan yang baik telah dilakukan oleh Safety Dept. terhadap kondisi alat pemadam kebakaran (APAR, fire truck, dan fire alarm system) dan APD di P-11
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
5. Menurut saya, pengawasan yang baik terhadap perlengkapan kerja (ergonomi, monitor komputer, kabel-kabel listrik, dsb) dapat mengurangi potensi bahaya
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
115
Lanjutan Lampiran 1.
4. INSPEKSI DAN DISIPLIN
Penilaian No Pernyataaan
1 2 3 4
1. Menurut saya, inspeksi K3 yang dilakukan oleh Safety Dept. di P-11 telah efektif menjaga karyawan dari kecelakaan
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
2. Menurut saya, pembentukan satgas pengawas pelaksanaan K3 di P-11 telah efektif dalam mengawasi pelaksanaan K3
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
3. Menurut saya, pemberlakuan peraturan serta pemberian sanksi pelanggaran disiplin K3 di P-11 telah membuat karyawan sadar akan pentingnya K3
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
4. Bagi saya, efektivitas peraturan yang mewajibkan saya untuk menggunakan APD saat bekerja sudah baik dalam mengurangi angka kecelakaan kerja
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
5. Menurut saya, pemasangan tanda peringatan dan tanda bahaya di instalasi berpotensi bahaya di sekitar P-11 sudah baik, terutama efektivitasnya dalam mengurangi angka kecelakaan kerja
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
5. PENINGKATAN KESADARAN K3
Penilaian No Pernyataaan
1 2 3 4
1. Saya sangat merasakan pentingnya Program K3 khususnya di P-11
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
2. Saya sudah termotivasi dengan baik untuk melaksanakan K3 di P-11
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
116
Lanjutan Lampiran 1.
Penilaian No Pernyataaan
1 2 3 4
3. Menurut saya, Safety Dept memiliki cara yang baik dalam mengingatkan saya untuk bekerja mengutamakan keselamatan
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
4. Selama bekerja, saya telah memprioritaskan untuk bekerja sesuai standar K3
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
5. Menurut saya, PT ITP telah membuat SOP yang baik tentang persyaratan dan prosedur kerja yang sesuai standar K3
sangat tidak setuju
tidak setuju
Setuju sangat setuju
117
Lampiran 2. Tabel Standar SMK3
Standar SMK3 Berdasarkan OHSAS 18001 dan Permenaker No. 05/MEN/1996
OHSAS 18001 Permenaker 05/MEN/1996
Elemen Elemen Pasal Pasal
1 Ruang lingkup 1 Pembangunan dan pemeliharaan
komitmen
2 Acuan yang diterbitkan 2 Strategi pendokumentasian
3 Terminologi dan Definisi 3 Peninjauan ulang desain dan
kontrak
4 Persyaratan SMK3 4 Pengendalian dokumen
4.1 Persyaratan umum 5 Pembelian
4.2 Kenijakan K3 6 Keamanan bekerja berdasarkan
SMK3
4.3 Perencanaan 7 Standar Pemantauan
4.3.1 Identifikasi bahaya,
penilaian risiko, dan
penentuan pengendalian
8 Pelaporan dan Perbaikan
4.3.2
Undang-Undang dan
Persyaratan Lain
9 Pengelolaan material dan
perpindahan
4.3.3 Sasaran dan Program 10 Pengumpulan dan penggunaan
data
4.4 Penerapan dan Operasi 11 Audit SMK3
4.4.1 Sumber daya, peran,
tanggung jawab, tanggung
gugat dan wewenang
12 Pengembangan Keterampilan dan
Kemampuan
4.4.3 Komunikasi, partisipasi, dan
konsultasi
4.4.3.1 Komunikasi
4.4.3.2 Partisipasi dan konsultasi
4.4.4 Dokumentasi
118
Lanjutan Lampiran 2.
OHSAS 18001
Elemen Elemen
4.4.5 Pengendalian dokumen dan
data
4.4.6 Pengendalian Operasional
4.4.7 Kesiapan keadaan darurat
dan respon
4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pengukuran kinerja dan
pemantauan
4.5.2 Evaluasi dan pemenuhan
4.5.2.1 Konsisten dan komitmen
untuk pemenuhan
4.5.2.2 Organisasi harus
mengevaluasi pemenuhan
persyaratan lainnya yang
dinyatakan (lihat 4.3.2)
4.5.3
Penyelidikan insiden,
tindakan korektif,
ketidaksesuaian, dan
tindakan pencegahan
4.5.4 Pengendalian rekaman
4.5.5 Audit internal
4.6 Tinjauan Manajemen
Sumber: QSMR, 2007
119
Lampiran 3. Safety Golden Rules
120
Lampiran 4. Identifikasi Bahaya
1. Sumber Bahaya
Bahaya dapat timbul dari peralatan dan perlengkapan yang ada di perusahaan.
Secara umum, sumber bahaya yang teridentifikasi dapat menimbulkan
kecelakaan di PT ITP adalah
a) Mesin dan sarana produksi seperti mesin pons, mesin press, mesin gergaji,
mesin bor, crusher, mill, kiln, dryer, separator
b) Penggerak mula dan pompa seperti motor bakar, kompressor, pompa air,
kipas angin, penghisap udara
c) Lift seperti lift untuk orang atau barang baik yang digerakkan dengan tenaga
uap, listrik, hidrolik
d) Pesawat angkat seperti keran angkat, derek, dongkrak, takel, lir
e) Conveyor dan material handling seperti ban berjalan, rantai berjalan, bucket
elevator, screw conveyor, air lift, air pump
f) Pesawat angkut seperti fork lift, wheel loader, escavator, truck, mobil,
gerobak
g) Alat transmisi mekanik seperti rantai, gear, v belt
h) Perkakas kerja tangan seperti palu, pahat, pisau, kapak
i) Pesawat uap dan bejana tekan seperti ketel uap, bejana uap, pemanas air,
pengering uap, botol baja, tabung bertekanan
j) Peralatan listrik seperti motor listrik, generator, transformator, ornamen
listrik, sekering, saklar, kawat penghantar
k) Bahan kimia seperti bahan kimia mudah terbakar, meledak atau menguap;
beracun, korosif, uap logam
l) Debu berbahaya seperti debu yang mudah meledak, debu organik, debu
anorganik (asbes), debu silika
m) Radiasi dan bahan radioaktif seperti radium, kobalt, sinar ultra, sinar infra
n) Faktor lingkungan seperti faktor fisik, kimia, biologis, ergonomis, psikologis
o) Bahan mudah terbakar dan benda panas seperti film, minyak, kertas, kapuk,
uap & kiln, tungku, pipa hisap
p) Binatang seperti serangga, binatang buas, bakteri
q) Permukaan lantai kerja seperti lantai, bordes, jalan, pelataran
121
Lanjutan Lampiran 4.
2. Jenis Bahaya
Secara umum, jenis dari bahaya atau potensi bahaya dapat terjadi karena adanya
keterkaitan dengan kegiatan atau sumber bahaya. Jenis bahaya yang bisa timbul
saat bekerja antara lain adalah :
a) Membentur, menabrak (pada umumnya karena bergerak, meluncur)
b) Terpukul, terbentur (pada umumnya karena pukulan benda yang bergerak)
c) Jatuh dari ketinggian
d) Jatuh, terpeleset dan terbalik (ketinggian yang sama)
e) Tertangkap masuk (tertusuk, tersayat, tergores, terpotong)
f) Tertangkap pada (tersangkut, terkait)
g) Tertangkap dalam atau diantara (tergigit, terjepit, tertimbun, tenggelam)
h) Kontak dengan energi: listrik, panas, dingin, radiasi, bunyi, getaran, petir
i) Kontak dengan B3: kebakaran, peledakan, iritasi, korosi, racun; meliputi
penghisapan, penyerapan (menunjukkan proses masuknya bahan atau zat
berbahaya ke dalam tubuh, baik melalui pencernaan, pernafasan ataupun
kulit dan pada umumnya berakibat sesak nafas, keracunan, mati lemas)
j) Tekanan, beban, penggunaan berlebihan
3. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition)
Kondisi berbahaya ditempat kerja antara lain:
a) Pengamanan yang tidak sempurna seperti sumber kecelakaan tanpa alat
pengaman, atau dengan alat pengaman yang tidak mencukupi atau rusak atau
tidak berfungsi
b) Peralatan/bahan yang tidak seharusnya seperti mesin, pesawat, peralatan atau
bahan yang tidak sesuai atau berbeda dari keharusan/standar, faktor lainnya
c) Kecacatan, ketidaksempurnaan seperti kondisi atau keadaan yang tidak
semestinya misalnya: kasar, licin, tajam, timpang, aus, retak, rapuh
d) Pengaturan, prosedur yang tidak aman seperti pengaturan prosedur yang
tidak aman pada atau sekitar sumber kecelakaan, misalnya: penyimpanan,
peletakan yang tidak aman, diluar batas kemampuan, pembebanan lebih,
faktor psikososial
122
Lanjutan Lampiran 4.
e) Penerangan tidak sempurna seperti kurang cahaya, silau
f) Ventilasi tidak sempurna seperti pergantian udara segar yang kurang, sumber
udara segar yang kurang
g) Iklim kerja yang tidak aman seperti suhu udara yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah, kelembaban udara yang berbahaya, faktor biologi
h) Tekanan udara yang tidak aman seperti tekanan udara yang tinggi dan yang
rendah
i) Getaran yang berbahaya seperti getaran frekuensi rendah
j) Bising seperti suara yang intensitasnya melebihi nilai ambang batas
k) Pakaian, kelengkapan yang tidak aman seperti sarung tangan, respirator,
kedok, sepatu keselamatan, pakaian kerja, tidak tersedia atau tidak
sempurna/cacat/rusak
l) Kejadian berbahaya lainnya seperti bergerak atau berputar terlalu cepat atau
terlalu terlambat, peluncuran benda, ketel melendung, konstruksi retak,
korosi, kotor
4. Tindakan yang berbahaya (unsafe action)
Secara umum tindakan berbahaya meliputi:
a) Melakukan pekerjaan tanpa wewenang, lupa mengamankan, lupa
memberi tanda peringatan.
b) Bekerja dengan kecepatan berbahaya
c) Membuat alat pengaman tidak berfungsi (melepas, atau mengubah)
d) Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
e) Memuat, membongkar, menempatkan, mencampur, menggabungkan dan
sebagainya dengan tidak aman (proses produksi).
f) Mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman (ergonomis).
g) Bekerja pada obyek yang berputar atau berbahaya (misalnya:
membersihkan, mengatur, memberi pelumas)
h) Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono/dakar, mengagetkan
i) Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.
j) Dibawah pengaruh obat-obatan.
123
Lampiran 5. Surat Izin Keselamatan Kerja
124
Lampiran 6. Surat Izin Kerja Berbahaya
125
Lampiran 7. Alat Pelindung Diri
126
Lanjutan Lampiran 7.
127
Lanjutan Lampiran 7.
128
Lampiran 8. Safety Rules
129
Lampiran 9. Uji Reliabilitas
Reliability
Warnings
The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated orused in the analysis.
Case Processing Summary
30 100.0
0 .0
30 100.0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.948 25
Cronbach'sAlpha N of Items
130
Lampiran 10. Analisis Regresi dengan SPSS for Windows 13.0
Regression
Descriptive Statistics
4.1457 .98056 8
3.3750 3.02076 8
38.6250 46.07428 8
Y
X1
X2
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 -.880 -.809
-.880 1.000 .876
-.809 .876 1.000
. .002 .008
.002 . .002
.008 .002 .
8 8 8
8 8 8
8 8 8
Y
X1
X2
Y
X1
X2
Y
X1
X2
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Y X1 X2
Variables Entered/Removeda
X1 .
Stepwise(Criteria:Probability-of-F-to-enter<= .050,Probability-of-F-to-remove >= .100).
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
Dependent Variable: Ya.
Model Summaryb
.880a .774 .736 .50370 1.375Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), X1a.
Dependent Variable: Yb.
131
Lanjutan Lampiran 10.
ANOVAb
5.208 1 5.208 20.528 .004a
1.522 6 .254
6.731 7
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X1a.
Dependent Variable: Yb.
Coefficientsa
5.109 .277 18.418 .000
-.286 .063 -.880 -4.531 .004 1.000 1.000
(Constant)
X1
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
Excluded Variablesb
-.166a -.382 .718 -.169 .233 4.288 .233X2Model1
Beta In t Sig.Partial
Correlation Tolerance VIFMinimumTolerance
Collinearity Statistics
Predictors in the Model: (Constant), X1a.
Dependent Variable: Yb.
Collinearity Diagnosticsa
1.767 1.000 .12 .12
.233 2.752 .88 .88
Dimension1
2
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant) X1
Variance Proportions
Dependent Variable: Ya.
Residuals Statisticsa
2.8250 5.1094 4.1457 .86257 8
-.48207 .82903 .00000 .46634 8
-1.531 1.117 .000 1.000 8
-.957 1.646 .000 .926 8
Predicted Value
Residual
Std. Predicted Value
Std. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Ya.