afif cbd dr.gunawan
DESCRIPTION
Afif Cbd Dr.gunawanTRANSCRIPT
REFLEKSI KASUSOTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi Persyaratan
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu THT-KL
Disusun oleh :
Ahmad Izzudin Afif
01.209.5824
Penguji :
dr. Agung Sulistyanto, Sp. THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
SEROTINUS
A. DEFINISI
Kehamilan serotinus (postterm, prolonged atau postdates) adalah kehamilan yang
berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) yang terhitung sejak hari pertama siklus haid
terakhir (HPHT).Umur kehamilan dan perkiraan hari kelahiran ditentukan dengan rumus
Naegele (Sarwono, 2010).
B. ETIOLOGI/ PATOGENESIS
Penyebab pasti dari kehamilan postterm sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti. Teori-teori yang pernah diajukan untuk menerangkan penyebab terjadinya
kehamilan postterm antara lain:
1. Teori progesteron. Berdasarkan teori ini, diduga bahwa terjadinya kehamilan
postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron melewati
waktu yang semestinya.
2. Teori oksitosin. Rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis wanita hamil
pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu fakor penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
3. Teori kortisol/ACTH janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga
produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen. Proses ini
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada
kasus-kasus kehamilan dengan cacat bawaan janin seperti anensefalus atau
hipoplasia adrenal, tidak adanya kelenjar hipofisis janin akan menyebabkan
kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan berlangsung lewat
bulan.
4. Teori syaraf uterus. Berdasarkan teori ini, diduga kehamilan postterm terjadi pada
keadaan tidak terdapatnya tekanan pada ganglion servikalis, seperti pada kelainan
letak, tali pusat pendek, dan masih tingginya bagian terbawah janin.
Teori heriditer. Pengaruh herediter terhadap insidensi kehamilan postterm.
seorang ibu yang pernah mengami kehamilan postterm akan memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami kehamilan postterm pada kehamilan berikutnya. Hasil penelitian ini
memunculkan kemungkinan bahwa kehamilan postterm juga dipengaruhi oleh faktor
genetik (Sarwono, 2010).
C. PERMASALAHAN KEHAMILAN POSTTERM
1. Perubahan pada Plasenta
a. Penimbunan kalsium. Pada kehamilan postterm terjadi peningkatan penimbunan
kalsium pada plasenta. Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan
progresivitas degenerasi plasenta.
b. Selaput vaskuloinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang, keadaan
ini dapat menurunkan mekanisme transpor plasenta
c. Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid,
fibrosis, trombosis intervili dan infark vili
d. Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein plaseta
dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat.
Transpor kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium dan glukosa menurun.
Pengangkutan bahan dengan ebrat molekul tinggi seperti asam amino, lemak dan
gama globulun biasanya mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin intrauterin.
2. Pengaruh pada Janin
a. Berat janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka
terjadi penurunan berat janin.
b. Sindroma postmaturitas
c. Gawat janin atau kematian perinatal, disebabkan oleh makrosomia, insufisiensi
plasenta.
Tanda postterm dibagi dalam 3 stadium
a. Stadium 1 : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering,
rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium 2 : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium pada kulit.
c. Stadium 3 : Pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
3. Pengaruh pada Ibu
Morbiditas/ mortalitas ibu dapat meningkat akibat dari makrosomia janin dan
tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosis persalinan,
incoordinate uterine action, partus lama (Sarwono, 2010).
D. DIAGNOSIS
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari pehitungan rumus naegele setelah
mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran,
maka pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan
informasi mengenai usia gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan
ialah air ketuban yang berkuarang dan gerakan janin yang jarang.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan lewat
waktu, antara lain :
1. Riwayat HPHT :
a. Penderita harus yakin betul HPHT
b. Siklus 28 hari dan teratur
c. Tidak minum pil anti hamil setidaknya 3 bulan terakhir
2. Riwayat pemeriksaan antenatal
a. Tes kehamilan. Bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik
sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan memang
telah berlangsung 6 minggu.
b. Gerak janin. Gerak janin atau quickening dirasakan ibu pada umur
kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida sekitar umur kehamilan 18
minggu dan multigravida pada 16 minggu.
c. Denyut Jantung Janin. Dengan stetoskop Laennec DJJ dapat terdengar
mulai umur kehamilan 18 – 20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat
terdengar pada usia kehamilan 10 – 12 minggu.
d. Tinggi fundus uteri. Pemeriksaan tinggu fundus uteri serial dalam
sentimenter dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang
tiap bulan.
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3
atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut:
a.Telah lewat 36 minggu sejak test kehamilan positif
b.Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
c.Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler
d.Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop Laennec
3. Pemeriksaan USG
Semakin awal pemeriksaan USG dilakukan, maka usia kehamilan yang
didapatkan akan semakin akurat sehingga kesalahan dalam mendiagnosa
kehamilan postterm akan semakin rendah. Tingkat kesalahan estimasi tanggal
perkiraan persalinan jika berdasarkan pemeriksaan USG trimester I (crown-rump
length) adalah ± 0,67 minggu. Pada usia kehamilan antara 16-26 minggu, ukuran
diameter biparietal (biparietal diameter/BPD) dan panjang femur (femur
length/FL) memberikan ketepatan ± 7 hari dari taksiran persalinan.
Pemeriksaan usia kehamilan berdasarkan USG pada trimester III memiliki
tingkat keakuratan yang lebih rendah dibanding metode HPHT maupun USG
trimester I dan II. Ukuran-ukuran biometri janin pada trimester III memiliki
tingkat variabilitas yang tinggi sehingga tingkat kesalahan estimasi usia
kehamilan pada trimester ini juga menjadi tinggi. Tingkat kesalahan estimasi
tanggal perkiraan persalinan jika berdasarkan pemeriksaan USG trimester III
bahkan bisa mencapai ± 3,6 minggu. Keakuratan penghitungan usia kehamilan
pada trimester III saat ini sebenarnya dapat ditingkatkan dengan melakukan
pemeriksaan MRI terhadap profil air ketuban.
4. Laboratorium
Pemeriksaan cairan amnion
a. Sitologi cairan amnion. Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak
dalam cairan amnion, apabila jumlahnya mencapai 50% atau lebih, maka usia
kehamilan 39 minggu atau lebih.
b. Amniskopi. Melalui amnioskop yang dimasukkan ke kanalis yang sudah
membuka dapat dinilai keadaan air ketuban didalamnya.
c. Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA). Hasil penelitian terdahulu
berhasil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu pembekuan
darah. Pada usia kehamilan 41-42 minggu, ACTA berkisar antara 45-65 detik
sedangkan pada usia kehamilan >42 minggu, didapatkan ACTA <45 detik.
d. Perbandingan kadar lesitin-spingomielin (L/S). Pemeriksaan ini tidak dapat
dipakai untuk menentukan kehamilan postterm tetapi hanya digunakan untuk
menentukan apakan janin cukup usia/matang untuk dilahirkan (Sarwono,
2010)
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kehamilan postterm meliputi evaluasi mengenai:
1. Ada atau tidaknya faktor resiko
2. Identifikasi kondisi dan keadaan yang membahayakan janin:
a. Pemeriksaan kardiotokografi seperti nonstress test dan contraction
stress test dapat mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi
terhadap gerak janin atau kontraksi uterus.
b. Pemeriksaan USG untuk menentukan besar janin, denyut jantung
janin, gangguan pertumbuhan janin, keadaan dan derajat kematangan
plasenta, jumlah (indeks cairan amnion) dan kualitas air ketuban
c. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata
7x/20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal 10x/20
menit)
d. Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih
mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan
mengandung mekonium akan mengalami risiko asfiksia
Jika pemeriksaan kesejahteraan janin didapatkan hasil buruk, maka kehamilan
harus segera diterminasi. Jika janin masih baik memungkinkan untuk mengambil
keputusan :
a. Tunggu
b. Melakukan induksi
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merenanakan pengakhiran
kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan
kesejahteraan janin dan penilaian Bishop’s score.
Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan antara lain :
1. Induksi partus dengan medicinal : infus oksitosin
2. Induksi dengan operatif : amniotomi, melepas kulit ketuban dari dinding uterus,
lain-lain : bougie Krause, kateter foley dan batang laminaria
3. Bedah seksio sesaria
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi
beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul
normal, tidak ada disporporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang
(porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran
bischop’s score juga harus dilakukan sebelumnya (Sarwono, 2010)
Tabel pengukuran bischop’s score dapat dilihat di bawah ini :
Skor 0 1 2 3
Pendataran serviks 0 – 30 % 40 – 50 % 60 – 70 % 80 %
Pembukaan
serviks
0 1 – 2 3 – 4 5 – 6
Penurunan kepala
dari hodge III
-3 - 2 -1,0 +1 +2
Konsistensi
serviks
Keras Sedang Lunak
Posisi serviks
sumbu
Posterior Searah jalan
lahir
Anterior
Bila nilai > 8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil
Bila nilai > 5, dapat dilakukan drip oksitosin
Bila nilai < 5, dapat dilakukan pematangan serviks terlebih dahulu, kemudian lakukan
pengukuran PS lagi.
1. Bila serviks telah matang (dinilai dari bishop pelvic scor) dilakukan induksi
persalinan dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan dan
keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah matang akan menurunkan risiko
kegagalan atau persalinan tindakan.
2. Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan lebih lanjut apabila kehamilan tidak
diakhiri:
NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal,
kehamilan dapat dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilakukan
seminggu 2 kali.
Bila ditemukan oligohidramnion atau dijumpai deselerasi variabel pada
NST, maka dilakukan induksi persalinan.
Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif maka tes pada
kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila CST positif, terjadi deselerasi
lambat berulang, variabilitas abnormal(<5/20 menit) menunjukkan
penurunan fungsi plasenta janin, mendorong agar janin segera dilahirkan
dengan bedah sesar. Bila CST negatif, kehamilan bisa dibiarkan
berlangsung dan penilaian pada janin dilakukan 3 hari kemudian.
Keadaan bishop score harus dinilai pada setiap kunjungan pasien dan
kehamilan dapat dikhiri bila serviks matang.
3. Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.
Oksitosin adalah zat yang paling sering digunakan untuk induksi persalinan dalam
bidang obstetri. Oksitosin mempunyai efek yang poten terhadap otot polos uterus dan
kelenjar mammae. Kepekaan terhadap oksitosin meningkat pada saat persalinan. Induksi
persalinan dengan oksitosin yang diberikan melalui infus secara titrasi ternyata efektif
dan banyak dipakai. Titrasi ini biasanya dilakukan dengan cara memberikan 10 unit
oksitosin (10.000-20.000 mU) yang dilarutkan dalam 1000 cc larutan Ringer laktat.
F. KOMPLIKASI
Pada kehamilan postterm terjadi berbagai perubahan baik pada cairan amnion, plasenta,
maupun janin. Pengetahuan mengenai perubahan-perubahan tersebut dapat dijadikan dasar
untuk mengelola kasus persalinan postterm.
1. Disfungsi plasenta
Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada
kehamilan postterm dan meningkatnya risiko pada janin. Fungsi plasenta mencapai
puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42
minggu. Rendahnya fungsi plasenta ini berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat
janin dengan risiko 3 kali lebih tinggi. Pemasokan makanan dan oksigen akan menurun
akibat proses penuaan plasenta disamping adanya spasme arteri spiralis. Janin akan
mengalami hambatan pertumbuhan dan penurunan berat hingga disebut sebagai dismatur.
2. Oligohidramnion
Pada kehamilan postterm terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion.
Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu, yaitu sekitar
1000 ml dan menurun menjadi sekitar 800 ml pada usia kehamilan 40 minggu.
Penurunan jumlah cairan amnion pada kehamilan postterm berhubungan dengan
penurunan produksi urin janin. Dilaporkan bahwa berdasarkan pemeriksaan Doppler
velosimetri, pada kehamilan postterm terjadi peningkatan hambatan aliran darah
(resistance index/RI) arteri renalis janin sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah
urin janin dan pada akhirnya menimbulkan oligohidramnion. Selain perubahan volume,
terjadi pula perubahan komposisi cairan amnion sehingga menjadi lebih kental dan keruh.
Selain itu, adanya pengeluaran mekonium akan mengakibatkan cairan amnion menjadi
hijau atau kuning dan meningkatkan risiko terjadinya aspirasi mekonium.
Estimasi jumlah cairan amnion dapat diukur dengan pemeriksan USG. Salah satu
metode yang cukup populer adalah pengukuran diameter vertikal dari kantung amnion
terbesar pada setiap kuadran dari 4 kuadran uterus. Hasil penjumlahan keempat kuadran
tersebut dikenal dengan sebutan indeks cairan anmion (Amnionic Fluid Index/AFI). Bila
nilai AFI telah turun hingga 5 cm atau kurang, maka merupakan indikasi adanya
oligohidramnion.
3. Perubahan pada janin
Selain risiko pertambahan berat badan yang berlebihan, janin pada kehamilan
postterm juga mengalami berbagai perubahan fisik khas disertai dengan gangguan
pertumbuhan dan dehidrasi yang disebut dengan sindrom postmaturitas. Perubahan-
perubahan tersebut antara lain; penurunan jumlah lemak subkutaneus, kulit menjadi
keriput, dan hilangnya vernik kaseosa. Keadaan ini menyebabkan kulit janin berhubungan
langsung dengan cairan amnion. Perubahan lainnya yaitu; rambut panjang, kuku panjang,
serta warna kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium. Namun
demikian, Tidak seluruh neonatus kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas
tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20 % neonatus dengan tanda
postmaturitas pada kehamilan postterm. Tanda postterm dibagi dalam 3 stadium
d. Stadium 1 : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering,
rapuh, dan mudah mengelupas.
e. Stadium 2 : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium pada kulit.
f. Stadium 3 : Pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
G. PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,
minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu),
1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali
trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada
kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir (Sarwono, 2010)
Daftar Pustaka
Mochtar, A B dan Krisnanto, H. 2004. Kehamilan Lewat Bulan. [penyunt.] R. Hariadi. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi 1. Surabaya : Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI, 2004, Bab VI, Bagian 58, hal. 384-391.
Prawirohardjo S., 2010, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono P.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
A. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. M
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No. CM : 01-245-311
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Bayu Prasetya Raya Blok A/F-14 RT 013 Bangetayu
Pendidikan terakhir : SMA
Status penikahan : Kawin
Nama suami : Tn.H
Tanggal Masuk : 26 Mei 2015
Ruang : VK
B. ANAMNESA
Keluhan utama :
Pasien mengeluh perut kenceng-kenceng jarang sejak jam 04.30 tanggal 26 Maret
2015
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien G1P0A0 usia 26 tahun gravida 41 minggu datang ke Poli Obsgyn dengan
keluhan perut kenceng-kenceng masih jarang tanggal 26 Mei 2015, tidak terdapat
pengeluaran lendir dan darah dari jalan lahir
Riwayat Obstetri :
G2P1A0, Gravida 41 minggu
G1 : perempuan, aterm 2800gr VE, 4th, di RSDK dibantu oleh dokter.
HPHT : 8 - 8 -2014
HPL : 15 – 5 - 2015
Riwayat Penyakit dahulu:
1.Hipertensi : disangkal
2. Asma : disangkal
3.DM : disangkal
4.Penyakit jantung : disangkal
5.TBC : disangkal
6.Kejang : disangkal
7. Operasi : disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
1.Hipertensi : disangkal
2 Asma : disangkal
3.DM : disangkal
4.Penyakit jantung : disangkal
5.Gemelli : disangkal
Riwayat menstruasi :
1.Menarche : umur 12 tahun
2.Siklus : 26-27 hari , teratur
3.Lama : 6 hari
4.Dismenore : tidak
Riwayat ANC :
4x ke bidan dan 3x ke dokter kandungan, tidak ada pesan-pesan khusus.
Riwayat KB : IUD 3 th, Suntik 3 bulan
Riwayat pernikahan :
Pernikahan ke-1 , usia pernikahan: 6 tahun
Riwayat sosial ekonomi :
Pasien berkerja sebagai pegawai swasta, suami berkerja sebagai pegawai swasta.
Biaya mondok menggunakan asuransi BPJS.
Riwayat Gizi:
Selama kehamilan pasien tidak ada gangguan nafsu makan. Pasien makan teratur
3 kali sehari.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital sign :
o Tensi : 120/80 mmhg
o Nadi : 86 x/menit
o Suhu : 36,5o C
o RR : 20 x/menit
o BB : 70 kg
o TB : 150 cm
Status internus
o Kepala : Mesocephale, simetris.
o Rambut : bersih, tidak mudah rontok
o Mata : conjungtiva anemi (-/-), sclera ikterik (-/-), penglihatan:
visus OD/OS 6/6
o Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung(-)
o Telinga : Discharge (-)
o Mulut : Bibir sianosis (-) ,kering (-), gusi berdarah (-)
o Tenggorokan : faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
o Leher : Pembesaran tyroid (-), pembesaran limfe (-), chloasma
gravidarum (-)
o Kulit : turgor baik, ptekiae (-)
o Mamae : simetris, hiperpigmentasi aerola mamae, papilla mamae
menonjol, kolostum (-)
1. Paru
Inspeksi : pergerakan kedua hemithorax simetris
Palpasi : stemfremitus dextra sinistra sama
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara tambahan paru (-)
2. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara tambahan (-)
3. Abdomen
Inspeksi : perut tampak membesar, striae gravidarum (-), linea nigra(+),
bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), teraba bagian janin:
o Leopold 1 : TFU 2 jari di bawah proc. Xiphoideus. Bagian fundus
teraba bulat besar lunak, bokong
o Leopold 2 :
kanan : teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)
kiri : tahanan memanjang, puki
o Leopold 3 : bulat besar keras, kepala
o Leopold 4 : belum masuk PAP
HIS : jarang
TFU : 32 cm
TBJ : (32-12)x155= 3100 gram
DJJ :12-11-12
Punctum maximum: Puki
4. PF Anogenitalia
Inspeksi : lendir (-) darah (-) air ketuban (-) luka parut (-)
varices (-) oedem vagina (-)
Anus: hemoroid (-)
Interna/ Vagina toucher :
Vulva : tenang
Portio : tebal, keras
Penipisan : 20%
Pembukaan : -
Kulit ketuban : (+)
Sarung tangan : lendir (+), darah (-)
o Ekstremitas
Superior I nferior
Oedem -/- -/-
Varices -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium Darah
Hematologi (27 Mei 2015)
1. Hb : 12,0 gr/dl
2. Hematokrit : 35,5 %
3. Leukosit : 11.000 /uL
4. Trombosit : 365.000
5. Gol.Darah/RH : O/positif
6. APTT : 25,1 detik
7. PT : 10,6 detik
Urine
1. Warna : Kuning
2. Kejernihan : Jernih
3. Protein : Negatif
4. Reduksi : Negatif
5. Bilirubin : Negatif
6. Reaksi/pH : 6,5
7. Urobilinogen : 0,2 mg/dl
8. Benda keton : Negatif
9. Nitrit : Negatif
10. Berat Jenis :1,015
11. Blood : Negatif
12. Leukosit : Negatif
13. Mikroskopis
a) Epitel Sel : 25-27/LPK
b) Eritrosit : 0-1/LPB
c) Leukosit : 1-3/LPB
d) Silinder : Negatif
e) Parasit : Negatif
f) Bakteri : Positif 1
g) Jamur : Positif
h) Kristal : Negatif
i) Benang mukus : Positif
Kimia
GDS : 72 mg/dl
Imunoserologi
HbsAg kualitatif : Non reaktif
1. RESUME
Pasien 32 tahun G2P1A0 hamil 41 minggu datang dengan perut kenceng-kenceng yang masih
jarang, belum keluar lendir darah dari jalan lahir
Status Obstetri :
HPHT : 8 – 8- 2014
HPL : 15- 5– 2015
Umur kehamilan 41 minggu
Abdomen
Inspeksi : perut tampak membesar, striae gravidarum (-), linea nigra(+),
bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), teraba bagian janin:
o Leopold 1 : bokong
o Leopold 2 : puki dan ekstremitas
o Leopold 3 : kepala
o Leopold 4 :belum masuk PAP
HIS : jarang
TFU : 32 cm
TBJ : 3100 gram
DJJ :12-11-12
PF Anogenitalia
Inspeksi : lendir (+) darah (-) air ketuban (-) luka parut (-)
varices (-) oedem vagina (-)
Anus: hemoroid (-)
Vagina toucher :
Vulva : tenang
Portio : tebal, kaku
Penipisan : 20%
Pembukaan : -
Kulit ketuban : (+)
Sarung tangan : lendir (+), darah (-)
Bishop Pelvic Score
Pendataran serviks 20%
Pembukaan serviks 0
Penurunan kepala -3
Konsistensi serviks Keras
Posisi serviks sumbu Posterior
2. DIAGNOSA
Pasien G1P0A0 usia 32 tahun hamil 41 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin, letak
bujur punggung kanan, letak kepala, belum inpartu dengan serotinus
3. SIKAP
1. Pasien di rawat inap
2. Pengawasan : KU, Vital sign, PPV, His, DJJ
3. Pro Induksi
4. Tindakan SC
5. Terapi Medikamentosa
4. PROGNOSIS
Kehamilan : dubia ad bonam
Persalinan : dubia ad bonam
5. EDUKASI
1. Memberitahu kepada pasien dan keluarga resiko kehamilan lewat bulan.
2. Memberitahu akan dilakukan Induksi misoprostol (Gastrul) 1/8tab pervaginam dan
dievaluasi sampai jam 00.00
3. Memberitahu akan dilakukannya terminasi kehamilan secara sectio cesaria bila
induksi misoprostol gagal.
Follow Up
26-05-2015 S : kenceng-kenceng
O: TD : 120/80
N : 86x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,50C
BB : 72 kg
TB : 154
His : -
DJJ : 12-12-11
PPV : -
Pro Induksi
Gastrul 1/8 tab pervaginam
VT ϴ blm ada pembukaan
27-05-2015 S: kenceng (-)
O : TD : 110/80
N : 92x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,50C
His : -
DJJ : 12-12-11
PPV : -
VT ϴ blm ada pembukaan
Blood slim (-)
Pro SC
Inf. RL 20 tpm
Premedikasi Zibac 1 gr
Pasang DC
28-05-2015 S : nyeri post SC
O : TD : 152/90
N : 89x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,50C
Inf.RL + oksitosin 20 tpm
Zibac 2x1 gram
Remopain 2x1 ampul
Induxsin 1 A/ Hr
Pospargin 1 A
Cytotec 3 tab/rectal
29-05-2015 S : muntah, perut kembung
O : TD : 140/90
N : 76x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,30C
Inj. Ondancetron 4mg
Durogesic stop
Kaltrofen supp 3x1
30-05-2015 S : sakit kepala
O :TD : 112/73
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,80C
Aff DC
Mefinal 3x1
Droxal 2x1
Zegavit 2x1
31-05-2015 S :-
O : TD : 118/87
N : 72x/menit
RR : 20x/menit
S : 360C
Pulang
Kontrol rutin