4201413076_nila muna intana

13
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENDIDIKAN DI FINLANDIA UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BIDANG KEGIATAN: PKM-ARTIKEL ILMIAH Diusulkan oleh: Nila Muna Intana 4201413076 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Upload: intan-nila

Post on 11-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Final Project

TRANSCRIPT

Page 1: 4201413076_Nila Muna Intana

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENDIDIKAN DI FINLANDIA

UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA

BIDANG KEGIATAN:

PKM-ARTIKEL ILMIAH

Diusulkan oleh:

Nila Muna Intana

4201413076

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: 4201413076_Nila Muna Intana

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

ABSTRAK DAN ABSTRACT ............................................................................... 1

PENFAHULUAN .................................................................................................... 2

TUJUAN .................................................................................................................. 3

METODE ................................................................................................................. 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 4

KESIMPULAN ........................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 10

Page 3: 4201413076_Nila Muna Intana

1

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENDIDIKAN DI FINLANDIA

UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA

Nila Muna Intana

Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK

Pendidikan merupakan kunci utama kesejahteraan sebuah negara.

Pendidikan yang berkualitas menghasilkan sumber daya menusia yang bekualitas

yang dapat melakukan pembangunan multisektor. Finlandia salah satu negara

dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia. Kualitas pendidikan di Finlandia

terlihat dari sistem pendidikan yang diterapkan. Tingkat kesejahteraan di

Finlandia juga tergolong tinggi. Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu

berkaca pada Finlandia untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

Setelah ditinjau, sistem pendidikan di Indonesia sangat berbeda dengan

Finlandia. Perbedaan antara sistem pendidikan Finlandia dengan Indonesia

terletak pada orientasi pembelajaran. Pendidikan di Finandia tidak berorientasi

pada hasil melainkan proses. Berbeda dengan Indonesia dimana nilai selalu

menjadi tolak ukur. Selain itu, di Finlandia tidak menerapkan sistem ujian.

Sedangkan Indonesia rutin melaksanakan ujian secara rutin untuk memicu

peserta didik untuk belajar. Indonesia dirasa belum siap untuk menerapkan

sistem pendidikan tersebut karena rendahnya kesadaran pendidikan masyarakat

Indonesia dan keterbatasan fasilitas yang tersedia.

Kata kunci: pendidikan, kualitas, sistem pendidikaan

Page 4: 4201413076_Nila Muna Intana

2

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, sumber daya manusia merupakan

faktor penting dalam melakukan fungsinya untuk melakukan pembangunan

multisektor. Mengingat kemajuan teknologi yang sangat pesat menuntut manusia

untuk dapat menyesuaikan diri di zaman teknologi seperti saat ini. Sumber daya

manusia yang bermutu dapat diwujudkan dengan mutu pendidikan yang baik.

Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu meningkatkan kualitas pendidikan untuk

dapat bersaing di era globalisasi.

Menurut Tola (2008) kualitas pendidikan di Indonesia tergolong masih

tergolong rendah. Sektor pendidikan yang seharusnya menjadi fokus utama

pemerintah sebagai dasar kemajuan sebuah negara bukan merupakan prioritas

yang utama bagi pemerintah. Hal tersebut didukung oleh adanya beberapa

kenyataan bahwa tidak semua anak dapat mngenyam pendidikan serta masih

terdapat gedung-gedung sekolah jauh dari kata layak untuk dijadikan sebagai

tempat belajar. Hampir 50% bangunan sekolah tingkat dasar dan 18% bangunan

sekolah menengah pertama rusak, serta 2,97% anak sekolah dasar atau sekitar

211.063.000 anak harus putus sekolah (Depdiknas 2005). Kenyataan tersebut

menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih buruk.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasioanal (Sisdiknas), BAB 1 pasal 1 ayat 1

menyatakan bahwa

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.”

Dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, pemberlakuan sistem

pendidikan di Indonesia perlu dikaji ulang. Indonesia dapat berkaca pada negara-

negara maju dengan sistem pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian,

Indonesia dapat mengetahui kelemahan sistem pendidikan yang saat ini sedang

berlaku di Indonesia.

Page 5: 4201413076_Nila Muna Intana

3

Terlepas dari masalah yang dihadapi negara Indonesia, pendidikan tetap

harus menjadi prioritas yang utama bagi pemerintah. Kemajuan sebuah negara

erat kaitannya dengan kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

tersebut. Harus diakui bahwa pada kurun waktu belakangan, kualitas pendidikan

Indonesia terutama di lembaga formal terus menurun ditandai dengan

menurunnya kualitas sumber daya manusia. Indonesia harus berkiblat pada sistem

pendidika negara maju agar dapat memperbaiki kulitas pendidikan.

Salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik adalah Finlandia.

Finlandia menempati peringkat satu dunia berdasarkan hasil survei internasional

yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic

Coorperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA

yang mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan Matematika

(Achmad 2011:7). Survei PISA tersebut diatas juga menunjukkan bahwa hanya

satu diantara tujuh pelajar Indonesia yang mampu menunjukkan kompetensi

higher order of thinking seperti problem solving, sementara di Finlandia ada lima

yang lolos (Kasihadi 2011:145).

Dengan kondisi Indonesia yang menempati urutan terbawah dalam

penyelenggaraan sistem pendidikannya sedangkan Finlandia berada di urutan

pertama, muncul gagasan untuk mengetahui seberapa efektif penerapan sistem

pendidikan di Finlandia untuk pendidikan Indonesia. Melalui kajian ini akan

dikemukakan perbandingan sistem pendidikan kedua negara berdasarkan literatur

dan pustaka yang ada.

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem

pendidikan di negara maju seperti Finlandia yang menempati urutan pertama

sebagai negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia. Selain itu, penelitian

ini juga mengkaji kualitas pendidikan yang berlaku di Indonesia serta efektivitas

penerapan sistem pendidikan di Finlandia untuk pendidikan Indonesia.

Harapannya, dengan mengetahui sistem pendidikan yang berlaku di Finlandia,

Page 6: 4201413076_Nila Muna Intana

4

dapat menjadi tolak ukur bagi bangsa Indonesia untuk perbaikan sistem

pendidikan di Indonesia.

METODE

Metode yang digunakan dalam pembutan karya tulis ilmiah ini yaitu studi

kepustakaan (library research). Menurut Hasan (2008:11), studi kepustakaan

(library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

kepustakaan atau literatur baik berupa buku, laporan ataupun catatan hasil

penelitian. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, studi kepustakaan yang

digunakan oleh penulis adalah buku, jurnal ilmiah, makalah seminar, serta website

internet. Informasi-informasi yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut akan

saling melengkapi sehingga diperoleh data yang akurat.

Dalam penyusunan laporan dipaparkan perbedaan antara sistem

pendidikan yang berlaku di Finlandia dengan sistem pendidikan yang berlaku di

Indonesia. Selanjutnya, susunan tersebut dilengkapi oleh argumen penulis dalam

mengkaji perbedaan yang telah dipaparkan serta menanggapi kefektifan sistem

pendidikan Finlandia untuk sistem pendidikan Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan kunci dasar kemajuan sebuah negara karena

melalui pendidikan akan dibentuk sumber daya manusia yang dapat bersaing

dalam dunia global. Kualitas pendidikan yang baik menjadi cermin kesejahteraan

negara. Finlandia adalah negara dengan sistem pendidikan yang terbaik di dunia.

Finlandia menempati peringkat satu dunia berdasarkan hasil survei internasional

yang komprehensif pada tahun 2003.

Berdasarkan studi literatur yang dilaksanakan, dapat diketahui beberapa

hal terkait dengan sistem pendidikan yang diterapkan di Finlandia. Kunci utama

keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia adalah keseriusan pemerintah pada

sektor pendidikan lebih besar dibandingkan sektor lainnya. Selain itu, pelaksanaan

pendidikan juga didukung dengan kualitas guru yang baik.

Page 7: 4201413076_Nila Muna Intana

5

Guru-guru di Finlandia merukan lulusan terbaik dari berbagai universitas

dengan gelar minimal adalah magister. Profesi guru di Finlandia adalah profesi

yang sangat dihargai dan dihormati. Persaingan untuk untuk memasuki fakultas

pendidikan pun lebih ketat dibanding dengan fakultas hukum atau bahkan

kedokteran. Dalam hal ini, guru tidak hanya menjadi seorang tenaga pendidik

melainkan juga pakar kurikulum yang berada di bawah pengawasan pemerintah.

Dalam proses pembelajaran di sebuah kelas, terdapat dua orang guru yang

bertanggung jawab. Guru utama merupakan guru yang memberikan penjelasan

secara umum di depan kelas sedangkan salah seorang guru yang lain bertugas

untuk menjelaskan materi kepada siswa secara personal. Sehingga dalam proses

pembelajaran, materi dapat tersampaikan secara total. Para guru sangat

menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka para guru memiliki anggapan

bahwa kritik dapat membuat siswa malu dan sulit berkembang.

Selain berkualitas secara personal, sistem yang berlaku di Finlandia juga

mengakibatkan guru dapat mengembangkan diri. Di Finlandia, guru mengisi kelas

selama empat jam per hari dan dua jam setiap minggu untuk “pengembangan

profesional”. Pemerintah Finlandia tidak setengah-setengah dalam

mempersiapkan tenaga pendidik yang berkualitas untuk menjalankan sistem

pendidikannya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kualitas tenaga pengajar

yang ada di Indonesia.

Di Indonesia, seseorang sudah dapat menjadi seorang pendidik dengan

gelar sarjana atau bahkan lulusan sekolah menengah atas. Serta kualitas tenaga

pendidik yang dihasilkan Indonesia semakin menurun dibandingkan dengan

sebelumnya. Bahkan tenaga pendidik yang ditempatkan pada daerah-daerah

perbatasan juga bukan merupakan tenaga profesional sehingga semua terkesan

seadanya. Bukan kualitas yang menjadi prioritas utama melainkan kuantitas.

Guru diharuskan mengajar 24 jam setiap minggunya agar bisa

mendapatkan sertifikasi. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, terkadang seorang

guru mengajarkan sebuah mata pelajaran yang tidak sesuai dengan bidangnya.

Orientasi guru-guru di Indonesia hanya tertuju pada sertifikasi tetapi tidak

diimbangi dengan kualitas mengajar yang diberikan. Oleh karena itulah, kulitas

Page 8: 4201413076_Nila Muna Intana

6

guru di Indonesia semakin berkurang meskipan jumlah calon tenaga pendidik kian

bertambah.

Dilihat melalui sudut pandang peserta didik, sistem pendidikan di

Finlandia tidak memberikan beban bagi pelajar. Dimulai ketika kebijakan

pemerintah untuk melarang anak usia di bawah tujuh tahun untuk belajar atau

mengenyam pendidikan. Menurut pemerintah Finlandia, usia tersebut adalah usia

perkembangan seorang anak. Sehingga dalam perkembangannya, anak tidak boleh

dibebani dengan segudang materi pelajaran yang harus dimengerti. Selain itu,

pelajar di Finlandia juga tidak dibebani oleh pekerjaan rumah ataupun ujian

menjelang usia remaja. Hal itu terjadi karena pemerintah Finlandia menerapkan

sistem “test less, learn more”. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, hal tersebut

sulit terjadi. Sekarang ini, banyak orang tua yang merasa bangga ketika anaknya

sudah mengenyam pendidikan sejak usia dini di lembaga pendidikan formal

ataupun nonformal. Sebenarnya, hal ini kurang tepat jika diterapkan pada anak

karena anak dipaksa berpikir keras dalam usia bermain anak.

Prinsip penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia tertuang dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, terutama pasal 4 ayat 1 sampai

dengan 6. Namun, pasal-pasal selanjutnya dalam UU tersebut ternyata

memberlakukan peserta didik dengan cara yang sangat diskriminatif, sebagaimana

pasal 5 ayat 2 hingga 4, yang menyatakan bahwa hanya warga negara yang

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial atau tinggal

didaerah terpencil atau terkebelakang, masyarakat adat yang terpencil, serta warga

negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh

pendidikan khusus yang mekanismenya tidak dipaparkan dengan jelas bahkan

tanpa PP turunan. Landasan hukum inilah yang kemudian menjadi dasar bagi

sekolah-sekolah untuk mengadakan kelas unggulan yang berisi peserta didik yang

dianggap memiliki tingkat intelektual lebih baik dibandingkan dengan peserta

didik lainnya. Peserta didik dikelas unggulan biasanya mendapatkan fasilitas

lebih, berupa tambahan mata pelajaran intensip dan juga tenaga pendidik dengan

kapasitas lebih.

Perlakuan khusus yang kemudian diterjemahkan dengan pendidikan

khusus ini akan menimbulkan kecemburuan sosial diantara peserta didik karena

Page 9: 4201413076_Nila Muna Intana

7

persaingan tidak sehat yang diciptakan oleh sekolah. Terlebih lagi dengan

kemunculan label sekolah favorit, dan sekoah tidak favorit, label SSN dan SBI,

yang telah mengkotak-kotakkan level sekolah sehingga juga memunculkan

persaingan yang tidak sehat diantara masing-masing sekolah, yang tentu saja akan

berimplikasi negatif pada peserta didik. Penyelenggaraan sistem pendidikan yang

demikian, menempatkan siswa pada posisi yang sulit untuk mengembangkan

potensi yang ada pada dirinya.

Sistem pendidikan di Finlandia tidak mengkotak-kotakkan peserta didik

seperti di Indonesiayang mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat

intelektual. Peserta didik hanya dikategorikan menjadi dua, yaitu peserta didik

yang lambat belajar dan peserta didik yang cepat belajar. Peserta didik yang

mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran akan dibantu oleh pembimbing

guru yang terdapat dalam kelas secara personal sehingga diperoleh perbedaan

yang sangat kecil dalam hal nilai. Dalam hal ini, pendidik tidak beranggapan

bahwa pelajar tesebut bodoh. Para pendidik di Finlandia menganggap bahwa

semua siswa memiliki potensi yang sama sehingga kesempatan belajar yang

diperoleh pun juga harus sama karena pada dasarnya manusia adalah makhluk

yang sebenarnya memerlukan pendidikan (Sauri 2006:39). Prinsip mengenai

kesempatan yang sama inilah yang menyebabkan tidak berlakunya sistem ranking,

sistem tinggal kelas, tidak naik, tidak lulus, pengelompokan peserta didik.

Keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia juga tidak terlepas dari peran

pemerintah yang memberi alokasi waktu bagi pelajar dalam menerima pelajaran

di kelas. Pemerintah Finlandia menetapkan waktu pembelajaran selama tiga puluh

jam setiap minggu. Tujuan diberikannya alokasi waktu oleh pemerintah adalah

untuk meminimalkan kerja otak pelajar agar tidak merasa terbebani dengan materi

yang ada. Dengan alokasi waktu yang sedemikian kecil maka pelajar harus

mampu memaksimalkan waktu selama tiga puluh jam tersebut untuk belajar.

Pemberian alokasi waktu yang begitu singkat oleh pemerintah diimbangi oleh

kesadaran yang tinggi dari dalam diri pelajar untuk belajar. Sehingga keinginan

pemerintah sejalan dengan kemampuan para pelajar di Finlandia.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, beban waktu pembelajaran yang

berlaku di Indonesia lebih tinggi daripada beban waktu pembelajaran di Finlandia.

Page 10: 4201413076_Nila Muna Intana

8

Namun, Indonesia belum dapat menyamakan kualitas pendidikannya dengan

Finlandia. Hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia bangsa Indonesia yang

masih lemah. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, minat belajar bangsa

Indonesia memang belum dapat disandingkan dengan Finlandia. Pelajar di

Indonesia masih pasif sehingga proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah.

Oleh karena pasifnya proses pembelajaran, pemerintah Indonesia

kemudian menerapkan kuriklum pendidikan 2013. Kurikulum 2013 yang saat ini

berlaku di Indonesia terfokus pada pembentukan karakter siswa serta melatih

keaktifan siswa sehingga dalam pelaksanaannya digunakan metode-metode

pembelajaran serta mata pelajaran yang dirasa cukup efektif untuk membentuk

karakter siswa sesuai dengan bangsa Indonesia. Binti Ma’unah dengan merujuk

pada pendapat J.G. Taylor dan William H. Alexander juga berpendapat

bahwakurikulum adalah semua pengalaman belajar atau pengalaman pendidikan

bagi siswa (Ma’unah 2005:2). Dalam hal ini, peran kurikulum bagi pendidikan di

Indonesia adalah sebagai visi misi pendidikan Indonesia.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik Finlandia tidak dipaksa oleh

pendidik untuk mencapai target tertentu. Target pembelajaran dibuat sendiri oleh

peserta didik dengan bantuan orang tua peserta didik. Sistem pendidikan Finlandia

memahami belajar sebagai proses bertahap yang tidak bisa dipaksakan apalagi

diberi target waktu pencapaiannya. Sehingga, Finlandia yang tidak mengenal

adanya sistem tinggal kelas karena sistem tinggal kelas dapat mengganggu rasa

percaya diri peserta didik sehingga menghambat mereka untuk berprestasi.

Finlandia juga tidak mempunyai ranking rapor penilaian akhir semester atau akhir

tahun. Sebab peringkat atau nilai dianggap tidak penting oleh pendidik, yang

penting adalah bagaimana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran.

Hal yang demikian tidak berlaku di Indonesia. Sistem pendidikan di

Indoesia mengenal adanya sistem tinggal kelas. Sebernarnya, pemberlakuan

sistem tinggal kelas bukan merupakan cara efektif untuk perbaikan kualitas

pendidikan di Indonesia karena kualitas dan keunikan antar peserta didik tidak

dapat disamakan.

Secara keseluruhan sistem pendidikan di Finlandia sangat berbeda dengan

sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia. Keberhasilan sistem pendidikan di

Page 11: 4201413076_Nila Muna Intana

9

Finlandia tidak terlepas dari peran berbagai pihak mulai dari pemerintah, guru,

peserta didik, dan fasilitas yang memadahi. Orientasi pendidikan di Finlandia

adalah segala tahapan atau proses yang dilalui untuk memperoleh ilmu. Namun,

pendidikan di Indonesia masih berorientasi pada hasil akhir yang dicapai oleh

peserta didik sehingga pengetahuan yang diperoleh pun kurang maksimal.

Jika sistem pendidikan di Finlandia diterapkan untuk pendidikan

Indonesia, maka hal tersebut dirasa belum efektif. Efektivitas adalah kemampuan

melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu

organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara

pelaksanaannya (Kurniawan 2005:109). Untuk memberlakukan sistem pendidikan

tersebut, Indonesia harus terlebih dahulu memperbaiki mental bangsa yang masih

memiliki kesadaran pendidikan yang masih rendah. Dengan kata lain Indonesia

harus memperbaiki sumper daya manusianya. Peserta didik yang masih pasif

merupakan salah satu kendala penerapan sistem pendidikan tersebut.

Apabila salah satu sistem tersebut diterapkan untuk pendidikan Indonesia

saat ini, maka hal tersebut bukannya memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia,

tetapi justru akan melemahkan kualitas pendidikan Indonesia. Misalnya, dengan

penerapan 30 jam setiap minggu dan menjadikan guru hanya sebagai fasilitator,

serta siswa yang harus aktif mencari materi dikhawatirkan pelajar justru tidak

memahami materi tersebut. Kendala-kendala dalam penerapan sistem pendidikan

Indonesia yang tepat harus dikaji lebih dalam dan cermat untuk menuju

pendidikan Indonesia yang berkualitas.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan meode studi kepustakaan,

diketahui sistem pendidikan yang diterapkan di Finlandia. Sistem pendidikan yang

berlaku di Finlandia lebih memfokuskan perhatiannya pada proses belajar dan

tidak membebani peserta didik dengan ujian atau dikenal dengan sistem “test less,

learn more”. Pembelajaran juga dilakukan oleh guru-guru yang berkualitas serta

antusiasme peserta didik yang tinggi. Oleh karena penggunaan sistem tersebut,

Finlandia menempati posisi pertama untuk kualitas pendidikan terbaik di dunia.

Page 12: 4201413076_Nila Muna Intana

10

Setelah dilakukan pengkajian terhadap efekivitas penerapan sistem

pendidikan di Finlandia untuk pendidikan Indonesia, diketahui bahwa sistem

tersebut dapat diterapkan untuk pendidikan Indonesia jika Indonesia memiliki

tingkat kesadaran terhadap pendidikan yang tinggi. Hal ini karena penerapan

sistem tersebut didasarkan pada kemandirian siswa yang didukung oleh tenaga

pendidik yang profesional dan fasilitas yang mencukupi. Indonesia belum

spenuhnya memenuhi syarat tersebut sehingga akan kurang efektif jika sistem

tersebut diterapkan pada pendidikan Indonesia saat ini.

Page 13: 4201413076_Nila Muna Intana

11

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Said Suhil. 2011. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Pekanbaru:

Universitas Riau.

Depdiknas. 2005. Rencana strategis DepartemenPendidikan Nasional 2005-2009.

Jakarta: Pusat Informasi dan Humas Depdiknas.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kasihadi, R. B. 2011. OptimalIsasi Prestasi Peserta Didik Melalui Sistem

Pendidikan yang Humanis: Suatu Perbandingan Dengan Negara Maju.

XX. 2: 145.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:

Pembaruan

Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Percetakan Sukses

Offset.

Sauri, Sofyan. 2008. Mewujudkan Hak Anak Mendapatkan Pendidikan Sebagai

Upaya Mencerdaskan Anak IndonesiaI. Makalah disajikan dalam Seminar

Pendidikan, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Daerah Provinsi

Kalimantan Selatan, Banjarmasin, 30 Agustus.

-----. 2006. Pendidikan Berbahasa Santun. Jakarta: PT Grasindo.

Tola, Burhanuddin. 2007. Evaluasi penyelenggaraan dan hasil UN 2006/2007.

Jakarta: Puspendik Balitbang Depdiknas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2006. Jakarta: PT Harvindo.