3. sastra pada masa hindu budha dan islam

42
SASTRA PADA MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM Pertemuan 3

Upload: wildan-insan-fauzi

Post on 25-May-2015

21.895 views

Category:

Education


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

SASTRA PADA MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM

Pertemuan 3

Page 2: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Peranan Memahami Bahasa

Bahasa merupakan sistem perlambangan manusia, baik berupa tulisan maupun lisan, yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan yang lainnya.

Mempelajari sejarah bahasa, merupakan bagian dari upaya untuk memahami budaya manusia.

Page 3: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Bahasa Sanskerta

Di India terdapat berbagai bahasa, diantaranya yang terpenting yaitu:

– Bahasa Munda atau bahasa kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir

– Bahasa Dravida. Bahasanya terdapat 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi, Berahui.

– Bahasa Indo-Jerman. Mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya adalah bahasa Sanskerta dan prakreta.

– Bahasa Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran bahasa Arab, Parsi dan sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.

Page 4: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam
Page 5: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Bahasa Sanskerta

Kajian terhadap naskah-naskah India kuno itu mulai dipublikasikan oleh seorang Belanda bernama Abraham Roger yang berjudul Open Doar To Hidden Heatthendom pada tahun 1851

Kajian terhadap tata bahasa Sanskerta mulai ditulis oleh seorang Jerman yang bernama Hansxleden, dan diterbitkan di Roma oleh Paolo Bartolomeo (Austria) tahun 1790.

Kitab Upanisad pertama kali diterjemahkan kedalam bahasa Parsi pada abad 17, dan kemudian baru diterjemahkan lagi kedalam bahasa latin oleh Anquetil Dupperon (Prancis) pada tahun 1801-1802.

Rudolfh Roth adalah orang yang meletakkan dasar-dasar studi sastra Weda di Eropa pada abad ke 19, dan penelitian Filologi pada kitab Regweda pertama kali dilakukan oleh Rosen pada tahun 1838.

Page 6: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Kitab Weda

kitab Weda yang terdiri dari 4 kitab yaitu: Regweda, Samaweda, Yajurweda dan Atharwaweda.

Regweda merupakan kitab yang berisi syair-syair puji-pujian pada dewa,

Samaweda berisi nyanyian-nyayian untuk upacara-upacara keagamaan,

Yajurweda berisi doa-doa puisi dan prosa, Atharwaweda berisi doa-doa untuk penyembuhan

penyakit, ilmu sihir dan doa-doa untuk peperangan. Atharwaweda memiliki kecenderungan kepada ilmu

sihir.

Page 7: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Kitab-Kitab yang lain

Selain kitab Weda, banyak pula karya kesusastraan yang lain, yaitu kita Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad.

Kitab Aranyaka berisi petunjuk bagi petapa yang menjalani kehidupan dalam hutan-hutan

kitab Upanisad adalah masalah filsafat yang memikirkan masalah dunia dan berisikan ajaran tentang bagaimana cara-cara manusia untuk menghindarkan dan melepaskan diri dari moksa

Page 8: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Kepahlawanan Bangsa Arya

Mahabaratha, Ramayana, karya tulis karangan para kawya (para penyair

terkenal) seperti Harsacarita (Bana) dan Buddhacarita (Aswagosa).

karya-karya sastra yang menceritakan tentang binatang (fabel) seperti Pancatantara, Sukasaptati, Hitopadesa,

karya-karya drama, kitab ilmu pengetahuan seperti hukum, politik, kedokteran dan ilmu tata bahasa.

Page 9: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Mahabaratha

Page 10: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Mahabaratha

Kitab Mahabharata terdiri dari 200.000 baris atau 100.000 sloka.

Isinya sangat panjang dan banyak bagian-bagian yang tidak saling berhubungan.

Asalnya Mahabaratha hanya terdiri atas 24.000 sloka, namun pada perajalanannya, bermacam-macam cerita dongeng dimasukan dalam kitab tersebut, sepeti kisah Wisnu, Siwa dan Brahmana, filsafat, Undang-undang kaum Brahmana, dongeng-dongeng didaktis dan syair pertapa

Page 11: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Mahabaratha

Mahabharata berisi tentang peperangan antara Pandawa dan Kurawa yang memperebutkan kedudukan raja.

Pertempuran yang disebut bharatayuda ini, terjadi di kuruksetra (sebelah utara kota Delhi sekarang).

Kitab Mahabharata menerangkan cara hidup orang Hindu, susunan masyarakat, politik serta kebudayaaan orang Hindu.

Mahabharata merupakan kitab yang tersebar luas dikalangan masyarakat kebanyakan di India, karena Mahabharata dianggap sebagai kitab Regweda yang boleh dibaca oleh perempuan dan kaum sudra,

Page 12: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Kirata Arjuna

Seorang penyair Sansekerta bernama Baharvi menyusun sebuah kitab Kirata Arjuna, yang kisahnya diilhami dari Mahabharata.

Kitab tersebut menceritakan tentang Arjuna yang pergi bertapa untuk memperoleh senjata sakti.

Mahabharata pada abad 10 M disadur kedalam bahasa Tamil yang diberi judul Perundevanar.

Page 13: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Syair Ramayana

isi kitab Ramayana yang lebih pendek, yaitu 48.000 baris atau 24.000 sloka.

Ramayana berisi tentang petualangan Rama, adiknya dan istrinya Sinta, serta peperangan antara Rama yang dibantu Hanoman melawan raja Alengka, yaitu Rahwana

Page 14: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam
Page 15: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Syair Ramayana

Para ahli menganalisis bahwa cerita ini merupakan kisah penaklukan bangsa Arya terhadap kawasan India selatan,

Jacobi berpendapat bahwa cerita Ramayana merupakan campuran sejarah dan dongeng, perselisihan di dalam tubuh kerajaan yang menyebabkan Rama dibuang merupakan kisah yang ada dasar sejarahnya, sedangkan cerita pembunuhan Rahwana merupakan kisah yang diambil dari Regweda.

D.C. Sen berpendapat bahwa sumber dari kisah Ramayana ada tiga yaitu, Dasarata Jataka, dongeng-dongeng Rahwana yang berasal dari India selatan dan pemujaan kera.

Dalam Ramayana, disebut sebuah pulau, yaitu Langaka (Alengka, Sailan sekarang).

Page 16: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Syair Ramayana

Ramayana adalah kavya, yaitu puisi yang dipakai untuk memberikan ajaran moral kepada generasi muda.

Ajarannya meliputi Darmasastra (Ajaran moral), Arthasastra (ajaran politik perang), Nitisastra (ajaran tentang cara hidup yang mudah).

Cerita Ramayana memberikan petuah yang baik tentang sifat-sifat yang harus dimilki oleh seorang pria dan wanita. Kepahlawanan, ketaatan seorang anak, saudara yang ramah, suami setia dan sayang pada istri, raja yang adil dan idealis yang tercermin dalam perilaku Rama, menunjukan kesempurnaan hidup seorang pria, dan kesetiaan Sinta merupakan kesempurnaan hidup seorang wanita.

Selain itu simbol-simbol lainnya yang ada pada kisah Rama adalah Dasarata, yaitu simbol pria yang lemah yang tidak dapat menahan godaan wanita.

Page 17: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Karya Sastra Hindu-Buddha di Nusantara

Prasasti Tugu Srinatah sri-narendrasya, kundungasya mahatmanah, putro

svavarmmo vikhyatah, vansakartta yathansuman, Tasya putra mahatmanah, tryas traya ivagnayah, tesn traynam prvrah, tapo-bala-damanvitah, sri mulavarmma rajendro,yastva bahusuvarunakam, tasya yjnasya yupo ‘yam, dvijendarais samprakalpitah(sang maharaja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang masyur, sang Aswawarman yang seperti ansuman, sang Aswawarman mempunyai tiga putra yang seperti api yang suci. Yang paling terkemuka ialah sang Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa, dia melaksanakan selamatan dengan emas yang banyak. Untuk itulah Tugu batu ini didirikan)

Page 18: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Huruf Pallawa

Page 19: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Kemunculan Bahasa Melayu

Perkembangan bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal lahirnya bahasa Indonesia mulai nampak pada masa kerajaan Sriwijaya.

Vulan= bulan nayik = naik samvau = sampau = sampan (maksudnya perahu yang besar) mangalap = mengambil (maksudnya mencari) marlapas = berlepasmamava = membawavala = bala = balatenteralaksa = (menyatakan jumlah yang tidak terkira banyaknya) dangan = dengansarivu = seributlu = telu = tigasapuluh dua = sepuluh dua = dua belasvanakna = banyaknyasukhacitta = sukacitamarvuat = berbuatvanua = benua = negeriko = ke

Page 20: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Asal Usul Bahasa Melayu

Agraha Sugandi (1994: 174): Melayu itu merupakan suatu bangsa campuran dari bangsa kaukasus, dan bangsa Mongol. Keserumpunan bahasa Melayu dengan bahasa didaratan Asia Tenggara ditetapkan berdasarkan hasil penelitian filologi.

Page 21: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Asal Usul Bahasa Melayu

Darwis Harahap (1992:3-4) a. Berasal dari Asia Tengah. Kern seorang ahli filologi Belanda

yang pakar dalam bahasa Sanskerta dan berbagai bahasa Austronesia. Beliau menemukan bahwa perkataan yang terdapat di Kepulauan Nusantara ini terdapat juga di Madagaskar, Filipina, Taiwan, dan beberapa buah pulau di Lautan Pasifik. Perkataan tersebut di antara lain ialah: padi, buluh, rotan, nyiur, pisang, pandan, dan ubi.

b. Berasal dari Nusantara. J. Crawfurd: Bahasa Jawa dan bahasa Melayulah yang merupakan induk bagi bahasa serumpun yang terdapat di Nusantara ini

Page 22: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Asal Usul Bahasa Melayu

J. Crawfurd sampai pada satu kesimpulan bahwa:

a) Orang Melayu itu merupakan induk yang menyebar berbagai tempat di kepulauan Nusantara.

b) Bahasa Jawa ialah bahasa tertua dan bahasa induk daripada bahasa yang lain.

Page 23: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Asal Usul Bahasa Melayu

Harahap (1992: 14-15) berpendapat tentang asal usul bahasa Melayu yaitu diperkirakan berasal dari dari Sumatera Selatan di sekitar Jambi dan Palembang.

Bahasa Melayu tidak mungkin pecahan daripada bahasa Jawa karena sifatnya berbeda.

Tulisan Rencong ialah huruf Melayu Tua yang lebih tua daripada huruf Jawa Kuno (tulisan Kawi).

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang besar Sampai saat ini belum ditemui bukti sejarah yang lebih awal

daripada prasasti Kedukan Bukit (di Palembang) yang telah menggunakan bahasa Melayu.

Bahasa Minangkabau ialah salah satu bahasa yang paling mirip dengan bahasa Melayu

Page 24: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Bahasa Melayu digunakan oleh masyarakat Indonesia

Slamet Mulyana menguraikan empat faktor yang menyebabkannya, yaitu:

1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu, bahasa Melayu merupakan lingua-franca di Indonesia, bahasa komunikasi dan perdagangan.

2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, ditinjau dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis.

3. Kesanggupan bahasa Melayu untuk dipakai menjadi bahasa kebudayaaan.

Page 25: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Peranan Kerajaan Mataram Kuno

pujangga istana memang memiliki kedudukan yang istimewa.

pujangga Yogiswara telah menyalin Ramayana ke dalam bahasa Jawa Kuno (tulisan Kawi).

Empu Kanwa merupakan salah satu pujangga yang hidup pada abad 11 masehi yang menulis karya sastra yang berbahasa Jawa kuno berjudul Kakawin Arjuna Miwaha

Pertunjukan wayang pada zaman Mataram diambil ceritanya dari kisah-kisah yang diambil dari cerita Mahabharata

Page 26: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Peranan Kerajaan Mataram Kuno

Pada masa raja Jayabaya, Kakawin Bharata Yuda disusun oleh Mpu Sedah tahun 1157 dan diselesaikan oleh Mpu Panuluh.

Mpu Panuluh selain menyelesaikan Kakawin Bharatayuda, juga membuat karya sastra yang lain, yaitu Kakawin Harawangsa (menceritakan perkawinan Krisna dengan istrinya Rukmini) dan Kakawin Ghatotkacasraya (menceritakan perkawinan Abimanyu dengan Dewi Sundari.

Kitab Ghatotkacasraya sangat mempengaruhi perkembangan sastra Jawa selanjutnya, salah satunya adalah diperkenalkannya tokoh Punakawan (tokoh jenaka khas Jawa)

Page 27: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Majapahit

memperkenalkan Cerita Panji, yaitu kisah keagungan Raja Majapahit.

Cerita ini tidak dapat diterima oleh masyarakat terutama di luar Pulau Jawa karena ia menggunakan bahasa Jawa Kuno.

Para dalang yang mempersembahkan cerita ini melalui Wayang Gedok (wayang orang yang menggunakan topeng)

Page 28: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Negarakertagama

Nagarakertagama yang merupakan karya sastra Jawa Kuno berbentuk kakawin karya Mpu Prapanca

Diduga nama asli Prapanca adalah Dang Acarya Nadendra.

Sebelum menulis Negrakertagama Mpu Prapanca telah menulis Parwasagara, Bhismasaranantya, Sugataparwa, dan Saba Abda dan Lambang.

catatan perjalanannya yang ditulis pada September 1365 sehingga dikenal juga dengan sebutan Desawarnana atau cacah desa-desa

Page 29: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Isi dari Negarakertagama

Bagian paling panjang merupakan catatan perajalanan Hayam Wuruk ke Lumajang (23 pupuh) yang dilakukan pada bulan Agustus sampai September 1359. Sepuluh pupuh diantaranya menceritakan silsilah singkat raja-raja Singasari dan Majapahit (wangsa Girindra).

Bagian berikutnya menceritakan perburuan raja (10 pupuh), kisah Gadjah Mada (23 pupuh), dan upacara sraddha bagi ibunda raja (9 pupuh). Dan tujuh pupuh terakhir menceritakan diri Prapanca sendiri.

Page 30: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Kitab Pararaton

Pararaton adalah satu-satunya catatan kebangkitan sebuah dinasti di Jawa, yang dimulai Ken Arok sampai berakhirnya Majapahit dengan rinci

Bere prabhu ayun ing putri ring Sunda. Patih Madu ingutus angundangeng wong Sunda(Sri Prabu Hayam Wuruk ingin memperistri puteri dari Sunda. Patih Madu diutus mengundang orang Sunda)

Page 31: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Sunda

Carita Pantun: Cerita pantun merupakan karya sastra Sunda klasik peninggalan masyarakat Sunda dahulu yang berkembang secara lisan dari mulut-kemulut dan menjadi miilk masyarakat.

Carita Pantun yang berkembang di masyarakat Sunda yang terpengaruhi unsur Hindu antara lain: Ciung wanara, lutung kasarung, Mundinglaya Dikusumsah, Ngadegna Pajajaran, Ratu Pakuan, Sangkuriang, Sumur Bandung, Kidang Pananjung, Siliwangi, Nyi Pohaci sang hyang Sri.

Page 32: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Carita Sangkuriang

ciri-ciri dari cerita rakyat atau folklore, yaitu:1. penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan2. bersifat tradisional yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap

dan dalam bentuk standar.3. bisa terus eksis meskipun dalam versi yang berbeda-beda. 4. biasanya anonim atau tanpa diketahui siap pengarangnya.5. biasanya mempunyai pola dan rumusan yang hampir sama.6. berguna untuk alat mendidik, pelipur lara, proses sosial, dan

proyeksi keinginan terpendam.7. menjadi milik bersama dan kolektif tertentu. Hal itu disebabkan

oleh karena tidak diketahuinya pencipta pertamanya.

Page 33: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Carita Sangkuriang

Di masyarakat Sunda telah beredar empat versi cerita dari Sangkuriang yaitu versi Banten, Bandung, Kuningan dan Versi Ciamis.

Amanat-amanat yang terkandung 1. larangan perkawinan Incest, 2. mempertahankan identitas keSundaan dimanapun dia berada, 3. kehati-hatian mencari jodoh, aksan jelek bagi perbuatan yang

jahat, 4. manusia Sunda bukanlah masyarakat yang materialistik, 5. manusia Sunda bukanlah manusia yang lemah melainkan

mempunyai semangat yang besar dalam mengapi sesuatu

Page 34: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Carita Sangkuriang

Dayang Sumbi: Sangkuriang teu halangan andika migarwa kula, tapi galibma nu di tanyaan kula re boga pamenta.

Sngkuriang: Naon Tea pok Balaka Dayang Sumbi: Dinu Angga ti nu lian, di nu Nyingkur taya batur, jauh

ka papada jalma naya di nu kitu, kula pasarah sadaya-daya, kukituna Citarum kudu dibendung, saing jadi talaga ngemplang, sayagikeun parahuna, mangka tohaga, pikeun urang lalayaran, naha bisa andika nyumponan eta pamenta?.

Sangkurinag: Pilakadar ngan talaga, pilakadar nagan parahu, nu kitu mah teru sapira.

Dayang Sumbi: Tapi samemeh balebat boh parahu boh talaga kudu anggeus kudu jadi, mun heunteu bukti andika kaeurangan, sing wayahna oleng panganten teu tulus, lalayara dibedoken

Page 35: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Sanghyang Siksakanda ng Karesian

Ndah nihan warahakna sang sadu, de sang mamet hayu. Anu sanghyang siksa kenda ng karesian, kayatnaka wong sakabeh. Nihan ujar sang sadu, ngagelarken sangyang siksakanda ng karesian: ini saghyang dasakreta undangon urang reya.

Asing nu cek na (n)jorkon sasanakreta, pakonon hobol irup, hobol nyewana,jadiyan kuras, jadiyan tahun, do-dogog t(n)jor jaya perang, nyewana urang reya.

Ini pakon urang ngretakon bumi lamba, caang jalan, anjang tajur, paka pridana, linyih pipih, caang buruan, nggeus ma imah kaeusi, leuit kaeusi, paranje kaeusi, huma aomean, sadapan karaksa, palana ta hirup, sowe waras,ewana sama wong (sa)rat, sangkilang di lama, trena, arulata galuma, hejo lembok tumuwuh sarba pala wowohan, adi na hujan landung tahun, tumuwuh daek, mak hurip na snag raya, inya eta sangyang sasana kreta di lambangaana.

Page 36: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Sanghyang Siksakanda ng Karesian

ya inilah yang disjarkan oleh sanga budiman bagi mereka yang mencari kebahagiaan. Ada yang disebut sangyang siksakanda ng karesia, yang harus diperhatikan oleh semua orang. Inilah ujar sang budiman, menguraikan sangyang siksakanda ng karesian untuk pegangan orang banyak.

Siapa uyang dapat menegakan sasanakreta, agar dapat lama hidup, lama berajaya, ternak beriak, tanaman subur, selalu unggul dalam perang, sumbernya terletak pada orang banyak (rakyat)

Page 37: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Sanghyang Siksakanda ng Karesian

Ini adalah kenyataan yang disebut sangyang dasakreta, bayang-bayang dasasila, pencerminan dasasila, pencerminan sangyang dasamarga, perwujudan dasaIndia, untuk dunia kehiaudpan di dunia yang luas. Ini untuk kita menyejahterakan dunia kehidupan, bersih jalan, subur tanaman, cukup sandang, bersih belakang rumah, bersih halaman, pokoknya rumah teruisi, lumbung berisi, kandang ayam terisi, ladang terurus, sedapan terpelihara, panjang umur, tetap sehat, sumbernya terletak pada mansuai sedunia. Pelengkap dalam kehidupan: rumput pohon, rambat, perdu, hijau, suur, tumbuh seraaneka buah-buahan, banyak hujan, pepohonan serba tinggi karena subur tumbuhnya, itulah yang disebut kesejahteraan dalam kehidupan.

Page 38: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Kajian Sanghyang siksakanda ng karesian

Naskah ini merupakan naskah tertua yang berangkat tahun, yaitu 1440 saka (1518 M). Para ahli memperikan dengan adanya naskah ini, masyarakat Sunda sudah memasuki masa budaya tulis, dari sebelumnya budaya sastra lisan.

Arti dari judul naskah ini yaitu Sanghyang siksakanda ng karesian adalah bagian peraturan/ilmu tentang kesejahteraan

Holle salah seorang ilmuwan Belanda mengemukakan kesimpulannya tentang naskah ini, yaitu naskah ini memiliki nilai yang sangat tinggi , karena didalamnya memuat ajaran mengenai kehidupan rumah tangga yang harus di tatai oleh segenap golongan masyarakat Sunda zaman dahulu

Page 39: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Kajian Sanghyang siksakanda ng karesian

Hal yang menarik dari naskah ini adalah penggunaan senjata Kujang.

Anggapan masyarakat Sunda sekarang adalah senjata itu merupakan senjata khas dari Sunda dan merupakan senjata yang dipakai oleh pembesar-pembesar Istana,

sementara dalam naskah ini, kujang bukanlah senjata istimewa yang digunakan raja dan para ksatria, namun senjata yang biasa digunakan oleh para petani.

Dalam naskah disebutkan bahwa senjata raja adalah pedang, cambuk, pamuk, golok, badik, keris dan digunakan alat untuk membunuh. Sementara senjata para petani adalah kujang, beliung, patik, kored, dan pisau sadap.

Page 40: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Aturan-aturan

Dasakalesa yaitu sepuluh macam dosa yang dikaitkan oleh kesalahan penggunaan sepuluh indera

Dasakreta yaitu sepuluh kesejahteraan yang dikaibatkan oleh kesempurnaan dalam menjaga sepuluh indra.

Dasamarga yaitu sepuluh jalan menggunakan sepuluh indera secara benar dan tepat. Dasamarga inilah yang selalu dibacakan ke teling bayi yang baru lahir.

Dasapasenta, yaitu sepuluh sifat yang harus dimiliki ketika kita akan memerintahkan sesuatu kepada orang lain dan perintah itu dijalankan dengan baik. Sepuluh sifat itu yaitu: bijaksana, ramah, kasih sayang, tidak memaksa, senang pada orangnya, iba, membujuk, memuji, mengambil hati, menyemanagati.

Page 41: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

Aturan-aturan

Dasaprabakti, yaitu sepuluh tingkat kesetiaan: anak setia pada bapak, istri setia kepada suami, rakyat setia kepada raja, petani berakti kepada wado, wado berbakti pada menteri, menteri setia kepada komandan pasukan, nu nagganan setia kepada mangkubumi, mangkubumi setia pada raja, raja setia pada dewata, dewata setia pada sangyang.

Page 42: 3. sastra pada masa hindu budha dan islam

TUGAS

BUAT ARTIKEL PERKEMBANGAN SASTRA DAN BAHASA PADA MASA ISLAM DAN PERGERAKAN NASIONAL (MINIMAL ARTIKEL TESEBUT 10 LEMBAR DNEGAN A4, TNR 12 SPASI 1,5.