kerajaan hindu budha

32
Kerajaan kutai Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Bukti pengaruh kerajaan hindu-budha di kutai adalah yupa. 7 prasasti peninggalan Kerajaan Kutai Martapura di Muara Kaman, Adapun benda-benda yang diketemukan pada tahun 1870, tersebut antara lain : 4 buah tugu (Batu Prasasti yang disebut Yupa), dua Buah Lencana Kerajaan yang terbuat dari Emas dan Patung Kura-Kura Emas yang disimpan oleh seorang keturunan Raja-Raja di Muara Kaman, pada tahun 1939, diadakan peneltian di Muara Kaman dan menemukan 3 Buah Prasasti Raja Mulawarman yang disebutkan berasal dari abat ke-IV, karena melihat tulisan yang digunakan pada tugu batu tersebut adalah huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sangsekerta Kuno dari India Selatan. bukti selanjutnya adalah prasasti yang dikeluarkan oleh raja mulawarman. Nama-Nama Raja Kutai 1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri) 2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga) 3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman) 4. Maharaja Marawijaya Warman 5. Maharaja Gajayana Warman 6. Maharaja Tungga Warman 7. Maharaja Jayanaga Warman 8. Maharaja Nalasinga Warman 9. Maharaja Nala Parana Tungga 10. Maharaja Gadingga Warman Dewa 11. Maharaja Indra Warman Dewa 12. Maharaja Sangga Warman Dewa 13. Maharaja Candrawarman 14. Maharaja Sri Langka Dewa 15. Maharaja Guna Parana Dewa

Upload: kartika-dwi-rachmawati

Post on 18-May-2015

8.213 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

kerajaan-kerajaan pada masa hindu dan budha pelajaran sejarah tingkat sma

TRANSCRIPT

Page 1: Kerajaan hindu budha

Kerajaan kutai

Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.

Bukti pengaruh kerajaan hindu-budha di kutai adalah yupa.

7 prasasti peninggalan Kerajaan Kutai Martapura di Muara Kaman, Adapun benda-benda yang diketemukan pada tahun 1870, tersebut antara lain : 4 buah tugu (Batu Prasasti yang disebut Yupa), dua Buah Lencana Kerajaan yang terbuat dari Emas dan Patung Kura-Kura Emas yang disimpan oleh seorang keturunan Raja-Raja di Muara Kaman,

pada tahun 1939, diadakan peneltian di Muara Kaman dan menemukan 3 Buah Prasasti Raja Mulawarman yang disebutkan berasal dari abat ke-IV, karena melihat tulisan yang digunakan pada tugu batu tersebut adalah huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sangsekerta Kuno dari India Selatan.bukti selanjutnya adalah prasasti yang dikeluarkan oleh raja mulawarman.

Nama-Nama Raja Kutai

1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)4. Maharaja Marawijaya Warman5. Maharaja Gajayana Warman6. Maharaja Tungga Warman7. Maharaja Jayanaga Warman8. Maharaja Nalasinga Warman9. Maharaja Nala Parana Tungga10. Maharaja Gadingga Warman Dewa11. Maharaja Indra Warman Dewa12. Maharaja Sangga Warman Dewa13. Maharaja Candrawarman14. Maharaja Sri Langka Dewa15. Maharaja Guna Parana Dewa16. Maharaja Wijaya Warman17. Maharaja Sri Aji Dewa18. Maharaja Mulia Putera19. Maharaja Nala Pandita20. Maharaja Indra Paruta Dewa21. Maharaja Dharma Setia

Kehidupan Sosial,Politik,Ekonomi

      a.Kehidupan Sosial:

Raja Mulawarman telah menganut agama Hindu.Sudah menjadi kelaziman masyarakatnya saat itu agama yg dianut pemimpinnya dianut juga oleh masyarakatnya,dengan demikian masyarakat

Page 2: Kerajaan hindu budha

Kutai juga menganut agama Hindu.Terdapat istilah Vaprakeswara dan keberadaan para brahmana

       b.Kehidupan Politik:

Dari masa pemerintahan Raja Aswawarman dapat disimpulkan bahwa pemerintahan Kutai bercorak Hindu.informasi dari Yupa bahwa Raja Aswawarman sangat mutlak,tetapi Raja Aswawarman juga sangat pemurah karena beliau pernah menyedekahkan 1000 ekor sapi untuk para Brahmana

       c.Kehidupan Ekonomi:

Perkembangan ekonomi kerajaan Kutai dapat disimpulkan sebagai:

-Kerajaan Kutai terletak di tepi sungai Muara Mahakam yg subur untuk pertanian sekaligus sebagai jalur pelayaran & perdagangan

-Isi Yupa menyatakan bahwa Raja Mulawarman memberikan 1000 ekor sapi,memberikan kesimpulan bahwa ekonomi kerajaan Kutai bertani,berternak,dan berdagang

Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :  Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek moyangnya.  Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.  Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.

Berakhir

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute).

Kutai Kartanegara inilah, pada tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Kerajaan Tarumanegara

Letak Geografis Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di

wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di nusantara yang diketahui.

 Kehidupan Sosial Kerajaan TarumanegaraKehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja

Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.

Kehidupan Budaya Kerajaan Tarumanegara

Page 3: Kerajaan hindu budha

Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.

Kehidupan EkonomiPrasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk

membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.

Kehidupan PolitikRaja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan

rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.

Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Kerajaan Tarumanegara adalah Suryawarman (535 - 561 M) raja Kerajaan Tarumanegara ke-7. Dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Kerajaan Tarumanegara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.

Kehadiran prasasti Purnawarman di pasir muara, yang memberitakan raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa ibukota sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan rajatapura atau salakanagara (kota perak), yang disebut argyre oleh ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII). Ketika pusat pemerintahan beralih dari rajatapura ke Tarumanegara, maka salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah menantu raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang maharesi dari salankayana di India yang mengungsi ke nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan maharaja samudragupta dari kerajaan magada.

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota tarumangara dan kemudian menjadi panglima angkatan perang Kerajaan Tarumanegara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih Berkembang Ketika Cicit Manikmaya Mendirikan Kerajaan Galuh Dalam Tahun 612 M.

Page 4: Kerajaan hindu budha

Sumber Sejarah1.  Berita dari Cina

Catatan Fa- Hien (414 M), yang mengatakan terdapatnya negara Ye-Po-ti (jawa) Berita Cina menyebutkan adanya kerajaan bernama To-lo-mo. Kerajaan ini beberapa kali

mengirim utusan ke Cina. Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Taruma tersebut, dapat diketahui bagaimana keadaan :

a. Pemerintahan dan kehidupan masyarakat. 1). Kerajaan Taruma yang berkembang lebih kurang pada abad V M. 2). Rajanya yang terkenal Purnawarman. 3). Penganut agama Hindu, aliran Vaisnawa. 4). Memerintah dalam waktu cukup lama yang disebutkan 5). Terkenal sebagai raja yang dekat dengan Brahmana, dan memikirkan kepentingan

rakyat Catatan   dinasti   Tang   dan   Sung,   yang   menyebutkan kerajaan  Tolomo  (Taruma) 

pernah  mengirimkan  utusan ke CinaPeninggalannya tujuh prasasti berhuruf Pallawa berbahasa Sansekerta. Tidak berangka tahun, dilihat dari langgam hurufnya atau bentuk hurufnya prasasti tersebut ditulis ± abad V M. Sumbernya : prasasti dan berita dari luar negeri, terutama dari Cina. Nama ketujuh prasasti tersebut yaitu :

Prasasti Ciaruteun. Prasasti ini ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, Bogor. Prasasti ini ditulis menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta. Pada prasasti ini terdapat cap sepasang telapak kaki milik Raja Purnawarman yang melambangkan kekuasaan raja yang dipercaya sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.

Prasasti Kebon Kopi. Ditemukan di Kecamatan Cibungbulang, Bogor. Pada prasasti yang diperkirakan berasal dari abad ke-5 ini, ditemukan cap telapak kaki gajah yang melambangkan Gajah Airawata, hewan tunggangan Dewa Wisnu.

Prasasti Jambu. Disebut juga dengan Prasasti Pasir Koleangkak. Prasasti ini ditemukan di area perkebunan jambu di Bogor. Prasasti yang ditulis menggunakan Huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta ini mengisahkan tentang kebijaksanaan Raja Purnawarman dalam memerintah Kerajaan Tarumanegara.

Prasasti Muara Cianten. Sesuai dengan namanya, prasasti ini ditemukan di daerah Muara Cianten, Jawa Barat. Prasasti ini ditemukan dalam keadaan rusak, jadi isi dari prasasti ini belum dapat dibaca. Satu-satunya yang masih tercetak jelas adalah adanya lukisan sepasang telapak kaki.

Prasasti Pasir Awi. Sama seperti Prasasti Muara Cianten, prasasti ini juga masih misterius isinya karena beberapa tulisan sudah rusak.

Prasasti Cidanghiyang. Disebut juga dengan Prasasti Munjul. Prasasti ini ditemukan di Kampung Lebak, Kecamatan Munjul, Banten. Prasasti yang ditulis menggunakan Huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta ini mengkisahkan tentang keberanian Raja Purnawarman.

Prasasti Tugu. Prasasti ini ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini mengisahkan tentang penggalian Sungai Candrabaga dan Gomati sepanjang 6112 tombak (12 KM) pada masa pemerintahan Raja Purnawarman.

Page 5: Kerajaan hindu budha

Penggalian sungai ini dimaksudkan untuk mencegah datangnya bencana banjir dan sebagai sarana irigrasi sawah untuk mengatasi kekeringan.

Raja-Raja Tarumanegara Rajadirajaguru Jaya Singawarman tahun 358 - 382 M Dhamayawarman tahun 382 - 395 M Sri Purnawarman tahun 395 - 434 M Wisnuwarman tahun 434 - 455 M Indrawarman tahun 455 - 515 M Candrawarman tahun 515 - 535 M Suryawarman tahun 535 - 561 M Kertawarman tahun 561 - 628 M Sudhawarman tahun 628 - 639 M Hariwangsawarman tahun 639 - 640 M Nagajayawarman tahun 640 - 666 M Sang Linggawarman tahun 666 - 669 M Tarusbawa tahun 669 - 670 M

Runtuhnya Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7 Masehi. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa setelah abad ke-7, berita mengenai kerajaan ini tidak pernah terdengar lagi baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri . Para ahli berpendapat bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar disebabkan karena adanya tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah

Kerajaan Sriwijaya Sriwijaya terletak di Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi pada abad VII

M. abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat.

Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra.

Pada akhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah Genting Kra.Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut terbesar di seluruh Asia Tenggara.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya :Dilihat dari letak geografis, daerah Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak yang sangat

strategis, yaitu di tengah-tengah jalur pelayaran perdagangan antara India dan Cina. Di samping itu, letak Kerajaan Sriwijaya dekat dengan Selat Malak yang merupakan urat nadi perhubungan bagi daerah-daerah di Asia Tenggara. Hasil bumi Kerajaan Sriwijaya merupakan modal utama bagi masyarakatnya untuk terjun dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan.

Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya :

Page 6: Kerajaan hindu budha

Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala dan Kerajaan Cholamandala di Pantai Timur India Selatan.

Kehidupan Budaya Kerajaan Sriwijaya :Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya

(1011-1023 M) dalam rangka belajar agama Budha dari seorang guru besar yang bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar India. Tetapi walaupun Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat agama Budha, tidak banyak peninggalan purbakala seperti candi-candi atau arca-arca sebaga tanda kebesaran Kerajaan Sriwijaya dalam bidang kebudayaan.

Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya :Raja-raja yang berhasil diketahui pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya diantaranya sebagai berikut :  Raja Dapunta Hyang

Berita mengenai raja ini diketahui melalui Prasasti Kedukan Bukit (683 M). Pada masa pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah berhasil memeperluas wilayak kekuasaannya sampai ke wilayah Jambi, yaitu dengan menduduki daerah Minangatamwan.

Daerah ini memiliki arti yang sangat strategis dalam bidang perekonomian, karena daerah ini dekat dengan jalur perhubungan pelayaran perdagangan di Selat Malaka. Sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah mencita-citakan agar Kerajaan Sriwijaya menjadi Kerajaan Maritim.

  Raja Balaputra DewaPada awalnya, Raja Balaputra Dewa adalah raja dari kerajaan Syailendra (di Jawa Tengah).

Ketika terjadi perang saudara di Kerajaan Syailendra antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibat kekalahan itu, Raja Balaputra Dewa lari ke Sriwijaya. Di Kerajaan Sriwijaya berkuasa Raja Dharma Setru (kakek dari Raja Balaputra Dewa) yang tidak memiliki keturunan, sehingga kedatangan Raja Balaputra Dewa di Kerajaan Sriwijaya disambut baik. Kemudian, ia diangkat menjadi raja.

Pada masa pemerintahan Raja Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya berkembang semakin pesat. Raja Balaputra Dewa meningkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan rakyat Sriwijaya. Di samping itu, Raja Balaputra Dewa menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang berada di luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti Kerajaan Benggala (Nalanda) maupun Kerajaan Chola. Bahkan pada masa pemerintahannya, kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara.

  Raja Sanggrama WijayattunggawarmanPada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya mendapat ancaman dari Kerajaan Chola.

Di bawah pemerintahan Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan serangan dan berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya. Raja Sriwijaya yang bernama Sanggrama Wijayattunggawarman berhasil ditawan. Namun pada masa pemerintahan Raja Kulotungga I di Kerajaan Cho, Raja Sanggrama Wijayattunggawarman dibebaskan kembali.

Page 7: Kerajaan hindu budha

prasasti peninggalan Sriwijaya :a. Prasasti Kedukan Bukitb. Prasasti Talang Tuo. c. Kota Kapur di Bangka.d. Prasasti Telaga Batu.e. Prasasti Ligor di tanah genting Kra. Berangka tahun 755 Mf. Prasasti Karang Brahi.g. prasasti Bukit Siguntang.h. prasasti Palas Pasemah.

Sumber-sumber lain mengenai Sriwijaya ialah berita dari Cina, Arab dan India. I Tsing bekerjasama dengan Sakyakirti menulis kitab Hastadandasastra yang pada tahun 711 disalin I Tsing ke dalam bahasa Cina. Sumber dari tambo dinasti T’ang. Dinasti Sung, dari Chau You Kwa dalam bukunya Chu Fan Chi, dan lain-lain. Prasasti Luar negeri : Prasasti Ligor, Prasasti Nalanda Brita  dari  Cina  ,  Catatan  Itsing  (Cina),  dan  Raihan  al  Buruni (Persia)

Peninggalan Budaya, seperti : Prasasti berbahasa Melayu Kuno, Arca Budha di Bukit Siguntang, Palembang , candi Muara Takus di Riau

a. Faktor  pendukung Sriwijaya menjadi kerajaan besar1)  Letaknya strategis, dijalur perdagangan antara India-Cina2)  Runtuhnya kerajaan Funan3)  Majunya aktifitas pelayaran dan perdagangan4)  Memiliki armada / angkatan laut yang kuat5)  Melayani distribusi keberbagai wilayah Nusantara

b. Kehancuran   Sriwijaya   disebabkan   oleh   serangan   kerajaan   Chola Mandala  (India)  terhadap  raja  Sanggrama  Wijaya  tahun  1017  dan 1025. dan berdirinya kerajaan Majapahit.

Kerajaan Singasari (Tahun 1222 – 1292).Singasari terletak  disebelah  utara  Malang,  dibangun  oleh  Ken  Arok  setelah mengalajkan Kediri th 1222.

Sumber Sejarah1. Kitab   Pararaton,   Kitab   Negara   Kertagama,   Prasasti   Balawi, Maribong, Kusmala

dan prasasti Mula Kalurung.2. Berita  Cina,  yang  menyatakan  Kaisar  Khubulai  Khan  pernah mengirim pasukan

untuk menahlukkan Singasari

Raja-raja Singasari setelah Ken Arok (Sri Rajasa)    berturut-turut    adalah    Anusopati,    Tohjoyo, Wisnuwardana/Ranggawuni, Kertanegara (raja terbesar sekaligus raja terakhir   Singasari).kehancuran   Singasari   akibat   serangan   Raja Jayakatwang (Kedisri).

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Singasari Keadaan perekonomian Kerajaan Singasari yaitu ikut ambil bagian dalam dunia

pelayaran. Keadaan ini juga didukung oleh hasil – hasil bumi.

Page 8: Kerajaan hindu budha

 Kehidupan Sosial Kerajaan SingasariKetika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, berusaha meningkatkan kehidupan

masyarakatnya. Banyak daerah – daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada masa pemerintahan Anusapati, kehidupan kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian, karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya.

Kehidupan Budaya Kerajaan SingasariDitemukan peninggalan candi – candi dan patung – patung diantaranya candi Kidal,

candiJaga, dan candi Singasari. Sedangkan patung – patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (Kedua patung Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).

Kehidupan Politik Kerajaan SingasariKerajaan Singasari yang pernah mengalami kejayaan dalam perkembangan sejarah Hindu

di Indonesia dan bahkan menjadi cikal bakal Kerajaan Majapahit, pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut:

Ken ArokKen Arok sebagai raja Singasari pertama bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi

dan dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa (Dinasti Keturunan Siwa). Raja Ken Arok memerintah antara tahun 1222-1227 M. Masa pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis pada tahun 1227. Ia mati terbunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes dari suami pertamanya Tunggul Ametung).

Raja KertanegaraRaja Kertanegara (1268-1292 M) merupakan raja terkemuka dan raja terakhir dari

Kerajaan Singasasri. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaannya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.

a. Politik Dalam NegeriDalam rangka mewujudkan stabilisasi politik dalam negeri, Raja Kertanegara menempuh jalan sebagai berikut:

  Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya.  Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya.  Memperkuat angkatan perang.

b. Politik Luar NegeriUntuk mencapai cita-cita politiknya itu, Raja Kertanegara menempuh cara-cara sebagai

berikut.Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu (1275 dan 1286 M) untuk menguasai Kerajaan Melayu

serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.Menguasai Bali (1284 M).Menguasai Jawa Barat (1289 M).

Page 9: Kerajaan hindu budha

Menguasai Pahang (Malaya) dan Tanjung Pura (Kalimantan).Kertanegara membendung ekspansi Khu Bilai Khan dengan cara :1) Menjalin kerja sama dengan negeri Champa2) Memberantas setiap usaha pemberontakan3) Mengganti pejabat yang tidak mendukung gagasannya4) Berusaha menyatukan Nusantara di bawah Singosari.

Kerajaan Kediri ( tahun 1042 – 1222)Wilayah kerajaan Kediri (Panjalu) berada di tepi sungai Brantas, Jawa Timur.Sumber Sejarah

1. Prasasti Sirah Kenting, Prasasti di Tulung Agung dan Kertosono, Prasasti Ngantang, Prasasti Jaring, Prasasti Kamulan.

2. Berita Cina berasal dari Kronik Chu Fan Chi yang dikarang oleh Ju Kua (1120)

Peninggalan Budaya :  bidang arsitektur/bangunan tidak nampak tetapi dibidang  sastra  maju  pesat  seperti  :  Krisnayana,  Bharatayudha  oleh Empu Sedah dan Empu Panulu, Hariwangsa dan Gatotkacasraya oleh Empu  Panulu,  Samaradhahana  oleh  Empu  Dharmaja,  Writtasancaya dan   lubdaka   oleh   empu   Tanakung,   Sumanasantaka   oleh   Empu Monaguna.

Raja-raja    yang    memerintah    Jayawarsa,   Bameswara,    Jayabaya, Sarweswara,  Sri  Gandra,  Kameswara,  Kertajaya.

Kehidupan Sosial Kerajaan KediriKehidupan sosial kemasyarakatan pada zaman Kerajaan Kediri dapat kita lihat dalam kitab

Ling-Wai-Tai-Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada tahun 1178 M. Kitab tersebut menyatakan bahwa masyarakat Kediri memakai kain sampai bawah lutut dan rambutnya diurai. Rumah-rumahnya rata-rata sangat bersih dan rapi. Lantainya dibuat dari ubin yang berwarna kuning dan hijau.

Pemerintahannya sangat memerhatikan keadaan rakyatnya sehingga pertanian, peternakan, dan perdagangan mengalami kemajuan yang cukup pesat.Golongan-golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi tiga berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan.1) Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya. 2) Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani (daerah). 3) Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi atau masyarakat wiraswasta.

Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat semua penghasilan kerajaan. Di samping itu, ada 1.000 pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota, perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan makanan.

Kehidupan Budaya Kerajaan Kediri Sastra Tulis

- Kitab Carita Parahyangan

Page 10: Kerajaan hindu budha

- Sawakanda atau Serat Kanda- Sanghyang Siksakandang Karesian Sastra LisanBerupa cerita pantun seperti Catra, Haturwangi, Langgalarang Banyk dan Siliwangi.Keterangan :Kerajaan Pajajaran tidak memiliki peninggalan berupa bangunan seperti candi karena kehidupan masyarakat Pajajaran itu hidup berpindah-pindah sehingga tidak membuat bangunan permanen

Kehidupan politik kerajaan kediriBerturut-turut raja-raja Kediri sejak Jayabaya sebagai berikut :

1) Raja Jayabaya (1135 M – 1159 M) Raja Jayabaya menggunakan lencana kerajaan berupa lencana Narasingha.

Kemenangannya atas peperangan melawan Jenggala diperingatinya dengan memerintahkan Mpu Sedah menggubah kakawin Bharatayudha. Karena Mpu Sedah tidak sanggup menyelesaikan kakawin tersebut, Mpu Panuluh melanjutkan dan menyelesaikannya pada tahun 1157 M. Pada masa pemerintahannya ini, Kediri mencapai puncak kejayaan.

2) Raja Sarweswara (1159 – 1169 M) Pengganti Jayabaya adalah Raja Sarweswara. Tidak banyak yang diketahui mengenai raja ini sebab terbatasnya peninggalan yang ditemukan. Ia memakai lencana kerajaan berupa Ganesha.

3) Raja Kameswara (1182 – 1185 M) Selama beberapa waktu, tidak ada berita yang jelas mengenai raja Kediri hingga

munculnya Kameswara. Pada masa pemerintahannya ini ditulis kitab Kakawin Smaradahana oleh Mpu Darmaja yang berisi pemujaan terhadap raja, serta kitab Lubdaka dan Wretasancaya yang ditulis oleh Mpu Tan Alung. Kitab Lubdaka bercerita tentang seorang pemburu yang akhirnya masuk surga dan Wretasancaya berisi petunjuk mempelajari tembang Jawa Kuno.

4) Raja Kertajaya (1185 – 1222 M) Pada masa pemerintahan Kertajaya, terjadi pertentangan antara para brahmana dan Raja Kertajaya. Hal ini terjadi karena para brahmana menolak menyembah raja yang menganggap dirinya sebagai dewa. Para brahmana lalu meminta perlindungan pada Ken Arok. Kesempatan ini digunakan Ken Arok untuk memberontak terhadap Kertajaya. Pada tahun 1222 M terjadi pertempuran hebat di Ganter dan Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya.

ada 2 faktor penyebab kemunduran kejayaan kerajaan kediri:1) Raja Kertajaya mengurangi hak-hak kaum Brahmana. Sehingga Kaum Brahmana banyak

yang lari dan minta bantuan ke Tumapel untuk melawan Kerajaan Kediri.2) Pada tahun 1222 terjadi Perang Ganter antara Ken Arok dengan Kertajaya (Raja Kediri

saat itu). Ken Arok dengan bantuan para brahmana berhasil mengalahkan Kertajaya di Ganter (Punjon, Malang). Dengan demikian berakhirlah riwayat Kerajaan Kediri.

Page 11: Kerajaan hindu budha

Kerajaan Majapahitletak karajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di daerah lembah sungai yang

luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo.- Sumber-sumber sejarah Majapahit yaitu:a. Prasasti Kudadub. Kitab Negarakertagamac. Kitab Pararatond. Buku-buku kidung, misal: Kidung Ronggolawe, Kidung Sundayanae. Prasasti-prasasti yang merupakan peninggalan raja Majapahitf. Berita-berita Cina, misal kitab Ying Yai Sheng Lan. Karangan Ma Huan dan catatan-catatan dalam tambo dinasti Ming.

Raja-raja yang memerintah, Raden Wijaya sebagai pendiri, Jayanegara, Tribuana Tungga Dewi, Hayam Wuruk   (mencapai   Puncak   Kejayaan),   Kusuma   Wardani/WikramaWardana,  Suhita  (  terjadi  perang  Paregreg  dengan  Bre  Wirabumi) sehingga    majapahit    mengalami    kemunduran,    Kertawijaya, Rajasawardhana, Purwawisesa dansinghawikramawardhana. Keruntuhan  Majapahit  ditandai  dengan  candrasangkala  Sirno  Ilang Kertaning Bumi.

 Kehidupan Sosial Kerajaan MajapahitPola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat (strata) yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta seperti di India, yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis dalam literatur istana.

1.      Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada di luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit.

2.      Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma, yaitu mengajar, belajar, melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain, membagi dan menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup dan bersatu dengan Brahman (Tuhan).

3.      Dari aspek kedudukan kaum wanita dalam masyarakat Majapahit, mereka mempunyai status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut campur dalam urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka. Dalam undang-undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakap-cakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita.

Kehidupan Budaya Kerajaan MajapahitBukti-bukti perkembangan kebudayaan di Kerajaan Majapahit dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berikut.CandiAntara lain Candi Panataran (Blitar), Candi Tegalwangi dan Surawana (Pare, Kediri), Candi Sawentar (Blitar), Candi Sumberjati (blitar), Candi Tikus (Trowulan), dan bangunan-bangunan purba lainnya yang terdapat di daerah Trowulan. SastraHasil sastra zaman Majapahit awal di antaranya:Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca (tahun 1365).Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular.

Page 12: Kerajaan hindu budha

Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular.Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.Kitab Parthayajna, tidak diketahui pengarangnya.

 Kehidupan Politik Kerajaan MajapahitRaja Kertarajasa Jayawardhana

Raja Kertanegara wafat pada tahun 1291 M, ketika Keraton Singasari saat itu diserbu secara mendadak oleh Jayakatwang (keturunan Raja Kediri). Dalam serangan itu Raden Wijaya, menantu Kertanegara, berhasil meloloskan diri dan lari ke Madura untuk meminta perlindungan dari Bupati Arya Wiraraja. Atas bantuan dari Arya Wiraraja ini, Raden Wijaya diterima dan diampuni oleh Jayakatwang dan diberikan sebidang tanah di Tarik. Daerah itu kemudian dibangun kembali menjadi sebuah perkampungan dan digunakan oleh Raden Wijaya untuk mempersiapkan diri dan menyusun kekuatan untuk sewaktu-waktu mengadakan serangan balasan terhadap Kediri.

Kedatangan serangan Cina-Mongol yang ingin menaklukan Kertanegara, tidak disia-siakan oleh Raden Wijaya untuk menyerang Raja Jayakatwang (Raja Kediri).

Raden Wijaya berhasil menipu pasukan-pasukan Cina, sehingga tentara Cina rela bergabung dengan pasukan Raden Wijaya dan menyerang Raja Jayakatwang. Raja Jayakatwang dapat dikalahkan dan Kerajaan Kediri dapat dihancurkan.

Kemenangan dari serangan ini membuat tentara Cina-Mongol bergembira dan merayakan pesta kemenangannya. Namun, bagi Raden Wijaya kemenangan ini harus berada di pihaknya. Raden Wijaya kemudian memutuskan untuk menyerang balik tentara-tentara Cina-Mongol yang sedang pesta pora. Serangan yang tiba-tiba dan tak diduga yang dilakukan oleh pasukan Raden Wijaya ini membuat tentara Cina-Mongol menjadi kalang kabut. Banyak yang terbunuh. Yang selamat melarikan diri dan kembali ke daratan Cina. Akhirnya, di Jawa hanya tinggal satu kekuatan, yaitu kekuatan dari pasukan Raden Wijaya.

Dengan lenyapnya pasukan Cina-Mongol, pada tahun 1292 M Kerajaan Majapahit sudah dapat dianggap berdiri, walaupun secara resmi sistem pemerintahan Kerajaan majapahit baru berjalan setahun kemudian, yaitu ketika Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit yang pertama dengan gelar Sri Kertajasa Jayawardhana.

Raden Wijaya memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1293-1309 M. raden Wijaya sempat memperistri keempat putri Kertanegara, yaitu Tribhuwana, Narendraduhita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal pemerintahannya pernah terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman seperjuangan Raden Wijaya seperti Sora, Ranggalawe, dan Nambi. Pemberontakan-pemberontakan itu diakibatkan karena rasa tidak puas atas jabatan-jabatan yang diberikan oleh raja. Akan tetapi, pemberontakan-pemberontakan itu akhirnya dapat dipadamkan.

Raden Wijaya wafat tahun 1309 M dan dimakamkan dalam dua tempat, yaitu dalam bentuk Jina (Budha) di Antapura dan dalam bentuk Wisnu dan Siwa di Candi Simping (dekat Blitar).

  Raja JayanegaraRaja Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra yang bernama Kala Gemet. Putra

ini diangkat menjadi Raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanegara pada tahun 1309 M.Jayanegara memerintah Majapahit dari tahun 1309-1328 M. Masa pemerintahan

Jayanegara penuh dengan pemberontakan dan juga dikenal sebagai suatumasa yang suram di

Page 13: Kerajaan hindu budha

dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Pemberontakan-pemberontakan itu datang dari Juru Demung (1313 M), Gajah Biru (1314 M), Nambi (1316 M), dan Kuti (1319 M).

Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya dan hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa mengungsi ke desa Bedander yang diikuti oleh sejumlah pasukan bayangkara (pengawal pribadi raja) di bawah pimpinan Gajah Mada. Setelah beberapa hari menetap di desa Bedander maka Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk meninjau suasana.

Setelah diketahui keadaan rakyat dan para bangsawan istana tidak setuju dan bahkan sangat benci kepada Kuti, Gajah Mada akhirnya merencanakan suatu siasat untuk melakukan serangan terhadap Kuti. Berkat ketangkasan dan siasat yang jitu dari Gajah Mada, Kuti dan kawan-kawannya dapat dilenyapkan.

Raja Jayanegara dapat kembali lagi ke Istana dan menduduki tahta Kerajaan Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada, maka ia langsung diangkat menjadi patih di kahuripan (1319-1321), tidak lama kemudian diangkat menjadi patih di Kediri (1322-1330).

Ratu TribhuwanatunggadewiRaja Jayanegara meninggal dengan tidak meninggalkan seorang putra mahkota. Tahta

Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Gayatri, putri Raja Kertanegara yang masih hidup. Namun, karena ia sudah menjadi seorang pertapa, tahta kerajaan diserahkan kepada putrinya yang bernama Tribhuwanatunggadewi. ia menjadi ratu atas nama atau mewakili ibunya, Gayatri.

Tribhuwanatunggadewi memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1328-1350 M. pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng (1331 M). pimpinan pemberontak tidak diketahui. Nama Sadeng sendiri adalah nama sebuah daerah yang terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng dapat dipadamkan oleh Gajah Mada dan Adityawarman.

Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Mangkubhumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat pemerintahan tertinggi sesudah raja. Ia mempunyai wewenang untuk menetapkan politik pemerintahan Majapahit.

Raja Hayam WurukRaja Hayam Wuruk yang terlahir dari perkawinan Tribhuwanatunggadewi dengan

Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang mempunyai pandangan luas. Kebijakan politik Hayam Wuruk banyak mengalami kesamaan dengan politik Gajah Mada, yaitu mencita-citakan persatuan Nusantara berada di bawah panji Kerajaan Majapahit.

Hayam Wuruk memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1350-1389 M. Pada masa pemerintahannya, Gajah Mada tetap merupakan salah satu tiang utama Kerajaan majapahit dalam mencapai kejayaannya. Bahkan Kerajaan Majapahit dapat disebut sebagai kerajaan nasional setelah Kerajaan Sriwijaya.

Selama hidupnya, patih Gajah Mada menjalankan Politik Persatuan Nusantara. Cita-citanya dijalankan dengan begitu tegas, sehingga menimbulkan peristiwa pahit yang dikenal dengan Peristiwa Sunda (Peristiwa Bubat). Peristiwa Sunda terjadi tahun 1351 M, berawal dari usaha Raja Hayam Wuruk untuk meminang putri dari Pajajaran, Dyah Pitaloka. Lamaran itu diterima oleh Sri Baduga. Raja Sri Baduga beserta putri dan pengikutnya pergi ke Majapahit, dan beristirahat di lapangan Bubat dekat pintu gerbang Majapahit.

Selanjutnya timbul perselisihan paham antara Gajah Mada dan pimpinan Laskar Pajajaran, karena Gajah Mada ingin menggunakan kesempatan ini agar Pajajaran mau mengakui kedaulatan

Page 14: Kerajaan hindu budha

Majapahit, yakni dengan menjadikan putri Dyah Pitaloka sebagai selir Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai permaisuri. Hal ini tidak dapat diterima oleh Pajajaran karena dianggap merendahkan derajat. Akhirnya pecah pertempuran yang mengakibatkan terbunuhnya Sri baduga dengan putrinya dan seluruh pengikutnya di Lapangan Bubat.

Akibat peristiwa itu, politik Gajah Mada mengalami kegagalan, karena dengan adanya peristiwa Bubat belum berarti Pajajaran sudah menjadi wilayah Kerajaan Majapahit. Bahkan Kerajaan Pajajaran terus berkembang secara terpisah dari Kerajaan Majapahit.

Ketika Gajah Mada wafat tahun 1364 M, Raja Hayam Wuruk kehilangan pegangan dan orang yang sangat diandalkan di dalam memerintah kerajaan. Wafatnya Gajah Mada dapat dikatakan sebagai detik-detik awal dari keruntuhan Kerajaan Majapahit. Setelah Gajah Mada wafat, Raja Hayam Wuruk mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk memutuskan pengganti Patih Gajah Mada. Namun, tidak satu orang pun yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada. Kemudian diangkatlah empat orang menteri di bawah pimpinan Punala Tanding. Hal itu tidak berlangsung lama. Keempat orang menteri tersebut digantikan oleh dua orang menteri, yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Akhirnya Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai patih mangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada.

Keadaan Kerajaan Majapahit seakan-akan semakin bertambah suram, sehubungan dengan wafatnya Tribhuwanatunggadewi (ibunda Raja Hayam Wuruk) tahun 1379 M. Kerajaan Majapahit semakin kehilangan pembantu-pembantu yang cakap. Kemunduran Kerajaan Majapahit semakin jelas setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk tahun 1389 M. Berakhirlah masa kejayaan Majapahit.

Kerajaan Holling / KalinggaDiperkirakan   terletak   di   Jawa   Tengah   bagian   utara   (diantara purwaodadi hingga Blora dan lasem).Sumber Sejarah.

1. Berita catatan Cina (dinasti Tang ), bahwa abad ke 7 M di Jawa Tengah  telah  berdiri  kerajaan  Kaling(Kalingga),  pernah  megirim utusan ke Cina.

2. Dalam   catatan   Itsing   (664)   disebutkan   bahwa   pendeta   Cina Hwining    mnegunjungi    kerajaan    Holing    dan    berusaha menerjemahkan kitab Budha Hinayana yang dibantu oleh pendeta Budha Yanabadra.

3. Prasasti belum ditemukan

Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Kaling tersebut, dapat diketahui bagaimana keadaan :a. Pemerintahan dan Kehidupan MasyarakatDalam berita Cina disebut adanya raja atau Ratu Sima, yang memerintah pada tahun 674 M. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas, hal ini terbukti pada saat raja Tache ingin menguji kejujuran rakyat Kaling. Diletakkanlah suatu pundi-pundi yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai tiga tahun lamanya tidak ada yang berani mengambil. b. Keadaan sosial dan ekonomi kerajaan KalingMata pencaharian penduduknya sebagian besar bertani, karena wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian. Perekonomian, sudah banyak penduduk yang melakukan perdagangan apalagi disebutkan ada hubungan dengan Cina.

Page 15: Kerajaan hindu budha

Keruntuhan kerajaan Ho-ling terjadi pada tahun 752, karena Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.

Peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah:1) Prasasti Tukmas

Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah.

2) Prasasti SojomertoPrasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

3) Candi AnginCandi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

4) Candi Bubrah, JeparaCandi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Raja atau Ratu-  sekitar tahun 674 Ratu Shima

Kerajaan MedangKerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan

Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.raja-raja Medang sejak masih berpusat di Bhumi Mataram sampai berakhir di Wwatan dapat disusun secara lengkap sebagai berikut:

1. Sanjaya , pendiri Kerajaan Medang2. Rakai Panangkaran , awal berkuasanya Wangsa Syailendra3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra4. Rakai Warak alias Samaragrawira5. Rakai Garung alias Samaratungga6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala8. Rakai Watuhumalang 9. Rakai Watukura Dyah Balitung 10. Mpu Daksa 11. Rakai Layang Dyah Tulodong 12. Rakai Sumba Dyah Wawa 13. Mpu Sindok , awal periode Jawa Timur14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya15. Makuthawangsawardhana 16. Dharmawangsa Teguh , Kerajaan Medang berakhir

A.   Sumber Sejarah        Dapat  diketahui  dari  beberapa  prasasti  yang  dibuat  Empu  Sindok seperti Prasasti

Page 16: Kerajaan hindu budha

Pucangan, Anjukladang (limus) dan Prasasti Calcuta dan lain-lain. Dari sumber tersebut dapat disimpulkan :

1. Kerajaan  Medang  terletak  di  Tambelang  –  Jombang  kemudian dipindahkan ke Watu Galuh diantara gunung Semeru dan Gunung Wilis-Jawa Timur

2. Pendiri kerajaan Empu Sindok dengan Wangsa Isyana3. Raja-raja yang memerintah : Mpu Sindok bersama permaisurinya Pu Kbi (929-948), Sri

Isyana Tunggawijaya + Lokapala (948-968), Sri  Makuta  wangsa  Wardana  (968-992),  Teguh  Darmawangsa (992-1017), Airlangga (1019-1049).

B.   Peninggalan  Budaya  :  Seni  Sastra  seperti  Kitab  Sang  Hyang  Kama Hayanikan    (  Jaman  Empu        Sindo),  Kitab  Erjuna  Wiwaha  –Empu Kanwa (jaman Erlangga), Kitab Calon Arang (jaman Erlangga).       Seni bangunan dan arsitektur seperti : Candi Songoriti, Pertitan Belahan, Petirtan Jolotundo.

Kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan agama kerajaan Medang KamulanØ  Kehidupan Ekonomiv  Perdaganagan dan pelayaranv  Barang dagangannya adalah poerselen, beras daging dan kayuv  Pada masa pemerintahan Mpu Sindok, dibangun sebuah bendungan yang berfungsi sebagai

irigasi dan tempat memlihara ikanØ  Kehidupan Sosialv  Masyarakat kerajaan Medang Kamulan tersusun dalam sebuah hirarkisv  Birokrasi kerajaan berjalan sesuai dengan tugasnyav  Pada umumnya, masyarakatnyaadalah petani, pedagang, dan peternakØ  Kehidupan Budaya Dan Agamav  Kebudayaan pada masa ini sudah berkembang dengan sangat baikv  Pajak-pajak telah dibebaskan karena harus memelihara sebuah bangunan suci. Daerah yang

dibebaskan dinamakan dengan perdikan atau sima

C.  Faktor penyebab runtuhnya kerajaan Medang Kamulang·         Terjadi pemecahan kerajaan menjadi dua yaitu Janggala dan Panjalu

Kerajaan Sunda antara tahun 932 dan 1579 Masehi di bagian Barat pulau Jawa (Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah sekarang)

raja-raja kerajaan Sunda

1. . Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)4. Rakeyan Banga (739 - 766)5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)

Page 17: Kerajaan hindu budha

9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)15. Munding Ganawirya (964 - 973)16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)17. Brajawisésa (989 - 1012)18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)32. Prabu Bunisora (1357-1371)33. Prabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475)34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)35. Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)36. Prabu Surawisésa (1521-1535)37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)38. Prabu Sakti (1543-1551)39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)

Pajajaranadalah ibu kota Kerajaan Sunda Galuh yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di wilayah barat pulau Jawa. Lokasinya berada di wilayah Bogor, Jawa Barat sekarang. Sumber Sejarah Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.

Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti: • Prasasti Batu Tulis, Bogor

Page 18: Kerajaan hindu budha

• Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi• Prasasti Kawali, Ciamis• Prasasti Rakyan Juru Pangambat• Prasasti Horren• Prasasti Astanagede• Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta• Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor• Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan• Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)

Daftar raja Pajajaran • Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)• Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan• Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan• Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)• Rahyang Niskala Wastu Kencana• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)• Sri Baduga MahaRaja• Hyang Wuni Sora• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)• dan Prabu Ratu Dewata.

Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat.

Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.

Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan

Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki, namun

Page 19: Kerajaan hindu budha

tak kurang yang musnah termakan jaman.

Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan

Puncak Kehancuran Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.

Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.

Kondisi Kehidupan Ekonomi Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan)

Kondisi Kehidupan Sosial Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll)

Kehidupan Budaya Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.

Kesimpulan • Sumber sejarahnya berupa prasati-prasati, tugu perjanjian, taman perburuan, kitab cerita, dan berita asing.• Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan/ kejayaan dan Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten.

Page 20: Kerajaan hindu budha

Kerajaan MelayuKerajaan Melayu atau dalam bahasa Cina ditulis Ma-La-Yu ( 末 羅 瑜 國 ) merupakan

sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung.Kerajaan ini berada di pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi (Thai:Sovannophum) yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di Selat Melaka sebelum direbut oleh Kerajaan Sriwijaya (Thai:Sevichai) pada tahun 682.

Lokasi Pusat Kerajaan :

Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.

Nama – Nama Raja Melayu1183- Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa1286- Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa1316- Akarendrawarman1347 -Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa1375 -Ananggawarman

Sumber Sejarah :

Sejarah melayu mancakup dimensi yang luas, dengan rentang masa yang panjang. Jika kerjaan kutai di anggap sebagai kerajaan tertua dalam sejarah, maka awal fase awal sejrah melayu adalah sekitar abad ke-4 atau ke-5M. Sejrah yang dimaksud disini adalah kejadian atau peninggalan sejarah yang, baik berupa manuskrip, prasasti, sejrah lisan maupun artefak. Dalam portal ini, sejarah melayu tersebut di bagi menjadi tiga kategori 1, sejarah tentang kerajaan 2, naskah dan 3, peninggalan sejarah di situs sejarah seperti, candi, masjid, istana maupun makam.

1. Naskah SejarahNaskah merupakan peninggalan tertulis yang menceritakan tentang hal-ihwal suatu masa tertentu di masa lalu. Naskah sejarah dalam yang dimaksud, dibagi dalam dua kategori yaitu prasasti dan manuskrip. Di antara prasasti yang telah di temukan adalah Batu Bersurat, Kedukaan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi, peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Sementara manuskrip yang ada, berkaitan dengan agama, adat, hikayat, silsilah, pengobatan dan sejarah itu sendiri, dan merupakan peninggalan tokoh-tokoh zaman dahulu, sebagian besar antara abad 16 hingga 18 Masehi.

2. Situs SejarahSitus sejarah merupakan daearah di mana ditemukan benda-benda purbakala. Benda-

Page 21: Kerajaan hindu budha

benda purbakala yang bersejarah tersebut diantaranya: istana-istana, makam, masjid dan candi.

SUMBER SEJARAHBerasal dari sumber Cina karena tidak ditemukan prasasti. Musafir Cina I-Tsing (671-695 M) menyatakan bahwa pada abad ke-7 M secara politik Kerajaan Melayu dimasukkan ke dalam Kerajaan Sriwijaya.

Sumber berita berdirinya Kerajaan Melayu antara lain :1.    Berasal dari kronik Dinasti Tang,2.    Berasal dari kronik I-Tsing3.    Dan berasal dari beberapa prasasti

Kehidupan Masyarakat~    Kehidupan EkonomiKarena letaknya strategis di jalur pelayaran dan perdagangan, Sriwijaya adalah Kerajaan Maritim yang kegiatan ekonominya bertumpu dalam bidang perdagangan.~        Kehidupan BudayaMerupakan pusat agama Buddha di luar India.~        Kehidupan sosial Masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendeta Budha terkenal yaitu Sakyakirti.Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Budha dan ilmu lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda. Dari prasasti ini diketahui pula raja Sriwijaya yaitu Balaputra Dewa mempunyai hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa (India). Raja ini memberi sebidang tanah untuk asrama pelajar dari Sriwijaya. Sebagai penganut agama yang taat maka raja Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Dengan demikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur, dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuan dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).Kebesaran dan kejayaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat serangan dari kerajaan lain.~        Kehidupan PolitikDalam kehidupan politik. Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan.Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang juga strategis untuk perdagangan. Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudian dipindahkan ke Minangatamwan.

Page 22: Kerajaan hindu budha

Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya.Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannya luas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara. Kehidupan EkonomiKerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi Pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalam maupun luar.Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan internasional sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaran yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.Kehidupan sosialPenyebab Runtuh Nya Kerajaan Melayu₪      Faktor PolitisKedudukan kerajaan ini makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam bidang perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara yang menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Dan Kerajaan Singasari di daerah timur yang dipimpin oleh Raja Kertanegara dengan mengirim ekspedisi ke arah barat (Ekspedisi Pamalayu) yang mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Sriwijaya makin terdesak.₪      Faktor Ekonomi                                                          Aktivitas perdagangan berkurang karena daerah strategis perdagangan yng dikuasai Sriwijaya jatuh ke kekuasaan raja-raja di sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil & lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 1377 M.