1502-3582-1-sp

Upload: imade-ambara

Post on 04-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rewryhwerye

TRANSCRIPT

28

Laporan Studi Pustaka (KPM 403)

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI

HEROLINA INTAN LYDIA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR2014

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tingkat Pendapatan Petani benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya dengan sesungguhnya.

Bogor, Desember 2014

Herolina Intan LydiaNIM. I34110067

ABSTRAKHEROLINA INTAN LYDIA. Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tingkat Pendapatan Petani. Di bawah bimbingan SOERYO ADIWIBOWO

Dampak perubahan iklim antara lain peningkatan muka air laut, penurunan muka tanah, dll. Salah satu sektor yang terkena dampak perubahan ini adalah sektor pertanian yang memengaruhi waktu musim tanam yang mengakibatkan berbagai hal seperti penurunan produksi dan produktivitas, hingga fluktuasi harga produksi pertanian. Karenanya perubahan iklim harus diiringi dengan mitigasi yaitu upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Misalnya saja pada sektor pertanian yaitu dengan pembiaran, menambah perawatan, melakukan pencabutan hingga panen produk pertanian lebih awal dan akhirnya mempengaruhi total produktivitas para petani dan akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat khusunya para petani. Di satu sisi, pendapatan para pelaku usahatani mengalami penurunan, tetapi di sisi lain, perubahan iklim justru dapat menambah penghasilan karena beberapa petani turut merasakan dampak kenaikan harga dan peningkatan produktivitas.

Kata Kunci : dampak perubahan iklim, mitigasi, pendapatanABSTRACTHEROLINA INTAN LYDIA. Analysis of Climate Change Impacts On The Level Income Farmer. Supervised by SOERYO ADIWIBOWO

The impact of climate change are increasingly larger and cause effects include an increase in sea level, subsidence, etc. One of the sectors affected by these changes are affecting the agricultural sector growing season resulted in a variety of things such as a decline in production and productivity, till fluctuations in the price of agricultural productsTherefore, climate change mitigation that should be accompanied by efforts aimed at reducing the impact of disasters both natural disasters, man-made disasters or a combination of both in a country or society. For example, in the agricultural sector, namely the omission, add treatment, perform revocation until early harvest of agricultural products and ultimately affect the total productivity of farmers and ultimately affect the level of income of the people especially farmers. On the one hand, the perpetrators of farm income has decreased, but on the other hand, climate change can actually increase revenue because some farmers also feel the impact of rising prices and increased productivity.

Keywords: climate change impacts, mitigation, income

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI

OlehHEROLINA INTAN LYDIAI34110067

Laporan Studi Pustaka

sebagai syarat kelulusan KPM 403

pada

Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia

Insititut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh :

Nama Mahasiswa:Herolina Intan Lydia

NIM:I34110067

Judul:Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tingkat Pendapatan Petani

dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Petanian Bogor.

Disetujui oleh

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS.Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MScKetua Departemen

Tanggal Pengesahan : ______________________

PRAKATAPuji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang berkenan memberikan berkat luar biasa bagi penulis sehingga studi pustaka yang berjudul Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat dapat diselesaikan dengan lancar, tanpa hambatan dan rintangan yang berarti. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa studi pustaka dapat diselesaikan dengan baik karena atas dukungan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS selaku dosen pembimbing yang bijak, senantiasa memberikan saran, arahan serta masukan yang sangat berarti selama penulisan studi pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat kepada Bapak Drs. H.G.M. Sirait, MM serta Ibu Flora Enggelina Simanjuntak, SE, orang tua tercinta serta Hendra Christoffel M. Sirait, SE, yang senantiasa memberi motivasi dan mendukung penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Doni Hezron Marpaung yang telah memberikan semangat dan menemani penulis selama proses penulisan laporan ini, serta kepada Natasha, Balqis, Apri, Hilmi, Rika, Tasya dan seluruh keluarga SKPM 48. Rekan Komisi Literatur PMK IPB yang mendukung penulis dan rekan-rekan satu bimbingan yaitu Dwi Setyaningsih, Anca, Afiefah, dan Versa. Praktikan Sosiologi Umum yang memberikan kebersamaan selama proses pembelajaran bersama. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bantuan, dan kerja selama ini.Akhirnya penulis berharap nantinya studi pustaka ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami tentang Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tingkat Pendapatan Petani.

Bogor, Desember 2014

Herolina Intan LydiaNIM. I34110067

DAFTAR ISI

PERNYATAANiiABSTRAKiiiLEMBAR PENGESAHANvPRAKATAviDAFTAR ISIviiDAFTAR GAMBARviiPENDAHULUAN1Latar Belakang1Tujuan Penulisan2Metode Penulisan2RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA31. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit (Studi Kasus Di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri)32. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Apel (Malus Sylvestris L.)43. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Zea Mays L)64. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)85. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes)106. Pengaruh Genangan Banjir Rob Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Bandarharjo, Semarang117. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Mangga (Mangifera spp.) (Studi Kasus Di Desa Pohsangit Leres, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo)138. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani Tebu( Studi Kasus Pada Kptr (Koperasi Petani Tebu Rakyat) Tani Mulya Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur)149. Mitigasi Perubahan Iklim dalam Mempertahankan Produktivitas Tanah Padi Sawah (Studi kasus di Kabupaten Indramayu)1610.Dampak Rob Terhadap Aktivitas Pendidikan Dan Mata Pencaharian Di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara17RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN19Risiko dan Dampak Perubahan Iklim19Strategi Mitigasi Perubahan Iklim20Total Produksi Pertanian21Pendapatan Produksi Pertanian22SIMPULAN25Hasil Rangkuman dan Pembahasan25Perumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian Skripsi27Usulan Kerangka Analisis Baru27DAFTAR PUSTAKA28RIWAYAT HIDUP30

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir..........................................................................................284

PENDAHULUANLatar BelakangPemanasan global semakin hari semakin mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pemanasan global ini disebabkan oleh peningkatan gas-gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri, terutama karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas rumah kaca yang meningkat ini kemudian menjadi penyebab timbulnya efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan oleh permukaan bumi kembali ke permukaan bumi.Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim dan juga kenaikan frekuensi maupun intensitas kejadian cuaca ekstrim. Hal ini akhirnya mengakibatkan dua hal utama yang terjadi di lapisan atmosfer paling bawah, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut. Jika ini kita kaitkan dengan wilayah Indonesia tentu sangat terasa, begitu juga dengan kota-kota yang dulunya dikenal sejuk dan dingin makin hari makin panas saja. Contohnya di Jawa Timur,contoh yang bisa kita rasakan adalah seperti di Kota Malang, Kota Batu, Kawasan Prigen Pasuruan di Lereng Gunung Welirang dan sekitarnya, juga kawasan kaki Gunung Semeru. Atau kota-kota lain seperti Bogor Jawa Barat, Ruteng Nusa Tenggara, adalah daerah yang dulunya dikenal berhawa dingin dan segar tetapi nyatanya sekarang tidak lagi demikian.Sebagai negara kepulauan, Indonesia paling rentan terhadap kenaikan muka laut. Kenaikan temperatur bumi telah menyebabkan melelehnya bongkahan-bongkahan es di Kutub Utara dan Selatan bumi. Hal tersebut menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang mengancam kawasan pantai serta makhluk hidup yang mendiaminya. Tidak hanya itu, hal ini juga menjadi penyebab perubahan-perubahan terhadap sistem fisik dan biologis bumi seperti peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin, masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan wabah penyakit, serta mempengaruhi berbagai ekosistem yang terdapat di daerah dengan garis lintang yang tinggi (termasuk ekosistem di daerah Artika dan Antartika), lokasi yang tinggi, serta ekosistem-ekosistem pantai. Fenomena pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan sosial/kependudukan dan budaya. Berbagai kajian sosial menemukan bahwa pola hubungan sosial berkaitan sangat erat dengan pola iklim. Dengan kata lain, pola sosial dan budaya dipengaruhi secara langsung oleh kondisi iklim setempat. Menurut World Disaster Report (2001), kerugian ekonomi akibat bancana iklim di tingkat global yang terjadi sekarang dibanding dengan yang terjadi di tahun 1950an sudah meningkat 14 kali, yaitu mencapai 50-100 milyar USD per-tahun.

Tujuan PenulisanBerdasarkan uraian tersebut, apabila pemanasan global terus terjadi dan tidak ada upaya-upaya adaptasi yang terencana dilakukan dari sekarang, maka diperkirakan kerugian akibat bencana iklim akan meningkat yang salah satunya adalah dampak ekonomi. Hal ini akhirnya berdampak pula bagi mata pencaharian bahkan tingkat pendapatan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin mengkaji bagaimana dampak perubahan iklim terhadap tingkat pendapatan petani?

Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa bahan pustaka yang relevan dengan topik studi pustaka. Bahan pustaka yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari berbagai sumber hasil penelitian, yaitu berupa: skripsi, jurnal ilmiah, artikel, serta berbagai jenis pustaka serta laporan hasil penelitian lainnya yang berkaitan dengan analisa dampak perubahan iklim terhadap tingkat pendapatan. Bahan pustaka yang sudah terkumpul kemudian dipelajari, disusun, dan dianalisis sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya.

RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA

1.Judul:Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit (Studi Kasus Di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri)

Tahun:2012

Jenis Pustaka:Jurnal

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:Silvana Maulidah, Heru Santoso, Hadi Subagyo, Qiki Rifqiyyah

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Malang, Universitas Brawijaya

Nama Jurnal:SEPA

Volume (Edisi): hal:8(2): 137-144

Alamat URL/doi:http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/up-loads/2012/10/Jurnal-SEPA-137-Dampak-Perubahan-Iklim-Terhadap-Produksi-Dan-Pendapatan-Usaha-Tani-Cabai-Rawit.pdf

Tanggal diunduh:8 November 2014

RINGKASANPerubahan iklim yang terjadi memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor. Salah satu sektor yang terkena dampak perubahan ini adalah sektor pertanian. Hal ini terjadi juga di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri yang dikenal dengan pertanian cabainya. Petani cabai (yang menjadi responden) pada umumnya mengetahui makna dari perubahan iklim berdasarkan pengalaman mereka yaitu perubahan musim dari kemarau menjadi hujan, hanya beberapa saja yang mengetahui dari televisi. Tetapi ada juga petani yang tidak mengetahui apa itu perubahan iklim. Tetapi petani cabai seluruhnya merasakan perubahan iklim tersebut sehingga menimbulkan sikap yang variatif pada petani cabai. Ada responden yang menambah perawatan terhadap cabainya sehingga mampu mempertahankan kondisi tanaman cabai rawitnya, ada pula yang melakukan pencabutan karena takut menambah biaya produksi apabila harus menambah perawatan. Tetapi mayoritas petani membiarkan saja cabai mereka karena mereka enggan menambah biaya perlakuan dan merasa sia-sia jika tetap melakukan perlakuan tersebut. Hasilnya, tanaman cabai rawit berbuah sebatas pada kemampuannya di lingkungan tersebut.Kondisi ini serta didukung perubahan iklim dengan curah hujan yang meningkat menyebabkan produksi cabai menurun dan juga kualitas produk menjadi kurang berkualitas. Hal ini menyebabkan produktivitas cabai menurun sehingga terjadi kelangkaan komoditas cabai rawit. Hal ini pula yang akhirnya menyebabkan kenaikan harga pada komoditas tersebut. Tidak seperti petani pada umumnya yang tidak merasakan dampak kenaikan harga ketika terjadi kenaikan harga pada komoditas pertaniannya, petani cabai di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri justru merasakan hal yang sebaliknya. Mereka turut merasakan dampak dari kenaikan harga yang terjadi pada komoditas cabai rawit. Sehingga kenaikan harga justru menambah pendapatan mereka dan menyebabkan pendapatan mereka meningkat dari tahun sebelumnya. Untuk menganalisis biaya usaha tani maka dapat diketahui dari biaya total (TC) merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) yang telah dikeluarkan oleh petani cabai rawit dalam satu kali masa tanam. Sedangkan penerimaan (TR) usahatani cabai rawit diperoleh dari hasil kali antara produksi cabai rawit dengan harga jualnya. Pendapatan/keuntungan usahatani cabai rawit dapat dilihat dari selisih dari penerimaan total (TR) dengan seluruh biaya yang telah dikorbankan (TC).

ANALISIS : Menurut saya jurnal ini telah menguraikan secara jelas dan sistematis mengenai perubahan iklim serta dampak terhadap pendapatan bahkan penanggulangan perubahan iklim (dalam hal ini perubahan curah hujan) agar kerugian yang diakibatkan terhadap produksi mereka tidak mengalami penurunan secara drastis. Mulai dari pengetahuan petani, perlakuan petani untuk menangani produksi pertanian mereka, hingga uraian pendapatan dari sektor tersebut.

2.Judul:Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Apel (Malus Sylvestris L.)

Tahun:2011

Jenis Pustaka:Jurnal

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:Fahriyah, Heru Santoso, Sherley Sabita

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Malang, Universitas Brawijaya

Nama Jurnal:Agrise

Volume (Edisi): hal:11(3): 189-194

Alamat URL/doi:http://agrise.ub.ac.id/index.php/agrise/article/viewFile/70/98

Tanggal diunduh:8 November 2014

RINGKASANPerubahan iklim yang terjadi saat ini mempengaruhi usahatani apel di Desa Tugurejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Wisata Batu. Perubahan iklim yang paling jelas mempengaruhi usahatani tersebut adalah perubahan pola curah hujan. Bagi masyarakat, yakni responden yang memiliki usahatani apel ini (petani apel), mayoritas mengetahui adanya perubahan iklim. Sebagian besar menyatakan bahwa perubahan iklim yang terjadi dan mempengaruhi produktivitas apel mereka adalah curah hujan yang meningkat, tetapi tidak sedikit juga yang menyatakan perubahan iklim tersebut berupa suhu udara yang meningkat. Dari keadaan ini, petani apel cenderung mengambil sikap dengan memberikan perlakuan terhadap tanaman apel mereka , dan hanya sedikit yang memutuskan untuk mengganti tanaman apel mereka dengan tanaman sayur yang lebih tahan apabila terkena hujan seperti wortel, kentang dll. Perawatan tanaman apel dilakukan dengan cara penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemangkasan. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan (karena tidak menghasilkan buah dengan baik) dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama.Dari keadaan tersebut, maka petani cenderung mengalami penurunan pendapatan dari tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 pendapatan usahatani apel rata-rata sebesar Rp 62.635.124 dan rata-rata pendapatan tahun 2010 sebesar Rp 38.965.423 sehingga selisihnya sebesar Rp 23.669.701. Faktor teknik, iklim, cuaca dan cara budidaya pengelolaan ataupun manajemennya juga mempengaruhi produksi usahatani (Susandi, 2008). Hal ini adalah dampak perubahan iklim yang menyebabkan produktivitas apel menurun. Rendahnya pendapatan diakibatkan rendahnya produksi yang disebabkan pemeliharaan yang dilakukan petani kurang bagus. Jarak tanam yang terlalu rapat akan mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan produksi usahatani apel rendah. Selain itu, karena serangan hama meningkat seiring dengan curah hujan yang meningkat menyebabkan petani apel menggunakan pestisida yang lebih banyak untuk menyerang hama tanaman tersebut. Selain menambah biaya produksi, sebagian besar petani menggunakan pupuk anorganik melebihi dosis yang ditentukan yang dalam jangka panjang justru akan menurunkan produktivitas lahan sehingga produksinya juga menurun.Pendapatan usahatani apel di Desa Tulungrejo didapatkan dari selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya pada masing-masing tahun 2009 dan 2010. Besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh penerimaan yang diterima oleh petani apel dan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani apel tersebut.

ANALISIS : Menurut saya jurnal ini telah menguraikan secara jelas dan sistematis mengenai perubahan iklim serta dampak terhadap pendapatan bahkan penanggulangan perubahan iklim (dalam hal ini perubahan curah hujan) agar kerugian yang diakibatkan terhadap produksi mereka tidak mengalami penurunan secara drastis. Mulai dari pengetahuan petani, perlakuan petani untuk menangani produksi pertanian mereka, hingga uraian pendapatan dari sektor tersebut.

3.Judul:Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Zea Mays L)

Tahun:2011

Jenis Pustaka:Jurnal

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:Heru Santoso H.S., Tatiek Koerniawati A., Nur Layli R.

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Malang, Universitas Brawijaya

Nama Jurnal:Agrise

Volume (Edisi): hal:11(3): 151-163

Alamat URL/doi:http://agrise.ub.ac.id/index.php/agrise/article/view/66/94

Tanggal diunduh:8 November 2014

RINGKASANPertanian merupakan sektor yang sangat bergantung pada perubahan iklim. Iklim yang mendukung akan membantu produktivitas pertanian meningkat sehingga memberikan keuntungan melimpah bagi petani. Tetapi sebaliknya, iklim yang tidak mendukung menyebabkan keuntungan yang fluktuatif bahkan cenderung menurun bagi para petani. Tidak terkecuali petani jagung di Desa Karangan, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek.Para petani di Desa Karangan pada umumnya pernah mendengar istilah perubahan iklim tetapi ada pula petani yang tidak pernah mendengar atau mengetahui apa yang dimaksud dengan perubahan iklim. Adanya perubahan iklim dirasakan oleh petani melalui adanya unsur-unsur iklim yang mengalami perubahan. Perubahan iklim dari tahun 2009 ke 2010 yang mayoritas dirasakan oleh para petani adalah perubahan curah hujan. Tetapi di sisi lain, perubahan iklim yang juga turut dirasakan adalah peningkatan suhu. Peningkatan curah hujan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas jagung para petani. Mayoritas petani jagung merasakan adanya perubahan kuantitas ini melalui perubahan morfologi jagung menjadi abnormal. Hal ini ditandai dengan batang tanaman kecil-kecil dan kurus, daun tanaman kecil berwarna kuning pucat, buah lebih kecil dan tidak terisi penuh, sedangkan bunga lebih sedikit dan rontok. Hal ini berbeda dengan pertumbuhan tanaman jagung tahun 2009 yang normal, ditandai dengan batang tanaman jagung besar dan kokoh, daun tanaman berwarna hijau, buah terisi sempurna, dan bunga berwarna putih kebiru-biruan. Tetapi lain halnya dengan serangan hama yang pada kenyataannya tidak begitu mengalami perubahan yang signifikan.Mayoritas sikap petani jagung terhadap perubahan iklim ini adalah dengan membiarkan tanaman jagungnya karena dengan memperbaiki keadaan hanya akan menambah biaya produksi disaat kerugian petani semakin tinggi. Tetapi ada pula petani yang memilih untuk memanen tanaman jagung lebih awal yaitu sebelum tanaman berbuah dan digunakan sebagai pakan ternak. Perubahan-perubahan yang terjadi akhirnya menyebabkan produktivitas jagung para petani mengalami penurunan. Terjadinya penurunan ini disebabkan adanya perubahan iklim yaitu curah hujan yang tinggi sehingga pertumbuhan tanaman tidak maksimal dan mengakibatkan penurunan jumlah produksi dan produktivitas. Produksi jagung pada tahun 2009 mempunyai kualitas yang bagus karena dipanen pada saat yang tepat yaitu biji jagung pada tongkol terisi sempurna dengan kadar air yang sesuai. Sehingga setelah dikeringkan biji jagung kering dengan bobot yang masih tinggi. Sedangkan pada tahun 2010 produksi jagung yang dihasilkan mempunyai kualitas rendah yaitu biji jagung pada tongkol tidak terisi sempurna atau puso (kosong). Selain itu biji jagung yang dihasilkan lebih kecil dengan kadar air ketika dipanen tinggi. Sehingga setelah dikeringkan biji jagung menjadi keriput dan kandungan airnya banyak berkurang yang menyebabkan bobot jagung kering menjadi rendah. Tingkat permintaan jagung semakin tinggi setiap tahun namun produksi belum mampu memenuhi permintaan jagung di pasar menyebabkan harga jual jagung di pasar mengalami peningkatan. Kenaikan harga jagung ini belum mampu meningkatkan penerimaan petani dari hasil penjualan jagung sehingga penerimaan yang diperoleh petani pada tahun 2010 tetap rendah dibanding tahun 2009. Rendahnya pendapatan yang diperoleh petani per ha per satu musim tanam tahun 2010 disebabkan terjadinya perubahan iklim pada tahun 2010 yaitu terjadinya musim kemarau basah yang ditandai dengan meningkatnya curah hujan.Ada beberapa alat ukur yang dipakai dalam melakukan analisis usahatani, yaitu: a) Perhitungan biaya produksi/total cost (TC) merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi usahatani. Ada dua jenis biaya dalam produksi yang digunakan sebagai input yaitu biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, biaya ini besar kecilnya tidak dipengaruhi dengan besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya tetap terdiri atas sewa lahan (perhitungan sewa lahan didapatkan dari nilai uang yang dikeluarkan petani untuk membayar sewa lahan) dan penyusutan peralatan (peralatan yang digunakan dalam usahatani jagung adalah cangkul, sabit, ember, diesel dan handsprayer). Dan biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang dikeluarkan selama usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel terdiri dari benih, Pupuk urea untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Nitrogen tanaman pupuk phonska untuk memenuhi kebutuhan unsur tanaman karena kandungan unsur N, P, K dan unsur S (belerang), pestisida untuk serangan hama dan penyakit tanaman, Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu berasal dari keluarga petani atau tetangga sekitar tempat tinggal petani. Biaya rata-rata yang digunakan dalam usahatani jagung dihitung berdasarkan HOK (Harian Orang Kerja) dengan jam kerja efektif selama 8 jam, Biaya pemipilan yaitu biaya yang digunakan untuk membayar jasa pemipilan (jagung), dan biaya pengairan yaitu biaya yang digunakan dalam pengairan usahatani jagung.b) penerimaan usahatani merupakan keseluruhan penerimaan yang diterima petani dari penjualan hasil panen jagung, dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar. Perhitungan penerimaan usahatani dirumuskan sebagai berikut : TR = Y. PyDimana: TR = Total penerimaan (total revenue) usahatani jagung (Rp/Kg) Y = Hasil produksi jagung (Kg) Py = Harga jagung (Rp) c) perhitungan keuntungan atau pendapatan Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan usahatani jagung dengan total biaya selama proses produksi usahatani jagung. Rumus keuntungan atau pendapatan sebagai berikut: = TR TCDimana: = Keuntungan atau pendapatan TR = Total penerimaan TC = Total biaya

ANALISIS : Jurnal yang berjudul Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Zea Mays L) ini. Konten yang disajikan mudah dipahami dan begitu rinci. Data yang disajikan cukup lengkap sehingga memberikan pemahaman yang baik bagi para pembaca.

4.Judul:Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

Tahun:2011

Jenis Pustaka:Skripsi

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:Fenny Kurniawati

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Bogor, Institut Pertanian Bogor

Nama Jurnal:-

Volume (Edisi): hal:-

Alamat URL/doi:http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51262?show=full

Tanggal diunduh:8 November 2014

RINGKASANDi Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor penyumbang tenaga kerja paling banyak yaitu pekerjaan di sektor pertanian. Petani yang dimaksud adalah petani yang melakukan usahatani mereka berupa komoditas padi dan ubi jalar. Mayoritas petani telah bertani dalam jangka waktu yang relatif lama yaitu minimal telah bertani selama sepuluh tahun hingga yang telah bertani lebih dari 40 tahun. Pengetahuan tentang makna perubahan iklim bagi para petani cukup variatif. Sebagian besar mereka mengetahui makna perubahan iklim tetapi tidak sedikit pula yang tidak mengetahui perubahan iklim dan sisanya kurang paham mengenai makna perubahan iklim. Tetapi mayoritas petani menyadari adanya perubahan iklim walaupun di sisi lain ada pula petani yang tidak menyadari adanya perubahan iklim. Sebagian besar petani menyatakan terjadi peningkatan curah hujan dan sebagian lagi memiliki jawaban yang berbeda-beda. Ada yang menyatakan terjadi penurunan, cenderung tetap, bahkan ada pula yang tidak mengetahui. Tetapi berbeda dengan pernyataan dari BMKG bahwa pada tahun 2009 curah hujan cenderung mengalami penurunan. Tetapi hal ini tidak menjadi masalah terutama terhadap debit air karena kondisi wilayah mereka terletak di wilayah yang cukup banyak mata air.Penurunan curah hujan menyebabkan penurunan hasil produksi pertanian yang berdampak pada penurunan pendapatan petani dan mendorong petani melakukan adaptasi berupa perubahan pola tanam. Penurunan hasil produksi ini disebabkan musim (kemarau dan hujan) yang sudah tidak dapat diprediksi waktunya dan adanya serangan hama merah yang menyerang hasil panen padi mereka. Penggunaan input seperti obat-obatan menjadi meningkat dan penggunaan tenaga kerja di luar keluarga mengalami penurunan. Penurunan pendapatan didasarkan pada adaptasi petani yaitu berubah tidaknya pola tanam petani. Sebagian besar petani merubah pola tanam sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim untuk mengurangi risiko penurunan hasil produksi mereka. Tetapi beberapa dari mereka tidak melakukan perubahan pola tanam karena rendahnya pemahaman dan informasi mengenai adanya perubahan iklim. Pada petani dengan pola tanam padi-ubi jalar, mereka yang tidak mengubah pola tanam mengalami penurunan pendapatan, sedangkan mereka yang melakukan perubahan pola tanam dari padi-ubi jalar menjadi ubi jalar-ubi jalar mengalami peningkatan pendapatan. Pada petani dengan pola tanam padi-padi, mereka yang mengubah pola tanam dari padi-padi menjadi padi-ubi jalar mengalami penurunan pendapatan tetapi lain halnya dengan petani yang merubah pola tanam padi-padi menjadi ubi jalar-ubi jalar yaitu mereka mengalami peningkatan pendapatan.

ANALISIS: Skripsi ini mampu menjelaskan dengan baik teori yang digunakan serta aplikasi di lapangan yang berkaitan dengan tinjauan pustaka. Hal ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengarahkan tujuan yang memiliki kemiripan dengan hal tersebut sehingga membantu menyajikan gambaran yang tepat bagi pembaca dan memberi arahan untuk mencapai maksud penelitian secara lebih baik dan rinci.

5.Judul:Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes)

Tahun:2011

Jenis Pustaka:Skripsi

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:Resti Ariesta Festiani

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Bogor, Institut Pertanian Bogor

Nama Jurnal:-

Volume (Edisi): hal:-

Alamat URL/doi:http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51297

Tanggal diunduh:8 November 2014

RINGKASANPerubahan iklim yang terjadi disebabkan oleh berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi dan menyebabkan emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim yang terjadi berupa naiknya suhu udara (yang meliputi kelembaban dan dinamika atmosfer), berubahnya pola curah hujan, meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrem (anomali iklim), serta naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di Kutub Utara. Desa Kemukten merupakan desa yang terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kondisi lahan yang kering dengan pancaran sinar matahari yang cukup, menjadikan daerah yang cocok untuk penanaman bawang dan menjadi mata pencaharian bagi mayoritas penduduk setempat. Perubahan suhu dan curah hujan akan mempengaruhi pertanian dan petani. Petani bawang yang menjadi responden sebagian besar memahami istilah perubahan iklim yang bagi para petani tersebut ditandai dengan adanya peningkatan suhu udara dan peningkatan curah hujan. Tetapi ada pula petani yang tidak mengetahui istilah perubahan iklim tersebut. Peningkatan curah hujan dan berkepanjangan pada tahun 2010 (dibandingkan tahun 2009) menyebabkan sawah mereka banjir dan banyak hama dan penyakit tanaman sehingga mereka melakukan adaptasi berupa perubahan pola tanam untuk mengurangi besarnya kerugian akibat gagal panen saat curah hujan meningkat karena biaya produksi bawang merah relatif mahal. Adaptasi dengan merubah pola tanam 70% dilakukan dengan mengganti jenis tanaman. Selain itu, ada pula yang memperbanyak obat-obatan serta ada pula yang memperbaiki tanah dengan memberi perlakuan intensif.Pada saat curah hujan tinggi, petani yang semula menanam 3-4 kali dalam setahun kini hanya dua kali saja dan selebihnya petani mengganti tanaman lain yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Penggunaan input dari tahun sebelumya mengalami peningkatan terutama obat-obatan. Hal ini menyebabkan output mengalami penurunan dan berdampak pada penurunan pendapatan petani karena sebagian besar petani bawang tidak dapat menanam bawang merah secara berkelanjutan tiap tahun padahal pendapatan terbesar petani berasal dari output bawang merah. Kerugian petani juga disebabkan karena peningkatan penggunaan obat-obatan dan pupuk dimana harganya makin meningkat serta konsumen yang cenderung memilih komoditi impor dengan harga murah padahal kualitasnya tidak lebih baik dibanding komoditi lokal menyebabkan harga komoditi lokal jatuh sehingga petani merugi. ANALISIS: Skripsi ini mampu menjelaskan dengan baik teori yang digunakan serta aplikasi di lapangan yang berkaitan dengan tinjauan pustaka. Hal ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengarahkan tujuan yang memiliki kemiripan dengan hal tersebut sehingga membantu menyajikan gambaran yang tepat bagi pembaca dan memberi arahan untuk mencapai maksud penelitian secara lebih baik.

6.Judul:Pengaruh Genangan Banjir Rob Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Bandarharjo, Semarang

Tahun:2011

Jenis Pustaka:Jurnal

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:Nita Septiani Pratikno dan Wiwandari Handayani

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Semarang, Universitas Diponegoro

Nama Jurnal:Teknik PWK

Volume (Edisi): hal:3(2):312-318

Alamat URL/doi:http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk

Tanggal diunduh:14 November 2014

RINGKASANPerubahan iklim merupakan fenomena berubahnya kondisi fisik atmosfer antara lain suhu dan distribusi hujan yang berdampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (KLH, 2001). Salah satu dampaknya yaitu perubahan pola cuaca yang menimbulkan ancaman seperti peningkatan permukaan air laut, suhu, dan frekuensi badai. Di Semarang, perubahan iklim menyebabkan peningkatan muka air laut, penurunan muka tanah, dan masuknya air laut ke wilayah daratan (rob). Seperti yang terjadi di Kelurahan Bandarharjo yang merasakan dampak dari hal-hal tersebut seperti jalan rusak, drainase tidak berfungsi dengan baik, dan kesulitan mendapat air bersih.Penelitian yang berlangsung di Kelurahan Bandarharjo menggunakan tiga periode waktu antara lain periode I (1985-1995), periode II (1995-2005), dan periode III (2005-2012). Dari penelitian tersebut diketahui selama kurang lebih tiga puluh tahun terkhir terjadi kenaikan permukaan air laut yang ditandai dengan kenaikan permukaaan pasang surut air laut sehingga genangan banjir rob mengalami peningkatan yang dilihat dari ketinggian genangan dan lama genangan. Aktivitas sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Bandarharjo dilihat dari perpindahan penduduk, kesehatan, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan pendapatan. Perpindahan penduduk akan meningkat ketika tingkat ketidaknyamanan wilayah meningkat. Tetapi lain halnya dengan Kelurahan Bandarharjo yang dalam tiga periode waktu tingkat perpindahan penduduknya adalah rendah, dipengaruhi tingkat ekonomi masyarakat yang mayoritas adalah kalangan menengah ke bawah sehingga mereka memutuskan untuk bertahan dan lebih memilih melakukan adaptasi seperti membangun rumahnya dengan pondasi yang lebih tinggi atau hanya melakukan pengurukan untuk mencegah air rob masuk ke dalam rumah, hanya beberapa masyarakat kalangan menengah ke atas memilih untuk berpindah, juga dipengaruhi oleh tidak adanya sanak saudara yang mau menampung serta lokasi tempat kerja yang dekat. Kesehatan masyarakat Kelurahan Bandarharjo semakin menurun seiring dengan meningkatnya intensitas terendam oleh air laut pasang yang menyebabkan pemukiman kumuh dan rentan penyakit yaitu ditandai dengan masyarakat terserang batuk, flu, demam berdarah, demam, diare, dan penyakit kulit seperti gatal-gatal. Tingkat pendidikan masyarakat selama tiga periode waktu relatif rendah yaitu tamatan SD atau SLTP sehingga menyebabkan SDM berkualitas rendah dan mempengaruhi kemampuan adaptasi mereka. Mata pencaharian masyarakat mayoritas adalah buruh baik buruh bangunan, industri, atau pelabuhan dan pendapatan mereka dalam tiga periode waktu relatif sama yaitu < Rp 1.000.000,00 (rendah).Dalam kurun waktu kurang lebih tiga puluh tahun terakhir, kondisi genangan banjir rob nyatanya berpengaruh pada kondisi kesehatan masyarakat yaitu semakin memburuk dan terganggunya aktivitas mata pencaharian mereka. Tetapi genangan banjir rob tidak berpengaruh terhadap keputusan penduduk untuk menempuh pendidikan. Tidak hanya itu, ketinggian genangan tidak mempengaruhi tingkat perpindahan penduduk tetapi tingkat perpindahan penduduk lebih disebabkan oleh lama genangan. Pada tingkat pendapatan, genangan banjir rob menyebabkan ketidakstabilan pada periode I tetapi tidak pada periode III karena masyarakat beranggapan bahwa genangan rob merupakan hal yang biasa bagi mereka.

ANALISIS: Jurnal ini menyajikan bagian secara terstruktur mulai dari penjelasan mengenai perkembangan genangan banjir rob, analisis aktivitas sosial ekonomi masyarakat, serta hubungan keduanya. Tetapi beberapa data tidak disjaikan secara lebih rinci, misalkan pendapatan masyarakat, jumlah penduduk yang terjangkit penyakit, dll. Dan dalam jurnal ini memberi arahan kepada pembaca bahwa penelitian dapat dilakukan dengan membagi periode waktu agar dapat diketahui secara lebih tepat perkembangan perubahan yang terjadi mengenai suatu hal (dalam hal ini tingkat genangan banjir serta pengaruhnya terhadap sosial ekonomi masyarakat secara khusus).

7.Judul:Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Mangga (Mangifera spp.) (Studi Kasus Di Desa Pohsangit Leres, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo)

Tahun:2011

Jenis Pustaka:Jurnal

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:Khori Nirdayana, Dina Novia Priminingtyas, Heru Santoso Hadi

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Malang, Universitas Brawijaya

Nama Jurnal:Habitat

Volume (Edisi): hal:22(2): 145-173

Alamat URL/doi:http://habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/view/124

Tanggal diunduh:14 November 2014

RINGKASANIklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga kehidupan makhluk hidup sangat dipengaruhi perubahan iklim. Fenomena perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini sulit diprediksi seperti terjadinya hujan yang terus menerus sehingga menyebabkan peningkatan kelembaban lingkungan.Hal serupa juga dirasakan oleh responden penelitian yaitu para usahatani mangga di Desa Pohsangit Leres, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo. Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan hujan yang terus menerus sehingga terjadi peningkatan serangan hama ulat bulu. Hal ini juga disebabkan karena berkurangnya musuh alami ulat bulu yaitu burung. Serangan hama yang mengganggu tanaman ini akhirnya menyebabkan perubahan hasil panen yang cenderung mengalami penurunan. Pengetahuan petani tentang dampak perubahan iklim terhadap hasil panen dan pendapatan Sebagian besar responden memliki pengetahuan yang tergolong kategori cukup, sedangkan lainnya ada pula yang tergolong kategori baik dan beberapa tergolong kurang. Lain halnya dengan sikap petani yang sebagian besar tergolong kategori cukup dan beberapa tergolong kategori baik.Pendapatan para pelaku usahatani baik pemilik, penyewa, pemborong, maupun penjual mengalami penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa analisis biaya yang seluruhnya mengalami penurunan. Analisis biaya tersebut antara lain biaya produksi yaitu biaya yang harus dikeluarkan tiap tahun untuk biaya usahatani mangga hingga panen, terdiri dari dari biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi hasil panen antara lain sewa lahan, pajak tanah, dan pembelian peralatan untuk semua pohon, biaya variabel yaitu biaya yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi hasil panen antara lain biaya petik, biaya perawatan , dan biaya sewa kendaraan yang harus dikeluarkan selama musim mangga hingga panen mangga. Total biaya produksi yaitu total biaya tetap yang dijumlahkan dengan total biaya variabel pada kenyataannya juga mengalami penurunan yang berdampak pada penerimaan petani dan pendapatan mereka yang seluruhnya mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

ANALISIS : Dalam tulisan ini, penulis tidak memaparkan apa indikator pengetahuan dan sikap sehingga dimasukkan ke dalam kategori kurang, cukup, atau baik. Dalam tulisan tersebut penulis hanya menyebutkan berapa jumlah responden atau persentase responden yang masuk ke dalam tiga kategori tersebut sehingga penulis belum sepenuhnya memberi gambaran kepada pembaca mengenai pengetahuan dan sikap petani yang menjadi bahan tulisannya.

8.Judul:Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani Tebu( Studi Kasus Pada Kptr (Koperasi Petani Tebu Rakyat) Tani Mulya Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur)

Tahun:2012

Jenis Pustaka:Jurnal

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:M. Muslich Mustadjab, Fahriyah, Ifta Hana

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Malang, Universitas Brawijaya

Nama Jurnal:Agrise

Volume (Edisi): hal:12 (2): 74-86

Alamat URL/doi:http://agrise.ub.ac.id/index.php/agrise/article/download/79/108

Tanggal diunduh:14 November 2014

RINGKASANSub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor yang menjadi andalan sektor pertanian. Tebu merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan dan perekonomian nasional yaitu sebagai bahan baku utama gula. Peningkatan konsumsi gula menuntut adanya peningkatan produksi gula. Produksi gula relatif mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya rendemen tebu. Iklim dapat mempengaruhi produksi tebu. Iklim yang cocok untuk ditanami tebu adalah iklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik). Salah satu unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan.Perubahan iklim yang terjadi di tahun 2010 membuat hujan turun hampir sepanjang hari. Perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalami pergeseran. Pendapatan yang diperoleh petani sangat tergantung pada rendemen tebu. Rendemen adalah berat gula yang dihasilkan dibanding berat tebu yang diproses yang dinyatakan dengan persen (Septivirawan, 2010). Rendemen menjadi dasar pertimbangan untuk membagi hasil giling gula. Akibat guyuran hujan yang menyebabkan rendemen menjadi turun akan berdampak pada penurunan penerimaan yang diperoleh petani tebu.Perubahan iklim di daerah penelitian berdampak pada penurunan rendemen. Penurunan rendemen pada saat terjadi perubahan iklim dikarenakan curah hujan yang tinggi di tahun 2010 yang menyebabkan rendemen tebu luruh bersama air hujan. Selain itu, perubahan iklim di daerah penelitian tidak berdampak nyata secara statistik terhadap gula yang diterima petani tebu karena penurunan rendemen mampu diimbangi dengan peningkatan produksi tebu. Pendapatan petani tebu per hektar pada saat tidak terjadi perubahan iklim dengan saat terjadi perubahan iklim menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata. Pendapatan petani per hektar pada saat terjadi perubahan iklim lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pendapatan per hektar usahatani saat tidak terjadi perubahan iklim. Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu produksi tebu, harga gula, biaya usahatani, serta dummy (masa tanam tebu). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim di daerah penelitian berdampak pada peningkatan pendapatan petani tebu per hektar.

ANALISIS: Jurnal ini telah menguraikan secara sistematis mengenai perubahan iklim serta dampak terhadap pendapatan bahkan penanggulangan perubahan iklim agar kerugian yang diakibatkan terhadap produksi mereka tidak mengalami penurunan secara drastis. Mulai dari pengetahuan petani, perlakuan petani untuk menangani produksi pertanian mereka, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, hingga uraian pendapatan dari sektor tersebut.

9.Judul:Mitigasi Perubahan Iklim dalam Mempertahankan Produktivitas Tanah Padi Sawah (Studi kasus di Kabupaten Indramayu)

Tahun:2013

Jenis Pustaka:Jurnal

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:Chairul Muslim

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Bogor, Indonesian Centre for Agricultural Socio Economic and Policy Studies

Nama Jurnal:Jurnal Penelitian Pertanian Terapan

Volume (Edisi): hal:13(3): 211-222

Alamat URL/doi:http://jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/article/view/19

Tanggal diunduh:2 Desember 2014

RINGKASANPerubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang menimbulkan fenomena cuaca yang tidak menentu, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun. Dampak dari perubahan iklim, khususnya di sektor pertanian sangat memengaruhi waktu musim tanam yang terjadi 2 sampai 4 minggu sejak 5 tahun terakhir. Hal ini mengakibatkan Penurunan produksi dan produktivitas, penurunan pangsa GDP sektor pertanian, fluktuasi harga produk pertanian, serta peningkatan jumlah penduduk yang berisiko kelaparan dan ketidakamanan pangan. Bentuk kearifan lokal di Kabupaten Indramayu terhadap perubahan iklim telah dilakukan petani, baik secara individual maupun secara kolektif. Bentuk kehidupan lokal untuk mengatasi kekeringan dilakukan dengan cara: (1) menaikkan air dari sungai dengan membuat bendungan, (2) membuat sumur ladang (3) penyesuaian dosis pemupukan dan pestisida baik kimia maupun nabati; (4) menggunakan varietas padi berumur pendek (5) melakukan curi start tanam serta; (6) melakukan pompanisasi dengan sumber air yang berasal dari saluran pembuangan. Bentuk kearifan lokal untuk mengatasi kebanjiran dilakukan dengan cara: (1) membuat saluran draenase atau pembuangan air berupa selokan. (2) melakukan pemeliharaan dan pendalaman saluran draenase, (3) melakukan penyedotan dengan diesel yang dilakukan secara gotong royong, (4) melakukan penanaman jenis atau varietas padi yang tahan terhadap genangan, serta (5) melakukan penanaman kembali (replanting).Strategi adaptasi yang ditempuh kelompok-kelompok tani contoh pada kasus kebanjiran di kabupaten Indramayu dalam menghadapi bencana kebanjiran yang melanda persawahan mereka adalah cukup efektif karena R/C rasio dalam kondisi terjadi kebanjiran berkisar 1.01 Strategi adaptasi yang ditempuh kelompok tani contoh di Kabupaten Indramayu dalam menghadapi bencana kekeringan yang melanda persawahan mereka tergolong efektif karena R/C rasio dalam kondisi kekeringan hanya mencapai 14,11 persen dari R/C rasio dalam kondisi normal. Kondisi ini terjadi kemungkinan besar terjadi karena bauran antara strategi adaptasi yang ditempuh kelompok tani tidak tepat dan intensitas bencana kekeringan yang tergolong cukup tinggi. Kelembagaan non-pemerintah hingga saat ini sama sekali belum dapat diandalkan untuk mengatasi masalah perubahan iklim dalam hal ketahanan pangan. Kebijakan yang terkait upah tenaga kerja. Serta penyediaan bahan dan peralatan (mesin) pertanian yang terkait dengan upaya mengatasi dan mengantisipasi perubahan iklim masih harus bersandar pada kebijakan pemerintah.

ANALISIS : Jurnal ini telah menguraikan secara jelas dan sistematis mengenai perubahan iklim serta dampak terhadap pendapatan bahkan penanggulangan perubahan iklim (dalam hal ini perubahan curah hujan) agar kerugian yang diakibatkan terhadap produksi mereka tidak mengalami penurunan secara drastis. Tetapi tulisan ini belum memuat pengertian mitigasi lebih rinci dan strategi petani dianggap sebagai bentuk strategi adaptasi.

10.Judul:Dampak Rob Terhadap Aktivitas Pendidikan Dan Mata Pencaharian Di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara

Tahun:2012

Jenis Pustaka:Jurnal

Bentuk Pustaka:Elektronik

Nama Penulis:Erna Pandi Nurhayati

Nama Editor:-

Judul Buku:-

Kota dan Nama Penerbit:Semarang, Universitas Negeri Semarang

Nama Jurnal:Journal of Educational Social Studies

Volume (Edisi): hal:1(2): 67-71

Alamat URL/doi:http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Tanggal diunduh:2 Desember 2014

RINGKASANBerdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Fluktuasi rob yang terjadi di Kelurahan Bandarharjo adalah (1) Rob harian dengan ketinggian genangan 05-15 cm dan lama genangan 2-4 jam, (2) Rob di musim hujan dan terjadi hujan kiriman (Desember, Januari, Pebruari) dengan ketinggian 40-100 cm dan lama genangan 6-12 jam (3) Rob puncak yang terjadi pada bulan (April, Mei, Juni) dengan ketinggian 20-60 cm dan lama genangan 4-8 jam (4) Rob yang terjadi di musim pancaroba (Oktober 2010) dengan ketinggian 65 cm dan lama genangan 10 jam. Dampak rob terhadap aktivitas pendidikan dan mata pencaharian di Kelurahan Bandarharjo di kategorikan menjadi tiga bagian yaitu (1) Rob yang tidak mengganggu aktivitas utama pendidikan dan aktivitas mata pencaharian, (2) Rob yang mengganggu aktivitas utama pendidikan dan mata pencaharian (3) Rob yang sangat mengganggu aktivitas pendidikan dan mata pencaharian. Rob yang mengganggu aktivitas utama pendidikan dan mata pencaharian adalah puncak rob yang terjadi pada bulan (April, Mei, Juni) dengan ketinggian genangan 20-60 cm dan lama genangan 4-8 jam. Dampak terhadap aktivitas pendidikan berupa pelajar dan guru terlambat ke sekolah, jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah terganggu disebabkan banyak siswa yang terlambat datang di sekolah. Gangguan aktivitas mata pencaharian yaitu: PNS/ABRI/POLRI, buruh industri, buruh bangunan terlambat ke tempat kerja, pengusaha tidak optimal usahanya disebabkan banyak karyawan terlambat kerja, pedagang terlambat jualan, sopir terganggu bongkar muat dan antar jemput barang, tukang ojek dan tukang becak terlambat antar jemput penumpang. Satu-satunya pihak yang beruntung adalah tukang cuci mobil dan bengkel service, walaupun pada akhirnya pengusaha bengkel dan cuci sepeda motor mengalami over pekerjaan.

ANALISIS : Dalam jurnal ini dijelaskan mengenai dampak banjir rob bagi masyarakat serta beberapa mata pencaharian pada umumnya. Tetapi beberapa bagian kurang diuraikan secara lebih rinci. Seperti pada pernyataan bahwa pendapatan masyarakat cenderung mengalami penurunan pendapatan (kecuali mereka yang bekerja di bidang jasa bengkel dan cuci motor). Dalam jurnal ini tidak diuraikan secara rinci bagaimana kondisi pendapatan yang dianggap mengalami penurunan atau kenaikan (tidak ada tolak ukur penghitungan).RANGKUMAN DAN PEMBAHASANDari sepuluh bahan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa konsep yang dapat diuraikan. Konsep-konsep tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Risiko dan Dampak Perubahan IklimRisiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami di dalam suatu situasi (Fisk dalam Labombang (2011). Mnurut KBBI dalam Ginting (2011) dampak adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positi maupun negatif. Dampak juga merupakan suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi.Perubahan iklim merupakan dampak dari pemanasan global yang kian hari kian meningkat. Hal ini menyebabkan perubahan pada berbagai kondisi seperti curah hujan maupun kenaikan suhu. Perubahan iklim juga akhirnya menimbulkan beberapa risiko dan dampak. Pratikno (2014) mengatakan perubahan iklim menyebabkan peningkatan muka air laut, penurunan muka tanah, dan masuknya air laut ke wilayah daratan (rob) dan menimbulkan dampak dari hal-hal tersebut seperti jalan rusak, drainase tidak berfungsi dengan baik, dan kesulitan mendapat air bersih. Selama kurang lebih tiga puluh tahun terkhir terjadi kenaikan permukaan air laut yang ditandai dengan kenaikan permukaaan pasang surut air laut sehingga genangan banjir rob mengalami peningkatan yang dilihat dari ketinggian genangan dan lama genangan. Nirdayana (2011) menyatakan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga kehidupan makhluk hidup sangat dipengaruhi perubahan iklim. Fenomena perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini sulit diprediksi seperti terjadinya hujan yang terus menerus sehingga menyebabkan peningkatan kelembaban lingkungan.Perubahan iklim yang terjadi memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor. Salah satu sektor yang terkena dampak perubahan ini adalah sektor pertanian. Muslim (2013) mengatakan dampak dari perubahan iklim, khususnya di sektor pertanian sangat memengaruhi waktu musim tanam yang terjadi 2 sampai 4 minggu sejak 5 tahun terakhir. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi dan produktivitas, penurunan pangsa GDP sektor pertanian, fluktuasi harga produk pertanian, serta peningkatan jumlah penduduk yang berisiko kelaparan dan ketidakamanan pangan. Dari berbagai literatur yang telah diuraikan sebelumnya, perubahan iklim yang paling dirasakan yaitu perubahan curah hujan. Hal ini menyebabkan produktivitas dan kualitas menurun sehingga harga komoditas mengalami peningkatan. Perubahan iklim juga menyebabkan beberapa hal. Menurut Santoso et al (2011) perubahan iklim juga menyebabkan terjadi perubahan morfologi pada tumbuhan menjadi abnormal. Menurut Fahriyah et al (2011) perubahan iklim menyebabkan peningkatan serangan hama dan menyebabkan penggunaan pestisida yang lebih banyak untuk menyerang hama tanaman tersebut. Selain itu Kurniawati (2011) juga menyatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan penggunaan input seperti obat-obatan menjadi meningkat dan penggunaan tenaga kerja di luar keluarga mengalami penurunan. Hal serupa juga didukung oleh tulisan yang berasal dari penelitian Festiani (2012) yang menyatakan bahwa perubahan iklim yang ditandai dengan peningkatan curah hujan menyebabkan genangan air meningkat dan menyebabkan serangan hama dan penyakit tanaman. Selain itu Nirdayana (2014) juga menyatakan bahwa serangan hama ini juga diakibatkan berkurangnya musuh alami sehingga terjadi perubahan hasil panen yang cenderung menurun. Menurut Mustadjab (2012) perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalami pergeseran.Selain sektor pertanian, perubahan iklim juga berdampak pada sektor lainnya. Pratikno (2014) menjelaskan bahwa perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan masyarakat yaitu semakin menurun seiring dengan meningkatnya intensitas terendam oleh air laut pasang yang menyebabkan pemukiman kumuh dan rentan penyakit yaitu ditandai dengan masyarakat terserang batuk, flu, demam berdarah, demam, diare, dan penyakit kulit seperti gatal-gatal.Begitu juga dengan pernyataan Nurhayati (2012) yang menyatakan dampak rob terhadap aktivitas pendidikan dan mata pencaharian berupa pelajar dan guru terlambat ke sekolah, jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah terganggu disebabkan banyak siswa yang terlambat datang di sekolah. Gangguan aktivitas mata pencaharian yaitu: PNS/ABRI/POLRI, buruh industri, buruh bangunan terlambat ke tempat kerja, pengusaha tidak optimal usahanya disebabkan banyak karyawan terlambat kerja, pedagang terlambat jualan, sopir terganggu bongkar muat dan antar jemput barang, tukang ojek dan tukang becak terlambat antar jemput penumpang. Satu-satunya pihak yang beruntung adalah tukang cuci mobil dan bengkel service, walaupun pada akhirnya pengusaha bengkel dan cuci sepeda motor mengalami over pekerjaan. Rob yang mengganggu aktivitas utama pendidikan dan mata pencaharian adalah puncak rob yang terjadi pada bulan (April, Mei, Juni) dengan ketinggian genangan 20-60 cm dan lama genangan 4-8 jam.

Strategi Mitigasi Perubahan IklimMitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.Mitigasi dapat dilakukan dalam berbagai sektor. Salah satu sektornya yaitu sektor pertanian karena sektor pertanian merupakan sektor yang rentan terutama terhadap perubahan iklim. Menurut Maulida et al (2012) mitigasi di sektor pertanian dapat dilakukan dengan menambah perawatan terhadap komoditas pertaniannya sehingga mampu mempertahankan kondisi tanaman, ada pula yang melakukan pencabutan karena takut menambah biaya produksi apabila harus menambah perawatan. Tetapi mayoritas petani membiarkan saja tanaman mereka karena mereka enggan menambah biaya perlakuan dan merasa sia-sia jika tetap melakukan perlakuan tersebut.Menurut Fahriyah et al (2011) bentuk mitigasi yang dilakukan adalah dengan mengganti jenis tanaman. Selain itu, memberikan perlakuan terhadap tanaman mereka , dan hanya sedikit yang memutuskan untuk mengganti tanaman mereka dengan tanaman sayur yang lebih tahan apabila terkena hujan. Perawatan tanaman dengan cara penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemangkasan. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan (karena tidak menghasilkan buah dengan baik) dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama.Santoso et al (2011) mengungkapkan ada pula petani yang memilih untuk memanen tanaman lebih awal yaitu sebelum tanaman berbuah dan digunakan sebagai pakan ternak. Serupa dengan hal tersebut, Kurniawati (2012) menyatakan sebagian besar petani merubah pola tanam untuk mengurangi risiko penurunan hasil produksi mereka. Tetapi beberapa dari mereka tidak melakukan perubahan pola tanam karena rendahnya pemahaman dan informasi mengenai adanya perubahan iklim. bahwa petani yang memperbaiki keadaan hanya akan menambah biaya produksi disaat kerugian petani semakin tinggi.Menurut Festiani (2011) bentuk mitigasi petani juga dilakukan dengan menurunkan intensitas penanaman komoditas utama dan selebihnya petani mengganti tanaman lain yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi Penggunaan input dari tahun sebelumya mengalami peningkatan terutama obat-obatan.Pratikno (2014) mengungkapkan perpindahan penduduk akan meningkat ketika tingkat ketidaknyamanan wilayah meningkat. Tetapi tidak selalu seperti itu. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masyarakat yang mayoritas adalah kalangan menengah ke bawah sehingga mereka memutuskan untuk bertahan dan lebih memilih melakukan hal-hal seperti membangun rumahnya dengan pondasi yang lebih tinggi atau hanya melakukan pengurukan untuk mencegah air rob masuk ke dalam rumah, hanya beberapa masyarakat kalangan menengah ke atas memilih untuk berpindah, juga dipengaruhi oleh tidak adanya sanak saudara yang mau menampung serta lokasi tempat kerja yang dekat.Muslim (2013) menyatakan bentuk mitigasi lainnya yakni bentuk kehidupan lokal untuk mengatasi kekeringan dilakukan dengan cara: (1) menaikkan air dari sungai dengan membuat bendungan, (2) membuat sumur ladang (3) penyesuaian dosis pemupukan dan pestisida baik kimia maupun nabati; (4) menggunakan varietas padi berumur pendek (5) melakukan curi start tanam serta; (6) melakukan pompanisasi dengan sumber air yang berasal dari saluran pembuangan. Bentuk kearifan lokal untuk mengatasi kebanjiran dilakukan dengan cara: (1) membuat saluran draenase atau pembuangan air berupa selokan. (2) melakukan pemeliharaan dan pendalaman saluran draenase, (3) melakukan penyedotan dengan diesel yang dilakukan secara gotong royong, (4) melakukan penanaman jenis atau varietas padi yang tahan terhadap genangan, serta (5) melakukan penanaman kembali (replanting).

Total Produksi PertanianProduksi merupakan usaha meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk, memindahkan tempat, dan menyimpan (Soeharno dalam Pangemanan 2011). Selain itu produksi adalah hasil-hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input (Agung dalam Pangemanan 2011). Berdasarkan uraian beberapa bahan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, faktor teknik, iklim, cuaca dan cara budidaya pengelolaan ataupun manajemennya juga mempengaruhi produksi usahatani (Susandi dalam Fahriyah et al, 2008). Mustadjab (2012) mengungkapkan peningkatan konsumsi menuntut adanya peningkatan produksi dan iklim merupakan faktor yang dapat mempengaruhi produksi. Secara umum, tingkat produktivitas mengalami penurunan seiring dengan terjadinya perubahan iklim.Menurut Maulida et al (2012) perubahan iklim dengan curah hujan yang meningkat menyebabkan produktivitas komoditi pertainan menurun sehingga terjadi kelangkaan. Hal ini juga berdampak pada produksi yang menurun dan juga kualitas produk menjadi kurang berkualitas. Hal serupa juga dinyatakan oleh Fahriyah et al (2011) yang menyatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan produktivitas menurun. Selain menambah biaya produksi, sebagian besar petani menggunakan pupuk anorganik melebihi dosis yang ditentukan yang dalam jangka panjang yang justru akan menurunkan produktivitas lahan sehingga produksinya juga menurun. Susanto et al (2011) mengungkapkan curah hujan yang tinggi menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak maksimal dan mengakibatkan penurunan jumlah produksi dan produktivitas. Tingkat permintaan semakin tinggi setiap tahun namun produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar menyebabkan harga jual di pasar mengalami peningkatan.

Pendapatan Produksi PertanianSecara umum, perubahan yang terjadi akan mempengaruhi beberapa sektor yang ada di sekitarnya. Termasuk terjadinya perubahan iklim yang mampu mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat. Menurut Fahriyah et al (2011) pendapatan usahatani didapatkan dari selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya pada masing-masing tahun 2009 dan 2010. Besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh penerimaan yang diterima oleh petani dan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut.Santoso et al (2011) ada beberapa alat ukur yang dipakai dalam melakukan analisis usahatani, yaitu: a. Perhitungan biaya produksi/total cost (TC) merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi usahatani. Ada dua jenis biaya dalam produksi yang digunakan sebagai input yaitu biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, biaya ini besar kecilnya tidak dipengaruhi dengan besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya tetap terdiri atas sewa lahan (perhitungan sewa lahan didapatkan dari nilai uang yang dikeluarkan petani untuk membayar sewa lahan) dan penyusutan peralatan (peralatan yang digunakan dalam usahatani jagung adalah cangkul, sabit, ember, diesel dan handsprayer). Dan biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang dikeluarkan selama usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel terdiri dari benih, Pupuk urea untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Nitrogen tanaman pupuk phonska untuk memenuhi kebutuhan unsur tanaman karena kandungan unsur N, P, K dan unsur S (belerang), pestisida untuk serangan hama dan penyakit tanaman, Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu berasal dari keluarga petani atau tetangga sekitar tempat tinggal petani. Biaya rata-rata yang digunakan dalam usahatani jagung dihitung berdasarkan HOK (Harian Orang Kerja) dengan jam kerja efektif selama 8 jam, Biaya pemipilan yaitu biaya yang digunakan untuk membayar jasa pemipilan (jagung), dan biaya pengairan yaitu biaya yang digunakan dalam pengairan usahatani jagung. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

Dimana : TC = Total biaya (total cost) usahatani FC = Total biaya tetap (total fixed cost) usahatani VC = Total biaya variabel (total variable cost) usahatani

b. Perhitungan penerimaan usahatani Penerimaan usahatani merupakan keseluruhan penerimaan yang diterima petani dari penjualan hasil panen, dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar. Perhitungan penerimaan usahatani dirumuskan sebagai berikut : TR = Y. Py Dimana: TR = Total penerimaan (total revenue) usahatani (Rp/Kg) Y = Hasil produksi (Kg) Py = Harga komoditi (Rp)

c. Perhitungan keuntungan atau pendapatan Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya selama proses produksi usahatani. Rumus keuntungan atau pendapatan sebagai berikut: = TR TC Dimana: = Keuntungan atau pendapatan TR = Total penerimaan TC = Total biayaFestiani (2011) mengungkapkan peningkatan input serta harganya menyebabkan output mengalami penurunan dan berdampak pada penurunan pendapatan petani karena sebagian besar petani secara berkelanjutan tiap tahun Kerugian petani juga disebabkan karena konsumen yang cenderung memilih komoditi impor dengan harga murah padahal kualitasnya tidak lebih baik dibanding komoditi lokal menyebabkan harga komoditi lokal jatuh sehingga petani merugi.Nirdayana (2012) juga menyatakan hal serupa yakni pendapatan para pelaku usahatani baik pemilik, penyewa, pemborong, maupun penjual mengalami penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa analisis biaya yang seluruhnya mengalami penurunan. Analisis biaya tersebut antara lain biaya produksi yaitu biaya yang harus dikeluarkan tiap tahun untuk biaya usahatani mangga hingga panen, terdiri dari dari biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi hasil panen antara lain sewa lahan, pajak tanah, dan pembelian peralatan untuk semua pohon, biaya variabel yaitu biaya yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi hasil panen antara lain biaya petik, biaya perawatan , dan biaya sewa kendaraan yang harus dikeluarkan selama musim mangga hingga panen mangga. Total biaya produksi yaitu total biaya tetap yang dijumlahkan dengan total biaya variabel pada kenyataannya juga mengalami penurunan yang berdampak pada penerimaan petani dan pendapatan mereka yang seluruhnya mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.Tetapi pada kenyataannya tidak selalu perubahan iklim berdampak buruk pada pendapatan. Mustadjab (2012) menyatakan pendapatan petani saat tidak terjadi perubahan iklim dengan saat terjadi perubahan iklim menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata. Pendapatan petani per hektar pada saat terjadi perubahan iklim lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pendapatan per hektar usahatani saat tidak terjadi perubahan iklim. Selain itu juga dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas walau produksi cenderung menurun dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim dapat berdampak pada peningkatan pendapatan petani.Maulida et al (2012) juga menyatakan hal yang demikian. Kenaikan harga justru menambah pendapatan para petani dan menyebabkan pendapatan mereka meningkat dari tahun sebelumnya karena petani justru merasakan hal yang umumnya tidak dirasakan petani yaitu mereka turut merasakan dampak dari kenaikan harga yang terjadi pada komoditas. Untuk menganalisis biaya usaha tani maka dapat diketahui dari biaya total (TC) merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) yang telah dikeluarkan oleh petani dalam satu kali masa tanam. Sedangkan penerimaan (TR) usahatani diperoleh dari hasil kali antara produksi dengan harga jualnya. Pendapatan/keuntungan usahatani dapat dilihat dari selisih dari penerimaan total (TR) dengan seluruh biaya yang telah dikorbankan (TC).

SIMPULANHasil Rangkuman dan PembahasanPerubahan iklim merupakan dampak dari pemanasan global yang kian hari kian meningkat. Hal ini menyebabkan perubahan pada berbagai kondisi seperti curah hujan maupun kenaikan suhu. Perubahan iklim juga akhirnya menimbulkan dampak antara lain peningkatan muka air laut, penurunan muka tanah, dan masuknya air laut ke wilayah daratan (rob) dan menimbulkan dampak dari hal-hal tersebut seperti jalan rusak, drainase tidak berfungsi dengan baik, dan kesulitan mendapat air bersih. Perubahan iklim juga memiliki dampak yang signifikan di berbagai sektor. Salah satu sektor yang terkena dampak perubahan ini adalah sektor pertanian. Perubahan iklim, khususnya di sektor pertanian sangat memengaruhi waktu musim tanam yang mengakibatkan penurunan produksi dan produktivitas, penurunan pangsa GDP sektor pertanian, fluktuasi harga produk pertanian, serta peningkatan jumlah penduduk yang berisiko kelaparan dan ketidakamanan pangan. Perubahan iklim juga menyebabkan terjadi perubahan morfologi pada tumbuhan menjadi abnormal, peningkatan kelembaban lingkungan yang memicu peningkatan serangan hama dan menyebabkan penggunaan pestisida yang lebih banyak untuk menyerang hama tanaman tersebut. Perubahan iklim juga menyebabkan penggunaan input seperti obat-obatan menjadi meningkat dan penggunaan tenaga kerja di luar keluarga mengalami penurunan. Perubahan iklim nyatanya tidak hanya mempengaruhi sektor pertanian semata. Realita yang terjadi adalah perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan masyarakat yaitu semakin menurun seiring dengan meningkatnya intensitas terendam oleh air laut pasang yang menyebabkan pemukiman kumuh dan rentan penyakit yaitu ditandai dengan masyarakat terserang batuk, flu, demam berdarah, demam, diare, dan penyakit kulit seperti gatal-gatal. Selain itu, aktivitas belajar dan mata pencaharian juga turut merasakan dampaknya yakni berupa pelajar dan guru terlambat ke sekolah, jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah terganggu disebabkan banyak siswa yang terlambat datang di sekolah. Gangguan aktivitas mata pencaharian yaitu: PNS/ABRI/POLRI, buruh industri, buruh bangunan terlambat ke tempat kerja, pengusaha tidak optimal usahanya disebabkan banyak karyawan terlambat kerja, pedagang terlambat jualan, sopir terganggu bongkar muat dan antar jemput barang, tukang ojek dan tukang becak terlambat antar jemput penumpang. Satu-satunya pihak yang beruntung adalah tukang cuci mobil dan bengkel service, walaupun pada akhirnya pengusaha bengkel dan cuci sepeda motor mengalami over pekerjaan.Perubahan iklim secara umum merubah berbagai sudut kehidupan masyarakat. Oleh karena itu perubahan iklim harus diiringi dengan mitigasi. Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Mitigasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya saja pada sektor pertanian. Bentuk mitigasi dapat berupa membiarkan saja tanaman mereka karena mereka enggan menambah biaya perlakuan dan merasa sia-sia jika tetap melakukan perlakuan tersebut. Selain itu, ada pula yang menambah perawatan terhadap komoditas pertaniannya sehingga mampu mempertahankan kondisi tanaman, ada pula yang melakukan pencabutan karena takut menambah biaya produksi apabila harus menambah perawatan. Ada pula petani yang memilih untuk memanen tanaman lebih awal yaitu sebelum tanaman berbuah dan digunakan sebagai pakan ternak dan ada pula yang merubah pola tanam untuk mengurangi risiko penurunan hasil produksi mereka. Mitigasi petani juga dilakukan dengan menurunkan intensitas penanaman komoditas utama dan selebihnya petani mengganti tanaman lain yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Pada sektor lain, mitigasi dilakukan dengan melakukan hal-hal seperti membangun rumahnya dengan pondasi yang lebih tinggi atau hanya melakukan pengurukan untuk mencegah air rob masuk ke dalam rumah untuk mereka yang memutuskan bertahan dan ada pula yang memilih untuk pindah ke wilayah lain. Mitigasi juga dapat dilakukan sesuai dengan kearifan lokal seperti untuk mengatasi kekeringan dilakukan dengan cara menaikkan air dari sungai dengan membuat bendungan, membuat sumur ladang, penyesuaian dosis pemupukan dan pestisida baik kimia maupun nabati, menggunakan varietas padi berumur pendek, melakukan curi start tanam, serta melakukan pompanisasi dengan sumber air yang berasal dari saluran pembuangan. Bentuk kearifan lokal untuk mengatasi kebanjiran dilakukan dengan cara membuat saluran draenase atau pembuangan air berupa selokan, melakukan pemeliharaan dan pendalaman saluran draenase, melakukan penyedotan dengan diesel yang dilakukan secara gotong royong, melakukan penanaman jenis atau varietas padi yang tahan terhadap genangan, serta melakukan penanaman kembali (replanting).Perubahan iklim terutama pada sektor pertanian pada akhirnya mempengaruhi total produktivitas para petani yang cukup signifikan. Perubahan iklim (terutama curah hujan) menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak maksimal dan mempengaruhi tingkat produktivitas dan kualitas komoditi. Perubahan iklim pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat khusunya para petani. Di satu sisi, penggunaan input meningkat dan disertai juga dengan peningkatan harga-harga menyebabkan output menurun dan juga konsumen yang cenderung memilih komoditi impor dengan harga murah padahal kualitasnya tidak lebih baik dibanding komoditi lokal menyebabkan harga komoditi lokal jatuh sehingga petani merugi. Pendapatan para pelaku usahatani baik pemilik, penyewa, pemborong, maupun penjual mengalami penurunan. Tetapi di sisi lain, perubahan iklim justru dapat menambah penghasilan karena petani urut merasakan dampak kenaikan harga dan produktivitas terus ditingkatkan walau mendapatkan hasil yang lebih rendah daripada situasi sebenarnya.Perhitungan biaya produksi/total cost (TC) merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi usahatani. Ada dua jenis biaya dalam produksi yang digunakan sebagai input yaitu biaya tetap (fixed cost/ FC) merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, biaya ini besar kecilnya tidak dipengaruhi dengan besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya tetap terdiri atas sewa lahan (perhitungan sewa lahan didapatkan dari nilai uang yang dikeluarkan petani untuk membayar sewa lahan) dan penyusutan peralatan (peralatan yang digunakan dalam usahatani jagung adalah cangkul, sabit, ember, diesel dan handsprayer). Dan biaya variabel (variabel cos/VC) merupakan biaya yang dikeluarkan selama usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel terdiri dari benih, Pupuk urea untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Nitrogen tanaman pupuk phonska untuk memenuhi kebutuhan unsur tanaman karena kandungan unsur N, P, K dan unsur S (belerang), pestisida untuk serangan hama dan penyakit tanaman, Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu berasal dari keluarga petani atau tetangga sekitar tempat tinggal petani. Biaya rata-rata yang digunakan dalam usahatani jagung dihitung berdasarkan HOK (Harian Orang Kerja) dengan jam kerja efektif selama 8 jam, Biaya pemipilan yaitu biaya yang digunakan untuk membayar jasa pemipilan (jagung), dan biaya pengairan yaitu biaya yang digunakan dalam pengairan usahatani jagung. Secara matematis dapat dinyatakan dengan TC = TFC+TVC. Penerimaan usahatani merupakan keseluruhan penerimaan yang diterima petani dari penjualan hasil panen, dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar. Perhitungan penerimaan usahatani yaitu jumlah komoditi dikalikan dengan harga komoditi di pasar (TR=Y. Py). Dan pendapatan/keuntungan adalah selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya selama proses produksi usahatani (TR-TC).

Perumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian SkripsiSalah satu akibat yang dihadapi akibat perubahan iklim adalah munculnya kejadian/risiko banjir (rob) yang selanjutnya menimbulkan dampak pada produksi pertanian dan pendapatan petani. Sehingga pertanyaan penelitian yang dapat diajukan yakni : 1. Apa langkah mitigasi terhadap banjir untuk mengantisipasi perubahan produksi pertanian dan pendapatan produksi pertanian?2. Bagaimana perubahan iklim yang dalam hal ini adalah banjir berpengaruh pada produksi pertanian dan pendapatan produksi pertanian?3. Bagaimana harga input dan output mempengaruhi pendapatan petani?

Usulan Kerangka Analisis Baru

Perubahan Iklim : Risiko dan Dampak

Mitigasi Perubahan Iklim (banjir rob)

Pendapatan Produksi Pertanian

Produksi Pertanian

Harga Input dan Output

Keterangan : : memengaruhi

Gambar 1 : Kerangka BerpikirDAFTAR PUSTAKAFahriyah, Heru S, Sherley S. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Apel (Malus Sylvestris L.). Jurnal Agrise. [Internet].[dikutip 8 November 2014]; 11(3): 189-194. Dapat diunduh dari: http://agrise.ub.ac.id/index.php/agrise/article/viewFile/70/98

Festiani, Resti A. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes). [skripsi]. [Internet]. [dikutip tanggal 8 November 2014]. Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51297

Ginting, BB. 2011. [Internet]. [dikutip 13 Desembere 2014]. Dapat diunduh dari : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31197/4/Chapter%20II.pdf

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. [Internet]. [dikutip pada tanggal 11 Desember 2014]. Dapat diunduh dari : http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_4/literatur_climatechange/023_RAN_PI-Indonesia.pdf

Kurniawati, Fenny. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor). [skripsi]. [Internet]. [dikutip tanggal 8 November 2014]. Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51262?show=full

Labombang, Mastura. 2011. Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi. Jurnal Smartek. [Internet]. [dikutip 15 Desember 2014]; 9(1): 39-46. Dapat diunduh dari: https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&ei=JeOTVMrrPMLvmAWjy4LoCw&url=http://share.its.ac.id/pluginfile.php/42724/mod_resource/content/1/M.%2520Resiko%25201.pdf&ved=oCC4FjAH&usg=AFQjCNFa_xvzXZO4vevLrUfuRGS2Wfm9Ww&sig2=q5Ahjp9rodjxTUw6yVKEgw

Maulidah S, et al. 2012. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit (Studi Kasus Di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri). Jurnal SEPA. [Internet] .[dikutip 8 November 2014]; 8(2): 137-144. Dapat diunduh dari: http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/up-loads/2012/10/Jurnal-SEPA-137-Dampak-Perubahan-Iklim-Terhadap-Produksi-Dan-Pendapatan-Usaha-Tani-Cabai-Rawit.pdf

Muslim, Chairul. 2013. Mitigasi Perubahan Iklim dalam Mempertahankan Produktivitas Tanah Padi Sawah (Studi kasus di Kabupaten Indramayu). Jurnal Agrise. [Internet]. [dikutip 14 November 2014]; 12(2): 74-86. Dapat diunduh dari : http://agrise.ub.ac.id/index.php/agrise/article/download/79/108

Mustadjab, M Muslich et al. 2012. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani Tebu( Studi Kasus Pada Kptr (Koperasi Petani Tebu Rakyat) Tani Mulya Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur). Jurnal Agrise. [Internet]. [dikutip 14 November 2014]; 12(2): 74-86. Dapat diunduh dari : http://agrise.ub.ac.id/index.php/agrise/article/download/79/108

Nirdayana, Khori et al. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Mangga (Mangifera spp.) (Studi Kasus Di Desa Pohsangit Leres, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo). Jurnal Habitat. [Internet]. [dikutip 14 November 2014]; 22(2): 145-173. Dapat diunduh dari: http://habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/view/124

Pangemanan, L, G. Kapantow et al. 2012. 7 Nomor 2, Mei 2011: 5 14. Analisis Pendapatan Usahatani Bunga Potong (Studi Kasus Petani Bunga Krisan Putih di Kelurahan Kakaskasen Dua Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon). Jurnal ASE. [Internet]. [dikutip 11 Desember 2014]; 7(2): 5-14. Dapat diunduh dari : http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/contohuntuk_katam.pdf

Pedoman Umum Mitigasi Bencana. 2006. [Internet]. [dikutip pada tanggal 11 Desember 2014]. Dapat diunduh di : http://www.gitews.org/tsunami-kit/id/E6/sumber_lainnya/produk_hukum_nasional/peraturan_menteri/Permendagri%2033-2006_Lampiran.pdf

Pratikno, Nita Septiani dan Wiwandari. 2014. Pengaruh Genangan Banjir Rob Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Bandarharjo, Semarang. Jurnal Teknik PWK. [Internet]. [dikutip 14 November 2014]; 3(2): 312-318. Dapat diunduh dari: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk

Santoso, Heru H.S et al. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Zea Mays L). Jurnal Agrise. [Internet]. [dikutip 8 November 2014]; 11(3): 151-163. Dapat diunduh dari: http://agrise.ub.ac.id/index.php/agrise/article/view/66/94Unand. 2011. Peranan Indonesia Dalam Mengimplementasikan Konvensi Perubahan Iklim 1992 Dan Protokol Kyoto 1997 Melalui Program Land Use, Land Use Change And Forestry (Lulucf). [Internet]. Dikutip pada tanggal 11 Desember 2014. Dapat diunduh dari : http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/PERANAN-INDONESIA-DALAM-MENGIMPLEMENTASIKAN-KONVENSI-PERUBAHAN-IKLIM-1992-DAN-PROTOKOL-KYOTO-1997-MELALUI-PROGRAM-LAND-USE-LAND-USE-CHANGE-AND-FORESTRY-LULUCF.pdf

RIWAYAT HIDUPHerolina Intan Lydia dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 30 September 1993, dari pasangan Drs. Herbert G.M. Sirait, MM dan Flora Enggelina Simanjuntak, SE. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah SMA Negeri 9 Bandarlampung, Lampung tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan dan dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai staf Divisi Public Relation (PR) HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) masa kepengurusan 2012-2013. Penulis juga aktif dalam Komisi Literatut PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) sebagai staf bidang fotografi pada tahun 2012-2013 dan menjadi wakil koordinator bidang pelayanan periode 2013-2014. Pengalaman kerja penulis adalah sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum tahun ajaran 2014-2015.