1. toksisitas limbah pada biota air.docx

Upload: lelintaaryuwanti

Post on 09-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan jika tidak ada air di bumi. Air yang bersih sangat dibutuhkan maunia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk keperluan sanitasi kota, dan sebagainya. Air akan menjadi masalah penting jika tersedia dalam kondisi yang tidak baik, berdasarkan kualitas maupun kuantitas airnya.

Air dengan kondisi yang tidak baik merupakan salah satu akibat adanya pencemaran. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia.maupun terjadi sebagai akibat dari pengaruh alam. Banyaknya bahan-bahan pencemar atau limbah sisa industri yang masuk ke badan air akan menurunkan kualitas dari air tersebut.

Banyaknya zat pencemaran yang terkandung mencemari perairan akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam perairan dan bersifat toksik. Hal tersebut akan mempengaruhi kehidupan biota air, menghambat perkembangan, bahkan menimbulkan kematian. Biota-biota perairan sendiri terdiri dari tambuhan air, ikan, dan jasad renik.

Untuk mengetahui kemampuan badan air dalam menerima suatu zat pencemar dan efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang ada yaitu dalam bentuk Lethal Concentration (LC50), yaitu uji toksisitas yang digunakan untuk mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis.

Dalam kasus menentukan tingkat toksisitas limbah ini digunakan 2 jenis biota air yaitu ikan mujair dan tanaman eceng gondok sebagai bioindikator dan parameter uji dengan menggunakan 2 jenis limbah yang berbeda pula yaitu limbah tahu dan leachate.

Oleh karena itu, praktikum Toksisitas Limbah pada Biota Air ini penting untuk dilakukan agar dapat diketahui seberapa besar tingkat toksisitas suatu limbah dan kemampuan biota air dalam menerima limbah tersebut dimana masing-masing diberi perlakuan selama beberapa hari dengan dosis limbah yang berbeda.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui pengaruh toksisitas limbah tahu terhadap kehidupan ikan mas.2. Untuk mengetahui pengaruh toksisitas leachate terhadap pertumbuhan eceng gondok.3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas air.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pencemaran Air

Menurut PP No 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.

Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri (Sastrawijaya, 1991).

Pencemar air dikelompokkan sebagai berikut:a. Bahan buangan organikBahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba patogen pun ikut juga berkembangbiak di mana hal ini dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.b. Bahan buangan anorganik Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air, sehingga hal ini dapat mengakibatkan air menjadi bersifat sadah karena mengandung ion kalsium (Ca) dan ion magnesium (Mg).c. Bahan buangan zat kimiaBahan buangan zat kimia banyak ragamnya seperti bahan pencemar air yang berupa sabun, bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit dan zat radioaktif. Zat kimia ini di air lingkungan merupakan racun yang mengganggu dan dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin juga manusia (Sastrawijaya, 1991).

2.2 Definisi Air Limbah

Air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya yang muncul karena hasil aktivitas atau kegiatan manusia. Untuk mengetahui lebih luas tentang air limbah maka perlu diketahui kandungan apa saja yang terdapat didalam air limbah dan bagaimana sifat-sifatnya. Pada intinya air limbah dapat dikelompokan menjadi 3 sifat yaitu sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis. Sifat-sifat tersebut adalah:a. Sifat fisikPenentuan tercemar atau tidaknya air limbah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik yang mudah dilihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat yang berefek estetika, kejernihan, warna, bau dan temperatur. Zat organik yang ada pada air limbah sebagian besar mudah terurai (degradable) yang merupakan sumber makanan dan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu faktor yang mempengaruhi sifat fisik tersebut adalah turbiditas atau kekeruhan.b. Sifat kimiaSifat kimia dari air limbah dapat diketahui dengan adanya zat kimia dalam air buangan. Zat kimia yang terpenting dalam air limbah pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi bahan organik dan pH.c. Sifat bakteriologisSifat bakteriologis pada air buangan perlu diketahui untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum di buang kebadan air. Mikroorganisme yang penting dalam air limbah dan air permukaan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:1. Protista, meliputi jamur, bakteri dan algae2. Binatang dan tanaman (Sumarwoto, 1984).

2.3 Limbah Tahu sebagai Pencemar

Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai (Glycine spp) dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, yaitu suatu kondisi dimana telah terbentuk gumpalan (padatan) protein yang sempurna pada suhu 50oC dan cairan telah terpisah dari padatan protein tanpa atau dengan penambahan zat lain yang diizinkan antara lain, bahan pengawet dan bahan pewarna. Industri tahu mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu dihasilkan limbah sebanyak 3.000-5.000 Liter (Dahuri, 1998).

Limbah industri tahu terdiri dari dua jenis, yaitu limbah cair dan padat. Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan bersumber dari cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu pada tahap proses penggumpalan dan penyaringan yang disebut air dadih atau whey. Sumber limbah cair lainnya berasal dari proses sortasi dan pembersih, pengupasan kulit, pencucian, penyaringan, penyucian peralatan proses dan lantai (Dahuri, 1998).

Limbah cair yang dikeluarkan oleh industri tahu masih menjadi masalah bagi lingkungan sekitarnya, karena pada umumnya industri rumah tangga ini mengalirkan air limbahnya langsung ke selokan atau sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Keadaan ini disebabkan masih banyak pengrajin tahu yang belum mengerti akan kebersihan lingkungan, disamping tingkat ekonomi yang masih rendah sehingga pengolahan limbah akan menjadi beban yang cukup berat bagi mereka. Limbah industri tahu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi (Dahuri, 1998).

2.4 Limbah Leachate sebagai Pencemar

Penimbunan sampah di dalam TPA akan mengalami proses penguraian secara kimia dan biokimia. Ketika air hujan dan air permukaan meresap kedalam timbunan sampah maka akan menghasilkan cairan rembesan dengan kandungan polutan dan kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang disebut dengan leachate (air lindi) (Anonim, 2009).

Leachate (air lindi) atau air luruhan sampah merupakan tirisan cairan sampah hasil ekstrasi bahan terlarut maupun tersuspensi. Pada umumnya leachate terdiri atas senyawa-senyawa kimia hasil dekomposisi sampah dan air yang masuk dalam timbulan sampah. Air tersebut dapat berasal dari air hujan, saluran drainase, air tanah atau dari sumber lain di sekitar lokasi TPA. Pada saat terjadi hujan di lokasi Tempat Pembuangan Akhir, maka air hujan akan masuk dan meresap ke dalam tumpukan sampah yang kemudian membawa zat-zat berbahaya dengan kepekatan zat pencemar yang tinggi melimpah atau keluar dari timbunan sampah pada Tempat Pembuangan Akhir berupa limbah cair yang dinamakan leachate (air lindi) (Anonim, 2009).

Pada TPA yang masih beroperasi, BOD leachate (air lindi) dapat mencapai antara 2000 30.000 mg/l, COD antara 3000 60.000 mg/l, TOC antara 1500 20.000 mg/l dan PH antara 4,5 7,5. Namun pada TPA yang sudah beroperasi lebih dari 15 tahun, pada umumnya akan terjadi penurunan kandungan BOD, COD maupun TOC, bahkan pH dari leachate cenderung mendekati netral dan mempunyai kandungan karbon organik dan mineral yang relatif menurun (Anonim, 2009).

2.5 Ikan sebagai Indikator Pencemaran

Untuk menaksir efek toksiologis dari beberapa polutan kimia dalam lingkungan dapat diuji dengan menggunakan spesies yang mewakili lingkungan yang ada di perairan tersebut. Spesies yang diuji harus dipilih atas dasar kesamaan biokemis dan fisiologis dari spesies dimana hasil percobaan digunakan (Indra Chahaya, 2011).

Kriteria organisme yang cocok untuk digunakan sebagai uji hayati tergantung dari beberapa faktor: a. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan lingkunganb. Penyebarannya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyakc. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara daerah maupun nasionald. Mudah dipelihara dalam laboratoriume. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasitf. Sesuai untuk kepentingan uji (Indra Chahaya, 2011).

Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorium, di mana terjadi perubahan aktivitas pernapasan yang besarnya perubahan diukur atas dasar irama membuka dan menutupnya rongga Buccal dan ofer kulum. Pengukuran aktivitas pernafasan merupakan cara yang amat peka untuk mengukur reaksi ikan terhadap kehadiran senyawa pencemar (Indra Chahaya, 2011).

Sebagai indikator dari toxicant sub lethal juga dapat dilihat dari frekuensi bentuk ikan. yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang merupakan monitoring pergerakan respiratory. Selain gerakan ofer kulum dan frekuensi batuk parameter darah merupakan indikator yang sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari kualitas air. Perubahan faal darah ikan yang diakibatkan senyawa pencemar, akan timbul sebelum terjadinya kematian. Pemeriksaan darah mempunyai kegunaan dalam menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dari ikan. Parameter faal darah dapat diukur dengan mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel darah merah (Indra Chahaya, 2011).

2.6 Eceng Gondok sebagai Indikator Pencemaran

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman air yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah tropis. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik, sehingga penyebarannyapun sangat cepat. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) mampu menyerap berbagai zat yang terkandung di dalam air, baik terlarut maupun tersuspensi. Jumlah nitrat yang tinggi dalam perairan dapat direduksi dengan pemanfaatan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) (Apriyan, 2011).

Eceng gondok mampu menurunkan kandungan nitrat dalam efluen pengolahan limbah cair. Penanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat mereduksi nitrat sebesar 78%. Karena kemampuan tanaman eceng gondok tersebut dalam menyerap berbagai zat terlarut dan tersuspensi dan menurunkan senyawa nitrogen dari dalam air, maka tanaman ini banyak digunakan dalam kolam-kolam stabilisasi untuk menstabilkan efluen pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan (Apriyan, 2011).

Kolam eceng gondok menyediakan proses yang terus mempertahankan keuntungan-keuntungan kolam air limbah biasa dan sekaligus menghalangi perkembangan massal ganggang yang merupakan kelemahan dari sistem kolam air limbah biasa. Di negara berkembang kolam eceng gondok paling sering ditempatkan sebagai tahap utama pembersihan secara biologis dengan kolam pengendap anaerob. Kolam ini sesuai untuk mengolah air limbah yang berasal dari rumah tangga, industri, dan air limbah campuran dari rumah tangga dan industri. Dengan demikian, dilihat dari sisi pembersihan air limbah, tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan suatu jenis tanaman air yang sangat kuat dan potensial (Apriyan, 2011).

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

3.1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Tanaman)Praktium Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Tanaman) dilaksanakan pada tanggal 12 sampai 21 November 2013 pada pukul 15.00 WITA bertempat di Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Ikan Mas)Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis sampai Jumat pada tanggal 5 sampai 6 Desember 2013 pada pukul 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat3.2.1.1 Alat untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman1. Toples plastik dengan volume 2000 mL2. Gelas ukur 1000 mL3. pH meter4. Timbangan digital5. Jerigen plastik volume 10 liter6. Plastik gula7. Saringan8. Penggaris9. Pipet ukur 25 mL10. Alat tulis11. Plastik bening penutup tanaman

3.2.1.2 Alat untuk Praktium Pengaruh Toksisitas Pada Ikan Mas1. Aerator2. Selang aerator 3. Akuarium 4. Timbangan digital5. Gelas ukur 1000 mL6. Penggaris7. Stopwatch 8. Plastik gula9. Kamera 10. Alat tulis11. Jerigen

3.2.2 Bahan3.2.2.1 Bahan untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman1. Limbah Cair (Leachate)2. Akuades3. Tanaman Enceng Gondok

3.2.2.2 Bahan untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Ikan1. Air permukaan (air DAS Teknik) 9000 ml2. Air limbah tahu 1000 ml3. Ikan Mas sebanyak 4 ekor dengan usia 4 - 5 bulan4. Pakan ikan5. Tissue

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Cara Kerja Aklimatisasi Pada Tanaman1. Diambil tanaman kemudian dimasukkan ke dalam satu wadah.2. Tanaman dibersihkan dari kotoran dan tanah yang menempel pada akar.3. Diukur panjang tanaman dan ditimbang berat tanaman.4. Tanaman yang sudah dibersihkan, dimasukkan ke dalam ember yang berisi air bersih atau akuades.5. Didiamkan selama 7 hari.

3.3.2 Cara Kerja untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman1. Disiapkan tanaman kemudian diukur berat dan panjangnya.2. Dimasukkan air lindi yang telah diencerkan dengan akuades dengan konsentrasi 3, 6, 9, 12, dan 15% dari volume 1000 mL untuk tanaman yang sudah terlebih dahulu dijenuhkan pada air bersih.3. Dimasukkan tanaman ke dalam toples yang telah berisi lindi.4. Ditandai batas awal air dengan menggunakan spidol.5. Didiamkan selama 1 hari pada tempat yang terkena sinar matahari dan terhindar dari hujan.6. Diamati berat dan panjang tanaman.7. Bila terjadi pengurangan volume air dilakukan penambahan akuades sebagai kontrol volume air dengan menggunakan pipet ukur 25 mL.8. Diulangi langkah dari langkah ke 5 sampai 10 hari.

3.3.3 Cara Kerja untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Ikan1. Dipersiapkan akuarium untuk dipakai. 2. Diisi akuarium dengan air kolam Teknik sebanyak 9000 ml dengan menggunakan gelas ukur 1000 ml.3. Diberi keterangan, ditimbang berat, diukur panjang, diamati ciri-ciri, dihitung dan dicatat respirasi dengan menggunakan stopwatch pada masing-masing ikan (ikan 1, ikan 2, ikan 3 dan ikan 4).4. Dimasukkan ikan ke dalam akuarium dan dipasang aerator.5. Dibiarkan ikan beradaptasi selama satu hari.6. Diidentifikasi, dihitung dan dicatat kembali berat, ukuran, ciri-ciri serta respirasi masing-masing ikan mas.7. Dimasukkan air limbah tahu sebanyak 1000 ml ke dalam akuarium melalui dinding atau sudut akuarium.8. Dinyalakan aerator selama 2 jam pertama.9. Diamati dan diidentifikasi masing-masing ikan setiap hari selama 4 hari.10. Diidentifikasi kembali jika ada ikan yang mati.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Pengamatan

4.1.1 Pengamatan Pengaruh Toksisitas pada Biota Air (Tanaman Eceng Gondok)

Tabel 4.1.1.1 Berat TanamanHari ke Pengamatan Tanaman ke -Ket

1 (3%)(gr)2 (6%)(gr)3 (9%) (gr)4 (12%) (gr)5 (15%) (gr)

02219,822,827,224,2

16,35,56,211,27,5

28,56,36,112,68,2

Tabel 4.1.1.2 pHHari ke -Pengamatan Tanaman ke -Ket

1 (3%)2 (6%)3 (9%)4 (12%)5 (15%)

06,496,596,566,606,67

16,256,396,466,526,58

26,36,346,446,486,55

Tabel 4.1.1.3 PengenceranHari ke -Pengamatan Tanaman ke -Ket

1 (3%)(ml)2 (6%) (ml)3 (9%) (ml)4 (12%) (ml)5 (15%) (ml)

0-----

1-----

2116831008472

4.1.2 Pengamatan Pengaruh Toksisitas pada Biota Air (Ikan Mas)

Tabel 4.1.2.1 Pengukuran Respirasi, Panjang, Berat, dan Ciri-Ciri IkanJenis IkanPanjang Ikan(cm)Berat Ikan(gr)Jumlah RespirasiKeterangan

Hari ke 0 (Adaptasi)

Kamis, 5 Desember 2013 jam 15.00 WITA

Ikan 110 cm13,5 gr134 Ikan berukuran lebih besar disbandingkan ikan lainnya Insangnya terlihat berwarna merah Aktif

Ikan 26 cm7,7 gr93 Memiliki ukuran paling kecil dibandingkan ikan yang lain Aktif

Ikan 38 cm11,3 gr113 Warna tubuh agak kemerahan Memiliki ekor yang berwarna merah Aktif

Ikan 48,5 cm10,7 gr181 Tubuh ikan berwarna kehitaman dan yang paling hitam dibanding ikan yang lain Aktif

Jenis IkanPanjang Ikan(cm)Berat Ikan(gr)Jumlah RespirasiKeterangan

Hari ke 1 (Adaptasi)

Kamis, 6 Desember 2013 jam 15.00 WITA

Ikan 19,5 cm15,6 gr131 Ikan berukuran lebih besar disbandingkan ikan lainnya Insangnya terlihat berwarna merah Aktif

Ikan 27,5 cm7,8 gr143 Memiliki ukuran paling kecil dibandingkan ikan yang lain Respirasinya bertambah cepat Tidak terlalu aktif

Ikan 38 cm11,2 gr162 Warna tubuh agak kemerahan Memiliki ekor yang berwarna merah Respirasi bertambah cepat Tidak terlalu aktif

Ikan 48,5 cm11,1 gr186 Tubuh ikan berwarna kehitaman dan yang paling hitam dibanding ikan yang lain Aktif

4.2Grafik

4.2.1 Grafik Pertumbuhan Tanaman (Eceng Gondok)

Grafik 4.2.1.1 Berat Tanaman

Grafik 4.2.1.2 pH Tanaman

Grafik 4.2.1.3 Pengenceran

4.2.2 Grafik Pertumbuhan Ikan (Ikan Mas)

Grafik 4.2.2.1 Panjang Ikan (cm)

Grafik 4.2.2.2 Berat Ikan (gr)

Grafik 4.2.2.3 Jumlah Respirasi (Detik)

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Toksisitas pada Biota Air (Eceng Gondok)Untuk mengetahui pengaruh toksisitas pada biota air dilakukan pengamatan selama 10 hari. Pada praktikum ini menggunakan limbah leachate sebagai sampel air limbah dan tanaman eceng gondok sebagai bioindikator. Dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu pada eceng gondok sebelum dilakukan perlakuan dengan tujuan untuk menyesuaikan tanaman air dengan kondisi lingkungan barunya.

Pengamatan hari pertama setelah masing-masing diberi limbah leacahte dengan konsentrasi zat pencemar yang berbeda kondisi eceng gondok secara keseluruhan dalam keadaan layu. Daun-daunnya mulai rontok terutama pada konsentrasi air limbah 15%. Berdasarkan nilai berat tanaman yang didapat juga mengalami penurunan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan belum beradaptasinya tanaman eceng gondok dengan limbah leachate.

Pengamatan pada hari kedua setelah dilakukan pengenceran konsentrasi air limbah leachate dengan penambahan aquades kondisi eceng gondok secara keseluruhan dalam keadaan layu. Daun-daunnya mulai rontok dan berwarna kecoklatan, tangkai dari eceng gondok terlihat layu dan hampir membusuk. Berdasarkan pengamatan terhadap nilai berat tanaman yang didapatkan beberapa mengalami peningkatan, yaitu pada konsentrasi 3%, 6%, 12%, 15%. Hal ini disebebkan tangkai eceng gondok yang layu dan hampi membusuk mengandung air lebih banyak sehingga megalami fluktuasi berat.

Pengamatan pada hari ketiga tanaman eceng gondok dikatakan mati karena tidak mengalami pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan kondisi yang semakin parah. Hal tersebut menyebabkan pengamatan tidak dapat dilanjutkan dan berjalan kurang optimal.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan bahwa tanaman eceng gondok tidak dapat bertahan hidup dengan kondisi perairan yang tercemar limbah leachate dengan konsentrasi lebih dari 3%. Sehingga dapat disimpulkan limbah leachate mengandung toksisitas yang cukup tinggi apabila mencemari badan air dan dapat mempengaruhi kehidupan biota air di dalamnya.

4.3.2 Pengaruh Toksisitas pada Biota Air (Ikan Mas)Praktikum Pengaruh Toksisitas pada Biota Air (Ikan) menggunakan ikan Mas sebagai bioindikator dan limbah tahu sebagai pencemarnya. Pada hari pertama praktikum dilakukan identifikasi ikan terlebih dahulu yaitu panjang, berat, jumlah respirasi ikan, dan ciri-ciri fisiknya. Sebelum dilakukan perlakuan ikan diaklimatisasi terlebih dahulu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya selama 24 jam. Ikan dimasukkan ke dalam aquarium yang telah diisi air DAS Teknik sebanyak 9 liter, dipasangkan aerator, kemudian diberi pakan ikan.

Setelah diaklimatisasi selama 24 jam ikan diidentifikasi kembali berupa berat, jumlah respirasi ikan, dan ciri-ciri fisiknya. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan jumlah respirasi ikan mengalami fluktuasi selama masa aklimatisasi. Pada hari pertama sebelum dilakukan aklimatisasi diperoleh jumlah respirasi ikan 1, 2, 3, dan 4 yaitu 134, 93, 113, dan 181. permenitnya. Sedangkan setelah dilakukan aklimatisasi diperoleh jumlah aklimatisasi yaitu 131, 143, 162, dan 186. Ikan 2, 3, dan 4 mengalami peningkatan jumlah respirasi. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri fisik ikan yang tetap aktif.

Sebanyak 1 liter air limbah tahu ditambahkan dalam aquarium untuk mengetahui pengaruh toksisitas terhadap ikan mujair, kemudian ikan mas dimasukkan ke dalam air campuran limbah tersebut. Dilakukan masa adaptasi ikan dengan cara menyalakan aerator selama dua jam, namun dalam praktikum kali ini ikan mati beberapa saat setelah dimasukkan ke dalam aquarium berisi air campuran limbah tahu dan ikan tersebut mati pada saat masa adaptasi. Oleh karena itu, terbukti bahwa toksisitas limbah tahu tergolong sangat tinggi dan sangat membahayakan biota air jika langsung dibuang ke alam atau ke badan air.

4.3.3 Faktor-Faktor KesalahanBeberapa faktor kesalahan yang terjadi selama praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Biota Air (Tanaman) berlangsung yaitu pada saat melakukan penimbangan eceng gondok dikeluarkan terlalu lama dari air sehingga menyebabkan eceng gondok menjadi layu sebelum dilakukan perlakuan lebih lanjut.

Faktor kesalahan yang kedua yaitu saat proses penimbangan berat tanaman, eceng gondok kurang ditiriskan dan mengandung air sehingga nilai berat tanaman yang didapatkan kurang akurat.

Faktor kesalahan yang ketiga yaitu saat melakukan penimbangan terhadap eceng gondok terdapat ceceran air yang tertumpah dan mengenai permukaan timbangan sehingga mempengaruhi nilai berat tanaman yang didapatkan.

Faktor kesalahan yang keempat yaitu pada saat pengenceran, praktikan tidak menggunakan pipet ukur 25 ml untuk mengukur volume penambahan air pada tanaman akibat proses absorbsi namun hanya menambahkan sampai garis tanda batas air awal sehingga tidak diketahui secara pasti jumlah volume penambahan airnya.

Faktor kesalahan yang terakhir yaitu pada saat pencucian tanaman eceng gondok dilakukan dengan kurang hati-hati sehingga batang eceng gondok banyak yang patah. Sedangkan untuk praktikum Pengaruh Toksisitas Biota Air (Ikan) beberapa faktor kesalahan yang terjadi yaitu pada saat pengukuran panjang ikan didapatkan hasil yang kurang akurat akibat ikan terlalu aktif sehingga terdapat perbedaan hasil saat dilakukan pengukuran kembali.

Faktor kesalahan yang kedua yaitu pada saat pengukuran respirasi ikan didapatkan hasil yang kurang akurat karena ikan terlalu aktif bergerak saat dilakukan pengamatan respirasi melalui mulut ikan sehingga banyak yang tidak terhitung.

Faktor kesalahan yang ketiga yaitu pada saat penuangan limbah tahu sebesar 1000 mL, air limbah sebagian tumpah ke lantai sehingga jumlah air limbah yang dituangkan kemungkinan besar kurang dari 1000 mL.

Faktor kesalahan yang keempat yaitu saat pemberian pakan ikan, pakan ikan yang diberikan terlalu banyak sehingga banyak sisa makanan yang mengendap sehingga membuat air di dalam akuarium menjadi keruh.

Faktor kesalahan yang terakhir yaitu tidak dilakukannya pemberian label kepada masing-masing ikan sehingga pada saat pengamatan terdapat kesulitan menentukan karakteristik masing-masing ikan karena bentuk, warna, serta ukuran ikan memiliki kemiripan satu sama lain.

4.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas AirToksisitas yaitu kemampuan suatu bahan yang dapat menyebabkan kerusakan organorgan tertentu pada tubuh, baik bagian dalam maupun permukaan tubuh hewan Penentuan toksisitas dapat ditentukan dengan melakukan bio assay (uji hayati). Toksisitas terhadap organisme akuatik umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi letal (Lethal Consentration), yang menunjukan prosentase mortalitas hewan uji pada konsentrasi yang diberikan.

Toksisitas suatu bahan kimia terhadap ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar oksigen terlarut, derajat keasaman, spesies, umur dan derajat aklimatisasi ikan serta efek-efek langsung bahan pencemar terhadap sifat air. Sedangkan toksisitas akut yaitu daya racun suatu senyawa yang dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat.

Pada lingkungan perairan, uji toksisitas akut dilaksanakan untuk mengestimasi konsentrasi medium letal (LC50) suatu bahan kimia dalam air, yaitu perkiraan konsentrasi bahan kimia yang menghasilkan efek mortalitas 50 % populasi jumlah hewan uji yang diuji pada kondisis tetap.Dengan penetapan nilai LC akut dan LC50untuk parameter-parameter dalam air, maka ikan Mas dapat digunakan sebagaiEarly Warning Systemdalam pemantauan kulaitas air baku.Early Warning Systemini salah satunya secara biologis dengan menggunakan ikan Mas (Cyprinus caprio L.). Hal hal yang dapat mempengaruhi ikan mas (Cyprinus carpio L.) dalam fungsinya sebagaiEarly Warning Systemadalah sebagai berikut:a. SuhuSuhu mempengaruhi aktifitas ikan, seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen hewan air. Pada perairan umum semakin bertambah kedalaman air maka suhu semakin semakin menurun.b. pHToksisitas suatu senyawa kimia dipengaruhi oleh derajat keasaman suatu media. Nilai pH penting untuk menentukan nilai guna suatu perairan. Batas toleransi organisme air terhadap pH adalah bervariasi tergantung suhu, kadar oksigen terlarut, adanya ion dan kation, serta siklus hidup organisme tersebut. Sedang titik batsas kematian organisme air tehadap pH adalah pH 4 dan pH 11.Tabel Pengaruh kisaran pH terhadap ikanKisaran pHPengaruh Terhadap Ikan

< 4Titik kematian pada kondisi asam

4 5Tidak bereproduksi

5 6.5Pertumbuhan lambat

6.5 9Sesuai untuk reproduksi

> 11Titik kematian pada kondisi basa

c. DO (Dissolved Oxigen)DO merupakan perubahan mutu air paling penting bagi organisme air, pada konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen dalam air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati lemas. Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu, banyaknya bahan organik, dan banyaknya vegetasi akuatik.

d. Amoniak (NH3-N)Sumber utama amoniak adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan, maupun dalam bentuk plankton dan bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik terutama yang banyak mengandung protein menghasilkan amonium (NH4+) dan amoniak. Bila proses dilanjutkan dari proses pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka terjadi penumpukan amoniak sampai pada konentrasi yang membahayakan bagi ikan.

e. Karbondioksida (CO2)Karbondioksida bersumber dari hasil proses fotosintesis atau difusi dari udara dan hasil dari proses respirasi organisme akuatik. Di dasar perairan karbondioksida juga dihasilkan oleh proses dekomposisi. Karbondioksida sebesar 10 mg/L atau lebih masih dapat ditolerir oleh ikan bila kandungan oksigen di perairan cukup tinggi. Kebanyakan spesies biota akuatik masih dapat hidup pada perairan yang memiliki kandungan karbondioksida bebas lebih dari 60 mg/L).Ketika kandungan oksigen perairan rendah, proses fotosintesis berjalan lambat.

4.3.6 Limbah LeachateLeachate adalah cairan yang menetes atau mengalir dari suatu landfill dimana komposisinya terdiri dari suatu campuran limbah pada suatu landfill bergantung pada tipe dan usia limbah, biasanya terdiri dari material yang terlarut dan tidak terlarut. Sampah yang masuk ke dalam suatu landfill biasanya terdiri dari campuran sampah perkotaan, barang-barang komersial, dan campuran limbah industri, leachate juga berasal dari materi organik, anorganik, logam berat, dan senyawa-senyawa organik xenonibotic Leachate dapat juga dihasilkan dari daratan yang terkontaminasi oleh bahan material kimiawi atau beracun yang digumnakan oleh suatu industri seperti, pabrik, pertambangan, atau tempat penyimpanan, selain itu juga lokasi pengkomposan yang curan hujannya tinggi dapat memproduksi leachate.

Leachate adalah larutan yang terjadi akibat bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.

4.3.7 Limbah TahuLimbah industri tahu terdiri dari dua jenis, yaitu limbah cair dan padat. Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan bersumber dari cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu pada tahap proses penggumpalan dan penyaringan yang disebut air dadih atau whey. Sumber limbah cair lainnya berasal dari proses sortasi dan pembersih, pengupasan kulit, pencucian, penyaringan, penyucian peralatan proses dan lantai.

Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga.

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Toksisitas limbah tahu tergolong sangat tinggi dan sangat membahayakan biota air jika langsung dibuang ke alam atau ke badan air. Hal ini dibuktikan dengan ikan yang mati beberapa saat setelah dimasukkan ke dalam aquarium berisi air campuran limbah tahu.2. Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan bahwa tanaman eceng gondok tidak dapat bertahan hidup dengan kondisi perairan yang tercemar limbah leachate dengan konsentrasi lebih dari 3%. Sehingga dapat disimpulkan limbah leachate mengandung toksisitas yang cukup tinggi apabila mencemari badan air dan dapat mempengaruhi kehidupan biota air di dalamnya. Hal ini diakibatkan karena kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.3. Toksisitas suatu bahan kimia terhadap ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar oksigen terlarut, derajat keasaman, spesies, umur dan derajat aklimatisasi ikan serta efek-efek langsung bahan pencemar terhadap sifat air.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pada praktikum pengaruh toksisitas terhadap biota air ikan dan tumbuhan selanjutnya, praktikum dapat dipisahkan menjadi dua mata acara yang berbeda agar lebih dapat dipahami.2. Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan hewan uji lain selain ikan seperti menggunakan mencit atau hewan lain yang biasanya digunakan untuk uji toksikologi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Apriyan, Rendra, et al. 2011. Laporan Praktek Pengambilan dan Pengiriman Sampel Air. Politeknik Kesehatan Jambi: Jambi.

2. Anonim, 2009. Dampak Pencemaran lingkungan. Penerbit ANDI: Yogyakarta.

3. Dahuri, R. 1998. Pengeruh Pencemaran Limbah Industri Terhadap Potensi Sumberdaya Laut. Makalah Pada Seminar Teknologi Pengolahan Limbah Industri dan Pencemaran Laut. Jakarta: SPPT.

4. Indra Chahaya, 2011. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta.

5. Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

6. Sumarwoto, O. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: CV. Rajawali.

LAMPIRAN

Gambar 2Pengukuran air dengan menggunakan pH meter Gambar 1Pengenceran limbah lindidengan akuades

Gambar 4Penambahan volume airdengan akuades

Gambar 3Pengukuran berkurangnya tinggi airdengan penggaris

Gambar 6Pemberian pakan ikanGambar 5Penambahan limbah tahu ke dalam aquarium

Gambar 7Ikan mati setelah diberi limbah tahu

28