07640020 dafiqiy yalu ulin nuha

27
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Metode geomagnetik adalah salah satu metode geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Dengan menggunakan metode geomagnetik ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi suseptibilitas batuan di bawah permukaan. Dari nilai suseptibilitas selanjutnya dapat dilokalisir atau dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak. Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan pada 112 titik ukur yang tersebar pada area seluas 300 x 400 meter. Sedangkan jarak antara titik ukur yang satu dengan titik ukur yang berikutnya sekitar 25 sampai 50 meter. Setelah proses pengambilan data (akuisisi data) pada daerah penelitian dilakukan, maka perlu dilakukan pengolahan data untuk kemudian diinterpretasi. Pengolahan data geomagnetik bertujuan untuk mendapatkan harga anomali medan magnet total dari satu titik amat yang ditimbulkan oleh kemagnetan batuan hasil induksi medan magnetik luar dan medan magnetik bumi dan anomali medan magnet lokal. Pengolahan data dimulai dengan melakukan Koreksi Harian (Diurnal) dan Koreksi IGRF untuk mendapatkan nilai anomali medan magnet total. Proses pengolahan data selanjutnya adalah memisahkan anomali regional dan anomali lokal dengan melakukan proses kontinuasi ke atas. Langkah selanjutnya adalah anomali lokal tersebut di reduksi ke kutub. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses penginterpretasian.

Upload: chairul-huda

Post on 23-Oct-2015

82 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode geomagnetik adalah salah satu metode geofisika yang

memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Dengan menggunakan metode

geomagnetik ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi suseptibilitas

batuan di bawah permukaan. Dari nilai suseptibilitas selanjutnya dapat dilokalisir

atau dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak.

Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan pada 112 titik ukur yang

tersebar pada area seluas 300 x 400 meter. Sedangkan jarak antara titik ukur yang

satu dengan titik ukur yang berikutnya sekitar 25 sampai 50 meter. Setelah proses

pengambilan data (akuisisi data) pada daerah penelitian dilakukan, maka perlu

dilakukan pengolahan data untuk kemudian diinterpretasi.

Pengolahan data geomagnetik bertujuan untuk mendapatkan harga

anomali medan magnet total dari satu titik amat yang ditimbulkan oleh

kemagnetan batuan hasil induksi medan magnetik luar dan medan magnetik bumi

dan anomali medan magnet lokal. Pengolahan data dimulai dengan melakukan

Koreksi Harian (Diurnal) dan Koreksi IGRF untuk mendapatkan nilai anomali

medan magnet total. Proses pengolahan data selanjutnya adalah memisahkan

anomali regional dan anomali lokal dengan melakukan proses kontinuasi ke atas.

Langkah selanjutnya adalah anomali lokal tersebut di reduksi ke kutub. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan dalam proses penginterpretasian.

Page 2: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

48

4.1. Pengolahan Data

Setiap titik pengukuran diambil lima data pengukuran dan dari lima kali

pengukuran tersebut diambil rata-rata dari data yang juga dilihat perbedaan data-

data tersebut (jika ada satu atau dua data yang berbeda jauh, maka data tersebut

tidak digunakan). Hasil perhitungan rata-rata tersebut maka data selanjutnya yang

didapatkan adalah data intensitas medan magnet total di titik tersebut. Langkah

berikutnya adalah menghitung koreksi diurnal, koreksi IGRF, kontinuasi ke atas

dan reduksi ke kutub untuk anomali lokal. Langkah yang selanjutnya adalah

penginterpretasian baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

Data-data yang telah dikoreksi selanjutnya dibuat peta kontur yang terdiri

dari peta kontur topografi, peta kontur intensitas medan magnet total, peta kontur

hasil Koreksi Diurnal, peta kontur anomali medan magnet total, peta kontur

anomali regional dan anomali lokal dan juga peta kontur anomali lokal yang telah

di reduksi ke kutub. Pembuatan peta kontur dilakukan dengan menggunakan

Software Surfer 9. Peta kontur topografi dibuat dengan memasukkan nilai

topografi titik-titik pengukuran dan koordinat titik-titik pengukuran.

Page 3: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

49

Ketinggian(meter)

U

nT U

Ket:

Skala warna

Garis kontur

SkalaWarna

GarisKontur

Gambar 4.1 Kontur Topografi Daerah Penelitian

Gambar 4.2 Kontur Intensitas Medan Magnet Total dengan Interval Kontur100 nT

Gambar 4.2 tersebut diatas menunjukkan bahwa nilai intensitas medan

magnet daerah penelitian berkisar antara 44750 nT sampai dengan 46150 nT.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat terdapat tiga nilai intensitas medan

998

1018

1018

1038

45250

45250

45250

45500

45500

45500

45500

45500

45500

45750

45750

45750

45750

45750

664350 664400 664450 664500 664550 664600 664650 664700 664750 664800

9129950

9130000

9130050

9130100

9130150

9130200

9130250

9130300

9130350

9130400

Page 4: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

50

magnet yaitu rendah (kurang dari 45250 nT), sedang (45250 nT sampai 45650

nT), dan tinggi (lebih dari 45650 nT)

4.1.1 Koreksi Diurnal dan Koreksi IGRF

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh yang berasal dari

medan magnet luar dan medan magnet utama bumi. Tujuan dari survei medan

magnetik ini untuk mendapatkan nilai anomali lokal, sedangkan data yang

diperoleh dari pengukuran merupakan medan magnet total hasil sumbangan dari

tiga komponen dasar medan magnet, yaitu medan utama (main field), medan luar

(external field), dan medan observasi lokal. Untuk itu perlu dihilangkan pengaruh-

pengaruh yang berasal selain dari anomali medan magnet lokal.

Koreksi harian (Diurnal) dilakukan untuk menghilangkan efek medan

magnetik yang berasal dari luar. Koreksi diurnal dapat diperolah dengan

mengurangkan nilai intensitas magnet pada titik pengukuran dengan nilai

intensitas magnet pada base station (interpolasi linier terhadap waktu).

Page 5: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

51

nT

U

Ket:

Skala warna

Garis kontur

SkalaWarna

GarisKontur

Gambar 4.3 Kontur Hasil Koreksi Diurnal dengan Interval Kontur100 nT

Gambar 4.3 merupakan kontur hasil perhitungan Koreksi Harian (Diurnal).

Gambar tersebut apabila dibandingkan dengan Gambar 4.2 (Kontur Intensitas

Medan Magnet Total) masih belum terdapat perbedaan kontur.

Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah kontribusi

dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik

luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah nilai

IGRF. Jika nilai medan magnetik luar dihilangkan dengan koreksi diurnal, maka

kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi

IGRF dapat dilakukan dengan cara mengurangkan harga IGRF terhadap nilai

medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran

pada posisi geografis yang sesuai.

Harga matematis IGRF adalah suatu ketetapan yang dilakukan setiap lima

tahun sekali. Dalam penelitian ini digunakan IGRF tahun 2011. Adapun harga

45250

45500

45500

45500

45500

4575045750

Page 6: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

52

nTU

Ket:

Skala warna

Garis kontur

Sumber Air Panas

Skala Warna

Garis Kontur

50

50

300

300

550

550

550

550

550

550

550

550

800

IGRF daerah penelitian yaitu 44986,3 nT. Data medan magnetik yang sudah

dilakukan Koreksi Diurnal dan Koreksi IGRF dinamakan Anomali Medan Magnet

Total yang selanjutnya dapat dibuat peta kontur seperti yang ditunjukkan pada

gambar 4.4 :

Gambar 4.4 Kontur Anomali Magnet Total dengan Interval Kontur 100 nT

Dari gambar 4.4 ditunjukkan variasi nilai anomali magnet yang dapat

dilihat dari skala warnanya, dimana nilainya berkisar antara -200 nT untuk nilai

minimumnya dan 1200 nT untuk nilai maksimumnya. Nilai anomali magnetik

(gambar 4.4) daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok

anomali, yaitu: anomali magnetik rendah pada skala warna biru sampai ungu

dengan nilai kurang dari 200 nT. Anomali magnetik sedang pada skala warna

kuning sampai hijau dengan nilai 200 nT sampai 700 nT. Anomali magnetik

tinggi pada skala warna kuning tua sampai merah dengan nilai lebih dari 700 nT

Page 7: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

53

4.2 Interpretasi Kuantitatif

Secara umum interpretasi data magnetik terbagi menjadi dua, yaitu

interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kuantitatif didasarkan pada pola

kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda

termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi, dengan kata lain

interpretasi kuantitatif dilakukan dengan menganalisa peta kontur anomali medan

magnetik lokal dengan hasil yang diperoleh berupa lokasi benda penyebab

anomali magnetik berdasarkan klosur kontur.

4.2.1 Kontinuasi ke Atas

Hasil yang didapatkan setelah dikoreksikan IGRF adalah gabungan antara

anomali regional dan anomali lokal. Sehingga perlu dilakukan pemisahan antara

kedua anomali tersebut, karena untuk proses interpretasi hanya dilakukan untuk

anomali lokal saja. Untuk memisahkan anomali regional dan anomali lokal

tersebut maka perlu dilakukan kontinuasi ke atas. Kontinuasi ke atas ini

dimaksudkan agar diperoleh pola anomali magnetik regional yang lebih halus

(smooth) sehingga anomali lokal lebih terlihat dan dapat diketahui benda-benda

yang menyebabkan anomali tersebut. Proses kontinuasi ke atas ini dilakukan

dengan menggunakan bantuan software Magpick.

Kontinuasi ke atas ini dilakukan pada ketinggian tertentu dengan

menghitung data yang seolah-olah diamati pada ketinggian tersebut. Pada

pembahasan ini dilakukan kontinuasi ke atas pada ketinggian 100 sampai 600

meter di atas permukaan laut. Hasil kontinuasi ke atas dengan ketinggian 500

Page 8: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

54

Ket:

Skala warna

Garis kontur

Sumber Air Panas

SkalaWarna

GarisKontur

UnT

Ket:

Skala warna

Garis kontur

Sumber Air Panas

SkalaWarna

GarisKontur

UnT

meter di atas permukaan laut (gambar 4.5), anomali regional telah melemah,

karena sudah tidak ada pasangan dipole magnetik yang terbentuk pada kontur

anomali regional.

Gambar 4.5 Kontur Anomali Regional Hasil Kontinuasi ke Atas pada Ketinggian500 mdpl

Gambar 4.6 Kontur Anomali Lokal Hasil Kontinuasi ke Atas pada Ketinggian500 mdpl

-300

-300

-300

-50

-50

-50

-50

-50

-50

200

200

200

200

664350 664400 664450 664500 664550 664600 664650 664700 664750 664800

9129950

9130000

9130050

9130100

9130150

9130200

9130250

9130300

9130350

9130400

Page 9: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

55

Hasil dari kontinuasi ke atas tersebut diperoleh anomali regional (gambar

4.5) dan anomali magnet lokal (gambar 4.6) yang merupakan pengurangan dari

anomali magnet hasil pengukuran dengan koreksi harian, IGRF dan anomali

regional hasil kontinuasi ke atas.

Kontur anomali magnetik lokal menggambarkan pola dan karakteristik

dari sebaran nilai pengukuran, perlapisan batuan dan struktur yang ada dilapangan

berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan. Nilai anomali magnetik lokal pada

daerah penelitian berada pada kisaran -800 nT sampai 600 nT. Bervariasinya nilai

anomali magnetik lokal tersebut disebabkan oleh adanya ketidakseragaman

material bawah permukaan pada daerah penelitian. Pada penelitian ini target

anomali magnetik yang diharapkan adalah anomali rendah atau sedang karena

berkaitan dengan demagnetisasi batuan akibat panas yang dilepaskan dari suatu

lapangan daerah manifestasi panas bumi, sedangkan anomali tinggi tidak

merupakan sasaran dalam penelitian ini.

Anomali magnetik yang di dapatkan pada penelitian ini menandakan

adanya perbedaan distribusi suseptibilitas di bawah permukaan. Hubungan antara

anomali magnetik dan suseptibilitas batuan dapat diperleh dari persamaan (2.5).

Anomali magnetik tinggi mengindikasikan suseptibilitas batuan positif dan

bernilai tinggi, serta memiliki kerentanan magnetik tinggi. Anomali magnetik

sedang mengindikasikan suseptibilitas batuan positif yang bernilai sangat kecil

dengan kerentanan magnetik yang sedang. Anomali magnetik rendah

mengindikasikan suseptibilitas batuan negatif dengan nilai yang kecil dan

kerentanan magnetiknya sangat rendah.

Page 10: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

56

Nilai anomali magnetik (gambar 4.6) daerah penelitian dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok anomali, yaitu: anomali magnetik rendah

pada skala warna hijau tua sampai biru dengan nilai kurang dari -300 nT

ditafsirkan sebagai batuan vulkanik yang telah mengalami pelapukan tinggi

(batuan breksi tufaan dan batuan tufa yang telah lapuk). Anomali magnetik sedang

pada skala warna hijau muda sampai kuning dengan nilai -300 nT sampai 300 nT

ditafsirkan sebagai respon batuan vulkanik yang telah mengalami pelapukan

sedang seperti batuan batuan lava dan batuan andesit yang terlapukkan. Anomali

magnetik tinggi pada skala warna kuning tua sampai merah dengan nilai lebih dari

300 nT ditafsirkan sebagai defleksi dari batuan beku atau batuan vulkanik seperti

batuan lava andesit yang diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan batuan

intrusi yang bersifat magnetik sedang sampai tinggi. Berdasarkan tiga kelompok

anomali magnet daerah penelitian didominasi oleh nilai anomali magnetik sedang

yang tersebar di tengah daerah penelitian yang membujur dari utara ke selatan.

Sedangkan anomali magnetik tinggi tersebar pada daerah timur dan barat daerah

penelitian yang membujur dari utara ke selatan dan anomali magnetik rendah

terdapat hanya sedikit pada daerah tengah penelitian. Berdasarkan gambar 4.6

terdapat perubahan harga anomali positif tinggi ke positif sedang dan menerus ke

anomali negatif diduga akibat pengukuran yang mendekati sumber air panas

Songgoriti.

Page 11: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

57

Ket:

Skala warna

Garis kontur

Sumber Air Panas

Skala Warna

Garis Kontur

nT U

4.2.2 Reduksi ke Kutub (Reduction to Pole)

Reduksi ke kutub merupakan salah satu filter dari data magnetik untuk

menghilangkan pengaruh sudut inklinasi megnetik. Pada survei magnetik,

inklinasi vektor kemagnetan baik karena pengaruh induksi ataupun medan dari

luar dapat menghasilkan pola dipol pada data magnetik. Oleh karena itu perlu

dilakukan suatu proses transformasi reduksi ke kutub yang dapat

mentransformasikan vektor kemagnetan tersebut sehingga mempunyai arah

vertikal seperti ketika dilakukan pengukuran di kutub. Dengan transformasi

reduksi ke kutub ini diharapkan dapat menghasilkan suatu pola anomali magnetik

yang bersifat monopol, sehingga dapat memudahkan proses interpretasi karena

lebih dapat menggambarkan pola sumber dari anomali magnetik. Dari

transformasi tersebut didapatkan pola anomali magnetik seperti gambar di bawah

ini:

Gambar 4.7 Kontur Anomali Lokal Hasil Reduksi ke Kutub dengan IntervalKontur 100 nT

0

0

Page 12: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

58

Dari gambar 4.7 yang merupakan peta kontur daerah penelitian yang telah

mengalami transformasi reduksi ke kutub, terlihat perbedaan nilai anomali

magnetik yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan nilai anomali magnetik

total sebelum dilakukan reduksi ke kutub. Setelah dilakukan proses reduksi ke

kutub didapatkan peta kontur anomali magnetik yang mengalami penguatan nilai

kemagnetannya.

Berdasarkan gambar 4.7 juga dapat dilihat bahwa nilai anomali magnetnya

berkisar antara -1500 nT sampai 1200 nT. Hal ini berbeda dengan nilai anomali

magnet sebelum dilakukan reduksi ke kutub (gambar 4.6) yang memiliki nilai

antara -800 nT sampai 600 nT. Dari kontur reduksi ke kutub di atas terlihat jelas

terdapat tiga nilai anomali magnet. Pertama yaitu nilai anomali yang terjadi di

daerah yang memiliki kemagnetan rendah yang ditunjukkan pada skala warna

hijau tua sampai ungu berdampingan dengan nilai anomali yang kedua yang

memiliki nilai kemagnetan sedang yang ditunjukkan oleh skala warna hijau muda

sampai kuning dan nilai anomali tinggi yang ditunjukkan oleh skala warna

kuning tua sampai merah.

Sebelum dilakukan proses transformasi reduksi ke kutub kontras nilai

kemagnetan yang bernilai positif dan kemagnetan yang bernilai negatif yang

menyebabkan adanya anomali tidak merata. Hal tersebut dikarenakan nilai

kemagnetaan masih terpengaruh oleh nilai inklinasi, sehingga menyebabkan data

tersebut masih bersifat dipol. Sedangkan setelah dilakukan proses transformasi

reduksi ke kutub maka terlihat bahwa daerah negatif mulai ternormalisasi karena

struktur anomali berubah sifat menjadi monopol karena pengaruh inklinasi telah

Page 13: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

59

dihilangkan sehingga daerah yang sebelumnya negatif mengalami penguatan

menjadi positif.

Hasil analisa dengan menggunakan reduksi ke kutub menghasilkan

anomali yang sebenarnya mempunyai nilai suseptibilitas yang rendah.

Suseptibilitas yang rendah hanya bisa terjadi jika suatu material magnetik

terpanaskan hingga mencapai temperature Curie suatu batuan. Dengan pemanasan

tersebut, material magnetik dapat mengalami demagnetisasi. Dengan

menggabungkan hasil analisa kontur anomali magnetik lokal dan reduksi ke kutub

menunjukkan bahwa daerah sumber air panas Songgoriti terletak pada anomali

magnetik tinggi, sementara harga anomali magnetik rendah yang menunjukkan

zona demagnetisasi hidrotermal (menurunnya sifat kemagnetan batuan akibat

panas) terletak disebelah kanan sumber air panas yang membujur dari utara ke

selatan. Sehingga dapat diperkirakan posisi sumber panas bumi ada di sebelah

kanan (arah timur daerah penelitian) sumber air panas Songgoriti.

4.3 Interpretasi Kualitatif

Interpretasi kualitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan

kedalaman benda anomali atau struktur geologi melalui pemodelan matematis.

Prinsip kerja dari program Mag2dc adalah menyamakan bentuk dari anomali

pengamatan (yang berupa garis putus-putus) dengan anomali perhitungan (yang

berupa garis tegas).

Interpretasi kualitatif dilakukan berdasarkan hasil penafsiran kuantitatif,

sehingga dapat menentukan bagian-bagian penampang anomali yang menarik

Page 14: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

60

untuk memperkirakan struktur geologi bawah permukaan. Namun dalam

interpretasi kuantitatif terdapat ambiguitas karena beragam model dapat

dihasilkan karena adanya parameter suseptibilitas, geometri dan kedalaman yang

tidak pasti, sehingga diperlukan data pendukung berupa data geologi daerah

penelitian, data bor, data suseptibilitas batuan dan data geofisika lainnya.

Pemodelan dilakukan dengan metode trial and error sehingga dalam

pekerjannya harus diiterasi sampai didapatkan ralat (error) terkecil. Semakin kecil

prosentase error yang didapatkan, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi

pula tingkat keakuratan dari model yang dihasilkan. Demikian juga sebaliknya,

semakin besar prosentase error, maka tingkat keakuratan dari model yang

dihasilkan juga akan semakin kecil. Perhitungan ralat model ini menggunakan

rumus (Rusdiasari,2011:34): = ∑ 100% (4.1)

Dengan:

RM = ralat rata-rata model terhadap data lapangan

XL = data lapangan (terukur)

XM = data model (terhitung)

n = jumlah data

Model anomali magnetik lokal pada profil AB dan CD yang dibuat dengan

menggunakan software Mag2dc, dimana parameter inputnya adalah inklinasi,

deklinasi dan IGRF (medan magnetik utama bumi). Pada daerah penelitian ini

harga inklinasi dan deklinasi berturut-turut -33,2° dan 1,4° dan harga IGRF

daerah penelitian 44986,3 nT.

Page 15: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

61

Ket:

Skala warna

Garis kontur

Sumber Air Panas

Skala Warna

Garis Kontur

nT U

4.3.1 Interpretasi Kualitatif Penampang Melintang Lintasan AB

Penampang anomali magnetik lokal lintasan AB diambil berdasarkan hasil

penafsiran kuantitatif pola kontur anomali, dimana lintasan AB melintang mulai

dari arah barat hingga ke arah tenggara dengan melewati sumber air panas

Songgoriti dan beberapa anomali positif dan anomali negatif. Anomali positif

terletak pada jarak 0 sampai 74,49 meter dan pada 385,97 sampai 409,78597

meter. Anomali negatif terletak pada jarak 74,5 sampai 379,9780 meter. Panjang

lintasan ini sekitar 409,78597 meter yang terdiri dari 113 titik pengukuran dengan

nilai anomali magnet yang bervariasi antara -222,241 nT sampai 231,5818 nT.

Gambar 4.8 Irisan Penampang Melintang Lintasan AB

-300

-300

-300

-50

-50

-50

-50

-50

-50

200

200

200

200

664350 664400 664450 664500 664550 664600 664650 664700 664750 664800

9129950

9130000

9130050

9130100

9130150

9130200

9130250

9130300

9130350

9130400

Page 16: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

62

Gambar 4.9 Model Penampang Anomali Lokal Lintasan AB

Gambar 4.9 yang merupakan penampang melintang anomali lokal untuk

lintasan AB, terdiri dari sumbu Y negatif, sumbu Y positif dan sumbu X. Sumbu

Y positif merupakan nilai anomali magnet dari hasil pengamatan (nT), sumbu Y

negatif adalah kedalaman dari permukaan yang akan diamati, dimana pada

pemodelan ini kedalaman maksimum yang digunakan mencapai 500 meter.

sedangkan untuk sumbu X merupakan jarak lintasan pengamatan (meter) mulai

titik A sampai titik B. Garis putus-putus pada kurva adalah nilai anomali

pengamatan sedangkan garis kontinu adalah anomali hasil perhitungan (respon

dari pemodelan lapisan). Penafsiran litologi batuan pada daerah penelitian

didasarkan pada data geologi. Berdasarkan informasi geologi diketahui bahwa

daerah penelitian didominasi oleh batuan hasil erupsi gunungapi kuarter atas yaitu

batuan yang dihasilkan oleh erupsi gunungapi Panderman (Qv-p) dan

Penanggungan (Qv-n). di permukaan didominasi oleh sebaran tufa, breksi tufaan,

Page 17: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

63

aglomerat, lava, breksi vulkanik, dan tanah pelapukan dari breksi gunung api dan

breksi tufaan umumnya lanau pasiran berkerikil dan lempung pasiran. Terdapat

tujuh body pada pemodelan penampang anomali lokal lintasan AB. Pada lapisan

pertama dari model diduga merupakan batuan tufa dengan nilai suseptibilitas

0,0217 (dalam SI) ditunjukkan dengan warna biru tua yang mempunyai ketebalan

sekitar 12 meter dan lebar 511,953 meter. Lapisan kedua diduga sebagai batuan

tufa dengan suseptibilitas 0,0297 (satuan SI) ditunjukkan dengan warna biru tua

terletak pada kedalaman 12,75 meter dengan ketebalan bervariasi sekitar 15

sampai 79 meter dan lebar 293,812 meter. Lapisan ketiga diduga sebagai batuan

breksi vulkanik dengan nilai suseptibilitas 0,0008 (dalam SI) ditunjukkan warna

biru muda terletak pada kedalaman 13,9442 meter dengan ketebalan bervariasi

sekitar 63 sampai 110 meter dan lebar 432,856 meter. Lapisan keempat diduga

sebagai batuan breksi tufaan dengan nilai suseptibilitas 0,0460 (dalam SI)

ditunjukkan dengan warna hijau terletak pada kedalaman 130,6275 meter dengan

ketebalan bervariasi sekitar 63 sampai 156 dan lebar 393,812 meter. Lapisan

kelima diduga sebagai batuan lava dengan nilai suseptibilitas 0,0660 (dalam SI)

ditunjukkan dengan warna hijau cerah terletak pada kedalaman 188,6228 meter

dengan ketebalan bervariasi sekitar 63 sampai 125 meter dan lebar 393,505 meter.

Lapisan keenam diduga sebagai batuan basalt dengan nilai suseptibilitas 0,0843

(dalam SI) ditunjukan dengan warna merah kecoklatan terletak pada kedalaman

239,0438 meter dengan ketebalan sekitar 125 meter dan lebar 393,505 meter.

Lapisan ketujuh diduga sebagai batuan beku andesit dengan nilai suseptibilitas

0.1031 (dalam SI) ditunjukkan dengan warna merah terletak pada kedalaman

Page 18: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

64

378,4861 meter dengan ketebalan bervariasi sekitar 10 sampai 125 meter dan

lebar 124,855 meter. Batuan breksi vulkanik pada lapisan ketiga dengan

kedalaman 13,9442 meter ini diduga sebagai batuan sarang, sebagai tempat

berkumpulnya fluida (air meteorik) yang telah terpanaskan oleh batuan pemanas,

karena batuan breksi vulkanik mempunyai sifat kesarangan yang baik.

Selanjutnya tufa pada lapisan kedua dengan kedalaman 12,75 meter diduga

sebagai batuan penutup (cap rock), karena sifat dari batuan tufa yang mampat

sehingga tidak bisa mengalirkan air atau fluida panas jika tidak ada suatu patahan.

Menurut Alzwar (1987) karena umumnya sumber panas bumi terdapat di

daerah jalur gunung api, maka sebagai sumber panas adalah magma atau batuan

yang telah mengalami radiasi panas dari magma. Sedang batuan penutup dan

batuan cadangan biasanya dibentuk oleh batuan hasil letusan gunung api seperti

lava dan piroklastik. Meskipun di daerah panas bumi, tufa atau abu halus yang

terlempungkan atau lapisan air tanah dapat berfungsi sebagai batuan penutup

sistem panas bumi.

4.3.2 Interpretasi Kuantitatif Penampang Melintang Lintasan CD

Penampang anomali magnetik lokal lintasan CD diambil berdasarkan hasil

penafsiran kuantitatif pola kontur anomali, dimana lintasan CD melintang mulai

dari arah barat hingga ke arah tenggara dengan melewati beberapa anomali positif

dan anomali negatif. Anomali positif terletak pada jarak 6,5 sampai 77,4 meter

dan pada 264,32 sampai 350,85 meter. Anomali negatif terletak pada jarak 0

sampai 1,36 meter dan pada jarak 82,8 sampai 261,97 meter. Panjang lintasan ini

Page 19: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

65

nT U

Ket:

Skala warna

Garis kontur

Sumber Air Panas

Skala Warna

Garis Kontur

sekitar 350,85 meter yang terdiri dari 100 titik pengukuran dengan nilai anomali

magnet yang bervariasi antara -187,138 nT sampai 277,3228 nT.

Gambar 4.10 Irisan Penampang Melintang Lintasan CD

Gambar 4.11 Model Penampang Anomali Lokal Lintasan CD

Gambar 4.11 yang merupakan penampang melintang anomali lokal untuk

lintasan CD, terdiri dari sumbu Y negatif, sumbu Y positif dan sumbu X. Sumbu

-300

-300

-300

-50

-50

-50

-50

-50

-50

200

200

200

200

664350 664400 664450 664500 664550 664600 664650 664700 664750 664800

9129950

9130000

9130050

9130100

9130150

9130200

9130250

9130300

9130350

9130400

Page 20: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

66

Y positif merupakan nilai anomali magnet dari hasil pengamatan (nT), sumbu Y

negatif adalah kedalaman dari permukaan yang akan diamati, dimana pada

pemodelan ini kedalaman maksimum yang digunakan mencapai 500 meter.

sedangkan untuk sumbu X merupakan jarak lintasan pengamatan (meter) mulai

titik C sampai titik D. Garis putus-putus pada kurva adalah nilai anomali

pengamatan sedangkan garis kontinu adalah anomali hasil perhitungan (respon

dari pemodelan lapisan). Penafsiran litologi batuan pada daerah penelitian

didasarkan pada data geologi. Berdasarkan informasi geologi diketahui bahwa

daerah penelitian didominasi oleh batuan hasil erupsi gunungapi kuarter atas yaitu

batuan yang dihasilkan oleh erupsi gunungapi Panderman (Qv-p) dan

Penanggungan (Qv-n). di permukaan didominasi oleh sebaran tufa, breksi tufaan,

aglomerat, lava, breksi vulkanik, dan tanah pelapukan dari breksi gunung api dan

breksi tufaan umumnya lanau pasiran berkerikil dan lempung pasiran. Terdapat

tujuh body pada pemodelan penampang anomali lokal lintasan CD. Pada lapisan

pertama dari model diduga merupakan batuan tufa dengan nilai suseptibilitas

0,0226 (dalam SI) ditunjukkan dengan warna biru tua yang mempunyai ketebalan

sekitar 70 meter dan lebar 287,941 meter. Lapisan kedua diduga sebagai batuan

tufa dengan suseptibilitas 0,0290 (satuan SI) ditunjukkan dengan warna biru tua

terletak pada kedalaman 1,95 meter dengan ketebalan bervariasi sekitar 1 sampai

93,75 meter, dan lebar 104,830 meter. Lapisan ketiga diduga sebagai batuan

breksi vulkanik dengan nilai suseptibilitas 0,0008 (dalam SI) ditunjukkan dengan

warna biru muda terletak pada kedalaman 1,19 meter dengan ketebalan bervariasi

sekitar 63 sampai 130 meter dan lebar 379,299 meter. Lapisan keempat diduga

Page 21: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

67

sebagai batuan breksi tufaan dengan nilai suseptibilitas 0,0437 (dalam SI)

ditunjukkan dengan warna hijau terletak pada kedalaman 67,9283 meter dengan

ketebalan bervariasi sekitar 94 sampai 120 dan lebar 462,235 meter. Lapisan

kelima diduga sebagai batuan lava dengan nilai suseptibilitas 0,0627 (dalam SI)

ditunjukkan dengan warna hijau cerah terletak pada kedalaman 157,3705 meter

dengan ketebalan bervariasi sekitar 63 sampai 219 meter dan lebar 385,491

meter.. Lapisan keenam diduga sebagai batuan basalt dengan nilai suseptibilitas

0,0850 (dalam SI) ditunjukkan dengan warna merah kecoklatan terletak pada

kedalaman 308,3665 meter dengan ketebalan bervariasi sekitar 70 sampai 195

meter dan lebar 350,17 meter. Lapisan ketujuh diduga sebagai batuan andesit

dengan nilai suseptibilitas 0.1031 (dalam SI) ditunjukkan dengan warna merah

terletak pada kedalaman 379,5650 meter dengan ketebalan bervariasi sekitar 1

sampai 125 meter dan lebar 196,994 meter.

Di daerah gunung api yang terdapat manifestasi panas bumi banyak

terdapat sesar akibat aktivitas tektonik, sesar-sesar tersebut akan mengakibatkan

zona-zona rekahan yang menyebabkan air hujan akan menerobos masuk melalui

rongga-rongga rekahan tersebut dan menuju lapisan yang lebih dalam sampai

akhirnya bertemu dangan batuan panas. Air yang terakumulasi pada batuan panas

tersebut lama kelamaan akan semakin panas kemudian sebagian berubah menjadi

uap panas. Akibar perbedaan tekanan antara permukaan bumi dengan bawah

pemukaan, maka air maupun uap panas akan berusaha mencari jalan keluar

menuju permukaan bumi. Air atau uap panas yang muncul ke permukaan bumi

tersebut dapat berupa uap panas, mata air panas maupun lumpur panas. Hal

Page 22: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

68

tersebut merupakan tanda-tanda adanya batuan terobosan yang memanaskan

batuan tersebut.

Berdasarkan peta geologi Lembar Kediri dan Malang, daerah penelitian

didominasi oleh batuan gunungapi kuarter atas (Qv-n,p) terdiri dari: breksi

gunungapi, lava, tuf, breksi tufaan, anglomerat dan lahar. Batuan gunungapi

kuarter atas berasal dari gunungapi Panderman (Qv-p) dan gunungapi

Penanggungan (Qv-n). Sifat fisik dari batuan-batuan tersebut adalah sebagai

berikut: Breksi gunungapi, berwarna kelabu, putih, keruh, hitam dan coklat,

kemerahan meyudut tanggung, kesarangan cukup baik, berkomponen andesit,

diduga sebagai reservoir air tanah. Lava berwarna kelabu-coklat-kemerahan dan

kehijauan, vesikuler, andesit-basaltik, porfiri, ujungnya terbreksikan, berstruktur

aliran atau seperti sisipan melidah dalam breksi. Tuf berwarna kuning-coklat,

berputir pasir dan lapili, mampat, mudah runtuh, sebagai sisipan dalam breksi.

Breksi tufaan, kuning keruh, coklat, kelabu dan kemerahan, berputir pasir kasar-

bom, berkomponen andesit, batu apung, kaca gunungapi. Anglomerat berwarna

kelabu-coklat kemerahan, berbutir pasir sangat kasar, berkomponen pecahan

batuan, mineral hitam, obsidian, berstruktur aliran. Lahar berwarna kelabu, kuning

keruh, berbutir pasir hingga bongkah, berkomponen dari pecahan batuan,

batuapung, kurang mampat.

Berdasarkan interpretasi kuantitatif pada kontur anomali lokal dan reduksi

kutub, daerah sumber air panas Songgoriti terletak pada anomali magnetik tinggi,

sementara harga anomali magnetik rendah yang menunjukkan zona demagnetisasi

hidrotermal (menurunnya sifat kemagnetan batuan akibat panas) terletak disebelah

Page 23: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

69

kanan sumber air panas yang membujur dari utara ke selatan. Sehingga dapat

diperkirakan posisi sumber panas bumi ada di sebelah kanan sumber air panas

Songgoriti. Anomali rendah ini yang berada pada arah timur daerah penelitian

diduga berkorelasi dengan pola hidrothermal Cangar-Songgoriti-Kasinan yang

berarah barat daya.

Dari hasil interpretasi kualitatif, pada penampang AB dan CD, yang

memotong anomali positif dan negatif, didapatkan pada model penampang AB

terdapat tujuh body yaitu: batuan tufa, batuan tufa, batuan breksi vulkanik, batuan

breksi tufaan, batuan lava, batuan basalt, dan batuan andesit. Pada model

penampang CD juga terdapat tujuh body yaitu: batuan tufa, batuan tufa, batuan

breksi vulkanik, batuan breksi tufaan, batuan lava, batuan basalt, dan batuan

andesit.

Berdasarkan sifat fisik dari batuan pada lapisan-lapisan tersebut, batuan

breksi vulkanik diduga sebagai batuan reservoir atau batuan sarang dalam sistem

panas bumi yang ada di Songgoriti karena memiliki sifat kesarangan yang cukup

baik. Sedangkan batuan penutup (cap rock) yang merupakan lapisan penahan

fluida panas dari reservoir diperkirakan merupakan batuan tufa, karena sifat

batuan tufa yang mampat. Interpretasi ini juga berdasarkan penelitian sebelumnya

dengan metode geolistrik yang dilakukan oleh Priyambodo (2004) dan metode

gravity yang dilakukan oleh Hidayat (2011) yang menyimpulkan bahwa batuan

sarang pada sistem geothermal di daerah Songgoriti adalah batuan breksi

vulkanik.

Page 24: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

70

Pada penelitian ini batuan pemanas pada sistem panas bumi belum bisa

dipastikan apakah berupa kantong magma atau berupa tubuh betuan beku yang

besar, namun diduga kuat batuan tersebut berada pada daerah timur laut

penelitian, hal ini didasarkan pada anomali rendah di daerah tersebut. Untuk

memastikan volume serta kepastian apakah berupa kantong magma atau tubuh

batuan beku masih perlu penelitian lebih lanjut, dengan area penelitian yang lebih

luas khususnya ke arah timur dan timur laut. Pada penelitian ini tidak ditemukan

sesar pada daerah penelitian, hal ini selaras dengan informasi yang terlihat pada

peta geologi lembar Kediri, sehingga diduga kenampakan sistem geothermal yang

ada, disebabkan oleh rekahan batuan atau rembesan.

4.4 Pemodelan Struktur Bawah Permukaan dalam Pandangan Islam

Berbagai kajian dan dan penelitian dalam bidang Geofisika telah

membuktikan bahwa bumi terbentuk dari tujuh lapisan tertentu. Tujuh lapisan

bumi itu sangat berbeda-beda dari segi struktur, kepadatan, suhu dan bahannya.

Oleh karena itu, tidak seorang pun menganggap bumi itu hanya mempunyai satu

lapisan sebagaimana orang di masa lampau berpikir. Penemuan-penemuan tentang

lapisan bumi dikemukakan oleh para ilmuwan abad 21 kepada kita, tetapi sejak

dahulu Al-Qur’an telah memberitahu kita tentang hal tersebut.

Al Qur’an telah menjelaskan kepada kita tentang tujuh lapisan langit dan

tujuh lapisan bumi di dalam dua ayat berikut:

Page 25: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

71

1. Surat Al Mulk 67 ayat 3.

Artinya:”Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamusekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurahsesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang,Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”(Q.S. AlMulk:3).

2. Surat Ath-Thalaaq ayat 12

Artinya:”Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pulabumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahuibahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, danSesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segalasesuatu”(Q.S. Ath-Thalaaq:12).

Ayat pertama berbicara sifat langit: bilangan langit itu, yaitu tujuh, dan

bentuk langit, yaitu berlapis-lapis. Inilah arti kata thibaqan yang kita temukan di

dalam kitab-kitab tafsir al-Qur’an dan kamus-kamus bahasa Arab. Sedangkan ayat

kedua menegaskan bahwa bumi itu menyerupai langit, dan hal itu diungkapkan

dengan kalimat, ‘Dan seperti itu pula bumi.’ Sebagaimana langit itu berlapis-

lapis, maka begitu pula bumi, dan masing-masing jumlahnya tujuh lapisan. Fakta

sains telah menjelaskan bahwa lapisan dalam planet bumi memang terdiri dari

tujuh lapisan. Setiap lapisan mempunyai karakteristik dan tugas masing-masing.

Demikian juga dengan langit yang memiliki tujuh lapis atmosfer, tepat seperti

yang diungkapkan dalam kedua ayat diatas (Sudarmojo,2008:56).

Page 26: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

72

Allah berfirman dalam Surat Az Zumar ayat 27:

Artinya:”Sesungguhnya Telah kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran Ini

setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.”(Q.S. AzZumar:27)

Ayat diatas menjelaskan tentang keingintahuan manusia terhadap rahasia-

rahasia alam, dimana penjelasan-penjelasan yang selalu dipakai adalah

pendekatan-pendekatan dalam bentuk atau keadaan yang sederhana atau keadaan

ideal. Keadaan ideal ini dinyatakan dalam bentuk perumusan matematika yang

selanjutnya kita sebut sebagai hukum-hukum fisika. Pendekatan-pendekatan yang

dapat dipakai untuk mengetahui lapisan-lapisan bumi adalah pemodelan struktur

bawah permukaan dengan menggunakan metode geomagnetik. Metode ini

bermanfaat untuk memodelkan struktur bawah permukaan yang terdapat

manifestasi panas bumi yang berupa sumber air panas berdasarkan harga

suseptibilitas batuan.

Manusia telah dijadikan khalifah dan segala yang ada di dunia ini

diperuntukkan untuk manusia. Oleh karena itu sepatutnya semua manusia

bersyukur atas segala nikmat itu. Allah telah memberikan manusia nikmat yang

begitu besar di bumi ini, dan manusia harus menjaga nikmat itu dengan tidak

merusak bumi ini. Tujuan dari pemodelan ini adalah agar manusia bisa mengelola

daerah manifestasi panas bumi secara tepat sehingga tidak merusak lingkungan

yang telah ada. Daerah manifestasi panas bumi yang berupa air panas dapat

dimanfaatkan oleh manusia untuk pengeringan produk pertanian, pariwisata, dan

kebutuhan rumah tangga ataupun dapat digunakan sebagai penggerak turbin

Page 27: 07640020 Dafiqiy Yalu Ulin Nuha

 

73

pembangkit listrik. Banyaknya rumah penduduk dan bangunan villa yang ada di

sekitar daerah penelitian serta suhu udara yang relatif dingin, memungkinkan fluida

panas bumi (air panas) dapat dimanfaatkan sebagai penghangat ruangan. Mengenai

hal ini Allah berfirman dalam Surat Al-A’raaf ayat 74:

Artinya: “dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempatbagimu di bumi. kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yangdatar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah;Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela dimuka bumi membuat kerusakan (Q.S Al-A’raaf: 74).

Penjelasan Al-Maraghi (1989) tentang ayat ini berupa konsekuensi

penciptaan Allah untuk manusia. Ketika Allah telah memberikan nikmat berupa

bumi ini, dengan dijadikannya gunung-gunung sebagai tempat tinggal, tanah yang

datar dijadikannya sebagai istana-istana atas karunia kecerdasan yang diilhamkan

oleh Allah kepada manusia. Konsekuensinya adalah untuk selalu mengingat

betapa besar nikmat itu dan bersyukur.

Ayat di atas dengan jelas menyebutkan perintah untuk mengingat nikmat-

nikmat yang telah diberikan Allah kepada manusia. Mengingat berarti manusia

harus bersyukur dengan segala kemudahan dan nikmat yang diberikan. Selain itu

dalam surat tersebut juga manusia diperintahkan untuk menjaganya. Karena

disebutkan bahwa “janganlah kamu merajalela di muka bumi ini dengan

membuat kerusakan”.