fportfolio.petra.ac.idfportfolio.petra.ac.id/user_files/99-011/makalahits2011... · web viewsalah...

20
ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PEMANCANGAN TIANG PANCANG TEKAN DI BANGUNAN SEMBILAN BELAS LANTAI Sentosa Limanto 1 , Jonathan H. Kusuma 2 , Mario R.B. 3 dan Rizky P.S. 3 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Kampus Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236, Telp 031-2983392, email: [email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Kampus Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236, Telp 031-2983392, email: [email protected] 3 Alumni Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Kampus Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236, Telp 031-2983393 Usaha jasa konstruksi merupakan lahan kerja yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi dan banyak hal yang berpengaruh pada awal pelaksanaan, salah satunya adalah pekerjaan pondasi dalam pada pemancangan tiang pancang tekan untuk mendirikan bangunan tinggi. Pekerjaan pemancangan tiang pacang tekan pada bagunan tinggi merupakan struktur penting saat mulainya pekerjaan konstruksi/pembangunan. Proses pemancangan yang dilakukan untuk mendirikan bangunan tinggi perlu mendapatkan pengawasan yang baik dan cermat, sehingga dibutuhkan evaluasi yang teliti terhadap proses pemancangan tersebut agar bisa diselesaikan dengan baik. Sehubungan dengan evaluasi pekerjaan pemancangan tersebut, hal ini erat berkaitan dengan nilai-nilai/factor yang berpengaruh pada pekerjaan pemancangan. Dengan metode Productivity Delay Model (PDM) dapat dianalisis faktor penghambat pemancangan tersebut diantaranya faktor pekerja dan kondisi lingkungan serta bahan/materialnya. Hal ini digunakan untuk mengontrol proses pekerjaan pemancangan kemudian usaha untuk meminimalkan keterlambatan ataupun kegagalan yang akan timbul. Hasil yang didapat terhadap analisis faktor penghambat pemancangan tiang tekan yang dominan pada bangunan tinggi terjadi pada faktor penyiapan material/tiang pancangnya. Kata kunci: pemancangan, pondasi dalam, Productivity Delay Model, tiang tekan 1

Upload: phungliem

Post on 15-May-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PEMANCANGAN TIANG PANCANG TEKAN DI BANGUNAN SEMBILAN BELAS LANTAI

Sentosa Limanto1, Jonathan H. Kusuma2, Mario R.B. 3dan Rizky P.S. 3

1Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Kampus Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236, Telp 031-2983392, email: [email protected]

2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Kampus Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236, Telp 031-2983392, email: [email protected]

3Alumni Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Kampus Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236, Telp 031-2983393

Usaha jasa konstruksi merupakan lahan kerja yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi dan banyak hal yang berpengaruh pada awal pelaksanaan, salah satunya adalah pekerjaan pondasi dalam pada pemancangan tiang pancang tekan untuk mendirikan bangunan tinggi. Pekerjaan pemancangan tiang pacang tekan pada bagunan tinggi merupakan struktur penting saat mulainya pekerjaan konstruksi/pembangunan. Proses pemancangan yang dilakukan untuk mendirikan bangunan tinggi perlu mendapatkan pengawasan yang baik dan cermat, sehingga dibutuhkan evaluasi yang teliti terhadap proses pemancangan tersebut agar bisa diselesaikan dengan baik. Sehubungan dengan evaluasi pekerjaan pemancangan tersebut, hal ini erat berkaitan dengan nilai-nilai/factor yang berpengaruh pada pekerjaan pemancangan. Dengan metode Productivity Delay Model (PDM) dapat dianalisis faktor penghambat pemancangan tersebut diantaranya faktor pekerja dan kondisi lingkungan serta bahan/materialnya. Hal ini digunakan untuk mengontrol proses pekerjaan pemancangan kemudian usaha untuk meminimalkan keterlambatan ataupun kegagalan yang akan timbul. Hasil yang didapat terhadap analisis faktor penghambat pemancangan tiang tekan yang dominan pada bangunan tinggi terjadi pada faktor penyiapan material/tiang pancangnya.

Kata kunci: pemancangan, pondasi dalam, Productivity Delay Model, tiang tekan

1

1. PENDAHULUANSetiap perusahaan selalu ingin menjadi lebih baik daripada perusahaan kompetitornya. Sehingga perusahaan tersebut bisa meraup keuntungan dan terus menjalankan roda perusahaannya. Ini tidak berbeda dengan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Maka dari itu, perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi harus lebih meningkatkan mutunya jika tidak ingin kalah bersaing dengan sesama perusahaan kompetitornya. Banyak perusahaan yang menjual jasanya dengan daya tarik ketepatan dan kecepatan proses pembangunan, ada juga beberapa perusahaan yang lebih menarik pemakai jasa dengan harga yang lebih kompetitif, apapun daya tarik yang mereka gunakan itu sebenarnya yang terpenting untuk mendapatkan kecepatan dan hematnya proyek adalah produktivitas pekerjaan mereka. Karena dengan semakin produktifnya suatu proyek, maka waktu pengerjaan proyek akan lebih cepat, di sisi pengeluaran biaya proyekpun akan semakin efisien pula, karena pengeluaran biaya proyek menjadi tepat guna. Karena produktivitas sangat berhubungan dengan tenaga kerja, modal, dan sumber daya lainnya yang berhubungan langsung dengan pekerjaan.Produktivitas yang disebutkan di sini melingkupi seluruh aspek yang ada dalam proyek itu sendiri, mulai dari manusianya (berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan), sampai ke pengaturan sistem kerja (work management) [8]. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas secara langsung selain faktor manusia juga ada faktor alat, alat dalam suatu proyek harus direncanakan pemilihannya dengan tepat sesuai dengan keadaan proyek tersebut, kondisi lingkungan sekitar proyek itu, kemampuan tenaga kerja dalam mengoperasikan alat tersebut, serta dana yang tersedia untuk menyewa atau membeli alat dalam suatu proyek itu. Pengoperasian alat yang salah dan penggunaan alat yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap produktivitas dari proyek tersebut. Apabila alat beroperasi dengan baik dan dapat menghasilkan output sesuai yang diinginkan, baik dari segi kualitas dan kuantitas maka proyek dianggap berjalan lancar. Alat-alat penunjang pembangunan konstruksi ada berbagai macam, yang sengaja diciptakan agar dapat membantu proses pelaksanaan pembangunan konstruksi sehingga lebih produktif dan tidak sepenuhnya lagi mengandalkan tenaga manusia saja, sehingga dalam suatu pekerjaan pembangunan manusia hanya menjadi bagian untuk proses pengoperasian dari alat yang ada dengan waktu yang telah ditentukan atau biasa disebut jam kerja [3] Sehingga pekerjaan pembangunan dapat berjalan lebih cepat dan efisien karena adanya bantuan dari alat-alat tersebut. Dari berbagai alat yang ada, salah satu alat yang paling sering digunakan pada pembangunan proyek konstruksi adalah alat pancang untuk pekerjaan pondasi. Pondasi ini merupakan salah satu struktur yang sangat penting dalam suatu proses pembangunan, dimana pondasi merupakan penerima keseluruhan beban struktur di atas pondasi tersebut, yang kemudian beban tersebut disalurkan ke tanah tempat di mana bangunan itu akan didirikan. Proses pemancangan yang dilakukan pada suatu proyek pembangunan harus dilakukan dengan cermat, karena tiang pancang yang akan menyalurkan beban ke tanah tersebut tidak boleh berubah tempat dari titik pemancangan yang telah direncanakan sebelumnya [5].Selain faktor yang mendukung produktivitas pemancangan yang dibahas sebelumnya, ada juga beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi penurunan produktivitas pekerjaan pemancangan antara lain adalah kecerobohan pekerja yang mengoperasikan alat pancang, kondisi tanah yang tidak sesuai atau tidak seperti yang diharapkan, keterbatasan dana yang secara tidak langsung berimbas kepada alat yang kurang memadai, perubahan desain, kondisi lingkungan sekitar proyek yang tidak mendukung sehingga tidak menunjang proses pemancangan, dan mungkin juga terkadang keterlambatan dalam penyediaan material atau peralatan . Faktor-faktor ini

biasanya menyebabkan terjadinya keterlambatan yang juga secara tidak langsung berakibat menurunnya produktivitas sebuah proyek. Oleh karena itu pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang produktivitas pemancangan tiang pancang pada suatu proyek bangunan tinggi (Gambar 1.)

Gambar 1.

2. LANDASAN TEORI

Waktu penyelesaian suatu proyek menjadi kunci utama keberhasilan suatu perusahaan jasa konstruksi. Salah satu usaha yang harus dilakukan untuk menjaga agar proyek konstruksi dapat selesai tepat waktu adalah dengan melakukan kontrol produktivitas kerja setiap jenis pekerjaan yang ada mulai dari awal proyek berlangsung. Dengan melakukan kontrol produktivitas kerja akan meminimalkan terjadinya keterlambatan (delay). Dengan dilakukannya kontrol produktivitas di tiap jenis pekerjaan diharapkan mendapat gambaran tren produktivitas dan dapat dijadikan patokan untuk memperbaiki nilai produktivitas untuk mewujudkan visi yang telah direncanakan pada awal konstruksi.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pengukuran produktivitas banyak sekali mengalami kesulitan, karena produktivitas tidak bisa diukur secara akurat melainkan hanya bisa melalui suatu pendekatan [6]. Karena ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas dan diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan untuk melakukan kontrol produktivitas kerja agar proyek konstruksi dapat selesai tepat waktu khususnya pada jenis pekerjaan pemancangan tiang pancang.

Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas

Pada bidang jasa konstruksi, proyek selalu memilik tingkat produktivitasnya masing-masing. Produktivitas inipun tidak akan sama satu dengan lainnya karena berbagai hal, yaitu antara lain [7] :

Kombinasi antara pekerja dan peralatannya.

Usaha yang dilakukan oleh tenaga kerja. Keahlian pekerja dalam mengoperasikan alat berat ( alat pancang silent pile) Ketepatan pemilihan alat-alat dan efisiensi dari alat-alat yang digunakan. Tingkat pelatihan tenaga kerja Jumlah tenaga kerja yang digunakan

Suhu udara sekitar 30-34o C dan cuaca cerah/hujan.

Kemampuan dalam hal desain konstruksi (constructability).

Lamanya jam kerja: pada proyek yang kita tinjau, para pekerja mulai bekerja pukul 09.00-17.00 dengan istirahat jam makan siang adalah jam 12.00 selama ± 1 jam.

Day shift dan night shift.

Karena faktor-faktor di atas tidak akan sama dalam setiap proyek. Lokasi proyek, kemampuan pekerja, sampai suhu/cuaca juga sangat berpengaruh dalam tingkat produktivitas suatu proyek. Berikut merupakan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat produktivitas suatu pekerjaan termasuk pekerjaan pemancangan, yaitu:1. Lingkungan, 2. Peralatan, 3. Pekerja, 4. Material, 5. Manajemen.

Ke lima faktor yang mempengaruhi produktivitas seperti yang sudah disebut di atas adalah sebagai berikut :

Lingkungan: faktor alam merupakan suatu hal yang dapat menghambat pengerjaan suatu proyek. Lebih susahnya lagi faktor ini tidak dapat diprediksi sebelumnya secara tepat. Salah satu contoh faktor lingkungan yang dapat menghambat kegiatan pemancangan antara lain seperti hujan deras, adanya batuan-batuan yang besar dan keras dalam lapisan tanah yang menghambat tiang pancang masuk. Hal-hal ini perlu mendapat perhatian dan diperhitungkan dalam perencanaan schedule. Karena hal ini tak dapat dihindarkan dan tidak dapat diprediksi sebelumnya, sehingga lebih baik mengantisipasi kemungkinan keadaan terburuk.

Peralatan: Pekerjaan pemancangan sangat berpengaruh pada hal ini, karena proses pemilihan alat merupakan hal yang terpenting. Baik itu pemilihan alat berdasarkan keadaan lapangan, maupun seberapa dalam tiang pancang dan sheet pile yang akan kita pancang (berhubungan dengan kuat tekan alat). Selain itu kondisi daripada peralatan yang digunakan harus diperhatikan karena alat ini merupakan alat yang utama dan paling penting pada proses pemancangan. Perawatan alat secara rutin akan memberikan pengaruh yang berarti pada produktivitas kerja di lapangan. Perawatan tersebut antara lain seperti mengganti oli mesin dan oli hidrolis tepat waktu. Apabila pada saat proses pemancangan sedang berlangsung terjadi kerusakan pada alat, maka akan terjadi keterlambatan waktu pemancangan dan menurunkan produktivitas kerja. Apalagi jika alat tersebut sampai mengalami kerusakan, sampai harus diganti alat yang lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap proyek karena akan mengalami keterlambatan yang cukup lama.

Pekerja: Hal ini sangat rumit sekali, karena berhubungan dengan manusia. Setiap manusia memiliki tingkat kejenuhan yang berbeda, keinginan yang berbeda dan tingkat kenyamanan yang

berbeda pula, maka dari itu faktor ini termasuk salah satu faktor yang paling kompleks dibanding faktor-faktor lainnya. Pekerja merupakan sumber daya yang dipengaruhi oleh banyak hal sehingga tidak mudah dalam pengendaliannya. Pada kasus pekerjaan pondasi, jumlah pekerja yang ada tidak terlalu banyak. Produktivitas di sini dipengaruhi oleh kemampuan, pengetahuan dan kerjasama, sehingga hal tersebut perlu mendapat perhatian lebih. Pengaturan shift kerja perlu diperhatikan, tentu saja pengaturan jam istirahat juga perlu diperhatikan. Karena dengan bekerja berulang-ulang dengan hal yang sama tentu dapat meningkatkan kejenuhan pekerja.

Material: Material sangat diperlukan dalam semua pekerjaan proyek, tidak terkecuali dalam pekerjaan pemancangan. Jika seluruhnya sudah siap (site, pekerja) tetapi ada sedikit keterlambatan dari pengiriman material, maka tentu pekerja akan terkena dampaknya langsung, yaitu tidak dapat mengerjakan apa-apa. Maka dari itu material merupakan faktor yang tak kalah penting. Material yang tidak sesuai dengan spesifikasi juga dapat menghambat produktivitas kerja dan mempengaruhi jadwal proyek. Para pekerja menjadi tidak produktif karena tidak ada material yang memadai untuk dikerjakan atau dengan kata lain sering menganggur sehingga menurunkan produktivitas kerja. Tentu hal ini ingin kita hindarkan dari tiap pekerjaan.

Manajemen: Manajemen berfungsi untuk mengatur dan mengelola para pekerja. Selain itu juga berfungsi untuk perencanaan, penempatan lokasi, pemantauan kemajuan proyek dan lain-lain. Manajemen yang buruk akan berpengaruh pada kinerja pekerja yang otomatis mempengaruhi produktivitas kerja.

Silent Pile System

Sistem ini merupakan suatu sistem pemancangan pondasi tiang pancang yang pada pelaksanaannya tiang pancang tersebut ditekan masuk ke dalam tanah dengan menggunakan dongkrak hydraulis (Gambar 2.) [4], sehingga pada tanah di sekitar lokasi pemancangan tidak menimbulkan getaran yang terlalu besar dan gaya tekan dongkrak langsung dibaca melalui sebuah manometer. Dengan demikian, gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui [1].

Gambar 2.

3. METODOLOGI Studi literaturPengertian produktivitas diperoleh dari studi literatur demikian juga metode yang digunakan untuk penelitian adalah Method delay productivity model adalah suatu metode untuk menghitung produktivitas ideal dan produkivitas keseluruhan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor lingkungan (environment), peralatan (equipment), pekerja (labor), material, dan manajemen (management). Observasi lapanganSebelum kita melakukan observasi, perlu menyiapkan lembar observasinya.Kemudian kita dapat mengetahui situasi dan kondisi lokasi proyek yang hendak tinjau sehingga kita dapat merencanakan dan menyiapkan segala sesuatunya supaya pada saat melaksanakan penelitian dapat berjalan dengan lancar. Selain itu dapat melihat/mengetahui secara langsung faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas pemancangan pada proyek tersebut tinjau seperti faktor lingkungan (environment), peralatan (equipment), pekerja (labor), material, dan manajemen (management) yang dapat kita pelajari dan analisa. Keseluruhan studi literatur dan studi lapangan akan digunakan sebagai acuan untuk membuat lembar observasi.

Lembar Observasi Lembar observasi dibutuhkan sebagai sarana bagi penelti untuk mencatat data di lapangan. Adapun bentuk lembar observasi yang dirancang harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan karena data-data yang dibutuhkan adalah waktu/durasi dan faktor-faktor penyebab keterlambatan (delay). Pada penelitian ini, kami mencatat semua kegiatan yang dilakukan pada proses pemancangan beserta waktu / durasinya, entah itu kegiatan yang termasuk delay maupun tidak agar bisa dipantau dan dinilai secara detail masing-masing kegiatan sekaligus memudahkan pencatat selama pengambilan data di lapangan karena tidak perlu melakukan penilaian delay atau tidak pada saat pengambilan data. Untuk contoh lembar observasi dapat dilihat pada lampiran.

Pengamatan SampleDalam pengamatan sample data, tentu memerlukan objek yang akan diamati. Dalam penelitian mengenai produktivitas pemancangan ini, objek yang diamati fokus terhadap alat pancang, tiang pancang, para pekerja kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses pemancangan serta faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan (delay).

Pengambilan DataPengambilan data dilakukan dengan mengamati setiap tiang pancang mengingat satu titik pancang terdiri dari tiga tiang pancang yang terdiri dari lower, middle dan upper. Setiap tiang pancang harus diamati mulai dari awal pengangkatan ke alat pancang hingga selesai masuk dalam tanah. Pengambilan data pada penelitian ini memerlukan minimal 2 pencatat yang masing-masing memegang sebuah stopwatch. Hal ini dikarenakan saat tiang lower belum selesai dipancang masuk ke dalam tanah, tiang middle sudah diangkat oleh service crane untuk diletakkan di atas tiang lower guna mendorong tiang lower tersebut. Padahal pencatatan untuk masing-masing tiang mulai dilakukan tepat ketika tiang mulai diangkat. Masing-masing pencatat mencatat setiap detail kegiatan pemancangan tiang pancang mulai dari pengangkatan hingga masuk ke dalam tanah beserta durasi dari masing-masing kegiatan tersebut.

Metode Productivity Delay Model (PDM)

Metode productivity delay model merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung produktivitas kerja pada suatu proyek konstruksi. Metode ini menghitung produktivitas kerja dengan mengacu pada keterlambatan (delay) yang terjadi selama jam kerja. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, faktor yang dapat mengakibatkan keterlambatan terdiri dari 5 faktor antara lain lingkungan (environment), peralatan (equipment), pekerja (labor), material, dan management.

Adrian (1974) mengatakan bahwa metode productivity delay model (PDM) adalah teknik hasil modifikasi dari traditional time dan motion study concepts. Metode ini dikembangkan untuk membantu perusahaan jasa konstruksi dalam perhitungan, perkiraan, dan peningkatan metode produktivitas kerja. Metode ini terhubung dengan dengan bagian dari teknik lain seperti work sampling, production function analysis, statistical analysis, time study, and balancing models yang saling mendukung satu sama lain untuk meyakinkan aplikasi dari hasil perhitungan produktivitas.

Metode productivity delay model ini dapat dilakukan dengan empat tahap yaitu: pengumpulan data, pengolahan data, penyusunan data, dan pengimplementasian data. Pada tahap pengumpulan data harus terdapat 3 konsep dasar dari metode PDM, antara lain (1) jumlah produksi, (2) siklus produksi, (3) metode pemanfaatan sumber daya.

Faktor keterlambatan pada metode PDM

Pada metode ini, selain menghitung jumlah produksi, siklus produksi, dan waktu berlangsungnya proses produksi juga memperhitungkan terjadinya keterlambatan di lapangan. Keterlambatan itu sendiri dipengaruhi oleh 5 faktor antara lain :

Lingkungan : kondisi tanah yang buruk, perubahan dinding pembatas area proyek, perubahan batas jalan, hujan deras, angin topan dan lain-lain.

Peralatan : melakukan perawatan terhadap peralatan-peralatan yang ada, cara mengoperasikan peralatan yang digunakan.

Pekerja: pekerja yang malas, pekerja yang mengalami kelelahan, pekerja yang tidak produktif karena tidak memiliki pengetahuan dan pelatihan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.

Material : tidak tersedianya material ketika dibutuhkan untuk proses pekerjaan di lapangan, material yang tidak sesuai spesifikasi, tidak sempurna atau rusak.

Manajemen : perencanaan yang kurang baik, seperti penempatan sumber daya yang kurang baik (baik material maupun pekerjanya), penataan site lay-out yang kurang baik.

Pada metode ini, pengamatan dan pendokumentasian tiap penyebab keterlambatan pada masing- masing item pekerjaan membutuhkan keterampilan dan ketelitian agar didapatkan hasil yang pasti/maksimal.

Penggunaan Metode Productivity Delay Model (PDM)

Setelah proses pengumpulan data di lapangan selesai dilakukan, maka data – data tersebut akan diolah agar dapat dicapai tujuan daripada pengamatan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk proses pengolahan data adalah metode productivity delay model (MPDM). Dari hasil pengolahan data menggunakan metode ini akan diperoleh hasil berupa besarnya produktivitas secara ideal (tanpa ada keterlambatan) dan produktivitas secara keseluruhan (termasuk terjadinya keterlambatan), termasuk juga besarnya pengaruh dari masing – masing faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan.

Proses pengolahan data dengan menggunakan metode PDM ini hanya terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Hal ini dilakukan untuk memudahkan perhitungan dan penerapannya [2].

Bentuk proses pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 1., dimana

Baris A : Non delayed production cycle, merupakan hasil pencatatan waktu siklus pemancangan yang tidak mengalami keterlambatan. Baris ini terdiri dari : jumlah waktu keseluruhan dan nilai rata-rata pada non delayed production cycle times; berapa banyak kejadian non delayed production cycles. Kemudian menghitung besarnya nilai variasi adalah :

∑(│(non-delayed cycle time)- (mean non-delayed cycle time)│) / n……………………………(1)

Baris B : Overall production cycles, merupakan hasil pencatatan waktu siklus pemancangan secara keseluruhan, baik yang mengalami keterlambatan maupun yang tidak mengalami keterlambatan. Baris ini terdiri dari: Jumlah total dari seluruh production cycle times dan nilai rata - rata dari production cycle times. Dan menunjukkan banyaknya kejadian production cycles. Kemudian nilai variasinya dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

∑(│(overall cycle time) – (mean overall cycle time)│) / n ……………………………………….(2)

Baris C : Occurrences, merupakan banyaknya kejadian keterlambatan saat proses pemancangan.Baris ini sederhana karena hanya berisi jumlah kejadian untuk tiap – tiap faktor penyebab keterlambatan yang ditinjau.

Baris D : Total added time, merupakan besarnya pertambahan waktu pemancangan akibat keterlambatan yang terjadi. Besarnya pertambahan waktu untuk masing – masing penyebab keterlambatan ditampilkan di sini. Jika besarnya pertambahan waktu untuk masing – masing penyebab keterlambatan telah diketahui, maka dapat dihitung jumlah pertambahan waktu untuk masing – masing faktor penyebab keterlambatan.

Baris E : Probability of occurrence, merupakan besarnya kemungkinan / peluang terjadinya keterlambatan saat proses pemancangan. Besarnya probability of occurrence masing – masing penyebab keterlambatan (delay) dapat dihitung dengan cara :

Occurrences / banyaknya overall production cycles ……………………………………………..(3)

Baris F: Relative severity, merupakan besarnya tingkat kerumitan dari masing – masing faktor penyebab keterlambatan yang terjadi. Besarnya relative severity masing – masing penyebab keterlambatan (delay) dapat dihitung dengan cara :

(Total added time / occurrences) * mean overall production cycle time………………...………..(4)

Baris G : Expected percent delay time for production cycle, merupakan besarnya prosentase waktu keterlambatan siklus pemancangan yang diharapkan. Besarnya expected percent delay time for production cycle ini dapat dihitung dengan cara :

Probability of occurrence x relative severity x 100%......................................................................(5)

Tabel 1. Form Pengolahan Data Metode PDM

Metode PDM Processing

Date : __/__/____ Production Unit :

Method : Example

Unit Total Production

Cycle TimesProduction Cycles Mean Cycle Times

Σ(|(Cycle Time)-

(Non-Delay Cycle

Time)|)/n

A) Non-delayed production

cycles

B) Overall production

cycles

DELAY INFORMATION

Delay

  Environment Equipment Labor MaterialManage

ment

C) Occurrences

D) Total added time

E) Probability of

occurrence *

F) Relative severity **

G) Expected % delay

time per production

cycle ***

* Delay cycles / total number of cycles

** Mean added cycle time / mean overall cycle time = (row D / row C) / row B

*** Row E times row F times 100 %

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pencatatan/pengumpulan data kemudian diolah dengan metode Productivity Delay Model (PDM) bisa ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor keterlambatan pada proyek berdasarkan perhitungan produktivitas yang ditinjau dan pemakian metode PDM. Untuk menganalisa memakai metode PDM processing dengan terlebih dulu mendapatkan nilai-nilai yang diperoleh dari analisis produktivitas.

Pengolahan Data dengan metode PDMAdapun tujuan dari pengolahan data ini adalah untuk mengetahui produktivitas ideal dan produkivitas keseluruhan yang terjadi di lapangan. Produktivitas ideal adalah produktivitas yang dapat dicapai pada suatu pekerjaan apabila tidak terjadi delay sama sekali. Sedangkan produktivitas keseluruhan (Overall Productivity) adalah produktivitas yang benar-benar terjadi di lapangan yang diperoleh dari data hasil observasi yang dilakukan. Sebelum memperoleh hasil produktivitas kita terlebih dahulu menghitung waktu total dan waktu rata-rata untuk (a) non delay production cycle dan (b) overall production cycle. Setelah itu dihitung jumlah total kejadian dan waktu dari tiap-tiap faktor yang menyebabkan keterlambatan. Dari data tersebut dapat dicari banyaknya terjadi keterlambatan dan probabilitas keterlambatan. Selanjutnya dicari prosentasi (%) keterlambatan tiang pancang persepuluh titik. Setelah semua hasil perhitungan lengkap, maka selanjutnya kita dapat menghitung produktivitas ideal dan produktivitas keseluruhan.

Proses Pengolahan DataProses pengolahan data ini dilakukan setelah proses pengambilan data selesai dilakukan. Setelah proses pengambilan data berakhir, dibuatlah rekapitulasi waktu-waktu yang didapat pada proses pengambilan data tadi lalu diambil waktu rata-rata pemancangan tiang pancang pertama (TP1), tiang pancang kedua (TP2), tiang pancang ketiga (TP3) dan total waktu pemancangan pada 1 titik untuk pekerjaan tiang pancang, Tabel Rekapitulasi dari metode PDMBerikut merupakan contoh tabel rekapitulasi dan pengambilan rata-rata dari titik 1 sampai titik 10 (Tabel 2.). Tabel ini dibuat 10 buah karena ada 100 titik, sedangkan rekap dilakukan per 10 titik. Tabel rekap ini membantu untuk melanjutkan proses pengolahan data ke tabel metode PDM (Tabel 3. dan Tabel 3. lanjutan). Yang dibutuhkan dari tabel rekap ini untuk metode PDM ialah jumlah total waktu pemancangan 1 titik dan rata-rata jumlah total waktu pemancangan 1 titik. Sedangkan rata-rata dari tiang pancang pertama, kedua dan ketiga (TP1, TP2, TP3) dapat dipakai untuk melihat perkembangan waktu pemancangan dari titik 1-10 hingga titik 91-100. Tabel 2. Rekapitulasi Pengambilan Data Per 10 Titik (Titik 1-10)

Rekap Titik 1-10

Pemancangan TP1

Pemancangan TP2

Pemancangan TP3

Total Pemancangan

1 TitikTitik 1 15,53 21,04 29,61 48,14Titik 2 17,43 20,58 28,56 49,08Titik 3 16,04 24,65 33,87 52,98Titik 4 15,27 22,60 30,83 49,24Titik 5 15,67 20,53 29,59 48,15Titik 6 16,13 21,97 29,70 49,11Titik 7 16,32 22,28 30,05 49,50Titik 8 16,57 22,22 30,64 50,32Titik 9 16,18 22,48 30,09 49,43Titik 10 16,83 22,60 30,28 50,07Rata-rata 16,20 22,09 30,32 49,60

  Total 496.01Median 16,181 22,217 30,089 49,426St Dev 0,608 1,144 1,327 1,306

Tabel 3. Metode PDM pada Pekerjaan Tiang Pancang Titik 1 s/d 10

Proses MPDM

Pekerjaan Pondasi : Titik 1s/d 10 Satuan : menit   

       

Jenis Total Waktu Produksi Jumlah Siklus Rataan Waktu Produksi

A) Siklus Yang Tidak Ada Keterlambatan

0 0 0

B) Seluruh Siklus (Ada dan Tidak Ada Keterlambatan)

496,01 10 49,60

Tabel 3. menjelaskan tentang waktu dan waktu rata-rata produksi dari titik 1s/d 10. Pada baris A dicantumkan total waktu produksi yang selama pengerjaannya mulai dari pengangkatan tiang pancang pertama (TP1) sampai tiang pancang ketiga (TP3) masuk tidak mengalami hambatan keterlambatan sama sekali. Pada 10 titik pertama ini tidak ada 1 proses pemancangan yang tidak mengalami keterlambatan, maka pada baris A ditulis angka 0.Pada baris B dicantumkan waktu total dan waktu rata-rata total (pemancangan titik 1 sampai dengan titik 10) sehingga kolom B ini dapat diisi dari hasil tabel rekapitulasi yang sebelumnya, baik dari total waktunya maupun rata-rata waktu total tersebut.

Tabel 3. Metode PDM pada Pekerjaan Tiang Pancang Titik 1 s/d 10 (lanjutan)

KETERLAMBATAN

  Jenis Keterlambatan  Material Peralatan Pekerja

C) Jumlah Siklus 20 2 1

D) Total Waktu Keterlambatan 54,32 4,60 1,61

E) Probabilitas Keterlambatan 2 0,2 0,1

F) % Keterlambatan/10 Titik 1,10 0,09 0,03

Tabel 3. (lanjutan) merupakan penjelasan dan detail dari keterlambatan yang terjadi pada setiap proses pekerjaan pemancangan. Pada Tabel 3. (lanjutan) keterlambatan digolongkan dalam bagian-bagian tertentu yaitu: material, peralatan, pekerja, lingkungan dan manajemen. Tetapi pada penelitian ini tidak terdapat keterlambatan akibat manajemen, sehingga kolom untuk manajemen tidak dicantumkan untuk mempermudah pembacaan proses pengolahan data.Pada baris C kita memasukkan berapa kali keterlambatan akibat suatu hal tersebut dalam 10 titik pemancangan. Seperti contoh pada kolom material terdapat angka 20, maka pada 10 titik pemancangan (titik 1s/d 10) terdapat 20 kali keterlambatan pemancangan akibat material.Pada baris D dituliskan waktu total keterlambatan yang terjadi. Pada contoh pemancangan titik 1s/d 10, keterlambatan total akibat material adalah sebesar 54,32 menit, sedangkan akibat peralatan 4,6 menit dan akibat pekerja 1,61 menit.Pada baris E terdapat probabilitas keterlambatan. Angka ini didapat dari baris C (jumlah siklus) dibagi dengan 10 (total siklus). Maka dalam contoh pemancangan titik 1s/d10 ini, material memilik probabilitas keterlambatan 2, peralatan 0,2 dan pekerja sebesar 0,1.Pada baris F merupakan persentase keterlambatan / 10 titik. Ini didapatkan dari % keterlambatan/10titik = (D / (C * Rataan waktu produksi di B)) * E x 100

= (54,32 / (20 * 496,01)) * 2 x 100 = 1,10

Gambar 3.

5. KESIMPULAN

Mengingat perbedaan lingkungan proyek, cuaca, jenis tanah, kemampuan pekerja, manajemen proyek dan lain sebagainya, maka dari itu hasil perhitungan (produktivitas) ideal yang dimaksud di sini hanya diukur dari keadaan pada saat pengamatan proyek tersebut.

Dengan metode Productivity Delay Model (PDM) dapat dianalisis faktor penghambat pemancangan tersebut diantaranya faktor pekerja dan kondisi lingkungan serta bahan/materialnya. Hal ini digunakan untuk mengontrol proses pekerjaan pemancangan kemudian usaha untuk meminimalkan keterlambatan ataupun kegagalan yang akan timbul. Hasil yang didapat terhadap analisis faktor penghambat pemancangan tiang tekan yang dominan pada bangunan tinggi terjadi pada faktor penyiapan material/tiang pancangnya 66.15% (Gambar 3.)

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Fleming, W.G.K., Weltman, A.J., Randolph, M.F., Elson, W.K. (1994). Piling engineering (2nd ed.). London : Blakie Academic and Professional.

2. Halpin, W., Daniel & Riggs, S. Leland. (1992). Planning and analysis of constructon operation. United States : John Wiley & Sons, Inc.

3. Limanto, Sentosa (2007). Analisis produktivitas pemancangan tiang pancang pada bangunan tinggi. http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s2/sip5/2007/jiunkpe-ns-s2-2007-010506007-10137-level_effort-chapter2.pdf. Universitas Kristen Petra, Surabaya.

4. Limanto, Sentosa (2009). Analisis produktivitas pemancangan tiang pancang dengan jack in pile. http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/99-011/30%20sentoso_limanto.pdf Seminar Nasional 2009 – Jurusan Teknik Sipil, FT-UKM.

5. Limanto, Sentosa (2009). Studi awal produktivitas alat pancang jack in pile

http://repository.gunadarma.ac.id:8000/browse.php?nfile=1188 Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Universitas Gunadarma,Depok.

6. Pilcher, R. (1992). Principles of construction management (3rd ed.). London : McGraw-Hill Book Company.

7. Nunnally, S.W. (1998). Constructions methods and management (4th ed.). Ohio : Prentice Hall.8. Schexnayder, Clifford J. & Richard E. Mayo. (2004). Construction management fundamentals. Boston,

Massachusett : Harvard University.