wealth management newsletter - september 2015 sri rejeki, gajah tunggal dan indo kordsa (sekitar...

12
Wealth Management Newsletter - September 2015

Upload: buihanh

Post on 08-Mar-2018

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Wealth Management Newsletter - September 2015

GREETINGS

Nasabah terhormat,

Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank.

Pada edisi Market Perspective kali ini, kami mengulas bagaimana gejolak pasar masih terjadi diberbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Selain didorong kekhwatiran akan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian kenaikan bunga The Fed, faktor intervensi yang dilakukan Pemerintah China hingga akhirnya mendevaluasi mata uang China Yuan juga turut mendorong pelemahan mata uang berbagai negara.

Memasuki akhir kuartal ke-3 di tahun 2015 ini, kita terus optimis dan melangkah dengan positif. Bagaimanapun juga gejolak pasar global memang sangat mempengaruhi Indonesia. Hal ini tidak dialami Indonesia sendiri, namun secara sistemik mempengaruhi berbagai negara. Tinggal bagaimana ketahanan tiap negara menghadapi gejolak eksternal ini dan langkah apa yang akan diambil Pemerintah untuk mengurangi dampaknya secara luas. Dengan level valuasi yang cukup menarik dan adanya katalist yang dinilai dapat mendorong pasar bergerak positif dalam jangka menengah, maka kami melihat adanya peluang untuk memanfaatkan setiap momentum penurunan harga aset investasi. Dengan demikian, kami melihat volatilitas di pasar saat ini bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan, namun perlu dikelola secara baik. Pembentukan portofolio investasi (portfolio construction) menjadi satu hal utama untuk mendiversifikasi risiko dan mencapai target investasi yang diinginkan.

Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.

Hormat kami,

Rian KaslanEVP, Head of Wealth Management and Business Strategy

MArkeT PerSPeCTIve | 1

Wealth Management Newsletter | Edisi September 2015

PaSaR SahaM

Kinerja Mata Uang (in %)

Kinerja Sektoral (in %)

IHSG selama bulan Agustus 2015 mengalami koreksi -6,1% ditutup pada level 4.509.6. Dengan koreksi ini maka secara Year to Date (YTD), IHSG sudah mengalami penurunan -13,7%. Investor asing mencatatkan Net Sell selama Agustus 2015 sebesar – rp10.24 Triliun.

Bila dibandingkan bursa saham utama di pasar global dan Asia, IHSG masuk dalam kategori the worst performance selama YTD. Namun bila dilihat penurunan yang terjadi selama 1 bulan di Agustus 2015, IHSG relatif lebih baik. Pada grafik di bawah ini, terlihat indeks Shanghai dan Hang Seng mencapai -12%, euro Stoxx -9,2%, Nikkei -8,2% dan Dow Jones Index -6,6%

Hal tersebut menunjukkan bahwa koreksi ini lebih didorong sentimen dari pasar global. kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global yang semakin terlihat nyata dari data ekonomi China dikhawatirkan mendorong perlambatan ekonomi di Emerging Market lainnya, termasuk Indonesia.

kondisi semakin diperparah dengan devaluasi mata uang China Yuan yang dilakukan oleh China, hingga -3,1% pertengahan bulan Agustus 2015 lalu. Hal ini semakin memicu pelemahan mata uang negara di Emerging Market, termasuk rupiah. rupiah melemah -3,9% selama Agustus 2015 ke level rp14.067/USD. Namun MYr terlihat mengalami pelemahan lebih dalam -9,4% pada periode yang sama.

MaRKET REvIEW-aGUSTUS 2015

Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank

Bila dilihat secara sektoral, penurunan terbesar terjadi pada sektor Agriculture -17,1%, diikuti Aneka Industri -11,9%, Infrastruktur -9,3% dan Property Construction -9,3%. Sedangkan sektor yang relatif bertahan Perbankan -0,52%.

Sektor Agri mengalami penurunan hampir di seluruh saham Agri dari yang big cap (Astra Agro, Sawit Sumbermas dan Lonsum) dan koreksi lebih besar di saham Small-Mid cap, seiring penurunan harga CPO yang turun < MYr 2000/MT.

Penurunan di sektor aneka industri, terutama dari saham Astra Autopart, Sri rejeki, Gajah Tunggal dan Indo kordsa (sekitar -30%). Devaluasi mata uang China rupanya memberikan sentimen negatif pada perusahaan yang memiliki porsi ekspor. Adanya kekhawatiran akan penurunan daya saing ekspor Indonesia.

Penurunan di sektor infrastruktur, didorong koreksi hingga 30% di saham Perusahaan Gas Negara, seiring rencana Pemerintah menurunkan harga gas industri.

Adapun penurunan di sektor Properti Construction, disebabkan penurunan saham-saham properti antara lain: Bumi Serpong Damai, Alam Sutra, Bekasi Fajar dan Ciputra sejalan dengan rendahnya marketing sales. Saham konstruksi seperti Adhi karya, Waskita karya dan PT Perusahaan Perumahan juga mengalami penurunan.

Kinerja Bursa Saham Global (in %) agustus 2015 (MoM)

Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank

Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank

Koreksi di pasar modal lebih didorong sentimen dari pasar global, kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan semakin diperparah

dengan devaluasi Yuan China

(4.0)

(6.1)

(6.3)

(6.6)

(6.6)

(8.2)

(9.2)

(12.0)

(12.5)

Set TH

JCI

S&P 500

Dow Jones

Nifty IN

Nikkei

euro Stoxx

Hang Seng

Shanghai

YTD Aug’15

Aug15 MoM

-13.6%

-3.9%

-8.9%

-2.4%

-19.9%

-9.4%

-7.9%

2.0%

-14.9%

-2.7%

-2.8%

-2.7%

IDR THB MYR EUR AUD CNY

(0.5)

(7.3)

(9.3)

(9.3)

(9.7)

(12.0)

(17.2)

(35.0) (25.0) (15.0)(30.0) (20.0) (10.0) (5.0) -

(7.5)

(4.2)

(6.1)

(6.2)

FIN

CONS

JCI

TrAD

MANU

MINe

PrOP

INFr

BIND

MIND

AGrI

YTD

Aug15 MoM

2 | MArkeT PerSPeCTIve

Wealth Management Newsletter | Edisi September 2015

Kepemilikan asing di Obligasi Indonesia & Yield SUN tenor 10 Tahun

Sejalan dengan pelemahan mata uang rupiah dan penurunan harga saham, pasar obligasi juga mengalami penurunan -1% selama Agustus 2015. Ditandai dengan yield SUN tenor 10 tahun yang terus beranjak naik dari level 8,57% di akhir Juli 2015 menjadi 8,77% di akhir Agustus 2015.

Meningkatnya risiko global mendorong capital outflow dari pasar obligasi sebesar -rp 8,3 Triliun selama Agustus 2015. Hingga akhir Agustus 2015, kepemilikan investor asing menjadi rp525.7 Triliun atau 37,8% terhadap total obligasi pemerintah yang diperdagangkan.

Bila dibandingkan dengan pasar saham, pasar obligasi memberikan kinerja yang lebih baik. Secara YTD, pasar obligasi yang diwakili dengan Abtrindo Index masih mencatatkan kinerja positif 0,04%, sedangkan pasar saham -13,7%.

Hampir seluruh indikator pasar memang terlihat negatif. Bahkan memasuki September 2015 ini, tekanan masih menghadang pasar.

Hal yang jelas, gejolak ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga melanda negara lainnya di dunia. Di bawah ini terlihat pelemahan mata uang juga melanda negara lainnya, bahkan dengan level yang lebih parah dibandingkan rupiah.

Dari sudut penurunan di pasar saham-pun, pasar modal di negara lain khususnya China, AS dan negara-negara emerging market lainnya juga mengalami gejolak pasar yang sama (lihat tabel di halaman pertama).

Jadi hal ini tidak dialami Indonesia sendiri, namun secara sistemik mempengaruhi berbagai negara. Tinggal bagaimana ketahanan tiap negara menghadapi gejolak eksternal ini dan langkah apa yang akan diambil Pemerintah untuk mengurangi dampaknya secara luas.

Tantangan mendasar dan bersifat fundamental yang selalu menghantui pelaku pasar adalah perlambatan ekonomi global masih terlihat secara nyata, ditengah valuasi pasar saham yang terdongkrak naik karena dorongan spekulasi stimulus.

Apakah sudah ada tanda-tanda positif. Sayangnya data ekonomi yang dirilis dari China dan Emerging Market lainnya masih menunjukkan perlambatan. Hanya AS saja yang datanya masih terlihat mixed dan cenderung terus pulih.

PaSaR OBlIGaSI hOW lOW caN IT GO?

PRESSURE ON GlOBal EcONOMIc GROWTh

MaRKET OUTlOOK

Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank

In %rp Tn

10%

5%

0%

-5%

-10%

15%

Jan-15

Abtrindo JCI

Mar-15 May-15 Jul-15Feb-15 Apr-15 Jun-15 Aug-15

Dec-14 Feb-15 May-15 Jul-15Jan-15

kepemilikan Asing Yield SUN 10yr

Apr-15Mar-15 Jun-15 Aug-15

560

540

520

500

480

460

440

420

10.0

9.0

8.0

7.0

6.0

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0

7.2

8.28.8

MArkeT PerSPeCTIve | 3

Wealth Management Newsletter | Edisi September 2015

Proyeksi Ekonomi World Bank

vIX Index (volatility Index or Fear Index)

MaRKET vOlaTIlITY IS ThE hEad lINE STORY all OvER ThE WORld.

Pertumbuhan ekonomi dunia dipangkas dari 3% menjadi 2,8% untuk full year 2015. Walaupun angka ini masih relatif lebih baik dari tahun 2014.

Proyeksi ekonomi di emerging Market khususnya China dan Indonesia juga dipangkas oleh ADB menjadi 7% dan 5% untuk full year 2015. Dengan demikian ekonomi memang masih melambat. Hal ini masih dialami berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.

Hingga QQ2/2015, ekonomi kita tumbuh melambat 4,67% YoY, dibandingkan kuartal sebelumnya 4,72% YoY dan rata-rata historis sebelumnya di atas 5%.

ekonomi memang melambat, namun bila dibandingkan negara lain, Indonesia masih jauh lebih baik. Negara lain banyak yang mengalami negative growth atau hanya tumbuh 0,5 – 2 %.

Dari sudut tingkat pengangguran dan aktivitas produksi (manufacturing index), AS menunjukkan pemulihan. Sedangkan Zona eropa, Asia dan emerging market lainnya masih menghadapi masalah.

Dengan tantangan perlambatan ekonomi global ini tentunya mendorong Pemerintah di berbagai Negara mengeluarkan stimulus dan melonggarkan kebijakan moneter.

Hanya saja level magnitude-nya berbeda-beda tergantung kepentingan tiap negara. Akhirnya tarik ulur kebijakan ekonomi ditambah spekulasi pasar mendorong gejolak pasar keuangan (financial instability) tidak dapat terhindarkan.

Gejolak pasar terlihat dari peningkatan VIX index yang sangat ekstrim. Pada bulan Agustus 2015 lalu, sempat mengalami kenaikan hingga 46% di 1 hari Jumat dan akumulasi 120% dalam seminggunya, dari level normalnya.

Apa yang menyebabkan VIX Index ini tiba-tiba mendapat julukan “Fear Index”? Mari kita simak beberapa policy moneter yang menjadi hot issue di pasar global

Global Economic Matrix

Ketidakpastian Kenaikan Suku Bunga The Fed

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

Sumber: World Bank, Mansek

Country

World

High-Income countries

Developing countries

China

Indonesia

Thailand

Malaysia

Philippines

vietnam

2012

2.4

1.4

4.9

7.7

6.0

7.3

5.5

6.8

5.2

2015f

2.8

2.0

4.4

7.1

4.7

3.5

4.7

6.5

6.0

2013

2.5

1.4

5.1

7.7

5.6

2.8

4.7

7.2

5.5

%change*

-0.2

-0.2

-0.4

0.0

-0.5

0.0

0.0

0.0

+0.4

%change*

0.0

0.0

-0.1

0.0

0.0

0.0

-0.1

0.0

+0.4

2014e

2.6

1.8

4.6

7.4

5.0

0.9

6.0

6.1

6.0

2016f

3.3

2.4

5.2

7.0

5.5

4.0

5.0

6.5

6.2

2017f

3.2

2.2

5.4

6.9

5.5

4.0

5.1

6.3

6.5

June 2015 Forecast

(%)

Sept. Littoff Essentially a Coin Flip Among Economicts

End of August Survey Including:Bank of America MerrillDeutsche BankJP MorganWells Fargo

Bank of America MerrillBarclaysDeutsche BankIHS Global InsightJP MorganTD SecuritiesWells Fargo

Goldman SachsIHS Global InsightMorgan StanleyNomura

Goldman SachsMoody’s Capital MarketMorgan StanleyNomura

BarclaysTD Securitas

June 2015

Jan 2016

July FebAug MarchSept AprilOct MayNov JuneDec No hike

June 2015

Jan 2016

July FebAug MarchSept AprilOct MayNov JuneDec No hike

Comerica

48% 17% 24% 4%

77 8 11 2 2

4% 2% 2%

Beginning of August Survey

4 | MArkeT PerSPeCTIve

Wealth Management Newsletter | Edisi September 2015

Berbagai stimulus yang diguyur PBoC dan ditambah dengan upaya Pemerintah China untuk lebih membuka pasar modalnya, telah mendorong kenaikan 153% hingga mencapai level tertingginya 5166 (12 Juni 2015). Namun kemudian gelembung (bubble) bursa Shanghai (China).

koreksi tajam -32% terjadi hanya dalam waktu kurang dari 1 bulan saja. Saat ini kembali ke level 3212, setara dengan level di akhir tahun 2014 lalu.

Akhirnya Pemerintah China berupaya menstabilkan pasar dengan mendorong perusahaan yang dimiliki negara dan Dana Pensiun untuk melakukan pembelian saham, sebagai upaya menahan jatuhnya harga saham.

Upaya intervensi pasar ini tentunya memberikan dampak lain yakni penjualan US Treasury bill yang mereka pegang dalam cadangan devisanya di bulan Agustus 2015. Aksi penjualan US Treasury ini merupakan upaya menahan penurunan Yuan yang berlebihan akibat sell off yang terjadi di pasar modal.

Cadangan devisa China terlihat turun sebesar USD93.9 miliar menjadi USD3.56 triliun di akhir Agustus 2015 dari sebelumnya USD3.65 triliun. Semakin besar upaya intervensi Pemerintah China untuk menstabilkan pasar maka semakin besar penurunan cadangan devisanya.

Fenomena ini pun juga terjadi di negara lain. Global forex reserve dari posisi USD12 Triliun telah turun menjadi USD11.4 triliun dalam hitungan hari selama Agustus 2015.

Tekanan perlambatan ekonomi masih menghadang China. Dari aktivitas produksi, PDB, hingga data ekspor impor yang terakhir dirilis. ekspor turun -6,1% YoY dibandingkan periode sebelumnya -8,9%. Impor mengalami penurunan lebih besar -14,3% YoY, melebar dibandingkan sebelumnya -8,6%. Hal ini mendorong spekulasi pasar akan stimulus.

Namun stimulus China sulit dilakukan secara agresif mengingat potensi bubble kembali terjadi dan dapat mendorong gejolak pasar. Bila kita lihat sebelumnya, PBoC sudah menurunkan suku bunga acuan bertahap sebanyak 5 kali sejak November 2014 dan terakhir per akhir agustus 2015 lalu. rasio Reserve Requirement Ratio (rrr) juga terus diturunkan untuk mendorong sektor riil.

Selain itu China juga mendevaluasi mata uang Yuan, akumulasi -3,1% selama 3 hari berturut-turut. Hal ini memicu ketakutan akan potensi devaluasi di negara lain untuk mempertahankan daya saing ekspornya ditengah perlambatan ekonomi global. Alhasil, capital outflow langsung terjadi dari Emerging Market dan mendorong pelemahan mata uang di berbagai negara

Tarik ulur dan spekulasi pasar akan kenaikan suku bunga mendorong pasar bergerak naik dan turun. Bila kita melihat perjalanan survei konsensus Bloomberg, terlihat bahwa dari ekspektasi akan kenaikan suku bunga dari 77% menyatakan suku bunga The Fed akan naik di September 2015 ini, turun menjadi 48% dan terakhir survei di 26 Agustus 2015 turun hanya 22%.

Pelaku pasar memprediksi adanya penundaan kenaikan suku bunga menjadi mulai Desember 2015 atau bahkan mundur di tahun 2016. Hal yang jelas, kenaikan suku bunga mau tidak mau akan terjadi. Levelnya diprediksi naik secara bertahap untuk meminimalkan goncangan pasar keuangan.

Intervensi Pemerintah china

calender of Event - china

Sumber: Bloomberg

Sumber: Media News

Beberapa fakta yang perlu diamati dari China:

Semakin besar upaya intervensi Pemerintah untuk menstabilkan pasar maka semakin

besar penurunan cadangan devisanyaFenomena ini tidak saja terjadi di China,

namun juga di berbagai negara lainnya yang menghadapi pelemahan mata uang

120

100

80

60

40

20

0

-20

-40

-60

-80

-1002011 2012 2013 2014 2015

Bloomberg

Yuan Intervention Erodes China’s ReservesChina saw record foreign exchange reserves drop in August China Foreign Currency Reserve Change (in $billions)

MArkeT PerSPeCTIve | 5

Wealth Management Newsletter | Edisi September 2015

Fenomena penurunan cadangan devisa ini selain melanda China dan berbagai negara lainnya, juga dialami Indonesia. Bank Indonesia berupaya menjaga volatilitas rupiah dengan melakukan intervensi pasar. Hal ini bukan merupakan suatu hal yang patut dibesar-besarkan. Memang cadangan devisa kita tergolong relatif rendah bila dibandingkan negara lain. Namun setidaknya dapat meng-cover sekitar 7 bulan impor atau 6.7 bulan impor dan pembayaran hutang luar negeri Pemerintah.

Belum lagi, Pemerintah Indonesia sudah menjalin kerjasama bilateral atau penyiapan dana likuiditas sebagai second lines defense.

Bilateral Swap Agreement (BSA), dana likuiditas cadangan untuk mencegah krisis, antara lain: Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) agreement dengan ASeAN, Jepang, Tiongkok, korea senilai USD240 Miliar dan Jepang senilai USD22.76 Miliar.

Deferred Drawdown Option / DDO senilai USD5 Miliar.

Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) dengan China dan korea, senilai CNY100 Miliar dan USD10 Miliar.

Tahun 2013 rupiah sempat melemah hingga -24,6% dan terlihat kondisi ekonomi riil tetap berjalan dengan baik, meski ada perlambatan ekonomi. Bila dibandingkan saat ini rupiah terdepresiasi -13,6% YTD.

kondisi fundamental ekonomi yang berbeda pada tahun 2015 ini, dibandingkan tahun 1997/1998 dan 2008 lalu.

Level inflasi yang relatif terkendali, diprediksi akan kembali normalize menuju level 5-6% diakhir 2015, setelah efek low base dari kenaikan BBM di November 2014 lalu.

Pasar global masih cenderung mengalami tekanan. Hal ini cenderung terjadi menjelang FOMC meeting untuk menjustifikasi akan ketidakpastian kenaikan suku bunga. Ditambah dengan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global, spekulasi akan stimulus, dampak dari upaya yang diambil Pemerintah negara lain untuk menjaga stabilitas makro ekonominya. Termasuk diantaranya potensi penjualan US Treasury / Bond yang dipegang dalam cadangan devisa di berbagai negara.

Gejolak pasar global (Financial instability) ini tentunya masih mempengaruhi sentimen di pasar modal Indonesia. Sehingga dapat membatasi masuknya dana asing (portfolio investment inflow) ke pasar modal di Indonesia.

Peningkatan risiko global dan pelemahan mata uang di berbagai negara, masih mendorong mata uang rupiah bergerak pada range yang melemah.

Selain itu, perlambatan ekonomi global masih akan mendorong lemahnya ekspor Indonesia. ekspor belum memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 ini.

Bila ekspor belum mengalami perbaikan, investasi masih tumbuh namun terbatas dan relatif rendahnya government spending, artinya ekonomi kita sangat tergantung pada konsumsi domestik sebagai penggerak ekonomi.

Namun rupanya perlambatan ekonomi juga sudah mulai mempengaruhi konsumsi domestik. Pada QQ2/2015, konsumsi domestik terlihat melambat tumbuh 5% YoY menurun dibandingkan periode sebelumnya.

rasio hutang luar negeri jauh lebih rendah. Selain itu kondisi perbankan yang lebih sehat, baik dari segi permodalan yang lebih kuat (CAR perbankan 20,1%) dan rasio kredit bermasalah masih relatif terkendali (NPL Gross 2,4 - 2,6%).

cadangan devisa china didominasi aset Investasi dalam USd, Terlihat Mengalami Penurunan

lalu bagaimana dengan Indonesia ?

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg, Ashmore Indonesia

EqUITY MaRKET OUTlOOK

economy Indicator

GDP Growth

Inflation

Fx reserve (Billions USD)

USD/IDr currency

Current Account Deficit

Jakarta Composite Index

Non-performing Loan

Interest rate

Debts/GDP

* Based on data at the peak of crisis** Based on latest data

1998*

-13.10%

82.40%

$17.40

16,650.00

-3.41%

256

30.00%

60.00%

100.00%

2013*

5.50%

8.18%

$92.67

12,261.00

-3.27%

3967.84

2.00%

7.50%

24.20%

2008*

4.12%

12.70%

$50.56

12,650.00

-0.13%

1111.39

3.60%

9.50%

27.40%

2015*

4.71%

7.15%

$110.80

13,336.00

-1.60%

5014

2.40%

7.50%

23.90%

Economy Indicator 1998, 2008, 2012, 2013 vs 2015

6 | MArkeT PerSPeCTIve

Wealth Management Newsletter | Edisi September 2015

Konsumsi Rumat Tangga Menunjukkan Perlambatan

Hal ini merupakan wake up call bagi Pemerintah untuk segera mengambil tindakan, sebelum perlambatan ini kian menyebar luas.

Akhirnya di awal September 2015 ini, Pemerintah mengumumkan paket stimulus pertama, fokusnya pada mempercepat realisasi belanja Pemerintah dan menjaga daya beli (konsumsi) masyarakat khususnya pada low income segment.1. Memperbaiki daya saing industri nasional melalui deregulasi, memangkas birokrasi, law enforcement, dan kepastian bisnis.2. Mempercepat realisasi proyek strategis dan berupaya menghilangkan kendala dalam realisasi proyek strategis. Misalnya dengan menyederhanakan proses akuisisi tanah, mempercepat procurement process dan meningkatkan keterlibatan Pemerintah Daerah, dengan memberikan jaminan aparat penegak hukum tidak akan mempidanakan pejabat di daerah yang terkait dengan pengambilan kebijakan dan penggunaan anggaran. Setiap persoalan bersifat administratif akan diselesaikan secara administrasi pula (Pemerintah akan menggunakan UU No. 30/2014 tentang Administrasi Pemerintahan).3. Mendorong investasi di sektor properti, khususnya pengembangan properti segmen low income dan lebih membuka investasi properti.

Bank Indonesia juga mengumumkan 5 paket untuk menstabilkan rupiah dan inflasi.

kami melihat langkah Pemerintah ini merupakan suatu hal yang positif, menunjukkan komitmen ditengah gejolak pasar ini. Namun pelaku pasar rupanya masih menahan ekspektasi yang rendah akan hal ini, sambil menunggu bagaimana realisasi paket kebijakan Pemerintah tersebut.

Masih banyak detail yang perlu diselesaikan Pemerintah. Setiap progres positif tentunya akan meningkatkan confidence dari pelaku pasar. kami melihat hal yang sangat penting bagi Pemerintah untuk manage expectation dan membangun keyakinan investor.

Sumber: BPS

Tekanan suplai berkurang selama semester 2 / 2015. realisasi penerbitan SUN sudah mencapai lebih dari 80% dari target emisi rp452.18 Triliun. Artinya suplai dari pasar primer terbatas (risiko suplai berkurang), yang dapat mendorong penguatan harga obligasi di pasar sekunder.

Inflasi diestimasi menurun hingga ke level 5-6% YoY pada akhir tahun 2015. Penurunan ini sejalan normalisasi setelah melewati masa lebaran dan penurunan harga komoditas serta minyak dunia.

valuasi juga sangat menarik pada level yield SUN tenor 10 tahun sebesar 9,1%, jauh diatas fair yield yang dihitung dari yield US Treasury dan spread (risk premium) sekitar 8,2%.

Tinggal pelemahan rupiah dan risiko pasar global yang masih membatasi kenaikan harga obligasi. Keep positive on bond market, dengan tetap menjaga portofolio pada durasi medium.

Strategi investasi tetap berbasis diversifikasi portofolio. Portofolio dikelola dengan defevsive mode, alokasi lebih besar pada aset investasi berprofil risiko rendah. Namun pada momen penurunan harga pada aset investasi ini tetap terdapat alokasi pada aset berisiko tinggi (reksa dana saham) untuk memanfaatkan momentum bila terjadi rebound.

Walaupun pengaruhnya tidak serta merta terlihat, namun kami memandangnya sebagai suatu hal yang positif. Potensi rebound ekonomi domestik akan berjalan bertahap, disertai upaya menjaga stabilitas ekonomi.

Perlambatan ekononomi dan tekanan pelemahan rupiah memang akan mendorong perlambatan pertumbuhan revenue emiten, ditambah dengan penurunan marjin dari meningkatnya biaya produksi terkait import content. Apalagi bila perusahaan menanggung hutang dalam USD.

Hal ini setidaknya sudah ter-price in dari rendahnya ekspektasi earning emiten. Analyst sudah melakukan downgrade pertumbuhan laba emiten.

Dari sudut valuasi, IHSG juga sangat menarik yakni pada kisaran Price to Earning (P/E Ratio) 12.33x estimate Y+1. valuasi IHSG lebih rendah dibandingkan negara Asia lainnya seperti China, Philipina, Malaysia, Thailand. Padahal potensi pertumbuhan ekonomi kita (4,8 – 5,1%) masih relatif diatas Philipina, Malaysia dan Thailand.

Dengan demikian, kami melihat koreksi saat ini dapat menjadi peluang. Dengan masuk secara bertahap (Dollar Cost Averaging) pada level IHSG yang rendah, artinya upside jauh lebih besar dibandingkan downside. Tinggal pengelolaannya agar tetap ter-diversifikasi.

BONd MaRKET OUTlOOK

Household expenditure

Non-profit institutions servinghousehold expenditure

Government expenditure

Gross Fixed Capital Formation

exports

Less Imports

Gross Domestic Product (GDP)

5.1

5.5

5.5

8.9

14.8

15.0

5.17

5.5

6.7

4.5

9.1

1.6

8.0

6.03

5.4

8.2

5.9

5.3

4.7

1.9

5.58

5.1

12.4

2.0

4.1

1.0

2.2

5.02

1.1

2.4

32.2

3.0

1.6

1.1

3.78

5.0

-7.9

2.3

3.6

-0.1

-6.9

4.67

54.7

1.1

8.9

32.4

21.6

21.4

100.0

Expenditure (YoY, %) 2011 2012 2013 2014 2Q155QoQ

2Q15%YoY

Share onGDP2Q15

MArkeT PerSPeCTIve | 7

Wealth Management Newsletter | Edisi September 2015

aNalISa valaS

Pada 1 September 2015 BI mengeluarkan paket kebijakan untuk mendukung pemerintah dalam menaikkan perekonomian, ada 5 paket kebijakan yang dikeluarkan, sebagai langkah dari sisi moneter untuk menciptakan kondisi ekonomi yang kondusif.

Pertama, BI akan memperkuat pengendalian inflasi dan mendorong sektor riil dari sisi supply perekonomian. Kedua BI akan menjaga stabilisas nilai tukar Rupiah, dengan menjaga kepercayaan pelaku pasar di pasar valas melalui pengendalian volatitas nilai tukar rupiah. Ketiga, BI akan memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah, dengan mengubah mekanisme lelang Reverse Repo (RR) SBN dari variable rate tender menjadi fixed rate tender, menyesuaikan pricing RR SBN, dan memperpanjang tenor dengan menerbitkan RR SBN 3 bulan. BI juga akan mengubah mekanisme lelang Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dari variable rate tender menjadi fixed rate tender dan menyesuaikan pricing SDBI, serta menerbitkan SDBI tenor 6 bulan. Keempat, BI akan memperkuat pengelolaan supply dan demand valas, dengan menyesuaikan frekuensi lelang Foreign Exchange (FX) Swap dari 2 kali seminggu menjadi 1 kali seminggu.

BI juga akan mengubah mekanisme lelang Term Deposit (TD) Valas dari variable rate tender menjadi fixed rate tender, menyesuaikan pricing, dan memperpanjang tenor sampai dengan 3 bulan. Dan yang terakhir, BI juga akan melakukan langkah-langkah lanjutan untuk pendalaman pasar uang, dengan menyediakan fasilitas swap hedging untuk mendukung investasi infrastruktur dan sekaligus memperkuat cadangan devisa.

Pergerakan USD/IDr hingga bulan September 2015 didominasi dengan pelemahan IDr. Pelemahan cenderung disebabkan oleh melemahnya semua mata uang di Asia merespon event yang akan berlangsung tanggal 16-17 september 2015 yaitu FOMC meeting dengan potensi kenaikan suku bunga sebesar 30%. rencana bank sentral US untuk menaikan suku bunga hingga 0,625% sampai

USd/IdR

awal tahun 2015 bisa memicu penguatan USD terhadap mata uang lainnya untuk jangka waktu 3-6 bulan kedepan.

Diperkirakan nilai tukar rupiah akan cenderung menguat di rentang 14.300 - 14.600 pada bulan September ini.

aUd/USd

EUR/USd

Pada awal bulan September, Trade balance dirilis dengan defisit melebar -2.933M menjadi -3.160M. serangkaian data ekonomi dirilis membaik dibandingkan bulan lalu membuat outlook penurunan suku bunga Australia kembali mengecil. Untuk jangka waktu pendek dan menengah AUD masih cenderung akan melemah terhadap mata uang lainnya, dikarenakan waktu kenaikan suku bunga AS yang makin dekat, akan kembali menurunkan selera risiko pasar. Seiring

Nilai tukar euro terhadap mata uang lain cenderung stabil di bulan September ini, didominasi respon market terhadap komentar dari presiden eCB Mario draghi yang memberikan sinyal akan adanya ekspansi stimulus ekonomi dengan cara menaikkan proporsi pembelian obligasi menjadi maks 33% dari sebelumnya di 25%. komitmen eCB untuk menggelontorkan stimulus 60 milyar eUr

dengan meningkatnya kekuatiran pasar mengenai kejatuhan pasar saham china dan prospek lebih lanjut mengenai langkah China untuk kembali melakukan devaluasi mata uang.

Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.6920 – 0.7210 pada bulan September 2015.

per bulan sampai September 2016 juga berisiko menekan eur lebih lanjut untuk jangka panjang.

Diperkirakan eUr/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1030 – 1.1370 pada bulan September 2015 dengan kecenderungan turun.

8 | MArkeT PerSPeCTIve

Wealth Management Newsletter | Edisi September 2015

USd/JPY

JPY bergerak dengan kecenderungan menguat dengan range 118.80 – 121.20 di bulan September. ditopang oleh peralihan resiko dari asset beresiko ke asset aman seperti JPY dan eur. Salah satu penasihat utama Shinzu abe yang bernama kozo yamamoto mengeluarkan komentar yang cukup membuat gejolak di market, dia mengatakan bahwa bulan oktober adalah peluang yang bagus bagi BOJ untuk menambah stimulus namun, berdasarkan laporan minutes juga menunjukkan bahwa sebagian besar anggota dewan

masih yakin target inflasi sebesar 2% akan tercapai sampai September tahun depan, mereka yakin dapat mengatasi inflasi yang masih rendah pada saat ini.

Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 118.60 – 121.50 pada bulan September 2015 dengan kecenderungan naik.

GBP/USd

Poundsterling bergerak flat dengan kecenderungan turun di bulan September ini, disebabkan oleh rilis data inflasi CPI yang kembali ke level stagnan dari 0,1% menjadi 0,0%, pertumbuhan upah kerja yang terkuat selama 4 tahun terakhir tetap menjaga potensi kenaikan suku bunga di tahun depan. kenaikan suku bunga AS

yang makin dekat berpotensi memberikan tekanan terhadap poundsterling lebih lanjut dalam jangka waktu dekat.

Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.5210 – 1.5550 pada bulan September 2015.

*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.

Entry Point

Profit Taking

Cut Loss

USD/IDR EUR/USD GBP/USD AUD/USD USD/JPY

REcOMMENdaTION

Expected buying level 14.100 - 14.200 1.1150 - 1.1200 1.5250 - 1.5300 0.6950 - 0.7000 118.00 - 118.50

Expected selling level 14.500 - 14.600 1.1400 - 1.1450 1.5550 - 1.5600 0.7300 - 0.7350 121.50 - 122.00

Long profit taking @ 14.500 and above 1.1400 and above 1.5550 and above 0.7300 and above 121.50 and above

Short profit taking @ 14.200 and below 1.1200 and below 1.5300 and below 0.7000 and above 118.50 and below

Long cut loss @ 14.000 - 14.050 1.1050 - 1.1100 1.5150 - 1.5200 0.6850 - 0.6900 117.00 - 117.50

Short cut loss @ 14.650 - 14.700 1.1500 - 1.1550 1.5650 - 1.5700 0.7400 - 0.7450 122.50 - 123.00

kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di [email protected].

dISclaIMERS

10 | MArkeT PerSPeCTIve

Wealth Management Newsletter | Edisi September 2015