warisan budaya selamatkan • as...

3
o Sabtu Pikiran Rakyat o Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat 1 3 17 18 19 12 13 27 28 29 30 31 &# 5 67 B 9 @ 11 20 21 22 23 24 25 26 OJan OPeb .Sep OOkt ONov ODes o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs Warisan Budaya Selamatkan -.....----'''- askah Sunda' Kuno M ENURUT Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Sunda, FPBS'"lJPI Bandung, Dr Ruhaliah, MHum, .potret pernaskahan saat ini mulai membaik. Ada upaya pemerintah maupun pihak swasta atau LSM .yang peduli dengan hal itu. Con- tohnya Pusat Studi Sunda (PSS), lembaga semacam LSM ini mencoba mendokumentasikan ulang sejum- lah naskah koleksi Edi S Ekajati (alm.) yang diserahkan ke pss. Sedikitnya ada 200 naskah dalam bentuk kertas yang ditulis di atas kertas "saeh" (kertas tradisional) dan 28 rol mikrofilm. Dalam setiap 1rol mikrofilm, terdapat lebih ku- rang 40-50 naskah. Naskah-naskah ini ada yang berangka tahun dan tidak. Contoh naskah yang tidak berangka tahun adalah Babada Cire- bon, Alquran, Ilmu Fiqih, Ilmu Aga--- ma, dll. Naskah yang berangka tahun ditulis antara abad ke-15 dan abad ke-to dalam bentuk aksara ArabPegon. Sebagian besar naskah-naskah ini belum dikerjakan sempurna. Kalaupun ada yang dikerjakan baru terbatas alih literasi dari Arab Pegon ke Latin. Contohnya koleksi naskah Ciburuy yang ditulis dalam aksara Sunda kuno dan aksara Buddhagu- nung. Disebut Buddha gunung kare- na para penulisnya adalah pendeta KITAB Dusut di Kasepuhan Cirebon. * ---~= Kllplng Humas Unpad 2012 yang berasal dari Gunung Cikuray. Isinaskah Isi naskah koleksi Edi S Ekajati (alm.) yang kemudian menjadi koleksi PSS berisi tentang agariia, hukum, ekonomi, pendidikan, kepemimpinan, au, termasuk surat- surat tanah. Naskah yang berKaitan dengan hukum contohnya tentang bagaimana mengukur tanah, menghukum maling, dll. Banyakju- ga naskah tentang babad, seperti- Babad Baduy, Babad Galuh, dan masalah kesehatan, juga suap. Penyelamatan naskah dilakukan dua cara, menyelamatkan fisik dan isi. Kondisi fisik naskah yang umurnnya nyaris lapuk, mengaki- batkan para peneliti untuk berke- jaran dengan waktu. "Diupayakan jangan sampai naskah itu keburu rusak," ungkap Dr Ruhaliah. . Penyelamatan fisik dilakukan de- ngan cara memindai naskah dan mengopinya sehingga ada duplikasi. Untuk naskah dalam bentuk mikro- film, sebelum di-scan harus di- lakukan pembacaan naskah dulu dengan menggunakan microreader. Namun, karena tingkat radiasi alat ini sangat tinggi, penyelamatan di- ganti dengan alat scanner. Microreader pun jumlahnya ter- batas. Microreader koleksi Museum Sribaduga saja sudah tidak dapat di- fungsikan, sedangkan microreader milik Perpustakaan Nasional (Per- pusnas) sebagian sudah rusak. De- ngan demikian, scanner menjadi

Upload: ngokhanh

Post on 11-May-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

o Sabtu

Pikiran Rakyato Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat

1 317 18 19

12 1327 28 29 30 31

&# 5 6 7 B 9 @ 1120 21 22 23 24 25 26

OJan OPeb .Sep OOkt ONov ODesoMar OApr OMei OJun OJul OAgs

• Warisan Budaya

Selamatkan-•.....----'''-

askah Sunda' KunoMENURUT Ketua Prodi

Pendidikan Bahasa danSastra Sunda, FPBS'"lJPI

Bandung, Dr Ruhaliah, MHum,.potret pernaskahan saat ini mulaimembaik. Ada upaya pemerintahmaupun pihak swasta atau LSM.yang peduli dengan hal itu. Con-tohnya Pusat Studi Sunda (PSS),lembaga semacam LSM ini mencobamendokumentasikan ulang sejum-lah naskah koleksi Edi S Ekajati(alm.) yang diserahkan ke pss.Sedikitnya ada 200 naskah dalam

bentuk kertas yang ditulis di ataskertas "saeh" (kertas tradisional)dan 28 rol mikrofilm. Dalam setiap1rol mikrofilm, terdapat lebih ku-

rang 40-50 naskah. Naskah-naskahini ada yang berangka tahun dantidak. Contoh naskah yang tidakberangka tahun adalah Babada Cire-bon, Alquran, Ilmu Fiqih, Ilmu Aga---ma, dll. Naskah yang berangkatahun ditulis antara abad ke-15 danabad ke-to dalam bentuk aksaraArabPegon.Sebagian besar naskah-naskah ini

belum dikerjakan sempurna.Kalaupun ada yang dikerjakan baruterbatas alih literasi dari Arab Pegonke Latin. Contohnya koleksi naskahCiburuy yang ditulis dalam aksaraSunda kuno dan aksara Buddhagu-nung. Disebut Buddha gunung kare-na para penulisnya adalah pendeta

KITAB Dusut di Kasepuhan Cirebon. *---~=

Kllplng Humas Unpad 2012

yang berasal dari Gunung Cikuray.

IsinaskahIsi naskah koleksi Edi S Ekajati

(alm.) yang kemudian menjadikoleksi PSS berisi tentang agariia,hukum, ekonomi, pendidikan,kepemimpinan, au, termasuk surat-surat tanah. Naskah yang berKaitandengan hukum contohnya tentangbagaimana mengukur tanah,menghukum maling, dll. Banyakju-ga naskah tentang babad, seperti-Babad Baduy, Babad Galuh, danmasalah kesehatan, juga suap.Penyelamatan naskah dilakukan

dua cara, menyelamatkan fisik danisi. Kondisi fisik naskah yangumurnnya nyaris lapuk, mengaki-batkan para peneliti untuk berke-jaran dengan waktu. "Diupayakanjangan sampai naskah itu kebururusak," ungkap Dr Ruhaliah.. Penyelamatan fisik dilakukan de-ngan cara memindai naskah danmengopinya sehingga ada duplikasi.Untuk naskah dalam bentuk mikro-film, sebelum di-scan harus di-lakukan pembacaan naskah duludengan menggunakan microreader.Namun, karena tingkat radiasi alatini sangat tinggi, penyelamatan di-ganti dengan alat scanner.

Microreader pun jumlahnya ter-batas. Microreader koleksi MuseumSribaduga saja sudah tidak dapat di-fungsikan, sedangkan microreadermilik Perpustakaan Nasional (Per-pusnas) sebagian sudah rusak. De-ngan demikian, scanner menjadi

sangat penting perannya dalammenyelamatkan naskah.

Tahapannya menurut Ruhaliah,pertama dilakukan proses scan ter-lebih dahulu, kemudian di-crop-ping, diedit, baru kemudian dicetak.Proses ini disebut scanning film ex-plosure dan memakan waktu selamasetengah jam hanya untuk 3 halam-an. Dapatdibayangkan,berapawaku yang harus disiapkan untuk.proses bila satu mikrofilm berisi 40-50 naskah.

Dari Belanda. Selain PSS ada dua lembaga lainyang mencoba menyelamatkan per-

. naskahan ini, yakni Dinas Pariwisata

. dan Kebudayaan melalui Bagian Ke-purbakalaan Museum Sri Badugaserta Badan Musyawarah (Bamus)Sunda yang dipimpin oleh SyarifBastaman.

Upaya yang dilakukan Parbudmelalui Bagian Kepurbakalaan, samadengan yang dilakukan PSS. Beda-nya, proses pentransliterasian yangdilakukan Parbud berdasarkan padaproyek dan melibatkan sejumlahpeneliti yang dibayar. Sementara itu,proses transliterasi yang dilakukanPSS lebih bersikap sukarela., Terakhir muncul Institut BudayaSunda (Ibu Sunda) yang juga akanmelakukan hal serupa. Di antaranyamenerjemahkan buku tentang undakusuk basa (semacam grammar) .yang pemah ditulis oleh Karl Frede-rick HoUe, seorang warga negara Be-landa yang pemah tinggal di Garut.

Pupuhu Badan Musyawarah (Ba-mus) Sunda Syarif Bastamanmenyebutkan, ada dua bidanggarapan Ibu Sunda, yakni bidangpenelitian dan sejarah, termasuk didalamnya menerjemahkan naskah-naskah kuno dan garapan peaerbi-tan kaya-karya sastra Sunda lama.

Penyelamatan naskah kuno ini,merupakan bagian dari bidang ga-rapan penelitian clan kesejarahanyang dilakukan Ibu Sunda. Ibu Sun--da sengaja memboyong kembali se-jumlah naskah Sunda kuno dari Be-landa karena konon pemilik bukutersebut akan bangkrut, "Jadi me-mang sesuai dan pas dengan tujuankita, kita ingin dan akan meneliti, ehtiba- tiba saja ada yang mem- .berikannya langsung dad sana,"ungkap Kang lip, panggilan arabSyarit Bastaman.

Tujuan Bamus Sunda ikut "an-crub" pada hal-hal seperti ini adalahuntuk menggali kembali spirit urangSunda. Mengingat pada masa lalumasih banyak kesalahan, malas be-kerja, sedangkan saat ini alam tidakbisa memanjakan lagi. "Itu artinyamanusia Sundaharus bangkit, harusmenciptakan manusia-manusiayang ahli di dalamanya," tutur Kanglip.

Dalam pandangan Kang lip, keki-ninan yang bermasalah itu karenakita tidak memahami sejarah Simda."Hari ini kita ada karena ada masa

. lalu. Kenapa begitu paham dengansejarah bangsa asing seperti Cina,Jepang,atau Amerika tetapi dengan

sejarah Sunda sendiri tidak tahu,"ujarnya.

Situs di Karawang, kata Kang lip,usianya leih tua dari Borobudur. Be-gitu juga dengan situs Gunung Pa-dang. Orang baru sadar bahwa diSunda sudah ada kehidupan berbu-daya tinggijauh sebelumBorobudur ada.

Keterlibatan kedua lembaga terse-but, yakni PSS dan Bamus Sundamenurut penilaian kandidat doktorfilolog Tedi Permadi, MHum dariUnpad, rnerupakan upaya positif.Semakin banyak pihak terlibatdalam upaya penyelamatan naskahakansangatmembantuterkuaknyakhazanah pengetahuan pada masalampau .

Hal sama disampaikan Dr Ruhali-ah. PekeIjaannya menerjemahkannaskah yang harus bersicepat de-ngan kerusakan fisik naskah, akansangat terbantu. Lagi pula orang-orang di Bamus Sunda merupakantokoh berpengaruh di masyarakatsehingga diharapkan akan memberipengaruh pula tentang keberadaannaskah Sunda kuno di masyarakat.. Namun, Tedi menganjurkan, saat-

nya PSS, Bamus, maupun pemerin-tah untuk bersinergi mengerjakan-nya. Terutama pada saat akanmenentukan prioritas naskah yangakan diteliti lebih dulu. Dengandemikian, upaya penyelamatan isiterkejar juga dengan kondisi naskahyang masih baik. Mengingat koridisifisik naskah umumnya sudah rusak.(Eriyanti/"PR")***

NASKAH PNRI, 15L 409, bahan lontar, pemotretan oleh Aditia Gunawan. *------~------- -----------.--~~~--------KALAU tidak dijua/,.

dipindahtangankan. Yang

./ebih buruk, ada yang

dibakar. Begitu/ah nasib

naskah-naskah Sunda

kuno yang justru di da/am-

nya tertuang berbagai

kearifan /aka/ tentang

sistem, tata ni/ai, dan

budaya masyarakat Sunda.

Bagaimana cara

menye/amatkannya?

Apakah ada upaya menye-/amatkan naskah-naksah

tersebut? Jangan-jangan°

ma/ah diabaikan begitu

saja sampai hancur

termakan usia? Atau justru

dijua/ dan dibakar karena

"menyampah" tidak

berguna?