upaya peningkatan hasil belajar matematika operasi … · 2013. 7. 22. · supriyadi, “upaya...
TRANSCRIPT
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 – 10 MELALUI
PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK
BAGI SISWA KELAS D-I SLB – B YPPALB
KOTA MAGELANG TAHUN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
SUPRIYADI NIM. X 5107657
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 – 10 MELALUI
PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK
BAGI SISWA KELAS D-I SLB – B YPPALB
KOTA MAGELANG TAHUN 2010/2011
Oleh :
SUPRIYADI NIM. X 5107657
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Drs. Hermawan, M. Si NIP. 19590818 198603 1 002
Pembimbing II
Dra.Hj. Munzayannah NIP. 19490215 197603 2 001
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Jum’at
Tanggal : 27 Mei 2011
Tim Penguji Skripsi :
Drs. A. Salim Choiri, M.Kes ( …………………………… ) Ketua
Drs. Maryadi, M.Ag ( …………………………… ) Sekertaris
Drs. Hermawan, M. Si ( …………………………… ) Penguji I
Dra. Hj. Munyannah ( …………………………… ) Penguji II
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAKS
Supriyadi, “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 - 10 MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK BAGI SISWA KELAS D-1 SLB-B YPPALB KOTA MAGELANG 2010/2011”. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun Pelajaran 2010 / 2011. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu : Perencanaan Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Sebagai objek adalah siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang yang berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data digunakan teknik tes wawancara, observasi, pencatatan arsip, dokumen, dan perekaman. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu redukdi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I hasil belajar Matematika pada kondisi awal tentang penjumlahan mendatar sebelum menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, diketahui rata-rata kelas 5 ketuntasan klasikal 25%. Hasil belajar Matematika pada siklus I tentang penjumlahan mendatar setelah menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak rata-rata kelas 5,75 ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75%, pada siklus II rata-rata kelas menjadi 6,75 seluruh siswa mendapat nilai di atas 6 yang diasumsikan secara klasikal telah menuntaskan belajar Matematika tentang penjumlahan mendatar dan seluruh siswa telah menuntaskan belajar Matematika (100%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Penjumlahan Bilangan 1 – 10 kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2011.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT Supriyadi, “THE WAY TO INCREASE OF LEARNING MATHEMATICS OPERATING ADDITIVE NUMBERS 1 – 10 THROUGH USE OF TOOLS FIGURE DEKAK - DEKAK FOR STUDENTS CLASS D-I IN SLB-B YPPALB MAGELANG CITY 2010/2011”. Skripsi, Surakarta : The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, May 2011. This aim of this research is to increase of Learning – abacus can enhance students learning achievement Mathematics in D-I SLB-B YPPALB Magelang, in the school year 2010 / 2011. Form of research is action research class using the model cycle. Each cycle consisted of 4 : phases of the Implementation Action Plan, Observations, and Reflections. As the object is in D-I SLB-B YPPALB Magelang District, amounting to 4 students. Data collection techniques used in interviewing tests techniques, observation, archival records, documents, and recording. The data analysis technique used is an interactive model that has three components, namely data reduction, data display, and conclusion or verification.
Based on the results of Classroom Action Research in the first cycle of Mathematics learning results in the initial conditions of a horizontal sum prior to using the abacus Viewer tool, known to the average 5th grade classical completeness 25%. Mathematics learning outcomes in the first cycle of the horizontal summation after using the Viewer tool abacus average of 5.75 classes in classical exhaustiveness has reached 75%, in cycle II, the average grade to 6.75 all students scored above 6, which assumed to be classical has completed its study of Mathematics of the sum of horizontal and all students have completed the learning of Mathematics (100%). Thus it can be concluded that the used of tool abacus can improve Mathematics Learning Outcomes Addition Numbers 1 - 10 in class D-I SLB-B YPPALB Magelang City in the school year 2011.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
”Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,
Maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan )
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”
dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu berharap”
( Terjemahan. Al Insyiroh :6-8 )
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan pada :
v Bapak dan ibu yang tercinta
v Istriku tercinta, yang selalu mendukung dan berdoa agar
saya dapat menempuh pendidikan ke jenjang S-1
v Putra-putraku tersayang yang telah memberi dorongan
di dalam meneruskan pendidikan S-1
v Sahabatku yang selalu mendukung dan berdo’a agar
saya dapat menempuh pendidikan ke jenjang S-1
v Rekan-rekan angkatan 2007 yang membantu saya dalam
menyelesaikan tugas-tugas kuliah
v Almameterku
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar
Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun skripsi ini masih
banyak terdapat kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari Dosen
pada akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar
Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Dekan Cq Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian.
5. Drs. Hermawan, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
motivasi masukan dan saran.
6. Dra. Hj. Munzayannah selaku pembimbing II yang telah memberikan
motivasi masukan dan saran.
7. Seluruh staf pengajar di Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Kepala SLB-B YPPALB Kota Magelang, yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
9. Seluruh staf pengajar di SLB-B YPPALB Kota Magelang, yang telah
membantu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
10. Seluruh siswa dan siswi SLB-B YPPALB Kota Magelang `yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
11. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Semoga segala
amal baik dan keikhlasan membantu dalam penulisan skripsi ini mendapatkan
imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga hasil penelitian yang
sederhana ini dapat bermanfaat.
Surakarta, 2011
Penulis
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT........................................................................ ....... vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8
A. Kajian Teori .................................................................................. 8
1. Tinjauan Tentang Anak Dengan Gangguan Pendengaran ...... 8
a. Pengertian Anak Dengan Gangguan Pendengaran ............ 8
b. Klasifikasi Anak Dengan Gangguan Pendengaran ........... 10
c. Faktor Penyebab Gangguan Pendengaran ......................... 13
d. Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran ......... 14
2. Tinjauan Tentang Alat Peraga Dekak-dekak........................ 14
a. Pengertian Alat Peraga ...................................................... 15
b. Alat Peraga Dekak-dekak……………………………….. 15
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Penjumlahan…………………………………………….... 16
d. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga dalam Pengajaran
Matematika……………………………………………….. 16
3. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Matematika ........................... 16
a. Pengertian Hasil Belajar ..................................................... 16
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar secara Umum 18
c. Pengertian Matematika ...................................................... 23
d. Tujuan Pelajaran Matematika ............................................ 24
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Matematika………………………………………………. 25
f. Ruang Lingkup Matematika ............................................... 26
g. Pengukuran Prestasi Belajar Matematika .......................... 27
B. Kerangka Berfikir ......................................................................... 28
C. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 30
A. Setting Penelitian .......................................................................... 30
1. Tempat Penelitian .................................................................... 30
2. Waktu Penelitian ..................................................................... 30
B. Subyek Penelitian .......................................................................... 32
C. Data dan Sumber Data .................................................................. 32
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 33
E. Validasi Data ................................................................................. 34
F. Teknik Analisa Data ...................................................................... 35
G. Indikator Kinerja ........................................................................... 35
H. Prosedur Penelitian........................................................................ 36
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 42
A. PelaksanaanPenelitian…………………………………………… 42
1. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................... 42
2. Deskripsi Siklus I ................................................................... 44
3. Deskripsi Siklus II .................................................................. 47
B. Hasil Penelitian…………………………………………………… 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 57
A. Kesimpulan ................................................................................. 57
B. Saran ........................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 58
LAMPIRAN ..................................................................................................... 59
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 1 Jadwal Penelitian .......................................................................... 31
2. Tabel 2 Kondisi Awal Mata Pelajaran Matematika ................................... 42
3. Tabel 3 Daftar Nilai Mata Pelajaran Matematika Siklus I ......................... 46
4. Tabel 4 Daftar Nilai Mata Pelajaran Matematika Siklus II ........................ 51
5. Tabel 5 Nilai Kondisi Awal, Nilai Siklus I, dan Nilai Siklus II............... 54
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Kondisi Awal ..................... 43
Grafik 2. Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Siklus I ............................... 46
Grafik 3. Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Siklus II .............................. 51
Grafik 4. Nilai Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II MR, AK, JH, dan EP .......... 54
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................. 60
2. Instrumen Pengamatan Siklus I .................................................................. 64
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................................ 67
4. Instrumen Pengamatan Siklus II ................................................................ 71
5. Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Ijin Menyusun Skripsi ................. 80
6. Permohonan Ijin Research / Try Out ......................................................... 81
7. Surat Ijin Menyusun Skripsi Kepada Yth Pembantu Dekan I.................... 82
8. Permohonan Ijin Research Kepada Kepala SLB-B YPPALB ................... 83
9. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala SLB-B YPPALB ....................... 84
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika
di bidang teori bilangan, aljabar dan analisis. Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika sedini mungkin.
Suatu kenyataan yang sering dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar
adalah banyak siswa yang mengeluh karena kesulitan dalam mengerjakan soal
Matematika. Namun hal itu dapat dimaklumi karena untuk mempelajari
Matematika membutuhkan daya pikir ataupun penalaran yang tinggi, sebagaimana
dikemukakan oleh Crow and Crow (1989: 88) berdasarkan pengalaman dan
pengamatannya mengatakan bahwa Matematika pada umumnya dianggap sukar
dan tidak setiap orang dapat mempelajarinya serta banyak yang keliru memahami
konsep sehingga tanpa menguasai konsep banyak anak yang hanya menghafalkan
saja sekedar untuk memenuhi lulus ujian.
Berkaitan dengan belajar Matematika yang penting adalah bagaimana
siswa dapat memahami konsep-konsep dasar Matematika yang merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk itu belajar Matematika dituntut untuk lebih
terampil dan kreatif di dalam menangani permasalahannya. Dengan demikian
dalam mempelajari Matematika siswa tidak hanya memperhatikan guru
menjelaskan di depan kelas saja, tetapi dapat juga dilakukan melalui kegiatan
laboratorium, perpustakaan, diskusi dan pelaksanaan latihan penyelesaian
soal-soal Matematika.
Beberapa fakta menunjukkan, bahwa terlalu banyak anak yang tidak suka
Matematika apalagi jika mereka sudah besar. Banyak yang menemui kesukaran
dalam hal simpel, misalnya mengerjakan pecahan desimal dan menentukan akar
dari suatu bilangan, kebanyakan anak-anak tidak berhasil
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
untuk menangkap arti sebenarnya dari konsep Matematika, paling baik mereka
menjadi teknisi tulis dalam hal memanipulasi kelompok simbol yang komplek dan
paling buruk mereka mempunyai kesukaran-kesukaran disebabkan oleh situasi
yang tidak memungkinkan dalam memenuhi syarat-syarat Matematika yang
diajarkan.
Dalam mengajarkan Matematika untuk Anak Dengan Gangguan
Pendengaran, harus memperhatikan kondisi usia mental, kemampuan berfikir,
belajar melalui aktifitas konkrit, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan
seluruh pengindraan dan tingkat kemandirian anak. Dengan memperhatikan
kondisi tersebut maka perkembangan berfikir Matematika anak dapat
ditingkatkan, sehingga anak dapat memperoleh pengalaman konkrit tentang
konsep Matematika. Pengalaman tersebut dapat diperkaya melalui kegiatan yang
diulang-ulang dengan variasi dan dinamis. Dengan cara ini dapat dihindari
hambatan psikologis yang berlangsung terhadap perkembangan Matematika.
Menurut Moh Amin (1995: 222) materi pelajaran berhitung atau
Matematika yang dapat diberikan kepada Anak Dengan Gangguan Pendengaran,
meliputi:
1. Pengetahuan kuantitas dan jumlah sederhana
2. Pengenalan desimal
3. Pengenalan bilangan positif dan negatif
4. Aplikasi matematika dalam kehiupan sehari-hari
Penyelenggaraan pendidikan bagi Anak Dengan Gangguan Pendengaran
membutuhkan adanya lingkungan fisik dan sosial yang sesuai dengan keadaannya,
sebab ini merupakan prasyarat untuk menciptakan situasi dan kondisi dalam
proses pembelajaran bagi anak dengan gangguan pendengaran. Pada kelas-kelas
Anak Dengan Gangguan Pendengaran terdapat perbedaan yang sangat besar
antara kemajuan anak yang satu dengan yang lain. Selain itu kemajuan anak
dalam salah satu pengajaran dengan kemajuannya dalam pelajaran lain juga sering
ada perbedaan yang cukup besar. Perbedaan penggunaan alat peraga juga sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan anak tersebut.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Supaya selaras dengan kenyataan, persiapan mengajar bukan hanya
disusun untuk kelas sebagai keseluruan saja, melainkan juga harus disusun untuk
tiap-tiap anak dalam kelas.
Untuk memaksimalkan hasil belajar siswa, guru seharusnya memiliki
pilihan menggunakan alat peraga mengajar yang disesuaikan dengan materi
pengajaran. Dalam hal ini tidak ada alat peraga mengajar yang cocok untuk semua
materi, dan untuk semua tujuan pengajaran. Untuk ini dalam menciptakan situasi
yang kondusif guru harus pandai memilih alat peraga mengajar yang
memungkinkan terjadinya kerjasama antara guru dan siswa. Demikian halnya
dengan Anak Dengan Gangguan Pendengaran yang merupakan individu utuh dan
unik pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengimbangi
kelainan yang disandangnya. Oleh karena itu layanan pendidikan yang diberikan
kepada Anak Dengan Gangguan Pendengaran untuk dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki secara optimal sesuai dengan kemampuannya.
Pemahaman yang jelas tentang siapa Anak Dengan Gangguan
Pendengaran itu merupakan dasar yang penting untuk dapat menyelenggarakan
layanan dan pengajaran yang tepat bagi mereka. Dengan kecerdasan yang berada
di bawah rata-rata anak normal, Anak Dengan Gangguan Pendengaran mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurang cakap dalam
memikirkan hal-hal yang abstrak. Mereka terbelakang atau tidak berhasil bukan
dalam sehari dua hari atau sebulan dua bulan tetapi untuk selama-lamanya,
lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan,
mengggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam pelajaran yang bersifat
teoritis.
Pada dasarnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah dewasa ini
masih berjalan klasikal, artinya seorang guru di dalam kelas menghadapi sejumlah
siswa dalam waktu yang sama menyampaikan bahan pelajaran yang sama pula.
Dasar pemikiran penyelenggaraan sistem klasikal itu sebagai berikut :
Oleh karena kelas terdiri dari anak-anak yang sebaya, mereka relatif memiliki
perhatian, minat, pengalaman, dan taraf kepandaian yang sama pula, maka kepada
mereka dapat diberikan program pengajaran yang sama
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dan dikenai tuntutan-tuntutan yang sama pula. ”dalam pengajaran klasikal seperti
guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan,
kesiapan dan kematangan dan kecepatan belajar yang sama.
” Suryobroto B, (1985:141), memang diakui adanya perbedaan perseorangan
diantara siswa-siswa dalam satu kelas, namun perbedaan itu dianggap tidak
penting sehingga diabaikan. Sistem pengajaran klasikal lebih menitikberatkan
persamaan daripada perbedaan siswa dalam satu kelas”.
Dapat kita bayangkan sebagai akibat pengajaran seperti ini anak yang
pandai akan terhambat kemajuannya oleh kawan-kawan yang lain, sebab mereka
sekelas harus maju bersama-sama. Sebaliknya siswa yang lambat (kurang pandai)
seolah-olah dipaksakan untuk berjalan cepat, melangkah seiring dengan kawan
yang pandai. Menurut Sudarinah, (1991:16), bahan pengajaran Matematika itu
disusun secara herarkis, artinya untuk belajar suatu topik ada persyaratan tertentu
yang harus dikuasai, yang disebut prasyarat, sebelum topik itu dipelajari. Jadi
siswa dengan kemampuan awal rendah atau penguasaan prasyarat kurang maka
akan kesulitan untuk menguasai bahan pelajaran berikutnya. Hal ini
mengakibatkan belajar tidak efektif dan tidak menyenangkan.
Suryobroto.B, (1985:142) menyampaikan :
” Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi banyak membawa kegagalan dalam membina tenaga manusia secara efektif. Banyaknya anak yang gagal sekolah atau drop out mungkin juga sebagai akibat praktek pengajaran yang melupakan perbedaan-perbedaan individual disamping karena faktor lain seperti latar belakang siswa, ekonomi keluarga, atau sebab lain ”.
Pada kelas-kelas Anak Dengan Gangguan Pendengaran terdapat perbedaan
yang sangat besar antara kemajuan anak yang satu dengan yang lain. Selain itu
kemajuan anak dalam salah satu pengajaran dengan kemajuannya dalam pelajaran
lain juga sering ada perbedaan yang cukup besar. Kelas-kelas Anak Dengan
Gangguan Pendengaran akan penuh dengan perbedaan-perbedaan. Anak yang
duduk dalam kelas itu, tetapi dalam hal tertentu ia mungkin hanya setaraf dengan
anak-anak yang lebih muda darinya atau justru sudah setaraf dengan anak yang
duduk di kelas yang lebih lanjut.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Perbedaan individual tersebut membawa akibat didalam persiapan mengajar,
pencatatan kemajuan, dan laporan kemajuan. Supaya selaras dengan kenyataan,
persiapan mengajar bukan hanya disusun untuk kelas sebagai keseluruhan saja,
misalnya harus disusun untuk tiap-tiap anak dalam kelas.
Berdasarkan adanya perbedaan kemampuan yang ada pada setiap anak
maka para ahli pendidikan memikirkan cara-cara untuk mengatasi masalah
tersebut, kemudian mereka mengembangkan pengajaran yang memakai
macam-macam alat peraga antara lain penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak
yang tepat.
Dasar pemikiran penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak, ialah adanya
pengakuan terhadap perbedaan pemahaman pada masing-masing siswa. Karena
adanya berbagai macam keterbatasan kemampuan intelektual yang dimiliki para
siswa, mendorong penulis untuk menerapkan penggunaan Alat Peraga
Dekak-dekak dengan mengulang-ulang materi yang disampaikan, sehingga anak
dapat memahami, mengerti tentang materi yang disampaikan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas serta pengamatan yang dilakukan penulis
di kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang, menunjukkan bahwa hasil belajar
Matematika kurang optimal. Untuk ini kiranya masih diperlukan adanya penelitian
untuk mengetahui alat peraga pembelajaran apa yang tepat digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika. Oleh karena itu penulis mengambil obyek
penelitian tentang Alat Peraga Dekak – dekak dengan judul :
” Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan
1 – 10 Melalui Penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak Bagi Siswa Kelas
D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2011”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
” Apakah Penggunaan Alat Peraga Dekak-Dekak Dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Pada Siswa
Dengan Gangguan Pendengaran Kelas D-I di SLB-B YPPALB Kota Magelang ?”
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka penelitian
mempunyai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat memberikan manfaat
adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
” Ingin Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan
1 – 10 Dengan Melalui Penggunaan Alat Peraga Dekak-Dekak Kepada Siswa
Dengan Gangguan Pendengaran Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.”
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Menambah khasanah pengetahuan dalam pendidikan luar biasa, khususnya
dalam pengembangan kemampuan anak dengan gangguan pendengaran
terutama upaya peningkatan hasil belajar matematika operasi penjumlahan
bilangan 1 – 10 melalui penggunaan Alat Peraga Dekak- dekak bagi siswa
kelas D-I.
b. Menambah khasanah pengetahuan Matematika tentang penggunaan Alat
Peraga Dekak – dekak dalam pembelajaran operasi penjumlahan bilangan
1 – 10 siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Bagi SLB-B YPPALB Kota Magelang peningkatan hasil belajar
Matematika operasi penjumlahan bilangan 1 – 10 melalui penggunaan Alat
Peraga Dekak-dekak sebagai salah satu untuk mengembangkan layanan
pendidikan terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran
akademik, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berhitung bagi
Anak Dengan Gangguan Pendengaran.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Bagi Guru
Dapat menerapkan konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit
dalam bentuk matematika yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian
maupun sebagai alat meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi
bertambah banyak.
c. Bagi Siswa
1). Konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit Operasi
Penjumlahan Bilangan 1 – 10 kelas D-I dengan menggunakan Alat
Peraga Dekak-dekak lebih dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
2). Siswa Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang dapat memahami
hubungan antara konsep abstrak Matematika Operasi Penjumlahan
bilangan 1 – 10 dengan benda dialam sekitar lebih mudah dipahamai.
3). Mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, dan efektif upaya peningkatan
hasil belajar bagi siswa kelas D-I dalam mata pelajaran Matematika
pokok bahasan penjumlahan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Anak Dengan Gangguan Pendengaran
a. Pengertian Anak Dengan Gangguan Pendengaran
Sistem pendengaran manusia secara anatomis terdiri dari tiga bagian
penting, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam.
Struktur telinga bagian luar melipui liang telinga, yang memiliki panjang kurang
lebih 2,5 cm dan daun telinga ( auricula ). Struktur telinga bagian tengah meliputi
gendang pendengaran ( eardrum ), tulang pendengaran ( malleus, incus, stapes ),
rongga telinga tengah ( cavum tymponi ), dan serambi ( vestibule ). Struktur
telinga bagian dalam susunannya meliputi saluran gelung tengah lingkaran
( conolis semi circularis ), serta rumah siput ( coeble ).
Secara fisiologis, struktur telinga manusia dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu organ telinga yang berfungsi sebagai penghantar dan, organ telinga yang
berfungsi sebagai penerima. Organ telinga berfungsi sebagai penghantar meliputi,
organ telinga yang terdapat ditelinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan
sebagian bagian dalam. Sedangkan organ telinga yang berfungsi sebagai penerima
meliputi sebagian telinga bagian dalam, saraf pendengaran( auditory nerve ), dan
sebagain dari otak yang mengatur persepsi bunyi.
Jika dalam proses mendengar tersebut terdapat satu atau lebih organ
telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam mengalami
Gangguan Pendengaran atau kerusakan disebabkan penyakit, kecelakaan,
sehingga organ tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik, keadaan
tersebut dikenal dengan gangguan pendengaran atau tunarungu. Sedangkan
pengertian atau definisi Gangguan Pendengaran dapat berbeda dari satu ahli
dengan ahli lainnya.
Berikut pengertian Gangguan Pendengaran menurut para ahli, antara lain :
Moores dalam Totok Bintoro (2008:3) memberikan batasan yaitu :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
“ Gangguan Pendengaran tidak saja terbatas pada kehilangan pendengaran dari tingkat ringan, sedang, berat sampai sangat berat”. Selanjutnya Moores mendefinisikan Gangguan Pendengaran kedalam dua kelompok. Pertama, seseorang dikatakan tuli ( deaf ) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengaran yang baik dengan ataupun dengan Alat Bantu Mendengar. Kedua, seseorang dikatakan kurang dengar ( hard of hearing ) bila kehilangan pendengaran pada 35 dB sampai 69 dB ISO, sehingga ia mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang lain melaui pendengarannya baik tanpa maupun dengan Alat Bantu Mendengar.
Menurut Heward & Orlansky dalam Mulyono ( 1994:60) :
“ Tuli ( deaf ), diartikan sebagai kerusakan sensorik yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis dan sebagai suatu kondisi dimana suara-suara termasuk suara pembicara tidak mempunyai arti untuk maksud-maksud kehidupan sehari-hari”. Kurang dengar ( hard of hearing ) adalah seseorang yang kehilangan pendengaran secara nyata yang memerlukan penyesuain-penyesuaian khusus.” Mufti Salim ( 1984:18 ) mengemukakan :
Anak Dengan Gangguan Pendengaran, “ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak”.
Mardiati Busono ( 1983:18) mengemukakan :
Anak Dengan Gangguan Pendengaran, “adalah anak yang lahir dengan sedikit pendengaran atau tidak dapat mendengar atau yang kehilangan pendengaran sejak awal masa kanak-kanak sebelum dapat berbicara dan berbahasa yang diperlukan”.
Sedangkan dalam Wikipedia, the free encyclopedia dinyatakan :
“ Deafness is a condition wherein the sufferer’s ability to detect certain frequencies of sound is completely or partially impaired. When apllied to humans, the term hearing impaired to describe sufferers is rejected by the Deaf Culture movement, where the terms deaf and hard-of-hearing are preferred”. Gangguan Pendengaran adalah suatu kondisi dimana penderita kemampuan untuk mendeteksi frekuensi tertentu suara benar-benar atau sebagian terganggu. Ketika diterapkan pada manusia, gangguan pendengaran istilah
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
untuk menggambarkan penderita ditolak oleh Deaf Budaya gerakan, dimana syarat tuli dan keras–of-pendengaran lebih disukai.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa
pada hakekatnya Gangguan Pendengaran, adalah suatu keadaan atau derajat
kehilangan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, berat dan
sangat berat, disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya organ-organ
pendengaran yang terjadi sebelum atau sesudah lahir, yang mengakibatkan
hambatan dalam perkembangan terutama hambatan dalam berkomunikasi dengan
orang lain sehingga memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus.
b. Klasifikasi Anak Dengan Gangguan Pendengaran.
Di dalam pemberian pelayanan bagi Anak Dengan Gangguan Pendengaran
harus sesuai dengan tingkat kemampuannya, yaitu dengan cara
mengklasifikasikan tingkat gangguan pendengarannya.
Menurut beberapa ahli anak dengan gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Klasifikasi Anak Dengan Gangguan Pendengaran menurut Samuel A Kirk yang dikutip Permanarian Somad ( 1995:29 ) adalah sebagai berikut :
a) 0 dB : Menunjukkan pendengaran yang optimal. b) 0 – 26 dB : Menunjukkan seseorang masih menunjukkan
pendengaran yang normal. c) 27 – 40 dB : Mempunyai kesulitan mendengar bunyi yang jauh
membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong gangguan pendengaran ringan ).
d) 41 – 55 dB : Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu mendengar dan terapi bicara ( tergolong gangguan pendengaran sedang ).
e) 56 – 70 dB : Hanya bisa mendengar suara dari jarak dekat, masi mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tergolong gangguan pendengaran agak berat ).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
f) 71 – 90 dB : Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat bantu mendengar, latihan bicara secara khusus (tergolong gangguan pendengaran berat sekali).
g) 91 dB keatas : Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak tergantung pada pengelihatan daripada pendengarannya untuk proses menerima informasi dan bersangkutan dianggap tuli (tergolong gangguan pendengaran berat).
Permanarian Somad ( 1995:32 ) Mengelompokkan anak dengan gangguan pendengaran berdasar pada anatomi fisiologisnya, yaitu :
a) Gangguan pendengaran hantaran ( konduksi ), ”ialah gangguan pendengaran yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah”. Terjadi karena pengurangan intensitas bunyi yang mencapai telinga bagian dalam, dimana syaraf pendengaran berfungsi. Dapat segara diatasi atau dikurangi secara efektif melalui amplifikasi atau alat bantu mendengar.
b) Gangguan pendengaran syaraf (Sensori-neural), ialah gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada lobus temporali.
c) Gangguan pendengaran campuran, disebabkan adanya keruskan telinga bagian dalam. Kehilangan pendengaran sentral atau perceptual disebabkan oleh kerusakan pada syaraf pendengaran.
Sedang pendapat A. Van Uden dalam Lani Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati (2000:6-7) Klasifikasi anak dengan gangguan pendengaran berdasarkan saat terjadinya dikaitkan dengan taraf penguasaan bahasa seseorang anak yaitu :
a) Tuli Pra-bahasa ( Prelingually deaf ), yaitu mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa ( usia 1,6 tahun ), artinya anak baru menggunakan tanda ( signal ) tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih, memegang benda/orang dan mulai memahami lambang yang digunakan orang lain sebagai tanda ( misalnya bila mendengar kata ”susu” mengerti bahwa akan diberi minum ), namun belum membentuk suatu lambang.
b) Tuli Purna Bahasa ( Postlingually deaf ), yaitu mereka menjadi tuli setelah menguasai suatu bahasa yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang yang berlaku dilingkungannya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses yang berkaitan dengan
Gangguan Pendengaran, adalah gangguan yang berkaitan dengan
penginterpretasian terhadap suara. Hal ini biasanya diawali oleh kerusakan secara
fisik atau karena perkembangan yang tidak fajar.
Menurut pendapat Boothroyd dalam Lani Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati (2006:6). Memberikan batasan untuk tiga istilah berdasarkan seberapa jauh seseorang memanfaatkan sisa pendengaran dengan atau tanpa bantuan amplikasi/pengeras Alat Bantu Mendengar ( ABM ) sebagai berikut :
a) Kurang dengar ( har of hearing ), adalah mereka yang mengalami gangguan dengar, namun masih dapat menggunakannya sebagai sarana/mobilitas utama untuk menyimak suara percakapan seseorang dan mengembangkan kemampuan bicaranya
b) Tuli ( deaf ), adalah mereka yang pendengarannya sudah tidak dapat digunakan sebagai sarana utama guna mengembangkan kemampuan bicara, namun masih dapat difungsikan sebagai suplemen (bantuan) pada pengelihatan dan perabaan.
c) Tuli total ( totally deaf ), adalah meraka yang sudah lama sekali tidak memiliki pendengaran, sehingga tidak dapat digunakan untuk menyimak/mempersepsi dan mengembangkan bicara.
Selanjutnya dalam Wikipedia, the free encyclopedia dinyatakan :
“Hearing impairments are categorized by their type (conductive, sensorineural, or both), by their severity, and by the age of onset. Furthermore, a hearing impairment may exist in only one aer unilateral) or in both ears (bilateral)”.
Gangguan pendengaran yang dikatogorikan berdasarkan jenis mereka (konduktif, sensorineural, atau keduanya), dengan keparahan mereka, dan pada usia onset. Selain itu, gangguan pendengaran mungkin ada pada salah satu telinga (unilateral) atau pada kedua telinga (bilateral).
c. Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Pendengaran
Apabila alat pendengaran mengalami kelainan, baik yang sebagian
maupun keseluruhan dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan
pendengaran. Secara terinci determinasi gangguan pendengaran dapat penulis
uraikan dari pendapat beberapa ahli sebagai berikut :
1). Penyebab Gangguan Pendengaran Menurut Brown yang dikutip oleh Heward & Orlansky dalam Mulyono dan Sudjadi ( 1994:71 ), yaitu :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
a) Maternal Rubella ( campak, pada waktu ibu mengandung muda terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran). Faktor keturunan, yang tampak adanya beberapa anggota keluarga yang mengalami kerusakn gangguan pendengaran.
b) Ada komplikasi pada saat dalam kandungan dan kelahiran prematur, berat badan kurang, bayi lahir biru, dan sebagainya. c) Meningitis ( radang otak ) sehingga ada semacam bakteri yang dapat
merusak sensitivitas alat dengar di bagian dalam telinga. d) Kecelakaan/trauma atau penyakit.
2). Menurut Andreas Dwidjosumarto ( 1995:33 ) waktu terjadinya Gangguan
Pendengaran : a) Sebelum lahir ( Prenatal ).
Kondisi ibu yang terkena infeksi atau keracunan pada saat mengandung, sakit influenza atau campak, terutama 3 bulan pertama usia kandungan. Sebab-sebab pada saat sebelum lahir ini, termasuk juga faktor darah dimana darah anak tidak cocok dengan darah ibunya.
b) Pada saat kelahiran ( neonatal ). Pada saat lahir terjadi kecacatan seperti pada bagian luar telinga, gendang
suara di bagian tengah, dan perkembangan mekanisme saraf yang di bawa karena keturunan dapat terjadi pada saat anak lahir, atau terjadi segera setelah anak lahir. Penyebabnya antara lain adalah akibat terkenan oleh pinggul ibu atau akibat penggunaan alat yang menyebabkan pendarahan di otak sehingga merusak sistem saraf aoxia.
c) Pada saat sesudah kelahiran ( postnatal ) karena penyakit atau kecelakaan. Contohnya meningitis, penyakit jengkering, penyakit gondok, diphteri, batuk rejan campak, penyakit typhus, otitis media, gegar otak. Apabila terjadi pada tahun-tahun awal, yaitu sebelum anak berbahasa maka pelayanan pendidikannya sama seperti anak dengan gangguan pendengaran sejak lahir.
3). Penyebab Gangguan Pendengaran menurut Boothroyd dalam Mulyono ( 1994:72) antara lain : a) Karena keturunan, ada faktor-faktor yang di bawa oleh orang tuanya. b) Karena penyakit, yaitu ibu pada waktu mengandung muda menderita
suatu penyakit seperti rubella. c) Karena obat-obtan, kadang-kadang ibu yang sakit banyak meminum
obat, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan alat dengar anak yang masih dalam kandungan, dan juga pada anak yang terlalu banyak minum obat atau salah ukurannya dapat mengganggu alat pendengarannya.
d) Karena kondisi traumatis sperti kurang gizi, radiasi, kekurangan oksigen pada saat kelahiran premature, atau karena mendengar ledakan yang terlalu kuat dan kebisingan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran
Manusia dalam kehidupan mengalami perkembangan, baik dalam fisik
maupun psikis. Gangguan Pendengaran pada seseorang tidak tampak jelas jika
dibandingkan dengan ketunaan yang lain. Hal ini dikarenakan anak dengan
Gangguan pendengaran mempunyai karakteristik yang khas.
Karakteristik anak dengan gangguan pendengaran dapat dilihat dari segi
intelegensi, bahasa dan bicara, emosi serta sosial.
Totok Bintoro ( 2008:4 ) karakteristik anak dengan gangguan pendengaran antara lain meliputi : 1). Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran di bidang Kognisi.
a). Kemampuan verbal ( verbal IQ ) anak dengan gangguan pendengaran lebih rendah dibandingkan kemapuan verbal anak mendengar.
b). Performance IQ anak dengan gangguan pendengaran sama dengan anak mendengar.
c). Daya ingat jangka pendek anak dengan gangguan pendengaran lebih rendah daripada anak dengar terutama pada informasi yang bersifat suksesif.
d). Pada informasi serempak antara anak dengan gangguan pendengaran dan anak mendengar tidak ada perbedaan.
e). Daya ingat jangka panjang hamper tidak ada perbedaan, prestasi akhir biasanya lebih rendah.
2). Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran di bidang Bahasa a). Miskin dalam kosa kata b). Terganggu bahasanya c). Dalam berbahasa dipengaruhi emosional / visual order ( apa yang
dirasakan dan apa yang dilihat ). d) Anak dengan gangguan pendengaran cenderung pemata. e). Bahasa merupakan hasil interaksi mereka dengan hal-hal yang konkret.
2. Tinjauan Tentang Alat Peraga Dekak-Dekak
Setiap konsep abstrak dalam Matematika yang harus dipahami anak perlu
segera diberi penguatan supaya mengendap, melekat, dan tahan lama serta
tertanam sehingga menjadi miliknya dalam pola tindakannya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Untuk keperluan inilah maka diperlukan belajar melalui berbuat dan pengertian
tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja yang tentunya akan
mudah dilupakan dan sulit untuk dimiliki.
Karena itulah maka dalam pengajaran Matematika di SLB-B khususnya
tingkat Dasar diperlukan alat peraga.
a. Pengertian Alat Peraga
Menurut Estiningsih ( 1994:15 ) ” alat peraga merupakan media pembelajaran
dari yang konkrit untuk memahami konsep yang abstrak dengan benda-benda
konkrit (rii) dengan perantara atau visualisasi yang mengandung atau
membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari”.
b. Alat Peraga Dekak-Dekak
Menurut Suherman, dkk ( 2003:203 ) “yaitu alat untuk menghitung berupa
deretan bulatan dari kayu, plastik dan sebagainya yang bertusuk ( setusuk berisi
10 butir ) dan berbingkai”.
c. Penjumlahan
Suharsimi Arikunto ( 1999:20 ) mengemukakan “Penjumlahan adalah
Penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang
merupakan jumlah”.
d. Fungsi dan manfaat alat peraga dalam pengajaran Matematika yaitu :
1). Anak akan lebih banyak mengikuti pelajaaran matematika dengan
gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin
besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap
pengajaran matematika.
2). Dengan disajikannya konsep abstrak matematika menjadi konkrit,
maka siswa pada tingkatan yang lebih rendah akan mudah memahami
dan mengerti.
3). Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda di
sekitarnya atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4). Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi
sehingga merangsang siswa untuk belajar.
5). Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan oleh siswa.
3. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Hasil Belajar
Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar adalah hasil
dari kemampuan ketrampilan dan sikap sesorang dalam menyelesaikan suatu hal”.
Sedangkan menurut Poerwadarminto (1989:7000) dikatakan bahwa ”Hasil artinya
hasil yang pernah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan)”.
Dari pengertian itu dapat diambil kesimpulan bahwa Prestasi adalah sesuatu hasil
yang pernah dicapai yaitu kemampuan sikap dan keterampilan seseorang dalam
menyelesaikan suatu hal.
Menurut Nasution (1986: 43) menyatakan bahwa: ”Hasil belajar, adalah
proses belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan perubahan, perubahan-
perubahan ini meliputi bidang atau aspek pengetahuan, perubahan keterampilan,
nilai dan sikap”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar, adalah
hasil proses belajar yang menghasilkan perubahan.
Perubahan itu dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.
Sedangkan Winkel. WS. (1996 : 53) ”Hasil belajar adalah Suatu aktifitas
mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dalam nilai sikap, perubahan ini bersifat relatif konstan dan
berbekas”. Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula
penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil
utama, dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan. Proses belajar dapat
berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar, adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam berinteraksi dengan
individu dan lingkungan yang diketahui dari hasil evaluasi yang dinyatakan dalam
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
bentuk nilai, serta terjadi suatu perubahan pada individu yang belajar baik aktual
maupun potensial dan bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum.
Hasil belajar siswa satu dengan lainnya berbeda-beda, ada yang baik, ada
yang sedang, ada yang kurang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor
yang turut mempengaruhi prestasi belajar, baik faktor internal maupun faktor
eksternal.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991 : 130-131) bahwa
faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :
1) Faktor Internal
a) Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang
termasuk faktor jasmaniah misalnya penglihatan, pedengaran, struktur tubuh
dan sebagainya.
b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun diperoleh, yang terdiri
atas:
(1) Faktor intrinsif yang meliputi:
(a) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat
(b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki
(2) Faktor non intrintif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap kebiasaan, minat, kebutuhan dan motivasi, emosi dan
penyesuaian diri.
2) Faktor eksternal,ini meliputi:
a) Faktor sosial, yang terdiri atas:
(1) Lingkungan keluarga.
(2) Lingkungan sekolah
(3) Lingkungan masyarakat
(4) Lingkungan kelompok
b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, kesenian, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
c) Faktor lingkungan fisik , seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1993: 249) faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah :
1) Faktor Non Sosial dalam belajar
2) Faktor Sosial dalam belajar.
3) Faktor Fisiologis dalam belajar
4) Faktor Psikologis dalam belajar
Dari keempat faktor tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1) Faktor-faktor Non Sosial dalam belajar.
Yang termasuk faktor non sosial dalam belajar adalah : keadaan
udara, suhu, udara, cuaca, waktu (pagi, siang maupun malam), tempat,
alat-alat yang digunakan untuk belajar. Semua faktor tersebut
harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan proses belajar-
mengajar yang maksimal.
2) Faktor-faktor sosial dalam belajar.
Yang dimaksud faktor sosial disini, adalah faktor manusia, baik manusia
itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu tidak secara langsung,
misalnya kehadiran orang lain pada waktu seseorang sedang belajar
maka hal itu akan mengganggu proses belajar anak. Selain kehadiran
langsung seperti yang telah dikemukakan diatas, mungkin juga orang lain itu
hadir secara tidak langsung misalnya, protret dapat merupakan representasi
dari seseorang suara nyanyian dari radio atau tipe recorder juga dapat
merupakan representasi dari kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial
tersebut pada umumnya dapat mengganggu proses belajar dan hasil belajar.
3) Faktor-faktor Fisiologis dalam belajar.
Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis
tertentu.
a) Keadaan jasmani pada umumnya
Keadaan jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatarbelakangi
aktifitas belajar, dalam hubungannya dengan hal ini ada dua macam hal
yang perlu dikemukakan yaitu :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(1) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan
mengakibatkan menurunnya kondisi jasmani, yang pengaruhnya
dapat berupa kelesuan, mudah lelah, dan lain sebagainya.
(2) Beberapa penyakit yang kronis dapat mengganggu proses belajar.
Misalnya penyakit influena, sakit gigi, batuk dan lain sebagainya
yang sering diabaikan tetapi dalam kenyatannya penyakit semacam
ini dapat mengganggu aktifitasnya belajar.
b) Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra.
Panca indra dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh
kedalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan
menggunakan panca indranya. Berfungsi dengan baik panca indra
merupakan syarat untuk dapat belajar dengan baik.
c) Faktor-faktor Psikologis dalam belajar.
Yang termasuk faktor psikologis dalam belajar antara lain yaitu :
perhatian, pengamatan, impian dan perasaan. Selain itu pendorong yang
biasanya besar pengaruhnya dalam belajar anak-anak adalah cita-cita.
Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya
kebutuhan disentralisasikan disekitar cita-cita, sehingga dorongan
tersebut mampu memobilisasi gerakan psikis untuk belajar.
Menurut Bimo Walgito (1986:124) Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah :
1) Faktor anak atau individu yang belajar
2) Faktor lingkungan anak
3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari
Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Faktor anak atau individu yang belajar
Faktor anak ini sangat penting dalam aktifitas belajar, sebab anak
itu belajar atau tidak tergantung dari anak yang bersangkutan.
Faktor anak atau individu ini terdiri dari faktor fisik dan psikis,
dimana antara kedua faktor ini saling berhubungan dan tidak dapat
dipisah-pisahkan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a) Faktor Fisik
Faktor fisik ini sangaterat hubungannya dengan kesehatan
jasmani. Bila fisik sedang lelah atau sakit, maka akan dapat
mengganggu proses kegiatan anak yang bersangkutan.
b) Faktor psikis
Faktor psikis yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah
sebagai berikut :
(1) Perhatian
Bila belajar tidak disertai dengan perhatian yang baik,
dimungkinkan dalam belajarnya anak akan kurang berhasil
untuk mencapai hasil yang baik.
(2) Minat
Apabila dalam kegiatan belajar minat anak rendah, hal ini
akan mempengaruhi konsentrasi terdapat masalah yang
dipelajari. Keadaan ini secara langsung atau tidak
langsung dapat berpengaruh pada hasil belajar yang akan
dicapai.
(3) Dorongan ingin tahu
Semakin besar dorongan ingin tahu seseorang akan
semakin besar pula minat dan perhatiannya dalam belajar.
Dengan minat dan perhatian yang besar dalam belajar,
kemungkinan besar anak akan mampu mencapai hasil
belajar yang tinggi.
(4) Disiplin diri
Anak yang memiliki disiplin tinggi dalam kegiatan belajar
akan membantu dalam menbcapai tujuan belajar yang
diharapkan.
(5) Intelegensi Faktor intelegensi ini sangat dominan dalam
mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Semakin tinggi
intelegensi anak, dimungkinkan semakin tinggi pada
tingkat prestasi belajarnya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Faktor lingkungan anak
Lingkungan sekitar anak sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
kegiatan belajar. Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkungan alam,
keluarga dan masyarakat. Lingkungan alam yang kurang
menguntungkan akan mempengaruhi pengaruh yang negatif terhadap
kegiatan belajar anak. Begitu juga dengan lingkungan keluarga, besar
sekali pengaruh pada keberhasilan belajar anak. Keluarga yang broken
home misalnya, keadaan keluarga ini akan dapat menimbulkan
pengaruh yang negatif pada aktivitas belajar anak. Disamping itu
pengaruh lingungan juga besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar
anak. Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak.
3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari
Bahan atau materi yang dipelajari siswa atau peserta didik dalam
belajar, sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Anak
yang mempelajari mata pelajaran yang tidak sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki akan mengakibatkan anak mengalami
kesulitan belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai rendah.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar, faktor yang lebih kuat adalah faktor internal, yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri, karena keberhasilan siswa dapat
dipengaruhi oleh kecerdasan atau bakat yang telah dimiliki siswa.
Keberhasilan siswa akan tercapai bila kecerdasan yang dimiliki siswa
didukung dengan adanya lingkungan yang baik dan strategi belajar
yang tepat.
c. Pengertian Matematika.
Johnson dan Rising yang dikutip oleh Tombokan Runtukahu (1994:15)
memberikan pengertian sebagai berikut :
1) Matematika, adalah pengetahuan terstruktur dimana sifat dan teori
dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
atau tidak didefinisikan dan berdasarkan sifat atau teori yang telah
dibuktikan kebenarannya.
2) Matematika, adalah bahasa simbul tentang berbagai gagasan dengan
menggunakan istilah-istilah yang didefisikan secara cermat, jelas dan
akurat.
3) Matematika, adalah seni dimana keindahannya terdapat dalam
kelembutan dan keharmonisan.
Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional (1993 : 47) adalah :
Matematika sekolah, adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah. Matematika sekolah terdiri atas
bagian-bagian Matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan
kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa secara terpadu pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berari bahwa
Matematika sekolah tidak dapat dipindahkan sama sekali dari ciri-ciri yang
dimiliki Matematika. Ciri penting dan matematika adalah memiliki obyek
kejadian yang abstrak dan berpola pikir deduktif dan onsisten.
Dipandang dari segi proses instrumen yang memiliki obyek dasar abstrak dan
berlandaskan kebenaran konsistensi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa : bidang studi Matematika, yaitu ilmu yang
mempelajari bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam Matematika
yang perlu dibuktikan kebenarannya.
d. Tujuan Pelajaran Matematika
Menurut Kurikulum Sekolah Dasar 1993 tentang Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP), tujuan pelajaran Matematika adalah sebagai
berikut :
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur dan efektif.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika dan pola
pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, SDLB
Tunarungu Wicara, Depdiknas (2006: 101-102) Mata pelajaran Matematika
bertujuan sebagai berikut :
1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah
merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau
media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.
5) Memahami sikap menghargai kegunaan Matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian tujuan Matematika tersebut diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa Matematika, bertujuan agar siswa mampu berfikir kritis,
realitis dan penuh penalaran sehingga hasil yang diharapkan dapat akurat dan
efisien.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika
Keberhasilan belajar Matematika akan berhasil dengan baik bila proses
Matematikanya baik, yaitu melibatkan intelektual dan emosional peserta didik
secara optimal. Hal ini bisa dicapai bila faktor-faktor ini dikelola dengan
sebaik-baiknya. Faktor-faktor tersebut menurut Sudarinah dan Maryana
(1991: 100 – 101) adalah :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) Tujuan
Tujuan harus dinyatakan dengan jelas apa yang hendak dicapai. Sebaiknya
tujuan itu dirumuskan sedemikian sehingga tingkah laku anak didik pada
akhir kegiatan dapat diamati.
2) Bahan
Bahan yang dimaksud disini adalah Matematika yang menjadi isi interaksi.
Bahan itu adalah untuk menjawab pertanyaan materi apa yang akan
diberikan kepada siswa.
3) Siswa
Telah disebutkan diatas, salah satu faktor interaksi adalah siswa yang
belajar. Jadi siswa aktif mengalami bagaimana belajar itu. Faktor siswa itu
adalah untuk menjawab pertanyaan kepada siapa sesuatu itu (dalam hal ini
Matematika).
4) Pengajar
Faktor ini merupakan salah satu sumber belajar. Pengajar disini
melaksanakan kegiatan-kegiatan agar interaksi dapat berjalan efektif.
Pangkal perhatian haruslah kepada siswa, artinya didalam proses belajar
mengajar itu siswa harus aktif belajar. Karena itu jenis pertanyaan guru
harus cocok dengan kemampuan siswa sehingga dapat memberi motivasi
belajar pada sisa.
5) Metode
Metode disini berkaitan dengan cara mengajar untuk mencapai suatu
tujuan. Faktor ini merupakan tanggung jawab terhadap pertanyaan
bagaimana materi pelajaran itu diajarkan sehingga terjadi proses belajar
mengajar yang efektif.
6) Situasi
Situasi ini berkenan dengan keadaan terjadinya proses belajar-mengajar.
Faktor ini sangat berkaitan dengan metode penyampaian. Suatu metode
mungkin tepat untuk situasi tertentu, namun tidak cocok untuk situasi yang
lain, situasi ini harus dibuat sedemikain rupa sehingga terjadi proses
belajar mengajar yang efektif.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
7) Penilaian
Penilaian dipergunakan untuk melihat bagaimana terjadinya interaksi
dengan demikian kita dapat melihat berlangsungnya proses belajar
mengajar.
f. Ruang Lingkup Matematika
Menurut Sunardi (1998: 1) ruang lingkup Matematika meliputi:
1) Operasi perhimpunan atau aritmatika
2) Pengukuran
3) Aljabar
4) Bangun ruang
5) Berfikir secara kuantitatif
Sedangkan menurut Dali S. Naga yang dikutip oleh Mulyono
Abdurrahman (1997: 218), bidang studi Matematika yang diajarkan di SD
mencakup tiga cabang yaitu:
1) Aritmatika
2) Aljabar
3) Geometri
(a) Aritmatika atau berhitung adalah cabang Matematika yang berkenaan
dengan sifat hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan
mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah
pengetahuan tentang bilangan.
(b) Aljabar adalah penggunaan abjad dalam aritmatika. Aljabar ternyata
tidak hanya menggunakan abjad sebagai lambang bilangan yang
diketahui atau yang belum diketahui, tetapi juga menggunakan
lambang-lambang lain seperti titik-titik, lebih besar, lebih kecil dan
sebagainya
(c) Geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik
dan garis.
”Dalam penelitian ini jenis Matematika adalah Aritmatika atau berhitung
yang meliputi penjumlahan bilangan 1 – 10”.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
g. Pengukuran Hasil Belajar Matematika
Bagi para pendidik, masalah penilaian pendidikan merupakan hasil
dari proses belajar mengajar.
Menurut Moedjiono (1995: 2), cara paling umum dilakukan para
pendidik untuk menilai seberapa jauh hasil proses belajar mengajarnya telah
mencapai tujuan, adalah dengan melakukan tes kepada peserta didiknya, suatu
jenis tes kecakapan yang menggambarkan (mengukur) apa yang dapat
dilakukan oleh seseorang tentang sesuatu yang telah dipelajarinya disebut tes
hasil belajar.
Moedjiono (1995: 30), tes hasil belajar dapat dibagi menjadi: ”pretest,
posttest dan entering behavior test.”
1) Pretest biasanya dilakukan sebelum dimulainya suatu proses belajar
mengajar, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah
menguasai bahan yang akan diberikan.
2) Posttest biasanya dilakukan setelah suatu proses belajar mengajar itu
selesai, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada suatu periode waktu
tertentu. Bila posttest ini bertujuan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar yang telah dilakukan, maka disebut test formatif. Sedangkan bila
tujuan utamanya untuk menentukan kedudukan(lulus atau naik-tidaknya)
seseorang, maka disebut tes sumatif.
3) Entering Behavior Test, ialah suatu yang berisi materi pelajaran atau
kemampuan-kemampuan yang seharusnya sudah dikuasai siswa sebelum
mereka menempuh suatu proses belajar-mengajar tertentu. Dengan kata
lain, entering behavior test ini dimaksud untuk mengetahui kemampuan-
kemampuan siswa yang bisa dijadikan prasyarat untuk mengikuti suatu
proses belajar-mengajar tertentu.
Dalam penelitian ini menggunakan tes perbandingan antara kondidi awal
sebelum menggunakan Alat Peraga Dekak - Dekak, dibandingkan dengan
nilai tindakan siklus I dan tindakan siklus II, setelah menggunakan Alat
Peraga Dekak-dekak.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
B. Kerangka Berfikir
Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berfikir dari apa yang
dilakukan oleh peneliti pada Penelitian Tindakan Kelas, Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 , dapat dijelaskan
kerangka berfikir seperti di bawah ini :
Penjelasan :
1. Kondisi Awal Proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika
sebelum menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, namun tetap menggunakan
metode yang lain seperti, caramah, resetasi (tugas) dan lain-lan.
2. Tindakan Proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika
menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, walaupun tidak meninggalkan alat
peraga yang lain.
3. Kondisi akhir, hasil mata pelajaran Matematika setelah melakukan tindakan
dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, apabila hasilnya sudah
mengalami peningkatakan siklus I sudah selesai, namun apabila hasilnya
belum mengalami peningkatakan, penelitian tindakan kelas pada siklus II.
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir
Menggunakan Alat peraga Dekak - dekak
Hasil belajar Matematika Operasi penjumlahan bilangan 1 - 10 mengalami peningkatan dan mencapai ketuntasan belajar
Hasil belajar Matematika Operasi penjumlahan bilangan 1 -10 siswa Kelas D-I masih di bawah KKM
KONDISI AWAL
Sebelum menggunakan alat peraga dekak-dekak
TINDAKAN
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
C. Hipotesis Tindakan
Agar permasalahan yang diajukan dalam penelitian dapat terjawab, maka
disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :
”Melalui Alat Peraga Dekak - Dekak Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Pada Siswa Dengan Gangguan
Pendengaran Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun Pelajaran
2010/2011”.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa
Bagian Tunarungu Wicara (SLB-B YPPALB Kota Magelang) Jalan Cemara
Tujuh No.34.A Kelurahan Kedungsari Kecamatan Magelang Utara Kota
Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011. Dengan pertimbangan Penelitian Tindakan
Kelas sesuai dengan tempat bertugas, sehingga peneliti dapat melakukan
penelitian sekaligus melaksanakan tugas sehari – hari tanpa harus mengganggu
proses pembelajaran sesuai dengan tugas pokok peneliti, bahkan penelitian ini
merupakan hal yang sangat tepat dan menunjang proses kegiatan belajar
mengajar, sehingga masalah -masalah yang timbul dalam proses pembelajaran
diteliti mengapa timbul masalah, apa saja penyebabnya, kesulitan-kesulitan siswa,
bagaimana mengatasinya sampai dengan ditemukan cara pemecahannya.
Dengan demikian kualitas proses belajar mengajar dapat ditingkatkan
sehingga nilai hasil belajar dapat meningkat pula. Hasil Penelitian Tindakan Kelas
tersebut didokumentasikan melalui daftar nilai sehingga sewaktu-waktu dapat
dibuka kembali dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi teman-teman guru
Sekolah Luar Biasa Bagian Tunarungu Wicara (SLB-B YPPALB Kota Magelang)
sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dibutuhkan waktu selama
3 bulan efektif. Penelitian dilaksanakan dengan mengambil waktu semester II dari
bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2011. Adapun perinciannya
sebagai berikut:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 1 :
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Januari Pebruari Maret
1. Penulisan Proposal V
2. Persetujuan Proposal oleh
Pembimbing
V
3. Perijinan Penulisan Skripsi
Tingkat Prodi, Jurusan, FKIP
V
4. Penulisan Bab I, II, dan III V
5. Persetujuan Bab I, II, dan III
oleh Pembimbing
V
6. Perijinan Penelitian
V
7. Pelaksanaan Penelitian
V
8. Penulisan Bab IV dan V
V
9. Konsultasi dan persetujuan Bab
IV dan V oleh Pembimbing
V
10. Persetujuan Total skripsi oleh
Pembimbing
V
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
B. Subyek Penelitian
“Pada penelitian adalah berupa orang, benda, proses, kegiatan dan tempat”.
(Suharsimi Arikunto, 2005 : 89). Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini sejumlah
siswa. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas D-I Sekolah Luar Biasa
Bagian Tunarungu Wicara (SLB-B YPPALB) Kota Magelang, Adapun jumlah
siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2010/2011 berjumlah 4
anak yang terdiri 2 laki-laki, dan 2 perempuan”.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa hasil belajar siswa dan keaktifan
siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang serta faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya prestasi dan keaktifan siswa. Data penelitian
dikumpulkan dalam berbagai sumber yang meliputi :
Data penilitian dikumpulkan berupa informasi tentang :
1. Data Siswa : Siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang data
yang diperoleh berupa penilaian terhadap kondisi pembelajaran Matematika
dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak.
2. Data Nilai : Nilai awal sebelum perbaikan pembelajaran dari nilai tes
sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II.
3. Hasil pengamatan/observasi terhadap siswa waktu mengikuti kegiatan belajar
baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Data yang dikumpulkan berasal dari beberapa sumber antara lain :
1. Data siswa / subyek penelitian dari buku daftar kelas, yaitu Anak Dengan
Gangguan Pendengaran dan guru SLB-B YPPALB Kota Magelang.
2. Dokumentasi tentang nilai hasil belajar penjumlahan bilangan 1 – 10 dengan
Alat Peraga Dekak-dekak.
3. Nilai tes hasil belajar pembelajaran siklus I dan siklus II.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan
oleh peniliti dalam pengumpulan data penilitiannya.
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1993 : 27 ) macam metode pengumpulan data
dalam penelitian antara lain adalah : ”Angket, wawancara, pengamatan
( observasi ), tes dan dokumentasi, secara teliti serta pencatatan secara
sistematis”.
1. Tehnik Angket
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1993 : 27 ). ”Kumpulan pertanyaan yang
diajukan secara tertulis untuk mengumpulkan data yang berupa pertanyaan
yang disampaikan kepada responden untuk di jawab secara tertulis”.
2. Tehnik Wawancara ( 1998 : 237 ). ” Suatu proses komunikasi interaksional
antara dua pihak secara verbal dan non verbal dan mempunyai tujuan tertentu
yang spesifik”.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Tehnik Dokumentasi
a. Pengertian Tehnik Dokumentasi.
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1998 : 236 ), ”Mencari data
mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku,
legger, surat majalah, prasasti, natulen rapat, agenda”. Teknik
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, melalui
dokumen yang ada.
b. Dokumentasi yang Digunakan :
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi yang digunakan untuk
memperoleh data tentang hasil awal Matematika siswa yang diambil
dari nilai ulangan kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.
Skor penilian berupa nilai angka hasil mid semester mata pelajaran
Matematika terlampir pada halaman 43.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Tehnik Observasi.
a. Pengertian Tehnik Observasi.
Budiyono yang dikutip oleh Sadjidan (2003:53) mengemukakan
bahwa “Observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti
melakukan pengamatan terhadap subyek penelitian, sehingga
subyek penelitian tidak tahu bahwa dia sedang diamati”.
Dalam pelaksanaan observasi terhadap siswa selama pembelajaran
berlangsung, dikelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang dibantu
oleh teman sejawat.
b. Jenis-jenis observasi.
Dalam melakukan observasi menurut Retno Winarni
(2009:84-85) ada 4 jenis observasi yaitu :
1) Observasi Terbuka
Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan
hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang
diamati.
2) Observasi Terfokus
Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran.
Misalnya : yang diamati kesempatan bagi siswa untuk
berpartisipasi.
3) Observasi Terstruktur
Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap
pakai, sehingga pegamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V)
pada tempat yang disediakan.
4) Observasi Sistemmatik
Observasi sistematik lebih rinci dalam katogori yang diamati.
Misalnya : dalam pemberian penguatan, data dikatogorikan
menjadi penguatan verbal dan non verbal.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Observasi yang digunakan
Dalam penelitian ini digunakan observasi terstruktur,
dimana obeservasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan
siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda
(V) pada tempat yangdisediakan pada lembar pengamatan aktivitas
guru dan aktivitas siswa dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Melalui
Penggunaan Alat Peraga Dekak-Dekak.
Alasan digunakan observasi terstruktur adalah mempermudah
observer melakukan pengamatan dan observasi terstruktur sesuai
dengan masalah yang diteliti.
3. Tehnik Test
a. Pengertian Tehnik Test.
Lebih lanjut Budiyono yang dikutip oleh Sadjidan
(2003:54) berpendapat “ Metode Test adalah cara pengumpulan data
yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-
suruhan kepada subyek penelitian.”
Dalam penelitian ini, metode test digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak siswa terhadap
materi yang disampaikan.
b. Jenis-jenis Test
1) Jenis test
Jenis test ada dua yaitu test tertulis dan test lisan, dalam
pengambilan data peneliti menggunakan tes tertulis, setelah
pelaksanaan tindakan baik siklus I maupun siklus II dilakukan.
2) Materi test
Materi test, adalah melakukan penjumlahan 1 – 10.
c. Tes yang Digunakan
Bentuk test yang dipakai adalah test tertulis. Siswa yang
diuji diminta untuk menunjukkan jawaban yang benar.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Test yang digunakan dalam test ini adalah test obyektif isian yang
terdiri dari 10 item soal.
Skor penilaian terhadap test yaitu jawaban benar mendapat nilai 10
dan jawaban salah mendapat nilai 0.
E. Validasi Data
Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan dalam
penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam
menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk validitasi data dalam
penelitian menggunakan teknik Triangulasi data.
Menurut Heribertus Sutopo (2000 : 34) mengemukakan sebagai berikut :
Triangulasi adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang
berbeda untuk mengumpulkan data sejenis atau sama. Untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran penjumlahan bilangan 1 – 10 dengan Alat
Peraga Dekak-dekak.
1. Memberikan tes untuk mengetahui penjumlahan bilangan 1 – 10 dan
selanjutnya menganalisis hasil perolehan penjumlahan bilangan 1 – 10 untuk
mengidentifikasi kesalahan yang mereka buat.
2. Melakukan wawancara dengan guru lain untuk mengetahui pandangan guru
tentang hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa dalam penjumlahan
bilangan 1 – 10 dengan Alat Peraga Dekak-dekak yang dilakukan oleh guru.
F. Tehnik Analisis Data
Menurut Imam dkk yang dikutip Sarwiji Suwandi dan Madyo Ekosusilo
(2007: 25) Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan,
memfokuskan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk
menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
terhadap PTK. Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak
awal sampai berakhirnya pengumpulan data (Analisis Proses dan Produk).
Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian
yang telah dilakukan di lapangan. Data-data dari hasil penelitian di lapangan
diolah dan di analisis secara kualitatif. Kegiatan analisis data dilakukan dalam tiga
komponen berurutan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan Penarikkan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data,
dalam penelitian digunakan teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data
yang memanfaatkan sesuatu lain di luar data itu.
G. Indikator Kinerja
a. Bagi siswa
Dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak dapat meningkatkan
hasil belajar yang ditandai dengan siswa memperoleh nilai tes 6,0 dan secara
klasikal 80% siswa harus mencapai batas nilai minimal tersebut.
b. Pada Aspek Proses
Perhatian siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan
alat peraga dapat meningkat, termasuk keaktifan mengikuti pelajaran
H. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dilaksanakan dengan did