upaya peningkatan hasil belajar matematika operasi … · 2013. 7. 22. · supriyadi, “upaya...

75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 – 10 MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK BAGI SISWA KELAS D-I SLB – B YPPALB KOTA MAGELANG TAHUN 2010/2011 SKRIPSI Oleh : SUPRIYADI NIM. X 5107657 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 – 10 MELALUI

    PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK

    BAGI SISWA KELAS D-I SLB – B YPPALB

    KOTA MAGELANG TAHUN 2010/2011

    SKRIPSI

    Oleh :

    SUPRIYADI NIM. X 5107657

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 – 10 MELALUI

    PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK

    BAGI SISWA KELAS D-I SLB – B YPPALB

    KOTA MAGELANG TAHUN 2010/2011

    Oleh :

    SUPRIYADI NIM. X 5107657

    SKRIPSI

    Ditulis dan diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan

    Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

    Jurusan Ilmu Pendidikan

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    PERSETUJUAN

    Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Pembimbing I

    Drs. Hermawan, M. Si NIP. 19590818 198603 1 002

    Pembimbing II

    Dra.Hj. Munzayannah NIP. 19490215 197603 2 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    PENGESAHAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

    untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

    Pada Hari : Jum’at

    Tanggal : 27 Mei 2011

    Tim Penguji Skripsi :

    Drs. A. Salim Choiri, M.Kes ( …………………………… ) Ketua

    Drs. Maryadi, M.Ag ( …………………………… ) Sekertaris

    Drs. Hermawan, M. Si ( …………………………… ) Penguji I

    Dra. Hj. Munyannah ( …………………………… ) Penguji II

    Disahkan oleh

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sebelas Maret

    Dekan

    Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    ABSTRAKS

    Supriyadi, “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN 1 - 10 MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DEKAK – DEKAK BAGI SISWA KELAS D-1 SLB-B YPPALB KOTA MAGELANG 2010/2011”. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun Pelajaran 2010 / 2011. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu : Perencanaan Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Sebagai objek adalah siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang yang berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data digunakan teknik tes wawancara, observasi, pencatatan arsip, dokumen, dan perekaman. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu redukdi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

    Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I hasil belajar Matematika pada kondisi awal tentang penjumlahan mendatar sebelum menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, diketahui rata-rata kelas 5 ketuntasan klasikal 25%. Hasil belajar Matematika pada siklus I tentang penjumlahan mendatar setelah menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak rata-rata kelas 5,75 ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75%, pada siklus II rata-rata kelas menjadi 6,75 seluruh siswa mendapat nilai di atas 6 yang diasumsikan secara klasikal telah menuntaskan belajar Matematika tentang penjumlahan mendatar dan seluruh siswa telah menuntaskan belajar Matematika (100%).

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Penjumlahan Bilangan 1 – 10 kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2011.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    ABSTRACT Supriyadi, “THE WAY TO INCREASE OF LEARNING MATHEMATICS OPERATING ADDITIVE NUMBERS 1 – 10 THROUGH USE OF TOOLS FIGURE DEKAK - DEKAK FOR STUDENTS CLASS D-I IN SLB-B YPPALB MAGELANG CITY 2010/2011”. Skripsi, Surakarta : The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, May 2011. This aim of this research is to increase of Learning – abacus can enhance students learning achievement Mathematics in D-I SLB-B YPPALB Magelang, in the school year 2010 / 2011. Form of research is action research class using the model cycle. Each cycle consisted of 4 : phases of the Implementation Action Plan, Observations, and Reflections. As the object is in D-I SLB-B YPPALB Magelang District, amounting to 4 students. Data collection techniques used in interviewing tests techniques, observation, archival records, documents, and recording. The data analysis technique used is an interactive model that has three components, namely data reduction, data display, and conclusion or verification.

    Based on the results of Classroom Action Research in the first cycle of Mathematics learning results in the initial conditions of a horizontal sum prior to using the abacus Viewer tool, known to the average 5th grade classical completeness 25%. Mathematics learning outcomes in the first cycle of the horizontal summation after using the Viewer tool abacus average of 5.75 classes in classical exhaustiveness has reached 75%, in cycle II, the average grade to 6.75 all students scored above 6, which assumed to be classical has completed its study of Mathematics of the sum of horizontal and all students have completed the learning of Mathematics (100%). Thus it can be concluded that the used of tool abacus can improve Mathematics Learning Outcomes Addition Numbers 1 - 10 in class D-I SLB-B YPPALB Magelang City in the school year 2011.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    MOTTO

    ”Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,

    Maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan )

    kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”

    dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu berharap”

    ( Terjemahan. Al Insyiroh :6-8 )

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan pada :

    v Bapak dan ibu yang tercinta

    v Istriku tercinta, yang selalu mendukung dan berdoa agar

    saya dapat menempuh pendidikan ke jenjang S-1

    v Putra-putraku tersayang yang telah memberi dorongan

    di dalam meneruskan pendidikan S-1

    v Sahabatku yang selalu mendukung dan berdo’a agar

    saya dapat menempuh pendidikan ke jenjang S-1

    v Rekan-rekan angkatan 2007 yang membantu saya dalam

    menyelesaikan tugas-tugas kuliah

    v Almameterku

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan

    mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar

    Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun skripsi ini masih

    banyak terdapat kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari Dosen

    pada akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

    Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

    terhormat :

    1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

    ijin untuk melaksanakan penelitian.

    2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar

    Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    4. Dekan Cq Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk

    melaksanakan penelitian.

    5. Drs. Hermawan, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

    motivasi masukan dan saran.

    6. Dra. Hj. Munzayannah selaku pembimbing II yang telah memberikan

    motivasi masukan dan saran.

    7. Seluruh staf pengajar di Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah

    memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    8. Kepala SLB-B YPPALB Kota Magelang, yang telah memberikan ijin untuk

    mengadakan penelitian.

    9. Seluruh staf pengajar di SLB-B YPPALB Kota Magelang, yang telah

    membantu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

    10. Seluruh siswa dan siswi SLB-B YPPALB Kota Magelang `yang telah

    membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam

    penelitian ini.

    11. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Semoga segala

    amal baik dan keikhlasan membantu dalam penulisan skripsi ini mendapatkan

    imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga hasil penelitian yang

    sederhana ini dapat bermanfaat.

    Surakarta, 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

    HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v

    HALAMAN ABSTRACT........................................................................ ....... vi

    HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

    DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah ....................................................................... 6

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8

    A. Kajian Teori .................................................................................. 8

    1. Tinjauan Tentang Anak Dengan Gangguan Pendengaran ...... 8

    a. Pengertian Anak Dengan Gangguan Pendengaran ............ 8

    b. Klasifikasi Anak Dengan Gangguan Pendengaran ........... 10

    c. Faktor Penyebab Gangguan Pendengaran ......................... 13

    d. Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran ......... 14

    2. Tinjauan Tentang Alat Peraga Dekak-dekak........................ 14

    a. Pengertian Alat Peraga ...................................................... 15

    b. Alat Peraga Dekak-dekak……………………………….. 15

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    c. Penjumlahan…………………………………………….... 16

    d. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga dalam Pengajaran

    Matematika……………………………………………….. 16

    3. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Matematika ........................... 16

    a. Pengertian Hasil Belajar ..................................................... 16

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar secara Umum 18

    c. Pengertian Matematika ...................................................... 23

    d. Tujuan Pelajaran Matematika ............................................ 24

    e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Matematika………………………………………………. 25

    f. Ruang Lingkup Matematika ............................................... 26

    g. Pengukuran Prestasi Belajar Matematika .......................... 27

    B. Kerangka Berfikir ......................................................................... 28

    C. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 29

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 30

    A. Setting Penelitian .......................................................................... 30

    1. Tempat Penelitian .................................................................... 30

    2. Waktu Penelitian ..................................................................... 30

    B. Subyek Penelitian .......................................................................... 32

    C. Data dan Sumber Data .................................................................. 32

    D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 33

    E. Validasi Data ................................................................................. 34

    F. Teknik Analisa Data ...................................................................... 35

    G. Indikator Kinerja ........................................................................... 35

    H. Prosedur Penelitian........................................................................ 36

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 42

    A. PelaksanaanPenelitian…………………………………………… 42

    1. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................... 42

    2. Deskripsi Siklus I ................................................................... 44

    3. Deskripsi Siklus II .................................................................. 47

    B. Hasil Penelitian…………………………………………………… 52

    C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 55

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 57

    A. Kesimpulan ................................................................................. 57

    B. Saran ........................................................................................... 57

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 58

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 59

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1. Tabel 1 Jadwal Penelitian .......................................................................... 31

    2. Tabel 2 Kondisi Awal Mata Pelajaran Matematika ................................... 42

    3. Tabel 3 Daftar Nilai Mata Pelajaran Matematika Siklus I ......................... 46

    4. Tabel 4 Daftar Nilai Mata Pelajaran Matematika Siklus II ........................ 51

    5. Tabel 5 Nilai Kondisi Awal, Nilai Siklus I, dan Nilai Siklus II............... 54

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    DAFTAR GRAFIK

    Halaman

    Grafik 1. Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Kondisi Awal ..................... 43

    Grafik 2. Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Siklus I ............................... 46

    Grafik 3. Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Siklus II .............................. 51

    Grafik 4. Nilai Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II MR, AK, JH, dan EP .......... 54

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................. 60

    2. Instrumen Pengamatan Siklus I .................................................................. 64

    3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................................ 67

    4. Instrumen Pengamatan Siklus II ................................................................ 71

    5. Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Ijin Menyusun Skripsi ................. 80

    6. Permohonan Ijin Research / Try Out ......................................................... 81

    7. Surat Ijin Menyusun Skripsi Kepada Yth Pembantu Dekan I.................... 82

    8. Permohonan Ijin Research Kepada Kepala SLB-B YPPALB ................... 83

    9. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala SLB-B YPPALB ....................... 84

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

    teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

    memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

    informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika

    di bidang teori bilangan, aljabar dan analisis. Untuk menguasai dan menciptakan

    teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika sedini mungkin.

    Suatu kenyataan yang sering dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar

    adalah banyak siswa yang mengeluh karena kesulitan dalam mengerjakan soal

    Matematika. Namun hal itu dapat dimaklumi karena untuk mempelajari

    Matematika membutuhkan daya pikir ataupun penalaran yang tinggi, sebagaimana

    dikemukakan oleh Crow and Crow (1989: 88) berdasarkan pengalaman dan

    pengamatannya mengatakan bahwa Matematika pada umumnya dianggap sukar

    dan tidak setiap orang dapat mempelajarinya serta banyak yang keliru memahami

    konsep sehingga tanpa menguasai konsep banyak anak yang hanya menghafalkan

    saja sekedar untuk memenuhi lulus ujian.

    Berkaitan dengan belajar Matematika yang penting adalah bagaimana

    siswa dapat memahami konsep-konsep dasar Matematika yang merupakan

    kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk itu belajar Matematika dituntut untuk lebih

    terampil dan kreatif di dalam menangani permasalahannya. Dengan demikian

    dalam mempelajari Matematika siswa tidak hanya memperhatikan guru

    menjelaskan di depan kelas saja, tetapi dapat juga dilakukan melalui kegiatan

    laboratorium, perpustakaan, diskusi dan pelaksanaan latihan penyelesaian

    soal-soal Matematika.

    Beberapa fakta menunjukkan, bahwa terlalu banyak anak yang tidak suka

    Matematika apalagi jika mereka sudah besar. Banyak yang menemui kesukaran

    dalam hal simpel, misalnya mengerjakan pecahan desimal dan menentukan akar

    dari suatu bilangan, kebanyakan anak-anak tidak berhasil

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    untuk menangkap arti sebenarnya dari konsep Matematika, paling baik mereka

    menjadi teknisi tulis dalam hal memanipulasi kelompok simbol yang komplek dan

    paling buruk mereka mempunyai kesukaran-kesukaran disebabkan oleh situasi

    yang tidak memungkinkan dalam memenuhi syarat-syarat Matematika yang

    diajarkan.

    Dalam mengajarkan Matematika untuk Anak Dengan Gangguan

    Pendengaran, harus memperhatikan kondisi usia mental, kemampuan berfikir,

    belajar melalui aktifitas konkrit, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan

    seluruh pengindraan dan tingkat kemandirian anak. Dengan memperhatikan

    kondisi tersebut maka perkembangan berfikir Matematika anak dapat

    ditingkatkan, sehingga anak dapat memperoleh pengalaman konkrit tentang

    konsep Matematika. Pengalaman tersebut dapat diperkaya melalui kegiatan yang

    diulang-ulang dengan variasi dan dinamis. Dengan cara ini dapat dihindari

    hambatan psikologis yang berlangsung terhadap perkembangan Matematika.

    Menurut Moh Amin (1995: 222) materi pelajaran berhitung atau

    Matematika yang dapat diberikan kepada Anak Dengan Gangguan Pendengaran,

    meliputi:

    1. Pengetahuan kuantitas dan jumlah sederhana

    2. Pengenalan desimal

    3. Pengenalan bilangan positif dan negatif

    4. Aplikasi matematika dalam kehiupan sehari-hari

    Penyelenggaraan pendidikan bagi Anak Dengan Gangguan Pendengaran

    membutuhkan adanya lingkungan fisik dan sosial yang sesuai dengan keadaannya,

    sebab ini merupakan prasyarat untuk menciptakan situasi dan kondisi dalam

    proses pembelajaran bagi anak dengan gangguan pendengaran. Pada kelas-kelas

    Anak Dengan Gangguan Pendengaran terdapat perbedaan yang sangat besar

    antara kemajuan anak yang satu dengan yang lain. Selain itu kemajuan anak

    dalam salah satu pengajaran dengan kemajuannya dalam pelajaran lain juga sering

    ada perbedaan yang cukup besar. Perbedaan penggunaan alat peraga juga sangat

    berpengaruh terhadap keberhasilan anak tersebut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    Supaya selaras dengan kenyataan, persiapan mengajar bukan hanya

    disusun untuk kelas sebagai keseluruan saja, melainkan juga harus disusun untuk

    tiap-tiap anak dalam kelas.

    Untuk memaksimalkan hasil belajar siswa, guru seharusnya memiliki

    pilihan menggunakan alat peraga mengajar yang disesuaikan dengan materi

    pengajaran. Dalam hal ini tidak ada alat peraga mengajar yang cocok untuk semua

    materi, dan untuk semua tujuan pengajaran. Untuk ini dalam menciptakan situasi

    yang kondusif guru harus pandai memilih alat peraga mengajar yang

    memungkinkan terjadinya kerjasama antara guru dan siswa. Demikian halnya

    dengan Anak Dengan Gangguan Pendengaran yang merupakan individu utuh dan

    unik pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengimbangi

    kelainan yang disandangnya. Oleh karena itu layanan pendidikan yang diberikan

    kepada Anak Dengan Gangguan Pendengaran untuk dapat mengembangkan

    potensi yang dimiliki secara optimal sesuai dengan kemampuannya.

    Pemahaman yang jelas tentang siapa Anak Dengan Gangguan

    Pendengaran itu merupakan dasar yang penting untuk dapat menyelenggarakan

    layanan dan pengajaran yang tepat bagi mereka. Dengan kecerdasan yang berada

    di bawah rata-rata anak normal, Anak Dengan Gangguan Pendengaran mengalami

    kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurang cakap dalam

    memikirkan hal-hal yang abstrak. Mereka terbelakang atau tidak berhasil bukan

    dalam sehari dua hari atau sebulan dua bulan tetapi untuk selama-lamanya,

    lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan,

    mengggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam pelajaran yang bersifat

    teoritis.

    Pada dasarnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah dewasa ini

    masih berjalan klasikal, artinya seorang guru di dalam kelas menghadapi sejumlah

    siswa dalam waktu yang sama menyampaikan bahan pelajaran yang sama pula.

    Dasar pemikiran penyelenggaraan sistem klasikal itu sebagai berikut :

    Oleh karena kelas terdiri dari anak-anak yang sebaya, mereka relatif memiliki

    perhatian, minat, pengalaman, dan taraf kepandaian yang sama pula, maka kepada

    mereka dapat diberikan program pengajaran yang sama

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    dan dikenai tuntutan-tuntutan yang sama pula. ”dalam pengajaran klasikal seperti

    guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan,

    kesiapan dan kematangan dan kecepatan belajar yang sama.

    ” Suryobroto B, (1985:141), memang diakui adanya perbedaan perseorangan

    diantara siswa-siswa dalam satu kelas, namun perbedaan itu dianggap tidak

    penting sehingga diabaikan. Sistem pengajaran klasikal lebih menitikberatkan

    persamaan daripada perbedaan siswa dalam satu kelas”.

    Dapat kita bayangkan sebagai akibat pengajaran seperti ini anak yang

    pandai akan terhambat kemajuannya oleh kawan-kawan yang lain, sebab mereka

    sekelas harus maju bersama-sama. Sebaliknya siswa yang lambat (kurang pandai)

    seolah-olah dipaksakan untuk berjalan cepat, melangkah seiring dengan kawan

    yang pandai. Menurut Sudarinah, (1991:16), bahan pengajaran Matematika itu

    disusun secara herarkis, artinya untuk belajar suatu topik ada persyaratan tertentu

    yang harus dikuasai, yang disebut prasyarat, sebelum topik itu dipelajari. Jadi

    siswa dengan kemampuan awal rendah atau penguasaan prasyarat kurang maka

    akan kesulitan untuk menguasai bahan pelajaran berikutnya. Hal ini

    mengakibatkan belajar tidak efektif dan tidak menyenangkan.

    Suryobroto.B, (1985:142) menyampaikan :

    ” Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi banyak membawa kegagalan dalam membina tenaga manusia secara efektif. Banyaknya anak yang gagal sekolah atau drop out mungkin juga sebagai akibat praktek pengajaran yang melupakan perbedaan-perbedaan individual disamping karena faktor lain seperti latar belakang siswa, ekonomi keluarga, atau sebab lain ”.

    Pada kelas-kelas Anak Dengan Gangguan Pendengaran terdapat perbedaan

    yang sangat besar antara kemajuan anak yang satu dengan yang lain. Selain itu

    kemajuan anak dalam salah satu pengajaran dengan kemajuannya dalam pelajaran

    lain juga sering ada perbedaan yang cukup besar. Kelas-kelas Anak Dengan

    Gangguan Pendengaran akan penuh dengan perbedaan-perbedaan. Anak yang

    duduk dalam kelas itu, tetapi dalam hal tertentu ia mungkin hanya setaraf dengan

    anak-anak yang lebih muda darinya atau justru sudah setaraf dengan anak yang

    duduk di kelas yang lebih lanjut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    Perbedaan individual tersebut membawa akibat didalam persiapan mengajar,

    pencatatan kemajuan, dan laporan kemajuan. Supaya selaras dengan kenyataan,

    persiapan mengajar bukan hanya disusun untuk kelas sebagai keseluruhan saja,

    misalnya harus disusun untuk tiap-tiap anak dalam kelas.

    Berdasarkan adanya perbedaan kemampuan yang ada pada setiap anak

    maka para ahli pendidikan memikirkan cara-cara untuk mengatasi masalah

    tersebut, kemudian mereka mengembangkan pengajaran yang memakai

    macam-macam alat peraga antara lain penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak

    yang tepat.

    Dasar pemikiran penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak, ialah adanya

    pengakuan terhadap perbedaan pemahaman pada masing-masing siswa. Karena

    adanya berbagai macam keterbatasan kemampuan intelektual yang dimiliki para

    siswa, mendorong penulis untuk menerapkan penggunaan Alat Peraga

    Dekak-dekak dengan mengulang-ulang materi yang disampaikan, sehingga anak

    dapat memahami, mengerti tentang materi yang disampaikan tersebut.

    Berdasarkan uraian diatas serta pengamatan yang dilakukan penulis

    di kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang, menunjukkan bahwa hasil belajar

    Matematika kurang optimal. Untuk ini kiranya masih diperlukan adanya penelitian

    untuk mengetahui alat peraga pembelajaran apa yang tepat digunakan untuk

    meningkatkan hasil belajar Matematika. Oleh karena itu penulis mengambil obyek

    penelitian tentang Alat Peraga Dekak – dekak dengan judul :

    ” Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan

    1 – 10 Melalui Penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak Bagi Siswa Kelas

    D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2011”.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    ” Apakah Penggunaan Alat Peraga Dekak-Dekak Dapat Meningkatkan

    Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Pada Siswa

    Dengan Gangguan Pendengaran Kelas D-I di SLB-B YPPALB Kota Magelang ?”

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka penelitian

    mempunyai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat memberikan manfaat

    adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    ” Ingin Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan

    1 – 10 Dengan Melalui Penggunaan Alat Peraga Dekak-Dekak Kepada Siswa

    Dengan Gangguan Pendengaran Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.”

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :

    1. Secara Teoritis

    a. Menambah khasanah pengetahuan dalam pendidikan luar biasa, khususnya

    dalam pengembangan kemampuan anak dengan gangguan pendengaran

    terutama upaya peningkatan hasil belajar matematika operasi penjumlahan

    bilangan 1 – 10 melalui penggunaan Alat Peraga Dekak- dekak bagi siswa

    kelas D-I.

    b. Menambah khasanah pengetahuan Matematika tentang penggunaan Alat

    Peraga Dekak – dekak dalam pembelajaran operasi penjumlahan bilangan

    1 – 10 siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.

    2. Secara Praktis

    a. Bagi Sekolah

    Bagi SLB-B YPPALB Kota Magelang peningkatan hasil belajar

    Matematika operasi penjumlahan bilangan 1 – 10 melalui penggunaan Alat

    Peraga Dekak-dekak sebagai salah satu untuk mengembangkan layanan

    pendidikan terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran

    akademik, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berhitung bagi

    Anak Dengan Gangguan Pendengaran.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    b. Bagi Guru

    Dapat menerapkan konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit

    dalam bentuk matematika yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian

    maupun sebagai alat meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi

    bertambah banyak.

    c. Bagi Siswa

    1). Konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit Operasi

    Penjumlahan Bilangan 1 – 10 kelas D-I dengan menggunakan Alat

    Peraga Dekak-dekak lebih dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.

    2). Siswa Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang dapat memahami

    hubungan antara konsep abstrak Matematika Operasi Penjumlahan

    bilangan 1 – 10 dengan benda dialam sekitar lebih mudah dipahamai.

    3). Mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, dan efektif upaya peningkatan

    hasil belajar bagi siswa kelas D-I dalam mata pelajaran Matematika

    pokok bahasan penjumlahan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Tinjauan Tentang Anak Dengan Gangguan Pendengaran

    a. Pengertian Anak Dengan Gangguan Pendengaran

    Sistem pendengaran manusia secara anatomis terdiri dari tiga bagian

    penting, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam.

    Struktur telinga bagian luar melipui liang telinga, yang memiliki panjang kurang

    lebih 2,5 cm dan daun telinga ( auricula ). Struktur telinga bagian tengah meliputi

    gendang pendengaran ( eardrum ), tulang pendengaran ( malleus, incus, stapes ),

    rongga telinga tengah ( cavum tymponi ), dan serambi ( vestibule ). Struktur

    telinga bagian dalam susunannya meliputi saluran gelung tengah lingkaran

    ( conolis semi circularis ), serta rumah siput ( coeble ).

    Secara fisiologis, struktur telinga manusia dibedakan menjadi dua bagian,

    yaitu organ telinga yang berfungsi sebagai penghantar dan, organ telinga yang

    berfungsi sebagai penerima. Organ telinga berfungsi sebagai penghantar meliputi,

    organ telinga yang terdapat ditelinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan

    sebagian bagian dalam. Sedangkan organ telinga yang berfungsi sebagai penerima

    meliputi sebagian telinga bagian dalam, saraf pendengaran( auditory nerve ), dan

    sebagain dari otak yang mengatur persepsi bunyi.

    Jika dalam proses mendengar tersebut terdapat satu atau lebih organ

    telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam mengalami

    Gangguan Pendengaran atau kerusakan disebabkan penyakit, kecelakaan,

    sehingga organ tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik, keadaan

    tersebut dikenal dengan gangguan pendengaran atau tunarungu. Sedangkan

    pengertian atau definisi Gangguan Pendengaran dapat berbeda dari satu ahli

    dengan ahli lainnya.

    Berikut pengertian Gangguan Pendengaran menurut para ahli, antara lain :

    Moores dalam Totok Bintoro (2008:3) memberikan batasan yaitu :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    “ Gangguan Pendengaran tidak saja terbatas pada kehilangan pendengaran dari tingkat ringan, sedang, berat sampai sangat berat”. Selanjutnya Moores mendefinisikan Gangguan Pendengaran kedalam dua kelompok. Pertama, seseorang dikatakan tuli ( deaf ) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengaran yang baik dengan ataupun dengan Alat Bantu Mendengar. Kedua, seseorang dikatakan kurang dengar ( hard of hearing ) bila kehilangan pendengaran pada 35 dB sampai 69 dB ISO, sehingga ia mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang lain melaui pendengarannya baik tanpa maupun dengan Alat Bantu Mendengar.

    Menurut Heward & Orlansky dalam Mulyono ( 1994:60) :

    “ Tuli ( deaf ), diartikan sebagai kerusakan sensorik yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis dan sebagai suatu kondisi dimana suara-suara termasuk suara pembicara tidak mempunyai arti untuk maksud-maksud kehidupan sehari-hari”. Kurang dengar ( hard of hearing ) adalah seseorang yang kehilangan pendengaran secara nyata yang memerlukan penyesuain-penyesuaian khusus.” Mufti Salim ( 1984:18 ) mengemukakan :

    Anak Dengan Gangguan Pendengaran, “ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak”.

    Mardiati Busono ( 1983:18) mengemukakan :

    Anak Dengan Gangguan Pendengaran, “adalah anak yang lahir dengan sedikit pendengaran atau tidak dapat mendengar atau yang kehilangan pendengaran sejak awal masa kanak-kanak sebelum dapat berbicara dan berbahasa yang diperlukan”.

    Sedangkan dalam Wikipedia, the free encyclopedia dinyatakan :

    “ Deafness is a condition wherein the sufferer’s ability to detect certain frequencies of sound is completely or partially impaired. When apllied to humans, the term hearing impaired to describe sufferers is rejected by the Deaf Culture movement, where the terms deaf and hard-of-hearing are preferred”. Gangguan Pendengaran adalah suatu kondisi dimana penderita kemampuan untuk mendeteksi frekuensi tertentu suara benar-benar atau sebagian terganggu. Ketika diterapkan pada manusia, gangguan pendengaran istilah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    untuk menggambarkan penderita ditolak oleh Deaf Budaya gerakan, dimana syarat tuli dan keras–of-pendengaran lebih disukai.

    Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa

    pada hakekatnya Gangguan Pendengaran, adalah suatu keadaan atau derajat

    kehilangan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, berat dan

    sangat berat, disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya organ-organ

    pendengaran yang terjadi sebelum atau sesudah lahir, yang mengakibatkan

    hambatan dalam perkembangan terutama hambatan dalam berkomunikasi dengan

    orang lain sehingga memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus.

    b. Klasifikasi Anak Dengan Gangguan Pendengaran.

    Di dalam pemberian pelayanan bagi Anak Dengan Gangguan Pendengaran

    harus sesuai dengan tingkat kemampuannya, yaitu dengan cara

    mengklasifikasikan tingkat gangguan pendengarannya.

    Menurut beberapa ahli anak dengan gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan

    sebagai berikut :

    Klasifikasi Anak Dengan Gangguan Pendengaran menurut Samuel A Kirk yang dikutip Permanarian Somad ( 1995:29 ) adalah sebagai berikut :

    a) 0 dB : Menunjukkan pendengaran yang optimal. b) 0 – 26 dB : Menunjukkan seseorang masih menunjukkan

    pendengaran yang normal. c) 27 – 40 dB : Mempunyai kesulitan mendengar bunyi yang jauh

    membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong gangguan pendengaran ringan ).

    d) 41 – 55 dB : Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu mendengar dan terapi bicara ( tergolong gangguan pendengaran sedang ).

    e) 56 – 70 dB : Hanya bisa mendengar suara dari jarak dekat, masi mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tergolong gangguan pendengaran agak berat ).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    f) 71 – 90 dB : Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat bantu mendengar, latihan bicara secara khusus (tergolong gangguan pendengaran berat sekali).

    g) 91 dB keatas : Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak tergantung pada pengelihatan daripada pendengarannya untuk proses menerima informasi dan bersangkutan dianggap tuli (tergolong gangguan pendengaran berat).

    Permanarian Somad ( 1995:32 ) Mengelompokkan anak dengan gangguan pendengaran berdasar pada anatomi fisiologisnya, yaitu :

    a) Gangguan pendengaran hantaran ( konduksi ), ”ialah gangguan pendengaran yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah”. Terjadi karena pengurangan intensitas bunyi yang mencapai telinga bagian dalam, dimana syaraf pendengaran berfungsi. Dapat segara diatasi atau dikurangi secara efektif melalui amplifikasi atau alat bantu mendengar.

    b) Gangguan pendengaran syaraf (Sensori-neural), ialah gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada lobus temporali.

    c) Gangguan pendengaran campuran, disebabkan adanya keruskan telinga bagian dalam. Kehilangan pendengaran sentral atau perceptual disebabkan oleh kerusakan pada syaraf pendengaran.

    Sedang pendapat A. Van Uden dalam Lani Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati (2000:6-7) Klasifikasi anak dengan gangguan pendengaran berdasarkan saat terjadinya dikaitkan dengan taraf penguasaan bahasa seseorang anak yaitu :

    a) Tuli Pra-bahasa ( Prelingually deaf ), yaitu mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa ( usia 1,6 tahun ), artinya anak baru menggunakan tanda ( signal ) tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih, memegang benda/orang dan mulai memahami lambang yang digunakan orang lain sebagai tanda ( misalnya bila mendengar kata ”susu” mengerti bahwa akan diberi minum ), namun belum membentuk suatu lambang.

    b) Tuli Purna Bahasa ( Postlingually deaf ), yaitu mereka menjadi tuli setelah menguasai suatu bahasa yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang yang berlaku dilingkungannya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses yang berkaitan dengan

    Gangguan Pendengaran, adalah gangguan yang berkaitan dengan

    penginterpretasian terhadap suara. Hal ini biasanya diawali oleh kerusakan secara

    fisik atau karena perkembangan yang tidak fajar.

    Menurut pendapat Boothroyd dalam Lani Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati (2006:6). Memberikan batasan untuk tiga istilah berdasarkan seberapa jauh seseorang memanfaatkan sisa pendengaran dengan atau tanpa bantuan amplikasi/pengeras Alat Bantu Mendengar ( ABM ) sebagai berikut :

    a) Kurang dengar ( har of hearing ), adalah mereka yang mengalami gangguan dengar, namun masih dapat menggunakannya sebagai sarana/mobilitas utama untuk menyimak suara percakapan seseorang dan mengembangkan kemampuan bicaranya

    b) Tuli ( deaf ), adalah mereka yang pendengarannya sudah tidak dapat digunakan sebagai sarana utama guna mengembangkan kemampuan bicara, namun masih dapat difungsikan sebagai suplemen (bantuan) pada pengelihatan dan perabaan.

    c) Tuli total ( totally deaf ), adalah meraka yang sudah lama sekali tidak memiliki pendengaran, sehingga tidak dapat digunakan untuk menyimak/mempersepsi dan mengembangkan bicara.

    Selanjutnya dalam Wikipedia, the free encyclopedia dinyatakan :

    “Hearing impairments are categorized by their type (conductive, sensorineural, or both), by their severity, and by the age of onset. Furthermore, a hearing impairment may exist in only one aer unilateral) or in both ears (bilateral)”.

    Gangguan pendengaran yang dikatogorikan berdasarkan jenis mereka (konduktif, sensorineural, atau keduanya), dengan keparahan mereka, dan pada usia onset. Selain itu, gangguan pendengaran mungkin ada pada salah satu telinga (unilateral) atau pada kedua telinga (bilateral).

    c. Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Pendengaran

    Apabila alat pendengaran mengalami kelainan, baik yang sebagian

    maupun keseluruhan dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan

    pendengaran. Secara terinci determinasi gangguan pendengaran dapat penulis

    uraikan dari pendapat beberapa ahli sebagai berikut :

    1). Penyebab Gangguan Pendengaran Menurut Brown yang dikutip oleh Heward & Orlansky dalam Mulyono dan Sudjadi ( 1994:71 ), yaitu :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    a) Maternal Rubella ( campak, pada waktu ibu mengandung muda terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran). Faktor keturunan, yang tampak adanya beberapa anggota keluarga yang mengalami kerusakn gangguan pendengaran.

    b) Ada komplikasi pada saat dalam kandungan dan kelahiran prematur, berat badan kurang, bayi lahir biru, dan sebagainya. c) Meningitis ( radang otak ) sehingga ada semacam bakteri yang dapat

    merusak sensitivitas alat dengar di bagian dalam telinga. d) Kecelakaan/trauma atau penyakit.

    2). Menurut Andreas Dwidjosumarto ( 1995:33 ) waktu terjadinya Gangguan

    Pendengaran : a) Sebelum lahir ( Prenatal ).

    Kondisi ibu yang terkena infeksi atau keracunan pada saat mengandung, sakit influenza atau campak, terutama 3 bulan pertama usia kandungan. Sebab-sebab pada saat sebelum lahir ini, termasuk juga faktor darah dimana darah anak tidak cocok dengan darah ibunya.

    b) Pada saat kelahiran ( neonatal ). Pada saat lahir terjadi kecacatan seperti pada bagian luar telinga, gendang

    suara di bagian tengah, dan perkembangan mekanisme saraf yang di bawa karena keturunan dapat terjadi pada saat anak lahir, atau terjadi segera setelah anak lahir. Penyebabnya antara lain adalah akibat terkenan oleh pinggul ibu atau akibat penggunaan alat yang menyebabkan pendarahan di otak sehingga merusak sistem saraf aoxia.

    c) Pada saat sesudah kelahiran ( postnatal ) karena penyakit atau kecelakaan. Contohnya meningitis, penyakit jengkering, penyakit gondok, diphteri, batuk rejan campak, penyakit typhus, otitis media, gegar otak. Apabila terjadi pada tahun-tahun awal, yaitu sebelum anak berbahasa maka pelayanan pendidikannya sama seperti anak dengan gangguan pendengaran sejak lahir.

    3). Penyebab Gangguan Pendengaran menurut Boothroyd dalam Mulyono ( 1994:72) antara lain : a) Karena keturunan, ada faktor-faktor yang di bawa oleh orang tuanya. b) Karena penyakit, yaitu ibu pada waktu mengandung muda menderita

    suatu penyakit seperti rubella. c) Karena obat-obtan, kadang-kadang ibu yang sakit banyak meminum

    obat, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan alat dengar anak yang masih dalam kandungan, dan juga pada anak yang terlalu banyak minum obat atau salah ukurannya dapat mengganggu alat pendengarannya.

    d) Karena kondisi traumatis sperti kurang gizi, radiasi, kekurangan oksigen pada saat kelahiran premature, atau karena mendengar ledakan yang terlalu kuat dan kebisingan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    d. Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran

    Manusia dalam kehidupan mengalami perkembangan, baik dalam fisik

    maupun psikis. Gangguan Pendengaran pada seseorang tidak tampak jelas jika

    dibandingkan dengan ketunaan yang lain. Hal ini dikarenakan anak dengan

    Gangguan pendengaran mempunyai karakteristik yang khas.

    Karakteristik anak dengan gangguan pendengaran dapat dilihat dari segi

    intelegensi, bahasa dan bicara, emosi serta sosial.

    Totok Bintoro ( 2008:4 ) karakteristik anak dengan gangguan pendengaran antara lain meliputi : 1). Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran di bidang Kognisi.

    a). Kemampuan verbal ( verbal IQ ) anak dengan gangguan pendengaran lebih rendah dibandingkan kemapuan verbal anak mendengar.

    b). Performance IQ anak dengan gangguan pendengaran sama dengan anak mendengar.

    c). Daya ingat jangka pendek anak dengan gangguan pendengaran lebih rendah daripada anak dengar terutama pada informasi yang bersifat suksesif.

    d). Pada informasi serempak antara anak dengan gangguan pendengaran dan anak mendengar tidak ada perbedaan.

    e). Daya ingat jangka panjang hamper tidak ada perbedaan, prestasi akhir biasanya lebih rendah.

    2). Karakteristik Anak Dengan Gangguan Pendengaran di bidang Bahasa a). Miskin dalam kosa kata b). Terganggu bahasanya c). Dalam berbahasa dipengaruhi emosional / visual order ( apa yang

    dirasakan dan apa yang dilihat ). d) Anak dengan gangguan pendengaran cenderung pemata. e). Bahasa merupakan hasil interaksi mereka dengan hal-hal yang konkret.

    2. Tinjauan Tentang Alat Peraga Dekak-Dekak

    Setiap konsep abstrak dalam Matematika yang harus dipahami anak perlu

    segera diberi penguatan supaya mengendap, melekat, dan tahan lama serta

    tertanam sehingga menjadi miliknya dalam pola tindakannya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    Untuk keperluan inilah maka diperlukan belajar melalui berbuat dan pengertian

    tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja yang tentunya akan

    mudah dilupakan dan sulit untuk dimiliki.

    Karena itulah maka dalam pengajaran Matematika di SLB-B khususnya

    tingkat Dasar diperlukan alat peraga.

    a. Pengertian Alat Peraga

    Menurut Estiningsih ( 1994:15 ) ” alat peraga merupakan media pembelajaran

    dari yang konkrit untuk memahami konsep yang abstrak dengan benda-benda

    konkrit (rii) dengan perantara atau visualisasi yang mengandung atau

    membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari”.

    b. Alat Peraga Dekak-Dekak

    Menurut Suherman, dkk ( 2003:203 ) “yaitu alat untuk menghitung berupa

    deretan bulatan dari kayu, plastik dan sebagainya yang bertusuk ( setusuk berisi

    10 butir ) dan berbingkai”.

    c. Penjumlahan

    Suharsimi Arikunto ( 1999:20 ) mengemukakan “Penjumlahan adalah

    Penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang

    merupakan jumlah”.

    d. Fungsi dan manfaat alat peraga dalam pengajaran Matematika yaitu :

    1). Anak akan lebih banyak mengikuti pelajaaran matematika dengan

    gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin

    besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap

    pengajaran matematika.

    2). Dengan disajikannya konsep abstrak matematika menjadi konkrit,

    maka siswa pada tingkatan yang lebih rendah akan mudah memahami

    dan mengerti.

    3). Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda di

    sekitarnya atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    4). Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi

    sehingga merangsang siswa untuk belajar.

    5). Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan oleh siswa.

    3. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Matematika

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar adalah hasil

    dari kemampuan ketrampilan dan sikap sesorang dalam menyelesaikan suatu hal”.

    Sedangkan menurut Poerwadarminto (1989:7000) dikatakan bahwa ”Hasil artinya

    hasil yang pernah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan)”.

    Dari pengertian itu dapat diambil kesimpulan bahwa Prestasi adalah sesuatu hasil

    yang pernah dicapai yaitu kemampuan sikap dan keterampilan seseorang dalam

    menyelesaikan suatu hal.

    Menurut Nasution (1986: 43) menyatakan bahwa: ”Hasil belajar, adalah

    proses belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan perubahan, perubahan-

    perubahan ini meliputi bidang atau aspek pengetahuan, perubahan keterampilan,

    nilai dan sikap”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar, adalah

    hasil proses belajar yang menghasilkan perubahan.

    Perubahan itu dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki, misalnya dari

    tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.

    Sedangkan Winkel. WS. (1996 : 53) ”Hasil belajar adalah Suatu aktifitas

    mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan,

    yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

    keterampilan dalam nilai sikap, perubahan ini bersifat relatif konstan dan

    berbekas”. Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula

    penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil

    utama, dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan. Proses belajar dapat

    berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

    belajar, adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam berinteraksi dengan

    individu dan lingkungan yang diketahui dari hasil evaluasi yang dinyatakan dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    bentuk nilai, serta terjadi suatu perubahan pada individu yang belajar baik aktual

    maupun potensial dan bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum.

    Hasil belajar siswa satu dengan lainnya berbeda-beda, ada yang baik, ada

    yang sedang, ada yang kurang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor

    yang turut mempengaruhi prestasi belajar, baik faktor internal maupun faktor

    eksternal.

    Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991 : 130-131) bahwa

    faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :

    1) Faktor Internal

    a) Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang

    termasuk faktor jasmaniah misalnya penglihatan, pedengaran, struktur tubuh

    dan sebagainya.

    b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun diperoleh, yang terdiri

    atas:

    (1) Faktor intrinsif yang meliputi:

    (a) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat

    (b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki

    (2) Faktor non intrintif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

    sikap kebiasaan, minat, kebutuhan dan motivasi, emosi dan

    penyesuaian diri.

    2) Faktor eksternal,ini meliputi:

    a) Faktor sosial, yang terdiri atas:

    (1) Lingkungan keluarga.

    (2) Lingkungan sekolah

    (3) Lingkungan masyarakat

    (4) Lingkungan kelompok

    b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, kesenian, ilmu pengetahuan dan

    teknologi.

    c) Faktor lingkungan fisik , seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

    d) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1993: 249) faktor-faktor yang

    mempengaruhi belajar adalah :

    1) Faktor Non Sosial dalam belajar

    2) Faktor Sosial dalam belajar.

    3) Faktor Fisiologis dalam belajar

    4) Faktor Psikologis dalam belajar

    Dari keempat faktor tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:

    1) Faktor-faktor Non Sosial dalam belajar.

    Yang termasuk faktor non sosial dalam belajar adalah : keadaan

    udara, suhu, udara, cuaca, waktu (pagi, siang maupun malam), tempat,

    alat-alat yang digunakan untuk belajar. Semua faktor tersebut

    harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan proses belajar-

    mengajar yang maksimal.

    2) Faktor-faktor sosial dalam belajar.

    Yang dimaksud faktor sosial disini, adalah faktor manusia, baik manusia

    itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu tidak secara langsung,

    misalnya kehadiran orang lain pada waktu seseorang sedang belajar

    maka hal itu akan mengganggu proses belajar anak. Selain kehadiran

    langsung seperti yang telah dikemukakan diatas, mungkin juga orang lain itu

    hadir secara tidak langsung misalnya, protret dapat merupakan representasi

    dari seseorang suara nyanyian dari radio atau tipe recorder juga dapat

    merupakan representasi dari kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial

    tersebut pada umumnya dapat mengganggu proses belajar dan hasil belajar.

    3) Faktor-faktor Fisiologis dalam belajar.

    Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

    keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis

    tertentu.

    a) Keadaan jasmani pada umumnya

    Keadaan jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatarbelakangi

    aktifitas belajar, dalam hubungannya dengan hal ini ada dua macam hal

    yang perlu dikemukakan yaitu :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    (1) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan

    mengakibatkan menurunnya kondisi jasmani, yang pengaruhnya

    dapat berupa kelesuan, mudah lelah, dan lain sebagainya.

    (2) Beberapa penyakit yang kronis dapat mengganggu proses belajar.

    Misalnya penyakit influena, sakit gigi, batuk dan lain sebagainya

    yang sering diabaikan tetapi dalam kenyatannya penyakit semacam

    ini dapat mengganggu aktifitasnya belajar.

    b) Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra.

    Panca indra dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh

    kedalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan

    menggunakan panca indranya. Berfungsi dengan baik panca indra

    merupakan syarat untuk dapat belajar dengan baik.

    c) Faktor-faktor Psikologis dalam belajar.

    Yang termasuk faktor psikologis dalam belajar antara lain yaitu :

    perhatian, pengamatan, impian dan perasaan. Selain itu pendorong yang

    biasanya besar pengaruhnya dalam belajar anak-anak adalah cita-cita.

    Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya

    kebutuhan disentralisasikan disekitar cita-cita, sehingga dorongan

    tersebut mampu memobilisasi gerakan psikis untuk belajar.

    Menurut Bimo Walgito (1986:124) Faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar adalah :

    1) Faktor anak atau individu yang belajar

    2) Faktor lingkungan anak

    3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari

    Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1) Faktor anak atau individu yang belajar

    Faktor anak ini sangat penting dalam aktifitas belajar, sebab anak

    itu belajar atau tidak tergantung dari anak yang bersangkutan.

    Faktor anak atau individu ini terdiri dari faktor fisik dan psikis,

    dimana antara kedua faktor ini saling berhubungan dan tidak dapat

    dipisah-pisahkan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    a) Faktor Fisik

    Faktor fisik ini sangaterat hubungannya dengan kesehatan

    jasmani. Bila fisik sedang lelah atau sakit, maka akan dapat

    mengganggu proses kegiatan anak yang bersangkutan.

    b) Faktor psikis

    Faktor psikis yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah

    sebagai berikut :

    (1) Perhatian

    Bila belajar tidak disertai dengan perhatian yang baik,

    dimungkinkan dalam belajarnya anak akan kurang berhasil

    untuk mencapai hasil yang baik.

    (2) Minat

    Apabila dalam kegiatan belajar minat anak rendah, hal ini

    akan mempengaruhi konsentrasi terdapat masalah yang

    dipelajari. Keadaan ini secara langsung atau tidak

    langsung dapat berpengaruh pada hasil belajar yang akan

    dicapai.

    (3) Dorongan ingin tahu

    Semakin besar dorongan ingin tahu seseorang akan

    semakin besar pula minat dan perhatiannya dalam belajar.

    Dengan minat dan perhatian yang besar dalam belajar,

    kemungkinan besar anak akan mampu mencapai hasil

    belajar yang tinggi.

    (4) Disiplin diri

    Anak yang memiliki disiplin tinggi dalam kegiatan belajar

    akan membantu dalam menbcapai tujuan belajar yang

    diharapkan.

    (5) Intelegensi Faktor intelegensi ini sangat dominan dalam

    mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Semakin tinggi

    intelegensi anak, dimungkinkan semakin tinggi pada

    tingkat prestasi belajarnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    2) Faktor lingkungan anak

    Lingkungan sekitar anak sangat besar sekali pengaruhnya terhadap

    kegiatan belajar. Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkungan alam,

    keluarga dan masyarakat. Lingkungan alam yang kurang

    menguntungkan akan mempengaruhi pengaruh yang negatif terhadap

    kegiatan belajar anak. Begitu juga dengan lingkungan keluarga, besar

    sekali pengaruh pada keberhasilan belajar anak. Keluarga yang broken

    home misalnya, keadaan keluarga ini akan dapat menimbulkan

    pengaruh yang negatif pada aktivitas belajar anak. Disamping itu

    pengaruh lingungan juga besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar

    anak. Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan dapat

    mempengaruhi proses dan hasil belajar anak.

    3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari

    Bahan atau materi yang dipelajari siswa atau peserta didik dalam

    belajar, sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Anak

    yang mempelajari mata pelajaran yang tidak sesuai dengan

    kemampuan yang dimiliki akan mengakibatkan anak mengalami

    kesulitan belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai rendah.

    Dari beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

    belajar, faktor yang lebih kuat adalah faktor internal, yaitu faktor yang

    berasal dari dalam diri siswa sendiri, karena keberhasilan siswa dapat

    dipengaruhi oleh kecerdasan atau bakat yang telah dimiliki siswa.

    Keberhasilan siswa akan tercapai bila kecerdasan yang dimiliki siswa

    didukung dengan adanya lingkungan yang baik dan strategi belajar

    yang tepat.

    c. Pengertian Matematika.

    Johnson dan Rising yang dikutip oleh Tombokan Runtukahu (1994:15)

    memberikan pengertian sebagai berikut :

    1) Matematika, adalah pengetahuan terstruktur dimana sifat dan teori

    dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    atau tidak didefinisikan dan berdasarkan sifat atau teori yang telah

    dibuktikan kebenarannya.

    2) Matematika, adalah bahasa simbul tentang berbagai gagasan dengan

    menggunakan istilah-istilah yang didefisikan secara cermat, jelas dan

    akurat.

    3) Matematika, adalah seni dimana keindahannya terdapat dalam

    kelembutan dan keharmonisan.

    Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional (1993 : 47) adalah :

    Matematika sekolah, adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan

    Dasar dan Pendidikan Menengah. Matematika sekolah terdiri atas

    bagian-bagian Matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan

    kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa secara terpadu pada

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berari bahwa

    Matematika sekolah tidak dapat dipindahkan sama sekali dari ciri-ciri yang

    dimiliki Matematika. Ciri penting dan matematika adalah memiliki obyek

    kejadian yang abstrak dan berpola pikir deduktif dan onsisten.

    Dipandang dari segi proses instrumen yang memiliki obyek dasar abstrak dan

    berlandaskan kebenaran konsistensi untuk mencapai tujuan pendidikan.

    Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka penulis dapat

    menyimpulkan bahwa : bidang studi Matematika, yaitu ilmu yang

    mempelajari bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur

    operasional yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam Matematika

    yang perlu dibuktikan kebenarannya.

    d. Tujuan Pelajaran Matematika

    Menurut Kurikulum Sekolah Dasar 1993 tentang Garis-garis Besar

    Program Pengajaran (GBPP), tujuan pelajaran Matematika adalah sebagai

    berikut :

    1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan

    di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui

    latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,

    cermat, jujur dan efektif.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika dan pola

    pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari

    berbagai ilmu pengetahuan.

    Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, SDLB

    Tunarungu Wicara, Depdiknas (2006: 101-102) Mata pelajaran Matematika

    bertujuan sebagai berikut :

    1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

    dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

    efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

    2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

    Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

    menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

    3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah

    merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

    solusi yang diperoleh.

    4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau

    media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.

    5) Memahami sikap menghargai kegunaan Matematika dalam

    kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

    mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

    pemecahan masalah.

    Berdasarkan uraian tujuan Matematika tersebut diatas, dapat diambil

    kesimpulan bahwa Matematika, bertujuan agar siswa mampu berfikir kritis,

    realitis dan penuh penalaran sehingga hasil yang diharapkan dapat akurat dan

    efisien.

    e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika

    Keberhasilan belajar Matematika akan berhasil dengan baik bila proses

    Matematikanya baik, yaitu melibatkan intelektual dan emosional peserta didik

    secara optimal. Hal ini bisa dicapai bila faktor-faktor ini dikelola dengan

    sebaik-baiknya. Faktor-faktor tersebut menurut Sudarinah dan Maryana

    (1991: 100 – 101) adalah :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    1) Tujuan

    Tujuan harus dinyatakan dengan jelas apa yang hendak dicapai. Sebaiknya

    tujuan itu dirumuskan sedemikian sehingga tingkah laku anak didik pada

    akhir kegiatan dapat diamati.

    2) Bahan

    Bahan yang dimaksud disini adalah Matematika yang menjadi isi interaksi.

    Bahan itu adalah untuk menjawab pertanyaan materi apa yang akan

    diberikan kepada siswa.

    3) Siswa

    Telah disebutkan diatas, salah satu faktor interaksi adalah siswa yang

    belajar. Jadi siswa aktif mengalami bagaimana belajar itu. Faktor siswa itu

    adalah untuk menjawab pertanyaan kepada siapa sesuatu itu (dalam hal ini

    Matematika).

    4) Pengajar

    Faktor ini merupakan salah satu sumber belajar. Pengajar disini

    melaksanakan kegiatan-kegiatan agar interaksi dapat berjalan efektif.

    Pangkal perhatian haruslah kepada siswa, artinya didalam proses belajar

    mengajar itu siswa harus aktif belajar. Karena itu jenis pertanyaan guru

    harus cocok dengan kemampuan siswa sehingga dapat memberi motivasi

    belajar pada sisa.

    5) Metode

    Metode disini berkaitan dengan cara mengajar untuk mencapai suatu

    tujuan. Faktor ini merupakan tanggung jawab terhadap pertanyaan

    bagaimana materi pelajaran itu diajarkan sehingga terjadi proses belajar

    mengajar yang efektif.

    6) Situasi

    Situasi ini berkenan dengan keadaan terjadinya proses belajar-mengajar.

    Faktor ini sangat berkaitan dengan metode penyampaian. Suatu metode

    mungkin tepat untuk situasi tertentu, namun tidak cocok untuk situasi yang

    lain, situasi ini harus dibuat sedemikain rupa sehingga terjadi proses

    belajar mengajar yang efektif.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    7) Penilaian

    Penilaian dipergunakan untuk melihat bagaimana terjadinya interaksi

    dengan demikian kita dapat melihat berlangsungnya proses belajar

    mengajar.

    f. Ruang Lingkup Matematika

    Menurut Sunardi (1998: 1) ruang lingkup Matematika meliputi:

    1) Operasi perhimpunan atau aritmatika

    2) Pengukuran

    3) Aljabar

    4) Bangun ruang

    5) Berfikir secara kuantitatif

    Sedangkan menurut Dali S. Naga yang dikutip oleh Mulyono

    Abdurrahman (1997: 218), bidang studi Matematika yang diajarkan di SD

    mencakup tiga cabang yaitu:

    1) Aritmatika

    2) Aljabar

    3) Geometri

    (a) Aritmatika atau berhitung adalah cabang Matematika yang berkenaan

    dengan sifat hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan

    mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian

    dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah

    pengetahuan tentang bilangan.

    (b) Aljabar adalah penggunaan abjad dalam aritmatika. Aljabar ternyata

    tidak hanya menggunakan abjad sebagai lambang bilangan yang

    diketahui atau yang belum diketahui, tetapi juga menggunakan

    lambang-lambang lain seperti titik-titik, lebih besar, lebih kecil dan

    sebagainya

    (c) Geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik

    dan garis.

    ”Dalam penelitian ini jenis Matematika adalah Aritmatika atau berhitung

    yang meliputi penjumlahan bilangan 1 – 10”.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    g. Pengukuran Hasil Belajar Matematika

    Bagi para pendidik, masalah penilaian pendidikan merupakan hasil

    dari proses belajar mengajar.

    Menurut Moedjiono (1995: 2), cara paling umum dilakukan para

    pendidik untuk menilai seberapa jauh hasil proses belajar mengajarnya telah

    mencapai tujuan, adalah dengan melakukan tes kepada peserta didiknya, suatu

    jenis tes kecakapan yang menggambarkan (mengukur) apa yang dapat

    dilakukan oleh seseorang tentang sesuatu yang telah dipelajarinya disebut tes

    hasil belajar.

    Moedjiono (1995: 30), tes hasil belajar dapat dibagi menjadi: ”pretest,

    posttest dan entering behavior test.”

    1) Pretest biasanya dilakukan sebelum dimulainya suatu proses belajar

    mengajar, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah

    menguasai bahan yang akan diberikan.

    2) Posttest biasanya dilakukan setelah suatu proses belajar mengajar itu

    selesai, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa

    terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada suatu periode waktu

    tertentu. Bila posttest ini bertujuan untuk memperbaiki proses belajar

    mengajar yang telah dilakukan, maka disebut test formatif. Sedangkan bila

    tujuan utamanya untuk menentukan kedudukan(lulus atau naik-tidaknya)

    seseorang, maka disebut tes sumatif.

    3) Entering Behavior Test, ialah suatu yang berisi materi pelajaran atau

    kemampuan-kemampuan yang seharusnya sudah dikuasai siswa sebelum

    mereka menempuh suatu proses belajar-mengajar tertentu. Dengan kata

    lain, entering behavior test ini dimaksud untuk mengetahui kemampuan-

    kemampuan siswa yang bisa dijadikan prasyarat untuk mengikuti suatu

    proses belajar-mengajar tertentu.

    Dalam penelitian ini menggunakan tes perbandingan antara kondidi awal

    sebelum menggunakan Alat Peraga Dekak - Dekak, dibandingkan dengan

    nilai tindakan siklus I dan tindakan siklus II, setelah menggunakan Alat

    Peraga Dekak-dekak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    B. Kerangka Berfikir

    Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berfikir dari apa yang

    dilakukan oleh peneliti pada Penelitian Tindakan Kelas, Upaya Peningkatan Hasil

    Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 , dapat dijelaskan

    kerangka berfikir seperti di bawah ini :

    Penjelasan :

    1. Kondisi Awal Proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika

    sebelum menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, namun tetap menggunakan

    metode yang lain seperti, caramah, resetasi (tugas) dan lain-lan.

    2. Tindakan Proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika

    menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, walaupun tidak meninggalkan alat

    peraga yang lain.

    3. Kondisi akhir, hasil mata pelajaran Matematika setelah melakukan tindakan

    dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak, apabila hasilnya sudah

    mengalami peningkatakan siklus I sudah selesai, namun apabila hasilnya

    belum mengalami peningkatakan, penelitian tindakan kelas pada siklus II.

    Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir

    Menggunakan Alat peraga Dekak - dekak

    Hasil belajar Matematika Operasi penjumlahan bilangan 1 - 10 mengalami peningkatan dan mencapai ketuntasan belajar

    Hasil belajar Matematika Operasi penjumlahan bilangan 1 -10 siswa Kelas D-I masih di bawah KKM

    KONDISI AWAL

    Sebelum menggunakan alat peraga dekak-dekak

    TINDAKAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    C. Hipotesis Tindakan

    Agar permasalahan yang diajukan dalam penelitian dapat terjawab, maka

    disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :

    ”Melalui Alat Peraga Dekak - Dekak Dapat Meningkatkan Hasil Belajar

    Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Pada Siswa Dengan Gangguan

    Pendengaran Kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun Pelajaran

    2010/2011”.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Setting Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa

    Bagian Tunarungu Wicara (SLB-B YPPALB Kota Magelang) Jalan Cemara

    Tujuh No.34.A Kelurahan Kedungsari Kecamatan Magelang Utara Kota

    Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011. Dengan pertimbangan Penelitian Tindakan

    Kelas sesuai dengan tempat bertugas, sehingga peneliti dapat melakukan

    penelitian sekaligus melaksanakan tugas sehari – hari tanpa harus mengganggu

    proses pembelajaran sesuai dengan tugas pokok peneliti, bahkan penelitian ini

    merupakan hal yang sangat tepat dan menunjang proses kegiatan belajar

    mengajar, sehingga masalah -masalah yang timbul dalam proses pembelajaran

    diteliti mengapa timbul masalah, apa saja penyebabnya, kesulitan-kesulitan siswa,

    bagaimana mengatasinya sampai dengan ditemukan cara pemecahannya.

    Dengan demikian kualitas proses belajar mengajar dapat ditingkatkan

    sehingga nilai hasil belajar dapat meningkat pula. Hasil Penelitian Tindakan Kelas

    tersebut didokumentasikan melalui daftar nilai sehingga sewaktu-waktu dapat

    dibuka kembali dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi teman-teman guru

    Sekolah Luar Biasa Bagian Tunarungu Wicara (SLB-B YPPALB Kota Magelang)

    sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

    2. Waktu Penelitian

    Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dibutuhkan waktu selama

    3 bulan efektif. Penelitian dilaksanakan dengan mengambil waktu semester II dari

    bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2011. Adapun perinciannya

    sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    Tabel 1 :

    Jadwal Penelitian

    No. Kegiatan Bulan

    Januari Pebruari Maret

    1. Penulisan Proposal V

    2. Persetujuan Proposal oleh

    Pembimbing

    V

    3. Perijinan Penulisan Skripsi

    Tingkat Prodi, Jurusan, FKIP

    V

    4. Penulisan Bab I, II, dan III V

    5. Persetujuan Bab I, II, dan III

    oleh Pembimbing

    V

    6. Perijinan Penelitian

    V

    7. Pelaksanaan Penelitian

    V

    8. Penulisan Bab IV dan V

    V

    9. Konsultasi dan persetujuan Bab

    IV dan V oleh Pembimbing

    V

    10. Persetujuan Total skripsi oleh

    Pembimbing

    V

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    B. Subyek Penelitian

    “Pada penelitian adalah berupa orang, benda, proses, kegiatan dan tempat”.

    (Suharsimi Arikunto, 2005 : 89). Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini sejumlah

    siswa. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas D-I Sekolah Luar Biasa

    Bagian Tunarungu Wicara (SLB-B YPPALB) Kota Magelang, Adapun jumlah

    siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang Tahun 2010/2011 berjumlah 4

    anak yang terdiri 2 laki-laki, dan 2 perempuan”.

    C. Data dan Sumber Data

    Data penelitian yang dikumpulkan berupa hasil belajar siswa dan keaktifan

    siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang serta faktor-faktor yang

    menyebabkan rendahnya prestasi dan keaktifan siswa. Data penelitian

    dikumpulkan dalam berbagai sumber yang meliputi :

    Data penilitian dikumpulkan berupa informasi tentang :

    1. Data Siswa : Siswa kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang data

    yang diperoleh berupa penilaian terhadap kondisi pembelajaran Matematika

    dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak.

    2. Data Nilai : Nilai awal sebelum perbaikan pembelajaran dari nilai tes

    sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II.

    3. Hasil pengamatan/observasi terhadap siswa waktu mengikuti kegiatan belajar

    baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

    Data yang dikumpulkan berasal dari beberapa sumber antara lain :

    1. Data siswa / subyek penelitian dari buku daftar kelas, yaitu Anak Dengan

    Gangguan Pendengaran dan guru SLB-B YPPALB Kota Magelang.

    2. Dokumentasi tentang nilai hasil belajar penjumlahan bilangan 1 – 10 dengan

    Alat Peraga Dekak-dekak.

    3. Nilai tes hasil belajar pembelajaran siklus I dan siklus II.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik atau metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan

    oleh peniliti dalam pengumpulan data penilitiannya.

    Menurut Suharsimi Arikunto ( 1993 : 27 ) macam metode pengumpulan data

    dalam penelitian antara lain adalah : ”Angket, wawancara, pengamatan

    ( observasi ), tes dan dokumentasi, secara teliti serta pencatatan secara

    sistematis”.

    1. Tehnik Angket

    Menurut Suharsimi Arikunto ( 1993 : 27 ). ”Kumpulan pertanyaan yang

    diajukan secara tertulis untuk mengumpulkan data yang berupa pertanyaan

    yang disampaikan kepada responden untuk di jawab secara tertulis”.

    2. Tehnik Wawancara ( 1998 : 237 ). ” Suatu proses komunikasi interaksional

    antara dua pihak secara verbal dan non verbal dan mempunyai tujuan tertentu

    yang spesifik”.

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

    1. Tehnik Dokumentasi

    a. Pengertian Tehnik Dokumentasi.

    Menurut Suharsimi Arikunto ( 1998 : 236 ), ”Mencari data

    mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku,

    legger, surat majalah, prasasti, natulen rapat, agenda”. Teknik

    dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, melalui

    dokumen yang ada.

    b. Dokumentasi yang Digunakan :

    Dalam penelitian ini, metode dokumentasi yang digunakan untuk

    memperoleh data tentang hasil awal Matematika siswa yang diambil

    dari nilai ulangan kelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang.

    Skor penilian berupa nilai angka hasil mid semester mata pelajaran

    Matematika terlampir pada halaman 43.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    2. Tehnik Observasi.

    a. Pengertian Tehnik Observasi.

    Budiyono yang dikutip oleh Sadjidan (2003:53) mengemukakan

    bahwa “Observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti

    melakukan pengamatan terhadap subyek penelitian, sehingga

    subyek penelitian tidak tahu bahwa dia sedang diamati”.

    Dalam pelaksanaan observasi terhadap siswa selama pembelajaran

    berlangsung, dikelas D-I SLB-B YPPALB Kota Magelang dibantu

    oleh teman sejawat.

    b. Jenis-jenis observasi.

    Dalam melakukan observasi menurut Retno Winarni

    (2009:84-85) ada 4 jenis observasi yaitu :

    1) Observasi Terbuka

    Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan

    hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang

    diamati.

    2) Observasi Terfokus

    Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari

    pembelajaran.

    Misalnya : yang diamati kesempatan bagi siswa untuk

    berpartisipasi.

    3) Observasi Terstruktur

    Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap

    pakai, sehingga pegamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V)

    pada tempat yang disediakan.

    4) Observasi Sistemmatik

    Observasi sistematik lebih rinci dalam katogori yang diamati.

    Misalnya : dalam pemberian penguatan, data dikatogorikan

    menjadi penguatan verbal dan non verbal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    c. Observasi yang digunakan

    Dalam penelitian ini digunakan observasi terstruktur,

    dimana obeservasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan

    siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda

    (V) pada tempat yangdisediakan pada lembar pengamatan aktivitas

    guru dan aktivitas siswa dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar

    Matematika Operasi Penjumlahan Bilangan 1 – 10 Melalui

    Penggunaan Alat Peraga Dekak-Dekak.

    Alasan digunakan observasi terstruktur adalah mempermudah

    observer melakukan pengamatan dan observasi terstruktur sesuai

    dengan masalah yang diteliti.

    3. Tehnik Test

    a. Pengertian Tehnik Test.

    Lebih lanjut Budiyono yang dikutip oleh Sadjidan

    (2003:54) berpendapat “ Metode Test adalah cara pengumpulan data

    yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-

    suruhan kepada subyek penelitian.”

    Dalam penelitian ini, metode test digunakan untuk mengumpulkan

    data mengenai penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak siswa terhadap

    materi yang disampaikan.

    b. Jenis-jenis Test

    1) Jenis test

    Jenis test ada dua yaitu test tertulis dan test lisan, dalam

    pengambilan data peneliti menggunakan tes tertulis, setelah

    pelaksanaan tindakan baik siklus I maupun siklus II dilakukan.

    2) Materi test

    Materi test, adalah melakukan penjumlahan 1 – 10.

    c. Tes yang Digunakan

    Bentuk test yang dipakai adalah test tertulis. Siswa yang

    diuji diminta untuk menunjukkan jawaban yang benar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    Test yang digunakan dalam test ini adalah test obyektif isian yang

    terdiri dari 10 item soal.

    Skor penilaian terhadap test yaitu jawaban benar mendapat nilai 10

    dan jawaban salah mendapat nilai 0.

    E. Validasi Data

    Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan dalam

    penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat

    dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam

    menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk validitasi data dalam

    penelitian menggunakan teknik Triangulasi data.

    Menurut Heribertus Sutopo (2000 : 34) mengemukakan sebagai berikut :

    Triangulasi adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang

    berbeda untuk mengumpulkan data sejenis atau sama. Untuk mengetahui

    kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran penjumlahan bilangan 1 – 10 dengan Alat

    Peraga Dekak-dekak.

    1. Memberikan tes untuk mengetahui penjumlahan bilangan 1 – 10 dan

    selanjutnya menganalisis hasil perolehan penjumlahan bilangan 1 – 10 untuk

    mengidentifikasi kesalahan yang mereka buat.

    2. Melakukan wawancara dengan guru lain untuk mengetahui pandangan guru

    tentang hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa dalam penjumlahan

    bilangan 1 – 10 dengan Alat Peraga Dekak-dekak yang dilakukan oleh guru.

    F. Tehnik Analisis Data

    Menurut Imam dkk yang dikutip Sarwiji Suwandi dan Madyo Ekosusilo

    (2007: 25) Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan,

    memfokuskan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk

    menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    terhadap PTK. Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak

    awal sampai berakhirnya pengumpulan data (Analisis Proses dan Produk).

    Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian

    yang telah dilakukan di lapangan. Data-data dari hasil penelitian di lapangan

    diolah dan di analisis secara kualitatif. Kegiatan analisis data dilakukan dalam tiga

    komponen berurutan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

    kesimpulan Penarikkan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data,

    dalam penelitian digunakan teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data

    yang memanfaatkan sesuatu lain di luar data itu.

    G. Indikator Kinerja

    a. Bagi siswa

    Dengan menggunakan Alat Peraga Dekak-dekak dapat meningkatkan

    hasil belajar yang ditandai dengan siswa memperoleh nilai tes 6,0 dan secara

    klasikal 80% siswa harus mencapai batas nilai minimal tersebut.

    b. Pada Aspek Proses

    Perhatian siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan

    alat peraga dapat meningkat, termasuk keaktifan mengikuti pelajaran

    H. Prosedur Penelitian

    Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dilaksanakan dengan did