universitas indonesialib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-pr-pr-novita damayan… ·...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.
ASTRAZENECA INDONESIA-CIKARANG SITE JL. TEKNO
RAYA BLOK B1A-B1B, CIKARANG, BEKASI, JAWA BARAT
PERIODE 6 JANUARI – 21 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
NOVITA DAMAYANTI, S.Farm
1309343971
ANGKATAN LXXVIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.
ASTRAZENECA INDONESIA-CIKARANG SITE JL. TEKNO
RAYA BLOK B1A-B1B, CIKARANG, BEKASI, JAWA BARAT
PERIODE 6 JANUARI – 21 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
NOVITA DAMAYANTI, S.Farm
1309343971
ANGKATAN LXXVIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
iii
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan penyusunan laporan PKPA di PT.
AstraZeneca Indonesia pada tanggal 6 Januari – 21 Februari 2014.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi
mahasiswa program profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia
untuk mencapai gelar profesi apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan
pada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas apoteker di industri farmasi.
Penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan Laporan
PKPA ini tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah penulis terima. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Ibu Sannaria Uliarta Marpaung, S.Si, Apt., selaku Quality Assurance and
SHE Manager PT. AstraZeneca Indonesia serta Ibu Haryanti Diah Astuti,
S.Farm.,Apt., selaku Quality Assurance Supervisor yang telah memberikan
kesempatan, arahan, dan bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan dan
penyusunan laporan PKPA di PT.AstraZeneca Indonesia.
2. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI dan pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang
telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan pengetahuan pada penulis
selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA ini..
3. Bapak Rizman Abudaeri, S.Si, Apt., selaku Site Director PT. AstraZeneca
Indonesia atas izin dan kesempatan yang diberikan sehingga terlaksananya
Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. AstraZeneca Indonesia.
4. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI
5. Seluruh staf dan karyawan PT. AstraZeneca Indonesia yang telah
memberikan bantuan, saran, dan kesempatan selama PKPA.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
v
7. Seluruh keluarga atas segala dukungan, motivasi, perhatian, kasih sayang,
doa dan dana yang diberikan kepada penulis.
8. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan
LXXVIII atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kr it ik yang membangun untuk kesempurnaan laporan PKPA ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang
didapatkan penulis selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat
memberikan manfaat bagi teman sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Depok, Juni 2014
Penulis
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama : Novita Damayanti, S.Farm.
Program Studi : Profesi Apoteker – Fakultas Farmasi UI
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.
AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site Jl. Tekno Raya Blok
B1A-B1B, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat Periode 6 Januari
– 21 Februari 2014
Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat
mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi
dikendalikan dan diawasi dengan ketat oleh Pemerintah baik dari segi perizinan,
produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah dalam melakukan pengendalian menyeluruh
pembuatan obat agar menghasilkan produk obat yang memenuhi standar mutu
yang dipersyaratkan adalah mengeluarkan pedoman yang harus diterapkan dan
dilaksanakan secara efektif oleh setiap industri farmasi yakni Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB). CPOB mencakup keseluruhan aspek produksi dan
pengendalian mutu mulai dari manajemen mutu, personalia, bangunan dan
fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri,
audit mutu, serta audit dan persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap
produk dan penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis
berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi. PT. AstraZeneca Indonesia
mengacu pada AstraZeneca Global Operation Standard dalam penerapan CPOB
untuk menghasilkan produk yang mutunya sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya. Apoteker mempunyai peranan dan tanggung jawab penting
dalam AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site untuk menjamin diterapkannya
aspek-aspek yang tercantum dalam CPOB tersebut, antara lain sebagai
penanggung jawab produksi, penanggung jawab pengawasan mutu dan
penanggung jawab manajemen (pemastian) mutu.
Kata kunci : obat, industri farmasi, CPOB, apoteker
ix + 82 halaman : 1 gambar; 2 lampiran
Daftar acuan : 12 (2009–2013)
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
ABSTRACT
Name : Novita Damayanti, S.Farm.
Study Program : Apothecary – Faculty of Pharmacy UI
Title : Report of Apothecary Profession Internship at PT.
AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site Jl. Tekno Raya Blok
B1A-B1B Cikarang, Bekasi, Jawa Barat on January 6th -
February 21th 2014
The high demand for drugs in the world of health and vital activity of drugs affect
the human body's physiological functions to support the pharmaceutical industry
is controlled and closely monitored by the government in terms of licensing,
production, distribution, and quality of drugs. One of the efforts was made by the
Government in conducting a thorough control of the manufacture of the drug in
order to produce drug products that meet the required quality standards are issued
guidelines Good Manufacturing Practice (GMP) to be applied and implemented
effectively by all the pharmaceutical industry. GMP covers all aspects of
production and quality control from quality management, personnel, buildings and
facilities, equipment, sanitation and hygiene, production, quality control,
inspection and audit quality itself, and audit and approval of suppliers, handling of
complaints against drugs, drugs recalls, and drug handling returns, documentation,
manufacturing and analysis based on contract, qualification and validation. PT.
AstraZeneca Indonesia refers to AstraZeneca Global Standard Operation for
application of GMP to produce products which its quality meet the requirements
and intended use. Pharmacists have an important role and responsibility in
AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site to ensure the implementing of the aspects
listed in the GMP, among others, as the responsible production, responsible for
oversight and quality assurance.
Keywords : drugs, pharmaceutical industry, GMP, pharmacist
ix +82 pages : 1 pictures; 2 appendixes
Bibliographies : 12 (2009–2013)
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN UMUM ........................................................................ 4
2.1 Industri Farmasi .......................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi .............................................. 4
2.1.2 Persyaratan Perizinan Industri Farmasi ............................. 4
2.1.3 Pelanggaran dan Pelaporan Industri Farmasi ...................... 6
2.1.4 Pembinaan dan Pengawasan .............................................. 7
2.1.5 Pelanggaran Industri Farmasi ............................................. .8
2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik ................................................ 9
2.2.1 Ketentuan Umum ............................................................ 9
2.2.2 Manajemen Mutu ............................................................ 10
2.2.3 Personalia ....................................................................... 11
2.2.4 Bangunan dan Fasilitas ................................................... 12
2.2.5 Peralatan ......................................................................... 13
2.2.6 Sanitasi dan Higiene ....................................................... 14
2.2.7 Produksi .......................................................................... 14
2.2.8 Pengawasan Mutu ........................................................... 16
2.2.9 Inspeksi Diri dan Audit Mutu .......................................... 16
2.2.10 Penanganan Keluhan Terhadap Produk,
Penarikan Kembali Produk dan Produk
Kembalian ...................................................................... 17
2.2.11 Dokumentasi ................................................................... 17
2.2.12 Pembuatan dan Analisa Berdasarkan Kontrak ................. 19
2.2.13 Kualifikasi dan Validasi .................................................. 19
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. ASTRAZENECA INDONESIA .......... 21
3.1 Latar Belakang PT. AstraZeneca Indonesia. ................................ 21
3.2 Visi dan Misi PT. AstraZeneca Indonesia. .................................. 23
3.2.1 Visi ................................................................................... 23
3.2.2 Misi. ................................................................................. 23
3.3 Struktur Organisasi PT. AstraZeneca Indonesia ......................... 23
3.3.1 Departemen QA&SHE ....................................................... 24
3.3.2 Departemen Plant ............................................................... 28
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
vii
3.3.3 Departemen Supply Chain&Logistic .................................. 31
3.3.4 Plant Accountant ................................................................ 33
3.4 Lokasi dan Sarana ....................................................................... 33
3.5 Bangunan dan Fasilitas serta Sarana Penunjang ........................... 33
3.5.1 Desain Pabrik ..................................................................... 34
3.5.2 Sistem HVAC (High Ventilating and Air Conditioning) ..... 41
3.5.3 Sistem Pengolahan Air ....................................................... 43
3.5.4 sistem Pengolahan Limbah ................................................. 44
BAB 4. PEMBAHASAN .............................................................................. 45
4.1 Manajemen Mutu ...................................................................... 46
4.2 Personalia .................................................................................. 47
4.3 Bangunan dan Fasilitas .............................................................. 48
4.4 Peralatan .................................................................................... 52
4.5 Sanitasi dan Higiene .................................................................. 53
4.6 Produksi .................................................................................... 57
4.7 Pengawasan Mutu Produk .......................................................... 60
4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok ... 63
4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan
Kembali Produk dan Produk Kembalian .................................... 65
4.10 Dokumentasi ............................................................................ 70
4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ........................... .73
4.12 Kualifikasi dan Validasi ............................................................ 74
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 78
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 78
5.2 Saran ......................................................................................... 79
DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 80
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site. ................................ 34
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site. . 81
Lampiran 2. Daftar Produk AstraZeneca Indonesia Cikarang Site.................. 82
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor penentu kualitas hidup manusia.
Oleh karena itu penyelenggaraan upaya kesehatan harus didukung oleh seluruh
sumber daya kesehatan meliputi tenaga kesehatan, biaya kesehatan, pengelolaan,
penelitian dan pengembangan kesehatan termasuk obat-obatan. Industri farmasi
merupakan industri yang berkembang pesat di Indonesia karena industri farmasi
merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam mewujudkan
kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang pembuatan obat. Salah satu
upaya pemerintah dalam mendukung terpenuhinya kualitas kesehatan masyarakat
nasional adalah dengan menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu, dan
berkhasiat.
Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya
aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri
farmasi menjadi salah satu industri yang dikendalikan dan diawasi dengan ketat
oleh pemerintah baik dari segi perizinan, produksi, peredaran, maupun kualitas
obat yang diedarkan, agar setiap industri farmasi menghasilkan produk obat yang
memenuhi spesifikasi atau standar mutu yang dipersyaratkan.
Salah satu upaya yang dilakukan industri farmasi dalam rangka
mempertahankan kualitas obat yang diproduksinya tetap memnuhi standar mutu
yaitu dengan menerapkan Good Manufacturing Practice (GMP). Di Indonesia,
istilah GMP lebih dikenal dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB merupakan pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia
yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya (BPOM RI,
2012). Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
43/Menkes/SK/II/1998 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik dan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.
05411/A/SK/XII/1988 mengenai Petunjuk Operasional Penerapan CPOB, maka
diterbitkan untuk pertama kali Pedoman CPOB pada tahun 1988, yang diikuti
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
dengan Petunjuk Operasional Penerapan CPOB pada tahun 1989 untuk
memberikan penjelasan dalam penjabaran sehingga pedoman ini dapat diterapkan
secara efektif di setiap industri farmasi. CPOB merupakan suatu petunjuk
(guideline) yang bersifat dinamis, artinya mengikuti perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi dengan kriteria kualifikasi yang terus berubah. Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi,
pedoman CPOB telah direvisi secara berkesinambungan pada tahun 2001,
2006, dan 2012 untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi dalam
bidang farmasi terutama pemenuhan terhadap persyaratan dan standar produk
farmasi global terkini.
CPOB mencakup berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam menjamin
mutu obat yang dihasilkan konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan
sesuai tujuan penggunaanya. Aspek tersebut mulai dari manajemen mutu,
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap
obat dan penarikan kembali obat serta obat kembalian, dokumentasi, pembuatan
dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi. Penerapan CPOB
di lingkungan industri farmasi dapat berbeda antara satu industri dengan industri
lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan fasilitas
pendukung, penerapan sistem, dan personil di setiap industri farmasi.
Penerapan CPOB di dalam industri farmasi dapat terlaksana dengan baik
jika para personil telah memiliki pemahaman yang baik mengenai CPOB.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian, salah satu tempat pengabdian profesi apoteker
adalah industri farmasi. Peran dan tanggung jawab apoteker dalam industri
farmasi tersebut berada pada bidang pemastian mutu, produksi, serta pengawasan
mutu. Untuk mencapai peran dan tanggung jawab profesi tersebut, apoteker
dituntut memiliki bekal pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang memadai
serta kemampuan mengaplikasikan ilmunya secara professional. Namun,
pemahaman melalui teori yang didapat dari perkuliahan saja masih kurang
mencukupi, maka calon apoteker perlu dibekali dengan pengetahuan dan
pemahaman yang komprehensif antara teori dengan prakteknya secara langsung.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
3
Universitas Indonesia
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, maka seorang calon Apoteker harus
memahami tanggung jawab profesinya secara nyata. Melalui teori yang dibekali
sebelumnya, calon Apoteker diharapkan memiliki pemahaman mengenai
penerapannya di dunia nyata. Pemahaman tersebut dapat diperoleh melalui sebuah
praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu, Program Profesi
Apoteker Universitas Indonesia mengadakan kerja sama dengan PT. AstraZeneca
Indonesia-Cikarang Site dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) guna memberikan pengalaman dan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai tugas, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker di industri
farmasi. Pelaksanaan praktek kerja berlangsung selama 7 minggu mulai dari
tanggal 6 Januari – 21 Februari 2014.
1.2. Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universtas Indonesia di industri
farmasi PT. AstraZeneca Indonesia adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai segala
aspek industri farmasi sesuai dengan konsep Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) pada industri farmasi.
b. Memahami penerapan dan pelaksanaan CPOB di lapangan khususnya di PT.
AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site
c. Memahami peran, tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam industri
farmasi yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja
yang sesungguhnya.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
4 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Industri Farmasi
2.1.1. Pengertian Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan RI, 2010)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, yang dimaksud dengan
industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat,
yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi,
pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat
untuk didistribusikan. Definisi dari obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelediki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, sedangkan yang dimaksud dengan bahan obat adalah bahan baik
yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang digunakan dalam
pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh
industri farmasi. Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan
obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan dan/atau sebagian tahapan.
Industri farmasi yang melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan
obat untuk sebagian tahapan harus berdasarkan hasil penelitian dan
pengembangan yang menyangkut produk sebagai hasil kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2.1.2. Persyaratan Perzinan Usaha Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan RI,
2010)
Industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi dari
Direktorat Jenderal, karena itu industri tersebut wajib memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh pemerintah dalam melaksanan tugas. Persyaratan industri
farmasi tercantum dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, adalah sebagai berikut:
a. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri
farmasi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
b. Industri farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang
termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus
untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas,
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat,
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
d. Memiliki secara tetap paling sedikit tiga orang apoteker Warga
Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian
mutu, produksi dan pengawasan mutu, dan
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan.
Dikecualikan dari persyaratan ini bagi pemohon izin industri farmasi
milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jika permohonan
persetujuan prinsip dilakukan oleh industri Penanaman Modal Asing (PMA)
atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maka pemohon harus
memperoleh surat persetujuan penanaman modal dari instansi yang
menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan setelah pemohon memperoleh persetujuan
Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala BPOM. Setelah permohonan
persetujuan prinsip diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan,
pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan termasuk
produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan.
Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu tiga tahun dan dapat
diubah berdasarkan permohonan dari pemohon izin yang bersangkutan. Selama
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
6
Universitas Indonesia
melaksanakan pembangunan fisik, industri farmasi yang bersangkutan wajib
menyampaikan laporan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap enam bulan
sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan
dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku lima tahun sepanjang
memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara sertifikasi
CPOB diatur oleh Kepala BPOM. Selain wajib memenuhi ketentuan yang telah
disebutkan, industri farmasi juga wajib melakukan farmakovigilans. Apabila
dalam melakukan farmakovigilans, industri farmasi menemukan obat dan/atau
bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan
keamanan, khasiat/kemanfaatan, dan mutu, industri farmasi wajib melaporkan hal
tersebut kepada kepala BPOM.
.
2.1.3 Penyelenggaraan dan Pelaporan Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010)
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan rekomendasi dari Kepala BPOM. Izin ini
berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri farmasi yang akan
melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik
untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan
mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan.
Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan
pindah lokasi, perubahan penanggung jawab, atau nama industri harus dilakukan
perubahan izin. Perubahan terhadap akte pendirian perseroan terbatas harus
dilaporkan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan
kepala dinas kesehatan provinsi.
Industri farmasi yang menghasilkan obat atau bahan obat dapat
mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat,
klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Industri farmasi dapat membuat obat secara kontrak kepada industri
farmasi lain yang telah menerapkan CPOB. Industri farmasi pemberi kontrak
wajib memiliki izin industri farmasi dan paling sedikit memiliki satu fasilitas
produksi sediaan yang telah memenuhi persyaratan CPOB. Industri farmasi
pemberi kontrak dan industri farmasi penerima kontrak bertanggung jawab
terhadap keamanan, khasiat/kemanfaatan, dan mutu obat. Ketentuan lebih lanjut
mengenai pembuatan obat kontrak ditetapkan oleh Kepala BPOM.
Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
wajib:
a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya,
yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat
atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun.
b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta
pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.
c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,
bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja.
d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku
bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk
melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi.
2.1.4 Pembinaan dan Pengawasan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2010)
Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan oleh
Direktur Jenderal Binfar Alkes Kemeterian Kesehatan, dan pedoman mengenai
pembinaan tersebut juga ditetapkan oleh Direktur Jenderal Binfar Alkes.
Sedangkan pengawasan terhadap industri farmasi dilakukan oleh Kepala BPOM.
Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga pengawas dapat melakukan
pemeriksaan dan memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan
pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh, membuka dan meneliti
kemasan obat dan bahan obat, serta memeriksa dokumen atau catatan lain yang
diduga memuat keterangan mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan,
pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat. Tenaga pengawas juga
dapat mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan yang
digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan/atau perdagangan
obat dan bahan obat. Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat
dilakukannya pemeriksaan oleh tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak
pemeriksaan apabila tenaga pengawas yang bersangkutan tidak dilengkapi dengan
tanda pengenal dan surat perintah pemeriksaan.
2.1.5 Pelanggaran Industri Farmasi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2010)
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang
Industri Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala BPOM).
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan
obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau
mutu (diberikan oleh Kepala BPOM).
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM).
d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala BPOM). e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).
f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
2.2.1 Ketentuan Umum (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupsksn suatu konsep dalam
industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam
suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan
menerapkan “Good Manufacturing Practices” dalam seluruh aspek dan
rangkaian kegiatan produksi dan pengendalian mutu sehingga obat yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan
penggunaannya. Secara Prinsip, CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial
untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.
Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan
untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan. Suatu
produk tidak cukup hanya lulus dari serangkaian pengujian tapi yang lebih
penting adalah bahwa mutu harus dibentuk dalam produk tersebut. Mutu obat
tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian
mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terkualifikasi.
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke
dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas,
proses produksi, dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan
personil yang terlibat. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh
industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan.
Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan
pengujian tertentu saja, namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang
dikendalikan dan dipantau secara cermat. CPOB 2012 mencakup dua belas aspek
yaitu manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan
higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri, audit mutu dan audit &
persetujuan terhadap pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan
penarikan kembali produk, dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak; serta kualifikasi dan validasi.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
2.2.2 Manajemen Mutu (Quality Management) (Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, 2012)
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak
efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui
suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari
semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan
para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,
diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik
termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.
Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu
yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya dan
tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan
ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan
yang cukup dan memadai.
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai sumber daya
yang memadai untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat
dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. Pengkajian mutu produk secara
berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar biasanya dilakukan
tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang
sebelumnya.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
2.2.3 Personalia (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan
personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan
semua tugas. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta
memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai
higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
Industri farmasi hendaknya memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah
tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko
terhadap mutu obat. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi.
Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab
hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Hendaklah aspek
penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam
tanggung jawab yang tercantum dalam uraian tugas.
Di dalam struktur organisasi industri farmasi terdapat personil kunci
mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala
bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh
personil purna waktu. Kepala bagian produksi dan kepala bagian manajemen
mutu (pemastian mutu)/kepala bagian pengawasan mutu merupakan orang yang
berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain
(independen). Masing-masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan
sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
efektif. Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain diluar
organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam
melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan
pribadi atau finansial.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh
personil karena tugasnya harus berada dalam area produksi, gudang
penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan
petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak
pada mutu produk. Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
12
Universitas Indonesia
CPOB, personil baru hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang
diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan
efektivitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia
program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing dan catatan
pelatihan hendaklah disimpan. Setelah mengadakan pelatihan, prestasi karyawan
dinilai untuk menentukan apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang
memadai untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
2.2.4 Bangunan dan Fasilitas (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki
desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan
dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata
letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko
terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat.
Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,
tanah dan air maupun dari kegiatan di dekatnya. Bangunan dan fasilitas
hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat dengan tepat agar memperoleh
perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan melalui tanah
serta masuk dan bersarangnya binatang kecil, tikus, burung, serangga atau hewan
lainnya. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan
hama. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan
bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci.
Dalam menentukan rancang bangun dan tata letak hendaklah
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain,
yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang
berdampingan. Tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk memungkinkan
kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya diatur secara logis dan
berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan
yang disyaratkan; luasnya ruang kerja memungkinkan penempatan peralatan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya kegiatan, kelancaran
arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif; pencegahan penggunaan
kawasan industri sebagai lalu lintas umum. Daerah pengolahan produk steril
dipisahkan dari daerah produksi lain serta dirancang dan dibangun secara
khusus. Obat yang mengandung golongan penisilin dan sefalosporin diproduksi
dalam suatu bangunan yang terpisah dilengkapi peralatan pengendali udara.
Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan langit-langit)
hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan yang terbuka serta mudah
dibersihkan dan bila perlu mudah didisinfeksi. lantai dan dinding di daerah
pengolahan dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan
pembersihan secara cepat dan efisien. sudut-sudut antara dinding, lantai dan
langit-langit dalam daerah-daerah kritis hendaklah dibentuk lengkungan.
Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta
ventilasi yang baik. Bangunan memiliki penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi dengan fasilitas pengendali udara.
2.2.5 Peralatan (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat terjamin sesuai serta seragam dari
bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat
mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang
umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai
dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,
produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di
luar batas yang ditentukan.
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada
jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi
kekeliruan dan kecampurbauran produk.
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan risiko terhadap
mutu produk. Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan
dipatuhi.
2.2.6 Sanitasi dan Higiene (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan
segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber
pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan
higienis yang menyeluruh dan terpadu, serta program tersebut senantiasa
dievaluasi secara berkala untuk menjamin efektivitasnya.
Personil hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai
dengan tugasnya termasuk penutup rambut untuk menjamin perlindungan produk
dari pencemaran dan demi keselamatan personil sendiri. Program higiene yang
rinci mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan
pakaian pelindung personil hendaklah dibuat dan dilatih kepada semua personil.
Hendaklah dihindarkan bersentuhan langsung antara tangan operator dengan
bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan
bagian peralatanyang bersentuhan dengan produk.
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan
dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Hendaklah
terdapat prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fumisida, agen
fumigasi, pembersih dan sanitasi beserta penanggung jawabnya.
Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar
maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga
dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk
pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan
obat hendaklah dibuat, divalidasi, dan ditaati.
2.2.7 Produksi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Produksi obat hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan baku dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan
diberi penandaan dengan data yang diperlukan. Kerusakan wadah dan masalah
lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki,
dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang diterima
dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera
setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau
distribusi.
Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani
seperti penerimaan bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan
pada kondisi seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara teratur
untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok. Pemeriksaan hasil nyata
dan rekonsiliasi jumlah hendaklah dilakukan sedemikian untuk memastikan tidak
ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan.
Pengolahan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan
atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadi
ketercampurbauran ataupun kontaminasi silang. Produk dan bahan hendaklah
dilindungi terhadap pencemaran mikroba atau pencemaran lain pada tiap tahap
pengolahan.
Semua prosedur produksi hendaknya didokumentasi dan di validasi
dengan tepat, sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya
hendaknya didokumentasikan. Perubahan yang penting dalam proses, baik itu
penggantian alat maupun penggantian asal bahan baku, hendaklah dilakukan
validasi ulang. Hal ini untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap
menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
2.2.8 Pengawasan Mutu (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB untuk
memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa konsisten dan mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan tanggung
jawab semua pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan
merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari
saat obat dibuat sampai pada distribusi obat jadi.
Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang
dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, spesifikasi, serta
termasuk pengaturan, dokumentasi, dan pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai
atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi
persyaratan.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan labolatorium, tapi juga
harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Kegiatan
ini juga mencakup uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian
yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun
dan memperbarui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.
2.2.9 Inspeksi Diri dan Audit Mutu (Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, 2012)
Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan
dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh
petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan
CPOB secara objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus,
misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan
yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.
Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat
program tindak lanjut yang efektif.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Inspeksi diri meliputi seluruh aspek yang tercantum dalam CPOB,
yaitu antara lain personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil,
perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas
dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan
mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi,
kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi,
penanganan keluhan, pengawasan label, hasil inspeksi diri sebelumnya dan
tindakan perbaikan.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
2.2.10 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk
dan Produk Kembalian (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan
prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah
disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Tindakan
penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada
produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.
Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah dihentikan
dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan segera.
Penarikan kembali hendaklah menjangkau hingga tingkat konsumen.
2.2.11 Dokumentasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu.
Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi
Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang
digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan.
Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan,
berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan
pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk
distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu
produk akhir.
Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan dengan
cermat. Bagian dokumen pembuatan dan hendaklah sesuai dengan dokumen
persetujuan izin edar yang relevan. Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani
dan diberi tanggal oleh personil yang berwenang. Dokumen hendaklah juga dikaji
ulang secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu dokumen direvisi,
hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen
yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja. Semua perubahan yang dilakukan
terhadap pencatatan pada dokumen hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal;
perubahan hendaklah memungkinkan pembacaan informasi semula; alasan
perubahan hendaklah dicatat jika diperlukan.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
19
Universitas Indonesia
2.2.12 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak (Badan Pengawasan Obat
dan Makanan, 2012)
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing
pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepada bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).
Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau
analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua
pegaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul
perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan
izin edar untuk produk bersangkutan. Dalam hal analsis berdasarkan kontrak,
pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) Pemberi Kontrak.
2.2.13 Kualifikasi dan Validasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di
indusri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi
validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis
dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan teradap fasilitas, peralatan dan
proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan
dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan
cakupan validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana
Induk Validasi atau dokumen setara.
Seluruh kegiatan validasi harus direncanakan terlebih dahulu. Unsur utama
program validasi dirinci dengan jelas dan dikomentasikan dalam Rencana Induk
Validasi (Validation Master Plan). RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya
data sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi;
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format
dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal
pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.
Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan
validasi yang akan dilakukan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada
protokol kualifikasi/validasi yang memuat ringkasan hasil yang diperoleh,
tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi
perbaikan. Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan
persetujuan tertulis untuk dapat melakukan tahap kualifikasi dan validasi
selanjutnya.
Kualifikasi terdiri dari kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi
operasional, dan kualifikasi kinerja. Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung
dan memverifikasi parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian
alat. Selain itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan
preventif serta prosedur dan catatan pelatihan operator hendaklah
didokumentasikan.
Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan
[validasi prospektif]. Dalam keadaan tertentu, jika validasi sebelum produk
dipasarkan tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses
produksi rutin dilakukan [validasi konkruen]. Proses yang sudah berjalan
hendaklah juga divalidasi [validasi retrospektif].
Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas
prosedur pembersihan. Biasanya validasi prosedur pembersihan dilakukan hanya
untuk permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur
pengendalian perubahan hendaklah memastikan bahwa data pendukung cukup
untuk menunjukkan bahwa data pendukung cukup untuk menunjukkan bahwa
proses perubahan yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu
yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
21 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS PT. ASTRAZENECA INDONESIA
3.1 Latar Belakang PT. AstraZeneca Indonesia
AstraZeneca merupakan suatu perusahaan biofarmasetikal global yang
digerakkan oleh inovasi yang memperkerjakan sekitar 57,200 orang (tahun 2012,
46% di Eropa, 31% di Amerika serta 23% di Asia Pasifik). Perusahaan
AstraZeneca telah menemukan, mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan
obat-obatan resep untuk enam area penting kesehatan, yang mencakup beberapa
penyakit dunia yang paling serius seperti kanker, jantung, pencernaan, infeksi,
neuroscience, dan pernapasan dan peradangan dengan tujuan meningkatkan derjat
hidup seseorang (AstraZeneca Global, 2012).
PT. AstraZeneca berawal dari terbentuknya Astra AB dan Imperial
Chemical Industries Ltd. (ICI). Astra AB merupakan sebuah perusahaan Swedia
yang berdiri pada tahun 1913 di Soldertatje, Stockholm bagian selatan.
ICI merupakan salah satu industri di Inggris yang didirikan pada tahun
1926. Bertahun-tahun kemudian, yaitu pada tahun 1970, dibentuklah PT. ICI
Farmasi Indonesia dan dua tahun setelahnya dibangun pabrik Pandaan di daerah
Pandaan-Pasuruan, Jawa Timur. Namun, pada bulan Juni 1993 mulai tejadi
pemisahan bidang di ICI yaitu bahan kimia dan biosciences (termasuk obat-
obatan) sehingga terbentuk Zeneca Group PLC di Inggris. Setahun setelahnya,
Zeneca Pharma memperluas jaringannya ke Indonesia sehingga terbentuk Zeneca
Pharma Indonesia.
Astra AB dari Swedia dan Zeneca Group PLC bergabung dan sepakat
menggunakan nama PT. AstraZeneca pada tanggal 6 April 1999. Astra AB dan
Zeneca Group PLC merupakan dua perusahaan yang memiliki budaya science-
based yang serupa dan bersama-sama memiliki visi untuk industri farmasi.
Penggabungan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan
untuk memberikan pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan nilai
pemegang saham. Akibat penggabungan tersebut, Zeneca Pharma Indonesia
berubah menjadi PT. AstraZeneca Indonesia pada bulan Agustus 1999. Awalnya,
PT AstraZeneca Indonesia memiliki kantor pusat yang berlokasi di Deutsche
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
22
Universitas Indonesia
Bank 12th Floor, Jl. Imam Bonjol no. 80, Jakarta. Sedangkan produksi obat-obatan
dilakukan di pabrik yang bertempat di Pandaan, Surabaya. Untuk pendistribusian
obat-obatan dilakukan oleh distributor tunggal yaitu PT. Parit Padang yang
berkantor pusat di Jakarta. Pada tahun 2007, pabrik Pandaan ditutup dan
diputuskan untuk mendirikan pabrik baru di Cikarang, Bekasi. Pabrik tersebut
merupakan pabrik pengemasan tablet dengan target ekspor ke beberapa negara
Asia dan Australia.
Pabrik AstraZeneca Indonesia (AZI)-Cikarang Site didirikan pada tanggal
5 Oktober 2010, diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI, Endang Rahayu
Sedyaningsih, dan mulai produktif sejak November 2010. Menteri Kesehatan
mengapresiasikan langkah PT. AstraZeneca untuk mengoperasikan fasilitasnya di
Indonesia dikarenakan reputasi PT. AstraZeneca di tingkat internasional sudah
tidak diragukan lagi, sehingga masyarakat Indonesia semakin mudah memperoleh
obat-obatan untuk mewujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan
(Pusat Komunikasi Publik Sekjen Kemenkes RI, 2010).
Pabrik PT. AstraZeneca Indonesia menyediakan beberapa fasilitas yang
berperan dalam mengakomodasi kegiatan pengemasan primer dan sekunder untuk
melakukan pengemasan sediaan solid oral (Fase I) dan fasilitas produksi (Fase II)
yang masih dalam tahap pengembangan.
Fase I merupakan tempat dilaksanakannya proses pengemasan primer dan
sekunder serta tempat pendukung lainnya, seperti gudang, ruang sampling,
laboratorium bahan kemas, laboratorium preparasi, laboratorium mikrobiologi,
laboratorium kimia dan fisika, area teknik, High Ventilating and Air Conditioning
(HVAC), dan kantor. Fase II merupakan tempat yang direncanakan untuk
mendukung fasilitas formulasi dan dan sistem pengolahan purified water.
Kegiatan di pabrik PT. AstraZeneca Indonesia adalah pengemasan primer,
pengemasan sekunder, pengemasan ulang (repacking) dan penambahan hologram
(redressing). Pabrik PT.AstraZeneca Indonesaia hanya melakukan proses
pengemasan primer dan sekunder pada produk ruahan (bulk) sediaan solid oral
non steril untuk diekspor ke beberapa negara Asia Pasifik (Australia, Taiwan,
Malaysia) dan pengemasan ulang/penambahan stiker hologram pada produk jadi
(finished goods). Pabrik PT. AstraZeneca Indonesia tidak memproduksi atau
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
23
Universitas Indonesia
mengemas berbagai substansi obat yang toksik atau berbahaya atau produk obat
seperti antibiotik beta laktam dan sefalosporin, hormon dan sitostatik. Pabrik ini
juga tidak mengemas atau mengemas ulang (repack) obat hewan. Pengemasan
ulang/repacking yang dilakukan pada fasilitas fase I berupa mengemas kembali
produk jadi impor dengan mengubah kemasan standar ekspor menjadi kemasan
dengan desain dan penulisan lokal sesuai dengan persyaratan lokal (Indonesia).
Penambahan hologram/redressing berupa penambahan hologram pada kemasan
sekunder pada produk jadi yang sudah memenuhi persyaratan lokal. Pabrik AZI
juga melakukan kontrak produksi sediaan solid terhadap penyediaan untuk market
Indonesia melalui pihak ketiga (Astuti, 2012).
3.2 Visi dan Misi PT. AstraZeneca Indonesia
3.2.1 Visi
Visi yang menjadi panutan bagi PT. AstraZeneca Indonesia adalah
menjadi mitra terpercaya dan layak untuk profesional kesehatan, berkomitmen
untuk meningkatkan kesehatan pasien dan menyediakan akses yang lebih luas
untuk obat-obatan yang inovatif.
3.2.2 Misi
Misi PT. AstraZeneca Indonesia yaitu sebagai perusahaan farmasi global
yang memiliki tekad untuk membuat perbedaan berarti bagi kesehatan pasien
melalui obat-obatan yang membawa manfaat bagi pasien dan menambah nilai
bagi para stakeholder dan masyarakat melalui kekuasaan dan jangkauan global
dalam penjualan dan pemasaran, program penelitian dan pengembangan yang kuat
untuk pertumbuhan inovasi dan fleksibilitas strategi keuangan yang lebih besar.
2.3 Struktur Organisasi PT. AstraZeneca Indonesia
Dalam menjalankan tugas-tugas yang terdapat di dalam perusahaan
diperlukan suatu organisasi dan manajemen yang tepat, sehingga akan jelas
tanggung jawab dan wewenang masing-masing individu.
PT. AstraZeneca Indonesia dipimpin oleh seorang Site Director yang
membawahi 4 kepala departemen secara langsung, yaitu Plant Manager, QA and
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
24
Universitas Indonesia
SHE Manager, Supply Chain Manager, dan Plant Accountant. Plant Manager
secara langsung akan membawahi Engineering Asc Manager, Production
Supervisor, Assc Purchasing Manager dan GA&P Supervisor. QA&SHE
Manager akan membawahi QC Supervisor dan QA&SHE Supervisor. Sedangkan
Supply Chain Manager akan membawahi Logistic Supervisor dan Supply Chain
Supervisor. Bagan struktur organisasi PT. AstraZeneca Indonesia dapat dilihat
pada Lampiran 1.
3.3.1. Departemen QA&SHE (Quality Assurance and Safety, Healthy,
Environment)
Departemen QA&SHE yang terdapat pada PT. AstraZeneca Indonesia-
Cikarang Site bertanggungjawab terhadap aktivitas QA (pemastian mutu) dan QC
(pengawasan mutu) untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai
dengan kebijakan pemasaran atau spesifikasi yang diinginkan, GMP dan
persyaratan internal dari AstraZeneca. Departemen QA&SHE ini berada di bawah
naungan Global Quality Operations. Wakil direktur dari Global Quality
Operations membawahi, secara tidak langsung, kepala Departemen QA dari
berbagai negara pelaksana Operations dan juga kepala departemen QA dalam
bidang Pharmaceutical Development, R&D (Research and Development).
Fungsi QA dalam Operations yaitu bertanggung jawab untuk memastikan
pelaksanaan kerja dan produksi produk dan penyediaan untuk komersial sesuai
dengan persyaratan internal, regulatori dan standar lainnya.
3.3.1.1 QA&SHE Manager
Departemen QA&SHE dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan
QA and SHE Manager yang memiliki tanggung jawab:
a. mengesahkan berbagai standar, prosedur, dan sistem kualitas untuk menjamin
pemenuhan kebijakan (kaidah GMP) dalam kesehatan dan keselamatan dan
memastikan implementasinya berjalan dengan komunikasi dan pelatihan
kepada seluruh personalia
b. melaksanakan, memimpin, menangani, dan memantau implementasi quality
system sesuai yang direncanakan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
25
Universitas Indonesia
c. menjaga sistem manajemen mutu (Quality Management System) selalu
mengikuti perkembangan perubahan kebijakan pemerintahan dan peraturan
internal AZ untuk diaplikasikan dan menjaga Licence to Operate
d. memastikan GMP dan persyaratan internal AZ diimplementasikan dengan
baik di area pabrik
e. menanamkan, mengimplementasikan, memantau dan meninjau SHE
Management system sesuai standar AZ dan regulasi lokal untuk mencapai
tujuan dan Global SHE objective
f. mengesahkan sistem manajemen resiko dan menjamin implementasinya terus
berlangsung
g. mengelola kontraktor atau pihak ketiga dalam mendukung kepentingan AZ
untuk mencapai kualitas
h. mengelola sistem dokumentasi
i. menetapkan peraturan, hak dan tanggung jawab dari Quality Unit
j. memastikan seluruh perizinan dan pelatihan dilaksanakan pada tempatnya
k. berpartisipasi aktif dalam Regional External Supply Network
QA&SHE Supervisor di PT. AstraZeneca Indonesia dijabat oleh seorang apoteker
yang memiliki tanggung jawab:
a. menyiapkan, menyediakan, meninjau, mengimplementasikan, memantau,
dan memperbarui sistem manajemen mutu bersama-sama dengan QA and
SHE Manager dan personel QA sehingga menjamin produk yang
dihasilkan berkualitas tinggi dan memenuhi persyaratan GMP, persyaratan
lokal, dan standar PT AstraZeneca
b. merancang dan menjamin implementasi sistem komunikasi dan pelatihan
GMP dan SHE
c. meninjau ulang AstraZeneca Quality & Compliance Manual (QCM)
secara berkala sesuai ketentuan AstraZeneca dan memastikan semua
peraturan dalam QCM diimplementasikan
d. menyiapkan, meninjau, menyetujui, dan menjamin implementasi
manajemen dokumentasi
e. membuat program pemantauan melalui audit internal untuk menjamin
prosedur dokumentasi terimplementasi dengan baik
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
26
Universitas Indonesia
f. memberikan izin untuk bekerja dan mengimplementasikan sistem
keselamatan dalam bekerja
g. membuat, meninjau, mengesahkan, dan menjamin implementasi berbagai
standar prosedur operasional/SOP dan instruksi kerja (Working
Instruction/WI) dengan mengatur distribusinya secara komunikasi ataupun
pelatihan ke personel terkait
h. menyediakan dan melaksanakan program audit internal
i. menyediakan laporan SHE setiap tiga bulan
j. mendukung aktivitas kualifikasi dengan membuat, meninjau, dan
menyetujui sistem pelaksanaan dan pelaporan kualifikasi
k. membuat, menyetujui, menjelaskan, mengadakan, dan memantau sistem
pelatihan yang baik untuk menjamin terimplementasi dan terdokumentasi .
l. menyediakan dan menyetujui protokol validasi dan laporan validasi
(Validation Master Plan dan Validation Master Report)
m. meninjau nomor bets dan masa kadaluarsa dari produk jadi berdasarkan
sertifikat analisis bulk dari industri pembuatnya
n. menyediakan catatan bets (batch packaging record) dan meninjau ulang
catatan bets sebelum disetujui
o. membuat keputusan mengesahkan atau menolak material yang baru masuk
dan produk jadi
p. menyediakan sertifikat analisis (Certificate of Analysis) dari produk jadi
q. menyediakan dan memperbarui Site Master File
r. menyediakan dan menyetujui review product bersama dengan personel
QA dan QC supervisor
s. mengatur dan mengawasi prosedur change control, deviasi, dan OOS
t. mengelola keluhan, menginvestigasi, dan menanggapi keluhan
u. mengawasi Corrective and Preventive Action (CAPA)
v. membuat dan menyetujui kesepakatan perjanjian dengan pemasok serta
mengevaluasi pemasok secara berkala untuk memastikan kinerja pemasok
sesuai dengan yang diinginkan sehingga dapat mengambil keputusan
memperpanjang atau memutus perjanjian tersebut.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
27
Universitas Indonesia
3.3.1.2 Pengawasan Mutu (Quality Control/QC)
Pengawasan mutu (Quality Control/QC) adalah subfungsi dari pemastian
mutu (QA Operations) yang bertanggung jawab terhadap pengujian fisika, kimia,
dan mikrobiologi yang berhubungan dengan komponen pengemasan dan produk
jadi untuk memastikan terpenuhinya spesifikasi yang ditentukan AZ. Quality
Control terdiri dari QC supervisor yang memimpin fungsi analyst dan inspector.
Tanggung jawab dari fungsi pengawasan mutu (QC) mencakup:
a. membuat spesifikasi dari bahan awal, bahan pengemas, dan produk jadi
termasuk di dalamnya kriteria kelas defek
b. melakukan pengembangan, mengeluarkan, dan menyetujui metode
pengujian dan spesifikasi
c. melakukan pengembangan dari sampling dan rencana inspeksi yang sesuai
dengan prosedur dan spesifikasi
d. menentukan jumlah pengambilan contoh, mengambil contoh (sampling)
dan menganalisis hasil dari pengujian bahan pengemas dan produk jadi
e. menyimpan contoh per tinggal dari bahan awal dan produk jadi
f. menganalisis hasil validasi metode
g. melakukan pengujian fisika/kimia/mikrobiologi terhadap bahan awal,
bahan pengemas, dan produk jadi sesuai dengan prosedur dan spesifikasi
h. melakukan pengujian selama proses produksi berlangsung (sampel awal,
tengah, dan akhir)
i. melakukan pengujian mikrobiologi dari purified water
j. melakukan pemantauan mikrobiologi di Area Kelas Bersih
k. melakukan pengujian mikrobiologi untuk pemantauan lingkungan dari
fasilitas, media, peralatan, dan personil
l. menyimpan hasil pengujian laboratorium dan data
m. mengevaluasi data stabilitas dan temperatur yang menyimpang dari
produk selama pengiriman
n. menganalisis akar masalah penyimpangan dan Corrective and Preventive
Action (CAPA)
o. mengimplementasikan, memantau, dan memperbarui Quality&SHE
Management System dalam cakupan laboratorium QC
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
28
Universitas Indonesia
3.3.2. Departemen Plant
Departemen ini dipimpin oleh seorang Plant Manager. Plant Manager
bertanggung jawab terhadap semua fase dari plant operation mencakup produksi,
pengawasan mutu, penjaminan mutu, pemeliharaan, penerimaan, dan pengiriman.
Tanggung jawab tersebut antara lain: mengembangkan dan menjaga kapasitas,
pelaksanaan, produktivitas produksi mencapai produksi yang sesuai dengan
permintaan secara efektif dan efisien; memastikan bahwa area produksi,
peralatan, dan fasilitas yang digunakan sesuai dengan GMP dengan peralatan dan
mesin yang terkualifikasi dan secara rutin dikalibrasi; memelihara fasilitas
produksi dan peralatan, bersih dan rapi dalam penyelenggaraan yang optimum
untuk memastikan fasilitas layak digunakan untuk produksi; mengalokasikan dan
memanage sumber daya manusia dan peralatan dengan baik untuk mencapai
tujuan perusahaan; melakukan SHE di tempat untuk memastikan tanggung
jawabnya terhadap pengurangan akan penggunaan energi, kecelakaan dan alarm;
menjaga lisensi dan izin untuk beroperasi; serta bekerja sama dengan Assc
Purchasing Manager untuk dapat mengembangkan operasi dengan biaya produksi
yang rendah dengan tetap menjaga kualitas dan menjalin hubungan baik dengan
pemasok. Plant manager memimpin beberapa bagian, yaitu Produksi, Teknik
(Engineering), Pembelian (Purchasing), dan General Affair&Personnel (GA&P).
3.3.2.1 Produksi
Departemen produksi terdiri dari beberapa operator dan packer yang
dipimpin oleh seorang supervisor (pengawas) yang merupakan seorang apoteker.
Proses produksi yang berlangsung di PT. AstraZeneca Indonesia - Cikarang Site
saat ini mencakup pengemasan primer dan sekunder terhadap sediaan solid oral
non-steril (tablet), yaitu Inderal (Propranolol hidroklorida); pengemasan ulang
(repacking); serta penambahan sticker (redressing). Proses pengemasan ulang
(repacking) produk yang diimpor dari beberapa negara ke dalam kemasan baru
yang berbeda dari kemasan sebelumnya, dimana pada kemasan baru ini telah
didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi spesifikasi dan standar lokal pada
negara yang dituju tempat nantinya produk tersebut akan dijual. Pada kemasan
yang baru ini juga dicantumkan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan pharmacode
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
29
Universitas Indonesia
dari masing-masing produk. Proses penambahan sticker (redressing) produk yang
diimpor dari beberapa negara dengan kemasan yang telah memenuhi spesifikasi
dan standar lokal hanya perlu penambahan sticker hologram maupun generik.
Peranan dari bagian produksi di PT. AstraZeneca Indonesia - Cikarang
Site yaitu bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pengemasan produk
farmasetikal; menyelesaikan produksi tepat waktu sesuai jadwal; bertanggung
jawab mematuhi peraturan cGMP Global Quality Policy terkait pelaksanaan
pengemasan; mengimplementasikan SHE dan DEPNAKER’s UKK (Industrial
Hygiene and Safety) dalam area produksi; melakukan line clearance atau
pembersihan lini; membantu QC dalam proses pengambilan sampel dalam rangka
kualifikasi performa (Performance Qualification), proses validasi (Validation
Process), dan apabila terjadi cacat (defect) pada penampilan tablet; melakukan
pemeriksaan kelengkapan dan variabel data setiap setengah jam selama proses
produksi berlangsung; serta melakukan dokumentasi dengan mengisi catatan bets.
3.3.2.2 Teknik (Engineering)
Bagian Teknik (Engineering) dipimpin oleh seorang Engineering Asc
Manager yang bertanggung jawab dalam mengatur dan mengawasi semua
kegiatan Teknik yang terkait dengan produk, serta memastikan setiap peralatan,
bangunan, dan fasilitas yang digunakan telah menerapkan standar GMP, termasuk
pelaksanaan kalibrasi dan kualifikasi. Engineering Asc Manager membawahi tiga
personel, yaitu Engineering Leader, Engineering Administrator, dan Engineering
Technician.
Engineering Leader melakukan pengembangan kontrol, meninjau hasil
dari perawatan mesin, kalibrasi dan status; membuat perencanaan mingguan untuk
perawatan mesin; menjalankan fasilitas yang terdapat dalam pabrik (sistem BAS,
access control, sistem pengolahan air, sistem HVAC, dsb); menyelenggarakan
CAPA yang berhubungan dengan analisis resiko, audit internal, dan mendukung
program kualifikasi.
Engineering Administrator melakukan berbagai tugas administrasi dan
dokumentasi di bagian Engineering, seperti memperbaharui status dari Work
Orders, perawatan mesin dan kalibrasi; menyiapkan jadwal pelaksanaan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
30
Universitas Indonesia
perawatan mesin dan kalibrasi; menyiapkan acceptance sheet untuk kalibrasi dan
label kalibrasi pada mesin.
Engineering Technician bertugas untuk melakukan pemantauan sistem
BAS, tekanan, temperatur, dan filter pada AHU; melakukan perawatan mesin
sesuai jadwal; menjaga level klorin dalam domestic water pump; melakukan Job
Orders sesuai jadwal dan melaksanakan kalibrasi sesuai permintaan.
3.3.2.3 Pembelian (Purchasing)
Bagian pembelian dikerjakan oleh seorang Assc Purchasing Manager
yang bertanggung jawab dalam pengadaan pembelian barang atau jasa dari user.
Bagian ini di AstraZeneca Indonesia berperan penting mulai dari proses
penawaran harga (quotation) hingga pembelian barang yang dilakukan secara
PTP (Purchase to Pay). Vendor yang melakukan penawaran harga senantiasa
dilakukan penilaian resiko terlebih dahulu terhadap produk yang dibuat (Risk
Assesment Vendor) oleh QA. Selain penilaian resiko, vendor juga dinilai dari segi
bisnis oleh purchasing, yaitu terkait kesesuaian harga dan kualitas dari produk
yang ditawarkan vendor. Terkadang purchasing juga dapat melakukan
perbandingan harga (bidding) dari beberapa vendor yang berbeda karena nilai
yang dikeluarkan dianggap bermakna sehingga dapat terhindar dari conflict of
interest.
3.3.2.4 General Affair&Personnel (GA&P)
GA&P di AstraZeneca Indonesia membawahi manajemen hama/pest
control (ISS bagian IPM/Integrated Pest Management), manajemen kebersihan
(Cleaning), keamanan/access control (Security), GA umum dan administrasi, dan
transportasi (Operational Driver). Bagian ini juga berhubungan langsung dengan
kantor pusat di Jakarta. Departemen GA&P dipimpin oleh seorang supervisor
yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan memonitor administrasi dan
operasional umum, termasuk kebersihan, keamanan, dan pelayanan di kantor
sehingga sesuai dengan standar. GA&P Supervisor mengepalai GA officer yang
berperan dalam melakukan perjanjian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
pemerintahan (mengidentifikasi organisasi yang terdapat dalam Dinas Tenaga
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Kerja/Disnaker Bekasi; memperkenalkan AZI ke Disnaker; sosialisasi Anti
Bribery Anti Corruption/ABAC; mengadakan kegiatan kerjasama dengan
Dinasker), tiket, akomodasi, logistik, vendor (sosialisasi ABAC), pembayaran,
perizinan, penyediaan makan (catering), serta mengurus faktur (invoice),
inventaris dan barang non inventaris.
Manajemen hama dikerjakan oleh satu orang yang bertanggung jawab
untuk memastikan tidak adanya pest, hama, dan serangga dalam semua ruangan di
AZI (kelas E, F, dan G); mengidentifikasi/menutup segala bentuk jalan masuknya;
menempatkan perangkap, pengecekan umpan, dan pengontrolan check list pada
log book perangkap; bertanggung jawab terhadap bahan kimia terhadap
lingkungan dan tidak mengkontaminasi produk; menanggapi dengan cepat bila
ditemukan hama; melaporkan aktivitas harian; serta membuat laporan bulanan.
Manajemen kebersihan dikerjakan atas vendor dengan ISS yang terdiri
dari seorang pemimpin dan dibantu oleh 4 orang lainnya. Bagian ini bertanggung
jawab terhadap kebersihan keseluruhan gedung mencakup memastikan tidak
terdapat debu dan partikel di semua ruangan (kelas E, F, dan G); penyimpanan
alat kebersihan yang teratur; menjamin kertersediaan stock consumable; merespon
dengan cepat bila terdapat temuan; mengisi log book; melaporkan aktivitas harian;
serta membuat laporan bulanan.
Manajemen keamanan terdiri dari seorang pemimpin yang dibantu oleh 6
orang lainnya. Bagian ini bertugas untuk memastikan seluruh karyawan, tamu,
dan kontraktor yang masuk maupun keluar dari pabrik teridentifikasi dengan jelas
dalam kondisi aman; memastikan seluruh area pabrik dalam kondisi aman dari
ancaman pihak luar; memastikan serah terima barang sampai ke penerima;
melaporkan aktivitas harian; serta membuat laporan bulanan.
3.3.3. Departemen Supply Chain&Logistic
Departemen ini dipimpin oleh seorang Supply Chain&Logistic Manager
yang bertanggung jawab untuk memastikan penyediaan (supply) kepada
pelanggan dengan persediaan yang minimum dan efisiensi yang optimum;
memberikan dukungan kepada perusahaan agar tujuan komersialnya dapat
tercapai; melakukan pengembangan dan menjaga kapasitas gudang, kinerja,
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
32
Universitas Indonesia
produktivitas, dan kinerja supply tercapai efisiensinya dengan biaya optimal; serta
memastikan area gudang, peralatan, fasilitas, dan sistem memenuhi peraturan.
Supply Chain&Logistic Manager memimpin bagian Supply Chain dan Logistic.
3.3.3.1 Supply Chain
Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor yang memiliki tanggung
jawab untuk mengoptimalkan pengadaan persediaan (daftar kebutuhan yang
dibutuhkan dan stok yang ada); memastikan kapasitas produksi baik dan
memenuhi permintaan seperti yang direncanakan; menjaga penyaluran dengan
kinerja yang optimal kepada pelanggan dengan menjadwalkan pelulusan (release)
produk dan pengiriman barang; mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan
secara optimal; mengkoordinasi dan follow-up Toll (kerjasama kontrak);
mempersiapkan dan memeriksa pembayaran untuk vendor/kontraktor;
bertanggung jawab mengimplementasikan AstraZeneca SHE dan DEPNAKER’s
Upaya Kesehatan Kerja-UKK (Industrial Hygiene and Safety); membuat Process
Order Number (PON) untuk dokumentasi penyerahan barang dari gudang ke
bagian produksi serta memelihara dokumentasi pendukung yang diperlukan
secara akurat sesuai standar GMP dan perusahaan dalam sistem Supply Chain.
3.3.3.2 Logistic
Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor yang mengepalai dua orang
warehouse operator. Peran Logistic supervisor antara lain bertanggung jawab atas
keadaan penyimpanan bahan baku, kemasan, produk bulk dan produk jadi sesuai
standar GMP dan kriteria produk; bertanggung jawab untuk mengadakan
distribusi material ke produksi dan produk jadi ke distributor tepat waktu;
melakukan koordinasi dengan bagian produksi, QC dan Purchasing untuk
memastikan kapasitas dan mutu produksi terjamin; menganalisis dan
mengusulkan perbaikan gudang; memelihara dokumen penyimpanan dan sistem
pencarian supaya tetap menjamin pelaksanaan FEFO (first expired-first out);
memelihara daerah yang sudah ditentukan sebagai tempat penyimpanan bahan
awal, kemasan, produk bulk dan produk jadi; memastikan pengendalian internal
yang baik untuk meminimalkan dampak kerugian dari segi keuangan;
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
33
Universitas Indonesia
bertanggung jawab mengimplementasikan AstraZeneca SHE dan DEPNAKER’s
Upaya Kesehatan Kerja-UKK (Industrial Hygiene and Safety); menjaga lisensi
dan izin yang berhubungan dengan gudang; serta memastikan pengolahan limbah
yang dilakukan oleh vendor telah memenuhi standar.
3.3.4. Plant Accountant
Bagian ini bertanggung jawab untuk pengadaan kerja sama dengan area
bisnis yang relevan untuk memastikan ketepatan waktu dalam pengiriman;
memastikan laporan manajemen dan anggaran sesuai dengan pedoman dan
kebutuhan manajemen; bekerjasama dengan plant management, bagian produksi,
QA, GA&A untuk mendukung anggaran dan analisis laporan bulanan, mengelola
kerjasama kontrak antar AstraZeneca (AstraZeneca Indonesia dengan UK,
Sweden, Australia, dan lainnya); serta terlibat dalam kontrol pembangunan,
proses, pelaporan manajemen yang sedang berlangsung, transaksi keuangan dan
masalah pajak.
3.4 Lokasi dan Sarana
Pabrik AstraZeneca Indonesia bertempat di Jababeka Phase III
TechnoPark Jl. Tekno Raya Blok B1A-B1B Cikarang, Bekasi, Jawa Barat yang
merupakan kawasan industri sehingga berdekatan dengan beberapa industri
lainnya dan pemukiman penduduk. Sedangkan kantor pusatnya bertempat di
Perkantoran Hijau Arkadia Tower F, 3rd F1, Jl. Letjen TB Simatupang Kav 88
Jakarta, 12520.
3.5 Bangunan dan Fasilitas serta Sarana Penunjang
Desain Pabrik AZI-Cikarang Site menerapkan principle of minimum
distance, yaitu prinsip penempatan ruangan untuk proses yang berurutan diatur
hingga berdekatan satu dengan yang lainnya sehingga efisiensi dalam proses
produksi dapat tercapai. Bangunan dan fasilitas serta sarana penunjang yang ada
didesain sedemikian rupa hingga kualitas produk dapat terjamin dan spesifikasi
CPOB terpenuhi.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Gambar 3.1. PT. AstraZeneca Indonesia - Cikarang Site
Konstruksi pabrik dibangun dengan menggunakan tiang pondasi. Secara
arsitektur, desain bagian luar bangunan mendukung citra kegiatan sebagai industri
farmasi modern yang bersih dan terawat dengan baik.
Prioritas pertama dalam desain bagunan dan fasilitas serta sarana
penunjang adalah pemenuhan spesifikasi GMP dan kebersihan. Semua ruangan
memiliki standar kenyamanan kerja, seperti suhu yang sesuai dan pengaturan
cahaya, khususnya pada siang hari sehingga pegawai dapat bekerja secara
produktif dan efektif.
3.5.1 Desain pabrik
Ruang penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan
awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan produk, pengolahan,
pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan produk ruahan,
pengemasan, karantina produk jadi sebelum pelulusan akhir, pengiriman produk,
dan laboratorium pengawasan mutu berada di area terpisah satu sama lain. Area
produksi terbagi atas ruang pengemasan primer dan sekunder yang terpisah dan
berbeda kelas kebersihannya, dimana ruang pengemasan primer merupakan area
kelas E dan ruang pengemasan sekunder merupakan area kelas F. Selain itu juga
terdapat ruang untuk granulating, milling, tablet press, spare room, cleaned
equipment storage, intermediate product storage dan in process control room yang
masih belum aktif dan belum beroperasi disebabkan PT AZI-Cikarang Site hingga
saat ini tidak memformulasikan produk jadi hanya melakukan pengemasan.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
35
Universitas Indonesia
Pada area-area yang memerlukan perhatian khusus terhadap sistem aliran
udaranya seperti area produksi, sampling room, dan laboratorium mikrobiologi
maka ditanamkan suatu magnehelic di dinding pembatas ruangan tersebut dengan
ruangan luar. Magnehelic ini berfungsi untuk menunjukkan perbedaan tekanan
antara ruang-ruang yang dibatasi oleh magnehelic, dimana spesifikasi perbedaan
tekanan yaitu sekitar 5-20 kPa.
Sedangkan pada area-area yang memerlukan perhatian khusus terhadap
suhu dan kelembapan, seperti area produksi, sampling room, laboratorium, gudang,
retained sample and QA document room, maka diletakkan suatu termometer digital
yang dapat menunjukkan suhu dan kelembapan di masing-masing ruangan
tersebut. Pemeriksaan terhadap magnehelic dan termometer digital perlu dilakukan
setiap hari untuk memastikan kondisi ruangan memenuhi spesifikasi.
3.5.1.1 Area produksi
Area produksi di AstraZeneca Indonesia dikelompokkan menjadi dua kelas,
yaitu ruang kelas E dan ruang kelas F. Ruang kelas E ditujukan untuk pengemasan
primer, washing room, dispensing, bulk staging dan beberapa ruang yang tidak
aktif yang disediakan untuk granulating, milling, tablet press, spare room, cleaned
equipment storage, intermediate product storage dan in process control room.
Ruangan-ruangan ini masih belum beroperasi karena pada fase 1 AstraZeneca
Indonesia hanya melakukan pengemasan.
Sedangkan ruang kelas F adalah ruang yang digunakan untuk pengemasan
sekunder, pengemasan ulang (repacking) dan penambahan stiker hologram
(redressing) sediaan impor yang telah diproduksi dan dikemas oleh Supplying Site.
Selanjutnya, sediaan yang mengalami pengemasan primer dan sekunder yaitu
Inderal akan diekspor ke beberapa negara, seperti Taiwan, Australia dan Malaysia,
sedangkan sediaan yang dikemas ulang dan ditambahkan stiker hologram akan
dijual ke market lokal.
Selain itu, di area produksi juga terdapat loker, ruang ganti, toilet, dan
mushola. Diantara ruang pengemasan primer dan pengemasan sekunder terdapat
airlock room (ruang penyangga), ruang ganti pakaian, dan cuci tangan.
Luas area produksi dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
36
Universitas Indonesia
penempatan alat-alat yang digunakan selama proses produksi secara teratur dan
operator mesin dapat bekerja di dalam ruangan tersebut dengan nyaman.
Permukaan dinding dan lantai untuk area produksi dilapisi dengan cat epoksi. Hal
ini bertujuan untuk memperoleh permukaan yang rata dan tidak berpori sehingga
tahan terhadap bahan kimia, mudah dibersihkan, dan mudah dibilas dengan air.
Sebagian besar dinding dibangun menggunakan fire rated insulated metal dan
diakhiri dengan powder coating yang dapat menahan zat kimia pembersih untuk
pemeliharaan dan perawatan higienis dan dilengkapi dengan aksesoris listrik untuk
mengakomodasi standar GMP dan mudah dibersihkan.
Pertemuan antara dinding dengan lantai dibuat sedemikian rupa sehingga
menghindari adanya sudut (melengkung/curving). Konstruksi beton dilengkapi
dengan penghalang kelembaban dimana diharapkan di area produksi tetap berada
dalam kelembaban yang relatif rendah.
Celah antara rangka jendela dengan kaca, celah pada pemasangan lampu
serta pipa harus dihindari untuk mengurangi kontaminasi dan memudahkan
pembersihan. Salah satu caranya dengan menggunakan sealant atau dengan
mendesain pemasangannya sedemikian rupa seperti lampu ditutupi dengan kaca.
Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah
dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.
Semua pintu terbuat dari stainless steel sesuai persyaratan GMP dan juga
digunakan untuk mempermudah pemeliharaan. Langit-langit di area produksi
dibangun dengan menggunakan panel sandwich yang mendukung berat tambahan
untuk memungkinkan akses personil sehingga dapat berjalan di atasnya untuk
GMP dan tujuan pemeliharaan.
3.5.1.2 Gudang
Gudang secara visual tampak bersih dan dilapisi dengan cat enamel pada
bagian dindingnya sesuai standar. Gudang dirancang sedemikian rupa untuk
mencegah terpaparnya dengan sinar dan panas matahari langsung. Atap gudang
juga dilapisi oleh lapisan aluminium foil yang bertujuan untuk menahan panas dari
sinar matahari sehingga suhu di area penyimpanan tetap terjaga. Sama hal nya
seperti di ruang produksi, permukaan dinding dan lantai gudang juga dilapisi
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
37
Universitas Indonesia
dengan cat epoksi. Pertemuan antara dinding dengan lantai dibuat sedemikian rupa
sehingga menghindari adanya sudut (curving). Hal ini bertujuan untuk memperoleh
permukaan yang rata dan tidak berpori sehingga tahan terhadap bahan kimia,
mudah dibersihkan, dan mudah dibilas dengan air.
Berdasarkan fungsi penyimpanannya gudang terbagi atas ambient
warehouse dan cool warehouse. Ambient warehouse digunakan sebagai tempat
penyimpanan kemasan, label dan karton untuk mengemas produk. Tempat
penyimpanan label dan etiket berupa lemari yang dapat dikunci. Suhu pada
ambient warehouse tidak memerlukan pengaturan secara khusus. Di sebelah
ambient warehouse terdapat ruang tempat penyimpanan limbah B3 (hazardous
waste) dan barang yang ditolak sebelum dimusnahkan oleh vendor PPLI (Persada
Pemusnah Limbah Industri). Bersebelahan dengan area ini juga terdapat material
air lock sebelum sampling room (kelas E) yang digunakan sebagai tempat
pengambilan contoh bahan pengemas yang diterima oleh QC. Cool Warehouse
digunakan sebagai tempat penyimpanan produk ruahan dan produk jadi sehingga
suhu pun diatur menjadi <25°C dan telah dirancang agar memungkinkan untuk
menampung banyak produk. Terdapat empat rak besar dalam ruang Cool
Warehouse dengan adanya pemisahaan antara finished good dan semi finished
good. Lantai terbuat dari beton yang memungkinkan untuk menahan beban sebesar
3 ton/m2 (Astuti, 2012).
Kedua jenis gudang ini beserta bulk staging di area produksi memiliki
indikator suhu yaitu termometer chart recorder yang berada di dalam panel di area
ambient warehouse. Termometer ini melakukan pencatatan suhu tiap waktu di
setiap ruangan tersebut melalui suatu chart paper. Setiap minggu dilakukan
penggantian chart paper yang menyebabkan termometer ini tidak beroperasi.
Apabila termometer ini tidak beroperasi atau dalam kondisi rusak, maka harus
tetap dilakukan pencatatan suhu di area cool warehouse menggunakan
thermometer max-min secara berkala oleh operator gudang. Termometer chart
recorder memiliki alarm yang akan aktif apabila suhu di ketiga area tersebut tidak
sesuai spesifikasinya. Alarm ini juga terhubung ke pos keamanan sehingga dapat
mengantisipasi keadaan dimana tidak ada personil di area gudang.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
38
Universitas Indonesia
3.5.1.3 Office
Lantai pada area office berbahan dasar vinyl dan menggunakan keramik.
Dinding dibuat secara partisi dengan menggunakan gipsum yang diisi dengan
bahan terisolasi sehingga dapat menyerap bunyi dan kaca sehingga memberikan
kesan seperti ruangan modern dan luas, dengan detail yang berbeda untuk ruangan
khusus. Langit-langit didesain menggunakan atap yang dapat menyerap bunyi dan
dikombinasikan dengan gipsum terisolasi (Astuti, 2012).
3.5.1.4 Laboratorium Bahan Pengemas
Laboratorium bahan pengemas terletak di antara ruang preparasi dan
pantry. Laboratorium bahan pengemas memiliki konstruksi bangunan sedemikian
rupa untuk memudahkan dalam proses pembersihan. Laboratorium ini digunakan
untuk memeriksa kemasan yang digunakan (label, karton, sticker, dan lainnya)
untuk mengemas produk AstraZeneca baik berupa dimensi dan kebenaran bahan
pengemas yang digunakan terhadap spesifikasinya. Selain itu laboratorium ini juga
merupakan office room untuk QC supervisor dan staf-nya. Laboratorium ini
dilengkaoi dengan komputer, spektrofotometri IR, jangka sorong, handbook
pantone, timbangan, dan alat lainnya yang digunakan dalam pengujian serta loker
untuk menyimpan dokumen-dokumen (packaging material specification dan
analysis sheet)
3.5.1.5 Laboratorium Preparasi
Laboratorium preparasi terletak di sebelah laboratorium mikrobiologi.
Laboratorium ini digunakan untuk melakukan preparasi media dan sampel sebagai
persiapan untuk melakukan pengujian di laboratorium mikrobiologi. Di dalam
laboratorium ini terdapat pass box yang merupakan tempat antara yang berupa
airlock system untuk pemindahan material dan media yang diperlukan dalam
pengujian di laboratorium mikrobiologi. Laboratorium ini dilengkapi autoklaf
untuk sterilisasi dan dekontaminasi, inkubator, dan peralatan lainnya.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
39
Universitas Indonesia
3.5.1.6 Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi merupakan ruangan dengan tingkat kelas yang
sama dengan ruang produksi yaitu kelas E. Lantai laboratorium terbuat dari beton
dengan yang dilapisi oleh epoksi hingga lantai bertemu dengan bagian dinding
untuk mencegah terjadinya sudut. Dinding terbuat dari blok beton ringan yang
diplester dan dilapisi juga dengan cat epoksi sehingga mudah dibersihkan. Langit-
langit ditutup menggunakan kalsium silikat mulus dan dilapisi dengan cat epoksi.
Bingkai pintu dan jendela menggunakan aluminium dan dikombinasikan dengan
kaca. Laboratorium ini mendapatkan pengaturan suhu, kelembaban, dan tekanan
(magnehelic mengatur tekanan).
Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk tujuan pengujian bahan,
seperti water for injection (WFI) untuk keperluan produksi secara mikrobiologi
dan pembuatan media untuk pertumbuhan mikroorganisme. Untuk masuk ke dalam
laboratorium mikrobiologi, personil harus melewati ruang ganti serta mengenakan
pakaian dan alas kaki khusus serta alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari
masker dan sarung tangan selama berada di laboratorium ini.
Laboratorium ini memiliki pass box yang tertanam di dinding dan
berhubungan dengan ruangan preparasi yang berada di sebelahnya. Pass box ini
merupakan airlock system yang digunakan untuk melakukan pemindahan material
dan media dari ruangan preparasi ke dalam laboratorium mikrobiologi.
3.5.1.7 Laboratorium Kimia dan Fisika
Laboratorium kimia dan fisika merupakan ruang kelas G dengan konstruksi
bangunan sedemikian rupa untuk memudahkan dalam proses pembersihan.
Laboratorium ini digunakan untuk melakukan pengujian air dan melakukan
pencampuran bahan-bahan kimia dalam lemari asam (fume hood) namun untuk
saat ini laboratorium kimia dan fisika ini masih belum terlalu sering digunakan
sesuai fungsinya karena AZI tidak melakukan formulasi dan pemeriksaan produk
ruahan yang dikemas hanya melalui sertifikat analisa. Di samping kiri dan kanan
lemari asam terdapat eye washer dan water shower yang dapat mengeluarkan air
secara praktis sebagai antisipasi jika bagian tubuh personil terkena bahan kimia.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
40
Universitas Indonesia
3.5.1.8 Technical area
Area teknik terdapat di lantai 2 office merupakan ruangan tempat
penempatan alat-alat teknik yang diperlukan untuk menunjang kinerja dari pabrik
AZI-Cikarang Site. Salah satunya merupakan alat-alat penunjang sistem High
Ventilated Air Conditioner/HVAC di pabrik. Sistem HVAC adalah integrasi dari
komponen pemanas, sirkulasi udara, dan pendingin yang dikontrol oleh sistem
komputerisasi dan berfungsi sebagai pengkondisi ruangan dengan suhu dan
kelembaban tertentu. Sistem HVAC terdiri dari beberapa perangkat alat
diantaranya Air Handling Unit (AHU), Fan Coolling Unit (FCU), Dehumidifier,
dan Air Distribution and Return Unit (Ducting).
AHU merupakan rangkaian mesin pengkondisi udara yang terdiri dari
beberapa filter, element cooling oil, element heating, dan fan sehingga parameter
kritis dari kualitas udara dalam ruangan dapat dikontrol. FCU adalah unit
pendingin udara yang menggunakan refrigerant sebagai media pendinginnya yang
berfungsi untuk mendinginkan ruangan atau bidang tertentu dengan suhu yang
telah ditentukan oleh sistem BAS. Dehumidifier adalah peralatan yang berfungsi
sebagai pengering udara atau menghilangkan lembab yang terinstalasi dalam
sistem HVAC. Ducting merupakan sebuah instalasi saluran yang terbuat dari
susunan plat berbentuk kotak atau silinder yang digunakan untuk mendistribusikan
udara dari mesin pendingin udara AHU/FCU dan fan ke ruangan/area yang akan
disupply/dikondisikan, dan menarik/membuang udara yang ada di ruangan/area
tersebut. Adapun mekanisme sistem HVAC akan dijelaskan kemudian.
Di area teknik tersebut juga terdapat electric water heater yang berfungsi
untuk memanaskan air di dalam tangki yang memiliki elemen sistem pemanas
listrik. Selain itu di area teknik juga terdapat panel-panel listrik yang berhubungan
dengan berbagai alat penunjang di dalam pabrik. Area teknik ini terbentang sampai
ke langit-langit area produksi dan gudang. Area ini harus selalu dipantau secara
berkala oleh personil engineering. Kebersihan area teknik juga harus dijaga dan
dilakukan pengendalian hama dan binatang pengerat yang dapat masuk ke area ini.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
41
Universitas Indonesia
3.5.1.9 Retained sample and QA document room
Retained sample and QA document room merupakan ruangan yang
digunakan untuk menyimpan sampel pertinggal dan dokumen-dokumen QA,
seperti dokumen kualifikasi, validasi, catatan bets/batch record, analysis result,
annual product review, dokumen-dokumen obsolete, dan sebagainya. Suhu dalam
ruangan ini dijaga agar dokumen dan sampel pertinggal tetap tersimpan dalam
kondisi baik.
3.5.1.10 Server Room
Di dalam ruangan ini terdapat panel listrik yang berhubungan dengan
bagian-bagian di area pabrik.
3.5.1.11 Utility building
Utility building terletak terpisah dari bangunan utama pabrik. Letak gedung
ini terdapat di bagian paling belakang pabrik. Bangunan penunjang ini terdiri dari
dua lantai. Pada lantai dasar terdapat pump house, fuel tank room, spare room, dan
LV/MDP room, trafo room, hydrant tank, dan domestic water tank. Sedangkan
pada lantai atas terdapat chiller area dan compressor room.
3.5.2 Sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)
Pabrik AZI-Cikarang Site berpedoman pada International Guidelines untuk
persyaratan kondisi lingkungan pada proses manufaktur. Klasifikasi ini sejalan
dengan Uni Eropa (EU) dan FDA GMP bagi produk steril. Produk nonsteril dan
API diproduksi dalam lingkungan terkendali yang dirancang untuk melindungi
produk dari kontaminasi.
Mekanisme kerja sistem HVAC dengan AHU (Air Handling Unit) adalah
sebagai berikut, udara luar (fresh air) dan udara hasil resirkulasi di dalam ruangan
masuk ke dalam mixing chamber yang kemudian disaring menggunaan pre filter
G4 (efisiensi 35%) dan medium filter F7 (efisiensi 85%) untuk mengurangi jumlah
partikel. Udara kemudian didinginkan dengan pendinginan oleh cooling coil
sebagai hasil pendinginan oleh chiller. Udara hasil pendinginan melewati electric
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
42
Universitas Indonesia
heater/dehumidifier untuk dipanaskan sesuai dengan kelembapan udara yang
dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor menuju filter F9 (95%).
Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami penyaringan akhir oleh
HEPA filter H14 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk selanjutnya
didistribusikan melalui pipa-pipa (ducting). Udara hasil penyaringan HEPA filter
selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal dengan
nama supply air. Supply air dari AHU disalurkan melalui ducting menuju ke
ruangan dengan melalui lubang supply air yang terdapat di atap ruangan. Udara
yang telah dikondisikan dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi.
HEPA merupakan singkatan dari High Efficiency Particulate Air. Efisiensi
HEPA tergantung dari jenisnya. HEPA H14 sanggup menyaring 99,95% dari
semua partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini berarti untuk setiap 10.000
partikel yang berukuran lebih besar dari 0,3 mikron, hanya ada peluang 5 partikel
yang lolos dari HEPA.
Sedangkan mekanisme kerja sistem HVAC dengan FCU (Fan Colling
Unit) yaitu udara luar (fresh air) dan udara hasil resirkulasi di dalam ruangan
masuk ke dalam mixing chamber yang kemudian disaring menggunaan filter G4
(efisiensi 35%) untuk mengurangi jumlah partikel. Udara kemudian didinginkan
dengan pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan terhadap freon
yang berasal dari compressor. Udara hasil pendinginan kemudian didorong oleh
motor supaya keluar melalui outlet untuk selanjutnya didistribusikan melalui pipa-
pipa (ducting). Supply air dari FCU disalurkan melalui ducting menuju ke ruangan
dengan melalui lubang supply air yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah
dikondisikan suhu dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang seperti office,
control room dan koridor.
Sistem pengolahan udara harus mampu mempertahankan perbedaan
tekanan positif dan negatif yang diinginkan untuk tiap ruangan dan aliran udara
relatif terhadap daerah sekitarnya untuk kelas yang lebih rendah di bawah kondisi
operasional.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
43
Universitas Indonesia
3.5.3 Sistem Pengolahan Air
Pabrik AZI-Cikarang Site berpedoman pada International Guidelines untuk
standar air yang digunakan pada berbagai bentuk sediaan, keperluan untuk desain,
pemeliharaan, pemantauan pengambilan sampel, dan pengujian dari berbagai
standar air. Air yang digunakan untuk kegiatan produksi ada dua macam, yaitu air
domestik dan air murni (purified water). Air domestik digunakan untuk keperluan
pembersihan dan aktivitas rumah tangga lainnya, seperti keperluan toilet dan
kantin. Purified water (air murni) atau Water for injection (WFI) digunakan untuk
kebutuhan proses produksi. Sistem pengolahan purified water pada proyek Fase I
untuk pengoperasian di pabrik Cikarang sangat terbatas. Purified water yang
digunakan untuk pembilasan akhir (final rinsing) peralatan yang digunakan dalam
produksi dan media laboratorium mikrobiologi/persiapan sampel dibeli dari
pemasok, sedangkan air domestik untuk keperluan pencucian alat yang tidak
kontak dengan produk dan keperluan rumah tangga disediakan oleh pemasok yang
telah disetujui, yaitu Jababeka Water Treatment Plant (Jababeka WTP).
Kualitas purified water diperiksa sesuai dengan SOP lokal. Spesifikasi dari
purified water yang dibeli mengacu pada Pharmacopoeia (USP, EP, FI) dan
AstraZeneca QCM.
Air yang diperoleh dari pemasok akan masuk ke dalam tangki
penyimpanan yang terdapat di lantai dasar dan diberikan penambahan klorin sesuai
dosis yang telah ditetapkan. Kemudian air akan dialirkan untuk dilakukan
penyaringan dengan filter karbon yang terdapat di bagian belakang utility building.
Air yang sudah diolah tersebut akan dialirkan menuju chiller unit dan pompa air
domestik. Air yang dialirkan menuju pompa air domestik akan langsung dialirkan
ke berbagai tempat di area pabrik untuk keperluan domestik/rumah tangga. Air
pada chiller akan didinginkan, kemudian digunakan untuk sumber udara dingin
pada AHU dalam sistem HVAC dan akan terus diresirkulasikan hingga jenuh.
Untuk mencegah kejenuhan air tersebut, garam akan ditambahkan pada air melalui
brine tank. Disamping itu, air juga diperlukan untuk keperluan fire pump. Air yang
digunakan untuk keperluan tersebut langsung diambil dari tangki penyimpanan air
dan tidak membutuhkan pengolahan lebih lanjut setelah dari pemasok.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
44
Universitas Indonesia
3.5.4 Sistem Pengolahan Limbah
Penanganan limbah di PT. AZI-Cikarang Site termasuk dalam tanggung
jawab dari subdepartemen GA & P (General Affair&Personnel) dan Supply Chain.
Jenis limbah yang ditangani ada dua jenis, yaitu limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) dan limbah domestik.
Limbah B3 merupakan limbah baik berupa padat maupun cair, yang
sifatnya bila tidak dikelola/dimusnahkan dengan tepat dapat mencemarkan
lingkungan maupun menimbulkan efek yang tidak baik untuk makhluk hidup, atau
dapat juga membahayakan, dikarenakan sifatnya yang beracun, reaktif, mudah
terbakar, dan lain-lain. Jenis limbah B3 yang terdapat di PT. AZI-Cikarang Site,
antara lain limbah sisa analisa padat/cair, produk ruahan yang ditolak, produk jadi
yang ditolak, produk kembalian, oli bekas, kemasan reagen, reagen kadaluarsa dan
kemasan yang terkontaminasi.
Limbah domestik adalah limbah non B3 yang berasal dari kegiatan sehari-
hari (kegiatan kantor, sampah taman, kemasan air minum) maupun kemasan yang
tidak terkontaminasi oleh produk/bahan (botol, tutup, boks, karton, label dan lain-
lain).
Pemusnahan dan pengolahan limbah B3 dan bahan pengemas primer yang
berasal dari kegiatan sehari-hari dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu PPLI (Pusat
Pengolah Limbah Industri), sedangkan untuk limbah domestik dilakukan oleh
Jababeka Infrastructure yang dilakukan berkala apabila limbah domestik telah
mencapai 3 m3.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
45 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
AstraZeneca aktif beroperasi di banyak negara di dunia, salah satunya
adalah Indonesia. Pabrik AstraZeneca Indonesia (AZI)-Cikarang Site berdiri pada
tanggal 5 Oktober 2010 (K. Anna, L., 2010) dan diresmikan oleh Menteri
Kesehatan RI, Endang Rahayu Sedyaningsih. Pabrik tersebut merupakan pabrik
pengemasan produk obat dengan target pemasaran di Indonesia dan juga diekspor
ke beberapa negara Asia Pasifik. Fasilitas yang dibangun di pabrik AstraZeneca
Indonesia bertujuan untuk mengakomodasi kegiatan pengemasan primer dan
sekunder untuk mengemas sediaan solid oral (primer dan sekunder), pengemasan
ulang, dan penambahan sticker hologram; dan fasilitas produksi yang masih dalam
tahap pengembangan (Astuti, 2012).
Sebagai industri farmasi yang terdapat di Indonesia, PT. AZI-Cikarang
Site berkewajiban memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman CPOB dan
ditindaklanjuti dengan ditetapkannya SK Dirjen POM No. 05411/A/SK/XII/1989
tentang penerapan CPOB pada industri farmasi. Hal ini bertujuan untuk
memberikan jaminan bahwa produk obat yang dihasilkan selalu memenuhi
persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Penerapan CPOB di lingkungan industri farmasi dapat berbeda antara satu industri
dengan industri lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan
fasilitas pendukung dan personil di setiap industri farmasi (Presiden Republik
Indonesia, 2009).
PT. AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site merupakan bagian dari
AstraZeneca Global Operations. Oleh karena itu, PT. AstraZeneca Indonesia-
Cikarang Site (AZI-Cikarang Site) harus selalu berpedoman kepada Global
Quality Standard yaitu standar mutu yang ditetapkan oleh induk perusahaan dan
dikombinasikan dengan standar mutu Good Manufacturing Practice (GMP) dan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sehingga dapat menghasilkan produk
yang kualitasnya terjamin sesuai standar. Sertifikat GMP telah diterbitkan oleh
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
46
Universitas Indonesia
Badan POM untuk PT. AZI-Cikarang Site setahun setelah pabrik ini berdiri, yaitu
pada Januari 2011. Selain itu, PT. AZI-Cikarang Site juga harus memiliki
sertifikat untuk melakukan pengemasan sediaan oral padat dari Australia
Therapeutic Good Administration (TGA) (diterbitkan pada Februari 2011) dan
Taiwan FDA (diterbitkan pada Juni 2011). Hal ini disebabkan, karena PT AZI-
Cikarang Site akan mengekspor produknya ke Australia dan Taiwan sehingga ia
harus memenuhi standar yang berlaku di negara-negara tersebut. PT. AZI-
Cikarang Site juga melakukan ekspor ke Malaysia. PT. AZI-Cikarang Site tidak
memiliki serifikat dari badan pemerintahan obat di Malaysia karena Indonesia
sudah memiliki lisensi yang berasal dari TGA dan Taiwan FDA yang diakui oleh
otoritas di Malaysia.
4.1 Manajemen Mutu
PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site telah menerapkan aspek
manajemen mutu sesuai dengan konsep CPOB. PT. AZI Cikarang Site melakukan
pengemasan obat yang telah dipastikan sesuai dengan tujuan penggunaannya,
teregistrasi, dan tidak menimbulkan yang membahayakan penggunanya. PT. AZI
memiliki Unit Pemastian Mutu yang bertanggung jawab untuk memastikan
produk yang dihasilkan sesuai dengan Kebijakan Marketing/Spesifikasi Produk,
GMP, CPOB, dan Peraturan Internal AstraZeneca.
QA&SHE manager memimpin Unit Pemastian Mutu pada PT. AZI
Cikarang Site yang terdiri dari QA&SHE dan QC yang masing-masing
independen terhadap bagian yang lain. Aktivitas unit pemastian mutu tersebut
telah mengamalkan prinsip-prinsip CPOB ditambah dengan faktor lain di luar
pedoman ini, seperti The Global for Police Regulatory Compliance dengan tujuan
memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. Unit
Pemastian Mutu bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu secara
menyeluruh, termasuk pengawasan mutu oleh QC, pengkajian mutu produk secara
berkala setiap tahun, manajemen risiko mutu, penilaian terhadap pemasok dan
distributor.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
47
Universitas Indonesia
Selain pematian mutu, QA&SHE juga bertanggung jawab terhadap SHE
(Safety, Health, and Environment) di lingkungan pabrik. Hal ini dilakukan karena
PT.AZI-Cikarang Site hanya memiliki cakupan yang relatif kecil dan pelaksanaan
keselamatan kerja, kesehatan, dan lingkungan sama pentingnya dengan mutu.
4.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang benar. PT. AZI-Cikarang Site memiliki personalia
dalam jumlah memadai yang telah terkualifikasi memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh CPOB, seperti memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan, memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya serta sehat fisik dan mental. Dalam menjalankan kegiatannya, PT.
AZI-Cikarang Site telah memiliki struktur organisasi yang baik dan uraian tugas
dan wewenang yang jelas dengan pembagian tanggung jawab yang sesuai
dengan kapasitasnya. Uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab tersebut di
PT. AZI-Cikarang Site ditinjau setiap tahun untuk menentukan keperluan
pengubahannya.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 dan Penerapan
Pedoman CPOB 2012, personil kunci di PT. AZI-Cikarang Site, yaitu Kepala
Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dijabat oleh Apoteker yang terdaftar dengan
orang yang berbeda, terkualifikasi, dan independen satu terhadap yang lain.
Personil kunci tersebut telah mempunyai wewenang penuh dan sarana memadai
untuk melaksanakan tugasnya secara efektif dan tidak mempunyai kepentingan
lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya.
Setiap karyawan baru yang akan memulai pekerjaannya di PT.
AZICikarang Site wajib mengikuti Induction Training, diantaranya adalah GMP
Training dan SHE Induction Training. Hal ini juga berlaku bagi para mahasiswa
PKPA agar segala kegiatan yang dilakukan sesuai dengan prinsip GMP.
Disamping itu, seluruh personil diharuskan untuk mengikuti pelatihan sesuai
dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. Pada PT. AZI Cikarang Site,
personil mengikuti pelatihan berdasarkan TNA (Training Need Analysis) yang
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
48
Universitas Indonesia
dibuat oleh Kepala Departemen dan QA. TNA diperbaharui setiap tahun dan
disiapkan berdasarkan standar dan pelatihan yang diperlukan selama setahun
tersebut. Pelatihan tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan dengan
frekuensi yang memadai untuk menjamin agar personalia terbiasa dengan
persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya.
Seluruh personil PT.AZI Cikarang Site diwajibkan mengisi dan
memperbaharui catatan pelatihan personalia (Training History Card) setiap kali
mengikuti pelatihan. Seluruh catatan pelatihan tersebut disimpan dalam folder
khusus di departemen masing-masing dan diatur oleh masing-masing personalia.
Efektivitas program pelatihan tersebut ditinjau secara berkala untuk terus-
menerus meningkatkan keahlian kerja setiap personalia. Setelah mengadakan
pelatihan, dilakukan penilaian terhadap prestasi personalia untuk menentukan
apakah mereka memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas
yang diberikan kepadanya.
Seluruh tamu yang datang ke PT. AZI-Cikarang Site diawasi dan
diberikan penjelasan peraturan untuk tamu, informasi jalur evakuasi, dan
informasi lain sesuai dengan keperluan. Tamu yang ingin masuk ke dalam area
produksi dan laboratorium harus diawasi dan diberi penjelasan terlebih dahulu,
terutama mengenai pakaian pelindung dan higiene. Untuk dapat menjangkau ke
dalam area produksi, gudang dan laboratorium personil harus memiliki akses
terbatas untuk menghindari orang yang tidak berkepentingan masuk.
4.3 Bangunan dan Fasilitas
CPOB mempersyaratkan lokasi bangunan untuk memperhatikan faktor
iklim, letak geografis, kegiatan industri lain yang berdekatan, pengawasan
terhadap polusi, limbah, kebisingan dan ketersediaan layanan infrastruktur seperti
listrik, air, telekomunikasi, jalan, dan pembuangan limbah. PT. AZI-Cikarang Site
berusaha untuk memenuhi persyaratan CPOB, yang ditunjukan dengan lokasi
perusahaan yang berada di kawasan industri Jababeka Cikarang sehingga
meminimalkan pencemaran ke area hunian penduduk. Selain itu, pada lokasi
tersebut dapat terjangkau oleh layanan infrastruktur yang cukup baik, seperti
listrik yang dapat dipasok oleh Bekasi Power, air yang dipasok dari Jababeka
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
49
Universitas Indonesia
Water Treatment Plant dan pengolahan limbah B3 yang dilakukan oleh PPLI
(Prasadha Pamunah Limbah Industri), sedangkan untuk pengolahan limbah
domestik dilakukan oleh Jababeka Infrastructure.
Secara garis besar, bangunan dan fasilitas yang terdapat di PT. AZI-
Cikarang Site telah memenuhi persyaratan CPOB yaitu memiliki desain,
konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar sesuai dengan
persyaratan CPOB. PT. AZI-Cikarang Site juga memiliki sarana penunjang seperti
kantin, ruang ganti pakaian, dan kelengkapannya. Bagunan dan fasilitas PT. AZI-
Cikarang Site dirawat dengan cermat, dibersihkan, dan didisinfeksi dibantu oleh
pihak ketiga yaitu PT. ISS sesuai dengan prosedur yang tercantum pada SOP.
Perlindungan terhadap adanya serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau
hewan lain (pest control) juga dilakukan di setiap bangunan dan fasilitas yang
berada di PT. AZI-Cikarang Site melalui pihak ketiga yaitu PT. ISS oleh personil
IPM (Integrated Pest Management) sesuai dengan prosedur yang tertera pada
SOP. Pada bangunan dan fasilitas dilakukan pengaturan yang baik terhadap tenaga
listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban, dan ventilasi agar tidak
mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap produk selama proses pengemasan dan penyimpanan sehingga
ruangan produksi PT. AZI Cikarang Site dilengkapi dengan sistem AHU (Air
Handling Unit) untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban dan
sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi.
Ruangan produksi di PT. AZI-Cikarang Site dikelompokan menjadi
beberapa ruangan yang aktif digunakan, dimana setiap satu ruangan
diperuntukkan untuk satu kegiatan produksi, seperti ruangan dispensing, bulk
staging, washing room, serta ruang pengemasan primer dan sekunder. Selain itu di
dalam area produksi juga terdapat ruangan-ruangan yang belum berfungsi dan
masih berupa ruangan kosong (tidak aktif), seperti ruangan granulating, milling,
tablet press, spare room, cleaned equipment storage, intermediate product
storage dan in process control room. Hal ini dikarenakan PT. AZI-Cikarang Site
untuk sementara hanya melakukan kegiatan pengemasan baik pengemasan primer,
sekunder, pengemasan ulang, dan penambahan sticker. Ruang pengemasan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
50
Universitas Indonesia
primer, ruang dispensing, bulk staging, dan washing room serta ruangan produksi
yang tidak aktif berada di area kelas E, sedangkan ruang pengemasan sekunder
berada di area kelas F.
Seluruh permukaan dinding, lantai, dan langit-langit bagian dalam ruangan
produksi dilapisi epoksi yang bersifat kedap air, licin, dan tahan goresan logam
atau roda untuk memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air.
Konstruksi lantai di area produksi juga dibuat dari bahan kedap air, permukaannya
rata, dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi
tumpahan bahan. Tiap sudut ruangan produksi dibuat melengkung mudah untuk
pembersihan, sanitasi dan, perawatan. Celah antara rangka jendela dengan kaca,
celah pada pemasangan lampu serta pipa didesain sedemikian rupa atau
menggunakan sealant untuk mengurangi kontaminasi. Lampu tertutup oleh kaca
sehingga tidak terdapat celah di antaranya yang dapat menimbulkan kontaminasi.
Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai penghalang terhadap
pencemaran silang selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan. Langit-langit di
area produksi dibangun dengan menggunakan panel sandwich yang mendukung
berat tambahan untuk memungkinkan akses personil sehingga dapat berjalan di
atasnya untuk GMP dan tujuan pemeliharaan.
Bangunan produksi dibuat bersebelahan dengan gudang dengan akses
pintu yang berbeda untuk memudahkan transfer orang dan material. Antara
gudang dan area produksi terdapat ruang transit untuk transfer material dari
gudang ke produksi atau sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari
penyebaran debu dari gudang ke area produksi. Selain itu, terdapat gowning area
yang bersifat airlock dilengkapi dengan wastafel untuk meminimalkan terjadinya
pengotoran oleh partikel debu yang terbawa oleh karyawan sehingga kebersihan
ruang produksi tetap memenuhi persyaratan CPOB.
Area penyimpanan barang di gudang dikelompokkan berdasarkan suhu
penyimpanan (cool warehouse dan ambient warehouse), status material yang
bersangkutan (quarantine, released, atau rejected), dan tipe material (produk
ruahan, produk jadi, bahan pengemas). Cool warehouse merupakan area
penyimpanan yang dikondisikan suhunya ( 25°C) dengan kondisi penyimpanan
produk karena digunakan untuk menyimpan produk ruahan dan produk jadi,
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
51
Universitas Indonesia
dimana area ini merupakan area. Pengaturan suhu dibutuhkan untuk menjaga
kualitas produk sehingga terdapat alarm yang mendeteksi ketidak sesuaian suhu
dalam ruangan dengan spesifikasi yang diinginkan pada ambient warehouse
sehingga dapat dilakukan tindakan antisipisasi sesegera mungkin dalam
mempertahankan kualitas produk. Ambient warehouse digunakan untuk
menyimpan bahan pengemas (botol, tutup, boks, karton) dan label sehingga pada
area ini tidak memerlukan pengaturan suhu. Pada kenyataannya saat ini, ambient
warehouse di PT. AZI-Cikarang Site belum digunakan sesuai dengan fungsinya.
Bahan pengemas dan label ditempatkan di area cool warehouse. Hal ini dilakukan
karena cool warehouse mempunyai area yang cukup luas dan mampu menampung
bahan pengemas dan label sehingga dapat memudahkan dalam pengangkutan ke
area pengemasan. Selain itu, adanya bahan pengemas dan label di area cool
warehouse dipastikan tidak akan mengganggu kualitas produk ruahan dan produk
jadi yang disimpan di cool warehouse ataupun kualitas bahan pengemas dan label
itu sendiri.
Bersebelahan ambient warehouse, terdapat sampling room, rejected area
dan hazardous waste room. Keseluruhan area tersebut dan gudang merupakan
kelas G, kecuali sampling room yang merupakan area kelas E sehingga terdapat
air lock sebelum memasuki sampling room. Sampling room digunakan untuk
mengamati kondisi visual botol dan tutup yang digunakan dalam pengemasan
primer, serta mengambil contoh botol dan tutup tersebut, yang selanjutnya akan
dibawa ke laboratorium bahan pengemas untuk dianalisa. Rejected area
digunakan untuk menyimpan barang-barang yang ditolak oleh personil QA.
Sedangkan hazardous waste room digunakan untuk menyimpan limbah-limbah
berbahaya (limbah B3). Limbah yang berasal dari rejected area akan
dikelompokan terlebih dahulu menjadi limbah domestik dan limbah B3. Limbah
B3 dari rejected area dan yang berasal dari hazardous waste room akan dikelola
oleh pihak ketiga, yaitu PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri), sedangkan
untuk limbah domestik akan dikelola oleh Jababeka Infrastructure.
Laboratorium pengawasan mutu juga telah memenuhi persyaratan CPOB.
Laboratorium pengawasan mutu di PT. AZI-Cikarang Site terdiri dari
laboratorium bahan pengemas, laboratorium preparasi, laboratorium mikrobiologi,
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
52
Universitas Indonesia
serta laboratorium kimia dan fisika. Laboratorium ini termasuk ke dalam area
kelas G, kecuali laboratorium mikrobiologi yang merupakan area kelas E.
Laboratorium pengawasan mutu terpisah dari area produksi dan dibuat area
tersendiri untuk laboratorium mikrobiologi. Di dalam laboratorium mikrobiologi
terdapat gowning area untuk berganti pakaian. Luas seluruh ruangan tersebut
sudah memadai untuk mencegah pencampurbauran dan pencemaran silang.
Seluruh bangunan PT. AZI-Cikarang Site terawat dengan baik, senantiasa
dalam keadaan rapi dan bersih serta dilengkapi dengan peralatan dan sarana untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan dengan memprioritaskan pada terciptanya
sanitasi, higiene, keamanan dan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan
sekitar. Selain itu, setiap bangunan PT. AZI-Cikarang Site dilengkapi dengan
pintu emergency untuk digunakan dalam keadaan darurat. Pintu ini selalu ditutup
rapat untuk mencegah terjadinya pencemaran.
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh PT. AZI-Cikarang Site untuk proses
produksi telah memenuhi kriteria CPOB yaitu memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat agar mutu obat terjamin. Hal ini juga akan memudahkan pembersihan,
perawatan, dan perbaikan dari peralatan tersebut. Permukaan peralatan yang
bersentuhan langsung dengan produk ruahan, atau produk jadi terbuat dari
stainless steel yang bersifat inert sehingga tidak menimbulkan reaksi yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian produk di luar batas yang
ditentukan. Peralatan didesain sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.
Peralatan dipilih dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Peralatan juga
dibersihkan secara teratur, sesuai jadwal dan prosedur pembersihan alat yang
dirinci dalam prosedur tetap, untuk mencegah kontaminasi yang dapat merubah
identitas, kualitas atau kemurnian suatu produk. Validasi pembersihan dilakukan
pada setiap peralatan yang mempengaruhi kualitas produk untuk menyediakan
verifikasi bahwa prosedur pembersihan tersebut reprodusibel. Mesin dan peralatan
juga dilengkapi dengan penandaan atau label mengenai status mesin (bersih,
kotor, sedang dalam perbaikan, dan lainnya). Mesin akan dibersihkan terlebih
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
53
Universitas Indonesia
dahulu sebelum digunakan, mesin yang telah dibersihkan tersebut ditandai
pemberian label bersih, sedangkan untuk mesin-mesin yang kotor atau telah
digunakan ditandai dengan label kotor. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kontaminasi produk dari hal-hal yang mempengaruhi mutu produk termasuk bets
produk yang dibuat sebelumnya.
Setiap peralatan utama diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas.
Seluruh peralatan utama dan kritis yang digunakan harus dikualifikasi terlebih
dahulu meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional,
dan kualifikasi kinerja. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur,
memeriksa, dan mencatat secara rutin diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi
sesuai dengan program dan prosedur yang ditetapkan. Setiap peralatan yang akan
digunakan, harus dilakukan challenge test untuk memeriksa ketepatan alat yang
digunakan seperti timbangan dengan menimbang anak timbangan yang sudah
diketahui bobotnya. Setiap peralatan yang akan digunakan untuk pengujian harus
dipastikan bahwa jadwal kalibrasi peralatan tersebut masih berlaku sehingga
diperoleh hasil yang sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil
pemeriksaan dan kalibrasi selalu didokumentasikan dan disimpan dengan baik.
Pemeriksaan dan kalibrasi serta pendokumentasiannya dilakukan oleh departemen
engineering yang bekerja sama dengan pihak ketiga yang sudah memiliki
akreditasi untuk melakukan kalibrasi, seperti Almega. Jika terdapat kerusakan
pada mesin dan departemen engineering tidak bisa mengatasi kerusakan mesin
tersebut, maka untuk tindakan perbaikannya akan diserahkan pada pemasok.
Disamping mesin harus terdapat SOP penggunaan mesin tersebut untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengoperasian mesin tersebut.
Setiap peralatan yang digunakan selalu dilengkapi dengan log book yang
menerangkan pemeliharaan, penggunaan, kalibrasi, dan perbaikan serta dilengkapi
dengan keterangan tanggal dan waktu.
4.5 Sanitasi dan Higiene
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam CPOB, PT. AZI-Cikarang
Site menerapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi, meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
54
Universitas Indonesia
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
pencemaran produk. Mutu produk harus dijaga agar terbebas dari kontaminasi
akibat pengaruh lingkungan maupun karyawan. Oleh karena itu, penerapan
sanitasi dan higiene karyawan mutlak diperlukan dalam proses pembuatan obat.
Sanitasi dan higiene ini juga memberikan dampak yang positif bagi karyawan
dalam rangka mendukung SHE (Safety, Health and Environment) yang diterapkan
oleh PT. AZI-Cikarang Site.
Prosedur higiene perorangan diantaranya persyaratan untuk mengenakan
pakaian pelindung dan perlengkapan lain yang sesuai diberlakukan bagi semua
personil dan tamu yang memasuki area produksi tanpa kecuali. Perlengkapan yang
harus dikenakan antara lain penutup rambut, sepatu khusus, masker, dan sarung
tangan. Penggunaan sarung tangan diperlukan untuk menghindari kontak
langsung tangan operator dengan produk ruahan. Sarung tangan kerja tidak boleh
dibawa ke ruangan lain untuk menghindari kontaminasi silang. Perlengkapan
pelindung yang digunakan oleh personalia di gudang berupa helm pelindung
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Cara penggunaan pakaian dan perlengkapan tersebut juga harus memenuhi
ketentuan yang terdapat di setiap ruang ganti pakaian. Personil yang bekerja pada
bagian pengemasan primer mengenakan pakaian seragam berupa overall (kuning),
personil yang bekerja di ruang pengemasan sekunder mengenakan seragam kerja
(abu-abu), personil yang bekerjadi laboratorium preparasi dan laboratorium kimia
fisika mengenakan jas laboratorium, sedangkan personil yang bekerja di
laboratorium mikrobiologi mengenakan pakaian seragam overall (biru). Pakaian
kerja tersebut dikenakan di ruang ganti pakaian (gowning room) sebelum
karyawan memasuki daerah produksi atau laboratorium. Pada gowning room di
daerah produksi terdapat wastafel untuk mencuci tangan yang dilengkapi dengan
keterangan cara mencuci tangan yang baik serta kaca untuk melihat kelengkapan
pakaian yang digunakan. Setiap personil dan tamu yang akan memasuki ruang
produk wajib untuk memeriksakan kelengkapan pakaiannya dan mencuci tangan.
Personil dan tamu yang mengidap penyakit atau luka terbuka dilarang untuk
bekerja di area produksi.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Personil yang hendak meninggalkan area pekerjaannya, seperti makan
siang harus mengganti pakaiannya dengan pakaian yang mereka pakai dari rumah.
Para karyawan harus mengganti pakaian kerja mereka secara teratur setidaknya
dua hari sekali. PT.AZI-Cikarang Site memiliki loker untuk pemisahan pakaian
yang baru dipakai satu kali dan dua kali. Ruangan-ruangan dan lemari untuk
menyimpan pakaian bekerja yang bersih termasuk sepatu diatur sesuai dengan
prosedur tetap yang ada (Nugroho, 2009). Pakaian yang kotor akan dikumpulkan
dan dibersihkan atas bantuan pihak ketiga jasa laundry. Prosedur higiene tersebut
secara rinci telah dibuat diadaptasikan ke personil.
Sanitasi bangunan dan fasilitas dilakukan secara rutin. Sanitasi ruangan
produksi menjadi tanggung jawab bersama antara bagian GA&P dan produksi.
Setelah proses produksi selesai, operator wajib membersihkan alat atau mesin
sesuai dengan SOP pembersihan dan melakukan sanitasi ruangan. Pembersihan
dan penyimpanan peralatan dilakukan di ruangan terpisah dari ruangan
pengolahan, yaitu di ruang pencucian (washing room).
Pembersihan mesin produksi terbagi atas dua jenis, yaitu total cleaning
dan dry cleaning. Total/wet cleaning dilakukan pada proses penggantian produk
dengan bahan aktif sama dari dosis yang tinggi ke dosis yang rendah, atau dari
produk yang sebelumnya tidak disalut dan produk yang akan berjalan setelahnya
tidak disalut yang menyebabkan resiko perubahan warna atau dari produk yang
sebelumnya tidak disalut dan produk yang akan berjalan disalut, dan penggantian
produk dengan bahan aktif yang berbeda. Sedangkan dry cleaning dilakukan pada
proses penggantian produk dengan bahan aktif sama dari dosis yang rendah ke
dosis yang tinggi, penggantian bets untuk produk dengan bahan aktif sama dimana
produk sebelumnya dan produk yang akan berjalan disalut atau dari produk
sebelumnya disalut dan produk yang akan berjalan tidak disalut dan dilakukan bila
line/mesin akan digunakan kembali setelah bets yang sebelumnya selesai (Efendy,
2012).
PT. AZI-Cikarang Site tidak memiliki pengolahan limbah sendiri.
Pemusnahan dan pengolahan limbah B3 dan limbah domestik yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dilakukan oleh pihak ketiga. Pengolahan limbah B3 dilakukan
oleh PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri), sedangkan untuk pengolahan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
56
Universitas Indonesia
limbah domestik dilakukan oleh Jababeka Infrastructure yang dilakukan berkala
apabila limbah domestik telah mencapai 3 m³. Kegiatan pemantauan lingkungan
juga dilakukan secara rutin oleh bagian pengawasan mutu (QC).
GA&P bertanggung jawab dalam proses pembersihan di area pabrik, serta
pengendalian hama dan binatang pengerat. Kedua proses tersebut dilakukan sesuai
dengan SOP yang berlaku. Pembersihan bangunan dan fasilitas termasuk di
dalamnya pengendalian hama dan binatang pengerat untuk mencegah gangguan
dari hewan dan serangga yang tidak diinginkan di area PT. AZI-Cikarang Site
terutama area produksi dilakukan melalui kerjsama dengan pihak ketiga, yaitu PT.
ISS. PT. AZI-Cikarang Site sangat memprioritaskan kesehatan dan keselamatan
kerja karyawan dan lingkungannya agar terhindar dari paparan produk yang
berbahaya. Setiap karyawan PT. AZI-Cikarang Site menjalani pemeriksaan
kesehatan (medical check up) setiap tahun. Tindakan nyata yang telah
dilaksanakan oleh departemen QA & SHE, yaitu pelatihan yang menyangkut
kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan.
Bangunan PT. AZI-Cikarang Site dilengkapi dengan toilet dan tempat cuci
tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja
karyawan. Di ruangan dan area tertentu seperti di dalam laboratorium kimia dan
fisika, tersedia eye washer dan water shower yang dapat digunakan sebagai
pertolongan pertama pada saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tabung
pemadam kebakaran dan kotak P3K juga terdapat di berbagai tempat serta mudah
ditemukan. Kegiatan-kegiatan yang berpotensi membawa pencemaran seperti
makan, dan minum dapat dilakukan di ruangan-ruangan tertentu, seperti kantin
atau pantry untuk makan dan minum yang telah disediakan oleh PT. AZI-
Cikarang Site. Pada kawasan, PT. AZI-Cikarang Site tidak diperbolehkan untuk
merokok. Semua peralatan yang digunakan harus dibersihkan menurut prosedur
yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih.
Sebelum dipakai, kebersihan alat harus selalu diperiksa ulang untuk memastikan
bahwa seluruh produk atau bahan di bets sebelumnya telah dihilangkan.
Setiap selesai melaksanakan pembersihan dan sanitasi, personil yang
melakukan hal tersebut wajib mengisi catatan. Catatan mengenai pelaksanaan
pembersihan dan sanitasi disimpan dengan baik. Selain itu, prosedur sanitasi dan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
57
Universitas Indonesia
higiene dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan
prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.
4.6 Produksi
Proses produksi dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB agar dapat menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi). PT. AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site hanya melakukan proses
produksi berupa pengemasan produk yaitu mulai dari pemasukkan produk ruahan
yang berupa tablet Inderal ke dalam botol dan tutup sebagai kemasan primer, serta
dilanjutkan pemberian label dan pemasukan ke dalam boks dan karton yang
merupakan kemasan sekunder. Produk ruahan tersebut diperoleh dari negara asal
pembuatnya, seperti Sweden dan UK. Produk ruahan tersebut dan bahan
pengemas sebelum digunakan untuk produksi akan dilakukan permeriksaan
sertifikat analisa, fisik, dan temp tracer. Temp tracer digunakan untuk merekam
perubahan data temperatur saat distribusi dari pemasok ke AZI maupun dari AZI
ke luar sehingga memastikan produk tetap berada pada suhu penyimpanan yang
diperbolehkan. Produk jadi tersebut akan diekspor ke beberapa negara, seperti
Taiwan, Australia, dan Malaysia. Selain itu di pabrik ini juga berlangsung proses
pengemasan ulang (repacking) produk yang diimpor dari beberapa negara ke
dalam kemasan baru yang berbeda dari kemasan sebelumnya, dimana pada
kemasan baru ini telah didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi spesifikasi
dan standar lokal pada negara yang dituju tempat nantinya produk tersebut akan
dijual. Pada kemasan yang baru dicantumkan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan
Harga Eceran Tertingi (HET) dari masing-masing produk. PT. AZI-Cikarang Site
juga melakukan proses penambahan sticker hologram atau sticker Askes
(redressing) produk yang diimpor dari beberapa negara dengan menggunakan
kemasan yang sama dari produsennya karena kemasan tersebut telah memnuhi
spesifikasi dan standar lokal pada negara yang dituju. Produk yang dihasilkan oleh
PT.AZI-Cikarang Site terbagi menjadi dua yaitu marketing company (hasil
redressing dan repacking) dan manufacturing site (Inderal)
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
58
Universitas Indonesia
Proses produksi di PT. AZI-Cikarang Site dilaksanakan oleh operator dan
diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan produk ruahan dan produk jadi
dilakukan sesuai dengan prosedur dan didokumentasikan. Semua bahan yang
diterima departemen produksi diperiksa nomor bets, kuantitas, dan label
releasenya terlebih dahulu untuk memastikan kesesuaiannya dengan pemesanan
(transfer note dan Process Order Number). Wadah selalu dibersihkan dan diberi
penandaan, dengan data yang sesuai dengan bahannya.
Ruangan produksi memiliki airlock sebagai ruang antara yang membatasi
ruang produksi dan lingkungan luar. Setiap ruangan produksi dilengkapi dengan
Magnehelic yang mampu mengukur perbedaan tekanan antara dua ruang yang
membatasinya. Perbedaan tekanan antara ruangan produksi dengan koridor di
luarnya sekitar 10-20 kPa. Adapun aliran udaranya adalah dari dalam ruang
produksi ke koridor luar, hal ini dilakukan untuk mencegah adanya kontaminan
yang masuk ke area produksi.
Semua bahan pengemas dan produk ruahan yang digunakan dalam
kegiatan produksi telah dinyatakan lulus oleh bagian pengawasan mutu QC.
Pemindahan barang dari gudang ke area pengemasan melewati ruang transit
material menggunakan sistem airlock untuk menghindari pencemaran ke area
produksi. Pemindahan barang tersebut dilakukan di atas palet kayu atau palet
plastik untuk di area gudang menggunakan forklift atau stacker dan stainless steel
trolley untuk di area produksi. Proses pengemasan dilakukan di dua kelas, yaitu
pengemasan primer dilakukan di area kelas E, sedangkan pengemasan sekunder
dilakukan di area kelas F.
Sebelum pengemasan dimulai, dilakukan line clearance untuk memastikan
bahwa peralatan dan ruangan atau jalur pengemasan dalam keadaan bersih dan
bebas dari produk lain yang tidak diperlukan dalam pengemasan terutama
dipastikan bersih dari produk sebelumnya. Apabila bahan-bahan yang digunakan
telah diserahkan ke produksi sedangkan line clearance belum selesai, bahan-
bahan tersebut akan disimpan sementara di dalam ruang bulk staging. Mesin yang
digunakan untuk pengemasan primer terdiri dari beberapa bagian, di antaranya
adalah unscramble bottle, tablet filling, dan capper. Unsramble bottle terdiri dari
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
59
Universitas Indonesia
suction (penyedot), ionisasi (menghilangkan listrik statis), dan compressor (untuk
membersihkan dinding botol). Kualifikasi dilakukan terhadap suction.
Proses pengemasan dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat untuk
menjamin identitas, keutuhan, kelengkapan, dan kualitas produk yang telah
dikemas. Penandaan pada label, dus ataupun komponen lain dengan nomor bets,
tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi secara ketat pada setiap tahap
pengemasan. Selama proses pengemasan dilakukan In Process Control (IPC)
sebagai suatu bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilaksanakan setiap 30 menit
oleh personil produksi. IPC di ruang pengemasan primer yang dilakukan
mencakup kesesuaian jumlah tablet/bulk di dalam botol dan mengukur nilai
energi/tenaga putar (torque) dari suatu tutup botol yang tepasang pada botol
produk. IPC di ruang pengemasan sekunder mencakup kelengkapan bahan
pengemas yang digunakan dan pemastian kesesuaian pelabelan sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan, khususnya nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan Harga
Eceran Tertinggi (HET). Sedangkan personil QC hanya melakukan IPC di awal,
tengah, dan akhir proses produksi berlangsung. Kemasan primer yang digunakan
juga diujikan torsinya. Selain itu, terdapat juga pengujian fisik tablet untuk
menentukan kelas defeknya berdasarkan ketentuan Global Appearance Standard
yang dibuat oleh AstraZeneca. Mesin yang digunakan juga dilengkapi dengan
sensor yang mendeteksi kesalahan pencetakan variabel data dan jumlah tablet
dalam kemasan. Selain pengawasan selama proses, dilakukan pemeriksaan hasil
nyata (yield) untuk memastikan tidak terdapat penyimpangan dari batas yang telah
ditetapkan.Pengawasan juga dilakukan terhadap produk jadi seperti peninjauan
catatan bets oleh produksi, disetujui oleh plant manager dan diteruskan ke QA
untuk diputuskan direlease/direject; serta pengujian secara mikrobiologis jika
terdapat persyaratan bebas dari mikroba.
Apabila pada suatu proses ditemukan adanya penyimpangan atau
kegagalan maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan. Sisa produk atau
produk yang rusak selama pengemasan, dihitung persen rekonsiliasinya, dicatat,
kemudian dihancurkan. Selanjutnya, produk jadi dikirim ke gudang untuk
dikarantina.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
60
Universitas Indonesia
Produk jadi diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga keutuhannya
dan kondisi penyimpanan terjaga. Catatan pengiriman disimpan yang menyatakan
minimal tanggal pengiriman, nama dan alamat pengirim, uraian tentang produk,
kondisi pengangkutan dan penyimpanan. Semua catatan mudah diakses dan
tersedia apabila diminta. Proses pengiriman dan pengangkutan berada di bawah
pengawasan bagian gudang (warehouse).
4.7 Pengawasan Mutu Produk
Pengawasan mutu merupakan salah satu bagian yang esensial dalam
menerapkan CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan
komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan
keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan hingga
distribusi produk jadi.
PT. AZI-Cikarang Site memiliki sistem pengawasan mutu yang secara
menyeluruh dikendalikan oleh Departemen QA&SHE (Quality Assurance and
Safety, Health, Environment). Departemen QA&SHE memimpin dua unit kerja,
yaitu QA&SHE Supervisor (QA Unit) dan QC Supervisor (QC Unit).
Sebagaimana diketahui PT. AstraZeneca Indonesia hanya melakukan kegiatan
produksi berupa pengemasan primer dan pengemasan sekunder, sehingga
pengawasan mutu dilakukan terhadap produk ruahan, bahan pengemas dan produk
jadi, termasuk di dalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor.
QA Unit bertanggung jawab penuh terhadap mutu obat yang dihasilkan
dan diterima berkualitas tinggi tinggi, serta mengimplementasikan, memonitor
dan memperbarui sistem manajemen mutu sesuai dengan standar AZI dan regulasi
lokal, melaksanakan GMP dan pelatihan SHE, serta bertanggung jawab terhadap
dokumentasi, validasi, kualifikasi dan kalibrasi, penanganan penyimpangan dan
hasil uji diluar spesifikasi, inspeksi diri dan audit internal, pengendalian terhadap
perubahan, pelatihan personalia, audit pemasok, penanganan distribusi obat jadi,
serta penangan keluhan. Di lain hal, QC Unit memiliki tanggung jawab penuh
pada kegiatan pemeriksaan spesifikasi baik produk ruahan, bahan pengemas
maupun produk jadi. Tugas utama bagian pengawasan mutu adalah melaksanakan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
61
Universitas Indonesia
kegiatan pengambilan contoh dan pemeriksaan produk ruahan/bahan
pengemas/produk jadi, melakukan analisa, atau meluluskan/menolak berdasarkan
spesifikasi yang telah ditentukan, pemutakhiran spesifikasi dan metode analisa
sesuai perubahan peraturan maupun referensi terbaru seperti farmakope. Adapun
tanggung jawab bagian pengawasan mutu dapat diuraikan menjadi :
a. Bertanggung jawab untuk memantau dan memeriksa secara mikrobiologi,
fisika atau kimia, termasuk pemantauan ruangan.
b. Bertanggung jawab atas operasi laboratorium analisis, dan penyimpanan
contoh pertinggal, dan dokumen pengawasan mutu.
c. Bertanggung jawab untuk membuat dokumen-dokumen spesifikasi dan
metode analisis bahan baku, produk jadi, SOP, dan Work Instruction (WI).
PT. AZI-Cikarang Site telah memiliki sarana laboratorium yang sangat
baik dalam melakukan pemeriksaan. Laboratorium didesain, dilengkapi peralatan,
dan memiliki ruang yang memadai sehingga dapat melaksanakan semua kegiatan
terkait. Selain itu juga terdapat sarana dan cara penanganan yang sesuai dan aman
untuk limbah yang akan dibuang. Laboratorium pada PT. AZI-Cikarang Site yang
digunakan untuk pemeriksaan terdiri dari laboratorium bahan pengemas,
laboratorium preparasi, laboratorium mikrobiologi, dan laboratorium kimia dan
fisika. Di dalam laboratorium bahan pengemas dapat dilakukan identifikasi bahan
pengemas untuk melihat apakah bahan tersebut telah sesuai dengan spesifikasi
yang telah dipersyaratkan. Laboratorium preparasi ditujukan untuk melakukan
penyiapan media dan sampel, melakukan dekontaminasi, serta untuk melakukan
sterilisasi panas dan basah terhadap alat-alat yang digunakan untuk melakukan
pengujian di laboratorium mikrobiologi. Laboratorium mikrobiologi digunakan
untuk melakukan pengujian larutan yang digunakan selama proses produksi secara
mikrobiologi, pengujian produk ruahan, botol, dan tutup yang berhubungan
dengan produk Inderal dan pengujian lain yang berhubungan dengan
mikroorganisme. Sedangkan laboratorium kimia dan fisika digunakan untuk
melakukan pengujian yang bersifat kimia dan fisika, seperti pengecekan pH,
konduktivitas, pengujian kandungan logam pada air yang digunakan, serta
pembuatan reagen-reagen kimia.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
62
Universitas Indonesia
Tiap personil yang bertugas melakukan pengawasan atau melakukan
kegiatan laboratorium memiliki pendidikan, mendapat pelatihan dan pengalaman
yang sesuai atau kombinasinya untuk memungkinkan pelaksanaan tugas yang
baik. Personil diwajibkan untuk mengenakan pakaian pelindung dan alat
pengaman diri, seperti masker dan sarung tangan yang disesuaikan dengan
keperluannya saat melakukan kegiatan terutama di laboratorium mikrobiologi.
Peralatan, instrument, dan perangkat lunak yang digunakan dikualifikasi/
divalidasi, dirawat, dan dikalibrasi dalam selang waktu yang ditetapkan dan
dokumentasinya disimpan. Pemeriksaan untuk memastikan bahwa instrument
masih berfungsi baik juga dilakukan tiap hari atau sebelum instrument tersebut
digunakan untuk pengujian untuk analitis.
Pada pemeriksaan, pembuatan dan penggunaan pereaksi dan media
pembenihan dilakukan berdasarkan prosedur yang ada dan diberi label yang
sesuai. Pada label dicantumkan nama pereaksi, konsentrasi, faktor standardisasi
ulang dan kondisi penyimpanan. Dari semua kegiatan pemeriksaan hasilnya
didokumentasikan di dalam catatan analisis.
Produk jadi yang telah diproduksi dan diedarkan tetap dilakukan
pengawasan atau program uji stabilitas oleh Quality Unit di AstraZeneca
Indonesia. Uji stabilitas terhadap produk dilakukan oleh pihak Stability Site.
AstraZeneca Indonesia akan mengirimkan sampel produk yang telah diedarkan ke
Stability Site untuk dilakukan pengujian stabilitas produk.
QA dan QC Unit harus dapat menjamin bahwa obat yang dibuat dan
dipasarkan telah memenuhi persyaratan CPOB, Global and Compliance Manual
dan Quality Regulatory Standards. Pengawasan mutu di PT. AZI-Cikarang Site
tidak bertanggung jawab terhadap bagian produksi sehingga bagian pengawasan
mutu tidak tergantung dengan bagian produksi dan dapat mengerjakan kegiatan
dengan baik tanpa pengaruh dari pihak lain. Pengawasan mutu ini dilakukan
terhadap bahan pengemas, produk ruahan sampai dengan produk jadi yang siap
digunakan, termasuk di dalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
63
Universitas Indonesia
4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Inspeksi diri dilakukan untuk menilai kesesuaian antara seluruh aspek
produksi dan pengawasan mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB,
serta untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa yang harus diambil
sebagai langkah perbaikan jika terjadi suatu penyimpangan. Program inspeksi diri
merupakan langkah peninjauan kembali sarana, prasarana dan seluruh tata kerja
pabrik yang mungkin dapat berpengaruh pada jaminan mutu. Kegiatan ini harus
dilakukan secara rutin untuk menjamin tercapainya kesesuaian secara kontinu dan
dapat dilakukan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
produk jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Inspeksi juga harus dilakukan
secara sistematis, yaitu terdapat langkah-langkah pengerjaan yang jelas dan daftar
hal-hal yang harus diperiksa untuk mendapatkan standar inspeksi yang seragam.
Inspeksi juga dilakukan secara objektif, dimana inspeksi dilakukan oleh seseorang
yang tidak terkait dengan departemen yang sedang diperiksa.
Audit yang dilakukan di PT. AZI-Cikarang Site bersifat internal (terhadap
sistem, prosedur, dan data) maupun eksternal (terhadap kontraktor, vendor). Audit
internal/inspeksi diri yang terdapat di PT. AZI-Cikarang Site dilakukan sekali
dalam setahun dan dibagi per unit atau departemen. Tiap departemen akan diaudit
oleh departemen lain. QA mebuat jadwal audit (Internal Audit Program) termasuk
cakupan area dan aktivitas, dan timescale. PT. AZI-Cikarang Site akan diaudit
oleh global QA/compliance group tiap satu tahun.
Pelaksanaan audit internal dilakukan oleh suatu tim yang beranggotakan
minimal tiga personil yang berasal dari departemen lain (bukan dari departermen
yang diaudit) dan dipimpin oleh seorang lead auditor, dimana personil tersebut
harus kompeten, telah melakukan pelatihan, memiliki pengalaman, dan segala
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan audit. Auditor juga harus bersifat
independen, serta memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis
maupun praktis.
Observasi audit harus diklasifikasikan dalam kategori kritis (butuh
tindakan perbaikan segera), major (memerlukan respon dan timescale untuk
tindakan perbaikan), dan minor (hanya memerlukan tindakan perbaikan).
Tindakan perbaikan dan pencegahan akan dilakukan oleh departemen yang
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
64
Universitas Indonesia
bersangkutan jika pada saat audit ditemukan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan
penerapan CPOB. Laporan audit internal mencakup hasil, penilaian, kesimpulan
dan usulan tindakan perbaikan dan pencegahan. Semua prosedur, catatan, dan
laporan audit internal di PT. AZI-Cikarang Site didokumentasikan dan disimpan
oleh departemen QA & SHE. Laporan inspeksi ini selanjutnya diserahkan kepada
QA & SHE Manager yang akan mengevaluasi laporan dan menetapkan tindakan
perbaikan yang diperlukan agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang dimasa
mendatang.
Audit mutu merupakan pelengkap dari inspeksi diri. Audit mutu meliputi
pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu
dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu di PT.
AZICikarang Site dilaksanakan oleh tim dari WWAG (World Wide Audit Group).
Audit mutu dilakukan secara berkala minimum sekali tiap setahun. Audit mutu
juga harus dilakukan terhadap pemasok dan penerima kontrak dalam pemenuhan
standar CPOB. Audit juga dapat dilakukan oleh pihak luar seperti BPOM, TGA
dan TFDA terhadap PT. AZI-Cikarang Site.
Hasil audit dapat dibedakan atas Critical Observation, Major Observation
dan Minor Observation. Critical observation menyebabkan terjadinya resiko yang
signifikan dan segera terhadap kualitas produk, keamanan pasien dan integritas
data. Major observation berpotensial menimbulkan resiko yang signifikan
terhadap kualitas produk, keamanan pasien dan integritas data. Sedangkan minor
observation merupakan hasil audit yang kurang berdampak pada produk namun
tetap memerlukan tindakan perbaikan atau saran untuk meningkatkan sistem atau
prosedur. Untuk hasil pengamatan kritis (critical observation), memerlukan
tindakan perbaikan yang segera dan dilaporkan kepada Manajemen. Semua
pengamatan kritis juga harus dilaporkan kepada senior manajemen melalui
Compliance Issue.
Selain itu, PT. AZI-Cikarang Site juga melakukan audit kepada pihak luar
(vendor audit), yaitu pemasok dan distributor yang bekerja sama dengan PT. AZI-
Cikarang Site untuk memastikan kesesuaian pemasok dengan peraturan dan
regulasi yang berlaku. Manajemen mutu terhadap pemasok yang dilakukan terdiri
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
65
Universitas Indonesia
dari 4 (empat) tahap, yaitu penyeleksian, pengesahan, pemeliharaan, dan
pemutusan kerjasama.
Quality unit turut serta dalam tim yang bertugas memilih pemasok baru,
mengevaluasi kualitas dan kesesuaian sistem, memberikan rekomendasi, jika
mungkin membuat rencana pengembangan kualitas bersama pemasok sebelum
produksi dimulai. Pada tahap penyeleksian, dilakukan evaluasi mutu dan
kesesuaian sistem calon pemasok dengan regulasi yang berlaku dan ketetapan dar
PT. AZI-Cikarang Site melalui pertemuan berkala, kuisioner, pemeriksaan
kesesuaian dokumen mutu dan audit mutu. Penyeleksian pemasok tersebut
didokumentasikan dengan Supplier Selection Form. Penilaian dan evaluasi
pemasok terdiri dari supplier audit, supplier quality review, dan supplier
observation/comparison. Selanjutnya, dilakukan pengesahan calon pemasok yang
ditetapkan memenuhi persyaratan dan pembuatan perjanjian kerjasama dalam
Quality Assurance Agreement (QAA). Pemasok juga dievaluasi dan disertifikasi
untuk diberikan status penerimaan oleh PT. AZI-Cikarang Site, yang meliputi
status certified, pending certification, not certified, decertified, dan discontinued.
Selama masa kerjasama dengan pemasok, dilakukan peninjauan terhadap
mutu produk secara berkala, manajemen perubahan dan keluhan, serta rapat mutu
berkala dengan pemasok. Status penerimaan pemasok juga ditinjau secara
periodik untuk memastikan mutu produk yang kinerja pemasok tetap memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan peraturan dan regulasi yang
berlaku melalui Quality Assurance Risk Assessment. Status penerimaan yang
diberikan kepada pemasok dapat berupa “Green” (dapat diterima), “Amber”
(major issue) atau “Red” (tidak dapat diterima/critical issue). Terhadap pemasok
yang tidak mampu mempertahankan mutu produk dan kinerja akan dilakukan
pemutusan kerjasama, dalam hal ini berada di bawah kendali manajerial
pemastian mutu.
4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk
dan Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
66
Universitas Indonesia
tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu
sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau
diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. PT. AZI-Cikarang Site telah
memiliki sistem manajemen yang baik dalam menangani keluhan, penarikan
kembali produk, dan produk kembalian.
Keluhan di PT. AZI-Cikarang Site dapat berasal dari pihak internal AZI,
distributor, Health Care Professional (dokter, apoteker, rumah sakit, puskesmas,
dan lain-lain), pasien atau pemerintah secara lisan atau tertulis, dengan atau
tanpa sampel dan terjustifikasi atau tidak terjustifikasi.
Keluhan yang terdapat di PT. AZI-Cikarang Site diklasifikasikan atas
Product Quality Complaint (PQC), Supply&Logistic Complaint (S&L), dan
Product Security Complaint. Product Quality Complaint (PQC) merupakan
keluhan terhadap kualitas produk yang berupa terjadinya kerusakan secara fisik
dalam fomulasi produk maupun kemasannya, tapi tidak termasuk keluhan
pelanggan mengenai jumlah, harga, transportasi ataupun pengiriman.
Supply&Logistic Complaints (S&L) merupakan keluhan yang terkait dengan
proses bisnis mencakup pengangkutan, pengumpulan dan transportasi produk ke
unit AstraZeneca yang lain yang mungkin merupakan tempat produksinya ke
Marketing Company untuk dijual. Product Security Complaints merupakan
laporan terhadap adanya indikasi pemalsuan produk dalam hal ini terkait
registrasi obat.
Selain itu, berdasarkan pelapornya, keluhan juga terbagi atas Internal
Complaint dan External Complaint. Internal Complaint merupakan keluhan yang
muncul dari internal AstraZeneca yang mungkin terkait dengan kemasan
penjualan atau sebagian produksi atau pengiriman produk ruahan. Keluhan ini
dapat berupa PQC atau S & L. Keluhan yang berasal dari kontraktor tentang
material yang diperoleh dari AstraZeneca untuk proses juga termasuk dalam
Internal Complaint. Sedangkan External Complaint merupakan keluhan yang
muncul dari individu atau organisasi di luar AstraZeneca. Keluhan dapat berasal
dai wholesalers, tenaga kesehatan (dokter, apoteker, dan lainnya), lembaga
kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan lainnya), dan pasien. External complaint
dapat berupa PQC atau Product Security Complaint.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
67
Universitas Indonesia
Semua karyawan AstraZeneca yang mengetahui adanya keluhan yang
berasal dari luar organisasi (external complaint) bertanggung jawab untuk
melaporkannya departemen medical dan mengisi formulir keluhan (complaint
form) tanpa ditunda. Sampel keluhan (complaint sample) ditujukan distributor
lokal untuk penggantian produk (jika memungkinkan), kemudian dilanjutkan ke
departemen medical. Kemudian departemen medical mengevaluasi dan menilai
apakah keluhan terkait efek samping atau tidak. Jika keluhan terkait efek
samping, keluhan akan dilaporkan oleh departemen medical ke GCM (Global
Complaint Management) dan Global Patient Safety dengan GCM number sesuai
dengan timeline.
Jika keluhan tidak terkait dengan efek samping (hanya terkait kualitas
produk), departemen medical akan meneruskan keluhan tersebut ke unit QA.
Unit QA akan mengajukan keluhan melalui sistem GCM dan mengirimkan
sampel ke Supplying Site. Keluhan yang valid harus memasuki ke dalam sistem
GCM dalam waktu 24 jam berupa laporan keluhan beserta lampiran foto sampel
namun tidak semua keluhan langsung dimasukkan ke dalam sistem GCM 24 jam
setelah penerimaan, karena keluhan tersebut harus disertai data sampel/foto yang
relevan. Untuk keluhan yang dikombinasi (seperti PQC dengan efek
samping/kombinasi keluhan) departemen medical seharusnya melaporkan
kerusakan tersebut ke GCM dan membuat surat balasan untuk pelanggan
eksternal berdasarkan hasil investigasi. Unit QA akan membuat surat balasan
kepada pelanggan eksternal untuk keluhan PQC tanpa efek samping, minimal 5
hari kerja setelah menerima hasil investigasi.
Keluhan kualitas produk secara internal dapat muncul dari hasil
penemuan kerusakan fisik dalam produk atau selama proses pengemasan.
Keluhan internal ini dilaporkan oleh process owner dengan form pengembalian
material rusak dan dinilai oleh unit QA. Quality unit mengkoordinir investigator
dan menugaskan departemen terkait untuk investigasi. Tingkat investigasi
tersebut terbagi atas level 1, 2, 3, dan 4.Apabila penyebab dari kerusakan
tersebut berasal dari Supplying Site, unit QA akan melaporkan keluhan tersebut
ke dalam sistem GCM dan mengajukannya kepada Supplying Site.
Apabila terdapat keluhan terhadap Supply & Logistics (S & L) yang
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
68
Universitas Indonesia
berasal dari AstraZeneca Indonesia atau Site lain, keluhan tersebut akan
diteruskan kepada QA & SHE Manager dengan “Cargo Dmaged/Missing
Report”. QA & SHE Manager akan mengajukan keluhan kepada Supplying Site
untuk melakukan investigasi secara bersama-sama dan akan menugaskan
departemen yang bersangkutan untuk melakukan investigasi apabila keluhan
terjadi pada AZI-Cikarang Site. Investigator tersebut menyiapkan laporan hasil
investigasi yang kemudian akan ditinjau dan disetujui oleh unit QA.
Pada Security Complaint yang berasal dari karyawan AstraZeneca, maka
karyawan yang mengetahui bertanggung jawab untuk melengkapi Suspect
Product Sighting Form dan meneruskannya ke Global Security. Sampel yang
dicurigai tersebut sebaiknya disimpan tersegel dalam tas sebagai bukti (evidence
bag). Jika keluhan berasal dari distributor atau sumber lain, Regulatory Manager
atau wakilnya dapat mengisi Suspect Product Sighting Form dan dikirim ke
departemen Regulatory Affair. Regulatory Affair akan melakukan penilaian awal
terhadap produk/kemasan dengan membandingkannya terhadap kemasan asli di
pasaran. Hasil penemuan dan bukti digital dapat dimasukkan ke dalam laporan
GCM. Produk yang dicurigai akan diinvestigasi di Authentication Site.
Pemantauan dan investigasi tersebut bertujuan untuk mencegah keluhan
yang sama terulang kembali dan mencegah terjadinya keluhan. Tindak lanjut dari
keluhan tersebut dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk.
Berdasarkan hasil investigasi dapat dilakukan tindakan perbaikan sebagai
tindakan pencegahan sementara jika diperlukan atau tindakan lain yang tepat.
Investigasi wajib diselesaikan dalam waktu selama-lamanya 23 hari.
Keluhan tersebut wajib ditutup dalam waktu 30 hari setelah dilaporkan ke GCM.
Trending terhadap keluhan dilakukan berdasarkan produk dan kategori
kerusakan, dilakukan oleh departemen yang terkait. QA unit akan melakukan
trending S&L Complaint dan PQC-internal yang kemudian ditinjau dalam
Product Review Report.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali (recall)
dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali obat jadi dilakukan bila ditemukan ada produk obat yang tidak
memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
69
Universitas Indonesia
obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan obat jadi ini dapat
dilakukan atas keinginan produsen (misalnya karena stabilitas obat tidak baik)
atau keinginan Badan POM (keluhan dari segi medis dan farmasi). Setiap
masalah kualitas harus diberitahukan kepada QA & SHE Manager, yang
kemudian akan mengkaji ulang apakah masalah tersebut berpotensi
menyebabkan penarikan produk.
Penarikan kembali produk harus dilakukan segera setelah evaluasi
laporan dan didapatkan hasil pemeriksaan contoh pertinggal (retained sample).
Produk yang dikembalikan akan diterima oleh warehouse dan dibuat laporan
penerimaan produk yang dikembalikan. Poduk tersebut kemudian akan
dimusnahkan dan dibuat berita acara pemusnahannya.
PT. AstraZeneca Indonesia juga melakukan audit kepada distributor yang
akan dipilih. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu produk PT. AstraZeneca
Indonesia agar setelah produk keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya saat
sampai ke konsumen. Salah satu penilaiannya adalah distributor harus
mempunyai suatu sistem distribusi yang baik artinya mengetahui kemana saja
produk tersebut didistribusikan.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah didistribusikan ke pihak
ketiga (distributor, baik berupa apotek ataupun rumah sakit) yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
kadaluarsa atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang
bersangkutan. Dalam penanganan produk kembalian, terdapat prosedur tetap
dalam menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan
apakah obat tersebut dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Obat kembalian
disimpan di gudang pada tempat khusus dan menunggu keputusan QA & SHE
apakah akan dikemas ulang, dirework, atau dimusnahkan. Sedangkan QA &
SHE bertanggung jawab untuk memeriksa dokumen yang menyertainya,
menyaksikan dan membuat berita acara proses pemusnahan, membuat label
reject untuk produk expired, defective, dan damage (Astuti, 2013b).
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
70
Universitas Indonesia
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu hal yang sangat fundamental dalam
pengoperasian suatu perusahaan farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB.
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang meliputi
spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat. Sistem
dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaknya mengutamakan tujuannya
yaitu menentukan, memantau atau mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu. Dokumentasi dapat digunakan untuk memastikan bahwa
setiap personil mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas
yang harus dilaksanakan sehingga memperkecil risiko kekeliruan. Selain itu,
apabila terjadi kesalahan atau keluhan terhadap produk, maka penelusuran dapat
dilakukan karena adanya dokumentasi. Hal ini dikarenakan sistem dokumentasi
menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bets atau lot suatu produk, sehingga
memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap bets atau lot produk yang
bersangkutan. Selain itu, sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan
dan pengendalian kondisi lingkungan, perlengkapan, dan personalia (Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI, 20012).
PT. AZI-Cikarang Site telah menerapkan pendokumentasian yang baik.
Setiap dokumen yang ada di perusahaan ini telah didesain, disiapkan dan dikaji
sedemikian rupa serta didistribusikan dengan cermat ke seluruh bagian yang
berkepentingan. Dokumen yang hendak didistribusikan harus disetujui,
ditandatangani dan diberi tanggal terlebih dahulu oleh personil yang sesuai dan
mempunyai wewenang agar dapat dinyatakan valid. Seluruh dokumen tersedia
dalam bentuk hard copy dan soft copy dan disimpan oleh personil yang
berkepentingan. Semua dokumen secara jelas mempunyai judul, tujuan dan isi,
serta semua dokumen harus dijaga dan didistribusikan secara rahasia.
Dokumentasi pada PT.AZI-Cikarang Site memiliki prinsip yaitu
permanen, mudah terbaca, akurat, dicatat segera, jelas, konsisten, lengkap,
langsung, dan benar. Dalam dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan, tidak
boleh ada kolom kosong, tetapi harus diberi tanda NA (Not Applicable) atau
coretan menyilang seperti huruf Z, dan setiap perubahan yang dilakukan terhadap
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
71
Universitas Indonesia
pencatatan dokumen (koreksi penulisan) sebaiknya dihindari. Koreksi tersebut
dapat dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis lurus,
diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat disamping data yang
salah, dimana perubahan tersebut harus memungkinkan pembacaan informasi
semula (tidak dihilangkan), bila perlu diberikan penjelasan alasannya. Informasi
berulang tidak boleh diberi tanda ditto (“) atau panah melainkan harus dituliskan
ulang pada baris yang diperlukan. Apabila terdapat data yang ditulis di kertas
thermal atau kertas lain yang mudah rusak, data bisa dibuat salinannya, dituliskan
pada salinannya “as of original” dengan lampiran data yang asli.
Setiap dokumen yang memerlukan pencatatan dilakukan menggunakan
pulpen dengan tinta biru yang tidak mudah luntur untuk membedakan dokumen
yang asli dengan hasil salinan, tulisan terbaca, rapi dan mudah dimengerti, serta
kata-kata yang tertulis tidak menimbulkan arti ganda dan langsung pada tujuan
(Astuti, 2013c).
Setiap prosedur, kontrol, pencatatan, distribusi atau pencatatan terkait atau
file elektronik yang perlu untuk dikelola dan dijaga sebagai bukti pemenuhan
GMP disebut Dokumentasi GMP. Sedangkan, setiap kebijakan, prosedur,
petunjuk, protokol, laporan, template, dan form terkontrol dalam kertas atau
bentuk elektronik yang diperlukan untuk pemenuhan GMP dan/atau standar PT.
AstraZeneca Indonesia disebut Master GMP Document. Contoh Master GMP
Document adalah Dokumen Kebijakan, Standard Operating Procedure, Working
Instruction, Spesifikasi Produk, Metode Analisis, Dokumen kualifikasi dan
Validasi dan lain-lain.
Setiap fungsi/departemen harus membangun, menjaga dan memantau
pelaksanaan manajemen Master GMP Document. Setiap staff harus memverifikasi
validitas dokumen sebelum penggunaannya. Setiap pembaharuan atau revisi
master GMP Document harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan manajemen,
unit operasional dan Bagian Pemastian Mutu dan diputuskan melalui Sistem
Manajemen Perubahan (change control). Penomoran setiap dokumen yang
diberikan dapat diidentifikasi secara spesifik yang memudahkan penelusuran
apabila diperlukan dan menunjukkan perbedaan versi. Sistem penomoran tersebut
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
72
Universitas Indonesia
dijaga agar selalu aktual sehingga setiap dokumen dapat ditinjau ulang secara
berkala atau dilakukan perbaikan bila diperlukan.
Setelah disetujui, Master GMP Document harus dikembalikan dan
dipelihara oleh Bagian Pemastian Mutu. Akses terhadap Master GMP Document
dibatasi. Salinan dari dokumen ini dapat dibuat dan digunakan. Dokumen salinan
tersebut diberi cap ‘controlled copy’ untuk meyakinkan validitas dokumen.
‘Uncontrolled copy’ adalah cap untuk salinan dokumen yang tidak resmi dan
hanya dapat digunakan untuk pengkajian ulang, pelatihan atau tujuan audit. Setiap
Dokumentasi GMP yang tidak valid dan dokumen-dokumen yang berada pada
akhir periode penyimpanannya dimusnahkan dan didokumentasikan.
Dokumentasi pemusnahan tersebut harus disimpan.
Dokumen-dokumen terkait dengan pengemasan produk obat terformulasi
disebut dengan Manufacturing Document. Dokumen-dokumen tersebut
diantaranya :
a. Packaging Material Specification
Packaging Material Specification adalah dokumen yang berisi ketentuan
spesifikasi dari bahan pengemas, produk ruahan, dan produk jadi,
termasuk di dalamnya master formulae dan packing configuration.
b. Master Formulae
Master Formulae adalah compendium informasi yang mendekskripsikan
semua aspek manufaktur, pengemasan, dan pengendalian produk obat
terformulasi.
c. Packing Configuration
Packing Configuration adalah dokumen yang mendeskripsikan formula
yang digunakan pada proses pengemasan, tahap utama dari prosedur
pengemasan dan konfigurasi pengemasan.
d. Master Batch Packaging Record (MBPR)
MBPR adalah dokumen yang mendekskripsikan prosedur pengemasan dan
mencatat setiap aktivitas pengemasan. Dokumen ini berisi spesifikasi,
bahan-bahan, line clearance, instruksi, in process control, rework, label
dan rekonsiliasi.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
73
Universitas Indonesia
e. Batch Specific Copies of Master Batch Packaging Record
Dokumen ini adalah salinan dari MBPR yang digunakan untuk batch
spesifik.
Dokumen lain yang terdapat di PT.AZI-Cikarang Site adalah laporan deviasi,
laporan keluhan, supplier selection form, laporan kualifikasi dan validasi, APR,
dan lainnya.
4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Sebelum kontrak dibuat, perlu adanya pemastian status GMP dan standar
mutu dari pabrik yang ditunjuk untuk membuat produk. PT. AZI-Cikarang Site
memiliki kontrak dengan salah satu perusahaan farmasi yaitu PT. Boehringer-
Ingelheim Indonesia (PT. BII), di mana PT. AZI-Cikarang Site bertindak sebagai
pemberi kontrak dan PT. BII sebagai penerima kontrak. Hal ini disebabkan
keterbatasan fasilitas pada PT. AZI-Cikarang Site sehingga produk tersebut dibuat
oleh pabrik lain yang ditunjuk. Produk AZI yang diprodukksi di BII adalah
produk-produk dengan tujuan dijual pada pasar lokal.
Kontrak tertulis antara PT. AZI-Cikarang Site dengan PT. BII menjelaskan
tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak, meliputi pembuatan dan
analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait yang sesuai
dengan izin edar untuk produk tersebut, serta juga memuat izin PT. AZI-Cikarang
Site untuk melakukan inspeksi sarana PT. BII.
PT. AZI-Cikarang Site menyediakan semua informasi yang diperlukan
kepada PT. BII untuk melakukan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar
dan persyaratan legal lain. PT. AZI-Cikarang Site memastikan bahwa semua
produk yang diproses dan bahan yang dikirmkan oleh PT. BII memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
74
Universitas Indonesia
4.12 Kualifikasi dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk menerapkan prinsip
kualifikasi dan validasi sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari
kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan
proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi (Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI, 2012). PT. AZI Cikarang-Site telah menerapkan
prinsip kualifikasi dan validasi sesuai dengan persyaratan pada CPOB.
Kualifikasi merupakan pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang
menunjukkan bahwa suatu peralatan, fasilitas sistem penunjang (utility) komputer
dan proses pengemasan secara otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan sehingga secara konsisten dapat menghasilkan produk dengan
standar mutu yang telah ditetapkan. Kualifikasi dimulai dengan process map,
Product User Requirements Specification (PURS), Product Impact Assessment
(PIA), Component Impact Assessment (CIA), User Requirements Specification
(URS), dan Traceability Matrix. Process map adalah bagan proses yang
menunjukkan gambaran proses saat ini, dan batas-batas prosesnya. PURS
mengidentifikasi dan mendaftar nilai yang ditambahkan ke produk demi mencapai
persyaratan kualitas dan menjaga kualitas produk yang telah dicapai pada tahap
sebelumnya. PIA mengidentifikasi kegagalan produk yang potensial karena tidak
terpenuhinya syarat PURS. CIA mengidentifikasi sistem dan komponen yang
berdampak pada produk, proses, dan cGMGP yang tidak terdapat pada
PURS/PIA. URS menjelaskan persyaratan operasi teknis dan mengelompokannya
sebagai I (information), Q (GMP critical requirement), C (non GMP requirement)
kemudian dilakukan penilaian. Traceability Matrix mengidentifikasi informasi
yang didapat dari vendor yang kemudian dikualifikasi (ditransfer ke Design
Qualification)
Di lain hal, kualifikasi terdiri atas empat tahap, yaitu Kualifikasi
Desain/Design Qualification (DQ), Kualifikasi Instalasi/Installation Qualification
(IQ), Kualifikasi Operasional/Operational Qualification (OQ), dan Kualifikasi
Kinerja/Performance Qualification (PQ). Keempat tahapan kualifikasi dilakukan
untuk peralatan dan sistem baru, sedangkan untuk peralatan dan sistem yang
dimodifikasi tidak dilakukan tahap Kualifikasi Desain/Design Qualification.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
75
Universitas Indonesia
PT. AZI-Cikarang Site sebagai salah satu industri farmasi juga melakukan
kualifikasi untuk memastikan alat maupun ruangan yang digunakan memenuhi
standar atau tidak. PT.AZI-Cikarang Site melakukan kualifikasi berdasarkan
protkol yang terdiri dari parameter uji, prosedur, dan kriteria penerimaan.
Kualifikasi Instalasi (IQ) dilakukan pada fasilitas, sistem dan peralatan yang baru
atau dimodifikasi. IQ memastikan bahwa sistem yang diinstal telah memenuhi
spesifikasi kualifikasi desain. Kualifikasi Operasional (OQ) hanya dapat
dilakukan setelah IQ. OQ memastikan bahwa peralatan dapat beroperasi sesuai
kegunaanya dengan rentang toleransi yang dinyatakan (terdapat batas atas dan
batas bawah). OQ juga mencakup pengujian kondisi yang mengarah ke ‘worst
case’ condition. Jika diperlukan, Kualifikasi Kinerja (PQ) dapat dilakukan setelah
selesai melakukan IQ dan OQ. PQ memastikan sistem untuk terkoneksi bersama
sehingga dapat bekerja secara efektif dan reprodusibel di lingkungan produksi.
Apabila pelaksanaan kualifikasi tidak dilakukan secara berurutan, maka hal ini
dilaporkan sebagai penyimpangan.
Status kualifikasi dan dokumen yang telah disetujui harus tersedia dan
dipelihara. Perubahan terhadap sistem, fasilitas, dan peralatan yang telah
terkualifikasi harus diatur dengan manajemen sistem perubahan (change control).
Status kualifikasi dapat ditinjau kembali setiap 3 tahun. Apabila tidak terdapat
perubahan yang signifikan yang mempengaruhi status kualifikasi, cukup
dilakukan peninjauan ulang dengan bukti bahwa fasilitas, sistem dan peralatan
memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk menunjukan bahwa fasilitas, sistem
dan peralatan tersebut dapat digunakan lebih lanjut. Kualifikasi di PT. AZI-
Cikarang Site, dilakukan oleh departemen engineering bersama dengan system
owner. Setiap sistem dan peralatan yang ada di PT. AZI-Cikarang Site telah
terkualifikasi sesuai dengan Global Quality Standard. Kualifikasi dilakukan saat
pertama kali mesin datang ke pabrik dan akan dijalankan. Sedangkan rekualifikasi
dilakukan secara berkala sekali dalam tiga tahun.
Validasi proses adalah salah satu jenis validasi yang dilakukan untuk
memastikan dan memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses (berlangsung
dalam parameter desain yang telah ditentukan) mampu dan dapat dipercaya
menghasilkan produk sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
76
Universitas Indonesia
tingkat keberulangan yang tinggi. Terdapat tiga jenis proses validasi, yaitu
validasi prospektif, validasi konkuren dan validasi retrospektif. Validasi
retrospektif tidak boleh dilakukan. Selain itu, juga dilakukan validasi pembersihan
yang bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur pembersihan yang dilakukan
dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen serta mikroba sesuai
persyaratan yang ditetapkan.
Validasi di PT. AZI-Cikarang Site dilakukan secara bersama oleh bagian
QC (Quality Control), QA (Quality Assurance) dan Produksi. Seluruh kegiatan
validasi di PT. AZI-Cikarang Site memiliki perencanaan yang tertuang dalam
bentuk Validation Master Plan. Protokol validasi tersedia untuk setiap validasi
dan kualifikasi dan setiap kali selesai melakukan validasi dibuat laporan yang
mengacu pada protokol tersebut. Validasi yang dilakukan di PT. AZI-Cikarang
Site, meliputi validasi proses/pengemasan, validasi pembersihan dan validasi
sistem komputer. Validasi tersebut dilakukan terhadap fasilitas, peralatan dan
proses yang dapat mempengaruhi mutu produk.
Validasi pengemasan harus menjamin bahwa suatu proses dapat
menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan secara
berulang dan reliable. Validasi dilaksanakan sesuai dengan yang tertera dalam
protokol. Protokol validasi setidaknya mencakup: tujuan mendetail; deskripsi
proses; daftar produk dan kekuatannya; daftar proses, fasilitas, sistem, dan mesin
yang digunakan; rangkuman parameter kritis dan aktivitas evaluasinya; jumlah
bets yang digunakan; spesifikasi dan metode analisa; kriteria penerimaan; IPC; uji
tambahan yang akan dilakukan; rencana sampling dan prosedur pengujian; metode
pencatatan dan evaluasi hasil; waktu dan agenda; dan referensi. Dalam penentuan
protokol tersebut, dilakukan penilaian resiko dan identifikasi parameter kritis.
Validasi harus dilakukan dalam kondisi yang sama dengan kondisi yang akan
digunakan dalam produksi rutin. Ukuran bets yang digunakan harus sama atau
mewakili urusan bets komersial. Proses validasi diuji dengan melakukan worst
case dan challenge test sebelum validasi maupun proses rutin dilaksanakan.
Validasi pengemasan yang dilakukan meliputi validasi prospektif dan
konkuren. Validasi prospektif dilakukan sebelum distribusi komersial dari produk
baru atau produk existing yang dikemas dengan proses yang baru atau
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
77
Universitas Indonesia
dimodifikasi. Validasi konkuren dilakukan selama produksi rutin. Dalam kondisi
khusus, diperbolehkan tidak harus menyelesaikan aktivitas validasi sebelum
produksi rutin dilakukan. Alasan yang jelas dari pendekatan ini harus diberikan
dalam protokol dan laporan validasi.
Validasi konkuren juga dapat dilakukan bila frekuensi produksi tidak
cukup memenuhi persyaratan validasi prospektif dan dapat dilakukan untuk proses
yang dimodifikasi bila produk memiliki waktu penyimpanan yang pendek
(Efendy, 2013). Validasi yang dilaksanakan oleh PT. AZI-Cikarang Site selama
proses produksi berlangsung adalah validasi konkruen. Validasi telah
dilaksanakan sebelum produksi bets dan ditutup dengan pembuatan laporan
Packing Validation Report. Laporan validasi harus menyimpulkan evaluasi
antara data mentah dengan kriteria penerimaan, dan dituliskan apakah validasi
selesai dengan sukses atau tidak. Laporan validasi juga mencakup tinjauan
penyimpangan, dan pengaruhnya terhadap hasil, serta tindakan perbaikannya.
Validasi pembersihan (Cleaning Validation) dilakukan untuk setiap
prosedur pembersihan alat yang digunakan dalam produksi. Kegiatan validasi
prosedur pembersihan meliputi pemeriksaan visual dan pengujian kontaminasi
mikrobiologi. Sebelum melakukan validasi, dilakukan pembuatan prosedur
pembersihan tertulis. Validasi dilakukan terhadap tiga bets secara berturut-turut.
Alur proses validasi adalah penilaian validasi prosedur pembersihan,
pembuatan protokol metode analisis, pengerjaan analisis, pembuatan laporan
validasi erode, pembuatan protokol validasi pembersihan oleh QA, pengerjaan
pembersihan, pengambilan sampel dan pengujian sampel oleh QC, evaluasi hasil
dan pembuatan laporan oleh QA. Kriteria penerimaan validasi pembersihan
adalah seluruh ruangan tampak bersih secara visual, memenuhi batas kontaminasi
mikroba pada alat tertentu yang memerlukan pembersihan antar bets harus
ditentukan lamanya waktu tunggu antara pembersihan dan proses.
Terhadap validasi tersebut, dilakukan penilaian kembali secara periodik
untuk melihat kesesuaian dan validitas prosedur. Apabila ditemukan adanya
permasalahan atau perubahan, perlu dipertimbangkan kemungkinan untuk
revalidasi. Dokumen validasi prosedur pembersihan ditinjau setiap tiga tahun atau
jika diperlukan.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
78 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. PT. AstraZeneca Indonesia memiliki standar internal yang mengatur
berbagai aspek dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yakni
manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi
dan higienis, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu,
penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan
produk kembalian, dokumentasi, serta kualifikasi dan validasi.
b. PT. AstraZeneca Indonesia mengacu pada AstraZeneca Global Operation
Standard dalam penerapan CPOB untuk menghasilkan produk yang
mutunya sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya.
PT. AZI memiliki Unit Pemastian Mutu yang bertanggung jawab untuk
memastikan produk yang dihasilkan bermutu dan aman. Personalia dalam
jumlah memadai yang telah terkualifikasi; bangunan dan fasiitas dengan
desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta dirawat dengan baik
untuk memudahkan pelaksanaan operasi. Peralatan yang digunakan untuk
proses produksi ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat. PT. AZI-
Cikarang Site menerapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi. Proses
produksinya berupa pengemasan diawasi oleh personil yang kompeten
untuk menjaga mutunya. PT. AZI-Cikarang Site memiliki sistem
pengawasan mutu yang secara menyeluruh oleh Departemen QA&SHE.
PT, AZI-Cikarang Site melakukan audit internal dan eksternal, untuk audit
mutu dilaksanakan oleh World Wide Audit Group. PT. AZI-Cikarang Site
telah memiliki sistem manajemen yang baik dalam menangani keluhan,
penarikan kembali produk, dan produk kembalian. Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh PT.AZI terdokumentasi dengan baik termasuk beberapa
QA agreement dengan pemasok. Setiap sistem dan peralatan yang ada
telah terkualifikasi sesuai Global Quality Standard dan validasi proses
dilakukan secara konkruen serta validasi pembersihan juga dilaksanakan.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
79
Universitas Indonesia
c. Apoteker memegang peranan yang sangat penting dalam PT. AstraZeneca
Indonesia-Cikarang Site, yakni sebagai Penanggung Jawab Produksi,
Penanggung Jawab Pengawasan Mutu dan Penanggung Jawab Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu). Pentingnya peranan tersebut karena tugas dan
tanggung jawabnya dalam mendukung proses produksi berjalan yang
memenuhi ketentuan CPOB guna menghasilkan produk yang bermutu,
aman, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Semua bagian dalam
struktur organisasi PT. AstraZeneca Indonesia telah melakukan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik sehingga semua kegiatan dapat
dilaksanakan dengan baik
5.2 Saran
a. Penerapan aspek CPOB dokumentasi di PT. AstraZeneca Indonesia
hendaklah ditingkatkan dengan penempatan dokumen sesuai dengan
kapasitas outner sehingga memudahkan penelusuran hal-hal yang
berkaitan dengan produk agar konsistensi mutunya terjaga.
b. PT. AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site hendaklah senantiasa
meningkatkan kesadaran para karyawan akan pentingnya penerapan CPOB
dan pentingnya pembaharuan pengetahuan terutama persyaratan-
persyaratan yang berlaku untuk mutu produk.
c. Pentingnya peningkatan komunikasi antar divisi maupun PT. AstraZeneca
Indonesia dengan pihak luar sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
80 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
AstraZeneca Global. (2012, Mei). AstraZeneca. Retrieved January 31, 2014, from
http://www.astrazeneca.com.
Astuti, H. D. (2012). Site Master File AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site.
Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.
Astuti, H. D. (2013a). SOP Audit. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.
Astuti, H. D. (2013b). SOP Complaint. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.
Astuti, H. D. (2013c). SOP Raw Data. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
Efendy. (2012). SOP Pembersihan Mesin. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.
Efendy. (2013). SOP Validation. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.
K. Anna, L. (2010). Pabrik AstraZeneca Siap Beroperasi. Retrieved September
10, 2013, from http://health.kompas.com/
Menteri Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Nugroho, A. (2009). SOP Alat Pengaman Diri (APD). Bekasi: PT. AstraZeneca
Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
81
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang-Site.
Site Director
QA&SHE Manager
QA&SHE Supervisor
QA Staff
QC Supervisor
QC Analyst
Supply Chain
Manager
Warehouse Supervisor
Warehouse Operator
Supply Chain
Supervisor
Plant Manager
Engineering Assc.
Manager
Engineering Leader
Adm. Engineering
Technician
Production Supervisor
Packing Operator
Operator
Packer
Assc Purchasing Manager
GA&P Supervisor
GA Officer
Plant Accountant
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
82
Lampiran 2. Daftar Produk AstraZeneca Indonesia Cikarang-Site
No Nama Produk No Nama Produk
1 Accolate 20 mg 2x14’s Blister 34 Naropin7.5 mg 20 ml 2 Arimidex 1 mg 28’s Tablet 35 Nexium 40 mg Injection 3 Bricasma Injection 5 Amp 36 Nexium MUPS 20 mg 28’s Tablet 4 Bricasma Injection 5 Amp-Askes 37 Nexium MUPS 40 mg 14’s caps 5 Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10
Respules 38 Niften 50 mg/20 mg 28’s capsule
6 Bricasma Turbu 0.50 mg 39 Onglyza 5 mg 28’s Tablet 7 Bricasma Turbu 0.50 mg-Askes 40 Pulmicort Respules 0.25 mg/ml 20 Resp 8 Bricasma Tablet 2.5 mg 100’s 41 Pulmicort Respules 0.50 mg/ml 20 Resp 9 Brilinta 90 mg 28’s Tablet 42 Pulmicort 200 mcg turbu 10 Casodex 50 mg 28’s Tablet 43 Pulmicort 200 mcg turbu-Askes 11 Casodex 150 mg 28’s Tablet 44 Rhinocort Aqua 32 mcg 12 Crestor 5 mg 28’s Tablet 45 Seloken 50 mg 100s 13 Crestor 10 mg 28’s Tablet 46 Seroquel 25mg 60’s Tablet 14 Crestor 20 mg 28’s Tablet 47 Seroquel 50 mg 60’s Tablet 15 Crestor 40 mg 28’s Tablet 48 Seroquel 100 mg 60’s Tablet 16 Diprivan Injection 5 x 20 ml 49 Seroquel 200 mg 10’s Tablet 17 Emla Cream 5% 5 gr tubes 50 Seroquel 200 mg 60’s Tablet 18 Fulcin 500 mg 28’s Tablet 51 Seroquel 300 mg 10’s Tablet 19 Imdur 60 mg 28’s Tablet 52 Seroquel 300 mg 60’s Tablet 20 Imdur 60 mg 30’s Tablet 53 Seroquel 400 mg 10’s Tablet 21 Inderal 10 mg Tablet ex Corden
Pharma 54 Symbicort 80 mg 60’s Turbu
22 Inderal 10 mg Tablet ex Macclesfield 55 Symbicort 160 mg 60’s Turbu 23 Inderal 40 mg Tablet ex Corden
Pharma 56 Symbicort 160 mg 120’s Turbu
24 Inderal 40 mg Tablet ex Macclesfield 57 Tenormin 50 mg 28’s 25 Iressa 250 mg 58 Xylocaine 2% 10’s syringe 26 Kombiglyze 59 Xylocaine 2% 2 ml 50’s ampul 27 Losec 20 mg Blister 14’s 60 Xylocaine 2% 20 ml 5’s ampul 28 Losec 40 mg IV Injection 61 Xylocaine 10% 50 ml Spray 29 Losec 40 mg IV Injection-Askes 62 Zestril 10 mg 28s 30 Marcain 0.50% PDF 63 Zestril 5 mg 28 s 31 Marcain Spinal 0.50% hvy 64 Zoladex 3.6 mg Tablet 32 Meronem 1 gr 10’s Injection 65 Zoladex 10.8 mg 33 Meronem 500 mg 10’s Vial
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBUATAN ANNUAL PRODUCT REVIEW (APR)
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
NOVITA DAMAYANTI, S.Farm
1309343971
ANGKATAN LXXVIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBUATAN ANNUAL PRODUCT REVIEW (APR)
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
NOVITA DAMAYANTI, S.Farm
1309343971
ANGKATAN LXXVIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1. Annual Product Review (APR) ........................................................ 3
2.2. Peninjauan Catatan Bets (Batch Record Review) ............................... 6
2.3. Catatan Pengemasan Bets (Batch Packaging Record) ...................... 8
2.4. Spesifikasi, Formula Pembuatan, dan Instruksi Pengemasan ............ 8
2.5. Pengolahan dan Pengerjaan Ulang ................................................... 9
2.6. Pengendalian Perubahan ................................................................ 10
2.7. Stabilitas .......................................................................................... 11
2.8. Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS) dan Penyimpangan ................ 11
2.9. Keluhan, Recall, dan Produk Kembalian .......................................... 12
2.10. Validasi Proses dan Kualifikasi ..................................................... 13
2.11. Analisis Data ................................................................................. 14
2.11.1 Grafik Kontrol ................................................................... 14
2.11.2 Kapabilitas Proses .............................................................. 15
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 16
3.1 Waktu dan Tempat Pembuatan Materi ............................................ 16
3.2 Metode Pembuatan Materi ............................................................. 16
3.3 Prosedur Pembuatan Materi ........................................................... 18
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 17 4.1 Annual Product Review (APR) ........................................................ 17
4.2 Catatan Bets .................................................................................... 26
4.3 Packaging Material Specification .................................................... 27
4.4 Studi Perbandingan APR ................................................................. 28
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 29
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 29
5.2 Saran ............................................................................................. 29
DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 30
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Bagian-bagian dalam APR……………………………………. 19
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh APR AstraZeneca Indonesia ............................................. 31
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk farmasi merupakan salah satu komoditi penting dalam
kehidupan manusia, baik berupa suplemen, vitamin, maupun obat-obatan. Obat
sangat erat kaitannya dengan industri farmasi karena proses pembuatan obat
hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi. Permintaan akan obat tidak pernah
berhenti bahkan terus meningkat setiap waktu. Industri farmasi menghasilkan
produk dengan berbagai macam, jenis, dan inovasi baru dalam rangka pemenuhan
permintaan masyarakat. Mengingat obat akan masuk ke dalam tubuh atau kontak
langsung dengan tubuh dan memberikan efek kepada tubuh sehingga
aktivitasnya mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh, maka produksi obat
dikendalikan dan diawasi dengan sangat ketat. Setiap industri farmasi harus
menjamin obat yang diproduksi tidak hanya memiliki khasiat (efficacy), tetapi
juga aman (safety) dan bermutu (quality).
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh sangat esensial untuk
menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Oleh karena itu
pemerintah mengeluarkan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
sebagai ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap industri
farmasi. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten,
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannnya
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Di dalam CPOB terdapat 12 aspek umum yang berlaku untuk industri
farmasi. Salah satu aspek umum CPOB adalah manajemen mutu yang mencakup
pemastian mutu, CPOB, pengawasan mutu, dan pengkajian mutu produk. Quality
Assurance (QA) atau pemastian mutu adalah bagian yang harus ada di industri
farmasi dalam melaksanakan CPOB. QA dibentuk untuk memastikan bahwa
industri farmasi telah melaksanakan seluruh aspek-aspek yang ada dalam CPOB
yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Sistem pemastian mutu juga
memastikan bahwa obat yang didistribusikan ke konsumen adalah obat yang
bermutu dengan spesifikasi yang telah ditentukan, salah satunya dengan
melakukan pengkajian mutu produk melalui semua dokumen yang terkait selama
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
proses (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Annual Product Review (APR) merupakan salah satu bagian dari
manajemen mutu yaitu pengkajian mutu produk dan tanggung jawab dari QA atau
pemastian mutu yang harus dilakukan oleh seluruh industri farmasi untuk
meninjau dan menilai seluruh rangkaian proses produksi dan mengevaluasi
produk dalam periode satu tahun berkaitan dengan persyaratan CPOB. Laporan
APR menggambarkan profil produk yang diproduksi dalam waktu satu tahun dan
pertimbangan hasil kajian sebelumnya yang berguna untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, dan
produk jadi; melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk
produk dan proses sehingga dapat meningkatkan kualitas produk pada bets
produksi periode tahun yang akan datang. Penyusunan APR yang tepat dan akurat
secara efektif memberikan informasi yang berguna dalam evaluasi maupun
pengembangan kualitas produk. Selain itu, APR juga akan membantu
meningkatkan kinerja investigator (auditor) karena review ini akan menghemat
waktu dan biaya untuk memperoleh data yang berhubungan dengan keseluruhan
produk yang diproduksi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Kegiatan penyusunan APR di PT. AstraZeneca-Cikarang Site berada
dibawah tanggung jawab departemen QA & SHE, khususnya Quality Assurance
(QA) dan Quality Control (QC). Pada tugas khusus ini akan dibahas mengenai
mekanisme penyusunan APR di PT. AstraZeneca-Cikarang Site. Mekanisme
penyusunan APR yang dijelaskan dalam tugas khusus ini meliputi isi dari APR di
PT. AstraZeneca-Cikarang Site dengan perbandingannya terhadap CPOB.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Pembuatan Annual Product Review (APR) di PT.
AstraZeneca-Cikarang Site adalah sebagai berikut:
a. Mempelajari tujuan pembuatan Annual Product Review (APR) di PT.
AstraZeneca-Cikarang Site
b. Mempelajari alur proses dan teknik pembuatan Annual Product
Review (APR) di PT. AstraZeneca-Cikarang Site
c. Mempelajari perbandingan antara implementasi APR di PT.
AstraZeneca-Cikarang Site dengan persyaratan CPOB
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Annual Product Review (APR)
Annual Product Review (APR) atau Product Quality Review (PQR) dapat
didefinisikan sebagai peninjauan setiap produk jadi untuk membuktikan bahwa
proses produksi telah berjalan dengan konsisten dan spesifikasi terpenuhi,
penyesuaian tren (perubahan) dengan tujuan menentukan kebutuhan perubahan
spesifikasi dari bahan baku dan produk jadi atau pembuatan atau kontrak selama
setahun (Health Science Authority, 2013).
APR disusun dengan tujuan untuk:
a. Menentukan kebutuhan untuk melakukan perubahan pada proses pembuatan,
proses pengendalian, pengujian selama proses, ataupun spesifikasi produk
b. Membuktikan pemenuhan kebijakan pemerintahan
c. Membuktikan konsistensi proses pembuatan
d. Menentukan kebutuhan revalidasi proses yang ada
e. Mengidentifikasi perbaikan produk atau proses
f. Mengidentifikasi tren dan kebutuhan untuk corrective action preventive
action/CAPA
g. Menentukan kesesuaian bahan baku dan produk (Health Science Authority,
2013).
Penyusunan atau pembuatan APR ditargetkan untuk:
a. Menurunkan terjadinya keluhan produk, pengembalian produk, dan penarikan
kembali produk
b. Menurunkan resiko dari hasil yang tidak memenuhi spesifikasi/HULS (out-of
specification)
c. Meminimalkan resiko rework atau reprocessing
d. Meningkatkan hasil produksi
e. Memperpanjang interval kalibrasi dan pemeliharaan
f. Meningkatkan komunikasi antara produksi, teknik, pengawasan mutu,
pemastian mutu, dan fungsi regulasi
g. Melakukan pemeriksaan status validasi
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
h. Pemuktahiran limit dan penerimaan (seperti yield limit) (Gausepohl, 2013)
Peninjauan mutu secara berkala biasanya dilakukan setiap tahun dan
didokumentasikan, dengan memperhatikan hasil kajian ulang sebelumnya, dan
hendaklah meliputi paling sedikit:
a) Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk
produk, terutama yang dipasok dari sumber baru;
Ringkasan seluruh bets bahan awal dan bahan pengemas yang diterima
selama setahun dan status penerimaannya;
Ringkasan pemasok bahan-bahan;
Gabungan dan analisis hasil pengujian kualitas seperti deskripsi,
identifikasi, susut pengeringan/kadar air dengan Karl Fisher, ukuran
partikel, senyawa sejenis dan kadar;
Gabungan sertifikat analisa yang didapatkan dari pemasok;
Ringkasan penyimpangan signifikan.
b) Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil pengujian
produk jadi;
Gabungan dan analisis dari hasil pengawasan selama proses dari bets yang
diproduksi selama setahun seperti keragaman bobot, dimensi, keregasan,
kekerasan, waktu hancur, variasi pengisian volume (seperti ampul, vial,
botol), pH, dan lain-lain
Gabungan dan analisis dari hasil pemeriksaan produk jadi seperti
deskripsi.penampilan, identifikasi, pH, susut pengeringan/air dengan KF,
viskositas, uji disolusi, cemaran dan senyawa sejenis, produk degradasi
dan kadarnya
c) Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
dan investigasi yang dilakukan;
Ringkasan jumlah bets/produk yang gagal memenuhi spesifikasi. Daftar
ini akan mengidentifikasikan bets yang tidak memenuhi spesifikasi dan
akar masalah dari kegagalan ini
Ringkasan alasan kegagalan
Ringkasan laporan investigasi menyeluruh dan tindakan perbaikan yang
diambil
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
d) Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan,
investigasinya dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan yang
dilakukan;
Ringkasan seluruh penyimpangan bersama dengan penyebab, disusun
berdasarkan pada data trending
Gabungan (menggunakan analasis tren) atau tindakan perbaikan dan
pencegahan yang diambil (corrective and preventive actions/CAPA)
e) Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau
metode analisis;
Ringkasan perubahan terhadap proses (jika ada) contohnya perubahan
waktu pencampuran, waktu pengeringan, perubahan dalam proses
penyalutan, perubahan dalam waktu/kecepatan pencetakan, dan lainnya
Ringkasan perubahan metode analisis contohnya perubahan pelarut,
buffer, perubahan dalam parameter metode HPLC/GC, dan lain-lain
Tinjauan/laporan pengaruh perubahan terhadap kualitas produk
f) Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen
registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk
ekspor;
Ringkasan jumlah produk teregistrasi
Ringkasan perubahan spesifikasi produk dan status persetujuan
Ringkasan jumlah produk yang diajukan tetapi ditolak oleh pemerintah
g) Kajian terhadap hasil program pengamatan stabilitas dan segala tren yang
tidak diinginkan;
Ringkasan jumlah bets yang dilakukan pengujian stabilitas selama periode
peninjauan dan alasan pemilihannya
Ringkasan laporan pengujian stabilitas dan hasilnya
h) Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang
terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;
Ringkasan bets yang dikembalikan karena kualitas, berserta alasannya
Ringkasan keluhan yang diterima selama setahun, bersama-sama dengan
sifat-sifat dasar keluhan
Ringkasan produk yang ditarik kembali beserta alasannya
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Gabungan laporan investigasi dan tindakan untuk mencegah terrjadinya
pengulangan
i) Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan
yang sebelumnya;
Ringkasan seluruh tindakan perbaikan dari APR sebelumnya
j) Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;
Ringkasan perubahan spesifikasi, registrasi dengan kebijakan
pemerintahan
Keterangan komitmen pasca pemasaran dan peninjauan status komitmen
k) Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara
(HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain,
Ringkasan jumlah peralatan yang digunakan dalam produksi dan
laboratorium
Ringkasan status kualifikasi/rekualifikasi peralatan/sarana yang digunakan
dalam proses produksi dan laboratorium QC mengindikasikan apakah
telah dilakukan kualifikasi dan rencana kualifikasi selanjutnya (berkaitan
dengan waktu/kebijakan). Hasil kualifikasi, pemeliharaan, kalibrasi, dan
lainnya tidak perlu dicantumkan dalam PQR
l) Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu mutakhir.
Peninjauan kontrak tertulis terkait kesepakatan teknis untuk pemeliharaan
peralatan produksi dan laboratorium secara periodik
Peninjauan kontrak tertulis antara pemberi dan penerima kotrak
Kesepakatan teknis perlu ditinjau setiap tahun untuk menentukan
keperluan untuk revisi/pemutakhirannya (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012 dan Health Science Authority, 2013)
2.2. Peninjauan Catatan Bets (Batch Record Review)
Catatan bets merupakan suatu dokumen yang dibuat oleh industri
farmasi. Catatan bets hendaklah dijaga agar cukup rinci mencantumkan urutan
kegiatan untuk kemudian ditentukan secara akurat sehingga dapat menjadi
panduan secara langsung bagi operator untuk membuat suatu produk. Setiap
suatu produk akan dibuat, operator akan mengeluarkan salinan dari catatan bets.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Di dalam catatan bets juga berisi bagian-bagian kosong yang nantinya akan diisi
oleh operator apa yang telah mereka kerjakan (Barazia, 2005).
Catatan bets menyediakan sejarah setiap bets produk, mencakup
distibusinya, dan juga keadaan relevan kualitas produk jadi. Catatan bets
hendaklah memuat keterangan yang relevan yang membenarkan prosedur yang
digunakan dan perubahan apapun yang dilakukan, peningkatan pengetahuan
tentang produk dan pengembangan kegiatan pembuatan. Catatan bets hendaklah
mencakup:
a. tanggal dan, jika sesuai, waktu;
b. identitas peralatan utama yang digunakan;
c. identifikasi spesifik tiap bets, mencakup berat, ukuran, dan nomor bets bahan
baku, produk antara atau bahan-bahan yang diproses ulang yang digunakan
selama pengolahan;
d. hasil nyata yang dicatat untuk parameter proses kritis;
e. pengambilan sampel yang dilakukan;
f. tanda tangan personil yang melakukan dan personil yang secara langsung
mengawasi atau memeriksa tiap tahap kritis selama aktivitas;
g. hasil pengujian selama-proses dan laboratorium;
h. hasil nyata pada tahap atau waktu yang sesuai;
i. deskripsi pengemasan dan label untuk produk antara atau bahan aktif obat
(BAO);
j. spesimen label BAO atau produk antara jika dibuat untuk tujuan komersial;
k. penyimpangan yang dicatat, hasil evaluasi, investigasi (bila dilakukan) atau
acuan terhadap investigasi tersebut jika disimpan terpisah, laporan hasil uji di
luar spesifikasi/HULS (Out of Spesification/OOS); dan
l. hasil pengujian untuk pelulusan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Pelulusan tiap bets dilakukan oleh QA setelah melakukan pengkajian
catatan bets, termasuk laporan pengawasan, laporan pengujian selama-proses dan
laporan pelulusan yang membuktikan pemenuhan terhadap Dokumen Spesifikasi
Produk, order, protokol, dan kode pengacakan. Catatan tersebut hendaklah
mencakup seluruh penyimpangan yang terjadi, perubahan yang direncanakan,
dan tiap pemeriksaan tambahan berikutnya atau uji lanjutan hendaklah
dilengkapi dan disahkan oleh personil yang berwenang (BPOM, 2012).
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Prosedur tertulis untuk meninjau (review) dan menyetujui catatan bets
dan pengendalian laboratorium, mencakup pengemasan dan pelabelan hendaklah
disahkan dan diikuti untuk memastikan terpenuhinya spesifikasi sebelum bets
diluluskan (released). Semua laporan penyimpangan (deviasi), investigasi, dan
HULS sebaiknya ditinjau sebagai bagian dari peninjauan catatan bets sebelum
bets diluluskan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.3. Catatan Pengemasan Bets (Batch Packaging Record)
Catatan Pengemasan Bets hendaklah disimpan untuk setiap bets yang
dihasilkan. Catatan ini sebaiknya berdasarkan pada instruksi pengemasan.
Catatan ini hendaklah menyediakan nomor bets dan jumlah produk ruahan yang
dikemas. Sebelum proses pengemasan dimulai, sebaiknya terdapat pencatatan
pemeriksaan peralatan dan area kerja dipastikan bersih dari produk sebelumnya.
Informasi terkait hendaklah dimasukkan pada waktu pengerjaan, setelah lengkap,
catatan hendaklah diberi tanggal dan ditandatangani oleh pihak terkait. Catatan
pengemasan bets meliputi nama produk; tanggal dan waktu pengemasan; nama
dan tanda tangan orang yang bertanggung jawab atas proses pengemasan;
pencatatan pemeriksaan untuk pengidentifikasian dan pemastian dengan
instruksi pengemasan termasuk pemeriksaan selama proses; penjelasan proses
pengemasan termasuk peralatan yang digunakan; contoh bahan pengemas yang
digunakan (kode bahan, tanggal kadaluarsa, dan adanya kelebihan pencetakan);
catatan jika ada permasalahan termasuk penyimpangan dari Formula
Pengemasan dan Instruksi Pengemasan; jumlah dan nomor referensi atau
identifikasi seluruh bahan pengemas dan produk ruahan yang digunakan, rusak,
atau dikembalikan ke penyimpanan, dan jumlah produk yang dihasilkan dengan
tujuan untuk menyediakan rekonsiliasi (BPOM, 2012).
2.4. Spesifikasi, Formula Pembuatan, dan Instruksi Pengemasan
Di dalam industri farmasi hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal,
bahan pengemas, dan produk jadi yang disahkan dengan benar dan diberi
tanggal. Spesifikasi menjelaskan secara merinci mengenai persyaratan
penerimaan bahan baku, bahan pengemas, produk, atau bahan lain yang
digunakan selama pembuatan. Spesifikasi ini digunakan sebagai dasar untuk
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
melakukan pengujian kualitas. Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas
meliputi deskripsi (desain dan nomor item), referensi, dokumen dari pemasok,
dan contoh material), prosedur pengambilan sampel dan pengujian, persyaratan
kualitatif dan kuantitatif dengan batas yang diterima, kondisi penyimpanan, dan
lama penyimpanan. Spesifikasi untuk produk antara sama seperti pada bahan
baku dan produk jadi, melalui pertimbangan yang tepat. Spesifikasi untuk
produk jadi meliputi desain nama produk dan nomer item, formula atau
referensi, deskripsi bentuk sediaan dan pengemas, prosedur pengambilan sampel
dan pengujian, persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas yang diterima,
kondisi penyimpanan, dan waktu kadaluarsa (Guide to Good Manufacturing
Practice for Medicinal Products Part I, 2009).
Formula Pembuatan (Manufacturing Formulae), Instruksi Pembuatan
dan Pengemasan (Processing and Packaging Instructions) menjelaskan bahan
baku yang digunakan dan proses pembuatan dan pengemasan. Formula
pembuatan yang sah secara formal hendaklah tersedia untuk setiap produk dan
ukuran bets yang dibuat. Formula pembuatan meliputi nama produk dengan
referensi kode produk terkait dengan spesifikasi; deskripsi bentuk farmasetikal,
kekuatan produk, dan ukuran bets; daftar bahan-bahan yang digunakan dengan
jumlah untuk setiap produk; pernyataan hasil akhir yang diharapkan dengan
batas penerimaan. Instruksi pengemasan meliputi nama produk; deskripsi bentuk
farmasetikal dengan kekuatannya; ukuran pengemasan dalam angka, berat, atau
volume produk dalam wadah akhir; daftar bahan pengemas (jumlah, ukuran dan
tipe, kode atau nomor referensi terkait spesifikasi setiap bahan); perhatian
tertentu (pemeriksaan area dan peralatan untuk pembersihan jalur/line clearance
sebelum proses produksi dimulai); deskripsi proses pengemasan; serta pengujian
selama proses dengan instruksi pengambilan sampel dan batas penerimaan
(Guide to Good Manufacturing Practice for Medicinal Products Part I, 2009).
2.5. Pengolahan dan Pengerjaan Ulang
Mengembalikan produk ruahan atau bahan awal, termasuk yang tidak
memenuhi standar atau spesifikasi, ke dalam proses dan pengolahan ulang
dengan mengulangi tahap kristalisasi atau tahap manipulasi kimia atau fisika
yang tepat (misal: destilasi, filtrasi, kromatografi, penggilingan) yang merupakan
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
bagian dari proses pembuatan, secara umum dapat diterima. Bagaimanapun, jika
pengolahan ulang seperti itu dilakukan terhadap sebagian besar bets, pengolahan
ulang tersebut hendaklah dimasukkan sebagai bagian dari proses pembuatan
standar. Pelanjutan suatu langkah proses setelah suatu uji pengawasan- selama
proses yang menunjukkan bahwa langkah tersebut tidak lengkap, dianggap
sebagai bagian dari proses normal. Hal ini tidak dianggap sebagai pengolahan
ulang (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012).
Sebelum keputusan diambil terhadap pengerjaan ulang bets yang tidak
sesuai standar atau spesifikasi yang ditetapkan, hendaklah dilakukan investigasi
terhadap alasan ketidaksesuaian. Terhadap bets yang dikerjakan ulang hendaklah
dilakukan evaluasi dan pengujian yang sesuai, uji stabilitas bila diperlukan dan
dokumentasi yang menunjukkan bahwa produk hasil pengerjaan ulang memiliki
mutu setara dengan yang diproduksi melalui proses orisinal. Validasi konkuren
sering merupakan pendekatan validasi yang tepat untuk prosedur pengerjaan
ulang. Hal ini memungkinkan suatu protokol menetapkan prosedur pengerjaan
ulang, cara pelaksanaan dan hasil yang diharapkan. Jika hanya ada satu bets yang
harus dikerjakan ulang, maka satu laporan dapat dibuat dan bets tersebut
diluluskan untuk distribusi segera setelah dinyatakan lulus pengujian (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.6. Pengendalian Perubahan
Sistem pengendalian perubahan yang resmi perlu dibuat untuk
mengevaluasi segala perubahan yang mungkin berefek pada proses produksi dan
mengontrol produk ruahan dan zat aktif/active pharmaceuticals ingredients
(API). Prosedur tertulis yang merinci harus tersedia untuk identifikasi,
dokumentasi, tinjauan yang tepat, perubahan bahan baku yang disetujui,
spesifikasi, metode analisis, fasilitas, sistem yang mendukung, peralatan
(termasuk hardware komputer), langkah-langkah proses, pelabelan dan bahan
pengemas, dan software komputer. Prosedur pengendalian perubahan hendaklah
memastikan bahwa data pendukup cukup untuk menunjukkan bahwa proses
perubahan yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang
diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Segala
perubahan yang dapat mempengaruhi mutu produk atau reprodusibilitas proses
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
hendaklah didokumentasikan, ditinjau, dan disetujui oleh departemen yang tepat,
dan ditinjau serta disetujui oleh departemen quality. Kemungkinan dampak
perubahan fasilitas, sistem, dan peralatan terhadap produk hendaklah dievaluasi,
termasuk analisis risiko. Pertimbangan ilmiah hendaklah menetapkan pengujian
dan studi validasi tambahan yang tepat untuk menjustifikasi suatu perubahan
dalam proses yang tervalidasi. Ketika perubahan yang telah disetujui
terimplementasi, diperlukan adanya pengukuran untuk memastikan semua
dokumen terkait dengan perubahan tersebut telah direvisi. Setelah perubahan
sudah terimplementasi, harus ada suatu evaluasi dari bets pertama yang
diproduksi dari hasil perubahan tersebut. (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
2012).
2.7. Stabilitas (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)
Studi stabilitas hendaklah dilakukan dalam hal berikut :
a. Produk baru (biasanya dilakukan dalam skala pilot).
b. Kemasan baru yaitu yang berbeda dari standar yang telah ditetapkan.
c. Perubahan formula, metode pengolahan atau sumber/pembuat bahan awal
dan bahan pengemas primer.
d. Bets yang diluluskan dengan pengecualian, misalnya bets yang sifatnya
berbeda dari standar atau bets yang diolah ulang.
2.8. Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS) dan Penyimpangan
Tiap HULS yang diperoleh selama pengujian bahan atau produk
hendaklah diinvestigasi dan didokumentasikan berdasarkan suatu prosedur.
Prosedur ini hendaklah mensyaratkan analisis data, penilaian apakah ada suatu
masalah yang signifikan, alokasi tugas untuk tindakan perbaikan dan kesimpulan.
Pengambilan sampel ulang dan/atau pengujian ulang setelah HULS hendaklah
dilakukan berdasarkan prosedur terdokumentasi (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012).
Tiap penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan hendaklah
didokumentasikan dan dijelaskan. Penyimpangan kritis hendaklah diselidiki dan
penyelidikan serta kesimpulannya hendaklah didokumentasikan. Tiap
penyimpangan hasil yang tidak dapat dijelaskan atau tiap kegagalan untuk
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
12
Universitas Indonesia
memenuhi spesifikasi hendaklah diselidiki secara teliti dengan
mempertimbangkan bets atau produk lain yang mungkin juga terpengaruh (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.9. Keluhan, Recall, dan Produk Kembalian
Segala keluhan yang berkaitan dengan mutu, apakah yang diterima secara
lisan atau tertulis hendaklah dicatat dan diinvestigasi menurut suatu prosedur
tertulis. Catatan keluhan hendaklah mencakup:
a. nama dan alamat pengaju keluhan;
b. nama [dan, jika perlu jabatan] dan nomor telepon orang yang
menyampaikan keluhan;
c. sifat keluhan (termasuk nama dan no bets produk);
d. tanggal keluhan diterima;
e. tindakan awal yang diambil (termasuk tanggal dan identitas personil
pengambil tindakan);
f. tindak lanjut yang telah diambil;
g. respon yang diberikan kepada pengaju asal keluhan (termasuk tanggal
respon dikirimkan); dan
h. keputusan akhir terhadap bets/lot produk
Catatan keluhan hendaklah disimpan untuk mengevaluasi tren, frekuensi produk
terkait dan tingkat keseriusan dengan pertimbangan untuk mengambil tindakan
tambahan dan jika perlu, tindakan perbaikan secepatnya (BPOM, 2012).
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang
memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian
Manajemen Mutu (pemastian mutu), maka orang tersebut hendaklah memahami
cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk,
penanganan keluhan dan laporan suatu produk (BPOM, 2012).
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kesalahan ekspedisi, kondisi wadah atau kemasan yang
dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat
yang bersangkutan. Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
hendaklah didokumentasikan dan dilaporkan. Berdasarkan hasil evaluasi, produk
kembalian dikategorikan sebagai produk kembalian yang masih memenuhi
spesifikasi (dapat dikembalikan ke dalam persediaan); yang dapat diproses ulang;
yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang (Badan Pengawas
Obat dan Makanan, 2012).
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila
ada laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta berisiko terhadap
kesehatan. Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan dan mengkoordinasi penarikan kembali yang independen terhadap
bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian
manajemen mutu (pemastian mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi
penarikan kembali. Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara
berkala dan dimutakhirkan jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan
kembali. Prosedur penarikan kembali hendaklah menetapkan siapa yang
dilibatkan dalam mengevaluasi informasi, bagaimana penarikan kembali dimulai,
siapa yang diinformasikan tentang penarikan kembali dan bagaimana bahan yang
ditarik kembali diperlakukan. Pada situasi yang serius atau berpotensi mengancam
kehidupan, BPOM dan/atau otoritas internasional hendaklah diinformasikan dan
dimintakan sarannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Catatan dan laporan termasuk hasil tindakan embargo dan penarikan
kembali produk hendaklah didokumentasikan dengan baik. Perkembngan proses
penarikan kembali hendaklah dicatat dan dibuat laporan akhir, termasuk hasil
rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang ditemukan kembali.
Efektivitas penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari waktu
ke waktu (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.10. Validasi Proses dan Kualifikasi
Validasi proses berlaku untuk pembuatan sediaan obat yang mencakup
validasi proses baru, validasi bila ada perubahan, dan validasi ulang. Pada
umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi
prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal tersebut tidak dimungkinkan,
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
validasi dapat dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi
konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi
retrospektif) (BPOM, 2012).
Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan
validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci
langkah kritis dan kriteria penerimaan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu
pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil
yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan
rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam
protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai. Setelah
kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan persetujuan tertulis untuk
dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi selanjutnya (BPOM, 2012).
Langkah-langkah dari proses kualifikasi adalah kualifikasi desain (KD),
kualifikasi instalasi (KI), kualifikasi operasional (KO), dan kualifikasi kinerja
(KK). Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap
fasilitas, sistem atau peralatan baru. Kualifikasi instalasi hendaklah mencakup
kesesuaian instalasi dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain;
pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan
dari pemasok; ketentuan dan persyaratan kalibrasi; serta verifikasi bahan
konstruksi. Kualifikasi operasional hendaklah mencakup pengujian yang perlu
dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem, dan peralatan; serta
pengujian kondisi terburuk. Kualifikasi kinerja handaklah dilakukan setelah KI
dan KO selesai dilaksanakan, dikaji, dan disetujui (BPOM, 2012).
2.11. Analisis Data
2.11.1. Grafik Kontrol
Grafik ini menunjukkan bahwa proses yang dilakukan telah sepenuhnya
terkontrol atau belum terkontrol. Pada umumnya grafik yang digunakan adalah
grafik kontrol Shewhart seperti grafik X bar, grafik R bar, dan grafik moving-
range. Grafik ini memungkinkan produsen untuk menentukan batas kontrol atas
(UCL) dan batas kontrol bawah (LCL) serta mengidentifikasi tren. Sehingga dapat
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
diambil tindakan yang tepat sebelum produk keluar dari spesifikasi yang
ditetapkan (Health Science Authority, 2013).
2.11.2. Kapabilitas Proses
Kapabilitas proses digunakan untuk menentukan apakah suatu proses
stabil dan kapabel. Indeks kemampuan proses digunakan untuk mengukur
seberapa baik data cocok menjadi batas spesifikasi. Indeks kapabilitas proses yang
umum digunakan yaitu Cp dan Cpk. Cp digunakan untuk mengevaluasi variasi
proses, sedangkan Cpk digunakan untuk mengevaluasi proses konvergensi.
Disarankan untuk nilai Cp dan Cpk lebih dari 1,33 (Health Science Authority,
2013).
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
16 Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pembuatan Materi
Pembuatan materi dilakukan selama masa Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) 7 minggu, yaitu pada tanggal 6 Januari - 21 Februari 2014 di PT.
AstraZeneca Indonesia Cikarang Site.
3.2 Metode Pembuatan Materi
Metode pembuatan materi dilakukan dengan praktek pembuatan Annual
Product Review/APR dan studi literatur CPOB 2012, terutama pada bagian
pengkajian mutu produk sebagai bahan pembanding untuk melihat konteks yang
perlu dipelajari secara umum.
3.3 Prosedur Pembuatan Materi
Pembuatan materi dilakukan dengan cara, yaitu:
a. Studi literatur Cara Pembuatan Obat yang baik yang berhubungan dengan
pengkajian mutu produk dan SOP “Product Review Reports” dari PT.
AstraZeneca Indonesia Cikarang Site
b. Perancangan APR dengan memasukkan data-data yang diperlukan dari
batch record, master formulae, packing configuration, packaging material
specification, laporan penyimpangan, APR sebelumnya, catatan
pengemasan bets yang digunakan untuk bets yang terdapat dalam APR,
QA agreement, analysis data sheet, dan laporan kualifikasi.
c. Penyusunan APR dengan pengaturan yang berasal dari PT. AstraZeneca
Indonesia Cikarang Site
d. Pemeriksaan APR dari tim QA & SHE
e. Studi perbandingan APR antara PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site
dengan persyaratan yang tertera pada CPOB 2012
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
17 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Annual Product Review (APR)
Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, penulis mendapatkan
sebuah tugas dari PT. AstraZeneca Indonesia untuk melakukan pembuatan
Annual Product Review (APR) untuk beberapa produk hasil pengemasan ulang
(repacking) periode Januari-Desember 2013. Pengemasan ulang/repacking yang
dilakukan pada fasilitas fase I PT AZI berupa mengemas kembali produk jadi
impor dengan mengubah kemasan standar ekspor menjadi kemasan dengan desain
dan penulisan lokal sesuai dengan persyaratan lokal (Indonesia).
APR dan PQR merupakan bagian dari Product Review Reports (PRR).
APR adalah evaluasi produk jadi yang diproduksi selama setahun merupakan
verifikasi konsistensi proses, pemenuhan spesifikasi, dan penyesuaian tren
(perubahan) dengan tujuan menentukan kebutuhan perubahan spesifikasi produk,
perubahan terhadap proses pembuatan maupun pengujian, perubahan pada bahan-
bahan yang digunakan, perubahan kontrak (persetujuan QA), kebutuhan akan
validasi maupun revalidasi suatu proses, dan menangkap peluang untuk
melakukan perbaikan atau efisiensi. Product Quality Review/PQR adalah evaluasi
umum secara periodik terhadap zat aktif, produk ruahan, maupun produk jadi.
Dalam penyusunan PRR terbaru, PRR terakhir yang tersedia harus
dijadikan sumber (perbandingan). PRR perlu diperbaharui agar dapat menganalisa
perubahan utama yang mungkin mempengaruhi kualitas mutu produk. PRR di PT.
AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site diperbaharui setiap 12 bulan dalam dua
periode Juni dan Desember. PRR di PT. AstraZeneca Indonesia sebaiknya ditulis
dalam bahasa Inggris sekurang-kurangnya pada bagian ringkasan dan judul dari
setiap bab. PRR harus selesai dan disetujui paling lambat tiga bulan setelah hari
terakhir periode review. Nomor dokumen untuk Product Review Reports adalah
PRR-YYYY-CM di mana YYYY adalah tahun pembuatan laporan dan CM
adalah kode produk.
Sebelum memulai proses pembuatan, dilakukan pengumpulan data-data
dari catatan bets yang dibutuhkan dalam pembuatan PRR dan dimasukkan ke
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
dalam sistem komputer di antaranya nomor bets; PON; nomor batch packaging
record; tanggal pengemasan; tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa dari
sertifikat analisa bahan awal; hasil nyata; nomor bets dari bahan-bahan yang
digunakan; waktu dan hasil pengawasan selama proses; ada tidaknya
penyimpangan dan bets yang mengalami pengolahan/pengerjaan ulang.
Proses pembuatan hingga penerbitan product review pada AZI terdiri dari
enam tahap. Tahap pertama adalah membuka file template product review yang
telah tersedia dari PT.AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site. Tahap kedua adalah
penyiapan product review tahunan dilakukan oleh QA staff & QC supervisor
sehingga didapatkan rancangan laporan lengkap. Tahap kedua terdiri dari empat
langkah yaitu mendefinisikan ruang lingkup dan isi yang diperlukan; menuliskan
setiap bagian; menulis ringkasan; tanda tangan dan tanggal oleh penulis pada
setiap halaman. Perbandingan data dengan PRR sebelumnya harus ada, harus
diakhiri dengan kesimpulan di mana hasilnya teringkas dan kesimpulan
tergambar. Kesimpulan terdiri dari penjelasan bagian-bagian penting dari PRR,
pernyataan status validasi, dan rekomendasi dari setiap langkah perbaikan dan
pencegahan dan/atau revalidasi. Tahap ketiga adalah pemeriksaan laporan
sehingga diperoleh laporan yang siap untuk disetujui. Pemeriksaan formal dan
persetujuan isi PRR, kesimpulan, dan rekomendasi sebaiknya dilakukan oleh
direktur (site director), plant manager dan QA (Quality Assurance)&SHE (Safety,
Health, and Environment) supervisor. Tahap keempat adalah pelulusan laporan
oleh QA&SHE manager. Tahap kelima adalah pengarsipan laporan (product
review report/PRR). PRR yang asli disimpan oleh QA untuk penggunaan lokal
seperti inspeksi. Langkah keenam berupa penyediaan laporan agar dapat
digunakan oleh pihak-pihak terkait dengan cara semua PRR harus tersedia dalam
bentuk pdf dalam folder GQO “Product Review” tetapi tidak boleh tersimpan
selama lebih dari tiga tahun.
APR terdiri dari 15 bab seperti yang tertera pada tabel 3.1 ditambah
lampiran 1 bahan-bahan yang digunakan, lampiran 2 hasil pengujian dari bahan
awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk tersebut, lampiran 3 hasil
analisis pengujian selama proses pengemasan, lampiran 4 product review produk
ruahan/bahan awal dari pemasok.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
19
Universitas Indonesia
Tabel 3.1. Bagian-bagian dalam APR
Bab Bagian dalam template Produk akhir
1 ringkasan dan kesimpulan
2 catatan bets (disetujui dan ditolak)
3 bets yang mengalami
pengolahan/pengerjaan ulang
4
pemeriksaan ringkasan product review
terbaru yang tersedia dari produk ruahan
atau produk sediaan jadi (tablet, kapsul,
dan lainnya)
5 bahan awal dan bahan pengemas
6 data analisis
7 perubahan
8 data stabilitas
9 penyimpangan
10 penanganan keluhan kualitas produk
11 penarikan kembali, stock recoveries,
field alerts
12 sisa barang dan barang yang
dikembalikan
13 persetujuan QA (kontrak kerja sama
dengan pemasok)
14 status kualifikasi dari peralatan dan
sarana yang relevan
15 lainnya **
Ringkasan dan kesimpulan mencakup penjelasan poin penting;
perbandingan antara review saat ini dengan sebelumnya (diringkas); tren
(perubahan umum baik peningkatan maupun penurunan hasil) saat ini dari
sebelumnya; sumber untuk menyelesaikan beberapa rekomendasi dari review
sebelumnya; pernyataan status validasi mencakup review periodik fasilitas,
sistem, dan peralatan; rekomendasi untuk beberapa perbaikan dan pencegahan
untuk meningkatkan efisiensi produk selanjutnya. Kesimpulan sebaiknya
menggambarkan tinjauan segala aspek terhadap keseluruhan bets yang diproduksi
selama setahun dan rekomendasi untuk proses produksi selanjutnya. Rekomendasi
tersebut harus dipantau penyelesaiaannya.
Semua bets yang telah ditetapkan statusnya selama periode review harus
dicantumkan dalam APR. Semua bets yang dibuat dengan proses yang sama harus
ada dalam review tanpa tergantung pada negara mana yang dituju. Pemeriksaan
harus dilakukan terhadap APR yang sebelumnya untuk memastikan bahwa bets
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
yang tercantum tidak mengalami duplikasi. Semua bets tersebut disertai dengan
informasi hasil nyata yang diperoleh untuk menentukan produk yang dihasilkan
sesuai dengan spesifikasi jumlah bahan yang digunakan. Daftar semua bets yang
ditolak (sebagian/seluruhnya dapat karena kegagalan memenuhi spesifikasi,
pengujian selama proses, atau alasan lainnya), alasan, dan kesimpulannya harus
tercantum dalam APR. Alasan bets ditolak dapat dijadikan acuan agar hal tersebut
tidak terulang lagi untuk produksi selanjutnya. Kesimpulan menggambarkan tren
dari penolakan. Data-data ini didapatkan dari gabungan catatan bets dari seluruh
bets yang dihasilkan selama periode review
Bets yang mengalami pengolahan (reprocessed batch) dan pengerjaan
ulang (reworked batch) harus terdapat dalam APR. Reprocessed batch adalah bets
yang ditemukan menyimpang pada saat proses belum selesai sehingga perlu
pengulangan proses. Reworked batch adalah bets yang ditemukan menyimpang
setelah proses selesai. Semua data bets tersebut terdapat dalam catatan bets. Bets
yang mengalami pengolahan dan pengerjaan ulang menggunakan huruf R pada
bagian akhir dari nomor bets. Bets yang mengalami penyimpangan (deviasi) harus
dianalisis akar masalahnya serta pencarian langkah pencegahan dan perbaikan,
salah satunya adalah pengolahan atau pengerjaan ulang. Jumlah bets yang
mengalami pengolahan atau pengerjaan ulang dihitung persentasenya terhadap
jumlah keseluruhan bets selama periode review untuk menggambarkan berapa
persen keberhasilan proses produksi yang dilakukan. Alasan bets tersebut
mengalami pengolahan dan pengerjaan ulang harus dicantumkan dalam APR agar
dapat menjadi acuan mencegah terulangnya kembali sehingga meminimalkan
resiko rework atau reprocessing. Status bets setelah mengalami pengolahan atau
pengerjaan ulang harus didefinisikan dengan jelas dalam APR untuk memastikan
keberhasilan/keefektifan proses pengolahan atau pengerjaan ulang yang dilakukan
dan penentuan produk tersebut dapat dipasarkan atau tidak.
PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site hanya melakukan kegiatan
pengemasan dari produk yang diimpor sehingga spesifikasi bahan awal berupa
produk ruahan atau produk jadi didapatkan dari pemeriksaan ringkasan product
review terbaru yang tersedia dari pemasok. Product Review Report dari pemasok
tersebut akan dilampirkan bersama APR. Pemeriksaan terhadap adanya bets yang
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
21
Universitas Indonesia
ditolak, bets yang mengalami pengolahan/pengerjaan ulang, bets produk
ruahan/produk jadi yang mendapatkan keluhan, bets yang mengalami
penyimpangan, bets produk yang dikembalikan atau ditarik kembali serta hal-hal
lain yang memiliki dampak terhadap mutu produk diperlukan untuk melakukan
peninjauan mutu produk yang dihasilkan oleh pemasok yang berdampak pada
kualitas produk PT. AstraZeneca Indonesia.
Bahan awal yang diimpor dan bahan pengemas yang dapat mempengaruhi
kualitas produk dilakukan peninjauan terpenuhinya batas spesifikasi sebelum
diluluskan untuk dapat digunakan. Spesifikasi bahan awal dan bahan pengemas;
master formulae; dan packing configuration terdapat dalam packaging material
specification. Pemasok untuk bahan awal dan bahan pengemas dapat dilihat pada
spesifikasi dan dibandingkan dengan PRR sebelumnya untuk melihat ada tidaknya
perubahan pemasok. Hasil analisis bahan awal dan bahan pengemas dilihat dari
analysis sheet untuk setiap nomor bets dari bahan tersebut yang telah diisi oleh
QC saat melakukan pemeriksaan dan status bahan telah diputuskan oleh Quality
unit. Data-data hasil analisis tersebut dengan kriteria penerimaan berserta
statusnya dimasukkan ke dalam lampiran dua kemudian diringkas dalam bab 5.
Ringkasan hasil analisis tersebut diperlukan untuk memastikan bahan awal dan
bahan pengemas yang digunakan adalah yang telah memenuhi spesifikasi dan
statusnya telah diluluskan untuk digunakan. Hasil pengujian yang tidak memenuhi
spesifikasi dapat dilaporkan sebagai Damage Material Report (DMR), Hasil Uji
di Luar Spesifikasi (HULS), penyimpangan, keluhan terhadap pemasok yang
dimasukkan ke dalam sistem GCM (Global Complaint Management). Setelah
pelaporan, dilakukan investigasi oleh pemasok dan ditetapkan statusnya yang
akan diinformasikan ke QA PT. AZI-Cikarang Site. Apabila terjadi hasil uji di
luar spesifikasi akibat temperatur, keputusan dapat diambil berdasarkan data yang
terdapat pada Storage Life Document. Data-data bahan-bahan yang digunakan ini
bermanfaat untuk memastikan bahwa produk jadi telah menggunakan bahan yang
memenuhi spesifikasi dengan pemasok yang sudah terkualifikasi. Kesimpulan
dari bagian ini harus mencakup bahan yang tidak memenuhi spesifikasi beserta
dengan statusnya.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
22
Universitas Indonesia
Hasil pengujian selama proses tercantum dalam catatan bets yang
kemudian dimasukkan ke dalam APR lampiran 3 yang diringkas ke dalam bab 6.
Analisis hasil pengujian selama proses untuk seluruh bets yang diproduksi selama
setahun termasuk ke dalam bagian APR untuk menentukan keberadaaan hasil uji
di luar spesifikasi (HULS/OOS). Peninjauan terhadap hasil pengujian tersebut
menjadi penting untuk menurunkan resiko dari hasil yang tidak memenuhi
spesifikasi.
Daftar perubahan utama (perubahan proses pembuatan atau pengujian,
perubahan spesifikasi, perubahan pada bahan pengemas, perubahan pada variasi
pemasaran, perubahan pada komitmen pasca pemasaran) harus tercakup ke dalam
APR. Efek kumulatif dari setiap-tiap perubahan harus dipertimbangkan
pengaruhnya terhadap mutu produk. Perubahan major tersebut didokumentasikan
pada sistem Operation Change Management (OCM) dengan sistem penomoran
OCM CC XXXXX. Adanya sistem penomoran pada OCM memudahkan untuk
menganalisis perubahan yang terjadi dengan nomor yang sama maka
perubahannya pun sama. Perubahan dapat dilihat dari change history dari
dokumen tersebut. Data perubahan pada variasi pemasaran dan komitmen pasca
pemasaran serta data dari pengujian stabilitas tidak terdapat dalam APR AZI
karena AZI hanya melakukan kegiatan pengemasan dan hal itu menjadi tanggung
jawab dari pemasok produk ruahan/produk jadi tersebut dan tergambar dari APR
pemasok yang juga ditinjau dalam APR AZI. Identifikasi adanya perubahan
tersebut penting untuk ditinjau dengan tujuan menilai pengaruh perubahan
tersebut terhadap produk.
Semua data dari pengujian stabilitas untuk bets yang diperoduksi selama
periode review harus dimasukkan ke dalam APR dan kesimpulan dibuat untuk
memastikan kebenaran data waktu penyimpanan dan periode pengecekan kembali.
Pengujian stabilitas dilakukan oleh pemasok sehingga tidak dicantumkan dalam
APR AZI dan dapat dilihat pada lampiran product review report dari pemasok
yaitu The Global Stability Management group with Global Quality
Operation/GQO.
Hasil uji di luar spesifikasi (HULS) dapat terlihat dari analisis hasil
pengujian. Hasil uji di luar spesifikasi tercantum dalam OOS report (OOS-XX-
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
23
Universitas Indonesia
YY di mana XX adalah tahun dan YY adalah nomor) (Astuti, 2013c). Catatan
HULS/OOS report tersebut disimpan beserta catatan investigasinya termasuk
kesimpulan dan tindak lanjutnya untuk melihat akar permasalahan terjadinya
HULS dan dampaknya terhadap bets yang lain. Bets yang terkait dengan HULS
beserta hasil investigasi akar masalah dan tindakan penanganannya merupakan
cakupan dari APR. Tinjauan terhadap hal tersebut bermanfaat untuk
mengidentifikasi penyebab yang paling sering terjadi sehingga dapat mengurangi
resiko terjadinya hasil uji di luar spesifikasi untuk periode selanjutnya. Jika
diperlukan rekomendasi, harus didokumentasikan dengan baik. Selain itu, status
penyelesaiannya harus tercantum sebelum menentukan status dari bets tersebut.
Penyimpangan harus terdapat dalam review terutama penyimpangan kelas
1, 2, dan repeat level 1 (penyimpangan level 1 yang terjadi berulang dalam jangka
waktu 2 tahun dengan akar masalah yang sama/hampir sama). Penyimpangan
dilihat dari catatan bets, di mana jika terdapat penyimpangan maka terdapat
tulisan DIR-xx-yyy (contohnya: DIR-13.060). Penyimpangan kelas 1 (critical
deviation) adalah penyimpangan yang membahayakan pasien. Penyimpangan
kelas 2 (major deviation) adalah penyimpangan yang mempengaruhi kualitas
produk tapi tidak membahayakan pasien. Penyimpangan kelas 3 (minor deviation)
adalah penyimpangan yang tidak langsung berpengaruh pada kualitas (Astuti,
2013b). Selain berdasarkan dampaknya, penyimpangan diklasifikasikan
berdasarkan penyebabnya yaitu manusia, mesin, metode, pembuatan, bahan,
lingkungan, dan lainnya. Penyimpangan dilihat pada DIR (Deviation/Incident
Report) dan repeat level 1 dilihat dari trending, dicari yang penyimpangannya
sama. DIR terdiri dari tiga form yaitu form 1 dokumentasi penemuan
penyimpangan; form 2 identifikasi akar masalah, langkah perbaikan dan
pencegahan; form 3 penyelesaian penyimpangan. Deskripsi lengkap mengenai
penyimpangan yang terjadi dan produk/proses yang terkena dampak
penyimpangan tersebut tercantum dalam form 1. Akar masalah, tindakan
pencegahan, dan tindakan perbaikan yang dilakukan tercantum dalam form 2.
Status penyelesaiaannya tercantum dalam form 3. Penyimpangan tersebut perlu
ditinjau bersama akar masalah, tindakan perbaikan, dan pencegahan yang
dilakukan serta status penyelesaiannya sehingga mencegah terulangnya kembali
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
24
Universitas Indonesia
penyimpangan tersebut dan menyelesaikan secepatnya penyimpangan yang belum
terselesaikan. Hasil uji di luar spesifikasi dan penyimpangan pada APR yang
dibuat dilakukan perbandingan terhadap APR sebelumnya untuk menilai
terjadinya perbaikan/penurunan kinerja yang berdampak terhadap produk. Jika
terjadi penurunan kinerja berupa peningkatan HULS dan penyimpangan, maka
sebaiknya direkomendasikan untuk diianalisis akar masalahnya dan tindakan
perbaikan yang perlu dilakukan.
Keluhan berdasarkan sumbernya diklasifikasikan menjadi keluhan
eksternal (luar AZI) dan internal. Berdasarkan jenis keluhan terbagi atas Product
Quality Complaint (segala keluhan yang terkait mutu produk), Supply and
Logistic Complaint (keluhan yang terkait masalah persediaan), dan Product
Security Complaint (terkait produk illegal) (Astuti, 2013a). Keluhan
eksternal/internal (kecuali “Product Security”) harus terdapat dalam review. Akar
masalah penyebab keluhan dapat berupa “dengan kontrol AZ” atau “di luar
kontrol AZ”. Tiga kategori/penyebab umum keluhan harus diringkas dan
dibandingkan dengan APR terakhir yang tersedia. Evaluasi terhadap keseluruhan
keluhan dilakukan untuk mengidentifikasi tren atau hubungan penyebab yang
umum terjadi. Remedial actions on going (penanganan keluhan sementara) dan
rekomendasi lanjutan terdapat pada APR. Penarikan kembali, stock recoveries,
dan field alerts harus terdapat dalam APR termasuk semua investigasi. Stock
recoveries adalah stok yang tidak memenuhi persyaratan sehingga harus
dikembalikan lagi. Field alerts adalah penyimpangan berdasarkan persyaratan US
Code of Federal Regulations. Daftar produk yang dikembalikan dan produk sisa
mencakup setiap status akhirnya harus tercantum dalam APR. Tinjauan ini
menjadi penting untuk menurunkan terjadinya keluhan, penarikan kembali, atau
pengembalian produk.
Produk hasil repacking merupakan produk jadi dari pemasok yang
mengalami pengemasan ulang maka keluhan terhadap kualitas produk, penarikan
kembali, stock recoveries, field alerts, produk yang dikembalikan dan produk sisa
menjadi tanggung jawab pemasok yang tercantum dalam APR pemasok sehingga
pada APR produk hasil repacking mencantumkan tidak terdapatnya hal tersebut
selama periode review.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Perjanjian kesepakatan QA PT.AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site
dengan pemasok baik untuk bahan awal maupun bahan pengemas (QA agreement)
perlu ditinjau apakah pemasok tersebut memenuhi spesifikasi dan keperluan untuk
memperpanjang kesepakatan tersebut atau membuat kesepakatan yang belum ada,
atau mengakhiri perjanjian jika bahan tersebut sudah tidak digunakan lagi maupun
banyaknya kesalahan yang dilakukan pemasok. APR pada PT. AZI-Cikarang Site
mencantumkan perjanjian dan statusnya telah disetujui dan waktu terakhir QA
agreement tersebut valid serta rekomendasi untuk membuat QA agreement yang
belum ada/memutuskan kontrak untuk bahan yang telah tidak terpakai lagi atau
pemasok yang tidak memenuhi kualifikasi. Status kualifikasi dari peralatan dan
pelayanan pembuatan yang relevan (seperti HVAC, air, gas terkompresi, dan
lainnya) diperiksa setiap produksi lebih baik dibandingkan setiap produk dilihat
dari laporan kualifikasi. Dalam laporan kualiikasi tersebut tercantum kesimpulan
mengenai status kualifikasinya. Status kualifikasi ditinjau untuk menentukan
kebutuhan untuk rekualifikasi agar peralatan dan fasilitas yang digunakan dan
berdampak terhadap produk tetap memenuhi persyaratan sehingga mutu produk
tetap terjamin.
APR dapat juga ditambahkan kesimpulan dari laporan tren seperti sistem
air/pemantauan lingkungan (dimasukkan ke dalam bab 15 lainnya), keluhan
terhadap pemasok (dicantumkan dalam bab 15 apabila jumlah keluhan dari AZI
ke pemasok tersebut cukup banyak), perubahan utama dalam SOP, dan lainnya.
Pemantauan lingkungan yang dicantumkan ke dalam APR adalah ruangan yang
berdampak terhadap mutu produk seperti ruang bulk staging (ruang penyimpanan
sementara produk ruahan apabila line clearance belum selesai), ruang dispensing,
ruang pengemasan primer dan sekunder. Pemantauan lingkungan tersebut berupa
pengukuran jumlah mikroorganisme menggunakan metode contact plate dan
settle plate atau air sampler dan pengukuran jumlah partikel dengan particle
count yang dilakukan secara periodik sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
oleh PT. AZI-Cikarang Site. Pengukuran jumlah mikroorganisme menggunakan
dua cara karena mikroba terdapat di udara (menggunakan air sampler) dan
menempel pada permukaan (contact plate). Pemantauan lingkungan ini penting
untuk memastikan ruangan yang digunakan dalam proses produksi telah
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
26
Universitas Indonesia
memenuhi persyaratan. Selain pengemasan ulang, PT. AZI-Cikarang Site juga
melakukan pengemasan primer dan sekunder produk Inderal. Pengujian kemasan
berupa torque tester terhadap kemasan primer yang akan digunakan untuk
pengemasan produk Inderal tersebut harus dicantumkan dalam APR beserta
trendingnya.
APR di AZI memenuhi target menurunkan terjadinya keluhan produk,
pengembalian produk, dan penarikan kembali produk; meminimalkan resiko
rework atau reprocessing; meningkatkan hasil produksi; meningkatkan
komunikasi antara produksi, teknik, pengawasan mutu, pemastian mutu, dan
fungsi regulasi; melakukan pemeriksaan status validasi; serta pemuktahiran yield
limit.
4.2 Catatan Bets
Catatan bets merupakan ringkasan dari keseluruhan data-data dari proses
yang dilakukan untuk menghasilkan bets tersebut. Catatan bets berperan penting
dalam pembuatan APR karena sebagian besar data yang diperlukan tercantum
dalam catatan bets. Data-data tersebut terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
sistem sebelum memulai pembuatan APR agar pembuatan APR menjadi lebih
mudah dan meminimalkan kesalahan dalam pembuatan APR.
Catatan bets berawal dari bagian pemasaran menentukan produk dan
jumlah yang akan diproduksi kemudian disampaikan ke supply chain untuk
membuat daftar bahan-bahan yang dibutuhkan (Process Order Number/PON).
PON ditanda tangani oleh supply chain, produksi, dan QA. PON dibuat salinan
sebanyak dua buah yang diserahkan ke QA dan warehouse. QA bertugas untuk
menyiapkan catatan bets (nomor bets dari PON dan tanggal kadaluarsa dari
sertifikat analisa). Warehouse bertugas untuk menyiapkan material sesuai PON
dan diserahkan ke produksi dengan good transfer note. Produksi akan melakukan
pengecekan kesesuaian bahan dengan PON kemudian melakukan proses produksi
(pengemasan) sesuai dengan prosedur yang tertera pada catatan pengemasan bets
(Batch Packaging Record/BPR). Jika dalam proses pengemasan, ditemukan bahan
yang rusak akan dicatat oleh orang produksi, barang tersebut diserahkan ke
warehouse dan dilaporkan ke QA dengan form pengembalian material rusak.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Selama proses pengemasan, dilakukan pengujian selama proses oleh produksi
(setiap 30 menit) dan QC (awal, tengah, akhir) yang dicatat dalam BPR. Setelah
proses produksi selesai, dilakukan rekonsilisasi (pengecekan persentase yang
terpakai) dan hasilnya dicatat dalam BPR. Produksi akan membuat good transfer
note (good issue) dan form pengiriman produk jadi untuk menyerahkan produk
jadi ke warehouse. QC akan mengambil sampel dari produk jadi dan melakukan
pengujian kemudian hasilnya dicatat dalam final inspection of finished product.
Catatan bets terdiri dari Batch Packaging Record, PON, sertifikat analisa
yang disiapkan oleh QA, good transfer note, good transfer note (good issue),
form pengembalian material rusak, form permintaan tambahan material oleh
produksi, material receiving form disiapkan oleh warehouse, good receipt note
oleh warehouse, form pengiriman produk jadi, final inspection of finished
product, quality conformity unit, deviasi, dan rework/reprocessed BPR. Catatan
bets ditinjau oleh supervisor produksi, plant manager, dan QC supervisor
kemudian diluluskan/tidak oleh QA&SHE manager.
Ringkasan berupa identifikasi dari bets yang diproduksi selama periode
review (setahun) berupa nomor PON, nomor bets, tanggal pengemasan, persentase
hasil, dan status bets (diluluskan, ditolak, diolah/dikerjakan ulang) didapatkan dari
catatan bets. Kode bahan awal dan bahan pengemas serta adanya penyimpangan
tercantum dalam catatan bets. Hasil pengujian selama proses pengemasan
berlangsung tercatat dalam BPR.
4.3 Packaging Material Specification
Packaging Material Specification pada PT. AstraZeneca Indonesia-
Cikarang Site mencakup Master Formulae; Packing Configuration; spesifikasi
dan analysis sheet dari produk jadi, produk ruahan, bahan pengemas. Perubahan
pada Master Formulae; Packing Configuration; spesifikasi dari produk jadi,
produk ruahan, dan bahan pengemas harus tercantum dalam APR.
Master Formulae dan Packing Configuration menjelaskan bahan-bahan
yang digunakan dan produr dalam proses pengemasan yang dilakukan. Master
Formulae dan Packing Configuration mencakup nama bahan dan kode bahan
yang akan dicantumkan dalam bab 5 APR.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
28
Universitas Indonesia
Spesifikasi menjelaskan secara merinci mengenai persyaratan penerimaan
bahan baku, bahan pengemas, produk jadi, atau bahan lain yang digunakan selama
pembuatan. Spesifikasi ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengujian
kualitas dalam analysis sheet. Analysis sheet mencantumkan hasil pengujian untuk
setiap bahan sebelum diluluskan untuk dapat digunakan. Hasil pengujian dalam
analysis sheet untuk bahan-bahan yang digunakan dalam produksi produk yang
dihasilkan selama periode review dicantumkan dalam APR.
4.4 Studi Perbandingan APR
Annual Product Review di PT.AstraZeneca Indonesia telah memenuhi
persyaratan yang terdapat pada GMP dan CPOB. Pengkajian mutu produk telah
dilakukan secara berkala setiap tahun. Tujuan APR pada CPOB untuk
membuktikan konsistensi proses; kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan
pengemas, dan produk jadi; penyesuaian tren (perubahan) dengan tujuan
menentukan kebutuhan perubahan spesifikasi atau pembuatan atau kontrak sama
dengan yang tercantum dalam SOP Product Review Report dan telah menjadi
dasar dalam pembuatan APR pada PT. AstraZeneca Indonesia. PT.AstraZeneca
Indonesia telah melakukan evaluasi terhadap kajian; dokumentasi alasan tindakan
perbaikan; pengkajian aktivitas dan efektivitas prosedur manajemen seperti yang
tercantum dalam persyaratan CPOB. Pengkajian mutu produk mencakup kajian
bahan awal dan bahan pengemas; pengawasan selama proses dan hasil pengujian
produk jadi; semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi dan investigasinya;
kajian terhadap penyimpangan dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan
pencegahan; semua perubahan terhadap proses atau metode analisis; variasi yang
diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah disetujui termasuk
dokumen registrasi untuk prosedur ekspor; hasil pemantauan stabiitas dan segala
tren; semua produk kembalian, keluhan dan penarikan kembali termasuk
investigasinya; tindakan perbaikan proses/peralatan; komitmen pasca pemasaran;
status kualifikasi;serta kesepakatan teknis.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
29 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. APR merupakan pengkajian mutu produk setiap tahun yang bertujuan
menentukan kebutuhan perubahan spesifikasi produk, perubahan
terhadap proses pembuatan maupun pengujian, perubahan kontrak,
kebutuhan akan validasi maupun revalidasi suatu proses, dan
memanfaatkan peluang untuk melakukan perbaikan atau efisiensi.
b. APR disusun oleh QA staff dan QC supervisor; ditinjau oleh QA&SHE
supervisor dan plant manager; disetujui oleh site director; dan diluluskan
oleh QA&SHE manager. APR disusun dengan menggabungkan data-data
produk dari batch record, master formulae, packing configuration,
packaging material specification, laporan penyimpangan, APR
sebelumnya, catatan pengemasan bets yang digunakan untuk bets yang
terdapat dalam APR, QA agreement, analysis data sheet, dan laporan
kualifikasi. Selain penggabungan data diperlukan analisis terhadap
pengkajian mutu produk dengan data tersebut dan rekomendasi yang
diperlukan untuk selanjutnya.
c. APR AZI terdiri dari 15 bab dan tiga lampiran yang memenuhi cakupan
persyaratan dari CPOB dan GMP.
5.2 Saran
a. Data-data dari catatan bets tiap produk perlu dimasukkan ke dalam sistem
komputer secara berkala sekurang-kurangnya setiap dua bulan sehingga
data tidak menumpuk saat penyusunan APR agar penyelesaiannya lebih
cepat sebelum batas waktu yang ditetapkan memudahkan perancangan
strategi perbaikan dan pengembangan produk kedepannya
b. Data pengujian bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan dalam
sistem komputer perlu disusun dengan lebih sistematis agar penyusunan
APR menjadi lebih mudah dengan cara setelah pengujian terhadap bahan
awal dan bahan pengemas dilakukan, datanya diinput ke dalam sistem
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
30
Universitas Indonesia
komputer dibuat per produk dalam folder tahun pengujian bahan yang
dipakai untuk semua produk seperti sticker hologram dan askes dibuat
tersendiri dalam folder tahun pembuatan.
c. Beberapa hal sebaiknya ditambahkan dalam APR PT. AstraZeneca
Indonesia di antaranya gambar grafik yang menggambarkan hasil nyata
dari seluruh bets serta status dari proses dan validasi pembersihan
sehingga APR menjadi lebih lengkap menggambarkan keseluruhan proses
dan produk.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
31 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Astuti, Haryanti Diah (2013a). Complaint Management. Bekasi: PT. AstraZeneca
Indonesia.
Astuti, Haryanti Diah (2013b). Deviation Management. Bekasi: PT. AstraZeneca
Indonesia.
Astuti, Haryanti Diah (2013c). Out of Specification (OOS) Procedure (including
OOT) / Prosedur HULS termasuk HULT 2012. Bekasi: PT. AstraZeneca
Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Barazia, M. (2005). Be an Auditor: Find the Errors in This batch Record.
Madison area technical project.
Health Science Authority. (2013). Regulatory Guidance: Guidance Notes on
Product Quality Review. Singapura.
Pharmaceutical Inspection Convention/Pharmaceutical Inspection co-operation
Scheme. (2009). Guide to Good Manufacturing Practice for Medicinal
Products Part I. Geneva
Suryani, Mega Dewi (2013). Standard Operational Procedure: Product Review
Report. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
32
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Contoh APR AstraZeneca Indonesia
PRODUCT QUALITY REVIEW / ANNUAL PRODUCT REVIEW
FOR DRUG PRODUCT
BRICASMA RESPULES 2.5 mg/ml 10 Respules
MF-XXXX.YY
01st January 2013 – 31
st December 2013
Prepared by :
Date:
QA Staff
Prepared by :
Date:
QC Supervisor
Reviewed by :
Date:
QA and SHE Supervisor
Reviewed by :
Date:
Plant Manager
Approved by :
Date:
Site Director
Released by :
Date:
QA and SHE Manager
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Table of content
1 Summary and conclusion
2 Batches reviewed (approved and rejected)
3 Reprocessed & reworked batches
4 Review of the Summaries of the latest available Product Reviews
from bulk formulated products or drug product (for Packaging Site
of finished products)
5 Starting and Packaging Materials
6 Analytical Data
7 Changes
7.1 Changes - Test Method and/or Equipment (including microbial)
7.2 Changes – Manufacturing and/or packaging process
7.3 Changes – Excipients and packaging materials
7.4 Changes – Manufacturing/in-process control equipment,
systems and facilities
7.5 Changes – Specifications
7.6 Marketing Authorization variations
7.7 Post-marketing commitments
8 Stability data
9 Deviations
9.1 OOS results
9.2 Deviation reports
10 Complaints (Product Quality)
11 Recalls, Stock recoveries, Field Alerts
12 Returned and Salvaged goods
13 QA agreements
14 Qualification status of relevant Equipment and utilities
15 Other
Enclosure Pages Enclosure 1 Materials for Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 Respules 1
Enclosure 2 Starting material and packaging material 8
Enclosure 3 IPC Analytical data 5
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
34
Universitas Indonesia
1 Summary and conclusion
Time period and batches (approved and rejected) covered by the review
A total of X batches Bricasma Respules 2.5 mg/ml were packed from
period January 1st 2013 – December 31
st 2013. All of these batches were
released
Reprocessed & reworked batches
There was (total) reworked batch during the review period because
(reason)
Review of latest Summaries from Product Reviews from bulk formulated
products or drug product (for Finished Product Packaging site)
N/A
Starting and Packaging Materials
All batches of semi finished product and packaging material met
specification requirements and were released for use during review period.
Change of supplier from old supplier to new supplier was happened before
this review period.
Analytical Data
There were no OOS for finished product during this review period.
Changes
All change made during review period is to generate process
improvement, and all changes was in control during review period.
Stability Data
N/A
Deviations
There were (total) deviations during the review period due to
(investigation). The problems were (solved/not).
Complaints
There were no complaints during the review period
Recalls, Stock recoveries, Field Alerts
There were no recalls, stock recoveries or field alerts during the review
period
Returned and Salvaged goods
There were no returned and salvaged goods during the review period
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
35
Universitas Indonesia
QA agreement
QA agreement for packaging materials between AstraZeneca Indonesia
and PT. AAAA was initiated for hologram. QA agreement for hologram
was approved and still valid. There were no QA agreements semi finished
product with BBBB and packaging material with suppliers. We should
create QA agreements with BBBB and suppliers
Qualification status of relevant Equipment and Utilities
The required validation and qualification was conducted with scheduled
times and validated state of equipment was maintained during review
period.
Other
N/A
Reference to completion of recommendations from the previous review
This is the second review of Bricasma Respules 2.5 mg/ml at Cikarang site
Conclusion statement
A total of X batches Bricasma Respules 2.5 mg/ml were packed from
period January 1st 2013 – December 31
st 2013. All of these batches were
released
Recommendation for next review
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
36
Universitas Indonesia
2 Batches reviewed (approved and rejected)
Batches (with batch number) included in this report:
Product Name PON Batch
Number Packaging Date Yield
Bricasma Respules
2.5 mg/ml 10
Respules
AAAA BBBB DD MM YYYY C%
Batches reviewed Number of batches
Final dispositions during the period
Batches approved
Batches rejected
Batches rejected during the PR-period.
Batch No. Reason
N/A N/A
N/A N/A
Conclusion:
There were X batches packed during the review period. All of these batches were
released
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
37
Universitas Indonesia
3 Reprocessed & reworked batches
Has there been any reworked/reprocessed batches during the period x Yes No
Total number of reprocessed or reworked batches:N
Total number of batches reviewed: O
Percentage: N/Ox100%
Reprocessed and reworked batches during the PR-period.
Batch
No.
Reprocess/
Rework
Reason New
batch
identity
Final
disposition
HHHH Rework PPPP HHHHR Released
Conclusion: There was (total) reworked batch during the review period because PPPP
(reason).
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
38
Universitas Indonesia
4 Review of the Summaries of the latest available Product Reviews from
bulk formulated products or drug product (for Packaging Site of
finished products)
Product
Review Report
Ref
Products
included
Time period Adverse
trends/issues
identified
Yes/No
Actions taken
N/A N/A N/A N/A N/A
Conclusion:
N/A
5 Starting and Packaging Materials
Identify Starting and Packaging Material from new sources
Starting material/Packaging
Material
Old source New source
Bricanyl Respules 2.5 mg/ml
20xml
N/A SSSS
Carton Bricasma Respules 2.5
mg/1 ml
N/A IIIII
Leaflet Bricasma Respules 2.5
mg/1 ml
N/A EEEE
Pouch Sticker Bricasma Respules
2.5 mg/1 ml
PT. VVVV PT. QQQQ
Stiker hologram AZ N/A LLLLL
CBO Bricasma Respules 2.5/1 ml N/A FFFFF
Starting material/
Packaging Material
Key quality
parameter
Release results
con-sistently
meeting
specifi-cation
YES/NO
If NO what
follow-up
actions
needed
Comments on results
and trends. Give
reference to trend
charts
Bricanyl Respules
2.5 mg/ml 20xml
(Batch Number
BBBB)
KKKK, ZZZZ Yes N/A See enclosure 2
Carton Bricasma
respules 2.5
mg/1ml Material
Code GGGG
(Batch Number
KKKK, Packaging
RRRR, PPPPP Yes N/A See enclosure 2
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
39
Universitas Indonesia
Code WWW)
Leaflet Bricasma
Respules 2.5 mg/1
ml Material Code
UUUU (Batch
Number 3333,
Packaging Code
4444)
DWDW, GGJJ Yes N/A See enclosure 2
Pouch Sticker
Bricasma Respules
2.5 mg/1 ml
Material Code JJJJ
(Batch Number
1111, Packaging
Code 2222)
MMMM, JJJJJ Yes N/A See enclosure 2
CBO Bricasma
Respules 2.5 mg/1
ml Material Code
NFNF (Batch
Number 555)
TYTY, HNHN Yes N/A See enclosure 2
Hologram
Material Code
SCSC (Batch
Number 666)
FVFV, EDED Yes N/A See enclosure 2
Conclusion:
All batches of semi finished product and packaging material met specification
requirements and were released for use during review period. Change of supplier
from old supplier to new supplier was happened before this review period.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
40
Universitas Indonesia
6 Analytical Data
(include critical in-process controls)
The review of analytical data encompasses/Number of batches - X
Are all batches with dispositions reviewed during the
period represented in Enclosure 3 and table below?
x Yes
No
If not,
reason or comment
Batch No. Reason/Comment
Test Method
Requirements according
to specification and
critical in-process controls
No. of
deviating
results
Reference
or
comments
BPR-XXXX-ZZ
Check completeness
Quantity in 1 carton is
complete and sticker in
each pouch is complete
0/1
N/A
Check variable data Meet the specifications
and stick well and
correctly
0/1
N/A
BPR-XXXX-ZZ
Check completeness
Quantity in 1 carton is
complete and sticker in
each pouch is complete
0/X-1
N/A
Check variable data Meet the specifications
and stick well and
correctly
0/X-1
N/A
Conclusion:
There were no OOS for finished product during this review period.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
41
Universitas Indonesia
7 Changes
7.1 Changes - Test Method and/or Equipment (including microbial)
Test method/ Equipment ID-
number
nnnnnnn
nnnnnnn
nnnnnnu
mbernu
mber
Type of change Implementation
date N/A N/A N/A N/A
Comments : There were no change in the test method and/or equipment including
microbial test during this review period
7.2 Changes - Manufacturing and/or packaging process
Manufacturing/pack
aging process
ID-
number
Type of change Implementation date
Batch Packaging
Record
OCM xxx Change Batch Packaging
Record from version 04 to
version 05: change.......
DD MMM YYYY
Master Formulae OCM xxx Change Master Formulae from
version 03 to 04: change......
DD MMM YYYY
Packing
Configuration
OCM xxx Change Packing Configuration
from version 04 to version 05:
change......
DD MMM YYYY
Comments: Change made to revise document batch packaging record, master
formulae, and packing configuration because changing on material and format of
Batch Packaging record.
7.3 Changes - Excipients and packaging materials
Name of Excipient/packaging
material
ID-
number
Type of change Implementation
date Carton Bricasma Resp OCM xxxx Changing on material code
of Carton Bricasma Resp
DD MMM
YYY
Comments: Change in excpients and packaging materials because there are
changing on material code from different source of carton, leaflet, pouch sticker
Bricasma Resp and remove plakband and CBO label.
7.4 Changes - Manufacturing/in-process control equipment, systems and
facilities
Manufacturing/in-process
control equipment, systems
and facilities
ID-number Type of change Implementation date
N/A N/A N/A N/A
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
42
Universitas Indonesia
Comments: There were no changes in manufacturing/in-process control
equipment, system and facilities during the review period.
7.5 Changes - Specifications
Specification No ID-number Type of change Implementation
date
PMS-yyyy.zzz OCM xxx Change packaging material
specification from version 01 to 02:
Changing on material code of Carton
Bricasma Resp
DD MMM
YYYY
Comments : Change made because there were changing on material code of
carton, etc.
7.6 Marketing Authorization variations
Status:
Variations submitted in total: 0
Variations granted: 0
Variations refused: 0
Comments: No New Marketing Authorisation Variations were submitted during
the review period
7.7 Post-marketing commitments
Status:
Number of post-marketing commitments: 0
Fulfilled commitments: 0
Comments: No post marketing commitments during the review period
Conclusion: All change made during review period is to generate process
improvement, and all changes was in control during review period
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
43
Universitas Indonesia
8 Stability data
Summary and review of stability studies including a summary of stability
failures and any remedial actions are presented in Enclosure x.
N/A
Conclusion:
There were no stability data
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
44
Universitas Indonesia
9 Deviations
OOS results
Previous Review Actual Review
Total number OOS N/A N/A
Comment on trend within the review period and from previous review: N/A
Most common cause: N/A
Effectiveness of corrective and preventive actions taken
Comment on deviation trend analysis within the review period and from previous
review: N/A
Deviation reports
1. Deviation DIR-xx-yyy: found mix-up in batch packaging record Bricasma
Respules 2.5 mg/ml 10 resp. There was batch packaging record Xylocaine
2% 20 ml 5 Amp.
Total Number of deviation reports
Previous Review Actual Review
Total N/A 1
Number of level 1 deviations
N/A 0
Number of repeat level 1 deviations
N/A 0
Number of level 2 deviations
N/A 1
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
45
Universitas Indonesia
Classify and compare with previous period (number of deviations per category)
Root cause category
Previous Review Actual Review
Man 0 1
Machine
0 0
Method
0 3
Manufacturing
0 0
Material 0 0
Environment 0 0
Other
0 0
Comment on any trend within the review period and from previous review:
1. DIR-xx-yyy
Mix-up in batch packaging record Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp
BPR-IDNTASA 46-07. There was batch packaging record Xylocaine 2%
20 ml 5 Amp.
Impacted product is Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp BN BBBB
(PON AAAA). Packaging date: DD MMM YYYY.
Root cause :
Incorrect printed page after evaluation Master Batch Packaging Record
(BPR) Briscasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp by production personnel. He
was printed page 13-15 from Master BPR Xylocaine 2% 20 ml 5 Amp.
Corrective Action :
Revise Master BPR Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp and conduct
training Master new BPR Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp .
Preventive Action :
Review all Master BPR which used for production process.
Effectiveness of corrective and preventive actions taken for level 1 deviations
Comment on deviation trend analysis within the review period and from previous
review: N/A
Conclusion:
There was one deviation during the review period due to human problem. That
problem was solved.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
46
Universitas Indonesia
10 Complaints (Product Quality)
Has there been any complaints during the period? Yes X No
Total number (internal complaints included):N/A
Number of complaints closed:N/A
Any batches recalled from market as a result of a complaint? Yes X No
If Yes, reason:N/A
All complaints received and investigated during the PR-period are listed below or enclosed
Batch No. Reason for
complaint
Receiving date Root cause
Within AZ
control/Outside
AZ control*
Reference
no.
N/A N/A N/A N/A N/A
* Within AZ control means that investigation shows that the root cause is found
within AZ
Outside AZ control means that investigation shows that the root cause is found
outside AZ
Evaluate and comment on any trends within the PR period and from previous
review (numbers of complaints and category)
Previous Review Actual Review
Total number of complaints N/A N/A
Internal complaints N/A N/A
Category/Cause N/A N/A
Category/Cause N/A N/A
Category/Cause N/A N/A
Any remedial actions taken? Highlight.
N/A
Conclusion:
There were no complaints during the review period.
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
47
Universitas Indonesia
11 Recalls, Stock recoveries, Field Alerts
Has there been any recalls during the period? Yes x No
Batch No. Reason N/A N/A
N/A N/A
Has there been any Stock recoveries* during the period?
Yes x No
Batch No. Reason N/A N/A
N/A N/A
Has there been any Field Alerts* during the period (for US products)
only)? Yes x
No
Batch No. Reason N/A N/A
N/A N/A
Conclusion:
There were no recalls, stock recoveries or field alerts during the review period
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
48
Universitas Indonesia
12 Returned and Salvaged goods
Any Returned batches during the period? Yes x No
Total number Number of returns related to product quality deficiency N/A N/A
Most common cause: N/A
All returns received and investigated during the PR-period are listed below.
Batch No. Reason of return Receiving
date
Final disposition N/A N/A N/A N/A
N/A N/A N/A N/A
N/A N/A N/A N/A
N/A N/A N/A N/A
Any Salvaged* batches during the period? Yes x No
Total number Number of Salvaged batches related to product quality deficiency N/A N/A
Most common cause: N/A
All Salvaged batches received and investigated during the PR-period are listed
below.
Batch No. Reason Receiving
date
Final disposition N/A N/A N/A N/A
N/A N/A N/A N/A
N/A N/A N/A N/A
N/A N/A N/A N/A
* are drug products that may have been exposed to improper storage
conditions and therefore require to be investigated
Conclusion:
There were no returned and salvaged goods during the review period
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
49
Universitas Indonesia
13 QA agreements
Name of the
contractor
Reference
number
Comments
QAA PT
AstraZeneca
Indonesia-
Operations – PT.
AAAA
QAA-AAAA-01 QA agreement was approved in DD
MMM YYYY and still valid
Conclusion: QA agreement for packaging materials between AstraZeneca Indonesia and PT.
AAAA was initiated for hologram. QA agreement for hologram was approved and
still valid.
There were no QA agreements semi finished product with BBBB and packaging
material with suppliers. We should create QA agreements with BBBB and
suppliers
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014
50
Universitas Indonesia
14 Qualification status of relevant Equipment and Utilities
List qualification status of relevant equipment and utilities
- Qualification of HVAC AHU 04 was conducted on MM YYYY with
result Qualified
- Qualification of Scale for shipping box checking IND 780+KB60s2
Mettler Toledo + printer Zebra S4M (QU-031-01) was conducted on MM
YYYY with result need requalification due to additional Printer Zebra
S4M. After qualification process of Printer Zebra S4M, the printer was
qualified.
- Qualification of Bottle Line was conducted on MM YYYY with result
Qualified
Conclusion:
The required validation and qualification was conducted with scheduled times and
validated state of equipment was maintained during review period.
15 Other
N/A
Conclusion: N/A
Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014