ujian tengah semester material magnetik
DESCRIPTION
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCoQFjAC&url=https%3A%2F%2Fmuslimfisikaitebe.files.wordpress.com%2F2009%2F09%2Fu2-2003-with-solution.doc&ei=7mU0VdadJdSVuATS5YCoCw&usg=AFQjCNGRAtCDbpZl36a6_p6EDZRSepQ8kQ&sig2=LN6X2_Mqg18fdMtTkANkbAhttps://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCoQFjAC&url=https%3A%2F%2Fmuslimfisikaitebe.files.wordpress.com%2F2009%2F09%2Fu2-2003-with-solution.doc&ei=7mU0VdadJdSVuATS5YCoCw&usg=AFQjCNGRAtCDbpZl36a6_p6EDZRSepQ8kQ&sig2=LN6X2_Mqg18fdMtTkANkbATRANSCRIPT
-
1
Structural, magneik and electrical characterization of Mg-Ni nanocrystalline ferrite
prepared through egg-white prekursor M.A. Gabal
a,*,1, Y.M. Al Angari
a, H.M. Zaki
a,b
a Chemistry Departement, Faculty of Science, King Abdulaziz University, Jeddah, KSA
b Physics Departement, Faculty of Science, Zagazig University, Zagazig, Egypt
Resume Oleh:
Rachmad Almi Putra
NIM. 14 / 372362/ PPA /4674
Ferrit telah memiliki nilai ekonomi dalam dunia teknik dan bahan magnetic karena sifat fisik
yang sempurna. didalam jurnal ini membahas campuran ferrit MgNi dengan komposisi Mg0.5Ni0.5 Fe2O4
disusun dengan metode kopresitasi sampel disinterir pada temperature yang berbeda yang dikarakterisasi
menggunakan thermogravimetry (TGA) , XRD dan Teknik SEM. Magnetik histeris menunjukkan semua
sampel yang feromagnetik dan megnetisasi saturasi meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
sintering. Dari yang telah disebutkan diatas jelas bahwa sifat ferrit dari Mg-Ni sangat bergantung pada
komposisi kimianya selain itu bergantung juga pada metode pengolahan yang digunakan yang pada
akhirnya akan menyebabkan produksi sifat yang berbeda. Hal yang baru dari penelitian ini adalah
menggunakan putih telur sebagai prekursor yang murah, tidak beracun, ramah lingkungan dan efektif
dari segi biaya. Namun demikian tidak ditemukan satupun acuan literatur yang menghubungkan sifat
struktur dan magnetik Ni-Mg ferrit serbuk nano yang diperoleh menggunakan metode putih telur sebagai
prekursor. Oleh karena itu yang menjadi fokus pembahasan dalam jurnal ini meliputi proses sintesis,
struktur, sifat elektrik, dan magnetik nano kristal Ni1-xMgxFe2O4(x=0.0-1.0). Pengaruh subsitusi
magnesium pada sifat yang berbeda juga diselidiki dan dibahas.
Persiapan eksperimen dimulai dari preparasi sampel. Prekursor dari sampel ferrit yang disusun
menggunakan teknik metode putih telur. Dalam percobaan ini stoikiometri dari jumlah logam nitrat Mg
disiapkan untuk mensubsitusi Ni dengan komposisi: Ni1-xMgxFe2O4 ferrite (0 x 1) yang dicampur dengan putih telur yang baru diekstrak dan menghasilkan prekursor berbentuk gel yang diuapkan pada
800C sampai prekursor kering kemudian di kalsinasi didalam furnace pada suhu 500
0C selama 2 jam yang
kemudian disusun dan disimpan didalam dessicator.
Sampel dikarakterisasi dengan menganalisis termogravimetri (TG) dan analisis diferensial termal
(DTA) dilakukan pada preparasi prekursor yang dikarakterisasi dekomposisi termal hingga pembentukan
ferrite. percobaan dilakukan pada suhu udara 5 0C min
-1 menggunakan analisis termal Perkin Elmer.
Struktur kristal prekursor yang dikalsinasi di karakterisasi menggunakan sinar X , dimana morfologi
ferrite dipantau menggunakan mikroskop elektron yag ditransmisikan pada 100 kV . Sifat magnetik dari
sistem diukur pada suhu kamar menggunakan VSM. Kurva DTA TG dari prekursor berbentuk gel dengan konten Mg dari 0.3 ditunjukkan pada gambar 1.
Fig. 1. DTATG curves in air of gel-precursor with Mg-content of 0.3. Heating rate=5 0C min-1
Penelitian termal ini dilakukan untuk mengakarakterisasi dekomposisi telur sebagai prekursor
dan mengikuti proses pembentukan ferrit. Langkah ini ditandai dengan lahirnya puncak eksotermis dan
endotermis pada grafik dengan kisaran luas tertentu. Puncak endotermik dapat dikaitkan dengan
-
2
hilangnya air (dehidrasi) dari bagian telur dan awal dari putih telur terdegradasi. Puncak ini diikuti
dengan proses reaksi pembakaran eksotermik dimana fungsi telur sebagai bahan bakar dan nitrat sebagai
oksidan, sehingga terbentuklah ferrit. Selanjutnya tidak ditemukannya penurunan massa atau perubahan
panas setelah suhu 5200C menunjukkan ferrit telah terbentuk secara sempurna, dengan demikian suhu ini
diambil sebagai suhu kalsinasi yang tepat untuk pembentukan ferrit. Pola diffraksi sinar X dari seluruh
prekursor yang dikalsinasi pada suhu 5000C dipresentasikan pada gambar 2.
Semua difraktogram menunjukkan puncak karakteristik yang sesuai dengan bidang
(111),(220),(311),(400),(422),(511) dan (440) yang memberikan informasi yang jelas untuk
pembentukan fase spinel. Ukuran sampel rata rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus Scherrer.
Nilai yang diperoleh diberikan dalam tabel 1 ditemukan berada dikisaran 20-40 nm (tabel 1)
Penurunan bertahap dalam nilai-nilai panjang ikatan (tabel 1) sesuai dengan meningkatnya konten Mg
dapat dikaitkan dengan penurunan parameter kisi. Spektrum FTIR yang dihasilkan dari Ni1-xMgxFe2O4
tercatat pada kisaran 200-1000 cm-1
seperti yang ditunjukan pada
gambar 3
Pada gambar 3 tersebut menampilkan dua pita penyerapan
Fe3+
-O2-
yang memberikan informasi perengangan frekuensi untuk
semua karakteristik ferrospinel. Posisi pita frekuensi dilaporkan
didalam tabel 1. Pita frekuensi yang lebih tinggi (v1=581-588 cm-
1) dan frekuensi rendah pada (v2=407-428 cm
-1) yang
menggambarkan vibrasi logam-oksigen dalam site tetrahedral dan
oktahedral. Dari tabel tersebut terlihat bahwa dengan
meningkatnya konten Mg , maka band v2 yang bergeser kearah
frekuensi yang lebih tinggi, sementara v1 sedikit berubah. Perilaku
ini menunjukkan bahwa preferensi ion Mg2+
dalam kedudukan
oktahedral dan membatasi distribusi kation yang diharapkan.
Pergeseran kearah frekuensi yang lebih tinggi dapat dikaitkan
dengan pergeseran ion Fe3+
terhadap ion oksigen pada kedudukan
oktahedral.
-
3
Visualisasi dari TEM untuk serbuk Mg0.5Ni0.5Fe2O4 mempresentasikan (gambar 4) phenomena
agregasi nanokristal dimana pertumbuhan coalescement nucleous terjadi karena kecenderungan
nanopartikel untuk mengurangi area dangkal dan mencapai energi bebas yang rendah. Alasan lain dapat
disebabkan oleh interaksi magnetostatis antara partikel magnetik atau proporsi nanopartikel magnet
permanen didalam volume.
Histerisis loop untuk Ni1-xMgxFe2O4 ditunjukkan pada gambar 5 . histeris loop ini menjelaskan sifat
ferrimagnetik pada sampel yang disintesis. Nilai saturasi (Ms), Magnetisasi remanen (Mr) dan koersivitas
(Hc) telah ditetapkan dari data hysterisis dan dilaporkan didalam tabel 2. Ketergantungan komposisi
kejenuhan magnetisasi dan koersivitas diilustrasikan pada gambar 6. Yang menunjukkan bahwa kedua
magnetisasi dan koersivitas menurun dengan meningkatnya Mg Konten. Magnetisasi saturasi diperoleh
untuk selurh ferrit yang ditinjau dari kedua ujungnya ( NiFe2O4 dan MgFe2O4). Hal ini dikaitkan dengan
karakteristik berukuran nanopartikel yang diperoleh memiliki ukuran permukaan yang lebih besar
terhadap volume dan berotasi cenderung miring. Selain itu perbedaan dalam distribusi kation muncul
karena persiapan yang berbeda tidak dapat diabaikan. Momen magnetik (B) dapat dihitung dari data histerisis menggunakan magnetisasi saturasi dan berat molekul sampel yang berbeda. Data yang diperoleh
dilaporkan didalam tabel 2 menunjukkan penurunan yang jelas dalam nilai nilai magnetisasi dan momen
magnetik seiring dengan penambahan magnesium yang diharapkan karena ion Mg2+
dengan nol magnetik
moment menggantikan ion Ni2+
dengan magnetik moment 2.3 BM pada site oktahedral. Keadaan ini
didukung oleh peningkatan parameter kisi dan peningkatan peregangan pita frekuensi (v2).
Variasi yang diperoleh dari B dengan komposisi dapat dijelaskan atas dua model dasar
sublattice Neel tentang ferrimagnetism. Dalam
model ini magnetisasi bersih B(x) pada BM dapat dihitung menggunakan persamaan B(x)=MB(x)-MA(x) dimana MA dan MB merupakan momen
magnet dari sublattice site A dan B, masing masing
nilai diperoleh lebih tinggi dari moment magnetik
Neel yang B(x) daripada B (tabel 2) hal ini dapat dikaitkan dengan peningkatan interaksi pertukaran
site B terhadap site A. Perubahan medan terjadi pada
ukuran magneto kristal anistropi, sehingga
-
4
penurunan koersivitas dengan meningkatnya kadar Mg dapat dikaitkan dengan penurunan magneto kristal
anistropi oleh subsitusi Mg. magneto kristal anistropi ion Mg2+
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
anisotropi ion Ni2+
sehingga koersivitas menurun dengan meningkatnya konten Mg. dalam jurnal ini juga
membahas sifat elektrik dari komposisi dimana ketergantungan suhu konduktivitas AC sebagai frekuensi
yang berfungsi untuk semua komposisi ditunjukkan pada gambar 7.
Dari gambar dapat memberikan informasi dimana konduktivitas menurun seiring dengan
meningkatnya suhu. Perilaku logam yang diamati secara jelas dalam sampel Mg konten hingga x=0.3 dan
menurun secara bertahap dengan subsitusi berturut turut. Perilaku yang tidak biasa ini dapat dijelaskan
berdasarkan jarak antara ion Ni2+
lebih kecil dari ion site B. Pada NiFe2O4 site B Fe2+
-Fe3+
mengalami
pemisahan yang terletak dibawah nilai kritis tertentu sedangkan konduktivitas hampir mirip pita dapat
terjadi selain perpindahan elektron. Plot khas konduktivitas-ac listrik Vs frekuensi sebagai fungsi
temperatur dapat dilihat pada gambar 8.
-
5
Pada gambar 8 menunjukkan trend peningkatan bertahap pada suhu rendah, sementara pada suhu yang
lebih tinggi juga diperlihatkan perilaku hampir linier. Hal ini menjelaskan mengapa konduktivitas
tergantung pada suhu yang frekuensi lebih tinggi (gambar 7). Peningkatan linier konduktivitas dengan
meningkatnya frekuensi dapat dijelaskan berdasarkan pembawa muatan antara satu tempat ketempat yang
lain. Dengan kata lain meningkatnya frekuensi elektron melompat antara pembawa muatan dapat
meningkatkan konduktivitas. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan kemiringan
konduktivitas dengan meningkatnya suhu dapat disebabkan oleh perubahan mekanisme konduksi dari
mekanisme harap polaron. Energi aktivasi dihitung pada frekuensi 2 MHz untuk dua daerah berbeda (E1
dan E2) masing masing dilaporkan pada tabel 2. Secara umum energi aktivasi didaerah suhu yang lebih
rendah daripada diwilayah suhu tinggi. Pada gambar 9 memberikan informasi plot konstanta dielektrik vs
frekuensi sebagai fungsi temperatur, untuk Ni0.3Mg0.7Fe2O4ferrit. Penurunan bertahap dalam nilai nilai konstanta dielektrik dengan meningkatnya frekuensi mencerminkan perilaku bahan dielektrik polar. Pada
pertukaran elektron antara Fe2+
dan Fe3+
tidak bisa mengikuti medan balik pada frekuensi yang lebih
tinggi. Variasi ini menunjukkan dispersi karena jenis Maxwell-Wanger memiliki interface sesuai dengan
teori fenomenologis Koop. Dengan meningkatkan frekuensi, dipol tidak bisa mengikuti arah medan dan
perilaku ini dapat mengatasi perilaku termal. Nilai yang tinggi dari konstanta dielektrik diperoleh pada
frekuensi rendah dapat dijelaskan berdasarkan teori Koops fenomenologis.
Kesimpulan
Penelitian ini berhasil menyiapkan satu fase ferit Ni-Mg nano kristal dengan berbagai konten Mg melalui
metode putih telur. Mengungkapkan stuktur spinel untuk semua komposisi menggunakan XRD .
Kenaikan parameter kisi menyebabkan X-Ray melemah dengan meningkatnya Mg Konten hal ini
disebabkan karena peningkatan jari jari ionik dan penurunan berat masing masing atom. Distribusi kation
diperkirakan memiliki pengaruh yang signifikan pada struktur, sifat kelistrikan dan magnetisasi dengan
mengsubsitusi konten Mg. pengukuran histerisis menunjukkan bahwa nilai magnetisasi saturasi dan
koersivitas sangat bergantung pada pengenceran magnetik oleh ion Mg2+
. Pada sampel yang diteliti suhu
konduktivitas ac tergantung pada perubahan dalam mekanisme konduksi Paralon seiring dengan
meningkatnya suhu. Konduktivitas berkurang seiring dengan meningkatnya Mg Konten.