uji aktivitas antioksidan sediaan teh celup …

19
1 UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP KOMBINASI RIMPANG KAPULAGA (Amomum cardamomum) DAN AKAR ALANG- ALANG (Imperata cylindrica) DENGAN METODE PEREDAMAN RADIKAL DPPH Freddy Hutama Ekaputra, Katrin, Rissyelly Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Saat ini telah banyak dikembangkan produk antioksidan, salah satunya produk teh herbal (herbal tea). Banyak tanaman di Indonesia yang memiliki potensi akan antioksidan yang baik bagi tubuh, namun belum dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat Indonesia, salah satu diantaranya ialah kapulaga dan alang-alang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh aktivitas antioksidan sediaan teh dari kombinasi rimpang kapulaga dan akar alang- alang yang telah distandarisasi, dengan menggunakan metode peredaman radikal DPPH. Berdasarkan penapisan fitokimia yang telah dilakukan sebagai bagian dari standarisasi, diketahui bahwa rimpang kapulaga (Amomum cardamomum Willd.) memiliki kandungan flavonoid dan saponin, sedangkan akar alang-alang (Imperata cylindrica) mengandung flavonoid. Berdasarkan uji aktivitas antioksidan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai IC 50 seduhan teh celup akar alang-alang (466,761 μg/mL) lebih baik dibandingkan IC 50 seduhan teh celup rimpang kapulaga (482,698 μg/mL). Teh celup kombinasi rimpang kapulaga dan akar alang-alang memberikan aktivitas antioksidan terbaik pada perbandingan 3 : 7, dengan nilai IC 50 sebesar 385,437 μg/mL. Kata Kunci : Alang-alang; Amomum cardamomum; Antioksidan; DPPH; Imperata cylindrica; Kapulaga. Abstract Today, many antioxidants product has been developed a lot, one of them is herbal tea. Many plants in Indonesia, which have the potential of antioxidants that are good for the body, but have not been widely used by Indonesian people, one of them is the cardamom and imperatae. This study was purposed to get a tea preparation from cardamom rhizome and imperatae radix combination which was standardizated, by DPPH free radical scavenging method. Based on screening which has been carried out as part of the standardization, it has been shown that cardamom rhizome (Amomum cardamomum) tea preparation contain flavonoid and saponin, and imperatae radix (Imperata cylindrica) tea only contain flavonoid. From the antioxidant assay, the IC 50 of imperatae rizhome water extract (466,761 μg/mL) was better than IC 50 of cardamom rhizome water extract (482,698 μg/mL). The tea preparation of cardamom rhizome and imperatae radix combination with the highest antioxidant activity has found on 3:7, with IC 50 385,437 μg/mL. Keywords : Amomum cardamomum; Antioxidant; Cardamom; DPPH; Imperata cylindrical; Imperatae. Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

1

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP KOMBINASI

RIMPANG KAPULAGA (Amomum cardamomum) DAN AKAR ALANG-

ALANG (Imperata cylindrica) DENGAN METODE PEREDAMAN

RADIKAL DPPH

Freddy Hutama Ekaputra, Katrin, Rissyelly

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Saat ini telah banyak dikembangkan produk antioksidan, salah satunya produk teh herbal (herbal tea). Banyak

tanaman di Indonesia yang memiliki potensi akan antioksidan yang baik bagi tubuh, namun belum dimanfaatkan

secara luas oleh masyarakat Indonesia, salah satu diantaranya ialah kapulaga dan alang-alang. Penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh aktivitas antioksidan sediaan teh dari kombinasi rimpang kapulaga dan akar alang-

alang yang telah distandarisasi, dengan menggunakan metode peredaman radikal DPPH. Berdasarkan penapisan

fitokimia yang telah dilakukan sebagai bagian dari standarisasi, diketahui bahwa rimpang kapulaga (Amomum

cardamomum Willd.) memiliki kandungan flavonoid dan saponin, sedangkan akar alang-alang (Imperata

cylindrica) mengandung flavonoid. Berdasarkan uji aktivitas antioksidan yang telah dilakukan, dapat diketahui

bahwa nilai IC50 seduhan teh celup akar alang-alang (466,761 µg/mL) lebih baik dibandingkan IC50 seduhan teh

celup rimpang kapulaga (482,698 µg/mL). Teh celup kombinasi rimpang kapulaga dan akar alang-alang

memberikan aktivitas antioksidan terbaik pada perbandingan 3 : 7, dengan nilai IC50 sebesar 385,437 µg/mL.

Kata Kunci : Alang-alang; Amomum cardamomum; Antioksidan; DPPH; Imperata cylindrica;

Kapulaga.

Abstract

Today, many antioxidants product has been developed a lot, one of them is herbal tea. Many plants in Indonesia,

which have the potential of antioxidants that are good for the body, but have not been widely used by Indonesian

people, one of them is the cardamom and imperatae. This study was purposed to get a tea preparation from

cardamom rhizome and imperatae radix combination which was standardizated, by DPPH free radical

scavenging method. Based on screening which has been carried out as part of the standardization, it has been

shown that cardamom rhizome (Amomum cardamomum) tea preparation contain flavonoid and saponin, and

imperatae radix (Imperata cylindrica) tea only contain flavonoid. From the antioxidant assay, the IC50 of

imperatae rizhome water extract (466,761 µg/mL) was better than IC50 of cardamom rhizome water extract

(482,698 µg/mL). The tea preparation of cardamom rhizome and imperatae radix combination with the highest

antioxidant activity has found on 3:7, with IC50 385,437 µg/mL.

Keywords : Amomum cardamomum; Antioxidant; Cardamom; DPPH; Imperata cylindrical;

Imperatae.

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 2: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

2

1. Pendahuluan

Indonesia kaya akan berbagai keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk

dikembangkan sebagai obat atau bahan baku obat. Kebanyakan masih belum dieksplorasi dan

sangat potensial untuk sumber obat. Sebanyak 77% dari hasil penelitian tumbuhan tersebut

lebih didasarkan dari penggunaannya secara tradisional (Cordell, 2000).

Senyawa kimia yang terkandung dalam suatu tanaman memegang peranan penting

dalam menunjang kegunaan tanaman tersebut, khususnya sebagai tanaman obat. Senyawa

kimia tersebut memiliki bermacam-macam kegunaan, salah satunya ialah sebagai penangkal

radikal bebas (Suradikusumah,1989).

Radikal adalah suatu molekul yang kehilangan elektron sehingga molekul tersebut

menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel lain.

Radikal bebas yang mengambil elektron dari sel tubuh manusia dapat menyebabkan

perubahan struktur DNA sehingga timbullah sel-sel mutan. Bila perubahan DNA ini terjadi

bertahun-tahun, maka dapat menjadi penyakit yang mematikan. Contoh penyakit yang sering

dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan jantung dan kanker (Elvina, 1997). Tubuh

manusia sebenarnya dapat menghasilkan antioksidan, tetapi jumlahnya seringkali tidak cukup

untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh, untuk itu dibutuhkan

antioksidan dari luar untuk memperkuat tubuh.

Antioksidan merupakan senyawa yang mendonasikan satu atau lebih elektron kepada

senyawa oksidan, kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil.

Beberapa antioksidan dapat dihasilkan dari produk alami seperti dari rempah, herbal, sayuran,

dan buah. Salah satu produk sediaan antioksidan yang berkembang saat ini ialah teh herbal

(herbal tea) yang cukup terkenal di kalangan masyarakat.

Saat ini penggunaan teh berkembang menjadi suatu produk sediaan yang biasa disebut

sebagai teh herbal. Pada umumnya, teh herbal lebih dikenal di masyarakat karena khasiat

antioksidan yang terkandung di dalamnya. Ironisnya, masih banyak tanaman di Indonesia

yang memiliki potensi akan antioksidan yang baik bagi tubuh, namun belum dimanfaatkan

secara luas oleh masyarakat Indonesia. Beberapa diantaranya ialah kapulaga dan alang-alang.

Tanaman kapulaga (Amomum cardamomum) diketahui masyarakat selama ini sebagai

bumbu masak dan campuran jamu. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kapulaga

memiliki khasiat sebagai antioksidan, terutama pada buah dan rimpangnya. Hal ini

dikarenakan di dalam buah kapulaga terkandung senyawa yang mampu menghilangkan,

membersihkan, dan menghambat pembentukan senyawa oksigen reaktif. Diketahui pula dari

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 3: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

3

penelitian terkini bahwa rimpang kapulaga mengandung saponin, flavonoid dan juga

polifenol, yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan IC50 sebesar 3,86 mg/mL

melalui metode TBA (Ikawati, 2012).

Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan sejenis rumput berdaun tajam yang

termasuk ke dalam famili tumbuhan Gramineae atau Poaceae. Tumbuhan ini tumbuh liar

dimana saja tanpa dimanfaatkan dan lebih sering dianggap sebagai tanaman pengganggu.

Padahal, tanaman ini memiliki banyak khasiat. Akar, rimpang dan bunga alang-alang adalah

bagian yang bisa digunakan untuk pengobatan yang sudah terbukti di masyarakat, salah

satunya ialah sebagai antioksidan. Ada banyak kandungan kimia yang terdapat pada alang-

alang, salah satunya adalah senyawa flavonoid yang mempunyai peran sebagai antioksidan

(Pratt dan Hudson, 1990). Bahkan, telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai

kemampuan dari ekstrak campuran alang-alang dan tanaman lidah ular (dengan

perbandingan 50 : 50) dalam meredam radikal bebas asam linoleat dengan persen inhibisi

sebesar 65,96% (Nurmuhaimina et al., 2009).

Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat suatu sediaan teh dari kombinasi

rimpang kapulaga dan akar alang-alang yang terstandarisasi dan dilakukan uji antioksidan

terhadap sediaan teh tersebut dengan metode peredaman radikal DPPH. Penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh sediaan teh herbal kombinasi rimpang kapulaga dan akar alang-

alang dari bahan yang terstandarisasi dan memiliki aktivitas antioksidan, sehingga dapat

mempermudah masyarakat di Indonesia dalam memperoleh minuman berkhasiat antioksidan.

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Antioksidan

Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat secara signifikan mencegah atau

menunda proses oksidasi senyawa lain yang mudah teroksidasi walaupun dengan konsentrasi

rendah (Halliwell, 1995). Disebut antioksidan karena zat tersebut dapat melawan proses

oksidasi dari senyawa lain yang mudah terksidasi. Senyawa yang mudah teroksidasi tersebut

dapat berupa makanan maupun material biologis seperti karbohidrat, DNA, lemak, dan

protein (Wanasundara & Shahidi, 2005).

Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh senyawa metabolit sekunder tanaman dapat

berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang dapat melindungi diri dari penyakit

aterosklerosis, hipertensi, oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL), dan beberapa penyakit

kanker lainnya (Akagawa, 2001).

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 4: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

4

Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan sel yang disebabkan

spesies oksigen reaktif (ROS), mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif, serta

mampu menghambat peroksidase lipid pada makanan (Kuncahyo, 2007). Selain itu, aplikasi

antioksidan secara topikal memiliki efek memperlambat penuaan kulit dan efek fotoprotektif

terhadap radiasi sinar ultraviolet, baik UV-A, maupun UV-B, yang dapat merusak kulit

(Dreher & Maibach, 2001).

2.3 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Peredaman Radikal DPPH

Senyawa yang digunakan sebagai model dalam mengukur daya penangkap radikal

bebas adalah DPPH (2,2-Difenil-1-pikrilhidrazil). Kemampuan suatu senyawa atau sampel uji

untuk menangkap radikal DPPH merupakan suatu indikasi bahwa senyawa atau sampel uji

tersebut beraktivitas sebagai antioksidan (Rohman et al., 2009).

Prinsip yang digunakan pada metode ini adalah reduksi larutan metanol radikal DPPH

yang berwarna akibat donasi proton oleh penghambat radikal (antioksidan) kepada radikal

DPPH. Dengan kata lain, adanya donor proton dari penghambat radikal (antioksidan)

menyebabkan radikal DPPH (berwarna ungu) menjadi senyawa non radikal DPPH yang

berwarna kuning pucat atau tidak berwarna dengan absorbansi yang berkurang dari

sebelumnya disebabkan karena adanya gugus pikril (Molyneux, 2004). Dengan demikian,

aktivitas penangkapan radikal dapat dihitung dari peluruhan radikal DPPH. Pada jangka

waktu tertentu DPPH yang tersisa tersebut diukur serapannya secara spektrofotometri pada

panjang gelombang optimum. DPPH radikal dapat memberikan serapan pada kisaran panjang

gelombang 515-520 nm (Bandoniene et al., 2002). Aktivitas antioksidan tersebut selanjutnya

dinyatakan sebagai Effective Concentration 50 (EC50) atau IC50 (Molyneux, 2004).

IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel (µg/mL) yang

mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%, dimana semakin kecil nilai IC50 berarti

semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai

antioksidan sangat kuat jika memiliki nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 50-100

ppm, sedang untuk IC50 bernilai 100-150 ppm, dan lemah pada IC50 151-200 ppm (Blois,

1958).

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 5: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

5

3. Metode Penelitian

3.1 Alat

Pada penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut: rotary evaporator (Butchi),

oven, timbangan analitik (Acculab dan Sartorius BP 221), alat vortex (Health H-VM-300

Touch), penangas air (Lab-Line), oven (Jumo), alat spektrofotometer UV-Vis (Jasco V-530),

kuvet (Merck), blender, alat refluks, alat-alat gelas, dan kertas kantung teh.

3.2 Bahan

3.2.1 Bahan Uji

Rimpang kapulaga (Amomum cardamomum) dan akar alang-alang (Imperata

cylindrica) segar dikumpulkan dan dikeringkan langsung dari kebun Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) Cimanggu, Bogor, Indonesia. Setelah dikumpulkan,

dilakukan determinasi tanaman di Herbarium Bogoriense, LIPI, Cibinong, Indonesia.

3.2.2 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah metanol p.a (Merck);

aquadest; lempeng KLT (E. Merck 05554); Reagen AlCl3 10% sebagai penampak noda pada

KLT; aquadest; HCl P (Merck); asam asetat anhidrat; aseton; asam sulfat P; Mayer LP;

Dragendorff LP; Bouchardat LP; 2,2-Difenil-1-pikrilhidrazil (Sigma-Aldrich); dan kuersetin

(Sigma-Aldrich).

3.3. Cara Kerja

3.3.1 Penyiapan Serbuk Simplisia

Rimpang kapulaga segar dan alang-alang dikumpulkan dan dikeringkan di kebun

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Cimanggu, Indonesia, dengan

prosedur sebagai berikut : Rimpang kapulaga dan alang-alang yang diperoleh ditimbang,

selanjutnya dilakukan pencucian dengan air bersih, lalu dikeringkan pada suhu ruang (27oC)

selama lima hari. Kemudian, dilakukan proses pembuatan serbuk dari rimpang kapulaga dan

alang-alang kering dan dilakukan pengeringan menggunakan oven pada suhu 40o C selama

satu jam. Proses pembuatan serbuk dilakukan dengan menggunakan alat penggiling hingga

didapat serbuk berukuran 20 mesh. Serbuk yang telah diayak tersebut ditimbang.

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 6: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

6

3.3.2 Standarisasi Simplisia

Standarisasi simplisia terdiri dari dua bagian, yaitu standarisasi simplisia yang bersifat

non-spesifik dan spesifik. Standarisasi non-spesifik simplisia yang dilakukan pada rimpang

kapulaga dan akar alang-alang antara lain adalah menetapkan persentase kadar ekstrak total /

rendemen, penetapan kadar air, kadar abu total dan kadar abu tak larut dalam asam.

Sedangkan, untuk karakterisasi spesifik simplisia yang dilakukan adalah penetapan kadar sari

yang terlarut dalam air, kadar sari yang terlarut dalam etanol, pengujian organoleptis, pola

kromatogram, identifikasi golongan senyawa kimia, dan penetapan kadar flavonoid.

3.3.2.1 Kadar Air

Simplisia dikeringkan pada suhu 105oC selama satu jam dan ditimbang. Lanjutkan

pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-

turut tidak lebih dari 0,25% (Ditjen POM, 2000).

3.3.2.2 Kadar Abu Total

Sebanyak dua sampai tiga g simplisia ditimbang saksama, kemudian dimasukkan ke

dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara, lalu diratakan. Krus yang

berisi ekstrak dipijar perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, lalu dilakukan proses

penimbangan. Jika arang tidak dapat dihilangkan, maka dapat ditambahkan air panas, lalu

disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa dan kertas saring dipijar dalam krus yang sama.

Kemudian, filtrat dimasukkan ke dalam krus, lalu diuapkan dan dipijar hingga bobot tetap,

lalu ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen

POM, 2000).

3.3.2.3 Kadar Abu yang Tak Larut dalam Asam

Abu yang diperoleh pada Penetapan Kadar Abu, dididihkan dengan 25 mL asam

klorida encer P selama 5 menit. Lalu, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan dan

disaring melalui kaca masir atau kertas saring bebas abu. Kemudian, dicuci dengan air panas,

dilakukan pemijaran hingga bobot tetap, dan ditimbang. Kadar abu yang tak larut dalam asam

dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 2000).

3.3.2.4 Uji Kadar Sari yang Terlarut dalam Pelarut Air

Sejumlah 5,0 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air

kloroform LP menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam

pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Lalu disaring dan 20 mL filtrat yang didapat

diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Residu

dipanaskan pada suhu 105o C hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen senyawa yang

larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Ditjen POM, 2000).

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 7: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

7

3.3.2.5 Uji Kadar Sari yang Terlarut dalam Pelarut Etanol

Sejumlah 5,0 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol

(95%) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan

kemudian dibiarkan selama 18 jam. Proses penyaringan dilakukan dengan cepat untuk

menghindari adanya penguapan etanol, kemudian 20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam

cawan dangkal berdasarkan rata yang telah ditara. Residu dipanaskan pada suhu 105oC hingga

bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen senyawa yang larut dalam etanol (95%), dihitung

terhadap ekstrak awal (Ditjen POM, 2000).

3.3.2.6 Uji Kandungan Flavonoid secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pola kromatogram secara KLT pada

seduhan teh celup rimpang kapulaga dan akar alang-alang yang dibuat menjadi ekstrak kental.

Umumnya dibuat kromatogram pada lempeng silika gel dengan berbagai jenis fase gerak

sesuai dengan golongan kandungan kimia sebagai sasaran analisis. Evaluasi dapat dilakukan

dengan dokumentasi foto hasil pewarnaan lempeng kromatografi dengan pereaksi yang sesuai

(Ditjen POM, 2000).

3.3.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia

3.3.3.1 Identifikasi Alkaloid

Ekstrak seduhan teh celup 10 mg dilarutkan dengan 10 mL campuran air suling dan

HCl 2 N (9:1), dipanaskan selama 2 menit. Selanjutnya disaring dan 1 mL filtrat digunakan

sebagai larutan percobaan yang selanjutnya dilakukan sebagai berikut :

a. Ditambahkan 2 tetes Bouchardat LP. Hasil positif dengan terbentuk endapan coklat

sampai hitam.

b. Ditambahkan 2 tetes Mayer LP. Hasil positif dengan terbentuk endapan menggumpal

berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol.

c. Ditambahkan 2 tetes Dragendorf LP. Hasil positif terbentuk endapan jingga coklat

(Departemen Kesehatan RI, 1995).

3.3.3.2 Identifikasi Flavonoid

Sebanyak 10 mg ekstrak seduhan teh celup ditambahkan 4 mL etanol 95% hingga

ekstrak larut.

a. 2 mL larutan uji ditambahkan 0,5 g serbuk seng, kemudian ditambahkan 2 mL HCl 2N,

didiamkan 1 menit. Kemudian ditambahkan 10 tetes HCl pekat P. Dikocok perlahan,

kemudian didiamkan 2-5 menit. Terbentuk warna merah intensif (positif flavonoid).

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 8: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

8

b. 2 mL larutan uji ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium. Kemudian ditambahkan 10 tetes

HCl pekat P. Dikocok perlahan. Terbentuk warna merah jingga hingga merah ungu

(positif flavonoid) atau kuning jingga (flavon, kalkon, auron).

Ekstrak ditambahkan aseton, dilarutkan. Kemudian ditambahkan sedikit serbuk halus asam

borat dan asam oksalat, dipanaskan hati-hati dan hindari pemanasan berlebihan. Kemudian

ditambahkan 10 mL eter. Diamati dengan sinar ultraviolet 366 nm. Larutan akan

berfluoresensi kuning intensif (positif flavonoid) (Departemen Kesehatan RI, 1995).

3.3.3.3 Identifikasi Sterol/Terpen

Sebanyak 10 mg ekstrak digunakan untuk reaksi Liebermann-Bouchard. Sebanyak 5

mL larutan eter diuapkan di dalam cawan penguap, kemudian ke dalam residu ditambahkan 2

tetes asam asetat anhidrat, kemudian tambahkan lagi 1 tetes asam sulfat pekat. Filtrat

mengandung sterol/ terpen apabila terbentuk warna merah-hijau-violet-biru (Departemen

Kesehatan RI, 1995).

3.3.3.4 Identifikasi Tanin

Sebanyak 10 mg ekstrak seduhan teh celup ditambahkan 15 mL air panas, kemudian

panaskan hingga mendidih selama 5 menit. Disaring dan diambil filtratnya.

a. Ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1 % menghasilkan warna hijau violet.

b. Ditambahkan beberapa tetes gelatin membentuk endapan putih.

c. Dijenuhkan dengan Na asetat + FeCl3 1% menghasilkan warna biru tinta atau hitam,

menunjukkan adanya tanin galat (Departemen Kesehatan RI, 1995).

3.3.3.5 Identifikasi Saponin

Sebanyak 10 mg ekstrak ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan kemudian

dikocok kuat-kuat selama 10 detik, kemudian didiamkan selama kurang lebih 10 menit.

Terbentuk buih yang mantap setinggi 1 hingga 10 cm. Pada penambahan 1 tetes HCl 2N buih

tidak hilang (Departemen Kesehatan RI, 1995).

3.3.3.6 Identifikasi Glikosida

Sebanyak 10 mg ekstrak ditambahkan 20 mL etanol 70%, kemudian ditambahkan 25 mL air

dan 25 mL timbal (II) asetat 0,4M, dikocok, didiamkan selama 5 menit dan saring. Filtrat

disari tiga kali, tiap kali dengan 20 mL campuran (3:1) kloroform P dan isopropanol.

Kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring dan diuapkan pada suhu tidak

lebih dari 50oC. Sisa dilarutkan dengan 2 mL metanol.

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 9: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

9

a. Larutan percobaan sebanyak 1 mL diuapkan hingga kering, sisanya ditambahkan 20 tetes

asam asetat anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P. Hasil positif terbentuknya warna biru /

hijau.

b. Larutan percobaan sebanyak 1 mL diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dengan 2

mL air dan 5 tetes Mollisch LP. Kemudian ditambahkan dengan hati-hati 2 mL asam

sulfat P. Hasil positif terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas cairan (Reaksi

Molisch) (Departemen Kesehatan RI, 1995).

3.3.3.7 Identifikasi Kuinon dan Antrakuinon

Sebanyak 10 mg ekstrak kental ditambahkan 10 mL air panas. Kemudian dipanaskan

hingga mendidih selama 5 menit. Filtrat disaring. Kedalam 5 mL filtrat ditambahkan beberapa

tetes larutan NaOH 1N, terbentuk warna merah (positif kuinon).

Sebanyak 10 mg ekstrak dilarutkan dengan 5 mL H2SO4 2N, dipanaskan sebentar

kemudian didinginkan. Ditambahkan 10 mL benzen P, dikocok, didiamkan. Lapisan benzena

dipisahkan, disaring, filtrat berwarna kuning menunjukkan adanya antrakuinon. Lapisan

benzena dikocok dengan 1 mL sampai 2 mL NaOH 2N, didiamkan, lapisan air berwarna

merah intensif dan lapisan benzena tidak berwarna (Departemen Kesehatan RI, 1995).

3.3.4 Penetapan Kadar Flavonoid

Prosedur penetapan kadar flavonoid menggunakan metode Chang dengan

menggunakan pembanding kuersetin. Kurva kalibrasi yang dibuat dibandingkan dengan

pembanding kuersetin. Cara membuat larutan baku kuersetin, yaitu sebanyak 10,0 mg

standard kuersetin ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL, sehingga didapat

larutan induk kuersetin dengan konsentrasi 1000 ppm. Larutan kemudian ditambahkan 10,0

mL metanol hingga garis batas labu ukur. Lalu, larutan induk dipipet dan dibuat pengenceran

yang berbeda sehingga didapat variasi konsentrasi. Larutan yang telah diencerkan masing-

masing dipipet sebanyak 0,5 mL dan dilarutkan dalam 1,5 mL metanol pada tabung reaksi,

lalu ditambahkan pereaksi yang terdiri dari 0,1 mL AlCl3 10% (b/v), 0,1 mL Na-asetat 1M

dan 2,8 mL aquadest. Larutan dicampur homogen dan didiamkan dalam inkubator pada suhu

27o C selama 30 menit. Setelah diinkubasi, dilakukan pengukuran menggunakan alat

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Setelah dilakukan

pengukuran pada semua konsentrasi pengenceran, lalu kurva kalibrasi standard kuersetin

dibuat untuk digunakan nantinya dalam perhitungan kadar flavonoid sampel uji.

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 10: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

10

Untuk membuat larutan sampel, sebanyak 1,0 g sampel ditimbang. Lalu, dilakukan

hidrolisis menggunakan HCl 4N sebanyak 40 mL. Selanjutnya, ekstrak dipartisi dengan 15

mL etil asetat sebanyak 3 kali dan fraksi etil asetat dikumpulkan dan dipekatkan di atas

penangas air. Hasil ekstrak etil asetat dimasukkan ke dalam labu bersumbat 25,0 mL, lalu

dilarutkan dalam metanol dan ditambahkan hingga garis batas. Larutan tersebut kemudian

diambil sebanyak 0,5 mL, lalu dilarutkan dalam 1,5 mL metanol pada tabung reaksi dan

ditambahkan pereaksi AlCl3 10% (b/v) sebanyak 0,1 mL, Na-asetat 1M sebanyak 0,1 mL dan

2,8 mL aquadest. Larutan dicampur homogen dan didiamkan selama 30 menit. Lalu,

dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum yang didapatkan oleh standard

kuersetin. Hasil serapan yang terbaca dicatat (Chang, et al. 2002).

3.3.5 Penyiapan Seduhan Teh Celup Kombinasi Rimpang Kapulaga dan Akar Alang-alang

Berat satu kantung teh celup yang dibuat adalah tiga gram. Berat ini disesuaikan pada

berat maksimal pada isi kantung teh celup yang ada di masyarakat. Perbandingan teh celup

kombinasi rimpang kapulaga dan alang-alang yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat

dalam tabel berikut :

Dari masing-masing perbandingan diatas, dilakukan uji organoleptis dan uji aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH.

3.3.6 Pengujian Organoleptik

Pengujian organoleptik dilakukan dalam berbagai perbandingan komposisi simplisia

dan dimasukkan ke dalam kantung teh. Lalu, dilakukan proses pencelupan kantung teh ke

dalam air panas bersuhu 75o – 80

o C selama 5 menit sambil diaduk. Larutan uji ini kemudian

dilakukan uji organoleptik.

Perbandingan

(Kapulaga : Alang-alang)

Berat Rimpang Kapulaga

(g)

Berat Alang-alang

(g)

1 10 : 0 3,0 -

2 7 : 3 2,1 0,9

3 5 : 5 1,5 1,5

4 3 : 7 0,9 2,1

5 0 : 10 - 3,0

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 11: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

11

3.3.7 Uji Pendahuluan Aktivitas Antioksidan secara Kualitatif

Sebelum melakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal DPPH

secara kuantitatif, perlu dilakukan uji aktivitas antioksidan secara kualitatif, baik untuk

ekstrak, maupun untuk fraksi. Pertama, masing-masing ekstrak dilarutkan dalam metanol

dengan konsentrasi 1000 mg/mL. Sebanyak 5 µL dari masing-masing ekstrak ditotolkan pada

kertas penampak bercak. Selanjutnya lempeng yang telah ditotolkan disemprot dengan larutan

DPPH dalam metanol dengan konsentrasi 80 µg/mL. Lempeng dibiarkan beberapa menit,

kemudian amati bercak yang timbul pada lempeng. Bercak berwarna kuning atau putih

dengan latar belakang ungu menunjukkan adanya komponen aktif yang menghambat radikal

bebas DPPH (Sarker et al., 2006).

3.3.8 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman Radikal DPPH

3.3.8.1 Optimasi Panjang Gelombang DPPH

Larutan DPPH yang akan digunakan dibuat dengan cara menimbang seksama lebih

kurang 5 mg serbuk DPPH kemudian dilarutkan dengan metanol p.a dalam labu ukur 50 mL

dan dicukupkan dengan metanol p.a hingga tanda batas sehingga didapat larutan DPPH 100

µg/mL. Larutan ini ditentukan spektrum serapannya menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 450 nm hingga 550 nm dan ditentukan panjang gelombang

optimumnya.

3.3.8.2 Pembuatan Larutan DPPH

Sejumlah 5 mg DPPH (BM=394,32) ditimbang dan kemudian dilarutkan dalam 50

mL metanol p.a, lalu disimpan dalam botol gelap. Untuk setiap pengujian, larutan DPPH

harus dibuat baru.

3.3.8.3 Pembuatan Larutan Blanko

Pembuatan larutan blanko dilakukan dengan cara memipet 1 mL larutan DPPH 100

µg/mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 3 mL metanol p.a

lalu dikocok sampai homogen, dan diinkubasi pada suhu 37˚C selama 30 menit (Sarker et al.,

2006).

3.3.8.4 Penyiapan Larutan Kuersetin Sebagai Pembanding

Larutan induk kuersetin dengan konsentrasi 1000 µg/mL dibuat dengan menimbang

10 mg kuersetin dan melarutkannya dalam 10 mL metanol p.a, kemudian dikocok hingga

homogen. Kemudian pengenceran larutan kuersetin juga dilakukan sehingga didapat larutan

dengan konsentrasi 1; 2; 3; 4; 5; dan 6 µg/mL. Pengenceran dilakukan dengan cara memipet

5; 10; 15; 20; 25; dan 30 µL larutan induk kuersetin ke dalam 6 labu ukur 5 mL, lalu

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 12: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

12

dicukupkan volumenya hingga batas. Pada masing-masing labu ukur kemudian dipipet 1 mL

ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 mL DPPH 100 µg/mL dan dikocok hingga

homogen. Setelah itu, ditambahkan lagi 2 mL metanol p.a, dikocok kembali hingga homogen,

lalu diinkubasi pada suhu kamar (±27˚C) selama 30 menit. Serapan dari larutan tersebut

diukur pada panjang gelombang 517 nm.

3.3.8.5 Penyiapan Larutan Uji

Larutan induk bahan uji dengan konsentrasi 5000 µg/mL dibuat dengan menimbang

250 mg ekstrak dan melarutkannya dalam 50 mL metanol p.a, kemudian dikocok dan

dilarutkan hingga homogen. Kemudian pengenceran larutan uji juga dilakukan sehingga

didapat larutan dengan konsentrasi 1000; 1200; 1400; 1600; 1800; dan 2000 µg/mL.

Pengenceran dilakukan dengan cara memipet 2 dan 4 mL larutan induk bahan uji ke dalam

labu ukur 10 mL. Pada masing-masing labu ukur ditambah dengan metanol p.a hingga batas.

Kemudian, larutan induk bahan uji dipipet kembali sebanyak 6; 7; 8; dan 9 mL ke dalam labu

ukur 25 mL. Pada masing-masing labu ukur ditambah dengan metanol p.a hingga batas.

Dari total 6 konsentrasi yang telah dibuat, masing-masing dipipet 1 mL ke dalam

tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 mL DPPH 100 µg/mL. Setelah itu, ditambahkan lagi 2 mL

metanol p.a, dikocok hingga homogen, lalu diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit.

Serapan dari larutan tersebut lalu diukur pada panjang gelombang 517 nm.

3.3.8.6 Perhitungan

Persentase inhibisi terhadap radikal DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan

sampel dapat dihitung dengan rumus:

Setelah didapatkan persentase inhibisi dari masing-masing perbandingan konsentrasi,

dilanjutkan dengan perhitungan secara regresi linier menggunakan persamaan y =A+Bx,

dimana x adalah konsentrasi bahan uji (µg/mL) dan y adalah persentase inhibisi rata-rata (%).

Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50% atau IC50, yaitu

konsentrasi bahan uji yang diperlukan untuk menangkap 50% radikal DPPH selama 30 menit

(operating time) atau jeda waktu yang dibutuhkan oleh bahan uji untuk mereduksi radikal

DPPH dengan sempurna. Setelah 30 menit akan didapatkan absorbansi yang konstan (Hertiani

et al., 2011).

(3.1)

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 13: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

13

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Penyiapan Serbuk Simplisia

Dari sebanyak 2,51 kg simplisia rimpang kapulaga sebelum dikeringkan, diperoleh

1,02 kg serbuk kering rimpang kapulaga. Sedangkan untuk akar alang-alang, dari sebanyak

2,57 kg simplisia sebelum dikeringkan, diperoleh 1,17 kg serbuk kering akar alang-alang.

4.2 Standarisasi Simplisia

Standarisasi simplisia terdiri dari dua bagian, yaitu standarisasi simplisia yang bersifat

non-spesifik dan spesifik. Standarisasi non-spesifik simplisia yang dilakukan pada rimpang

kapulaga dan akar alang-alang antara lain adalah penetapan kadar ekstrak total / rendemen,

penetapan kadar air, kadar abu total dan kadar abu tak larut dalam asam. Sedangkan, untuk

standarisasi spesifik simplisia yang dilakukan adalah penetapan kadar sari yang terlarut dalam

air, kadar sari yang terlarut dalam etanol, pengujian organoleptis, pola kromatogram,

identifikasi golongan senyawa kimia pada ekstrak uji, dan penetapan kadar flavonoid.

4.2.1 Standarisasi Non Spesifik Simplisia

4.2.1.1 Kadar Ekstrak Total / Rendemen

Tujuan penetapan kadar ekstrak total / rendemen adalah untuk memberi batasan

minimal pada rentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pembuatan larutan uji teh

celup rimpang kapulaga dan akar alang-alang setelah diuapkan terhadap serbuk simplisia

sebelum diuapkan. Hasil kadar ekstrak total / rendemen dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Bobot Ekstrak Kental dan Nilai % Rendemen

No.

Perbandingan

Rimpang Kapulaga :

Alang-Alang

Bobot simplisia

yang diekstraksi

(g)

Bobot

ekstrak

kental (g)

Rendemen

(%)

1. 10 : 0 3,01 0,2994 9,94

2. 7 : 3 3,09 0,3179 10,29

3. 5 : 5 3,02 0,2437 8,07

4. 3 : 7 3,01 0,2236 7,43

5. 0 : 10 3,05 0,2467 8,09

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 14: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

14

4.2.1.2 Kadar Air

Penetapan kadar air adalah pengukuran kandungan air pada simplisia yang telah

dikeringkan dan diserbukkan. Tujuannya adalah memberikan batasan minimal rentang

besarnya kandungan air di dalam serbuk simplisia tersebut. Persentase kadar air rimpang

kapulaga dan alang-alang yang digunakan pada penelitian ini berturut-turut adalah 9,68 % dan

9,32 %.

4.2.1.3 Kadar Abu Total

Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral total yang

terkandung didalam simplisia. Persentase kadar abu total rimpang kapulaga dan alang-alang

yang digunakan pada penelitian ini berturut-turut adalah 10,99 % dan 5,54 %.

4.2.1.4 Kadar Abu Tak Larut dalam Asam

Persentase kadar abu tak larut dalam asam rimpang kapulaga dan alang-alang yang

digunakan pada penelitian ini berturut-turut adalah 2,51 % dan 2,49 %.

4.2.2 Standarisasi Spesifik Simplisia

4.2.2.1 Kadar Sari yang Terlarut dalam Air

Penetapan kadar sari yang larut dalam air dilakukan dengan tujuan untuk menentukan

jumlah senyawa yang dapat larut dalam air. Persentase kadar air rimpang kapulaga dan alang-

alang yang digunakan pada penelitian ini berturut-turut adalah 64,03 % dan 35,13 %.

4.2.2.2 Kadar Sari yang Terlarut dalam Etanol

Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol dilakukan dengan tujuan untuk

menentukan jumlah senyawa yang dapat larut dalam etanol. Persentase kadar air rimpang

kapulaga dan alang-alang yang digunakan pada penelitian ini berturut-turut adalah 45,30 %

dan 41,24 %.

4.2.2.3 Pengujian Organoleptis

Hasil pengujian organoleptik dilakukan pada masing-masing simplisia dan juga pada

berbagai perbandingan komposisi simplisia yang dimasukkan ke dalam kantung teh. Lalu,

dilakukan proses pencelupan kantung teh ke dalam air panas bersuhu 75o – 80

o C selama 5

menit sambil diaduk. Larutan uji ini kemudian dilakukan uji organoleptik. Pemeriksaan ini

ditujukan untuk memberikan identitas objektif dan untuk pengenalan awal larutan dari sediaan

yang dibuat secara sederhana.

4.2.2.4 Uji Kandungan Flavonoid Secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pengujian pola kromatogram dilakukan pada ekstrak seduhan teh celup rimpang

kapulaga dan akar alang-alang yang telah dikentalkan diatas penangas air, dan dilarutkan

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 15: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

15

kembali dalam air untuk melarutkan ekstrak kental yang akan ditotolkan pada lempeng KLT

untuk uji pola kromatogram. Eluen yang digunakan adalah larutan kloroform : metanol (9 : 1).

Hasil elusi kemudian disemprot dengan pereaksi semprot yang spesifik untuk flavonoid, yaitu

AlCl3 10%. Hasil positif adanya flavonoid pada hasil elusi ditunjukkan dengan adanya bercak

berwarna kuning terang pada panjang gelombang 366 nm di bawah sinar tampak. Munculnya

warna ini disebabkan karena terbentuknya senyawa kompleks tahan asam antara gugus

hidroksi yakni 5-hidroksi-flavonoid dan keton yang bertetangga, serta membentuk kompleks

yang tidak tahan asam dengan gugus ortodihidroksi. Berdasarkan hasil yang didapat, nilai Rf

standard kuersetin adalah 0,422. Sedangkan nilai Rf untuk seduhan teh celup rimpang

kapulaga dan akar alang-alang berturut-turut adalah 0,178 dan 0,159.

4.2.3 Identifikasi Golongan Senyawa

Identifikasi kandungan golongan senyawa dilakukan untuk mengidentifikasi

keberadaan senyawa berdasarkan golongannya sebagai informasi awal kandungan senyawa

yang terdapat pada masing-masing ekstrak uji. Identifikasi dilakukan menggunakan kontrol

positif berupa simplisia yang telah diketahui memiliki kandungan golongan senyawa yang

diuji. Kontrol positif tersebut antara lain kulit batang Kina untuk kontrol positif golongan

senyawa alkaloid, Rhei Radix untuk golongan senyawa antrakuinon, Cinnamomi cortex untuk

golongan senyawa flavonoid, Nerii Folium untuk golongan senyawa glikosida, daun teh

untuk golongan senyawa tanin, dan daun Mangkokan untuk golongan senyawa saponin. Hasil

identifikasi golongan senyawa dari rimpang Amomum cardamomum dan akar Imperata

cylindrica dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Identifikasi Golongan Senyawa Rimpang Kapulaga dan Akar Alang-Alang

Rimpang Kapulaga Akar Alang-Alang

Alkaloida - -

Tanin - -

Saponin + -

Glikosida - -

Glikosida Antrakuinon - -

Kuinon - -

Flavonoida + +

Sterol - -

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 16: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

16

4.2.4 Penetapan Kadar Flavonoid

Penetapan kadar flavonoid juga dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan

flavonoid pada ekstrak uji yang digunakan. Penetapan ini dilakukan juga untuk

membandingkan pengaruh besarnya kadar flavonoid pada ekstrak dengan kemampuan

aktivitas antioksidan dari ekstrak itu sendiri. Pada penetapan kadar flavonoid ini, dilakukan

berdasarkan metode Chang karena prosedur kerjanya lebih sederhana, cepat dan ekonomis,

serta diketahui lebih spesifik untuk flavonoida golongan flavon dan flavonol.

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat persamaan regresi linier standard

kuersetin adalah y = 0,0040x + 0,1680, dengan nilai r adalah 0,9874 pada panjang gelombang

maksimum 415 nm. Persamaan regresi linier yang didapat kemudian digunakan untuk

menghitung kadar flavonoid yang terdapat pada ekstrak air rimpang kapulaga dan akar alang-

alang. Berdasarkan hasil perhitungan, kadar flavonoid ekstrak seduhan teh celup rimpang

kapulaga adalah 0,62 % dan kadar flavonoid ekstrak seduhan teh celup akar alang-alang

adalah 1,26 %.

Berdasarkan uji-uji parameter yang telah dilakukan, dapat dipastikan bahwa simplisia

rimpang kapulaga dan akar alang-alang memenuhi persyaratan standarisasi, sehingga dapat

dilakukan uji aktivitas antioksidan.

4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak

Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak dilakukan secara kualitatif terlebih dahulu.

Karena hasil yang diperoleh positif, maka pengujian dilanjutkan secara kuantitaif dengan

menggunakan metode DPPH. Berdasarkan pada penelitian terdahulu metode ini paling umum

digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan sampel secara in vitro dan juga merupakan

metode yang sederhana, cepat serta bahan kimia dan sampel yang digunakan hanya sedikit.

Pengukuran dilakukan secara spektrofotometer UV-Vis. Penentuan panjang gelombang

DPPH dilakukan pada 517 nm dan selanjutnya pengukuran dengan metode peredaman radikal

DPPH dilakukan pada panjang gelombang tersebut.

Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak air rimpang

kapulaga dan akar alang-alang dengan berbagai perbandingan konsentrasi (10:0; 7:3; 5:5; 3:7;

dan 0:10) memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 berturut-turut yakni 482,698;

474,424; 416,136; 385,437; dan 466,761 µg/mL. Kuersetin yang digunakan sebagai

pembanding memiliki IC50 1,152 µg/mL.

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 17: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

17

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sediaan teh celup

kombinasi yang dibuat memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan

sediaan teh celup tunggal, baik rimpang kapulaga maupun akar alang-alang.

5. Kesimpulan

a. Nilai IC50 seduhan teh celup akar alang-alang (466,761 µg/mL) lebih baik

dibandingkan IC50 seduhan teh celup rimpang kapulaga (482,698 µg/mL). Teh celup

kombinasi rimpang kapulaga dan akar alang-alang dengan aktivitas antioksidan

terbaik didapatkan pada perbandingan 3 : 7, dengan nilai IC50 sebesar 385,437 µg/mL.

b. Seduhan teh celup rimpang kapulaga (Amomum cardamomum) memiliki kandungan

flavonoid dan saponin. Sedangkan seduhan teh celup akar alang-alang (Imperata

cylindrica) hanya mengandung flavonoid.

c. Kadar flavonoid ekstrak seduhan teh celup rimpang kapulaga (Amomum

cardamomum) adalah 0,62 %. Sedangkan kadar flavonoid ekstrak seduhan teh celup

akar alang-alang (Imperata cylindrica) adalah 1,26 %.

6. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan senyawa-senyawa murni

dari ekstrak seduhan teh celup rimpang kapulaga dan akar alang-alang dan diuji aktivitas

antioksidannya dari senyawa isolat. Percobaan formulasi sediaan dan uji kesukaan pada

seduhan teh celup ini juga mungkin perlu dilakukan.

7. Kepustakaan

Akagawa, M. (2001). Amine Oxidase Lie Activity of Flavonoid. Jurnal Biochemistry, 268:

1953 – 163.

Blois, MS. (1958). Antioxidant Determinations By The Use Of A Stable Free Radical. Nature

181: 1199- 1200.

Cordell, GA. (2000). Biodiversity and Drug Discovery a Symbiotic Relationship.

Phytochemistry 5.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 18: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

18

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal 13-36.

DitJen POM Depkes RI, (1979). Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta, 16-18.

Dreher, F. dan Maibach, H. (2001). Protective Effects of Topical Antioxidants in Humans.

Curr Probl Dermatol 29:157-164.

Elvina, K. (1997). Antioksidan, Resep Sehat dan Umur Panjang.

http://www.indomedia.com/intisari/1997/juni/antioks.htm. [10 Februari 2013, pukul

13.07].

Halliwell, B. (1997). Antioxidants and human disease: a general introduction. Nutr Rev, 55,

S44–9.

Hertiani, T., Nihlati A., I., dan Rohman, A. (2008). Daya Antioksidan Ekstrak Etanol

Rimpang Temu Kunci [Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecth] dengan Metode

Penangkapan Radikal DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Majalah Obat Tradisional,

Vol.13, No. 45.

Ikawati, M. (2012). Etnobotani Rimpang Kapulaga (Amomum Cardamomum Willd.) Yang

Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Di Desa Kaliwuluh Kecamatan Bawang Kabupaten

Banjarnegara. Purwokerto : Universitas Soedirman.

Kuncahyo, S.I. (2007). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh terhadap 1,1-

Diphenyl-2-Picrylhidrazyl. Yogyakarta: Teknologi Farmasi, Teknik Universitas Setia

Budi.

Miller, S. (1962). Introduction to Foods and Nutrition. USA : John Wiley & Sons, Inc. Hal

367 – 368.

Molyneux, P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for

esstimating antioxidant activity. Songklanarin J. Sci. Technol, 26 (2), 211-219.

Rohman, A., Riyanto,S., Dahliyanti, R., dan Pratomo, D.B. (2009). Penangkapan Radikal 22-

Difenil-1-Pikril Hidrazil oleh Ekstrak Buah Psidium guajava L. dan Averrhoa

carambola L. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 7 (1), 1-5.

Sarker, S.D., Latif, Z., dan Gray, A.I. (eds.). (2006). Natural Product Isolation Ed. Ke-2. New

Jersey: Humana Press.

Sinaga, Ernawati. (2002). Amomum cardamomum Willd. Jakarta : Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tumbuhan Obat UNAS.

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013

Page 19: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN TEH CELUP …

19

Suradikusumah, E. (1989). Kimia Tumbuhan. Bogor : PAU-Institut Pertanian Bogor.

Wanasundara, P.K.J.P.D. dan Shahidi, F. (2005). Chapter 11. Antioxidant: Regulatory Status.

In F. Shahidi (Ed). Bailey's Industrial Oil and fat Products (Ed. ke-6, vol. 6, pp. 431-

474). New York: Wiley Interscience.

Uji aktivitas..., Freddy Hutama Ekaputra, FF UI, 2013