ucu suhendri-fkik
DESCRIPTION
zdaTRANSCRIPT
-
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS
GIZI ANAK DIBAWAH LIMA TAHUN (BALITA)
DI PUSKESMAS SEPATAN KECAMATAN SEPATAN
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009
Disusun Oleh :
UCU SUHENDRI
NIM : 105104003490
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
-
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI
ANAK DIBAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI PUSKESMAS SEPATAN
KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (SKep)
Disusun Oleh :
UCU SUHENDRI
NIM: 105104003490
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
-
i
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ucu Suhendri
NIM : 105104003490
Jurusan : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya sini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, November 2009
Ucu Suhendri
-
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi, November 2009
Ucu Suhendri, NIM: 105104003490
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak diBawah Lima Tahun (Balita)
Di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009
xxiv + 117 halaman, 22 tabel, 4 skema, 3 lampiran
ABSTRAK
Menurut Riskesdas tahun 2007 status gizi anak balita di Provinsi Banten berdasarkan
BB/U menunjukan prevalensi dengan gizi buruk 4,4% dari total Nasional (5,4%) dan gizi kurang
12,2 % (total Nasional 13,0%) dan Pada tahun 2006 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
mencatat sekitar 18 ribu bayi dibawah lima tahun menderita kekurangan gizi. Sebanyak 17.150
bayi dengan gizi kurang dan 1.180 bayi lainnya menderita gizi buruk dari 280 ribu bayi di
Kabupaten Tangerang. Sedangkan dari laporan Pemantauan Status Gizi (PSG) balita Puskesmas
Sepatan bulan Agustus 2008 terdapat balita dengan gizi buruk sebanyak 154 balita dan 414 balita
dengan gizi kurang dari total balita yang ditimbang sebanyak 6.207 balita atau sekitar (81,75%).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan hubungan antara variabel dependen
dan independen di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. Penelitian ini
menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data
dilakukan pada bulan September 2009. Sebagai sampel penelitian adalah anak balita umur 0-59
bulan. Variabel dependen adalah status gizi anak balita dan variabel independen adalah
pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga,
jenis kelamin, umur balita, dan penyakit infeksi. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat
dan analisa bivariat (Chi-Square) dengan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 107 anak balita di Puskesmas Sepatan
diperoleh balita dengan gizi kurang sebesar 57%. Sebagian besar balita berasal dari keluarga
yang pendidikan ibunya masih rendah SLTP (77.6%), ibunya yang tidak bekerja (89.7%), sekitar 98.1% pendapatan keluarga balita masih rendah, sebagian besar ibu balita pengetahuan
tentang gizinya tinggi (97.2%), persentase balita perempuan (56.1%) lebih banyak dibandingkan
balita laki-laki, persentase umur 13-36 bulan lebih banyak yaitu sebesar (60.7%), balita yang
jumlah anggota keluarga 6 orang (70.1%), dan balita yang menderita penyakit infeksi ringan sebesar (86.9%) dan infeksi berat (13.1%). Dari hasil analisa bivariat diperoleh hasil p-value >
0,05 bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin, umur balita, dan penyakit infeksi
dengan status gizi di Puskesmas Sepatan Kecamtan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.
-
iii
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, disarankan kepada pihak Puskesmas untuk lebih
meningkatkan kegiatan monitoring dan penilaian status gizi secara berkala yang dilaksanakan
dalam Pos Gizi dan Klinik Gizi. Untuk ibu balita dengan gizi kurang agar lebih memperhatikan
pola makan dan asupan konsumsi makan sesuai dengan kebutuhan gizi setiap anak balita. Saran
untuk penelitian lain yang akan mempelajari tentang status gizi anak balita dan faktor-faktornya
agar meneliti dengan sampel yang lebih besar dengan pendekatan kualitatif dengan rancangan
penelitian seperti kohort, dan meneruskan dengan analisa multivariat.
Referensi: 51 (1988-2008)
-
iv
FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE
NURSING PROGRAM STUDY
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH Undergraduated Thesis, November 2009
Ucu Suhendri, NIM: 105104003490
The Factors Associated With Nutritional Status of Children Under Five Years (Toddlers)
The District Health Center Sepatan Tangerang Year 2009
xxiv + 117 pages, 22 tables, 4 images, 3 attachment
ABSTRACT
According to the 2007 year Riskesdas nutritional status of children under five in Banten
province on the basis of BW/U showed a malnutrition prevalence of 4.4% of national total
(5.4%) and 12.2% under nutrition (13.0% national total) and in the 2006 Tangerang District
Health Office recorded about 18 thousand infants under five years suffer from malnutrition. The
total number of infant in Tangerang regency was 280.000 babies. Within those number 17.150
infants with under nutrition and other 1.180 infants suffer from malnutrition. While the monthly
Nutrition Status Monitoring report (PSG) in Sepatan health center for infants under five years
conducted in August 2008 there were 154 infants with malnutrition and 414 infants with under
nutrition from the total number of infants which 6.207 infants who were weighed, or
approximately (81.75%).
This study aims to look at the picture and the relationship between the independent and
dependent variables in Sepatan district health center Tangerang. This study uses a quantitative
design with a cross-sectional approach, where data collection conducted in September 2009. As a
sample of research is children under the age of 0-59 months. Dependent variable was the
nutritional status of children under five (toddler) and the independent variables were maternal
education, maternal knowledge, maternal employment, family income, family size, gender, age
of infants, and infectious diseases. Analysis is used univariate and bivariate analysis (Chi-
Square) with 5%.
The results showed that 107 children under five at district health centers obtained in
Sepatan, the percentage of infants with under nutrition was 57%. Most infants came from
families who had low mother's education junior (77.6%), the mother who does not work
(89.7%), approximately 98.1% of familys income is still low, most of mothers had high
knowledge about nutrition (97.2%), percentage female infants (56.1%) more than male infants,
the percentage of aged 13-36 months more in the amount (60.7%), the number of infants 6
-
v
family members of people (70.1%), and toddler who suffer from a mild infectious diseases
(86.9%) and severe infection (13.1%). Bivariate analysis p-value > 0.05 which means there is no
relationship between maternal education, maternal knowledge, maternal employment, family
income, family size, gender, age infants, and infectious diseases with nutritional status in the
district health center Sepatan Tangerang District in 2009.
Based on that research results, is in recommended to the health center especially in
nutritional clinic monitoring and evaluation for nutritional status of the infants periodically. For
mothers who have children with under nutrition should pay more attention about their food
intake and quality of nutritious food based on their needs. Other recommendation for other
research to continue the study related to nutritional status of children and the factors influences
to nutritional status using qualitative research.
References: 51 (1988-2008)
-
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK
DIBAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI PUSKESMAS SEPATAN
KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, November 2009
Pembimbing I
Pembimbing II
Ahmad Eru S. SKp, M.Kep., Sp. Kom Bambang P. Cadrana, SKM, MKM
NIP: 1966 10011 9880 21 001 NIP: 196902051994031003
-
vii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAN NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 18 oktober 2010
Penguji I
Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat
NIP: 132 146 260
Penguji II
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM
NIP: 19790520 200901 1012
Penguji III
Diah Juliastuti, M.Kep, Sp.Mat
NIP: 19750702 2000 12 2 001
-
viii
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. DR. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And
-
ix
RIWAYAT HIDUP
Nama : Ucu Suhendri
Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 13 April 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Raya Curug Pareang Km. 3 RT 05 RW 02 Buni Asih
Desa Sindang Resmi Kecamatan Jampang Tengah
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat 43171
No. Telepon/Hp :(021) 98771547/085710340478
e-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri 1Sirna Sari (1993-1999)
2. SLTP Negeri 1 Jampang Tengah (1999-2002)
3. SMA Negeri 1 Jampang Tengah (2002-2005)
4. S-1 Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-2009)
-
x
-
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat
dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis
sampaikan kepada baginda Rassulallah SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhoi
Allah SWT. Dengan penuh kesadaran skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Anak diBawah Lima Tahun (Balita) di Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 masih banyak yang harus diperbaiki dalam
penyusunannya.
Selama penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak dukungan dan doa dari beberapa
pihak, sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Bapak Prof. Dr. (Hc). dr. M. K. Tadjudin Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3) Bapak Ahmad Eru S. SKp, M.Kep., Sp. Kom., sebagai dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan pengembangan pemikiran dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4) Bapak Bambang P. Cadrana, SKM, MKM, sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan pengembangan pemikiran dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5) Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM dan
Diah Juliastuti, M.Kep, Sp.Mat sebagai dosen penguji sekaligus pembimbing yang telah
memberikan masukan dan arahan demi penyusunan skripsi ini.
6) Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna
bagi penyusun, beserta Civitas Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
membantu kelancaran dalam proses perkuliahan.
-
xii
7) Dr. Indra Suardi, selaku kepala Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan yang telah
memberikan izin penelitian.
8) Ibu Farida Haryati, SKM selaku ketua Klinik gizi Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan dan Teh Fitri Damayanti, AMG yang selalu membimbing, membantu, dan
menemani penulis dalam melakukan penelitian.
9) Teman-teman seperjuangan Ners 05 yang telah memberikan dukungan terima kasih
banyak, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kedua Orang tuaku tercinta dan kakek nenekku tersayang yang telah memberikan dukungan,
doa, perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menempuh program Sarjana Strata
Satu (S-1). Kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan inspirasi bagi penulis dalam
penulisan skripsi ini. Serta seluruh sanak saudaraku paman dan bibi yang selalu memberikan
dukungan moril dan materil.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penulisan atau skripsi ini dapat digunakan dengan
baik dan bermanfaat bagi penulis pada khususunya serta orang lain pada umumnya. Amin.
Jakarta, November 2009
Ucu Suhendri
-
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... vii
DAPTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... ix
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................... xiii
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xx
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xxii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 10
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 12
1. Tujuan Umum ............................................................................. 12
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 12
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 14
1. Bagi Peneliti ............................................................................... 14
2. Masyarakat (keluarga) ................................................................ 15
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................ 15
4. Instansi Kesehatan (Puskesmas) ................................................. 15
-
xiv
5. Pemerintah Daerah (Kabupaten) ............................................... 15
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gizi ............................................................................ 17
B. Zat Gizi ......................................................................................... 18
1. Standar Kecukupan Gizi ......................................................... 19
2. Konsep dan Kegunaan Angka Kecukupan Gizi ..................... 19
C. Penilaian Zat Gizi ......................................................................... 20
1. Pengukuran Antropometri ...................................................... 21
2. Klasifikasi Status Gizi ............................................................ 22
D. Nilai Gizi Pangan (Nutritional Value of Food) ............................ 23
E. Kelompok Rawan Pangan dan Gzi ............................................... 24
F. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan ........... 25
1. Pertumbuhan ........................................................................... 25
2. Perkembangan ........................................................................ 26
G. Prinsip Gizi Pada Balita ............................................................... 28
H. Mengatur Makanan Anak Usia Balita .. ........... 29
I. Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita ........ 30
1. Pendidikan .............................................................................. 30
2. Pengetahuan ............................................................................ 32
a. Tingkat Pengetahuan ........................................................ 33
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pengetahuan ..................................................................... 35
3. Jenis Kelamin . ........... 35
4. Sosial Ekonomi .. ................ 36
5. Pekerjaan Ibu .. ........... 36
6. Pendapatan Keluarga .. ........... 37
7. Jumlah Anggota Keluarga .. ........... 38
-
xv
J. Akibat Kurang Energi Protein (KEP) ... ........... 38
1. Kwashiorkor ... ........... 38
2. Marasmus .............................................................................. 40
3. Stunting dan Wasting .............................................................. 41
4. Penyakit Infeksi ..................................................................... 41
K. Upaya Penanggulangan Gizi ....................................................... 43
1. Strategi Penaggulangan Gizi .................................................. 46
2. Penanggulangan Gizi Menurut Depkes Kabupaten
Tangerang ........... 47
L. Penatalaksanaan Keperawatan ..................................................... 48
1. Anamnesis.. ............ 49
2. Pemeriksaan Jasmani .............................................................. 49
3. Pemeriksaan Laboratorium . ........... 50
M. Kerangka Teori . ........... 50
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep .. ........ 53
B. Hipotesa Penelitian ........ 54
C. Definisi Operasional . ......... 55
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .. ............ 59
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel . ........... 59
1. Populasi ... ........... 59
2. Sampel . ........... 60
3. Teknik Pengambilan Sampel .. ............ .... 61
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ........... 62
D. Alat Pengumpul Data ........... 62
E. Metode Pengumpulan Data ........... ... 63
F. Pengolahan Data ............ ... 64
-
xvi
G. Analisa Data ........... .. 65
1. Analisa Univariat .......... . 65
2. Analisa Bivariat... ............ 66
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian ........................................................ 67
1. Data Geografi ........................................................................... 68
2. Data Demografi ........................................................................ 68
a. Jumlah Penduduk ................................................................. 68
b. Jenis Pekerjaan .................................................................... 68
3. Visi dan Misi Puskesmas Sepatan ............................................ 69
a. Visi Puskesmas Sepatan. ..... 69
b. Misi Puskesmas Sepatan ...................................................... 69
4. Pelayanan Puskesmas ............................................................... 70
B. Hasil Analisa Univariat ................................................................. 70
1. Gambaran Status Gizi Anak Balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009 ............................................................................ 70
2. Gambaran Pendidikan Ibu di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ....... 71
3. Gambaran Pekerjaan Ibu di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ....... 72
4. Gambaran Pendapatan Keluarga di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ....... 73
5. Gambaran Jenis Kelamin Balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ....... 74
6. Gambaran Umur Balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ........ 75
7. Gambaran Penyakit Infeksi di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ........ 76
-
xvii
8. Gambaran Jumlah Anggota Keluarga Balita
di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2009 ........................................................... 77
9. Gambaran Pengetahuan Ibu Balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ........ 78
C. Hasil Analisa Bivariat ................................................................... 79
1. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita ............. 79
2. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Status Gizi Balita ............... 80
3. Hubungan Pendapatan Dengan Status Gizi Balita ................... 81
4. Hubungan Jenis Kelamin Balita Dengan Status Gizi Balita .... 82
5. Hubungan Umur Balita Dengan Status Gizi Balita ................. 83
6. Hubungan Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Balita ........... 84
7. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga Dengan Status
Gizi Balita ................................................................................ 85
8. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Balita .......... 86
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 88
B. Analisa Univariat .......................................................................... 89
1. Status Gizi Anak Balita ............................................................ 89
2. Pendidikan Ibu .......................................................................... 90
3. Pekerjaan Ibu ............................................................................ 91
4. Pendapatan keluarga ................................................................. 91
5. Jenis Kelamin Balita ................................................................. 92
6. Umur Balita .............................................................................. 93
7. Penyakit Infeksi ........................................................................ 94
8. Jumlah Anggota Keluarga ........................................................ 96
9. Pengetahuan Ibu ....................................................................... 97
C. Analisa Bivariat............................................................................. 98
1. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita ............. 98
2. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Status Gizi Balita ............... 99
-
xviii
3. Hubungan Pendapatan Dengan Status Gizi Balita ................... 100
4. Hubungan Jenis Kelamin Balita Dengan Status Gizi
Balita ........................................................................................ 101
5. Hubungan Umur Balita Dengan Status Gizi Balita .................. 102
6. Hubungan Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Balita ........... 103
7. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga Dengan Status
Gizi Balita ................................................................................ 104
8. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Balita ........... 105
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 107
B. Saran .................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 113
LAMPIRAN
-
xix
DAFTAR SKEMA
Nomor Skema Halaman
Skema 2.1 Zat Gizi dan Fungsi Utamanya................................................. 19
Skema 2.2 Interaksi Antara Ketidakcukupan Asupan Gizi dengan
Penyakit Menurut Tomkins (1989) .......................................... 43
Skema 2.3 Penyebab Kurang Gizi ............................................................. 52
Skema 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 53
-
xx
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Pengukuran Antropometri yang Utama ....... 21
Tabel 2.1 Klasifikasi Zat Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) .. 22
Tabel 2.3 Nilai Kepadatan Zat Gizi Beberapa Pangan 23
Tabel 2.4 Kecukupan Gizi Rata-rata Pada Anak Prasekolah .. 28
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 55
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009 .. 71
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009. 71
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 72
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009 . 73
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009 . 74
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Umur Balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 75
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009. 76
-
xxi
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga Balita
di Puskesmas Sepaa tan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2009 .. 77
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009 78
Tabel 5.1.1 Analisa Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan Status
Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2009 79
Tabel 5.1.2 Analisa Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Status
Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2009 80
Tabel 5.1.3 Analisa Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dengan
Status Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 .. 81
Tabel 5.1.4 Analisa Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Status
Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2009 .. 82
Tabel 5.1.5 Analisa Hubungan Antara Umur Balita Dengan Status
Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2009 .. 83
Tabel 5.1.6 Analisa Hubungan Antara Penyakit Infeksi Dengan
Status Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 84
Tabel 5.1.7 Analisa Hubungan Antara Jumlah Anggota Keluarga
Dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 . 85
Tabel 5.1.8 Analisa Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Status
Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2009. 86
-
xxii
DAFTAR SINGKATAN
AKG : Angka Kecukupan Gizi
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
ASI :Air Susu Ibu
Bapenas : Badan Pendidikan Nasional
BB/U : Berat Badan/Umur
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BPS : Badan Pusat Statistik
CI : Confidence Interval
DDST : Denver Development Screening Test
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
HDI : Human Development Index
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
IU : International Unit
Kadarzi : Keluarga Sadar Gizi
KB : Keluarga Berencana
KEP : Kurang Energi Protein
KKP : Kurang Kalori Protein
MDGs : Millenium Development Goals
MEP : Malnutrisi Energi Protein
MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
PASI : Pengganti Air Susu Ibu
-
xxiii
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKG : Pemantauan Konsumsi Gizi
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PKMD : Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
PSG : Pemantauan Status Gizi/Penilaian Status Gizi
RDA : Recommended Dietary Allowance
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SD : Standar Deviasi
SDM : Sumber Daya Manusia
SKPG : Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
TB : Tinggi Badan
UPGK : Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
WHO : World Health Organization
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia, dan merupakan investasi sumber daya
manusia yang paling mahal, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan Indek Pembangunan Manusia (Human Development Index-HDI).
Oleh karena itu menjadi keharusan bagi semua pihak untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat
(Depkes RI 2007).
Pembangunan suatu negara pada hakekatnya adalah suatu upaya pemerintah
bersama masyarakat untuk mensejahterakan bangsa. Keberhasilan pembangunan
nasional suatu negara ditentukan oleh ketersediaanya sumber daya manusia
(SDM). Sumber daya manusia yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang
tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu
pengetahuan serta teknologi. Salah satu indikator untuk mengukur tinggi
rendahnya kualitas SDM adalah Indek Pembangunan Manusia. Tiga faktor utama
penentu HDI adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi (Azwar, 2004).
Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Makanan adalah sumber energi satu-satunya
-
2
bagi manusia untuk mencapai kesehatan. Karena jumlah penduduk yang terus
berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus tetap bertambah melebihi
jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Seperti telah
dikemukakan terdahulu, permasalahan yang timbul dapat mengakibatkan kualitas
dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki
karena orang makan itu sebetulnya bermaksud mendapatkan energi agar tetap
bertahan hidup, dan tidak untuk menjadi sakit karena makanan. Dengan demikian
makanan sangat bermanfaat bagi anak balita (Slamet, 2004).
Dalam kesepakatan global yang dituangkan Millenium Development Goals
(MDGs) 2007 yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target, dan 59 indikator, menegaskan
bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan
separuh dari kondisi tahun 1990. Seperti pada tujuan pertama MDGs yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Dengan target pertama yaitu
menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya dibawah US$1 per
hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015. Target kedua
menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya
dalam kurun waktu 1990-2015 dengan (indikator 6) presentase anak-anak berusia
lima tahun yang mengalami gizi buruk (severe underweight), (indikator 7) yaitu
presentase anak-anak berusia lima tahun yang mengalami gizi kurang (moderate
underweight).
Sejalan dengan upaya mencapai kesepatan global, World Summit for Children
1990, International Conference on Nutrition 1992 di Roma dan World Food
-
3
Summit 1996 menetapkan sasaran program pangan dan perbaikan gizi yang harus
dicapai oleh semua negara. Sasaran global tersebut sampai saat ini menjadi salah
satu acuan pokok didalam pembangunan program gizi di semua negara termasuk
Indonesia. Pembangunan program pangan dan gizi di Indonesia selama 30 tahun
terakhir menunjukan hasil yang positif. Analisis penyediaan pangan tahun 1999
secara makro disimpulkan bahwa persediaan energi dan protein perkapita/hari
masing-masing sebesar 2.890 Kkal dan 62,7 gram, telah memenuhi kecukupan
yang dianjurkan. Masalah pangan baru terlihat pada tingkat konsumsi rumah
tangga. Data tahun 1998 menunjukan bahwa antara 49% sampai 53% rumah
tangga diberbagai daerah mengalami defisit energi (konsumsi < 70% kebutuhan
energi). Defisit pangan ditingkat rumah tangga disertai distribusi pangan antar
anggota keluarga yang tidak baik didasari pengetahuan atau perilaku gizi yang
belum memadai berakibat munculnya masalah kurang gizi (Adisasmito, 2007).
Masalah gizi kurang pada anak balita sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu
asupan makanan dan penyakit infeksi yang terkait satu sama lain. Sedangkan
faktor penyebab tidak langsung seperti ketersediaan dan pola konsumsi pangan
dalam rumah tangga, pola pengasuh anak, jangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan. Apabila anak tidak mendapatkan asupan makanan yang tidak cukup
akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit. Status gizi
seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan individu, karena
disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit
-
4
infeksi, juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan status gizi janin
yang masih berada dalam kandungan dan masih menyusu sangat dipengaruhi oleh
status gizi (Depkes RI, 2004).
Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap generasi mendatang.
Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental. Gangguan pertumbuhan diartikan sebagai
ketidakmampuan untuk mencapai tinggi badan tertentu sesuai dengan umumnya,
gangguan pertumbuhan juga merupakan akibat dari gangguan yang terjadi pada
masa balita, bahkan pada masa sebelumnya, dan pertumbuhan fisik anak menjadi
terhambat (anak akan mempunyai tinggi badan lebih pendek). Perkembangan
mental dan kecerdasan terhambat, anak akan mempunyai IQ lebih rendah. Setiap
anak yang berstatus gizi buruk mempunyai risiko kehilangan IQ 10-13 poin
(Depkes RI, 2002).
Pertumbuhan anak yang kurang gizi akan tidak sempurna, termasuk
pertumbuhan organ tubuhnya. Banyak organ tubuh yang berkualitas rendah.
Penyakit kekurangan gizi, bila tidak terlalu parah jarang menyebabkan kematian,
kecuali karena timbulnya komplikasi. Penyakit penyulit justru mudah timbul
karena status gizi sedemikian. Penyakit penyulit yang sering terjadi sebagai
kekurangan gizi adalah penyakit menular. Anak yang kekurangan gizi tidak
mampu membentuk antibodi (daya tahan) terhadap penyakit infeksi. Sebagai
akibatnya, anak-anak ini sering kali terkena penyakit sehingga pertumbuhannya
-
5
terganggu dan sering pula tidak sembuh sempurna dan menjadi penyandang cacat
(Slamet, 2004).
Ketidakstabilan ekonomi, politik dan sosial, dapat berakibat pada rendahnya
tingkat kesejahteraan rakyat yang dapat mencerminkan masalah gizi kurang dan
gizi buruk di masyarakat. Upaya mengatasi masalah ini bertumpu pada
pembangunan ekonomi, politik dan sosial yang kondusif sehingga mampu
menurunkan tingkat kemiskinan setiap rumah tangga untuk mewujudkan
ketahanan pangan dan gizi serta memberikan akses kepada pendidikan dan
pelayanan kesehatan (Bapenas, 2007).
Data yang dicatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2004
ada 5.119.935 anak balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk. Kondisi gizi
buruk, termasuk busung lapar yang belakangan terungkap, sebenarnya dapat
dicegah. Gizi buruk sebenarnya masalah yang bukan hanya disebabkan oleh
kemiskinan. Juga karena aspek sosial-budaya yang ada di masyarakat kita,
sehingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang
memadai untuk balita (masalah individual dan keluarga) (Kompas.com, 2009).
Seperti laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bangladesh terdapat
dua juta anak usia antara 6 bulan sampai lima tahun menderita kurang gizi akut
dan merupakan masalah yang besar yang tengah dihadapi Bangladesh. Sedangkan
dari laporan UNICEF dan Institusi Kesehatan Nutrisi Publik, tiap satu dari empat
rumah tangga di Bangladesh mengalami kekurangan pangan dan dari dua juta
-
6
yang kekurangan gizi terdapat setengah juta yang menderita malnutrisi akut dan
dari hasil survey 58% rumah tangga mengaku sulit mendapatkan makanan yang
cukup sepanjang tahun 2008 akibat kenaikan harga bahan pangan (Kompas.com,
2009).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi gizi buruk
Nasional menurun (5,4%) jika dibandingkan dengan hasil Susenas 2005 (8,8%),
namun masalah anemia di Indonesia masih berada diatas ambang batas masalah
kesehatan. Dimana presentase berat badan lahir rendah (BBLR) 12 bulan terakhir
menurut Provinsi yaitu sekitar 11,5% dari 33 Provinsi. Sedangkan prevalensi
status gizi anak balita menurut BB/U berdasarkan wilayah (Kota dan Desa) yaitu
prevalensi gizi buruk wilayah Kota sebesar 4,2%, dan wilayah Desa 6,4% dimana
prevalensi gizi kurang wilayah Kota sebesar 11,7% dan wilayah Desa 14,0%
dengan prevalensi Nasional 13,0% (Depkes RI, 2008).
Menurut Riskesdas tahun 2007 status gizi anak balita di Provinsi Banten
berdasarkan BB/U menunjukan prevalensi dengan gizi buruk 4,4% dari total
Nasional (5,4%) dan gizi kurang 12,2 % (total Nasional 13,0%), dan berdasarkan
TB/U terdapat 20,6% (total Nasional 18,8%) balita sangat pendek dan 18,3%
balita pendek dari total Nasional (18,0%), sedangkan prevalensi status gizi
berdasarkan (BB/TB) sangat kurus 6,6% (total Nasional 6,2%) dan 7,5% balita
kurus dari total Nasional (7,4%) (Depkes RI, 2008).
-
7
Pada tahun 2006 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang mencatat sekitar 18
ribu bayi dibawah lima tahun menderita kekurangan gizi. Sebanyak 17.150 bayi
dengan gizi kurang dan 1.180 bayi lainnya mendapat gizi buruk dari 280 ribu bayi
di Kabupaten Tangerang. Kepala Subdinas Kesehatan Keluarga Kabupaten
Tangerang dr. Shirley mengatakan, jika tidak diatasi masalah kekurangan gizi
akan berpengaruh pada perkembangan otak bayi. Perkembangan dan
pertumbuhan otak pada manusia terjadi pada usia 6-23 bulan atau dibawah usia 2
tahun (Gizi.net, 2006).
Dari data program gizi Puskemas Sepatan tahun 2008 di wilayah Kecamatan
Sepatan terdapat keluarga miskin dengan jumlah 44,51% dari 8 Desa. Sedangkan
dari laporan Pemantauan Status Gizi (PSG) balita Puskesmas Sepatan bulan
Agustus 2008 terdapat balita dengan gizi buruk sebanyak 154 balita dan 414
balita dengan gizi kurang dari total balita yang ditimbang sebanyak 6.207 balita
atau sekitar (81,75%). Presentase balita gizi buruk berdasarkan golongan umur
yaitu 3,9% (umur 0-11 bulan), 46,75% (umur 12-35 bulan), dan 49,35% (umur
36-59 bulan). Dengan presentase gizi buruk bedasarkan jenis kelamin di wilayah
UPT Puskesmas Sepatan sekitar 55,84% laki-laki dan 44,16% perempuan.
Dalam alquran telah ditetapkan oleh Allah SWT mengenai ukuran yang benar
dalam soal makanan, dalam firmanNya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan(Al Araf: 31).
-
8
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi (Al Baqoroh: 168)
Alquran menganggap gizi adalah sarana bukan tujuan. Ia merupakan sarana
penting untuk mencapai tujuan kehidupan manusia. Allah menciptakan di dalam
diri manusia naluri yang selalu cenderung untuk makan, disamping menetapkan
hikmah bahwa kecenderungan ini disertai dengan indera untuk merasakan
makanan dan organ pencernaan.
Dengan semakin berkembangannya masalah kurang gizi di masyarakat, maka
sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) yang sudah ada perlu diaktifkan
kembali terutama di tingkat kecamatan. Sistem ini akan berjalan efektif apabila di
tunjang oleh kerja sama lintas sektoral yang baik antara sektor Pertanian,
Kesehatan, BKKBN dan dikoordinasi langsung oleh camat setempat. Ujung
tombak untuk mengetahui pelaksanaan SKPG ada di Posyandu (sektor kesehatan)
karena efektivitas penimbangan berat badan anak balita dilakukan secara rutin.
Posyandu akan efektif memantau secara dini terjadinya masalah kekurangan gizi
di masyarakat. Penimbangan berat badan anak di posyandu perlu diprioritaskan
untuk wilayah kerja Puskesmas yang rawan pangan. Anak-anak yang sakit karena
kekurangan gizi yang berat akan dipantau melalui Balai Pengobatan Puskesmas.
Oleh karena itu, peningkatan efesiensi dan efektivitas manajemen program
pelayanan kesehatan merupakan alternatif terbaik untuk terus dikembangkan.
-
9
B. Rumusan Masalah
Masalah gizi kurang pada anak balita sangat dipengaruhi oleh dua faktor
penyebab. Pertama penyebab langsung, yaitu asupan makanan dan penyakit
infeksi yang terkait satu sama lain. Apabila anak tidak mendapatkan asupan
makanan yang tidak cukup akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap
penyakit. Kedua penyebab tidak langsung seperti ketersediaan dan pola konsumsi
pangan dalam rumah tangga, pola pengasuh anak, jangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan.
Rendahnya kualitas konsumsi pangan dipengaruhi oleh kurangnya akses
rumah tangga dan masyarakat terhadap pangan, baik akses pangan karena
masalah ketersediaan maupun tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh pada
daya beli rumah tangga terhadap pangan, pola asuh, pelayanan kesehatan dan
sanitasi lingkungan dipengaruhi oleh pendidikan, pelayanan kesehatan, informasi,
pelayanan keluarga berencana, serta kelembagaan sosial masyarakat untuk
pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada tahun 2006 tercatat
sekitar 18 ribu bayi dibawah lima tahun menderita kekurangan gizi. Sebanyak
17.150 bayi dengan gizi kurang dan 1.180 bayi lainnya mendapat gizi buruk dari
280 ribu bayi di Kabupaten Tangerang. Dari data program gizi Puskemas Sepatan
tahun 2008 di wilayah Kecamatan Sepatan terdapat keluarga miskin dengan
jumlah 44,51% dari 8 Desa. Sedangkan dari laporan Pemantauan Status Gizi
-
10
(PSG) balita Puskesmas Sepatan bulan Agustus 2008 terdapat balita dengan gizi
buruk sebanyak 154 balita dan 414 balita dengan gizi kurang dari total balita yang
ditimbang sebanyak 6.207 balita atau sekitar (81,75%). Presentase balita gizi
buruk berdasarkan golongan umur yaitu 3,9% (umur 0-11 bulan), 46,75% (umur
12-35 bulan), dan 49,35% (umur 36-59 bulan). Dengan presentase gizi buruk
bedasarkan jenis kelamin di wilayah UPT Puskesmas Sepatan sekitar 55,84%
laki-laki dan 44,16% perempuan.
Berdasarkan uraian data di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti faktor-
faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan,
sebagai salah satu masukan informasi demi upaya penyelesaian masalah gizi
buruk dan gizi kurang di wilayah Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan untuk penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana gambaran status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
2. Bagaimana gambaran pendidikan ibu anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
3. Bagaimana gambaran pekerjaan orang tua anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
-
11
4. Bagaimana gambaran pendapatan keluarga anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
5. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
6. Bagaimana gambaran banyaknya jumlah anggota keluarga anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
7. Bagaimana gambaran jenis kelamin anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
8. Bagaimana gambaran umur anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
9. Bagaimana gambaran penyakit infeksi anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
10. Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu dan pendapatan keluarga)
dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
11. Apakah ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan status gizi anak
balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun
2009?
12. Apakah ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak
balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun
2009?
-
12
13. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan
status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2009?
14. Apakah ada hubungan antara banyaknya jumlah anggota keluarga dengan
status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2009?
15. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
16. Apakah ada hubungan antara umur anak dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
17. Apakah ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status
gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
-
13
b. Mengidentifikasi gambaran pendidikan ibu anak balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
c. Mengidentifikasi gambaran pekerjaan orang tua anak balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
d. Mengidentifikasi gambaran pendapatan keluarga anak balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
e. Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi anak balita
di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun
2009.
f. Mengidentifikasi banyaknya jumlah anggota keluarga anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
g. Mengidentifikasi jenis kelamin anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
h. Mengidentifikasi gambaran umur anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
i. Mengidentifikasi gambaran penyakit infeksi anak balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
j. Mengidentifikasi hubungan pendidikan ibu dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
k. Mengidentifikasi hubungan pekerjaan dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
-
14
l. Mengidentifikasi hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi anak
balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009.
m. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
n. Mengidentifikasi hubungan antara banyaknya jumlah anggota keluarga
dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
o. Mengidentifikasi hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi anak
balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009.
p. Mengidentifikasi hubungan antara umur anak dengan status gizi anak balita
di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun
2009.
q. Mengidentifikasi hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi anak
balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti:
a. Menambah pengetahuan dan untuk mengetahui berbagai masalah tentang
gizi pada anak balita.
-
15
b. Meningkatkan wawasan penulis tentang faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan status gizi pada anak balita dan mampu mengenali
permasalahan dimasyarakat serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang
didapat dibangku kuliah ketengah masyarakat.
2. Masyarakat (keluarga):
Memberikan masukan kepada keluarga agar memperhatikan pentingnya gizi
bagi anak balita dan untuk mempertahankan tumbuh kembang balita secara
optimal sehingga didapatkan status gizi yang baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya:
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain baik secara
teoritis maupun secara metodologis mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan satus gizi kurang anak balita.
4. Instansi Kesehatan (Puskesmas):
Memberikan masukan kepada pihak Puskesmas Sepatan dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan yang optimal dan pemulihan balita gizi buruk.
5. Pemerintah Daerah (Kabupaten):
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk para pembuat keputusan dalam
merencanakan pengembangan program khususnya bidang kesehatan
lingkungan, sosial ekonomi dan peningkatan pengetahuan keluarga di bidang
kesehatan.
-
16
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini yaitu menggambarkan status gizi anak balita dengan gangguan
gizi, dengan karakteristik sosial ekonomi, sosio demografi, dan keadaan
kesehatan anak terhadap status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan dengan
melihat sejauh mana faktor- faktor tersebut dapat berhubungan dengan status gizi
anak balita.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang pada tahun 2009. Populasi penelitian ini adalah anak dibawah lima
tahun (0-59 bulan). Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan
rancangan penelitian secara cross-sectional.
-
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gizi
Istilah gizi dan ilmu gizi di Indonesia baru mulai dikenal sekitar tahun
1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris Nutrition. Kata gizi berasal
dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza
dibaca ghizi. selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan
mengejanya sebagai nutrisi. Terjemahan ini terdapat dalam kamus umum
bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Idrus, 1990).
Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Status gizi adalah keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan
antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. (Almatsier, 2005).
-
18
B. Zat Gizi
Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan didalam alat
pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrient. Zat tersebut
selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh.
Fungsi umum zat gizi tersebut ialah:
1. Sebagai sumber energi atau zat pembangun.
2. Menyumbang pertumbuhan badan.
3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak.
4. Mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral dan
asam-basa di dalam cairan tubuh.
5. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai
antibodi dan antitoksin.
Terdapat penggolongan lain bahan makanan berdasarkan fungsi zat gizi
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Zat gizi penghasil energi, ialah karbohidrat, lemak, dan protein.
Zat gizi ini sebagian besar dihasilkan dari makanan pokok.
2. Zat gizi pembangun sel, terutama diperankan protein. Oleh karena itu,
bahan pangan lauk pauk digolongkan makanan sumber zat pembangun.
3. Zat pengatur, termasuk didalamnya vitamin dan mineral. Bahan pangan
sumber mineral dan vitamin adalah buah sayur.
-
19
Skema 2.1
Zat gizi dan fungsi utamanya
Sumber: Yuniastuti, 2008 Gizi dan Kesehatan.
1. Standar Kecukupan Gizi
Standar kecukupan gizi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan oleh
individu secara rata-rata dalam sehari untuk mencapai derajat optimal.
Kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda tergantung beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Penilaian standar kecukupan gizi berpedoman pada Angka
Kecukupan Gizi (AKG). AKG yang digunakan sebagai pedoman adalah hasil
Widya Karya Pangan dan Gizi yang direvisi setiap lima tahun sekali.
2. Konsep dan Kegunaan Angka Kecukupan Gizi
Pedoman atau acuan jenis dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh
individu secara rata-rata dalam satu hari sangat diperlukan. Berkaitan dengan itu
Karbohidrat
Prinsip
gizi pada
balita
Setelah
anak
berumur
satu tahun
menunya
harus
bervariasi
untuk
mencegah
kebosanan
dan diberi
susu,
serealia
(seperti
bubur
beras, roti),
daging,
sup,
sayuran
dan buah-
buahan.
Makanan
padat yang
diberikan
tidak perlu
diblender
Sumber energi
Pertumbuhan
dan
mempertahnkan
jaringan
Mineral
Regulasi proses
dalam tubuh
Lemak
Vitamin
Air
Protein
-
20
terdapat konsep kebutuhan gizi minimum sehari (minimum daily requirement),
yaitu jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang dalam sehari untuk
hidup sehat. Selain itu, juga dikenal konsep jumlah yang dianjurkan sehari
(recommended dietary allowance/RDA), yaitu standar gizi yang dianjurkan
untuk dimakan agar dapat menjamin kesehatan yang sebaik-baiknya. Dengan
demikian, RDA adalah suatu kecukupan rata-rata gizi setiap hari bagi hampir
semua orang (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan
aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
C. Penilaian Status Gizi
Definisi Penilaian Status Gizi (PSG) adalah interpretasi dari data yang
didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengindentfikasi
populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk.
Tujuan Penilaian Status Gizi:
1. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status
gizi.
2. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari
masing-masing metode yang ada.
3. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan,
dan implementasi untuk penilaian status gizi.
-
21
1. Pengukuran Antropometri
Pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri
gizi. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas dan tebal lemak kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk
mengukur status gizi dari bebagai ketidakseimbangan antara asupan dan
kebutuhan (Supariasa, 2002). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut:
Tabel 2.1
Pengukuran Antropometri yang Utama
Pengukuran Komponen Jaringan utama yang diukur
Tinggi badan Kepala, tulang belakang,
tulang panggul, dan kaki
Tulang
Berat Badan Seluruh tubuh Seluruh jaringan khususnya;
lemak, otot, tulang, tulang
dan air.
Lingkar lengan
Lemak bawah kulit Otot (secara tehnik lebih
sedikit digunakan di negara
maju)
Otot, tulang Lemak (lebih sering
digunakan secara tehnik di
negara maju)
Lipatan lemak Lemak bawah kulit, kulit Lemak
Sumber: Jellife DB & Jellife EFP, 1989. Community Nutritional Assesment.
Oxford University Press dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
-
22
2. Klasifikasi status gizi
Pertimbangan dalam menetapkan batas ambang (cut-off point) status gizi
ini, adalah didasarkan pada asumsi resiko kesehatan:
a. Antara 2 SD sampai + 2 SD, tidak memiliki atau beresiko paling
ringan untuk menderita masalah kesehatan.
b. Antara 2 SD sampai 3 SD atau antara + 2 SD sampai + 3 SD,
memilki resiko cukup tinggi (moderate) untuk menderita masalah
kesehatan.
c. Dibawah 3 SD atau diatas + 3 SD memiliki resiko tinggi untuk
menderita masalah kesehatan.
Dalam keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 920/Menkes/SK/VIII/2002,
disebutkan status gizi anak bawah lima tahun, sebagai berikut:
Tabel 2.2
Klasifikasi Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita)
Indeks Status Gizi Ambang Batas*)
Berat Badan menurut
Umur (BB/U)
Gizi lebih > + 2 SD
Gizi baik - SD sampai + 2 SD
Gizi kurang < - 2 SD sampai - 3 SD
Gizi buruk < - 3 SD
Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U)
Normal - 2 SD
Pendek (stunted) < - 2 SD
Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB)
Gemuk > + 2 SD
Normal - 2 SD sampai + SD
Kurus < - 2 SD sampai - 3 SD
Kurus sekali < - 3 SD
*) SD = Standar Deviasi
-
23
D. Nilai Gizi Pangan (Nutritional Value of Food)
Menurut UU RI No. 7 Tahun1996, mutu pangan (food quality) adalah nilai
yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar
perdangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. Tampak jelas bahwa
nilai gizi pangan merupakan salah satu kriteria mutu pangan yang penting. Nilai
gizi pangan, atau mutu pangan dalam dimensi gizi, yaitu nilai kemanfaatan suatu
pangan terhadap kebutuhan baku tubuh akan energi dan zat gizi. Lebih rinci zat
gizi pangan diartikan sebagai asupan energi dan zat gizi yang dapat memenuhi
kebutuhan tubuh untuk beraktivitas (tenaga), pertumbuhan, pemeliharaan, dan
pengaturan reaksi biokimiawi tubuh. Oleh karena itu nilai gizi pangan perlu
dipertahankan dan diperbaiki agar bermanfaat bagi keseimbangan proses
biokimiawi dalam tubuh manusia.
Tabel 2.3
Nilai kepadatan zat gizi beberapa pangan (dalam 100 gram)
Energi dan zat
gizi
Kepadatan Zat , % AKG
Beras Jagung Terigu Singkong Telur Ikan Udang Kedelai
Energi (Kal) 18,3 17,3 16,7 7,7 9,9 5,4 3,4 19,1
Karbohidrat (g) 28,7 26,8 28,1 13,4 0,3 1,7 0,03 9,1
Protein (g) 15,2 18,4 18,0 2,0 26,0 37,2 31,6 80,8
Lemak (g) 1,3 5,2 1,3 0,4 20,4 1,5 0,3 22,3
Tiamin (mg) 26,0 38,0 10,0 6,0 13,0 3,0 1,0 52,0
Riboflavin (mg) 2,0 6,0 3,5 * 31,5 5,0 2,5 6,0
Niasin (mg) 22,9 12,9 7,1 * 1,4 20,0 12,1 8,6
Vitamin C (mg) 0 0 0 51,7 0 0 0 0
Vitamin A (RE) 0 15,3 0 0 7,5 0 1,8 0,8
Kalsium (Ca; mg) 6,6 1,1 2,4 8,6 13,8 7,3 11,3 24,7
Zat besi (Fe, mg) 5,0 15,0 8,1 6,9 20,6 43,8 37,5 62,5
Sumber: Tejasari (2005).
-
24
Kandungan zat gizi (nutrient content) pangan menunjukan jumlah energi dan
zat gizi dalam pangan, namun tidak langsung menentukan nilai gizi pangan.
Sementara, konsep kepadatan zat gizi (nutrient density) lebih dapat digunakan
untuk menentukan suatu pangan bergizi atau tidak. Yang dimaksud dengan
kepadatan zat gizi adalah nisbah antara kandungan energi, atau zat gizi terhadap
kebutuhan energi, atau zat gizi yang dianjurkan (AKG atau angka kecukupan gizi).
Kepadatan zat gizi dinyatakan sebagai persentase terhadap energi, atau zat gizi
yang dianjurkan (% AKG). Konsep tersebut menjelaskan bahwa pangan bergizi
(nutrient food) adalah pangan yang mampu memberi sumbangan tinggi terhadap
kecukupan dan kebutuhan energi dan zat gizi yang dianjurkan. Oleh karena itu,
kepadatan zat gizi dapat digunakan untuk menilai suatu pangan lebih bergizi dari
jenis pangan yang lain.
E. Kelompok Rawan Pangan Dan Gizi
Kelompok masyarakat yang rawan (vunerable) terhadap pangan dan gizi
dapat dibedakan sesuai dengan:
a. Lokasi tempat tinggalnya, disebut rawan ekologis, misalnya daerah
terpencil.
b. Kedudukan/posisinya di masyarakat, disebut rawan sosio-ekonomis,
misalnya kelompok miskin.
c. Umur dan jenis kelamin, disebut rawan biologis.
-
25
Secara biologis kelompok yang paling rawan terhadap kekurangan pangan
atau gizi adalah bayi, balita dan anak sekolah, wanita hamil dan menyusui,
penderita penyakit dan orang yang sedang dalam penyembuhan, penderita cacat,
mereka yang diasingkan dan para jompo. Semua golongan ini sering kali dijumpai
pada masyarakat miskin dan tidak memliki lahan pangan.
Disektor pertanian, terdapat proporsi rumah tangga miskin yang sangat besar
(72,0%) dibandingkan dengan sektor lainnya (Irawan & Romdiati, 2000).
Kemiskinan inilah yang menjadi akar permasalahan dari ketidak mampuan
keluarga untuk menyediakan pangan dalam jumlah, mutu, dan ragam yang sesuai
dengan kebutuhan setiap individu untuk memenuhi asupan kebutuhan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan, serta kesehatan jasmani maupun rohani.
F. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, dan kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen
tubuh) (Soetjiningsih,1995).
Bogin (1988) mendefinisikan pertumbuhan sebagai meningkatnya secara
kuantitatif ukuran organ atau jaringan. Penambahan ukuran tinggi badan dakm
-
26
centimeter dan berat badan dalam kilogram menunjukan seberapa besar
pertumbuhan anak telah terjadi. Pertumbuhan jaringan tubuh seperti hati dan
otak juga dapat dijelaskan dengan mengukur jumlah, berat atau besar sel yang
ada. Sementara itu Johnston (1986) mendefinisikan pertumbuhan sebagai
peningkatan atau penurunan secara kuantitatif jaringan. Sedangkan Satoto
(1990) mengutif dari pendapat Hurlock (1978) menjelaskan bahwa istilah
pertumbuhan berbeda dengan perkembangan, walaupun tidak bisa dipisahkan
satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan secara konseptual didefinisikan sebagai
perubahan kuantitatif dalam arti meningkatnya ukuran dan struktur.
2. Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dari lingkungan (Soetjiningsih,1995).
Frankerburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental Screening
Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak balita yaitu:
-
27
1) Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkunganya.
2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat. Misalnya kemampuan memegang suatu benda dan
kemampuan untuk menggambar.
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
4) Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek
perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB (Bina
Keluarga dan Balita) yaitu perkembangan:
1) Tingkah laku sosial
2) Menolong diri sendiri
3) Intelektual
4) Gerakan motorik halus
-
28
5) Komunikasi pasif
6) Komunikasi aktif
7) Gerakan motorik kasar.
G. Prinsip Gizi Pada Balita
Setelah anak berumur satu tahun menunya harus bervariasi untuk mencegah
kebosanan dan diberi susu, serealia (seperti bubur beras, roti), daging, sup, sayuran
dan buah-buahan. Makanan padat yang diberikan tidak perlu diblender lagi
melainkan yang kasar supaya anak yang sudah mempunyai gigi dapat belajar
mengunyah. Adakalanya anak tidak mau makan dan sebagai gantinya ibu
memberikan susu. Kebiasaan demikian akan mengarah kediet yang hanya terdiri
dari susu saja. Jika anak tidak mau makan makanan padatnya, jangan diberikan
susu sebagai pangganti akan tetapi bawa pergi makanan itu dan coba lagi jika anak
sudah tidak lapar.
Tabel 2.4
Kecukupan gizi rata-rata pada anak prasekolah
Golongan
Umum
Berat
Badan
Tinggi
Badan Energi Protein
1-3 tahun 12 kg 89 cm 1220 Kkal 23 gram
4-6 tahun 18 kg 108 cm 1720 Kkal 32 gram
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ke-4
-
29
Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukan
pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi
setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur
yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi.
Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil
muda dapat berpengaruh pada pertumbuhan seorang balita. Masa balita adalah
masa pertumbuhan sehingga memerlukan gizi yang baik. Bila gizinya kurang itu
akan berpengaruh pada kehidupannya di usia sekolah dan prasekolah.
H. Mengatur Makanan Anak Usia Dibawah Lima Tahun
Makanan memberikan sejumlah zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh
kembang pada setiap tingkat perkembangan dan usia, yaitu masa bayi, masa balita
dan masa usia prasekolah. Pemilihan makanan yang tepat dan benar, bukan saja
akan menjamin kecukupan gizi bagi tumbuh kembang fisik, tetapi juga
perkembangan sosial, psikologis dan emosional. Kebutuhan manusia akan zat gizi
untuk tiap kurun umumnya sama, dan hanya jumlah zat gizi yang dibutuhkan yang
berbeda. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, anak
memerlukan keteladan terutama dari lingkungan keluarga, guna menciptakan
makan dan pola makan yang sehat. Kedua, para orang tua hendaknya mendorong
anak menyenangi aneka ragam makanan. Penanaman kebiasaan makanan yang
baik dan sehat sejak usia dini dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan
kesehatan yang bersumber pada kesalahan akan makan, seperti kurang gizi,
-
30
kegemukan (obesitas), penyakit kencing manis, penyakit kardiovaskuler dan
berbagai penyakit kronis.
I. Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita
1. Pendidikan
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting
yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang
dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan
atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1987). Seseorang
dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan
yang memenuhi persyaratan gizi dibanding dengan orang lain yang
pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah, kalau
orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan
mustahil pengertian gizinya akan lebih baik (Apriadji, 1986).
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan
kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam kesehatan.
Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik
praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan
adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep
-
31
dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti pendidikan itu terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat
(Notoadmodjo, 2003).
Pendidikan pada hakekatnya adalah:
a. Salah satu bentuk pemecahan masalah kesehatan dengan pendekatan
pendidikan.
b. Suatu bentuk penerangan pendidikan dalam pemecahan masalah
kesehatan masyarakat.
c. Suatu usaha untuk membantu individu, keluarga atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan atau perilaku untuk mencapai kesehatan
secara optimal.
d. Didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan,
perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa, lebih matang pada diri
individu, kelurga, kelompok, dan masyarakat.
e. Merupakan komponen vital dalam community health nursing sebab
peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan kesehatan mengandalkan
klien untuk memahami syarat-syarat pemeliharaan kesehatan.
f. Salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan.
g. Salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan.
-
32
Unsur-unsur pendidikan
a. Input
Input adalah sasaran pendidikan yaitu individu, kelompok, masyarakat,
dan pendidik atau pelaku pendidikan.
b. Proses
Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
c. Output
Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau pelaku.
Perlu dipertimbangkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode
penyuluhan yang tepat. Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat
diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam
keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Apriadji, 1986).
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya. Yang berbeda sekali dengan kepercayaan
(beliefes), takhayul (supersitition, dan penerangan-penerangan yang keliru
(misinformation). (Soekanto, 2003). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
-
33
tertentu. Penginderaan terjadi melaui panca indera, penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang
sangat utuh terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoadmodjo,
2003).
a. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut
Notoadmodjo (2003) mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, mengingat kembali temasuk (recall) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara luas.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah di pelajari pada situasi atau kondisi nyata.
-
34
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran penilaian
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga
kenyataan: (1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan; (2) setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika
makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi; (3) ilmu
gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
-
35
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
1) Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan (Kuncoroningrat,
1997).
2) Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan
cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak
tantangan (Erick, 1996).
3) Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun (Elizabeth, BH, 1995).
3. Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dan
biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih
tinggi. Khumaidi (1989) menyebutkan bahwa anak laki-laki biasanya
mendapatkan prioritas yang lebih tinggi dalam hal makanan dibandingkan anak
perempuan. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa kekurangan gizi lebih
banyak terdapat pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
-
36
4. Sosial Ekonomi
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah
tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan
keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar
kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat
pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan
terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan
makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang dengan tingkat
ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian pendapatan untuk
makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang
belanja untuk makanan. Berg (1986) mengatakan bahwa pendapatan merupakan
faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangannya.
5. Pekerjaan Ibu
Menurut Hurlock (1999), pengaruh ibu yang bekerja terhadap hubungan ibu
dan anak, sebagian besar bergantung pada usia anak pada waktu ibu mulai
bekerja. Jika ia mulai bekerja sebelum anak telah terbiasa selalu bersamanya
dan sebelum suatu hubungan terbentuk maka pengaruhnya akan minimal, tetapi
bila hubugan ibu dan anak telah terbentuk maka pengaruhnya akan
mengakibatkan anak merasa kehilangan dan kurang diperhatikan.
-
37
Menurut pudjiadi (2000), para ibu setelah melahirkan kemudian langsung
bekerja dan harus meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore akan membuat
bayi tidak mendapat ASI sedangkan pemberian pengganti ASI maupun
makanan tambahan tidak dilakukan dengan semestinya.
6. Pendapatan keluarga
Pendapatan/kapita/bulan adalah besarnya rata-rata penghasilan yang
diperoleh seluruh anggota keluarga (ayah dan ibu, jika bekerja) dibagi dengan
jumlah anggota keluarga. Pendapatan seseorang identik dengan mutu sumber
daya manusia, sehingga seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya
memiliki pendapatan yang relatif tinggi pula. Pendapatan keluarga juga
tergantung pada jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga lainnya.
Pendapatan keluarga akan relatif lebih besar jika suami dan istri bekerja bekerja
diluar rumah (Susanti, 1999).
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak
dan status gizi anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik primer maupun sekunder.
Berdasarkan hasil laporan statistik yang dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat
Statistik) diketahui bahwa pendapatan per kapita penduduk Indonesia tahun
2007 sebesar 17.600.000,- per orang/tahun. Artinya untuk keluarga dengan 4
orang (orang tua dengan 2 anak) didapat penghasilan keluarga sebesar Rp
-
38
6000.000,- per bulan (Anonim, 2008). Jika dihitung dalam per kapita penduduk
diperoleh sebesar Rp 1.500.000,- /kapita/bulan.
7. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya
cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang
diterima oleh anak. Lebih-lebih jika jarak anak terlalu dekat. Menurut Apriadji
(1986) jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi
makanan, yaitu jumlah dan distribusi makanan dalam rumah tangga. Dengan
jumlah anggota keluarga yang besar diikuti dengan distribusi makanan yang
tidak merata, dengan asumsi orang dewasa lebih banyak dari anak-anak akan
menyebabkan anak balita dalam keluarga tersebut menderita kurang gizi.
J. Akibat KEP (Kurang Energi Protein)
Kekurangan protein terdapat pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah.
Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada
anak-anak balita. Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan dengan
kekurangan energi yang menyebabkan kondisi malnutrisi yang dinamakan
marasmus.
1. Kwashiorkor
Istilah kwashiorkor pertama diperkenalkan oleh Dr.Cecily Williams pada
tahun 1933 ketika dia menentukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Ditinjau dari
-
39
golongan umur, kwashiorkor sering terjadi pada anak balita. Angka kejadian
tertinggi pada umur 1 - 2 tahun, yaitu saat terjadinya penyapihan sedangkan
anak belum mengenal jenis makanan lainnya. Pada masa pertumbuhan balita
memerlukan protein lebih banyak dibanding orang dewasa, apabila
keseimbangan energi protein tidak terpenuhi, maka setelah beberapa saat anak
akan menderita malnutrisi protein.
Gejala kwashiorkor
Gejala umum kwashiorkor adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis.
b. Edema.
c. Otot menyusut (kurus).
d. Depigmentasi rambut dan kulit.
e. Karakteristik di kulit: timbul sisik, gejala kulit itu disebut dengan flaky paint
dermatosis.
f. Hipoalbuminemia, infiltrasi lemak dalam hati yang reversibel.
g. Atropi dari kelenjar Acini dari pankreas sehingga produksi enzim untuk
merangsang aktivitas enzim atau mengeluarkan juice duodenum terhambat.
h. Anemia.
i. Masalah diare dan infeksi.
-
40
j. Menderita kekurangan vitamin A, dihasilkan karena ketidakcukupan sintesis
plasma protein pengikat retinol sehingga sering kali timbul gejala kebutaan
yang tetap atau permanen.
2. Marasmus
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kalori yang
kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badannya sangat rendah
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).
a. Gejala marasmus
Gejala umum maarasmus adalah:
1) Kurus kering.
2) Tampak hanya tulang dan kulit.
3) Otot dan bawah kulit atropi (mengecil).
4) Wajah seperti orang tua.
5) Keriput atau kulit wajah mengkerut.
6) Lemas, layu/kering.
7) Diare umum terjadi.
b. Masalah penyebab terjadinya marasmus
Marasmus terjadi karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:
1) Masalah sosial yang kurang menguntungkan
2) Kemiskinan
3) Infeksi.
-
41
3. Stunting dan Wasting
Stunting (tubuh yang pendek) dan wasting (tubuh yang kurus) didiagnosis
melalui pemeriksaan antropometri. Berat badan dan tinggi badan anak
dinyatakan dalam skor standar nilai tengah (median of reference) yang diterima
secara international sebagai acuan menurut usia dan jenis kelamin. Kekurangan
berat badan yang sedang (moderat) menunjukan bahwa berat badan menurut
usia yang kurang dari -2 SD dibawah nilai tengah/median dari NCHS (the
National for Center Health Statistics), stunting yang menunjukkan tinggi badan
menurut usia yang kurang dari -2 SD, dan wasting yang sedang menunjukkan
berat badan menurut tinggi badan yang kurang dari -2 SD. Nilai dibawah -3 SD
menunjukkan keadaan yang parah.
4. Penyakit Infeksi
Scrimshaw (1968, 2003) mengemukakan interaksi sinergis antara gizi
dengan infeksi. Dikemukakan bahwa kurang gizi sebagian besar diikuti dengan
infeksi, dan sebaliknya, infeksi akan mempengaruhi status gizi. Tomkins (1989)
menjelaskan proses hubungan antara kesakitan, kekurangan asupan gizi dengan