arif kurniawan - fkik
DESCRIPTION
Arif Kurniawan - FkikTRANSCRIPT
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 1/169
GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI
GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
TAHUN 2014
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH :
ARIF KURNIAWAN
NIM : 107101001772
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 2/169
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 3/169
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 14 Juli 2014
Arif Kurniawan, NIM : 107101001772
Gambaran Manajemen dan Sistem Proteksi Kebakaran di Gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2014(xvi+ 129 halaman, 22 tabel, 3 bagan, 9 gambar)
ABSTRAKKebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember 2012
mencapai angka 1.008 kejadian, Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) Universitas Islam Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di
dalamnya mempunyai resiko terjadinya kebakaran.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manejemen dan sistem
proteksi kebakaran di gedung FKIK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif dengan desain studi kasus, yaitu membandingkan denganPermen PU No.26/PRT/M/2008, Permen PU No.10/PRT/M/2009, dan SNI (Standar
Nasional Indonesia), serta standart international yaitu NFPA (1995). Penelitian ini
menggunakan data primer dengan instrumen observasi lapangan dan dokumentasi.Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan, manajemen proteksi kebakaran
yang belum semua terpenuhi adalah prosedur tanggap darurat, organisasi proteksi
kebakaran, dan sumber daya manusia. Rata-rata proteksi aktif di gedung FKIK cukup
baik artinya terpasang tapi ada beberapa sarana proteksi aktif yang belum terpasang danada yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan (74,4%). Dan rata-rata sarana
penyelamat jiwa di gedung FKIK adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan (76,25%).
Untuk itu diperlukan pengadaan dan perbaikan bagi manajemen dan sistem
proteksi kebakaran yang belum memenuhi persyaratan, serta dilakukannya pemeliharaan
terhadap sistem yang telah tersedia.
Kata kunci : Manajemen Proteksi Kebakaran, FKIK .
Daftar Bacaan : 32 (1987 - 2012)
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 4/169
iii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY
Paper, 14 Juli 2014
Arif Kurniawan, NIM : 107101001772
Preview of Management and Fire Protection Systems at The Faculty of Medicine
and Health Sciences UIN Jakarta 2014(xvi + 129 pages, 22 tables, 3 charts, 9 pictures)
ABSTRACTFires in Jakarta from January to December 27, 2012 reached 1,008 occurrences.
Faculty of Medicine and Health Sciences State IslamicUniversity Jakarta is an education
institute which has a risk of fire.This study aims to describe management and fire protection systems in Faculty
of Medicine and Health Sciences building. The research used descriptive quantitative
method with case study design, which compares with regulation of minister PU
No.26/PRT/M/2008, regulation of minister PU No.10/PRT/M/2009, and SNI(Indonesian National Standard), and international standards NFPA (1995). This study
uses primary data with field observations and documentation instruments.
The results of the study is the management of fire protection which not fulfilledare emergency procedures, fire protection organizations, and human resources. Active
protection in the building overall is good but there are some active protection that has
not been installed and are not in accordance with the laws and regulations (74.4%). And
the average of life-saving tool in the building had been good but there are some life-saving tool that has not been installed and are not in accordance with the laws and
reglations (76,25%).
It required the procurement and improvementof management and fire protectionsystem which has not fulfilled the regulations, and maintain the available systems.
Keyword : Fire Protection Management, FKIK
References : 32 (1987-2012)
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 5/169
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 6/169
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 7/169
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Arif KurniawanTempat/Tanggal Lahir : Sukosari, 04 Juli 1989
Jenis Kelamin : Laki-lakiAgama : IslamAlamat : Jl. Kramat IV No.24 Kwitang Jakarta Pusat
No. Telepon : 085664617244 / 081314712299
Email : [email protected] : kurniawan arif
PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN 2 Sukosari Way Kanan, Lampung Lulus Tahun 2001
2. MTs Darul A’mal Kota Metro Lampung, Lulus Tahun 2004
3. MA Darul A’mal Kota Metro Lampung, Lulus Tahun 2007 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014
PENDIDIKAN NON FORMAL
Madrasah Diniyah Salafiyah, Darul A’mal Kota Metro
PENGALAMAN ORGANISASI
1.
2007-2008 : Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS
2. 2008-2009 : Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS3. 2008-2009 : Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK
4. 2009-2010 : Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT
5. 2009-2010 : Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia
6. 2010-2011 : Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT7. 2011-2013 : Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional.
8. 2011-2013 : Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU
9. 2013-2015 : Direktur Student Crisis Centre PP IPNU
Jakarta, Juli 2014
Arif Kurniawan
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 8/169
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang ini. Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan
kepada Rosul tercinta, Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu
Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.
Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama penyusunan Skripsi ini, penulis selalu mendapat motivasi, bantuan dan
dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini. Penulis sangat berterima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini,
diantaranya :
1. Kedua orang tua penulis. Abah Alm. Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat
Allah S.W.T dan ibu Tukilah. Terima kasih untuk semua hal yang sudah
diberikan, yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan
demi kesuksesan penulis.
2. Prof.Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Febrianti, SP, MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 9/169
viii
4. Ibu Riastuti Kusumawardani SKM, M.KM selaku Dosen Pembimbing I, terima
kasih penulis ucapkan atas waktunya, semua arahan, inspirasi, dan masukkan
serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
5. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II,
terima kasih penulis ucapkan atas waktunya, semua arahan, masukan, bimbingan,
inspirasi, serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan
skripsi.
6.
dr Ainun Naimmah Kurniawan, terima kasih atas segala motivasi, kesabaran, dan
meluangkan waktu untuk mendapingi penulis, serta selalu mendoakan agar
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Teman-Teman Kelas K3, Gizi, Kesmas A serta OPUS. Semoga kita dapat
menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat
berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak, amin.
8. Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu
Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan
dalam laporan ini.
Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari
Penulis selaku manusia yang dhaif, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat
Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan
datang.
Jakarta, Juli 2014
Penulis
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 10/169
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …............................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………………… 61.4.1 Tujuan Umum.................................................................................................. 6
1.4.2 Tujuan Khusus ……………………………………………………………… 6
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 61.5.1 Bagi mahasiswa............................................................................................... 6
1.5.2 Bagi FKIK…….…………………………...................................................... 7
1.6. Ruang Lingkup ................................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran……………...................................................................................... 8
2.1.1 Definisi Kebakaran …..……………………………………………………. 8
2.1.2 Teori Segitiga Api………………………. ………………………………… 92.1.3 Klasifikasi Kebakaran……………………………………………………… 10
2.1.4 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaran……………………………………….. 12
2.1.5 Bahaya-Bahaya Kebakaran………………………………………………… 142.1.6 Penanggulangan Kebakaran………………………………………………... 16
2.2 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung…………………………………….. 18
2.2.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran……………………………………… 192.2.2 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung………………………… 19
2.2.3 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran…… 22
2.3 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif…………………………………………….. 22
2.3.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)………………………………………… 232.3.2 Hidran………………………………………………………………………... 24
2.3.3 Alarm Kebakaran……………………………………………………………. 27
2.3.4 Sprinkler Otomatis…………………………………………………………. 292.3.5 Sistem Deteksi………………………………………………………………. 32
2.4 Sarana Penyelamat Jiwa………………………………………………………. 33
2.4.1 Pintu Darurat………………………………………………………………… 34
2.4.2 Tangga Darurat……………………………………………………………… 342.4.3 Tanda Petunjuk Arah………………………………………………………… 36
2.4.4 Tempat Berhimpun…………………………………………………………... 36
2.5 Kerangka Teori………………………………………………………………… 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep……………………………………………………………… 38
3.2 Definisi Operasional…………………………………………………………… 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ……………………………………………………………… 48
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 11/169
x
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………………………………. 494.3 Pengumpulan Data...………………………………………………………… ... 49
4.3.1 Sumber Data…… …………………………………………………………… 49
4.3.2 Instrumen Penelitian ………………………………………………………… 49
4.4 Pengolahan Data ……………………………………………………………… 504.5 Analisa Data…………………………………………………………………… 51
4.6 Populasi dan Sampel…………………………………………………………… 52
BAB V HASIL
5.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK …………………….. 53
5.2 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIK………… …………………. 595.3 Sumber Daya Manusia…………………………..…………………………….. 62
5.4 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di GedungFKIK …………………………………………………………………………..
64
5.5 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK ………………………….. 65
5.5.1
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)………………….……………………... 655.5.2 Hidran…………………………………………….………………………….. 70
5.5.3 AlarmKebakaran…………………………………………………………….. 74
5.5.4 Sprinkler……………………………………….……………………………. 76
5.5.5 Detektor Kebakaran ………………………………………………………… 80
5.6 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK ……………… 83
5.7 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIK…………………………………… 84
5.7.1 Pintu Darurat di Gedung FKIK…………………………………………….. 84
5.7.2 Tangga Darurat di Gedung FKIK………………………………………….. 87
5.7.3 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIK……………………………… 90
5.7.4 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK……………………………………… 92
5.8 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIK…………… 94
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 K eterbatasan Penelitian ………………………………………………………. 95
6.2 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FK IK……………………… 95
6.3 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK ……………….................... 1016.4 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIK…………………………………….. 112
6.5 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK………………………….. 113
6.5.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR )……………………………………….. 1136.5.2 Hidran……………………………………………………………………… . 114
6.5.3 AlarmKebakaran…………………………………………………………… . 1166.5.4 Sprinkler …………………………………………………………………… .. 117
6.5.5 Detektor Kebakaran………………………………………………………… 119
6.6 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIK…………………………………… 1216.6.1 Pintu Darurat di Gedung FKIK……………………………………………. 121
6.6.2 Tangga Darurat di Gedung FKIK…………………………………………. 123
6.6.3 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIK……………………………… 125
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 12/169
xi
6.6.4 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK………………………………………. 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan……………………………………………………………………… 128
7.2 Saran………………………………………………………………..………… 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 13/169
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Jenis APAR dan Kelas Kebakaran…………………….. 24
2.2 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan........................................................
27
2.3 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis, Jumlah lantai, dan Luas Lantai……………..........
28
2.4 Kapasitas Minimum Reservoir………............................ 30
2.5 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaan……………………………...........
31
2.6 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannya……………………………………..............
33
4.1 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et al ………………………….....................
50
5.1 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No.20/PRT/M/2009……………................................
54
5.2 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No.20/PRT/M/2009……………………………........
59
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 14/169
xiii
5.3 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No.20/PRT/M/2009.......................................
63
5.4 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta……………....................
64
5.5 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No.
26/PRT/M/2009................................................................
66
5.6 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000……………
72
5.7 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000…………………..
75
5.8 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000..................................................................................
77
5.9 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000....................................................................
81
5.10 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK.................................................................................
83
5.11 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No.26/PRT/M/2008..........................................................
85
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 15/169
xiv
5.12 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No.26/PRT/M/2008…………..........................................
88
5.13 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008..........................
91
5.14 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101....................................................................................
93
5.15 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK...................................................................
94
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 16/169
xv
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
2.1 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaran……………………………...... 21
2.2 Bagan Kerangka Teori……………………………………………............. 37
3.1 Bagan Kerangka Konsep.............................................................................. 40
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 17/169
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
5.1 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK……………………………... 66
5.2 Hidran Gedung……………………………………………......................... 715.3 Hidran Halaman........................................................................................... 72
5.4 Sprinkler Otomatis....................................................................................... 77
5.5 Detektor Asap.............................................................................................. 81
5.6 Pintu Darurat................................................................................................ 845.7 Tangga Darurat............................................................................................ 875.8 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar.............................................................. 90
5.9 Tempat Berhimpun...................................................................................... 93
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 18/169
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat, reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey,
1997). Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000,
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya. Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan, perkotaan, pemukiman
maupun digedung perkantoran. Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita. Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Suma’mur, 1994).
Pada awal abad ke-21, jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa,
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran. Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700.000.000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al.2006).
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1.348.500. Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 19/169
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242.000 kasus ( Departement for
communities and local government: London, 2010). Di New Zealand, pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69.579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53.940 dan dipedesaan sebanyak 15.639 (New
Zealand Fire Service, 2010).
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli,2010). Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 62,8% disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik. Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran, khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho,2010).
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa,
kerugian materi, menurunnya produktivitas, gangguan bisnis, dan kerugian sosial
(Ramli, 2010). Pada tahun 2010, dari 1.331.500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas, jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3.120 jiwa, 17.720 injury, dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11.593.000.000 dolar (Karter, 2011).
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1.008 kejadian. Kebakaran ini terjadi di lima wilayah, yaitu
Jakarta Timur, Barat, Selatan, Utara, dan Pusat. Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali. Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian. Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 20/169
3
sebanyak 46 kali, lampu 1 kali, dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan, sampah, atau obat nyamuk. Dari 1.008 kebakaran tersebut, diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290.304.480.000. Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah,2012).
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik, kompor ataupun merokok,
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung. Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit, baik korban jiwa
atau korban secara finansial. Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran, agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi.
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost ) dan kerugian tidak langsung (indirect cost ). Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran,
dan kerusakan sarana produksi. Disamping kerugian langsung (direct cost ),
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost ) antara lain
kerugian jam kerja, jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera, kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas. Selain itu ada juga kerugian produksi, kerugian sosial, dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli.2010).
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 21/169
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan, ruang dosen, perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran. Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran, diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan, arsip-arsip dosen, bahan kimia di dalam laboratorium,
instalasi listrik di setiap ruang gedung, yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013,
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa, akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya. Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan. Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK, sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran, tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien. Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai “Gambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu K esehatan Universitas Islam Negeri Jakarta”.
1.2 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun, banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 22/169
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia, khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013,
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa, akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya. Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan. Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu : Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta ?
2. Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta?
3. Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran?
4. Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta,
meliputi Alarm, Hidran, Detector, Sprinkler, dan APAR?
5.
Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta, meliputi pintu darurat, tangga darurat, tempat berhimpun, dan
petunjuk arah jalan keluar ?
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 23/169
6
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2. Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta.
3.
Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4. Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti: Alarm, Hidran,
Detektor, Sprinkler, APAR di gedung FKIK UIN Jakarta.
5. Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti: pintu darurat,
tangga darurat, tempat berhimpun, petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung.
2. Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 24/169
7
1.5.2 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2. Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
1.6
Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen, sarana proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat, organisasi
proteksi kebakaran, dan sumber daya manusia. Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi : Alarm kebakaran, Detector, Sprinkler,
APAR, dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi : jalan keluar,
pintu darurat, tangga darurat, dan tempat berhimpun. Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No.26/PRT/M/2008, Permen PU No.20 PRT/M/2009,
dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 25/169
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran
2.1.1 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010, kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia.
Menurut Standar Nasional Indonesia, kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api,
cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau produk dan
efek lainya.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan.
Menurut Zaini (1998), kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar. Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 26/169
9
Sedangkan menurut Basri (1998), yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan. Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka, khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran.
2.1.2 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI), terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur :
1. Adanya bahan yang mudah terbakar
2. Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3. Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia. Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron).
Didalam peristiwa terjadinya api/kebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar, zat
pengoksidasi/oksigen dan suatu sumber nyala/panas. Kebakaran adalah
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 27/169
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/penyalaan. Bahan bakar
dapat berupa bahan padat, cair, dan uap/gas. Pada bahan bakar yang
menyala, sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar, melainkan
gas/uap yang dikeluarkan (Depnaker,1987).
Apabila bahan bakar, zat pengoksidasi, dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu, maka kebakaran dapat terjadi,
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika:
a.
Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup.
b. Tidak ada zat pengoksidasi/oksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup.
c. Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran.
2.1.3 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya. Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah, lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran. Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.Per.04/Men/1980 yang menurut jenisnya adalah :
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 28/169
11
1. Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya, kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar, molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar. Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar.
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara. Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air.
2. Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya.
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas, dan gas ini yang dapat terbakar.
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran.
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain. Contohnya : solar, minyak tanah, dan bensin. Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam), sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical), gas halon, dan gas CO2.
3. Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan, yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 29/169
12
aliran listrik, kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical), gas
halon gas CO2, dry powder.
4. Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium, sodium,
latium, dan potassium. Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula. Pada kebakaran logam ini perlu dengan alat/media khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose.
2.1.4 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran.
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis, khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli,2010).
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 30/169
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia,
faktor teknis, dan faktor alam (Depnaker, 1987 )
1.
Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran, antara lain :
a. Faktor pekerja.
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran.
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, melebihi kapasitas yang
telah ditentukan.
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran.
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin.
5) Adanya unsur kesengajaan.
b.
Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja.
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 31/169
14
2. Faktor teknis
a. Melalui proses fisik/mekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka.
b. Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan,
penyimpanan, penanganan bahan/barang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada.
c. Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain.
2.1.5 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia, kerugian harta
benda, dampak ekonomi ataupun dampak sosial. Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan, hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap, panas, nyala, dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat.
Sedangkan menurut Suma’mur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam. Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas. Pada beberapa zat, reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa. Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 32/169
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut :
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 0,5
mikron, sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon.
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000°F-1200°F, oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan. Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata, selaput lendir pada
hidung, dan tenggorokan.
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300°F
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat. Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga, kehilangan cairan
tubuh, terbakar atau luka bakar pada pernafasan, dan mematikan kerja
jantung.
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 33/169
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia).
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO, SO2, H2S, NH3, HCN, C3H4O, gas dari
pembakaran plastik, dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu,
tekstil dan kertas. Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun. Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut.
2.1.6 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran, dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI No.Kep.186/MEN/1999).
Sedangkan menurut Suma’mur (1981), penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan,
pengamatan, dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan.
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran :
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 34/169
17
1. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2. Pembuatan bangunan yang tahan api
3.
Pengawasan yang teratur dan berkala
4. Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987), pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran, secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera, sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan. Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara, yaitu :
a.
Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran. Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas. Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100°F (37°C).
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 35/169
18
b. Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam. Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali.
c. Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif, akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit.
d.
Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran.
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan).
2.2 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan, manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan.
Setiap pemilik / pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri, memitigasi, merespon
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 36/169
19
dan pemulihan akibat kebakaran. Selain itu setiap pemilik/pengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI, 2009)
2.2.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan, penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran, pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan), dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU, 2009).
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran, rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU, 2009).
2.2.2 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab, personil komunikasi, pemadam kebakaran,
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 37/169
20
penyelamat/paramedic, ahli teknik, pemegang peran kebakaran lantai, dan
keamanan.
a.
Kewajiban pemilik/pengguna gedung
Pemilik/pengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran ( fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran ( fire emergency plan) (Kementerian PU, 2009).
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran, tapak, dan fasilitas yang tersedia pada bangunan. Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu, maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU, 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20/PRT/M/2009.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 38/169
21
Bagan 2.1 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber :Kementerian PU, 2009
b. Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari :
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan, membawahi :
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan, membawahi :
a)
Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIK/PENGELOLA/
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 39/169
22
2.2.3 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2009, untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan, pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran,
meliputi :
a. Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b. Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c. Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas, fungsi
bangunan gedung, klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran,
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung. Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU, 2009).
2.3 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis. Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm, Hidran, Detektor, Sprinkler, dan
APAR.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 40/169
23
2.3.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010), Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut, diangkat, dan
dioperasikan oleh satu orang.
Menurut Perda NO. 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran. Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi :
a. Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat, dicapai, diambil, serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan.
b. Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai.
c. Tabung tidak boleh berkarat
d. Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat.
e. Belum lewat masa berlakunya
f. Warna tabung mudah terlihat
g. Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut :
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2)
Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai, kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 41/169
24
Menurut Zaini (1998), faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut:
1.
Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2. Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3. APAR disesuaikan dengan pekerjaannya.
4. Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi.
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu :
Tabel 2.1
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu, kertas, teks, plastic, busa,
Styrofoam, file
Tepung kimia serba
guna, air, CO2
B Bahan bakar minyak oil, aspal,
cat, alcohol, elpiji
Tepung kimia biasa, CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logam,magnesium,titanium,alumunium
Tepung kimia khususlogam
Sumber: Santoso,2004
2.3.2 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker,1987). Hidran biasanya dilengkapi dengan selang ( fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah. Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang, digunakan alat yang disebut dengan kopling
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 42/169
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh.
Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual, setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman.
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran, kotak hidran harus mudah dilihat, mudah dicapai, tidak terhalang
oleh benda lain. Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan “HIDRAN” dengan warna putih, tinggi tulisan
minimum 10 cm.
Berdasarkan jenis penempatannya, hidran terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut.
2. Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan,
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu :
a. Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 43/169
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat.
3)
Selang kebakaran dengan diameter maksimum 1,5 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas, panjang maksimum selang
harus 30 meter.
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran.
b. Pemasangan hidran kebakaran
1)
Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 2,5 inci
(6,25 cm), minimal debit air 380 liter/menit, kotak hidran gedung
harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain.
3) Hidran halaman, harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm), debit air hidran 250
galon/menit atau 1,125 liter/menit untuk setiap kopling, hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm), dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm), kotak hidran
halaman harus mudah dibuka, mudah dilihat, mudah dijangkau,
dan tidak terhalang oleh benda lain.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 44/169
27
Tabel 2.2
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
BangunanKlasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E >8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber: Kepmen PU NO.10 tahun 2000
2.3.3 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02/Men/1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa:
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu :
a. Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa :
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 45/169
28
b. Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator.
c. Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal.
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 tahun 1992, ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut:
a)
Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas, sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2).
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2).
Tabel 2.3
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis, Jumlah Lantai, dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
>4
185
l.a.b
l.a.b
Manual
Otomatis
OtomatisPertokoan &
pasar
1
2-4
>4
185
l.a.b
l.a.b
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
>4
185
l.a.b
l.a.b
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit &
perawatan
1
2-4
l.a.b
l.a.b
Manual
Otomatis
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 46/169
29
>4 l.a.b Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
>4
l.a.b
l.a.b
l.a.b
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4>4
l.a.b
l.a.bl.a.b
Manual
OtomatisOtomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
>4
i.d
375
l.a.b
i.d
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
>4
i.d
l.a.b
l.a.b
I,d
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
>4
i.d
375
l.a.b
i.d
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
>4
i.d
375
l.a.b
I,d
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No.3 tahun 1992
Keterangan : i.d = tidak dipersyaratkan l.a.b =tidak ada batas luas.
2.3.4 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran, sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum,2008).
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata. Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No.3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 47/169
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu.
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu :
a) Komponen persediaan air/ reservoir , untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam. Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan. Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 2.4
Tabel 2.4
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber : SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan, pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik, pompa diesel, dan pompa jockey.
c) Komponen pemipaan, pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve. Pada komponen
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 48/169
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 2.5.
Tabel 2.5
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaanJenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 liter/menit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 liter/menit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 liter/menit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 liter/menit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 liter/menit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut :
a. Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter.
b. Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 2,5 inci
c. Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d. Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e. Kapasitas tanki/reservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f. Kapasitas aliran pompa 375 liter/menit
g.
Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h. Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 49/169
32
2.3.5 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari :
a. Detector asap yaitu : detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu. Detector asap ( smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas. Persyaratan
untuk detector asap yaitu :
1)
Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector .
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38°C
b. Detector panas yaitu : detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas. Persyaratan untuk detector
panas yaitu :
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 50/169
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m.
Tabel 2.6
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunan,ruangan resepsionis, ruang tamu,
ruang mesin, ruang lift, ruang pompa, ruang AC, tangga, koridor, lobi,
aula, perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformator/diesel, ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar, ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber : SNI 03-6574 tahun 2000
2.4 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No.26/PRT/M/2008, setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat. Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi.
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah :
tangga kebakaran, pintu darurat, dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum, 2008).
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 51/169
34
2.4.1 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun,
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh.
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000, penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan. Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60, dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor, mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 2,5 menit.
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar / exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker,1987).
2.4.2 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran, tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantai/lebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih. Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 52/169
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai, akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum,2008).
Tangga yaitu alat tersendiri / bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumam’mur, 1996). Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat.
Menurut SNI 1728 tahun 1989, tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekan/pendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat. Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman. Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun.
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989, tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding, tidak untuk menyimpan barang, terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC, ruang sirkulasi
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 53/169
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran, tidak boleh berbentuk
tangga spiral.
2.4.3
Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit.
2.4.4 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran.
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku.
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
0,3 m2 per orang.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 54/169
37
2.5 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber, kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 2.2 dibawah ini :
Sumber : Permen PU No.20/PRT/M/2009, Permen PU No.26/PRT/M/2008, SNI 03-
3985-2000. Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1. Prosedur
tanggap darurat
2. Organisasi
proteksi
kebakaran
3.
Sumber dayamanusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1. Alarm
2. Hidran
3. Detektor
4. Sprinkler
5. APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1. Pintu darurat
2. Tangga darurat
3. Petunjuk arah
4. Tempat
berhimpun
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 55/169
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan, Setiap pemilik
/pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri, memitigasi, merespon dan pemulihan
akibat kebakaran. Selain itu setiap pemilik/pengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis. Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm, Hidran, Detektor, Sprinkler, dan
APAR. Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 56/169
39
Berdasarkan peraturan diatas, maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat, organisasi proteksi kebakaran, sumber daya
manusia, sarana proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran. Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005), setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran, sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 57/169
40
Bagan 3.1 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 58/169
41
3.2
Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan pembentukan
tim
perencanaan,
penyusunan
analisis risiko
angunan
gedung
terhadap
ahaya
kebakaran,
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1)
Baik : apabila seluruhelemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-
80%
3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 59/169
42
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
agian-bagian
dan memeiliki
tugas,
ewenang, dan
tanggung
awab yang
dibentuk dalam paya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-
80%3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
ertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan,
pengalaman,da
n keahlian
dalam bidang
proteksikebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-
80%
3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memilikitingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman tahun
2005
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 60/169
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut,
diangkat, dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara >80%-100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60%-80%3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
<60%
Sumber : puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
ertekananyang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memilikitingkat kesesuaian antra 60%-
80%
3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 61/169
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
ntuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadiankebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist, Presentase
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-
80%3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
erbentuk
deflector pada
jung mulut
pancarnya,
sehingga airdapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist, Presentase
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-
80%
3)
Kurang : apabila seluruhelemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 62/169
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
erfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist,
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-
80%3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
ila terjadi
kebakaran;
Observasi dan
dokumentasi
Checklist,
meteran,
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-
80%
3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memilikitingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 63/169
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
angunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankandijaga untuk
angka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
ntuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist ,
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-
80%3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist ,
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-80%
3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 64/169
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara >80%-
100%
2) Cukup : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60%-
80%3) Kurang : apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian <60%
Sumber : puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 65/169
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka),
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut :
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan, Peraturan Menteri
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 66/169
49
Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014, Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta.
4.3 Pengumpulan Data
4.3.1 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer, karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif. Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran, prosedur tanggap darurat,
sumber daya manusia, sarana proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa.
4.3.2 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga,
yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung, yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi. Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian. Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah : meteran, kamera digital, dan
lembar checklist .
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 67/169
50
4.4 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan :
1.
Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2. Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut :
a) ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) ≤ rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3.
Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
>80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
<60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber: Pustlitbang pemukiman tahun 2005
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 68/169
51
4.5 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus, yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito,
1992: 10). Penelitian ini merupakan analisis univariat, yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No.26/PRT/M/2008, Permen
PU No.10/PRT/M/2009, dan SNI (Standar Nasional Indonesia).
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi, kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase. Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada. Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), adalah sebagai
berikut :
Nilai Kesesuaian Keandalan
>80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
<60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber: Pustlitbang pemukiman tahun 2005
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 69/169
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut, dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan, yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding, kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding, tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding.
4.6 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat, organisasi proteksi
kebakaran, sumber daya manusia, sistem proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa.
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel, hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 70/169
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada, alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran. Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran,
prosedur tanggap darurat kebakaran, dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran.
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 71/169
54
Tabel 5.1
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNo.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidaksesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi, uji
coba, dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi, uji coba, dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran.
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi, uji coba, dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi, uji coba, dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 72/169
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi:
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 73/169
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman, bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan, peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi, penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 74/169
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas, audit awal, dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operator/teknisi yang berpengalamaan.
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 75/169
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran.
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran. Gedung FKIK
mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.
5.2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran, organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK. Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan,
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 76/169
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK. Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran, karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran.
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan.
Tabel 5.2
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 77/169
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 78/169
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran. Gedung
FKIK mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 79/169
62
5.3 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan, office boy, karyawan,
mahasiswa dan dosen, akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim, oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran. Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran.
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO. 20/PRT/M/2009.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 80/169
63
Tabel 5.3
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No.20/PRT/M/2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNo.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidaksesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran,
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran.
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 81/169
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran. Gedung FKIK mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No.20/PRT/M/2009.
5.4 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 5.4Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0%
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0%
3 Sumber Daya Manusia 0%
Rata-rata 0%
Maka berdasarkan tabel 4.1 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0% artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 82/169
65
5.5 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR, Hidran, Alarm
kebakaran, Sprinkler otomatis, dan detektor kebakaran
5.5.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah,
disetiap lantai terdapat empat APAR, APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK, APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK, APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi, dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK, pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya. Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR,
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya.
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1. Jenis APAR : Dry chemical
2. Nama manufaktur : CV. Muda Karya Jaya
3.
Penempatan APAR : APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4. Jarak antar APAR : 15 m
5. Jarak dengan lantai : 1,2 m
6. Masa berlaku APAR : 10 desember 2013 - 10 desember 2014
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 83/169
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 5.1 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO. 26/PRT/M/2009.
Tabel 5.5
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No. 26/PRT/M/2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No.26/PRT/M/2009
Sesuai/
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 84/169
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No.26/PRT/M/2009
Sesuai/
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur, atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ≥ 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 85/169
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No.26/PRT/M/2009
Sesuai/
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya, label
pemeliharaan enam tahun,
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya, alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 86/169
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No.26/PRT/M/2009
Sesuai/
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan.
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu ≤ 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 87/169
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No.
26/PRT/M/2009, sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No.
26/PRT/M/2009
5.5.2 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung. Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran, yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran. Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK, hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK, dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi. Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai. Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya, dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut. Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 88/169
71
Gambar 5.2 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran.
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran ≤ 50 m. Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama, yaitu tipe hidran ruangan. Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci, hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran, para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya, selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran.
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalur/jalan disekitar
gedung. Hidran halaman bertekanan 4 kg/cm3 atau 55 psi.. berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 89/169
72
Gambar 5.3 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK, hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel, tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya. Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang.
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 5.6
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran, nozel,
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 90/169
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 91/169
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran ≤ 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran ≤ 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 3,79
bar
Hidran halaman bertekanan
3,5 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 , seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100%.
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia.
5.5.3
Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan, alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1, apabila terjadi bahaya
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 92/169
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual, maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan. selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung. Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi.
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 5.7
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 93/169
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu, seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya. Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia.
5.5.4 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik, setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis, bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat. FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis, hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor.
Sprinkler di FKIK berjarak ± 2m dengan sprinkler yang lainnya,
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api. Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 94/169
77
pemilik gedung, hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia. Walaupun belum pernah terjadi kebakaran,
sprinkler ini berfungsi dengan baik.
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 5.4 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 5.8
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 95/169
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament,
cat, atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament, cat, atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis, bertekanan dan
berkapasitas cukup, serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 96/169
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler ≤ 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan ≤ 38°C
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 97/169
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ≥36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000, sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia.
5.5.5 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan, setiap detektor yang terpasang berjarak ± 3m dengan detektor yang
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 98/169
81
lainnya, detektor kebakaran digedung FKIK berjarak ± 4m dari lantai,
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik. detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap. Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini, maksudnya sebelum terjadinya api,
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut. walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik.
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 5.5 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 99/169
82
Tabel 5.9
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak
sesuai1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi, pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi, sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi, pengujian, dan
pemeliharaan, harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 100/169
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 , sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia.
5.6 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 5.10Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93%
2 Hidran 100%
3 Alarm kebakaran 50%
4 Sprinkler 69%
5 Detektor kebakaran 60%
Rata-rata 74,4%
Maka berdasarkan tabel 4.1 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 74,4% adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 101/169
84
5.7 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat,
tangga darurat, petunjuk arah jalan keluar, dan tempat berhimpun.
5.7.1 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun, jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh. Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran.
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung, sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK, dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung, dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat.
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari, dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci, pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman, dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan.
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 102/169
85
Gambar 5.6 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No.26/PRT/M/2008
Tabel 5.11
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008
No Kondisi Aktual Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 103/169
86
No Kondisi Aktual Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci, alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis.
Tidak sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 104/169
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No.26/PRT/M/2008, sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No.26/PRT/M/2008
5.7.2 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat, dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima, dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung.
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes, jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan, dan
apabila bordes terlalu sedikit, tangga darurat akan menjadi curam.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 105/169
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 106/169
89
No Kondisi Aktual Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No.26/PRT/M/2008, sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 107/169
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No.26/PRT/M/2008
5.7.3 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat, pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar.
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat, yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya, dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan, maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini.
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK.
Gambar 5.8 tanda petunjuk arah jalan keluar
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 108/169
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 109/169
92
No Kondisi Aktual Permen PU No. 26/M/2008 Sesuai/tidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ≥ 5cm
Lebar huruf pada kata ‘EXIT’ ≥ 5
cm, kecuali huruf ‘I’
Sesuai
7 Spasi ≥ 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata ‘EXIT’ ≥ 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No.26/PRT/M/2008, sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No.26/PRT/M/2008
5.7.4 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik, tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus/ berada
dihalaman utama gedung FKIK. Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan / halaman gedung.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 110/169
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung,
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arah,baik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung, maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung.
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK.
Gambar 5.9 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 5.14
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuai/tidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point,
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas.
Luas tempat berhimpun sesuai,
minimal 0,3 m/orang
Sesuai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 111/169
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101,
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66%.
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995).
5.8 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 5.15
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71%
2 Tangga Darurat 83%
3 Tempat Berhimpun 66%
4 Petunjuk Arah 85%
Rata-rata 76,25%
Maka berdasarkan tabel 4.1 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 76,25%, adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 112/169
95
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008, Permen PU
No.20/PRT/M/2009, Standar Nasional Indonesia, dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995), akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja, hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut, selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
6.2 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran. Gedung FKIK
mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 113/169
96
dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009
Menurut Permen PU No.20/PRT/M/2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan, penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran, pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan), dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan).
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada, alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran. Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran, prosedur
tanggap darurat kebakaran, dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran.
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK, penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK.
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain:
a. Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 114/169
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2)
Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi “sedang terjadi kebakaran di area……,
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5)
Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam :
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi.
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran.
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 115/169
98
b. Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung, maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK), berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut:
a)
Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya.
c. Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali. Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda, dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan. Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah, Alat Pemadam
Api Ringan (APAR), dan hidran.
d.
Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran.
1) Pompa hidran
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 116/169
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung, komandan lantai,dan komandan pemadam
kebakaran. Poin-poin yang harus diperiksa antara lain:
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun. Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain :
a) Stop kran : tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose : kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle : tidak rusak, kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan. Poin-poin yang harus diperiksa adalah :
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e. Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari :
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 117/169
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu. Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran.
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran.
3)
Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali.
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa,
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik / pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri, merespon dan pemulihan akibat kebakaran. Selain itu
setiap pemilik/pengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran.
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan, penyusunan analisis risiko bangunan gedung
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 118/169
101
terhadap bahaya kebakaran, pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan), dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan). Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung, karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran. Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik, maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran.
6.3 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab, personil komunikasi, pemadam kebakaran, penyelamat/paramedic, ahli
teknik, pemegang peran kebakaran lantai, dan keamanan.
Gedung FKIK mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No.20/PRT/M/2009.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 119/169
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran,
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK. Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan, dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK. Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran, karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran. Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung, maka apabila terjadi bahaya kebakaran, api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material,
social, dan kehilangan jiwa.
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK, maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK. Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing. Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK :
1.
Penanggung jawab :
a. Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK), dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekan/wakil Dekan.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 120/169
103
b. Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c. Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d. Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e. Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2. Ketua OPK
a.
Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat, ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK.
b. Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c. Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d. Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e. Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran, Polisi, Tim SAR dan lain-lain
g. Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h. Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 121/169
104
i. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j.
Menyiapkan regu pemadam kebakaran, evakuasi dan
penyelamatan
3. Wakil
a. Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat, wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK.
b. Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c. Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d. Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian & Penanggulangan Keadaan Darurat
4. Komandan Gedung
a. Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar. Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK. Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ.
b. Berkoordinasi dengan Tim OPK
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 122/169
105
c. Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d. Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatan/pendataan :
daftar abseni penghuni lantai, daftar korban, daftar dokumen
penting, daftar barang berharga
5. Komandan Lantai
a. Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai/ gedung tetap tenang dan
tidak panic. Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas.
b. Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c. Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d. Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e. Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g. Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h. Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i. Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 123/169
106
6. Bantuan eksternal
a. Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat,
bantuan eksternal terdiri dari : Dinkes, Polri, RS, SAR,
PEMDA, dan Dinas Kebakaran.
b. Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c. Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7. Bantuan internal
a. Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b. Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 124/169
107
c) Pertolongan lanjutan/pengiriman korban ke
Poliklinik/Rumah Sakit
d)
Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c. Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c)
Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharan/penyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaan/kondisi
SIAP PAKAI
d. Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon,
sound system, dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d)
Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e. Tim Humas
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 125/169
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai :
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasi/kondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f. Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi :
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi, transportasi, bahan/material yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 126/169
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8. Komandan Regu Evakuasi
a.
Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b. Melaksanakan latihan – latihan evakuasi bagi anggotanya
c. Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d. Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9. Anggota Regu Evakuasi
a. Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b. Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10. Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a. Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b. Melaksanakan latihan – latihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c. Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d. Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan.
11. Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a. Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 127/169
110
b. Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina/ menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c.
Melaksanakan latihan – latihan sesuai komando Komandan
Regu
12. Komandan Regu Penyelamat
a. Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b.
Melaksanakan latihan – latihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c. Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran.
13. Anggota Regu Penyelamat
a. Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai, terutama dokumen penting/rahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b. Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14. Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a.
Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b. Apabila ada karyawan/mahasiswa yang terluka, harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 128/169
111
c. Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedung/area kerja
d.
Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakit/luka,
pingsan, meninggal) .
e. Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal.
f. Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan, segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua.
g.
Menghitung berapa jumlah korban (sakit, pingsan, meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran,
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h. Tim Pemadam, Tim Penyelamatan, Tim Evakuasi, Humas serta
OPK
15. PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi, ditentukan oleh
komandan Gedung
16. Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran, regu evakuasi,
regu penyelamat, sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 129/169
112
6.4 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran. Menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2009, untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan, pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran. Gedung
FKIK mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan, office boy, karyawan,
mahasiswa dan dosen, akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim, oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran. Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 130/169
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK, agar ketika terjadi kebakaran, sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung. prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran.
6.5 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR, Hidran, Alarm
kebakaran, Sprinkler, dan Detektor kebakaran.
6.5.1
APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No.
26/PRT/M/2009,sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93%. Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010), Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut, diangkat, dan dioperasikan oleh satu orang. Sedangkan dalam
pemilihan APAR, hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso,2002).
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 131/169
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali, sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali. Skor 93% tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No. 26/PRT/M/2009.
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran, hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran.
6.5.2 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker,1987). Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang ( fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah.
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang, digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 132/169
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000, seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100%.
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia.
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran, kotak hidran harus mudah dilihat, mudah
dicapai, tidak terhalang oleh benda lain. Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan “HIDRAN” dengan warna
putih, tinggi tulisan minimum 10 cm.
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran, yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman, hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No.10/KPTS/2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual, setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman. Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar, dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 133/169
116
6.5.3 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02/Men/1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa:
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan, alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1. Fungsi sirene sama
dengan bel, namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene. Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli, 2010).
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu, yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung, dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain, sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi. Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 134/169
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50%. Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia.
6.5.4 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran, sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata.
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000, sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu :
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament, cat, atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 135/169
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis,
bertekanan dan berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler ≤ 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69%. Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia.
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah :
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan, seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan, hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler, maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 136/169
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah, sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah, mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter, maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak.
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan, karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinkler,maka syarat ini tidak dapat terpenuhi.
d)
Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler, seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler.
6.5.5 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran.
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan, setiap detektor yang terpasang berjarak ± 3m dengan detektor
yang lainnya, detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak ± 4m dari
lantai, penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik. Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 137/169
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000, sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu : Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan, Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik, dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis.
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60%. Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia.
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi, pengujian, dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran, selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan. Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan.
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi,
pengujian, serta pemeliharaan, disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan, karena
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 138/169
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi,
pengujian, serta pemeliharaan.
6.6 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat, tangga
darurat, tempat berhimpun, dan petunjuk arah jalan keluar.
6.6.1 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun,
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh.
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun, pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh. Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran.
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung, sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK, di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung, dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 139/169
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000, yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60.
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No.26/PRT/M/2008, sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu : Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun, Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh, Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar, Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai, dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup.
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71%. Skor 71%
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008.
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci, dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung, hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci, alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 140/169
123
bangunan gedung. Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis, menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis, sehingga dapat
menghalangi masuknya asap.
6.6.2 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain. Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat.
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat,
dua didalam gedung, dan dua diluar gedung. Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK, sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung.
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No.26/PRT/M/2008, sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu : Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat, Bordes antar tangga diatas 8,
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 141/169
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding, Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang, Tangga utama tidak berbentuk spiral.
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989, tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding, tidak untuk menyimpan barang,
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC, ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran,
tidak boleh berbentuk tangga spiral.
Menurut SNI 1728 tahun 1989, Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun. Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes, hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18.
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83%. Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No.26/PRT/M/2008.
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya,
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung. Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 142/169
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran.
6.6.3 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit.
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat. Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No.26/PRT/M/2008. Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar, baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat, tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat, tanda petunjuk arah terbaca „EXIT‟ yang berukuran 10cm.
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No.26/PRT/M/2008, sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu : Terdapat
petunjuk arah jalan keluar, Terdapat indikator menuju tangga darurat, Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode, Tanda petunjuk arah terbaca EXIT, Lebar
huruf pada kata EXIT ≥ 5cm, dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
≥ 1 cm.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 143/169
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85%. Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No.26/PRT/M/2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah, seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No.3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih.
6.6.4 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah, tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus/ berada
dihalaman utama gedung FKIK. Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan / halaman gedung.
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995, sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu: Tersedia tempat
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 144/169
127
berhimpun setelah evakuasi, Luas tempat berhimpun sesuai, minimal 0,3
m/orang. Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66%. Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995).
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point , seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 145/169
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.
2. Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.
3. Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No.20/PRT/M/2009.
4. Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR, Hidran, Alarm
kebakaran, Sprinkler, dan Detektor kebakaran.
a)
Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan.
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan.
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai.
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan.
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan.
5. Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat, tangga
darurat, petunjuk arah jalan keluar, dan tempat berhimpun.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 146/169
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan.
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan.
c)
Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan.
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan.
7.2 Saran
1. Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran.
2. Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran, agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien, selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran.
3. Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK, sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran, minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru, hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran.
4. Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 147/169
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000, sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus, agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah.
c)
Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan.
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan ≤ 38°C, Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah, dan diadakannya
sprinkler cadangan, dan disediakan kunci khusus.
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari.
5. Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci, sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis.
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai.
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat.
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 148/169
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung . Jakarta:Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pemasangan, dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung .
Jakarta : Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung . Jakarta : Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki , achmad. Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran, (accesed 8/02/2013). Available
www.http://achmadbasuki.files.wordpress.com/2008/07.
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran, (accesed 8/02/2013). Available
www.http:ciptakarya.pu.go.id/2006/01/19
Brushlinsky, N. N, et al. 2006. World fire statistic, report No.10 diunduh dari
http://ec.europa.eu/consumers/cons_safe/presentation/21-02/ctif.pdf. (accesed23/02/2013).
Department for communities and local government: London. 2010. Fire statistic
monitor, april 2009 to march 2010, issue No 03/10 diunduh di
http://www.communities.gov.uk./documents/statistic/pdf/1693248.pdf. (accesed
23/02/2013).
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO.1987. Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran. Jakarta : Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 2/5/2013). Availablehttp://www.jakartafire.com/2004/8/3.
Fire Prevention and protection program, 1998. Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja.
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 149/169
ILO. 1991. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar. Geneva. International Labour
Karter, Michael J. 2010. Fire loss in the united states during 2009. Diunduh dari
http://www.nfpa.org/assets/files/PDF/fireloss2009.pdf. (accesed 12/02/2013)
Karter, Michael J. 2011. Fire loss in the united states during 2009. Diunduh dari
http://www.nfpa.org/assets/files/PDF/os.fireloss2009.pdf. (accesed 12/02/2013)
Mehaffey, James R. dan Joel L. Bert. 1997. Fire Protection, NIOSH Instructional
Module. Ohio: U.S Departemen Health and Human Service. Diunduh dari
http://www.cdc.gov./niosh/docs/2004-101/pcfs/firepro.pdf. (accesed 17/03/2013)
Menteri Negara Pekerjaan umum. Keputusan Menteri No.10/KPTS/2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan. Jakarta, 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum. Keputusan Menteri No.11/ KPTS/2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan,
Jakarta,2000.
National Fire Protection Association. 1995. NFPA 101, Life Safety Codes. USA:
National Fire Protection Association
New Zealand fire service. 2010. Emergency incident statistic 2010-2011. Diunduh dari
http://www.fire.org.nz/about-Us/facts-and-figures/documents/stats-09-10.pdf.
(accesed 02/032013)
Nugroho, sutopo purwo. 2010. Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia.
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol.1 No.1 diunduh dari
http://www.bnpb.go.id/userfiles/file/jurnal/jurnal%202/04-
%20karakteristik%20bencana%20gagal%20teknologi%20di%20indonesia.pdf.
(accesed 5/03/2013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan. Jakarta,
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan. Jakarta, 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04/Men/1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR. Jakarta. 1980.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 150/169
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO. Per 02/Men/1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik . Jakarta. 1983.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04/Men/1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja. Jakarta. 1988.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per.05/Men/1996. Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Peraturan Daerah DKI Jakarta No.3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta. Jakarta. 1992.
Praptono Kartoatmodjo. Teknik pemadaman kebakaran II. Jakarta : PT. Bina Aman
Santosa. 1989.
Prapto Kartoatmodjo. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan. Jakarta : PT. Bina Aman Santosa. 1989
Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management).
Jakarta: Dian Rakyat
Rohmah. 2012. Kebakaran di Jakarta .
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/28/02232122/selama.2012.kebakar
an.di.jakarta
Sanjaya, Farrah aldilla. 2008. Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT. AstraInternational Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008. UIN. Jakarta
Sikich, Geary.W, All Hazard Crisis Management Planing. Indiana. USA.1996
Soedharto , Gatot. Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Jakarta.
Suma’mur, PK. 1981. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. PT. Toko Gunug
Agung. Jakarta. Hal 51-106.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 151/169
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yangmembawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat strukturtim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 152/169
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 153/169
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencanaketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi, uji coba, dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran.
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi, ujicoba, dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi, uji coba, dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi, uji coba, dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 154/169
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi:
a)
Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c)
Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman, bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 155/169
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan, peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi, penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas, audit awal, dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operator/teknisi yang berpengalamaan.
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 156/169
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran.
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 157/169
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009
No Permen PU No.20/PRT/M/2009 Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran,
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran.
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 158/169
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No. 26/PRT/M/2009
No Permen PU
No.26/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur,
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ≥
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 159/169
No
Permen PU
No.26/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya, label pemeliharaan
enam tahun, label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya,
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secaraelektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan.
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu ≤ 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 160/169
No
Permen PU
No.26/PRT/M/2009
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkandengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulandan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 161/169
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran,
nozel, dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran ≤ 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran ≤
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 3,5
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 3,79 bar
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 162/169
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 163/169
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament,
cat, atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament, cat, atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis,
bertekanan dan berkapasitas
cukup, serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 164/169
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler ≤ 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan ≤ 38°C
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ≥36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 165/169
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi, pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi, pengujian, dan
pemeliharaan, harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi, sehingga
tidak ada rekaman
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 166/169
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008
No Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci, alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis.
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 167/169
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008
No Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 168/169
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No.26/PRT/M/2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 26/M/2008
Sesuai/tidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
‘EXIT’ atau kata lain yang tepat
berukuran ≥ 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata ‘EXIT’ ≥
5 cm, kecuali huruf ‘I’
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ≥ 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata ‘EXIT’ ≥ 1 cm
Sesuai Spasi ≥ 1 cm
7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik
http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 169/169
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuai/tidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai,
minimal 0,3 m/orang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas.