ucapan terima kasih - sinta.unud.ac.id · pdf filebab i pendahuluan 1.1 latar belakang ......
TRANSCRIPT
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat–Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul
“Faktor Risiko Ibu dan Bayi terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUP
Sanglah Denpasar” ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. dr. I.G.A Trisna Windiani,
Sp.A(K) selaku pembimbing pertama yang dengan penuh perhatian telah memberikan
dorongan, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister dan
khususnya dalam penyelesaian hasil penelitian ini. Terima kasih sebesar-besarnya
pula penulis sampaikan kepada dr. Desak Putu Yuli Kurniati, MKM selaku
pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan
bimbingan, semangat, dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD (KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga
ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr.
A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa program magister pada Program Pasca Sarjana Universitas
Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. dr. Dewa Nyoman
Wirawan, MPH selaku ketua PS MIKM Unud Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada sekretariat PS MIKM Unud, dan semua dosen
dan staf PS MIKM Unud. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para
penguji hasil penelitian ini, yaitu Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH, dr. I Made
Ady Wirawan, MPH, PhD, dan dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, DrPH yang telah
memberikan masukan dan koreksi.
viii
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. I Gusti Lanang Suartana
Putra, MM.,MARS selaku Direktur SDM dan Pendidikan RSUP Sanglah, Ni Ketut
Sunarthi, S.ST selaku Kepala Ruangan Perinatologi RSUP Sanglah yang telah
memberikan ijin penelitian, staf Instalasi Rekam Medik yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam
pengumpulan data penelitian. Ucapan khusus untuk suami, orang tua, mertua,
keluarga dan para sahabat untuk dukungannya serta teman-teman seperjuangan
MIKM Angkatan VI.
Denpasar, 25 Juli 2016
Ni Nyoman Ayuk Widiani
ix
ABSTRAK
FAKTOR RISIKO IBU DAN BAYI TERHADAP
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM
DI RSUP SANGLAH DENPASAR
Kecenderungan kejadian asfiksia neonatorum di RSUP Sanglah Denpasar 5
tahun terakhir cenderung stagnan dan tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Penelitian tentang asfiksia neonatorum sudah banyak dilakukan, namun masih ada
beberapa variabel yang hasilnya tidak konsisten seperti umur ibu, paritas, anemia
pada kehamilan, jenis persalinan, persalinan lama serta prematur.
Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan rancangan
kasus kontrol. Sampel penelitian ini adalah bayi yang dirawat di ruang perinatologi
RSUP Sanglah Denpasar dari Januari-Desember 2015 dengan jumlah 86 kasus dan 86
kontrol dengan teknik acak sederhana dan matching variabel usia kehamilan ibu.
Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat (chi square test) dan multivariat
dengan regresi logistik menggunakan STATA 12.0.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lilitan tali
pusat p: 0,000, OR=6,55 (95%CI: 2,34-18,33); anemia dalam kehamilan p: 0,001,
OR=6,49 (95%CI: 2,21-19,03); partus lama p: 0,018, OR=6,27 (95%CI: 1,37-28,70);
BBLR p: 0,002, OR=3,85 (95%CI: 1,61-9,18); umur ibu <20 tahun dan >35 tahun p:
0,005, OR=3,57 (95%CI: 1,48-8,61); dan hipertensi dalam kehamilan p: 0,035,
OR=2,40 (95%CI: 1,06 – 5,44) dengan kejadian asfiksia neonatorum.
Faktor ibu yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia neonatorum yaitu anemia
dalam kehamilan, partus lama, umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun, dan hipertensi
dalam kehamilan, sedangkan faktor bayi yaitu lilitan tali pusat dan berat badan lahir
rendah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk pencegahan
kejadian asfiksia neonatorum serta peningkatan promosi kesehatan yang dilakukan
oleh pihak-pihak terkait.
Kata Kunci : Faktor risiko, asfiksia neonatorum, lilitan tali pusat, kasus kontrol,
Denpasar
x
ABSTRACT
MATERNAL AND INFANT RISK FACTORS ON THE INCIDENCE OF
NEONATAL ASPHYXIA IN SANGLAH HOSPITAL DENPASAR
Trend neonatal asphyxia in Sanglah Hospital Denpasar in last 5 years tend to be
stagnant and there were no significant changing. Research on neonatal asphyxia had
been done, however there were still some variables which showed inconsistent results
such as maternal age, parity, anemia in pregnancy, type of delivery, prolonged labor
and premature.
This research was observational analytic case-control design. Samples were
treated in neonatal perinatology of Sanglah Hospital from January to December 2015
the number of 86 cases and 86 controls with simple random technique and the
matching variables gestational age of the mother. Data analysis was performed using
univariate, bivariate (chi square test) and multivariate logistic regression using
STATA 12.0.
The results showed there were no significant correlation between nuchal cord p:
0,000, OR=6.55 (95% CI: 2.34 to 18.33); anemia in pregnancy p: 0.001, OR=6.49
(95% CI: 2.21 to 19.03); obstructed labor p: 0,018, OR=6.27 (95% CI: 1.37 to 28.70);
LBW p: 0.002, OR=3.85 (95% CI: 1.61 to 9.18); maternal age <20 years and >35
years p: 0.005, OR=3.57 (95% CI: 1.48 to 8.61); hypertension in pregnancy p: 0.035,
OR=2.40 (95% CI: 1.06 to 5.44) and the incidence of neonatal asphyxia.
Based on the research, it can be concluded that maternal factors which influence
the incidence of asphyxia neonatorum namely anemia in pregnancy, prolonged labor,
maternal age <20 years and >35 years, and hypertension in pregnancy, while the
factor of baby ie nuchal cord and low birth weight. The results of this study are
expected to be the basis for the prevention of bayi asphyxia and the improvement of
health promotion carried out by the relevant parties.
Keywords: risk factors, neonatal asphyxia, nuchal cord, case control, Denpasar
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................. ii
LEMBAR PERSYARATAN GELAR .......................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis ................................................................. 8
1.4.2 Manfaat Teoritis ............................................................... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Asfiksia Neonatorum ............................................................... 10
2.2 Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum ....................................... 13
BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 24
3.2 Konsep Penelitian..................................................................... 25
3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................. 26
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 27
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 28
4.3 Definisi Kasus dan Kontrol
4.3.1.Subyek Kasus................................................................... 28
4.3.2.Subyek Kontrol………………………………………… 28
4.4 Sumber Kasus dan Kontrol
4.4.1.Populasi Kasus…………………………………………. 28
4.4.2.Populasi Kontrol ………………………………………. 29
4.5 Besar Sampel Kasus dan Kontrol
4.5.1.Jumlah dan Besar Sampel……………………………… 29
4.5.2.Teknik Pemilihan Sampel dan Proses Matching.............. 30
4.6 Metode dan Instrumen untuk Mengukur Variabel Independen
4.6.1.Metode Pengumpulan Data……………………………. 31
4.6.2.Instrumen Penelitian…………………………………… 31
4.7 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.7.1 Variabel Penelitian .......................................................... 32
4.7.2 Definisi Operasional........................................................ 33
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
4.8.1 Pengolahan Data ............................................................. 36
4.8.2 Analisis Data ................................................................... 36
4.9 Etika Penelitian. ....................................................................... 38
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 39
5.2 Karakteristik Subyek Penelitian ............................................... 40
5.3 Analisis Bivariat Faktor Risiko Ibu dan Bayi terhadap
Kejadian Asfiksia Neonatorum ................................................ 40
5.4 Analisis Multivariat Faktor Risiko Ibu dan Bayi yang
Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum ............. 44
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Faktor Risiko Ibu dan Bayi terhadap Kejadian Asfiksia
Neonatorum .............................................................................. 46
6.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 54
xiii
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan.. ................................................................................ 56
7.2 Saran .................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komponen Penilaian Skor APGAR ......................................... 12
Tabel 4.1 Definisi Operasional................................................................. 33
Tabel 5.1 Komparabilitas berdasarkan Variabel Usia Kehamilan pada
Kasus dan Kontrol .................................................................... 40
Tabel 5.2 Crude OR Faktor Ibu dan Bayi terhadap Kejadian Asfiksia
Neonatorum .............................................................................. 41
Tabel 5.3 Adjusted OR Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Neonatorum.... 44
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Konsep Penelitian ...................................................................... 25
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 27
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AKB : Angka Kematian Bayi
AKN : Angka Kematian Bayi
APN : Asuhan Persalinan Normal
APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
BBL : Berat Badan Lahir
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
BBLSR : Bayi berat lahir sangat rendah
BBLASR : Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
BBLER : Bayi Berat Lahir Ekstra Rendah
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
CFR : Case Fatality Rate
KEK : Kurang Energi Kronik
KPD : Ketuban Pecah Dini
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
OR : Odds Ratio
Hb : Hemoglobin
PH : Potential of Hydrogen
BPS : Badan Pusat Statistik
JNC : Joint National Commitee
ANC : Ante Natal Care
xvii
IUGR : Intrauterine Growth Restriction
CI : Confidence Interval
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
CO2 : Karbondioksida
O2 : Oksigen
WHO : World Health Organization
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
RM : Rekam Medik
CM : Catatan Medik
PNS : Pegawai Negeri Sipil
BLU : Badan Layanan Umum
CPAP : Continous Positive Airway Pressure
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Ekstraksi Data
Lampiran 2. Output Hasil Analisis Stata SE 12
Lampiran 3. Surat Keterangan Kelaikan Etik
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Badan Penanaman Modal dan Perijinan
Provinsi Bali
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian RSUP Sanglah Denpasar.
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian perinatal suatu negara dapat mencerminkan kemampuan dalam
memberikan pelayanan kesehatan (Manuaba, 2007). Pelayanan kesehatan suatu
negara ditentukan oleh perbandingan angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal (Manuaba, 2007). Kesehatan prenatal, perinatal, dan postnatal menjadi
sangat penting karena pada masa ini dianggap sebagai masa yang rawan terjadinya
gangguan atau kecacatan, seperti berat bayi lahir rendah, kematian bayi, kelainan
kongenital, dan asfiksia neonatorum (Manuaba, 2007). Asfiksia neonatorum adalah
kegagalan usaha napas bayi baru lahir sehingga tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur (Varney, 2007). Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat lahir (WHO, 2008). Asfiksia neonatorum menyebabkan
bayi terlihat lemah, mengalami penurunan denyut jantung secara cepat, tubuh
menjadi biru atau pucat dan refleks – refleks melemah sampai menghilang dan terjadi
ketika bayi tidak cukup menerima oksigen sebelumnya, selama atau setelah kelahiran
(Depkes RI, 2007).
Case fatality rate (CFR) asfiksia untuk bayi dan balita di Indonesia, sebesar
11% setiap tahun (WHO, 2010). Asfiksia menyebabkan kematian neonatal berkisar
antara 8%-35% di negara maju, sedangkan di negara berkembang antara 31%-56,5%
(WHO, 2010). Insiden asfiksia pada menit pertama 47/1000 kelahiran hidup dan pada
2
5 menit pertama 15,7/1000 kelahiran hidup untuk semua neonatal, dan insidennya di
Indonesia kurang lebih 40/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009). Asfiksia
merupakan penyebab kematian paling tinggi, kurang lebih 23% dari sekitar 4 juta
kematian bayi baru lahir di seluruh dunia setiap tahunnya (Lancet, 2011). Sejak tahun
2000-2003 angka kejadian asfiksia neonatorum sebesar 8% dan berada di urutan ke-6
sebagai penyebab kematian anak di seluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis
neonatorum dan kelahiran prematur (WHO, 2010).
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi yaitu 35/1.000 kelahiran hidup
dan kematian yang terjadi pada masa neonatal sebesar 56% (SDKI, 2007). Angka
kematian neonatal (AKN) yaitu bayi 0 – 28 hari di Indonesia periode lima tahun
terakhir (2007-2011) mengalami stagnansi, dimana kematian neonatal sebesar
19/1.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 sebesar 20/1.000 kelahiran hidup (SDKI,
2007). Data AKB dalam lima tahun terakhir sebesar 32/1.000 kelahiran hidup,
padahal target nasional yang harus dicapai pada tahun 2015 sebesar 23/1.000
kelahiran hidup (SDKI, 2012). Angka kematian bayi di Provinsi Bali tahun 2010
sebesar 20/1.000 kelahiran hidup dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 29/1.000
kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Bali, 2014). Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) menunjukkan, kematian neonatal yang terjadi pada umur 0 - 6 hari
sebesar 78,5%. Penyebab utama kematian tersebut adalah gangguan
pernapasan/asfiksia (35,9%), prematur, BBLR (32,4%) dan sepsis (12%) (Riskesdas,
2010).
3
Penyebab terbanyak kematian bayi adalah asfiksia neonatorum, prematur,
BBLR, dan infeksi bayi baru lahir (Saiffudin, 2009). Kematian bayi dan balita
sebagian besar disebabkan oleh masalah yang terjadi pada masa bayi (0 – 28 hari)
yang meliputi asfiksia neonatorum sebesar 27%, berat badan lahir rendah (BBLR)
sebesar 29%, trauma lahir, tetanus neonatorum, kelainan kongenital dan infeksi pada
bayi (Depkes RI, 2009). Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan bahwa persalinan terjadi di rumah sebesar 52,7% dan kasus asfiksia
neonatorum sering dijumpai oleh bidan sebagai penolong persalinan di lini terdepan
(SDKI, 2007). Seorang bidan harus memiliki pengetahuan dan kompetensi dalam
penanganan gawat janin atau resusitasi bayi baru lahir sebagai upaya dalam
penurunan angka kematian bayi (AKB) (Depkes RI, 2012).
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar adalah rumah sakit tipe A
yang merupakan pusat rujukan untuk seluruh wilayah Provinsi Bali dan wilayah Nusa
Tenggara. Berdasarkan laporan tahunan RSUP Sanglah Denpasar dalam lima tahun
terakhir didapatkan didapatkan, tahun 2010 angka kejadian asfiksia neonatorum
sebesar 93 kasus dengan total bayi yang dirawat sebanyak 1072 (8,67%), tahun 2011
angka kejadian asfiksia neonatorum sebesar 99 kasus dengan total bayi yang dirawat
sebanyak 1063 (9,32%), tahun 2012 angka kejadian asfiksia neonatorum sebesar 120
kasus dengan total bayi yang dirawat sebanyak 1038 bayi (11,56%), tahun 2013
angka kejadian asfiksia neonatorum sebesar 90 kasus dengan total bayi yang dirawat
sebanyak 1085 bayi (8,29%), dan tahun 2014 angka kejadian asfiksia neonatorum
sebesar 116 kasus dengan total bayi yang dirawat sebanyak 1025 bayi (11,31%)
4
(RSUP Sanglah, 2015). Dampak asfiksia neonatorum yang tidak tertangani dengan
cepat dan baik menyebabkan kematian bayi baru lahir (Hasan, 2007). Diperkirakan
sekitar 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir, kini hidup
dengan kesakitan jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan
gangguan belajar (WHO, 2012). Asfiksia neonatorum berat juga dapat memengaruhi
fungsi organ vital, kerusakan otak serta kematian (Saifuddin, 2009).
Faktor penyebab asfiksia neonatorum antara lain faktor ibu, faktor bayi, faktor
tali pusat dan faktor persalinan (Depkes RI, 2009). Faktor ibu meliputi hipertensi
pada kehamilan (preeklampsi dan eklampsi) (24%), perdarahan antepartum (plasenta
previa, solusio plasenta) (28%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) (kurang
dari 10%), infeksi berat (11%), dan kehamilan lewat waktu (Gilang, 2010). Faktor
penyebab asfiksia ada tiga antara lain faktor ibu seperti preeklamsi, eklamsi,
perdarahan antepartum, partus lama, demam saat persalinan, infeksi berat, serotinus,
faktor tali pusat seperti lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tali pusat pendek dan
prolapsus tali pusat serta faktor keadaan bayi seperti prematur, persalinan sulit,
kehamilan kembar, kelainan kongenital, air ketuban bercampur mekonium (Asri,
2010). Faktor bayi meliputi prematur (15%), berat badan lahir rendah (20%), kelainan
kongenital (1-3%). Faktor tali pusat meliputi, lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tali
pusat pendek dan prolapsus tali pusat. Faktor persalinan meliputi partus lama sebesar
2,8% - 4,9%, persalinan dengan penyulit (letak sungsang, kehamilan kembar, distosia
bahu, vakum ekstraksi, forsep ekstraksi) (3% - 4%), dan ketuban pecah dini (KPD)
(10% - 12%) (Mochtar R, 2011).
5
Paritas, usia ibu serta umur kehamilan merupakan faktor yang berhubungan
dengan kejadian asfiksia neonatorum (Junita, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh
Revrelly di Manado menunjukkan bahwa umur ibu di bawah 20 tahun dan di atas 35
tahun mempunyai peluang dua kali lebih besar bayinya mengalami asfiksia dibanding
umur 20-35 tahun. Penelitian Rika (2013) menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara usia ibu dan usia kehamilan dengan kejadian asfiksia neonatorum
(p= 0,34 dan p= 0,202). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Irma (2012) yang
menyebutkan tidak ada hubungan antara umur ibu dan paritas ibu dengan kejadian
asfiksia neonatorum (p= 0,571 dan p= 0,084).
Penelitian yang dilakukan di Padang oleh Selly FM (2011), didapatkan hasil
bahwa lebih dari setengah (55%) paritas 1 dan ≥ 4 melahirkan dengan bayi asfiksia
dibandingkan dengan paritas 2-3. Penelitian yang dilakukan Prabamurti (2006) di
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa paritas 1 dan ≥ 4
mempunyai hubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Penelitian Endang
(2004) menunjukkan tidak ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan asfiksia
neonatorum (p= 0,707).
Penelitian Rofi’atun menunjukkan tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin
pada wanita hamil dengan asfiksia neonatorum. Penelitian ini juga didukung oleh
Purwadhani (2010), yang menyebutkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
anemia pada kehamilan aterm dengan asfiksia neonatorum (p= 0,073). Penelitian
yang dilakukan Gilang (2010), menunjukkan risiko terjadinya asfiksia neonatorum
pada ibu dengan perdarahan antepartum sebesar 24,7 kali lebih besar dibanding
6
dengan ibu yang tidak perdarahan antepartum. Risiko asfiksia neonatorum pada bayi
BBLR 53,7 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak BBLR, dan terdapat
hubungan KPD dengan kejadian asfiksia neonatorum.
Penelitian Ajeng (2004), menunjukkan adanya hubungan berat bayi lahir
dengan kejadian asfiksia neonatorum. Penelitian Zulkarnain (2012), menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara jenis persalinan dan asfiksia neonatorum.
Hal ini juga didukung oleh penelitian Rahmah (2012) yang menunjukkan adanya
hubungan antara KPD, partus lama dan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia
neonatorum. Penelitian Eka (2012) juga menunjukkan hasil yang sama, namun
sebaliknya penelitian Herianto (2012) menyebutkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara persalinan tindakan maupun persalinan lama dengan kejadian
asfiksia neonatoum. Penelitian Rika (2013) menunjukkan ada hubungan antara bayi
baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum dengan gangguan tali pusat.
Penelitian yang pernah dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar oleh Wiradharma
(2010) tentang hubungan lama ketuban pecah dini terhadap asfiksia pada kehamilan
cukup bulan dengan rancangan penelitian kasus kontrol dengan nilai p=0,004.
Penelitian lain yang dilakukan di RSUP Sanglah oleh Emy (2013), tentang hubungan
preeklampsia terhadap kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dengan rancangan
penelitian crossectional, dengan hasil ada hubungan preeklampsia dengan kejadian
asfiksia pada bayi baru lahir (p= 0,002).
Penelitian tentang asfiksia neonatorum sudah banyak dilakukan, namun masih
ada beberapa variabel yang menjadi kontroversi karena hasil yang tidak konsisten
7
seperti umur ibu, paritas, anemia pada kehamilan, jenis persalinan, persalinan lama
serta prematur. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti kembali tentang
faktor risiko asfiksia neonatorum dilihat dari faktor ibu dan bayi. Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan satu –
satunya rumah sakit pusat rujukan di Provinsi Bali dan letaknya ada di tengah kota
Denpasar, sehingga kejadian asfiksia neonatorum di RSUP Sanglah Denpasar dapat
mewakili kejadian asfiksia neonatorum di Provinsi Bali.
Kecenderungan kejadian asfiksia neonatorum di RSUP Sanglah Denpasar
dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung stagnan dan tidak mengalami
perubahan yang signifikan antara 8,29% - 11,57%. Hal ini perlu mendapat perhatian
yang serius mengingat dampak dari asfiksia neonatorum adalah meningkatnya risiko
morbiditas dan mortalitas bayi. Dari penelitian yang pernah dilakukan berkaitan
dengan faktor risiko kejadian asfiksia neonatorum, diketahui masih ada beberapa
faktor risiko yang hasilnya tidak konsisten. Berdasarkan permasalahan tersebut maka
peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko ibu dan bayi
yang memengaruhi kejadian asfiksia neonatorum di ruang perinatologi RSUP
Sanglah Denpasar tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apa saja faktor risiko ibu dan bayi yang berhubungan dengan kejadian
asfiksia neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015?”.
8
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan mengetahui faktor risiko ibu dan bayi terhadap
kejadian asfiksia neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah Denpasar pada
tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Faktor risiko ibu yaitu: umur ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas, perdarahan
antepartum, hipertensi pada kehamilan, anemia dalam kehamilan, jenis
persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, partus lama, ketuban pecah
dini (KPD) dan sumber rujukan terhadap kejadian asfiksia neonatorum di ruang
perinatologi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015.
2. Faktor risiko yaitu: bayi berat badan lahir (BBL) dan lilitan tali pusat terhadap
kejadian asfiksia neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah Denpasar
tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
1.4.1.1 Sebagai masukkan untuk pembuat kebijakan dalam membuat kebijakan/
program sebagai usaha dalam rangka menurunkan angka kematian bayi khususnya
angka kejadian asfiksia neonatorum baik di tingkat dasar maupun tingkat lanjutan.
9
1.4.1.2 Bagi tenaga medis dan paramedis dengan mengetahui faktor yang
memengaruhi kejadian asfiksia neonatorum di RSUP Sanglah, diharapkan dapat
melakukan upaya preventif sebelum terjadinya asfiksia neonatorum.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya dalam bidang
kesehatan ibu dan anak (KIA) terkait faktor risiko ibu dan bayi terhadap asfiksia
neonatorum dan sumber data yang dapat dipergunakan untuk penelitian berikutnya
yang terkait dengan asfiksia neonatorum.