tutorial sken 1 sem 6 fix

55
Laporan Tutorial Skenario 1 Blok PEDIATRI FISIOLOGIS NEONATUS Oleh : Kelompok 19 Dian Fikri Rachmawan (G0010058) Dyah M. Dewanti (G0010064) Fitroh Annisah (G0010084) Hanne Dianta Pramono (G0010090) Nabila (G0010132) Pritami (G0010152) Ramadhan Abdillah (G0010158) Setya Bayu Kurniawan (G0010174) Yohana Trissya A. (G0010198)

Upload: tatas-bayu-mursito

Post on 02-Jan-2016

119 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

Laporan Tutorial Skenario 1 Blok PEDIATRI

FISIOLOGIS NEONATUS

Oleh :

Kelompok 19

Dian Fikri Rachmawan (G0010058)

Dyah M. Dewanti (G0010064)

Fitroh Annisah (G0010084)

Hanne Dianta Pramono (G0010090)

Nabila (G0010132)

Pritami (G0010152)

Ramadhan Abdillah (G0010158)

Setya Bayu Kurniawan (G0010174)

Yohana Trissya A. (G0010198)

Tutor : Sri Haryarti, Dra., M.Kes

Page 2: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut DepKes RI, (2005), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram

sampai 4000 gram. Ketika kelahiran, terjadi pemutusan hubungan plasenta

dengan ibu, yang berarti hilangnya dukungan terhadap metabolisme janin. Dalam

keadaan seperti ini, secara fisiologis terjadi beberapa peristiwa penting seperti

mulai bernafasnya bayi baru lahir, penyesuaian sirkulasi, mulai berfungsinya

organ-organ vital bayi baru lahir, dan lain sebagainya. Maka dari itu dibutuhkan

pemeriksaan fisik lengkap guna mengetahui keadaan kesehatan bayi baru lahir.

Selain itu, juga perlu dilakukan tatalaksana yang tepat pada bayi baru lahir dan

ibu pasca persalinan.

Adapun masalah pada skenario 1 blok pediatri adalah sebagai berikut:

Santi, seorang mahasiswi kedokteran, di ruang bersalin, ia mendapati

seorang bayi laki-laki dengan berat 3,6 kg, panjang 50 cm. Skor APGAR menit

pertama 8, menit kelima 9, dan menit kesepuluh 10. Santi melakukan pemeriksaan

fisik lengkap pada bayi tersebut dan semuanya normal. Santi melihat catatan

riwayat kesehatan ibu serta riwayat persalinan. Ia mendapati bayi tersebut

dilahirkan secara spontan pada umur kehamilan 39 minggu. Ketuban pecah 3

jam sebelum bayi lahir, warna ketuban jernih, tidak ada mekoneum. Catatan

kesehatan ibu menunjukkan bahwa tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH

negatif, HbsAg negatif, gula darah normal, dan HIV negatif. Selanjutnya bayi dan

ibunya dibawa ke ruang perawatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI oleh

ibu.

Page 3: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kriteria normal bayi baru lahir?

2. Bagaimana cara pengukuran skor APGAR dan interpretasinya?

3. Sebutkan pemeriksaan fisik lengkap pada bayi baru lahir beserta

interpretasinya!

4. Bagaimana hubungan riwayat kesehatan dan persalinan ibu dengan bayi

baru lahir?

5. Bagaimana klasifikasi umur kehamilan?

6. Bagaimana hubungan waktu persalinan dengan kondisi bayi baru lahir?

7. Jelaskan mengenai penyebab ketuban pecah dini!

8. Mengapa warna ketuban menjadi tanda penting saat persalinan?

9. Bagaimana penatalaksanaan bayi baru lahir dan ibu, serta prosedur rawat

gabung?

10. Bagaimana tatalaksana pemberian ASI oleh ibu pada bayi baru lahir?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui kriteria normal bayi baru lahir.

2. Mengetahui cara pengukuran skor APGAR dan interpretasinya.

3. Mengetahui pemeriksaan fisik lengkap pada bayi baru lahir beserta

interpretasinya.

4. Mengetahui hubungan riwayat kesehatan dan persalinan ibu dengan bayi

baru lahir.

5. Mengetahui klasifikasi umur kehamilan.

6. Mengetahui hubungan waktu persalinan dengan kondisi bayi baru lahir.

7. Mengetahui penyebab ketuban pecah dini.

8. Menjelaskan interpretasi warna ketuban saat persalinan.

9. Mengetahui penatalaksanaan bayi baru lahir dan ibu, serta prosedur rawat

gabung.

10. Mengetahui tatalaksana pemberian ASI oleh ibu pada bayi baru lahir.

Page 4: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

1.4 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui fisiologis fetus dan neonatus.

2. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan fisik lengkap pada bayi baru

lahir.

3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana tatalaksana pada bayi baru lahir

dan ibu pasca persalinan.

4. Mahasiswa dapat mengetahui tatalaksana pemberian ASI oleh ibu pada

bayi baru lahir

Page 5: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiologi Fetus dan Neonatus

1. Fetus

Organ – organ pada fetus mulai berkembang sejak 1 bulan setelah

fertilisasi, dan selama 2 bulan berikutnya, sebagian besar organ telah selesai

dibentuk. Pembentukkan organ ini terjadi pada trisemester pertama dan

disebut dengan organogenesis. Mulai trisemester berikutnya, organ – organ

pada fetus sudah sama dengan neonatus, namun perkembangan selularnya

belum sempurna. Pada trisemester ini, terjadi penyempurnaan fungsi organ –

organ tubuh fetus. Walaupun demikian, beberapa organ tertentu belum

sempurna bahkan saat lahir, seperti sistem saraf, hati, dan ginjal.

Jantung manusia mulai berdenyut selama minggu ke-4 setelah fertilisasi,

berkontraksi 65 x/menit dan meningkat 140 x/menit sebelum lahir. Sel darah

merah berinti mulanya dibentuk dalam yolk sac. Lapisan mesotelial plasenta

mulai menghasilkan sel darah merah berinti mulai minggu ke-3. Hal ini akan

diikuti pembentukan sel darah merah tak berinti oleh mesenkim fetus dan

endotelium pembuluh darah fetus pada minggu ke-4 dan ke-5. Kira – kira

mulai minggu ke-10, hati mulai membentuk sel - sel darah dan pada bulan

ke-3, limpa dan jaringan limfoid tubuh mulai membentuk sel darah. Sumsum

tulang juga mulai membentuk sel darah merah dan sel darah putih kira – kira

bulan ke-3. Pada 3 bulan terakhir kehidupan fetus, secara perlahan – lahan

produksi sel darah diambil alih oleh sumsum tulang, kecuali pembentukan sel

– sel limfosit dan plasma oleh jaringan limfoid.

Pernafasan tidak dapat terjadi selama kehidupan fetus karena gerakan

pernafasan fetus dihambat. Hal ini mungkin disebabkan (1) kondisi kimia

khusus yang terdapat dalam cairan tubuh fetus, (2) terdapatnya cairan dalam

paru fetus, (3) kemungkinan rangsangan yang tidak diketahui. Penghambatan

ini bertujuan supaya paru – paru fetus tidak terisi oleh mekonium.

Sebagian besar refleks kulit pada fetus terbentuk pada bulan ke-3 sampai

ke-4 kehamilan. Akan tetapi, fungsinya tetap belum berkembang bahkan saat

Page 6: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

lahir. Mielinisasi susunan saraf pusat menjadi sempurna setelah 1 tahun

kehidupan postnatal.

Fetus mencerna dan mengabsorbsi sejumlah besar cairan amnion selama

pertengahan masa kehamilan. Pada 2 sampai 3 bulan terakhir kehamilan,

fungsi gastrointestinal sudah mendekati fungsi normal neonatus. Di dalam

traktus gastrointestinal sudah dihasilkan mekonium secara terus menerus dan

dieksresikan ke cairan amnion. Mekonium sendiri merupakan residu cairan

amnion dan sebagian dari produk – produk ekskretoris dari mukosa dan

kelenjar – kelenjar gastrointestinal.

Ginjal fetus mampu mengeksresikan urin paling sedikit selama akhir

pertengahan kehamilan, dan urinasi secara normal terjadi in utero. Akan

tetapi, fungsi ginjal sebagai kontrol keseimbangan asam basa dan

keseimbangan cairan elektrolit belum sempurna, bahkan saat lahirpun, fungsi

ginjal masih belum sempurna. Dibutuhkan kira – kira beberapa bulan untuk

mencapai kesempurnaan fungsi ginjal.(Guyton and Hall, 2008)

2. Neonatus

Kehidupan intrauterin dengan kehidupan ekstrauterin tentu saja berbeda.

Janin saat masih dalam kandungan masih ditopang oleh ibu melalui plasenta.

Ketika kelahiran, terjadi pemutusan hubungan plasenta dengan ibu, yang

berarti hilangnya dukungan terhadap metabolisme janin. Dalam keadaan

seperti ini terjadi beberapa peristiwa penting :

a. Mulai bernafasnya neonatus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan

bayi baru lahir secara spontan bernafas :

1) Pada ibu yang melahirkan pervaginam terjadi kompresi pada toraks

janin. Hal ini menyebabkan terjadinya ekspulsi cairan dalam paru

keluar dan kemudian terisi udara.

2) Akibat terputusnya ibu dengan plasenta menyebabkan terjadinya

asfiksia ringan. Hal ini akan memberikan impuls pada pusat – pusat

pernafasan untuk mulai bernafas.

3) Adanya rangsangan dingin, terutama pada bagian wajah yang akan

merangsang pusat pernafasan.

Page 7: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

4) Pada bayi yang terlambat bernafas, terjadi hipoksia dan hiperkapnea

yang juga akan memberikan stimulus tambahan terhadap pusat

pernafasan.

Tekanan negatif yang kuat diperlukan neonatus untuk pertama kali

bernafas. Setelah paru – paru mengembang, hanya dibutuhkan sedikit

tekanan untuk mengambang dan mengempiskan paru – paru. Selain

itu, cairan surfaktan juga diperlukan untuk menurunkan tegangan

permukaan, sehingga dapat mempermudah pengembangan dan

pengempisan paru – paru. Pada bayi – bayi prematur, terjadi kesulitan

bernafas karena cairan surfaktan belum diproduksi banyak. Akibatnya

pada bayi – bayi prematur terjadi kesulitan bernafas.

b. Penyesuaian sirkulasi saat kelahiran

Pada saat lahir terjadi perubahan sirkulasi dari sirkulasi fetus ke

sirkulasi normal. Perubahan tersebut menyebabkan penutupan beberapa

lubang, yang pada fetus masih terbuka, yaitu :

1) Penutupan foramen ovale

Penutupan foramen ovale terjadi karena tekanan atrium kanan

menjadi rendah sedangkan tekanan atrium kiri menjadi tinggi. Hal ini

menyebabkan darah mencoba mengalir balik ke atrium kanan melalui

foramen ovale. Akibatnya, katup kecil di atas foramen ovale di

sebelah kiri septum atrium akan menutup ostium ini.

2) Penutupan duktus arteriosus

Penutupan duktus arteriosus karena peningkatan resistensi

sistemik sehingga terjadi peningkatan tekanan aorta sementara terjadi

penurunan resistensi paru sehingga menurunkan tekanan arteri

pulmonalis. Akibatnya darah mengalir balik dari aorta ke arteri

pulmonalis. Akan tetapi, beberapa jam kemudian, dinding otot duktus

arteriosus mengalami konstriksi sehingga dalam waktu 1 – 8 jam

aliran darah balik sudah berhenti. Setelah 1 – 4 bulan, duktus

arteriosus menutup secara anatomis karena pertumbuhan jaringan

fibrosa dalam lumen duktus.

Page 8: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

3) Penutupan duktus venosus

Penutupan duktus venosus terjadi karena kontraksi yang kuat dari

duktus ini sehingga aliran darah akan mengalir ke vena porta

kemudian aliran darah ini akan masuk ke sinus – sinus di hati.

c. Fungsi ginjal

1) Kecepatan asupan dan ekskresi cairan pada bayi 7 kali lebih besar

dari orang dewasa berkaitan dengan berat badan.

2) Kecepatan metabolisme bayi 2 kali lebih besar dari orang dewasa

berkaitan dengan berat badan.

3) Perkembangan fungsional ginjal belum sempurna sampai akhir bulan

pertama kehidupan.

Oleh karena itu, pada bayi sering terjadi dehidrasi, asidosis, dan

bahkan kelebihan cairan (edema).

d. Fungsi hati

Selama beberapa hari pertama kehidupan, fungsi hati masih belum

optimal, karena:

1) Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat oleh hati neonatus

berlangsung buruk dan oleh karena itu hanya menyekresikan sedikit

bilirubin selama beberapa hari pertama kehidupan.

2) Pembentukan protein plasma oleh hati neonatus mengalami defisiensi,

sehingga konsentrasi protein plasma menurun menjadi 15% – 20%.

Bahkan kadang – kadang konsentrasi protein turun sangat rendah

sampai bayi mengalami edema hipoproteinemia.

3) Fungsi glukoneogenesis hati secara khusus mengalami defisiensi.

Akibatnya, kadar glukosa darah pada neonatus yang tidak diberi

makan akan turun sampai sekitar 30 – 40 mg/dl, dan bayi harus

bergantung pada simpanan lemak untuk energinya sampai pemberian

makanan yang cukup.

4) Hati neonatus biasanya juga membentuk sangat sedikit faktor – faktor

yang dibutuhkan darah untuk koagulasi darah normal.

Page 9: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

e. Pencernaan, absorpsi, metabolisme energi makanan, dan nutrisi

Pada umumnya pencernaan neonatus dengan anak yang lebih tua

sudah sama. Namun demikian, ada beberapa hal yang membedakan,

yaitu:

1) Sekresi amilase pankreas masih kurang, sehingga neonatus kurang

kuat dalam mencerna zat tepung.

2) Absorpsi lemak masih kurang, sehingga susu dengan kandungan lemak

yang tinggi, seperti susu sapi, seringa diabsorpsi kurang baik.

3) Akibat fungsi hati yang belum sempurna, kadar glukosa darah

neonatus tidak stabil dan biasanya rendah.

4) Neonatus secara khusus mampu mensintesis dan menyimpan lemak.

Sehingga dengan diet yang adekuat, sebanyak 90% dari asam amino

akan dicerna untuk digunakan sebagai pembentukan protein tubuh. Ini

lebih tinggi dari orang dewasa. (Guyton and Hall, 2008 dan Meadow et

al., 2002)

B. Klasifikasi Bayi Menurut Masa Gestasi

Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan :

1. Bayi Kurang Bulan (BKB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37

minggu ( 259 hari)

2. Bayi Cukup Bulan (BCB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37

– 42 minggu (259 – 293 hari)

3. Bayi Lebih Bulan (BLB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42

minggu ( 249 hari)

Masalah yang sering dijumpai pada BKB dan BBLR dibanding dengan BCB

dan BBL normal sebagai berikut :

1. Ketidakstabilan suhu

BKB memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat :

a. Peningkatan hilangnya panas.

b. Kurangnya lemak sub kutan.

c. Rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar.

Page 10: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

d. Proteksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan

ketidakmampuan untuk menggigil.

2. Kesulitan pernapasan :

a. Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke PMH (Penyakit

Membran Hialin)

b. Risiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks

menghisap, dan refleks menelan.

c. Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang

lemah.

d. Pernapasan yang periodik dan apnea.

3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi :

a. Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu.

b. Motilitas usu yang menurun.

c. Pengosongan lambung yang tertunda.

d. Pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak kurang.

e. Defisiensi enzim laktase pada brush border usus.

f. Menurunnya cadangan kalsiu, fosfor protein, dan zat besi dalam

tubuh.

g. Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis nekrotikans).

4. Imaturasi hati :

a. Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu.

b. Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K.

5. Imaturasi ginjal :

a. Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar.

b. Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik.

c. Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau

hipernatremia, hiperkalemia atau glikosuria ginjal.

6. Imaturasi imunologis

Risiko infeksi tinggi akibat :

Tidak banyak transfer igG maternal melalui plasenta selama

trisemester ketiga.

Fagositosis terganggu.

Page 11: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

Penurunan faktor komplemen.

7. Kelainan neurologis

a. Refleks isap dan telan yang imatur.

b. Penurunan motilitas usus.

c. Apnea dan bradikardi berulang.

d. Perdarahan intravertikal dan leukomalasia periventrikel.

e. Pengaturan perfusi serebral yang buruk.

f. Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE).

g. Retinopati prematurasi.

h. Kejang

i. Hipotonia

8. Kelainan kardiovaskuler

a. Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum yang

ditemukan pada BKB

b. Hipotensi atau hipertensi

9. Kelainan hematologis

a. Anemia onset dini atau lanjut

b. Hiperbilirubinemia

c. Disseminated intravaskular eoagulation (DIC) hemorrhagic disease of

the newborn (HDN)

10. Metabolisme

a. Hipokalsemia

b. Hipoglikemia tau hiperglikemia.

C. Pemeriksaan Fisik Lengkap pada Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah

lampu yang terang yang berfungsi sebgai pemanas untuk mencegah

kehilangan panas. Tangan serta alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik

harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan paling

kurang tiga kali, yakni (1) pada saat lahir, (2) pemeriksaan yang dilakukan

dalam 24 jam di ruang perawatan, dan (3) pemeriksaan pada waktu pulang.

Yang harus dicatat pada pemeriksaan fisik adalah lingkar kepala,

Page 12: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

berat ,panjang , kelainan fisik yang ditemukan, frekuensi napas dan nadi,

serta keadaan tali pusar.

1. Pemeriksaan di kamar bersalin

a. Menilai adaptasi

Perlu diperiksakan dikamar bersalin agar mengetahui apakah bayi

memerlukan resusitasi atau tidak. Bayi yang mungkin memerlukan

resusitasi adalah bayi dengan pernapasan yang tidak adekuat, tonus otot

kurang, aada mekonium di dalam cairan amnion atau ahir kurang bulan.

Nilai APGAR juga masih dipakai untuk melihat keadaan bayi pada usia 1

menit dan 5 menit .

Cara menentukan nilai APGAR

Tanda 0 1 2

Laju jantung Tidak ada < 100 >100

Usaha

bernapas

Tidak ada Lambat Menangis kuat

Tonus otot lumpuh Ekstremitas

fleksi sedikit

Gerakan aktif

Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi

melawan

Warna kulit Seluruh tubuh

biru/pucat

Tubuh

kemerahan,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh

kemerahan

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2

Nilai tertinggi adalah 10

₋ Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dalam keadaan baik

₋ Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang &

membutuhkan tindakan resusitasi

₋ Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &

membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi

Page 13: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai APGAR:

a. Pengaruh obat-obatan

b. Trauma lahir

c. Kelainan bawaan

d. Infeksi

e. Hipoksia

f. Hipovolemia

g. Kelainan prematur

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dimulai dari pengukuran berat

badan, panjang badan dan lingkar kepalanya. Bayi   baru lahir normal

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

₋ Berat badan 2500 – 4000 gram

₋ Panjang badan 48 – 52 cm

₋ Lingkar kepala 33 – 35 cm

₋ Lingkar dada 30 – 38 cm

Klasifikasi berat badan bayi baru lahir (Manuaba, 2007) :

Bayi dengan berat badan normal : 2.500 – 4.000 gram

Bayi dengan berat badan lebih : > 4.000 gram

Bayi dengan berat badan rendah : < 2.500 gram / 1.500 – 2.500

gram

Bayi dengan berat badan sangat rendah : < 1.500 gram

Bayi dengan berat badan ekstrim rendah : < 1.000 gram

b. Mencari kelainan kongenital

Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat

teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus pada trisemester pertama

dan juga apakah ada kelainan bawaan pada keluarga.disamping itu perlu

diketahui apak ibu menderita penyakt yang dapat mengganggu

pertumbuha janin seperti diabetes melitus, asma bronkial dan sebagainya.

Sebelum memeriksa bayi perlu juga diperiksa cairan amnion, tali pusar

dan plasenta.

Page 14: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion

( volume > 2000ml ) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus

intestinalis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau eklampsi,

sedangkan oligohidramnion ( volume < 500 ml) dihubungkan dengan

agenesis ginjal bilateral atau sindrom potter.

Pada pemeriksaan tali pusar diperhatikan kesegaran, ada tidaknya

simpul, dan apakah ada dua arteri dan satu vena.

Pada pemeriksaan plasenta diperhatikan adakah perkapuran, nekrosis

dan sebgainya.pada bayi kembar dilihat adanya satu atau dua korion dan

anastomosis vaskular antara kedua korion.

Bayi diperiksa secara menyeluruh baik dari mulut, anus, kelainan

garis tengah, serta jenis kelamin.

1. Pemeriksaan di ruang rawat

Pemeriksaan ini meliputi :

a. Aktivitas fsik

Keaktifan BBL dinilai dengan melihat posisi dan gerkan tungkai dan

lengan. Pada BBL cukup bulan yang sehat, ekstremitas berada dalam

keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.

b. Tangisan bayi

Tangisan bayi dapat memberikan keterangan seperti tangisan

melengking mengindikasikan adanya kelainan neurologis, sedangkan

tangisan yang lemah atau merintih terjadi pada bayi yang kesulitan

pernapasan.

c. Wajah BBL

Wajah BBL dapat menunjukkan kelainan yang khas seperti sindrom

Down, sindrom Pierre-Robin, sindrom de Lange, dan sebgainya.

d. Keadaan gizi

Dinilai dari berat dan panjang badan serta disesuaikan dengan umur

kehamilan, tebal lapisan sub kutis serta kerutan pada kulit.

e. Pemeriksaan suhu

Page 15: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

Suhu tubuh BBL diukur pada aksila. Suhu BBL normal antara 36,5-

37,50 C. Suhu meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi, gangguan

serebral, infeksi atau kenaikan suhu lingkungan.Apabila ekstremitas

dingin dan tubuh panas emungknan besar disebabkan oleh sepsis.

2. Pemeriksaan pada waktu memulangkan

Pada waktu memulangkan perlu diperhatikan :

a. Susunan saraf pusat : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun.

b. Kulit : adanya ikterus, piodermia

c. Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian

d. Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya

e. Tali pusat : adanya infeksi

f. Diperhatikan juga apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah

mengerti cara pemberian ASI yang benar.

D. Fisiologi laktasi

Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. ASI diproduksi atas

hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai

mengisabp ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar.

Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang

dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut

juga “let down” reflexs.

Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon

prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada

yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan

dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan

akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke

kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin

kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan

ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin.

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis.

Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang

oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang

Page 16: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan

memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang

ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih

cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara

akan mengalir untuk diisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu

berkeinginan menyusui (sebelum bayi mengisap). Jika refleks oksitosin tidak

bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan

ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal

payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar. Efek

oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah

melahirkan. Sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan walaupun

kadang mengakibatkan nyeri.

E. Prosedur Medik pada Bayi Baru Lahir & Tatalaksana Pemberian ASI

Agar ibu berhasil menyusui perlu dilakukan berbagai kegiatan saat

antenatal, ntranatal dan postnatal.

1. Masa antenatal

Selama masa antenatal ibu dipersiapkan secara fisik dan psikologis

dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan dan gizi ibu selama

hamil.adapun penyuluhan yang dianjurkan adalah :

a. Penyuluhan mengenai fisiologi laktasi

b. Penyuluhan mengenai Pemberian ASI secara ekslusif

c. Penyuluhan mengenai Perlunya inisiasi menyusui dini.

d. Penyuluhan Ibu mengenai manfaat ASI dan kerugian susu formula.

e. Penyuluhan Ibu mengenai Manfaat rawat gabung

f. Penyuluhan Ibu mengenai Gizi ibu hamil dan menyusui

g. Bimbingan ibu mengenai cara memposisikan dan melekatkan bayi pada

payudara dengan cara mendemonstrasi menggunakan boneka

h. Menjelaskan mitos seputar menyusui

Page 17: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

2. Masa persalinan

a. Berusaha menolong persalinan tanpa trauma lahir

b. Segera setelah bayi stabil (< 30 menit) lakukan inisisasi menyusui dini.

Bayi diletakkan dalam keadaa telanjang diatas perut ibunya ( apabila

pervaginam) atau diatas dada ibunya (apabila seksio sesaria) untuk

mencari uting susu dan menghisapnya ( 45-75 menit).

c. Tatalaksana inisisasi menyusui dini. Adapun langkah-langkah sebagai

berikut :

1) Bayi baru lahir diputuskan tidak memerlukan resusitasi segera

diletakkan diatas perut ibunya dan dikeringkan seluruh tubuh kecuali

kedua tangan. Karena bau cairan amnion pada tangan bayi membantu

mencari puting ibu yan memiliki bau yang sama.

2) Setelah 2 menit tali pusat dipotong dan diikat kemudian bayi

ditengkurapkan diatas perut ibunya.

3) Kalo ruang bersalin dingin, kepala bayi diberi top dan diberikan

selimut yang menyelimuti ibu dan bayi.

4) Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang,

menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini kan membantu

uterus berkotraksi.

5) Bayi kemudian mencari puting menggunakan indra penciuman

dipandu dengan bau kedua tangannya.

6) Menyusu pertama berlangsung sekitar 15 menit dan setelah selasai

selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan untuk menghisap.

7) Setelah itu dilanjutkan tindakan keperawatan seperti menimbang,

pemeriksaan antropometri, menyuntikkan vitamin K1, dan

mengoleskan salep paada mata.

8) Tunda memandikan bayi paling tidka 6 jam setelah lahir atau pada

hari berikutnya.

Page 18: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

3. Masa pasca persalinan

Rawat gabung adalah satu cara perawataan ibu dan bayi yang baru

dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam

sebuah ruangan selama 24 jam penuh. Bahkan bila mungkin bayi bisa

tidur setempat tidur dengan ibunya.

a. Tujuan rawat gabung

Tujuan rawat gabung adalah agar ibu dapat menyusui bayinya

sedini mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan

memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan

oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya

sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan ibu memperoleh bekal

keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang dari

rumah sakit. Rawat gabung juga memungkinkan suami dan keluarga

dapat terlibat secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam

menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu

mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak

dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya

bayi dengan ibunya (Maas, 2004; Mappiwali, 2008).

b. Manfaat Rawat Gabung

1) Aspek fisik

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah

menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan

menyusui setiap saat, kapan saja bayinya menginginkan (nir-

jadwal) (Mappiwali, 2008; Suradi and Kristina, 2004).

2) Aspek fisiologis

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui

dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses

fisiologis yang alami, di mana bayi mendapat nutrisi alami yang

paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui maka akan

timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis

involusi rahim (Mappiwali, 2008; Suradi dan Kristina, 2004).

3) Aspek psikologis

Page 19: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera

terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) akibat sentuhan

badan antara ibu dan bayinya (Mappiwali, 2008; Suradi dan

Kristina, 2004).

4) Aspek Edukatif

Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai

anak pertama) akan mempunyai pengalaman yang berguna,

sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang

dari rumah sakit (Prawirohardjo, 2008).

5) Aspek Medis

Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan

terjadinya infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi (Mappiwali, 2008;

Prawirohardjo, 2008).

c. Syarat rawat gabung sebagai berikut:

1) Usia kehamilan > 34 minggu dab berat lahir > 1800 gram ;

diharapkan refleks menelan dan menghisap sudah baik.

2) Nilai APGAR pada 5 menit ≥ 7

3) Tidak ada kelainan kongenital yang memerlukan perawatan

khusus

4) Tidak ada trauma lahir atau morbiditas yang berat

5) Bayi yang lahir dengan seksio sesarea yang menggunakan

pembiusan, rawat gabung diakukan setelah ibu dan bayi sadar

sekitar 4-6 jam stelah operasi.

6) Ibu dalam keadaan sehat

d. Kontraindikasi rawat gabung

1) Bagi ibu :

Ibu dengan kelainan jantung yang ditakutkan menjadi gagal

jantung

Ibu dengan Eklampsia atau preklamsia berat

Ibu dengan Penyakit akut yang berat

Ibu dengan Karsinoma payudara

Page 20: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

Ibu dengan psikosis

2) Bagi bayi :

Bayi dengan berat lahir sangat rendah

Bayi dengan Kelainan kongenital yang berat

Yang memerlukan observasi atau terapi khusus

Cara memerah ASI :

a. Cuci tangan yang bersih

b. Siapkan wadah yang bermulut lebar yang mempunyai tutup dan telah

direbus

c. Bentuk jari telunjuk dan ibu jari seperti huruf C dan letakkkan di batas

aerola mama. Tekan dengan telunjuk dan ibu jari ke arah dada ibu

kemuduan perah dan lepas. Dilakukan berulang.

Cara menyimpan ASI perah :

a. ASI perah dapat disimpan pada suhu ruangan selama 6-8 jam

b. Di dalam lemari es pendingin 40 C 2X 24 jam

c. Di dalam lemari es pembeu -40 C tahan sampai beberapa bulan

Cara memberikan ASI perah:

a. ASI yang sudah disimpan dalam lemati pendingin, sebelum diberikan

dihangatkan dengan merendamnya dalam air hangat.

b. ASI yang sudah dihangatkan bila tersisa tidak boleh dikembalikan lagi

kedalm lemari es

c. ASI yang disimpan dalam lemari pembeku perlu dipindahkan ke

lemari pendingin untuk mencairkan sebelum dihangatkan.

d. ASI perah sebaiknya diberikan tidak menggunakan botol tetapi

dengan sendok (Kosim et al., 2010)

Page 21: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

F. Manfaat ASI

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu

formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu

yang menyusui.

1. Manfaat ASI bagi bayi:

a. ASI merupakan sumber gizi sempurna

ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi.faktor pembentukan sel-

sel otak terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey

(protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein

(protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan).komposisi ini

menyebabkan ASI mudah diserap oleh bayi.

b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang

didapat dari ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar

zat ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi

immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat

kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara produksi sendiri

belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi.

Di sinilah ASI berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi

kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh

yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,

dan jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului ASI) mengandung

zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI.

c. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak

Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan

cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan

pertama kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk

pertumbuhan otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih

telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak

Page 22: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

ikatan panjang - antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak

utama dari ASI.

d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan

yang disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman

akan menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri,

peduli lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI

secara eksklusif. akan sering dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar

detak jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan

juga akan sering merasakan situasi seperti saat dalam kandungan:

terlindung, aman dan tenteram.

2. Manfaat menyusui bagi ibu:

a. Mengurangi resiko kanker payudara

Menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan ibu

menderita kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur.

Perlindungan terhadap kanker payudara sesuai dengan lama pemberian

ASI. Ibu yang menyusui akan terhindar dari kanker payudara sebanyak

20%-30%. Berdasarkan penelitian dari 30 negara pada 50.000 ibu

menyusui dan 97.000 tidak menyusui kemungkinan kejadian kanker

payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika menyusui lebih dari 2

tahun ibu akan lebih jarang menderita kanker payudara sebanyak 50%

(Roesli, 2007).

b. Metode KB paling aman

Jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara

eklusif daripada yang tidak (Roesli, 2007).

c. Kepraktisan dalam pemberian ASI

ASI dapat segera diberikan pada bayi, segar, siap pakai dan mudah

pemberiannya sehingga tidak terlalu merepotkan ibu.

d. Ekonomis

Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan bayi

sampai berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat

pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

Page 23: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

G. Ketuban Pecah Dini

1. Definisi

Ketuban pecah dini adalah keadaan keluarnya cairan dari jalan lahir

sebelum proses persalinan berlangsung pada kehamilan berusia  lebih dari 22

minggu, yang dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37

minggu maupun kehamilan aterm. (Sarwono, 2002) 

2.  Faktor Risiko

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Beberapa

faktor risiko dari Ketuban Pecah Dini adalah sebagai berikut:

1.    Inkompetensi serviks (leher rahim)

2.    Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

3.    Riwayat KPD sebelumya

4.    Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.

5.    Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum

masuk PAP, cefalopelvik disproporsi.

6.    Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

7.    Kehamilan kembar

8.    Trauma

9.    Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban

dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.(Manuaba et al,

1998) 

3. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui

vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,

mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan

bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus

diproduksi sampai kelahiran. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,

denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang

terjadi.

4. Diagnosis

Diagnosis Ketuban Pecah Dini prematur dengan inspekulo dilihat adanya

cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Jika tidak ada dapat dicoba dengan

Page 24: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien untuk batuk

atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus

(nitrazin test) merah menjadi biru. Pemeriksaan pH normal dari vagina adalah

4-4,7 jika terdapat cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptic yang

alkalin dapat menaikan pH vagina.

Menentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG, dengan

pemeriksaan ultrasound adanya Ketuban Pecah Dini dapat dikonfirmasikan

dengan adanya Oligohidramnion. Menentukan ada tidaknya infeksi dengan

mengetahui tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu > 38ºC serta air ketuban

keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami

takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterine. Tentukan tanda-tanda

persalinan dan scoring pelvic. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa

dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).

(Sarwono, 2008)

5. Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia

kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan

premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya

insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.

a. Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode

laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24

jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50%

persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan

terjadi dalam 1 minggu.

b. Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu

terjadi korioamnionitis, pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,

omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada

Ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering daripada aterm.

Page 25: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

c. Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat

sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya

gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit cairan ketuban, maka

keadaan janin semakin gawat.

d. Sindrom deformitas janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin,

serta hipoplasia pulmonar.(Sarwono, 2008)

6. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi

dalam lahir terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh

karena itu penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci

sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam

rahim. (Manuaba et al, 1998)

Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini adalah memastikan diagnosis,

menentukan umur kehamilan, evaluasi adanya infeksi maternal ataupun infeksi

janin dan jika dalam keadaan inpartu, identifikasi adanya gawat janin.

Penderita dengan kemungkinan Ketuban Pecah Dini harus masuk rumah sakit

untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar,

pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat perasalinan dalam kala

aktif, korioamnionitis, atau gawat janin, persalinan diterminasi. Bila Ketuban

Pecah Dini pada kehamilan premature, diperlukan penatalaksanaan yang

komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien Ketuban Pecah Dini yang

tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,

penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan.

Penanganan pada kasus Ketuban Pecah Dini adalah sebagai berikut:

1.    Konservatif

Dilakukan perawatan di Rumah Sakit dengan memberikan antibiotic

(ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan

metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).

Page 26: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kahamilan

32-37 minggu sudah inpartu dan tidak ada infeksi, berikan tokolitik

(salbutamol), dexametason, dan induksi setelah 24 jam. Jika usia kehamilan

32-37 minggu dan terdapat infeksi, berikan antibiotic dan dilakukan induksi,

kemudian nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi

intrauterine).

Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu

kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan

spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal

selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap  26 jam sebanyak 4 kali.

2.    Aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila tidak berhasil maka

lakukan sesio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg – 50 µg

intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan

antibotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

a.    Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi.

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.

b.    Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.(Sarwono, 2008)

H. Infeksi TORCH Pada Kehamilan

Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapat membahayakan janin yang

dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan

dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi

gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis.

Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu

mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi

yang tepat.

Page 27: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis

penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat

jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh

ibu hamil.

Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah

pemeriksaan secara imunologi. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya

zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai

respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat

berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)

1. Toxoplasma

Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.

Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-

kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip

gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak

menimbulkan masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang

hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita

AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun)

Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah

abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita

Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah

dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn

ensefalitis.

Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya

tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu,

pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang

tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan

IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.

Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi

Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu

diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter),

serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.

Page 28: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

2. Rubella

Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran

kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang

anak-anak dan dewasa muda.

Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat

menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama

kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi

trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of

Obstatrician and Gynecologists, 1981).

Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu,

bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak

tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan

dengan bantuan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella

IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi

adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan,

dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama

sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko

infeksi rubella bawaan.

3. Cytomegalovirus(CMV)

Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan

virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat

tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi

yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi

saat ibu sedang hamil.

Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular

sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak,

ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.

Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau

infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi.

Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta

Aviditas Anti-CMV IgG.

Page 29: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

4. Herpes Simpleks Tipe II

Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes

Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar

melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan

lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui.

Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50

kasus) Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting

untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II

dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat

kehamilan.

Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang

dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan

dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi

gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis.

Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu

mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi

yang tepat.

Page 30: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus skenario, Santi seorang mahasiswa kedokteran mendapatkan kasus

kelahiran seorang bayi laki-laki dengan berat 3,6 kg dan panjang 50 cm. Kelahiran

spontan pada umur kehamilan 39 minggu. Ketuban pecah 3 jam sebelum lahir, warna

ketuban jernih, dan tidak ada mekoneum. Berdasarkan kriteria normal bayi baru lahir

(BBL), bayi tersebut lahir normal. Berat badan bayi baru lahir antara 2,5 – 4 kg dan

panjang sekitar 50 cm. Menurut waktu persalinan, kelahirannya termasuk aterm atau

cukup bulan, antara 37-42 minggu, dan dilahirkan spontan. Ketuban yang pecah 3

jam sebelum lahir pada bayi lahir cukup bulan, bukan merupakan tanda ketuban

pecah dini.

Proses persalinan normal dibagi menjadi 4 kala. Kala pertama merupakan

waktu pembukaan serviks sampai lengkap 10 cm. Kala pertama tersebut memerlukan

waktu 13-14 pada primigravida (wanita hamil pertama kali) dan 7 jam pada

multigravida (wanita yang sudah pernah melahirkan bayi hidup). Ketuban akan

pecah dengan sendirinya ketika pembukaan telah lengkap. Kemudian dilanjutkan

dengan kala dua yaitu kala pengeluaran janin. Warna ketuban yang jernih dan tidak

ada mekoneum merupakan keadaan yang normal. Mekoneum merupakan bahan yang

berlendir berwarna hijau tua dalam usus bayi yang cukup bulan, yang merupakan

campuran sekresi hati, kelenjar usus, dan sejumlah cairan amnion. Jika mekoneum

ini teraspirasi oleh bayi baru lahir maka dapat terjadi asfiksia pada bayi.

Pemeriksaan bayi baru lahir (BBL) dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama,

dilakukan di kamar bersalin. Pemeriksaan berupa penilaian skor Apgar dan mencari

kelainan kongenital. Skor Apgar bayi ini pada menit pertama 8, menit kelima 9, dan

menit kesepuluh 10. Skor Apgar merupakan sebuah metode sederhana untuk secara

cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Skor Apgar

dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria

sederhana, yaitu apperience, pulse rate, grimace, activity, dan respiration. Skala

yang dipakai mulai dari nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut

kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Skor Apgar menit

pertama berguna untuk menentukan perlu tindakan resusitasi atau tidak, sedangkan

Page 31: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

skor Apgar menit ke 5, 10, 15, dst berguna untuk menentukan keberhasilan dalam

melakukan resusitasi. Pada bayi ini, skor Apgar menunjukkan peningkatan dari

menit pertama, kelima, dan kesepuluh. Skor Apgar berada diantara 7-10

menunjukkan bayi normal dan tidak memerlukan tindakan resusitasi. Jika bayi

berada pada skor Apgar 4-6 maka memerlukan tindakan medis segera seperti

penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas atau pemberian oksigen untuk

membantu bernapas. Jika bayi berada pada skor Apgar 0-3 maka memerlukan

tindakan medis yang lebih intensif.

Pemeriksaan kedua pada bayi baru lahir (BBL) dilakukan 24 jam setelah

persalinan di ruang perawatan. Pemeriksaan fisik ini meliputi pemeriksaan

antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada),

pemeriksaan kulit, kepala, wajah, mata, hidung, mulut, telinga, leher, klavikula,

tangan, dada, abdomen, genitalia, anus dan rectum, tungkai, dan spinal. Pada

pemeriksaan fisik bayi ini tidak didapatkan kelainan pada organ-organ tersebut.

Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa ke ruang perawatan untuk dirawat

gabung karena dari pemeriksaan bayi dalam batas normal dan catatan kesehatan ibu

juga menunjukkan tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg

negatif, gula darah normal, dan HIV negatif. Rawat gabung merupakan suatu cara

perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan

ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Tidak semua bayi

atau ibu dapat dirawat gabung. Syaratnya adalah usia kehamilan diatas 34 minggu

dan BBL diatas 1800 gram, nilai Apgar pada menit pertama dan menit kelima 7,

tidak ada kelainan kongenital, tidak ada trauma lahir, bayi lahir dengan sectio

caesaria yang menggunakan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu

dan bayi sadar.

Kontraindikasi rawat gabung bagi ibu adalah ibu dengan kelaianan jantung,

eklampsia atau preeklampsia berat, karsinoma payudara, dan psikosis. Sedangkan

kontraindikasi rawat gabung bagi bayi ialah bayi dengan berat lahir sangat rendah,

kelainan kongenital berat, dan bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus.

Keuntungan rawat gabung dari aspek psikologis ialah dengan rawat gabung

antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat (bonding) yang sangat mempengaruhi

perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu merupakan

Page 32: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

stimulasi mental yang mutlak diperlukan bayi. Rasa aman, terlindung, dan percaya

pada orang lain merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Dari

aspek fisik, dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi

menginginkannya. Dengan demikian, ASI juga akan cepat keluar. Dari aspek

fisiologi dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering

dan menimbulkan refleks prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan refleks

oksitosin yang membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim. Dari

aspek edukatif dengan rawat gabung, ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai

pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Dari aspek medis dengan rawat

gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak

petugas sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah.

ASI merupakan makanan terbaik bayi baru lahir (BBL) karena komposisinya

sudah sangat baik. ASI yang pertama kali keluar disebut kolostrum. Kolostrum

mengandung IgA yang berperan sebagai antibodi untuk melawan mikroorganisme,

leukosit besar berperan sebagai makrofag. Kandungan lainnya adalah laktoferin yang

berfungsi untuk mengikat besi sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Selain

itu, pemberian ASI harus dilakukan sedini mungkin. Sebab dengan pemberian ASI

sedini mungkin, mekonium pada bayi baru lahir dapat dikeluarkan. ASI merangsang

gerakan peristaltik sistem pencernaan bayi sehingga kotoran-kotoran yang ada dapat

dikeluarkan. Apabila mekonium ini tidak dikeluarkan, dapat mengakibatkan terjadi

jaundice karena kadar bilirubin yang meningkat di dalam tubuh.

Dari catatan riwayat kesehatan ibu dan riwayat persalinan, didapatkan hasil

yang bagus, ditunjukkan dengan tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH

negatif, HbsAg negatif, gula darah normal, dan HIV negatif. Riwayat kesehatan ibu

selama kehamilan sangat berpengaruh terhadap perkembangan bayi baru lahir

(BBL). Tanda vital sangat penting bagi ibu hamil, sebab ibu hamil dengan hipertensi

dapat meningkatkan risiko terjadi preeklampsia dan eklampsia. Infeksi TORCH

selama kehamilan juga sangat mempengaruhi perkembangan bayi saat masih dalam

kandungan. Infeksi pada trimester pertama dapat menyebabkan gangguan pada

proses organogenesis sehingga meningkatkan resiko kecacatan bahkan kematian

pada bayi. Sedangkan infeksi trimester kedua dan ketiga tidak begitu berbahaya

tetapi mengganggu proses perkembangan otak dan mental pada bayi. Gula darah

Page 33: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin. Kadar gula darah yang tinggi

pada ibu hamil menyebabkan bayi memproduksi lebih banyak insulin sehingga pada

saat bayi lahir dapat terjadi hipoglikemia karena produksi insulin meningkat. Bayi

yang dilahirkan dari ibu dengan riwayat diabetes juga memiliki ukuran yang besar

(makrosomia) sehingga berisiko untuk dilahirkan secara sectio caesaria.

Pemeriksaan HbsAg dan tes HIV dimaksudkan untuk menghindari transmisi infeksi

dari ibu ke janin (transmisi vertikal). Pada ibu dengan infeksi HIV, tidak

diperbolehkan untuk persalinan secara normal karena dapat menyebabkan infeksi

verstikal selama proses persalinan. Jadi, pada bayi dengan riwayat ibu menderita

HIV dilakukan tindakan sectio caesaria. Pemeriksaan HbsAg dan HIV sangat

penting dilakukan. Selain menentukan jenis persalinan, juga digunakan untuk

menentukan bayi boleh diberikan ASI oleh ibunya atau tidak. Bayi dengan ibu HIV

positif tidak boleh diberikan ASI sedangkan dengan ibu HbsAg positif bisa diberikan

asal bayi sudah divaksinasi terlebih dahulu.

BAB IV

Page 34: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

PENUTUP

1.1 Simpulan

1.1.1 Hasil pemeriksaan lengkap pada bayi di skenario I Blok Pediatri ini tidak

ditemukan adanya kelainan, kegawatdaruratan, infeksi atau kondisi yang

patologis lainnya. Bayi dalam keadaan normal setelah dilahirkan.

1.1.2 Pemeriksaan fisik lengkap pada neonatus terdiri atas pemeriksaan sesaat

setelah lahir dan pemeriksaan umum. Pemeriksaan sesaat setelah lahir

terdiri atas pemeriksaan adaptasi dengan APGAR Score, mencari

kelainan kongenital dan garis tengah, cairan amnion, plasenta, tali pusat,

berat badan, jenis kelamin. Sedangkan pemeriksaan fisik lengkap

lanjutan adalah warna kulit, kulit, postur dan gerakan, kepala, mata,

telinga, hidung, mulut dan tenggorok, leher, dada, paru, jantung,

abdomen dan punggung, genitalia dan anus, ekstremitas, urine dan tinja,

antropometri.

1.1.3 APGAR Score adalah metode untuk mengkaji penyesuaian atau adaptasi

segera bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Yang dinilai

adalah laju jantung, usaha bernafas, tonus otot, refleks dan warna kulit.

Skor APGAR dinilai setiap 5 menit sekali untuk mengevaluasi tindakan

resusitasi.

1.1.4 Penting dilakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya agar terjalin

kontak social yang erat (attachment) dan inisiasi menyusui dini atau

IMD mengingat pentingnya ASI bagi bayi.

1.2 Saran

Skenario pertama blok Pediatri ini berjalan lancar, kehadiran tutor di kelompok 19 angkatan 2010 juga membantu mahasiswa dalam menjawab setiap LO.

DAFTAR PUSTAKA

Page 35: Tutorial Sken 1 Sem 6 Fix

Guyton AC, Hall JE (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A (2010). Buku ajar

neonatologi. Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Maas (2004). Kesehatan ibu dan anak : Persepsi budaya dan dampak kesehatannya.

http://library.usu.ac.id – Diakses Maret 2013

Manuaba. Ida, Bagus Gde (2007). Pengantar buku obstetri. EGC : Jakarta

Mappiwali A (2008). Rawat gabung (rooming - in).

http://www.scribd.com/doc/12963634/Rawat-Gabung-Rooming-in – Diakses

Maret 2013

Meadow, Roy, Simon N (2002). Lecture notes pediatrica. Jakarta : Erlangga.

Prawirohardjo (2008). Ilmu kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Roesli U (2007). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: EGC

Suradi R, Kristina H (2004). Bahan bacaan manajemen laktasi. Edisi 5. Jakarta :

Perinasia.