tugas problematika pendidikan sains

Upload: nanang-hutomo

Post on 16-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

2

TUGAS PROBLEMATIKA PENDIDIKAN SAINSPROPOSAL8 STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL

OLEH :MUHAMAD AJWAR S831308029PRODI PENDIDIKAN SAINSMINAT BIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2013/2014BAB IA. Latar BelakangPembelajaran biologi bertujuan membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan memahami konsep ataupun fakta secara mendalam. Pembelajaran biologi seharusnya dapat menampung kesenangan dan kepuasan intelektual peserta didik dalam usahanya untuk menggali berbagai konsep, sehingga dapat tercapai pembelajaran biologi yang efektif. Kemampuan interpretasi, analisis, evaluasi ,penjelasan, dan regulasi diri dalam pembelajaran biologi dapat memberikan suatu pengalaman dan kepuasan intelektual peserta didik yang manjalaninya, karena dengan mengembangkan kemampuan tersebut peserta didik akan merasa terlibat dalam membangun pengetahuannya sendiri.Pembelajaran adalah proses peningkatan kemampuan dalam segi interpretasi, analisis, evaluasi, penjelasan dan regulasi diri dari suatu masalah merupakan suatu hal yang penting dalam hal meningkatkan kualitas proses pembelajaran biologi. Kenyataannya pembelajaran saat ini guru masih bersifat sebagai sumber ilmu (teacher center), sehingga kemampuan siswa dalam mengembangkan intepretasi, analisis, evaluasi, penjelasan dan regulasi diri menjadi kurang berperan sehingga berdampak pada hasil belajar yang rendah. Indikator dapat dilihat dari masih banyak peserta didik yang nilai ulangan dibawah standar kriteria kelulusan minimal mata pelajaran biologi sebesar 6,0. Berdasarkan hasil ujian nasional tahun ajaran 2009/2010 untuk SMA Negeri 6 Surakarta menunjukkan bahwa masih ada 14,20% yang belum lulus Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yaitu sebesar 6,0 dan yang tidak lulus Ujian Nasional sebanyak 16 siswa (7,080%). Untuk nilai rata-rata IPA di SMA Negeri 6 Surakarta sebesar 7,10%, rayon Surakarta sebesar 7,37%, rayon Jawa tengah sebesar 7,24% dan rata-rata secara nasional sebesar 7,34%.Data di atas lebih diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara guru yang telah dilakukan pada kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta juga menunjukkan bahwa aspek kemampuan dalam mengolah informasi yang disampaikan guru, aspek membuat kesimpulan yang sesuai tujuan, aspek membuat keputusan yang logis dan menjawab masalah, aspek menganalisa data yang masih rendah. Oleh karena itu, dari hasil observasi yang telah dilakukan pada kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis masih rendah, sehingga masih ada siswa yang belum lulus Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) dan ujian nasional.Berbagai masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas, harus dijadikan sebagai titik tolak dalam memperbaiki pembelajaran agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan. Salah satunya dengan pemilihan model belajar yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didikdi kelas diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam belajar.Pada faktanya, pembelajaran biologi di sekolah masih berpusat pada guru. Guru menempatkan diri sebagai pemberi dan penyedia pengetahuan bagi peserta didik dan cenderung masih didominasi dengan metode ceramah. Sehingga peserta didik kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Peserta didik hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut dalam memecahkan masalah masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimilikinya. Peserta didik kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya.Untuk memecahkan masalah serta pengetahuan yang meyertainya, menghasilhan pengetahuan yang bermakna maka peserta didik harus berusaha mencari sendiri. Karena pentingnya pemahaman konsep sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah.Guru biologi saat ini dituntut dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah dan peserta didiknya. Pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan guru dapat menyampaikan materi biologi dengan lebih interaktif, menarik, dan menyenangkan. Kondisi belajar yang menarik dan menyenangkan dapat memberdayakan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peningkatan kemampuan berpikir kritis diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat dilihat melalui banyaknya peserta didik mencapai batas kriteria kelulusan minimal yang diberikan sekolah sebagai indikator peningkatan hasil belajar peserta didik.Akar masalah rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didikantara lain: Pembelajaran biologi di SMA pada umumnya masih didominasi oleh aktivitas guru sehingga siswa cenderung pasif. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang inovatif sehingga siswa tampak pasif dan cenderung bosan. Kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran karena seharusnya pembelajaran biologi harus sering menampilkan kegiatan pembelajaran yang visual maupun kontekstual. Jadi, akar masalah yang mendesak untuk segera diselesaikan adalah model pembelajaran yang digunakan guru kurang inovatif.Hal ini didukung berdasarkan analisis dari 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA Negeri 6 Surakarta, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kontribusi pada Standar Proses SMA Negeri 6 Surakarta belum optimal yaitu skor sebesar 20 (9,26 %) sedangkan sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) skor idealnya 30 (13,49%) sehingga terdapat selisih GAP sebesar 10 (4,63%). Untuk memperbaiki kualitas Standar Proses di SMA Negeri 6 maka salah satu upaya yang dapat digunakan adalah dengan pengembangan model pembelajaran yang inovatif.Solusinya adalah dengan melakukan pengembangan model pembelajaran, karena pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila ada keberanian untuk mengembangkan model serta membangun paradigma baru. Hal ini diperlukan penerapan cara dan model yang lain yang telah digunakan pada masa lampau. Suatu model yang telah terbukti mampu mendatangkan hasil baik pada masa lampau belum tentu akan membawa hasil yang sama jika diterapkan di masa kini dan mendatang.Maka guru harus melakukan pembaharuan agar dapat memotivasi dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik agar dapat belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran, keadaan peserta didik, sarana prasarana serta lingkungan belajar akan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Khususnyaakan dapat berdampak positif dalampembelajaran untuk memaksimalkan kemampuan berpikir kritis siswa yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.Berpikir merupakan suatu kegiatan yang melibatkan kerja otak. Menurut Hashemi (2011: 64) kemampuan berpikir kritis merupakan keahlian yang diperlukan untuk mengembangkan pemikiran siswa. Sedangkan pendapat Moon (2008: 20) bahwa kemampuan berpikir kritis yaitu pemikiran yang lebih mendalam dan memerlukan evaluasi lebih lanjut. Berpikir juga dapat diartikan sebagai upaya otak untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi maka diperlukanlah model pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan berlogika dan menyelidiki dasar atas fakta yang ada untuk mencari suatu kebenaran yang faktual. Salah satu model pembelajaran yang dapat memberdayakan kemampuan berpikir kritis perserta didik di SMA Negeri 6 Surakarta adalah dengan model inkuiri.Menurut teori konstruktivisme, guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat sebagai anak tangga yang membawa peserta didik ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Trianto, 2012: 28).Model inkuiri menurut Gulo (2002: 84) adalah sebagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya sendiri dengan penuh percaya diri. Model inkuiri merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi lingkungan sekitarpeserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik.Sedangkan menurut Opara dan Oguzor (2011) model pembelajaran inkuiri merupakan suatu model mengajar yang bertindak seperti ilmuwan, pengertian dan ide pengetahuan baru yang diterapkan dalam bentuk pertanyaan yang sistematik, hipotesis dan eksperimen yang didalamya terdapat cara-cara penemuan, kemudian dilakukan verifikasi fakta/data.Model inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu salah satu jenis inkuiri dimana guru membimbing peserta didik melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi peserta didik yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan model ini peserta didik belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga peserta didik dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada model ini peserta didikakan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.Tujuanpenggunaan inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) pada dasarnya, peserta didikdiharapkan selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga peserta didik mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring peserta didik agar dapat memahami konsep pelajaran. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja peserta didik yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi peserta didik, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh peserta didik.Menurut teori Piaget, perkembangan anak dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu sensorimotorik (0-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-12 tahun), dan operasional formal (12 tahun ke atas).Untuk anak SMA kelas XI dengan usia 16-18 tahun, maka dikelompokkan pada tahap operasi formal karena peserta didik sudah mampu untuk berpikir abstrak. Pada tahap ini para peserta didik sudah mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan kompleks daripada tahap operasional konkret. Sehingga model inkuiri terbimbing sangat tepat untuk di terapkan di kelas.Modelinkuiri terbimbing (Guided Inquiry) mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam mencari, memeriksa, dan merumuskan konsep dan prinsip biologi serta mendorong siswa untuk mengembangkan intelektual,berpikir kritis dan keterampilan dalam memecahkan masalah dengan bimbingan, arahan, petunjuk dari guru. Sehingga penerapan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran, sangat tepat untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa.Berdasarkan hasil ujian nasional tahun ajaran 2009/2010 untuk SMA Negeri 6 Surakarta mata pelajaran biologi terdapat beberapa kompetensi dasar yang masih dibawah 60% antara lain mengidentifikasi usaha manusia melestarikan makhluk hidup/populasi dalam ekosistem sebesar 7,96%, menjelaskan struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan sebesar 17,7%, mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau sebesar 59,29%. Jadi, pertimbangan pemilihan kompetensi dasar yang digunakan harus dapat melatih kemampuan berinkuiri dan mengasah kemampuan berpikir kritis yaitu, menjelaskan struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan karena masih jauh dibawah 60%.Selama kegiatan berinkuiri berlangsung,dapat disisipilatihan keterampilanbelajar kooperatif yang menyajikan peluang bagi peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama, melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama laindapat diberikan satu metode pembelajaranPeta Konsep (Concept Mapping).Kemampuan dari dalam diri seorang guru untuk mengembangkan penggunaan keterampilan-keterampilan dan model-model yang dikembangkan dengan metode mengajar lain, penggunaan alat bantu pembelajaran, menganti suasana atau memindahakan tempat proses belajar mengajar serta inovasi-inovasi yang lain sangatlah dituntut sehingga mempermudah peserta didik menerima serta memahami terhadap materi yang kita sampaikan yang pada akhirnya nanti akan membawa dampak yang positif terhadap perkembangan prestasi belajar peserta didik.Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Hal ini dikarenakan, keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses pembelajaran, bahwa belajar adalah kemampuan untuk mengorganisasi informasi merupakan hal mendasar bagi peserta didik.Peta Konsep (Concept Mapping) sesuai bila diterapkan pada peserta didik SMA yang merupakan anak usia remaja yang memiliki kecenderungan suka senang berkelompok dan memiliki kebutuhan akan aktualisasi diri yang tinggi. Manfaat lain bagi peserta didik antara lain akan meningkatkan motivasi belajar, melatih sikap saling bekerjasama, mempunyai rasa tanggung jawab, serta mampu berkompetisi secara sehat baik dalam teman satu kelompok maupun dengan kelompok yang lain. Sifat serta sikap yang demikian ini yang akan mampu membawa pribadi yang berhasil dalam menghadapi tantangan pendidikan yang lebih tinggi yang berorientasi pada kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik akan lebih mudah menemukan serta memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan teman-temannya.PetaKonsep (Concept Mapping) berbasisInkuiri terbimbing (GuidedInquiry) bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mengikuti pelajaran karena siswa terlibat secara aktif dalam mengembangkan intelektualitas, analisa, keterampilan dalam memecahkan masalah, bekerja sama,dan tidak merasa cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik.Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan penelitian tentang Pengembangan Model Pembelajaran Biologi GuidedInquiry-Mapping Untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta.

B. Rumusan MasalahPenelitiandanPengembanganBerdasarkanlatarbelakangmasalah, makapermasalahan yang menjadi pokok penelitian yaitu :1. Bagaimanakah prosedur pengembangan model pembelajaran biologi GuidedInquiry - Mapping terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didikkelas XI SMA Negeri 6 Surakarta?2. Bagaimanakah kelayakan produk model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta?3. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping terhadap kemampuan berpikir kritispesertadidikkelas XI SMA Negeri 6 Surakarta?

C. Tujuan Penelitian dan PengembanganBerdasarkan latar rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian pengembangan ini adalah:1. Untuk mengetahui prosedur pengembanganmodel pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta2. Untuk menguji kelayakan produk pengembangan model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta3. Untuk menguji efektifitas model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping terhadap kemampuan berpikir kritispeserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta.

D. Spesifikasi Produk yang DiharapkanProduk pengembangan model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mappinguntuk memberdayakan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta mempunyai spesifikasi sebagai berikut :1. Model yang dikembangkan adalah model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping untuk SMA kelas XI Semester genap pada pokok bahasan SEL pada Kompetensi Dasar menjelaskan struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan..2. Pengembangan model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping dipadukan dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing yang meliputi observasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis, pembentukkan kelompok, melaksanakan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun konsep, mengurutkan konsep, menarik kesimpulan, pengkomunikasian dan penghargaan.3. Isi pengembangan model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping disesuaikan dengan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 6 Surakarta.

E. Pentingnya Penelitiandan PengembanganHasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:1. Bagi Siswaa. Model hasil pengembangan ini diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta terhadap pembelajaran dan materi-materi Biologi.b. Model hasil pengembangan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta terhadap pembelajaran dan materi-materi Biologi.c. Model hasil pengembangan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta pada pokok bahasan sel.d. Memberikan suasana belajar yang lebih variatif dan inovatif sehingga pembelajaran tidak monoton dan dapat membawa pada peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang berdampak pada peningkatan hasil belajar.2. Bagi Gurua. Memberi masukan kepada guru biologi di SMA Negeri 6 Surakarta dalam mengembangkan suatu model pembelajaran yang inovatif, berorientasi pada keterlibatan aktif peserta didikpada kegiatan belajar mengajar dan guru berfungsi sebagai fasilitator, yang membantu peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran secara efektif sehingga dapat mencapai kompetensi optimal.b. Model hasil pengembangan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dan guru dalam mendukung kegiatan pembelajaran yang lebih mengedepankan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menemukan konsep daripada hanya sekedar menghafal dan menerima konsep.c. Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi khususnya terkait dengan kemampuan berpikir peserta didik.3. Bagi InstitusiMemberikan kritik atau saran dalam upaya mengembangkan suatu proses pembelajaran yang mampu memberdayakan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta.

F. Asumsi dan KeterbatasanPenelitiandanPengembanganBeberapa hal yang dapat dijadikan asumsi dalam penelitian ini sebagai berikut.1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta pada pokok bahasan sel dapat dilakukan dengan mengembangkan GuidedInquiry-Mapping yang dirancang sesuai dengan indikator dan karakteristik peserta didik.2. Model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mappinguntuk siswa kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta pada pokok bahasan struktur dan jaringan tumbuhan mampu memberikan pengalaman belajar pada peserta didik, mengarahkan peserta didik untuk mampu menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri mengenai konsep-konsep yang dipelajari.3. Model GuidedInquiry-Mapping untuk peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta pada pokok bahasan struktur dan jaringan tumbuhan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif. 4. Instrumen yang telah divalidasi mampu mengukur data secara tepat dan benar.Keterbatasan ruang lingkup pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.1. Model Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian adalah model pembelajaran biologi Peta Konsep (Concept Mapping) yang dipadukan sintaks model inkuiri terbimbing.2. Pengembangan modelpembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping terbatas pada kelas XI semester ganjil pada pokok bahasan sel di SMA Negeri 6 Surakarta.3. Sintaks pembelajaran GuidedInquiry-Mapping yang digunakan dalam penelitian ini ialah observasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis, pembentukan kelompok, melaksanakan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, mengurutkan konsep-konsep, menyusun konsep-konsep ke dalam bagain, menarik kesimpulan, pengkomunikasikan dan penghargaan.4. Penelitian pengembangan dibatasi sampai tahap disseminate (penyebaran) yang akan dilaksanakan secara terbatas dengan menggunakan model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.5. Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini meliputi aspeks melakukan intepretasi, analisis, evaluasi, ekplanasi, inferensi, pengkoreksian diri.6. Variabel kontrol yang digunakan pada penggunaan model pembelajaran biologi GuidedInquiry-Mapping di dalam pembelajaran baik kelas kontrol maupun eksperimen adalah kemampuan guru, materi pembelajaran, alokasi waktu, instrumen evaluasi yang digunakan, serta kriteria ketuntasan minimal.

G. Definisi Operasional1. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu jenis model pembelajaran inkuiri yang pelaksanaan penyelidikannya dilakukan oleh siswa dengan berdasarkan pada petunjuk-petunjuk guru atau LKS atau modul atau buku yang relevan. Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari empat fase yaitu pengenalan area investigasi kepada peserta didik, peserta didik menemukan dan mencari permasalahan, peserta didik mengidentifikasi masalah yang akan diteliti dalam percobaan, serta menentukan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah.2. Model GuidedInquiry-Mapping disini adalah model Peta Konsep (Concept Mapping)yang di dalam kegiatan peserta didiknya diintegrasikan dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing.3. Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir seseorang secara baik tentang suatu subjek permasalahan yang meliputi aspek intepretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan dan regulasi diri (Facione,2010: 5-7).

Tabel 1. Aspek dan Indikator berpikir kritisNoAspekIndikatorJenis data

1intepretasiMemahami dan mengungkapkan kembali maksud dari bermacam pengalaman, situasi, data, peristiwa, keputusan, ketentuan, keyakinan, aturan, prosedur atau kriteria.Interval

Mengidentifikasi hubungan yang erat dan aktual dari pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk lain representasi yang dimaksudkan untuk mengungkapkan keyakinan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat.Interval

2analisisMenaksir kredibilitas pernyataan yang dapat dipercaya atau representasi lainnya atau deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan, atau pendapat seseorangInterval

Menaksir penalaran logis dari kenyataan atau maksud hubungan diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk lain dari representasiInterval

3evaluasiMengidentifikasi dan mendapatkan elemen yang dibutuhkan untuk menggambarkan kesimpulanInterval

Membutuhkan perkiraan dan hipotesis.Interval

4ekplanasiMempertimbangkan informasi yang relevanInterval

Mengembangkan konsekuensi dari data, pernyataan, prinsip, bukti, keputusan, keyakinan, pendapat, konsep, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk representasi yang lain.Interval

5inferensiMemberikan cara atau langkah yang kuat dan masuk akal dari alasan seseorangInterval

Menyatakan dan menilai suatu alasan yang benar secara kondisional, evidensial, konseptual, metodologikal, kriteriologikal, dan pertimbangan kontekstual yang mendasari hasil penelitian seseorang.Interval

6pengkoreksian diriMemberikan salah satu alasan dalam bentuk argumen yang kuat.Interval

Mengontrol salah satu aktivitas kognitif, unsur yang digunakan dalam aktivitas, dan hasil yang dikembangkan, fakta dengan menerapkan keahlian dalam menganalisa dan mengevaluasi keputusan yang dapat disimpulkan dengan mengarah ke pertanyaan, konfirmasi, validasi, dan koreksi lainnya dari salah satu alasan.Interval

1