problematika pendidikan
DESCRIPTION
kurangnya peran guruTRANSCRIPT
KURANGNYA PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 2 TRENGGALEK
MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Pendidikanyang dibina oleh Bapak Aditya N. Widiadi, M.Pd
olehDimas Indranata120731435995
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAHDesembaer 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek,
yaitu belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa. Mengajar
berotientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada
saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa disaat
pembelajaran sedang berlangsung.
Dalam pembelajaran sejarah, guru mempunyai peranan yang sangat sangat
penting. Guru dituntut untuk bisa menumbuhkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran sejarah. Keberhasilan seorang guru dapat diukur dari
kemampuannya mengajar dan tingginya kualitas lulusan. Guru sebagai pembelajar
sejarah hendaknya berasal dari lulusan program study pendidikan sejarah, hal ini
bertujuan agar pendidikan sejarah terjadi keserasian antara pelajaran yang
disampaikan dan ilmu yang dipelajari. Perlu dihindarkan pelajaran sejarah yang
dilakukan oleh guru yang disiplin ilmunya non pendidikan sejarah.(C.P Hill,
1956)
Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan untuk membimbing dan
mengarahkan anak-anak tersebut dalam kegiatan pembelajarannya. Guru harus
berpegang teguh pada ketelitiannya juga bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan penerangan yang sebenarnya dan sebagian besar pekerjaan dalam
menguraikan soal-soal kecilnya. Tapi ia mesti juga berusaha untuk memperluas
warisan kebudayaan murid-muridnya. Tugas guru dalam mengajarkan mata
pelajaran dalam tahap pada taraf yang lanjut ini hendaknya tentu saja harus
mencoba untuk menjalinkan sosial-sosial, politik, dan sebagainya yang akan
membentuk corak pada masyarakat manusia pada waktu yang tertentu.
Di SMAN 2 Trenggalek peranan guru dalam pembelajaran sejarah bias
dikatakan kurang. Hal ini terbukti dengan kuran di minatinya pelajaran sejarah
bagi kebanyakan siswa. Di dalam pembelajaran sehari-hari guru sejarah hanya
terpaku pada satu metode yaitu metode caramah dan pemberian soal dari buku
lembar kerja siswa. Masalah ini yang menyebabkan siswa sulit untuk menerti
materi dan cenderung bosan di dalam pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pembelajaran sejarah di SMAN 2 Trenggalek ?
2. Bagaimana minat siswa terhadap pelajaran sejarah di SMAN 2 Trenggalek ?
3. Bagaimana peranan guru dalam pembelajaran sejarah di SMAN 2 Trenggalek ?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan bagaimana metode pembelajaran sejarah di SMAN 2
Trenggalek
2. Untuk menjelaskan bagaimana minat siswa terhadap pelajaran sejarah di
SMAN Trenggalek
3. Untuk menjelaskan bagaimana peranan guru dalam pembelajaran sejarah di
SMAN Trenggalek
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Pembelajaran Sejarah di SMAN 2 Trenggalek
Metode belajar atau Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari
cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang
terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan
suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai. Belajar seungguhnya harus menjadi menu pokok. Belajar
bukan berarti harus dilakukan di kelas dan mendengar guru atau dosen yang
menyampaikan materi, atau harus membaca berjam-jam. Hampir setiap hari
belajar, miasalnya sepulang kerja kita asyik duduk di depan TV sembil menonton
berita atau kita mendengarkan radio tentang informasi harga cabe din pasar.
Trekadang juga kita berdiskusi dengan serius terkait perkembangan politik
di tanah air, itu semua juga dikatakan belajar. Sebagai guru dituntut untuk selalu
mengembangkan ilmu pengetahuan yang saat ini telah dimiliki melalui belajar.
Ketika perkembangan teknologi dan informasi tidak dapat kia kendung,
sesungguhnya saat itu kita dituntut untuk menguasainya melalui belajar.
(Mulyana,2010:15). Ada bayak metode pembelajaran yang dapat dipakai guru
ketika mengajar, di SMAN 2 Trenggalek guru sejarah memekai metode sebagai
berikut:
1. Metode Ceramah
Metode Ceramah (Preaching Method) Metode ceramah yaitu sebuah
metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan
kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode
ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis
untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak
didik yang lebih
tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan
2. Metode Diskusi
Metode diskusi (Discussion method) Metode Pembelajaran diskusi adalah metode
mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem
solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama
(socialized recitation).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah
bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai
jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat
secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun
berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
Metode ceramah plus Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang
menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan
metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode
ceramah plus yaitu :
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya
jawab dan
pemberian tugas. Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya,
yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan
diskusi, dan akhirnya
memberi tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi
pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan.
Menurut Sunaryo (2002:84) dalam dunia pendidikan konsep komunikasi
tidak banyak berbeda dengan komunikasi pada umumnya, kecuali pada aspek
konteks berlangsungnya komunikasi pada umumnya, kecuali pada aspek konteks
berlangsungnya komunikasi itu. Dalam proses pendidikan (pengajaran) sumber
dan penerima informasi dapat saling silang antara guru/ dosen, siswa/ mahasiswa,
buku, sumber-sumber pesona yang lainnya. Khusus mengenai sumber informasi
dapat ditambah dengan bacaan, kenyataan-kenyataan.
Kegiatan pemilihan media pembelajaran ini dapat dianggap sebagai bagian
tak terpisahkan dari keseluruhan proses penggunaan media pembelajaran, sebab
apabila guru salah dalam memilih media pembelajaran, maka akan berpengaruh
terhadap keberhasilan melaksanakan proses belajar mengajar. Memilih media
harus selalu dikaitkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, sifat-sifat
bahan ajar yang akan disampaikan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan. Satu
diantara sejumlah perencanaan yang harus dilakukan guru adalah dalam hal media
pembelajaran.
Dalam model Heinich, dkk terdapat enam kegiatan utama, yang meliputi :
1) Menganalisa karakter umum kelompok peserta didik
2) Merumuskan tujuan pembelajaran
3) Memilih, memodifikasi atau merancang dan mengembangkan materi dan
media yang tepat.
4) Melakukan praktik dan latihan penggunaan media
5) Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respon mengenai
proses belajar yang telah dilaksanakan
6) Mengevaluasi proses belajar
Apabila kita melihat metode pembelajaran yang digunakan di SMAN 2
Trenggalek meka metode tersebut kurang bervariasi. Sebenarnya banyak metode
pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam pembelajaran sejarah. Ada beberapa
SMA di kabupaten Trenggalek yang sudah menggunakannya seperti metode karya
wisata. Dengan metode tersebut dapat meningkatkan minat siswa terhadap
pelajaran sejarah dan diharapkan dengan miningkatnya minat tersebut pemahaman
materi dapat libih mudah dilakukan oleh siswa.
Bila berhasil diterapkan pendidikan sejarah yang sebenarnya, akan timbul
kegairahan di kalangan para subyek didik pada waktu pendidikan sejarah tengah
disajikan guru. Sebab guru sejarah tidak lagi sebagai pengajar sejarah, tetapi
sebagai pendidik sejarah. Pendidik sejarah tentunya akan menguasi bidangnya
dengan baik, dan cara mengkajinya, metode dengan baik pula. Keadaan ini telah
memungkinkan para subyek didik mengikuti apa yang disajikan dengan sikap
ingin tahu yang lebih besar.(Haikal,1989:15)
2.2 Minat siswa terhadap pelajaran sejarah di SMAN 2 Trenggalek
Sejarah adalah silsilah atau asal-usul kejadian atau peristiwa yang benar-
benar terjadi pada masa lampau. Mata pelajaran sejarah dipandang hanya
mempelajari masa lalu, apalagi dalam pembelajaran guru selalu menggunakan
metode yang sama yaitu ceramah. Banyak siswa yang merasa bosan, hanya
duduk-duduk dan mendengarkan, ada yang mainan ponsel, dan ngobrol sesama
teman. Anggapan itu timbul karena monotonnya pembelajaran yang diberikan
guru. Ditambah pula terlalu banyak tahun untuk diingat, sehingga kesan sebagai
pelajaran hafalan pun seolah-olah melekat pada pelajaran sejarah. Akibatnya
siswa semakin memberikan kesan membosankan dan akan membuat siswa merasa
terpaksa mengikuti pembelajaran. Namun, harus digaris bawahi, walau sejarah itu
adalah masa lampau tetapi pada kenyataannya masa lalulah yang membentuk
masa sekarang dan yang menjadi pandangan serta pondasi masa depan.
Berbeda dengan siswa kelas X SAMN 2 Trenggalek, sebagian dari mereka
mengatakan pelajaran sejarah sangat menyenangkan, karena mereka menyukai
cara mengajar guru sejarah mereka. Tetapi ada sebagian pula dari mereka yang
mengatakan pelajaran sejarah cenderung hanya ingatan dan hafalan, serta gurunya
selalu menggunakan metode ceramah. Secara umum, pelajaran sejarah hanya
bersumber pada buku paket untuk dibaca.
Keadaan di atas akan membawa dampak yang tidak baik, misalnya banyak siswa
yang tidak tau asal-usul negara kita, tidak menghargai perjuangan masa lampau,
dan hilangnya rasa nasionalisme. Oleh karena itu, untuk menunjang siswa dalam
belajar sarana dan prasarana harus dilengkapi, belajar juga tidak hanya di kelas
tetapi di tempat-tempat bersejarah, serta metode yang digunakan jangan hanya
ceramah, tetapi bisa juga dengan menggunakan gambar dan video-video
dokumenter. Di dalam hal ini guru harus berperan aktif di dalam proses
pembelajaran. Selain itu guru harus memberikan motifasi terhadap siswanya.
Motivasi dalam belajar memegang peranan penting dalam kegiatan belajar,
karena motivasi adalah tenaga yang menggerakkan sekaligus modal dasar yang
harus ada pada diri sendiri agar terjadi tindak belajar.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Dalam konteks belajar motivasi adalah kunci utama terciptanya tindak
belajar yang ada pada diri siswa. Menurut Natawijaya (1997:79) motivasi adalah
suatu proses yang menggiatkan motif-motof menjadi perbuatan atau tingkah laku,
yang mengatur tingkah laku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau
yang menjadi tujuan.
Inganah(2004:33-35) menjelaskan bahwa motivasi dibagi menjadi dua
yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1) Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (motivasi yang berasal
dari diri sendiri).
Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka
ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi instrinsik sangat
diperlukan, terutama belajar sendiri. Motivasi itu muncul karena ia
membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi berhubungan
dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan
aktivitas belajar.
2) Motivasi esktrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar (motivasi yang berasal dari luar diri
seseorang). Motivasi belajar dikatakan ekstribsik bila anak didik
menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak
didik belajar karena hendaknya mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang
dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar,
kehirmatan, mendapat hadiah, pujian dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa motivasi memegang peranan
penting dalam proses belajar. Individu dapat belajar dengan lebih efisien bila ia
mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2.3 Peranan guru dalam pembelajaran sejarah di SMAN 2 Trenggalek
B. Peran Guru dalam Pembelajaran
Menurut Fatimah (2004:14),guru diharapkan dapat berberan sebagai:
motivator, fasilitator, organisator, katalisator, pengaruh dan evaluator.
1) Guru sebagai motivator :
Peran guru sebagai motivator adalah dapat membuat siswa tergugah dan
bergairah belajar. Bentuk-bentuk fungsi guru dalam motivator antara lain :
memberi masalah, memberi pujian, memberi ganjaran, memberi hukuman
atau masih banyak lagi.
2) Guru sebagai fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator adalah menciptakan situasi belajar siswa yang
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar secara mudah
dan lancar. Bentuknya antara lain : menyediakan media, menetukan lokasi
yang sesuai proses belajar mengajar, mengelola kelas dengan baik, membantu
siswa memecahkan masalah, mau berkomunikasi dengan siswa.
3) Guru sebagai organisator
Peran guru sebagai organisator adalah berbagai tindakan guru dalam rangka
mengorganisasi dan mengatur pelaksanaan semua kegiatan belajar yang telah
direncanakn. Bentuknya antara lain : menyusun prosedur kerja, mengatur
alokasi waktu, mengatur lokasi, mengatur media.
4) Guru sebagai moderator
Peran guru sebagai moderator artinyaguru sebagai pimpinan dalam proses
belajar mengajar. Bentuknya antara lain : mengetengahkan masalah,
memberikan kesempatan siswa mengemukakan masalah.
5) Guru sebagai katalisator
Peran guru sebagai katalisator maksudnya adalah guru memprakarsai
terjadinta siswa belajar, sedangkan guru sendiri tidak ikut aktif dalam
kegiatan belajar. Bentuknya antara laian dengan memberi pertanyaan,
memberi tugas dan lain sebagainya.
6) Guru sebagai pengarah
Peran guru sebagai pengarah adalah mengarahkan semua kegiatan belajar
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bentuknya antara lain memberi
pertanyaan, memberi tugas, memberi petunjuk dan lain sebagainya.
7) Guru sebagai evaluator
Peran guru sebagai evaluator adalah guru mengawasi kemajuan siswa dalam
semua aspek, yaitu : perhatian dan minat siswa, sikap siswa, kreativitas siswa,
pengetahuan dan pengalamannya.
Bila melihat dari peran peran tersebut, peran guru sejarah di SMAN 2
Trenggalek hanya sebatas sebagai fasilitator, organisator dan moderator.
Kurangnya peran pembelajaran tersebut tentunya akan berakibat pada siswa yaitu
menunnya minat siswa pada pelajaran sejarah dan yang paling buruk adalah
menurunya prestasi belajar siswa. Beberapa ahli menyatakan bahwa belajar dapat
memperkuat perilaku melalui pengalaman.
Hal ini menunjukkan bahwa belajar merupakan proses, bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan sekedar mengingat sesuatu hal, tetapi mengalami. Belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku individu melalui interaksi dengan
lingkungan. Dalam interaksi ini terjadi serentetan pengalaman-pengalaman
belajar. Kegiatan dikatakan belajar jika mempunyai tiga ciri-ciri sebagai berikut :
(1) adanya perubahan tingkah laku, (2) perubahan terjadi akibat adanya latihan
dan pengalaman, bukan disebabkan oleh pertumbuhan, dan (3) perubahan yang
terjadi bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Selama
belajar seseorang diharapkan mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi
dikatakan sebagai hasil belajar atau prestasi belajar. Prestasi belajar adalah segala
sesuatu yang diperoleh sebagai hasil belajar. Prestasi belajar yang dimaksudkan
dalam Penelitian Tindakan Kelas. Ini adalah hasil belajar siswa pada bidang studi
IPS, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi.(Winaputra,11:2000)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran sejarah di SMAN 2 Trenggalek kurang maksimal dikarenakan
kurangnya peranan guru di dalam pembelajaran. Guru seharusnya menggunakan
metode-metode pembelajaran yang berfariasai agar para siswa tidak busan dengan
pelajaran sejarah. Metode yang digunakan cenderung metode ceramah dan diskusi
kelompok sehingga para siswa cenderung bosan dengan pembelajaran yang
dilakukan setiap pertemuan. Kurangnya peran guru dalam pembelajaran juga akan
berakibat pada menurunya prestasi belajar siswa.
3.2 Saran
1. Sebagai calon guru kita diharapkan dapat menerti minat belajar siswa dalam
pembelajaran
2. Di dalam pembelajaran hendaknya menggunakan berbagai macam metode
untuk meningkatkan minat dan semangat siswa dalam mengikiti pembelajaran
3. Guru seharusnya berperan aktif di dalam proses pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
A.Z Mulyama.2010.Rahasia Menjadi Guru Hebat.Jakarta:Grasindo
Haikal, H. 1989. Tut Wuri Handayani Dalam pendidikan Sejarah(Suatu Studi Kepustakaan).Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Hill, C.P. 1956. Saran-saran tentang Mengadjarkan Sedjarah. Terjemahan oleh Hakasan Wirasutikna. Jakarta: Prestasi Pustaka
Inganah, S; S. Hadi; F. Sabilah dan R. Bonavidi, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Natawijaya, 1979. Psikologi Umum dan Sosial. Buku Guru SPG. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Oktafiani,Susan.2012.Minat Belajar Sejarah,(Online) ,(http://oktavianisusan.wordpress.com/2012/03/22/makalah- tentang-minat-belajar-sejarah/) diakses 27 November 2012
Saiful.2012.Macam-macam Metode Pembelajaran,(Online),(http://www.tokoblog.net/2010 macam-macam-metode-pembelajaran.html#) diakses 27 November 2012
Sunaryo, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Winatraputra, U.S, 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan