tugas resume perkuliahan falsafah sains 2013

31
I. PENDAHULUAN Filsafat dan Pengetahuan Ketika orang mulai mempertanyakan hakikat keberadaannya, siapa dirinya, untuk apa dia hidup, pada saat itu dikatakan orang mulai berfilsafat. Filsafat sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses berfikir, berkontemplasi, berefleksi, sebagai bagian dari aktifitas manusia yang memiliki rasa keingintahuanan/kecintaan akan hakikat keberadaannya didunia ini, hakikat adanya alam semesta dan seisinya. Belajar filsafati berarti 1. Belajar mengembangkan diri secara luas untuk memahami pemikiran orang lain (out of the box) 2. Belajar mengembangkan daya nalar secara kritis untuk menjelaskan fenomena yang dihadapi manusia untuk kepentingan kehidupan Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu . Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama (Suriasumantri, 2009). Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan manusia. Oleh sebab itu agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara maksimal, maka harus kita ketahui jawaban apa saja yang mungkin bias diberikan 1

Upload: zahratulmillah77

Post on 05-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Resume materi Filsafat sains

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

I. PENDAHULUAN

Filsafat dan Pengetahuan

Ketika orang mulai mempertanyakan hakikat keberadaannya, siapa

dirinya, untuk apa dia hidup, pada saat itu dikatakan orang mulai berfilsafat.

Filsafat sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses berfikir, berkontemplasi,

berefleksi, sebagai bagian dari aktifitas manusia yang memiliki rasa

keingintahuanan/kecintaan akan hakikat keberadaannya didunia ini, hakikat

adanya alam semesta dan seisinya.

Belajar filsafati berarti

1. Belajar mengembangkan diri secara luas untuk memahami pemikiran

orang lain (out of the box)

2. Belajar mengembangkan daya nalar secara kritis untuk menjelaskan

fenomena yang dihadapi manusia untuk kepentingan kehidupan

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui

tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu

merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping

berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama (Suriasumantri, 2009).

Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu

yang diajukan manusia. Oleh sebab itu agar kita dapat memanfaatkan segenap

pengetahuan kita secara maksimal, maka harus kita ketahui jawaban apa saja yang

mungkin bias diberikan oleh suatu pengetahuan tertentu. Atau dengan kata lain,

perlu kita ketahui kepada pengetahuan mana suatu pertanyaan tertentu harus kita

ajukan. Misalnya, kita tidak bisa mengajukan pertanyaan tentang apa yang terjadi

setelah kematian atau kehidupan sesudah mati kepada ilmu, karena ilmu tidak

akan dapat memberikan jawabannya. Maka pertanyaan-pertanyaan semacam itu

sebaiknya kita ajukan kepada agama.

Ilmu vs agama

Ilmu dan agama serta seni adalah pengetahuan. Secara ontologis ilmu

membatasi diri pada pengkajian obyek yang berada dalam lingkup pengalaman

manusia, sedangkan agama mencakup daerah penjelajahan yang bersifat

transendental yang berada di luar pengalaman manusia.

John F. Haught [1995] membagi pendekatan ilmu dan agama menjadi:

1

Page 2: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

1. Pendekatan konflik ; 2. Pendekatan kontras ; 3. Pendekatan kontak; dan 4.

Pendekatan konfirmasi.

Dalam pendekatan konflik, diyakini bahwa ilmu dan agama tidak dapat

dipadukan. Menurut pendekatan ini ilmu lebih bersifat tidak memihak, objektif,

dan berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan agama lebih bersifat subyektif dan

berdasarkan imajinasi. Ilmu menguji hipotesa dan teori dengan pengalaman,

sedangkan agama hanya berdasarkan keyakinan semata. Jadi, menurut pendekatan

konflik keterkaitan antara agama dan ilmu tidak mudah dilakukan karena ada

perbedaan mendasar dan jika disandingkan jadi satu akan memicu persoalan,

terkait dengan benturan konseptual, metodologis dan ontologis antara ”ilmu” dan

”agama”.

Pendekatan kontras menyatakan bahwa tidak ada pertentangan antara

agama dan ilmu, karena masing-masing memberi tanggapan pada masalah yang

berbeda. Sehingga tidak mungkin ada konflik diantara keduanya. Agama dan ilmu

sama-sama valid, tetapi mempunyai tugas yang berbeda sehingga tidak boleh

menilai agama dengan tolok ukur ilmu dan sebaliknya dan karena itu keduanya

tidak harus disatukan. Jadi, menurut pendekatan kontras ilmu dan agama memiliki

tugas yang tidak sama dan memiliki wilayah yurisdiksinya masing-masing, tidak

saling campur (?).

Pendekatan kontak merupakan pendekatan yang mengupayakan dialog,

interaksi, dan kemungkinan adanya penyesuaian antara agama dan ilmu.

Pendekatan kontak mengupayakan cara-cara bagaimana ilmu ikut mempengaruhi

pemahaman religius dan teologis. Pendekatan ini juga berpendapat bahwa agama

dan ilmu memang jelas berbeda (linguistik dan logika), namun tidak di dunia

nyata dan tidak dapat dikotak-kotakkan secara mutlak seperti pendekatan kontras.

Pendekatan konfirmasi mempertanyakan posisi agama dan ilmu yang

merupakan gambaran dari suatu pengakuan atau penjelasan yang menetapkan

kekekalan pikiran dan pendekatan untuk menerima atau menolak informasi baru.

Namun demikian, apakah sikap skeptis (pandangan yang selalu mempertanyakan

sesuatu) dari seseorang tersebut merupakan sikap yang secara filsafati

mempertanyakan ataukah suatu ketidak percayaan secara empiris terhadap sesuatu

yang sebenarnya merupakan pernyataan sebuah pengakuan, ataukah sebaliknya.

2

Page 3: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

Filsafat Ilmu

Istilah filsafat apabila ditinjau dari segi semantik berasal dari bahasa Arab

(Falsafah) dan Yunani (Philosophia), yang berarti : philos = cinta, suka, sophia =

pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi Philosoplhia berarti cinta pada kebenaran

atau kebijaksanaan. Orang yang cinta pada pengetahuan disebut philosopher, yaitu

orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidup atau pengabdian

dirinya pada pengetahuan. Sedangkan dari segi praktis, filsafat berarti alam

pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berfikir secara mendalam dan

bersungguh-sungguh. Jadi filsafat adalah hasil akal seorng manusia yang mencari

dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat juga berarti

ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala

sesuatu.

Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab

beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar

filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain

ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat

dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat

menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan

pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan,

bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam

melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan

penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan

untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah

terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri

Filsafat ilmu merupakan cabang ilmu filsafat yang sangat berguna untuk

menjelaskan apa tujuan ilmu bagi manusia. Dalam pengertiannya filsafat ilmu

merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu, karena hakekat

pandangan filsafat ilmu terhadap tujuan diciptakan ilmu oleh manusia adalah

untuk membantu manusia mengatasi masalah dalam kehidupannya. Sebagai alat

ilmu diyakini dapat mengantarkan manusia menemukan kebenaran dan atas dasar

itu manusia mempergunakannya untuk menjelaskan masalah, mengendalikan,

serta meramalkannya.

3

Page 4: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

Semakin seseorang memahami makna filsafat ilmu, maka seharusnya akan

semakin terbuka pemikirannya, semakin bijak dalam memandang permasalahan

dan semakin ia meyakini bahwa tidak ada yang dapat disombongkan dari

keilmuannya, sebab semua yang dia pelajari pada hakikatnya adalah mencari

solusi bagi permasalahan kehidupannya yang mungkin hanya berupa satu sisi

kebenaran saja dibalik kebenaran-kebenaran lain yang tidak diketahuinya.

Karenanya dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu merupakan landasan atau

dasar dari perkembangan semua ilmu.

Lingkup filsafat

1. Filsafat berkenaan dengan pencarian kebenaran

2. Kebenaran dicari dengan cara:

a. Empirik Argumentatif : pemaparan pendapat yang rasional disertai

dasar-dasar penalarannya

b. Non-Empirik : tidak berdasarkan pemahaman inderawi

3. Penalarannya selalu mengandung ciri : skeptis, menyeluruh, mendasar, kritis

dan analisis

II. SEJARAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara

substansial maupun secara historis, sebab kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan

filsafat - sebagai suatu proses berfikir manusia baik mengenai dirinya (ke

dalam/mikrokosmos) maupun mengenai alam semesta beserta isinya (ke

luar/makrokosmos) yang melahirkan pengetahuan tentang realita kehidupan

(ilmu). Karenanya perkembangan ilmu pengetahuan kemudian dibedakan

menjadi dua, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari/menganalisis hubungan

antara:

1. Manusia dengan alam : ilmu fisika, kimia dll, teknologi dan rekayasa

2. Manusia dengan manusia : sosial, hukum, psikologi dll

Perkembangan ilmu pengetahuan berinteraksi timbal balik terhadap

kebudayaan. Dimana perbedaan kebudayaan akan mengakibatkan perbedaan

dalam eksplorasi realitas. Sebagai contoh, kebudayaan timur (Mesir Purba, India,

Cina, Islam) dan barat berbeda dalam memandang kebenaran, dimana kebenaran

4

Page 5: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

menurut budaya barat harus dipandang secara riil/nyata, dan kebenaran haruslah

dapat diaplikasikan dalam kehidupan praktis (empiris-induksi). Sedangkan

Budaya Barat (Yunani Kuno) mengedepankan kemampuan pemikiran rasional

tentang hakekat alam (nalar deduktif- sains modern).

Perkembangan filsafat barat

1. Filsafat kuno

a. Periode pra-Socrates (Thales, Anaximander, Heraclitus dll):

spekulasi metafisik all is water, all is air, all is fire, all changes (panta

rei)

b. Socrates, 479-399 SM dialektik, (tesis, anti-tesis, sintesis Hegel) Plato

427-347SM, dualisme, bentuk dan persepsi Aristotle, 384-322 SM,

memperkenalkan silogisme logika formal, tesis, antitesis dan sintesis

2. Filsafat abad pertengahan (abad 9-13)

a. Ibnu Sina (980-1037) -------Avicenna

Allah mendasari teori tentang jiwa (soul) dan pikiran (intelect) serta alam

(cosmos)

b. Ibn Rusyd (1126-1198)

Penyelaras faham-faham Aristotelian dengan agama. Penciptaan adalah

proses perubahan dari waktu ke waktu. Kekuatan kreatif terus-menerus

bekerja dalam dunia, menggerakannya dan menjaganya

c. Thomas Aquinas (1225-1274) -------- pengikut Ibnu Sina

Analisis terhadap sifat-sifat alam dan Allah; analisis suatu kejadian atau

suatu materi, bentuk, ketidak nampakan, logis dan bahasa.

3. Filsafat modern

a. Rene Descartes (1596-1650)

Ragu (de omnibus dubitandum) – terhadap semuanya

Saya berpikir maka saya ada (cogito, ergo sum)

Semua tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan seseorang bisa

berpikir

Soul dan Body: berpikir adalah hakikat manusia, Tuhan adalah

sempurna,

5

Page 6: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

III. EPISTEMOLOGI

Epistemologi berasal dari kata Episteme yang berarti pengetetahuan dan

logos yang berarti ilmu/nalar. Adalah Cabang filsafat yang membahas tentang

ruang lingkup dan batasan ilmu pengetahuan.

Adanya sikap SKEPTIS terhadap ada tidaknya kebenaran objektif dan

terhadap kemampuan manusia untuk bernalar melahirkan perenungan tentang

hakekat pengetahuan dan ada tidaknya kebenaran, hingga kemudian muncullah

Pertanyaan mendasar mengenai bagaimana cara mendapat pengetahuan yang

benar?

Pada hakikatnya manusia mengharapkan jawaban yang benar atas

pertanyaan-pertanyaannya dalam kehidupan atau mengenai kehidupan ini. Dalam

hal ini dalam sudut pandang filsafat epistemology adalah cara manusia menyusun

pengetahuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam hidupnya. Landasan

epistemology ilmu disebut sebagai metode ilmiah. Dengan kata lain metode

ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.

Cara manusia dalam memperoleh ilmu atau pengetahuan ini, dalam filsafat

dibedakan menjadi: Rasionalisme , Empirisme, Skeptisme, dan

Konstruktivisme.

Rasionalisme memiliki dimensi yang sangat penting dalam pembahasan

tentang suatu teori pengetahuan. Paham ini dikaitkan dengan kaum Rasionalis

abad ke17 dan 18 Tokoh-tokohnya a.l Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan

Wolff. Akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik,

seperti lato, Aristoteles, dan lainnya. Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip

dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusia. Dari prinsip-prinsip ini

diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang dunia: Prinsip-prinsip pertama

ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan

pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini.

Menurut Descartes (1596-1650), prinsip-prinsip dasar dunia disebut dengan

istilah substansi, yaitu ide bawaan yang sudah ada dalam jiwa sebagai kebenaran

yang tidak bisa diragukan lagi. Tiga ide bawaan yang diajarkan Descartes, yaitu:

Pemikiran; saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir maka

harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.

6

Page 7: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

Tuhan merupakan ujud yang sama sekali sempurna; karena saya memiliki ide

sempurna, mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide itu karena suatu

akibat tidak bisa melebihi penyebabnya.

Keluasaan; saya mengerti materi sebagai keluasaan atau ekstensi,

sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.

Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa

semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak

anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika

dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David

Hume, George Berkeley dan John Locke.

Skeptisisme umumnya adalah setiap sikap mempertanyakan terhadap

pengetahuan, fakta, atau pendapat / keyakinan yang dinyatakan sebagai fakta,

atau ragu mengenai klaim yang diambil untuk diberikan di/dari tempat lain.

Skeptisisme filosofis adalah pendekatan keseluruhan yang mengharuskan semua

informasi yang akan didukung oleh bukti. Klasik skeptisisme filosofis berasal dari

'Skeptikoi', sebuah sekolah yang "menegaskan tidak ada". Penganut Pyrrhonism,

misalnya, menangguhkan penilaian dalam penyelidikan skeptis. bahkan mungkin

meragukan keandalan indera mereka sendiri skeptisisme agama, di sisi lain adalah

"keraguan tentang prinsip-prinsip agama dasar (seperti keabadian, pemeliharaan,

dan wahyu)".

Sikap skeptis adalah sebuah pendirian di dalam epistemologi (filsafat

pengetahuan) yang menyangsikan kenyataan yang diketahui baik ciri-cirinya

maupun eksistensinya.

Para skeptikus sudah ada sejak zaman yunani kuno: dalam filsafat modern,

Rene Descartes adalah perintis sikap ini dalam metode ilmiah. Keraguan

Descartes dalam metode keraguannya adalah suatu sikap skeptis (skeptisisme)

yang bersifat metodis, karena tujuan akhirnya adalah untuk memeroleh kepastian

yang tak tergoyahkan, yaitu cogito atau subjectum sebagai onstansi akhir

pengetahuan manusia. Di dalam filsafat David Hume dijumpai skeptisme radikal,

yaitu tidak hanya menyangsikan hubungan kausal, tetapi juga adanya substansi

atau realitas akhir yang bersifat tetap.

7

Page 8: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki

anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia

yang menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksinya dengan objek,

fenomena, pengalaman dan lingkungan. Suatu pengetahuan dianggap benar bila

pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan mensolusikan persoalan

yang sesuai.

Piaget. J. Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat

konstruktivisme dalam proses belajar/perkembangan intelektual. Teori Piaget

yaitu teori adaptasi kognitif dipengaruhi oleh keahliannya dalam bidang biologi.

Bahwa menurutnya setiap organisme selalu beradaptasi dengan lingkungannya

untuk mempertahankan dan mengembangkan hidup, begitu juga struktur

pemikiran manusia: dalam menanggapi pengalaman baru skema pengalaman

orang dapat terbentuk lebih rinci atau berubah total. Menurutnya pengetahuan

selalu memerlukan pengalaman baik fisik maupun mental.

Lalu apakah yang disebut “benar”? Dalam khasanah filsafat terdapat

beberapa teori kebenaran yang menjadi landasan kriteria kebenaran, yaitu:

1. Teori koherensi; menurut teori koherensi, kebenaran itu adalah adanya

kekonsistenan pernyataan dan kesimpulan yang ditarik dengan pernyataan dan

kesimpulan terdahulu. Teori ini dikembangkan oleh Plato (427-347 SM) dan

Aristotle (384-322 SM) .

2. Teori korespondensi; menurut teori korespondensi, kebenaran itu adalah

adanya hubungan antara pernyataan dengan obyek yang dituju oleh pernyataan

tersebut. Teori ini dikembangkan oleh Betrand Russell (1872-1970)

3. Teori pragmatis; menurut teori pragmatis, kebenaran adalah fakta yang

dikumpulkan mendukung pernyataan tertentu. Teori ini dicetuskan oleh

Charles S. Peirce (1839-1914)

Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa

(ontology), bagaimana (epistemology), untuk apa (aksiology) dan tujuan akhir

(teleology) pengetahuan tersebut disusun. Landasan-landasan ini saling berkaitan;

jadi ontology ilmu terkait dengan epistemology ilmu, dan epistemology ilmu

terkait dengan aksiologi ilmu, dan seterusnya. Jadi jika kita ingin membicarakan

8

Page 9: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

epistemology ilmu, maka hal ini harus dikaitkan dengan ontology, aksiologi dan

teleologinya.

Ontologi (onto= of being) mencari jawaban tentang hakikat apa yang dikaji:

fisik (thing, being, process) atau metafisik. Alam nyata menimbulkan berbagai

spekulasi tentang hakikatnya. Ontologi: membentuk konsep tentang alam nyata

(universal atau spesifik).

Aksiologi (axia = nilai) adalah nilai kegunaan ilmu (estetika dan etika)

Humanisasi dan Dehumanisasi , Ilmu - usage free - value free, Untuk apa

sebenarnya ilmu dipergunakan?, Dimana batas wewenang penjelajahan ilmu?,

Kearah mana sebaiknya perkembangan ilmu?

Teleologi (tolos= ujung, logos: nalar) adalah Tujuan akhir dari penjelajahan

ilmu, yaitu kaitannya dengan tujuan penciptaan alam dan manusia.

Berdasarkan landasan filosofis ilmu, maka dapat disusun kerangka

pembentukan ilmu, yaitu bermula dari asumsi dasar, kemudian asumsi meningkat

menjadi paradigma keilmuan, paradigma menjadi kerangka teori dan selanjutnya

terbentuk ilmu-ilmu.

IV. LOGIKA

  Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu λσγσς (Logos) yang artinya

hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam

bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir

lurus. Secara etimologis dapatlah diartikan bahwa logika itu adalah ilmu yang

mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.

Logika adalah ilmu yang merumuskan tentang hukum-hukum, asas-asas,

aturan-aturan atau kaidah-kaidah tentang berpikir yang harus ditaati supaya kita

dapat berpikir tepat dan mencapai kebenaran. Atau dapat pula didefinisikan

sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas akal atau rasio

manusia dipandang dari segi benar atau salah. Dari sini dapat diketahui bahwa

tugas logika adalah memberikan penerangan bagaimana orang seharusnya

berpikir, dan obyek forma logika adalah mencari jawaban tentang bagaimana

manusia dapat berpikir dengan semestinya.

Dari definisi tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa, dilihat dari

metodenya logika dapat dibedakan menjadi:

9

Page 10: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

1) logika tradisional; logika tradisional adalah logika Aristoteles, dan logika dari

logika logikus yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti sistem logika

Aristoteles. Para logikus sesudah Aristoteles tidak membuat perubahan atau

mencipta sistem baru dalam logika kecuali hanya membuat komentar yang

menjadikan logika Aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadakan

perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari logika

Aristoteles.dan

2) logika modern. Logika modern tumbuh dan dimulai pada abad VIII. Mulai

abad ini ditemukan sistem baru, metode baru yang berlain dengan sistem

logika Aristoteles.

Dasar penalaran/proses berfikir dalam logika dapat dibedakan menjadi dua

bentuk, yakni deduktif dan induktif. Berfikir deduktif adalah cara berfikir dari

umum ke khusus sedangkan berfikir induktif adalah cara berfikir dari khusus ke

umum. Cara pertama dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar-

dasar persesuaian (tidk adanya pertetangan) dalam pemikiran dengan

mempergunakan hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patokan berfikir benar.

Cara berfikir induktif dipergunakan dalam logika material, yang mempelajari

dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil pekerjaan

logika formal dan menguji benar tidaknya dengan kenyataan empiris. Cabang

logika formal disebut juga logika minor, logika materia disebut logika mayor. Hal

inilah yang merupakan inti daripada logika 

Proses berfikir yang ada pada diri manusia adalah berdialog dengan diri

sendiri dalam batin dengan manifestasinya adalah mempertimbangkan

merenungkan, menganalisis, menunjukan alasan-alasan, membuktikan sesuatu,

menggolong-golongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti

sesuatu jalan fikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara realitas dan

sebagainya.

Dengan berpikir, merupakan suatu bentuk kegiatan akal atau rasio manusia

dimana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujuaan

untuk mencapai suatu kebenaran.

            Aktivitas berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin dengan

manifestasinya yaitu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis,

10

Page 11: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

manunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolang-golongkan,

membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalam pikiran,

mecari kausalitasnya, mebahas secara realitas dan lain-lain.

Di dalam aktivitas berpikir itulah ditunjukkan dalam logika wawasan

berpikir yang tepat atau ketepatan pemikrian/kebenaran berpikir yang sesuai

dengan penggarisan logika yang disebut berpikir logis. 

Agar supaya pemikiran dan penalaran kita dapat berdaya guna dengan

membuahkan kesimpulan-kesimpulan yang benar, valid dan sahih, ada 3 syarat

pokok yang harus dipenuhi : 1) pemikiran haruslah berpangkal pada kenyataan

atau kebenaran, 2) alasan-alasan yang dikemukakan haruslah tepat dan kuat, 3)

jalan pikiran haruslah logis.

Berkaitan dengan hal tersebut, logika dapat disistematisasikan menjadi

beberapa golongan tergantung dari mana kita meninjuanya. Dilihat dari segi

kualitasnya, logika dapat dibedakan menjadi logika naturalis (alamiah), yaitu

kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akan bawaan manusia. Akal

manusia yang normal dapat bekerja secara spontan sesuai dengan hukum-hukum

logika dasar. Bagaimanapun rendahnya intelegensi seseorang ia dapat

membedakan bahwa sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu yang lain, dan

bahwa dua kenyataan yang bertetangan tidaklah sama.

Kemampuan berlogika naturalis pada tiap-tiap orang berbeda-beda

tergantung dari tingkatan pengetahuannnya. Kita dapati para ahli pidato politikus

dan mereka yang terbiasa bertukar pikiran dapat mengutarakan jalan pikiran

dengan logis, meskipun barangkali mereka belum pernah membuka buku logika

sekalipun. Tetapi dalam menghadapi yang rumit dan dalam berfikir manusia

banyak dipengaruhi oleh kecenderungan pribadi, disamping bahwa pengetahuan

manusia terbatas mengakibatkan tidak mungkin terhindar dari kesalahan.

Untuk mengatasi kenyataan yang tidak dapat ditanggulangi oleh logika

naturalis, manusia menyusun hukum-hukum, patokan-patokan, rumus-rumus

berfikir lurus. Logika ini disebut logika artifisialis atau logika ilmia h yang

bertugas membantu logika naturalis. Logika ini memperluas, mempertajam serta

menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah

dan aman sehingga tercapai tujuan dari apa yang diinginkan.

11

Page 12: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

Dari hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa logika adalah salah satu

cabang atau bagian dari filsafat ilmu yang mempelajari tentang aktivitas

akal atau rasio manusia dipandang dari segi benar atau salah. Atau dengan

kata lain, filsafat ilmu sebagai penopang dalam kerangka menggunakan rasio guna

berpikir agar suapaya tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah etika, moral dan

kesusialaan. Dengan kata lain hubungan filsafat ilmu dengan logika adalah filsafat

ilmu sebagai tolak ukur atau alat penilaian dari proses menggunakan rasio. 

V. Normal Science, Paradigma dan Scientific Revolution

Normal Science

Normal science atau ilmu normal adalah konsep yang berasal dari Thomas

Samuel Kuhn dan dijabarkan dalam The Structure of Scientific Revolutions.

Istilah Normal science mengacu pada pekerjaan rutin ilmuwan yang melakukan

penelitian di dalam suatu paradigma atau kerangka penjelasan tertentu yang telah

ditetapkan. Sehubungan ilmu sebagai pemecah teka-teki (“puzzle solving”), Kuhn

menjelaskan ilmu pengetahuan normal sebagai akumulasi detil yang lambat sesuai

dengan teori umum yang dibentuk, tanpa mempertanyakan atau menantang

asumsi yang mendasari teori itu.

Kuhn membedakan adanya dua tahap atau periode dalam perkembangan

setiap ilmu, yaitu periode pra-paradigmatik dan periode ilmu normal (normal

science). Pada periode pra-paradigmatik, pengumpulan fakta atau kegiatan

penelitian dalam bidang tertentu berlangsung dengan cara yang hampir dapat

dikatakan tanpa mengacu pada perencanaan atau kerangka teoritikal yang diterima

umum. Pada tahap pra-paradigmatik ini sejumlah aliran fikiran saling bersaing,

tetapi tidak ada satupun aliran yang memperoleh penerimaan secara umum.

Namun secara perlahan-lahan, salah satu system teoritikal mulai memperoleh

penerimaan secara umum, dan dengan itu paradigm pertama sebuah disiplin

terbentuk. Dengan terbentuknya paradigm itu, kegiatan ilmiah dalam sebuah

disiplin memasuki periode ilmu normal (normal science).

Gagasan Thomas Kuhn ini sekaligus merupakan tanggapan terhadap

pendekatan Popper pada filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Kuhn, popper

memutar balikkan kenyataan dengan terlebih dahulu menguraikan terjadinya ilmu

empiris melalui jalan hipotesis yang disusul dengan upaya falsifikasi. Namun

12

Page 13: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

Popper justru menempatkan sejarah ilmu pengetahuan sebagai contoh untuk

menjustifikasi teorinya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pola pikir

Thomas Kuhn yang lebih mengutamakan sejarah ilmu sebagai titik awal segala

penyelidikan. Dengan demikian filsafat ilmu diharapkan bisa semakin mendekati

kenyataan ilmu dan aktifitas ilmiah yang sesungguhnya. Begitu urgensinya

sejarah ilmu ini dalam membuktikan teori-teori atau sistem, dapat menghantarkan

kemajuan revolusi-revolusi ilmiah. Menurut Thomas Kuhn bahwa kemajuan

ilmiah itu pertama-tama bersifat revolusioner, bukan maju secara kumulatif.

Paradigma

Paradigma adalah cara pandang atau “way of perceiving”. Paradigma

adalah konsep utama Thomas Kuhn. Menurutn Thomas Kuhn, paradigma menjadi

kerangka konseptual dalam mempersepsi semesta. Artinya tidak ada observasi

peneliti yang netral. Semuanya dibentuk oleh kerangka konseptual yang kita

gunakan. Ilmuwan selalu bekerja di bawah payung paradigma yang akan memuat

asumsi dan metodologi sendiri. Dengan begitu, kebenaran ilmu tidaklah satu

melainkan plural. Hanya saja kebenaran itu dibuktikan oleh sekelompok kalangan

ilmiah.

Kuhn berpendapat bahwa sains atau ilmu pengetahuan itu terikat oleh

ruang dan waktu, maka dari itu suatu paradigma hanya sesuai untuk permasalahan

yang ada pada saat tertentu saja. Sehingga ketika dihadapkan pada persoalan yang

berbeda dan dalam kondisi atau situasi yang berbeda pula, perpindahan antara satu

paradigma menuju paradigma yang baru yang lebih sesuai itu sangat dibenarkan

dan merupakan suatu keharusan. Hal itu menunjukan bahwa suatu paradigma

tidak akan bersifat mutlak, dalam artian mengikuti kondisi dan suatu

permasalahan tertentu.

Dengan demikian, paradigma ilmu tidak lebih dari suatu konstruksi

segenap komunitas ilmiah. Dalam komunitas tersebut mereka membaca,

menafsirkan, mengungkap, dan memahami alam, sehingga menurut Kuhn

paradigmalah yang menentukan jenis-jenis eksperimen yang dilakukan oleh para

ilmuwan, tanpa paradigma tertentu para ilmuawan tidak bisa mengumpulkan

fakta-fakta, dengan tiadanya paradigma atau calon paradigma tertentu, semua

fakta yang mungkin sesuai dengan perkembangan ilmu tertentu tampak seakan

13

Page 14: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

sama-sama relevan, akibatnya pengumpulan fakta hampir semuanya merupakan

aktivitas acak

Scientific revolution

Revolusi sains muncul karena adanya anomali dalam riset ilmiah yang

makin parah dan munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh paradigma

yang menjadi referensi riset. Untuk mengatasi krisis, ilmuwan bisa kembali lagi

pada cara-cara ilmiah yang lama sambil memperluas cara-cara itu atau

mengembangkan sesuatu paradigma tandingan yang bisa memecahkan masalah

dan membimbing riset berikutnya. Jika yang terakhir ini terjadi, maka lahirlah

revolusi sains.

Revolusi sains merupakan episode perkembangan non-kumulatif, dimana

paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang ber-

tentangan. Transformasi-transformasi paradigma yang berurutan dari paradigma

yang satu ke paradigma yang lainnya melalui revolusi, adalah pola perkembangan

yang biasa dari sains yang telah matang. 

Data anomali berperan besar dalam memunculkan sebuah penemuan baru yang

diawali dengan kegiatan ilmiah. Dalam hal ini Kuhn menguraikan dua macam

kegiatan ilmiah,  puzzle solving dan penemuan paradigma baru.

Dalam puzzle solving, para ilmuwan membuat percobaan dan mengadakan

observasi yang bertujuan untuk memecahkan teka-teki, bukan mencari kebenaran.

Bila paradigmanya tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan penting

atau malah mengakibatkan konflik, maka suatu paradigma baru harus diciptakan.

Dengan demikian kegiatan ilmiah selanjutnya diarahkan kepada penemuan

paradigma baru, dan jika penemuan baru ini berhasil, maka akan terjadi perubahan

besar dalam ilmu pengetahuan.

Penemuan baru bukanlah peristiwa-peristiwa yang tersaing, melainkan

episode-episode yang diperluas dengan struktur yang berulang secara teratur.

Penemuan diawali dengan kesadaran akan anomali, yakni dengan pengakuan

bahwa alam dengan suatu cara, telah melanggar pengharapan yang didorong oleh

paradigma yang menguasai sains yang normal. Kemudian ia berlanjut dengan

eksplorasi yang sedikit banyak diperluas pada wilayah anomali. Dan ia hanya

berakhir bila teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang

14

Page 15: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

menyimpang itu menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Jadi yang jelas, dalam

penemuan baru harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru.

VI. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan bioetika

Bioetika merupakan istilah yang relatif baru dan terbentuk dari dua kata

Yunani (bios = hidup dan “ethos” = adat istiadat atau moral), yang secara harfiah

berarti etika hidup. Dalam arti yang lebih luas, bioetika adalah penerapan etika

dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan bidang-bidang

terkait.

Walaupun mungkin masih merupakan suatu istilah yang baru bagi

kebanyakan orang, bioetika kini telah menjadi semacam gerakan baru yang

melanda seluruh dunia. Kehadiran dan urgensinya tidak bisa dilepaskan dari

perkembangan ilmu pengetahun, khususnya biologi dan ilmu kedokteran yang

menimbulkan masalah-masalah etis yang luar biasa.

Fransese Abel merumuskan definisi tentang bioetika yang diterjemahkan 

sebagai berikut: Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem

yang ditimbulkan oleh perkembagnan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik

pada skala mikro maupun pada skala makro, lagipula tentang dampaknya atas

masyarakat luas serta sistem nilainya kini dan masa mendatang.

Tiga etika dalam bioetika

1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu

kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.

2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa

yang dianggap baik atau buruk). Misalnya: Kode Etik Kedokteran, Kode Etik

Rumah Sakit.

3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma

dan nilai-nilai moral.

Sebagai sebuah etika rasional, bioetika bertitik tolak dari analisis tentang

data-data ilmiah, biologis, dan medis. Keabsahan campur tangan manusia dikaji.

Nilai transendental manusia disoroti dalam kaitan dengan sang pencipta sebagai

15

Page 16: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

pemegang nilai mutlak. Terkadang, istilah bioetika juga digunakan untuk

mengganti istilah etika medis, yang mencakup masalah etis tentang ilmu-ilmu

biologis seperti penyelidikan tentang hewan, serta usaha-usaha manipulasi

spesies-spesies bentukan genetik non manusiawi.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan

haruslah memperhatikan etika kehidupan atau nilai-nilai moral. Bahwa suatu ilmu

pengetahuan haruslah berkembang dengan berlandaskan nilai-nilai manfaat

manusiawi yang tidak bertentangan dengan moral dan agama.

VII. Penemuan, organisasi peneliti dan pertumbuhan

Penemuan (discovery)

Discovery dapat berarti penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik

berupa alat ataupun gagasan yang diciptakan oleh seseorang ataupun serangkaian

ciptaan beberapa individu.

Penemuan diawali karena kesadaran terhadap adanya anomali, sehingga

timbul harapan akan adanya paradigm baru yang dapat menjadi solusi atas

permasalahan yang tidak lagi bias dipecahkan dengan paradigm lama.

Karakteristik Penemuan:

Kesadaran sebelumnya tentang anomali.

Timbulnya pengetahuan konseptual dan teramati secara

gradual dan simultan.

Konsekuensi perubahan kategori dan prosedur paradigma

dikaitkan dengan resistensi.

Cara penemuan kebenaran

Penemuan secara kebetulan: adalah penemuan yang berlangsung tanpa

disengaja.

Penemuan trial and error: terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil

atau tidak berhasil kebenaran yang dicari.

Penemuan secara spekulatif, mirip dengan cara trial and error, akan tetapi,

perbedaanya dengan trial dan error memang ada.

16

Page 17: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

Penemuan melalui otoritas, adalah pendapat orang-orang yang memiliki

kewibawaan (kedudukan & kekuasaan) sering diterima sebagai kebenaran

meskipun pendapat itu tidak didasarkan pada pembuktian ilmiah.

Penemuan kebenaran lewat cara berpikir kritis & rasional, yaitu dengan

menganalisis berdasar pengalaman & pengetahuan yang dimiliki untuk

sampai pada pemecahan yang tepat.

Enam Cara Akumulasi Pengetahuan

1. Telah diterima sebagaimana adanya oleh masyarakat.

2. Intuisi (berproses tanpa melalui indera manusia)

3. Otoritas: Orang yang diakui masyarakat sebagai sumber pengetahuan

terpercaya (penguasa, tokoh agama, ilmuwan, orang arif.

4. Rasionalisme: doktrin yang menyatakan bahwa kebenaran pengetahuan

hanya dapat ditemukan melalui proses pemikiran atau penalaran.

5. Empirisme: Cara untuk memperoleh pengetahuan melalui pengamatan atas

kejadian-kejadian yang dapat ditemukan di alam raya.

6. Ilmu atau Pengetahuan Ilmiah: Proses berpikir yang menggabungkan

kekuatan rasionalisme dan empirisme di dalam mengakumulasikan

pengetahuan (Graziano dan Raulin 1989)

Penemuan merupakan fungsi dari individu (ilmuwan) penemu dan

pengorganisasiannya. Ilmuwan Penemu haruslah memiliki minat tinggi dalam

keilmuan, Intelegensia tinggi dalam arti bersikap inovatif dan kreativitas dan

memiliki motivasi tinggi sehingga mampu untuk menyususn metodologi riset.

Selain itu keberhasilan suatu penemuan tidak cukup dengan kemampuan intra

personal dari ilmuwannya, karena seorang ilmuwan harus memiliki kemampuan

organisasi yang baik dan mampu memimpin dan bekerjasama dalam mengelola

hasil risetnya agar memberi manfaat luas dan penemuannya dapat terus

berkembang.

VIII. Sifat Manusia (Jendela Johari)

Dalam sudut pandang filsafat, manusia adalah khalifah fil ardh yang

memiliki sifat-sifat Selalu ingin tahu, Bersifat tergesa-gesa, Suka membantah ,

Melampaui batas , Keluh kesah, Suka ingkar , Susah untuk bersyukur , Egoisme

(merasa serba cukup). Dengan segala instrument yang dimilikinya berupa jasad

17

Page 18: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

dan ruh (mencakup akal, rasio, qalbu dan nafsu / thinking, feeling, willing)

manusia berusaha mencari jawaban atas tujuan hidupnya atau mencari jalan untuk

mencapai tujuan hidupnya.

Pemahaman akan hakikat diri dan kemampuan serta potensi diri ini

seringkali tidak disadari oleh seseorang. Padahal pemahaman tau self awareness

akan sifat dan kemampuan diri ini sangat penting dalam rangka mencapai tujuan

hidup manusia.

Johari Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk

melihat dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan,

dan motif kita. Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di

tahun 1955 ini berguna untuk mengamati cara kita memahami diri kita sendiri

sebagai bagian dari proses komunikasi. Johari Awareness Model terdiri dari

sebuah persegi yang terbagi menjadi empat kuadran, yaitu OPEN, BLIND,

HIDDEN, dan UNKNOWN.

Kuadran 1 (Open) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang

diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. (Quadrant 1, the open quadrant,

refers to behavior, feelings, and motivation known to self and others)

Kuadran 2 (Blind) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang

diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri. (Quadrant 2,

the blind quadrant, refers to behavior, feelings, and motivation known to others

but not to self)

Kuadran 3 (Hidden) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi

yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain.

(Quadrant 3, the hidden quadrant, refers to behavior, feelings, and motivation

known to self but not to others)

Kuadran 4 (Unknown) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi

yang tidak diketahui, baik oleh diri kita sendiri ataupun oleh orang lain. (Quadrant

4, the unknown quadrant, refers to behavior, feelings, and motivation known

neither to self nor others)

Joseph Luft berpendapat bahwa seseorang harus terus meningkatkan self-

awarenessnya dengan mengurangi ukuran dari Kuadran 2-area Blind-nya.

Kuadran 2 merupakan area rapuh yang berisikan apa yang orang lain ketahui

18

Page 19: Tugas Resume Perkuliahan Falsafah Sains 2013

tentang diri seseorang, tapi tidak diketahui oleh orang tersebuti, atau lebih di

anggap tidak ada dan tidak dipedulikan. Mengurangi area Blind juga berarti

bahwa seseorang memberbesar Kuadran 1-nya-area Open, yang dapat berarti

bahwa self-awareness serta hubungan interpersonal seseorang mungkin akan

mengalami peningkatan.

Known by Self Unknown by Self

Known by

other

Q1:

Open/Free Area

Q2:

Blind Area

Unknown

by other

Q3:

Hidden Area

Q4:

Unknown Area

IX. Ilmu Pengetahuan dan tanggung jawab ilmuwan

 Ilmuwan secara etimologi bermakna orang yg ahli atau banyak

pengetahuannya mengenai suatu ilmu, sedangkan menurut terminologi ilmuwan

ilmuwan adalah seorang yang mempunyai kemampuan dan hasrat untuk mencari

pengetahuan baru, asas-asas baru, dan bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu.

McGraw-Hill Dictionary Of Scientific and Technical Term

Dengan demikian orang yang disebut sebagai Ilmuwan harus memiliki

ciri-ciri sebagai ilmuwan yang dapat dikenali lewat paradigma serta sikapnya

dalam kehidupan sosial, memiliki daya kritis yang tinggi, jujur, bersifat terbuka,

dan netral. Selain itu pula seorang ilmuwan harus patuh pada sistematika

penulisan karya ilmiah serta syarat-syarat yang berkenaan dengan kode etiknya.

Peran dan fungsi ilmuwan dalam masyarakat juga perlu diperhitungkan,

karena ilmuwan merupakan orang yang dapat menemukan masalah spesifik dalam

ilmu. Selain itu, ilmuwan pula terbebani oleh tanggung jawab, tanggung jawab

yang diemban oleh ilmuwan meliputi tanggung jawab sosial, moral, dan etika.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai pelanggaran etika ilmiah

yang wajib dihindari oleh para ilmuwan adalah fabrikasi data, falsifikasi data, dan

plagiarisme.

19