tugas kuali-kuanti

22
KARAKTERITIK PENELITIAN KUALITATIF Paradigma alamiah yang menjadi pegangan penelitian kualitatif melahirkan karakteristik yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Adapun karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut : 1. Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber data Maksudnya bahwa prilaku manusia secara signifikan dipengaruhi oleh setiting dimana perilaku itu terjadi, dan mereka merasa bahwa perilaku dapat dimengerti secara baik apabila diobservasikan dalam setting dimana peristiwanya terjadi. Dalam hal ini, ketika data diperoleh, peneliti harus perlu mengetahui dimana data itu diperoleh, bagaimana memperoleh data tersebut dan dibawah peristiwa apa data itu muncul atau terjadi. 2. Peneliti sebagai instrumen penelitian Dalam hal ini instrume penelitian yang menjadi pondasi adalah peneliti itu sendiri, karena desain, data yang dikumpulkan, dan fokus penelitian bisa berubah sesuai dengan kondisi alamiah, sehingga peneliti dapat melakukan penyesuaian sejalan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi dilapangan karena peneliti sebagai instrumen penelitian, ia bukan benda mati seperti angka, skala, tes, dan sebagainya, tetapi ia dapat berhubungan dengan subjek penelitian dan mampu memahami keterkaitannya dengan kenyataan di lapangan sehingga dapat 1 | Page

Upload: leo-sykes

Post on 25-Jun-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas kuali-kuanti

KARAKTERITIK PENELITIAN KUALITATIF

Paradigma alamiah yang menjadi pegangan penelitian kualitatif

melahirkan karakteristik yang berbeda dengan penelitian kuantitatif.

Adapun karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber

data

Maksudnya bahwa prilaku manusia secara signifikan dipengaruhi oleh

setiting dimana perilaku itu terjadi, dan mereka merasa bahwa perilaku

dapat dimengerti secara baik apabila diobservasikan dalam setting

dimana peristiwanya terjadi. Dalam hal ini, ketika data diperoleh, peneliti

harus perlu mengetahui dimana data itu diperoleh, bagaimana

memperoleh data tersebut dan dibawah peristiwa apa data itu muncul

atau terjadi.

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian

Dalam hal ini instrume penelitian yang menjadi pondasi adalah peneliti itu

sendiri, karena desain, data yang dikumpulkan, dan fokus penelitian bisa

berubah sesuai dengan kondisi alamiah, sehingga peneliti dapat

melakukan penyesuaian sejalan dengan kenyataan-kenyataan yang

terjadi dilapangan karena peneliti sebagai instrumen penelitian, ia bukan

benda mati seperti angka, skala, tes, dan sebagainya, tetapi ia dapat

berhubungan dengan subjek penelitian dan mampu memahami

keterkaitannya dengan kenyataan di lapangan sehingga dapat

mengantisipasi dan mengganti strategi apabila kehadirannya akan

mengganggu fenomena yang terjadi.

3. Peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil

penelitian

Misalnya, untuk meneliti pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya

maka peneliti akan menterjemahkan pola asuh orang tua tersebut dengan

mengobservasi bagaimana sikap dan prilaku orang tua dalam interaksi

sehari-harinya dengan anak-anaknya dan mengobservasi bagaimana

1 | P a g e

Page 2: tugas kuali-kuanti

sikap dan prilaku anak-anak dalam berinteraksi dengan orang tuanya.

Dengan mengumpulkan data dari interaksi tersebut, maka peneliti baru

dapat menarik kesimpulan.

4. peneliti kualitatif adalah deskriptif

Yaitu berusaha menggambarkan suatu gejala sosial, ekonomi dan

keagamaan. Dalam hal ini, data yang dikumpulkan adalah bentuk kata-

kata atau gambar, data tersebut meliputi transkip interviu, catatan

lapangan, fotografi, vidiotapes, dokumen personal, memo, dan catatan

resmi lainnya. Peneliti mencoba untuk menganalisa semua data yang

diperoleh secara sama atau sedekat mungkin dengan bentuk data aslinya

saat data itu di catat atau direkam.

5. Cenderung menganalisa datanya secara induktif

Peneliti mencari data tidak untuk menguji hipotesis tapi untuk melakukan

abstraksi berdasarkan fakta-fakta atau keterangan-keterangan yang telah

dikumpulkan. Dalam penelitian kualitatif terdapat batas yang ditentukan

oleh fokus penelitian yang berdasarkan interaksi antara peneliti dan

permasalahan penelitian.

6. Pemaknaan Meupakan Perhatian Utama dari Penelitian

Kualitatif

Orientasi pada perspektif yang diteliti (partisipant perspektif).

Membutuhkan kepastian bahwa ia memperoleh perspektif secara akurat.

7. Pentingnya Kontak Personal Langsung dengan Subjek

Untuk menjaga setting alamiah dan kelancaran memperoleh data yang

diperlukan. Hasil penelitian juga bergantung pada kualitas hubungan

antara peneliti sebagai pencari data dan subjek tau kelompok subjek yang

menjadi sumber data.

8. Biasanya Merupakan Penelitian Lapangan ( Field Word)

2 | P a g e

Page 3: tugas kuali-kuanti

Menuntut peneliti untuk secara fisik menjumpai atau mendatangi orang,

masyarakat, setting, tempat, institut (field) agar dapat mengobservasi

fenomena yang diteliti dalam setting alamiahnya.

KARAKTERISTIK PENELITIAN KUANTITATIF

Adapun karateristik penelitian kuantitatif adalah:

1. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini instrumen data berupa tes tertulis, kuesioner,dan

kolom-kolom pengamatan yag dibantu dengan alat tulis. Peneliti dapat

menugaskan sejumlah enumerator (petugas pengumpul data). Karena

data yang akan dikumpulkan serta isntrumen yang digunakan sudah

baku. Insturmen penelitiannya telah disiapkan sebelumnya, sehingga

tidak mungkin untuk melakukan perubahan.

2. Data Dapat Diobservasi Dan Diukur

Dalam penelitian kuantitatif, analisis datanya menggunakan proses

matematik yang disebut prosedur statistik, seperti menyediakan informasi

untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian.

3. Rancangan Penelitian atau Desain

Dipakai untuk menuju pada rencana penelitian tentang bagaimana ia

akan melaksanakan penelitian. Dalam hal ini termasuk di dalamnya

langkah-langkah/prosedur, yang terdiri dari :

pengumpulan data, menganalisis dan melaporkan hasil penelitian.

4. Jumlah Subjek Banyak

Semakin banyak subjek (anggota sampel) yang diteliti semakin kuat

keabsahan jeneralisasi

3 | P a g e

Page 4: tugas kuali-kuanti

PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

1. Dari segi teknik, masing-masing memberikan pada tekanan pada

teknik tertentu dalam prosedur, prosedur, pengumpulan data dan

analisis data.

2. Dari Segi Kriteria Kualitas, Penelitian Kuantitatif menggunakan

kriteria validitas (internal dan eksternal), reliabilitas dan objektifitas

untuk menentukan kualitas penelitiannya. Sedangkan penelitian

kuantitatif menggunakan kriteria relevansi dalam menentukan

kualitas penelitiannya (apakah yang dilaporkan peneliti sesuai

dengan kenyataan)

3. Dari segi sumber teori, Penelitian Kuantitatif teori secara opriori,

yaitu menghasilkan hipotesis dan kemudian dilakukan verifikasi.

Sedangkan Penelitian Kualitatif, merumuskan teori sejak awal dan

bersumber dalam kehidupan nyata.

4. Dari segi maksud, Penelitian kuantitatif tujuannya adalah untuk

mendapatkan pengetahuan melalui pengujian hipotesis yang

ditetapkan sebelumnya.sedangkan Penelitian Kualitatif,

merumuskan pengetahuan yang belum ada dalam teori yang

berlaku

Perbedaan ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Guba dan Lincoln

menyajikan uranan yang cukup panjang dan mempertentangkan

perbedaan – perbedaan paradigma kedua penelitian ini. Untuk itu

penelitian kuantitatif digunakan istilah scientific paradigma, sedangkan

penelitian kualitatif dinamakan naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah.[5]

Ada juga perbedaan yang sangat jelas sekali antara perbedaan kualitatif

dan kuantitatif, yaitu:

1. Kuantitatif: latar belakang masalahnya nomotetis, rumusan

masalahnya mantap, tujuannya menguji teori mendapatkan hubungan

abtara variable atomistic generalisasi, teori yang digunkaan mantap,

4 | P a g e

Page 5: tugas kuali-kuanti

hipotesisinya mantap, penyusunan teorinya cepat atau terbatas,

sampelnya banyak tetap umumnya acak representative, teknik

pengumpulan datanya umumnya angket wawancara berstruktur,

instrument penelitiannya angket wawancara dokumentasi observasi,

analisis datanya statistik deduktif setelah data terkumpul, hubungan

denagn respondennya kurang intim hubungan peneliti-responden jangka

pendek, usulan desainnya mantap projektif langkahnya jelas.

2. Kualitatif: latar belakang masalahnya ideografis, rumusan

masalahnya emergent, tujuannya mengembangkan teori mencari makna

Wholistic khusus, teori yang digunakannya sementara, hipotesisnya

sementara, penyusunan teorinya logika induktif, waktu penelitiannya

lama atau bebas, sampelnya sedikit snowball purposive tidak

representative, teknik pengumpulan datanya observasi pertisipasi tidak

berstruktur, instrumnen penelitiannya penelitian sendiri, analisis datanya

non-statistik induktif terus – menerus, hubungan denagn respondennya

intim setara jangka panjang, usulan desainnya emergent retrospektif

bebas.

Yang harus menjadi catatan adalah metode kualitatif tidak anti verifikasi

dan tidak bertentangan dengan metode kuantitatif, tetapi penelitian

kualitatif lebih memilih menggunakan data sebagai sumber teori dari

pada hanya untuk menguji kebenaran teori terdahulu.

Aspek Penelitian kuantitatif Penelitian kualitatifTujuan Untuk menguji hipotesa

dari data-data yang dikumpulkan sesuai teori atau konsep sebelumnya (verifikasi)

Untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang timbul dari sata bukan hipotesa

Sifat Hypotesis testing Generating theoryAnalisis isi Menggunakan ukuran

frekuensi simbol atau atribut atau bilangan numerik dan menggunakan statistik untuk menganalisis data

Berkaitan dengan ada atau tidak adanya atribut, dan menggunakan induksi analitik untuk menganalisis data

Jenis penelitian Eksperimen dan non Studi kasus, Etnografik,

5 | P a g e

Page 6: tugas kuali-kuanti

eksperimen (deskriptif, kausal komparatif, korelasional)

fenomologis, penelitian sejarah

Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif

1. Ilmu-ilmu keras Ilmu-ilmu lunak

2. Fakus ringkas dan sempit Fokus kompleks dan luas

3. Reduksionistik Holistik dan menyeluruh

4. Obyektif Subyektif atau prspektif etnik

5. Penalaran logis dan deduktif Penalaran dialektif-induktif

6. Basis pengetahuan: Hubungan sebab-akibat

Basis pengetahuan: Makna dan temuan

7. Menguji teori Mengembangkan/ membangun teori

8. Kontrol atas variabel Sumbangsih tafsiran

9. Instrumen Komunikasi dan observasi

10. Elemen dasar analisis: angka Elemen dasar analisis: kata-kata

11. Analisis statistik atas data Interpretasi individual

12. Generalisasi Keunikan

Asumsi Questions Kuantitatif Kualitatif

Asumsi ontologis

What is the nature of reality?

Reality is objective and singular, apart from the researcher

Reality is subjective and multiple as seen by participant in a study

Asumsi epistemologis

What is the relationship of the

Reality is independent from that being

Researcher interact with that being researched

6 | P a g e

Page 7: tugas kuali-kuanti

researcher to that researched?

researched

Asumsi aksiologis

What is the role of values?

Value-free and unbiased Value-bound and biased

Asumsi rhetoris

What is the language of research?

Formal; based on set definitions; impersonal voice; use of accepted quantitative words

Informal; evolving; decisions; personal voice; accepted qualitative words

Asumsi metodologis

What is the process of the research?

Deductive process; cause and effect; static design categories isolated before study; context-free; genaralization leading to prediction, explanation, and understanding; accurate and reliable through validity and reliability

Inductive process; mutual simultaneous shaping of factors; emerging design categories identified during research process; context bound; patterns, theories developed for understanding; accurate and reliable through verification.

No Kualifikasi Perbedaan

Kualitatif Kuantitatif

1 Pendekatan (Approach)

Mendasarkan pada pendekatan yang lebih bersifat sosio-kemasyarakatan;

Pendekatan diskriptif, eksploratif, sosio-legal studies banyak menngunakan jenis penelitian ini

Mendasarkan pada pendekatan yang bersifat exact dan statistikal. Biasa digunakan dalam penelitian terkait ilmu-ilmu pasti

Pendekatan eksploitatif dan perbandingan sering menggunakan jenis ini

2 Hubungan Peneliti dengan Subjek

Lebih banyak bersifat informal,

Lebih bersifat formal dan

7 | P a g e

Page 8: tugas kuali-kuanti

yang ditunjukkan berdasarkan rasa empati dan komunikasi yang intens.

komunkasi yang dibangun sering menghadapkan secara vis a vis peneliti dan subjek

3 Instrumen Dapat secara independen dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara dan observasi, tanpa alat bantu yang mengikat

Alat bantu sangat diperlukan guna memastikan akurasi data penelitian yang bersifat exact.

4 Analilis Data Induktif dan non-statistikal

Deduktif dan statistikal

5 Sampel Kecil, bahkan tidak ditentukan berapa jumlah minimumnya

Cukup besar dan penentuannya berdasarkan cara-cara statistikal tertentu

6 Penggunaan Hipotesa Lazim tidak digunakan, terlebih pada model penelitian deskriptif dan eksploratif

Digunakan sebagai parameter awal.

1. Pendekatan kuantitatif

Paham positivisme mengatakan bahwa perilaku masyarakat manusia

memiliki kesesuaian dengan kondisi alam (isomorphism). Sebagaimana

dengan gejala alam, manusia bersifat terstruktur dan dapat diramalkan.

Alam, termasuk manusia, diciptakan sebagai sebuah keserasian.

Keserasian itu dapat dilihat dari berbagai gejala alam seperti berjuta-juta

planet termasuk bumi yang mengitari matahari pada wilayah orbitnya

dengan tidak pernah saling berbenturan, lingkaran dalam batang pohon

8 | P a g e

Page 9: tugas kuali-kuanti

memberi petunjuk mengenai usia pohon yang bersangkutan, ujung jarum

apabila diperbesar dengan suatu alat akan terlihat seperti bintik-bintik

yang teratur dan indah, bawang terbungkus dengan kulitnya membangun

sebuah bentuk yang sangat simetri, dan sebagainya. Hukum-hukum alam

ini mempengaruhi usaha untuk memahami masyarakat manusia. Perilaku

manusia diasumsikan sebagai sebuah keteraturan yang dapat diuji,

diramalkan dan digeneralisasikan. Pengaruh itu terlihat dalam konsep dan

metode.

Pengaruh ilmu alam dalam konsep ilmu sosial dan humaniora terdapat

dalam konsep heriditas dalam psikologi dan pendidikan yang diadopsi dari

eksperimen Morgan dalam lapangan biologi, teori psikologi medan diambil

dari teori medan magnet, teori belajar kuantum berasal dari fisika

kuantum, konsep individu, stimulus dan respons, juga merupakan konsep-

konsep dalam ilmu alam. Konsep termodinamika dalam fisika juga

digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia. Manusia pada hakikatnya

menyukai ketenangan, ketentraman, dan kedamaian, seperti air dingin

yang tenang. Air yang tenang itu dapat berubah menjadi mendidih dan

bergejolak karena dipanaskan. Begitu juga, manusia diciptakan seperti

bintang agar mengorbit di wilayah keteraturannya. Kalau manusia

melakukan tindakan kejahatan maka dia keluar dari orbit keteraturannya

sehingga menimbulkan benturan-benturan yang dirasakan dalam bentuk

kegalauan-kegalauan di hatinya. Bencana alam juga seringkali

dihubungkan dengan deviasi perilaku manusia.

Pengaruh ilmu alam dalam metode penelitian sosial terlihat dalam

penggunaan metode observasi yang diambil dari cara yang digunakan

dalam ilmu astronomi, asumsi normalitas dalam pengukuran psikologis,

prosedur sampling, analisa kuantitatif, metode eksperimen, perlunya

definisi operasional, dan sebagainya. Oleh karena gejala sosial dalam satu

variabel yang diteliti memiliki keseragaman interindividu dalam

masyarakat, maka hasil penelitian sosial harus dapat digeneralisasikan.

Setiap karakteristik memiliki ukuran atau kuantitas atau frekuensi yang

dapat diukur derajad eksistensinya. Gejala alam seperti berat, waktu,

9 | P a g e

Page 10: tugas kuali-kuanti

jarak, kecepatan, dan sebagainya dapat diukur. Keadaan yang sama

berlaku pula dalam ilmu-ilmu sosial, sehingga manusia dapat dibedakan

dalam kadar kejujuran, demokratisme, religiusitas, sikap, tanggapan,

perilaku dan sebagainya. Pengukuran gejala sosial ini memunculkan

kajian yang dikenal sebagai ekonomitri dalam lapangan ekonomi,

sosiometri dalam sosiologi, antropotri dalam antropologi, psikometri

dalam psikologi dan pendidikan dan sebagainya. Pengukuran ini harus

dilakukan karena hubungan-hubungan gejala di dunia ini, baik fisik dan

sosial, sulit dibuktikan dengan pasti tanpa dilakukan proses pengukuran.

Pengukuran telah membuat manusia memahami makin banyak gejala

yang semula tidak dikenali hubungannya satu sama lain. Paham ini

melahirkan sebuah pendekatan penelitian yang kemudian dikenal sebagai

penelitian kuantitatif. Dalam pandangan ini, ilmu haruslah positif,

memusatkan perhatian pada gejala yang nyata dan konkret tanpa

halangan dari pertimbangan lainnya (Soekanto, 1997 : 444). Berangkat

dari pandangan ini penelitian didefinisikan sebagai penyelidikan yang

sistematis, terkontrol, empiris dan kritis, tentang fenomena-fenomena

alami, dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis tentang

hubungan yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena itu (Kerlinger,

1996 : 17). Secara historis, pendekatan ini diilhami oleh pemikiran tokoh-

tokoh filsafat seperti Rene Descartes, Auguste Comte dan John Dewey.

Penelitian kuantitatif lebih diarahkan untuk meneguhkan teori

(confirmatory analysis). Alur logika penelitian kuantitatif dimulai dari

mengkaji teori yang sudah ada, mendefinisikan, melakukan fisikalisasi

dan mengukur untuk mengumpulkan data di lapangan, kemudian

menganalisis secara statistik untuk menolak atau menerima kebenaran

teori. Proses bergerak dari teori menuju lapangan (theory then research).

Hal itu dilandasi oleh pemikiran bahwa ilmu bersifat akumulatif.

Pengetahuan baru dibangun di atas kemajuan pengetahuan yang sudah

ada. Tanpa sifat ini, pengetahuan tidak akan pernah berkembang.

Pengetahuan berkembang karena gotong-royong umat manusia.

Kemajuan pengetahuan diketahui dengan membaca teori. Manusia

mempunyai tanggung jawab kolektif untuk menjadikan dirinya manusia

10 | P a g e

Page 11: tugas kuali-kuanti

yang berbudaya. Adam diciptakan sebagai manusia yang berbudaya

sempurna sehingga kepadanya berhak menghuni surga. Namun karena

dia telah melakukan kesalahan, maka diturunkan dia di dunia. Di dunia,

Adam dan anak cucunya terus-menerus berjuang secara kolektif untuk

membudayakan diri dan bumi yang dihuninya, menuju kesempurnaan

budaya. Teori memungkinkan adanya komunikasi budaya antara ilmuwan

satu dengan yang lain, antara generasi satu dengan generasi yang lain.

Tanpa teori, maka tidak ada pengetahuan manusia, kecuali generalisasi

empirik. Teori memungkinkan manusia memiliki pengetahuan yang

mantap untuk dikomunikasikan. Oleh karenanya penelitian harus

menggunakan teori sebagai pemandu, sebagaimana Al Qur’an yang

diturunkan secara deduktif untuk mengarahkan agar akal memiliki

panduan dalam menggali ayat-ayat kauniyah. Fungsi teori sebagai

pemandu memberikan kesempatan agar proses penemuan kebenaran

tidak bersifat coba-coba (trial and error). Teori-teori besar tidak lahir dari

argumentasi satu orang dan didasarkan atas satu hasil pengamatan saja.

Teori besar lahir dari karya bersama dari serangkaian pengamatan dan

teori yang saling memperkuat. Teori gravitasi Sir Issac Newton lahir

melalui proses yang panjang : berawal dari revolusi pemikiran Copernicus,

pengamatan Galileo Galilei, dan data Tycho Brahe yang dikerjakan oleh

Kepler. Teori relativitas Albert Einstein dibangun bertumpu pada

percobaan Michelson Morley, aturan yang dikembangkan oleh Lorentz dan

matematika yang dikembangkan oleh Minkovski. Teori kuantum

Schrodinger dan Hisenberg dirintis oleh rentetan eksperimen Planck,

Rydberg, Bohr, Einstein dan Somerfeld. Penemuan gelombang radio untuk

telekomunikasi berawal dari pengamatan gejala kelistrikan oleh Coulomb,

Faraday, Ampere dan peramalannya oleh Maxwell, dan sebagainya.

Penelitian kuantitatif menjunjung tinggi objektivitas dan menganggapnya

sebagai salah satu persyaratan dasar pengetahuan yang benar.

Kebenaran harus bersifat objektif dan universal. Kebenaran harus

diserahkan penilaiannya kepada publik, karena kebenaran menjadi milik

dunia. Dalam hubungan antara subjek dan objek, maka objek harus

ditempatkan di luar subjek untuk memberi kesempatan kepada pengamat

11 | P a g e

Page 12: tugas kuali-kuanti

lain melihat dengan hasil pengamatan yang sama. Usaha menempatkan

objek di luar subjek itu dilakukan dengan mengubah definisi konseptual

variabel yang masih dalam alam penafsiran peneliti ke dalam definisi

operasional yang dapat diamati (observable) secara sepakat oleh semua

orang. Alat ukur atau instrumen pengumpulan data yang akan dianalisis

dikembangkan berdasarkan definisi operasional itu. Selanjutnya peneliti

tidak dapat lagi memasukkan unsur subjektivitasnya dalam pengumpulan

data karena begitu instrumen ada, pengumpulan data menjadi wewenang

instrumen sepenuhnya. Hasil pengumpulan data bersifat objektif karena

instrumen tidak mempunyai kepentingan, minat, preferensi atau tendensi

apa-apa. Apabila pengumpulan data menjadi pekerjaan instrumen maka

tidak ada peluang bagi peneliti memasukkan unsur subjektivitas dalam

pengamatan.

Kebenaran adalah kesesuaian antara ide dan realitas pada semua

pengamat. Kebenaran harus terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain

karena pengetahuan harus diterima oleh semua orang. Realitas dapat

dipecah-pecah dalam variabel-variabel dan kebenaran bersifat tunggal

dalam variabel yang diamati, sehingga dapat diuji oleh orang lain dengan

hasil yang sama. Sebuah kursi misalnya adalah sebuah kebenaran

objektif, karena seorang pengamat mengamati dengan hasil yang sama

dengan pengamatan orang lain. Kesamaan itu dicapai karena kursi adalah

objek yang berada di luar subjektivitas subjek. Dalam cara yang sama,

penelitian kuantitatif melakukan proses ini. Kebenaran hanya dapat

dicapai apabila meniru kepada model penelitian pengetahuan alam.

Zuchdi (1993) dalam usaha mencapai objektivitas, penelitian literaturpun

melakukan usaha kuantifikasi berbagai hal yang bersifat kualitatif.

2. Pendekatan kualitatif

Penelitian kualitatif beranjak dari cara pandang bahwa manusia

merupakan makhluk kebudayaan yang unik dan spesifik, karena perilaku

manusia tidak terstruktur. Kebenaran diperoleh apabila tercapai

pemahaman terhadap suatu perilaku, karena perilaku adalah sebuah

12 | P a g e

Page 13: tugas kuali-kuanti

kebudayaan yang khas. Manusia adalah makhluk kebudayaan karena dia

bisa mengambil peran sebagai makhluk berakal (homo sapiens), makhluk

ekonomi (homo economicus), serigala bagi manusia yang lain (homo

homini lupus), makhluk yang harus bekerja (homo faber), makhluk yang

suka bermain (homo ludens), makhluk yang mampu mengekspresikan

gagasannya dengan simbol (homo symbolism), dan sebagainya. Manusia

sama sekali berbeda dengan gejala-gejala alam. Termasuk tokoh-tokoh

dalam aliran ini adalah Max Weber, Edmund Husserl, Max Scheler dan

Branislaw Malinowski.

Dalam penelitian kualitatif, kenyataan dipandang sebagai sebuah

keutuhan makna yang tidak dapat dipecah-pecah dalam variabel. Sebuah

rumah tidak dapat dianalisa berdasarkan batu bata, pasir, semen dan

unsur lain yang membentuknya. “Apa yang dinamakan kenyataan pasti

bersifat kealaman. …Kategori pokok untuk memberikan keterangan

mengenai kenyataan adalah kejadian. Kejadian-kejadian dalam ruang dan

waktu merupakan satuan-satuan penyusun kenyataan yang ada”

(Kattsoff, 1996 : 216). Penelitian kualitatif adalah sebuah pendekatan

penelitian yang melihat bahwa kebudayaan menjadi amat penting dalam

penelitian manusia. Oleh karenanya Denzin dan Lincoln (1994)

mendefinisikannya sebagai “a field of inquiry in its own right” (h. 1).

Fenomena tidak dilihat sebagai produk, tapi sebagai proses dan dinamika.

Tujuan penelitian bukan untuk menguji : deskripsi, eksplanasi, asosiasi,

estimasi, diskriminasi, dan analisis kuantitatif lain yang menghentikan

proses, tapi mengalami untuk memahami perilaku manusia (cultural

behavior). Penelitian tidak dimaksudkan untuk melihat struktur, tapi

proses sosial dan komunikasi. Yang dicari bukan keberlakuannya bagi

populasi (generalizability), tapi makna (emic) dan keunikan. Manusia tidak

dijelaskan dengan menanyakan apa yang dipikirkan atau dirasakan

melalui instrumen yang telah dirancang, tapi peneliti sendiri menjadi

instrumen untuk mengamati perilaku budaya subjek penelitian. Hal itu

disebabkan karena konsep dalam otak manusia merefleksi dalam tingkah

laku, as we think, so do we act (Schwartz and Ogilvy dalam Lincoln and

13 | P a g e

Page 14: tugas kuali-kuanti

Guba, 1984 : 14). Peneliti kualitatif harus mengalami pengalaman

(experiencing experience) dalam pengumpulan datanya.

Karakteristik penelitian kualitatif yang menjunjung tinggi pemahaman

(verstehen) menuntut beberapa kriteria. Kriteria itu adalah sifat

naturalistik, membutuhkan pengamatan partisipatif (patisipant

observation), dan interpretasi pengalaman. Pertama, penelitian kualitatif

harus natural. Penelitian yang dilakukan tidak boleh melakukan intervensi

terhadap subjek penelitian, karena intervensi dapat membuat subjek

penelitian menampilkan perilaku manipulatif. Kedua, untuk dapat meneliti

tanpa harus membuat intervensi maka peneliti harus terlibat dalam

pengamatan. Berdasarkan pengamatan, penggalian data berkembang

dalam wawancara. Pada proses ini, peneliti sendiri menjadi instrumennya

mengumpulkan fakta tentang subjek penelitian sebanyak mungkin dari

berbagai informan (snowball) dan melakukan cek-recek (triangulation)

hingga diperoleh data yang valid. Dengan cara demikian diharapkan

perilaku manusia dapat dipahami secara holistik. Oleh karena peneliti

sendiri menjadi instrumennya, maka dia memasukkan unsur subjektivitas

dalam pengumpulan datanya. Ketiga, interpretasi pengalaman.

Subjektivitas bukan hanya terjadi dalam pengumpulan data tapi juga

dalam analisis dan penafsiran. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk

mencari makna, dan makna itu ditemukan dalam interaksi. Makna terjadi

pada peristiwa publik melalui tafsir. Penafiran penelitian kualitatif adalah

menafsirkan konteks sebagai sebuah teks. Berdasarkan fakta yang

dikumpulkan, dibuatlah tafsir atau interpretasi. Tidak ada peristiwa yang

jelas dengan sendirinya, sehingga harus ditafsirkan. Kebenaran adalah

kebenaran subjektif menurut penafsir. Dalam lapangan penelitian

manusia, antara subjek dan objek menyatu, sehingga kebenaran

mengenai objek sangat tergantung kepada penafsiran subjektif subjek.

Mengingat karakteristik penelitian yang berbeda antara penelitian

kuantitatif dan kualitatif, maka rancangan yang digunakan akan berbeda

pula. Kalau penelitian kuantitatif lebih diarahkan untuk meneguhkan teori,

maka penelitian kualitatif lebih merupakan usaha pencarian teori baru

14 | P a g e

Page 15: tugas kuali-kuanti

(exploratory analysis). Penelitian di lapangan dilakukan terlebih dahulu

sebelum kemudian ditemukan teori dari fakta yang ditemukan di

lapangan (research then theory). Teori yang sudah ada diperlukan untuk

mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang mungkin dijumpai di lapangan

tapi tidak memandu secara ketat sebagaimana penelitian kuantitatif.

Tuntutannya bukanlah objektivitas, validitas dan reliabilitas, tapi otentitas.

Peneliti berada di luar teks untuk memberi peluang bagi subjek untuk

berbicara sendiri-sendiri. Hal ini akan membuat rancangan penelitian khas

dan berbeda dengan rancangan umumnya penelitian kuantitatif.

Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang dituntut rancangan penelitian

yang ketat untuk menjaga objektivitas dan “keilmiahannya”,

ketidakterikatan penelitian kualitatif kepada dasar teori dan dimulainya

penelitian langsung dari lapangan mengijinkan penelitian kualitatif

memiliki rancangan yang longgar. Rancangan tidak bersifat linear tapi

siklis. Masing-masing peneliti kualitatif mungkin tidak saling sepakat

tentang rancangan penelitian yang digunakan, tapi hal itu tidak menjadi

persoalan karena penelitian kualitatif sangat menghormati perbedaan dan

menghargai penafsiran. Tidak ada sesuatu yang objektif kecuali

penafsiran itu sendiri.

Paradigma penelitian kualitatif muncul akibat pengaruh penelitian literatur

(library research) yang melihat kebenaran dari tekstur sebagai sesuatu

yang tafsiriah dan interpretif. Dalam penelitian kualitatif, dinamika sosial

merupakan konteks yang dapat dibaca sebagai sebuah teks, sehingga

penelitian kualitatif melakukan penafsiran konteks sebagai teks.

Kebenaran bersifat subjektif berdasarkan penafsiran subjek. Kebenaran

tidak dapat diobjektifikasi karena klaim objektif juga merupakan

subjektivitas pihak yang mengajukan klaim. Kebenaran tidak terletak

pada peneliti sebagai orang lain, tetapi kebenaran ada pada perasaan

subjek yang dituturkan kepada peneliti sebagai sebuah emic.

Dari arah yang lain, penelitian kuantitatif merupakan hasil dari pengaruh

penelitian lapangan ilmu-ilmu alamiah (natural research). Premis yang

diajukan, manusia seperti juga isi alam semesta yang lain diciptakan oleh

15 | P a g e

Page 16: tugas kuali-kuanti

Allah dalam serba keteraturan dan berderajad. Segala sesuatu, baik

benda yang bersifat fisik maupun “benda” konstruksi pikiran, mempunyai

variasi dalam derajad. Semua yang bervariasi dalam derajad dapat diubah

kualitasnya menjadi kuantitas. Misalnya kalau benda fisik dengan

menimbang beratnya dapat diubah kualitas beratnya dari : sangat berat,

berat, sedang, ringan dan sangat ringan menjadi berbagai ukuran

kuantitas berat timbangan 100 kg, 25 kg, 10 kg dan 5 kg. Konstruksi

pikiran juga dapat ditimbang dengan instrumen untuk mengubah

kualitasnya misalnya tingkat kesetujuan : sangat setuju, setuju, tidak

berpendapat, tidak setuju dan sangat tidak setuju menjadi ukuran

kuantitas : 5, 4, 3, 2 dan 1 sebagai tanda dalam tingkat kesetujuan.

Kebenaran merupakan milik dunia dan bersifat universal, sehingga harus

terbuka untuk diuji oleh orang lain dengan kesimpulan yang sama.

Kebenaran tidak bisa diletakkan pada penafsiran subjektif manusia karena

harus objektif. Mengubah kualitas menjadi angka matematika merupakan

cara mewujudkan objektivitas, karena angka tidak mempunyai

kepentingan subjektif apapun.

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

GAMBARAN TENTANG

PARADIGMAIlmiah Alamiah

Teknik Yang Digunakan

Kualitatif Kuantitatif

Kriteria Kualitas “Rigor” RelevansiSumber Teori A priori GroundedPersoalan Kausalitas Apakah X menyebab-

kan Y?Apakah X menyebabkan Y dalam latar alamiah

Tipe pengetahuan yang digunakan

Proposisional Proposisional yang diketahui bersama

Pendirian Reduksionis EkspansionisMaksud Penelitian Verifikasi Ekspansionis

Sumber: diolah dari Moleong, 1998: 16

Kualitatif Kuantitatif1. Peneliti harus hadir dilapangan

(Research hertabe instrumen), dalam penelitian ilmiah ini

1. Peneliti tidak hadir dilapangan. Peneliti tidak bertindak sebagai

16 | P a g e

Page 17: tugas kuali-kuanti

peneliti menjadi instrumen 2. Wide lens  lebih luas sesuai

dengan pertanyaan peneliti 3. Data diperoleh dengan ;

Pengamatan,angket,wawancara, data sekunder : data yang sudah tersedia

1. data dalam bentuk : narasi, kriteria

2. Analisa menggunakan statistik deskriptif

3. Memakai pertanyaan-pertanyaan penelitian

4. Lebih banyak kepada studi kasus

5. Hasilnya tidak bisa digeneralisir

alat tetapi sebagai pelaksana

2. Narraw lens   lensa sempit yang diajukan hanya pertanyaan-pertanyaan peneliti tidak mau tahu

3. Data diperoleh melalui ;

Angket,tes,wawancara

1. Data dalam bentuk angka

2. Analisa menggunakan statistik inferensial

3. Memakai hipotesis(kebenaran sementara)

4. Lebih banyak kepada studi yang lebih luas

5. Hasilnya bisa di generalisasi

17 | P a g e