tugas kuali-kuanti
TRANSCRIPT
KARAKTERITIK PENELITIAN KUALITATIF
Paradigma alamiah yang menjadi pegangan penelitian kualitatif
melahirkan karakteristik yang berbeda dengan penelitian kuantitatif.
Adapun karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber
data
Maksudnya bahwa prilaku manusia secara signifikan dipengaruhi oleh
setiting dimana perilaku itu terjadi, dan mereka merasa bahwa perilaku
dapat dimengerti secara baik apabila diobservasikan dalam setting
dimana peristiwanya terjadi. Dalam hal ini, ketika data diperoleh, peneliti
harus perlu mengetahui dimana data itu diperoleh, bagaimana
memperoleh data tersebut dan dibawah peristiwa apa data itu muncul
atau terjadi.
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian
Dalam hal ini instrume penelitian yang menjadi pondasi adalah peneliti itu
sendiri, karena desain, data yang dikumpulkan, dan fokus penelitian bisa
berubah sesuai dengan kondisi alamiah, sehingga peneliti dapat
melakukan penyesuaian sejalan dengan kenyataan-kenyataan yang
terjadi dilapangan karena peneliti sebagai instrumen penelitian, ia bukan
benda mati seperti angka, skala, tes, dan sebagainya, tetapi ia dapat
berhubungan dengan subjek penelitian dan mampu memahami
keterkaitannya dengan kenyataan di lapangan sehingga dapat
mengantisipasi dan mengganti strategi apabila kehadirannya akan
mengganggu fenomena yang terjadi.
3. Peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil
penelitian
Misalnya, untuk meneliti pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya
maka peneliti akan menterjemahkan pola asuh orang tua tersebut dengan
mengobservasi bagaimana sikap dan prilaku orang tua dalam interaksi
sehari-harinya dengan anak-anaknya dan mengobservasi bagaimana
1 | P a g e
sikap dan prilaku anak-anak dalam berinteraksi dengan orang tuanya.
Dengan mengumpulkan data dari interaksi tersebut, maka peneliti baru
dapat menarik kesimpulan.
4. peneliti kualitatif adalah deskriptif
Yaitu berusaha menggambarkan suatu gejala sosial, ekonomi dan
keagamaan. Dalam hal ini, data yang dikumpulkan adalah bentuk kata-
kata atau gambar, data tersebut meliputi transkip interviu, catatan
lapangan, fotografi, vidiotapes, dokumen personal, memo, dan catatan
resmi lainnya. Peneliti mencoba untuk menganalisa semua data yang
diperoleh secara sama atau sedekat mungkin dengan bentuk data aslinya
saat data itu di catat atau direkam.
5. Cenderung menganalisa datanya secara induktif
Peneliti mencari data tidak untuk menguji hipotesis tapi untuk melakukan
abstraksi berdasarkan fakta-fakta atau keterangan-keterangan yang telah
dikumpulkan. Dalam penelitian kualitatif terdapat batas yang ditentukan
oleh fokus penelitian yang berdasarkan interaksi antara peneliti dan
permasalahan penelitian.
6. Pemaknaan Meupakan Perhatian Utama dari Penelitian
Kualitatif
Orientasi pada perspektif yang diteliti (partisipant perspektif).
Membutuhkan kepastian bahwa ia memperoleh perspektif secara akurat.
7. Pentingnya Kontak Personal Langsung dengan Subjek
Untuk menjaga setting alamiah dan kelancaran memperoleh data yang
diperlukan. Hasil penelitian juga bergantung pada kualitas hubungan
antara peneliti sebagai pencari data dan subjek tau kelompok subjek yang
menjadi sumber data.
8. Biasanya Merupakan Penelitian Lapangan ( Field Word)
2 | P a g e
Menuntut peneliti untuk secara fisik menjumpai atau mendatangi orang,
masyarakat, setting, tempat, institut (field) agar dapat mengobservasi
fenomena yang diteliti dalam setting alamiahnya.
KARAKTERISTIK PENELITIAN KUANTITATIF
Adapun karateristik penelitian kuantitatif adalah:
1. Instrumen Pengumpulan Data
Pada penelitian ini instrumen data berupa tes tertulis, kuesioner,dan
kolom-kolom pengamatan yag dibantu dengan alat tulis. Peneliti dapat
menugaskan sejumlah enumerator (petugas pengumpul data). Karena
data yang akan dikumpulkan serta isntrumen yang digunakan sudah
baku. Insturmen penelitiannya telah disiapkan sebelumnya, sehingga
tidak mungkin untuk melakukan perubahan.
2. Data Dapat Diobservasi Dan Diukur
Dalam penelitian kuantitatif, analisis datanya menggunakan proses
matematik yang disebut prosedur statistik, seperti menyediakan informasi
untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian.
3. Rancangan Penelitian atau Desain
Dipakai untuk menuju pada rencana penelitian tentang bagaimana ia
akan melaksanakan penelitian. Dalam hal ini termasuk di dalamnya
langkah-langkah/prosedur, yang terdiri dari :
pengumpulan data, menganalisis dan melaporkan hasil penelitian.
4. Jumlah Subjek Banyak
Semakin banyak subjek (anggota sampel) yang diteliti semakin kuat
keabsahan jeneralisasi
3 | P a g e
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
1. Dari segi teknik, masing-masing memberikan pada tekanan pada
teknik tertentu dalam prosedur, prosedur, pengumpulan data dan
analisis data.
2. Dari Segi Kriteria Kualitas, Penelitian Kuantitatif menggunakan
kriteria validitas (internal dan eksternal), reliabilitas dan objektifitas
untuk menentukan kualitas penelitiannya. Sedangkan penelitian
kuantitatif menggunakan kriteria relevansi dalam menentukan
kualitas penelitiannya (apakah yang dilaporkan peneliti sesuai
dengan kenyataan)
3. Dari segi sumber teori, Penelitian Kuantitatif teori secara opriori,
yaitu menghasilkan hipotesis dan kemudian dilakukan verifikasi.
Sedangkan Penelitian Kualitatif, merumuskan teori sejak awal dan
bersumber dalam kehidupan nyata.
4. Dari segi maksud, Penelitian kuantitatif tujuannya adalah untuk
mendapatkan pengetahuan melalui pengujian hipotesis yang
ditetapkan sebelumnya.sedangkan Penelitian Kualitatif,
merumuskan pengetahuan yang belum ada dalam teori yang
berlaku
Perbedaan ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Guba dan Lincoln
menyajikan uranan yang cukup panjang dan mempertentangkan
perbedaan – perbedaan paradigma kedua penelitian ini. Untuk itu
penelitian kuantitatif digunakan istilah scientific paradigma, sedangkan
penelitian kualitatif dinamakan naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah.[5]
Ada juga perbedaan yang sangat jelas sekali antara perbedaan kualitatif
dan kuantitatif, yaitu:
1. Kuantitatif: latar belakang masalahnya nomotetis, rumusan
masalahnya mantap, tujuannya menguji teori mendapatkan hubungan
abtara variable atomistic generalisasi, teori yang digunkaan mantap,
4 | P a g e
hipotesisinya mantap, penyusunan teorinya cepat atau terbatas,
sampelnya banyak tetap umumnya acak representative, teknik
pengumpulan datanya umumnya angket wawancara berstruktur,
instrument penelitiannya angket wawancara dokumentasi observasi,
analisis datanya statistik deduktif setelah data terkumpul, hubungan
denagn respondennya kurang intim hubungan peneliti-responden jangka
pendek, usulan desainnya mantap projektif langkahnya jelas.
2. Kualitatif: latar belakang masalahnya ideografis, rumusan
masalahnya emergent, tujuannya mengembangkan teori mencari makna
Wholistic khusus, teori yang digunakannya sementara, hipotesisnya
sementara, penyusunan teorinya logika induktif, waktu penelitiannya
lama atau bebas, sampelnya sedikit snowball purposive tidak
representative, teknik pengumpulan datanya observasi pertisipasi tidak
berstruktur, instrumnen penelitiannya penelitian sendiri, analisis datanya
non-statistik induktif terus – menerus, hubungan denagn respondennya
intim setara jangka panjang, usulan desainnya emergent retrospektif
bebas.
Yang harus menjadi catatan adalah metode kualitatif tidak anti verifikasi
dan tidak bertentangan dengan metode kuantitatif, tetapi penelitian
kualitatif lebih memilih menggunakan data sebagai sumber teori dari
pada hanya untuk menguji kebenaran teori terdahulu.
Aspek Penelitian kuantitatif Penelitian kualitatifTujuan Untuk menguji hipotesa
dari data-data yang dikumpulkan sesuai teori atau konsep sebelumnya (verifikasi)
Untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang timbul dari sata bukan hipotesa
Sifat Hypotesis testing Generating theoryAnalisis isi Menggunakan ukuran
frekuensi simbol atau atribut atau bilangan numerik dan menggunakan statistik untuk menganalisis data
Berkaitan dengan ada atau tidak adanya atribut, dan menggunakan induksi analitik untuk menganalisis data
Jenis penelitian Eksperimen dan non Studi kasus, Etnografik,
5 | P a g e
eksperimen (deskriptif, kausal komparatif, korelasional)
fenomologis, penelitian sejarah
Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
1. Ilmu-ilmu keras Ilmu-ilmu lunak
2. Fakus ringkas dan sempit Fokus kompleks dan luas
3. Reduksionistik Holistik dan menyeluruh
4. Obyektif Subyektif atau prspektif etnik
5. Penalaran logis dan deduktif Penalaran dialektif-induktif
6. Basis pengetahuan: Hubungan sebab-akibat
Basis pengetahuan: Makna dan temuan
7. Menguji teori Mengembangkan/ membangun teori
8. Kontrol atas variabel Sumbangsih tafsiran
9. Instrumen Komunikasi dan observasi
10. Elemen dasar analisis: angka Elemen dasar analisis: kata-kata
11. Analisis statistik atas data Interpretasi individual
12. Generalisasi Keunikan
Asumsi Questions Kuantitatif Kualitatif
Asumsi ontologis
What is the nature of reality?
Reality is objective and singular, apart from the researcher
Reality is subjective and multiple as seen by participant in a study
Asumsi epistemologis
What is the relationship of the
Reality is independent from that being
Researcher interact with that being researched
6 | P a g e
researcher to that researched?
researched
Asumsi aksiologis
What is the role of values?
Value-free and unbiased Value-bound and biased
Asumsi rhetoris
What is the language of research?
Formal; based on set definitions; impersonal voice; use of accepted quantitative words
Informal; evolving; decisions; personal voice; accepted qualitative words
Asumsi metodologis
What is the process of the research?
Deductive process; cause and effect; static design categories isolated before study; context-free; genaralization leading to prediction, explanation, and understanding; accurate and reliable through validity and reliability
Inductive process; mutual simultaneous shaping of factors; emerging design categories identified during research process; context bound; patterns, theories developed for understanding; accurate and reliable through verification.
No Kualifikasi Perbedaan
Kualitatif Kuantitatif
1 Pendekatan (Approach)
Mendasarkan pada pendekatan yang lebih bersifat sosio-kemasyarakatan;
Pendekatan diskriptif, eksploratif, sosio-legal studies banyak menngunakan jenis penelitian ini
Mendasarkan pada pendekatan yang bersifat exact dan statistikal. Biasa digunakan dalam penelitian terkait ilmu-ilmu pasti
Pendekatan eksploitatif dan perbandingan sering menggunakan jenis ini
2 Hubungan Peneliti dengan Subjek
Lebih banyak bersifat informal,
Lebih bersifat formal dan
7 | P a g e
yang ditunjukkan berdasarkan rasa empati dan komunikasi yang intens.
komunkasi yang dibangun sering menghadapkan secara vis a vis peneliti dan subjek
3 Instrumen Dapat secara independen dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara dan observasi, tanpa alat bantu yang mengikat
Alat bantu sangat diperlukan guna memastikan akurasi data penelitian yang bersifat exact.
4 Analilis Data Induktif dan non-statistikal
Deduktif dan statistikal
5 Sampel Kecil, bahkan tidak ditentukan berapa jumlah minimumnya
Cukup besar dan penentuannya berdasarkan cara-cara statistikal tertentu
6 Penggunaan Hipotesa Lazim tidak digunakan, terlebih pada model penelitian deskriptif dan eksploratif
Digunakan sebagai parameter awal.
1. Pendekatan kuantitatif
Paham positivisme mengatakan bahwa perilaku masyarakat manusia
memiliki kesesuaian dengan kondisi alam (isomorphism). Sebagaimana
dengan gejala alam, manusia bersifat terstruktur dan dapat diramalkan.
Alam, termasuk manusia, diciptakan sebagai sebuah keserasian.
Keserasian itu dapat dilihat dari berbagai gejala alam seperti berjuta-juta
planet termasuk bumi yang mengitari matahari pada wilayah orbitnya
dengan tidak pernah saling berbenturan, lingkaran dalam batang pohon
8 | P a g e
memberi petunjuk mengenai usia pohon yang bersangkutan, ujung jarum
apabila diperbesar dengan suatu alat akan terlihat seperti bintik-bintik
yang teratur dan indah, bawang terbungkus dengan kulitnya membangun
sebuah bentuk yang sangat simetri, dan sebagainya. Hukum-hukum alam
ini mempengaruhi usaha untuk memahami masyarakat manusia. Perilaku
manusia diasumsikan sebagai sebuah keteraturan yang dapat diuji,
diramalkan dan digeneralisasikan. Pengaruh itu terlihat dalam konsep dan
metode.
Pengaruh ilmu alam dalam konsep ilmu sosial dan humaniora terdapat
dalam konsep heriditas dalam psikologi dan pendidikan yang diadopsi dari
eksperimen Morgan dalam lapangan biologi, teori psikologi medan diambil
dari teori medan magnet, teori belajar kuantum berasal dari fisika
kuantum, konsep individu, stimulus dan respons, juga merupakan konsep-
konsep dalam ilmu alam. Konsep termodinamika dalam fisika juga
digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia. Manusia pada hakikatnya
menyukai ketenangan, ketentraman, dan kedamaian, seperti air dingin
yang tenang. Air yang tenang itu dapat berubah menjadi mendidih dan
bergejolak karena dipanaskan. Begitu juga, manusia diciptakan seperti
bintang agar mengorbit di wilayah keteraturannya. Kalau manusia
melakukan tindakan kejahatan maka dia keluar dari orbit keteraturannya
sehingga menimbulkan benturan-benturan yang dirasakan dalam bentuk
kegalauan-kegalauan di hatinya. Bencana alam juga seringkali
dihubungkan dengan deviasi perilaku manusia.
Pengaruh ilmu alam dalam metode penelitian sosial terlihat dalam
penggunaan metode observasi yang diambil dari cara yang digunakan
dalam ilmu astronomi, asumsi normalitas dalam pengukuran psikologis,
prosedur sampling, analisa kuantitatif, metode eksperimen, perlunya
definisi operasional, dan sebagainya. Oleh karena gejala sosial dalam satu
variabel yang diteliti memiliki keseragaman interindividu dalam
masyarakat, maka hasil penelitian sosial harus dapat digeneralisasikan.
Setiap karakteristik memiliki ukuran atau kuantitas atau frekuensi yang
dapat diukur derajad eksistensinya. Gejala alam seperti berat, waktu,
9 | P a g e
jarak, kecepatan, dan sebagainya dapat diukur. Keadaan yang sama
berlaku pula dalam ilmu-ilmu sosial, sehingga manusia dapat dibedakan
dalam kadar kejujuran, demokratisme, religiusitas, sikap, tanggapan,
perilaku dan sebagainya. Pengukuran gejala sosial ini memunculkan
kajian yang dikenal sebagai ekonomitri dalam lapangan ekonomi,
sosiometri dalam sosiologi, antropotri dalam antropologi, psikometri
dalam psikologi dan pendidikan dan sebagainya. Pengukuran ini harus
dilakukan karena hubungan-hubungan gejala di dunia ini, baik fisik dan
sosial, sulit dibuktikan dengan pasti tanpa dilakukan proses pengukuran.
Pengukuran telah membuat manusia memahami makin banyak gejala
yang semula tidak dikenali hubungannya satu sama lain. Paham ini
melahirkan sebuah pendekatan penelitian yang kemudian dikenal sebagai
penelitian kuantitatif. Dalam pandangan ini, ilmu haruslah positif,
memusatkan perhatian pada gejala yang nyata dan konkret tanpa
halangan dari pertimbangan lainnya (Soekanto, 1997 : 444). Berangkat
dari pandangan ini penelitian didefinisikan sebagai penyelidikan yang
sistematis, terkontrol, empiris dan kritis, tentang fenomena-fenomena
alami, dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis tentang
hubungan yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena itu (Kerlinger,
1996 : 17). Secara historis, pendekatan ini diilhami oleh pemikiran tokoh-
tokoh filsafat seperti Rene Descartes, Auguste Comte dan John Dewey.
Penelitian kuantitatif lebih diarahkan untuk meneguhkan teori
(confirmatory analysis). Alur logika penelitian kuantitatif dimulai dari
mengkaji teori yang sudah ada, mendefinisikan, melakukan fisikalisasi
dan mengukur untuk mengumpulkan data di lapangan, kemudian
menganalisis secara statistik untuk menolak atau menerima kebenaran
teori. Proses bergerak dari teori menuju lapangan (theory then research).
Hal itu dilandasi oleh pemikiran bahwa ilmu bersifat akumulatif.
Pengetahuan baru dibangun di atas kemajuan pengetahuan yang sudah
ada. Tanpa sifat ini, pengetahuan tidak akan pernah berkembang.
Pengetahuan berkembang karena gotong-royong umat manusia.
Kemajuan pengetahuan diketahui dengan membaca teori. Manusia
mempunyai tanggung jawab kolektif untuk menjadikan dirinya manusia
10 | P a g e
yang berbudaya. Adam diciptakan sebagai manusia yang berbudaya
sempurna sehingga kepadanya berhak menghuni surga. Namun karena
dia telah melakukan kesalahan, maka diturunkan dia di dunia. Di dunia,
Adam dan anak cucunya terus-menerus berjuang secara kolektif untuk
membudayakan diri dan bumi yang dihuninya, menuju kesempurnaan
budaya. Teori memungkinkan adanya komunikasi budaya antara ilmuwan
satu dengan yang lain, antara generasi satu dengan generasi yang lain.
Tanpa teori, maka tidak ada pengetahuan manusia, kecuali generalisasi
empirik. Teori memungkinkan manusia memiliki pengetahuan yang
mantap untuk dikomunikasikan. Oleh karenanya penelitian harus
menggunakan teori sebagai pemandu, sebagaimana Al Qur’an yang
diturunkan secara deduktif untuk mengarahkan agar akal memiliki
panduan dalam menggali ayat-ayat kauniyah. Fungsi teori sebagai
pemandu memberikan kesempatan agar proses penemuan kebenaran
tidak bersifat coba-coba (trial and error). Teori-teori besar tidak lahir dari
argumentasi satu orang dan didasarkan atas satu hasil pengamatan saja.
Teori besar lahir dari karya bersama dari serangkaian pengamatan dan
teori yang saling memperkuat. Teori gravitasi Sir Issac Newton lahir
melalui proses yang panjang : berawal dari revolusi pemikiran Copernicus,
pengamatan Galileo Galilei, dan data Tycho Brahe yang dikerjakan oleh
Kepler. Teori relativitas Albert Einstein dibangun bertumpu pada
percobaan Michelson Morley, aturan yang dikembangkan oleh Lorentz dan
matematika yang dikembangkan oleh Minkovski. Teori kuantum
Schrodinger dan Hisenberg dirintis oleh rentetan eksperimen Planck,
Rydberg, Bohr, Einstein dan Somerfeld. Penemuan gelombang radio untuk
telekomunikasi berawal dari pengamatan gejala kelistrikan oleh Coulomb,
Faraday, Ampere dan peramalannya oleh Maxwell, dan sebagainya.
Penelitian kuantitatif menjunjung tinggi objektivitas dan menganggapnya
sebagai salah satu persyaratan dasar pengetahuan yang benar.
Kebenaran harus bersifat objektif dan universal. Kebenaran harus
diserahkan penilaiannya kepada publik, karena kebenaran menjadi milik
dunia. Dalam hubungan antara subjek dan objek, maka objek harus
ditempatkan di luar subjek untuk memberi kesempatan kepada pengamat
11 | P a g e
lain melihat dengan hasil pengamatan yang sama. Usaha menempatkan
objek di luar subjek itu dilakukan dengan mengubah definisi konseptual
variabel yang masih dalam alam penafsiran peneliti ke dalam definisi
operasional yang dapat diamati (observable) secara sepakat oleh semua
orang. Alat ukur atau instrumen pengumpulan data yang akan dianalisis
dikembangkan berdasarkan definisi operasional itu. Selanjutnya peneliti
tidak dapat lagi memasukkan unsur subjektivitasnya dalam pengumpulan
data karena begitu instrumen ada, pengumpulan data menjadi wewenang
instrumen sepenuhnya. Hasil pengumpulan data bersifat objektif karena
instrumen tidak mempunyai kepentingan, minat, preferensi atau tendensi
apa-apa. Apabila pengumpulan data menjadi pekerjaan instrumen maka
tidak ada peluang bagi peneliti memasukkan unsur subjektivitas dalam
pengamatan.
Kebenaran adalah kesesuaian antara ide dan realitas pada semua
pengamat. Kebenaran harus terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain
karena pengetahuan harus diterima oleh semua orang. Realitas dapat
dipecah-pecah dalam variabel-variabel dan kebenaran bersifat tunggal
dalam variabel yang diamati, sehingga dapat diuji oleh orang lain dengan
hasil yang sama. Sebuah kursi misalnya adalah sebuah kebenaran
objektif, karena seorang pengamat mengamati dengan hasil yang sama
dengan pengamatan orang lain. Kesamaan itu dicapai karena kursi adalah
objek yang berada di luar subjektivitas subjek. Dalam cara yang sama,
penelitian kuantitatif melakukan proses ini. Kebenaran hanya dapat
dicapai apabila meniru kepada model penelitian pengetahuan alam.
Zuchdi (1993) dalam usaha mencapai objektivitas, penelitian literaturpun
melakukan usaha kuantifikasi berbagai hal yang bersifat kualitatif.
2. Pendekatan kualitatif
Penelitian kualitatif beranjak dari cara pandang bahwa manusia
merupakan makhluk kebudayaan yang unik dan spesifik, karena perilaku
manusia tidak terstruktur. Kebenaran diperoleh apabila tercapai
pemahaman terhadap suatu perilaku, karena perilaku adalah sebuah
12 | P a g e
kebudayaan yang khas. Manusia adalah makhluk kebudayaan karena dia
bisa mengambil peran sebagai makhluk berakal (homo sapiens), makhluk
ekonomi (homo economicus), serigala bagi manusia yang lain (homo
homini lupus), makhluk yang harus bekerja (homo faber), makhluk yang
suka bermain (homo ludens), makhluk yang mampu mengekspresikan
gagasannya dengan simbol (homo symbolism), dan sebagainya. Manusia
sama sekali berbeda dengan gejala-gejala alam. Termasuk tokoh-tokoh
dalam aliran ini adalah Max Weber, Edmund Husserl, Max Scheler dan
Branislaw Malinowski.
Dalam penelitian kualitatif, kenyataan dipandang sebagai sebuah
keutuhan makna yang tidak dapat dipecah-pecah dalam variabel. Sebuah
rumah tidak dapat dianalisa berdasarkan batu bata, pasir, semen dan
unsur lain yang membentuknya. “Apa yang dinamakan kenyataan pasti
bersifat kealaman. …Kategori pokok untuk memberikan keterangan
mengenai kenyataan adalah kejadian. Kejadian-kejadian dalam ruang dan
waktu merupakan satuan-satuan penyusun kenyataan yang ada”
(Kattsoff, 1996 : 216). Penelitian kualitatif adalah sebuah pendekatan
penelitian yang melihat bahwa kebudayaan menjadi amat penting dalam
penelitian manusia. Oleh karenanya Denzin dan Lincoln (1994)
mendefinisikannya sebagai “a field of inquiry in its own right” (h. 1).
Fenomena tidak dilihat sebagai produk, tapi sebagai proses dan dinamika.
Tujuan penelitian bukan untuk menguji : deskripsi, eksplanasi, asosiasi,
estimasi, diskriminasi, dan analisis kuantitatif lain yang menghentikan
proses, tapi mengalami untuk memahami perilaku manusia (cultural
behavior). Penelitian tidak dimaksudkan untuk melihat struktur, tapi
proses sosial dan komunikasi. Yang dicari bukan keberlakuannya bagi
populasi (generalizability), tapi makna (emic) dan keunikan. Manusia tidak
dijelaskan dengan menanyakan apa yang dipikirkan atau dirasakan
melalui instrumen yang telah dirancang, tapi peneliti sendiri menjadi
instrumen untuk mengamati perilaku budaya subjek penelitian. Hal itu
disebabkan karena konsep dalam otak manusia merefleksi dalam tingkah
laku, as we think, so do we act (Schwartz and Ogilvy dalam Lincoln and
13 | P a g e
Guba, 1984 : 14). Peneliti kualitatif harus mengalami pengalaman
(experiencing experience) dalam pengumpulan datanya.
Karakteristik penelitian kualitatif yang menjunjung tinggi pemahaman
(verstehen) menuntut beberapa kriteria. Kriteria itu adalah sifat
naturalistik, membutuhkan pengamatan partisipatif (patisipant
observation), dan interpretasi pengalaman. Pertama, penelitian kualitatif
harus natural. Penelitian yang dilakukan tidak boleh melakukan intervensi
terhadap subjek penelitian, karena intervensi dapat membuat subjek
penelitian menampilkan perilaku manipulatif. Kedua, untuk dapat meneliti
tanpa harus membuat intervensi maka peneliti harus terlibat dalam
pengamatan. Berdasarkan pengamatan, penggalian data berkembang
dalam wawancara. Pada proses ini, peneliti sendiri menjadi instrumennya
mengumpulkan fakta tentang subjek penelitian sebanyak mungkin dari
berbagai informan (snowball) dan melakukan cek-recek (triangulation)
hingga diperoleh data yang valid. Dengan cara demikian diharapkan
perilaku manusia dapat dipahami secara holistik. Oleh karena peneliti
sendiri menjadi instrumennya, maka dia memasukkan unsur subjektivitas
dalam pengumpulan datanya. Ketiga, interpretasi pengalaman.
Subjektivitas bukan hanya terjadi dalam pengumpulan data tapi juga
dalam analisis dan penafsiran. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
mencari makna, dan makna itu ditemukan dalam interaksi. Makna terjadi
pada peristiwa publik melalui tafsir. Penafiran penelitian kualitatif adalah
menafsirkan konteks sebagai sebuah teks. Berdasarkan fakta yang
dikumpulkan, dibuatlah tafsir atau interpretasi. Tidak ada peristiwa yang
jelas dengan sendirinya, sehingga harus ditafsirkan. Kebenaran adalah
kebenaran subjektif menurut penafsir. Dalam lapangan penelitian
manusia, antara subjek dan objek menyatu, sehingga kebenaran
mengenai objek sangat tergantung kepada penafsiran subjektif subjek.
Mengingat karakteristik penelitian yang berbeda antara penelitian
kuantitatif dan kualitatif, maka rancangan yang digunakan akan berbeda
pula. Kalau penelitian kuantitatif lebih diarahkan untuk meneguhkan teori,
maka penelitian kualitatif lebih merupakan usaha pencarian teori baru
14 | P a g e
(exploratory analysis). Penelitian di lapangan dilakukan terlebih dahulu
sebelum kemudian ditemukan teori dari fakta yang ditemukan di
lapangan (research then theory). Teori yang sudah ada diperlukan untuk
mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang mungkin dijumpai di lapangan
tapi tidak memandu secara ketat sebagaimana penelitian kuantitatif.
Tuntutannya bukanlah objektivitas, validitas dan reliabilitas, tapi otentitas.
Peneliti berada di luar teks untuk memberi peluang bagi subjek untuk
berbicara sendiri-sendiri. Hal ini akan membuat rancangan penelitian khas
dan berbeda dengan rancangan umumnya penelitian kuantitatif.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang dituntut rancangan penelitian
yang ketat untuk menjaga objektivitas dan “keilmiahannya”,
ketidakterikatan penelitian kualitatif kepada dasar teori dan dimulainya
penelitian langsung dari lapangan mengijinkan penelitian kualitatif
memiliki rancangan yang longgar. Rancangan tidak bersifat linear tapi
siklis. Masing-masing peneliti kualitatif mungkin tidak saling sepakat
tentang rancangan penelitian yang digunakan, tapi hal itu tidak menjadi
persoalan karena penelitian kualitatif sangat menghormati perbedaan dan
menghargai penafsiran. Tidak ada sesuatu yang objektif kecuali
penafsiran itu sendiri.
Paradigma penelitian kualitatif muncul akibat pengaruh penelitian literatur
(library research) yang melihat kebenaran dari tekstur sebagai sesuatu
yang tafsiriah dan interpretif. Dalam penelitian kualitatif, dinamika sosial
merupakan konteks yang dapat dibaca sebagai sebuah teks, sehingga
penelitian kualitatif melakukan penafsiran konteks sebagai teks.
Kebenaran bersifat subjektif berdasarkan penafsiran subjek. Kebenaran
tidak dapat diobjektifikasi karena klaim objektif juga merupakan
subjektivitas pihak yang mengajukan klaim. Kebenaran tidak terletak
pada peneliti sebagai orang lain, tetapi kebenaran ada pada perasaan
subjek yang dituturkan kepada peneliti sebagai sebuah emic.
Dari arah yang lain, penelitian kuantitatif merupakan hasil dari pengaruh
penelitian lapangan ilmu-ilmu alamiah (natural research). Premis yang
diajukan, manusia seperti juga isi alam semesta yang lain diciptakan oleh
15 | P a g e
Allah dalam serba keteraturan dan berderajad. Segala sesuatu, baik
benda yang bersifat fisik maupun “benda” konstruksi pikiran, mempunyai
variasi dalam derajad. Semua yang bervariasi dalam derajad dapat diubah
kualitasnya menjadi kuantitas. Misalnya kalau benda fisik dengan
menimbang beratnya dapat diubah kualitas beratnya dari : sangat berat,
berat, sedang, ringan dan sangat ringan menjadi berbagai ukuran
kuantitas berat timbangan 100 kg, 25 kg, 10 kg dan 5 kg. Konstruksi
pikiran juga dapat ditimbang dengan instrumen untuk mengubah
kualitasnya misalnya tingkat kesetujuan : sangat setuju, setuju, tidak
berpendapat, tidak setuju dan sangat tidak setuju menjadi ukuran
kuantitas : 5, 4, 3, 2 dan 1 sebagai tanda dalam tingkat kesetujuan.
Kebenaran merupakan milik dunia dan bersifat universal, sehingga harus
terbuka untuk diuji oleh orang lain dengan kesimpulan yang sama.
Kebenaran tidak bisa diletakkan pada penafsiran subjektif manusia karena
harus objektif. Mengubah kualitas menjadi angka matematika merupakan
cara mewujudkan objektivitas, karena angka tidak mempunyai
kepentingan subjektif apapun.
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
GAMBARAN TENTANG
PARADIGMAIlmiah Alamiah
Teknik Yang Digunakan
Kualitatif Kuantitatif
Kriteria Kualitas “Rigor” RelevansiSumber Teori A priori GroundedPersoalan Kausalitas Apakah X menyebab-
kan Y?Apakah X menyebabkan Y dalam latar alamiah
Tipe pengetahuan yang digunakan
Proposisional Proposisional yang diketahui bersama
Pendirian Reduksionis EkspansionisMaksud Penelitian Verifikasi Ekspansionis
Sumber: diolah dari Moleong, 1998: 16
Kualitatif Kuantitatif1. Peneliti harus hadir dilapangan
(Research hertabe instrumen), dalam penelitian ilmiah ini
1. Peneliti tidak hadir dilapangan. Peneliti tidak bertindak sebagai
16 | P a g e
peneliti menjadi instrumen 2. Wide lens lebih luas sesuai
dengan pertanyaan peneliti 3. Data diperoleh dengan ;
Pengamatan,angket,wawancara, data sekunder : data yang sudah tersedia
1. data dalam bentuk : narasi, kriteria
2. Analisa menggunakan statistik deskriptif
3. Memakai pertanyaan-pertanyaan penelitian
4. Lebih banyak kepada studi kasus
5. Hasilnya tidak bisa digeneralisir
alat tetapi sebagai pelaksana
2. Narraw lens lensa sempit yang diajukan hanya pertanyaan-pertanyaan peneliti tidak mau tahu
3. Data diperoleh melalui ;
Angket,tes,wawancara
1. Data dalam bentuk angka
2. Analisa menggunakan statistik inferensial
3. Memakai hipotesis(kebenaran sementara)
4. Lebih banyak kepada studi yang lebih luas
5. Hasilnya bisa di generalisasi
17 | P a g e