tugas ips sulawesi utara
TRANSCRIPT
SULAWESI UTARA
DILLA KURNIA (XI AP 1)
30%
19,8%
11,3%
7,4%
3%
SUKU BANGSA
MinahasaSangirMongondowGorontaloTionghoa
Bahasa • Bahasa Indonesia• Bahasa Manado
Sastra• Asaren tuah Puhuna• Hikayat Prang Tondano• Hikayat Danau Tondano• Legenda Pingkan Matindas• Legenda Toar Lumimuut• Legenda Mamanua
BAHASA DAN SASTRA
Protestan
Islam
Katolik
HinduBudha
Kong Hu Cu
Lainnya
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
PRESENTASE AGAMA DI SULAWESI UTARA
Series 1
1. Protestan 63,60%
2. Islam 30,90%
3. Katolik 4,40%4. Hindu 0,58%5. Budha 0,14%6. Kong Hu Cu
0,02%7. Lainnya
0,06%
OBJEK WISATA
•Kuburan Borgo•Gereja GMIM Sentrum Manado•Gereja GMIM Sentrum Langowan•Gereja Katolik Pineleng•Masjid Raya Manado•Museum Sulawesi Utara•Taman Purbakala Waruga Sawangan•Taman Purbakala Waruga Tonsea Lama•Taman Purbakala Waruga Tomohon•Taman Purbakala Waruga Tompaso•Kuburan Kerkhoff Kuburan Belanda•Danau Tondano•Danau Linouw di Tomohon•Danau Bulilin•Danau Moat
•Gunung Klabat•Taman Laut Bunaken•Air Terjun Laun Dano di Minahasa•Pantai Bentenan•Guha Jepang di Kawangkoan•Guha Purba di Siau•Guha Purba di Talaud•Guha Purba di Minahasa•Guha Purba di Bolaang Mongondow•Benteng Portugis di Amurang•Benteng Portugis di Kema•Batu prasasti Pinabetengan di Tompaso Minahasa•Bukit kasih•Arung Jeram Sungai Nimanga
Contoh Gambar Objek Wisata
Waruga di Minahasa Gua Jepang di Kawangkoan
PAKAIAN ADAT
Pakaian adat kaum pria Sulawesi Utara adalah tutup kepala
(destar), baju model teluk belanga dan celana panjang. Sedangkan wanitanya memakai baju kurung
dan kain panjang. Selain itu dibagian dadanya terdapat hiasan yang khas, dan perhiasan lainnya
berupa subang serta gelang. Pakaian ini berdasarkan adat
Bolaang Mongondow.
RUMAH ADAT
Salah satu contoh rumah adat Sulawesi Utara dinamakan “Rumah
Pewaris”. Rumah ini dihuni oleh para pemimpin maupun rakyat
biasa. Rumah tersebut harus dibuat dari balok atau papak tanpa
sambungan. Kayunya tak boleh bengkok sebagai pelambang
ketulusan lahir dan batin. Atapnya dari daun rumbia dan dikanan kiri
rumah terdapat tangga. Rumah pewaris mempunyai ruang tamu, ruang keluarga, dan kamar kamar.
Kolong rumah tersebut dapat digunakan untuk tempat
menyimpan alat alat pertanian maupun alat alat
perikanan.didepan rumahnya, pada bagian kanan dan kiri masing
masing terdapat sebuah tangga untuk memasuki
rumah, kita harus menaiki tangga yang sebelah kanan, sedangkan untuk keluar dari rumah, kita harus menuruni
tangga yang sebelah kiri. Seluruh rumah terbuat dari
bahan kayu.
Contoh Rumah Adat
Tarian tarian Daerah Sulawesi Utara
TARI
MAENGKET
a. Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan.b. Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda mudi daerah Gorontalo.c. Tapi Panen, tari ini menggambarkan kegembiraan masyarakat Minahasa yang secara gotong royong melaksanakan panen cengkeh dan kopra. Ditarikan oleh sekelompok wanita, garapan tai ini didasarkan atas unsur unsur gerak tari tradisi setempat.d. Tari Cakalele, adalah tari yang melambangkan keprajuritan dan kegagahan.
LAGU DAERAH
•O Ina Ni Keke•Si Patokaan•Esa Mokan•Tahapusang•Kara.
Makanan Khas Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain Tinutuan atau Midal (bubur Manado), Nasi Jaa, Pangi yang lezat, Gulai Ikan Fufu dan Dodol serta Dodol Salak yang langka. Di samping itu Dodol Amurang asal kabupaten Minahasa Selatan yang terkenal, yang dibuat dengan aneka rasa. Di daerah Minahasa terdapat makanan khas yang jarang ditemui di daerah lainnya di Indonesia, seperti rintek wuuk (biasa disebut RW) atau daging anjing, daging ular, daging babi dan paniki (daging kelelawar). Makanan khas lainnya seperti woku blanga. Sementara kuliner khas Sulawesi Utara yang juga sangat terkenal bahkan hingga ke mancanegara adalah Bagea.
TRADISI SULAWESI UTARA
Upacara adat ”Tulude” merupakan hajatan tahunan warisan para leluhur masyarakat Nusa Utara (kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro) di ujung
utara propinsi Sulawesi Utara. Telah berabad-abad acara sakral dan religi ini dilakukan oleh masyarakat etnis Sangihe dan Talaud sehingga tak mungkin dihilangkan atau dilupakan oleh generasi manapun. Tradisi ini telah terpatri dalam khasanah adat, tradisi dan budaya masyarakat Nusa Utara. Bahkan
tradisi budaya ini secara perlahan dan pasti mulai diterima bukan saja sebagai milik masyarakat Nusa Utara, dalam hal ini Sangihe, Talaud dan
Sitaro, tetapi telah diterima sebagai suatu tradisi budaya masyarakat Sulawesi Utara dan Indonesia pada umumnya. Sebab, di mana ada
komunitas masyarakat etnis Sangihe-Talaud, pasti di sana akan ada hajatan Tulude.
Tulude pada hakekatnya adalah kegiatan upacara pengucapan syukur kepada Mawu Ruata Ghenggona Langi (Tuhan yang
Mahakuasa) atas berkat-berkat-Nya kepada umat manusia selama setahun yang lalu. Namun, untuk mencari kepraktisan
pelaksanaannya, banyak kelompok masyarakat menyelenggarakannya tidak sepenuhnya sebagai sebuah bentuk
upacara, tetapi dilaksanakan dalam bentuk ibadah-ibadah syukur, mulai dari tingkat RT, lingkungan, kelurahan, jemaat-jemaat,
organisasi rukun dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Namun, apapun bentuk pelaksanaannya, hakikat dari Tulude itu
sendiri tetap menjadi dasar bagi pelaksanaannya setiap tahun.Pada masa awal beberapa abad lalu, pelaksanaan upacara
adat Tulude dilaksanakan oleh para leluhur pada setiap tanggal 31 Desember, di mana tanggal ini merupakan penghujung dari tahun
yang akan berakhir, sehingga sangat pas untuk melaksanakan upacara Tulude. Pengertian Tulude itu sendiri adalah menolak
atau mendorong dalam hal ini menolak tahun yang lama dan siap menerima tahun yang baru.
Ketika agama Kristen dan Islam masuk ke wilayah Sangihe dan Talaud pada abad ke-19, upacara adat Tulude ini telah
diisi dengan muatan-muatan penginjilan. Bahkan, hari pelaksanaannya yang biasanya pada tanggal 31 Desember,
oleh kesepakatan adat, dialihkan ke tanggal 31 Januari tahun berikutnya. Hal ini dilakukan, karena tanggal 31
Desember merupakan saat yang paling sibuk bagi umat Kristen di Sangihe dan Talaud. Sebab, seminggu
sebelumnya telah disibukkan dengan acara ibadah malam Natal, lalu tanggal 31 Desember disibukkan dengan ibadah akhir tahun dan persiapan menyambut tahun baru. Akibat
kepadatan dan kesibukan acara ibadah ini dan untuk menjaga kekhusukan ibadah gerejawi agar tidak terganggu
dengan upacara adat Tulude, maka dialihkankan tanggal pelaksanaannya menjadi tanggal 31 Januari.
Dalam upacara adat tulude ini, ada berbagai konten adat yang dilakukan. Pertama, dilakukan pembuat kue adat Tamo di rumah seorang tokoh adat semalam sebelum hari pelaksanaan upacara.
Kemudian, persiapan-persiapan pasukan pengiring, penari tari Gunde, tari salo, tari kakalumpang, tari empat wayer, kelompok
nyanyi masamper, penetapan tokoh adat pemotong kue adat tamo, penyiapan tokoh adat pembawa ucapan Tatahulending
Banua, tokoh adat pembawa ucapan doa keselamatan, seorang tokoh pemimpin upacara yang disebut Mayore Labo, dan
penyiapan kehadiran Tembonang u Banua (pemimpin negeri sesuai tingkatan pemerintahan pelaksanaan upacara seperti kepala desa, camat, bupati/walikota atau gubernur) bersama
Wawu Boki (isteri pemimpin negeri)serta penyebaran undangan kepada seluruh anggota masyarakat untuk hadir dengan
membawa makanan untuk acara Saliwangu Banua (pesta rakyat makan bersama).
Waktu pelaksanaan upacara adat Tulude adalah sore hari hingga malam hari selama kurang-lebih 4
jam. Waktu 4 jam ini dihitung mulai dari acara penjemputan kue adat Tamo di rumah pembuatan
lalu diarak keliling desa atau keliling kota untuk selanjutnya dibawa masuk ke arena upacara.
Sebelum kue Tamo ini di bawah masuk ke arena upacara, Tembonang u Banua (Kepala Desa,
Camat, Walikota/Bupati atau Gubernur wajib sudah berada di bangsal utama untuk menjemput
kedatangan kue adat ini
Contoh Gambar