tori pasar modal dan pembentukan portofolio
TRANSCRIPT
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Teori Portofolio
Teori portofolio merupakan teori yang berhubungan mengenai
pengembalian portofolio yang diharapkan dan tingkat risiko portofolio yang dapat
diterima, serta menunjukkan cara pembentukan portofolio yang optimal. Teori
portofolio ini saling berkaitan dengan teori pasar modal yang berdasar pada
pengaruh keputusan investor terhadap harga sekuritas serta menunjukkan
hubungan yang seharusnya terjadi antara pengembalian dan risiko sekuritas jika
investor membentuk portofolio yang sesuai dengan teori portofolio.
Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah return
yang yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang dan
sifatnya belum terjadi. Dengan adanya ketidakpastian (uncertainty) tersebut,
berarti investor akan memperoleh return di masa mendatang yang belum diketahui
persis nilainya. Return ekspektasi dan tingkat risiko mempunyai hubungan yang
positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang
diharapkan, dan sebaliknya.
Konsep dari risiko portofolio pertama kali diperkenalkan oleh Harry M.
Markowitz pada tahun 1950-an. Kemudian dia memenangkan hadiah nobel di
bidang ekonomi di tahun 1990 untuk hasil karyanya tersebut. Markowitz
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa secara umum risiko mungkin dapat dikurangi dengan
menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio.
Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar atau varian yang
merupakan kuadrat dari deviasi standar. Risiko yang diukur dengan ukuran ini
mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang dari rata-
ratanya. Risiko portofolio juga dapat diukur dengan besarnya deviasi standar atau
varian dari nilai return-return sekuritas tunggal di dalamnya. Dengan demikian,
varian return portofolio yang merupakan risiko portofolio dapat dituliskan sebagai
berikut :
Jika return portofolio (Rp) yang ada di atas dan return porotfolio
ekspektasi disubstitusikan, maka menjadi persamaan :
Var(Rp) = E[(a. Ra + b. Rb) – E(a. Ra + b.
Rb)]2
= E[a. Ra + b. Rb – E(a. Ra) – E(b. Rb)]2
= E[a. Ra – a. E(Ra)) + (b. Rb – b. E(Rb))]2
= E[(a. (Ra – E(Ra)) + (b. (Rb – E(Rb))]2
= E[(a2. (Ra – E(Ra))2 + (b2. (Rb - E(Rb))2 + 2.a.b. (Ra –
E(Ra)). (Rb – E(Rb))]
Universitas Sumatera Utara
= a2. E[Ra – E(Ra))]2 + b2. E[Rb – E(Rb)2 + 2.a.b. E(Ra –
E(Ra)). (Rb – E(Rb))]
maka,
Var(Rp) = σp2 = a2. Var(Ra) + b2. Var(Rb) + 2.a.b. (Cov(Ra,Rb)
Kovarian antara return saham A dan B yang ditulis sebagai Cov(Ra, Rb)
atau σRa,Rb, menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai
return sekuritas A dan B. Nilai kovarian positif menunjukkan nilai-
nilai dari dua variabel bergerak kea rah yang sama, yaitu jika satu
meningkat, yang lainnya juga meningkat atau jika satu menurun, yang
lainnya juga menurun. Nilai kovarian yang negatif menunjukkan nilai-
nilai dari dua variabel bergerak kea rah yang berlawanan, yaitu jika
satu meningkat, maka yang lainnya menurun, dan sebaliknya.
Kovarian yang didasarkan pada return-return ekspektasi dari sekuritas
A dan B dapat dihitung dengan rumus :
Cov(Ra,Rb) = σRa,Rb =
dimana :
Cov(Ra,Rb) = kovarian return saham antara saham A dan saham B
Rai = return masa depan antara saham A kondisi ke-i
Rbi = return masa depan saham B kondisi ke-i
Universitas Sumatera Utara
E(Ra) = return ekspektasi saham A
E(Rb) = return ekspektasi saham B
ρi = probabilitas terjadinya masa depan untuk kondisi ke-i
n = jumlah dari kondisi masa depan (i = 1,2,…n)
Konsep dari kovarian dapat dinyatakan dalam bentuk korelasi. Koefisien
korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua variabel relative
terhadap masing-masing deviasinya. Dengan demikian, nilai koefisien korelasi
antara variabel A dan variabel B (rab = ρab) dapat dihitung dengan membagi nilai
kovarian dengan deviasi variabel-variabelnya.
Persyaratan utama untuk dapat mengurangi risiko di dalam portofolio
adalah return untuk masing-masing sekuritas tidak berkorelasi secara positif dan
sempurna. Nilai dari koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai
koefisien korelasi +1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien
korelasi 0 menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1
menunjukkan korelasi negatif sempurna.
Jika dua buah aktiva memiliki return dengan koefisien korelasi +1 (positif
sempurna), maka semua risikonya tidak dapat didiversifikasi atau risiko portofolio
tidak akan berubah sama dengan risiko aktiva individualnya. Jika dua buah aktiva
memiliki return dengan koefisien korelasi -1 (negative sempurna), maka semua
risikonya dapat didiversifikasi atau risiko portofolio akan sama dengan nol. Jika
Universitas Sumatera Utara
koefisiennya di antara +1 dan -1, maka akan terjadi penurunan risiko di
portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua risikonya.
Bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio
yang well-diversified disebut dengan risiko yang dapat didiversifikasikan
(diversifiable risk) atau risiko perusahaan (company risk) atau risiko spesifik
(specific risk) atau risiko unik (unique risk) atau risiko yang tidak sistematik
(unsystematic risk). Karena risiko ini unik untuk suatu perusahaan, yaitu hal
buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal baik yang
terjadi di perusahaan lain, maka risiko ini dapat didiversifikasi di dalam
portofolio. Contoh dari risiko ini adalah pemogokan bruh, tuntutan pihak lain,
dan sebagainya.
Sebaliknya, risiko yang tidak dapat didiversifikasikan oleh portofolio disebut
dengan non-diversifiable risk atau risiko pasar (marke risk) atu risiko umum
(general risk) atau risiko sistematik (systematic risk). Risiko ini terjadi karena
kejadian-kejadian di luar kegiatn perusahaan, seperti inflasi, resesi, dan lain
sebagainya.
1. Diversifikasi
Telah diketahui bahwa risiko yang dapat didiversifikasikan adalah
risiko yang tidak sistemik atau risiko spesifik. Diversifikasi ini sangat penting
untuk investor, karena dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi
return yang diterima. Investor dapat melakukan diversifikasi dengan beberapa
cara, seperti misalnya dengan membentuk portofolio berisi banyak aktiva,
Universitas Sumatera Utara
membentuk portofolio secara random atau diversifikasi denagn metode
Markowitz.
1.1 Diversifikasi dengan Banyak Aktiva
Asumsi yang digunakan di sini adalah bahwa tingkat hasil (rate of return)
untuk masing-masing sekuritas secara statistik adalah independen. Ini berarti
bahwa rate of return untuk satu sekuritas tidak terpengaruhi oleh rate of
return sekuritas lainnya. Dengan asumsi ini, deviasi standar yang mewakili
risiko dari portofolio dapat dituliskan sebagai :
Dari rumus di atas, terlihat bahwa risiko dari portofolio akan menurun
cepat dengan semakin besarnya jumlah sekuritas (n). Semakin banyak
sekuritas yang dimasukkan ke portofolio, semakin kecil risiko portofolionya.
Kenyataannya, asumsi rate of return yang independen untuk masing-masing
sekuritas adalah kurang realistis, karena umunya return sekuritas berkorelasi
satu dengan lainnya.
1.2 Diversifikasi Secara Random
Diversifikasi secara random merupakan pembentukan portofolio dengan
memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa memperhatikan karakteristik dari
Universitas Sumatera Utara
investasi yang relevan misalnya return dari sekuritas itu sendiri. Investor hanya
memilih sekuritas secara acak.
Efek dari pemilihan sekuritas sekuritas secara acak terhadap risiko portofolio
diteliti oleh Fama (1976). Deviasi standar masing-masing sekuritas dihitung
menggunakan data return bulanan dari bulan Juli 1963 sampai dengan Juni 1968.
Sekuritas pertama yang dipilih secara acak mempunyai deviasi standar 11%.
Kemudian sekuritas kedua juga dipilih secara acak dan dimasukkan ke dalam
portofolio dengan proporsi yang sama. Deviasi standar portofolio turun menjadi
sekitar 7,2%. Langkah-langkah yang sama dilakukan sampai dengan 50 sekuritas.
Penurunan risiko portofolio terjadi dengan cepat sampai dengan sekuritas ke 10
hingga ke 15. Setelah sekuritas ke 15, penurunan risiko portofoliomenjadi lambat.
Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan diversifikasi dapat dicapai hanya dengan
sekuritas yang tidak terlalu banyak, yaitu hanya kurang dari 15 sekuritas sudah
dapat mencapai diversifikasi.
1.3 Diversifikasi Secara Markowitz
Sebelumnya telah ditunjukkan bahwa dengan menggunakan metode dari
Markowitz, sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari 1 akan
menurunkan risiko portofolio. Dengan kata lain, saat melakukan diversifikasi,
dianjurkan untuk menghindari saham-saham yang berkorelasi positif, atau pilihlah
saham yang berkorelasi negative. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan
dalam porofolio, semakin kecil risiko portofolio.
Misalnya, saham pabrik semen dan saham properti adalah berkorelasi positif.
Saham Astra Internasional, saham Astra Otopart, dan saham Gajah Tunggal
Universitas Sumatera Utara
(pabrik ban) juga berkorelasi positif karena ketiga jenis saham ini termasuk dalam
satu sektor, yakni sektor otomotif. Jadi, jika sudah memiliki saham semen, jangan
memiliki saham property, dan jika sudah memiliki saham Asttra Internasional
jangan memiliki saham Astra Otopart, dan seterusnya.
Kebaikan dari korelasi positif adalah apabila sekuritas dalam portofolio
sedang naik harganya, maka keuntungang akan menjadi sangat besar. Sementara
keburukannya adalah jika harga sedang turun, kerugian yang besar akan dialami.
Kebaikan dari memiliki sekuritas yang berkorelasi negatif adalah bila yang satu
merugi sementara yang lain untung, maka kita tidak mengalami kerugian total.
2. Pemilihan Portofolio
Di dalam membentuk suatu portofolio, terdapat permasalahan yakni
terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari
kombinasi aktiva berisiko yang tersedia di pasar. Kombinasi ini dapat mencapai
jumlah yang tidak terbatas. Belum lagi kombinasi ini juga memasukkan aktiva
bebas risiko di dalm pembentukan portofolio. Jika terdapat kemungkinan
portofolio yang jumlahnya tidak terbatas, maka akan timbul pertanyaan mana
yang akan dipilih oleh investor. Jika investor adalah rasional, maka mereka akan
memilih portofolio yang optimal. Portofolio optimal dapat ditentukan dengan
menggunakan model Markowitz atau model indeks tunggal. Untuk menentukan
portofolio yang optimal dengan model-model ini, yang pertama kali dibutuhkan
adalah menentukan portofolio yang efisien. Untuk model-model ini, semua
portofolio yang optimal adalah portofolio yang efisien. Karena tiap-tiap investor
memiliki kurva berbeda, portofolio akan berbeda untuk masing-masing investor.
Universitas Sumatera Utara
Investor yang lebih menyukai risiko akan memilih portofolio dengan return yang
tinggi dengan membayar risiko yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan
investor yang kurang menyukai risiko. Jika aktiva tidak berisiko, seperti SBI,
dipertimbangkan, maka aktiva ini dapat merubah portofolio optimal yang
mungkin sudah dipilih oleh investor.
Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan
return ekspektasi terbesar dengan risiko yang sudah tertentu atau memberikan
risiko terkecil dengan return ekspektasi yang sudah tertentu. Portofolio yang
efisien ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan
kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat risiko yang tertentu
kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang rasional akan
memilih portofolio yang efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk
dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko
portofolio.
2.1 Portofolio Optimal Berdasarkan Model Markowitz
Model Markowitz menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Waktu yang digunakan hanya satu periode.
2. Tidak ada biaya transaksi.
3. Preferensi investor hanya didasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari
portofolio.
4. Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko
Universitas Sumatera Utara
Asumsi bahwa preferensi investor hanya didasarkan pada return
ekspektasi dan risiko dari portofolio secara implisit menganggap
bahwa investor memiliki fungsi utiliti yang sama. Pada kenyataannya
tiap-tiap investor mempunyai fungsi utiliti yang berbeda. Jika
preferensi investor terhadap portofolio berbeda karena mereka
mempunyai fungsi utiliti yang berbeda.
Demikian juga jika tersedia pinjaman dan simpanan bebas risiko,
maka optimal portofolio akan dapat berbeda seandainya pinjaman dan
simpanan bebas risiko ini tidak tersedia. Model Markowitz ini tidak
mempertimbangkan hal ini. Jika investor hanya mempertimbangkan
risiko portofolio yang terkecil tanpa mempertimbangkan simpanan dan
pinjaman bebas risiko dan investor diasumsikan sebagai risk-averse
individu.
2.2 Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Single-Index
Model)
Terdapat banyak model untuk pengambilan keputusan investasi sekuritas.
Ketika memilih investasi sekuritas dalam bentuk saham, obliasi, Reksa dana, atau
indeks pasar, investor selalu mempertimbangkan dua hal, yakni risk dan return.
Untuk dapat menghitung retun, investor harus mengetahui keberadaan
undervalued atau overvalued securities, dan untuk tujuan itu banyak model yang
digunakan. Risk dan return analysis dari Harry Markowitz (1952) yang kemudian
dikembangkan oleh Jack Treynor (1965), William Sharpe (1966), Michael Jensen
(1968), dan Treynor & Black (1973) merupakan suatu cara yang objektif untuk
Universitas Sumatera Utara
memprediksi harga atau return sekuritas karena didasarkan pada data riil masa
sebelumnya yang kemudian dirata-ratakan dan diolah.
William Sharpe (mengembangkan model yang disebut dengan model
indeks tunggal. Model ini dapat digunakan untuk menyederhanakan perhitungan
di model Markowitz dengan menyediakan parameter-parameter input yang
dibutuhkan di dalam perhitungan model Markowitz. Di samping itu, model ini
dapat juga digunakan untuk menghitung return ekspektasi dan risiko portofolio.
Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas
berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus, dapat diamati
bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan jika indeks harga
saham naik. Kebalikannya juga benar. Hal ini menyarankan bahwa return-return
dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common
response) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar.
Perhitungan untuk menentukan portofolio optimal sangat dimudahkan jika
hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu
sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut
adalah rasio antara ekses return dengan Beta. Excess return didefinisikan sebagai
selisih return ekspektasi dengan return aktiva bebas risiko. Excess return to Beta
ini mengukur kelebihan return relative terhadap satu unit risiko yang tidak dapat
didiversifikasikan yang diukur dengan Beta. Rasio ini juga menunjukkan
hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko.
Portofolio yang optimal akan berisi dengan aktiva-aktiva yang mempunyai
nilai rasio tinggi. Aktiva-aktiva dengan hasil rasio yang rendah tidak akan
Universitas Sumatera Utara
dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Dengan demikian, diperlukan sebuah
titik pembata (cut-off point) yang menentukan batas nilai rasio berapa yang
dikatakan tinggi.
B. Saham
1. Pengertian Saham
Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas. Saham suatu perusahaan didaftarkan dibursa efek
dengan berbagi alasan diantaranya adalah untuk ekspansi usaha,
membayar utang atau membiayai kegiatan operasional perusahaan
yang tidak dapat tertutupi dari pendapatan perusahaan.
Saham yang didaftarkan tersebut kemudian dibeli oleh investor
untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diberikan oleh
saham adalah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dan capital
gain yang diperoleh investor ketika menjual kembali saham tersebut.
Dividen adalah pembagian yang diberikan perusahaan penerbit
saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut
(Darmadji, 2001). Besar dividen yang dibayarkan perlembar saham
ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor
yang ingin mendapatkan dividen harus setidaknya memegang saham
perusahaan sampai periode dimana pembayaran dividen dilakukan.
Umumnya dividen adalah daya tarik perusahaan sehingga investor
Universitas Sumatera Utara
berniat menahan kepemilikan saham (investor dengan orientasi jangka
panjang). Dividen yang dibayarkan dapat berupa tunai atau berupa
saham. Dividen tunai artinya pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk stiap lembar
saham yang dimiliki. Dividen saham berarti setiap pemegang saham
diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen
saham.
Capital gain merupakan selisih antara harga beli investor atas
suatu saham perusahaan dengan harga jual saham dilantai bursa.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham
dipasar sekunder. Umunya investor dengan orientasi jangka pendek
mengejar keuntungan dari kepemilikan saham sebagai capital gain.
Misalnya investor membeli saham dipagi hari dan kemudian
menjualnya lagi di siang hari jika saham mengalami kenaikan harga.
Selain keuntungan keuntungan berupa capital gain tersebut,
pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan saham
bonus. Saham bonus merupakan saham yang dibagikan perusahaan
kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio
saham adalah selisih harga jual terhadap harga nominal saham tersebut
pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
Karena dikenal dengan karakteristik high risk – high return,
saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang
Universitas Sumatera Utara
keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Risiko yang
dapat dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, adalah seperti
capital loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu
mendapatkan keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
pemodal harus menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah
dari harga beli. Dengan demikian, investor mengalami capital loss.
Dalam jual beli saham, terkadang untuk mengahindari potensi
kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga
saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga
rendah, yang disebut dengan cut loss.
Di samping risiko capital loss, seorang pemegang saham juga
masih dihadapkan dengan potensi risiko seperti perusahaan bangkrut
atau dilikuidasi. Bila perusahaan tersebut bangkrut, maka otomatis
berdampak langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai
dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia, maka
jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis
saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist.
Suatu saham yang didelist dari Bursa umunya memiliki kinerja yang
buruk, misalnya dalam waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya
sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Adanya risiko berupa di suspend alias dihentikannya perdagangan
saham tertentu oleh otoritas Bursa juga merupakan ancaman lain bagi
para investor. Bila saham tersebut telah di suspend, maka para investor
tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend
biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi
perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung
dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan
otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga
yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh krediturnya, atau
berbagai kondisi lain yang mengharuskan. Jika telah didapatkan suatu
informasi yang jelas dari perusahaan tersebut, maka suspend atas
saham tersebut dapat dicabut oleh bursa atau saham tersebut dapat
diperdagangkan lagi seperti semula.
2. Jenis Saham
Saham yang dikenal sehari-hari adalah saham biasa (common
stock) tetapi ada juga jenis saham yang lainnya. Ada beberapa sudut
pandang untuk membedakan saham:
2.1 Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
a. Saham Biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan
pemiliknya berada diurutan paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas
harga kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Saham Preferen (prefered stock), yaitu saham yang memiliki
karakteristik gabungan obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan
pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi bis juga tidak mendatangkan hasil
seperti yang dikehendaki investor.
Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal,
yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh
tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan mendapat
dividen. Sedangkan persamaannya antara saham preferen dengan
obligasi terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva
sebelumnya; dividennya tetap selama masa berlaku dari saham;
memilki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan
saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan
hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham
preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap
dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar.
2.2 Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas:
a. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor
lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang
diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b. Saham Atas Nama (registered stocks), yaitu saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur
tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dibedakan atas:
a. Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memilki pendapatan yang stabil
dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh
perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang
lebih tinggi dan secara teratur mampu membayarkan dividen tunai. Emiten ini
tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga
saham.
c. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang
memiliki pertumbuhan pendapatan yamg tinggi sebagai leader di industri sejenis
yang memiliki reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-
known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun
memiliki cirri growth stocks.
d. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan tinggi dimasa mendatang.
e. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh
kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi
ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan
dividen yang tinggi sebagaimana akibat dari kemampuan emiten memperoleh
Universitas Sumatera Utara
penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak
dalam produk yang sangat atau selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok,
consumer goods. Ada juga literatur yang menyebutkan saham jenis ini dengan
nama defensive stocks.
f. Cyclical Stocks, yaitu saham emitien yang mempunyai masa
kemakmuran pada masa-masa tertentu saja. Misalnya, perusahaan yang
memproduksi perlengkapan sekolah akan menghasilkan penjualan penjualan pesat
menjelang tahun ajaran baru dimulai perusahaan yang memproduksi perlengkapan
sekolah akan kebanjiran order. Begitu juga dengan perusahaan yang
memproduksi seragam sekolah.
g. Junk Stocks, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang tidak
memiliki manajemen yang baik dan seringkali mengalami kerugian. Perusahaan
seperti ini memiliki uang yang banyak dan tidak memiliki produk yang
berprospek cerah. Kalaupun pernah membagikan dividen jumlahnya kecil dan
seringkali dilakukan karena dipaksa akibat adanya peraturan.
3. Indeks Harga Saham
Jenis-jenis Indeks Harga Saham di Bursa Efek Indonesia:
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Perhitungannya menggunakan semua saham yang tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks dimana satuan perubahan indeks dinyatakan
dengan satuan poin.
Universitas Sumatera Utara
b. Indeks Individual
Indeks individual menggunakan indeks harga masing-masing
saham terhadap harga dasarnya. Perhitungan indeks ini menggunakan
prinsip yang sama dengan IHSG yaitu: Harga pasar / Harga dasar x
100%
Dimana:
IHST = Indeks saham periode t
NPt = Nilai pasar pada hari ke-t
ND = Nilai Dasar
c. Indeks Harga Saham Sektoral
Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 januari 1996 dari BEJ, indeks
sektoral terdapat 9 sektor. Menggunakan semua saham yang termasuk
dalam masing-masing sektor:
a. Sektor-sektor primer (ekslaratif)
1. Pertanian
2. Pertambangan
Universitas Sumatera Utara
b. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur)
3. Industri dasar dan kimia
4. Aneka Industri
5. Industri barang konsumen
c. Sektor-sektor tertier (jasa)
6. Properti dan real estate
7. Transportasi dan infrastruktur
8. Keuangan
9. Perdagangan, jasa dan investasi
d. Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu
kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Indeks ini
terdiri dari 45 saham / emiten dengan likuiditas yang tinggi, yang dipilih setelah
melalui beberapa kriteria pemilihan saham. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi
atas saham tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar.
Berikut adalah kriteria tertentu dan seleksi utama sebuah saham untuk
masuk dalam LQ45:
Universitas Sumatera Utara
1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular
(rata–rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
2. Ranking berdasar kapitalis pasar (rata – rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan
terakhir).
3. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan.
4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan
jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
BEJ secara rutin memantau perkembangan komponen saham yang masuk
dalam perhitungan indeks LQ45. Pergantian saham akan dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan awal bulan Agustus.
Indeks LQ45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai Hari
Dasar, dengan Nilai Dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar Juli 1993
– Juli 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut meliputi 72% total market kapitalisasi
pasar dan 72,5 % dari nilai transaksi di pasar reguler.
e. Indeks Jakarta Islamic (JII)
Merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI, indeks ini
merupakan indeks yang mengakomodasikan syariat-syariat investasi dalam islam
atau indeks yang berdasarkan Syariah Islam. Dalam indeks ini terdapat 30 saham
pilihan yang telah memenuhi syarat menurut Syariah Islam, sebagai tolak ukur
saham-saham yang dihalalkan dalam melakukan jual beli saham.
C. Valuasi Harga Wajar Saham
Universitas Sumatera Utara
1. Valuasi Saham Preferen
Dalam menghitung harga wajar saham preferen relatif mudah, yaitu
dengan mendiskontokan (discounting) dividen ke nilai sekarang (present value)
dengan required rate of return selama periode waktu yang tidak terhingga
(infinite) atau selama memiliki saham preferen tersebut. Rumusnya adalah
Vp
= D/k
dimana:
Vp
= Nilai intrinsik (nilai wajar) saham preferen
D = Dividen tetap
k = required rate of return atau discount rate
2. Valuasi Saham Biasa
Penilaian (valuation) adalah proses penentuan proses penentuan berapa harga
yang wajar untuk suatu saham (Parahita,2008). Harga saham atau nilai saham
merupakan nilai sekarang dari aliran kas di masa mendatang. Harga saham atau
nilai saham dapat ditentukan berdasarkan nilai buku (book value), nilai pasar
(market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku (book value)
merupakan nilai yang tertera dalam neraca yang dihitung dengan cara membagi
total seluruh ekuitas atau modal sendiri dengan jumlah lembar saham yang
beredar (outstanding shares). Harga pasar atau nilai pasar merupakan harga jual
saham di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau sering disebut dengan nilai teoritis
Universitas Sumatera Utara
adalah harga yang ditentukan setelah mempertimbangkan faktor-faktor
mempengaruhi saham.
Tujuan utama analisis nilai intrinsik adalah untuk mengetahui harga
sesungguhnya dari suatu saham pada periode tertentu dengan mempertimbangkan
faktor-faktor fundamental keuangan suatu perusahaan sehingga diketahui
sekuritas tersebut apakah undervalued, overvalued, atau pun wajar.
Sekuritas yang ternyata undervalued berarti pasar gagal atau tidak
menemukan adanya faktor-faktor yang membenarkan harganya harus tinggi.
Artinya nilai sekuritas lebih tinggi daripada harga jualnya. Segera setelah
masyarakat investor menyadari situasi tersebut, misalnya karena manajemen
mengumumkan EPS (earning per share) lebih tinggi dari yang diharapkan, para
investor akan membeli saham dan akan memaksa harga naik.
Perseorangan atau perusahaan yang menjual saham pada waktu
undervalued akan mendapat keuntungan (capital gain) tetapi investor yang
menjual pada saat saham overvalued akan menderita kerugian (capital loss).
Sementara investor yang sebelumnya telah memiliki saham dalam portofolionya,
jika saham overvalued, maka ia akan segera melepasnya (cut loss) dan jika
undervalued akan tetap mempertahankannya (hold). Adalah bijaksana untuk tidak
membeli saham overvalued sebab cepat atau lambat akan terjadi koreksi pasar.
Dalam melakukan analisis dan memilih saham, terdapat dua aspek atau
pendekatan yang sering digunakan, yakni aspek fundamental dan aspek teknikal.
Analisis fundamental berpendapat bahwa suatu sekuritas memiliki nilai intrinsik
tertentu (nilai yang seharusnya). Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan oleh
Universitas Sumatera Utara
faktor-faktor fundamental yang berasal dari dalam perusahaan, industri maupun
keadaan perekonomian makro. Analisis fundamental akan membandingkan nilai
intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga
pasar sekuritas sudah benar- benar mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka akan ditentukan strategi investasi,
apakah dibeli, dijual atau dipertahankan.
Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga sekuritas akan dipengaruhi
oleh kinerja perusahaan, misalnya tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan,
kebijakan dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), manajemen, kinerja,
laba usaha, dan lain-lain.
Analisis teknikal memulai analisisnya dengan (hanya) memperhatikan
perubahan harga sekuritas itu sendiri dari waktu ke waktu. Para pendukung
pendekatan ini berpendapat bahwa faktor-faktor fundamental dari suatu sekuritas
tercemin dalam harga sekuritas.
Analisis teknikal didasarkan pada anggapan bahwa harga suatu sekuritas
akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap sekuritas tersebut. Oleh
karena itu, teknik-teknik analisis dalam pendekatan ini dirancang untuk mengukur
kedua aspek, yakni permintaan dan penawaran. Analisis teknikal didasarkan pada
beberapa asumsi dasar, yaitu :
1. Harga sekuritas akan ditentukan oleh onteraksi antara permintaan dan
penawaran sekuritas.
Universitas Sumatera Utara
2. Penawaran dan permintaan sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik yang rasional maupun irrasional.
3. Perubahan harga sekuritas cenderung bergerak pada satua rah tertentu (trend).
4. Pergeseran penawaran dan permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah
perubahan harga.
5. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lampau akan terulang kembali pada
masa yang akan datang.
Pada hakekatnya, penilaian saham melalui analisis fundamental dapat
dibedakan menjadi dua metode, yaitu pendekatan nilai sekarang (present value
approach) dan pendekatan Price Earning Ratio (P/E Ratio). Pendekatan nilai
sekarang menganggap bahwa harga teoritis (intrinsik) saham merupakan total
nilai sekarang dari seluruh aliran kas yang akan diterima selama periode
pemegangan saham (holding period). Sementara itu, penghitungan harga teoritis
saham dengan pendekatan P/E Ratio dilakukan dengan menentukan harga dari
setiap Rupiah pendapatan yang akan diterima.
Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba
(capitalization income method), karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai
masa depam yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya
bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa
mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan aliran kas di masa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan
menjadi nilai sekarang.
Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan.
Arus kas merupakan kas yang diterima oleh perusahaan emiten. Sebagai alternatif
dari arus kas, laba perusahaan (earnings) juga dapat digunakan untuk menghitung
nilai intrinsik. Earnings yang diperoleh perusahaan dapat ditahab sebagai sumber
dana internal (retained earnings) atau dibagikan dalam bentuk dividen. Arus
dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh investor. Dengan
alasan bahwa dividen merupakan satu-satunya arus pendapatan yang diterima oleh
investor, model diskonto dividen (Dividend Discount Model) dapat digunakan
sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk menghitung nilai intrinsik
saham.
Penilaian harga wajar saham dengan menggunakan pendekatan dividen
ini dapat dibedakan menjadi :
1. Model Tanpa Petumbuhan (zero growth model)
Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak
akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang dibayarkan
akan tetap sama dari waktu ke waktu. Jika perusahaan membayar dividen secara
konstan yang nilainya sama dari waktu ke waktu, yaitu sebesar D, maka nilai
intrinsik harga saham menjadi :
Universitas Sumatera Utara
dan dapat disederhanakan menjadi :
dimana :
D = Dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama periode
pembayaran dividen dimasa datang.
k = Tingkat return yang diisyaratkan.
2. Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Model)
Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan
dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas.
Jika dividen periode awal adalah D0, maka dividen periode kesatu adalah D0(1+g)
dan periode kedua adalah D0 (1+g) (1+g) atau D0(1+g)2 dan seterusnya. Untuk
kasus pembayaran dividen yang bertumbuh secara konstan ini, rumus nilai
intrinsik saham menjadi :
Rumus ini disederhanakan menjadi :
Universitas Sumatera Utara
dimana :
Po = nilai intrinsik atau nilai teoritis saham
D = dividen yang diharapkan pada tahun n
K = required rate of return yang dihasilkan melalui CAPM
g = pertumbuhan dividen
3. Model Pertumbuhan Berganda atau Supernormal (multiple growth
model)
Asumsi perusahaan akan membayarkan dividen secara konstan dalam
kenyataannya kadangkala kurang tepat karena pada beberapa tahun awal selama
masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayarkan
dividen dengan pertumbuhan di atas normal dan setelah melewati masa
pertumbuhan fantastis di tahun awal tersebut, pertumbuhan tingkat dividen (g)
yang akan dibayarkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dibanding
masa sebelumnya dan selanjutnya akan bertumbuh secara tetap. Proses ini
menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan dividen tidak
konstan adalah sebagai berikut :
dimana :
Po = harga intrinsik saham
Universitas Sumatera Utara
D0 = dividen saat ini
gt = pertumbuhan dividen di atas normal
gc = pertumbuhan dividen normal
k = required rate of return
n = periode pertumbuhan dividen di atas normal
dn = dividen pertumbuhan normal
Selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai
intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings).
Salah satu metode nya adalah Relative Valuation Techniques.Melalui pendekatan
ini, dikenal beberapa metode, yaitu Price Earnings Ratio, Price Book Value atio,
dan Price Dividend Ratio. Dalam penelitian ini, penulis hanya memakai metode
Price Earnins Ratio atau disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier
dalam mengadakan valuasi terhadap harga saham.
P/E Ratio menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini
menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan
dari earnings. Misalnya nilai P/E Ratio adalah lima, maka ini menunjukkan
bahwa harga saham perusahaan merupakan kelipatan dari lima kali earnings
perusahaan tersebut. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings tahunan
dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai P/E Ratio
sebesar lima juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali
selama lima tahun. Rumus P/E Ratio dapat djelaskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
dimana :
D1/E1 = rasio pembayaran dividen terhadap earnings (disebut dividend
payout ratio)
k = tingkat keuntungan yang diharapkan
g = tingkat pertumbuhan dividen normal
Rumus di atas menunjukkan faktor-faktor yang menentukan besarnya
P/E Ratio , yaitu:
1. P/E Ratio berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen
terhadap earnings (dividend payout ratio).
2. P/E Ratio berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian atau
keuntungan yang diharapkan.
3. P/E Ratio berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen.
D. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Assets Pricing Model (CAPM) dikembangkan pertama
kali pada tahun 1960 oleh William F. Sharpe, Lintner, dan Mossin.
CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat return
Universitas Sumatera Utara
yang diharapkan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari aset
tersebut pada kondisi pasar yang seimbang (Tandelilin, 2001:90).
CAPM didasari oleh teori portofolio yang dikemukakan oleh Markowitz.
Berdasarkan model Markowitz, masing-masing investor diasumsikan akan
mendiversifiksikan portofolionya dan memilih portofolio yang optimal atas dasar
preferensi investor terhadap return dan resiko, pada titik-titik portofolio yang
terletak di sepanjang garis portofolio efisien. Disamping asumsi itu, ada beberapa
asumsi lain dalam CAPM yang dibuat untuk menyederhanakan realitas yang ada,
yaitu:
1. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return dimasa
depan yang identik, karena mereka mepunyai harapan atau ekspektasi yang
hampir sama. Semua investor menggunakan sumber informasi seperti tingkat
return, varians return, dan matriks korelasi yang sama dalam kaitannya dengan
pembentukan portofolio yang efisien.
2. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu
tahun.
3. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan
(lending) uang pada tingkat return yang bebas risiko (risk-free rate of return).
4. Tidak ada biaya transaksi
5. Tidak ada pajak pendapatan.
6. Tidak ada inflasi.
Universitas Sumatera Utara
7. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satu pun investor yang
dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas. Semua investor adalah price-taker.
8. Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium)
Model CAPM merupakan model yang bisa menggambarkan atau
memprediksi realitas dipasar yang bersifat kompleks, meskipun bukan kepada
realitas asumsi-asumsi yang digunakan. Oleh karena itu, CAPM sebagai sebuah
model keseimbangan bisa membantu kita menyederhanakan gambaran realitas
hubungan return dan risiko dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks.
Jika semua asumsi diatas terpenuhi maka akan terbentuk suatu pasar yang
seimbang. Dalam kondisi pasar yang seimbang, investor tidak akan bisa
memperoleh return abnormal (return ekstra) dari tingkat harga yang terbentuk,
termasuk bagi investor yang melakukan perdagangan spekulatif. Oleh karena itu,
kondisi tersebut akan mendorong semua investor untuk memilih potorfolio pasar,
yang terdiri dari semua aset berisiko yang ada. Portofolio pasar tersebut akan
berada pada garis permukaan efisien (efficient frontier) dan sekaligus merupakan
portofolio yang optimal.
Apa yang bisa dijadikan ukuran portofolio pasar? Berdasarkan model
CAPM, portofolio pasar seharusnya meliputi semua aset berisiko yang, baik itu
aset financial (obligasi, opsi, future dan sebagainya) maupun aset riil (emas, real
estate). Tetapi dalam kenyataannya hal itu sulit dilakukan karena jumlahnya yang
banyak sekali dan tidak mungkin diamati satu persatu. Untuk itu, diperlukan suatu
proksi portofolio pasar, yang bisa diwakili oleh portofolio yang terdiri dari semua
saham yang ada di pasar. Proksi ini bisa diwakili oleh nilai indeks pasar, seperti
Universitas Sumatera Utara
Indeks Pasar Gabungan (IHSG) ataupun LQ45 (harga satuan untuk sekuritas yang
paling aktif) untuk kasus di Indonesia. Untuk selanjutnya indeks pasar inilah yang
digunakan sebagai portofolio pasar. Portofolio tersebut merupakan portofolio
yang terdiri dari aset berisiko, dan risiko portofolio akan diukur dengan
menggunakan nilai standar deviasi pasar (σm).
Menurut teori CAPM tingkat pendapatan yang diharapkan dari sekuritas
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
dimana :
ks = tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas yang
mengandung risiko (required rate of return).
Rf = tingkat pendapatan bebas risiko.
β = tolak ukur risiko yang tidak bisa terdiversifikasi dari surat
berharga
E(Rm) = tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar
(expected return).
E(Rm) - Rf = premi risiko
E. Beta (β)
Risiko (risk) didefinisikan dalam kamus Webster sebagai suatu halangan,
gangguan, eksposur terhadap kerugian atau kecelakaan. Jadi, resiko diartikan
Universitas Sumatera Utara
sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan (Brigham,
2004).
Risiko sistematik adalah bagian dari risiko sekuritas yang tidak dapat
dihilangkan dengan membentuk portofolio atau didiversikfikasi. Risiko sistematik
ini dimiliki atau melekat pada semua perusahaan, karena disebabkan oleh faktor
makro ekonomi, misalnya inflasi dan tingkat suku bunga.
Sumber risiko dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu risiko yang sistematis
merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan dan risiko
tidak sistematis yang merupakan risiko yang mempengaruhi sekelompok kecil
perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa risiko sistematik suatu saham
merupakan indikator yang menunjukkan sensivitas pergerakan return saham
terhadap pergerakan return saham-saham lainnya di pasar. Adanya kaitan antara
saham individual dengan pasar membawa pemikiran bahwa besarnya risiko
sistematik suatu saham seharusnya diperkirakan dari aspek fundamental
perusahaan dengan karakteristik pasar. Jika aspek fundamental keuangan tersebut,
maka akan sangat membantu investor dalam menganalisa kepekaan pergerakan
return saham terhadap pergerakan saham. Faktor-faktor fundamental keuangan
merupakan data akuntansi berupa rasio-rasio yang dapat membantu investor untuk
memprediksi risiko saham.
Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta (β).
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau
return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-I mengukur volatilitas
return sekuritas ke-I dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas
Universitas Sumatera Utara
return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian, beta merupakan
pengukur risiko sistemik dari suatu sekuritas relative terhadap risiko pasar
(Jogiyanto, 2003:265-266).
Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari retrun-return suatu
sekuritas dalam suatu periode waktu tertentu. Jika fluktuasi return-return
sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi dari retrun-return pasar, maka beta
dari sekuritas tersebut dinyatakan bernilai satu. Misalnya apabila return pasar naik
sebesar 5%, maka investor akan mengharapkan kenaikan return sekuritasnya
sebesar 5% pula. Beta suatu saham lebih besar dari satu (β>1) berarti saham
tersebut memiliki risiko lebih tinggi dari risiko rata-rata pasar atau return
sekuritas lebih besar dari return pasar (IHSG) dan saham tersebut termasuk saham
agresif. Sebaliknya, suatu beta suatu saham lebih kecil dari satu (β <1) berarti
saham tersebut memiliki risiko lebih rendah dari risiko rata-rata pasar atau return
sekturitas lebih rendah dari return pasar (IHSG), dan saham tersebut termasuk
saham defensif.
Beta dapat juga dihitung dengan menggunakan teknik regresi. Teknik
regresi untuk mengestimasi Beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan
menggunakan return-retun sekuritas sebagai variabel dependen dan return-return
pasar sebagai variabel independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data
time series ini akan menghasilkan koefisien Beta yang diasumsikan stabil dari
waktu ke waktu selama masa periode observasi. Jika Beta sifatnya adalah stabil,
semakin lama periode observasi yang digunakan di persamaan regresi, semakin
baik hasil dari Beta (karena kesalahan pengukurannya semakin lebih kecil). Akan
Universitas Sumatera Utara
tetapi, bila periode observasi terlalu lama, anggapan Beta konstan dan stabil
kurang tepat, karena sebenarnya Beta berubah dari waktu ke waktu.
Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi Beta dapat
didasarkan pada model indeks-tunggal atau model pasar dengan menggunakan
model CAPM. Jika digunakan model indeks tunggal atau model pasar, Beta dapat
dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
Dari persamaan di atas, koefisien βi merupakan Beta sekuritas ke-I yang
diperoleh dari teknik regresi. Variabel acak ei di persamaan regresi menunjukkan
bahwa persamaan linier yang dibentuk mengandung kesalahan.
Beta dapat juga dihitung dengan menggunakan model CAPM. Model
CAPM ini dapat dituliskan :
dimana :
Ri = return sekuritas ke-i
RBR = return sekuritas bebas risiko
RM = return portofolio pasar
βi = beta sekuritas ke-i
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengaplikasikan model CAPM ini ke persamaan regresi, maka
nilai RBR perlu dipindahkan ke sebelah kiri persamaan menjadi :
Secara definisi, Beta merupakan pengukur volatilitas antara return-
return pasar. Jika volatilitas ini diukur dengan kovarian, maka kovarian return
antara sekuritas ke-I dengan return pasar adalah sebesar σiM. Jika kovarian ini
dihubungkan relatif terhadap risiko pasar (yaitu dibagi dengan varian return pasar
atau σM2), maka hasil ini akan mengukur risiko sekuritas ke-i relatif terhadap
risiko pasar atau disebut dengan Beta.
Dengan demikian, Beta dapat dihitung dengan rumus :
Atau dapat diuraikan sebagai berikut :
Beta saham berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat keberanian investor
dalam menanggung risiko dan dapat mengindikasikan tingkat
kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Semakin
berani seorang investor menanggung risiko, dia akan memilih saham-
saham agresif (saham yang memiliki beta lebih dari satu). Dalam
penelitiannya, penulis akan menggunakan rumus diatas dalam mencari
Beta sekuritas.
Universitas Sumatera Utara
F. Berinvestasi di Pasar Saham
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam berinvestasi
di pasar saham (Tambunan, 2007), yaitu:
1. Memilih saham yang undervalued
Bijaksana jika memilih saham yang mempunyai pengalaman memberikan
earnings yang konsisten dan growing earning yang cepat. Nilai saham yang
lebih tinggi dari harganya maka harga disebut undervalued dan saham ini
adalah kandidat yang dipilih. Saham yang undervalued akan memberikan
kesempatan sebagai winner dan menghindari dari risiko bila dibandingkan
dengan harga saham yang overvalued.
Bila harga pasar saham > harga pasar,
maka harga saham undervalued strategi beli (buying).
Bila harga pasar saham < harga pasar,
maka harga saham overvalued strategi jual (selling) dan
strategi mempertahankan (holding).
2. Berinvestasi dalam jangka panjang
Time horizon panjang akan menyebabkan compounding effect dapat
bekerja secara optimum. Sentimen dan tekanan jangka pendek yang
mengaburkan dapat dinetralisir dengan investasi jangka panjang. Investasi
Universitas Sumatera Utara
dalam satu tahun merupakan pilihan yang cukup baik bagi para investor dan
lebih pendek untuk para spekulator.
3. Gunakan pialang yang bonafit
Ada empat jenis pialang dalam pasar modal, yaitu : (1) perantara, (2)
penasihat investasi, (3) manajemen investasi, dan (4) underwriter (penjamin
emisi). Memilih salah satu di antara pialang-pialang di Indonesia perlu diingat
bahwa pialang yang berpengalaman dan dapat dipercaya sesuai dengan
kebutuhan, didukung oleh permodalan yang cukup dengan sistem operasional
yang baik serta fasilitas kemudahan akan amat membantu investor melakukan
investasinya.
4. Memilih saham yang aman
Harga beberapa saham bagaikan sebuah yoyo yang naik turun contihnya
saham perbankan yang selalu berfluktuasi (tidak stabil), tetapi ada pula saham
yang selalu stabil tenang dan tidak terlalu berfluktuasi, contohnya saham-
saham yang berada di Indeks LQ45. Kelompok saham pertama mempunyai
volatilitas tinggi sebagai pencerminan kekhawatiran dan ketidakpastian di
masa depan, sedangkan kelompok lainnya mempunyai track records earnings
performance yang stabil. Volatilitas harga dan peningkatan risiko yang
disebabkan oleh berbagai macam hal seperti rumor, politik, bencana alam,
kondisi keamanan, dan lain sebagainya yang menimbulkan kekalutan dan
ketidakpastian.
5. Membeli saham yang menawarkan buyback
Universitas Sumatera Utara
Buyback artinya ada opsi yang dibeli kembali oleh emiten yang mengeluarkan
saham tersebut. Opsi ini menjadi suatu tawaran yang menarik dan
menjanjikan di masa depan. Strategi buyback ini sering digunakan oleh emiten
untuk meningkatkan harga.
G. Penelitian Terdahulu
Andrian Lorand Manurung (2008) melakukan penelitian dengan judul
“Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk” menyimpulkan
bahwa :
1. Hasil harga saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang divaluasi
dengan Dividend Discounted Model (DDM) pertumbuhan supernormal periode
2002 – 2003 dinilai wajar, sedangkan periode 2004 – 2006 dinilai tidak wajar dan
harga saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang divaluasi dengan P/E Ratio
periode 2002 – 2006 dinilai wajar.
2. Harga wajar saham PT Telekomunikasi, Tbk yang dihitung dengan DDM
pertumbuhan supernormal dan P/E Ratio tidak memiliki beda yang signifikan
terhadap harga pasar saham.
Erawan (2002) melakukan penelitian dengan judul “Penilaian
Harga Saham Pada Sektor Industri Rokok Yang Go Public Selama
Tahun 1995-1999 Dengan Menggunakan Analisa Fundamental Price
Eaning Ratio (PER)” menemukan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
1. Berdasarkan harga wajar saham PT.BAT Indonesia,Tbk maka dapat
disimpulkan bahwa nilai pasar untuk saham BAT Indonesia selama bulan Januari
hingga April 2000 lebih tinggi (overvalued) dibandingkan dengan nilai intrinsik
dari saham tersebut. Sedangkan untuk periode Mei hingga Juli 2000, saham BAT
Indonesia jika dilihat memiliki harga pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya
(undervalued). Pada bulan Agustus 2000 harga pasar saham BAT Indonesia
mengalami kesamaan nilai (correctly valued) dengan nilai intrinsik saham
tersebut.
2. Penilaian Harga Saham PT Gudang Garam dan PT HM Sampoerna dapat
disimpulkan bahwa saham-saham perusahaan tersebut selama periode Januari
hingga Agustus 2000 memiliki nilai pasar yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan nilai intrinsik saham PT.Gudang Garam dan PT.HM Sampoerna.
3. Saham untuk PT Gudang Garam dan PT.HM sampoerna layak untuk
dijadikan investasi karena bila nilai intrinsik saham tersebut lebih besar dari harga
pasarnya maka investasi akan menghasilkan keuntungan bagi investor. Sedangkan
saham PT.BAT Indonesia tidak layak untuk dijadikan investasi karena harga
saham yang tidak stabil dan harga saham yang selalu tinggi.
I Putu Darma Putra (2009) mengadakan penelitian dengan
judul “ Analisis Valuasi Saham pada PT Indofood Sukses Makmur
Tbk, PT Gudang Garam Tbk, dan PT Unilever Tbk” dengan
kesimpulan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
1. Dari perhitungan yang telah dilakukan maka estimasi nilai intrinsik
saham ketiga perusahaan tersebut periode 30 Juni 2009 adalah sebagai berikut.
Saham INDF Jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow diperoleh
sebesar Rp 258,45 dengan pendekatan Relative Valuation diperoleh sebesar Rp
2.032,61 dan dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model diperoleh sebesar
Rp 214,60. Sedangkan untuk saham GGRM Jika dihitung dengan pendekatan
Discounted Cash Flow diperoleh sebesar Rp 1.980,17 dengan pendekatan Relative
Valuation diperoleh sebesar Rp 27.423,61 dan dengan pendekatan Capital Asset
Pricing Model diperoleh sebesar Rp 2.280,63. Dan yang terakhir untuk saham
UNVR Jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow diperoleh sebesar
Rp 8.157,79 dengan pendekatan Relative Valuation diperoleh sebesar Rp 446,96
dan dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model diperoleh sebesar Rp
2.873,06.
2. Saham INDF dan GGRM berada dalam kondisi Overvalued jika dihitung
dengan pendekatan Discounted Cash Flow dan Capital Asset Pricing Model.
Namun jika dihitung dengan menggunakan pendekatan Relative Valuation saham
INDF dan GGRM berada dalam kondisi Undervalued. Sedangkan untuk saham
UNVR jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow, Relative
Valuation, dan Capital Asset Pricing Model berada dalam kondisi Overvalued.
Triyanti Fabrina Simamora (2009) mengadakan penelitian
dengan judul “Penilaian Kewajaran Harga Saham Dengan Pendekatan
Universitas Sumatera Utara
Analisis Fundamental Pada Sektor Telekomunikasi Di Bursa Efek
Indonesia (BEI)” dengan menyimpulkan bahwa :
1. Harga saham Indosat,Tbk yang divaluasi dengan DDM pertumbuhan
supernormal periode 2003 sampai 2007 dinilai tidak wajar demikian juga halnya
dengan PBV rasio menunjukkan bahwa harga saham Indosat,Tbk tahun 2003-
2007 tidak wajar.
2. Harga saham PT Telekomunikasi yang divaluasi dengan DDM
pertumbuhan supernormal periode 2003 dinilai wajar sedangkan periode 2004-
2007 dinilai tidak wajar dan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang
divaluasi dengan PBV periode 2003-2007 dinilai tidak wajar.
3. Harga wajar saham Indosat,Tbk yang dihitung dengan DDM
pertumbuhan supernormal memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar
saham.
4. Harga wajar saham Indosat,Tbk berdasarkan PBV memiliki beda yang
signifikan terhadap harga pasar saham.
5. Harga wajar saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang dihitung
dengan DDM pertumbuhan supernormal tidak memiliki beda yang signifikan
terhadap harga pasar saham.
6. Harga wajar saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk berdasarkan PBV
memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham.
Universitas Sumatera Utara