tinjauan pustaka diet pada berbagai penyakit

110
DIET PADA PENYAKIT GOUT Gambaran Umum Asam Urat atau Gout Artritis adalah penyakit yang disebabkan oleh metabolisme abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini diikuti dengan ter bentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian yang menyebabkan peradangan sendi pada lutut dan/ atau jari. Setiap orang memiliki asam urat didalam tubuh karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Asam urat yang terdapat didalam tubuh kita tentu saja tidak boleh berlebihan. Sesungguhnya tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari, hal ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15%. Kadar normal asam urat : Gejala asam urat biasanya ditandai dengan kesemutan dan linu, nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi hari. Untuk menurunkan kadar asam urat, penderita perlu melakukan diet yang tepat, dimana tujuan dietnya adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal, serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Diet yang tepat bagi penderita asam urat adalah dengan cara tidak mengkonsumsi bahan makanan yang kandungan purinnya tinggi. Diet rendah purin adalah diet yang dikhususkan untuk pasien dengan penyakit gout atau lazim disebut penyakit asam 1

Upload: sariana-khairunnisa-csg

Post on 08-Feb-2016

312 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

DIET PADA PENYAKIT GOUT

Gambaran Umum

Asam Urat atau Gout Artritis adalah penyakit yang disebabkan oleh metabolisme

abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini

diikuti dengan ter bentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian yang

menyebabkan peradangan sendi pada lutut dan/ atau jari. Setiap orang memiliki asam urat

didalam tubuh karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Asam urat yang

terdapat didalam tubuh kita tentu saja tidak boleh berlebihan. Sesungguhnya tubuh

menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari, hal ini berarti bahwa

kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15%. Kadar normal asam urat :

Gejala asam urat biasanya ditandai dengan kesemutan dan linu, nyeri terutama malam

hari atau pagi hari saat bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak,

kemerahan, panas dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi hari.

Untuk menurunkan kadar asam urat, penderita perlu melakukan diet yang tepat,

dimana tujuan dietnya adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal, serta

menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Diet yang tepat bagi penderita asam urat

adalah dengan cara tidak mengkonsumsi bahan makanan yang kandungan purinnya tinggi.

Diet rendah purin adalah diet yang dikhususkan untuk pasien dengan penyakit gout

atau lazim disebut penyakit asam  urat. Berikut akan dijelaskan mengenai diet rendah

purin.

Tujuan

Tujuan diet rendah purin adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal

serta menurunkan kadar asam  urat dalam darah  dan purin. Di antara syarat-syaratnya

adalah sebagai berikut:

Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jadi bila berat badan berlebih maka asupan

energi dapat dikurangi  500-1000 kkal dari kebutuhan normal

Protein cukup, yaitu 1-1,2 g/kgBB atau 10-15% dari kebutuhan energi total

Hindari bahan makanan sumber protein yang berkadar purin tinggi (lihat penjelasan

selanjutnya)

Lemak sedang, yaitu 10-20% kebutuhan energi total, karena lemak berlebih dapat

menghambat pengeluaran asam  urat dari tubuh

1

Page 2: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

karbohidrat lebih banyak, yaitu 65-75% dari energi total. Dianjurkan untuk

mengkonsumsi karbohidrat kompleks agar  tidak menambah berat badan

Vitamin dan mineral cukup

Asupan cairan dianjurkan 2-2,5 liter per hari

Jenis Diet

Diet rendah purin diberikan pada pasien dengan penyakit gout atau penyakit batu asam  urat

dengan kadar asam  urat >7,5 mg/dl. Diet ini terdiri dari 2 jenis, yaitu

1.   Diet Rendah Purin I (1500 kkal)

2.   Diet Rendah Purin II (1700 kkal)

Lama Pemberian Diet

Diet diberikan sampai kadar asam  urat darah dan berat badan menjadi normal. Kadar asam

urat normal yang digunakan  dalam literatur ini yaitu 3,4-7 mg/dL.

Bahan Makanan Sehari

Bahan makananDiet Rendah Purin I Diet Rendah Purin II

Berat (g) Satuan Berat satuanBeras 200 3 gelas nasi 250 3,5 gelas nasi

Telur ayam 50 1 butir 50 1 butir

Ayam tanpa kulit 50 1 ptg sedang 50 1 ptg sedang

ikan 50 1 ptg sedang 50 1 ptg sedang

tempe 50 2 ptg sedang 50 2 ptg sedang

sayuran 250 2,5 gelas 300 3 gelas

buah 400 4 ptg pepaya 400 4 ptg pepaya

minyak 15 1,5 sdm 15 1,5 sdm

Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm

Tepung susu skim 20 4 sdm 20 4 sdm

*Pembagian di atas boleh diatur dalam menu makanan dalam sehari

2

Page 3: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Pengelompokan Bahan Makanan Menurut Kadar Purin

Kelompok 1 (kandungan purin tinggi, 100-1000 mg purin/100 g bahan makanan)

Jeroan seperti Otak, hati, jantung, babat, limpa, usus,paru, ginjal.

Semua bahan makanan atau minuman dan jajan yang mengandung: Alkohol, arak, bir,

wiski, anggur, tape ketan, tape ketela, tuak, makanan yang beragi.

Remis, udang, kerang, kepiting, lobster

Makanan yang diawetkan dalam kantung seperti kornet, sarden dan lain-lain.

Kaldu daging seperti sop kental, soto ayam, soto sulung, dan lain-lain

Buah-buahan yang beragi dalam perut dari peragian terjadi alcohol daam usus seperti

durian, alpukat, kelapa kopior, air kelapa.

Kelompok 2 (kandungan purin sedang, 9-100 mg purin/100 g bahan makanan)

Kelompok ini harus dibatasi 1 – 1,5 potong daging atau satu mangkok (100gr) sayur

perhari.

Ikan air tawar, ikan laut

Daging sapi, ayam, kambing

Kacang mente, emping goreng, dan hasil olahan seperti oncom goreng dan tempe

goreng

Kembang kol, bayam, asparagus, kangkung, daun singkong dan biji melinjo

Kelompok 3 (kandungan purin rendah atau dapat diabaikan, dapat dimakan setiap hari.

Nasi, Ubi, Singkong, jagung, roti, mi, bihun, tepung beras, cake, keju kering, puding,

susu, keju, telur;

3

Pagi Pukul 10.00 atau 16.00

Nasi Semangka/pisang kukus

Ceplok telur

Tumis labu siam + wortel

Susu skim

Siang Malam

nasi Nasi

Ikan bakar Semur ayam

Tempe goring Pepes tahu

Cah sawi dan wortel Tumis kacang panjang

Papaya Pisang  raja

Page 4: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

minyak; gula;

sayuran dan buah-buahan (kecuali sayuran dalam kelompok 2).

PENATALAKSANAAN DIET PADA OBESITAS

Kegemukan berhubungan dengan kelebihan berat badan daripada berat badan yang

diinginkan. Obesitas berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh. Obesitas biasanya

didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% berat badan ideal (BBI) atau berat

badan yang diinginkan. Ada tiga derajat obesitas: (1) ringan, 120%- 140%. BBI, (2) sedang,

141%-200% BBI, (3) berat atau abnormal, lebih dari 200% BBI.

Patofisiologi

Diagnosis Obesitas

Ada beberapa metode untuk menentukan apakah ada obesitas:

1. Perbandingan berat dengan table berat badan yang diinginkan menurut tinggi (lihat

Lampiran E)

2. Indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 27,8 untuk laki-lai atau 27,3 untuk wanita;

formula untuk BMI adalah:

Berat (kg) : tinggi2(m)

3. Pengukuran lemak subkutan; lipat kulit triseps 18,6 mm untuk laki-laki atau 25,1 mm

untuk wanita telah digunakan sebagai indikator obesitas.

Etiologi

Penyebab obesitas adalah multifactor. Faktor-faktor di bawah ini sedikitnya terlibat pada

beberapa kasus obesitas:

1. Genetik: Anak-anak dari orang tua obes cenderung tiga sampai delapan kali menjadi

obesitas dibandingkan dari orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak

dibesarkan oleh orang tua kandungnya.

2. Lingkungan: Pengaruh keluarga (mis. Penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak

boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan di piring habis)

membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.

3. Psikologi: Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhada kesepian, berduka,

atau depresi; dapat merupakan respons terhadap rangsangan dari luar seperti iklan

makanan atau kenyataan bahwa ini adalah waktu makan.

4

Page 5: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

4. Fisiologi:Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini sering

menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan; pada beberapa contoh,

kelainan endokrin seperti hipotiroidi bertanggung jawab untuk obesitas.

Ada pun penyebab dasarnya, faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori

yang berlebihan dari energi yan dibutuhkan.

Risiko Kesehatan yang Berhubungan dengan Obesitas

Obesitas berhubungan dengan berbagai risiko kesehatan, yang diringkaskan dalam table 19-1.

Risiko kesehatan meningkat secara progresif dengan beratnya derajat obesitas.

Tabel 19-1. Problem kesehatan yang disebabkan atau diperburuk oleh obesitas

Hal atau Tipe Masalah Penyakit, Simtom, atau Kesulitan

Kardiovaskular dan respirasi Hipertensi; penyakit jantung koroner; vena varicose;

sindrom pickwickian*

Endokrin dan reproduktif Non-diabetes mellitus tergantung insulin; amenore,

infertilitas;.pre-eklampsia

Gastrointestinal Kolesistitis dan kolelitiasis; fatty liver

Psikiatri dan social Diskriminasi social

Muskuloskeletal dan kulit Osteoartritis; iritasi dan infeksi kulit, terutama pada

lipatan kulit,striae

Keganasan Kanker kolon,rektum,prostat,kandung empedu,buah

dada,uterus,.dan ovarium*Hipoventilasi dan letargi disebabkan oleh penurunan pergerakan dada akibat kelebihan berat badan pada dada

Pengobatan dan Penatalaksanaan Gizi pada Obesitas

Tujuan dari intervensi adalah: (1) menurunkan lemak tubuh untuk mencapai berat

badan antara 20% berat badan ideal, (2) kembangkan kebiasaan makan yang lebih sehat,(3)

cegah kehilangan massa otot selama penurunan berat badan, dan (4) pertahankan penurunan

berat badan.

Penatalaksanaan

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang

paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam

mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan

5

Page 6: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.

Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan

resiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan

dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :

1. Resiko rendah : BMI < 27

2. Resiko menengah : BMI 27-30

3. Resiko tinggi : BMI 30-35

4. Resiko sangat tinggi : BMI 35-40

5. Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita

berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.

Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500

kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah

raga.

Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-

1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah

raga.

Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat

anti obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur yang

harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan:

1. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin,

mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.

2. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan

secara perlahan dan stabil.

Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan

kesehatan secara menyeluruh.

Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan

berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian

berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas

6

Page 7: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya

penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk

pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi

masalah berat badan.

Syarat Diet Untuk menurunkan Berat Badan

Penderita obesitas (kelebihan berat badan) memiliki ketentuan diet yang bertujuan

untuk mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gender dan kebutuhan

fisik, mencapai IMT normal, mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat

badan sebanyak ½-1kg/minggu, serta mempertahankan status kesehatan yang optimal. Syarat

diet yang diberikan kepada penderita obesitas antara lain :

1. Energi rendah, ditujukan untuk menurunkan berat badan. Pengurangan dilakukan

secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi kualitas

maupun kuantitas. Untuk menurunkan berat badan sebanyak ½-1 kg/minggu, asupan

energi dikurangi sebanyak 500-1000 kkal/hari dari kebutuhan normal. Perhitungan

kebutuhan normal dilakukan berdasarkan berat badan ideal. 

2. Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg/BB/hari atau 15-20% dari kebutuhan

energi total. 

3. Lemak sedang yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Usahakan sumber berasal

dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh ganda yang kadarnya tinggi. 

4. Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu 55-65% dari kebutuhan energi total. Gunakan

lebih banyak sumber karbohidrat kompleks untuk memberi rasa kenyang dan

mencegah konstipasi. Sebagai alternatif, bisa digunakan gula buatan sebagai

pengganti gula sederhana. 

5. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan. 

6. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan. 

7. Cairan cukup, yaitu 8-10 gelas/hari.

7

Page 8: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

DIET PENYAKIT KANKER

A. Pengertian Kanker

Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dengan cara multiplikasi dengan

cepat dan menyebar ke jaringan sekitarnya. Sel kanker akan merusak jaringan tubuh yang

berakibat gangguan fungsi organ yang terkena sel kanker. Berbagai faktor risiko kanker yang

telah diteliti antara lain faktor lingkungan yaitu polusi, bahan kimia dan virus serta konsumsi

bahan makan karsinogenik. Efek samping pengobatan pada kanker juga menimbulkan

masalah asupan makan yang berisiko terjadi gizi kurang(3.4).

Kanker dan Gizi KurangPenelitian di rumah sakit menunjukkan bahwa pada saat

pasien pertama kali didiagnosis kanker terdapat 50 persen pasien mengalami penurunan berat

badan dan status gizi kurang. Pada kanker stadium lanjut pasien sering jatuh ke dalam kondisi

kurang energi protein (KEP) yang dikenal dengan kaheksia. Kaheksia adalah kumpulan

gejala yang ditandai dengan anoreksia, penurunan berat badan, kehilangan masa otot,

disfungsi organ, hipoalbuminemia, peningkatan kebutuhan basal dan gangguan metabolisme

zat gizi serta kelemahan. Mekanisma kaheksia dan anoreksia pada kanker dapat dijelaskan

melalui peran citokin tubuh. Pada saat bibit kanker masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan

merespon dengan memproduksi mediator protein yaitu citokin. Citokin diduga akan

mempengaruhi sel otak dengan memunculkan gejala anoreksia. Citokinternyata juga

mempengaruhi metabolisma lemak dan glukosa hati(2.3.4).

B. Efek Samping Terapi Kanker

Sampai saat ini tindakan medis yang dilakukan untuk terapi kanker adalah

pembedahan, radiasi, kemoterapi dan transplantasi. Terapi melalui imunonutrisi sudah mulai

dikembangkan dengan menggunakan berbagai zat yang diduga dapat menghambat

pertumbuhan sel kanker yaitu asam lemak tak jenuh ganda, arginin, glutamin, vitamin A, C

dan E. Pembedahan bertujuan untuk mengobati kanker secara lokal dan regional dengan

mengangkat tumornya saja atau mengurangi ukurannya. Efek samping dari pengobatan ini

sangat ditentukan oleh lokasi tumor. Terapi tumor pada usus dengan tindakan reseksi usus

8

Page 9: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

baik parsial atau total akan menurunkan absorpsi zat gizi oleh karena jumlah vili usus yang

berkurang(1.3)

Penyinaran atau radiasi pada prinsipnya adalah membunuh sel kanker sebanyak

mungkin dengan mengusahakan agar jaringan sehat sekitarnya menerima dosis yang

minimal. Biasanya dilakukan 25-30 kali penyinaran, 5 kali dalam seminggu. Efek samping

penyinaran yang berdampak pada status gizi sangat ditentukan oleh lokasi tumor yang

disinar. Apabila penyinaran pada daerah kepala dan leher, maka efek sampingnya berupa

kesulitan mengunyah, menelan, saliva mengental dan asam, karies gigi. Dampak penyinaran

umumnya terjadi pada minggu ke-2 atau ke-3 penyinaran dan berakhir sampai 2 – 3 minggu

setelah penyinaran, tetapi ada yang berlanjut sampai beberapa bulan setelahnya(1.Terapi

kanker dengan kemoterapi merupakan pengobatan kanker secara sistemik dengan tujuan

menghambat pertumbuhan sel kanker. Efek samping yang timbul secara langsung terjadi

dalam waktu 24 jam pengobatan, berupa mual dan muntah yang hebat, sehingga akan

mempengaruhi asupan makan.

Pengaturan Makan Pengaturan makan pada pasien kanker bertujuan untuk

mengurangi efek samping terapi sehingga pasien dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui

menu yang seimbang. Masih ada beberapa perbedaan pendapat tentang pemberian makan

pada pasien kanker. Ada yang menganjurkan pemberian diet energi dan protein tinggi, tetapi

ada juga yang berpendapat bahwa pembatasan energi dan protein akan menghambat

pemecahan sel kanker. Dengan adanya kemoterapi yang dapat menghambat pemecahan sel

kanker, maka pemberian makan dengan energi dan protein tinggi dapat diterima (1.3). Secara

sederhana perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker bergantung pada kondisi pasien,

dengan nilai berkisar 28-42 kcal/ kg berat badan/hari. Pada kasus gizi kurang, kebutuhan

energi dihitung berdasarkan berat badan aktual dan pada kasus obese berdasarkan berat badan

ideal. Komposisi zat gizi makro adalah protein 1.0-2.0 g/kg berat badan/hari, lemak 20-30

persen dari kalori total dan karbohidrat 50-60 persen kalori total(1.3).

Kebutuhan vitamin meningkat sampai 10 kali di atas kebutuhan normal pada kasus-

kasus KEP, stress metabolik, kelaparan dan alkoholik. Sedangkan kebutuhan mineral

terutama besi, cobalt, mangan, zink dan khromium dapat meningkat 2-5 kali dari angka

kecukupan gizi. Pemberian mineral makanan sumber iodium dapat dikurangi bila pasien

menjalani internal radiasi(1.3.4). Kebutuhan cairan dihitung dengan dasar 35 ml/kg berat

9

Page 10: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

badan/hari atau 1500ml/m² luas permukaan tubuh per hari dengan penambahan 10 persen

pada setiap derajat kenaikan suhu tubuh.

C. Upaya Mengatasi Masalah Makan

Pasien dengan anoreksia atau cepat merasa kenyang, dianjurkan(1.3.5):

1. Makan makanan yang disukai dan dapat diterima walau tidak merasa lapar

2. Makan lebih banyak bila ada rasa lapar

3. Hindari minum dekat dengan waktu makan.

4. Memotivasi diri bahwa makan adalah bagian penting dalam program pengobatan.

5. Porsi makanan kecil dan diberikan sering ( lebih dari 3 kali sehari).

6. Olahraga sesuai kemampuan.

7. Makan dalam situasi yang nyaman.

D. Pasien dengan perubahan rasa pengecapan(1.5):

1. Makanan dan minuman diberikan pada suhu kamar atau dingin.

2. Tambahkan bumbu yang sesuai untuk menambah rasa.

3. Minuman segar misalnya sari buah atau jus.

4. Gunakan alat makan plastik bila sering merasa makanan berbau logam.

5. Berkumur dengan larutan soda (larutan 5 gram soda dalam 500 ml air).

E. Pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan dianjurkan(1.3.5):

1. Banyak minum, 8-10 gelas per hari. Bila perlu minum dengan menggunakan sedotan.

2. Makanan dan minuman diberikan pada suhu kamar atau dingin.

3. Bentuk makanan saring atau cair.

10

Page 11: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

4. Hindari makanan terlalu asam atau asin

5. Sering berkumur.

6. Makan tiap 2 jam dengan diselingi minum.

F. Pasien dengan mulut kering dianjurkan(1.3.5)

1. Makanan dan minuman diberikan dengan suhu dingin.

2. Makanan sering berkuah atau berbentuk makanan cair.

3. Minum yang hangat atau asam untuk meningkatkan produksi saliva.

4. Kunyah permen karet atau hard candy.

G. Pasien dengan keluhan mual dan muntah dianjurkan(1.3.5):

1. Beri makanan bentuk kering seperti biskuit.

2. Hindari makanan yang beraroma tajam/ merangsang, berlemak tinggi dan minuman yang

terlalu manis.

3. Batasi cairan pada waktu makan.

4. Makan dan minum perlahan-lahan.

5. Setelah selesai makan, tetap dalam posisi duduk selama 1-2 jam.

11

Page 12: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

DIET ANAK KEKURANGAN ENERGI PROTEIN

1. Pengertian Kurang Energi Protein (KEP)

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi

dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan

Gizi (AKG).

2. Klasifikasi KEP

Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang BB

anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku

Median WHO-NCHS (lampiran 1)

2.1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita

warna kuning

2.2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah

Garis Merah (BGM).

2.3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-

NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP

sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U

Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)

3. Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak

kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai

marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB

bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe

kwasiorkor.

a. Kwashiorkor

12

Page 13: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum

pedis)

- Wajah membulat dan sembab

- Pandangan mata sayu

- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa

rasa sakit, rontok

- Perubahan status mental, apatis, dan rewel

- Pembesaran hati

- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau

duduk

- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)

- Sering disertai : • penyakit infeksi, umumnya akut

anemia

diare.

b. Marasmus:

- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

- Cengeng, rewel

- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy

pant/pakai celana longgar)

- Perut cekung

- Iga gambang

- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)

- diare kronik atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor:

13

Page 14: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor

dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema

yang tidak mencolok.

MEKANISME PELAYANAN GIZI

BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK

A. Tingkat Rumah Tangga

- Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk

mengetahui pertumbuhan berat badannya

- Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan

- Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun

- Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran

pemberian makanan (lampiran 5)

- Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggauta keluarga lainnya

- Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami

sakit atau gangguan pertumbuhan

- Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas

B. Tingkat Posyandu

- Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat

hasil penimbangan pada KMS

- Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk memberikan hanya ASI

kepada bayi usia 0-4 bulan dan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun

- Kader memberikan penyuluhan pemberian MP-ASI sesuai dengan usia anak dan

kondisi anak sesuai kartu nasehat ibu

- Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggauta keluarga lainnya

- Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi

seimbang dan PMT Penyuluhan

14

Page 15: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

- Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3

kali (“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM)

- Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit

penyerta lain

- Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan

balita

-

C. Pusat pemulihan Gizi (PPG)

PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan

dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada

pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG

dilakukan oleh kelompok orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk

menyelenggarakan PMT Pemulihan anak balita.

Layanan yang dapat diberikan adalah :

- Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat

dilayani di PPG

- Kader memberikan penyuluhan gizi /kesehatan serta melakukan demonstrasi cara

menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk

- Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau

perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya

Bila anak berat badan nya tidak naik atau tetap maka berikan penyuluhan gizi

seimbang untuk dilaksanakan di rumah

Bila anak sakit dianjurkan untuk memeriksakan anaknya ke puskesmas

- Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah

(BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan

Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap

hari.

Bila makanan tidak memungkinkan untuk dimakan bersama, makanan tersebut

diberikan satu hari dalam bentuk matang selebihnya diberikan dalam bentuk

bahan makanan mentah

Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan

pemberian PMT pemulihan sampai 90 hari

15

Page 16: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau

pada KMS kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan

penyebab lain

- Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader

menganjurkan pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan

tetap melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan

- Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demontrasi cara menyiapkan

makanan untuk anak KEP

- Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan nasehat yang diberikan

tentang gizi dan kesehatan

- Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan

dan gizi anak

D. Puskesmas

- Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/Gizi buruk dari posyandu dalam wilayah

kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit

- Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U

Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)

Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM)

dianjurkan kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan

Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku

Median WHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di

puskesmas sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan

mendapat PMT-P dari PPG

Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan

untuk evaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit

penyerta, rujuk ke rumah sakit untuk mencari penyebab lain

- Anak KEP berat/Gizi Buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda

kegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum

- Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/ gizi buruk

tanpa komplikasi

Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/Gizi buruk

(dilakukan di pojok gizi)

Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu

16

Page 17: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua

minggu sekali

Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/Gizi buruk

Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan

kemajuan asupan makanan

Untuk keperluan data pemantauan gizi buruk di lapangan, posyandu, dan

puskesmas diperlukan laporan segera jumlah balita KEP berat/gizi buruk ke

Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam 24 jam dengan menggunakan formulir

W1 dan laporan mingguan dengan menggunakan formulir W2 (lampiran 2)

- Apabila berat badan anak mulai naik, anak dapat dipulangkan dan dirujuk ke

posyandu/PPG serta dianjurkan untuk pemantauan kesehatan setiap bulan sekali

- Petugas kesehatan memberikan bimbingan terhadap kader untuk melakukan

pemantauan keadaan balita pada saat kunjungan rumah

TATA LAKSANA PELAYANAN KEP BERAT/GIZI BURUK DI PUSKESMAS

A. PRINSIP DASAR PELAYANAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK

Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu:

1. Atasi/cegah hipoglikemia

2. Atasi/cegah hipotermia

3. Atasi/cegah dehidrasi

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5. Obati/cegah infeksi

6. Mulai pemberian makanan

7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)

8. Koreksi defisiensi nutrien mikro

9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

17

Page 18: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase

transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana

yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor,

Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.

SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI

BURUK

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)

Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP

berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak

sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam

sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan

sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan

segera rujuk ke RSU kabupaten.

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada

keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau

orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru).

Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas. Cara lain adalah dengan membungkus

anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak

boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini

dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam

sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau

pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.

3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan

dehidrasi adalah :

Ada riwayat diare sebelumnya

Anak sangat kehausan

Mata cekung

18

Page 19: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Nadi lemah

Tangan dan kaki teraba dingin

Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali

tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral

dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan

sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4).

Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat

menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,

lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan

NaCL dengan perbandingan 1:1.

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit

diantaranya :

Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.

Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan

keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

Berikan :

- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam

19

JANGAN OBATI EDEMA DENGAN PEMBERIAN DIURETIKA

KEP BERAT/GIZI BURUK YANG DIRUJUK KE RSU HARUS DILAKUKAN TINDAKAN PRA RUJUKAN UNTUK

MENGATASI HIPOGLIKEMI, HIPOTERMIA, DAN DEHIDRASI

Page 20: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan

penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP

bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn,

Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak

Contoh bahan makanan sumber mineral

Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah,

telur ayam

Sumber Cuprum : daging, hati.

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.

Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.

Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat,

bayam, daging tanpa lemak.

5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi

seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi

buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :

UMUR

ATAU

BERAT

BADAN

KOTRIMOKSASOL

(Trimetoprim + Sulfametoksazol)

Beri 2 kali sehari selama 5 hari

AMOKSISILI

N

Beri 3 kali

sehari

untuk 5

hari

Tablet

dewasa

80 mg trimeto

prim + 400

mg

sulfametok

sazol

Tablet Anak

20 mg trimeto

prim + 100 mg

sulfametok

sazol

Sirup/5ml

40 mg trimeto

prim + 200 mg

sulfametok

sazol

Sirup

125 mg

per 5 ml

20

Page 21: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

2 sampai 4 bulan

(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml

4 sampai 12

bulan

(6 - < 10 Kg)

½ 2 5 ml 5 ml

12 bln s/d 5 thn

(10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan

Catatan :

Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit

infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi

lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah

Sakit Umum.

Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang

dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan

metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut segera

rujuk ke rumah sakit

6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk

Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu

Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi

Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali

anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

21

BILA DIARE BERLANJUT ATAU MEMBURUKANAK SEGERA DIRUJUK KE RUMAH SAKIT

Page 22: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang

sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma

basal saja.

Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan

jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai

prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :

- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

- Energi : 100 kkal/kg/hari

- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari

- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)

- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO

75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu

lemah berikan dengan sendok/pipet

- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal

pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak

Keterangan :

Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian

formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)

Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½

dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik

( dibutuhkan ketrampilan petugas )

Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari

Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan

pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam

Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya

- Banyaknya muntah

- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja

- Berat badan (harian)

22

Page 23: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

- selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema ,

mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)

Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :

Fase Transisi (minggu ke 2)

Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk

menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi

makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)

dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100

ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat

digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.

Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,

biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).

Pemantauan pada fase transisi

1. frekwensi nafas

2. frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali

/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian

formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.

3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.

- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari

- Protein 4-6 gram/kg bb/hari

- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO

100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk

tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

23

Page 24: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering

- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari

- Protein 4-6 g/kgbb/hari

- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula

( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-

kejar.

- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.

Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.

Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET

FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI

FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO

100 ATAU PENGGANTI

FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral.

Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe).

Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada

minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan

infeksinya.

Berikan setiap hari :

Tambahan multivitamin lain

24

Page 25: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau

sirup besi dengan dosis sebagai berikut :

Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi

UMUR

DAN

BERAT BADAN

TABLET BESI/FOLAT

Sulfas ferosus 200 mg +

0,25 mg Asam Folat

Berikan 3 kali sehari

SIRUP BESI

Sulfas ferosus 150 ml

Berikan 3 kali sehari

6 sampai 12 bulan

(7 - < 10 Kg)

¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)

12 bulan sampai 5

tahun

½ tablet 5 ml (1 sendok teh)

Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis

tunggal sebagai berikut :

UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT

(125mg/tablet)

(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet

3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet

Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis

Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A

25

Page 26: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

200.000 IU 100.000 IU

6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional

Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,

karenanya berikan :

- Kasih sayang

- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

10.Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di

rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa.

Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah

setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan

aktifitas bermain.

Nasehatkan kepada orang tua untuk :

- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas

- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-

Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5)

dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di

posyandu/puskesmas.

- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat

- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu

- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal

- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI )

sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

26

Page 27: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

TATA LAKSANA DIET

PADA KEP BERAT/GIZI BURUK

A. Tingkat Rumah Tangga

1. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering kepada anak

sesuai dengan kebutuhan ( lihat lampiran 5)

2. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun

B. Tingkat Posyandu /PPG

1. Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah sesuai usia anak, jenis

makanan yang diberikan mengikuti anjuran makanan (lampiran 5)

2. Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak, perlu mendapat

makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan komposisi gizi mencukupi minimal

1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu :

Energi 350 – 400 kalori

Protein 10 - 15 g

3. Bentuk makanan PMT-P

Makanan yang diberikan berupa :

a. Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan setempat/lokal.

b. bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung lainnya, tepung susu,

gula minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk pauk lainnya

c. Contoh paket bahan makanan tambahan pemulihan (PMT-P) yang dibawa

pulang

Contoh bahan makanan yang dibawa pulang :

Alternativ

e

Kebutuhan Paket Bahan Makanan/Anak/Hari

I Beras 60 g Telur 1 butir atau kacang-

kacangan 25 g

gula 15 g

II Beras 70 g Ikan 30 g -

III Ubi/singkong 150 Kacang-kacangan 40 g gula 20 g

27

Page 28: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

g

V Tepung ubi 40 g Kacang-kacangan 40 g gula 20 g

4. Lama PMT-P

pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari kepada anak

selama 3 bulan (90 hari)

5. Cara penyelenggaraan

a. Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau

b. Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan makanan

pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan makanan tersebut kepada

anak balita KEP, selanjutnya kader membagikan paket bahan makanan mentah

untuk kebutuhan 6 hari.

C. Tingkat Puskesmas

Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan makanan

tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai

status gizi optimal. Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu :

pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.

I. Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi

b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari

c. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari

d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak tersedia diberikan

bahan makanan sumber mineral tertentu (lihat hal 12)

e. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi 100

ml/Kg bb/hari

f. Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik

g. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering

h. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat

i. Terus memberikan ASI

j. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan, yaitu

: bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat langsung

diberikan makanan anak secara bertahap

28

Page 29: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Tabel 1 :

KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN

ZAT GIZI

FASE

STABILISASI TRANSISIREHABILITASI

Energi 100

Kkal/kgbb/hr

150 Kkal/kgbb/hr 150-200 Kkal/kgbb/hr

Protein 1-1,5 g/kgbb/hr 2-3 g/kgbb/hr 4-6 g/kgbb/hr

Vitamin A Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8

Asam Folat Idem Idem Idem

Zink Idem Idem Idem

Cuprum Idem Idem Idem

Fe Idem Idem Idem

Cairan 130 ml/Kgbb/hr

atau

100 ml/kgbb/hr

bila ada edema

150 ml/Kgbb/hr 150-200 ml/Kgbb/hr

Tabel 2

JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN

FASEWAKTU

PEMBERI

AN

JENIS

MAKANAN

FREKWENS

I

JUMLAH CAIRAN (ml) SETIAP

MINUM MENURUT BB ANAK

4

Kg

6

Kg

8

Kg

10 Kg

Stabilisasi Hari 1-2 F75/

modifikasi/

12 x ( dg 45 65 - -

29

Page 30: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Hari 3-4

Hari 5-7

Modisco ½

F75/

modifikasi/

Modisco½

F75/

Modifikasi/

Modisco ½

ASI )

12 x ( tanpa

ASI)

8 x ( dg ASI)

8 x (tanpa

ASI)

6 x (dg ASI)

6 x (Tanpa

ASI)

45

65

65

90

90

65

100

100

130

130

90

-

130

-

175

110

-

160

-

220

Transisi Minggu 2-3 F100/modifi

kasi/Modisco

I

Atau II

4 x ( dg ASI )

6 x ( tanpa

ASI)

130

90

195

130

-

175

-

220

Rehabilita

Si

BB < 7 Kg

Minggu 3-6 F135/modifi

kasi/Modisco

III, ditambah

Makanan

lumat/makan

lembik

sari buah

3 x ( dg/tanpa

ASI )

3 x 1 porsi

1 x

90

-

100

100

-

100

150

-

100

175

-

100

30

Page 31: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

BB >7 Kg Makanan

lunak/makan

An biasa

Buah

3 x 1 porsi

1 –2 x 1 buah

-

-

-

-

-

-

-

-

*) 200 ml = 1 gelas

Contoh :

Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi diperlukan :

Energi : 1200 Kkal

400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan

lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah

Tabel 3

FORMULA WHO

Bahan Per 100 mlF 75

F 100 F 135

FORMULA WHO

Susu skim bubuk g 25 85 90

Gula pasir g 100 50 65

Minyak sayur g 30 60 75

Larutan elektrolit Ml 20 20 27

Tambahan air s/d Ml 1000 1000 1000

NILAI GIZI

Energi Kalori 750 1000 1350

Protein g 9 29 33

31

Page 32: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Lactosa g 13 42 48

Potasium Mmol 36 59 63

Sodium Mmol 6 19 22

Magnesium Mmol 4.3 7.3 8

Seng Mg 20 23 30

Copper Mg 2.5 2.5 3.4

% energi protein - 5 12 10

% energi lemak - 36 53 57

Osmolality Mosm/l 413 419 508

Tabel 4

MODIFIKASI FORMULA WHO

FASE STABILISASITRANSISI

REHABILITASI

Bahan Makanan F75

I

F75

II

F75

III

M½ F100 M1 MII F135 MIII

Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 - -

Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120

Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - - -

Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75

Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -

Tempe (g) - - - - - - - 150 -

Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -

Margarine (g) - - - - - - 50 - 50

32

Page 33: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -

Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1

*) M : Modisco

Keterangan :

1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.

Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga kemungkinan tidak

dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami diare. Dengan demikian pada

kasus diare lebih baik digunakan modifikasi Formula WHO 75 yang menggunakan

tepung

2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau modifikasi

3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula WHO 135

sampai makanan biasa

CARA MEMBUAT

1. Larutan Formula WHO75

Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan dengan air

hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume menjadi 1000 ml.

Larutan ini bisa langsung diminum

Larutan modifikasi :

Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak. Tambahkan air

sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7 menit.

2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100

Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75

Larutan modifikasi :

Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan (blender, dengan

ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air secukupnya.

33

Page 34: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit. Tambahkan air

sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.

3. Larutan elektrolit

Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :

KCL 224 g

Tripotassium Citrat 81 g

MgCL2.6H2O 76 g

Zn asetat 2H2O 8,2 g

Cu SO4.5H2O 1,4 g

Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)

Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75, Formula

WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg

Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr

KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari buah tomat (400 cc)/jeruk (500cc)/pisang

(250g)/alpukat (175g)/melon (400g).

II. EVALUASI DAN PEMANTAUAN PEMBERIAN DIET

1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji penyebabnya (asupan gizi

tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis).

2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.

3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan bahwa

formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula rendah atau bebas

lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah

tepung-tepungan.

4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam

III. PENYULUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1. Menggunakan leaflet khusus yang berisi jumlah, jenis, dan frekwensi pemberian

bahan makanan

2. Selalu memberikan contoh menu (lampiran 6)

3. Mempromosikan ASI bila anak kurang dari 2 tahun

34

Page 35: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

4. Memperhatikan riwayat gizi (lampiran 3 dan 4)

5. Mempertimbangkan sosial ekonomi keluarga

6. Memberikan demonstrasi dan praktek memasak makanan balita untuk ibu

IV.TINDAK LANJUT

1. Merencanakan kunjungan rumah

2. Merencanakan pemberdayaan keluarga

DIET PENYAKIT HATI

A. GAMBARAN UMUM

Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sebagian besar hasil pencernaan setelah

diabsorbsi langsung dibwa ke hati untuk disimpan atau di ubah menjadi bentuk lain

dan diangkut kebagian tubuh yang membutuhkan. Hati merupakan tempat

35

Page 36: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

penyimpanan mineral berupa zat besi dan tembaga yang dibutuhkan untuk

pembentukan sel darah merah serta vitamin-vitamin larut lemak A, D, E dan K. hati

mengatur volume dan sirkulasi darah serta berperan dalam detoksifikasi obat-obatan

dan racun-racun. Dengan demikian, kelainan arah kerusakan pada hati berpengaruh

terhadap fungsi saluran cerna dan penggunaan makanan dalam tubuh sehingga sering

menyebabkan gangguan giizi. Penyakit hati yang sering ditemukan antara lain :

1. Hepatitis

peradangan hati oleh keracunan toksin tertentu dan infeksi virus disertai

anoreksia, demam, mual, muntah, jaundice (kuning)

2. Sirosis hati

1) Kerusakan hati permanen disebabkan hepatitis kronis, alkohol, penyumbatan

saluran empedu dan kelainan metabolisme

2) Jaringan hati rusak, mengerut dan mengeras

3) Gejala kelelahan, turun berat badan, daya tahan tubuh menurun, gangguan

pencernaan, jaundice; asites, hipertensi, koma hepatik

B. TUJUAN DIET

Tujuan diet penyakit hati untuk mencapai dan mempertahankan status gizi

optimal tanpa memberatkan fungsi hati dengan cara :

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati

2. Meningkatkan regenerasi jaringan hati & mencegah kerusakan lebih lanjut

3. Meningkatkan fungsi jaringan hati tersisa

4. Mencegah katabolisme protein

5. Mencegah penurunan berat badan

6. Mencegah/ mengurangi asites & hipertensi

7. Mencegah koma hepatik

C. SYARAT DIET

Syarat diet penyakit hati, antara lain :

1. Energi tinggi à untuk mencegah pemecahan protein (pemberian bertahap sesuai

dengan kemampuan pasien)

2. Lemak cukup à 20-25% dari total energi dalam bentuk yang mudah dicerna,

gunakan asam lemak rantai sedang (MCT)

36

Page 37: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

3. Protein agak tinggià 1,25-1,5 /kg BB agar terjadi anabolisme protein

4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai kebutuhan

5. Natrium diberikan rendah à terutama ada asites/edema

6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi

7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa

sesuai kemampuan pasien

D. DIET

Pemberian diet kepada pasien penyakit hati harus sesuai dengan kondisi si pasien,

indikasi pemberian diet enyakit hati sebagai berikut :

1. Diet Hati I (DH I)

1) Diberikan pada pasien akut / bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien

punya nafsu makan

2) Protein dibatasi (30 g/hari)

3) Formula enteral aa rantai sedang à leusin, isoleusin, valin dapat diberikan

4) Lemak dalam bentuk mudah dicerna

5) Bila asites/ diuresis belum sempurna à cairan max 1 liter/hari

6) Jika asites hebat à berikan diet garam rendah + diet parenteral glukosa

7) Makanan rendah energi, protein, Ca, fe dan B1

Bahan Makanan sehari

1) Makanan padat

37

Bahan Makanan Berat (g) URT

Beras 120 4 gls bubur

Telur ayam 50 1 btr

Maizena 20 4 sdm

Daging 50 1 ptg sdg

Sayuran 200 2 gls

Buah 300 2 ptg sdg papaya

Margarine 20 2 sdm

Gula pasir 100 10 sdm

Page 38: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Pembagian bahan makanan sehari

a. Pagi

Beras 30 g = 1 gls bubur

Telur ayam 50 g = 1 btr

Sayuran 50 g = ½ gls

Gula pasir 10 g = 1 sdm

b. Pukul 10.00

Maizena 20 g = 4 sdm

Gula pasir 40 g = 4 sdm

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

c. Siang

Beras 45 g = 1 ½ gls bubur

Daging 25 g = 1 ptg kcil

Sayuran 75 g = ¾ gls

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

Gula pasir 10 g = 1 sdm

Margarine 10 g = 1 sdm

d. Pukul 16.00

Gula pasir 30 g = 3 sdm

e. Malam

Beras 45 g = 1 ½ gls bubur

Daging 25 g = 1 ptg kcil

Sayuran 75 g = ¾ gls

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

38

Nilai giziEnergi : 1394 kkal KH : 244 g vit A: 12018 REProtein : 28 g Ca : 271 mg B1: 0,5 mgLemak : 37 g Fe : 11,3 mg vit C: 271 mg

Page 39: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Gula pasir 10 g = 1 sdm

Margarine 10 g = 1 sdm

2) Makanan padat + formula enteral BCAA (Branched Chain Amino Acid)

Nilai gizi :

Energy 1264 kkal Besi 12,3 mgProtein 54 g Vitamin A 11468 RELemak 40 g Tiamin 0,4 mgKarbohidrat 202 g Vitamin C 320 mgKalsium 395 mg

Pembagian bahan makanan sehari

a. Pagi

Formula BCAA 320 ml = 1 ¼ gls

Gula pasir 10 g = 1 sdm

b. Pukul 10.00

Maizena 20 g = 4 sdm

Gula pasir 15 g = 1 ½ sdm

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

c. Siang

Beras 50 g = 2 gls bubur

Daging 25 g = 1 ptg kcil

Sayuran 100 g = 1 gls

39

Bahan Makanan Berat (g) URT

Beras 100 4 gls bubur

Maizena 20 4 sdm

Daging 50 1 ptg sdg

Sayuran 200 2 gls

Buah 300 2 ptg sdg papaya

Margarine 20 2 sdm

Formula BCAA 750 ml 3 ¼ gls

Gula pasir 100 10 sdm

Page 40: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Margarine 10 g = 1 sdm

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

d. Pukul 16.00

Formula BCAA 320 ml = 1 ¼ gls

e. Malam

Beras 50 g = 2 gls bubur

Daging 25 g = 1 ptg kcil

Sayuran 100 g = 1 gls

Margarine 10 g = 1 sdm

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

2. Diet Hati II (DH II)1) Makanan perpindahan dari DH 1 pada pasien dg nafsu makan cukup2) Protein 1g/kg BB3) Lemak sedang à 20-25% dari energi total dalam bentuk yang mudah dicerna4) Cukup mengandung energi, Fe, vit A dan C5) Kurang mengandung kalsium dan thiamin6) Jika ada asites hebat à diet rendah garam

Bahan Makanan Sehari

Bahan makanan Berat (g) URT

Beras 200 4 gls tim

maizena 40 8 sdm

Telur ayam 50 1 btr

Tempe 50 2 ptg sdg

Sayuran 200 2 gls

Buah 300 3 ptg sedang

Minyak 25 2 ½ sdm

Gula pasir 70 7 sdm

40Nilai giziEnergi : 1973 kkal KH : 318 g vit A

: 26671 REProtein : 53 g Ca : 295 mg B1

: 0,7 mgLemak : 55 g Fe : 18,8 mg vit C

: 271 mg

Page 41: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Pembagian bahan makanan sehari

a. Pagi

Beras 50 g = 1 gls tim

Telur ayam 50 g = 1 btr

Sayuran 50 g = ½ gls

Minyak 5 g = ½ sdm

Gula pasir 10 g = 1 sdm

b. Pukul 10.00

Maizena 20 g = 4 sdm

Gula pasir 15 g = 1 ½ sdm

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

c. Siang

Beras 75 g = 1 ½ gls tim

Daging 50 g = 2 ptg kcil

Tempe 25 g = 1 ptg sdg

Sayuran 75 g = ½ gls

Minyak 10 g = 1 sdm

d. Pukul 16.00

Maizena 20 g = 4 sdm

Gula pasir 30 g = 3 sdm

e. Malam

Beras 75 g = 1 ½ gls tim

Daging 50 g = 2 ptg kcil

Tempe 25 g = 1 ptg sdg

41

Page 42: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Sayuran 75 g = ½ gls

Minyak 10 g = 1 sdm

3. Diet Hati III (DH III)1) Diberikan pada pasien dengan nafsu makan baik, bisa menerima protein, tidak

menunjukkan gejala sirosis hati aktif2) Makanan cukup energi, protein, lemak, mineral, vitamin, tinggi KH3) Jika ada asites hebat à berikan diet rendah garam

Bahan makanan Berat (g) URT

Beras 250 4 gls tim

Maizena 20 4 sdm

Teur ayam 100 2 btr

Daging 100 2 ptg sdg

Tempe 100 4 ptg sdg

Kacang hijau 25 2 ½ sdm

Sayuran 200 2 gls

Buah 300 3 ptg sedang

Minyak 25 2 ½ sdm

Gula pasir 70 7 sdm

Susu 200 1 gls

Pembagian bahan makanan sehari

42

Nilai giziEnergi : 2367 kkal KH : 371 g vit A : 27002 REProtein : 78 g Ca : 676 mg B1 : 1,1 mgLemak : 65 g Fe : 28,9mg vit C : 274 mg

Page 43: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

a. Pagi

Beras 50 g = 1 gls tim

Telur ayam 50 g = 1 btr

Sayuran 50 g = ½ gls

Minyak 5 g = ½ sdm

Gula pasir 10 g = 1 sdm

Susu 200 g = 1 gls

b. Pukul 10.00

Kacang hijau 25 g = 2 ½ sdm

Gula pasir 30 g = 3 sdm

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

c. Siang

Beras 100 g = 1 ¾ gls tim

Daging 50 g = 1 ptg sdg

Telur ayam 50 g = 1 btr

Tempe 50 g = 2 ptg sdg

Sayuran 75 g = ½ gls

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

Minyak 10 g = 1 sdm

d. Pukul 16.00

Maizena 20 g = 4 sdm

Gula pasir 30 g = 3 sdm

e. Malam

Beras 100 g = 1 ¾ gls tim

Daging 50 g = 1 ptg sdg

Telur ayam 50 g = 1 btr

Tempe 50 g = 2 ptg sdg

43

Page 44: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Sayuran 75 g = ½ gls

Papaya 100 g = 1 ptg sdg

Minyak 10 g = 1 sdm

E. BAHAN MAKANAN YANG DIBATASI

1. Makanan sumber lemak

1) Daging berlemak

2) Santan

2. makanan hyang menimbulkan gas

1) Ubi

2) Kacang merah

3) Kol

4) Sawi

5) Lobak

6) Durian

7) Nangka

3. Tidak dianjurkan à alkohol, teh, kopi

DIET RENDAH GARAM

A. LATAR BELAKANG

Di United Stated terdapat 37,3% kasus kematian akibat hipertensi dan di

setiap 2,7 kasus terdapat 1 kematian. Atherosclerosis, ischemic heart disease dan

hipertensi merupakan factor risiko ppenyakit jantung koroner. Penyebab penyakit

jantung koroner adalah dari keturunan, lingkungan dan gaya hidup/pola makan.

44

Page 45: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Gaya hidup sangat berperan dalam pencegahan dan perbaikan penyakit janntung

koroner.

B. HIPERTENSI

1. Pengertian

Hipertensi adalah gangguan yang terjadi pada sistem peredaran darah sehingga

tekanan darah menjadi diatas normal.

2. Goal treatmemnt

1) Mengurangi risiko penyakit jantung koroner dan ginjal

2) Mengurangi tekanan darah di bawah 140/80 mmHg (atau 130/80 mmHg

dengan penyakit diabetes dan ginjal kronik)

3) Rencana pencegahan

a. Mengurangi berat badan

b. Meningkatkan aktifitas fisik

c. Terapi gizi

Terapi gizi bisa dilakukan dengan :

a) Modifikasi gaya hidup dan terapi gizi

b) Meningkatkan aktifitas fisik (di sesuaikan dengan kemampuan fisik

terutama lansia) : rekomendasi 30-60 menit perhari atau aerobic

minimal 4 hari perminggu.

c) Penghentian merokok : untuk mencapai keberhasilan, perokok juga

harus mampu mengidentifikasi alasannya untuk berhenti merokok

d) Menurunkan berat badan

Menurunkan berat badan lebih dari 5 kg per bulan itu kurang

baik

45

Page 46: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Penurunan berat badan approximate 20 lb hasilnya akan

menurunkan tekanan darah systolic

Lingkar pinggang foktor independent dari risiko terkena

hipertensi

BMI > 35 faktor risiko

e) Mengurangi konsumsi garam dan alcohol

Pedoman diet amerika merekomendasikan asupan kurang dari

2300 mg garam setara dengan 6 g garam

Terapi hipertensi

Ringan : 1,5 – 2,5 g Na (3,75 – 6,25 g NaCl)

Sedang : 0,5 – 1,5 g Na (1,25 – 3,75 g NaCl)

Berat : < 0,5 g Na (<1,25 g NaCl)

d. Intervensi obat-obatan

C. INTERVENSI GIZI

1. Menurunkan konsumsi garam, lemak jenuh dan allkohol

2. Meningkatkan konsumsi kalsium, kalium dan serat agar bisa menurunkan

tekanan darah dengan efektif

3. Pembatasan konsumsi garam untuk menurunkan kejadian penyakit

kardiovaskular, penyakit ginjal dan stroke.

D. Pengaruh modifikasi gaya hidup untuk mengelola hipertensi

Rekomendasi Rata-rata penurunan systolic

Menurunkan berat bada (BMI 18,5 – 24,9)

Diet kayabuah-buahan, sayuran dan rendah

lemak

5 – 20 mmHg/ 10 Kg

8 – 14 mmHg

2 – 8 mmHg

46

Page 47: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Asupan garam 2,4 g (6 g sodium clorida)

Aerobic (berjalan) 30 menit perhari

4 – 9 mmHg

E. Macam Diet dan Indikasi pemberian Diet

Diet rendah garam diberikan kepada pasien yang edema/asites dan atau hipertensi.

Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit si pasien

dapat diberikan berbagai tingkat diet rendah garam, antara lain :

1. Diet Rendag Garam I (200-400 mg Na)

1) Untuk pasien dengan edema/asites/hipertensi berat

2) Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur

3) Hindarkan makanan yang mengandung tinggi natrium

2. Diet Rendah Garam II (600-800 mg Na)

1) Untuk pasien dengan edema/asites/hipertensi tidak terlalu berat

2) Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ¼ sdt garam dapur

3) Hindarkan makanan yang mengandung tinggi natrium

3. Diet Rendah Garam II (1000-1200 mg Na)

1) Untuk pasien dengan edema/asites/hipertensi ringan

2) Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt (4 g) garam dapur

3) Hindarkan makanan yang mengandung tinggi natrium

Bahan makanan sehari

Bahan makanan Berat (g) URT

Beras 300 5 gls nasi

Daging 100 2 ptg sdg

47

Page 48: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Telur ayam 50 1 btr

Tempe 100 4 ptg sdg

Kacang hijau 25 2½ sdm

Sayuran 200 2 gls

Buah 200 2 ptg sdg pepaya

Minyak 25 2½ sdm

Gula pasir 25 2½ sdm

Nilai gizi :

Energy 2230 kkal Besi 24 mgProtein 75 g natrium 305 mgLemak 53 g Tiamin 1,2 mgKarbohidrat 365 g Vitamin C 87 mgKalsium 500 mg

Pembagian bahan makanan sehari

a. Pagi

Beras 70 g = 1 gls nasi

Telur ayam 50 g = 1 btr

Sayuran 50 g = ½ gls

Minyak 5 g = ½ sdm

Gula pasir 10 g = 1 sdm

b. Pukul 10.00

Kacang hijau 25 g = 2½ sdm

Gula pasir 15 g = 1 ½ sdm

c. Siang dan Sore

Beras 140 g = 2 gls nasi

48

Page 49: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Daging 50 g = 1 ptg sdg

Tempe 50 g = 2 ptg sdg

Sayuran 75 g = ¾ gls

Buah 100 g = 1 ptg sdg pepaya

Minyak 10 g = 1 sdm

F. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan

Sumber karbohidrat Beras, kentang, singkong, terigu, tapioca, hunkwe, gula, makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan soda seperti : macaroni, mi, bihun, roti, biscuit, kue kering.

Roti, biscuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan atau baking powder dan soda

Sumber protein hewani, telur maks 1 btr perhari

Daging dan ikan maks 100 g sehari, telur maks 1 btr perhari

Orak, ginjal, lidah, sardine, daging, ikan dan telur yang diawet dengan garam dapur seperti daging asap, ham, bacon, dendeng, abon keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin dan telur pindang

Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam dapur

Keju kacang tanah dan semua kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan lain ikatan natrium

Sayuran Semua sayuran segar, sayuran yang diawetkan tanpa garam dapur dan natrium benzoate

Sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur dan ikatan natrium lain seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan , dan

49

Page 50: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

acar

Buah-buahan Semua sayuran segar, sayuran yang diawetkan tanpa garam dapur dan natrium benzoate

Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur dan ikatan natrium lain seperti buah-buahan dalam kaleng

Lemak Minyak goring, margarine dan mentega tanpa garam

Margarine dan mentega biasa

Minuman Teh, kopi Minuman ringan

Bumbu Semua bumbu-bumbu kering yang tidak mengandung garam dapur dan lain ikatan natrium. Garam dapur sesuai ketentuan untuk diet rendah garam I, II, III

Garam dapur untuk diet rendah garam I, baking powder, soda kue, vetsin dan bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti kecap, terasi, magi, tomato ketchup, peris dan tauco.

DIET PENYAKIT DIABETES MELITUS

A. Diet Penyakit Diabetes Melitus tanpa Komplikasi

Gambaran Umum

50

Page 51: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara

absolut atau relatif.

Tujuan Diet

Tujuan diet Penyakit Diabetes Melitus adalah membantu pasien memperbaiki

kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan control metabolic yang lebih baik, dengan

cara :

1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan

menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin.

2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.

4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan

insulinseperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama serta

masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.

5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

Syarat Diet

Syarat-syarat diet Penyakit Diabetes Melitus adalah:

1. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.

2. Kebutuhan protein normal, 10-15% dari kebutuhan energi total.

3. Kebutuhan lemak sedang, 20-25% dari kebutuhan energi total.

4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energy total, yaitu 60-70%.

5. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali

jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, maka

diperbolehkan mengonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.

6. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternative adalah bahan

pemanis selain sakarosa yang terbagi menjadi gula alternatif bergizi dan tidak bergizi.

7. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat

didalam sayur dan buah.

51

Page 52: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

8. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan untuk mengonsumsi natrium

dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yakni 3000 mg/hari. Apabila

mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi.

9. Cukup vitamin dan mineral.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan Diabetes Melitus dikontrol

berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8

jenis Diet Diabetes Melitus sebagaimana dapat dilihat pada Tabel dibawah.

Tabel Jenis diet Diabetes Melitus menurut kandungan energi, protein, lemak dan

karbohidrat

Jenis DietEnergi

kkal

Protein

g

Lemak

G

Karbohidrat

g

I 1.100 43 30 172

II 1.300 45 35 192

III 1.500 51,5 36,5 235

IV 1.700 55,5 36,5 275

V 1.900 60 48 299

VI 2.100 62 53 319

VII 2.300 73 59 369

VIII 2.500 80 62 396

Contoh Menu Sehari

Diet DM 1900 kkal

Waktu Bahan Makanan Penukar URT Menu

Pagi Nasi 1 ½ p 1 gelas Nasi

Telur ayam 1 p 1 butir Telur dadar

Tempe 1 p 2 potong sedang Oseng tempe

Sayuran A S Sop oyong + tomat

52

Page 53: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Minyak 2 p 1 sdm

Pukul 10.00 Buah 1 p 1 potong sedang Papaya

Siang Nasi 2 p 1½ gelas Nasi

Ikan 1 p 1 potong sedang Pepes ikan

Tempe 1 p 1 potong sedang Tempe goreng

Sayuran B 1 p 1 gelasLalapan kacang panjang + kol

Buah 1 p ¼ buah sedang Nanas

Minyal 2 p 1 sdm

Pukul 16.00 Buah 1 p 1 buah Pisang

Malam Nasi 2 p 1½ gelas Nasi

Ayam tanpa kulit 1 p 1 potong sedangAyam bakar bumbu kecap

Tahu 1 p 1 buah besar Tahu bacem

Sayuran B 1 p 1 gelas Stup buncis + wortel

Buah 1 p 1 potong sedang Pepaya

Minyal 2 p 1 sdm

Nilai Gizi : Energi 1912 kkal Karbohidrat 299 g (62,5% energi total)Protein 60 g (12,5% energi total) Kolesterol 303 mgLemak 48 g (22,5% energi total) Serat 37 g

Bahan Makanan yangDianjurkan

Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :

1. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong ubi dan sagu.

2. Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu

dan kacang-kacangan.

3. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna.

53

Page 54: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan (dibatasi/dihindari)

1. Mengandung banyak gula sederhana, seperti :

Gula pasir, gula jawa

Sirup, jelly, buah yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman

ringan dan es krim.

Kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.

2. Mengandung banyak lemak seperti cake, fast food, dan goring-gorengan.

3. Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang

diawetkan.

B. Diet Penyakit Diabetes Melitus dengan Nefropati

Gambaran Umum

Diabete Melitus (DM) jika tidak ditangani dengan baik maka dapat mengakibatkan

timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh, diantaranya ginjal. Manifestasi lanjut dari

kelainan ginjal pada Diabetes Melitus adlah Nefropati Diabetes.

Tujuan Diet

Tujuan Diet DM dengan nefropati adalah untuk mencapai dan mempertahankan status

gizi optimal serta menghambat laju kerusakan ginjal dengan cara :

1. Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah.

2. Mencegah menurunnya fungsi ginjal.

3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Syarat Diet

Syarat-syarat diet penyakit DM dengan Nefropati adalah :

1. Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal.

2. Protein Rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8 g/kg BB.

3. Karbohidrat sedang, yaitu 55-60% dari kebutuhan energy total. Kebutuhan

karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan lipida darah. Gunakan karbohidrat

kompleks sebagai sumber karbohidrat utama.

54

Page 55: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

4. Lemak normal, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total. Utamakan asam lemak

tidak jenuh ganda atau tunggal.

5. Natrium: 1000-3000 mg, tergantung pada tekanan darah, adanya edema, dan eksresi

natrium.

6. Kalium dibatasi hingga 40-70 mEq (1600-2800 mg) atau 40 mg/kg BB, bila ada

hyperkalemia (GFR ≤10 ml/menit) atau bila jumlah urin <1000 ml/hari.

7. Fosfor tinggi: 8-12 mg/kg BB (diperlukan obat pengikat fosfor).

8. Kalsium tingga: 1200-1600 mg (diperlukan suplemen).

9. Vitamin tinggi. Bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin B kompleks,

asam folat dan piridoksin, serta vitamin C.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Ada 8 jenis Diet Diabetes Melitus Rendah Protein (DMRP) menurut nilai energy

1100-2500 kkal yang masing-masing dibagi lagi menurut nilai protein, yaitu 30 g, 40 g, dan

50 g. Protein 50g sehari ditetapkan untuk diet DMRP 2100 kkal, 2300 kkal, dan 2500 kkal.

Diet diberikan sesuai dengan kebutuhan energi dan kemampuan fungsi ginjal pasien.

Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber Karbohidrat

Beras, ubi, singkong,

kentang, roti tawar, tepung

terigu, sagu dan tepung

singkong

Sumber karbohidrat tinggi

natrium seperti cake, biscuit

dan krekers.

Sumber Protein Hewani

Daging sapi, ayam, ikan,

telu, susu dan hasil

olahannya

Daging dan ikan yang

diawetkan seperti ikan asin,

dendeng, sarden dan corned

beef.

Sumber Protein Nabati -

Semua jenis kacang-

kacangan dan hasilnya yang

merupakan sumber protein

bernilai biologik rendah.

55

Page 56: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Sayuran

Rendah kalium seperti

kangkung, sawi, wortel dan

terong

Tinggi kalium seperti tomat,

kol, bayam, bit, daun

bawang, tauge kacang hijau,

kacang buncis, kembang kol

dan rebung

Buah-buahan

Rendah kalium seperti

jambu, kedondong, manga,

markisa, melon, semangka,

nangka, pir, salak, sawo

Tinggi kalium seperti anggur,

arbei, belimbing, duku,

jambu biji, jeruk, papaya dan

pisang.

Minuman - Bersoda dan beralkohol

BumbuSemua jenis bumbu kecuali

gulaSemua jenis gula, madu

Contoh Menu Sehari

Waktu Menu Berat (g) URT

Pagi

Nasi

Telur dadar

Setup buncis

100

50

50

¾ gelas

1 butir½ gelas

Pukul 10.00 Bubur sagu mutiara 50 ½ mangkuk

Siang

Nasi

Ikan pepes

Sayur asem

Pepaya

Madu

100

50

50

100

20

¾ gelas

1 potong sedang½ gelas

1 potong sedang

2 sdm

Pukul 16.00 Puding Maizena 25 1 potong

Malam

Nasi

Ayam goreng

Cah capcay

Setup nanas

madu

100

50

50

100

20

¾ gelas

1 potong sedang½ gelas

1 potong sedang

2 sdm

56

Page 57: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

DIET PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

A. Diet Dislipidemia

57

Page 58: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Dislipidemia adalah kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan peningkatan atau

penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adlaah kenaikan kadar

kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.

Pengobatan dyslipidemia berdasarkan asumsi bahwa normalisasi nilai lipid darah mengurangi

risiko terhadap aterogenesis dan penyakit kardiovaskuler. Pilar utama pengelolaan

dislipidemia adalah upaya non-farmakologis yang meliputi modifikasi diet, latihan jasmani

dan pengelolaan berat badan.

Tujuan Diet

Tujuan diet Dislipidemia adalah untuk :

Menurunkan berat badan bila kegemukan

Mengubah jenis dan asupan lemak makanan

Menurunkan asupan kolesterol makanan

Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat

sederhana

Syarat Diet

1. Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktivitas fisik.

Penurunan asupan energi disertai penurunan berat badan biasanya menghasilkan

penurunan kadar trigliserida darah yang cepat.

2. Lemak sedang, 30% dari kebutuhan energi total. Lemak jenuh untuk diet

Dislipidemia Tahap I, 10% untuk diet Dislipidemia Tahap II dan 7% untuk diet

Dislipidemia Tahap III. Lemak tak jenuh ganda dan tunggal untuk diet Dislipidemia

Tahap I maupun II adalah 10-15% dari kebutuhan energy total. Kolesterol 300mg

untuk diet Dislipidemia Tahap I dan 200mg untuk diet Dislipidemia Tahap II.

3. Protein cukup, yaitu 10-20% dari kebutuhan energy total.

4. Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total.

5. Serat tinggi, terutama serat larut air.

6. Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan untuk pasien yang

mengkonsumsi ≤ 1200 kkal energy sehari.

Jenis Diet, Indikasi Pemberian dan Lama Pemberian

58

Page 59: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Ada dua jenis diet Dislipidemia, yaitu diet Dislipidemia Tahap I dan Tahap II. Diet

Dislipidemia Tahap I mengandung kolesterol dan lemak jenuh lebih tinggi daripada diet

Dislipidemia Tahap II.

Bagi yang kegemukan, lenih dahulu dilakukan pengkajian terhadap riwayat berat

badan, usaha penurunan berat badan dan sikap yang berhubungan dengan makanan. Penilaian

ini diperlukan untuk menentukan apakah harus dimulai dengan Diet Tahap I atau langsung

diberikan Diet Tahap II.

Keberhasilan diet dinilai dengan mengukur kadar kolesterol darah setelah 4-6 minggu

dan 3 bulan. Jika tujuan tidak tercapai meskipun pasien patuh, pasien harus pindah ke Diet

Tahap II.

Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber KarbohidratBeras terutama beras tumbuk/beras merah, pasta, macaroni, roti tinggi serat, cereal, ubi, kentang, dll

Produk makanan jadi : pie, cake, biscuit dan lain-lain

Sumber Protein HewaniIkan, unggas tanpa kulit, daging kurus, putih telur, susu skim, yoghurt dan lain-lain

Daging gemuk, daging kambing, jeroan, sosis, sardine, kuning telur (batasi hingga 3 butir/minggu), susu kental manis dan lain-lain

Sumber Protein Nabati Tempe, tahu dan kacang-kacanganDimasak dengan santan dan digoreng dengan minyak jenuh.

Sayuran

Semua sayur dalam bentuk segar, direbus, dikukus, disetup, ditumis dengan menggunakan minyak jagung, minyak kedelai atau margarin tanpa garam yang dibuat dari minyak tak jenuh ganda

Dimasak dengan mentega, minyak kelapa atau minyak kelapa sawit dan santan kental

Buah Semua buah dalam keadaan segar atau bentuk jus Buah yang diawetkan

Sumber Lemak Minyak jagung, kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan wijen. Margarin tanpa garam yang dibuat

Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, mentega, margarin, kelapa, santan, krim,

59

Page 60: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

dari minyak jenuh tak jenuh ganda. Mayonnaise dan salad dressing tanpa garam yang dibuat dari mintak tak jenuh ganda

lemak babi dan lain-lain

Contoh Menu

Diet Dislipidemia Tahap I 1600 kkal

WaktuBahan

MakananPenukar URT Menu

Pagi

Nasi

Ikan

Tempe

Sayuran

Minyak

1p

1p

1p

1p

1p

½ gelas

1 potong sedang

2 potong sedang½ gelas

½ sendok makan

Nasi

Ikan pepes

Tempe bacem

Lalapan+sambel

Pukul 10.00 Pisang 1p 1 buah Pisang

Siang

Mie

Bakso

Tahu

Sayuran

Minyak

Jeruk manis

1 ½ p

1 ½ p

1 ½ p

1p

1p

1p

1 buah

15 biji sedang

1 ½ biji sedang

1 gelas

½ sendok makan

2 buah

Mie bakso campur

Sawi

Jeruk manis

Pukul 16.00Pepaya

Gula pasir

1p

1p

1 potong sedang

1 sendok teh

Papaya

Malam

Nasi

Ikan

Tempe

Sayuran

Minyak

1 ½ p

1p

1p

½ p

1p

1 gelas

1 potong

2 potong sedang

½ gelas½ sendok makan

Nasi

Ikan bumbu kuning

Oseng tempe

Cah sawi

B. Diet Penyakit Jantung

Gambaran Umum

Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan, dimana jantung secara berangsur

kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal. Pada awal penyakit,

60

Page 61: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

jantung mampu mengkompensasi ketidakefisiensian fungsinya danmempertahankan sirkulasi

darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi.

Tujuan Diet

Tujuan Diet Penyakit Jantung adalah :

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.

2. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk

3. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air

Syarat Diet

Syarat-syarat Diet Penyakit Jantung adalah sebagai berikut :

1. Energi cukuo, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.

2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB.

3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total.

4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia

5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan kalium, kalsium, dan magnesium

jika tidak dibutuhkan.

6. Garam rendah, 2-3 g/hari jika ada hipertensi atau edema

7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas

8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

9. Cairan cukup, kurang lebih 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.

10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberika dalam porsi kecil.

11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan

berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Diet Jantung I

Diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Myocard Infarct. Diet

diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat

menerimanya. Diet ini sangat rendah energy dan semua gizi, sehingga sebaiknya hanya

diberikan selama 1-3 hari.

61

Page 62: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Diet Jantung II

Diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan sebagai

perpindahan dari Diet Jantung I atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika disertai dengan

hipertensi/edema, diberikan sebagai Diet Jantung II Garam Rendah. Diet ini rendah energi,

protein, kalsium dan thiamin.

Diet Jantung III

Diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan sebagai

perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantung dengan kondisi yang tidak

terlalu berat. Jika disertai dengan hipertensi/edema diberikan sebagai Diet Jantung III Garam

Rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium tetapi cukup zat gizi lainnya.

Diet Jantung IV

Diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan dari Diet

JAntung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai

hipertensi/edema, diberikan sebagai Diet Jantung IV Garam Rendah. Diet ini cukup energi

dan zat gizi lain kecuali kalsium.

Bahan makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber Karbohidrat

Beras di tim atau disaring,roti,

mie, kentang, macaroni, biscuit

tepung beras/terigu, sagu aren,

sagu ambon, gula pasir, gula

merah, madu dan sirup

Makanan yang mengandung

gas atau alcohol seperti ubi,

singkong, tape singkong atau

tape ketan

Sumber Protein Hewani

Daging sapi, ayam dengan lemak

rendah, ikan telur, susu rendah

lemak

Daging sapi dan ayam

berlemak, gajih, sosis, ham,

hati, limpa, keju, kerang, otak

dan susu penuh.

Sumber Protein Nabati Kacang-kacangan kering atau Kacang-kacangan kering yang

62

Page 63: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

kacang kedelai dengan hasil

olahannya

mengandung lemak cukup

tinggi seperti kacang tanah,

kacang mete dan kacang

bogor.

Sayuran

Sayuran yang tidak mengandung

gas seperti bayam, kangkung,

wortel, buncis labu siam dan

tauge

Semua sayuran yang

mengansung gas seperti kol,

kembang kol, lobak, sawi dan

nangka muda

Buah-buahan Semua buah-buahan segar

Buah-buahan segar yang

mengandung alcohol seperti

durian dan nangka matang

Lemak

Minyak jagung, minyak kedele,

margarin, mentega dalam jumlah

terbatas, kelapa atau santan encer

dalam jumlah terbatas

Minyak kelapa dan minyak

kelapa sawit serta santan

kental

Minuman The encer, coklat, sirupThe/kopi kental, minuman

bersoda dan beralkohol

Bumbu Semua bumbu selain bumbu

tajam dalam jumlah terbatas

Lombok, cabe rawit dan

bumbu-bumbu lain

Contoh Menu Sehari

Diet Jantung II

Pagi

Bubur nasi

Telur dadar

Sup wortel

Susu skim

Pukul 10.00

Selada Buah

Siang

Bubur nasi

Daging semur

Sayur bening bayam

Jeruk

Pukul 16.00

Apel

Malam

Bubur nasi

Ayam panggang

Tumis kacang panjang

63

Page 64: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Pepaya

Diet Jantung III

64

Page 65: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Pagi

Nasi tim

Telu rebus

Tahu ungkep

Sayur bening labu siam

teh

Pukul 10.00

Selada buah

Siang

Nasi tim

Ikan panggang

Tempe bumbu kuning

Sup oyong

Apel

Pukul 16.00

Agar-agar buah

Malam

Nasi tim

Daging rolade

Tahu bacem

Tumis wortel

Pepaya

Diet Jantung IVMenu sama dengan Diet Jantung III, hanya nasi tim diganti dengan nasi.

65

Page 66: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

DIET PENYAKIT GINJAL

A. Diet Sindrom NefrotikSindrom Nefrotik atau Nefrosis adalah kumpulan manifestasi penyakit

yang ditandai oleh ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai akibat meningkatnya permeabilitas membran kapiler glomerulus. Kehilangan protein melalui urin yang ditandai oleh proteinuria masif (>3,5 g protein/24 jam) menyebabkan hipoalbuminemia yang diikuti oleh edema (retensi air), hipertensi, hiperlipidemia, anoreksia, dan rasa lemah.a) Tujuan Diet

- Menggantikan protein yang hilang terutama albumin;- Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh;- Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida;- Mengontrol hipertensi;- Mengatasi anoreksia.

b) Syarat DietEnergi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen, yaitu 35 kkal/Kg BB per hari;Protein sedang, yaitu 1,0 g/Kg BB, atau 0,8 g/Kg BB ditambah jumlah protein yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai bilogik tinggi;Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total. Perbandingan lemak jenuh, lemak tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1:1:1;Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaan karbohidrat kompleks;Batasi konsumsi natrium, yaitu 1-4 g sehari, tergantung berat ringannya edema;Batasi asupan kolesterol, yaitu <300 mg. Begitu pula gula murni, bila ada peningkatan trigliserida darah;Sesuaikan jumlah cairan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernapasan.

B. Diet Gagal Ginjal AkutGagal ginjal akut terjadi karena menurunnya fungsi ginjal secara

mendadak yang terlihat pada penurunan Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) dan terganggunya kemampuan ginjal untuk

66

Page 67: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme. Penyakit ini disertai oliguria (urin <500 ml/24 jam) sampai anuria. Penyebabnya beragam, seperti kekurangan cairan tubuh secara berlebihan akibat diare atau muntah, pendarahan hebat atau trauma pada ginjal akibat kecelakaan, keracunan obat, dan luka bakar. Pada gagal ginjal akut terjadi katabolisme protein berlebihan (hiperkatabolisme) yang dipengaruhi oleh: (1) berat ringannya penyakit; (2) gangguan fungsi ginjal; (3) status gizi pasien; (4) jenis terapi yang diberikan. Pemberian diet disesuaikan dengan keempat hal tersebut. Gejala penyakit dapat disertai anoreksia, nausea, rasa lelah, gatal, mengantuk, pusing, dan sesak napas. Dalam keadaan katabolik sedang dan berat, pasien memerlukan dialisis. Apabila faktor penyebab dapat diatasi, penyakit dapat disembuhkan sehingga fungsi ginjal kembali normal.a) Tujuan Diet

- Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal;- Menurunkan kadar ureum darah;- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit;- Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan

mempercepat penyembuhan.b) Syarat Diet

Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25-35 kkal/Kg BB;Protein disesuaikan dengan katabolisme, yaitu 0,6-1,5 g/Kg BB. Pada katabolik ringan kebutuhan protein 0,6-1 g/Kg BB. Katabolik sedang 0,8-1,2 g/Kg BB, dan katabolik berat 1-1,5 g/Kg BB;Lemak sedang, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5-1,5 g/Kg BB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8-1,5 g/Kg BB;Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi junlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridemia, batasi penggunaan karbohidrat sederhana atau gula murni;Natrium dan kalium dibatasi bila ada anuria;Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin +500 ml;Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau perenteral. Bila diperlukan, tambahkan suplemen asam folat, vitamin B6, vitamin C, vitamin A, dan vitamin K.

c) Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

67

Page 68: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien dan berat ringannya katabolisme protein. Pada katabolik ringan (keracunan obat) dapat diberikan makanan per oral dalam bentuk lunak. Pada katabolik sedang (infeksi, peritonitis) serta katabolik berat (luka bakar, sepsis) diberikan makanan formula enteral dan atau parenteral.

d) Makanan yang DianjurkanApabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh diberikan; batasi penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur dan buah yang mengandung tinggi kalium bila ada hiperkalemia.

C. Diet Penyakit Ginjal KronikPenyakit ginjal kronik adalah keadaan dimana terjadi penurunan

fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat dipulihkan kembali. Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesak nafas, rasa lelah, edema pada kaki dan tangan, serta uremia. Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) <25 ml/menit, diberikan Diet Protein Rendah.a) Tujuan Diet

- Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal agar tidak memberatkan kerja ginjal;

- Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia);- Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit;- Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal dengan

memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.b) Syarat Diet

Energi cukup, yaitu 35 kkal/Kg BB;Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/Kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi;Lemak cukup, yaitu 20-30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda;Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak;Batasi Natrium apabila terdapat hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 g;Batasi Kalium apabila terdapat hiperkalemia (kalium darah >5,5 mEq), oliguria, atau anuria;

68

Page 69: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

Batasi cairan, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (± 500 ml);Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen peridoksin, asan folat, vitamin C, dan vitamin D.

c) Jenis Diet dan Indikasi PemberianAda 3 (tida) jenis diet yang diberikan berdasarkan berat badan pasien,

yaitu:(1) Diet Protein Rendah I: 30 g protein. Diberikan kepada pasien dengan

berat badan 50 Kg;(2) Diet Protein Rendah II: 35 g protein. Diberikan kepada pasien dengan

berat badan 60 Kg;(3) Diet Rendah Protein III: 40 g protein. Diberikan kepada pasien dengan

berat badan 65 Kg.d) Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber Karbohidrat Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mi, tepung-tepungan, singkong, ubi, selai, madu, permen.

-

Sumber Protein Telur, daging, ikan, ayam, susu.

Kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe dan tahu.

Sumber Lemak Minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak kelapa sawit, minyak kedelai; margarin dan mentega rendah garam.

Kelapa, santan, minyak kelapa; margarin biasa dan lemak hewan.

Sumber Vitamin dan Mineral

Semua sayuran dan buah, kecuali pasien dengan hiperkalemia dianjurkan yang mengandung kalium rendah/sedang.

Sayuran dan buah tinggi kalium pada pasien dengan hiperkalemia.

D. Diet Transplantasi GinjalTransplantasi ginjal adalah terapi pengganti dengan cara mengganti

ginjal yang sakit dengan ginjal donor. Setelah transplantasi sering terjadi hiperkatabolisme protein, kegemukan, dan hiperlipidemia. Diet pada bulan

69

Page 70: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

pertama setelah transplantasi adalah energi cukup dengan protein tinggi, setelah itu berubah menjadi energi dan protein cukup. Karena diet sangat tergantung pada keadaan pasien, maka penyusunan diet dilakukan secara individual.a) Tujuan Diet

- Mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal;- Mencegah hiperlipidemia;- Mencegah ketidaktahanan terhadap glukosa;- Mempercepat penyembuhan.

b) Syarat DietEnergi cukup, yaitu 30-35 kkal/Kg BB/hari;Protein tinggi pada bulan pertama setelah transplantasi, yaitu 1,3-1,5 g/Kg BB/hari; setelah satu bulan menjadi 1 g/Kg BB/hari;Lemak sedang, yaitu <30 % dari kebutuhan energi total. Batasi pemakaian lemak jenuh;Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal dari ptotein dan lemak. Untuk mencegah ketidaktahanan terhadap glukosa, batasi pemakaian gula sederhana dan usahakan makanan berserat tinggi;Kolesterol <300 mg/hari, untuk mencegah hiperlipidemia;Kalsium tinggi, yaitu 800-1200 mg/hari;Fosfor sama dengan kebutuhan kalsium untuk mengatasi absorbsi rendah;Natrium, kalium, dan cairan tidak perlu dibatasi, kecuali bila ada indikasi gangguan fungsi ginjal;Bila perlu beri suplemen kalsium, magnesium, tiamin, dan vitamin D;Apabila setelah transplantasi, kemudian ginjal gagal berfungsi, maka dianjurkan agar diet disesuaikan dengan kondisi pasien.

c) Jenis Diet dan Indikasi PemberianAda 2 jenis diet yang diberikan setelah transplantasi ginjal, yaitu:

1. Diet Transplantasi I/DT I (setelah transplantasi sampai dengan sebulan);

2. Diet Transplantasi II/DT II (setelah sebulan transplantasi).d) Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan makanan yang dianjurkan yaitu sumber lemak jenuh ganda, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

Bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu sumber lemak jenuh, sumber kolesterol, sumber gula sederhana (seperti gula pasir, gula merah,

70

Page 71: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

madu, dan makanan manis yang berlebihan) bila terjadi hiperkolesterolemia atau hipertrigliseridemia.

E. Diet Gagal Ginjal dengan DialisisDialisis dilakukan terhadap pasien dengan penurunan fungsi ginjal

berat, di mana ginjal tidak mampu lagi mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta memproduksi hormon-hormon. Ketidakmampuan ginjal mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme menimbulkan gejala uremia. Dialisis dilakukan bila hasil Tes Kliren Keratinin <15 ml/menit.

Dialisis dapat dilakukan dengan cara hemodialisis atau dialisis peritoneal. Cara yang paling banyak digunakan adalah hemodialisis. Pada proses hemodialisis, aliran darah ke ginjal dialihkan melalui membran semipermeabel dari ginjal tiruan (mesin cuci ginjal) sehingga produk-produk sisa metabolisme dapat dikeluarkan dari tubuh. Pada proses dialisis peritoneal, aliran darah dialihkan melalui dinding semipermeabel dari peritoneum.

Anjuran diet didasarkan pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran tubuh. Karena nafsu makan pasien pada umumnya rendah, maka perlu diperhatikan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet yang ditetapkan.a) Tujuan Diet

- Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal;

- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit;- Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.

b) Syarat DietEnergi cukup, yaitu 35 kkal/Kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis (HD) maupun Continuous Ambulatory Perineal Dialysis (CAPD). Pada CAPD, diperhutungkan jumlah energi yang berasal dari cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan berat badan, harus dilakukan secra berangsur (250-500 g/minggu) untuk mengurangi risiko katabolisme massa tubuh tanpa lemak (Lean Body Mass);Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1-1,2 g/Kg BB ideal/hari pada HD dan 1,3 g/Kg BB ideal/hari pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai biologi tinggi;Karbohidrat cukup, yaitu 55-75 % dari kebutuhan energi total;Lemak normal, yaitu 15-30 % dari kebutuhan energi total;Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar per 24 jam, yaitu:

71

Page 72: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

- 1 g ditambah penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin (HD);

- 1-4 g ditambah penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin (CAPD).

Kalium sesuai dengan urin yang keluar per 24 jam, yaitu:- 2 g ditambah penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g

untuk tiap 1 liter urin (HD);- 3 g ditambah penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g

untuk tiap 1 liter urin (CAPD).Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu, diberikan suplemen kalsium;Fosfor dibatasi, yaitu <17 mg/Kg BB ideal/hari;Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin per 24 jam ditambah 500-750 ml;Suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin larut air seperti B6, asam folat, dan vitamin C;Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang mengandung energi dan protein tinggi.

c) Jenis Diet dan Indikasi PemberianDiet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal

dan ukuran badan pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus direncanakan perorangan.

Berdasarkan berat badan pasien, ada 3 jenis diet dialisis. Yaitu:1. Diet Dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat

badan ±50 Kg;2. Diet Dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat

badan ±60 Kg;3. Diet Dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat

badan ±65 Kg.

F. Diet Nefrolitiasis (Penyakit Batu Ginjal)Batu ginjal terbentuk bila konsnetrasi mineral atau garam dalam urin

mencapai nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal, yang akan mengendap pada tubulus ginjal dan ureter. Meningkatnya konsnetrasi garam-garam ini disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksalat, serta asam urat. Batu ginjal lainnya adalah batu sistin, namun jarang terjadi.

Batu ginjal lebih banyak ditemukan pada orang dewasa laki-laki daripada orang dewasa perempuan. Hiperkalsiuria, hiperurikosuria,

72

Page 73: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

hiperoksalouria, rendahnya volume dan pH urin merupakan faktor risiko terjadinya batu ginjal. Asupan cairan yang tinggi (2,5-3 liter/hari) dapat menghasilkan paling kurang 2 liter urin/hari, dapat mencegah terbentuknya berbagai jenis batu ginjal. Kebutuhan cairan bertambah dengan adanya kenaikan suhu pada lingkungan dan peningkatan aktivitas. Separuh cairan hendaknya adalah air putih.

Gejala batu ginjal yaitu adanya rasa nyeri pada abdomen, mual, muntah, infeksi pada saluran kemih, dan sering buang air kecil. Penyakit ini sering kambuh kembali. Agar dapat dilakukan upaya penyembuhan yang tepat, hendaknya dilakukan analisis terhadap jenis batu dan penyakit yang menjadi penyebabnya.a) Tujuan Diet

- Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal;- Meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan

urin melalui peningkatan asupan cairan;- Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal.

b) Syarat DietEnergi diberikan sesuai dengan kebutuhan;Protein sedang, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total;Lemak sedang, yaitu 15-25 % dari kebutuhan energi total;Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total dikurangi dengan energi dari protein dan lemak;Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, sepatuhnya berasal dari minuman;Membatasi makanan yang sesuai dengan jenis batu ginjal yang terbentuk.

G. Diet Batu Kalsium Oksalat dan Kalsium FosfatSebagian besar batu ginjal terdiri dari batu oksalat (80%), tunggal atau

bergabung dengan kalsium fosfat. Umumnya, hiperkalsiuria (>200 mg dalam urin/hari) terjadi karena tingginya absorbi kalsium. Penyebabnya bermacam-macam, di antaranya yaitu hiperparatiroidisme, hiperurikosuria, hiperkalsiuria idiopatik, hiperoksalouria, dan sitrat dalam urin rendah. Pengobatan utamanya adalah dengan memperbaiki penyebabnya secara spesifik.

Hiperkaliuria dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu tipe I, yang tidak tergantung pada diet (kalsium dalam urin tidak tergantung pada asupan kalsium) dan tipe II, yang tergantung pada diet (kalsium urin tinggi jika asupan kalsium tinggi). Hiperkalsiuria tipa I dianjurkan mengkonsumsi kalsium adekuat tetapi tidak berlebihan. Hieprkalsiuria tipe II dianjurkan mengontrol asupan kalsium dalam batas-batas normal, yaitu 500-800 mg untuk laki-laki dan 500-600 mg untuk perempuan. Pembatasan kalsium tidak

73

Page 74: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

dianjurkan, karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan kalsium negatif dan meningkatkan absorbsi oksalat sehingga meningkatkan risiko pembentukan batu. Asupan asam oksalat dalam makanan hendaknya dibatasi.a) Tujuan Diet

Mencegah atau memperlambat terbentunya batu kalsium oksalat atau kalsium fosfat.

b) Syarat DietEnergi sesuai dengan kebutuhan;Protein sedang, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total, atau 0,8 g/Kg BB/hari;Lemak normal, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total;Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total dikurangi dengan energi dari protein dan lemak;Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, separuhnya berasal dari minuman;Natrium sedang, yaitu 2300 mg (setara dengan 5 gram garam dapur), karena natrium dapat memicu hiperkalsiuria;Kalsium normal, yaitu 500-800 mg/hari. Pembatasan kalsium tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan keseimbangan kaksium negatif;Serta tidak larut air tinggi, karena serat dapat mengikat kalsium sehingga membatasi penyerapannya;Oksalat rendah dengan membatasi makanan yang mengandung tinggi oksalat;Fosfat normal. Diet rendah fosfat ternyata tidak dapat mencegah pembentukan batu fosfat.

c) Bahan Makan yang DibatasiSumber kalsium :

- Susu dan keju serta makanan yang dibuat dari susu;

- Teri dan ikan yang dimakan dengan tulang.

Sumber oksalat :

- makanan yang dapat meningkatkan ekskresi oksalat melalui ginjal, yaitu kentang, ubi, bayam, bit, stroberi, anggur, kacang-kacangan, teh, cokelat,

H. Diet Batu Asam UratBatu asam urat berkaitan dengan penyakit gout artritis, yaitu penyakit

yang bersifat malignant dan penyakit gastrointestinal yang disertai dengan

74

Page 75: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

diare. Penyakit nini berpengaruh terhadap metabolisme purin. Batu asam urat terbentuk karena hiperurikemia, dehidrasi, atau nilai pH urin yang rendah (bersifat asam). Makanan yang mengandung purin tinggi umumnya menghasilkan urin yang bersifat asam dan meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin. Oleh sebab itu, di samping meningkatkan asupan cairan dan menghindari makanan yang mengandung purin tinggi, perlu diusahakan untuk meningkatkan pH urin. a) Tujuan Diet

- Membantu menurunkan kadar asam urat dalam plasma darah;- Meningkatkan pH urin menjadi 6,0-6,5.

b) Syarat DietEnergi sesuai dengan kebutuhan;Protein cukup, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total;Lemak sedang, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total;Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total dikurangi energi dari protein dan lemak;Hindari bahan makanan sumber protein yang mengandung purin >100 mg/100 mg bahan makanan;Makanan yang menghasilkan sisa basa tinggi (misalnya susu, minyak kelapa, santan, kelapa, sayuran dan buah) diutamakan, sedangkan makanan yang menghasilkan sisa asam tinggi (misalnya nasi, roti, daging, ikan, kerang, keju, telur, kacang-kacangan, dan lemak hewan) dibatasi;Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, separuhnya berasal dari air putih;Mineral dan vitamin cukup.

75

Page 76: Tinjauan Pustaka Diet Pada Berbagai Penyakit

REFERENSI

Departemen Kesehatan RI.1997.Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef.1997.Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia. Jakarta.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes.1997.Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita.Jakarta.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan, Oktober 1981.

Eldrige, B.2005.Medical Nutrition Therapy for Cancer Prevention, Treatment and Recovery, dalam Krause’s Food, Nutrition & Diet Therapy 11 th.Saunders Philadelphia.

http://www.Healthcastle.com, Nutrtion Guide: For People Living with Cancer, 2005.

Instalasi Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.2006.Gangguan Saluran Cerna pada Pasien dengan Radiasi (laporan belum dipublikasi).

Instalasi Gizi Perjan RS.Dr.Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.2005.Penuntun Diet Edisi Baru, Cetakan Kedua.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary Management of PEM (Not Published, 1998)

Nutrition Therapy for the cancer patient dalam Total Nutrition Therapy, version 2.0.

Wahyuningrum, SR. Penatalaksanaan Diet Pada Penyakit Kanker. Materi Pelatihan Manajemen Gizi Penyakit Degeneratif Bagi Pengelola Gizi RSPropinsi/Kabupaten/Kota. Bapelkes Makasar 20-23 September 2005.

Waterlaw JC. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold , London, 1992.

WHO. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children, WHO Searo, 1998.

76