tinjauan pustaka diet pada berbagai penyakit
TRANSCRIPT
DIET PADA PENYAKIT GOUT
Gambaran Umum
Asam Urat atau Gout Artritis adalah penyakit yang disebabkan oleh metabolisme
abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini
diikuti dengan ter bentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian yang
menyebabkan peradangan sendi pada lutut dan/ atau jari. Setiap orang memiliki asam urat
didalam tubuh karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Asam urat yang
terdapat didalam tubuh kita tentu saja tidak boleh berlebihan. Sesungguhnya tubuh
menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari, hal ini berarti bahwa
kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15%. Kadar normal asam urat :
Gejala asam urat biasanya ditandai dengan kesemutan dan linu, nyeri terutama malam
hari atau pagi hari saat bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak,
kemerahan, panas dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi hari.
Untuk menurunkan kadar asam urat, penderita perlu melakukan diet yang tepat,
dimana tujuan dietnya adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal, serta
menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Diet yang tepat bagi penderita asam urat
adalah dengan cara tidak mengkonsumsi bahan makanan yang kandungan purinnya tinggi.
Diet rendah purin adalah diet yang dikhususkan untuk pasien dengan penyakit gout
atau lazim disebut penyakit asam urat. Berikut akan dijelaskan mengenai diet rendah
purin.
Tujuan
Tujuan diet rendah purin adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan purin. Di antara syarat-syaratnya
adalah sebagai berikut:
Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jadi bila berat badan berlebih maka asupan
energi dapat dikurangi 500-1000 kkal dari kebutuhan normal
Protein cukup, yaitu 1-1,2 g/kgBB atau 10-15% dari kebutuhan energi total
Hindari bahan makanan sumber protein yang berkadar purin tinggi (lihat penjelasan
selanjutnya)
Lemak sedang, yaitu 10-20% kebutuhan energi total, karena lemak berlebih dapat
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh
1
karbohidrat lebih banyak, yaitu 65-75% dari energi total. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi karbohidrat kompleks agar tidak menambah berat badan
Vitamin dan mineral cukup
Asupan cairan dianjurkan 2-2,5 liter per hari
Jenis Diet
Diet rendah purin diberikan pada pasien dengan penyakit gout atau penyakit batu asam urat
dengan kadar asam urat >7,5 mg/dl. Diet ini terdiri dari 2 jenis, yaitu
1. Diet Rendah Purin I (1500 kkal)
2. Diet Rendah Purin II (1700 kkal)
Lama Pemberian Diet
Diet diberikan sampai kadar asam urat darah dan berat badan menjadi normal. Kadar asam
urat normal yang digunakan dalam literatur ini yaitu 3,4-7 mg/dL.
Bahan Makanan Sehari
Bahan makananDiet Rendah Purin I Diet Rendah Purin II
Berat (g) Satuan Berat satuanBeras 200 3 gelas nasi 250 3,5 gelas nasi
Telur ayam 50 1 butir 50 1 butir
Ayam tanpa kulit 50 1 ptg sedang 50 1 ptg sedang
ikan 50 1 ptg sedang 50 1 ptg sedang
tempe 50 2 ptg sedang 50 2 ptg sedang
sayuran 250 2,5 gelas 300 3 gelas
buah 400 4 ptg pepaya 400 4 ptg pepaya
minyak 15 1,5 sdm 15 1,5 sdm
Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
Tepung susu skim 20 4 sdm 20 4 sdm
*Pembagian di atas boleh diatur dalam menu makanan dalam sehari
2
Pengelompokan Bahan Makanan Menurut Kadar Purin
Kelompok 1 (kandungan purin tinggi, 100-1000 mg purin/100 g bahan makanan)
Jeroan seperti Otak, hati, jantung, babat, limpa, usus,paru, ginjal.
Semua bahan makanan atau minuman dan jajan yang mengandung: Alkohol, arak, bir,
wiski, anggur, tape ketan, tape ketela, tuak, makanan yang beragi.
Remis, udang, kerang, kepiting, lobster
Makanan yang diawetkan dalam kantung seperti kornet, sarden dan lain-lain.
Kaldu daging seperti sop kental, soto ayam, soto sulung, dan lain-lain
Buah-buahan yang beragi dalam perut dari peragian terjadi alcohol daam usus seperti
durian, alpukat, kelapa kopior, air kelapa.
Kelompok 2 (kandungan purin sedang, 9-100 mg purin/100 g bahan makanan)
Kelompok ini harus dibatasi 1 – 1,5 potong daging atau satu mangkok (100gr) sayur
perhari.
Ikan air tawar, ikan laut
Daging sapi, ayam, kambing
Kacang mente, emping goreng, dan hasil olahan seperti oncom goreng dan tempe
goreng
Kembang kol, bayam, asparagus, kangkung, daun singkong dan biji melinjo
Kelompok 3 (kandungan purin rendah atau dapat diabaikan, dapat dimakan setiap hari.
Nasi, Ubi, Singkong, jagung, roti, mi, bihun, tepung beras, cake, keju kering, puding,
susu, keju, telur;
3
Pagi Pukul 10.00 atau 16.00
Nasi Semangka/pisang kukus
Ceplok telur
Tumis labu siam + wortel
Susu skim
Siang Malam
nasi Nasi
Ikan bakar Semur ayam
Tempe goring Pepes tahu
Cah sawi dan wortel Tumis kacang panjang
Papaya Pisang raja
minyak; gula;
sayuran dan buah-buahan (kecuali sayuran dalam kelompok 2).
PENATALAKSANAAN DIET PADA OBESITAS
Kegemukan berhubungan dengan kelebihan berat badan daripada berat badan yang
diinginkan. Obesitas berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh. Obesitas biasanya
didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% berat badan ideal (BBI) atau berat
badan yang diinginkan. Ada tiga derajat obesitas: (1) ringan, 120%- 140%. BBI, (2) sedang,
141%-200% BBI, (3) berat atau abnormal, lebih dari 200% BBI.
Patofisiologi
Diagnosis Obesitas
Ada beberapa metode untuk menentukan apakah ada obesitas:
1. Perbandingan berat dengan table berat badan yang diinginkan menurut tinggi (lihat
Lampiran E)
2. Indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 27,8 untuk laki-lai atau 27,3 untuk wanita;
formula untuk BMI adalah:
Berat (kg) : tinggi2(m)
3. Pengukuran lemak subkutan; lipat kulit triseps 18,6 mm untuk laki-laki atau 25,1 mm
untuk wanita telah digunakan sebagai indikator obesitas.
Etiologi
Penyebab obesitas adalah multifactor. Faktor-faktor di bawah ini sedikitnya terlibat pada
beberapa kasus obesitas:
1. Genetik: Anak-anak dari orang tua obes cenderung tiga sampai delapan kali menjadi
obesitas dibandingkan dari orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak
dibesarkan oleh orang tua kandungnya.
2. Lingkungan: Pengaruh keluarga (mis. Penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak
boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan di piring habis)
membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.
3. Psikologi: Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhada kesepian, berduka,
atau depresi; dapat merupakan respons terhadap rangsangan dari luar seperti iklan
makanan atau kenyataan bahwa ini adalah waktu makan.
4
4. Fisiologi:Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini sering
menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan; pada beberapa contoh,
kelainan endokrin seperti hipotiroidi bertanggung jawab untuk obesitas.
Ada pun penyebab dasarnya, faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori
yang berlebihan dari energi yan dibutuhkan.
Risiko Kesehatan yang Berhubungan dengan Obesitas
Obesitas berhubungan dengan berbagai risiko kesehatan, yang diringkaskan dalam table 19-1.
Risiko kesehatan meningkat secara progresif dengan beratnya derajat obesitas.
Tabel 19-1. Problem kesehatan yang disebabkan atau diperburuk oleh obesitas
Hal atau Tipe Masalah Penyakit, Simtom, atau Kesulitan
Kardiovaskular dan respirasi Hipertensi; penyakit jantung koroner; vena varicose;
sindrom pickwickian*
Endokrin dan reproduktif Non-diabetes mellitus tergantung insulin; amenore,
infertilitas;.pre-eklampsia
Gastrointestinal Kolesistitis dan kolelitiasis; fatty liver
Psikiatri dan social Diskriminasi social
Muskuloskeletal dan kulit Osteoartritis; iritasi dan infeksi kulit, terutama pada
lipatan kulit,striae
Keganasan Kanker kolon,rektum,prostat,kandung empedu,buah
dada,uterus,.dan ovarium*Hipoventilasi dan letargi disebabkan oleh penurunan pergerakan dada akibat kelebihan berat badan pada dada
Pengobatan dan Penatalaksanaan Gizi pada Obesitas
Tujuan dari intervensi adalah: (1) menurunkan lemak tubuh untuk mencapai berat
badan antara 20% berat badan ideal, (2) kembangkan kebiasaan makan yang lebih sehat,(3)
cegah kehilangan massa otot selama penurunan berat badan, dan (4) pertahankan penurunan
berat badan.
Penatalaksanaan
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang
paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam
mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan
5
perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan
resiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan
dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :
1. Resiko rendah : BMI < 27
2. Resiko menengah : BMI 27-30
3. Resiko tinggi : BMI 30-35
4. Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
5. Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita
berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500
kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah
raga.
Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-
1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah
raga.
Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat
anti obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga
Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur yang
harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan:
1. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin,
mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.
2. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan
secara perlahan dan stabil.
Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara menyeluruh.
Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan
berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian
berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas
6
fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya
penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk
pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi
masalah berat badan.
Syarat Diet Untuk menurunkan Berat Badan
Penderita obesitas (kelebihan berat badan) memiliki ketentuan diet yang bertujuan
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gender dan kebutuhan
fisik, mencapai IMT normal, mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat
badan sebanyak ½-1kg/minggu, serta mempertahankan status kesehatan yang optimal. Syarat
diet yang diberikan kepada penderita obesitas antara lain :
1. Energi rendah, ditujukan untuk menurunkan berat badan. Pengurangan dilakukan
secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi kualitas
maupun kuantitas. Untuk menurunkan berat badan sebanyak ½-1 kg/minggu, asupan
energi dikurangi sebanyak 500-1000 kkal/hari dari kebutuhan normal. Perhitungan
kebutuhan normal dilakukan berdasarkan berat badan ideal.
2. Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg/BB/hari atau 15-20% dari kebutuhan
energi total.
3. Lemak sedang yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Usahakan sumber berasal
dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh ganda yang kadarnya tinggi.
4. Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu 55-65% dari kebutuhan energi total. Gunakan
lebih banyak sumber karbohidrat kompleks untuk memberi rasa kenyang dan
mencegah konstipasi. Sebagai alternatif, bisa digunakan gula buatan sebagai
pengganti gula sederhana.
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
6. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan.
7. Cairan cukup, yaitu 8-10 gelas/hari.
7
DIET PENYAKIT KANKER
A. Pengertian Kanker
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dengan cara multiplikasi dengan
cepat dan menyebar ke jaringan sekitarnya. Sel kanker akan merusak jaringan tubuh yang
berakibat gangguan fungsi organ yang terkena sel kanker. Berbagai faktor risiko kanker yang
telah diteliti antara lain faktor lingkungan yaitu polusi, bahan kimia dan virus serta konsumsi
bahan makan karsinogenik. Efek samping pengobatan pada kanker juga menimbulkan
masalah asupan makan yang berisiko terjadi gizi kurang(3.4).
Kanker dan Gizi KurangPenelitian di rumah sakit menunjukkan bahwa pada saat
pasien pertama kali didiagnosis kanker terdapat 50 persen pasien mengalami penurunan berat
badan dan status gizi kurang. Pada kanker stadium lanjut pasien sering jatuh ke dalam kondisi
kurang energi protein (KEP) yang dikenal dengan kaheksia. Kaheksia adalah kumpulan
gejala yang ditandai dengan anoreksia, penurunan berat badan, kehilangan masa otot,
disfungsi organ, hipoalbuminemia, peningkatan kebutuhan basal dan gangguan metabolisme
zat gizi serta kelemahan. Mekanisma kaheksia dan anoreksia pada kanker dapat dijelaskan
melalui peran citokin tubuh. Pada saat bibit kanker masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan
merespon dengan memproduksi mediator protein yaitu citokin. Citokin diduga akan
mempengaruhi sel otak dengan memunculkan gejala anoreksia. Citokinternyata juga
mempengaruhi metabolisma lemak dan glukosa hati(2.3.4).
B. Efek Samping Terapi Kanker
Sampai saat ini tindakan medis yang dilakukan untuk terapi kanker adalah
pembedahan, radiasi, kemoterapi dan transplantasi. Terapi melalui imunonutrisi sudah mulai
dikembangkan dengan menggunakan berbagai zat yang diduga dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker yaitu asam lemak tak jenuh ganda, arginin, glutamin, vitamin A, C
dan E. Pembedahan bertujuan untuk mengobati kanker secara lokal dan regional dengan
mengangkat tumornya saja atau mengurangi ukurannya. Efek samping dari pengobatan ini
sangat ditentukan oleh lokasi tumor. Terapi tumor pada usus dengan tindakan reseksi usus
8
baik parsial atau total akan menurunkan absorpsi zat gizi oleh karena jumlah vili usus yang
berkurang(1.3)
Penyinaran atau radiasi pada prinsipnya adalah membunuh sel kanker sebanyak
mungkin dengan mengusahakan agar jaringan sehat sekitarnya menerima dosis yang
minimal. Biasanya dilakukan 25-30 kali penyinaran, 5 kali dalam seminggu. Efek samping
penyinaran yang berdampak pada status gizi sangat ditentukan oleh lokasi tumor yang
disinar. Apabila penyinaran pada daerah kepala dan leher, maka efek sampingnya berupa
kesulitan mengunyah, menelan, saliva mengental dan asam, karies gigi. Dampak penyinaran
umumnya terjadi pada minggu ke-2 atau ke-3 penyinaran dan berakhir sampai 2 – 3 minggu
setelah penyinaran, tetapi ada yang berlanjut sampai beberapa bulan setelahnya(1.Terapi
kanker dengan kemoterapi merupakan pengobatan kanker secara sistemik dengan tujuan
menghambat pertumbuhan sel kanker. Efek samping yang timbul secara langsung terjadi
dalam waktu 24 jam pengobatan, berupa mual dan muntah yang hebat, sehingga akan
mempengaruhi asupan makan.
Pengaturan Makan Pengaturan makan pada pasien kanker bertujuan untuk
mengurangi efek samping terapi sehingga pasien dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui
menu yang seimbang. Masih ada beberapa perbedaan pendapat tentang pemberian makan
pada pasien kanker. Ada yang menganjurkan pemberian diet energi dan protein tinggi, tetapi
ada juga yang berpendapat bahwa pembatasan energi dan protein akan menghambat
pemecahan sel kanker. Dengan adanya kemoterapi yang dapat menghambat pemecahan sel
kanker, maka pemberian makan dengan energi dan protein tinggi dapat diterima (1.3). Secara
sederhana perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker bergantung pada kondisi pasien,
dengan nilai berkisar 28-42 kcal/ kg berat badan/hari. Pada kasus gizi kurang, kebutuhan
energi dihitung berdasarkan berat badan aktual dan pada kasus obese berdasarkan berat badan
ideal. Komposisi zat gizi makro adalah protein 1.0-2.0 g/kg berat badan/hari, lemak 20-30
persen dari kalori total dan karbohidrat 50-60 persen kalori total(1.3).
Kebutuhan vitamin meningkat sampai 10 kali di atas kebutuhan normal pada kasus-
kasus KEP, stress metabolik, kelaparan dan alkoholik. Sedangkan kebutuhan mineral
terutama besi, cobalt, mangan, zink dan khromium dapat meningkat 2-5 kali dari angka
kecukupan gizi. Pemberian mineral makanan sumber iodium dapat dikurangi bila pasien
menjalani internal radiasi(1.3.4). Kebutuhan cairan dihitung dengan dasar 35 ml/kg berat
9
badan/hari atau 1500ml/m² luas permukaan tubuh per hari dengan penambahan 10 persen
pada setiap derajat kenaikan suhu tubuh.
C. Upaya Mengatasi Masalah Makan
Pasien dengan anoreksia atau cepat merasa kenyang, dianjurkan(1.3.5):
1. Makan makanan yang disukai dan dapat diterima walau tidak merasa lapar
2. Makan lebih banyak bila ada rasa lapar
3. Hindari minum dekat dengan waktu makan.
4. Memotivasi diri bahwa makan adalah bagian penting dalam program pengobatan.
5. Porsi makanan kecil dan diberikan sering ( lebih dari 3 kali sehari).
6. Olahraga sesuai kemampuan.
7. Makan dalam situasi yang nyaman.
D. Pasien dengan perubahan rasa pengecapan(1.5):
1. Makanan dan minuman diberikan pada suhu kamar atau dingin.
2. Tambahkan bumbu yang sesuai untuk menambah rasa.
3. Minuman segar misalnya sari buah atau jus.
4. Gunakan alat makan plastik bila sering merasa makanan berbau logam.
5. Berkumur dengan larutan soda (larutan 5 gram soda dalam 500 ml air).
E. Pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan dianjurkan(1.3.5):
1. Banyak minum, 8-10 gelas per hari. Bila perlu minum dengan menggunakan sedotan.
2. Makanan dan minuman diberikan pada suhu kamar atau dingin.
3. Bentuk makanan saring atau cair.
10
4. Hindari makanan terlalu asam atau asin
5. Sering berkumur.
6. Makan tiap 2 jam dengan diselingi minum.
F. Pasien dengan mulut kering dianjurkan(1.3.5)
1. Makanan dan minuman diberikan dengan suhu dingin.
2. Makanan sering berkuah atau berbentuk makanan cair.
3. Minum yang hangat atau asam untuk meningkatkan produksi saliva.
4. Kunyah permen karet atau hard candy.
G. Pasien dengan keluhan mual dan muntah dianjurkan(1.3.5):
1. Beri makanan bentuk kering seperti biskuit.
2. Hindari makanan yang beraroma tajam/ merangsang, berlemak tinggi dan minuman yang
terlalu manis.
3. Batasi cairan pada waktu makan.
4. Makan dan minum perlahan-lahan.
5. Setelah selesai makan, tetap dalam posisi duduk selama 1-2 jam.
11
DIET ANAK KEKURANGAN ENERGI PROTEIN
1. Pengertian Kurang Energi Protein (KEP)
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan
Gizi (AKG).
2. Klasifikasi KEP
Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang BB
anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS (lampiran 1)
2.1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita
warna kuning
2.2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah
Garis Merah (BGM).
2.3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-
NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP
sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U
Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)
3. Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak
kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai
marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB
bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe
kwasiorkor.
a. Kwashiorkor
12
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum
pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa
rasa sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai : • penyakit infeksi, umumnya akut
anemia
diare.
b. Marasmus:
- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy
pant/pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
- diare kronik atau konstipasi/susah buang air
c. Marasmik-Kwashiorkor:
13
- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor
dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema
yang tidak mencolok.
MEKANISME PELAYANAN GIZI
BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK
A. Tingkat Rumah Tangga
- Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk
mengetahui pertumbuhan berat badannya
- Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan
- Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun
- Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran
pemberian makanan (lampiran 5)
- Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggauta keluarga lainnya
- Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami
sakit atau gangguan pertumbuhan
- Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas
B. Tingkat Posyandu
- Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat
hasil penimbangan pada KMS
- Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk memberikan hanya ASI
kepada bayi usia 0-4 bulan dan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun
- Kader memberikan penyuluhan pemberian MP-ASI sesuai dengan usia anak dan
kondisi anak sesuai kartu nasehat ibu
- Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggauta keluarga lainnya
- Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi
seimbang dan PMT Penyuluhan
14
- Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3
kali (“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM)
- Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit
penyerta lain
- Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan
balita
-
C. Pusat pemulihan Gizi (PPG)
PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan
dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada
pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG
dilakukan oleh kelompok orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk
menyelenggarakan PMT Pemulihan anak balita.
Layanan yang dapat diberikan adalah :
- Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat
dilayani di PPG
- Kader memberikan penyuluhan gizi /kesehatan serta melakukan demonstrasi cara
menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk
- Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau
perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya
Bila anak berat badan nya tidak naik atau tetap maka berikan penyuluhan gizi
seimbang untuk dilaksanakan di rumah
Bila anak sakit dianjurkan untuk memeriksakan anaknya ke puskesmas
- Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah
(BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan
Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap
hari.
Bila makanan tidak memungkinkan untuk dimakan bersama, makanan tersebut
diberikan satu hari dalam bentuk matang selebihnya diberikan dalam bentuk
bahan makanan mentah
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan
pemberian PMT pemulihan sampai 90 hari
15
Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau
pada KMS kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan
penyebab lain
- Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader
menganjurkan pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan
tetap melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan
- Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demontrasi cara menyiapkan
makanan untuk anak KEP
- Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan nasehat yang diberikan
tentang gizi dan kesehatan
- Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan
dan gizi anak
D. Puskesmas
- Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/Gizi buruk dari posyandu dalam wilayah
kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit
- Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U
Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)
Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM)
dianjurkan kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan
Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di
puskesmas sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan
mendapat PMT-P dari PPG
Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan
untuk evaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit
penyerta, rujuk ke rumah sakit untuk mencari penyebab lain
- Anak KEP berat/Gizi Buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda
kegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum
- Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/ gizi buruk
tanpa komplikasi
Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/Gizi buruk
(dilakukan di pojok gizi)
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu
16
Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua
minggu sekali
Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/Gizi buruk
Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan
kemajuan asupan makanan
Untuk keperluan data pemantauan gizi buruk di lapangan, posyandu, dan
puskesmas diperlukan laporan segera jumlah balita KEP berat/gizi buruk ke
Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam 24 jam dengan menggunakan formulir
W1 dan laporan mingguan dengan menggunakan formulir W2 (lampiran 2)
- Apabila berat badan anak mulai naik, anak dapat dipulangkan dan dirujuk ke
posyandu/PPG serta dianjurkan untuk pemantauan kesehatan setiap bulan sekali
- Petugas kesehatan memberikan bimbingan terhadap kader untuk melakukan
pemantauan keadaan balita pada saat kunjungan rumah
TATA LAKSANA PELAYANAN KEP BERAT/GIZI BURUK DI PUSKESMAS
A. PRINSIP DASAR PELAYANAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK
Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
17
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase
transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana
yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor,
Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.
SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI
BURUK
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP
berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak
sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam
sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan
sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan
segera rujuk ke RSU kabupaten.
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada
keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau
orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru).
Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas. Cara lain adalah dengan membungkus
anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak
boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini
dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam
sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau
pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.
3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi adalah :
Ada riwayat diare sebelumnya
Anak sangat kehausan
Mata cekung
18
Nadi lemah
Tangan dan kaki teraba dingin
Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali
tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral
dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4).
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan
NaCL dengan perbandingan 1:1.
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit
diantaranya :
Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam
19
JANGAN OBATI EDEMA DENGAN PEMBERIAN DIURETIKA
KEP BERAT/GIZI BURUK YANG DIRUJUK KE RSU HARUS DILAKUKAN TINDAKAN PRA RUJUKAN UNTUK
MENGATASI HIPOGLIKEMI, HIPOTERMIA, DAN DEHIDRASI
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP
bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn,
Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak
Contoh bahan makanan sumber mineral
Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah,
telur ayam
Sumber Cuprum : daging, hati.
Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.
Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.
Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat,
bayam, daging tanpa lemak.
5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi
buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
UMUR
ATAU
BERAT
BADAN
KOTRIMOKSASOL
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 kali sehari selama 5 hari
AMOKSISILI
N
Beri 3 kali
sehari
untuk 5
hari
Tablet
dewasa
80 mg trimeto
prim + 400
mg
sulfametok
sazol
Tablet Anak
20 mg trimeto
prim + 100 mg
sulfametok
sazol
Sirup/5ml
40 mg trimeto
prim + 200 mg
sulfametok
sazol
Sirup
125 mg
per 5 ml
20
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 sampai 12
bulan
(6 - < 10 Kg)
½ 2 5 ml 5 ml
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan
Catatan :
Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit
infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi
lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah
Sakit Umum.
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang
dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan
metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut segera
rujuk ke rumah sakit
6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu
Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali
anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
21
BILA DIARE BERLANJUT ATAU MEMBURUKANAK SEGERA DIRUJUK KE RUMAH SAKIT
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma
basal saja.
Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan
jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai
prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :
- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu
lemah berikan dengan sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal
pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak
Keterangan :
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian
formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½
dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik
( dibutuhkan ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan
pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau dan catat :
- Jumlah yang diberikan dan sisanya
- Banyaknya muntah
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- Berat badan (harian)
22
- selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema ,
mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik
7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :
Fase Transisi (minggu ke 2)
Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk
menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).
Pemantauan pada fase transisi
1. frekwensi nafas
2. frekwensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali
/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian
formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.
Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :
23
- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering
- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula
( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-
kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
Pemantauan fase rehabilitasi
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :
- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.
Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.
TAHAPAN PEMBERIAN DIET
FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI
FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO
100 ATAU PENGGANTI
FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)
MAKANAN KELUARGA
8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral.
Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe).
Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada
minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan
infeksinya.
Berikan setiap hari :
Tambahan multivitamin lain
24
Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau
sirup besi dengan dosis sebagai berikut :
Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi
UMUR
DAN
BERAT BADAN
TABLET BESI/FOLAT
Sulfas ferosus 200 mg +
0,25 mg Asam Folat
Berikan 3 kali sehari
SIRUP BESI
Sulfas ferosus 150 ml
Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan
(7 - < 10 Kg)
¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
12 bulan sampai 5
tahun
½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal sebagai berikut :
UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT
(125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet
1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet
3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet
Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis
Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A
25
200.000 IU 100.000 IU
6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul
12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -
Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A
9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional
Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,
karenanya berikan :
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
10.Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di
rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan
aktifitas bermain.
Nasehatkan kepada orang tua untuk :
- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas
- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-
Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5)
dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di
posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI )
sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.
26
TATA LAKSANA DIET
PADA KEP BERAT/GIZI BURUK
A. Tingkat Rumah Tangga
1. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering kepada anak
sesuai dengan kebutuhan ( lihat lampiran 5)
2. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun
B. Tingkat Posyandu /PPG
1. Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah sesuai usia anak, jenis
makanan yang diberikan mengikuti anjuran makanan (lampiran 5)
2. Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak, perlu mendapat
makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan komposisi gizi mencukupi minimal
1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu :
Energi 350 – 400 kalori
Protein 10 - 15 g
3. Bentuk makanan PMT-P
Makanan yang diberikan berupa :
a. Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan setempat/lokal.
b. bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung lainnya, tepung susu,
gula minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk pauk lainnya
c. Contoh paket bahan makanan tambahan pemulihan (PMT-P) yang dibawa
pulang
Contoh bahan makanan yang dibawa pulang :
Alternativ
e
Kebutuhan Paket Bahan Makanan/Anak/Hari
I Beras 60 g Telur 1 butir atau kacang-
kacangan 25 g
gula 15 g
II Beras 70 g Ikan 30 g -
III Ubi/singkong 150 Kacang-kacangan 40 g gula 20 g
27
g
V Tepung ubi 40 g Kacang-kacangan 40 g gula 20 g
4. Lama PMT-P
pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari kepada anak
selama 3 bulan (90 hari)
5. Cara penyelenggaraan
a. Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau
b. Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan makanan
pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan makanan tersebut kepada
anak balita KEP, selanjutnya kader membagikan paket bahan makanan mentah
untuk kebutuhan 6 hari.
C. Tingkat Puskesmas
Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan makanan
tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai
status gizi optimal. Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu :
pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
I. Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi
b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
c. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari
d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak tersedia diberikan
bahan makanan sumber mineral tertentu (lihat hal 12)
e. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi 100
ml/Kg bb/hari
f. Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik
g. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering
h. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat
i. Terus memberikan ASI
j. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan, yaitu
: bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat langsung
diberikan makanan anak secara bertahap
28
Tabel 1 :
KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN
ZAT GIZI
FASE
STABILISASI TRANSISIREHABILITASI
Energi 100
Kkal/kgbb/hr
150 Kkal/kgbb/hr 150-200 Kkal/kgbb/hr
Protein 1-1,5 g/kgbb/hr 2-3 g/kgbb/hr 4-6 g/kgbb/hr
Vitamin A Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8
Asam Folat Idem Idem Idem
Zink Idem Idem Idem
Cuprum Idem Idem Idem
Fe Idem Idem Idem
Cairan 130 ml/Kgbb/hr
atau
100 ml/kgbb/hr
bila ada edema
150 ml/Kgbb/hr 150-200 ml/Kgbb/hr
Tabel 2
JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN
FASEWAKTU
PEMBERI
AN
JENIS
MAKANAN
FREKWENS
I
JUMLAH CAIRAN (ml) SETIAP
MINUM MENURUT BB ANAK
4
Kg
6
Kg
8
Kg
10 Kg
Stabilisasi Hari 1-2 F75/
modifikasi/
12 x ( dg 45 65 - -
29
Hari 3-4
Hari 5-7
Modisco ½
F75/
modifikasi/
Modisco½
F75/
Modifikasi/
Modisco ½
ASI )
12 x ( tanpa
ASI)
8 x ( dg ASI)
8 x (tanpa
ASI)
6 x (dg ASI)
6 x (Tanpa
ASI)
45
65
65
90
90
65
100
100
130
130
90
-
130
-
175
110
-
160
-
220
Transisi Minggu 2-3 F100/modifi
kasi/Modisco
I
Atau II
4 x ( dg ASI )
6 x ( tanpa
ASI)
130
90
195
130
-
175
-
220
Rehabilita
Si
BB < 7 Kg
Minggu 3-6 F135/modifi
kasi/Modisco
III, ditambah
Makanan
lumat/makan
lembik
sari buah
3 x ( dg/tanpa
ASI )
3 x 1 porsi
1 x
90
-
100
100
-
100
150
-
100
175
-
100
30
BB >7 Kg Makanan
lunak/makan
An biasa
Buah
3 x 1 porsi
1 –2 x 1 buah
-
-
-
-
-
-
-
-
*) 200 ml = 1 gelas
Contoh :
Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi diperlukan :
Energi : 1200 Kkal
400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan
lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah
Tabel 3
FORMULA WHO
Bahan Per 100 mlF 75
F 100 F 135
FORMULA WHO
Susu skim bubuk g 25 85 90
Gula pasir g 100 50 65
Minyak sayur g 30 60 75
Larutan elektrolit Ml 20 20 27
Tambahan air s/d Ml 1000 1000 1000
NILAI GIZI
Energi Kalori 750 1000 1350
Protein g 9 29 33
31
Lactosa g 13 42 48
Potasium Mmol 36 59 63
Sodium Mmol 6 19 22
Magnesium Mmol 4.3 7.3 8
Seng Mg 20 23 30
Copper Mg 2.5 2.5 3.4
% energi protein - 5 12 10
% energi lemak - 36 53 57
Osmolality Mosm/l 413 419 508
Tabel 4
MODIFIKASI FORMULA WHO
FASE STABILISASITRANSISI
REHABILITASI
Bahan Makanan F75
I
F75
II
F75
III
M½ F100 M1 MII F135 MIII
Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 - -
Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120
Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - - -
Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75
Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -
Tempe (g) - - - - - - - 150 -
Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -
Margarine (g) - - - - - - 50 - 50
32
Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -
Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1
*) M : Modisco
Keterangan :
1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.
Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga kemungkinan tidak
dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami diare. Dengan demikian pada
kasus diare lebih baik digunakan modifikasi Formula WHO 75 yang menggunakan
tepung
2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula WHO 135
sampai makanan biasa
CARA MEMBUAT
1. Larutan Formula WHO75
Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan dengan air
hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume menjadi 1000 ml.
Larutan ini bisa langsung diminum
Larutan modifikasi :
Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak. Tambahkan air
sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7 menit.
2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100
Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan (blender, dengan
ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air secukupnya.
33
Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit. Tambahkan air
sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.
3. Larutan elektrolit
Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :
KCL 224 g
Tripotassium Citrat 81 g
MgCL2.6H2O 76 g
Zn asetat 2H2O 8,2 g
Cu SO4.5H2O 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75, Formula
WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg
Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr
KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari buah tomat (400 cc)/jeruk (500cc)/pisang
(250g)/alpukat (175g)/melon (400g).
II. EVALUASI DAN PEMANTAUAN PEMBERIAN DIET
1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji penyebabnya (asupan gizi
tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis).
2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.
3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan bahwa
formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula rendah atau bebas
lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah
tepung-tepungan.
4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam
III. PENYULUHAN GIZI DI PUSKESMAS
1. Menggunakan leaflet khusus yang berisi jumlah, jenis, dan frekwensi pemberian
bahan makanan
2. Selalu memberikan contoh menu (lampiran 6)
3. Mempromosikan ASI bila anak kurang dari 2 tahun
34
4. Memperhatikan riwayat gizi (lampiran 3 dan 4)
5. Mempertimbangkan sosial ekonomi keluarga
6. Memberikan demonstrasi dan praktek memasak makanan balita untuk ibu
IV.TINDAK LANJUT
1. Merencanakan kunjungan rumah
2. Merencanakan pemberdayaan keluarga
DIET PENYAKIT HATI
A. GAMBARAN UMUM
Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sebagian besar hasil pencernaan setelah
diabsorbsi langsung dibwa ke hati untuk disimpan atau di ubah menjadi bentuk lain
dan diangkut kebagian tubuh yang membutuhkan. Hati merupakan tempat
35
penyimpanan mineral berupa zat besi dan tembaga yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah serta vitamin-vitamin larut lemak A, D, E dan K. hati
mengatur volume dan sirkulasi darah serta berperan dalam detoksifikasi obat-obatan
dan racun-racun. Dengan demikian, kelainan arah kerusakan pada hati berpengaruh
terhadap fungsi saluran cerna dan penggunaan makanan dalam tubuh sehingga sering
menyebabkan gangguan giizi. Penyakit hati yang sering ditemukan antara lain :
1. Hepatitis
peradangan hati oleh keracunan toksin tertentu dan infeksi virus disertai
anoreksia, demam, mual, muntah, jaundice (kuning)
2. Sirosis hati
1) Kerusakan hati permanen disebabkan hepatitis kronis, alkohol, penyumbatan
saluran empedu dan kelainan metabolisme
2) Jaringan hati rusak, mengerut dan mengeras
3) Gejala kelelahan, turun berat badan, daya tahan tubuh menurun, gangguan
pencernaan, jaundice; asites, hipertensi, koma hepatik
B. TUJUAN DIET
Tujuan diet penyakit hati untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal tanpa memberatkan fungsi hati dengan cara :
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati
2. Meningkatkan regenerasi jaringan hati & mencegah kerusakan lebih lanjut
3. Meningkatkan fungsi jaringan hati tersisa
4. Mencegah katabolisme protein
5. Mencegah penurunan berat badan
6. Mencegah/ mengurangi asites & hipertensi
7. Mencegah koma hepatik
C. SYARAT DIET
Syarat diet penyakit hati, antara lain :
1. Energi tinggi à untuk mencegah pemecahan protein (pemberian bertahap sesuai
dengan kemampuan pasien)
2. Lemak cukup à 20-25% dari total energi dalam bentuk yang mudah dicerna,
gunakan asam lemak rantai sedang (MCT)
36
3. Protein agak tinggià 1,25-1,5 /kg BB agar terjadi anabolisme protein
4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai kebutuhan
5. Natrium diberikan rendah à terutama ada asites/edema
6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi
7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa
sesuai kemampuan pasien
D. DIET
Pemberian diet kepada pasien penyakit hati harus sesuai dengan kondisi si pasien,
indikasi pemberian diet enyakit hati sebagai berikut :
1. Diet Hati I (DH I)
1) Diberikan pada pasien akut / bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien
punya nafsu makan
2) Protein dibatasi (30 g/hari)
3) Formula enteral aa rantai sedang à leusin, isoleusin, valin dapat diberikan
4) Lemak dalam bentuk mudah dicerna
5) Bila asites/ diuresis belum sempurna à cairan max 1 liter/hari
6) Jika asites hebat à berikan diet garam rendah + diet parenteral glukosa
7) Makanan rendah energi, protein, Ca, fe dan B1
Bahan Makanan sehari
1) Makanan padat
37
Bahan Makanan Berat (g) URT
Beras 120 4 gls bubur
Telur ayam 50 1 btr
Maizena 20 4 sdm
Daging 50 1 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 2 ptg sdg papaya
Margarine 20 2 sdm
Gula pasir 100 10 sdm
Pembagian bahan makanan sehari
a. Pagi
Beras 30 g = 1 gls bubur
Telur ayam 50 g = 1 btr
Sayuran 50 g = ½ gls
Gula pasir 10 g = 1 sdm
b. Pukul 10.00
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 40 g = 4 sdm
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
c. Siang
Beras 45 g = 1 ½ gls bubur
Daging 25 g = 1 ptg kcil
Sayuran 75 g = ¾ gls
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
Gula pasir 10 g = 1 sdm
Margarine 10 g = 1 sdm
d. Pukul 16.00
Gula pasir 30 g = 3 sdm
e. Malam
Beras 45 g = 1 ½ gls bubur
Daging 25 g = 1 ptg kcil
Sayuran 75 g = ¾ gls
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
38
Nilai giziEnergi : 1394 kkal KH : 244 g vit A: 12018 REProtein : 28 g Ca : 271 mg B1: 0,5 mgLemak : 37 g Fe : 11,3 mg vit C: 271 mg
Gula pasir 10 g = 1 sdm
Margarine 10 g = 1 sdm
2) Makanan padat + formula enteral BCAA (Branched Chain Amino Acid)
Nilai gizi :
Energy 1264 kkal Besi 12,3 mgProtein 54 g Vitamin A 11468 RELemak 40 g Tiamin 0,4 mgKarbohidrat 202 g Vitamin C 320 mgKalsium 395 mg
Pembagian bahan makanan sehari
a. Pagi
Formula BCAA 320 ml = 1 ¼ gls
Gula pasir 10 g = 1 sdm
b. Pukul 10.00
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 15 g = 1 ½ sdm
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
c. Siang
Beras 50 g = 2 gls bubur
Daging 25 g = 1 ptg kcil
Sayuran 100 g = 1 gls
39
Bahan Makanan Berat (g) URT
Beras 100 4 gls bubur
Maizena 20 4 sdm
Daging 50 1 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 2 ptg sdg papaya
Margarine 20 2 sdm
Formula BCAA 750 ml 3 ¼ gls
Gula pasir 100 10 sdm
Margarine 10 g = 1 sdm
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
d. Pukul 16.00
Formula BCAA 320 ml = 1 ¼ gls
e. Malam
Beras 50 g = 2 gls bubur
Daging 25 g = 1 ptg kcil
Sayuran 100 g = 1 gls
Margarine 10 g = 1 sdm
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
2. Diet Hati II (DH II)1) Makanan perpindahan dari DH 1 pada pasien dg nafsu makan cukup2) Protein 1g/kg BB3) Lemak sedang à 20-25% dari energi total dalam bentuk yang mudah dicerna4) Cukup mengandung energi, Fe, vit A dan C5) Kurang mengandung kalsium dan thiamin6) Jika ada asites hebat à diet rendah garam
Bahan Makanan Sehari
Bahan makanan Berat (g) URT
Beras 200 4 gls tim
maizena 40 8 sdm
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 50 2 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sedang
Minyak 25 2 ½ sdm
Gula pasir 70 7 sdm
40Nilai giziEnergi : 1973 kkal KH : 318 g vit A
: 26671 REProtein : 53 g Ca : 295 mg B1
: 0,7 mgLemak : 55 g Fe : 18,8 mg vit C
: 271 mg
Pembagian bahan makanan sehari
a. Pagi
Beras 50 g = 1 gls tim
Telur ayam 50 g = 1 btr
Sayuran 50 g = ½ gls
Minyak 5 g = ½ sdm
Gula pasir 10 g = 1 sdm
b. Pukul 10.00
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 15 g = 1 ½ sdm
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
c. Siang
Beras 75 g = 1 ½ gls tim
Daging 50 g = 2 ptg kcil
Tempe 25 g = 1 ptg sdg
Sayuran 75 g = ½ gls
Minyak 10 g = 1 sdm
d. Pukul 16.00
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm
e. Malam
Beras 75 g = 1 ½ gls tim
Daging 50 g = 2 ptg kcil
Tempe 25 g = 1 ptg sdg
41
Sayuran 75 g = ½ gls
Minyak 10 g = 1 sdm
3. Diet Hati III (DH III)1) Diberikan pada pasien dengan nafsu makan baik, bisa menerima protein, tidak
menunjukkan gejala sirosis hati aktif2) Makanan cukup energi, protein, lemak, mineral, vitamin, tinggi KH3) Jika ada asites hebat à berikan diet rendah garam
Bahan makanan Berat (g) URT
Beras 250 4 gls tim
Maizena 20 4 sdm
Teur ayam 100 2 btr
Daging 100 2 ptg sdg
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang hijau 25 2 ½ sdm
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sedang
Minyak 25 2 ½ sdm
Gula pasir 70 7 sdm
Susu 200 1 gls
Pembagian bahan makanan sehari
42
Nilai giziEnergi : 2367 kkal KH : 371 g vit A : 27002 REProtein : 78 g Ca : 676 mg B1 : 1,1 mgLemak : 65 g Fe : 28,9mg vit C : 274 mg
a. Pagi
Beras 50 g = 1 gls tim
Telur ayam 50 g = 1 btr
Sayuran 50 g = ½ gls
Minyak 5 g = ½ sdm
Gula pasir 10 g = 1 sdm
Susu 200 g = 1 gls
b. Pukul 10.00
Kacang hijau 25 g = 2 ½ sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
c. Siang
Beras 100 g = 1 ¾ gls tim
Daging 50 g = 1 ptg sdg
Telur ayam 50 g = 1 btr
Tempe 50 g = 2 ptg sdg
Sayuran 75 g = ½ gls
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm
d. Pukul 16.00
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm
e. Malam
Beras 100 g = 1 ¾ gls tim
Daging 50 g = 1 ptg sdg
Telur ayam 50 g = 1 btr
Tempe 50 g = 2 ptg sdg
43
Sayuran 75 g = ½ gls
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm
E. BAHAN MAKANAN YANG DIBATASI
1. Makanan sumber lemak
1) Daging berlemak
2) Santan
2. makanan hyang menimbulkan gas
1) Ubi
2) Kacang merah
3) Kol
4) Sawi
5) Lobak
6) Durian
7) Nangka
3. Tidak dianjurkan à alkohol, teh, kopi
DIET RENDAH GARAM
A. LATAR BELAKANG
Di United Stated terdapat 37,3% kasus kematian akibat hipertensi dan di
setiap 2,7 kasus terdapat 1 kematian. Atherosclerosis, ischemic heart disease dan
hipertensi merupakan factor risiko ppenyakit jantung koroner. Penyebab penyakit
jantung koroner adalah dari keturunan, lingkungan dan gaya hidup/pola makan.
44
Gaya hidup sangat berperan dalam pencegahan dan perbaikan penyakit janntung
koroner.
B. HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi adalah gangguan yang terjadi pada sistem peredaran darah sehingga
tekanan darah menjadi diatas normal.
2. Goal treatmemnt
1) Mengurangi risiko penyakit jantung koroner dan ginjal
2) Mengurangi tekanan darah di bawah 140/80 mmHg (atau 130/80 mmHg
dengan penyakit diabetes dan ginjal kronik)
3) Rencana pencegahan
a. Mengurangi berat badan
b. Meningkatkan aktifitas fisik
c. Terapi gizi
Terapi gizi bisa dilakukan dengan :
a) Modifikasi gaya hidup dan terapi gizi
b) Meningkatkan aktifitas fisik (di sesuaikan dengan kemampuan fisik
terutama lansia) : rekomendasi 30-60 menit perhari atau aerobic
minimal 4 hari perminggu.
c) Penghentian merokok : untuk mencapai keberhasilan, perokok juga
harus mampu mengidentifikasi alasannya untuk berhenti merokok
d) Menurunkan berat badan
Menurunkan berat badan lebih dari 5 kg per bulan itu kurang
baik
45
Penurunan berat badan approximate 20 lb hasilnya akan
menurunkan tekanan darah systolic
Lingkar pinggang foktor independent dari risiko terkena
hipertensi
BMI > 35 faktor risiko
e) Mengurangi konsumsi garam dan alcohol
Pedoman diet amerika merekomendasikan asupan kurang dari
2300 mg garam setara dengan 6 g garam
Terapi hipertensi
Ringan : 1,5 – 2,5 g Na (3,75 – 6,25 g NaCl)
Sedang : 0,5 – 1,5 g Na (1,25 – 3,75 g NaCl)
Berat : < 0,5 g Na (<1,25 g NaCl)
d. Intervensi obat-obatan
C. INTERVENSI GIZI
1. Menurunkan konsumsi garam, lemak jenuh dan allkohol
2. Meningkatkan konsumsi kalsium, kalium dan serat agar bisa menurunkan
tekanan darah dengan efektif
3. Pembatasan konsumsi garam untuk menurunkan kejadian penyakit
kardiovaskular, penyakit ginjal dan stroke.
D. Pengaruh modifikasi gaya hidup untuk mengelola hipertensi
Rekomendasi Rata-rata penurunan systolic
Menurunkan berat bada (BMI 18,5 – 24,9)
Diet kayabuah-buahan, sayuran dan rendah
lemak
5 – 20 mmHg/ 10 Kg
8 – 14 mmHg
2 – 8 mmHg
46
Asupan garam 2,4 g (6 g sodium clorida)
Aerobic (berjalan) 30 menit perhari
4 – 9 mmHg
E. Macam Diet dan Indikasi pemberian Diet
Diet rendah garam diberikan kepada pasien yang edema/asites dan atau hipertensi.
Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit si pasien
dapat diberikan berbagai tingkat diet rendah garam, antara lain :
1. Diet Rendag Garam I (200-400 mg Na)
1) Untuk pasien dengan edema/asites/hipertensi berat
2) Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur
3) Hindarkan makanan yang mengandung tinggi natrium
2. Diet Rendah Garam II (600-800 mg Na)
1) Untuk pasien dengan edema/asites/hipertensi tidak terlalu berat
2) Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ¼ sdt garam dapur
3) Hindarkan makanan yang mengandung tinggi natrium
3. Diet Rendah Garam II (1000-1200 mg Na)
1) Untuk pasien dengan edema/asites/hipertensi ringan
2) Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt (4 g) garam dapur
3) Hindarkan makanan yang mengandung tinggi natrium
Bahan makanan sehari
Bahan makanan Berat (g) URT
Beras 300 5 gls nasi
Daging 100 2 ptg sdg
47
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang hijau 25 2½ sdm
Sayuran 200 2 gls
Buah 200 2 ptg sdg pepaya
Minyak 25 2½ sdm
Gula pasir 25 2½ sdm
Nilai gizi :
Energy 2230 kkal Besi 24 mgProtein 75 g natrium 305 mgLemak 53 g Tiamin 1,2 mgKarbohidrat 365 g Vitamin C 87 mgKalsium 500 mg
Pembagian bahan makanan sehari
a. Pagi
Beras 70 g = 1 gls nasi
Telur ayam 50 g = 1 btr
Sayuran 50 g = ½ gls
Minyak 5 g = ½ sdm
Gula pasir 10 g = 1 sdm
b. Pukul 10.00
Kacang hijau 25 g = 2½ sdm
Gula pasir 15 g = 1 ½ sdm
c. Siang dan Sore
Beras 140 g = 2 gls nasi
48
Daging 50 g = 1 ptg sdg
Tempe 50 g = 2 ptg sdg
Sayuran 75 g = ¾ gls
Buah 100 g = 1 ptg sdg pepaya
Minyak 10 g = 1 sdm
F. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan
Sumber karbohidrat Beras, kentang, singkong, terigu, tapioca, hunkwe, gula, makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan soda seperti : macaroni, mi, bihun, roti, biscuit, kue kering.
Roti, biscuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan atau baking powder dan soda
Sumber protein hewani, telur maks 1 btr perhari
Daging dan ikan maks 100 g sehari, telur maks 1 btr perhari
Orak, ginjal, lidah, sardine, daging, ikan dan telur yang diawet dengan garam dapur seperti daging asap, ham, bacon, dendeng, abon keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin dan telur pindang
Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam dapur
Keju kacang tanah dan semua kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan lain ikatan natrium
Sayuran Semua sayuran segar, sayuran yang diawetkan tanpa garam dapur dan natrium benzoate
Sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur dan ikatan natrium lain seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan , dan
49
acar
Buah-buahan Semua sayuran segar, sayuran yang diawetkan tanpa garam dapur dan natrium benzoate
Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur dan ikatan natrium lain seperti buah-buahan dalam kaleng
Lemak Minyak goring, margarine dan mentega tanpa garam
Margarine dan mentega biasa
Minuman Teh, kopi Minuman ringan
Bumbu Semua bumbu-bumbu kering yang tidak mengandung garam dapur dan lain ikatan natrium. Garam dapur sesuai ketentuan untuk diet rendah garam I, II, III
Garam dapur untuk diet rendah garam I, baking powder, soda kue, vetsin dan bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti kecap, terasi, magi, tomato ketchup, peris dan tauco.
DIET PENYAKIT DIABETES MELITUS
A. Diet Penyakit Diabetes Melitus tanpa Komplikasi
Gambaran Umum
50
Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara
absolut atau relatif.
Tujuan Diet
Tujuan diet Penyakit Diabetes Melitus adalah membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan control metabolic yang lebih baik, dengan
cara :
1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin.
2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulinseperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama serta
masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.
5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Syarat Diet
Syarat-syarat diet Penyakit Diabetes Melitus adalah:
1. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2. Kebutuhan protein normal, 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Kebutuhan lemak sedang, 20-25% dari kebutuhan energi total.
4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energy total, yaitu 60-70%.
5. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali
jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, maka
diperbolehkan mengonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
6. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternative adalah bahan
pemanis selain sakarosa yang terbagi menjadi gula alternatif bergizi dan tidak bergizi.
7. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat
didalam sayur dan buah.
51
8. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan untuk mengonsumsi natrium
dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yakni 3000 mg/hari. Apabila
mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi.
9. Cukup vitamin dan mineral.
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan Diabetes Melitus dikontrol
berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8
jenis Diet Diabetes Melitus sebagaimana dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Tabel Jenis diet Diabetes Melitus menurut kandungan energi, protein, lemak dan
karbohidrat
Jenis DietEnergi
kkal
Protein
g
Lemak
G
Karbohidrat
g
I 1.100 43 30 172
II 1.300 45 35 192
III 1.500 51,5 36,5 235
IV 1.700 55,5 36,5 275
V 1.900 60 48 299
VI 2.100 62 53 319
VII 2.300 73 59 369
VIII 2.500 80 62 396
Contoh Menu Sehari
Diet DM 1900 kkal
Waktu Bahan Makanan Penukar URT Menu
Pagi Nasi 1 ½ p 1 gelas Nasi
Telur ayam 1 p 1 butir Telur dadar
Tempe 1 p 2 potong sedang Oseng tempe
Sayuran A S Sop oyong + tomat
52
Minyak 2 p 1 sdm
Pukul 10.00 Buah 1 p 1 potong sedang Papaya
Siang Nasi 2 p 1½ gelas Nasi
Ikan 1 p 1 potong sedang Pepes ikan
Tempe 1 p 1 potong sedang Tempe goreng
Sayuran B 1 p 1 gelasLalapan kacang panjang + kol
Buah 1 p ¼ buah sedang Nanas
Minyal 2 p 1 sdm
Pukul 16.00 Buah 1 p 1 buah Pisang
Malam Nasi 2 p 1½ gelas Nasi
Ayam tanpa kulit 1 p 1 potong sedangAyam bakar bumbu kecap
Tahu 1 p 1 buah besar Tahu bacem
Sayuran B 1 p 1 gelas Stup buncis + wortel
Buah 1 p 1 potong sedang Pepaya
Minyal 2 p 1 sdm
Nilai Gizi : Energi 1912 kkal Karbohidrat 299 g (62,5% energi total)Protein 60 g (12,5% energi total) Kolesterol 303 mgLemak 48 g (22,5% energi total) Serat 37 g
Bahan Makanan yangDianjurkan
Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
1. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong ubi dan sagu.
2. Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu
dan kacang-kacangan.
3. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna.
53
Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan (dibatasi/dihindari)
1. Mengandung banyak gula sederhana, seperti :
Gula pasir, gula jawa
Sirup, jelly, buah yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman
ringan dan es krim.
Kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.
2. Mengandung banyak lemak seperti cake, fast food, dan goring-gorengan.
3. Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang
diawetkan.
B. Diet Penyakit Diabetes Melitus dengan Nefropati
Gambaran Umum
Diabete Melitus (DM) jika tidak ditangani dengan baik maka dapat mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh, diantaranya ginjal. Manifestasi lanjut dari
kelainan ginjal pada Diabetes Melitus adlah Nefropati Diabetes.
Tujuan Diet
Tujuan Diet DM dengan nefropati adalah untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi optimal serta menghambat laju kerusakan ginjal dengan cara :
1. Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah.
2. Mencegah menurunnya fungsi ginjal.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit DM dengan Nefropati adalah :
1. Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal.
2. Protein Rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8 g/kg BB.
3. Karbohidrat sedang, yaitu 55-60% dari kebutuhan energy total. Kebutuhan
karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan lipida darah. Gunakan karbohidrat
kompleks sebagai sumber karbohidrat utama.
54
4. Lemak normal, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total. Utamakan asam lemak
tidak jenuh ganda atau tunggal.
5. Natrium: 1000-3000 mg, tergantung pada tekanan darah, adanya edema, dan eksresi
natrium.
6. Kalium dibatasi hingga 40-70 mEq (1600-2800 mg) atau 40 mg/kg BB, bila ada
hyperkalemia (GFR ≤10 ml/menit) atau bila jumlah urin <1000 ml/hari.
7. Fosfor tinggi: 8-12 mg/kg BB (diperlukan obat pengikat fosfor).
8. Kalsium tingga: 1200-1600 mg (diperlukan suplemen).
9. Vitamin tinggi. Bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin B kompleks,
asam folat dan piridoksin, serta vitamin C.
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Ada 8 jenis Diet Diabetes Melitus Rendah Protein (DMRP) menurut nilai energy
1100-2500 kkal yang masing-masing dibagi lagi menurut nilai protein, yaitu 30 g, 40 g, dan
50 g. Protein 50g sehari ditetapkan untuk diet DMRP 2100 kkal, 2300 kkal, dan 2500 kkal.
Diet diberikan sesuai dengan kebutuhan energi dan kemampuan fungsi ginjal pasien.
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat
Beras, ubi, singkong,
kentang, roti tawar, tepung
terigu, sagu dan tepung
singkong
Sumber karbohidrat tinggi
natrium seperti cake, biscuit
dan krekers.
Sumber Protein Hewani
Daging sapi, ayam, ikan,
telu, susu dan hasil
olahannya
Daging dan ikan yang
diawetkan seperti ikan asin,
dendeng, sarden dan corned
beef.
Sumber Protein Nabati -
Semua jenis kacang-
kacangan dan hasilnya yang
merupakan sumber protein
bernilai biologik rendah.
55
Sayuran
Rendah kalium seperti
kangkung, sawi, wortel dan
terong
Tinggi kalium seperti tomat,
kol, bayam, bit, daun
bawang, tauge kacang hijau,
kacang buncis, kembang kol
dan rebung
Buah-buahan
Rendah kalium seperti
jambu, kedondong, manga,
markisa, melon, semangka,
nangka, pir, salak, sawo
Tinggi kalium seperti anggur,
arbei, belimbing, duku,
jambu biji, jeruk, papaya dan
pisang.
Minuman - Bersoda dan beralkohol
BumbuSemua jenis bumbu kecuali
gulaSemua jenis gula, madu
Contoh Menu Sehari
Waktu Menu Berat (g) URT
Pagi
Nasi
Telur dadar
Setup buncis
100
50
50
¾ gelas
1 butir½ gelas
Pukul 10.00 Bubur sagu mutiara 50 ½ mangkuk
Siang
Nasi
Ikan pepes
Sayur asem
Pepaya
Madu
100
50
50
100
20
¾ gelas
1 potong sedang½ gelas
1 potong sedang
2 sdm
Pukul 16.00 Puding Maizena 25 1 potong
Malam
Nasi
Ayam goreng
Cah capcay
Setup nanas
madu
100
50
50
100
20
¾ gelas
1 potong sedang½ gelas
1 potong sedang
2 sdm
56
DIET PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
A. Diet Dislipidemia
57
Dislipidemia adalah kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adlaah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.
Pengobatan dyslipidemia berdasarkan asumsi bahwa normalisasi nilai lipid darah mengurangi
risiko terhadap aterogenesis dan penyakit kardiovaskuler. Pilar utama pengelolaan
dislipidemia adalah upaya non-farmakologis yang meliputi modifikasi diet, latihan jasmani
dan pengelolaan berat badan.
Tujuan Diet
Tujuan diet Dislipidemia adalah untuk :
Menurunkan berat badan bila kegemukan
Mengubah jenis dan asupan lemak makanan
Menurunkan asupan kolesterol makanan
Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat
sederhana
Syarat Diet
1. Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktivitas fisik.
Penurunan asupan energi disertai penurunan berat badan biasanya menghasilkan
penurunan kadar trigliserida darah yang cepat.
2. Lemak sedang, 30% dari kebutuhan energi total. Lemak jenuh untuk diet
Dislipidemia Tahap I, 10% untuk diet Dislipidemia Tahap II dan 7% untuk diet
Dislipidemia Tahap III. Lemak tak jenuh ganda dan tunggal untuk diet Dislipidemia
Tahap I maupun II adalah 10-15% dari kebutuhan energy total. Kolesterol 300mg
untuk diet Dislipidemia Tahap I dan 200mg untuk diet Dislipidemia Tahap II.
3. Protein cukup, yaitu 10-20% dari kebutuhan energy total.
4. Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total.
5. Serat tinggi, terutama serat larut air.
6. Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan untuk pasien yang
mengkonsumsi ≤ 1200 kkal energy sehari.
Jenis Diet, Indikasi Pemberian dan Lama Pemberian
58
Ada dua jenis diet Dislipidemia, yaitu diet Dislipidemia Tahap I dan Tahap II. Diet
Dislipidemia Tahap I mengandung kolesterol dan lemak jenuh lebih tinggi daripada diet
Dislipidemia Tahap II.
Bagi yang kegemukan, lenih dahulu dilakukan pengkajian terhadap riwayat berat
badan, usaha penurunan berat badan dan sikap yang berhubungan dengan makanan. Penilaian
ini diperlukan untuk menentukan apakah harus dimulai dengan Diet Tahap I atau langsung
diberikan Diet Tahap II.
Keberhasilan diet dinilai dengan mengukur kadar kolesterol darah setelah 4-6 minggu
dan 3 bulan. Jika tujuan tidak tercapai meskipun pasien patuh, pasien harus pindah ke Diet
Tahap II.
Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber KarbohidratBeras terutama beras tumbuk/beras merah, pasta, macaroni, roti tinggi serat, cereal, ubi, kentang, dll
Produk makanan jadi : pie, cake, biscuit dan lain-lain
Sumber Protein HewaniIkan, unggas tanpa kulit, daging kurus, putih telur, susu skim, yoghurt dan lain-lain
Daging gemuk, daging kambing, jeroan, sosis, sardine, kuning telur (batasi hingga 3 butir/minggu), susu kental manis dan lain-lain
Sumber Protein Nabati Tempe, tahu dan kacang-kacanganDimasak dengan santan dan digoreng dengan minyak jenuh.
Sayuran
Semua sayur dalam bentuk segar, direbus, dikukus, disetup, ditumis dengan menggunakan minyak jagung, minyak kedelai atau margarin tanpa garam yang dibuat dari minyak tak jenuh ganda
Dimasak dengan mentega, minyak kelapa atau minyak kelapa sawit dan santan kental
Buah Semua buah dalam keadaan segar atau bentuk jus Buah yang diawetkan
Sumber Lemak Minyak jagung, kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan wijen. Margarin tanpa garam yang dibuat
Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, mentega, margarin, kelapa, santan, krim,
59
dari minyak jenuh tak jenuh ganda. Mayonnaise dan salad dressing tanpa garam yang dibuat dari mintak tak jenuh ganda
lemak babi dan lain-lain
Contoh Menu
Diet Dislipidemia Tahap I 1600 kkal
WaktuBahan
MakananPenukar URT Menu
Pagi
Nasi
Ikan
Tempe
Sayuran
Minyak
1p
1p
1p
1p
1p
½ gelas
1 potong sedang
2 potong sedang½ gelas
½ sendok makan
Nasi
Ikan pepes
Tempe bacem
Lalapan+sambel
Pukul 10.00 Pisang 1p 1 buah Pisang
Siang
Mie
Bakso
Tahu
Sayuran
Minyak
Jeruk manis
1 ½ p
1 ½ p
1 ½ p
1p
1p
1p
1 buah
15 biji sedang
1 ½ biji sedang
1 gelas
½ sendok makan
2 buah
Mie bakso campur
Sawi
Jeruk manis
Pukul 16.00Pepaya
Gula pasir
1p
1p
1 potong sedang
1 sendok teh
Papaya
Malam
Nasi
Ikan
Tempe
Sayuran
Minyak
1 ½ p
1p
1p
½ p
1p
1 gelas
1 potong
2 potong sedang
½ gelas½ sendok makan
Nasi
Ikan bumbu kuning
Oseng tempe
Cah sawi
B. Diet Penyakit Jantung
Gambaran Umum
Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan, dimana jantung secara berangsur
kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal. Pada awal penyakit,
60
jantung mampu mengkompensasi ketidakefisiensian fungsinya danmempertahankan sirkulasi
darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi.
Tujuan Diet
Tujuan Diet Penyakit Jantung adalah :
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.
2. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk
3. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air
Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Penyakit Jantung adalah sebagai berikut :
1. Energi cukuo, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB.
3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total.
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan kalium, kalsium, dan magnesium
jika tidak dibutuhkan.
6. Garam rendah, 2-3 g/hari jika ada hipertensi atau edema
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
9. Cairan cukup, kurang lebih 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberika dalam porsi kecil.
11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan
berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet Jantung I
Diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Myocard Infarct. Diet
diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat
menerimanya. Diet ini sangat rendah energy dan semua gizi, sehingga sebaiknya hanya
diberikan selama 1-3 hari.
61
Diet Jantung II
Diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung I atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika disertai dengan
hipertensi/edema, diberikan sebagai Diet Jantung II Garam Rendah. Diet ini rendah energi,
protein, kalsium dan thiamin.
Diet Jantung III
Diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantung dengan kondisi yang tidak
terlalu berat. Jika disertai dengan hipertensi/edema diberikan sebagai Diet Jantung III Garam
Rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium tetapi cukup zat gizi lainnya.
Diet Jantung IV
Diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan dari Diet
JAntung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai
hipertensi/edema, diberikan sebagai Diet Jantung IV Garam Rendah. Diet ini cukup energi
dan zat gizi lain kecuali kalsium.
Bahan makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat
Beras di tim atau disaring,roti,
mie, kentang, macaroni, biscuit
tepung beras/terigu, sagu aren,
sagu ambon, gula pasir, gula
merah, madu dan sirup
Makanan yang mengandung
gas atau alcohol seperti ubi,
singkong, tape singkong atau
tape ketan
Sumber Protein Hewani
Daging sapi, ayam dengan lemak
rendah, ikan telur, susu rendah
lemak
Daging sapi dan ayam
berlemak, gajih, sosis, ham,
hati, limpa, keju, kerang, otak
dan susu penuh.
Sumber Protein Nabati Kacang-kacangan kering atau Kacang-kacangan kering yang
62
kacang kedelai dengan hasil
olahannya
mengandung lemak cukup
tinggi seperti kacang tanah,
kacang mete dan kacang
bogor.
Sayuran
Sayuran yang tidak mengandung
gas seperti bayam, kangkung,
wortel, buncis labu siam dan
tauge
Semua sayuran yang
mengansung gas seperti kol,
kembang kol, lobak, sawi dan
nangka muda
Buah-buahan Semua buah-buahan segar
Buah-buahan segar yang
mengandung alcohol seperti
durian dan nangka matang
Lemak
Minyak jagung, minyak kedele,
margarin, mentega dalam jumlah
terbatas, kelapa atau santan encer
dalam jumlah terbatas
Minyak kelapa dan minyak
kelapa sawit serta santan
kental
Minuman The encer, coklat, sirupThe/kopi kental, minuman
bersoda dan beralkohol
Bumbu Semua bumbu selain bumbu
tajam dalam jumlah terbatas
Lombok, cabe rawit dan
bumbu-bumbu lain
Contoh Menu Sehari
Diet Jantung II
Pagi
Bubur nasi
Telur dadar
Sup wortel
Susu skim
Pukul 10.00
Selada Buah
Siang
Bubur nasi
Daging semur
Sayur bening bayam
Jeruk
Pukul 16.00
Apel
Malam
Bubur nasi
Ayam panggang
Tumis kacang panjang
63
Pepaya
Diet Jantung III
64
Pagi
Nasi tim
Telu rebus
Tahu ungkep
Sayur bening labu siam
teh
Pukul 10.00
Selada buah
Siang
Nasi tim
Ikan panggang
Tempe bumbu kuning
Sup oyong
Apel
Pukul 16.00
Agar-agar buah
Malam
Nasi tim
Daging rolade
Tahu bacem
Tumis wortel
Pepaya
Diet Jantung IVMenu sama dengan Diet Jantung III, hanya nasi tim diganti dengan nasi.
65
DIET PENYAKIT GINJAL
A. Diet Sindrom NefrotikSindrom Nefrotik atau Nefrosis adalah kumpulan manifestasi penyakit
yang ditandai oleh ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai akibat meningkatnya permeabilitas membran kapiler glomerulus. Kehilangan protein melalui urin yang ditandai oleh proteinuria masif (>3,5 g protein/24 jam) menyebabkan hipoalbuminemia yang diikuti oleh edema (retensi air), hipertensi, hiperlipidemia, anoreksia, dan rasa lemah.a) Tujuan Diet
- Menggantikan protein yang hilang terutama albumin;- Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh;- Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida;- Mengontrol hipertensi;- Mengatasi anoreksia.
b) Syarat DietEnergi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen, yaitu 35 kkal/Kg BB per hari;Protein sedang, yaitu 1,0 g/Kg BB, atau 0,8 g/Kg BB ditambah jumlah protein yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai bilogik tinggi;Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total. Perbandingan lemak jenuh, lemak tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1:1:1;Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaan karbohidrat kompleks;Batasi konsumsi natrium, yaitu 1-4 g sehari, tergantung berat ringannya edema;Batasi asupan kolesterol, yaitu <300 mg. Begitu pula gula murni, bila ada peningkatan trigliserida darah;Sesuaikan jumlah cairan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernapasan.
B. Diet Gagal Ginjal AkutGagal ginjal akut terjadi karena menurunnya fungsi ginjal secara
mendadak yang terlihat pada penurunan Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) dan terganggunya kemampuan ginjal untuk
66
mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme. Penyakit ini disertai oliguria (urin <500 ml/24 jam) sampai anuria. Penyebabnya beragam, seperti kekurangan cairan tubuh secara berlebihan akibat diare atau muntah, pendarahan hebat atau trauma pada ginjal akibat kecelakaan, keracunan obat, dan luka bakar. Pada gagal ginjal akut terjadi katabolisme protein berlebihan (hiperkatabolisme) yang dipengaruhi oleh: (1) berat ringannya penyakit; (2) gangguan fungsi ginjal; (3) status gizi pasien; (4) jenis terapi yang diberikan. Pemberian diet disesuaikan dengan keempat hal tersebut. Gejala penyakit dapat disertai anoreksia, nausea, rasa lelah, gatal, mengantuk, pusing, dan sesak napas. Dalam keadaan katabolik sedang dan berat, pasien memerlukan dialisis. Apabila faktor penyebab dapat diatasi, penyakit dapat disembuhkan sehingga fungsi ginjal kembali normal.a) Tujuan Diet
- Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal;- Menurunkan kadar ureum darah;- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit;- Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan
mempercepat penyembuhan.b) Syarat Diet
Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25-35 kkal/Kg BB;Protein disesuaikan dengan katabolisme, yaitu 0,6-1,5 g/Kg BB. Pada katabolik ringan kebutuhan protein 0,6-1 g/Kg BB. Katabolik sedang 0,8-1,2 g/Kg BB, dan katabolik berat 1-1,5 g/Kg BB;Lemak sedang, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5-1,5 g/Kg BB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8-1,5 g/Kg BB;Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi junlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridemia, batasi penggunaan karbohidrat sederhana atau gula murni;Natrium dan kalium dibatasi bila ada anuria;Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin +500 ml;Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau perenteral. Bila diperlukan, tambahkan suplemen asam folat, vitamin B6, vitamin C, vitamin A, dan vitamin K.
c) Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
67
Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien dan berat ringannya katabolisme protein. Pada katabolik ringan (keracunan obat) dapat diberikan makanan per oral dalam bentuk lunak. Pada katabolik sedang (infeksi, peritonitis) serta katabolik berat (luka bakar, sepsis) diberikan makanan formula enteral dan atau parenteral.
d) Makanan yang DianjurkanApabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh diberikan; batasi penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur dan buah yang mengandung tinggi kalium bila ada hiperkalemia.
C. Diet Penyakit Ginjal KronikPenyakit ginjal kronik adalah keadaan dimana terjadi penurunan
fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat dipulihkan kembali. Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesak nafas, rasa lelah, edema pada kaki dan tangan, serta uremia. Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) <25 ml/menit, diberikan Diet Protein Rendah.a) Tujuan Diet
- Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal agar tidak memberatkan kerja ginjal;
- Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia);- Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit;- Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal dengan
memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.b) Syarat Diet
Energi cukup, yaitu 35 kkal/Kg BB;Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/Kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi;Lemak cukup, yaitu 20-30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda;Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak;Batasi Natrium apabila terdapat hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 g;Batasi Kalium apabila terdapat hiperkalemia (kalium darah >5,5 mEq), oliguria, atau anuria;
68
Batasi cairan, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (± 500 ml);Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen peridoksin, asan folat, vitamin C, dan vitamin D.
c) Jenis Diet dan Indikasi PemberianAda 3 (tida) jenis diet yang diberikan berdasarkan berat badan pasien,
yaitu:(1) Diet Protein Rendah I: 30 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 50 Kg;(2) Diet Protein Rendah II: 35 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 60 Kg;(3) Diet Rendah Protein III: 40 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 65 Kg.d) Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mi, tepung-tepungan, singkong, ubi, selai, madu, permen.
-
Sumber Protein Telur, daging, ikan, ayam, susu.
Kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe dan tahu.
Sumber Lemak Minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak kelapa sawit, minyak kedelai; margarin dan mentega rendah garam.
Kelapa, santan, minyak kelapa; margarin biasa dan lemak hewan.
Sumber Vitamin dan Mineral
Semua sayuran dan buah, kecuali pasien dengan hiperkalemia dianjurkan yang mengandung kalium rendah/sedang.
Sayuran dan buah tinggi kalium pada pasien dengan hiperkalemia.
D. Diet Transplantasi GinjalTransplantasi ginjal adalah terapi pengganti dengan cara mengganti
ginjal yang sakit dengan ginjal donor. Setelah transplantasi sering terjadi hiperkatabolisme protein, kegemukan, dan hiperlipidemia. Diet pada bulan
69
pertama setelah transplantasi adalah energi cukup dengan protein tinggi, setelah itu berubah menjadi energi dan protein cukup. Karena diet sangat tergantung pada keadaan pasien, maka penyusunan diet dilakukan secara individual.a) Tujuan Diet
- Mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal;- Mencegah hiperlipidemia;- Mencegah ketidaktahanan terhadap glukosa;- Mempercepat penyembuhan.
b) Syarat DietEnergi cukup, yaitu 30-35 kkal/Kg BB/hari;Protein tinggi pada bulan pertama setelah transplantasi, yaitu 1,3-1,5 g/Kg BB/hari; setelah satu bulan menjadi 1 g/Kg BB/hari;Lemak sedang, yaitu <30 % dari kebutuhan energi total. Batasi pemakaian lemak jenuh;Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal dari ptotein dan lemak. Untuk mencegah ketidaktahanan terhadap glukosa, batasi pemakaian gula sederhana dan usahakan makanan berserat tinggi;Kolesterol <300 mg/hari, untuk mencegah hiperlipidemia;Kalsium tinggi, yaitu 800-1200 mg/hari;Fosfor sama dengan kebutuhan kalsium untuk mengatasi absorbsi rendah;Natrium, kalium, dan cairan tidak perlu dibatasi, kecuali bila ada indikasi gangguan fungsi ginjal;Bila perlu beri suplemen kalsium, magnesium, tiamin, dan vitamin D;Apabila setelah transplantasi, kemudian ginjal gagal berfungsi, maka dianjurkan agar diet disesuaikan dengan kondisi pasien.
c) Jenis Diet dan Indikasi PemberianAda 2 jenis diet yang diberikan setelah transplantasi ginjal, yaitu:
1. Diet Transplantasi I/DT I (setelah transplantasi sampai dengan sebulan);
2. Diet Transplantasi II/DT II (setelah sebulan transplantasi).d) Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang dianjurkan yaitu sumber lemak jenuh ganda, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu sumber lemak jenuh, sumber kolesterol, sumber gula sederhana (seperti gula pasir, gula merah,
70
madu, dan makanan manis yang berlebihan) bila terjadi hiperkolesterolemia atau hipertrigliseridemia.
E. Diet Gagal Ginjal dengan DialisisDialisis dilakukan terhadap pasien dengan penurunan fungsi ginjal
berat, di mana ginjal tidak mampu lagi mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta memproduksi hormon-hormon. Ketidakmampuan ginjal mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme menimbulkan gejala uremia. Dialisis dilakukan bila hasil Tes Kliren Keratinin <15 ml/menit.
Dialisis dapat dilakukan dengan cara hemodialisis atau dialisis peritoneal. Cara yang paling banyak digunakan adalah hemodialisis. Pada proses hemodialisis, aliran darah ke ginjal dialihkan melalui membran semipermeabel dari ginjal tiruan (mesin cuci ginjal) sehingga produk-produk sisa metabolisme dapat dikeluarkan dari tubuh. Pada proses dialisis peritoneal, aliran darah dialihkan melalui dinding semipermeabel dari peritoneum.
Anjuran diet didasarkan pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran tubuh. Karena nafsu makan pasien pada umumnya rendah, maka perlu diperhatikan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet yang ditetapkan.a) Tujuan Diet
- Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal;
- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit;- Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.
b) Syarat DietEnergi cukup, yaitu 35 kkal/Kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis (HD) maupun Continuous Ambulatory Perineal Dialysis (CAPD). Pada CAPD, diperhutungkan jumlah energi yang berasal dari cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan berat badan, harus dilakukan secra berangsur (250-500 g/minggu) untuk mengurangi risiko katabolisme massa tubuh tanpa lemak (Lean Body Mass);Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1-1,2 g/Kg BB ideal/hari pada HD dan 1,3 g/Kg BB ideal/hari pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai biologi tinggi;Karbohidrat cukup, yaitu 55-75 % dari kebutuhan energi total;Lemak normal, yaitu 15-30 % dari kebutuhan energi total;Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar per 24 jam, yaitu:
71
- 1 g ditambah penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin (HD);
- 1-4 g ditambah penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin (CAPD).
Kalium sesuai dengan urin yang keluar per 24 jam, yaitu:- 2 g ditambah penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g
untuk tiap 1 liter urin (HD);- 3 g ditambah penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g
untuk tiap 1 liter urin (CAPD).Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu, diberikan suplemen kalsium;Fosfor dibatasi, yaitu <17 mg/Kg BB ideal/hari;Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin per 24 jam ditambah 500-750 ml;Suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin larut air seperti B6, asam folat, dan vitamin C;Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang mengandung energi dan protein tinggi.
c) Jenis Diet dan Indikasi PemberianDiet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal
dan ukuran badan pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus direncanakan perorangan.
Berdasarkan berat badan pasien, ada 3 jenis diet dialisis. Yaitu:1. Diet Dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan ±50 Kg;2. Diet Dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan ±60 Kg;3. Diet Dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan ±65 Kg.
F. Diet Nefrolitiasis (Penyakit Batu Ginjal)Batu ginjal terbentuk bila konsnetrasi mineral atau garam dalam urin
mencapai nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal, yang akan mengendap pada tubulus ginjal dan ureter. Meningkatnya konsnetrasi garam-garam ini disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksalat, serta asam urat. Batu ginjal lainnya adalah batu sistin, namun jarang terjadi.
Batu ginjal lebih banyak ditemukan pada orang dewasa laki-laki daripada orang dewasa perempuan. Hiperkalsiuria, hiperurikosuria,
72
hiperoksalouria, rendahnya volume dan pH urin merupakan faktor risiko terjadinya batu ginjal. Asupan cairan yang tinggi (2,5-3 liter/hari) dapat menghasilkan paling kurang 2 liter urin/hari, dapat mencegah terbentuknya berbagai jenis batu ginjal. Kebutuhan cairan bertambah dengan adanya kenaikan suhu pada lingkungan dan peningkatan aktivitas. Separuh cairan hendaknya adalah air putih.
Gejala batu ginjal yaitu adanya rasa nyeri pada abdomen, mual, muntah, infeksi pada saluran kemih, dan sering buang air kecil. Penyakit ini sering kambuh kembali. Agar dapat dilakukan upaya penyembuhan yang tepat, hendaknya dilakukan analisis terhadap jenis batu dan penyakit yang menjadi penyebabnya.a) Tujuan Diet
- Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal;- Meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan
urin melalui peningkatan asupan cairan;- Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal.
b) Syarat DietEnergi diberikan sesuai dengan kebutuhan;Protein sedang, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total;Lemak sedang, yaitu 15-25 % dari kebutuhan energi total;Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total dikurangi dengan energi dari protein dan lemak;Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, sepatuhnya berasal dari minuman;Membatasi makanan yang sesuai dengan jenis batu ginjal yang terbentuk.
G. Diet Batu Kalsium Oksalat dan Kalsium FosfatSebagian besar batu ginjal terdiri dari batu oksalat (80%), tunggal atau
bergabung dengan kalsium fosfat. Umumnya, hiperkalsiuria (>200 mg dalam urin/hari) terjadi karena tingginya absorbi kalsium. Penyebabnya bermacam-macam, di antaranya yaitu hiperparatiroidisme, hiperurikosuria, hiperkalsiuria idiopatik, hiperoksalouria, dan sitrat dalam urin rendah. Pengobatan utamanya adalah dengan memperbaiki penyebabnya secara spesifik.
Hiperkaliuria dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu tipe I, yang tidak tergantung pada diet (kalsium dalam urin tidak tergantung pada asupan kalsium) dan tipe II, yang tergantung pada diet (kalsium urin tinggi jika asupan kalsium tinggi). Hiperkalsiuria tipa I dianjurkan mengkonsumsi kalsium adekuat tetapi tidak berlebihan. Hieprkalsiuria tipe II dianjurkan mengontrol asupan kalsium dalam batas-batas normal, yaitu 500-800 mg untuk laki-laki dan 500-600 mg untuk perempuan. Pembatasan kalsium tidak
73
dianjurkan, karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan kalsium negatif dan meningkatkan absorbsi oksalat sehingga meningkatkan risiko pembentukan batu. Asupan asam oksalat dalam makanan hendaknya dibatasi.a) Tujuan Diet
Mencegah atau memperlambat terbentunya batu kalsium oksalat atau kalsium fosfat.
b) Syarat DietEnergi sesuai dengan kebutuhan;Protein sedang, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total, atau 0,8 g/Kg BB/hari;Lemak normal, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total;Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total dikurangi dengan energi dari protein dan lemak;Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, separuhnya berasal dari minuman;Natrium sedang, yaitu 2300 mg (setara dengan 5 gram garam dapur), karena natrium dapat memicu hiperkalsiuria;Kalsium normal, yaitu 500-800 mg/hari. Pembatasan kalsium tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan keseimbangan kaksium negatif;Serta tidak larut air tinggi, karena serat dapat mengikat kalsium sehingga membatasi penyerapannya;Oksalat rendah dengan membatasi makanan yang mengandung tinggi oksalat;Fosfat normal. Diet rendah fosfat ternyata tidak dapat mencegah pembentukan batu fosfat.
c) Bahan Makan yang DibatasiSumber kalsium :
- Susu dan keju serta makanan yang dibuat dari susu;
- Teri dan ikan yang dimakan dengan tulang.
Sumber oksalat :
- makanan yang dapat meningkatkan ekskresi oksalat melalui ginjal, yaitu kentang, ubi, bayam, bit, stroberi, anggur, kacang-kacangan, teh, cokelat,
H. Diet Batu Asam UratBatu asam urat berkaitan dengan penyakit gout artritis, yaitu penyakit
yang bersifat malignant dan penyakit gastrointestinal yang disertai dengan
74
diare. Penyakit nini berpengaruh terhadap metabolisme purin. Batu asam urat terbentuk karena hiperurikemia, dehidrasi, atau nilai pH urin yang rendah (bersifat asam). Makanan yang mengandung purin tinggi umumnya menghasilkan urin yang bersifat asam dan meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin. Oleh sebab itu, di samping meningkatkan asupan cairan dan menghindari makanan yang mengandung purin tinggi, perlu diusahakan untuk meningkatkan pH urin. a) Tujuan Diet
- Membantu menurunkan kadar asam urat dalam plasma darah;- Meningkatkan pH urin menjadi 6,0-6,5.
b) Syarat DietEnergi sesuai dengan kebutuhan;Protein cukup, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total;Lemak sedang, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total;Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total dikurangi energi dari protein dan lemak;Hindari bahan makanan sumber protein yang mengandung purin >100 mg/100 mg bahan makanan;Makanan yang menghasilkan sisa basa tinggi (misalnya susu, minyak kelapa, santan, kelapa, sayuran dan buah) diutamakan, sedangkan makanan yang menghasilkan sisa asam tinggi (misalnya nasi, roti, daging, ikan, kerang, keju, telur, kacang-kacangan, dan lemak hewan) dibatasi;Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, separuhnya berasal dari air putih;Mineral dan vitamin cukup.
75
REFERENSI
Departemen Kesehatan RI.1997.Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef.1997.Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia. Jakarta.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes.1997.Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita.Jakarta.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan, Oktober 1981.
Eldrige, B.2005.Medical Nutrition Therapy for Cancer Prevention, Treatment and Recovery, dalam Krause’s Food, Nutrition & Diet Therapy 11 th.Saunders Philadelphia.
http://www.Healthcastle.com, Nutrtion Guide: For People Living with Cancer, 2005.
Instalasi Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.2006.Gangguan Saluran Cerna pada Pasien dengan Radiasi (laporan belum dipublikasi).
Instalasi Gizi Perjan RS.Dr.Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.2005.Penuntun Diet Edisi Baru, Cetakan Kedua.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary Management of PEM (Not Published, 1998)
Nutrition Therapy for the cancer patient dalam Total Nutrition Therapy, version 2.0.
Wahyuningrum, SR. Penatalaksanaan Diet Pada Penyakit Kanker. Materi Pelatihan Manajemen Gizi Penyakit Degeneratif Bagi Pengelola Gizi RSPropinsi/Kabupaten/Kota. Bapelkes Makasar 20-23 September 2005.
Waterlaw JC. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold , London, 1992.
WHO. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children, WHO Searo, 1998.
76