teori belajar humanistik

9
A. Akar Gerakan Humanistik Secara etimologis, istilah humanisme terkait erat dengan kata Latin humus yang berarti tanah atau bumi. Istilah ini kemudian berkembang menjadi homo yang berarti manusia (makhluk bumi) dan humanus yang lebih menunjukan sifat “membumi” dan “manusiswi”. Perspektif etimologis dan historis dalam memahami makna kata humanisme menunjukkan bahwa inti persoalan adalah manusia. Artinya, bagaimana membentuk manusia menjadi lebih manusiawi. Frederick Edwards (1989) dalam artikelnya yang berjudul “What is Humanism?” menjelaskan bahwa salah satu cara menelaah pengertian humanistik adalah dengan melakukan pendekatan dari sisi historis dan sisi humanisme sebagai aliran dalam filsafat. Dari sisi historis, humanisme berarti suatu gerakan intelektual yang untuk pertama kalinya muncul di Italia pada paruh kedua abad ke-14 Masehi. Sedangkan dari sisi humanisme sebagai aliran dalam filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan mertabat manusia sedemikian rupa, sehingga manusia menempati posisi yang sangat sentral dan penting, baik dalam perenungan teoretik-filsafati maupun dalam praktik hidup sehari-hari (Abidin 2006:39). Adanya gerakan humanistik berawal dari berlakunya praktik pendidikan di sekolah yang diarahkan oleh pendidik (direct instructtion). Praktik pendidikan direct instruction adalah praktik pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dan keterapilan peserta didik. Beberapa pelopor gerakan humanistik seperti Neill, John Holt, Jonathan Kozol, dan Paul Goodman beranggapan bahwa praktik pendidikan pada saat itu tidak terdapat kesesuaian antara apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka amati ketika belajar di sekolah. Oleh karena itu lah, timbul rasa ketidakpuasan

Upload: intan-nila

Post on 11-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Psikologi pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Belajar Humanistik

A. Akar Gerakan HumanistikSecara etimologis, istilah humanisme terkait erat dengan kata Latin humus

yang berarti tanah atau bumi. Istilah ini kemudian berkembang menjadi homo yang berarti manusia (makhluk bumi) dan humanus yang lebih menunjukan sifat “membumi” dan “manusiswi”. Perspektif etimologis dan historis dalam memahami makna kata humanisme menunjukkan bahwa inti persoalan adalah manusia. Artinya, bagaimana membentuk manusia menjadi lebih manusiawi.

Frederick Edwards (1989) dalam artikelnya yang berjudul “What is Humanism?” menjelaskan bahwa salah satu cara menelaah pengertian humanistik adalah dengan melakukan pendekatan dari sisi historis dan sisi humanisme sebagai aliran dalam filsafat. Dari sisi historis, humanisme berarti suatu gerakan intelektual yang untuk pertama kalinya muncul di Italia pada paruh kedua abad ke-14 Masehi. Sedangkan dari sisi humanisme sebagai aliran dalam filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan mertabat manusia sedemikian rupa, sehingga manusia menempati posisi yang sangat sentral dan penting, baik dalam perenungan teoretik-filsafati maupun dalam praktik hidup sehari-hari (Abidin 2006:39).

Adanya gerakan humanistik berawal dari berlakunya praktik pendidikan di sekolah yang diarahkan oleh pendidik (direct instructtion). Praktik pendidikan direct instruction adalah praktik pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dan keterapilan peserta didik. Beberapa pelopor gerakan humanistik seperti Neill, John Holt, Jonathan Kozol, dan Paul Goodman beranggapan bahwa praktik pendidikan pada saat itu tidak terdapat kesesuaian antara apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka amati ketika belajar di sekolah. Oleh karena itu lah, timbul rasa ketidakpuasan sehingga dibentuklah gerakan pendidikan baru dengan berbagai sebutan seperti romantisme, sistem pendidikan alternatif, dan pendidikan humanistik.

Perkembangan praktik pendidikan humanistik di Amerika Serikat pada tahun 1960an dipelopori oleh tokoh psikologi seperti Abraham Moslow dan Carls Rogers. Praktik pendidikan humanistik merupakan praktik pendidikan yang fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar tentang cara-cara belajar (learning how to learn), dan meningkatkan kreativitas dan kemampuan peserta didik.

Menurut John Deway, pendidikan yang menyediakan bahan belajar spesifik dan diorganisir secara ketat, penggunaan metode pembelajaran yang sistematis, memotivasi peserta didik, pengelolaan kelas, dan asesmen kemajuan belajar peserta didik yang dilakukan oleh pendidik akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilah peserta didik, namun tidak akan mampu menumumbuhkembangkan kepekaan anak (objective education), belajar tentang cara-cara belajar, dan meningkatkan kretivitas dan potensi anak. Teori belajar humanistik menitikberatkan pada kepercayaan bahwa setiap individu memiliki sifat-sifat kebajikan yang berasal dari dalam dan bersifat realistik. Sifat-sifat tersebutlah yang akan terus berkembang dalam kehidupan setiap anak.

Page 2: Teori Belajar Humanistik

Hasil belajar menurut teori humanistik adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri (self-directing). Selain itu, pendekatan yang dilakukan pada teori humanistk memandang pentingnya penekatanan pendidikan di bidang kreativitas, minat terhadap seni, dan hasrat ingin tahu. Namun pendekatan humanistik kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi pendidik, dan kewajiban hadir di sekolah.

Dalam praktiknya, pendekatan humanistik mempersyaratkan mengubah status pendidik dari individu yang lebih mengetahui dan trampil segalanya menjadi individu dengan tingkat yang sama dengan peserta didik. Pada pendekantaan humanistik, sistem pendidikan berpusat pada peserta didik. Pembelajaran merupakan wahana bagi peserta didik untuk melakukan aktualisasi diri, sehingga pendidik harus mengorganisir kelas agar peserta didik dapat melakukan kontak dengan peristiwa-peristiwa yang bermakna. Harapannya, dengan adanya kelas tersebut, peserta didik memiliki keinginan untuk terus belajar, ingin tumbuh, berupaya menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, memiliki harapan untuk menguasainya, dan ingin untuk menciptakan sesuatu.

Penerapan teori humanistik dalam dunia pendidikan memiliki makna yang lebih bagi peserta didik karena teori humanistik memelihara kebebasan peserta didik unyuk tumbuh dan melindungi peserta didik dari tekanan keluarga dan perkembangan emosional. Dengan model pembalajaran yang berpusat pada pesertad didik seperti pada teori humanistik, proses belajar memberi makna tersendiri bagi peserta didik. Namun, kekurangan danri teori humanistik adalah hasil belajar yang sukar dispesifikasi dalam bentuk perilaku dan sukar diukur, sebab pendekatan humanistik kurang menekankan pengetahuan dan keterampilan, sebaliknya lebih menekankan pada hasil belajar yang lebih bersifat profesional.

B. Pandangan Abraham MaslowAbraham Masslow adalah tokoh gerakan psikologi humanistik di

Amerika. Kontribusi Abraham Maslow yang telah diberikan adalah motivasi, aktualisasi diri, dan pengalaman puncak yang memiliki dampak terhadap kegiatan belajar.

Teori motivasi manusia yang disampaikan Maslow didasarkan pada hierarki kebituhan. Kebutuhan pada tingkat paling rendah adalah kebutuhan fisik (physicoligical needs), kebutuhan akan rasa aman (safty neeeds), kebutuhan menjadi milik dan dicintai (sense of belongings and love), kebutuhan penghargaan (esteem needs), dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs).1. Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis (physiological needs)

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, paling kuat, dan paling jelas dari antara sekian kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk

Page 3: Teori Belajar Humanistik

mempertahankan hidupnya sendiri secara fisik. Contoh kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan makan dan minum, kebutuhan akan tempat berteduh, kebutuhan akan tidur, dan kebutuhan akan oksigen. Maslow berpendapat bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku manusia, sejauh kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi atau terpuaskan.

Ketika kebutuhan dalsar seorang individu dapat terpenuhi atau terpuaskan dengan segera, kebutuhan-kebutuhan yang lain yang lebih tinggi akan muncul dan kebutuhan-kebutuhan ini lah yang akan mendominasi individu dan menggantikan kebutuhan fisiologis yang telah terpuaskan. Kondisi inilah yang dimaksud dengan kebutuhan-kebutuhan mannusia yang diatus secara hierarkis menurut Maslow. Menurutnya, manusia adalah binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna. Begitu suatu hasrat berhasil dipuaskan, maka segera muncul hasrat lain sebagai gantinya.

2. Kebutuhan akan Rasa AmanKebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan akan jaminan-jaminan,

stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari rasa takut dan kecemasan. Maslow percaya bahwa sedikit banyak seseorang membutuhkan sesuatu yang bersifat rutin dan dapat diramalkan sampai pada batas-batas tertentu. Ketidakpastian atau kebebasan tanpa batas sulit dipertahankan, sehingga dapat menimbulkan rasa cemas dan tidak aman. Hampir setiap individu memiliki kecenderungan untuk menyukai kebebasan yang memiliki batas daripada jika mereka dibiarkan sama sekali. Menurut Maslow, kebebasan yang ada batasnya sangat diperlukan untuk penyesuaian diri yang lebih baik.

Maslow berpendapat bahwa seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan tereraturan dan stabilitas secara berlebihan, serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing, yang tidak diharapkannya. Orang-orang yang sehat juga menginginkan keteraturan dan stabilitas, tetapi tidak berlebihan sebgaimana yang terjadi pada orang yang neurotik. Mereka juga menaruh minat pada hal-hal baru dan misterius serta tak terduga.

3. Kebutuhan akan Rasa memiliki dan Kasih SayangKebutuhan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki akan muncul jika

kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi. Menurut Maslow, cinta pada konteks ini tidak dapat disamakan dengan seks, yang semata-mata dipandang untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Carl Rogers berpendapat bahwa cinta merupakan keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati.

Bagi Maslow, cinta menyangkut hubungan yang sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap percaya, dan tidak ada rasa takut. Tanpa adanya cinta pada diri seseorang, pertumbuhan serta perkembangan

Page 4: Teori Belajar Humanistik

seorang individu dapat terhambat. Kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Setiap orang harus memahami cinta serta mempu menciptakan, mengajarkan, dan meramalkannya. Sebab, tanpa adanya cinta, dunia ini akan hanyut dalam gelombang permusuhan dan kebencian.

4. Kebutuhan akan PenghargaanKebutuhan akan penghargaan muncul setelah kebutuhan akan

mencintai dan memiliki terpenuhi. Maslow membagi kebutuhan akan penghargaan menjadi dua, yaitu penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Penghargaan terhadap diri sendiri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi diri, penguasaan, kecukupan, dan prestasi. Sedangkan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, atau keberhasilan dalam masyarakat.

Seseorang yang memiliki cukup harga diri, akan lebih percaya diri, merasa yakin dan aman akan diri sendiri, merasa lebih mampu, dan tentunya akan lebih produktif. Sebaliknya jka harga dirinya kurang, maka seseorang akan diliputi rasa rendah diri dan tidak berdaya yang selanjutnya dapat menimbulkan rasa putus asa serta tingkah laku neurotik. Harga diri yang paling sehat akan tumbuh dari penghargaan yang wajar dari orang lain. Oleh karena itu, agar memiliki perasaan harga diri sejati, seseorang harus mengetahui dirinya sendiri dengan baik, dan mampu menilai secara objektif kelebihan serta kelemahan yang dimiliki.

5. Kebutuhan akan Aktualisasi DiriKebutuhan akan aktulisasi diri merupakan kebutuhan dasar manusia

yang paling tinggi, menurut hierarki kebutuhan yang telah disusun oleh Maslow. Sehinngga dalam pencapaiannya, keempat kebutuhan sebelumnya harus terpenuhi dahulu. Pendapat Maslow yang menyebutkan bahwa setiap orang harus berkembang secara optimal sesuai dengan kemapuannya sesuai dengan pendapat Carl Rogers yang mengatakan bahwa setiap individu memiliki suatu dorongan yang bersifat fundamental untuk memelihara, mengaktualisasikan, dan mengembangkan semua segi yang dimilikinya. Kecenderungan ini merupakan bawaan sejak lahir dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Ketika individu semakin bertambah besar, maka “diri” mulai berkembang. Pada saat itu juga tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis menuju segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian.

Dari urauan di atas dapat disimpulkan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-

Page 5: Teori Belajar Humanistik

sifat serta potensi individu sesuai dengan keunikannya untuk menjadi indibidu yang lebih baik.

Ciri-ciri Orang yang Mengaktuakusasikan Diri

1) Mengamati Realitas Secara Efisien

Orang-orang yang mengaktulisasikan dirinya mengamati objek-objek dan orang-

orang disekitarnya secara objektif. Orang yang mengaktualisasikan diri memiliki

kemampuan pengamatan di atas rata-rata dalam hal menilai orang secara tepat.

Karena presepsinya yang tajam dan objektif, maka orang-orang yang

mengaktualisasikan diri lebih tegas dan lebih memiliki pengertian yang lebih jelas

tentang yang benar dan yang salah.

2) Penerimaan Umum Atas Kodrat Orang Lain dan Diri Sendiri

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mampu menerima diri sendiri, baik

dengan segala kelebihan serte kekurangan yang dimiliki tanpa keluhan sehingga

mereka tidak perlu menjdadi orang lain atau memalsukan dir mereka.

3) Spontanitas, Kesederhanaan, dan Kewajaran

laku orang yang mengaktualisasikan diri sangat terbuka tanpa kepura-puraan.

Mereka tidak harus menyembuyikan emosi-emosi mereka, tetai dapat

memperlihatkan emosi-emosi tersebut dengan jujur. Namun, dalam penyampaiannya

tetap memperhatikan perasaan orang lain.

4) Apresiasi yang Senantiasa Segar

Pengaktualisasi diri senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu dengan

peresaan yang sama sperti saat dia mengalami hal tersebut untuk pertama kalinya.

Dengan demikian, mereka dapat berterima kasih terhadap apa yang mereka miliki.

5) Kreativitas

Kreativitas merupakan ciri universal pada semua otrang yang mengaktualisasikan

diri. Kreativitas tidak selalu berorientasi pada hasil berupa karya seni, tetapi lebih

banyak dikaitkan dengan flesibelitas, spontanitas, keberanian, berani membuat

kesalahan, keterbukaan, dan kerendahan hati. Krativitas orang yang

mengaktualisasikan diri dapat disamakan seperti anak-anak sebelum mereka

mengenal rasa takut akan cemoohan orang lain, yaitu mampu melihat berbagai

perkara secara segar tanpa prasangka. Sehingga, kreativitas dalam konteks ini

memiliki definisi sebagai suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan, psikologis, dan

lebih merupakan cara bagai mana seseorangf mengamati dan bereaksi terhadap dunia

bukan mengenai hasil suatu karya.