teknis pelaksanaan simposium.docx file · web viewteknologi agraria, pemanfaatan teknologi untuk...
TRANSCRIPT
Teknis Pelaksanaan Simposium
Temu Ilmiah Nasional Forum Silaturrahim Studi Ekonomi Islam
(FoSSEI) XIII
Universitas Negeri Malang - Jawa timur
26 -29 Jumadil Awal 1435 H / 27 – 30 Maret 2014 M
A. Pendahuluan
Geliat pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia terus berlanjut,
memasuki di dekade kedua ini, semakin banyak masyarakat umum
serta kalangan akademisi, praktisi, dan juga birokrat yang terus
mengkaji dan menggunakan sistemnya di beberapa industri keuangan
syariah. Salah satu bukti pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia,
dapat dilihat dari industri keuanganya, menurut Bank Indonesia,
sampai pada bulan Januari 2014 market share perbankan syariah atas
perbankan nasio;’nal telah mencapai 5 persen. Di saat perbankan
konvensional tuumbuh di kisaran 15 sampai 20 persen, perbankan
syariah di Indonesia terus tumbuh rata-rata 40 persen.
Jika dapat diambil satu garis lurus terkait pertumbuhan ekonomi
syariah yang signifikan ini, harusnya juga beracu pada pertumbuhan
sektor riil. Sektor riil yang merupakan sebuah wujud nyata dari sebuah
pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian khusus di dalam
ekonomi syariah. Salah satu sektor rill yang sangat berpengaruh bagi
Indonesia adalah agraria, sebagaimana yang telah diketahui bersama
bhawa Indonesia adalah negara agraris dan mempunyai nilai tambah
yang tingi di sektor tersebut. Berdasarkan info yang dikeluarkan oleh
Kementrian Pertanian Republik Indonesia, lebih dari 50 persen petani
di Indonesia memiliki lahan kurang dari 0,2 hektare. Beberapa faktor
yang menghambat proses kemajuan agraria di Indonesia adalah
karena petani di Indonesia rata-rata tidak mempunyai lahan tanah
yang ideal untuk bertani. Di sisi lain, tanah terlantar di Indonesia
mencapai 239 juta hektare per Desember 2013 sesuai dengan laporan
dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Forum silahturahim studi ekonomi Islam (FoSSEI), adalah sebuah
organisasi yang mewadahi 134 Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)
di 134 Universitas di Indonesia. FoSSEI yang berfokus pada pengkajian
Ekonomi Islam yang dilakukan oleh KSEI terus memberikan
sumbangsih, baik berupa ide dan kritikan terhadap setiap kebijakan
yang digulirkan oleh regulator. FoSSEI yang memiliki karakterisitik
berupa dakwah, ukhuwah, dan ilmiah tentunya membutuhkan sebuah
acara yang dapat menjadi sarana untuk merefleksikan pemikiran dari
setiap KSEI terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia dengan
sudut pandang Ekonomi Islam.
Di acara Temu Ilmiah Nasional FoSSEI ke-13, tahun 2014 ini yang akan
dilaksanakan di Universitas Negeri Malang (UNM), akan mengangkat
tema umum yaitu, ”Implementasi Ekonomi Islam dalam Sektor
Agraria”, FoSSEI ingin memberikan sebuah refleksi pemikiran dari
seluruh KSEI yang ada di 134 universitas di Indonesia untuk
memaksimalkan sektor agraria sebagai pondasi kekuatan ekonomi
Indonesia dengan prinsip dasar dan sistem ekonomi Islam yang
bersandar pada nilai-nilai keadilan dan kemaslahatan secara luas.
Pada kegiatan Temilnas ke-13 ini, FoSSEI akan membahas lebih spesifik
pada sub-sub tema berikut; Pertama, Peningkatan kualitas SDM di
bidang agraria untuk meningkatkan hasil pertanian dalam rangka
kemandirian Ekonomi Indonesia. Kedua, Ekspor dan impor produk
agraria di Indonesia dan dampaknya terhadap ketahanan pangan serta
ekonomi Indonesia. Ketiga, Pemanfaatan lahan kosong untuk dijadikan
lahan yang produktif dengan produk pertanian yang unggul. Keempat,
Teknologi agraria, pemanfaatan teknologi untuk swasembada pangan
dan pertanian untuk ketahanan pangan Indonesia. Kelima, Inklusifitas
lembaga keuangan di bidang agraria untuk memberdayakan
perekonomian dan petani-petani kecil. Keenam, Keterbukaan informasi
mengenai harga produk agararia bagi para petani.
Melihat permasalahan dalam sektor agraria di atas, maka FoSSEI
mempunyai keinginan kuat dan harapan yang besar untuk
memberikan sumbangsih ide pemikiran yang relevan dan tepat bagi
sektor agraria di Indonesia dengan implementasi nilai dan sistem
Ekonomi Islam bagi pertumbuhanekonomi Indonesia yang lebih baik.
B. Tujuan
1. Sebagai sarana untuk refleksi pemikiran dan sumbangsih ide yang
relevan serta tepat dari FoSSEI bagi stakeholder di dalam sektor
agraria di Indonesia dengan implementasi nilai dan sistem Ekonomi
Islam.
2. Sebagai media silahturahim anggota FoSSEI, yaitu KSEI dalam
memberikan kontribusi ilmiah dalam da’wah Ekonomi Islam yang
menjadi karakteristik dari FoSSEI.
C. Kegiatan
Pelaksanaan Simposium dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan
sebagai berikut:
1. Pre-simposium tanggal 28 Februari – 25 Maret 2014:KSEI-KSEI dengan difasilitasi Komsat dan FoSSEI Regional membuat Naskah akademik dengan subtema sebagai berikut: 1) Peningkatan kualitas SDM di bidang agrari untuk meningkatkan
hasil pertanian dalam rangka kemandirian Ekonomi Indonesia;
2) Export Import Produk Agrari di Indonesia dan dampaknya terhadap ketahanan Pangan dan Ekonomi Indonesia
3) Iqtha', Pemanfaatan lahan kosong untuk dijadikan lahan yang produktif dengan produk pertanian yang unggul;
4) Teknologi agraria, pemanfaatan teknologi untuk swasembada pangan dan pertanian untuk ketahanan pangan Indonesia
5) Inklusi Lembaga Keuangan dibidang Agrari untuk memberdayakan perekonomian dan kemandirian petani petani kecil
6) Assymetric Information, dalam pengaruhnya terhadap fluktuasi dan mark up harga jual produk agraria di pasaran.
2. Naskah Ilmiah hasil diskusi di tingkat regional direview oleh akademisi setempat yang punya kompetensi dan mempunyai kapasitas keilmuan di bidangnya
3. Sumber Referensi dalam pembuatan naskah akademik minimal 5 referensi literatur nasional, dan 3 literatur international
4. Naskah akademik hasil diskusi dan kajian FoSSEI Regional tanggal dikirim via email ke alamat [email protected] cc: [email protected] maksimal tertanggal 25 maret 2014
5. Seminar Internasional dengan tema Optimalisasi Sistem Pengelolaan Agraria dan Ekonomi Islam Menuju Kemandirian Ekonomi Indonesia dalam rangkaian Temu Ilmiah Nasional FoSSEI 2014
Simposium Nasional FoSSEI 1. Sesi Paralel (sidang Komisi), Peserta simposium Temilnas FoSSEI
2014 melakukan diskusi secara paralel dalam satu waktu sesuai dengan bahasan sesuai di komisinya.
2. Sesi Panel, Hasil di sidang komisi dibawa dan dipresentasikan di depan peserta simposium Temilnas FoSSEI 2014 banyak untuk dapat
Info lebih lanjut:http://temilnas2014.wordpress.com/
D. Portofolio Peserta
● Peserta adalah seluruh delegasi KSEI yang memiliki ide dan gagasan tentang tema tema yang dibahas serta memiliki tanggung jawab akademik, diutamakan ketua dan BPH KSEI masing - masing serta pengurus KSEI yang mempunyai
● Target jumlah peserta adalah 400 peserta
E. Petugas / Pelaksana Simposium
Majelis Pimpinan Sidang : Lima Presidium Nasional FoSSEI. Peserta Simposium : Seluruh delegasi KSEI dan Regional yang mempunyai gagasan dan ide dalam pembahasan tema serta bertanggung jawab secara akademik atas argumen argumen yang dikeluarkana.
Notulensi : Panitia Temilnas FoSSEI XIII MalangTim riset dan Publlikasi : Presnas V FoSSEI, depnas riset, Presnas II FoSSEI, depnas CoCoDa
F. Jadwal kegiatan
No
Kegiatan & Tanggal Penting
Waktu Agenda Keterangan
1 Pre Simposium
27 Februari – 9 Maret 2014
Pembahasan subtema tingkat komisariat
10 – 16 Maret 2014 Pembahasan dan pembuatan naskah akademik
tingkat regional
17 – 22 Maret 2014 Review akademik oleh reviewer yang sesuai kompetensi nya
22 Maret 2014 00.01 – 23.59 Pengiriman Soft Copy Naskah Akademik
2 Simposium Nasional(27 Maret 2014)
07.30 – 08.00 Registrasi Peserta
08.00 – 08.15 Pembukaan
08.15 – 09.15 Brain Strorming dan Pengarahan Teknis Simposium
09.15 – 11.45 Sidang Komisi (Paralel)
11.45 – 12.30 Ishoma
12.30 – 14.00 Sidang Pleno
14.00 – 15.00 Perapihan Draf Oleh Prsenas dan Depnas
15.00 – 15.30 Break Sholat Ashar
15.30 – 16.30 Pembacaan Hasil Simposium, dan pengesahan sidang
16.30 – 17.00 Closing
3 Pasca Simposium(28 Maret – 14 April 2014)
Review terakhir oleh praktisi dan tokoh Ekonomi Islam
4 Publikasi (April – Mei 2014)
Publikasi hasil simposium ke media media cetak dan
elektronik nasional
G. Prosedur
1. Setiap Regional mengadakan studi dan kajian terkait tema tema
yang berhubungan dengan "Implementasi Ekonomi Islam dalam
sektor Agraria untuk Kemandirian Ekonomi Indonesia" dengan
pembagian subtema sebagai berikut:
● Peningkatan kualitas SDM di bidang agrari untuk meningkatkan hasil
pertanian dalam rangka kemandirian Ekonomi Indonesia
>> Regional Jawa Timur
>> Regional Sumatera Bagian Selatan
>> Regional Sunda Kecil
● Kebijakan Export Import Produk Agrari di Indonesia dan dampaknya
terhadap ketahanan Pangan dan Ekonomi Indonesia
>> Regional Jabodetabek
>> Regional Yogyakarta
● Iqtha', Pemanfaatan lahan kosong untuk dijadikan lahan yang
produktif dengan produk pertanian yang unggul
>> Regional Banten
>> Regional kalbar-kalsel
>> Regional Jawa Barat
● Teknologi agraria, pemanfaatan teknologi untuk swasembada pangan
dan pertanian untuk ketahanan pangan Indonesia
>> Regional Sulsel
>> Regional Jateng
>> Regional Sulut.
● Inklusifitas Lembaga Keuangan dibidang Agraria untuk
memberdayakan perekonomian dan kemandirian petani petani kecil
>> Jabodetabek
>> Jawa Barat
● Keterbukaan informasi dalam pengaruhnya terhadap fluktuasi dan
mark up harga jual produk agraria di pasaran.
>> Sumbagut
>> Sumbagteng
2. Peranan komsat
Setiap regional; khususnya jatim, jateng, sumbagsel, sumbagteng,
kalbar, kaltim, sulsel, sulut, sunda kecil untuk memaksimalkan peranan
komsat dalam melaksanakan diskusi di regionalnya. Agar menjalankan
diskusi dan kajian ilmiahnya secara terarah dengan skema kordinasi di
komsat masing masing.
3. Peserta diskusi di tingkat regional di fasilitasi dan dipimpin oleh
koordinator regional dan para utusan dari delegasi KSEI masing –
masing yang mempunyai tanggung jawab secara akademik dengan
baik.
4. Di minggu ke empat naskah akademik empiris dari setiap rumusan
yang ada di tingkat regional diberikan ke reviewer, reviewer merupakan
akademisi dan atau pihak yang berkompeten untuk melakukan review
akademis sesuai dengan tema yang didiskusikan.minimal reviewer satu
dan maksimal tiga orang dari kalangan akademisi yang mempunyai
disiplin ilmu yang berkenaandengan sub tema yang dibahas.
5. Kriteria Reviewer :
a. Minimal reviewer yang sudah menempuh studi strata dua ( S2).
b. Reviewer adalah pihak akademisi yang memiliki disiplin ilmu yang
relevan dengan pembahasan sub tema yang diangkat di setiap regional.
6. Tanggal 25 Maret 2014 dikirim maret dikirim ke
7. Seluruh Presnas dan Depnas melakukan evaluasi setiap tanggal 7, 14,
21 Maret 2014
8. Peserta Wajib Mengikuti Seminar Nasional di Tanggal 27 Maret, di acara
tersebut opini yang keluar selama seminar dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan referensi sesuai dengan subtema simposium
Temilnas FoSSEI 2014.
9. Sidang komisi, peserta dari masing masing KSEI regional tertentu
membahas 6 subtema yang dibagi dalam lima komisi. subtema sesuai
dengan yang diamanatkan oleh FoSSEI Nasional FoSSEI Regional,
dipandu oleh Presnas. Khusus untuk subtema Iqtha’ dan Kebijakan
eksport import ddigabung menjadi satu komisi, Pembagian peserta
yang masuk ke komisi-komisi akan diumumkan di tanggal 27 Maret
2014.
10. Sidang panel, adalah kelanjutan dari komisi, dimana seluruh peserta
simposium membahas atau memberi sanggahan/ide dari sidang komisi.
11. Hasil dari sidang panel akan menjadi sebuah konsideran yang
disahkan, untuk kemudian ditindak lanjuti oleh Presnas dan tim depnas
yang telah ditunjuk untuk diriview dari kalangan akademisi.
Hormat Kami
Presidium Nasional FoSSEI 2013-2014
Contoh Naskah Akademik
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Kajian Teoretis Dan Praktik Empiris
BAB III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
BAB IV Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis
BAB V Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan Ruang Lingkup Materi Muatan
Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota
BAB VI Penutup
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Tarakan merupakan kota terbesar ketiga
di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia dan juga merupakan kota terkaya
ke-17 di Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 657,33 km² dan sesuai
dengan data Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana
Kota Tarakan pada tahun 2010 berpenduduk sebanyak 193.069 jiwa.
Tarakan atau juga dikenal sebagai Bumi Paguntaka, berada pada sebuah
pulau kecil yang terletak di utara Kalimantan Timur.
Semboyan dari kota Tarakan adalah Tarakan Kota "BAIS" (Bersih,
Aman, Indah, Sehat dan Sejahtera), pengambilan semboyan ini tidak lain
dan tidak bukan agar menjadi semboyan dan spirit Pemerintah dan warga
masyarakat Kota Tarakan dalam upaya membangun kota Tarakan
yang Bersih dalam artian terciptanya suasana yang bersih dari sampah
dan kotoran-kotoran lainnya, Aman dalam arti memberikan perlindungan
kepada seluruh masyarakat yang ada di Tarakan, Indah dalam arti enak
dipandang, Sehat dalam artian mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari
dengan baik, dan Sejahtera yang mengandung makna bahwa masyarakat
Tarakan diharapkan mampu dibidang perekonomian.
Dari segi sejarah Tarakan menurut cerita rakyat berasal dari bahasa
tidung “Tarak” (bertemu) dan “Ngakan” (makan) yang secara harfiah
dapat diartikan “Tempat para nelayan untuk istirahat makan, bertemu
serta melakukan barter hasil tangkapan dengan nelayan lain. Selain itu
Tarakan juga merupakan tempat pertemuan arus muara Sungai Kayan,
Sesayap dan Malinau. Perkembangan Tarakan tidak dapat dilepaskan dari
era perkembangan kekuasaan, era itu terbagi menjadi 4 (empat) bagian
diantaranya, era kerajaan Tidung, Era dinasti Tenggara, Era Hindia
Belanda, Era Pendudukan Jepang dan Era Kemerdekaan.
Pada era kemerdekaan ini kemuadian Letak dan posisi yang
strategis telah mampu menjadikan kecamatan Tarakan sebagai salah satu
sentra industri di wilayah Kalimantan Timur bagian utara sehingga
pemerintah perlu untuk meningkatkan statusnya menjadi Kota
Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun
1981. Status Kota Administratif kembali ditingkatkan menjadi Kotamadya
berdasarkan Undang-undang RI No. 29 Tahun 1997 yang peresmiannya
dilakukan langsung oleh Menteri dalam Negeri pada tanggal15
Desember 1997, sekaligus menandai tanggal tersebut sebagai Hari Jadi
Kota Tarakan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, memberikan otonomi bagi Kabupaten/Kota
untuk mengatur Kewenangan termasuk pula kewenangan untuk
menetapkan hari jadi suatu daerah.
Dalam menetapkan hari jadi sebuah daerah, berbagai cara dapat
dilakukan. Yang sering atau lazim adalah mencari dan melacak serta
menemukan momentum penting yang mempunyai makna dalam
perjalanan sejarah daerah tersebut, yang kemudian dapat diterima
sebagai sebuah kesepakatan, untuk kemudian dipilih dan dtetapkan
sebagai hari jadi. Menetapkan hari jadi adalah juga proses memilih suatu
tanggal yang dianggap paling mendekati kemungkinan factual dalam
bingkai semangat kebersamaan, sehingga selalu ada beberapa opsi yang
tersedia, yang kemudian disepakati untuk dijadikan keputusan bersama.
Pada umumnya hari jadi suatu Kota, selalu dilandasi makna
kesejahraan, semangat kesejarahan dan kekuatan kesejarahan serta
nasionalisme. Sejarah daerah merupakan gambaran rangkaian kejadian-
kejadian yang dilaksanakan oleh para pemimpin dan masyarakat warga
daerah tersebut. Dengan kata lain bila kita mempelajari sejarah suatu
daerah berarti kita mempelajari sejarah masyarakat daerah itu. Sejarah
akan memilih kejadian-kejadian yang merupakan hasil karya manusia
sesuai dengan konsep yang telah ditentukan sasarannya. Sasaran itu
merupakan kejadian yang menarik pada masa lalu untuk kepentingan
masa kini dan masa yang akan datang. Kejadian yang merupakan fakta
sejarah itu merupakan rangkaian hubungan yang saling berkaitan.
Rangkaian fakta itu disusun sedemikian rupa dengan penafsiran yang
berpedoman pada pendapat dan timbangan yang kritis, sambil
melahirkan tanggapan sejarah dalam jiwanya, sehingga fakta-fakta yang
semula terpisah dan terpecah-pecah, disusunlah suatu gambaran yang
bulat dan merupakan fakta-fakta yang saling berhubungan sehingga
mudah dipahami.
Dalam pemilihan fakta itulah kita akan mencari suatu tonggak
sejarah di Kota Tarakan yang akan dijadikan sebagai Hari Jadi. Untuk
mencari satu fakta sejarah diatas kita harus meneliti serangkaian fakta-
fakta sejarah di Kota Tarakan yang saling berangkaian sehingga memiliki
makna, cukup berkesan dan daya aspiratif yang prospektif-konstruktif
serta sejalan dengan dasar-dasar kehidupan masyarakat Tarakan pada
khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, namun dalam kontek
Kota Tarakan, selain dimensi kesejarahan penetapan hari jadi Kota Tarakan
didasarkan pada pembentukan Kota Tarakan.
Tarakan yang awalnya masih berstatus kawedanan, yang
kemudian ditingkatkan menjadi kecamatan Tarakan berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1963, yang kemudian berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1981 Kota Tarakan ditetapkan
menjadi Kota Administratif yang meliputi 2 (dua) wilayah kecamatan yaitu
Kecamatan Tarakan Barat dan Kecamatan Tarakan Timur yang kemudian
Kota administratif ditingkatkan statusnya menjadi Kota Madya Tingkat II
melalui Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan.
B. Identifikasi Masalah
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, tentunya membawa
perubahan besar dalam pengaturanPemerintahan Daerah. Tentunya
masing-masing pemerintah daerah berusaha untuk
menyempurnakan atau membuat pengaturan yang bersifat otonom, salah
satunya yakni pembentukan peraturan daerah tentang Hari Jadi
Kabupaten/Kota.
Permasalahan mengenai hari jadi Kabupaten/Kota merupakan
permasalahan yang perlu pengaturan yang jelas dan baik, terlebih
didaerah Kota Tarakan. Sehingga Pemerintah bersama-sama masyarakat
dapat secara jelas paham dan mengerti tentang nilai-nilai kesejarahan
berdirinya Kota Tarakan, yang tentunya tidak terlepas dari perjuangan
para pejuang yang telah berjuang demi terlaksananya kehidupan yang
lebih baik dari kehidupan yang sebelumnya.
Permasalahan Hari jadi Kota Tarakan dewasa ini menunjukkan
adanya pemudaran dan penurunan pengetahuan, terutama bagi mereka
pemuda dan pemudi Kota Tarakan, sehingga rasa memiliki dan merawat
kota dari hari hari kehari mulai memudar, karna keengganan untuk
mempelajari sejarah perjuangan berdirinya Kota Tarakan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemanfaatan.
Untuk itu identifikasi masalah dalam Naskah akademis ini dapat
dibagi menjadi :
1. Hari Jadi Kota Tarakan dapat diperingati setiap tahun, sebagai bagian
dari jati diri dan eksistensi suatu daerah, disamping berperan sebagai
faktor integrasi masyarakat juga dapat memotivasi peningkatan
pembangunan daerah
2. Mewujudkan jati diri dan menumbuhkan rasa cinta, bangga dan rasa
memiliki terhadap Kota Tarakan.
3. Semangat melestarikan nilai-nilai luhur budaya yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan sosial
kemasyarakatan.
4. Kepastian hukum mengenai mulai terbentuknya Kota Tarakan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, sehubungan hari jadi Kota
Tarakan belum ditetapkan dalam suatu Peraturan daerah, maka perlu
dibuat peraturan daerah tentang Hari Jadi Kota Tarakan.
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik
Adapun yang menjadi tujuan dan kegunaan penetapan Hari Jadi Kota
Tarakan dalam peraturan daerah ini adalah
1. Untuk memperingati Hari Jadi Kota Tarakan setiap tahun, sebagai bagian
dari jati diri dan eksistensi suatu daerah, disamping berperan sebagai
faktor integrasi masyarakat juga dapat memotivasi peningkatan
pembangunan daerah
2. Sebagai wujud jati diri dan menumbuhkan rasa cinta, bangga dan rasa
memiliki terhadap Kota Tarakan.
3. Menumbuhkan semangat melestarikan nilai-nilai luhur budaya yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
sosial kemasyarakatan.
4. Memberikan kepastian hukum mengenai mulai terbentuknya Kota
Tarakan.
D. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan Naskah Akademik ini
adalah metode penelitian yuridis normatif dan empiris. Yaitu dengan
mendasarkan pada aspek peraturan perundang-undangan sebagai dasar
terbentuknya Kota Tarakan maupun Pengkajian aspek-aspek lain yang
terkait, seperti historis serta pengalaman para stakeholders terkait, hasil-
hasil penelitian dan konsep-konsep yang berkaitan dengan kelahiran Kota
Tarakan.
Selain itu pendekatan dilakukan dengan indisipliner dan
multidisipliner. Pendekatan indisipliner dilakukan pengkajian bidang-
bidang hukum terkait dengan Hukum Pemerintahan Daerah dan Hukum
Hukum Administrasi Negara
Pendekatan multidislipiner dilakukan pengakajian dengan mendekati
permasalahan hukum mengenaiaspek kesejarahan berdirinya Kota
Tarakan berdasarkan ilmu-ilmu yang terkait secara langsung, Ilmu
Pemerintahan, Ilmu Sejarah dan Ilmu Sosial
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Teori Otonomi Daerah
Pada prinsipnya, kebijakan otonomi daerah dilakukan dengan
mendesentralisasikan kewenangan-kewenangan yang selama ini
tersentralisasi di tangan pemerintah pusat. Dalam proses desentralisasi
itu, kekuasaan pemerintah pusat dialihkan dari tingkat pusat ke
pemerintahan daerah sebagaimana mestinya, sehingga terwujud
pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah kabupaten dan kota di
seluruh Indonesia. Jika dalam kondisi semula arus kekuasaan
pemerintahan bergerak dari daerah ke tingkat pusat, maka diidealkan
bahwa sejak diterapkannya kebijakan otonomi daerah itu, arus dinamika
kekuasaan akan bergerak sebaliknya, yaitu dari pusat ke daerah.
Kebijakan otonomi dan desentralisasi kewenangan ini dinilai sangat
penting terutama untuk menjamin agar proses integrasi nasional dapat
dipelihara dengan sebaik-baiknya. Karena dalam sistem yang berlaku
sebelumnya, sangat dirasakan oleh daerah-daerah besarnya jurang
ketidakadilan struktural yang tercipta dalam hubungan antara pusat dan
daerah-daerah. Untuk menjamin agar perasaan diperlakukan tidak adil
yang muncul di berbagai daerah seluruh Indonesia tidak makin meluas
dan terus meningkat yang pada gilirannya akan sangat membahayakan
integrasi nasional, maka kebijakan otonomi daerah ini dinilai mutlak harus
diterapkan dalam waktu yang secepat-cepatnya sesuai dengan tingkat
kesiapan daerah sendiri. Sebelum dikeluarkannya peraturan yang
diperlukan dari pusat, pemerintahan daerah dapat menentukan sendiri
pengaturan mengenai soal-soal yang bersangkutan melalui penetapan
Peraturan Daerah. Setelah peraturan pusat yang dimaksud ditetapkan,
barulah peraturan daerah tersebut disesuaikan sebagaimana mestinya,
sekedar untuk itu memang perlu diadakan penyesuaian.
Dengan demikian, kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi
kewenangan tidak hanya menyangkut pengalihan kewenangan dari atas
ke bawah, tetapi pada pokoknya juga perlu diwujudkan atas dasar
keprakarsaan dari bawah untuk mendorong tumbuhnya kemandirian
pemerintahan daerah sendiri sebagai faktor yang menentukan
keberhasilan kebijakan otonomi daerah itu. Dalam kultur masyarakat kita
yang paternalistik, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah itu tidak
akan berhasil apabila tidak dibarengi dengan upaya sadar untuk
membangun keprakarsaan dan kemandirian daerah sendiri.
B. Asas dan Prinsip Otonomi Daerah
Secara umum asas dan prinsip-prinsip Otonomi Daerah dapat
diurai sebagai berikut :
1. Asas Desentralisasi : Pelimpahan wewenang pemerintahanoleh
pemerintah pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistemkesatuan Negara RI.
2. Asas Dekonsentrasi : Pelimpahan wewenang pemerintah olehpemerintah
pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintahpusat dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu.
3. Asas Tugas Pembantuan : Penugasan dari pemerintah pusatkepada
daerah dan/atau desa,dari pemerintah provinsi kepadakabupaten/kota
dan atau desa serta dari pemerintahkabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugastertentu.
Menurut prinsip penyelenggaraan Negara yang tercantum
dalampasal 2 UU No.28 tahun 1999,tentang penyelenggaraan Negarayang
bersih bebas dari korupsi,kolusi dan nepotisme,maka adabeberapa asas
umum penyelenggaraan Negara,yang meliputi:
1. Asas Kepastian Hukum : Asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundangan,kepatutandan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara Negara.
2. Asas Tertib : Asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan
keseimbangan dalampengendalian penyelenggara Negara.
3. Asas Kepentingan Umum : Asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yangaspiratif,akomodatif dan selektif
4. Asas Keterbukaan : Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasipribadi, golongan, dan rahasia Negara
5. Asas Proporsionalitas : Asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelenggaraNegara
6. Asas Profesionalitas : Asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturanperundangan yang
berlaku
7. Asas Akuntabilitas : Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat di
pertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku
C. Praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan
yang dihadapi masyarakat.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam pendahuluan, dalam upaya
mencari fakta sejarah di Kota Tarakan yang memiliki daya prospektif-
konstruktif serta mempunyai nilai kesejahteraan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam upaya menemukan momentum penting
dalam perjalanan sejarah yang dicanangkan sebagai hari jadi Kota
Tarakan, dimensi yang paling mendekati kesepakatan seluruh
stakeholders adalah dimensi yuridis melalui pendekatan perundang-
undangan yaitu dengan mengacu pada Undang-undang Nomr 29 tahun
1997 tentang Pembentukan Kotamadya Tingkat II Tarakan yaitu pada
tanggal 15 Desember 1997 yang diresmikan oleh Menteri dalam negeri.
Kita meyakini, bahwa tanggal 15 Desember 1997 merupakan fakta
sejarah dan tonggak lahirnya Tarakan sebagai daerah otonom terlepas
dari bagian wilayah Kabupaten Bulungan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, Hal ini juga diperkuat bahwa
semenjak terbentuknya Kota Tarakan proses pembangunan diberbagai
bidang di Kota Tarakan sangat dirasakan seiring dengan pelaksanaan
otonomi daerah sejak tahun 1999.
Namun demikian pilihan penetapan hari jadi kota Tarakan
mengacu pada kelahiran Kota Tarakan berdasarkan UU nomor 29 tahun
1997, tapi juga tidak menghilangkan nilai-nilai sejarah keberadaan Kota
Tarakan. Dalam penentuan fakta sejarah juga harus mengikatkan diri
kepada keobyektifan pemikiran,dalam arti memilih fakta sejarah dengan
penafsiran yang didasari atas pengabdian terhadap pembangunan
generasi mendatang baik mental spiritual ataupun phisik materiil. Dimana
dalam rangka menentukan penetapan Hari Jadi Tarakan, ditentukan
dengan kriteria-kriteria yang bernilai, meliputi :
1. Kepribadian, kerakyatan dan patriotisme
2. Membina persatuan dan kesatuan
3. Mengandung keteladanan
4. Mengandung pengaruh mendalam terhadap kelangsungan
perkembangan pembangunan bangsa pada umumnya dan daerah pada
umumnya
5. Merupakan salah satu puncak sejarah
6. Berperspektif pembangunan dan menggugah semangat membangun
serta cinta suatu daerah.
Untuk lebih memberikan warna sejarah menyangkut Kota Tarakan
akan dituangkan dalam batang tubuh Raperda dan diperkuat di
penjelasan umum Raperda Hari Jadi Kota Tarakan. Sebagai bagian dalam
menyelusuri tonggak sejarah yang bernilai aspiratif, prospektif-konstruktif
bagi penentuan Hari jadi Kota Tarakan, akan member cerminan dinamika
masyarakat Tarakan sebagai pengisi sejarah itu sendiri. Ini berarti tonggak
yang dapat dimanfaatkan pada masa kini untuk menentukan politik masa
mendatang.
D. Implikasi Pembentukan Perda Hari Jadi Kota Tarakan
Peraturan Daerah Kota Tarakan Tentang Hari Jadi Kota
Tarakan disusun berdasarkan kebutuhan dan akan berimplikasi terhadap;
1. Menyamakan presepsi dan langkah-langkah dalam
melaksanakan pembangunan daerah
2. Menyelenggrakan kegiatan pengelolaan asset dan Sumber Daya
Alam serta prasarana Kota Tarakan
3. Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan sumber daya alam khususnya
secara terpadu dari hulu ke hilir
4. Mendorong pengembangan kegiatan usaha dan kerjasama Badan Usaha
Milik Daerah.
5. Mendorong partisipasi dari masyarakat dalam pengelolaan Aset daerah
6. Memperbaiki dan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap
Kota yang selama ini mulai pudar.
7. Pembinaan adalah kegiatan yang mencakup (pemberian pengarahan,
petunjuk, bimbingan, pelatihan, dan penyuluhan dalam pelaksanaan tata
pembangunan kota.
8. Pengendalian adalah kegiatan yang mencakup pengaturan, penelitian,
dan pemantauan Pembangunan Kota untuk menjamin pemanfaatannya
secara bijaksana demi menjaga kesinambungan dan ketersediaan
mutu asset daerah.
9. Mendorong rasa cinta dan memiliki terhadap Pemerintah Daerah Kota
Tarakan.\
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Pengaturan Hari Jadi Kota Tarakan mempunyai hubungan dan
keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, antara lain;
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
2. Undang-undang RI No. 29 Tahun 1997 Tentang Pembentukan Kotamadya
Daerah Tingkat II Tarakan
3. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981 Tentang Peningkatan Menjadi
Wilayah Administratif
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
1. Landasan Filosofis
Tujuan awal Otonomi Daerah adalah untuk memberikan manfaat dan
mensejahterakan masyarakat didaerah. Pasal 18 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berisi tentang pokok-pokok
Pemerintahan Daerah tentunya agar daerah dapat membangun dan
melaksanakan prinsip-prinsip otonomi yang berbasis kebutuhan
daerah. Untuk itu sangat berbeda motif, metode dan tata cara
pembangunan daerah yang satu dengan daerah yang
lainnya. Karakteristik daerah juga sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
terkandung dalam masyarakat, seperti social budaya, adat-istiadat dan
lain sebagainya. Untuk itu dirasa penting Perda tentang Hari Jadi Kota
Tarakan ini, dengan berpedoman pada penjelasan diatas.
2. Landasan Sosiologis
Masyarakat Kota Tarakan adalah bagian dari perkembangan
teknologi, budaya dan informasi. Dalam era globalisasi sekarang ini tidak
dapat dipengkiri terutama kaum muda untuk adanya akselerasi dan
akulturasi pengetahuan yang semakin mudah dijangkau melalui media
informasi dan teknologi. Untuk itu pengaruh media informasi dan
teknologi menjadi suatu hal yang bermanfaat juga menjadi suatu hal yang
merugikan. Bermanfaat apabila penggunaannya digunakan dalam koridor
yang benar dan dapat menyeleksi paham-paham yang kurang elok untuk
diterapkan masyarakat penganut adat ketimuran seperti Tarakan. Untuk
itu hadirnya teknologi juga berpengaruh terhadap ketidakmampuan
berfikir local, atau bahkan melupakan nilai-nilai sejarah yang terkandung
di masyarakat local Tarakan. Untuk itu sangat dibutuhkan sekali suatu
aturan yang memuat tentang Hari jadi Kota Tarakan.
3. Landasan Yuridis
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, memberikan otonomi bagi Kabupaten/Kota untuk
mengatur Kewenangan termasuk pula kewenangan untuk menetapkan
hari jadi suatu daerah. Untuk itu pengaturan ini dapat dijadikan rujukan
utama tentang landasan Berdirinya Kota Tarakan. Yang melalui Peraturan
Pemerintah No. 47 Tahun 1981 Tarakan ditingkatkan statusnya menjadi
Kota Administratif. Status Kota Administratif kembali ditingkatkan menjadi
Kotamadya berdasarkan Undang-undang RI No. 29 Tahun 1997 yang
peresmiannya dilakukan langsung oleh Menteri dalam Negeri pada
tanggal 15 Desember 1997, sekaligus menandai tanggal tersebut sebagai
Hari Jadi Kota Tarakan.
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH PROVINSI, ATAU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Pada umumnya materi atau ruang lingkup Rancangan Perda hari jadi
Kota Tarakan terdiri dari:
1. Ketentuan Umum
Bagian ini berisi tentang definisi-definisi yang berkaitan dengan Hari Jadi
suatu daerah.
2. Maksud dan Tujuan
Bagian ini berisi tentang penjelasan dan filosofis di buatnya Perda Tentang
Hari Jadi Kota Tarakan.
3. Penetapan hari jadi
Bagian ini berisi tentang tanggal penetapan Hari Jadi Kota Tarakan
4. Peringatan hari jadi
Bagian ini berisi prosesi perayaan Hari jadi Kota Tarakan setiap tahunnya.
5. Ketentuan Penutup
Bagian ini mengatur tentang hal-hal teknis yang akan dibuat setelah
Perda ini disahkan yang dituangkan dalam pembuatan Peraturan Walikota.
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
1. Penetapan hari jadi Kota Tarakan dtetapkan pada tanggal 15
desember dengan mendasarkan pada Undang-undang Nomor 29 tahun
1997 tentang Pembentukan Kotamadya Tingkat II Tarakan
2. Penetapan hari jadi perlu ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah.
B. Saran
1. Penetapan Hari jadi Kota Tarakan diharapkan dijadikan spirit oleh semua
kalangan masyarakat Tarakan untuk menumbuhkan dalam upaya
pembangunan Kota Tarakan, dan menambah rasa cinta terhadap Kota,
sehingga dapat diprioritaskan dalam program legislasi daerah.
2. Peraturan Daerah tentang Hari Jadi Kota Tarakan diharapkan mampu
memberikan pemahaman tentang arti penting nilai-nilai sejarah yang
terkandung dalam Kota Tarakan, tentunya dengan masukan dari semua
kalangan.
Demikian naskah akademis ini dibuat, sebagai bahan masukan dan
pertimbangan dalam pembuatan Raperda tentang hari jadi Kota Tarakan.