tbt semusim dan tahunan

136
1 I. PENGAMATAN BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Upaya membudidayakan tanaman yang di dasar ialah produksi yang tinggi baik mutu maupun jumlahnya. Ada dua tujuan dalam teknik budidaya tanaman yaitu memaksimalkan output atau meminimalkan input agar kelestarian lahan tetap terjaga. Dalam rangka mendapatkan produksi tinggi (jumlah dan mutu) perlu penerapan yang dikenal dengan panca usaha tani yang meliputi penyediaan bahan tanaman (benih/bibit) bermutu tinggi yang berasal dari klon/kultivar unggul, pengolahan tanah, pengairan, pemupukan dan perlindungan tanaman. Tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran yang mempunyai dua peran utama sebagai penyokong tegak tumbuhnya tanaman dan penyerap hara tanaman. Tanah sebagai penyedia kebutuhan primer tanaman untuk aktivitas metabolismenya meliputi air, udara dan unsur hara. Tanah sebagai penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang dapat menunjang aktivitasnya agar tetap optimum meliputi zat-zat pemacu tumbuh, antibiotik 1

Upload: najihfikriyah

Post on 22-Dec-2015

169 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: TBT Semusim Dan Tahunan

1

I. PENGAMATAN BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Upaya membudidayakan tanaman yang di dasar ialah produksi yang

tinggi baik mutu maupun jumlahnya. Ada dua tujuan dalam teknik budidaya

tanaman yaitu memaksimalkan output atau meminimalkan input agar

kelestarian lahan tetap terjaga. Dalam rangka mendapatkan produksi tinggi

(jumlah dan mutu) perlu penerapan yang dikenal dengan panca usaha tani

yang meliputi penyediaan bahan tanaman (benih/bibit) bermutu tinggi yang

berasal dari klon/kultivar unggul, pengolahan tanah, pengairan, pemupukan

dan perlindungan tanaman.

Tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama yaitu

sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran yang mempunyai

dua peran utama sebagai penyokong tegak tumbuhnya tanaman dan

penyerap hara tanaman. Tanah sebagai penyedia kebutuhan primer tanaman

untuk aktivitas metabolismenya meliputi air, udara dan unsur hara. Tanah

sebagai penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang dapat menunjang

aktivitasnya agar tetap optimum meliputi zat-zat pemacu tumbuh, antibiotik

dan enzim yang berfungsi dalam penyediaan kebutuhan primer. Tanah

sebagai habitat biota tanah yang berdampak positif dalam penyediaan

kebutuhan primer maupun sekunder tanaman maupun yang berdampak

negatif sebagai hama penyakit tanaman. Salah satu hal yang harus

diperhatikan adalah pengolahan tanah. Secara umum pengolahan tanah

bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap tanam dengan meningkatkan

kondisi fisik tanah agar siap untuk ditanami. Pengolahan tanah adalah

manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan

keadaan tanah yan baik bagi pertumbuhan tanaman. Tanah yang akan

digunakan sebagai media tumbuh harus dapat menyediakan unsur hara yang

penting untuk tanaman.

1

Page 2: TBT Semusim Dan Tahunan

2

Kualitas benih sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil panen yang

tinggi. Bahan tanam merupakan suatu awal keberhasilan suatu proses

produksi. Benih yang berkualitas adalah yang mempunyai sifat-sifat antara

lain tingkat kemurnian genetik dan fisik yang tinggi, sehat dan kadar air

aman dalam penyimpanan. Pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan

lahan agar siap bagi kehidupan tanaman dengan meningkatkan kondisi fisik

tanah.

Pemilihan benih atau bibit yang bermutu tinggi juga sangat diperlukan

untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi. Bahan tanam atau benih

merupakan bahan awal keberhasilan suatu proses produksi. Tidak ada

gunanya kita memupuk, menyiangi, dan menyiram bila benih yang

digunakan jelek, sehingga tidak dapat diperoleh hasil panen yang

maksimum. Benih yang berkualitas mempunyai ciri mengkilap, tidak

keriput, tidak cacat dengan warna normal, viabilitas tinggi, sehat, bersih,

murni, dan asli. Pembentukan bibit dapat dilakukan dengan cara seleksi atau

dengan cara persilangan dari induk yang masing-masing mempunyai sifat

utama, unggul, dan baik. Dari ketentuannya, akan diperoleh varietas yang

mempunyai sifat baik atau tidak baik, dari keturunan yang mempunyai sifat

baik atau tidak baik, dari keturunan yang mempunyai sifat baik yang

dipunyai oleh kedua induknya yang akan diambil dan ditentukan sebagai

varietas unggul.

Penanaman adalah persiapan sebelum tanam, waktu menanam, dan cara

menanam. Sebelum melakukan penanaman, hendaknya persiapannya

dikontrol. Kalau ada rumput liar seperti rumput grinting atau teki, segera

dimusnahkan agar tidak mengganggu tanaman. Rumput tersebut termasuk

gulma yang dapat menjadi kompetitor bagi tanaman induk. Pengaturan jarak

tanam yang tepat bagi tanaman dapat memberikan peluang yang sebesar-

besarnya bagi tanaman untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lingkungan

secara maksimal, baik berupa lingkungan tanah, air maupun iklim.

Lingkungan tanah merupakan sumber nutrisi dan air bagi tanaman.

Sedangkan lingkungan iklim yang penting antara lain radiasi surya, suhu,

Page 3: TBT Semusim Dan Tahunan

3

dan kelembaban. Interaksi antara tanaman dengan faktor lingkungan akan

memberikan gambaran terhadap perkembangan dan hasil tanaman.

Hasil tanaman tidak akan optimal bila tanaman itu tidak dipelihara

dengan baik. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, pemupukan, dan

pengendalian pengganggu tanaman. Dalam pemupukan, harus diperhatikan

kapan waktu dan berapa dosis yang tepat untuk tanaman tersebut. Hal ini

bertujuan untuk menghindarkan tanaman dari kelebihan pupuk yang hanya

akan meracuni tanaman tersebut. Sehingga, hasil tanaman lebih optimal.

Manajemen yang efektif selama periode pascapanen, juga diperlukan.

Hal ini jika dibandingkan dengan tingkat kecangihan berbagai teknologi,

adalah kunci dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Operasi skala besar

dapat menguntungkan karena investasi mesin penanganan yang biayanya

tinggi serta perlakuan-perlakuan pascapanen berteknologi tinggi, sering

pilihan-pilihan tersebut tidak praktis bagi penganan skala kecil. Teknologi

sederhana biaya murah sering lebih sesuai untuk volume panen yang kecil,

terbatasnya sumber daya untuk operasi komersial, petani terlibat langsung

dalam pemasaran, serta untuk suplier sampai eksporter di negara-negara

sedang berkembang.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum dari acara Pengamatan Budidaya Tanaman Semusim

yaitu, agar mahasiswa dapat terampil memadukan teori yang diperoleh

dengan praktek rill yang dilakukan petani dalam pembudidayaan tanaman

semusim.

Page 4: TBT Semusim Dan Tahunan

4

B. Tinjauan Pustaka

1. Komoditas Padi (Oryza sativa)

Padi termasuk keluarga padi-padian. Batangnya beruas-ruas yang

didalamnya berongga (kosong), tingginya 1 sampai 1,5 meter. Pada tiap

buku terdapat batang tumbuh daun yang berbentuk pita dan

berpelepah.Pelepah itu membentuk hampir sekeliling batang. Di dalam

tanah dari tiap buku tumbuh tunas yang dapat menggadakan batang(anakan

padi). Anakan padi itu dapat pula beranak, dan demikianlah terus

menerus.Itulah sebabnya dari sebutir dapat tumbuh 40 sampai 50

batang.Bila telah sampai pada waktunya dari tiap-tiap batang keluar

bunga.Bunga itu bunga majemuk, yang biasanya disebut orang sebagai

bulir.Pada tiap bulir keluar 100 sampai 400 bunga yang produktif dan

menghasilkan (Soemartono et al., 2002).

Nitrogen sangat berperan pada pertumbuhan vegetatif tanaman dan

dalam merangsangjumlah anakan. Tanaman padi yang kekurangan N

pertumbuhannya menjadi terhambat dan tanaman akan menjadi kerdil serta

jumlah anakan akan sedikit. Jumlah malai atau rumpun berkolerasi positif

dengan kandungan unsur hara N selain itu juga dipengaruhi radiasi matahari

(Endrisal, 2004).

Fase pertumbuhan tanaman padi dibedakan menjadi 2 periode yaitu

periode pertumbuhan vegetatif dimana dikarakteristikkan dengan kenaikan

jumlah anakan dan periode partumbuhan generatif dimana perkembangan

malai muda merupakan kenampakan utama. Periode perkembangan

vegetatif dan generatif kebanyakan keduanya terpisah tetapi saling

melengkapi satu sama lain (Matsubayasi, 2002).

Pembentukan jumlah anakan meningkat apabila jarak tanam padi lebih

rapat, dibanding jarak tanam renggang besarnya nilai ILO dan jumlah

anakan padi mempunyai korelasi positif nyata terhadap peningkatan hasil

padi. Jarak tanam mempengaruhi tanaman dalam mempergunakan sumber

daya yang ada. Semakin meningkat nilai ILO semakin meningkat anakan

padi, sehingga hasil panen juga semakin bertambah (Pane, 2004).

Page 5: TBT Semusim Dan Tahunan

5

Pemberian pupuk N merupakan kunci utama dalam usaha

meningkatkan produksi. Tanaman yang kekurangan N akan tampak kerdil

warna daun hijau muda kekuningan, buah terbentuk sebelum waktunya dan

tidak sempurna. Varietas padi yang mempunyai potensi hasil yang tinggi

akan meningkat hasilnya dengan perlakuan pemupukan, karena jumlah

anakan bertambah dan tanaman tidak roboh. Sedangkan varietas padi yang

potensi hasilnya rendah tidak akan meningkat hasilnya dengan menambah

jumlah pupuk N, karena tanaman tidak kuat menopang daunnya sehingga

tanaman roboh (Suriadikata, 2001).

Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedadalam beberapa fase. Fase

utama, yaitu:

a. Vegetatif (awal pertumbuhan samapai pembentukan akar).

b. Reproduktif (pembbentukan malai sampai pembungaan).

c. Pematangan ( pembungaan samapai gabah matang).

Di daerah tropis fase reproduktif selama 35 hari dan fase pematangan

sekitar 30 hari.Perbedaan diantara pertumbuhan ditentukan oleh perubahan

panjang waktu fase vegetatif dari tanaman (Ngraho, 2007).

2. Komoditas Jagung

Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase

baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembabantanah

kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada

dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran

tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat

dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan

laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Djatnikan, 2000).

Pelaksanaan dalam penanaman banyak faktor yang perlu diperhatikan

antara lain jarak tanaman atau kerapatan tanaman, pengolahan tanah dan

saat tanam. Banyak dianjurkan tandur jajar, yaitu tanaman dengan jarak

teratur dan barisab teratur. Jarak tanam mempengaruhi kerapatan populasi

tanaman dengan efisiensi dalam penggunaan cahaya serta mempengaruhi

kompetisi antara tanaman dalam penggunaan air dan zat hara demikian juga

Page 6: TBT Semusim Dan Tahunan

6

akan mempengaruhi koefisien cahaya dimana pada umumnya penggunaan

jarak tanaman sama lebih efisien dari pada jarak tanaman yang lain, karena

titik awalnya terjadi kompetisi tertunda (William, 2005).

Persyaratan mengenai tanah yang cocok bagi tumbuhan jagung tidaklah

istimewa. Syarat yang terpenting adalah bahwa keadaan tanah tidak terlalu

kurus dan padat. Kondisi yang mutlak diperlukan adalah tanah yang

gembur. Tanah yang gembur ini tidak hanya baik bagi tanaman jagung juga

mudah dalam pencabutan tanaman jagung pada saat panen. Tanah-tanah

yang terlalu masam atau alkalis tidak baik untuk tanaman jagung, sebaiknya

jagung ditanam pada pH yang netral. Jarak tanam yang semakin sempit

memerlukan benih yang seamkin besar. Apalagi jika jagung ditanam dengan

sistem tanam monokultur akan membutuhkan benih yang jauh lebih besar

dibandingkan dengan sistem tumpang sari. Pengaturan jarak tanam ini

ditentukan oleh umur varietas jagung, dan populasi tanaman yang optimum

(Aak, 2007).

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan pemupukan

susulan degan menggunakan urea, karena merupakan sumber pupuk

nitrogen paling umum untuk negara-negara yang sedang

berkembang.Mengingat karakteristik yang khas pada lahan pertanian

diperlukan langkah pengelolaan. Apabila pupuk urea disebarkan di

permukaan tanah akan terjadi proses volatilisasi yang menyebabkan

kehilangan nitrogen dalam bentuk ammonium, proses ini merupakan bentuk

kehilangan nitrogen yang cukup banyak dan sebagai penyebab rendahnya

efisiensi pemupukan pada lahan pertanian di daerah tropika

(Colbourn, 2006).

Tujuan pemupukan adalah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil

tanaman.Pemupukan diberikan pada saat tanaman menunjukkan sejumlah

kebutuhan unsur hara agar diperoleh keefisienan yang maksimal. Pemberian

pupuk padat dilakukan dengan cara ditugal, disebar di atas tanah atau di

sebelah tanaman, sedangkan pemberian pupuk daun. Dengan cara

menyemprotkan pada daun, bersama air disemprotkan sebagai perlakuan

Page 7: TBT Semusim Dan Tahunan

7

tambahan. Pemupukan secara disebar mempunyai kelemahan bahwa pupuk

mudah menguap ataupun terikat dalam tanah.Sebenarnya tanah merupakan

sumber unsur-unsur hara. Suatu hasil yang tinggi dari tanaman akan

mengangkut keluar unsur lebih banyak daripada tanaman yang berdaya hasil

rendah (Wagner, 2000).

Daun merupakan salah satu organ tanaman yang berperan dalam proses

fotosintesis. Cekaman kekeringan memberikan pengaruh terhadap parameter

luas daun.Cekaman kekeringan berpengaruh pada luas daun terutama pada

fase vegetatif, dimana cekaman kekeringan pada vase vegetatif

(perlakuan A, D, F dan G) menghasilkan luas daun yang lebih kecil jika

dibandingkan dengan tanaman yang mendapat air cukup di fase

tersebut.Pada fase pembungaan maupun fase pengisian biji, pola luas daun

tidak berbeda seperti pada vase vegetatif.Pertambahan luas daun pada fase

pembungaan maupun fase pengisian biji, relatif sedikit; sehingga meskipun

diairi kembali, pola yang ditunjukkan masih tidak berbeda seperti pada fase

vegetatif (Kusmarwiyah et al., 2006).

Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase

baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembabantanah

kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada

dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran

tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat

dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan

laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene, 2001).

Tanaman jagung merupakan jenis tanaman serealia dengan areal dan

agroekologi sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi,

pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam

Dengan sifat ini maka jagung mampu menjadi kontributor terbesar kedua

setelah padi dalam subsektor tanaman pangan (Iriany et al., 2007).

Tujuan utama budidaya jagung adalah ntuk menghasilkan biji,

sedangkan hasil samping berupa tebon jagung merupakan sumber pakan

ternak ruminansia. Kelemahan tebon jagung sebagai pakan adalah

Page 8: TBT Semusim Dan Tahunan

8

kandungan gizinya sangat rendah karena tanaman telah tua. Limbah

pertanian yang nilai nutrisinya digolongkan sebagai sumber serat

(Schiere, 2002).

Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i)

dataran rendah tropik (<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah subtropik dan mid-

altitude (1.000-1.600 m dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl).

Jenis jagung berdasarkan umur panen dikelompokkan menjadi dua yaitu

jagung umur genjah dan umur dalam. Jagung umur genjah adalah jagung

yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari, jagung umur dalam dipanen

pada umur lebih dari 90 hari (Iriany et al., 2007).

3. Komoiditas Kacang Tanah

Kacang tanah termasuk tanaman polong-polongan yang berbunga

sempurna dan menyerbuk sendiri. Setelah pembuahan, bunga langsung layu

membentuk ginofor dan membentuk polong didalam tanah. Pembentukan

polong terjadi sekitar 40 hari setelah masa tanam dan pemasakan buah

hingga siap panen berlangsung setelah tanaman berumur 90 hari. Sebagai

tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein

dan lemak (Suparman, 2003).

Kacang Tanah biasanya ditanam di lahan kering pada awal atau akhir

musim kemarau, dengan cara tanam tunggal atau tumpang sari dengan

Jagung atau ubi kayu. Budidaya Kacang Tanah umumnya menggunakan

teknologi sederhana (rendah pupuk dan pestisida). Kondisi daerah tropika

yang lembap dapat memacu tumbuh dan berkembangnya berbagai hama dan

penyakit, termasuk Aspergillus flavus, kapang penghasil mikotoksin yang

dikenal dengan aflatoksin. Aflatoksin, terutama B1 diketahui sangat toksik

dan bersifat karsinogenik, hepatotoksik dan mutagenik bagi manusia,

mamalia, dan unggas (Kasno, 2004).

Kepadatan kacang tanah yang semakin tinggi menyebabkan

pertumbuhan generatif (jumlah bunga, jumlah polong, berat kering polong

hampa, dan berat kering polong penuh) kacang tanah makin banyak, kecuali

jumlah bunga dan berat kering polong hampa, sedangakan pada faktor

Page 9: TBT Semusim Dan Tahunan

9

kepadatan teki menurunkan pertumbuhan generatif kacang tanah, kecuali

jumlah bunga dan berat kering polong hampa. Dan kepadatan kacang tanah

menurunkan teki (Wahyuningsih, 2008).

Disamping kondisi fisik dan jenis tanah yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan kacang tanah, faktor lain yang sangat penting untuk

diperhatikan adalah kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi

oleh perbandingan atau kecukupan unsur hara dalam tanah. Kebutuhan

unsur hara tersebut dapat dipenuhi dari udara, air tanah maupun sisa-sisa

tanaman. Makin tinggi kesuburan tanah maka makin banyak unsur hara

yang tersedia bagi tanaman. Untuk itu bila kesuburan tanahnya rendah

diperlukan penambahan unsur hara dengan cara pemupukan

(Amirudin, 2003).

Banyak sekali jenis kacang tanah yang ditanam di Indonesia, namun

secara garis besarnya dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:

a. Menurut tipe pertumbuhannya

1) Tipe tegak (bunch type, erect type, fastigiate)

Pada umumnya percabangan tanaman kacang tanah tipe tegak

sedikit banyak lurus atau sedikit miring ke atas. Orang lebih

menyukai kacang tanah tipe tegak lebih sebab umurnya lebih genjah

(kira-kira 100 – 120 hari), pemungutan hasilnya lebih mudah

dilakukan. Karena buah kacang tipe tegak ini hanya terdapat pada

ruas-ruas dekat rumpun, maka buah kacang (polong) ini dapat masak

secara serempak.

2) Tipe menjalar (runner type, prostrate type, procumbent).

Cabang tanaman kacang tanah tipe menjalar ini tumbuh ke

samping. Hanya bagian ujung cabangnya mengarah ke atas. Batang

utama tanaman kacang tanah tipe menjalar lebih panjang daripada

batang utama kacang tanah tipe tegak. Umur tanaman kacang tanah

tipe menjalar berkisar antara 5 – 6 bulan. Setiap ruas kacang tanah

yang berdekatan pada tanah menghasilkan buah. Oleh karena itu

buah-buahnya tidak bisa masak seara serempak.

Page 10: TBT Semusim Dan Tahunan

10

b. Menurut umurnya

1) Kacang tanah berumur panjang

Kacang tanah ini bisa mencapai umur 6 – 7 bulan. Pada

umumnya kacang yang tergolong berumur panjang ini adalah kacang

Cina. Ciri-ciri dari kacang tanah berumur panjang yakni:

a). Batang panjang

b). Buah banyak, tetapi masak secara tidak serempak

c). Satu buah berisi 3 – 4 biji

2) Kacang tanah berumur pendek

Kacang tanah ini bisa mencapai umur 3-4 bulan. Kacang tanah

yang berumur pendek dibedakan menjadi tiga golongan kecil, yakni:

a). Jenis kacang tanah yang bijinya berkulit ari merah tua. Buah

kacang tanah jenis ini besar, berbiji 1-3 butir. Golongan kacang

tanah ini tidak disukai orang karena hasilnya kurang

memuaskan.

b). Jenis kacang tanah yang bijinya berkulit ari merah muda. Hasil

kacang tanah jenis ini banyak, rata-rata 1 buah polong berbiji

1-2 butir. Kacang tanah yang termasil jenis ini ialah kacang

Holle, kacang Tular, kacang Waspada dan kacang Schwars.

c). Jenis kacang tanah yang bijinya berkulit ari merah jambu dan

buahnya kecil (Semangun, 2004).

Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman. Untuk menghindari

banyak polong yang tertinggal dalam tanah maka diusahakan panen pada

saat tanah lembab atau basah, jika kondisi tanah kering sebelum dipanen

sebaiknya tanah disiram air telebih dahulu. Setelah itu tanaman dicabut dan

ditumpuk dengan rapi dipinggir lahan sampai tanaman selesai dicabut. Saat

pemetikan polong ini disortir polong cacat, busuk ataupun kosong dibuang.

Setelah itu polong-polong kacang tanah dikumpukan dan kemudian dijemur

di bawah terik matahari. Pada kondisi matahari cerah, polong sudah cukup

kering setelah dijemur ke dalam karung yang bersih, dan siap untuk

disimpan ataupun dipasarkan (Warsana, 2009).

Page 11: TBT Semusim Dan Tahunan

11

C. Metedologi Praktikum

1. Komoditas Padi

a. Waktu dan Tempat Praktikum

1) Komoditas Padi

a) Kelompok 1

Waktu praktikum : Mulai bulan Maret-Mei

Tempat Praktikum :

Nama Petani : Bapak Bambang

Desa : Klaruan

Kelurahan : Palur

Kecamatan : Mojolaban, Sukoharjo

b) Kelompok 2

Waktu praktikum : Mulai bulan Maret-Mei

Tempat Praktikum :

Nama Petani : Muhammad irsyadi

Desa : Triagan

Kelurahan : Triagan

Kecamatan : Mojolaban, Sukoharjo

c) Kelompok 3

Waktu praktikum : Mulai bulan Maret-Mei

Tempat Praktikum :

Nama Petani : Bapak Yanto

Desa : Banaran

Kelurahan : Njanti

Kecamatan : Jaten

b. Alat dan Bahan

1) Alat

a) Log book

b) Pulpen

c) Kamera

d) Cangkul

Page 12: TBT Semusim Dan Tahunan

12

e) Sabit

f) Cetok

g) Alat bajak

2) Bahan

a) Benih padi

b) Lahan sawah

c. Cara Kerja

1) Bahan Tanam

a) Menentukan tempat/lahan yang akan diamati

b) Melakukan wawancara dengan petani dan mencatat penjelasan

petani tentang infoemasi bahan tanam

c) Mendokumentasikannya

2) Pengolahan Tanah

a) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan pada pagi hari,

saat petani melakukan pengolahan lahan

b) Melakukan wawancara dengan petani

c) Mendokumentasikan gambar pengolahan lahan

3) Penanaman

a) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat petani

melakukan penanaman

b) Melakukan wawancara dengan petani

c) Mendokumentasikan gambar

4) Pemeliharaan

a) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat petani

melakukan pemeliharaan, pemupukan dan pemberantasan hama

b) Melakukan wawancara dengan petani

c) Mendokumentasikan

5) Pemanenan

a) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat petani

melakukan pemanenan

b) Melakukan wawancara dengan petani

Page 13: TBT Semusim Dan Tahunan

13

c) Mendokumentasikan

6) Pengolahan Pasca Panen

a) Melakukan pengamatan di lahan saat petani

b) Melakukan wawancara dengan petani

c) Mendokumentasikan

2. Komoditas jagung

a. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Semusim Komoditas

Jagung diadakan pada Bulan April-Mei 2012. Waktu untuk praktikum

berbeda-beda.

b. Alat dan Bahan

1) Alat

a). Alat tulis

b). Kamera

2) Bahan

Beberapa lokasi pengembangan pertanian dengan berbagi

kondisi lahan.

3) Cara Kerja

(a) Bahan tanam

Mahasiswa menayakan bahan tanam yang harus digunakan

(b) Pengolahan Tanah

(1) Lakukan pengamatan pengolahan lahan pada beberapa lokasi

yang telah ditentukan

(2) Mahasiswa melakukan wawancara pada pemilik lahan terkait

dengan pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani

(3) Data yang diperoleh diolah dan disimpulkan serta beri

alternative masukan perbaikan yang mungkin perlu dilakukan

untuk memperbaiki system yang diterapkan oleh petani.

Page 14: TBT Semusim Dan Tahunan

14

(c) Penanaman

(1) Lakukan pengamatan dilokasi pertanaman yang anda kunjungi

(2) Lakukan interview dengan petani tentang asl-usul bahan/bibit,

cermati bahan tersebut bagaimana baik atau belum

(3) Buat laporan, kesimpulan dan usaha perbaikan yang perlu

dilakukan menurut anda

(4) Amati pertanman yang ada, yang diusahakan oleh petani baik

dalm satu hamparan atau dalam satu petakan

(5) Tanyakan pada petani tentang masalah-masalah yang terkait

dengan penggunaan bahan tanam, baik varietas untuk jenis-

jenis tanaman

(6) Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pola tanaman

yang dilakukan baik jenis tanaman yang ditanamnya

(7) Buat laporan dari data yang diperoleh, serta perbaikan apa

yang perlu dilakukan untuk memperbaiki cara-cara yang

kurang tepat dilakukan oleh petani

(d) Pemeliharaan

(1) Lakukan pengamatan kondisi pertanaman yang ada pada

beberapa lokasi pertanaman petani

(2) Wawancara dengan petani masalah pemeliharaan tanaman

yang dilakukan sejak tanaman mulai ditanam sampai petani

melakukan panen

(3) Dari data yang diperoleh buat laporan serta perbaikan kultur

teknik yang mungkin dapat diberikan untuk memeperbaiaki

kultur teknik yang mungkin kurang tepat dilakukan oleh

petani

(e) Pemanenan

(1) Lakukan wawancara dengan petani serta kalau tepat panen

amati kriteria panan yang dilakukan petani

Page 15: TBT Semusim Dan Tahunan

15

(2) Lakukan pengamatan berapa kali dilakukan pemanenan, cara

panen, kriteria digunakan, alat yang digunakan dan

pengumpulan sementara

(3) Tanyakan usaha-usaha yang dilakukan dalam memasarkan

produknya

(4) Cara data sebanyak-banyaknya mungkin terkait dengan

pemasaranya baik harga, keuntungan dan cara-cara petani

mengatasi pemasalahan yang terkait dengan pemasaran

produknya.

(5) Buat laporan dan kemungkinan perbaikan system yang telah

dilakukan petani

(f) Pengolahan pasca panen

Lakukan wawancara terkait dengan penaganan pasca panen

apa saja yang dilakukan.

3. Komoditas Kacang Tanah

a. Waktu dan Tempat Praktikum

Pengamatan mulai dilaksanakan pada tanggal April-Mei 2012

bertempat di lahan milik Bapak Darso Gimin, Desa Sukosari, Kelurahan

Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar dan Bapak

Suroso, Desa Daleman, Kelurahan Daleman, Kecamatan Karanganyar,

Kabupaten Karanganyar.

b. Alat dan Bahan

1) Alat

a) Alat tulis

b) Kamera

2) Bahan

Beberapa lokasi pengembangan pertanian dengan berbagi

kondisi lahan.

3) Cara Kerja

a). Bahan tanam

Mahasiswa menayakan bahan tanam yang harus digunakan

Page 16: TBT Semusim Dan Tahunan

16

b). Pengolahan Tanah

(1) Lakukan pengamatan pengolahan lahan pada beberapa lokasi

yang telah ditentukan

(2) Mahasiswa melakukan wawancara pada pemilik lahan terkait

dengan pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani

(3) Data yang diperoleh diolah dan disimpulkan serta beri

alternative masukan perbaikan yang mungkin perlu dilakukan

untuk memperbaiki system yang diterapkan oleh petani.

c). Penanaman

(1) Lakukan pengamatan dilokasi pertanaman yang anda

kunjungi

(2) Lakukan interview dengan petani tentang asl-usul

bahan/bibit, cermati bahan tersebut bagaimana baik atau

belum

(3) Buat laporan, kesimpulan dan usaha perbaikan yang perlu

dilakukan menurut anda

(4) Amati pertanman yang ada, yang diusahakan oleh petani baik

dalm satu hamparan atau dalam satu petakan

(5) Tanyakan pada petani tentang masalah-masalah yang terkait

dengan penggunaan bahan tanam, baik varietas untuk jenis-

jenis tanaman

(6) Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pola

tanaman yang dilakukan baik jenis tanaman yang ditanamnya

(7) Buat laporan dari data yang diperoleh, serta perbaikan apa

yang perlu dilakukan untuk memperbaiki cara-cara yang

kurang tepat dilakukan oleh petani

d). Pemeliharaan

(1) Lakukan pengamatan kondisi pertanaman yang ada pada

beberapa lokasi pertanaman petani

Page 17: TBT Semusim Dan Tahunan

17

(2) Wawancara dengan petani masalah pemeliharaan tanaman

yang dilakukan sejak tanaman mulai ditanam sampai petani

melakukan panen

(3) Dari data yang diperoleh buat laporan serta perbaikan kultur

teknik yang mungkin dapat diberikan untuk memeperbaiaki

kultur teknik yang mungkin kurang tepat dilakukan oleh

petani

e). Pemanenan

(1) Lakukan wawancara dengan petani serta kalau tepat panen

amati kriteria panan yang dilakukan petani

(2) Lakukan pengamatan berapa kali dilakukan pemanenan, cara

panen, kriteria digunakan, alat yang digunakan dan

pengumpulan sementara

(3) Tanyakan usaha-usaha yang dilakukan dalam memasarkan

produknya

(4) Cara data sebanyak-banyaknya mungkin terkait dengan

pemasaranya baik harga, keuntungan dan cara-cara petani

mengatasi pemasalahan yang terkait dengan pemasaran

produknya.

(5) Buat laporan dan kemungkinan perbaikan system yang telah

dilakukan petani

f). Pengolahan pasca panen

Lakukan wawancara terkait dengan penaganan pasca panen

apa saja yang dilakukan.

Page 18: TBT Semusim Dan Tahunan

18

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Komoditas Padi

a. Bahan Tanam

Bahan tanam untuk kelompok 1 yang digunakan adalah bibit

IR-64. Bibit diperoleh dari mantan mantra pertanian (Bapak Sumarno).

Saat penanaman tidak dilakukan pengujian karena bibit dirasa telah

teruji. Sebelum ditanam diberi beberapa perlakuan, antara lain

penggunaan pupuk TSP-36. Penyemaian bibit sebelum ditanam kurang

lebih 22 – 24 hari. Bibit yang akan ditanam ditarik dari persemaian dan

diikat untuk memudahkan penanaman. Bibit tersebut ditarik secara

manual menggunakan tangan. Pemindahan bibit dari persemaian ke

lahan tanam dengan jalan kaki karena letaknya yang sangat dekat.

Bahan tanam yang digunakan kelompok 2, benih menngunakan

varietas sunggalan. Keunggulan daam varietas sunggalan yaitu

buahnya lebih banyak, umur tanam tidak terlalu panjang, dan tahan

hama. Dalam pemilihan benih tidak dilakukan pengujian. Pemilihan

benih berdasarkan visual yaitu apabila benih terlihat baik maka akan

dipakai kembali. Benih yang baik tidak tercampur dengan varietas lain.

Untuk penyemaian menggunakan benih sebanyak 12 kg gabah kering

untuk sawah seluas 2.200 m2. Penyemaian dilakukan 1 minggu

sebelum panen. Ukuran untuk tempat penyemaian dengan lebar 5

meter dan panjang 10 meter. Namun, lebih luas labih baik agar bibit

tidak terlalu padat dan bertumpukan. Sumber benih berasal dari panen

sebelumnya, disisihkan untuk ditanam kembali pada masa tanam

berikutnya. Cara untuk menyiapkan benih yang siap tumbuh yaitu

setelah hasil panen yang disisihkan untuk benih dijemur sampai kering,

direndam selama 1 malam dengan air biasa kemudian ditiriskan dan

tunggu 1 malam lagi maka benih siap tumbuh. Setelah 1 minggu dari

penyebaran banih, bibit yang tumbuh diberi pupuk sp 36 dan urea

masing-masing 1 kg juga penyemprotan dengan insektisida untuk

menjaga dari belalang dengan takaran 14 liter air dengan 2 cc obat

Page 19: TBT Semusim Dan Tahunan

19

dilakukan 1 kali saat 1 minggu setelah penyebaran benih. Pemindahan

bibit dari tempat persemian ke tempat penanaman yaitu dengan cara

manual, bibit dicabut, diikat, kemudian diangkat ke tempat

penanaman. Dalam pemindahan ke lahan tidak menggunakan

transportasi karena tempat pembibitan sangat dekat dengan lahan.

Untuk kelompok 3, Bahan tanam diperoleh dari bibit yang

disemaikan di dekat lahan dalam petakan kecil. Bibit diperoleh dari

musim tanam sebelumnya. Sebelum ditanam, dilakukan pengujian

terhadap bibit dengan direndam semalaman. Tujuan pengujian benih

dengan merendam semalam adalah memilih benih yang memiliki mutu

yang baik. Sehingga viabilitas dan vigor benih yang didapat baik.

Benih yang mengapung berarti benih tersebut memiliki masa jenis

yang lebih kecil dari pada masa jenis air, sehingga dapat disimpulkan

benih padi yang mengapung memiliki struktur biji yang kurang baik

bahkan bisa dikatakan hampa. Keadaan struktur biji yang kurang baik

berarti mutu atau kualitas bibit juga kurang baik. Jenis bibit yang

digunakan adalah varietas padi Mikongga. Pemilik lahan memilih jenis

bibit ini karena beras yang dihasilkan lebih memiliki rasa yang enak

dan lebih disukai konsumen. Penyemaian dilakukan saat padi masih

dalam bentuk benih hingga berumur 15-17 HST. Pemindahan bibit ke

lokasi penanaman menggunakan alat transportasi darat, yaitu sepeda

dan sepeda motor. Pemilihan bibit dilakukan dengan pengamatan

secara visual, yaitu memilih bibit yang memiliki akar yang sehat (yang

ujungnya berwarna putih) dan tanaman tidak kerdil.

b. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah.

Pengolahan tanah untuk kelompok 1 pada tanaman padi dilakukan

menggunakan dua alat, yaitu cangkul dan traktor. Penggaruan dengan

traktor yang dilengkapi garu, sedangkan pembajakan menggunakan

traktor yang dlengkapi singkal. Pengolahan tanah tidak memakai

tenaga hewan karena kurang efektif dan efisien. Pencangkulan

Page 20: TBT Semusim Dan Tahunan

20

dlakukan 2 -3 hari. Satu minggu kemudian dibajak. Setelah 5 hari

dlakukan penggaruan. Rentang waktu dari pengolahan tanah ke

penanaman 3 hari. Pengolahan tanah dimulai dari kemiringan rendah

ke tinggi sehingga tanah bisa datar. Saat pengolahan dilakukan

pemupukan dengan furadan.

Cara pengelolaan tanah untuk kelompok 2 mulai dilakukan

pengolahan tanah, 1 minggu setelah panen. Pertama, lahan diperbaiki

perairannya dipinggiran lahan dan juga diperbaiki pematang sawahnya.

Setelah itu sawah digenangi air lalu dibajak dengan traktor lalu

didiamkan agar jerami membusuk dan mengalami dekomposisi.

Sehabis dibajak halus lahan diberi bahan organic dari kotoran sapi

sebanyak 80 kg. Lahan didiamkan selama 3-5 hari agar jerami

terdekomposisi dengan baik. Setelah itu barulah benih ditanam dengan

sebelumnya lahan digenangi terlebih dahulu. Pak mudin, pangggilan

akrabnya. Sering mendapatkan penyuluhan tentang cari ppengolahan

lahan yang baik, dll. Agenda penyuluhan rutin setiap minggu ketiga

setiap bulannya dari BPL kecamatan.

Alat yang digunakan untuk pengolahan lahan kelompok 2 yang

pertama cangkul untuk memperbaiki pengairan sawa dan pematang

sawah. Kedua, traktor untuk membajak sawah. Dilakukan 2

pengelolaan tersebut untuk irigasi sawah, menggemburkan tanah,

memperbaiki struktur. Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan

tanah basah, karena tanah sebelum di cangkul dan di bajak digenangi

terlebih dahulu. Pengelolaan yang dilakukan rutin di setiap akan

penanaman. Tidak ada variasi dalam pengolahan tanah karena pola

tanam yang dilakukan adalah monokultur. Untuk pengolahan tanah

memperkerjakan 2 buruh tani dan 1 buah traktor. Harga sewa buruh

perorang 35.000/hari – 40.000/hari dan mendapat fasilitas makan,

minum dan rokok.

Untuk pengelolaan tanah kelompok 3 menggunakan alat yang

sama dengan kelompok 1 dan kelompok 2, yaitu alat yang digunakan

Page 21: TBT Semusim Dan Tahunan

21

saat pengolahan tanah adalah alat pembajak dan cangkul. Pembajakan

dilakukan dua kali sebelum penanaman. Pembajakan dilakukan hingga

struktur tanah halus atau remah. Pengolahan dilakukan 3 hari sebelum

penanaman. Pengolahan tanah dilakukan untuk menggemburkan tanah,

meratakan tanah, dan dilakukan pada kondisi tanah yang basah. Cara

pengolahan tanah dilakukan secara rutin saat sebelum tanam.

Pengolahan tanah dilanjutkan dengan pemberian pupuk dasar. Pupuk

yang digunakan adalah pupuk fosfat alami dan pupuk bioorganik.

Pupuk diberikan dalam bentuk campuran antara keduanya. Pupuk

disebar secara merata dilahan secara manual atau dengan tangan.

c. Penanaman

Penanaman padi yang dilakukan oleh kelompok 1 antara lain

yaitu, penanaman dilakukan mulai dari pagi hingga siang hari. Jarak

tanam padi 20×20 cm. Penjarakan dengan bamboo ukuran ±3 m. Pada

bamboo tersebut diberi penandaan jarak, yaitu 20 cm. Penjarakan juga

menggunakan tambang yang dibentangkan dan telah di beri penandaan

jarak 20 cm. Bibit padi yang ditanam tiap lubang 5-7 tanaman. Saat

penanaman akar tanaman padi tidak boleh melengkung, jadi harus

tegak agar pertumbuhannya maksimal.

Penanaman dibantu oleh buruh tani. Buruh tani yang melakukan

penanaman adalah ibu – ibu. Biasanya terdiri dari 10 – 14 orang.

Apabila luas lahan 6000 m dikerjakan oleh 14 orang. Biaya yang

dikeluarkan untuk 6000 m kurang lebih Rp. 450.000,00 rupiah tanpa

konsumsi dan Rp. 400.000,00 rupiah dengan konsumsi. Lahan yang

kami jadikan praktikum luasnya 2000m. Sistem tanamnya monokultur.

Kelompok 2 cara penanaman yang dilakukan yaitu benih

disemaikan ketempat persemaian, baru setelah umur bibit 22-25 hari.

Jika bibit ditanam di bawah umur 20 mudah di makan keong. Jika

lebih dari 25 hari, jumlah gabah permalai lebih sedikit. Semakin tua

umur bibit jumlah gabah permalai semakin sedikit. Bibit dipindahkan

ke lahan. Pemindahan atau penanaman ditanam dalam 1 lahan secara

Page 22: TBT Semusim Dan Tahunan

22

bersama-sama dengan barisan yang diatur dengan sedemikian rupa

sesuai dengan pola yang diterapkan. Jarak tanam yang digunakan yaitu

25x25 cm. untuk menetukan jarak benih perbaris menggunakan tali

dengan jarak 25 cm antar iktan tali yang ditarik lurus

kebelakang.setiap ikatan tali ditanam benih untuk sebagai patokan

jarak antar benih perbaris, selain itu agar benih yang ditanam lurus.

Setelah itu benih ditanamn percolom dengan alat bantu berupa bamboo

yang sisi sampingnya dicoak dengan jarak 25 cm untuk penanaman

benih percolom. Untuk penanaman menggunakan tenaga buruh tani

wanita sebanyak 7 orang.

Cara penanaman yang dilakukan pada kelompok 3 adalah dengan

metode legowo. Metode legowo dilakukan dengan memberikan jarak

tanam tiap baris tanaman yang cukup lebar, yaitu 40 cm. Jarak tanam

antar tanaman diberlakukan dengan jarak 15 cm x 15 cm. Bahan tanam

didapat dari hasil panen sebelumnya. Cara penanaman tersebut

berfungsi untuk mengefektifkan penyinaran matahari pada tanaman.

Adanya jarak yang lebar antar baris tanaman juga mempermudah

apabila petani hendak melakukan pemeliharaan seperti pemupukan.

Dalam satu baris tanaman terdapat sekitar sepuluh tanaman padi.

Pola tanam yang dilakukan oleh petani adalah monokultur, yaitu

pola tanam dengan satu jenis tanaman tanpa adanya tanaman lain.

Pola tanam monokultur ini sudah cukup lama diterapkan oleh petani

dan dilakukan penanaman sebanyak 3 kali atau 3 kali masa tanam

selama 1 tahun. Petani lebih memilih menanam padi dalam 3 kali masa

tanam karena memandang analisis kebutuhan sehari-hari dan resiko

lain apabila mananam tanaman selain padi.

d. Pemeliharaan

Pengamatan mengenai pemeliharaan bertujuan agar mahasiswa

mengenal serta mempelajari cara-cara monitoring budidaya tanaman.

Selain itu bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan tindakan

memelihara atau menjaga bahkan memanipulasi lingkungan dan

Page 23: TBT Semusim Dan Tahunan

23

tanaman sesuai dengan kebutuhannya. Pemeliharaan padi untuk

kelompok 1 meliputi :

1) Penyiangan Gulma

Untuk mencegah dan mengurangi gulma yang ada di lahan

budidaya padi, petani menggunakan landak. Biasanya dilakukan

satu minggu sekali. Pada landak terdapat bagian yang runcing yang

berfungsi untuk mencabut gulma rumput-rumputan serta

memotong akar padi sehingga akar akan tumbuh lebih banyak dan

pertumbuhan padi baik. Apabila gulma sedikit penyiangan hanya

dilakukan satu arah saja, tapi bila gulma banyak maka secara 2

arah berlawanan.

Prinsip kerja landak landak, bila didorong ke depan akan

mencengkram rumput. Kemudian ditarik lagi maka akan mencabut

rumput. Setelah itu didorong kedepan dan belakang lagi untuk

membenamkannya. Rumput yang telah tercabut dan dibenamkan

menjadi pupuk organik.

2) Pengendalian Hama Penyakit

Hama yang biasanya menyerang yaitu wereng dan sundep.

Gejala yang ditimbulkan seperti daun mongering. Hama sundep

menyerang pada batang. Hama tersebut menyebabkan gejala sakit

pada tanaman. Obat yang biasanya digunakan untuk

mengendalikan hama wereng adalah diaploid dan tribond dalam

bentuk cair untuk pengendalian hama sundep. Untuk diaploid yang

berbentuk bubuk, sebelum dilakukan penyemprotan terlebih dahulu

dicairkan memakai air selokan di dekat lahan. Penyemprotan

tergantung cuaca, kadang 3 hari sekali, 1 minggu sekali, atau 10

hari sekali. Pengobatan dengan tribond juga dilakukan dengan

penyemprotan. Pengobatan dilakukan 3 kali dalam 1 minggu.

3) Pemupukan

Pemupukan awal bertujuan untuk membuat tanaman cepat

tumbuh dan memiliki ketahanan. Pemupukan dilakukan 2 kali

Page 24: TBT Semusim Dan Tahunan

24

dalam 1 musim tanam. Pemupukan pertama kira-kira 18 HST dan

kedua pada 28-30 HST. Pupuk yang digunakan adalah urea dan

ZA. Pemupukan dilakukan dengan menabur pupuk, sebelum

ditabur pupuk urea dan ZA dicampur dengan furadan. Untuk lahan

seluas 1500 m2 diperlukan pupuk urea 10 kg, ZA 40 kg dan furadan

2 kg. Pemupukan tidak dilakukan pagi hari karena pagi hari ada

embun sehingga pupuk akan menempel atau lengket pada tanaman.

Pemupukan yang ideal dilakukan setelah embun jatuh ke tanah.

Pada lahan praktikum dilakukan pemupukan pada pukul

10.00-11.00 WIB.

4) Pengairan

Pengairan tanaman padi dilakukan tergantung cuaca. Saat

cuaca buruk tidak dilakukan pengairan, tapi saat cuaca baik

pengairan dilakukan tiap 3 hari sekali. Apabila cuaca buruk dan

diairi maka hama wereng cepat menyerang tanaman padi. Air

untuk pengairan diambil dari air selokan, dekat lahan yang diberi

lubang dan ditutup rumput. Apabila akan dilakukan pengairam,

tutup dibuka selama ± 1 jam kemudian ditutup lagi.

Kelompok 2 tindakan pemeliharaan meliputi, Pengairan

dilakukan sebanyak 3 hari sekali sampai waktu dilakukan penyiangan,

waktu penyiangan 7 hari setelah tanam, selanjutnya dilakukan 1

minggu sekali sampai panen. Pengairan dilakukan tergantung musim,

jika banyak terjadi hujan makan pengairan dikurangi. Tujuan

pengairan agar tanahnya remah dan gulma tidak tumbuh. Dalam

pengairan menggunakan mesim pompa, lama pengairan dilakukan

sekitar 3-4 jam dan menghabiskan bensin kisaran 2 liter. Pemupukan

dilakukan pada umur 7 hst, 20 HST, dan 35 HST. Pada 7 hst hanya

diberikan pupuk urea sebanyak 100 kg. pada 20 hst diberikan pupuk

ZA 50 kg, ponska 50 kg, dan urea 50 kg. pada umur 35 hst diberikan

pupuk urea 200 kg, ZA 100 kg, dan ponska 150 kg. Cara pemupukan

yang dilakukan dengan cara disebar. Penyemprotan dilakukan

Page 25: TBT Semusim Dan Tahunan

25

tergantung banyaknya hama. Apabila hama banyak dilakukan

penyemprotan 2x seminggu, jika hama sedikit dilakukan

penyemprotan 1x seminggu. Pestisida yang digunakan yaitu arrivo 30

EC, Fenval 200 EC, dan insektisida stuntman 500 SL. Stuntman untuk

hama wereng, penggerek batang. Femval dan arrivo untuk ulat grayak,

penghisap daun, belalang. Jenis hama yang menyerang yaitu wereng,

ulat, belalang, keong. Jenis penyakit yang menyerang, karena serangan

wereng coklat dan wereng hijau. Tanda banyaknya wereng dapat

dilihat jika terdapat banyak burung sriti maka banyak hama wereng

yang menyerang.

Kelompok 3 kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1) Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah padi ditanam lebih kurang

7 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan adalah NPK dari jenis

Phonska dengan dosis 150 kg/ 3000 meter2. Petani pemilik lahan

ini memilih untuk tidak terlalu tergantung pada pupuk kimia,

sehingga bila dibandingkan dengan lahan yang lain pemberian

pupuk kimia pada lahan ini terbilang sedikit. Pemupukan dilakukan

dengan menyebarnya langsung ke lahan. Selanjutnya pemupukan

kedua dilakukan setelah penyiangan dengan dosis yang lebih

rendah 50 kg/ 3000 meter2.

2) Pengairan

Pengairan atau irigasi dilakukan untuk mencukupi kebutuhan

air pada lahan. Pada 7 hari setelah tanam apabila kondisi air tidak

mencukupi maka harus dilakukan pengairan menggunakan pompa

air. Sumber air yang digunakan berasal dari sebuah sumur yang

berada di daerah tersebut.

3) Pengendalian OPT

Tanaman padi setelah berumur 20 hari perlu dilakukan

penyiangan. Alat yang digunakan adalah soroh, untuk pembersihan

Page 26: TBT Semusim Dan Tahunan

26

rumput sehingga tanaman budidaya dapat tumbuh dengan baik.

Padi yang berumur 30-50 hari dilakukan penyiangan lagi bila ada

rumput atau tanaman pengganggu lain. Penyiangan gulma

dilakukan petani dari pagi sampai siang hari sesuai luas lahan,

hingga lahan bebas dari gulma (tercabut hingga akar) dan tanah

sekitar tanaman menjadi lebih gembur. Gulma bisa juga dijadikan

pupuk dengan cara membenamkannya langsung ke tanah.

Penyiangan dengan 2 arah berlawanan dilakukan apabila kondisi

tanah ditumbuhi banyak gulma.

Pengendalian terhadap hama juga perlu dilakukan, hama

yang sering menyerang tanaman pada pada lahan ini seperti

wereng, belalang, dan keong mas. Pengendalian yang dilakukan

dengan penyemprotan menggunakan pestisida. Dosis yang

digunakan sekitar 1-5 militer untuk 15 liter air. Untuk

pengendalian keong mas cukup dengan cara mengambil keong mas

dari lahan. Dalam pengendalian hama penyakit, petani melakukan

penyemprotan pestisida hanya apabila kemunculan hama dalam

jumlah yang banyak. Jadi tidak dilakukan secara rutin.

e. Pemanenan

Pemanenan yang dilakukan pada kelompok 1 dengan

menggunakan bantuan alat sabit dan mesin tresser panen dilakukan

apabila padi sudah berumur 96 hari, warna gabah kehijauan dan padi

telah menguning. Saat proses pemanenan biasanya dilakukan secara

borongan untuk satu lahan sekitar 6-12 orang. Padi yang siap untuk

dipanen, dipotong terlebih dahulu menggunakan sabit, kemudian

diikat. Setelah terkumpul semua padi yang diikat siap untuk

dimasukkan ke dalam mesin tresser. Hasil yang diperoleh dari luas

lahan 6000 m2 sekitar 4-4,5 ton. Sedangkan petani kami yang memiliki

lahan 1500 m2 hasil yang diperoleh sekitar 1-1,3 ton. Kemudian hasil

panen tersebut dibawa kerumah dengan menggunakan transportasi

sepeda motor.

Page 27: TBT Semusim Dan Tahunan

27

Kelompok 2 panen dilakukan jika padi sudah menguning dan

umur padi sudah siap untuk panen. Umur padi siap panen pada tiap

musim berbeda. Pada musim kemarau padi siap dipanen pada umur

80 hari sedangkan pada musim penghujan padi siap dipanen pada umur

90 hari. Panen dilakukan oleh penebas dengan system borongan. Alat

yang digunakan adalah sabit dan treser. Jumlah orang dalam penebas

sebanyak 16 orang. Alasan memilih system borongan yaitu lebih

menguntungkan alat dan tenaga kerja karena transportasi mahal.

Pada kelompok 3, pemanenan padi dilakukan 3 kali setiap tahun

sesuai dengan 3 kali masa tanam. Umur panen tanaman padi adalah ±

100 hari setelah tanam. Tahap pertama dalam pemanenan adalah

memotong atau menebasnya, alat yang digunakan adalah sabit. Setelah

itu padi di masukkan kea lat threser untuk mmisahkan gabah dengan

jeraminya. Pemanenan dilakukan sejak pagi hari dan selesai sesuai

dengan luas lahannya, pada lahan petani ini biasanya sampai sore hari

pemanenannya. Kriteria padi yang siap untuk dipanen adalah paling

tidak umurnya 100 hari setelah tanam. Semua bulir sudah berisi dan

tanaman sudah mulai menguning. kriteria tersebut bisa disebut setelah

biji masuk masak fisiologis. Pemanenan pada lahan ini biasanya

menggunakan tenaga kerja dari masyarakat sekitar.

f. Pengolahan Pascapanen

Kegiatan pengelolaan pasca panen yang dilakukan meliputi

penjemuran gabah dengan tujuan untuk memperoleh gabah dengan

tujuan untuk memperoleh gabah kering yang tahan untuk disimpan dan

memenuhi kebutuhan gabah yang akan dipasarkan. Pengolahan pasca

panen untuk kelompok 1, biasanya penjemuran memerlukan waktu 2-3

hari, alat yang digunakan untuk penjemuran gabah ini yaitu sorok.

Pengelolaan pasca panen setelah penjemuran gabah yaitu penggilingan

padi. Tempat untuk penggiliingan padi biasa disebut dengan

selepan.Biasanya proses penggilingan ini membutuhkan waktu sekitar

1 jam dan dilakukan kurang lebih 2 orang. Kemudian setelah proses

Page 28: TBT Semusim Dan Tahunan

28

penggilingan, diperoleh hasil yang dinamakan dengan beras. Setelah

itu, beras disimpan dalam karung putih. Hasilnya langsung dijual

kepada tengkulak. Harga penjualan beras dengan tengkulak sekitar Rp.

6500,00/kg.

Kelompok 2 tidak ada kegiatan pengolahan pasca panen karena,

panen dilakukan oleh penebas dengan sistem borongan. Sedangkan

pada kelompok 3 kegiatan pengolahan pasca panen dilakukan dengan

cara, biasanya padi yang telah dipanen kemudian diangkut ke rumah

dan keesokkan harinya dijemur dengan lama 1-2 hari, tergantung pada

cuacanya juga. Selama proses pengeringan/penjemuran padi diratakan

dengan alat sorok kemudian dibalik supaya keringnya merata. Padi

yang sudah kering kemudian dimasukkan ke karung goni lalu

disimpan. Apabila ingin dijual maka padi digiling terlebih dahulu. Bila

ingin disimpan dalam jangka lama antara 5-10 bulan padi tidak perlu

digiling, cukup disimpan dalam bentuk gabah untuk menghindari

kerusakan akibat serangan kutu dan faktor luar yang lain.

2. Komoditas Jagung

a. Bahan Tanam

Bapak Wito, petani kelompok 4 menggunakan jagung jenis Jagung

Hibrida Bisi 2 sebagai bahan tanamnya di lahan seluas 5000 m2. Beliau

membelinya di toko benih dan pupuk yang terletak di dekat lahannya

yang berjarak sekitar 1 km. Benih hibrida yang beliau ketahui sebagai

benih yang unggul, tanpa pengujian dan perlakuan pun langsung beliau

tanam di lahan. Pak Wito pernah menggunakan benih yang disarankan

oleh pemerintah Karanganyar, namun beliau kembali menggunakan

Jagung Hibrida karena hanya Jagung Hibrida yang cocok ditanam di

lahan beliau. Jarak tanam yang digunakan 20 x 25 cm dengan

meletakkan benih tanpa adanya persemaian.

b. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah yang dilakukan Bapak Wito dengan alat

sederhana berupa cangkul. Pengolahan tanah dilakukan satu kali dan

Page 29: TBT Semusim Dan Tahunan

29

dimulai ketika lahan sudah dibersihkan dari gulma. Gulma yang tumbuh

disekitar areal tanam dibersihkan, kemudian tanah diolah dengan cara

dicangkul setelah gulma dibakar. Pupuk urea juga ditambahkan saat

pengolahan tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk membantu dalam

hal penggemburan dan menyuburkan tanah. Pengolahan tanah

dilakukan ketika tanah dalam kondisi kering, tetapi kandungan airnya

masih tersedia. Pemberikan air bisa dilakukan apabila keadaan tanah

terlalu kering, namun jangan terlalu banyak untuk mempermudah dalam

pengolahan. Cara pengolahan tersebut dilakukan secara rutin setiap

akan memulai penanaman karena bertujuan untuk membersihkan gulam

dan membuat tanah menjadi lebih gembur.

c. Penanaman

Bahan tanam yang digunakan adalah biji dari benih Jagung

Hibrida. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang pada tanah

dengan jarak tanam 20 x 25 cm, kemudian memasukkan biji ke lubang

tersebut. Penanaman dilakukan ketika turun hujan agar efisien dalam

pemberian air karena jagung menghendaki ditanam pada kondisi tanah

yang lembab. Jika tidak ada hujan, maka biji langsung ditanam setelah

pengolahan tanah. Pupuk Ponska dan Mess diberikan sebanyak ¼ kg

pada saat penanaman. Pola tanam yang diterapkan berupa monokultur

dengan pergiliran tanam padi, padi, jagung dan bero.

d. Pemeliharaan

Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali dengan jarak 2,5 bulan.

Belum genap 2,5 bulan dari awal penanaman, pupuk kembali diberikan

karena pada saat penanaman terjadi hujan deras sehingga pupuk yang

diberikan tidak bisa terserap tanaman dan hilang oleh aliran air.

Sebelum dilakukan pemupukan, lahan disiangi agar gulma berkurang

dan pemupukan bisa optimal. Penyiangan dilakukan saat pertumbuhan

gula dirasa terlalu banyak.

Lahan jagung ini tanahnya keras saat dilakukan penyiangan dengan

cangkul. Hujan yang tidak turun beberapa hari membuat tanah tersebut

Page 30: TBT Semusim Dan Tahunan

30

menjadi keras. Hujan yang tidak turun beberapa hari membuat beberapa

lahan petani menjadi kering. Beberapa petani mengusahakan pengairan

dengan membuat parit di tepi lahan mereka dan mengalirkan air sungai

ke lahan mereka. Lahan Pak Wito yang terletak paling ujung pun

mendapatkan jatah air yang terakhir. Tanah yang dekat dengan aliran

irigasi lebih basah dan lengket di cangkul saat dilakukan penyiangan.

Cangkul digunakan karena lebih mudah dalam pembalikan tanah dan

gulma.

Setelah dilakukan penyiangan, gulma dibiarkan saja disekitar

tanaman. Hal ini dilakukan agar seresah dari gulma bisa dimanfaatkan

lagi sebagai pupuk hijau karena seresah ini ditimbun kembali ke tanah

dan akan terdekomposisi walau waktu yang diperlukan relatif lama.

Selain penggunaan pupuk hijau dari seresah gulma, pupuk yang

diberikan oleh Pak Wito berupa pupuk Ponska, Mess dan Urea dengan

dosis masing-masing ¼ kg.

Hama yang terlihat pada saat tanaman jagung berumur 1 bulan

yaitu belalang yang memakan daun. Jagung yang berusia 2,5 bulan

terlihat hama kepik, ulat dan walang sangit. Walang sangit yang berada

di jagung mungkin berasal dari lahan padi di dekat lahan jagung Pak

Wito. Cara pengendaliannya berupa penggunaan pestisida. Seharusnya

tidak langsung menggunakan pestisida untuk pengendalian hama.

Namun, lahan yang terlalu luas dan tidak ada anggota keluarga yang

membantu serta terlalu seringnya penggunaan pestisida, maka beliau

langsung menggunakannya melihat manfaat penggunaan pestisida yang

mampu langsung membasmi hama tersebut.

e. Pemanenan

Pemanenan jagung dilakukan beberapa dalam satu masa tanam,

tergantung dari jagung yang sudah kering dan siap panen. Pemanenan

dilakukan ketika tanaman jagung sudah mulai menguning dan

mengering. Kriteria tersebut digunakan karena lebih hemat tenaga dan

waktu karena proses penjemuran menjadi lebih cepat. Pemanenan

Page 31: TBT Semusim Dan Tahunan

31

dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Panen dilakukan

sendiri oleh Pak Wito dan terkadang dibantu oleh istri. Jagung

dikumpulkan sementara di sekitar lahan sebelum diangkut ke rumah

beliau untuk selanjutnya dilakukan pemipilan.

f. Pasca Panen

Jagung yang telah dipanen dikupas dan dijemur sampai kering.

Pengeringan jagung dilakukan dengan cara menjemurnya dibawah terik

matahari dan beralaskan terpal. Jagung yang sudah kering kemudian

dipipil. Total hasil pipilan jagung unutk lahan seluas 5000m2 sebanyak

16 kwintal. Jagung pipilan ditawarkan ke peternakan unutk dijadikan

pakan. Biasanya beliau yang mendatangi peternakan tersebut untuk

menawarkan jagung pipilannya. Jagung pipilan ini hanya dijual ke

peternakan tersebut (langganan) dan harga yang diberikan oleh

peternakan yaitu Rp.3000/kg.

3. Komoditas Kacang Tanah

a. Bahan Tanam

Kacang tanah merupakan tanaman semusim yang banyak

dibudidayakan oleh petani. Selain untuk dibudidayakan secara khusus,

tanaman kacang tanah juga sering digunakan sebagai tanaman penutup

tanah. Kacang tanah mempunyai masa hidup selama 3-4 bulan

tergantung pada jenis varietas yang digunakan. Kacang tanah biasanya

ditanam di lahan kering pada awal atau akhir musim kemarau, dengan

cara tanam tunggal atau tumpang sari dengan jagung atau ubi kayu.

Budidaya kacang tanah umumnya menggunakan teknologi sederhana

(rendah pupuk dan pestisida).

Pengamatan tanaman semusim, kacang tanah yang dilakukan oleh

kelompok 6 di lahan milik Bapak Darso Gimin, di Desa Sukosari,

Kelurahan Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.

Luas lahan ± 2000m2 dengan varietas kacang brol. Bahan tanam yang

digunakan pada menggunakan biji yang diperoleh dari hasil panen

sebelumnya. Sebelum dilakukan penanaman biji tersebut tidak melewati

Page 32: TBT Semusim Dan Tahunan

32

pengujian. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan biji

yang digunakan sebagai benih adalah biji yang seragam, warna merah

kecoklatan, dan ukurannya normal (tidak kecil atau tidak besar).

Pengamatan budidaya tanaman semusim yang dilakukan oleh

kelompok 8 adalah budidaya dengan komoditas kacang tanah dengan

nama petani Bapak Surosoyang memiliki lokasi lahan di Desa Daleman,

Karanganyar. Benih untuk budidaya kacang tanah berasal dari

pertanaman musim sebelumnya, sehingga dengan hal ini telah tampak

bahwa varietas yang di gunakan bukan varietas unggul yang

bersertifikat melainkan varietas biasa ujar petani tersebut. Pak Suroso

tidak melakukan pengujian benih, jadi benih yang telah di simpan dari

pertanaman sebelumya kemudian di kupas dan langsung di tanam ke

area lahan pertanaman hal tersebut karena kondisi air pada lahan cukup

untuk perkecambahan. Benih yang di butuhkan relatif sedikit karena

luasan lahan yang hanya 400 m2 . Benih yang dibutuhkan sekitar 4 kg

untuk luasan lahan dengan asumsi perbandingan pada luasan 2.000 m2

menggunakan 20 kg benih kacang tanah. Varietas yang digunakan ialah

varietas cina dengan isi 3-4 per polong. Umur bibit beragam apabila

musim penghujan 100 hari dan musim kemarau berumur 90 hari. Dalam

persiapan bahan tanam pak Suroso tidak merendam biji melainkan

langsung menanamnya hal ini berakibat tanaman muda mudah mati,

ujar beliau.

b. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan proses untuk mengolah tanah supaya

sesuai dengan kondisi yang diinginkan oleh tanaman. Lahan Bapak

Darso pengelolaan lahan yang dilakukan dengan metode minimum

tillage, yaitu di cangkul. supaya gulma terbalik kedalam tanah dan

dapat teruraikan. Salah satu yang terpenting dalam pengolahan tanah

adalah saluran irigasi, supaya pada saat terjadi hujan air tidak

menggenangi lahan karena kacang tanah sangat tidak tahan terhadap

kondisi tergenang. Tanah yang dibalik berfungsi supaya unsur hara

Page 33: TBT Semusim Dan Tahunan

33

yang berada dibawah bisa berada dipermukaan tanah sehingga

menambah ketersediaan nutrisi tanaman

Proses pengolahan lahan Bapak Suroso menggunakan traktor

kemudian dibuat bedengan-bedengan. Sistem bedengan ini menurut

Bapak Suroso akan memudahkan dalam pemeliharaan serta sulit

terkena banjir atau genangan karena musim saat ini tergolong musim

hujan. Selain itu sistem bedengan juga mempermudah dalam

pemeliharaan seperti penyemprotan, penyiangan dan pemupukan.Proses

pembajakan dilakukan 2 kali karena kondisi tanahnya kering dan padat.

Beliau memulai pengolahan lahan pada tanggal 25 januari 2012, selang

10 hari berikutnya dimulai masa tanam.

Pengolahan tanah hanya dilakukan sekali saat penanaman.

Pengolahan tanah dilakukan saat setelah panen pada tanaman

sebelumnya karena petani menginginkan penanaman kembali dan lahan

tidak dibiarkan kosong terlalu lama. Pada penanaman kacang tanah,

lahan yang cocok adalah pada lahan kering.

c. Penanaman

Penanaman pada lahan kacang tanah dilakukan setelah tanah

diolah. Penanaman pada lahan kelompok 6 dan 7 dengan sistem

monokultur. Penanaman dilakukan secara manual yaitu dengan tenaga

manusia dengan memperhatikan jenis tanaman, jarak tanam, dan

lainnya. jarak tanam yang sesuai diharapkan tanaman mampu

berproduksi secara maksimal. Akan tetapi apabila jarak tanam tidak

diperhatikan bukan tak mungkin terjadi kompetisi dalam penyerapan

unsur hara, pencahayaan mendapatkan suplai air dan sesagainya.

Penanaman kacang tanah dengan membuat lubang dalamnya sekitar 5

cm mengguakan tugal. Jarak tanam yang ideal yaitu 20 x 20. Untuk

setiap lubang ditanam 1 benih.Jarak tanam yang dilakukan adalah 20

cm, sehingga cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

kacang tanah. Penanaman dilakukan dengan cara membuat alur setiap

baris yang kemudian disebar benih kacang tanah satu per satu setiap 20

Page 34: TBT Semusim Dan Tahunan

34

cm. Setelah itu alur tersebut ditutup kembali dengan tanah. Saat

penanaman juga sekalian diberi pupuk.

d. Pemeliharaan

Pemeliharaan pada tanaman kacang tanah disini tidak begitu

rumit. Setelah beberapa hari setelah tanam, dilakukan penyiangan jika

terdapat banyak gulma. Pemeliharaan tidak dilakukan secara intensif.

Pemeliharaan lahan pada kelompok 6 dan 7 pada umumnya sama.

Beberapa pemeliharan tanaman kacang tanah, antara lain :

1) Pengairan

Pengairan dilakukan dengan memanfaatkan air dari sungai

yang berada disekitar lahannya. Untuk mengairi lahannya beliau

mamakai pompa air. Pengairannya dilakukan selama 5 kali dalam

satu musim tanam yaitu saat awal penanaman, saat umur 15 hari,

40 hari, 60 hari dan 70 hari untuk menunjang pembungaan dan

terbentukn ya polong. Selain menggunakan pompa air penyiraman

dibantu oleh adanya hujan.

2) Pemupukan

Pemupukan dimulai pada awal pertanaman menggunakan

pupuk dasar berupa pupuk kimia yaitu pupuk phonska dan SP36

dengan dosis 20 kg, dengan rincian 15 kg pupuk phonska dan 5 kg

pupuk SP36 dengan cara disebar. Waktu pemupukan kedua

dilakukan sekitar 25-30 hari setelah tanam dengan dosis yang

sama. Pak Suroso tidak menggunakan pupuk daun karena harga

yang mahal.

3) Penyiangan dan Pendangiran

Penyiangan ini bertujuan untuk mencabut atau menghilangkan

gulma yang mengganggu tanaman pokok. Gulma pada lahan ini

kebanyakan rumput berdaun sempit. Penyiangan dilakukan pada

umur 25-30 HST. Sementara untuk pendangiran bertujuan untuk

memperkokoh batang utama. Pendangiran dilakukan sebelum

tanaman berbunga tujuannya untuk memaksimalkan pembuahan.

Page 35: TBT Semusim Dan Tahunan

35

Apabila pendangiran dilakukan ketika tanaman berbunga hal ini

justru akan mengahmbat pembentukan buah dan merusak

perakaran. Pendangiran dilakukan bersamaan sekaligus dengan

penyiangan, jadi selain menggemburkan tanah juga menyiangi

rumput. Beliau menggunakan alat pendangiran yaitu ‘pecok’.

4) Penyemprotan hama

Hama pada pertanaman kacang tanah tersebut tergolong

banyak, terutama dai spesies belalang dan ulat. Pada lahan kacang

tanah terdapat penyakit bercak daun yang disebabkan oleh virus

dan hanya sedikit yang terjangkit. Petani tidak melakukan

pengendalian apa – apa karena hanya sedikit yang terjangkit.

Untuk pemberantasannya beliau menggunakan insektisida

bernama Vinpal. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari sebelum

muncul matahari karena menurut beliau pada waktu ini belalang

atau hama yang ada belum aktif untuk mencari makan, artinya

hama belum pergi dari daerah pertanaman atau memakan daun

kacang tanah. Sehingga cara ini dinilai cukup efektif. Dosis

insektisida dalam sekali penyemprotan yaitu 2 tutup botol yang

dicampur dengan air untuk lahan seluas 400 m2. Penyemprotan

dilakukan sebanyak 2 kali selama musim tanam, yaitu pada 45

HST dan 55 HST.

e. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanam kacang tanah masak secara

fisiologis. Dicirikan dengan tanaman yang sudah tidak tumbuh atau

bertambah tinggilagi, serta apabila diambil sampel tanaman kacang

tanah, seluruh kacang telah terisi dan tidak kosong. Lahan milihk

Bapak Darso dan Bapak Suroso biasanya setelah umur 90 hari atau

sekitar 3 bulan lebih 10 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara

mengambil tanaman dan dipotong setengah bagian yang bawah yang

ada kacangnya kemudian memisahkan tanaman dengan polongnya

dengan cara dipipili. Sisa tanamannya dapat digunakan sebagai bahan

Page 36: TBT Semusim Dan Tahunan

36

kompos atau pakan ternak dan sedikitnya dikembalikan ke tanah

sekitar 10%. Pada lahan pengamatan kelompok 6 pemanenan

dilakukan secara tebas, sedangkan kelompok 7 dengan tenaga kerja

keluarga. Hasil panen dari luasan 400 m2 yaitu 300 Kg.

f. Pasca Panen

Lahan milik Bapak Suroso pengelolaan pasca telah dialihkan hak

miliknya oleh penebas. Perlakuan pasca panen lahan milik Bapak

Darso dijual ke pasar. Namun tidak semua di jual perlu menyisakan

untuk bahan tanam selanjutnya. Sebelum dijual kepasar kacang tanah

di angin-anginkan supaya kadar airnya berkurang dan tidak mudah

busuk atau terserang cendawan jamur.

Kegiatan pemasaran hasil produk yang ditawarkan kepada

tengkulak (penebas) yang datang sendiri untuk menawar atau membeli

hasil panen tersebut ke petani. Hubungan kemitraan antar petani

dengan penebas sudah terjadi di lama. Hal ini berakibat fluktuasi harga

yanag diterima tidak besar baik pada saat panen raya maupun panen

sedikit dan produknya tetap, mempunyai nilai yang tinggi serta tidak

berfluktuasi.

Penebas sendiri biasanya sudah menawar harga persatuan luas

dan memesan hasil panen petani pada jauh-jauh hari sebelum musim

panen tiba. Jika tanaman terlihat sehat dan mempunyai produktivitas

tinggi maka si penebas pun mematok harga tinggi pada petani dan, jika

seperti itu panen dilakukan oleh tenaga kerja yang sudah disewa

langsung oleh penebas. Jika petani sudah mempunya

hbungankemitraan dengan penebas, petani tidak terlalu susah untuk

memasarkan hasil produksinya. Dan harganya juga lebih

menguntungkan untuk kedua belah pihak. Kendala yang terjadi yaitu

jika ternyata waktu panen tanaman terjadi perubahan harga dan dapat

terjadi pembatalan perjanjian jual beli jika ternyata benar-benar petani

mengalami gagal panen. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya petani

mencari penebas lain atau memanen hasil sendiri untuk dikonsumsi

Page 37: TBT Semusim Dan Tahunan

37

atau dijual ke warung-warung kecil dalam bentuk polongan maupun

biji kacang tanah yang sudah kering.

Jika sudah terjadi perjanjian jual beli antar petani dengan penebas

maka tidak perlu dilakukannya kegiatan pasca panen. Mungkin hanya

perlu melakukan pengolahan tanah agar segera dapat digunakan untuk

penanaman tanaman budidaya berikutnya. Sedangkan jika petani

melakukan kegiatan panen sendiri, biasanya pasca panen langsung

dilakukan setelah atau sesudah kegiatan panen selesai. Penanganan

pasca panen yaitu pemipilan (pemrithilan) yaitu pemisahan polong

kacang tanah dan batangnya dengan menggunakan tangan. Kemudian

setelah itu dilakukan pengeringan dengan cara penjemuran di bawah

terisinar matahari sampai benar-benar kering.

Lalu dilakukan penyimpanan dalam bentuk polong kering dan

dimasukkan dalam gudang penyimpanan yang kering. Ada juga yang

melakukan penyimpanan dalam bentuk biji kering. Metodenya dengan

cara mengupas polong kacang tanah kering dengan menggunakan

tangan, lalu melakukan pengeringan kembali dan menyimpannya

dalam wadah yang tertutup untuk disimpan dalam waktu yang lama

atau dapat langsung dijual di pasaran.

Page 38: TBT Semusim Dan Tahunan

38

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Komoditas Padi

1) Pada kegiatan budidaya tanaman semusim komoditas padi yang kami

amati sudah memakai alat-alat yang modern dalam pengelolaan tanah

masih menggunakan cangkul dan traktor, untuk penanaman masih

menggunakan tenaga manusia dalam proses pengolahan awal hingga

pasca panen.

2) Proses budidaya tanaman semusim antara padi, jagung tidak terlalu

berbeda secara signifikan. Mulai dari pemilihan bahan tanam,

pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

3) Pada usaha pertanian (pembudidayaan) khusunya pada komoditas

padi, pengelolaan lahan sawah harus dilakukan sebaik mungkin agar

produktivitas tanaman dapat meningkat. Pengelolaan tanah yang

kurang baik dapat mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan

menjadikan lahan kurang produktif

4) Pada budidaya padi sebelum penanaman, dilakukan penyemaian

benih dan pembibitan hingga bibit padi berukuran 15-20 cm

kemudian ditanam pada lahan sawah yang sudah diolah.

b. Komoditas Jagung

1) Bahan tanam yang digunakan oleh petani adalah jenis Hibrida Bisi 2

yang berasal dari toko benih dan pupuk yang terletak di dekat

lahannya yang berjarak sekitar 1 km.

2) Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan alat sederhana

berupa cangkul. Pengolahan tanah dilakukan ketika tanah dalam

kondisi kering, tetapi kandungan airnya masih tersedia.

3) Pemeliharaan jagung meliputi pemupukan, penyiangan, dan

pengendalian hama dan penyakit. Pupuk yang digunakan adalah

ponska, mess dan urea.

4) Pemanenan jagung dilakukan beberapa dalam satu masa tanam,

tergantung dari jagung yang sudah kering dan siap panen. Pemanenan

Page 39: TBT Semusim Dan Tahunan

39

dilakukan ketika tanaman jagung sudah mulai menguning dan

mengering.

5) Kegiatan pasca panen meliputi pemipilan dan pengeringan tanaman

c. Komoditas Kacang Tanah

1) Benih yang digunakan tiap-tiap petani sama, petani pada kelompok 6

dan 7 dari hasil panen kacang sebelumnya karena dipetimbangkannya

biaya.

2) Kegiatan pengolahan tanah hanya dilakukan 1 kali dalam 1 musim

tanam yaitu ketika sebelum ditanami. Tujuan pengolahan tanah

tersebut adalah untuk memperbaiki struktur tanah dan membersihkan

gulma.

3) Pola tanam yang dilakukan semua monokultur.

4) Pemeliharaan yang dilakukan oleh kedua petani tersebut hampir

sama, tidak melakukan pemupukan pada saat pemeliharaan karena

pupuk dirasa cukup pada pemupukan dasar.

5) Pemanenan dilakukan pada umua 90-100 HST, dengan cara

mencabut tanaman dan polong kacang sambil dibersihkan sisa tanah

yang masih melekat.

6) Pada pasca panen hasil yang di dapatkan petani kelompok 6

diserahkan pada tengkulak, tetapi pada petani kelompok 7

menggunakan sebagian hasilnya untuk konsumsi dan sisanya dijual.

2. Saran

a. Kerjasama yang baik antara praktikan dengan coass agar kegiatan

praktikum dapat berjalan dengan lancar.

b. Sebaiknya, pelaksanaan praktikum ini lebih awal dilakukan, sehingga

mahasiswa bisa lebih mengetahui kegiatan petani dari mulai persiapan

lahan sampai kegiatan pasca panen secara utuh.

Page 40: TBT Semusim Dan Tahunan

40

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2007. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

Colbourn, P, 2006. Denitrifikasion and Production in Pasteru Soil. University

N.Y Press. New York.

Djatnikan. 2000. Pengaruh Pestisida Organik Terhadap Pertumbuhan Jagung.

Bulletin Penelitian Tanaman Tahunan Vol. XII No. 26 1989.

Endrisal dan Sulistiya. 2004. Efisiensi penggunaan pupuk nitrogen dengan pupuk

organik pada tanaman padi sawah. Jurnal Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian vol 7 (2): 18-24.

Hyene, K. 2001. Tumbuhan Berguna Indonesia-I. Balai Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Bogor.

Iriany, R.N. M. Yasin H.G. dan Andi Takdir M. 2007. Asal, sejarah, evolusi

dan Taksonomi Tanaman Jagung. Jagung. Pusat penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan.

Kasno, Astanto. 2004. Pencegahan Infeksi Aspergillus flavus Dan Kontaminasi

Aflatoksin Pada Kacang Tanah. Jurnal Litbang Pertanian, 23(3).

Kusmarwiyah, R., D. Indradewa dan Suyadi. 2006. Kajian Fisiologis Cekaman

Kekeringan pada Jagung Manis. Jurnal Agrosains 19 (3): 225-235.

Matsubayasi, Minoru. 2002. Theory and Practise of Growing Rice Plant. Fuji

Publishing. Tokyo.

Ngraho. 2007. Menanam Padi. http://ngraho.wordpress. com. Diakses pada

tanggal 20 Mei 2012.

Pane, Hamdan. 2004. Daya Saing Beberapa Vrietas Padi Gogo Rancah terhadap

Gulma di Lahan Sawah Tadah Hujan. Jurnal Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan. 23 (1) : halaman.

Schiere, J.B. 2002. Limbah Pertanian: Potensi dan Faktor Pembatas dalam

Pemanfaatannya sebagai pakan ruminansia. Procedings

Bioconversion Project. Second Workshop on Crop Resoidues for

Feed and Other Purposes. Sub Balitnak. Pasuruan.

Page 41: TBT Semusim Dan Tahunan

41

Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soemartono, Bahrin S dan Harjono. 2002. Bercocok Tanam: Padi. Jakarta.

Yasaguna.

Suparman dan Abdurahman. 2003. Tehnik Pengujian Galur Kacang Tanah

Toleran Naungan di Bawah Tegakan Pohon Kelapa. Jurnal Tehnik

Pertanian Vol. 8 No. 2003.

Suriadikata. 2001. Bertanam Padi. Kanisius. Yogyakarta.

Syam, Amiruddin. 2003. Sistem Pengelolaan Lahan Kering Di Daerah Aliran

Sungai Bagian Hulu. UGM Press. Yogyakarta.

Wagner, J.E. 2000. The Antogonistic Potency of Several Fungus Species In

Cultivated Soil In Zea Mays. Tata McGraw-Hill Pub. Co., Limited. New

Delhi.

Wahyuningsih, E. 2008. Persaingan Teki Terhadap Produksi Tanaman Kacang

Tanah. www.adln.lib.unair.ac.id. Diakses tanggal 20 Mei 2012.

Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah.

Tabloid Sinar Tani. Jakarta.

William. 2005. Aplication of Green Manure in Horticulture. Journal of The

Science of Food and Agriculture. Prentice Hall International Inc.

London.

Page 42: TBT Semusim Dan Tahunan

42

II.PENGAMATAN BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Berdasarkan siklus hidupnya, tumbuhan tahunan (perennial plants)

adalah tumbuhan yang dapat meneruskan kehidupannya setelah

bereproduksi atau menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu

lebih daripada dua tahun. Untuk mengatasi tantangan lingkungan,

tumbuhan tahunan mengembangkan berbagai strategi untuk bertahan

hidup, seperti menggugurkan daun, mengubah morfologi, atau

menghasilkan senyawa tertentu yang membuat sel-selnya mampu bertahan

pada perubahan lingkungan yang ekstrem. Tanaman tahunan yang banyak

berkembang di Indonesia diantaranya karet, kakao dan kelapa sawit.

Komoditas kelapa sawit baik berupa bahan mentah maupun hasil

olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa terbesar bagi

negara setelah karet dan kopi. Maka dari itu kelapa sawit adalah tanaman

penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang

dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak

yang dihasilkan oleh tanaman lain. Habitat aslinya kelapa sawit adalah

daerah semak belukar. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku

pembungaan dan produksi buah sawit.

Kakao merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia yang

telah memberikan sumbangan devisa bagi negara karena telah lama

menjadi komoditi ekspor Indonesia. Dalam kancah pasar dunia,

keberadaan Indonesia sebagai produsen kakao utama di dunia

menunjukkan bahwa kakao Indonesia cukup diperhitungkan dan

berpeluang untuk menguasai pasar global. Dengan demikian, seiring

terus meningkatnya permintaan pasar terhadap kakao maka perlu

dilakukan usaha untuk meningkatkan ekspor dengan lebih meningkatkan

lagi produksi nasional.

42

Page 43: TBT Semusim Dan Tahunan

43

Salah satu perkebunan di Indonesia yang menjadi andalan adalah

tanaman karet. Perkebunan karet memiliki arti penting bagi pembangunan

perkebunan nasional. Selain mampu meningkatkan kesempatan kerja yang

mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan

pembangunan, pendayagunaan sumber daya alam dan pelestariannya juga

sebagai sumber perolehan devisa negara. Hasil utama dari pohon karet

adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan di masyarakat berupa

lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin. Produksi lateks dari

tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan

tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen

penyadapan.

Dilakukannya praktikum ini maka mahasiswa bisa lebih mengetahui

bagaimana kondisi langsung tanaman tahunan seperti kelapa sawit, karet,

dan kakao di lapangan. Salah satunya lebih mengerti tentang

pertumbuhannya dan pemeliharaannya. Praktek di lapang yang diperoleh

oleh mahasiswa diharapkan bisa diaplikasikan dalam kehidupan.

2. Tujuan Praktikum

a. Identifikasi Morfologi Kelapa Sawit

Mengetahui bagian-bagian dari tanaman kelapa sawit terutama

bagian atas yang meliputi batang tanaman, daun, dan buah kelapa

sawit.

b. Identifikasi Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit

Mahasiswa trampil melakukan identifikasi keharaan, sehingga

dapat melakukan tindakan secara tepat untuk mengatasi kekurangan

hara pada pertanaman kelapa sawit.

c. Perawatan Tanaman Kelapa sawit, Kakao, dan Karet

Mahasiswa trampil melakukan perawatan pada kebun tanaman

kelapa sawit, kakao, dan karet seperti pengendalian gulma, teknik

pemupukan, pemangkasan, dan lain-lain.

Page 44: TBT Semusim Dan Tahunan

44

B. Tinjauan Pustaka

1. Komoditas Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis), berasal dari Afrika Barat.

Kelapa sawit cocok dikembangkan diluar darerah asalnya, termasuk di

Indonesia. Kelapa sawit telah menjadi komoditi subsektor perkebunan yang

memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Prospek usaha

yang tinggi, harga produk kompetitif, dan indsustri kelapa sawit yang

beragam dengan skala usaha yang fleksibel, telah menjadikan banyak

perusahaan dalam berbagai skala maupun petani yang berminat untuk

membangun industri kelapa sawit mulai dari kebun hingga hilir

(Sutandi, 2009).

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil maka batangnya tidak

memiliki kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang kelapa

sawit tumbuh tegak lurus (phototropy) dibungkus oleh pelepah daun. Laju

pertumbuhan tinggi batang dipengaruhi oleh komposisi genetik dan

lingkungan. Tanaman kelapa sawit secara umum menghendaki lama

penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan

1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280 ºC. Ketinggian tempat yang

ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu

proses penyerbukan (Abdoellah, 2007).

Upaya pencegahan terhadap hama dan penyakit lebih baik dari upaya

pemberantasannya. Karenanya, perlakuan pemeliharaan tanaman harus

dilakukan sebaik mungkin. Namun, bila terpaksa melakukan

pemberantasan dan perlu menggunakan pestisida, maka dapat dipilih

pestisida yang sesuai dengan pengganggunya. Cukup banyak jenis hama

maupun penyakit yang biasa mengganggu tanaman kelapa sawit. Kelompok

hama yang mengganggu adalah belalang sexava (Sexava sp.), kumbang

badak (Oryctes rhinoceros), ulat artona (Artona catoxantha). Sedangkan

pengganggu dari kelompok penyakit diantaranya busukpucuk (bud rot),

bercak daun (gray leaf spot), dan busuk akar (root rot) (Soedono, 2006).

Page 45: TBT Semusim Dan Tahunan

45

Pemupukan kelapa sawit dilakukan dengan membuat piringan 20 cm

dimulai dari lingkaran luar kanopi masuk ke dalam menuju titik pusat

lingkaran batang. Hal ini dilakukan sebab penyerapan unsur hara yang

optimal dilakukan oleh jaringan akar meristematik yang terletak bi bagian

luar lingkaran kanopi. Lebar piringan yang dibuat 20 cm karena untuk

memudahkan pembuatan alur yang melingkar kanopi sehingga pupuk dapat

dengan mudah ditempatkan dalam piringan yang dibuat. Hal ini dilakukan

untuk memudahkan dalam aplikasinya dan pupuk yang diberikan dapat

ditimbun dengan tanah lapisan atasnya sehingga pupuk tidak hilang melalui

penguapan atau terbawa air ke tempat lain. Kekurangan salah satu atau

beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak

sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-

penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda yang sebelumnya

tampak layu dan mengering (Riwandi, 2005).

Setelah pembukaan areal lahan, langkah selanjunya adalah melakukan

pekerjaan penyiapan dan pengawetan tanah. Pekerjaan tersebut meliputi

pembukaan teras, pembentukan benteng, rorak, parit drainase dan

penanaman tanaman penutup. Pengawetan tersebut dimaksudkan untuk

mencegah erosi, mempermudah pelaksanaan panen, memperbaiki

perbaikan air tanah, dan mengikan unsur N (Semangun, 2005).

Untuk mengurangi akibat buruk dari penyiraman dan erosi, maka

areal tersebut harus dilindungi dengan tanaman yang tidak merugikan

tanaman pokok. Tanaman tersebut disebut tanaman penutup tanah (cover

crop). Beberapa keuntungan tanaman penutup tanaman adalah melindungi

permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, memperbaiaki sifat-sifat

kimia tanah dan menambah N pada lapisan atas dengan cara fiksasi

nitrogen dari udara, membantu menyiapkan air di dalam tanah dan

memperkecil kehilangan unsur hara karena percucian, dan mengurangi

suhu tanah dan kelembabannya (Jones, 2012).

Konversi adalah pembukaan areal perkebunan kelapa sawit dari bekas

perkebunan tanaman lain (kelapa, karet, lada, teh atau kopi). Peremajaan

Page 46: TBT Semusim Dan Tahunan

46

yaitu pembukaan areal perkebunan dari bekas perkebunan kelapa sawit

yang sudah tua atau tidak produktif lagi. Pembukaan areal perkebunan ini

lebih mudah dilakukan sebab jumlah pohon yang akan ditebang relative

sedikit dan dapat dikatakan seragam, jalan-jalan dan petak-petak kebun

juga sudah ada. Cara pembukaanya tergantung pada jenis tanaman asli dan

dapat dibuka dengan cara mekanis maupun khemis. Perlu diperhatikan,

bahwa untukmengurangi pembiakan hama/penyakit serta untuk

mempercepat pembusukan, pokok-pokok pohon diracun dulu sebelum

ditebang lalu dikumpulkan dan dibersihkan dari lahan

(Setyamidjaja, 2011).

2. Komoditas Kakao

Kakao (Theobroma cacao) atau lazim pula disebut tanaman cokelat,

adalah penghasil bahan penyedap (penyegar), seperti halnya kopi dan teh.

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam

dapat mencapai ketinggian 10 m. Bunga kakao, sebagaimana anggota

Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga

sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm) dan tunggal. Kakao

secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem

inkompatibilitas sendiri (Winarsih et al., 2005).

Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 meter dari pangkal

batangnya pada permukaan tanah. Tanaman kakao punya kecenderungan

tumbuh lebih pendek bila tanaman tanpa pohon pelindung. Diawal

pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak melalui biji akan

menumbuhkan cabang-cabang primer. Letak cabang-cabang primer itu

tumbuh disebut jorguette, yang tingginya dari permukaan tanah 1-2 meter.

Ketinggian jorguette yang ideal adalah 1,2-1,5 meter agar tanaman dapat

menghasilkan tajuk yang baik dan seimbang (Basuki, 2008).

Bahan tanam kakao merupakan modal dasar untuk mencapai produksi

kakao yang tinggi. Kesalahan pemilihan dan penggunaan bahan tanam akan

mengakibatkan kerugian dalam jangka panjang. Karena itu, pemilihan

bahan tanam merupakan tindakan awal yang sangat penting dalam

Page 47: TBT Semusim Dan Tahunan

47

budidaya kakao. Pemilihan dan penggunaan bahan tanam kakao unggul

perlu diikuti dengan tindakan kultur teknis yang baik. Tindakan teknis

meliputi pembibitan, perawatan tanaman di lapangan, dan penanganan

pascapanen sehingga usaha budidaya kakao membawa hasil yang optimal

dan memuaskan (Sunanto, 2007).

Pola tanam erat kaitannya dengan keoptimuman jumlah pohon per

hektar, keoptimuman peranan pohon pelindung, dan meminimumkan

kerugian yang timbul pada nilai kesuburan tanah, serta biaya pemeliharaan.

Ada empat pola tanam yang dianjurkan, yaitu :

a. Pola tanam cokelat segi empat, pohon pelindung segi empat.

b. Pola tanam cokelat segi empat, pohon pelindung segi tiga.

c. Pola tanam, cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga.

d. Pola tanam cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi empat

(Soetomo, 2005).

Tanaman kakao yang ditanam di perkebunan pada umumnya adalah

kakao jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa

atau kakao mulia), dan hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan

Criolo). Pada perkebunan–perkebunan besar biasanya kakao yang

dibudidayakan adalah jenis mulia. Trinitario adalah tipe tanaman kakao

hibrida hasil persilangan secara alami antara Criollo dengan Forestero,

karena itu tipe kakao ini sangat heterogen (Gardner et al., 2011).

Pengelolaan penaung yang baik akan memacu pertumbuhan pohon

kakao yang sehat dan memperbaiki hasilnya. Jumlah penaung yang terlalu

sedikit akan berakibat pohon kakao tidak sehat dan munculnya masalah

gulma. Jumlah penaung yang terlalu banyak akan meningkatkan masalah

hama dan penyakit. Keduanya mengakibatkan produksi kakao rendah

(Daniel, 2009).

3. Komoditas Karet

Tanaman karet berupa pohon, ketinggiannya dapat mencapai

30-40 meter. Sistem perakarannya padat/ kompak, akar tunggangnya dapat

menghunjam tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya

Page 48: TBT Semusim Dan Tahunan

48

dapat menyebar sejauh 10 meter. Batangnya bulat/silindris kulit kayunya

halus, rata berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus. Daun

tanaman karet adalah trifoliata, tangkai daun panjang, serat daun tampak

jelas, kadar. Bunganya bergerombol muncul dari ketiak daun (axillary),

individu bunga bertangkai pendek, bunga betina terletak diujung. Karet

adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis

tumbuhan (Prabowo, 2007).

Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah

para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan

lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari

karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan

(misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta

dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk

mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai

dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa

dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat

diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan

(Nair, 2006).

Indonesia memiliki 3 jenis perkebunan karet, yaitu Perkebunan

Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar

Swasta (PBS). Ketiga jenis perkebunan tersebut, PR mendominasi dari luas

lahan yang mencapai 2,84 juta hektar atau sekitar 85% dari lahan

perkebunan karet. Perkebunan besar diharapkan dapat menjalin program

kemitraan dengan petani agar nilai tambah dari pengelolaan perkebunan

rakyat dapat optimal diantaranya dengan kemitraan di bidang pemasaran,

pembinaan produksi hingga pembiayaan yang berkesinambungan

(Parhusip, 2008).

Agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek yang

makin cerah karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan

sumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya

industri polimer pengguna karet serta makin langka sumber-sumber minyak

Page 49: TBT Semusim Dan Tahunan

49

bumi dan makin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan

karet sintetis (Anwar, 2005).

Bahan tanam karet yang dibudidayakan saat ini merupakan klon asal

persilangan berbagai tetua terpilih yang kemudian diperbanyak dengan cara

okulasi. Masing-masing klon memiliki karakter agronomi yang berbeda

seperti tingkat produksi, pertumbuhan sebelum dan setelah lateks disadap,

ketebalan kulit, kandungan karet kering dan warna lateks, serta ketahanan

terhadap penyakit. Persilangan buatan untuk mendapatkan klon dengan

sifat primer dan sekunder yang baik dilakukan oleh berbagai institusi

penelitian yang umumnya terdapat di negara penghasil karet alam

(Haris, 2005).

Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh

keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi

oleh teknik dan manajemen penyadapan. Penyadapan adalah mata rantai

pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan pertama dilakukan

setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Penyadapan dapat dilakukan selama

25-35 tahun. Tinggi bukaan sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua

280 cm di atas pertautan okulasi. Waktu pelaksanan penyadapan dilakukan

sepagi mungkin agar mendapatkan lateks yang tinggi, karena bila

penyadapan dilakukan pada waktu pagi hari, turgor pembuluh lateks masih

tinggi dan keluarnya lateks dari pembuluh yang terpotong berlangsung

dengan aliran yang kuat (Hanum, 2008).

Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil

yang telah dicampur dengan pupuk. Sebelumnya tanaman dibersihkan dulu

dari rerumputan dibuat larikan melingkar 10 cm. Dosis pemupukan berbeda

untuk tiap jenis tanah. Pemupukan pertama kurang lebih 10 cm dari pohon

dan semakin besar disesuaikan dengan lingkaran tajuk. Pemberian pupuk

jangan diberikan pada musim penghujan karena pupuk akan cepat tercuci

oleh air hujan. Pemberian pupuk dilakukan pada saat pergantian antara

musim penghujan ke musim kemarau (Balai Penelitian Sembawa, 2005).

Page 50: TBT Semusim Dan Tahunan

50

C. Metodologi Praktikum

1. Identifikasi Morfologi Kelapa Sawit

a. Waktu dan Tempat Pratikum

Praktikum acara Kelapa Sawit ini dilaksanakan pada tanggal

14 April 2012 di Desa Sukosari Jumantono Karanganyar.

b. Alat dan Bahan

1) Alat

a). Sabit

b). Pisau okulasi

c). Penggaris

d). Alat tulis

e). Tali rafia

f).Klinometer

g). Meteran

h). Oven

i). Timbangan

j). Gunting

k). Kertas.

2) Bahan

a). Tanaman kelapa sawit dewasa

b). Pelepah daun kelapa sawit

c). Bunga jantan

d). Bunga betina kelapa sawit

e). Buah kelapa sawit.

c. Cara Kerja

1) Identifikasi batang kelapa sawit

a). Menghitung jumlah daun kelapa sawit yang ada dari ujung

sampai pangkal terbawah.

b). Menentukan pola filotaksis / pola duduk daun dalam batang

tanaman kelapa sawit.

c). Mengukur panjang satu pelepah daun.

Page 51: TBT Semusim Dan Tahunan

51

d). Mengukur diameter batang bagian bawah.

e). Mengukur tinggi tanaman kelapa sawit secara sumulasi dengan

menggunakan prinsip trigonometri yaitu :

Tan a = y / x

Tinggi batang = y + r

a = sudut dibentuk antara pengamat dan ujung batang sawit.

y = tinggi batang dari mata pengamat sampai ujung batang

sawit.

r = tinggi batang dari pangkal batang sampai mata pengamat.

x = jarak antara pengamat dan batang.

2) Identifikasi daun kelapa sawit

a). Mengambil satu pelepah daun yang utuh.

b).Mengidentifikasi bagian-bagian daun kelapa sawit dan

menulisnya.

c). Mengukur panjang pelepah daun (dari ujung pelepah sampai

dengan petiole)

d).Mengukur panjang pelepah total

e). Menghitung jumlah daun dalam satu pelepah dan mengukur

luas daun dan helaian daun kelapa sawit dengan metode

GRAVIMETRI.

f). Pelepah daun dibagi menjadi tiga bagian selanjutnya setiap

bagian diambil empat daun, dua dari bagian kiri dan dua

lainnya dari bagian kanan dan daun yang ditengah dari setiap

bagian pelepah lainnya.

g).Luas daun yang diambil, dihitung dan dirata-rata untuk setiap

bagiannya.

h).Mengalikan rataan luas daun tersebut dengan jumlah helaian

pada setiap bagian.

i). Hasil perhitungan luas daun masing-masing bagian kemudian

dijumlahkan.

j). Mengukur panjang helaian daun yang terpanjang.

Page 52: TBT Semusim Dan Tahunan

52

k).Menggambar dan memberi keterangan daun kelapa sawit dan

helaian daun beserta tulang daunnya.

RUMUS GRAVIMETRI :

wr = berat kertas replika daun

wt = berat kertas total

Lk = luas kertas total

3) Identifikasi alat reproduksi kelapa sawit

a). Menentukan bunga jantan dan bunga betina.

b). Menggambar masing-masing bunga tersebut lengkap dengan

nama bagian-bagiannya.

c). Menentukan kemungkinan macam penyerbukan yang mungkin

terjadi pada tanaman kelapa sawit.

4) Identifikasi buah kelapa sawit

a). Mengambil buah dari tandan buah kelapa sawit yang ada.

b). Mengamati warna, bentuk dan ukuran buah mentah dan

matang.

c). Menggambar buah utuh, penampang melintang buah kelapa

sawit dan memberi keterangan lengkap bagian-bagiannya.

2. Identifikasi Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit

a. Waktu dan Tempat Pratikum

Praktikum acara Kelapa Sawit ini dilaksanakan pada tanggal

24 April 2012 di Desa Sukosari Jumantono Karanganyar.

b. Alat dan Bahan

1) Alat

a). Pisau

b). Penggaris

c). Alat tulis

2) Bahan

Tanaman kelapa sawit

Page 53: TBT Semusim Dan Tahunan

53

c. Cara Kerja

Identifikasi defisiensi unsur hara pada tanaman secara umum ada

dua (2) cara yaitu :

1) Diagnosa secara fisiologis / visual

Identifikasi ini dilakukan dengan pengamatan langsung,

dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut:

a). Perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku

(hijau gelap). Warna daun yang hijau gelap merupakan ciri

keadaan hara tanaman yang baik. Sementara apabila warnanya

menjadi hijau pucat atau kekuning-kuningan, maka dapat

dipastikan bahwa tanaman tersebut mengalami defisiensi dan

atau pengaruh faktor lingkungan seperti temperatur yang

ekstrim, penyebab pennyakit atau kesalahan penyemprotan.

b). Adanya tanda dan gejala (Symptom) defisiensi hara. Cara yang

paling mudah, untuk mendapatkan gambaran adanya gejala

atau tanda defisiensi hara adalah dengan membandingkan daun

dengan foto tanaman yang mengalami defisiensi. Selain itu,

dengan melihat tanda atau gejalanya, sebagai berikut :

(1) Tanda atau gejala defisiensi

muncul dari daun yang tertua.

N = Daun menguning (klorosis) mulai dari anak daun, daun

pucat atau kaku.

K = Daun tua orange seperti tembus pandang. Bagian anak

daun mengering (nekrosis).

Mg=Terjadi klorosis pada daerah sekitar tulang daun,

sedangkan pada helaiannya masih hijau.

Mn=Daun menjadi kecoklatan, kelabu dengan bercak-

bercak putih.

P = Anak daun dan pelepah menjadi kemerah-merahan.

Page 54: TBT Semusim Dan Tahunan

54

(2) Tanda atau gejala defisiensi

muncul dari daun yang termuda.

S = Daun menjadi hijau kekuning-kuningan dengan tulang

daun kekuning-kuningan.

Fe= Daun menjadi hijau kekuningan dengan tulang daun

tetap hijau, mudah patah.

Mn= Muncul warna bercak-bercak hitam kecoklatan.

Cu= Ujung daun termuda memutih, daun muda memendek,

anak daun rapat dan ujung daun kering.

B = Daun muda menjadi kecoklatan, membengkok (hook

leaf), tumbuh pendek,sehingga ujung pelepah

melingkar (rounde frond tip), anak daun pada ujung

pelepah muda berubah bentuk menjadi kecil seperti

rumput (bristle tip) atau tumbuh rapat, seolah-olah

bersatu dan padat (little leaf)

(3) Membandingkan pertumbuhan

tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapat

pemupukan (teknik window).

3. Perawatan Tanaman Kelapa Sawit, Kako, dan Karet

a. Waktu dan Tempat Pratikum

Praktikum acara Kelapa Sawit ini dilaksanakan pada tanggal 24

April 2012 di Desa Sukosari Jumantono Karanganyar.

b. Alat dan Bahan

1) Alat

a). Cangkul

b). Sabit

c). botol aqua 1,5 L

2) Bahan

a). tanaman kelapa sawit

b). wadah

Page 55: TBT Semusim Dan Tahunan

55

c). pupuk urea

d). SP-36

e). KCl

f). alas untuk mencanpur pupuk.

3) Cara Kerja

a). Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit

i. Membuat piringan.

ii. Menentukan dosis pemupukan.

iii. Menentukan lebar piringan pada sekitar batang tanaman

kelapa sawit yang akan dilakukan penyiangan, dengan

berpedoman adalah panjang pelepah daun kelapa sawit.

iv. Membersihkan daerah sekeliling / melingkar batang

membentuk lingkaran atau piringan.

v. Menggemburkan tanah pada daerah piringan.

vi. Melakukan pemupukan tanaman kelapa sawit dengan cara

menebarkannya pada daerah piringan dengan dosis :

Tabel 2.1 Kebutuhan Pupuk Kelapa Sawit

Jenis Pupuk Dosis (Kg/Pohon/Tahun)) *)

Umur Tanaman 5 - 5 6 – 12 >12

Sulphate of Amonia

(ZA)1,0 – 2,0 2,0 – 3,0 1,5 – 3,0

Rock Phospate

(RP)0,5 – 1,0 1,0 – 2,0 0,5 – 1,0

Muriate of Potash

(KCl)0,4 – 1,0 1,5 – 3,0 1,5 – 2,0

Kieserite (MgSO4) 0,5 – 1,0 1,0 – 2,0 0,5 – 1,5

*) Keterangan :

Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P

diberikan satu kali aplikasi, dan pupuk B (bila diperlukan)

Page 56: TBT Semusim Dan Tahunan

56

diberikan dua kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis

B adalah 0,05 – 0,01 Kg per pohon per tahun).

Cara pemberian pupuk diperhatikan secara seksama agar

pemupukan dapat terlaksana secara efisien. Untuk mencapai

maksud tersebut, pemberian pupuk pada Tanaman

Menghasilkan (TM) harus dilaksanakan dengan cara sebagai

berikut :

a. Pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai

jarak 50 cm sampai di pinggir luar piringan.

b. Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari – jari

1,0 m hingga jarak 3,0 m (dari pangkal pokok 0,75 sampai

1,0 m di luar piringan).

c. Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm

dari tanaman pokok.

Pemberian pupuk pada kelapa sawit diatur dua kali

setahun. Pemberian pupuk yang pertama dilakukan pada akhir

musim hujan yaitu bulan Maret – April dan pemberian pupuk

kedua dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan

September – Oktober.

Kelapa sawit umur 3 tahun :

a). Urea sebanyak 0,62 kg/pohon

b). SP-36 sebanyak 0,46 kg/pohon

c). KCl sebanyak 0,6 kg/pohon

b). Pemupukan Tanaman Karet

Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat

penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada

tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang

dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada

semester I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II

yakni Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan

lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan.

Page 57: TBT Semusim Dan Tahunan

57

Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu

dari Urea dan KCl. Program dan dosis pemupukan tanaman

karet secara umum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Kebutuhan Pupuk Tanaman Karet

Umur

Tanaman

Kebutuhan Pokok

Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl

..(gram/pohon).. ..(gram/pohon)..

TB 50 100 - 25 50 -

TBM 1 236 100 200 118 50 50

TBM2 333 267 150 180 123 75

TBM3 391 267 200 175 128 92

TBM4 429 333 200 188 147 88

TBM5 476 333 200 200 140 84

TM 1- 25 524 333 350 265 170 175

c). Pemupukan Tanaman Kakao

Pemupukan, untuk menjaga agar kesuburan tanah tetap

terjaga maka usaha mengganti/mengembalikan unsur hara yang

telah diambil oleh tanaman perlu selalu dilakukan secara rutin.

Tabel 2.3 Dosis Pemupukan Tanaman yang Belum Berproduksi

(gram/tanaman)

Umur Tanaman

(bulan)

g/pohon/tahun

Urea TSP KCl Kleserit

2 25 - - -

6 25 25 20 20

12 25 25 20 20

18 45 50 40 40

24 45 50 40 40

Page 58: TBT Semusim Dan Tahunan

58

Pemupukan dilakukan dengan membuat alur sedalam 10

cm di sekeliling batang kakao dengan diameter kira-kira ½

tajuk. Waktu pemupukan di awal musim hujan dan akhir

musim hujan.

Tabel 2.4 Dosis Pemupukan Tanaman Berproduksi

(gram/tanaman)

Umur Tanaman

(tahun)

gram/pohon/tahun

Urea TSP KCl Kliserit

3 100 100 100 60

4 180 180 135 75

>5 250 180 150 120

Page 59: TBT Semusim Dan Tahunan

59

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

a. Identifikasi Morfologi Kelapa sawit

1) Identifikasi Batang Kelapa Sawit

a). Tinggi sawit dari daun terpanjang = 354 cm

b). Pola filotaksis atau pola duduk daun ke kanan = 3/8

c). Panjang pelepah = 21 cm

d). Panjang pelepah total = 302 cm

e). Panjang pelepah daun = 274 cm

f). Keliling batang pohon = 170 cm

K = π x d

170 = 3,14 · d

d =

d = 54,14 cm

g). Tinggi batang = 166 cm

Page 60: TBT Semusim Dan Tahunan

60

Gambar 2.1 Diagram Pola Duduk Daun Tanaman Kelapa Sawit

2) Identifikasi Daun Kelapa Sawit

a). Panjang pelepah daun (dari ujung sampai petiole) = 274 cm

b). Panjang pelepah total = 302 cm

c). Jumlah daun pada ujung pelepah = 59 buah

d). Jumlah daun pada bagian tengah pelepah = 52 buah

e). Jumlah daun pada pangkal pelepah = 68 buah

f). Berat Replika Daun Kelapa Sawit

Rumus Gravimetri

1) Luas Daun Kanan

a). Ujung kanan I

cm2

Page 61: TBT Semusim Dan Tahunan

61

b). Ujung kanan II

cm2

c). Tengah kanan I

cm2

d). Tengah Kanan II »

cm2

e). Pangkal kanan I

cm2

f). Pangkal kanan II»

2) Luas Daun Kiri

a). Ujung kiri I

Page 62: TBT Semusim Dan Tahunan

62

2

b). Ujung kiri II

2

c). Tengah kiri I

2

d). Tengah kiri II

2

e). Pangkal kiri I

2

f). Pangkal kiri II

2

3) Luas daun rata-rata

Page 63: TBT Semusim Dan Tahunan

63

a). rata ujung

=

= 2

b). rata tengah

=

= 2

c). rata pangkal

=

= 2

d). rata total

=

= 22239,893 cm2

Gambar 2.2 Daun Kelapa Sawit

3) Identifikasi Alat Reproduksi Kelapa Sawit

Page 64: TBT Semusim Dan Tahunan

64

Gambar 2.3 Bunga Jantan Tanaman Kelapa Sawit

Keterangan :

a). Tangkai bunga

b). Serbuk sari

c). Kelopak bunga

Gambar 2.4 Bunga Betina Tanaman Kelapa Sawit

Keterangan :

a). Tangkai kepala putik

b). Kelopak bunga

c). Kepala putik

d). Tangkai tandan

4) Identifikasi buah kelapa sawit

Page 65: TBT Semusim Dan Tahunan

65

Gambar 2.5 Penampang Melintang Buah Kelapa Sawit

Keterangan:

a). Kernel : merupakan endosperm dan embrio yang memiliki

b). kandungan minyak

c). Endokarpium : cangkang pelindung inti

d). Mesokarp : serabut buah

e). Eksokarp

b. Identifikasi Defisiensi Usur Hara Tanaman Kelapa Sawit

Kahat N Kahat P Kahat K

Gambar 2.6 Defisiensi Unsur Hara Kelapa Sawit

Keterangan :

1) Gejala N : warna daun pucat dan menguning

2) Gejala P : bentuk batang mengerucut, bercak merah

kekuningan

3) Gejala K : daun mengering, orange spot

Page 66: TBT Semusim Dan Tahunan

66

c. Perawatan Tanaman Kelapa Sawit, Kakao, dan Karet

1) Kelapa Sawit

Tabel 2.5 Perawatan Tanaman Kelapa Sawit

Sumber : Logbook

Faktor yang

diamati

Pengamatan

I II III IV

Kahat - Ada Ada Ada

Hama

Kutu daun,

semut,

laba-laba

Kutu daun,

semut,

laba-laba

BelalangUlat, sarang

tawon

Penyakit -Bercak

kuning

Bercak

kuning

Bercak

kuning

Pelepah 31 31 31 37

Tinggi ± 2,4 m ± 2,4 m ± 2,4 m ± 2,4 m

Bunga - - - Banyak

Buah - - - Banyak

Page 67: TBT Semusim Dan Tahunan

67

2) Tanaman Kakao

Tabel 2.6 Perawatan Tanaman Kakao

Faktor yang

diamati

Pengamatan

I II III IV

Kahat - Ada Ada Ada

Hama

Belalang,

ulat

Belalang,

ulat

Belalang,

ulat

Belalang,

ulat

Penyakit - - -Bercak

kuning

Buah 4 4 4 3

Tinggi ± 2,5 m ± 2,5 m ± 2,5 m ± 2,5 m

Cabang 5 5 5 5

Sumber : Logbook

Kahat N Kahat Mg

Page 68: TBT Semusim Dan Tahunan

68

Gambar 2.7 Defisiensi Unsur Hara Kakao

Keterangan :

a). Gejala N : bercak kuning

b). Gejala Mg : daun coklat

3) Tanaman Karet

Tabel 2.7 Perawatan Tanaman Karet

Faktor

yang

diamati

Pengamatan

I II III IV

Kahat Ada Ada - -

Hama Belalang Belalang Belalang Belalang

PenyakitBercak

kuningBercak coklat

Bercak

coklat

Bercak

coklat

Dahan 4 4 4 5

Tinggi ± 7,7 m ± 7,7 m ± 7,7 m ± 7,7 m

Cabang 2 2 2 5

Sumber : Logbook

Page 69: TBT Semusim Dan Tahunan

69

Gejala N : daun berwarna kuning

Gambar 2.8 Defisiensi Unsur Hara Karet

2. Pembahasan

a. Identifikasi Morfologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang berakar

tunggang. Perakaran kelapa sawit tumbuh ke bawah dan menyebar ke

arah samping. Batang tanaman kelapa sawit tidak memiliki kambium

dan diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12

tahun pelepah yang mengering akan terlepas. Satu pelepah daun kelapa

sawit terdiri atas petiole, tangkai daun, dan helaian daun. Helaian daun

sendiri terdiri atas tulang daun dan tangkai anak daun. Daun tanaman

kelapa sawit terdiri dari susunan pelepah daun dan anak daun. Pelepah

daun lebih rinci terdiri dari tangkai daun, tangkai anak daun, helaian

daun, petiole, dan tulang anak daun. Daun pertama yang keluar belum

membuka berbentuk lancet atau tombak, lama kelamaan terbelah dan

semuanya terpisah atau membuka sempurna. Di bagian pangkal

pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di

kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua

sampai ke ujung daun. Bagian tengah-tengah setiap anak daun

terbentuk menyerupai lidi sebagai tulang daun. Satu pelepah daun

Page 70: TBT Semusim Dan Tahunan

70

kelapa sawit terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian ujung, tengah

dan pangkal. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit

lebih muda.

Identifikasi morfologi kelapa sawit yang dilakukan adalah

mengidentifikasi batang kelapa sawit. Batang kelapa sawit berbentuk

silinder dan tidak bercabang. Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak

di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Pada batang tanaman

kelapa sawit terdapat pangkal-pangkal pelepah daun yang melekat

kukuh dan sukar untuk terlepas walaupun daunctelah kering dan mati.

Pola filotaksis kelapa sawit berbentuk spiral dari bawah ke atas dengan

arah yang berlawanan dengan arah jarum jam dengan pola filotaksis

3/8. Diameter kelapa sawit dihitung dari keliling batang kelapa sawit.

Diamater tanaman kelapa sawit yang diamati yaitu 54,14 cm.

Pengidentifikasian daun kelapa sawit dilakukan dengan

mengambil sempel satu pelepah kelapa sawit. Pelepah daun yang

digunakan untuk pengamatan adalah daun yang bagus dan tidak

memiliki bercak hama atau luka. Bangun daun berbentuk pita, tepi

daun rata (integer), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun

meruncing (acuminatus), permukaan daun gundul (glaber), daging

daun seperti kertas (papyraceus). Daun terbagi atas lamina, helaian

daun, tangkai daun, duri, pelepad dan petole. Panjang pelepah total

302 cm, panjang pelepah daun dari daun ke-1 sampai titik tumbuh 274

cm. Sedangkan luas daun bagian ujung sebesar 149,645 cm2, luas daun

bagian tengah sebesar 160,878 cm2 dan luas daun bagian bawah

sebesar 84,268 cm2. Dari ketiga luas bagian daun tersebut maka

diperoleh luas total daun sebesar 22239,893 cm2.

Praktikum kali ini identifikasi alat reproduksi tanaman kelapa

sawit meliputi identifikasi bunga jantan dan bunga betina. Tanaman

kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai

mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan dan betina

terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan

Page 71: TBT Semusim Dan Tahunan

71

memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi

penyerbukan sendiri. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,

sedangkan bunga betina agak bulat. Bunga jantan kelapa sawit terletak

di luar pelepah daun sedangkan bunga betina kelapa sawit terletak

diantara pelepah daun. Bagian-bagian dari bunga jantan terdiri dari

serbuk sari, kelopak bunga, dan tangkai bunga. Bagian-bagian dari

bunga betina terdiri dari tangkai kepala putik, kelopak bunga, kepala

putik, dan tangkai tandan.

Tanaman kelapa sawit dapat melakukan penyerbukan silang

karena bunga jantan dan betina memiliki waktu pematangan yang

berbeda sehingga jarang terjadi penyerbukan sendiri. Dapat juga

dengan penyerbukan heterogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan

manusia karena walaupun bunga jantan dan bunga betina berada dalam

satu rumah belum tentu masaknya bersamaan. Pada tanaman kelapa

sawit penyerbukan yang terjadi adalah penyerbukan dengan bantuan

angin, air, manusia, dan serangga. Penyerbukan dengan bantuan angin

biasanya terjadi pada tanaman yang letak bunga jantan di atas bunga

betina. Penyerbukan dengan bantuan air terjadi bila terdapat hujan

sehingga serbuk sari terjatuh atau menyebar.

Tanaman kelapa sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat

female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan

dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. Bunga

tersusun berbentuk karangan bunga yang disebut tandan bunga.

Tandan bunga keluar dari ketiak pelepah daun, biasanya setiap pelepah

daun terdapat kuncup tandan. Umumnya bunga jantan dan betina

berada pada tandan yang berbeda.

Identifikasi buah kelapa sawit dilakukan dengan melakukan

pengamatan pada morfologi buah, bagian-bagian buah dan kriteria

pemanenan. Warna buah kelapa sawit yang mentah adalah ungu

kehitaman sedangkan warna buah kelologi apa sawit yang matang

adalah oranye atau oranye kecoklatan. Bagian-bagian dari buah kelapa

Page 72: TBT Semusim Dan Tahunan

72

sawit adalah kernel (embrio dan endosperm), mesokarpium (serabut

buah), endokarpium (cangkang), eksokarp (kulit buah). Lembaga

(embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah

yaitu :

1) Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang

selanjutnya akan menjadi batang dan daun

2) Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula

yang selanjutnya akan menjadi akar.

Tanaman kelapa sawit siap dipanen bila tanaman telah

menghasilkan buah yang matang dan sudah ada buah yang terjatuh dari

tandan kurang lebih sebanyak 4 buah. Buah sawit matang pada kondisi

tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)

dan bakal akar (radikula).Buah yang sangat muda berwarna hijau

pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman,

kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah

kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan

berjatuhan (buah leles). Buah kelapa sawit berbentuk seperti kapsul,

dan buah yang matang ukurannya lebih besar daripada yang masih

mentah.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu,

hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol

dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Minyak dihasilkan oleh

buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Buah

kelapa sawit setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak

bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok

dengan sendirinya. Buah kelapa sawit berbentuk seperti kapsul, dan

buah yang matang ukurannya lebih besar daripada yang masih mentah.

b. Identifikasi Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit

Identifikasi defisiensi unsur hara dengan cara melihat langsung

tanaman kelapa sawit di lokasi praktikum. Identifikasi defisiensi unsur

hara yaitu dengan pengamatan langsung secara fisiologis atau visual.

Page 73: TBT Semusim Dan Tahunan

73

Kriteria yang diperhatikan adalah membandingkan warna hijau daun

yang menjadi patokan atau warn hijau baku dengan warna hijau daun

yang lain dalam satu tanaman.

Tanaman kelapa sawit yang mengalamai defisiensi unsur hara

maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Pertumbuhan yang

terhambat akan mengakibatkan produktifitas tanaman rendah dan

kualitas yang dihasilkan juga rendah. Tanaman kelapa sawit yang

diamati saat praktikum mengalami kekurangan unsur hara yaitu unsur

N, P, dan K. Hal itu dapat dilihat secara visual perbedaannya dengan

daun kelapa sawit yang sehat. Tanda apabila daun kelapa sawit

tersebut mengalami kekurangan unsur N adalah warna daun pucat, dan

menguning. Nitrogen dibutuhkan tanaman untuk metabolisme.

Nitrogen merupakan unsur penyusun protein, klorofil dan berperanan

terhadap fotosintesa. Penyebab defisiensi nitrogen adalah

terhambatnya mineralisasi nitrogen, aplikasi bahan organik dengan

C/N tinggi, gulma, akar tidak berkembang, dan pemupukan N yang

tidak efektif. Upaya untuk meminimalisir kahat N adalah aplikasi

secara merata di piringan, menambah urea pada tanaman kelapa sawit,

dan aplikasi nitrogen pada kondisi tanah lembab, serta pengendalian

gulma.

Kekurangan unsur P adalah bentuk batang mengerucut, tumbuh

kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing. Phospor merupakan

unsur penyusun ADP/ATP, berfungsi untuk memperkuat batang dan

merangsang perkembangan akar serta memperbaiki mutu buah

sehingga merupakan unsur hara makro. Upaya mengatasi kahat P

adalah aplikasi pemberian pupuk P dipinggir piringan atau gawangan,

mencoba mengurangi erosi, serta memperbaiki kemasaman tanah.

Kekurangan unsur K menyebabkan daun tua orange seperti

tembus pandang dan bagian anak daunnya mengering. Unsur K

berperan pada aktivitas stomata, aktivitas enzim dan sintesa minyak

serta meningkatkan ketahanan terhadap penyakit serta jumlah dan

Page 74: TBT Semusim Dan Tahunan

74

ukuran tandan. Upaya mengatasi defisiensi K adalah dengan aplikasi

K yang cukup, aplikasi tandan kelapa sawit, memperbaiki kemampuan

tukar kation tanah dan aplikasi pupuk K pada pinggir piringan.

Selain diagnosa secara morfologi dapat pula dilakukan

diagnosa secara kimia. Salah satunya adalah dengan LSU (Leaf

Sampling Unit). Pengambilan sampel dimulai dari ujung utara-barat

blok dan dimulai dari 10 baris ke arah selatan, kemudian masuk

barisan tersebut, menentukan pokok ke-5 dari barisan tersebut sebagai

pokok sampel 1 dan diberi nomor dengan cat warna biru. Pokok

sampel ke-2 adalah selang 10 pokok berikutnya dalam 1 baris. Bila

pokok yang ditetapkan sebagai sampel adalah pokok yang tidak

normal maka sampeldiganti dengan maju atau mundur 3 pokok.

Kemudian mengambil pelepah sampel pada pelepah ke 17 dari daun

yang paling muda dan membuka sempurna. Daun pelepah tersebut

diambil hanya pada bagian pertemuan antar bagian runcing dan tumpul

dari pelepah yang biasanya berada di agak ujung pelepah. Daun

diambil sebanyak 4 lembar yang berasal dari sisi kanan 2 dan sisi kiri

2. daun tersebut dipotong bagian tengahnya 25 cm. Sampel ganjil

diukur tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar petiole, dan tebal

petiole.

c. Perawatan Tanaman Kelapa Sawit, Kakao, dan Karet

1) Kelapa Sawit

Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma. Pembersihan

gulma dilakukan di daerah piringan kelapa sawit. Pembersihan

gulma bertujuan untuk menghindari kompetisi dalam memperoleh

unsur hara antara tanaman kelapa sawit dengan gulma yang ada

disekitar tanaman. Pembersihan daerah tumbuh kelapa sawit dari

gulma yaitu secara manual atau mekanik, dengan cara mencabut

langsung gulma yang tumbuh. Gulma yang terdapat di sekitar

tanaman kelapa sawit adalah rumput teki, gulma menjalar, dan

beberapa terdapat jamur. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman

Page 75: TBT Semusim Dan Tahunan

75

kelapa sawit sebelum dipupuk lebih sedikit daripada setelah

dilakukan pemupukan.

Langkah awal yang dilakukan sebelum pemupukan adalah

membuat piringan. Lebar piringan ditentukan berpedoman pada

panjang pelepah daun kelapa sawit. Tujuan dibuat piringan adalah

agar pupuk tidak langsung mengenai akar dari kelapa sawit. Lebar

piringannya adalah 50 – 75 cm dari pangkal tanaman kelapa sawit.

Pengukuran piringan 50 cm berguna untuk penentuan letak aplikasi

pupuk N. Pengukuran piringan sepanjang 75 cm dari pangkal

batang berguna pada penentuan tempat diaplikasikannya pupuk P,

K, dan Mg hingga 1 m di luar piringan. Pupuk yang digunakan

untuk pemupukan kelapa sawit adalah pupuk ZA 0,5 gram/pohon,

TSP 0,250 gram/pohon, dan KCL 0,200 gram/pohon. Kelompok

kami tidak menggunakan perlakuan pupuk kandang.

Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur

hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif,

sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pemupukan kelapa sawit

berupa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), tujuan pemupukan

ada untuk menjadi bahan baku dan penolong dalam pembangunan

tubuh tanaman, sedangkan pada saat kelapa sawit berupa TM

(Tanaman Menghasilkan), tujuan pemupukan adalah agar tanaman

kelapa sawit memproduksi buah dengan optimal. Berdasarkan

banyaknya kuantitas yang dibutuhkan tanaman, pupuk dapat dibagi

atas 2 golongan, yaitu pupuk makro dan pupuk mikro. Penentuan

dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan

daun terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan hara terakhir yang

ada pada tanaman dapat diketahui juga.

Pada pengamatan pertama ditemukan bahwa pada tanaman

kelapa sawit memiliki warna daun hijau gelap dan normal hijau

muda pada daun yang belum mekar dan tidak terindikasi

kekurangan N yang menyebabkan warna daun menjadi

Page 76: TBT Semusim Dan Tahunan

76

kekuningan. Namun, tampak jika terdapat bercak kecoklatan dan

berlubang akibat hama belalang serta hama menyerupai kutu. Dan

ditemukannya jamur pada permukaan tanah di sekitar daerah

piringan.

Kemudian pada pengamatan kedua, daun kelapa sawit mulai

terlihat ada yang mulai menguning, patah, dan berlubang. Daunnya

mulai tampak berwarna kuning mengering. Dan masih tampak lagi

seperti pengamatan pertama pada tanah terdapat jamur di sekitar

perakaran.

Pengamatan ketiga dan keempat, ditemukan adanya daun

yang berlubang dan mengering dari daun bagian ujung pelepah.

Terdapat pula daun yang menguning dan mulai mengering pada

satu pelepah. Pengamatan pertama sampai terakhir diketahui

bahwa tanaman kelapa sawit mengalami defisiensi unsur hara N,

P, dan K. Kekurangan nitrogen menyebabkan daun berwarna

kuning pucat dan menghambat pertumbuhan. Kekurangan P sulit

dikenali, menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek

dan batang meruncing. Kekurangan K menyebabkan bercak

kuning/transparan. Daun pada pangkal pelepah mulai ada yang

gugur. Dan pada daun terdapat serangan hama tawon dan laba-laba.

Hama lainnya yang juga menyerang adalah ulat, semut, dan

belalang.

2) Tanaman Kakao

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk

pohon. Tanaman kakao memiliki batang utama yang tumbuh

sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Batangnya berukuran

besar dan bulat memanjang. Bunga kakao tergolong bunga

sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5 helai dan

benang sari (Androecium) berjumlah 10 helai yang disangga oleh

tangkai bunga. Perawatan tanaman kakao perlu dilakukan agar

produktivitas hasilnya optimum. Perawatan tanaman kakao

Page 77: TBT Semusim Dan Tahunan

77

meliputi membuat piringan, membersihkan gulma, pemupukan,

pemangkasan, dan pemangksan.

Pengendalian gulma dilakukan jika dirasa perlu di sekitar

piringan tanaman kakao. Selama pengamatan, gulma yang ada di

sekitar tanaman kakao adalah gulma tipe teki-tekian, gulma

berdaun sempit dan gulma berdaun lebar. Pembersihan gulma

bertujuan untuk menghindari kompetisi dalam memperoleh unsur

hara. Pembersihan gulma dilakukan dengan menggunakan sabit

dan cangkul.

Piringan tanaman merupakan lingkaran area berjarak sekitar

1 meter di sekitar pokok tanaman yang selalu diperhatikan bersih

dari gulma. Dosis pupuk yang diberikan untuk tanaman kakao

berumur 5 tahun adalah pupuk urea 115 gram/pohon, TSP 80

gram/pohon, dan KCl 140 gram/pohon. Tanaman kakao kelompok

kami tidak menggunakan perlakuan pupuk kandang.

Pengamatan awal di lahan Jumantono, defisiensi hara pada

tanaman tidak terlihat signifikan sebelum dilakukan perlakuan

pemberian pupuk dengan setelah dilakukan pemberian pupuk. Hal

tersebut dipengaruhi lingkungan abiotik dan biotik mendukung

pertumbuhan tanaman kakao di lokasi praktikum sehingga tidak

terlihat perbedaan yang terlalu signifikan.

Pengamatan selanjutnya, tampak daun menguning karena

kahat unsur N dan kecoklatan karena kahat Mg. Unsur N yang

jurang menyebabkan daun menggulung dan mengering. Daun

berlubang karena hama semut, capung, dan ulat. Terdapat 12 buah

kakao. Terdapat pula bunga pada tanaman kakao. Pada cabang

sebelah barat ditemukan kematian pada seluruh bagian cabang

batang beserta daun-daunnya mungkin hal ini dikarenakan oleh

kematian jaringan yang terjadi pada tanaman kakao tersebut.

Kematian yang terjadi pada jaringan-jaringan kemungkinan

dikarenakan adanya serangan penyakit antraknusa atau biasa

Page 78: TBT Semusim Dan Tahunan

78

disebut mati ranting. Penyakit antraknusa ini disebabkan oleh

jamur Colletotrichum gloeasporioides. Pada tanaman yang

terserang menunjukkan gejala daun mengering dan mati yang

disertai dengan kematian pada ranting tanaman.

Pada pengamatan yang ketiga yang kami lakukan di lapang,

hama menyebabkan daun berlubang, berwarna coklat dan ada satu

ranting yang mengering seperti yang tampak pada pengamatan

yang kami lakukan pada pengamatan yang pertama dan berwarna

coklat. Hama yang menyerang kemungkinan adalah ulat. Buah

yang terdapat dalam pohon kakao yaitu sebanyak 3 buah yang

berukuran sedang dan memiliki warna hijau.

Pada pengamatan yang keempat, terdapat daun yang

berlubang kembali, menguning, dan ada satu cabang lagi yang

mengering serta warnanya berubah menjadi kecoklatan. Terdapat

bunga-bunga kecil yang mulai tumbuh pada tanaman kakao

tersebut. Buah yang ditemukan berjumlah kurang lebih 8 buah

yang kami temukan telah mati, buah kakao yang berwarna hijau

sebanyak 3 buah, dan satu buah hijau yang berukuran kecil.

Perawatan tanaman kakao yang lain adalah pemangkasan

cabang-cabang tanman yang tidak produktif. Pemangkasan

tanaman bertujuan agar sirkulasi udara berjalan lancar,

pencahayaan matahari cukup, serta mengurangi resiko terhadap

hama dan penyakit tanaman kakao. Meningkatnya intensitas

matahari bagi daun dapat mengurangi kelembaban sehingga

produksivitas tanaman meningkat.

3) Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan

berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25

meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki

percabangan yang tinggi di atas. Bunga betina dan bunga jantan

terdapat dalam satu karangan bunga (inflorescentia) yang sama.

Page 79: TBT Semusim Dan Tahunan

79

Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama

lateks.

Lahan di sekitar areal tanaman karet sebelum dipupuk

dibersihkan dari sisa-sisa gulma terlebih dahulu. Pembersihan dari

gulma menggunakan sabit. Pembersihan dari gulma bertujuan

untuk menghindari adanya kompetisi antara tanaman pokok

dengan tanaman pengganggu dalam memperoleh unsur hara.

Setelah dibersihkan, kemudian dibuat piringan. Piringan dibuat

dengan ukuran setengah (1/2) dari tajuk pohon karet. Piringan yang

dibuat dimaksudkan untuk pemberian pupuk terhadap tanaman.

Pemupukan dilakukan untuk mempercepat tanaman mencapai

matang sadap menjadi tanaman menghasilkan (TM). Pupuk yang

digunakan pada tanaman karet adalah urea 150 gram/pohon, TSP

100 gram/pohon, KCL 70 gram/pohon tanpa perlakuan pupuk

kandang. Pengamatan pengaruh pupuk dilakukan 1-4 minggu

setelah pemberian pupuk dilakukan.

Pengamatan pertama yang kami lakukan, terdapat bercak

kuning pada daun karena kahat unsur N. Daun berlubang karena

hama belalang dan ulat. Sejauh ini, belum tampak ada luka pada

batang pohon karet. Pengamatan selanjutnya yang kami lakukan

kembali, pada batang terdapat luka seperti warna dari kulit pohon

tidak merata dan ada luka-luka sehingga struktur dari batang pohon

tidak mulus. Terdapat bercak-bercak kuning pada daun karet.

Hama yang ditemukan yaitu adanya laba-laba.

Kami melakukan pengamatan kembali pada kesempatan

ketiga dan keempat, daun-daunnya tampak ada yang berlubang

yang disebabkan oleh berbagai hama yang menyerang bagian daun

karet misalnya oleh ulat. Munculnya bercak –bercak yang berwana

coklat kuning di bagian tepi daun, bercak coklat yang menyebar

sehingga daun tanaman terlihat seperti daun yang mati. Batang

juga tampak luka.

Page 80: TBT Semusim Dan Tahunan

80

Pemeliharaan pada TBM dilakukan dengan membuat lubang

dan cover crop. Namun cover crop perlu diperhatikan, jika tidak

diperhatikan cover crop dapat mengganggu pertumbuhan tanaman

pokok (karet) dan dapat menurunkan produktivitasnya. Selain itu

pemeliharaan juga dilakukan dengan mengukur lilitan batang

setinggi 1 m.

Pemeliharaan juga dilakukan dengan membuat gondang-

gandung (lubang di pinggir pohon), fungsinya untuk menurunkan

kelembaban tanah, memotong akar lateral dan merangsang akar

rambat. Gondang-gandung berukuran 40 cm x 30 cm dengan

kedalaman 60 cm. Pemupukan dilakukan berdasarkan rekomendasi

Balitbang karet yaitu 150 gram/pohon. Pengendalian gulma

dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik. Pemangkasan

wiwilan (tunas air), tunas air akan menghambat pertumbuhan TM.

Umumnya pemangkasan dilakukan dua kali yaitu pada fase

tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan

(TM). Pemangkasan bertujuan untuk meningkatkan produksi

tanaman karet karena dengan pemangkasan dapat memperlancar

sirkulasi udara serta semua tajuk mendapatkan cahaya matahari

yang cukup.

Page 81: TBT Semusim Dan Tahunan

81

E. Komprehensif

Tanaman kalapa sawit merupakan tanaman monokotil. Kelapa sawit

memiliki sistem perakaran tunggang yang tumbuh ke bawah dan menyebar ke

samping. Daun kelapa sawit terdiri dari Daun terbagi atas lamina, helaian

daun, tangkai daun, duri, pelepad dan petole. Bangun daun berbentuk pita, tepi

daun rata (integer), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun meruncing

(acuminatus), permukaan daun gundul (glaber), daging daun seperti kertas

(papyraceus). Pelepah daun terdiri dari tangkai daun, tangkai anak daun,

helaian daun, petiole, dan tulang anak daun. Terdapat tulang daun pada setiap

anak daun. Pelepah daun menempel pada batang tanaman. Batang kelapa

sawit berbentuk silinder, tidak bercaban, dan pada pucuknya terdapat titik

tumbuh. Bunga kelapa sawit adalah monoecious diclin dan umumnya

mengalami penyerbukan silang. Bunga tersusun berbentuk karangan bunga

yang disebut tandan bunga. Buah kelapa sawit berbentuk seperti kapsul, dan

buah yang matang ukurannya lebih besar daripada yang masih mentah. Warna

buah kelapa sawit yang mentah adalah ungu kehitaman sedangkan warna buah

kelologi apa sawit yang matang adalah oranye atau oranye kecoklatan.

Bagian-bagian dari buah kelapa sawit adalah kernel (embrio dan endosperm),

Page 82: TBT Semusim Dan Tahunan

82

mesokarpium (serabut buah), endokarpium (cangkang), dan eksokarp

(kulit buah).

Perawatan tanaman tahunan pada kelapa sawit, kakao, dan karet salah

satunya adalah pemupukan. Pemupukan dilakukan menggunakan dua jenis

pupuk, yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang adalah semua

priduk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk

menambah hara, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk

kandang memiliki kandungan hara yang bervariasi tergantunga pada jenis

ternak, kesehatan ternak, makanan, dan umur. Penggunaan pupuk kandang

sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan sumber daya terbarukan serta

mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia.

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk

dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. beberapa

keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu pemberiannya dapat terukur dengan

tepat, kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang

tepat, tersedia dalam jumlah cukup, dan mudah diangkut karena jumlahnya

relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk anorganik

mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk

anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara

mikro.

Perlakuan tanaman kelapa sawit, kakao, dan karet dengan pupuk

kandang dan tanpa pupuk kandang memiliki perbedaan. Pada tanaman yang

diberi perlakuan pupuk kandang sekaligus pupuk kimia memperlihatkan gejala

defisiensi unsur hara lebih rendah dibanding perlakuan pemupukan hanya

dengan pupuk kimia saja. Tanaman kelapa sawit, kakao, dan karet yang hanya

dipupuk dengan pupuk kimia pertumbuhannya kurang begitu baik dibanding

perlakuan dengan pupuk kandang. Penggunaan pupuk kandang dapat menekan

gejala penyakit pada tanaman. Hal ini disebabkan kandungan hara pada pupuk

kandang lebih kompleks dibanding pupuk kimia. Pupuk kandang adalah

pupuk organik yang nantinya akan terdekompisisi. Pupuk kimia (pupuk

anorganik) memiliki kandungan hara yang disesuaikan dengan kebutuhan

Page 83: TBT Semusim Dan Tahunan

83

tanaman, sehingga meski terdiri dari beberapa zat hara hanya satu yang paling

dominan. Jadi, kebutuhan hara pada tanaman kelapa sawit, kakao, dan karet

kurang tercukupi unsur-unsurnya. Walaupun pupuk kimia lebih cepat dalam

mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Praktikum teknologi budidaya tanaman tahunan, yaitu kelapa sawit,

kakao, dan karet memperlihatkan hasil yang lebih baik pada perlakuan

pemupukan kandang serta kimia dibanding perlakuan pupuk kimia saja. Hal

ini dikarenakan unsur hara pada pupuk kandang lebih kompleks. Hara yang

lebih kompleks tersebut, sehingga unsur hara yang dibutuhkan tanaman kelapa

sawit, kakao, dan karet tercukupi dan tidak hanya ada unsur yang tercukupinya

lebih dominan seperti pada penggunaan pupuk kimia.

F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Komoditas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)

1) Tinggi tanaman kelapa sawit dari daun terpanjang 354 cm, tinggi

batangnya 166 cm, diameter batang 54,14 cm, panjang pelepah

sampai petioli 274 cm, panjang pelepah total 302 cm dengan jumlah

daun 179 buah.

2) Batang kelapa sawit berbentuk bulat panjang dan pada umumnya

pangkal batang agak membesar yang disebut bowl.

3) Tanaman kelapa sawit memiliki bunga jantan dan bunga betina.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon

(monoecious diclin).

4) Bunga kelapa sawit tersusun berbentuk karangan bunga yang

disebut tandan bunga. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,

sedangkan bunga betina agak bulat. Bunga jantan memiliki bentuk

lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan

mekar. Bunga jantan terdiri dari tangkai bunga, serbuk sari, dan

Page 84: TBT Semusim Dan Tahunan

84

kelopak bunga. Bunga betina terdiri dari tangkai kepala putik,

kelopak bunga, kepala putik, dan tandan bunga.

5) Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras

(epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan

mengandung minyak, kulit biji (endocarp) atau cangkang atau

tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm)

yang berwarna putih dan mengandung minyak.

6) Defisiensi unsur hara tanaman kelapa sawit, yaitu kahat unsur N, P,

dan K. Kahat N gejalanya warna daun pucat, dan menguning. Kahat

P gejala anak daun dan pelepah menjadi kemerah-merahan. Kahat K

gejala daun tua orange seperti tembus pandang. Bagian anak daun

mengering (nekrosis).

7) Hama tanaman kelapa sawit adalah belalang, ulat.

8) Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi membersihkan gulma,

membuat piringan, dan pemupukan.

b. Komoditas Kakao

1) Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon,

di alam dapat mencapai ketinggian 10 meter.

2) Daun kakao merupakan daun tunggal (folium simplex). Bunga pada

tanaman coklat memiliki kelamin dua (hermaproditus). Buah pada

tanaman kakao termasuk dalam buah buni (bacca), yaitu buah yang

dindingnya mempunyai dua lapisan, yang terdiri dari lapisan luar

yang tipis agak menjangat atau kaku seperti kulit dan lapisan dalam

yang tebal, lunak, dan berair.

3) Daun pada tanaman kakao yang defisiensi unsure hara N menjadi

menguning dan mengering.

4) Pemeliharaan tanaman kakao terdiri dari pengendalian gulma,

membuat piringan, pemupukan, dan pemangkasan.

5) Tanaman kakao tampak daun menguning karena kahat unsur N dan

kecoklatan karena kahat Mg.

6) Hama tanaman kakao adalah ulat, semut, belalang, laba-laba.

Page 85: TBT Semusim Dan Tahunan

85

c. Komoditas Karet

1) Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman tahunan

komoditi perkebunan yang membutuhkan teknik budidaya yang

baik dan benar agar memperoleh produksi yang optimal.

2) Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan

yang tinggi di atas. Batang tanaman ini mengandung getah yang

dikenal dengan nama lateks.

3) Pemeliharaan tanaman kakao terdiri dari pengendalian gulma,

membuat piringan, pemupukan, dan pemangkasan.

4) Tanaman karet mengalami defisiensi unsur hara N.

5) Hama tanaman karet adalah belalang.

2. Saran

a. Sebaiknya dalam praktikum menggunakan tanaman kelapa sawit yang

sudah berbunga dan berbuah agar dapat melihat morfologi buah dan

bunga secara langsung.

b. Sebelum melakukan pemupukan terlebih dahulu melakukan analisis

unsur hara.

c. Sebaiknya dalam kegiatan pemeliharaan tanaman tahunan melakukan

teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Sebaiknya diadakan praktikum LSU sehingga dapat membandingkan

diagnosa defisiensi unsur hara secara visual dan morfologis.

Page 86: TBT Semusim Dan Tahunan

86

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah. 2007. Beberapa Metode Penentuan Jenis Tanah Pada Kelapa sawit . Vol XII No 26. 2006.

Anwar, Chairil. 2005. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. PT. FABA Indonesia Konsultan. Jakarta.

Balai Penelitian Sembawa, 2005. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa, Palembang.

Basuki, I dan I Made Wisnu. 2008. Inovasi Teknologi Budidaya Tanaman Kakao di Laboraturium Agribisnis Prima Tani Kabupaten Lombok Barat. J. Agrosains 3(2) : 14 -26

Daniel, R. 2009. Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu untuk Produksi Kakao Berkelanjutan. http://www.ag.gov.au/cca. Diakses pada tanggal 28 Mei 2012.

Gardner,R.G.S, R.B. Parae dan R.L. Mitchell. 2011. Fisiologi Tanaman Budidaya. J. Penelitian Tanaman Industri vol 8(3) hal 73.

Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Page 87: TBT Semusim Dan Tahunan

87

Haris, N. 2005. Kemiripan genetik klon karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg. berdasarkan metode Amplified Fragment Length Polymorphisms (AFLP). Menara Perkebunan Vol. 7 (1) : 1-15.

Jones Jr. 2012. Plant Analysis and Material Function of Elaeis guineensis1308. http://www.plantphysiol.org. Diakses pada tanggal 12 Mei 2012.

Mulyana, A. 2009. Kajian model subsisi bunga giro pemerintah daerah sebagai salah satu alternatif upaya pembangunan perkebunan karet rakyat. Jurnal Agribisnis & Industri pertanian, vol 2 (2), hal 1-9. Fakultas pertanian, Universitas Sriwijaya.

Nair, P.K.R. 2006. Agroforestry Systems in The Tropic. Kluwer Academic Publishers. London

Parhusip, A. B. 2008. Potensi Karet Alam Indonesia. http://potensikaret.blogspot.com . Diakses pada tanggal 13 Mei 2012.

Prabowo,Yudi.2007.Budidaya Karet. http://teknisbudidaya.blogspot.com. Diakses tanggal 28 Mei 2012.

Riwandi, 2005. Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Analisis Tanah dan Tanaman. Jurnal Akta. Vol 5(1): 27-34.

Semangun, H. 2005. Penyakit-penyakit Perkebunan Karet, Kakao dan Kelapa Sawit Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Setyamidjaja dan Djoehana. 2011. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

Soedono. 2006. Hama Tumbuh-tumbuhan. Penerbit CV.Yasaguna. Jakarta.

Soetomo. 2005. Pengaruh berbagai Stimulan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao. J. Agrifor vol 6 no 3 hal 22-37.

Sunanto. 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman Kakao. Penerbit Kanisius :Jakarta.

Supriadi, M. 2008. Adopsi teknologi usahatani karet oleh petani di dua tipe desa. Jurnal Penelitian Karet, 15 (2): 97- 118.

Sutandi. R. 2009. Mengenal Kelapa Sawit. http://ptpn-9 swt.com. Diakses 11 Mei 2012

Winarsih, Sri., J. Santoso, T. Wadiyarti. 2005. Regenerasi Embrio Zigotik Dan Transformasi Genetik Kakao Melalui Agrobacterium tumefaciens. Jurnal Pelita Perkebunan Vol. 20 (3) : 104-109.