tanggapan dan partisipasi masyarakat dalam …eprints.uny.ac.id/30518/2/upload skripsi full...
TRANSCRIPT
TANGGAPAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM
DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS)
DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
ANEISIA KHAIRAWATI SAPUTRA
NIM 11405244025
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
v
MOTTO
“sesungguhnya Alloh tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Ar-Rad 13: 11)
Expect for the Best, Plan for the Worst, and Action whatever it takes!
(Bong Chandra)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan
hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk
keabadian.”
(Pramoedya Ananta Toer)
Tidak ada pemberian ALLOH yang paling luas dan lebih dari pada
KESABARAN
(H.R Bukhari)
Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu ada Kemudahan
(Surat Al Insyiroh 94: 6)
Isoho Rumongso Ojo Rumongso Isoh
(Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim, teriring doa dan penuh rasa syukur
Alhamdulillah kehadirat Alloh SWT atas karunia dan ridho yang Engkau
berikan kepada hamba sehingga mampu menyelesaikan karya tulis
sederhana ini.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Ibu dan Bapakku, ibu Titik Paryanti dan Bapak Wahyu Saputra,
terimakasih atas doa dan pengorbanan yang selama ini tercurahkan.
Terimakasih telah memberikan segenap surga kasih sayang yang luar biasa
istimewa bagi putrimu, yang tak akan pernah terlupakan.
Simbahku, Mbah GitoWiharjo, terima kasih atas kasih saying dan doa-doa
yang tercurahkan selama ini untuk cucumu.
Kubingkiskan skripsi ini untuk:
Seluruh keluarga besar trah GitoWiharjo, tiada kata lain selain ucapan
terimakasih atas motivasi, dukungan moril serta doa yang tiada henti.
Adikku, NurHidayah Titik Saputra, semoga kau bias lebih hebat untuk
membanggakan dan membahagiakan orang tua kita. Terimakasih untuk
dukungan dan motivasi yang selama ini kau berikan.
Keluargaku muda-mudi kelompok Pereng, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan, doa dan semangat yang
diberikan selama ini.
Sahabat-sahabat seperjuangan Pendidikan Geografi NR 2011, terimakasih
atas dukungan, kerjasama dan kebersamaan selama ini.
Teman-teman HMPG Masa Bakti 2011/2012 dan 2012/2013 yang telah
mengajarkanku banyak pengalaman berorganisasi selama di bangku
perkuliahan.
Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta.
ii
TANGGAPAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM
DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS)
DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN
Oleh
Aneisia Khairawati Saputra
11405244025
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui: 1) Penerapan program Pamsimas di
Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. 2) Faktor pendukung dan faktor penghambat
dalam penerapan program Pamsimas. 3) Tanggapan masyarakat terhadap program
Pamsimas. 4) Partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas. 5) Upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Informan dalam penelitian ini adalah pengguna Pamsimas, Perangkat Desa, Tim
Fasilitator tingkat Kecamatan dan Dinas Sumber Daya Air serta ROOMS (Regional
Oversight Management Services) Pamsimas. Informan diambil purposive sampling
yang diambil dengan tujuan tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) a) penerapan program Pamsimas
melibatkan semua lapisan masyarakat tanpa membedakan gender dan status sosial.
b) bentuk penerapannya diawali dengan adanya sosialisasi dari Bappeda, diikuti dengan
tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan sampai pada tahap evaluasi. 2) faktor
pendukung program Pamsimas adalah swadaya masyarakat berupa dana, ide dan tenaga.
3) faktor penghambat:a) merasa kualitas air yang digunakan sudah layak untuk
dikonsumsi. b) penempatan tandon air yang belum menjangkau seluruh masyarakat.
c) ada masyarakat yang merusak fasilitas dengan cara membakar pipa saluran air.
3) tanggapan masyarakat terhadap Pamsimas: sebagian besar masyarakat setuju dengan
adanya Pamsimas. 4) partisipasi masyarakat: a) masyarakat mengikuti semua kegiatan
yaitu dari sosialisasi sampai evaluasi. b) masyarakat aktif dan lancar membayar iuran
setiap bulan. c) masyarakat menjaga fasilitas yang ada baik di sekitar rumah maupun
pipa utama. 5) upaya meningkatkan : a) menghilangkan budaya masyarakat BABS
(Buang Air Besar Sembarangan). b) pemerintah memberikan bantuan berupa dana.
c) pemerintah pusat memberikan bantuan dana untuk pengembangan Pamsimas ke tahap
selanjutnya.
Kata kunci : Tanggapan, Partisipasi Masyarakat dan Pamsimas
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul
“Tanggapan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kecamatan Prambanan Kabupaten
Klaten”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan untuk
dapat menuntut ilmu di UNY.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah berkenan memberikan izin penelitian
dalam penyusunan skripsi.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan izin penelitian
dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak Dr. Mukminan selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, motivasi,
dan arahannya sampai penelitian ini selesai.
5. Ibu Nurul Khotimah, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu dalam membimbing penyusunan tugas akhir ini.
6. Ibu Dr. Dyah Respati SS, M.Si selaku narasumber skripsi yang telah
memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak/ibu dosen Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Yogyakarta atas bekal ilmunya selama ini.
8. Bapak Agung Yulianto, S.E sebagai admin Jurusan Pendidikan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
9. Bapak-bapak Kepala Desa di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten yang
telah memberikan izin wawancara.
10. Bapak Sugeng Santoso, perwakilan fasilitator dari BAPPEDA Kabupaten Klaten
yang berkenan menjadi narasumber penelitian.
ix
11. Bapak dan ibu selaku masyarakat pengguna Pamsimas di Kecamatan Prambanan
serta seluruh informan yang telah memberikan waktu dan informasinya untuk
penelitian ini.
12. Bapak Ir. Wahyu Saputra dan Ibu Titik Paryanti, kedua orang tua saya yang
telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya.
13. Nur Hidayah, adik saya yang selalu memotivasi, membantu dan mendoakan
dalam melaksanakan proses penelitian di lapangan.
14. Keluarga besar dan teman-teman Pendidikan Geografi, khususnya kelas Non
Reguler 2011 yang telah memberikan doa, dukungan, dan bantuan dalam
melakukan penelitian.
15. Teman-teman muda-mudi Desa Pereng yang telah memberikan doa, motivasi
dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah berperan
serta membantu kelancaran dan terlaksanya penyusunan tugas akhir skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis sendiri, serta sebagai dharma bakti penulis kepada almamater tercinta.
Yogyakarta, 15 September 2015
Penulis
Aneisia Khairawati Saputra
NIM. 11405244025
x
DAFTAR ISI
Bab Halaman
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 8
C. Fokus Penelitian 9
D. Rumusan Masalah 10
E. Tujuan Penelitian 10
F. Manfaat Penelitian 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 13
A. Kajian Teori 13
1. Kajian Geografi 13
a. Pengertian Geografi 13
b. Konsep Geografi 14
c. Pendekatan Geografi 20
B. Kajian Tentang Pamsimas 22
1. Pengertian Pamsimas 22
2. Landasan Yuridis Pemberdayaan Program Pamsimas 25
xi
3. Faktor Penghambat atau Kendala 26
C. Kajian Tanggapan 27
D. Kajian Partisipasi Masyarakat 28
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat 28
2. Bentuk Partisipasi 31
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi 32
4. Tahap Partisipasi 34
5. Partisipasi Masyarakat dalam Program Pamsimas 36
E. Kerangka Berpikir 41
BAB III METODE PENELITIAN 44
A. Desain Penelitian 44
B. Subjek Penelitian 44
C. Tempat dan Waktu Penelitian 46
D. Teknik Pengumpulan Data 47
E. Instrumen Penelitian 50
F. Teknik Analisis Data 50
G. Keabsahan Data 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55
A. Deskripsi Wilayah Kecamatan Prambanan 55
1. Kondisi Fisiografis 55
2. Kondisi Demografis 67
3. Kondisi Sosial dan Ekonomi Kecamatan Prambanan 76
4. Kondisi Sarana dan Prasarana 76
5. Kondisi Ekonomi 80
B. Pembahasan 84
1. Pamsimas di Kecamatan Prambanan 84
2. Karakteristik Informan 88
3. Penerapan Program Pamsimas 100
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Pamsimas 112
xii
5. Tanggapan Masyarakat terhadap program Pamsimas 117
6. Partisipasi Masyarakat dalam program Pamsimas 119
7. Upaya meningkatkan 121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 125
A. Kesimpulan 125
B. Saran 127
DAFTAR PUSTAKA 129
LAMPIRAN 131
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 1. Penelitian Relevan 39
Tabel 2. Informan Penelitian 46
Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian 47
Tabel 4. Klasifikasi Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Fergusson 61
Tabel 5. Kondisi Curah Hujan di Kecamatan Prambanan Tahun 2005-2014 62
Tabel 6. Penggunaan Lahan Kecamatan Prambanan 66
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Jenis Kelamin 68
Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Prambanan Menurut Desa dan Jenis Kelamin 70
Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Kelompok Umur 71
Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur 72
Tabel 11. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Pendidikan 74
Tabel 12. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan Mata Pencaharian 76
Tabel 13. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Prambanan 77
Tabel 14. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Prambanan 78
Tabel 15. Jumlah Fasilitas Olahraga di Kecamatan Prambanan 80
Tabel 16. Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Prambanan 82
Table 17. Jumlah Kelompok Tani Ikan Air Tawar 83
Tabel 18. Jumlah Peternak Hewan di Kecamatan Prambanan 84
Tabel 19. Jumlah Pengguna Pamsimas Setiap Desa 87
Tabel 20. Tabel Perbandingan Jumlah Pengguna Pamsimas dan Belum Menggunakan Pamsimas 88
xiv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 1. Model Kerangka Berfikir 43
Gambar 2. Model Analisis Data 52
Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Prambanan Peta Lokasi Penelitian 58
Gambar 4. Peta Jalur Pipa Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten 101
Gambar 5. Dokumentasi Penelitian 142
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air adalah substansi yang paling melimpah di permukaan bumi. Air
merupakan komponen utama bagi semua makhluk hidup dan merupakan
kekuatan utama secara konstan membentuk permukaan bumi. Air juga
merupakan faktor penentu dalam pengaturan iklim di permukaan bumi untuk
kebutuhan hidup manusia. Salah satu sifat khusus air adalah sangat mudah
berubah wujud. Air dapat dijumpai di planet bumi dalam 3 bentuk, padat, cair
dan gas. Ketiga wujud air ini berpengaruh sangat penting bagi siklus hidrologi.
Air di bumi berada pada lapisan atmosfer yang disebut hidrosfer yang meliputi
ketinggian antara 1-15 km di atas permukaan tanah. Air tersebut tersimpan di
laut dalam bentuk es, sebagai air permukaan dan di atmosfer bumi. Air di
atmosfer berupa massa uap air yang merupakan suatu fase dari siklus hidrologi
(Indarto, 2010: 3-6).
Air merupakan zat esensial untuk kehidupan, air yang memungkinkan
adanya kehidupan di bumi ini. Tubuh makhluk hidup sebagian besar terdiri dari
air, kecuali makhluk hidup dalam bentuk biji dan spora, air juga berfungsi
sebagai zat pelarut di dalam tubuh manusia, sebagai reaksi kimia dalam
metabolisme dalam bentuk air seni. Penguapan air dari tubuh merupakan
pengatur suhu tubuh yang efektif. Adanya bermacam fungsi air yang esensial
2
untuk kehidupan, untuk itu makhluk hidup harus terus menerus mendapatkan air
(Uwe Neis, 1993 : 25).
Air merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup termasuk manusia.
Kebutuhan akan air tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam sumber,
antara lain: menampung air hujan, air permukaan, ataupun air tanah (Indarto,
2010: 7). Berdasarkan berbagai sumber air tersebut masyarakat banyak
menggunakan air tawar yang berasal dari air tanah sebagai pemenuhan
kebutuhan kehidupan mereka. Air menjadi sumber daya yang penting untuk
mendukung kehidupan, keberadaan air tidak hanya cukup memenuhi syarat
jumlah yang banyak secara kuantitas tetapi juga memiliki kualitas yang baik.
Masyarakat seringkali memandang kebutuhan air sudah cukup terpenuhi apabila
ada jumlah yang cukup banyak, sedangkan kualitasnya kurang diperhatikan.
Menurut Djauhari Noor (2005: 76), pemanfaatan air bagi kebutuhan air
minum harus memenuhi standar kualitas kesehatan. Sumber daya air baru dapat
dikatakan layak minum apabila unsur-unsur yang dikandungnya sudah
memenuhi standar baku mutu air layak minum yang bebas dari mineral-mineral
yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Di samping itu hal yang perlu
diketahui adalah dari mana sumber air itu berasal, apakah air tersebut telah
tercemar atau terkontaminasi oleh unsur-unsur logam berat atau tidak. Sumber
daya air, baik yang berasal dari daratan (sungai, mata air, danau) maupun bawah
tanah (air artesis) tidaklah otomatis dapat diminum langsung tanpa dilakukan
analisa unsur.
3
Pada masa yang akan datang kemungkinan kebutuhan air tanah akan
semakin besar yaitu untuk kebutuhan domestik (rumah tangga penduduk).
Pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan hidup manusia baik kebutuhan rumah
tangga, tidak hanya cukup memperhatikan dari segi kuantitas saja, tetapi juga
kualitas yang sesuai dengan baku mutu. Oleh karena itu, kualitas air tanah yang
akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut juga penting untuk
diketahui. Pemenuhan kebutuhan sumber daya air yang besar tentunya tetap
harus dilakukan dengan memperhatikan batas aman pengambilan air tanah. Hal
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat
pemanfaatan air tanah yang melebihi daya dukungnya antara lain penurunan
muka air tanah, intrusi, hingga terjadinya penurunan permukaan lahan dan banjir
pasang air laut.
Air dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian sebagai irigasi sawah,
peternakan dan perikanan. Adanya pemanfaatan air tersebut membuat air
semakin banyak dibutuhkan masyarakat untuk terus dapat memenuhi
kelangsungan hidupnya. Pada sektor perikanan air berperan penting sebagai
wahana untuk hidup, tinggal dan berkembang biak. Di sektor perikanan, air
limbah dari perikanan akan menimbulkan pencemaran lingkungan jika tidak
ditangani dengan benar. Pencemaran ini menyebabkan sebagian besar sumur-
sumur dan mata air di desa menjadi tercemar dan menimbulkan bau.
Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai
Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk
4
yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar sebesar 50 % pada
tahun 2015. Berdasarkan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU
No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemeritah Daerah, maka pemerintah daerah bertanggungjawab penuh untuk
memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing,
termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. Bagi daerah-daerah dengan wilayah
perdesaan relatif luas, berpenduduk miskin relatif banyak dan mempunyai
kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas,
sehingga memerlukan dukungan finansial untuk membiayai investasi yang
dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanannya kepada
masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana,
maupun investasi non-fisik yang terdiri dari manajemen, teknis dan
pengembangan sumber daya manusia.
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(Pamsimas) merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan
daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air
minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama
dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan
melalui air dan lingkungan. Ruang lingkup kegiatan Program Pamsimas
mencakup 5 (lima) komponen proyek yaitu :
a. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal
b. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi
5
c. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum
d. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota dan
e. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek
Suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan akan
efektif dan berkelanjutan bila berbasis pada masyarakat melalui pelibatan
seluruh masyarakat dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap
kebutuhan masyarakat (demand responsive approach). Proyek yang tanggap
terhadap kebutuhan berarti bahwa proyek menyediakan sarana dan kegiatan-
kegiatan yang masyarakat inginkan, bersedia untuk berkontribusi dan
membiayai; dan dapat mengelola dan memelihara sehingga terbentuk rasa
memiliki (sense of ownership) terhadap kegiatan yang dilakukan dan mengelola
secara sukarela. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha pemberdayaan
masyarakat, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan,
melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang telah
dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di
masyarakat dan lingkungan sekolah (http://new.pamsimas.org).
Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat) merupakan salah satu program PNPM (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Pendukung dalam rangka menciptakan
masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat dimana masyarakat peserta program berperan sebagai
pelaku utama dan penentu dalam seluruh proses persiapan, perencanaan,
6
pelaksanaan dan pemeliharaan. Proses yang mengajak masyarakat dalam
menemukenali berbagai persoalan dan penyakit terkait air dan sanitasi,
kemudian dibimbing untuk melakukan berbagai langkah pencegahannya
termasuk menyiapkan sarana yang dibutuhkan seperti air minum dan sanitasi
akan membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat yang pada gilirinnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
terutama menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan
melalui air dan lingkungan yang akhirnya akan tercipta hidup bersih dan sehat.
Oleh sebab itu kegiatan program Pamsimas mencakup pemberdayaan
masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal; peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat; penyediaan sarana air minum; pengembangan kapasitas pelaku
Pamsimas melalui promosi, pelatihan, lokakarya dan bimbingan teknis.
Kabupaten Klaten menjadi salah satu tempat pelaksanaan program
Pamsimas. Karakteristik air yang ada di Kabupaten Klaten ialah berwarna putih
keruh, bila digunakan untuk mencuci pakaian lama kelamaan akan berubah
warna menjadi kekuningan dan terdapat endapan bila didiamkan beberapa saat
sebelum dipakai. Kecamatan Prambanan merupakan salah satu Kecamatan yang
ada di Kabupaten Klaten yang telah mendapat bantuan program Pamsimas. Di
Kecamatan Prambanan program Pamsimas ini telah mencakup beberapa desa.
Desa yang telah dijangkau oleh program Pamsimas sebanyak 5 desa yaitu Desa
Sanggrahan yang sudah mencapai tahap pengembangan, Desa Pereng, Desa
Kotesan, Desa Cucukan dan Desa Sengon yang baru sampai tahap pembangunan
7
dan baru beroperasi beberapa bulan. Pembangunan yang ada di Kecamatan
Prambanan berdasarkan karakteristik yang ada pada setiap desa tersebut.
Pembangunan tandon air dilakukan berdasarkan kualitas dan kuantitas air yang
ada.
Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan air
bersih di Kecamatan Prambanan masih kurang optimal untuk masyarakat, hal ini
ditandai dengan mengeringnya beberapa air sumur dan mata air yang ada di
sekitar masyarakat pada musim kemarau. Di Desa Pereng, rumah warga yang
berdekatan dengan aliran sungai, menyebabkan sebagian warga berpikiran
praktis, yaitu dengan melakukan kegiatan seperti mandi, buang air dan mencuci
lebih mudah di sungai, selain tidak membutuhkan biaya. Tidak bisa dipungkiri,
meskipun sudah ada sosialisasi dari Pemerintah, masih tetap ada warga yang
memanfaatkan sungai untuk aktifitas MCK. Sebagian air tanah dimungkinkan
telah tercemar oleh limbah dari perikanan lele. Dari observasi, diketahui juga
bahwa perikanan lele yang berada di sekitar pekarangan tempat tinggal
masyarakat, limbahnya dibuang secara langsung dan tidak diolah terlebih
dahulu. Limbah dari perikanan lele ini dimungkinkan juga mempengaruhi
kualitas air sumur di sekitar lokasi perikanan.
Permasalahan lain yang dijumpai di lapangan adalah terbatasnya
prasarana dan sarana air bersih, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk
mendukung kegiatan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan
adanya keluarga yang tidak memiliki sumur pribadi sehingga untuk pemenuhan
8
kebutuhan air untuk kegiatan sehari-hari mengandalkan air dari sumur keluarga
yang lain. Adanya permasalahan tersebut, maka program Pamsimas mulai
masuk ke desa-desa di Kecamatan Prambanan.
Adanya layanan Pamsimas yang belum menjangkau di seluruh daerah
menyebabkan masih kurangnya sosialisasi tentang dana swadaya masyarakat
dalam program Pamsimas. Dana swadaya yang digerakkan oleh masyarakat ini
digunakan sebagai dana pemeliharaan fasilitas yang digunakan oleh Kepala
Keluarga pengguna program Pamsimas. Adanya dana tersebut diharapkan dapat
membangun masyarakat agar mempunyai rasa memiliki sehingga bila ada
kerusakan masyarakat dapat berpartisipasi untuk menyampaikan kerusakan,
kekurangan atau memperbaikinya sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “TANGGAPAN DAN PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KECAMATAN
PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN”
B. Identifikasi masalah
1. Masih kurang tersedianya pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat
di Kecamatan Prambanan.
2. Mengeringnya air sumur dan mata air yang ada di sekitar masyarakat pada
saat musim kemarau.
9
3. Sebagian air tanah di Kecamatan Prambanan dimungkinkan telah tercemar
oleh limbah dari perikanan lele.
4. Respon yang beragam dari masyarakat pada program Pamsimas.
5. Terbatasnya prasarana dan sarana air bersih baik secara kualitas maupun
kuantitas terutama sarana pendukung kegiatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
6. Program Pamsimas yang belum menjangkau di seluruh desa.
7. Masih kurangnya sosialisasi tentang dana swadaya masyarakat dalam
program Pamsimas.
8. Distribusi air terkendala oleh topografi pada setiap desa.
9. Kurangnya tenaga dari pihak pemerintah, sehingga banyak peran ganda yang
dimiliki oleh para pelaksana.
10. Beberapa aktifitas mandi cuci kakus yang dilakukan di sungai.
C. Fokus Penelitian
Dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi di atas, maka fokus
penelitian ini yaitu pengguna Pamsimas yang mencakup :
1. Penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan program
Pamsimas di Kecamatan Prambanan.
3. Tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten.
10
4. Partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan
Kabupaten Klaten.
5. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di
Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah diuraikan di
atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan?
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan program
Pamsimas di Kecamatan Prambanan?
3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten?
4. Apa saja partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten?
5. Bagaimana upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program
Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan.
11
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan program
Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
3. Tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten.
4. Partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di Kecamatan Prambanan
Kabupaten Klaten.
5. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pamsimas di
Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
F. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
dalam kajian ilmu geografi khususnya hidrologi.
b. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang berminat mengadakan
penelitian sejenis.
2. Manfaat praktis
a. Bagi masyarakat di tempat penelitian ini dapat memberikan informasi baru
mengenai kajian pemanfaatan air tanah yang berkualitas dan sesuai dengan
kuantitas.
b. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi
dalam pengambilan kebijakan, terutama mengenai masalah yang berkaitan
12
dengan air minum dan sanitasi masyarakat serta untuk mengambil
langkah-langkah terbaik yang dapat digunakan untuk menanggulangi
permasalahan sumber daya air yang terjadi.
3. Manfaat dalam bidang pendidikan
Berdasarkan kurikulum mata pelajaran Geografi untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA/MA) khususnya kelas X semester genap, terkait Standar
Kompetensi (SK) menganalisis unsur-unsur geosfer dan Kompetensi Dasar (KD)
mengalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, maka
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengayaan untuk mendukung
pembelajaran.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kajian geografi
a. Pengertian geografi
Pengertian geografi menurut hasil Seminar Lokakarya tahun 1988
di IKIP Semarang, geografi adalah ilmu yang mempelajari perbedaan
dan persamaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan
dan kewilayahan dalam konteks keruangan (Suharyono dan Moch.
Amien, 1994:15).
Menurut Bintarto (1991:30), Geografi merupakan studi yang
mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun
yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui
pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan
program, proses dan keberhasilan pembangunan.
Dari dua pengertian tentang geografi di atas dapat disimpulkan
bahwa geografi mengkaji tentang hubungan antara manusia dengan
keadaan alam dalam upaya manusia mempertahankan kehidupan,
namun juga menjaga kelestarian alam tersebut.
14
b. Konsep Geografi
Geografi sebagai suatu ilmu juga memiliki apa yang disebut
dengan konsep geografi. Para ahli geografi Indonesia pada seminar dan
lokakarya yang diselenggarakan di Semarang tahun 1989 dan 1999
telah merumuskan 10 konsep geografi yang meliputi : konsep lokasi,
jarak, keterjangkauan, pola, morfologi, aglomerasi, nilai kegunaan,
interaksi atau interdependensi, differensiasi area, dan keterkaitan
keruangan (Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 26-35). Penelitian ini
menggunakan beberapa konsep geografi agar tidak keluar dari batasan
geografi dan untuk membedakan dengan penelitian pada bidang lain.
1) Konsep lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang
sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi cirri khusus ilmu
atau pengetahuan geografi, dan merupakan jawaban atas
pertanyaan pertama dalam geografi, yaitu ‘di mana?’.
Secara pokok ada dua lokasi yaitu lokasi absolut dan
lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukkan letak yang tetap
terhadap sistem grid atau koordinat. Untuk penentuan lokasi
absolut. Di muka bumi dipakai sistem koordinat garis lintang dan
garis bujur yang telah disepakati bersama dan derajatnya dihitung
dari garis ekuator untuk garis lintang dan garis meridian yang
melalui kota Greenwich untuk garis bujur.
15
Lokasi relatif lebih penting artinya dan lebih banyak
dikaji dalam geografi serta lazim juga disebut sebagai letak
geografis (walau ada juga yang memakai sebutan letak geografis
untuk letak yang dinyatakan dengan garis lintang dan garis
bujur). Arti lokasi ini berubah-ubah bertalian dengan keadaan
daerah sekitarnya. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa lokasi
penelitian berada di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
2) Konsep Jarak
Jarak sangat erat kaitannya dengan lokasi sehingga
mempunyai arti bagi segala segi kehidupan manusia dan
merupakan faktor pembatas yang bersifat alami, karena nilai
suatu obyek dapat ditentukan oleh jaraknya terhadap suatu obyek
lain. Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan
kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan (air, tanah subur,
pusat pelayanan) pengangkutan barang dan penumpang. Seperti
halnya lokasi, jarak juga di bagi menjadi dua, yaitu jarak absolut
dan jarak relatif. Jarak absolut adalah jarak dua tempat yang
diukur berdasarkan garis lurus di udara dengan memperhatikan
skala peta, sedangkan jarak relatif disebut juga jarak tempuh, baik
yang berkaitan dengan waktu maupun biaya angkut yang
diperlukan.
16
Konsep jarak dalam penelitian ini digunakan berkaitan
dengan jarak tiap pos penampungan air di wilayah tersebut.
Analisis lain yang dilakukan dengan konsep ini adalah posisi pos
penampungan air yang dapat mempengaruhi jumlah volume air
yang di alirkan kepada Kepala Keluarga pengguna. Ukuran pipa
untuk mengalirkan air juga mempengaruhi terhadap volume air
dari pos penampungan kepada Kepala Keluarga pengguna.
3) Konsep Keterjangkauan
Konsep keterjangkauan dalam geografi tidak selalu
berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi
medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang
dapat dipakai. Konsep keterjangkauan dalam penelitian ini
berkaitan dengan aksesibilitas di Kecamatan Prambanan sebagai
tempat pelaksana program Pamsimas.
4) Konsep Pola
Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau
persebaran fenomena dalam ruang muka bumi baik fenomena
yang bersifat alami (aliran sungai, persebaran, vegetasi, jenis
tanah, curah hujan) atau fenomena sosial budaya (permukiman,
persebaran penduduk, pendapatan, mata pencaharian, tempat
tinggal). Dalam penelitian ini konsep pola digunakan untuk
17
mengidentifikasi jenis pola persebaran penduduk yang ada di
daerah penelitian.
5) Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan antara daratan
muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah
(secara geologis) yang lainnya disertai erosi dan sedimentasi
sehingga ada yang berbentuk pulau-pulau, lereng, lembah, dan
dataran aluvial. Morfologi juga berkaitan dengan erosi dan
pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaaan air
serta jenis vegetasi yang dominan. Konsep ini berkaitan dengan
lokasi penelitian yaitu pengaruh morfologi setiap pos
penampungan air terhadap distribusi air kepada Kepala Keluarga
pengguna di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
6) Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang
bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit
yang paling menguntungkan baik mengingat kesejenisan gejala
maupun adanya faktor-faktor umum yang menguntungkan.
Konsep ini berkaitan dengan lokasi penelitian yang membentuk
suatu kelompok pada setiap desa penerima Pamsimas dipengaruhi
oleh letak tandon pada setiap desa.
18
7) Konsep Nilai Kegunaan
Konsep nilai kegunaan atau sumber-sumber di muka bumi
bersifat relatif atau tidak sama bagi semua orang atau golongan
tertentu. Konsep nilai kegunaan dalam penelitian ini berkaitan
pada pemanfaatan air tanah yang sesuai dengan kebutuhan
perseorangan dan ketersediaannya di alam.
8) Konsep Interaksi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi
antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Hal ini terjadi
karena setiap tempat mampu mengembangkan potensi sumber-
sumber serta kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang
ada di tempat lain. Sehingga memungkinkan terjadinya reaksi
antara satu tempat dengan tempat lain.
Konsep interaksi dalam penelitian ini menjelaskan
hubungan antara Kepala Keluarga pengguna program Pamsimas
dengan penyedia program Pamsimas. Interaksi antara pengelola
program Pamsimas dengan ketersediaan dan kualitas air tanah
yang digunakan oleh Kepala Keluarga pengguna program
Pamsimas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Interaksi
antara masyarakat Kepala Keluarga pengguna program Pamsimas
dengan ketersediaan dan kualitas air tanah yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
19
9) Konsep Differensiasi Area
Differensiasi area merupakan perwujudan unsur-unsur
atau fenomena lingkungan baik yang bersifat alami atau
kehidupan. Integrasi setiap fenomena menjadikan satu tempat
atau wilayah mempunyai corak tersendiri sebagai region yang
berbeda dari tempat atau wilayah lain. Konsep differensiasi area
dalam penelitian ini terkait dengan berbedanya pos penampungan
dan distribusi air kepada Kepala Keluarga pengguna di setiap
desa di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
10) Konsep Keterkaitan Keruangan
Konsep ini menunjukkan derajat keterkaitan persebaran
suatu fenomena yang lain di suatu tempat atau ruang, baik yang
menyangkut fenomena alam, tumbuhan maupun kehidupan
sosial. Konsep keterkaitan keruangan dalam penelitian ini
berkaitan dengan keadaan fisik seperti ketersediaan air tanah di
daerah penelitian dan kondisi sosial yaitu kebutuhan masyarakat
terhadap air dalam kehidupan rumah tangga. Kedua hal tersebut
saling berkaitan untuk menunjang terjaganya lingkungan daerah
penelitian supaya memiliki fungsi lestari.
20
c. Pendekatan Geografi
Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada
pendekatannya. Menurut Bintarto dan Surastopo Hadi Sumarno (1991:
12-30), terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam mengkaji ilmu
geografi, yakni :
1) Pendekatan Keruangan (spatial approach)
Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai
sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Ahli geografi akan
bertanya faktor-faktor apa yang menguasai pola penyebaran dan
bagaimana pola tersebut dapat diubah agar persebarannya terjadi lebih
efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam
analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama, penyebaran
penggunaan ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang
akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dicanangkan.
2) Pendekatan Kelingkungan (ecological approach)
Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan
lingkungan disebut ekologi. Oleh karena itu untuk mempelajari ekologi,
seseorang harus mempelajari organisme hidup seperti manusia, hewan
dan tumbuhan serta lingkungan seperti litosfer, hidrosfer dan atmosfer.
Selain dari itu organisme dapat mengadakan interaksi dengan organisme
hidup lain. Manusia merupakan satu komponen dalam organisme hidup
yang penting dalam proses interaksi, oleh karena itu timbul pengertian
21
ekologi manusia atau human ecology dimana dipelajari interaksi antara
manusia dan antara manusi dengan lingkungannya.
3) Pendekatan komplek kewilayahan (regional complex approach)
Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut
analisa komplek wilayah. Pada analisa sedemikian wilayah-wilayah
tertentu didekati atau dihampiri dengan pengertian area differentiation,
yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antara wilayah akan berkembang
karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, oleh
karena terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Pada
analisa sedemikian diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena
tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara variabel manusia dan
lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisa ekologi).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kelingkungan karena
berkaitan dengan interaksi masyarakat dengan lingkungan yaitu sebagai
sumber yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pendekatan kelingkungan ini merupakan pendekatan yang menyatakan
adanya interaksi antara komponen-komponen organisme dan
lingkungannya menjadi suatu kesatuan, karena setiap komponen
memiliki sifat tertentu yang menentukan peranannya dalam ekosistem.
Penelitian ini mengkaji partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas
di Kecamatan Prambanan.
22
2. KAJIAN TENTANG Pamsimas
a. Pengertian Pamsimas
Program Pamsimas merupakan salah satu program AMPL-BM
(Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat) di
Indonesia, Program Pamsimas adalah aksi nyata pemerintah (pusat dan
daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan
air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya
yang ditularkan melalui air dan lingkungan.
Ruang lingkup kegiatan Program Pamsimas mencakup 5 (lima)
komponen proyek yaitu :
1) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal;
2) Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan
Sanitasi;
3) Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum;
4) Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan
5) Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek.
Tujuan program Pamsimas adalah untuk meningkatkan akses
layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan
khususnya masyarakat di desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran
kota (peri-urban). Secara lebih rinci program Pamsimas bertujuan untuk:
1) Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat;
23
2) Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum
dan sanitasi yang berkelanjutan;
3) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan local
(pemerintah daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan
layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
4) Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang
pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis
masyarakat;
Sedangkan pemberdayaan masyarkat dalam Tugas dan Fungsi
MITRA yang terlibat program Pamsimas dapat dipahami sebagai
berikut:
1) Badan Perencanaan dan pembangunan nasional Bertanggung jawab
dalam melakukan koordinasi terhadap perencanaan yang dilakukan
oleh sektor terkait.
2) Departemen pekerjaan umum Direktur jendral Cipta Karya ditunjuk
sebagai penaggung jawab proyek Pamsimas secara teknis
keseluruhan dan melakukan pembinaan yang berkaitan dengan
konstruksi sarana yang dibangun.
3) Departemen kesehatan Direktur Jendral PP (Pemberantasan
penyakit) dan PL (Penyehatan Lingkungan) melakukan pembinaan
teknis terhadap program pengawasan kualitas air dan lingkungan
serta penyuluhan kesehatan.
24
4) Departemen dalam Negeri Direktur jendral pengembangan daerah
bertanggung jawab pembinaan koordinasi pelaksanaan di daerah.
Direktur jendral PMB (Pengembangan Masyarakat dan desa)
bertanggung jawab dalam pembinaan pemberdayaan masyarakat.
5) Departemen Keuangan Direktur jendral anggaran bertanggung jawab
dalam pembinaan kebijakan pengganggaran dana pinjaman, dana
hibah, dan dana pendamping.
Teknis pelaksanaan program Pamsimas ini terdiri dari tiga
bagian, yaitu :
1) Proses Pemilihan Lokasi Pada bagian ini akan dijelaskan tentang
bagaimana suatu lokasi dipilih untuk mengikuti proyek Pamsimas,
sehingga sejak awal dapat dikatakan bahwa prakarsa/inisiatif proyek
berasal dari masyarakat. Urutan kegiatan sebelum suatu lokasi dapat
dipilih untuk ikut serta dalam program Pamsimas, yaitu: Sosialisasi
proyek di tingkat Kabupaten Sosialisasi proyek di tingkat
desa/kelurahan Pernyataan minat masyarakat Penetapan desa/
kelurahan sebagai lokasi proyek.
2) Proses perencanaan dan implementasi proyek di masyarakat.Pada
bagian ini akan dijelaskan bagaimana suatu lokasi yang telah terpilih
untuk ikut serta dalam proyek Pamsimas melakukan kegiatanya
mulai dari tahap perencanaan yang dilakukan secara partisipatif oleh
masyarakat, serta tahap implementasinya.
25
3) Pengelolaan sarana air, sanitasi, dan program kesehatan oleh
masyaraklat, Pada bagian ini akan dijelaskan tentang bagaimana
desa/kelurahan melaksanakan kegiatan-kegiatan pada tahap pasca
proyek. Ketiga bagian di atas adalah kegiatan yang saling berkaitan,
dimana setelah dilakukan pemilihan lokasi kemudian dilakukan
proses perencanaan dan implementasi proyek yang bersangkutan,
sampai memasuki tahap akhir proyek.
Dalam pemberdayaan masyarakat implementasi program
Pamsimas. Didapatkan melalui sumber dana kredit IDA (International
Development Association) No. Cr. 4204-IND, Rupiah Murni
Pendamping dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/kota, dan
Dana Kontribusi Masyarakat.
b. Landasan Yuridis Pemberdayaan Program Pamsimas
Kebijakan dan perangkat peraturan sebagai bingkai untuk
pengembangan desa dalam pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan dan penyehatan lingkungan, ditunjang oleh semua pihak dari
Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah baik itu tingkat I atau Pemetintah
Daerah tingkat II dan Pemerintah Pusat serta dukungan dari organisasi
dunia yang terkait tentang pemberdayaan masyarkat dan penyehatan
lingkungan pedesaan. Untuk mewujudkan program tersebut diperlukan
landasan dari undang-undang maupun peraturan dari pemerintah.
Kebijakan tersebut antara lain :
26
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang
Sumber Daya Air
2) UU No 25 Tahun 2004 Tentang Sistim Perencanaan Pembangunan
Nasional
3) PP 72, 73 Tahun 2005 tentang Desa/Kelurahan.
4) Surat Edaran Bersama MENEG Perenc. Pemb. Nas./Kepala
Bappenas Dan MENDAGRI No. 1181/M.Ppn/02/2006 dan
050/244/Sj Tanggal 14 Feb 2006 Perihal Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2006.
5) Surat Mendagri No. 414.2/2435/Sj Tanggal 21 September 2005
Perihal Pedoman Umum Pengelolaan Pembangunan Partisipatif
6) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
7) Rencana Pembamngunan Jangka Menengah (Perpres No.7 Tahun
2005)
8) Rencanan Pemabangunan Jangka Menengah Daerah atau Rencana
Strategis Propinsi dan Rencana Strategis Kabupaten/ Kota.
c. Faktor Penghambat atau Kendala
Kendala dalam penanggulangan pelaksanaan program Pamsimas
yang dihadapi selama pelaksanaan program Pamsimas, yaitu: Pada aspek
perencanaan dan penjadwalan kegiatan kadang sulit dapat diikuti oleh
semua pihak yang terlibat. Pada aspek pelaksanaan, kebiasaan atau
perilaku masyarakat dan petugas yang kurang disiplin mengikuti
27
petunjuk pelaksanaan program Pamsimas. Penanganan masalah yang
dapat dilakukan adalah memberikan saran kepada pihak yang berwenang
dan berkompeten sebagai tindak lanjut penanganan masalah. Sepert i
Untuk jadwal yang tidak dapat diikuti oleh semua pihak terlibat, agar
kembali dilakukan penjadwalan ulang sehingga semua pihak yang
terlibat dapat hadir. Untuk kebiasaan masyarakat yang kurang disiplin,
dapat dilakukan sosialisasi kembali kepada masyarakat. Jika masyarakat
tidak disiplin maka program Pamsimas yang telah disepakati untuk
dicapai bersama tidak akan berjalan efektif.
Berdasarkan prinsip program Pamsimas, Berbasis masyarakat
yaitu Seluruh proses perencanaan Pamsimas seperti pemilihan kebutuhan
air dan pelaksanaan kegiatan menyertakan partisipasi aktif masyarakat.
Hal ini sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat atas sarana air minum
dan sanitasi, sehingga diharapkan sarana yang terbangun dipelihara dan
dikelola oleh masyarakat.
3. Kajian Tanggapan
Menurut Abdurachman (1988: 30), pandangan geografi mengenai
tanggapan adalah suatu istilah yang meliputi segala sesuatu sebagai jumlah
keseluruhan dari pengamatan, ingatan, sikap, preferensi dan faktor psikologis
lainnya yang ikut serta dalam pembentukan apa yang dinamakan kognisi
lingkungan. Tanggapan berupa perilaku yang muncul dikarenakan adanya
28
rangsangan dari lingkungan. Jika rangsangan dan respon dipasangkan atau
dikondisikan maka akan memebentuk tingkah laku baru tehadap rangsangan
yang dikondisikan. Tanggapan biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku
yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan.
Tanggapan merupakan perubahan sikap dan perilaku subjek tertentu
yang dipengaruhi oleh adanya rangsangan atau stimulus dari lingkungan.
Tanggapan bisa berupa tanggapan positif maupun negatif. Tanggapan positif
memunculkan persetujuan, sedangkan tanggapan negatif memunculkan
penolakan. Penelitian ini memebahas tentang tanggapan Kepala Keluarga
pengguna program Pamsimas.
4. Kajian Partisipasi Masyarakat
a. Pengertian Partisipasi Masyarakat
1) Partisipasi menurut Mubyarto dalam Taliziduhu Ndraha (1997:
102), adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap
program sesuai kemampuan setiap orang, tanpa berarti
mengorbankan kepentingan diri sendiri.
2) Partisipasi menurut Loekman Soetrisno (1995: 223), adalah
kerjasama yang erat antara perencanaan dan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan
hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini, ukuran
tinggi rendahnya partisipasi diukur dengan ada tidaknya hak
29
masyarakat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang
akan dibangun di suatu wilayah.
3) Menurut Simatupang (1970: 29-42) dalam Khairuddin (1992: 124)
memberikan rincian tentang partisipasi sebagai berikut:
(a) Partisipasi berarti apa yang dijalankan adalah bagian dari
usaha bersama yang dijalankan bahu-membahu dengan
saudara kita sebangsa dan setanah air untuk membangun
masa depan bersama.
(b) Partisipasi berarti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan
bersama di antara semua warga negara yang mempunyai latar
belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam Negara
Pancasila kita, atau dasar hak dan kewajiban yang sama
untuk memberi sumbangan demi terbinanya masa depan yang
baru dari bangsa kita.
(c) Partisipasi tidak hanya mengambil bagian dalam
pelaksanaan-pelaksanaan rencana pembangunan. Partisipasi
berarti memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita
mengenai pembangunan itu, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-
cita mengenai keadilan sosial tetap dijunjung tinggi.
(d) Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong kearah
pembangunan yang serasi dengan martabat manusia.
Keadilan sosial dan keadilan nasional dan yang memelihara
30
alam sebagai lingkungan hidup manusia, juga untuk generasi-
generasi yang akan datang.
4) Partisipasi menjadi amat penting menurut Moeljarto (1987) karena
beberapa alasan pembenar bagi partisipasi masyarakat dalam
pembangunan yaitu (Tjahya, 2000: 209-210):
(a) Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir
pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil
tersebut;
(b) Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi
untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang
menyangkut masyarakat.
(c) Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balikarus
informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi
daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap. Arus
informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya
pembangunan;
(d) Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari
mana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki;
(e) Partisipasi memperluas zone (wawasan) penerima proyek
pembangunan;
(f) Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan
pemerintah kepada seluruh masyarakat;
31
(g) Partisipasi menopang pembangunan;
(h) Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi
aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia;
(i) Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun
kemampuan masyarakat untuk pengelolaan program
pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah;
(j) Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak
demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan
mereka sendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan seseorang atau
anggota masyarakat dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
bersama.
b. Bentuk Partisipasi
Bentuk partisipasi menurut Taliziduhu Ndraha (1987: 102)
terbagi atas:
1) Partisipasi Vertikal
Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu
masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak
lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan,
pengikut, atau klien.
32
2) Partisipasi Horizontal
Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana
setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu
dengan yang lainnya.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Menurut Slamet (1993), partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang
untuk berpartisipasi antara lain (St. Rodliyah, 2013: 55-58) :
1) Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan akan
mempengaruhi partisipasi yang diberikan. Partisipasi yang diberikan
oleh laki-laki berbeda dengan partisipasi yang diberikan oleh
perempuan karena adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk
dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat antara
keduanya sehingga menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban.
2) Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap
seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada.
Perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas dalam
masyarakat menimbulkan adanya golongan tua dan golongan muda
yang berbeda dalam hal-hal tertentu. Struktur usia penduduk dapat
dilihat dalam satuan tahun atau yang disebut dengan umur tunggal.
33
3) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu cara untuk mengembangkan
ketrampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan dapat
membuat seseorang menjadi warga Negara yang baik. Pendidikan
dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan
kesejahteraan seluruh masyarakat. Latar belakang pendidikan yang
diperoleh seseorang akan mempengaruhi masyarakat dalam
berpartisipasi.
4) Pekerjaan
Pekerjaan (mata pencaharian) penduduk merupakan gambaran
kegiatan ekonomi suatu daerah sehingga maju mundurnya suatu daerah
dapat dilihat dari sektor ekonominya. Jenis pekerjaan seseorang akan
menentukan tingkat penghasilan dan mempengaruhi waktu luang
seseorang dalam berpartisipasi.
5) Pendapatan
Besar kecilnya pendapatan atau penghasilan akan mempengaruhi
partisipasi seseorang. Tingkat pendapatan atau penghasilan ini akan
mempengaruhi kemampuan financial seseorang untuk berpartisipasi
dalam suatu kegiatan, dalam hal ini kegiatan pengguna Pamsimas.
Partisipasi masyarakat ditinjau dari segi motivasinya, terjadi
karena (Khairuddin, 1992: 126) :
34
(a) Takut
Partisipasi dilakukan karena takut dengan perintah atasan
sehingga masyarakat terpaksa melaksanakan rencana yang telah
ditentukan.
(b) Ikut-ikutan
Partisipasi dilakukan karena rasa solidaritas tinggi antar anggota
masyarakat.
(c) Kesadaran
Partisipasi dilakukan karena kehendak dari pribadi anggota
masyarakat yang timbul dari hati nurani sendiri. Masyarakat sadar bahwa
pembangunan merupakan kepentingan bersama, sehingga mereka tidak
merasa terpaksa dan tidak hanya ikut-ikutan dalam melaksanakan suatu
kegiatan.
d. Tahap Partisipasi
Menururt Khairuddin (1992: 125) partisipasi dibagi dalam tiga
tahap, antara lain :
1) Partisipasi Inisiasi (Inisiation Participation) adalah partisipasi
yang mengundang inisiatif dari pimpinan desa, baik formal
maupun informal, ataupun dari anggota masyarakat mengenai
suatu proyek yang nantinya proyek tersebut merupakan
kebutuhan bagi masyarakat.
35
2) Partisipasi Legitimasi (Legitimation Participation) adalah
partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan
tentang proyek tersebut.
3) Partisipasi Eksekusi (Execution Participation) adalah partisipasi
pada tingkat pelaksanaan.
Tahap atau bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh
masyarakat adalah sebagai berikut (Tjahya, 2000: 212):
1) Partisipasi dalam identifikasi masalah
Partisipasi dalam tahap identifikasi masalah merupakan
keterlibatan masyarakat dalam mengenali kondisi daerah beserta
permasalahan yang dihadapi, sehingga pembangunan yang dilaksanakan
merupakan kebutuhan masyarakat setelah melihat permasalahan di
daerahnya.
2) Partisipasi dalam perencanaan
Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan keterlibatan
masyarakat dalam rangkan menentukan arah dan strategi serta
kebijaksanaan pembangunan. Partisipasi dalam tahap ini berfungsi untuk
memastikan bahwa kondisi dan kebutuhan setempat benar-benar
diperhatikan.
3) Partisipasi dalam pelaksanaan
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan merupakan keterlibatan
masyarakat secara langsung dalam proses kegiatan pembangunan yang
36
telah ditetapkan. Partisipasi masyarakat dalam tahap ini dapat berwujud
uang, barang dan tenaga karena biaya dari pemerintah tidak mencukupi.
4) Partisipasi dalam pemanfaatan dan pemeliharaan
Partisipasi dalam tahap pemanfaatan dan pemeliharaan hasil
merupakan keterlibatan masyarakat dalam memanfaatkan dan ikut serta
memelihara hasil pembangunan sehingga memiliki kewajiban untuk
memperbaiki apabila terjadi kerusakan.
5) Partisipasi dalam evaluasi hasil pembangunan
Partisipasi dalam tahap evaluasi merupakan keterlibatan
masyarakat dalammemberikan penilaian terhadap hasil pembangunan
sehingga dapat menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan pembangunan
selanjutnya.
e. Partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas pada penelitian ini
adalah (Tjahya, 2000: 212-216) :
1) Partisipasi masyarakat dalam tahap identifikasi masalah ialah
keterlibatan masyarakat dalam mengenali dan menggali
permasalahan yang ada. Partisipasi masyarakat pada tahap
identifikasi masalah dalam penelitian ini, diukur berdasarkan
indikator yang digunakan untuk partisipasi dalam identifikasi
masalah yaitu pengetahuan akan program Pamsimas, perolehan
informasi, keterlibatan dalam kegiatan identifikasi masalah,
aktivitas dalam kegiatan identifikasi masalah dan motivasi.
37
2) Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan merupakan
keterlibatan masyarakat dalam membahas suatu kegiatan yang
akan dilaksanakan. Partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan dalam penelitian ini, diukur berdasarkan keterlibatan
dalam kegiatan perencanaan, aktivitas dalam kegiatan perecanaan,
keterlibatan dalam penentuan kegiatan pada program Pamsimas.
3) Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan adalah keterlibatan
masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan.
Partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan dalam penelitian
ini, dapat dilihat dari keterlibatan dalam mengikuti kegiatan pada
program Pamsimas, bentuk sumbangan yang diberikan, dan
motivasi mengikuti program Pamsimas.
4) Partisipasi masyarakat pada tahap pengoperasian dan
pemeliharaan hasil ialah keterlibatan masyarakat dalam
memanfaatkan dan memelihara serta melakukan perbaikan
terhadap hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Partisipasi
masyarakat pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan hasil
dalam penelitian ini, dapat dilihat dari keikutsertaan masyarakat
dalam pemeliharaan dan pemanfaatan serta motivasi masyarakat
terlibat dalam program Pamsimas.
5) Partisipasi masyarakat pada tahap pengamanan lingkungan dan
sosial adalah keterlibatan masyarakat dalam pengamanan
38
lingkungan dan sosial terhadap kesesuaian setelah pembangunan
yang telah dilaksanakan. Partisipasi masyarakat pada tahap
pengamanan lingkungan dan social dalam penelitian ini dapat
dilihat dari dampak positif dan negative terhadap lingkungan dan
pengalihan fungsi lahan.
6) Partisipasi masyarakat pada tahap pemantauan, evaluasi dan
pelaporan adalah keterlibatan masyarakat dalam setiap pertemuan
yang membahas tentang kekurangan dan kelebihan terhadap
kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga dapat dilakukan
penilaian oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat pada tahap
evaluasi dalam penelitian ini, dapat dilihat dari keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan evaluasi, aktivitas dalam kegiatan
evaluasi, dan motivasi masyarakat terlibat dalam kegiatan
evaluasi program Pamsimas.
39
A. Penelitian yang relevan
Tabel 1. Penelitian yang relevan
No
.
Peneliti Jamzi Mordani/ Jurnal Skripsi/ UIN SULTAN SYARIF KASIM
RIAU/ 2014
1. Judul Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Desa Kampung
Panjang Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar
Tujuan a. untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan oleh
pemerintah desa, fasilitator Pamsimas dan masyarakat
dalam upaya Pemberdayaan Program Pamsimas.
b. untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam upaya
pemberdayaan masyarakat mengenai program Pamsimas.
Metode Deskriptif Kualitatif
Hasil
Penelitian
a. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui program
Pamsimas yang dilakukan pemerintah desa, fasilitator
Pamsimas dan Masyarakat adalah cukup mampu
diberdayakan, hanya pada program sanitasi air di tempat-
tempat umum hasilnya belum maksimal dilakukan
pemberdayaan masyarakat.
b. Manfaat dari program Pamsimas sudah dirasakan manfaat
oleh masyarakat berupa depot air minum Pamsimas yang
beroperasi setiap hari dan menjadi komsumsi air di
masyarakat desa Kampung panjang.
2. Peneliti Ibrahim Surotinojo/ Jurnal Tesis/ Universitas Diponegoro/ 2009
Judul Partisipasi Masyarakat Dalam Program Sanitasi Oleh Masyarakat
(SANIMAS) di Desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten
Boalemo, Gorontalo
Tujuan a. Untuk mengkaji bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam program SANIMAS.
Metode Deskriptif Kuantitatif
Hasil
Penelitian
a. Tingkat partisipasi cukup tinggi dalam bentuk tenaga
diberikan pada seluruh tahapan program SANIMAS,
sumbangan pikiran/ide dan material diberikan pada tahap
perencanaan dan pelaksanaan, partisipasi dalam bentuk
uang diberikan dalam tahap pelaksanaan dan pemanfaatan.
b. (1) Faktor-faktor internal yang mempengaruhi bentuk dan
tingkat partisipasi : faktor jenis pekerjaan, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan dan faktor pengetahuan
masyarakat.
(2) faktor eksternal yaitu pihak yang berkepentingan
terhadap program SANIMAS yang mempengaruhi bentuk
dan tingkat partisipasi masyarakat adalah pihak pemerintah
daerah, pengurus desa, tokoh masyarakat dan fasilitator.
40
3 Peneliti Evi Susanti/ Skripsi/ UNY/ 2014
Judul Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Mitigasi Bencana Di
Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi Desa
Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang
Tujuan a. Upaya mitigasi bencana yang tepat di KRB III Gunung
Merapi Desa Mranggen
b. Seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya
mitigasi bencana di Desa Mranggen
Metode Deskriptif Kuantitatif
Hasil
penelitian
a. 1) Upaya mitigasi struktural di Desa Mranggen membangun
Check Dam, Sabo Dam, Operit, Jembatan Gantung,
Tanggul/Bronjong, Talud/Drainase, dan Jalur Evakuasi.
2) Upaya mitigasi non-stuktural dengan meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana
berupa menyusun modifikasi Standar Operasional
Prosedur Penanggulangan Bencana Gunung Merapi,
penghutanan, dan Prosedur Evakuasi.
b. Tingkat Partisipasi masyarakat baik secara struktural dan non-
struktural tergolong dalam tingkatan sedang.
4 Peneliti Weni Lestari/ Skripsi/ UNY/ 2014
Judul Tingkat Partisipasi Pelaku Pariwisata Dalam Pengelolaan Sampah
Di Objek Wisata Pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan
Kretek, Kabupaten Bantul
Tujuan 1. Jenis sampah yang dihasilkan pelaku pariwisata
2. Partisipasi pelaku pariwisata dalam bentuk pengelolaan
sampah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pelaku
pariwisata dalam pengelolaan sampah
4. Tingkat partisipasi pelaku pariwisata terhadap pengelolaan
sampah di Objek Wisata Pantai Parangtritis
Metode Inferensial Kuantitatif
Hasil
penelitian
a. Jenis sampah yang dibuang di Objek Wisata Pantai
Parangtritis meliputi : sampah organik, sampah anorganik,
sampah spesifik.
b. Partisipasi pelaku pariwisata dalam bentuk pengelolaan
sampah meliputi: mengurangi timbunan, menggunakan
kembali, mendaur ulang, dan membuang.
c. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi pelaku
pariwisata meliputi: jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
lamanya tinggal
d. Tingkat partisipasi pelaku pariwisata dalam pengelolaan
sampah meliputi wisatawan hampir semua, partisipasi
tinggi pengelola rumah makan dan penginapan dalam
tingkat sedang.
41
B. Kerangka Berfikir
Air bagi masyarakat di Kecamatan Prambanan merupakan kebutuhan
yang sangat penting dan mendasar untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-
hari. Pada umumnya air memiliki peran penting sebagai bahan baku untuk
memenuhi segala kebutuhan setiap orang.
Kualitas air yang buruk dan kurang layak untuk dikonsumsi serta
sarana prasarana sanitasi atau jamban yang belum mencakup semua kalangan
menjadi alasan utama adanya program Pamsimas di Kecamatan Prambanan.
Pamsimas sendiri pengertiannya adalah Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat. Program Pamsimas mencakup tahap regular, tahap
replikasi dan tahap HID (Hibah Insentif Desa). Adanya Pamsimas di
Kecamatan Prambanan di sambut cukup baik dari masyarakat, sambutan
tersebut berupa tanggapan persetujuan dan penolakan.
Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Prambanan Kabupaten
Klaten. Cakupan wilayah yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 5 Desa
yang memperoleh dan menggunakan bantuan Pamsimas. Desa-Desa tersebut
yaitu Desa Sanggrahan, Desa Pereng, Desa Cucukan, Desa Kotesan dan Desa
Sengon. Desa Sanggrahan merupakan Desa yang telah memperoleh bantuan
sampai pada tahapan HID atau Hibah Insentif Desa. Desa-desa selain Desa
Sanggrahan merupakan desa yang baru sampai pada tahap pembangunan dan
pengoperasian beberapa bulan.
Desa-desa yang baru sampai pada tahap pembangunan dan
pengoperasian beberapa bulan masih memiliki jumlah Kepala Keluarga
42
pengguna lebih sedikit dibandingkan dengan desa yang telah sampai tahap
pengembangan atau HID. Pada tahapan awal desa-desa menemukan berbagai
macam faktor berupa faktor pendukung dan faktor penghambat.
43
43
Skema 1. Model Kerangka Berfikir
Kecamatan Prambanan
Penerapan Pamsimas
Tanggapan Masyarakat
terhadap Pamsimas
Faktor Pendukung
dan Penghambat
dalam Pamsimas
Partisipasi
masyarakat
Upaya meningkatkan
partisipasi masyarakat
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan
mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan
interpretasi atau analisis, hasil penelitian ini biasanya difokuskan untuk memberikan
gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti (Moh. Pabundu Tika, 2005: 4).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan tanggapan, faktor pendukung dan
penghambat pengguna Pamsimas dalam program Pamsimas di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik.
Individu atau organisasi, dalam ini tidak boleh diisolasikan kedalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya mengenai
pemberdayaan masyarakat dalam program Pamsimas di Kecamatan Prambanan
Kabupaten Klaten.
B. Subjek Penelitian
Sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
diperoleh. Subjek penelitian ini, yaitu:
1. Subjek penelitian utama
45
Subjek penelitian utama dalam penelitian ini adalah ketua Pamsimas pada
tiap desa, masyarakat atau pengguna Pamsimas, fasilitator dan Kepala Desa.
2. Subjek Pelengkap
Subjek penelitian pelengkap adalah individu-individu tertentu yang
diwawancarai untuk keperluan informasi yaitu orang-orang yang dapat
memberikan informasi atau keterangan atau data yang diperlukan peneliti.
Informan yang diambil diharapkan dapat memberikan informasi yang sebanyak
mungkin, sehingga data yang diambil benar-benar dapat mewakili terhadap
penelitian. Terkait dengan pemilihan informan, Spradlay dalam Bungin
(2003:54) kriteria menentukan informan sebagai berikut :
a) Subjek yang cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan
aktivitas yang menjadi informan.
b) Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi
perhatian peneliti.
c) Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk
diwawancarai.
d) Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau
dipersiapkan terlebih dahulu.
Subjek pelengkap dalam penelitian ini adalah Dinas Sumber Daya Air dan
ROOMS (Regional Oversight Management Services) Pamsimas. Teknik
pengambilan informan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan
informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Penelitian ini melibatkan
46
fasilitator, ketua Pamsimas pada tiap desa dan masyarakat pengguna Pamsimas
sebagai informan kunci. Hal ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
kelayakan untuk memenuhi persyaratan sebagai informan awal. Ketiga informan
tersebut mengetahui betul mengenai program Pamsimas di Kecamatan Prambanan
Kabupaten Klaten. Daftar informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2
berikut ini :
Tabel 2. Informan Penelitian
No Nama Keterangan
1. Bapak Soekirno Ketua BPSPAMS Desa Cucukan
2. Ibu Peti Suyatmi Pengguna PAMSIMAS
3. Bapak Suwali Ketua BPSPAMS Desa Sengon
4. Bapak Sunaryo Ketua BPSPAMS Desa Sanggrahan
5. Bapak Marjuki Ketua BPSPAMS Desa Kotesan
6. Bapak Tukul Nuriyanto Ketua BPSPAMS Desa Pereng
7. Bapak Heru Pramana Kepala Desa Cucukan
8. Bapak Supriyanto Perangkat Desa Cucukan
9. Bapak Agus Sumaryono Kepala Desa Sengon
10. Bapak Slamet Kepala Desa Kotesan
11. Bapak Joko Mulyono Kepala Dusun Kotesan merangkap menjadi
Kader Air Minum dan Pelestarian
Lingkungan
12. Bapak Topo Suwarno Kepala Desa Sanggrahan
13. Bapak Handaka Respati Kepala Desa Pereng
14. Bapak Sugeng Santoso Kepala Bidang Fisik dan Sarana di
BAPPEDA (Fasilitator Tingkat Kabupaten)
15. Bapak Wahid Agus Riyadi Fasilitator Masyarakat Tingkat Kecamatan
16. Bapak Wawan Supriyadi Fasilitator Masyarakat Tingkat Kecamatan
sumber: Data Primer
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten dari
bulan Januari sampai dengan Agustus 2015. Jadwal pelaksanaan penelitian yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut:
47
Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Uraian Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus
1. Obervasi
2. Pembuatan Proposal
3. Seminar
Proposal
4. Penelitian
5. Penyusunan
Laporan
Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahap pengumpulan data yaitu :
1. Observasi (pengamatan)
Penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung yaitu penelitian yang
dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau di tempat terjadinya peristiwa
sehingga observer berada bersama objek yang di teliti (Moh. Pabundu Tika, 2005:
44).
Observasi dalam penelitian ini digunakan dalam rangka memperoleh data
awal tentang cakupan wilayah yang akan diteliti. Observasi berguna untuk
mendapatkan gambaran awal dari lokasi yang akan dijadikan sebagai obyek
penelitian dengan memperhatikan fenomena yang ada di lapangan, serta mencari
data mengenai segala kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan Pamsimas dan
kebutuhan air di setiap Kepala Keluarga pengguna Pamsimas. Metode ini
digunakan peneliti dalam rangka untuk mendapatkan data awal yang menyangkut
48
daerah peneliti tentang keadaan pelayanan Pamsimas dan kebutuhan air di setiap
Kepala Keluarga pengguna Pamsimas secara riil di daerah peneliti.
Metode ini menggunakan instrumen berupa check list yang digunakan
dalam rangka mencari data awal tentang daerah penelitian, untuk mendapatkan
gambaran secara umum dengan memperhatikan keadaan riil atau fenomena yang
ada dilapangan serta tentang informasi dari Pamsimas. Check list adalah suatu
daftar berisi nama objek atau fenomena-fenomena yang akan diteliti atau diamati
(Moh. Pabundu Tika, 2005: 48). Instrumen berupa check list dalam penelitian ini,
digunakan untuk mengetahui keadaan program Pamsimas pada setiap desa yang
telah menerima Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
2. Wawancara mendalam
Wawancara adalah cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi
(data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara tatap muka (face to
face). Wawancara sering disebut sebagai proses komunikasi dan interaksi antara
pewawancara dengan responden (Bagong Suyanto & Sutinah, 2010: 69-70).
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara (pokok-pokok
informasi yang dibutuhkan). Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai tanggapan, faktor pendukung dan penghambat dalam program Pamsimas.
Data yang diperoleh dari teknik wawancara adalah data yang menjawab
perumusan masalah dalam penelitian ini, data-data tersebut adalah
a. Penerapan, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan
program Pamsimas
49
b. Tanggapan masyarakat pengguna Pamsimas, berupa tanggapan penolakan atau
persetujuan.
c. Partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas.
d. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini sebagai metode pelengkap yaitu mencari
data berupa catatan-catatan tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan
tujuan penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dokumentasi dapat berupa data
sekunder, foto maupun video mengenai program Pamsimas yang dapat diperoleh
dari instansi terkait dari lembaga pemerintah daerah. Metode ini digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data-data yang bersifat dokumenter. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian
kualitatif. Dokumentasi adalah teknik untuk mencari data dengan cara mencatat
data yang berfungsi sebagai data pendukung, seperti:
a. Data Monografi Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten dari Kantor
Kecamatan Prambanan.
b. Data pengelola program Pamsimas serta jumlah pengguna Pamsimas pada
tiap desa diperoleh dari tiap-tiap ketua Pamsimas di setiap desa.
c. Data mengenai indikator Pamsimas sukses, kategori tiap desa dari Pamsimas.
d. Dokumentasi berupa foto-foto selama peneliti mengadakan pengumpulan data
di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
50
E. Instrumen Penelitian
Berdasarkan pada teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, maka secara garis besar instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data yaitu menggunakan panduan wawancara yang sudah disusun
sebelumnya oleh peneliti. Sedangkan alat penunjang penelitian yang digunakan
antara lain kamera untuk merekam atau mendokumentasikan dalam bentuk visual
dan tape recorder sebagai alat dokumentasi dalam bentuk audio.
Dalam melakukan teknik wawancara terhadap informan, hendaklah
pertanyaan meliputi apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana
(Muhammad Idrus, 2009: 104). Instrumen penelitian ada di lampiran.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diimplementasikan. Sesuai dengan tujuan penelitian maka
teknik analisis data yang dipakai untuk mengalisis data dalam penelitian ini
adalah analisis kualitatif model interaktif sebagaimana diajukan oleh Miles dan
Huberman yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan/verifikasi (Huberman & Miles, 2007:15-20).
1. Pengumpulan data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek yaitu deskripsi dan
refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang berisi tentang apa yang
dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa
51
adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai.
Catatan refleksi yaitu catatan yang memuat kesan, komentar, dan tafsiran
peneliti tentang temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana
pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Guna mendapatkan catatan ini maka
peneliti melakukan wawancara beberapa informan.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan,
dan abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi, membuat
ringkasan atau uraian singkat dan menggolongkan data kedalam pola-pola
dengan membuat transkip penelitian untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang bagian yang tidak penting dan mengatur agar dapat
menarik kesimpulan.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun sehingga
memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka sajian data
dapat diwujudkan dalam bentuk bagan dan tabel sebagai wadah panduan
informasi tentang apa yang terjadi. Data disajikan sesuai dengan apa yang
diteliti.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami
makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau proporsi.
52
Kesimpulan yang telah ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan
mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh
pemahaman yang lebih tepat. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
didiskusikan. Cara tersebut memiliki validitas sehingga kesimpulan yang ditarik
menjadi kokoh. Model analisis data tersebut dapat dilukiskan menjadi bagan
berikut ini:
Gambar 1. Model Analisis Data
Pengumpulan
Data
Reduksi
Data
Kesimpulan dan
verifikasi data
Penyajian
Data
53
G. Keabsahan Data
Keabsahan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, diuji
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya (Moleong, 2005: 330-332). Jenis triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber dan
metode.
Triangulasi dengan sumber, berarti membendingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Triangulasi dengan sumber dalam penelitian ini dicapai dengan jalan,
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara yang
dilakukan terhadap informan.
Teknik triangulasi dengan metode dalam penelitian ini menggunakan dua
strategi:
1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data, dengan jalan mencari informasi yang sama menggunakan
teknik yang berbeda, yaitu dengan membandingkan data hasil observasi dan
wawancara,
2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
54
Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data. Peneliti me-recheck temuannya dengan jalan
membandingkannya dengan sumber atau metode menggunakan teknik
triangulasi. Peneliti melakukannya dengan jalan:
a. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
b. Mengeceknya dengan berbagai sumber data
c. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Kecamatan Prambanan
Deskripsi wilayah penelitian merupakan gambaran umum mengenai
wilayah yang digunakan sebagai lokasi penelitian. Data deskripsi wilayah dalam
penelitian ini sebagian besar diambil dari data monografi Kecamatan Prambanan
Kabupaten Klaten tahun 2013 dan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten
tahun 2014.
1. Kondisi Fisiografis
a. Letak, Batas, dan Luas Wilayah
Kabupaten Klaten mempunyai 26 kecamatan, salah satunya adalah
Kecamatan Prambanan. Kecamatan Prambanan berada diantara 110o30’-
110o45’Bujur Timur dan 7
o30’- 7
o45’ Bujur Selatan. Kecamatan Prambanan
terletak pada bagian paling barat di Kabupaten Klaten dan merupakan
wilayah perbatasan antara Kabupaten Klaten dengan Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di batas
kedua kecamatan tersebut terletak Candi Prambanan, selain itu terdapat pula
beberapa candi lainnya, seperti Candi Sojiwan dan Candi Plaosan.
Kecamatan Prambanan sendiri memiliki 16 desa. Dari letak geografis yang
sangat strategis tersebut, memacu Kecamatan Prambanan menjadi wilayah
tumbuh cepat yang senantiasa mengalami perkembangan sangat dinamis
56
baik dalam aspek pemerintahan, pembangunan maupun sosial
kemasyarakatan, di samping itu Kecamatan Prambanan merupakan kawasan
pariwisata internasional sehingga membawa dampak-dampak pada
kehidupan baik yang bersifat positif maupun negatif. Luas wilayah
Kecamatan Prambanan mencapai 24,43 km2 / 2.443 Ha dengan batas
wilayah:
1) Sebelah utara : Kecamatan Manisrenggo
2) Sebelah timur : Kecamatan Jogonalan dan Gantiwarno
3) Sebelah selatan : Kecamatan Piyungan, Bantul, DIY
4) Sebelah barat : Kecamatan Prambanan, Sleman, DIY
Kecamatan Prambanan dibagi menjadi 16 desa, 134 RW, 355 RT
dan 249 Dukuh yaitu : Desa Brajan, Desa Bugisan, Desa Cucukan, Desa
Geneng, Desa Joho, Desa Kebon Dalem Kidul, Desa Kebon Dalem Lor,
Desa Kemudo, Desa Kokosan, Desa Kotesan, Desa Pereng, Desa
Randusari, Desa Sanggrahan, Desa Sengon, Desa Taji, Desa Tlogo.
Berdasarkan status daerah pada tahun 2014 bahwasannya Desa
Kebon Dalem Kidul, Desa Pereng, Desa Kotesan, Desa Sanggrahan,
Desa Taji, Desa Tlogo, Desa Kokosan dan Desa Bugisan merupakan
daerah dengan kategori perkotaan, sedangkan untuk Desa Brajan, Desa
Cucukan, Desa Geneng, Desa Joho, Desa Kebon Dalem Lor, Desa
Kemudo, Desa Randusari, dan Desa Sengon berstatus daerah perdesaan.
57
Kecamatan Prambanan terbagi menjadi 8 daerah perkotaan dan 8 daerah
perdesaan.
Peta administrasi Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten yang
terbagi menjadi 16 Desa dapat disajikan pada gambar 2 sebagai berikut :
58
Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten
59
B. Iklim
1. Suhu
Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam jangka
waktu yang cukup lama, minimal 3 tahun, yang sifatnya tetap.
Ilmu yang membahas dan mempelajari tentang iklim adalah
klimatologi. Klimatologi tidak terlepas dari meteorologi atau ilmu
cuaca yang menekankan pada proses fisika yang terjadi di
atmosfer, misalnya hujan, angin dan suhu (Ance Gunarsih
Kartasapoetra, 2006:1).
Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur
berdasarkan skala tertentu. Satuan yang biasa digunakan adalah
derajat celcius (oC). Salah satu faktor yang mempengaruhi suhu di
permukaan bumi adalah ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu
tempat dari permukaan laut maka suhu akan semakin
rendah,begitu pula sebaliknya. Suhu suatu tempat dapat ditentukan
menggunakan rumus Braak, yaitu:
to=26,3
oC-((0,61.h)/100)
Keterangan:
to : temperatur rata-rata harian
26,3oC : rata-rata temperatur di atas permukaan air laut
0,61 : angka gradien temperatur tiap naik 100 meter
h : ketinggian rata-rata dalam meter
60
Kecamatan Prambanan berada pada ketinggian 146 m
diatas permukaan air laut sehingga temperatur harian Kecamatan
Prambanan dapat ditentukan menggunakan rumus Braak sebagai
berikut:
to=26,3
oC-((0,61.h)/100)
to=26,3
oC-((0,61.146)/100)
to=26,3
oC-(0,89)
to=25,4
oC
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Braak, dapat
diketahui rata-rata temperatur harian Kecamatan Prambanan adalah
25,4oC.
2. Curah Hujan
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang
berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Satuan curah hujan
diukur dalam mm/inci. Data curah hujan dapat digunakan untuk
menentukan iklim suatu daerah. Klasifikasi iklim menurut
Schmidt-Ferguson dapat digunakan untuk menentukan iklim suatu
daerah. Prinsip yang digunakan yaitu dengan mengambil bulan
kering dan bulan basah, menggunakan data curah hujan selama 10
tahun dan menghitung rata-ratanya. Bulan basah adalah bulan
yang curah hujannya melebihi 100 mm, sedangkan bulan kering
adalah bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm. Persamaan
61
yang digunakan Schmidt-Ferguson sebagai berikut (Ance
Gunarsih Kartasapoetra, 2006: 20-21).
𝑄 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎 ℎ x 100%
Penggolongan iklim berdasarkan persamaan tersebut
menurut Schmidt-Fergusson sebagai berikut:
Tabel 4. Klasifikasi Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Fergusson
Nilai Q Tipe Curah Hujan
0≤Q<0,143 A = sangat basah
0,143≤ Q<0,333 B = basah
0,333≤ Q<0,600 C = agak basah
0,600≤ Q<1,000 D = sedang
1,000≤ Q<1,670 E = agak kering
1,670≤ Q<3,000 F = kering
3,000≤ Q<7,000 G = sangat kering
Q≥7000 H = luar biasa kering
Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006:21
Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson tersebut
dapat digunakan untuk menentukan tipe iklim di Kecamatan Prambanan
selama 10 tahun terakhir. Perhitungan tersebut menggunakan data curah
hujan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 yang disajikan dalam
tabel 5 sebagai berikut:
62
Tabel 5. Kondisi Curah Hujan di Kecamatan Prambanan Tahun 2005-2014
No Bulan Tahun Jumlah Rata-
rata 1 Jan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Mm 302 576 555 322 302 320 556 285 285 311 3814 381,4
Hh 14 20 20 14 14 14 20 14 14 20 164 16,4
2 Feb Mm 368 237 269 202 368 198 265 360 360 277 2904 290,4
Hh 15 13 17 10 15 10 18 15 15 16 144 14,4
3 Mar Mm 195 171 268 574 195 572 261 193 193 138 2760 276
Hh 16 9 21 20 16 20 22 16 16 11 167 16,7
4 Apr Mm 195 91 280 42 195 42 275 193 193 123 1629 162,9
Hh 15 7 8 3 15 3 8 15 15 11 100 10
5 Mei Mm 92 95 280 275 92 282 275 92 92 25 1600 160
Hh 6 10 8 18 6 19 8 6 6 4 91 9,1
6 Jun Mm 4 90 0 97 4 98 0 5 5 41 344 34,4
Hh 4 8 0 11 4 11 0 4 4 3 49 4,9
7 Jul Mm 0 123 10 216 0 231 10 0 0 0 590 59
Hh 0 10 1 14 0 14 1 0 0 0 40 4
8 Agt Mm 0 0 0 174 0 166 0 0 0 12 352 35,2
Hh 0 0 0 8 0 8 0 0 0 1 17 1,7
9 Sep Mm 0 0 0 269 0 189 0 0 0 0 458 45,8
Hh 0 0 0 10 0 8 0 0 0 0 18 1,8
10 Okt Mm 46 36 17 265 46 269 0 48 48 10 785 78,5
Hh 7 5 4 9 7 9 0 8 8 2 59 5,9
11 Nov Mm 210 216 178 178 210 212 212 214 214 245 2089 208,9
Hh 12 14 14 14 12 13 13 12 12 15 131 13,1
12 Des Mm 231 300 197 197 231 192 192 253 253 26 2072 207,2
Hh 17 17 12 12 17 12 12 17 17 3 136 13,6
Jumlah Mm 1643 1935 2054 2811 1643 2771 2046 1643 1643 1208 19397 1939,7
Hh 106 161 171 143 106 141 102 107 107 86 1230 123
Rata-rata Mm 137 113 105 234 137 231 171 137 137 101 1503 150,3
Hh 9 9 9 12 9 12 9 9 9 7 94 9,4
Bulan Basah (BB) 6 6 7 10 6 10 7 6 6 5 69 6,9
Bulan Lembab (BL) 1 3 0 1 1 1 0 1 1 0 9 0.9
Bulan Kering (BK) 5 3 5 1 5 1 5 5 5 7 42 4,2
Sumber: Dinas Sumber Daya Air, Tahun 2014
Dari tabel 5, maka dapat dibuat perhitungan Q di daerah penelitian
sebagai berikut:
𝑄 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎 ℎ x 100%
𝑄 =4,2
6,9 x 100%
𝑄 = 0,6086 x 100%
𝑄 = 60,86 %
Kecamatan Prambanan selama 10 tahun terakhir memiliki rata-rata
curah hujan 1939,7 mm/tahun dan rata-rata hari hujan 123 hari/tahun.
63
Rata-rata curah hujan bulan basah 6,9 mm/tahun dan rata-rata curah hujan
bulan kering 4,2 mm/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan klasifikasi
Schmidt-Fergusson diperoleh nilai Q = 0,6086, sehingga menunjukkan
bahwa di Kecamatan Prambanan memiliki tipe curah hujan D, yaitu
sedang. Tipe curah hujan sedang yang ada di Kecamatan Prambanan
mempengaruhi jumlah debit air pada setiap sumber mata air yang
digunakan oleh masyarakat. Penggunaan sumber mata air berupa sumur
galian di Kecamatan Prambanan masih banyak dimanfaatkan masyarakat.
sumber mata air tersebut dipengaruhi oleh musim, yaitu musim penghujan
debit air pada sumur masyarakat mengalami penambahan dan sebaliknya
jika musim kemarau debit air sumur mengalami pengurangan.
C. Tanah
Kondisi tanah di Kecamatan Prambanan sebagian besar adalah
regosol coklat keabuan yang bahan induknya berupa abu dan pasir vulkan.
Tanah regosol adalah tanah tidak memiliki pedogenik (berasal dari
pembentukan vulkan) yang jelas. Tanah ini juga tidak mempunyai horizon
bawah terkecuali epipedon albik atau plaggan yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia (Luthfi Rayes, 2006:61). Menurut USDA, regosol
merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. tanah entisol secara umum
adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan
hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entisol
adalah tanah yang berada di sekitar aliran sungai, kumpulan debu
64
vulkanik, dan pasir. Umur yang masih muda menjadikan entisol masih
miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi
sebagian tumbuhan. Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar,
berwarna kelabu sampai kuning dan bahan organik rendah. Sifat tanah
yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral
yang dibutuhkan tanaman dengan baik.
Kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol
lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-
buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Kecamatan
Prambanan memiliki kandungan Fe yang tinggi dipengaruhi oleh adanya
aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang dialirkan melalui Sungai Opak,
selain itu warna tanah coklat keabuan di Kecamatan Prambanan
merupakan indikator tanah yang dipengaruhi oleh bahan induknya.
Kandungan Fe yang tinggi di Kecamatan Prambanan maka kondisi tanah
yang dimanfaatkan masyarakat untuk lahan pertanian memerlukan
perlakuan khusus yaitu dengan menambahkan pupuk yang banyak
mengandung bahan organik, selain itu kandungan Fe yang tinggi
berpengaruh juga pada kondisi air yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga.
D. Topografi
Topografi di Kecamatan Prambanan secara keseluruhan terletak
pada daerah yang datar dengan ketinggian tempat berada di ketinggian 146
meter di atas permukaan laut.
65
E. Keadaan geologi
Kondisi geologi di Kecamatan Prambanan didominasi dari
keberadaan Gunung Merapi karena aliran pada Sungai Opak membawa
sebagian material vulkanik berupa batuan dan pasir. Formasi geologi
dibedakan menjadi endapan vulkanik, sedimen, dan batuan, dengan
endapan vulkanik mewakili lebih dari 90% luas wilayah.
F. Kondisi Tata Air
Kecamatan Prambanan berdasarkan lokasinya dilalui oleh
beberapa sungai yaitu Sungai Opak di sebelah barat, Sungai Borongan
dan Sungai Kongklangan yang membelah dua Kecamatan Prambanan
yang alirannya menyatu di Desa Bugisan serta Sungai Deresan di sebelah
timur Kecamatan Prambanan. Daerah yang dikaji dalam penelitian ini
merupakan daerah tempat pertemuan aliran Sungai Borongan dan Sungai
Kongklangan. Di sekitar daerah pertemuan aliran sungai ini
dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan pertanian tahunan, dimana irigasi
lahan pertanian tersebut berasal dari dua aliran itu. Kecamatan
Prambanan secara umum merupakan daerah dengan morfologi relatif
datar karena berada di dataran aluvial gunung Merapi yang dialiri oleh
material vulkanik berupa pasir dan tuff, dengan ketinggian tempat rata-
rata 146 m di atas permukaan air laut. Topografi yang datar tersebut
berpengaruh pada kondisi air yang ada di Kecamatan Prambanan yaitu
ketersediaan air yang cukup melimpah tetapi karena Kecamatan
Prambanan dekat dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi
66
menyebabkan kualitas air memiliki kandungan Fe yang tinggi. Sumber
air untuk kehidupan sehari-hari penduduk di Kecamatan Prambanan
berasal dari sumur gali, sumber mata air dan sungai.
G. Penggunaan Lahan
Kecamatan Prambanan merupakan Kecamatan yang berbatasan
langsung dengan wilayah administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kecamatan ini dilalui oleh beberapa jalan utama seperti Jalan Raya
Yogya-Solo dan Jl Piyungan. Kecamatan Prambanan sebelah selatan
didominasi oleh lahan pertanian yang dimanfaatkan sebagai tempat
pertanian irigasi oleh masyarakat. Penggunaan lahannya terbagi dalam
beberapa penggunaan, antara lain tanah sawah, bangunan, kebun dan tanah
keperluan fasilitas umum seperti lapangan olah raga, jalur hijau, tempat
rekreasi dan pemakaman (Monografi Kecamatan Prambanan Tahun 2013):
Tabel 6. Penggunaan Lahan Kecamatan Prambanan
No Penggunaan Lahan Luas
(Ha)
Persen
(%)
1 Tanah Sawah 1.363 55, 8%
2 Tanah Kavling/ bangunan 888,9 36,3%
3 Tegal /Kebun 13,7 0,6%
4 Tanah Keperluan Fasilitas Umum
(lapangan olahraga, jalur hijau, tempat
rekreasi dan pemakaman) tanah
lainnya
177,4 7,3%
Jumlah 2.443 100%
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Berdasarkan data dari Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun
2014, penggunaan lahan yang banyak digunakan di Kecamatan Prambanan
ialah tanah sawah sebanyak 55,8 %. Artinya sebagian besar wilayah di
67
Kecamatan Prambanan masih banyak terdapat sawah yang dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian. Lahan pertanian dimana banyak membutuhkan air
karena lahan pertanian di Kecamatan Prambanan merupakan sawah irigasi
tahunan. Sawah irigasi dengan sumber pengairan utama dari sungai dan
sumur yang musim kemarau kedua sumber tersebut mengering. Sumber-
sumber air yang mengering tersebut merupakan faktor alam yang setiap
tahun terjadi di Kecamatan Prambanan. Penggunaan lahan yang banyak
digunakan di Kecamatan Prambanan yang kedua ialah untuk bangunan,
dengan banyaknya bangunan yang berdiri maka banyak masyarakat yang
tinggal di Kecamatan Prambanan. Banyaknya masyarakat harus didukung
dengan ketersediaan bangunan seperti tempat tinggal yang layak, selain itu
kebutuhan akan air bersih yang berkualitas dan layak konsumsi sangat
diperlukan oleh masyarakat. Kebutuhan tersebut kurang dapat dipenuhi
karena faktor alam yang ada di Kecamatan Prambanan yaitu mengeringnya
sumber-sumber air karena musim kemarau. Pemerintah desa telah
mengupayakan berbagai hal yaitu dengan memberikan bantuan sumur baru
beserta prasaranya berupa kamar mandi dan MCK untuk mengurangi
keringnya sumber air.
H. Kondisi Demografis
Kondisi demografis atau kependudukan di suatu wilayah meliputi
jumlah penduduk, persebaran penduduk dan komposisi penduduk. Kondisi
demografis suatu wilayah dapat digunakan oleh pemerintah untuk
68
menentukan berbagai kebijakan dalam mnangani berbagai masalah
kependudukan. Masalah kependudukan meliputi tingkat kelahiran tinggi,
sex ratio, angka beban ketergantungan dan lain-lain.
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Prambanan akhir tahun 2014 sebesar
50.047 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 24.101 jiwa
atau 48,16% dan penduduk perempuan berjumlah 25.946 jiwa atau
51,84%. Kepadatan penduduk Kecamatan Prambanan adalah 2117
jiwa/Km2. Jumlah penduduk Kecamatan Prambanan berdasarkan jenis
kelamin dapat disajikan pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan
Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase
1 Laki-laki 24.101 48,16
2 Perempuan 25.946 51,84
Jumlah 50.047 100
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat digunakan
untuk menentukan sex ratio, sex ratio adalah perbandingan penduduk
laki-laki dengan perempuan pada suatu daerah tertentu yang
dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100
penduduk perempuan. Data di atas dapat digunakan untuk mengetahui
rasio jenis kelamin di Kecamatan Prambanan menggunakan
perhitungan sebagai berikut :
69
𝑆𝑒𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖 −𝑙𝑎𝑘𝑖
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 X 100
𝑆𝑒𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 24.101
25.946X 100
= 92,88
= 93 (hasil pembulatan)
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui sex ratio di
Kecamatan Prambanan sebesar 93, artinya setiap 100 jiwa penduduk
jenis kelamin perempuan terdapat 93 jiwa penduduk jenis kelamin
laki-laki. Jadi, jumlah penduduk Kecamatan Prambanan dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk
dengan jenis kelamin laki-laki.
2. Persebaran Penduduk Menurut Desa
Kecamatan Prambanan terdiri atas 16 desa, jumlah penduduk
Kecamatan Prambanan menurut desa dan jenis kelamin dapat disajikan
pada tabel 8 sebagai berikut:
70
Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Prambanan Menurut Desa dan Jenis
Kelamin
No Desa Jenis kelamin Jumlah Persentase
Laki-
laki
Perempuan
1 Kebondalem
Kidul
1689 1701 3390 6,77
2 Pereng 877 916 1793 3,58
3 Kotesan 1276 1165 2441 4,87
4 Sengon 1785 2026 3811 7,61
5 Cucukan 868 891 1759 3,51
6 Sanggrahan 990 1358 2348 4,69
7 Geneng 1122 1260 2382 4,75
8 Kemudo 2349 2916 5265 10,52
9 Taji 1306 1338 2644 5,29
10 Tlogo 2202 2493 4695 9,39
11 Bugisan 1709 1723 3432 6,86
12 Kokosan 1958 1177 2235 4,47
13 Kebondalem
Lor
2087 2121 4208 8,41
14 Brajan 1684 1712 3396 6,79
15 Randusari 1495 1572 3067 6,13
16 Joho 1604 1577 3181 6,36
Jumlah 24101 25946 50047 100
Sumber: Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 8 menunjukkan bahwa desa di Kecamatan Prambanan yang
memiliki jumlah penduduk cukup besar adalah Desa Kemudo
dengan persentase 10,52%, sedangkan desa yang persentase
jumlah penduduknya kecil adalah Desa Cucukan dengan
persentase 3,51%. Desa Kemudo dengan jumlah penduduk yang
cukup besar dibandingkan dengan desa lainnya, memberikan
dampak yang besar pada penggunaan air yang ada sehingga
keberadaan sumber air akan semakin berkurang karena
kebutuhan air lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan air
pada desa lain.
71
3. Komposisi penduduk
a. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Komposisi penduduk menurut umur dapat menggambarkan
pertumbuhan penduduk wilayah dan struktur penduduk baik usia
belum produktif, produktif dan tidak produktif. Komposisi
penduduk Kecamatan Prambanan menurut kelompok umur sebagai
berikut:
Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan Berdasarkan
Kelompok Umur No Kelompok Umur
(Tahun)
Jumlah Penduduk Persentase
1 0-4 4121 8,24
2 5-9 4023 8,04
3 10-14 3990 7,98
4 15-19 3892 7,78
5 20-24 3713 7,42
6 25-29 3934 7,87
7 30-34 3921 7,84
8 35-39 3880 7,76
9 40-44 3860 7,71
10 45-49 3551 7,09
11 50-54 2927 5,84
12 55-59 2226 4,44
13 60-64 1674 3,34
14 65-69 1522 3,04
15 70-74 1214 2,42
16 75+ 1599 3,19
Jumlah 50047 100
Sumber: Kecamatan Prambanan Dalam Angka 2014
Komposisi penduduk menurut umur dapat dibedakan menjadi
3 kelompok yaitu:
1) 0-14 tahun tergolong kelompok umur belum produktif
2) 15-64 tahun tergolong kelompok umur produktif
3) ≥65 tahun tergolong kelompok umur tidak produktif
72
Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok
Umur
No Kelompok Usia Jumlah Persentase
1 0-14 tahun 12.134 24,24
2 15-64 tahun 33.578 67,10
3 > 65 tahun 4.335 8,66
Jumlah 50.047 100
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun
2014
Jumlah penduduk Kecamatan Prambanan berdasarkan
kelompok umur (tabel 14), yang tergolong kelompok umur belum
produktif sebesar 24,24%, kelompok umur produktif sebesar
67,10% dan kelompok umur tidak produktif sebesar 8,66%.
Komposisi penduduk menurut umur tersebut menunjukkan bahwa
penduduk Kecamatan Prambanan sebagian besar (67,10%)
tergolong usia produktif sehingga banyak penduduk yang
kemungkinan bekerja.
Berdasarkan data penduduk usia produktif di atas dapat
diketahui besarnya rasio ketergantungan di Kecamatan Prambanan
dengan perhitungan sebagai berikut :
Rasio Ketergantungan = 0−14 tahun + > 65 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
15−64 tahun𝑋100
= 12.134+4.335
33.578𝑋100
= 16.469
33.578𝑋100
= 49,04
= 49 (hasil pembulatan)
73
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa
rasio ketergantungan penduduk di Kecamatan Prambanan yaitu
sebesar 49, artinya setiap 100 jiwa penduduk usia produktif
menanggung beban sebesar 49 jiwa usia belum dan tidak produktif.
b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam
Indek Pembangunan Manusia (IPM). Pendidikan berperan dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), agar mampu
menjawab tantangan zaman terutama perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Semakin tinggi tingkat
pendidikan masyarakat semakin tinggi pula pengetahuan
masyarakat terhadap ilmu yang selalu berkembang, begitu pula
sebaliknya.
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, dapat
digunakan untuk menunjukkan pengetahuan masyarakat dalam
segala kegiatan yang berhubungan dengan Pamsimas, terutama
kesadaran iuran perbulan dan ikut serta menjaga fasilitas yang ada
dan digunakan atau tahap pemeliharaan. Tahap pemeliharaan ini
merupakan tahap yang penting dalam menjaga keberlangsungan
dan berkembangnya Pamsimas di Kecamatan Prambanan.
Kegiatan yang berhubungan dengan Pamsimas merupakan
serangkaian upaya untuk mengurangi permasalahan kekurangan
air pada saat musim kemarau, baik melalui pembangunan fisik
74
seperti tandon air maupun penyadaran tentang Stop BABS
(Buang Air Besar Sembarangan) dan kemampuan memelihara
fasilitas yang telah ada. Oleh karena itu, pendidikan berperan
dalam kegiatan Pamsimas terutama dalam memelihara fasilitas
yang ada.
Komposisi penduduk Kecamatan Prambanan menurut
tingkat pendidikan, dapat disajikan pada tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Komposisi Penduduk Kecamatan Prambanan
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
Penduduk
Persentase
1 Belum Sekolah 8506 17
2 Tidak Tamat Sekolah
Dasar
4997 9,99
3 Tamat SD/Sederajat 9573 19,13
4 Tamat SLTP/Sederajat 8446 16,88
5 Tamat SLTA/Sederajat 13895 27,76
6 Tamat
Akademi/Sederajat
1928 3,85
7 Tamat Perguruan
Tinggi/Sederajat
2145 4,28
8 Buta Huruf 557 1,11
Jumlah 50047 100
Sumber: Data Sekunder, Monografi Kecamatan Prambanan
Tahun 2013
Berdasarkan tabel 11, tingkat pendidikan penduduk
Kecamatan Prambanan paling tinggi tamat SLTA/
Sederajat sebesar 27,76%, sedangkan yang paling rendah
adalah buta huruf sebesar 1,11%. Penduduk Kecamatan
Prambanan dengan tingkat pendidikan tamat SD juga cukup
tinggi yaitu sebesar 19,13%, diikuti penduduk yang tamat
SLTP sebesar 16,88%, diikuti oleh penduduk yang belum
75
sekolah sebesar 17%, lalu diikuti oleh penduduk yang tamat
perguruan tinggi dan akademi sebesar 4,28% dan 3,85%.
Data jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat
pendidikan penduduk di Kecamatan Prambanan cukup
tinggi karena sebagian besar masyarakat sudah tamat SLTA
yaitu sebesar 27,76%.
c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan kegiatan yang
dilakukan secara rutin oleh seseorang sebagai sumber pendapatan,
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pekerjaan seseorang
juga sangat berpengaruh dalam kegiatan Pamsimas. Penduduk di
Kecamatan Prambanan yang sebagian besar mata pencahariannya
petani dan buruh bangunan, harus berusaha berdampingan dengan
alam yang musim kemarau sumber airnya mengering. Mata
pencaharian merupakan alasan utama penduduk di Kecamatan
Prambanan untuk tetap tinggal dan berusaha hidup harmonis
dengan alam karena sumber air merupakan sumber kehidupan bagi
petani untuk mengairi sawahnya.
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Prambanan
dapat disajikan pada tabel 12 sebagai berikut:
76
Tabel 12. Komposisi Penduduk di Kecamatan Prambanan
Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata pencaharian Jumlah Persentse
1 Petani Pemilik Tanah 4983 12,80
2 Petani Penggarap Tanah 5726 14,70
3 Petani Penggarap/Penyekap 5268 13,53
4 Buruh Tani 6599 16,95
5 Pengusaha Sedang/Besar 68 0,17
6 Pengrajin Industri Kecil 685 1,75
7 Buruh Industri 1426 3,66
8 Buruh Bangunan 5859 15,05
9 Pedagang 2125 5,45
10 Pengangkutan 61 0,15
11 PNS 247 0,63
12 ABRI 215 0,55
13 Pensiunan 351 0,90
14 Peternak Sapi Biasa 3211 8,21
15 Peternak Kambing 645 1,67
16 Peternak Domba 324 0,85
17 Peternak Kuda, Babi 8 0,02
18 Peternak Ayam 1110 2,87
19 Peternak Itik 17 0,05
Jumlah 38.928 100
Sumber: Data Sekunder, Monografi Kecamatan Prambanan Tahun
2013
Tabel 12, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di
Kecamatan Prambanan bermata pencaharian sebagai petani sebesar
41,03%, diikuti buruh sebesar 35, 66% dan yang bekerja di bidang
peternak sebesar 13,67%.
d. Kondisi sosial dan ekonomi Kecamatan Prambanan
1) Kondisi Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Prambanan
dalam beberapa aspek masih kurang memadai, sarana dan
77
prasarana hanya mencakup yang sifatnya dasar dan sederhana.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten
Tahun 2012, sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan
Prambanan terdiri dari beberapa fasilitas sebagai berikut :
a) Pendidikan
Tabel 13. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Prambanan
No Tingkat
Pendidikan
Status Jumlah Persentase
Negeri Swasta
1 Taman
Kanak-Kanak
27 4 31 41,90
2 Sekolah
Dasar
32 1 33 44,60
3 SLB 1 0 1 1,35
4 SLTP/
sederajat
2 2 4 5,40
5 SMU/
sederajat
1 4 5 6,75
Jumlah 63 11 74 100
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Dilihat dari jumlah fasilitas pendidikan yang ada di
Kecamatan Prambanan yang cukup lengkap baik dari tingkat Taman
Kanak-Kanak sampai tingkat SMU sehingga memudahkan
masyarakatnya menerima fasilitas pendidikan yang memadai dan
dapat juga memilih sesuai dengan kemampuan. Selain adanya sarana
dan prasarana pendidikan yang baik, sistem dan kegiatan belajar
mengajar juga berjalan dengan baik karena didukung dengan adanya
tenaga pengajar ahli dan sekolah-sekolah tersebut merupakan sekolah
negeri maupun swasta. Adanya sarana sekolah tersebut, pendidikan
sudah dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang ada di
Kecamatan Prambanan.
78
Berdasarkan tabel 13, jumlah fasilitas pendidikan yang
banyak terdapat di Kecamatan Prambanan adalah Sekolah Dasar
swasta maupun negeri dengan persentase sebesar 44,60%, diikuti
Taman Kanak-Kanak sebesar 41,90%, dan SMU sebesar 6,75%.
b) Kesehatan
Kesehatan merupakan merupakan aspek yang sangat penting
bagi kehidupan manusia, tubuh manusia yang sehat akan mendukung
kegiatan atau aktifitas sehari-hari. Sarana dan prasarana kesehatan
diperlukan untuk mendukung pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Adanya fasilitas atau sarana kesehatan yang cukup
memadai sangat diperlukan oleh masyarakat Kecamatan Prambanan
sehingga mudah untuk dijangkau masyarakat dari semua kalangan. Di
Kecamatan Prambanan sendiri salah satu poloklinik yang ada yaitu
Poliklinik Bulan Sabit dan apabila masyarakat ingin mendapat
pelayanan yang lebih dapat dirujuk pada Rumah Sakit yang lebih
memadai dari segi dokter, obat-obatan dan peralatan medis.
Tabel 14. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Prambanan
No Jenis fasilitas kesehatan Jumlah Persentase
1 Rumah Bersalin 5 2,65
2 Poliklinik Pengobatan 1 0,53
3 Puskesmas/pembantu/posyandu 72 38,10
4 Praktik Dokter 20 10,59
5 Perawat 39 20,63
6 Bidan 28 14,81
7 Dukun Bayi 16 8,46
8 Apotek 8 4,23
Jumlah 189 100
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
79
Tabel 14, menunjukkan bahwa jumlah fasilitas kesehatan yang ada
di Kecamatan Prambanan adalah Puskesmas/pembantu/posyandu
sebesar 38,10%, diikuti perawat sebesar 20,63% dan Bidan sebesar
14,81%.
c) Tempat ibadah
Ibadah merupakan hubungan vertikal antara manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan ibadah dapat berjalan dengan baik
apabila didukung dengan adanya tempat khusus yang digunakan
sebagai tempat beribadah. Masyarakat Kecamatan Prambanan sendiri
cukup beragam, namun mayoritas masyarakat Kecamatan Prambanan
menganut agama Islam. Berdasarkan data monografi Kecamatan
Prambanan, sebanyak 46.792 jiwa masyarakat menganut Agama
Islam, 1.252 jiwa masyarakat menganut agama Khatolik, 1.250 jiwa
masyarakat menganut agama Kristen, 100 jiwa masyarakat menganut
agama Hindu, 125 jiwa masyarakat menganut agama Budha.
Prasarana Peribadatan di Kecamatan Prambanan : Tempat ibadah
berupa Masjid sebanyak 114, Surau/ Mushola ada 101, 10 Gereja,
terdapat 2 Vihara/pure.
80
d) Fasilitas Olahraga di Kecamatan Prambanan
Tabel 15. Jumlah Fasilitas Olahraga di Kecamatan Prambanan
No Nama Fasilitas Olahraga Jumlah Persentase
1 Lapangan Sepakbola 7 20
2 Bulutangkis 13 37,14
3 Kolam Renang 1 2,85
4 Bola Voli 11 31,43
5 Tenis Lapangan 2 5,72
6 Pacuan Kuda 1 2,86
Jumlah 35 100
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Berdasarkan tabel 18, jumlah fasilitas olahraga yang ada di
Kecamatan Prambanan terbanyak adalah lapangan bulutangkis sebesar
37,14%, diikuti lapangan Bola Voli sebesar 31,43% dan lapangan
sepakbola sebesar 20%.
2. Kondisi Ekonomi
Kegiatan ekonomi di Kecamatan Prambanan cukup beragam dan
didominasi yang bekerja disektor agraris. Walaupun ada yang bekerja di
luar sektor agraris, namun tidak sedikit yang bekerja di dua sektor bahkan
lebih. Berdasarkan data dari monografi Kecamatan Prambanan tahun
2013, kegiatan ekonomi di Kecamatan Prambanan sebagai berikut :
a. Agraris
Kegiatan pertanian merupakan kegiatan ekonomi pokok yang ada
di Kecamatan Prambanan. Lebih dari separuh rumah tangga yang ada di
Kecamatan Prambanan bekerja di sektor pertanian. Sebanyak 22.576
rumah tangga yang ada di Kecamatan Prambanan berkerja di sektor
pertanian, terutama petani padi, jagung, dan cabai. Sebagian besar petani
81
merupakan petani pemilik lahan, penggarap, dan mengerjakan lahannya
sendiri. Walaupun banyak yang memiliki dan mengerjakan lahan
pertanianya sendiri, tidak sedikit pula penduduk yang bekerja hanya
sebagai buruh tani yang mengerjakan lahan pertanian milik orang lain.
Pada sektor pertanian di Kecamatan Prambanan sebagian besar
pemanfaatan lahan pertanian menggunakan irigasi dari sungai. Pertanian
irigasi di Kecamatan Prambanan dipengaruhi oleh besar kecilnya volume
air yang ada di sungai yang dipengaruhi pula oleh musim yang sedang
berlangsung. Volume air terbanyak terjadi pada saat musim penghujan
maka masyarakat pada saat musim penghujan lahan pertaniannya
ditanami padi dan sebaliknya, pada saat musim kemarau ditanami
palawija (jagung, kacang, dan cabai).
b. Organisasi
Organisasi yang terdapat di Kecamatan Prambanan adalah
organisasi Kelompok Tani atau Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN), kelompok tani ikan dan kelompok peternak hewan.
Kelompok tani dan hewan tersebut merupakan kelompok masyarakat yang
dibentuk dalam rangka mengkoordinasi upaya-upaya meningkatkan
kesejahteraan dan ketrampilan masyarakat dalam bidang pertanian,
perikanan dan peternakan. Daftar kelompok pertanian, perikanan dan
peternakan tersebut dapat disajikan pada tabel 16 sebagai berikut:
82
1) Kelompok Tani
Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan petani antara lain dengan membentuk kelompok tani.
Terdapat beberapa kelompok tani yang tersebar di Kecamatan
Prambanan.
Tabel 16. Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Prambanan
No Kelompok Tani Hamparan Jumlah Persentase
1 Kelas Pemula 12 37,5
2 Kelas Lanjutan 14 43,75
3 Kelas Madya 5 15,62
4 Kelas Utama 1 3,13
Jumlah 32 100
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 16, menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani yang
memiliki jumlah persentase terbanyak adalah Kelas Lanjutan
sebesar 43,75%, diikuti Kelas Pemula sebesar 37,5% dan
kelompok tani paling sedikit yaitu 3,13% adalah Kelas Utama.
2) Kelompok Tani Ikan
Potensi di Kecamatan Prambanan selain pertanian juga
mencakup perikanan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa lahan
pekarangan dan sawah yang dijadikan sebagai tempat memelihara
ikan air tawar.
83
Tabel 17. Jumlah Kelompok Tani Ikan Air Tawar No Desa Ikan Unit
Pembenihan
Rakyat
Jumlah Persentase
Lele Non lele
1 Kebondalem
Kidul
1 2 1 4 7,41
2 Pereng 4 2 1 7 12,97
3 Kotesan 3 1 1 5 9,25
4 Sengon 0 1 0 1 1,86
5 Cucukan 0 0 0 0 0
6 Sanggrahan 0 2 0 2 3,70
7 Geneng 0 3 0 3 5,55
8 Kemudo 0 0 1 1 1,86
9 Taji 1 1 1 3 5,55
10 Tlogo 1 4 0 5 9,25
11 Bugisan 2 2 1 5 9,25
12 Kokosan 2 2 0 4 7,41
13 Kebondalem
Lor
2 1 1 4 7,41
14 Brajan 3 2 3 8 14,81
15 Randusari 0 1 0 1 1,86
16 Joho 1 0 0 1 1,86
Jumlah 20 24 10 54 100
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 17 menunjukkan bahwa di Kecamatan Prambanan
sebagian besar desa-desanya memiliki jumlah kelompok tani ikan
air tawar sebanyak 15 kelompok. Kelompok tani yang memiliki
jumlah kelompok tani ikan air tawar terbanyak ialah Desa Brajan
sebesar 14,81%, diikuti Desa Pereng sebesar 12,97% dan desa
yang paling sedikit atau tidak memiliki kelompok tani ikan air
tawar yaitu Desa Cucukan.
3) Kelompok Jenis Hewan Ternak
Potensi peternakan di Kecamatan Prambanan cukup
banyak. Ada berbagai jenis hewan ternak yang dipelihara oleh
masyarakat. hewan ternak yang ada dari hewan ternak besar sampai
ternak kecil seperti itik dan ayam.
84
Tabel 18. Jumlah Peternak Hewan di Kecamatan
Prambanan
No Jenis ternak Jumlah peternak Persentase
1 Sapi 3211 60,36
2 Kerbau 5 0,10
3 Kambing 645 12,12
4 Domba 324 6,10
5 Kuda, babi 8 0,15
6 Ayam 1110 20,86
7 Itik 17 0,31
Jumlah 5320 100
Sumber : Kecamatan Prambanan Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 18 menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis hewan ternak
di Kecamatan Prambanan. Sebagian besar penduduk di Kecamatan
Prambanan memiliki hewan ternak Sapi, dapat ditunjukkan dengan
jumlah persentase sebesar 60,36%, diikuti ternak ayam sebesar
20,86 dan paling sedikit adalah ternak kerbau sebesar 0,10%.
B. Pembahasan
1. Pamsimas di Kecamatan Prambanan
Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat) merupakan salah satu program PNPM (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Pendukung dalam rangka
menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan air
minum dan sanitasi berbasis masyarakat dimana masyarakat peserta
program berperan sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh proses
persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Proses yang
mengajak masyarakat dalam menemukenali berbagai persoalan dan
penyakit terkait air dan sanitasi, kemudian dibimbing untuk melakukan
85
berbagai langkah pencegahannya termasuk menyiapkan sarana yang
dibutuhkan seperti air minum dan sanitasi akan membangun kesadaran dan
kapasitas masyarakat untuk hidup bersih dan sehat yang pada gilirinnya
akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama menurunkan
angka penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air dan
lingkungan yang akhirnya akan tercipta hidup bersih dan sehat. Oleh sebab
itu kegiatan program Pamsimas mencakup pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan kelembagaan lokal; peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat; penyediaan sarana air minum; pengembangan kapasitas pelaku
Pamsimas melalui promosi, pelatihan, lokakarya dan bimbingan teknis.
Kabupaten Klaten menjadi salah satu tempat pelaksanaan program
Pamsimas. Karakteristik air yang ada di Kabupaten Klaten ialah berwarna
putih keruh, bila digunakan untuk mencuci pakaian lama kelamaan akan
berubah warna menjadi kekuningan dan terdapat endapan bila didiamkan
beberapa saat sebelum dipakai. Kecamatan Prambanan merupakan salah
satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten yang telah mendapat
bantuan program Pamsimas. Di Kecamatan Prambanan program Pamsimas
ini telah mencakup beberapa desa. Desa yang telah dijangkau oleh
program Pamsimas sebanyak 5 desa yaitu Desa Sanggrahan yang sudah
mencapai tahap pengembangan, Desa Pereng, Desa Kotesan, Desa
Cucukan dan Desa Sengon yang baru sampai tahap pembangunan dan baru
beroperasi beberapa bulan. Pembangunan yang ada di Kecamatan
Prambanan berdasarkan karakteristik yang ada pada setiap desa tersebut.
86
Pembangunan tandon air dilakukan berdasarkan kualitas dan kuantitas air
yang ada.
Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa pemenuhan
kebutuhan air bersih di Kecamatan Prambanan masih kurang optimal
untuk masyarakat, hal ini ditandai dengan mengeringnya beberapa air
sumur dan mata air yang ada di sekitar masyarakat pada musim kemarau.
Di Desa Pereng, rumah warga yang berdekatan dengan aliran sungai,
menyebabkan sebagian warga berpikiran praktis, yaitu dengan melakukan
kegiatan seperti mandi, buang air dan mencuci lebih mudah di sungai,
selain tidak membutuhkan biaya. Tidak bisa dipungkiri, meskipun sudah
ada sosialisasi dari Pemerintah, masih tetap ada warga yang memanfaatkan
sungai untuk aktifitas MCK. Sebagian air tanah dimungkinkan telah
tercemar oleh limbah dari perikanan lele. Dari observasi, diketahui juga
bahwa perikanan lele yang berada di sekitar pekarangan tempat tinggal
masyarakat, limbahnya dibuang secara langsung dan tidak diolah terlebih
dahulu. Limbah dari perikanan lele ini dimungkinkan juga mempengaruhi
kualitas air sumur di sekitar lokasi perikanan.
Permasalahan lain yang dijumpai di lapangan adalah terbatasnya
prasarana dan sarana air bersih, baik secara kualitas maupun kuantitas
untuk mendukung kegiatan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan
dengan adanya keluarga yang tidak memiliki sumur pribadi sehingga
untuk pemenuhan kebutuhan air untuk kegiatan sehari-hari mengandalkan
air dari sumur keluarga yang lain. Adanya permasalahan tersebut, maka
87
program Pamsimas mulai masuk ke desa-desa di Kecamatan Prambanan.
Berikut data pengguna Pamsimas di Kecamatan Prambanan:
Tabel 19. Jumlah Pengguna Pamsimas Setiap Desa No Desa Jumlah Pengguna
Pamsimas Persentase (%)
1 Desa Cucukan 247 KK 19.76
2 Desa Sengon 220 KK 17.60
3 Desa Kotesan 124 KK 9.92
4 Desa Pereng 183 KK 14.64
5 Desa Sanggrahan 476 KK 38.08
Jumlah pengguna 1250 KK 100
Sumber: Data Primer
Dari tabel 19 dapat diketahui jumlah pengguna Pamsimas setiap
desa dengan pengguna terbanyak ialah Desa Sanggrahan yaitu 476
pengguna dengan persentase 38.08%, diikuti oleh Desa Cucukan
sebanyak 247 pengguna dengan jumlah persentase 19.76% dan
pengguna paling sedikit ialah Desa Kotesan yaitu 124 pengguna dengan
persentase 9.92%. Desa Sanggrahan merupakan desa dengan pengguna
terbanyak yaitu 476 pengguna karena di Desa Sanggrahan lebih dulu
ada program Pamsimas dan telah berkembang dengan baik. Berikut
tabel perbandingan antara pengguna Pamsimas dengan yang belum
menggunakan Pamsimas di Kecamatan Prambanan:
88
Tabel 20. Tabel Perbandingan Jumlah Pengguna Pamsimas dan Belum
Menggunakan Pamsimas No Desa Jumlah
pengguna
Pamsimas
Jumlah
Kepala
Keluarga
Yang belum
menggunakan
Pamsimas
Persentase
(%)
1 Desa Cucukan 247 KK 731 KK 484 KK 11.15
2 Desa Sengon 220 KK 1488 KK 1268 KK 29.23
3 Desa Kotesan 124 KK 905 KK 781 KK 18
4 Desa Pereng 183 KK 889 KK 706 KK 16.27
5 Desa Sanggrahan 476 KK 1576 KK 1100 KK 25.35
Jumlah 1250 KK 5589 KK 4339 KK 100
Sumber : Data Primer
Dari tabel 20 tersebut, dapat diketahui perbandingan antara
pengguna dan yang belum menggunakan Pamsimas di Kecamatan
Prambanan yaitu persentase terbanyak adalah Desa Sengon sebanyak
1268 Kepala Keluarga yang belum menggunakan Pamsimas dengan
persentase 29.23 %. Diikuti oleh Desa Sanggrahan yaitu 1100 Kepala
Keluarga dengan persentase 25.35%. Desa dengan jumlah Kepala
Keluarga yang belum menggunakan Pamsimas paling sedikit ialah Desa
Cucukan sebanyak 484 Kepala Keluarga dengan persentase 11.15%.
2. Karakteristik informan
Penelitian ini menggunakan informan sebagai sumber utama data.
Para informan berasal dari pengguna Pamsimas di Kecamatan Prambanan
yang mempunyai tanggapan positif maupun negatif terhadap Program
Pamsimas dan ketua-ketua BPSPAMS (Badan Pengelola Sarana Penyedia
Air Minum dan Sanitasi). Selain penduduk, informan juga berasal dari
perwakilan pemerintah yaitu dari pemerintahan desa dan fasilitator
program Pamsimas. Peneliti menggunakan 16 informan secara keseluruhan
yang telah diwawancarai secara mendalam.
89
a. Informan satu
Informan satu adalah salah satu penduduk di Desa
Cucukan yang menjadi ketua BPSPAMS (Badan Pengelola Sarana
Penyedia Air Minum dan Sanitasi). Informan ini berusia 64 tahun.
Informan satu ini adalah pensiunan dari Kejaksaan. Informan ini
secara tidak langsung mengapresiasi program Pamsimas ini dengan
baik, dibuktikan segala kegiatan Pamsimas selalu disetujuinya
selagi itu menguntungkan dan memberi dampak yang baik baginya
serta masyarakat di Desa Cucukan akan kebutuhan air yang layak
konsumsi. Informan satu ini ditunjuk sebagai ketua BPSPAMS
sejak tahun 2013 melalui musyawarah. Saat ini beliau aktif untuk
meningkatkan dan mengembangkan Pamsimas agar seluruh
warganya mendapatkan air yang layak untuk dikonsumsi.
Penunjukkan beliau sebagai ketua BPSPAMS karena segi
pengalaman yang sudah matang dalam pengambilan keputusan
dalam musyawarah dan juga dekat dengan masyarakat. Informan
satu ini adalah orang yang dituakan dan berpengaruh besar bagi
perkembangan hal-hal seputar program Pamsimas.
Jarak rumah tinggal Informan Satu dengan tandon/bak
penampungan air adalah kurang lebih 200 meter karena berdekatan
langsung dengan tanah kas desa. Posisi rumah yang sangat dekat
dengan tandon air menyebabkan informan ini memiliki satu
keuntungan sendiri setiap saat dapat mengontrol kinerja mesin
90
pompa air dan tandon. Jarak rumah yang dekat dengan tandon tidak
serta merta membuat informan satu ini melakukan kegiatan secara
sepihak atau berjalan sendiri. Semua kegiatan yang berhubungan
dengan Pamsimas selalu di musyawarahkan terlebih dahulu dengan
anggota BPSPAMSnya sebelum mengambil tindakan penyelesaian
dalam setiap masalah.
b. Informan dua
Informan dua merupakan warga Mbelan Wetan, Sengon.
Salah satu pengguna Pamsimas. Informan dua secara tidak
langsung mengalami dampak adanya program Pamsimas. Beliau
seorang berusia 46 tahun. Beliau adalah tamatan Sekolah
Pendidikan Guru (SPG) atau saat ini setara dengan SMA. Jarak
rumah tinggal dengan tandon kurang lebih 1 km. Posisi rumah
yang berdekatan dengan komplek kalurahan Desa Sengon memberi
keuntungan yang banyak, baik dari segi jarak dengan tandon, aliran
air yang selalu lancar sehingga memudahkan kebutuhan air dalam
rumah informan dua ini tidak terganggu.
Program Pamsimas ini dinilai oleh informan dua sangat
membantu dalam memenuhi kebutuhan akan air. Pasalnya, kualitas
air yang ada di Desa Sengon sebelum adanya program Pamsimas
kurang baik untuk dikonsumsi dan kurang layak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kualitas air yang kurang
layak untuk di konsumsi dibuktikan bila air digunakan untuk
91
mencuci pakaian yang berwarna cerah akan mengubah warna
pakaian dan juga bila air rebusan didiamkan beberapa saat akan
terdapat endapan seperti lumpur halus berwarna putih keabu-
abuan.
c. Informan tiga
Informan Tiga merupakan ketua BPSPAMS (Badan
Pengelola Sarana Penyedia Air Minum dan Sanitasi) di Desa
Sengon, sebagai satuan pelaksana (Satlak) selama proses
pembangunan tandon dan saluran air sekaligus menjabat Kepala
Dusun (Kadus) 1 di kantor pemerintahan Desa Sengon. Bapak
Kadus ini lulusan SLTA berusia 38 tahun. Melihat jabatan beliau
sebagai Kepala Dusun 1 dijajaran pemerintah desa sangat
berpengaruh terhadap adanya program Pamsimas. Adanya
Pamsimas di desa tidak akan terealisasi dan berjalan lancar tanpa
adanya persetujuan dan ijin dari pemerintahan di tingkat desa.
Selain berupa ijin dan persetujuan, dukungan dari pemerintahan
desa sangat dibutuhkan dalam segala kegiatan yang berhubungan
dengan Pamsimas.
Bapak Kadus ini menjadi pihak yang berpengaruh dalam
setiap pengambilan kebijakan, dimana perannya di sini adalah
sebagai jembatan antara penduduk pengguna Pamsimas dengan
pemerintah daerah maupun fasilitator. Pada tingkatan kabupaten
bapak Kadus ini masih diberi amanah sebagai koordinator wilayah
92
(Korwil) Kabupaten Klaten. Menurut beliau, beberapa langkah
yang sudah dilakukan dari pemerintahan desa ialah
mengintensifkan kalurahan untuk pengembangan, bantuan dalam
hal pendanaan dan penambahan jaringan atau saluran air kepada
pengguna baru.
d. Informan empat
Informan Empat merupakan ketua BPSPAMS (Badan
Pengelola Sarana Penyedia Air Minum dan Sanitasi) di Desa
Sanggrahan. Beliau telah menjabat sebagai ketua sejak tahun 2011
lebih tepatnya sejak Pamsimas diterapkan pertama kali di
Kecamatan Prambanan dan sudah 2 kali periode masa jabatan.
Masa jabatan informan empat ini sebenarnya telah berakhir pada
bulan juni 2015, tetapi dari pemerintahan desa meminta tolong
untuk beberapa bulan kedepan dan baru akan di musyawarahkan
kembali, setelah Bapak Lurah dan informan empat ini melakukan
serah terima jabatan. Informan empat ini adalah seorang bapak
berusia 61 tahun. Beliau merupakan tamatan SLTA dan sekarang
sebagai pensiunan. Seorang pensiunan dan telah berumur tidak
membuat informan empat ini patah semangat. Pengalaman
beliaulah yang membuat pihak pemerintahan desa dan masyarakat
percaya menunjuk informan empat ini sebagai ketua hingga 2 kali
periode. jarak rumah dengan tandon air kurang lebih 50 meter. Visi
dan misinya hanya sederhana diharapkan semua warga Desa
93
Sanggrahan khususnya dan umumnya seluruh warga Indonesia
menikmati air bersih yang murah dan berkualitas serta
menciptakan desa bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan).
Informan empat ini masih diberi kepercayaan di tingkatan
kabupaten Klaten sebagai seksi sanitasi dan kesehatan pada
Asosiasi BPSPAMS. Visi dan misi yang sederhana tidak membuat
informan empat ini kurang akan ide untuk upaya pengembangan
dalam Program Pamsimas. Wujud ide dan gagasan yang diberikan
untuk penduduk pengguna maupun bukan pengguna salah satunya
akan membuat depot pengisian ulang air minum, karena Desa
Sanggrahan merupakan desa pertama kali adanya Pamsimas dan
sebagai desa percontohan bagi desa-desa yang baru menerima
Program Pamsimas. Di Desa Bapak informan empat ini telah
mendapat HID (Hibah Insentif Desa) ialah sejenis program
lanjutan serta hadiah dari pemerintah karena telah bebas BABS dan
Pamsimas regular berjalan lancar. Adanya HID di desa ini
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah pengguna
sehingga dibangun lagi 1 tandon untuk mencukupi permintaan
tambahan pengguna. Ide dan gagasan yang diberikan informan
empat ini tidak berhenti di situ saja, karena telah berjalan beberapa
tahun sehingga dapat memberikan sebuah kenang-kenangan sebuah
kantor BPSPAMS yang letaknya di bawah tandon air yang kedua.
94
e. Informan lima
Informan Lima merupakan seorang purnawirawan TNI-
AD. Beliau adalah orang yang cukup berpengaruh di Desa Kotesan
karena dalam kesehariaannya beliau menjabat sebagai ketua RW
03. Informan ini berusia 54 tahun. Jarak rumah tinggal dengan
tandon air adalah 300 meter. Adanya program Pamsimas di Desa
Kotesan dinilai baru karena mulai diadakan tahun 2014 tetapi
sambutan, partisipasi dan antusias masyarakat sangat baik
dibuktikan dengan calon pengguna yang terus bertambah, karena
kualitas air yang diberikan sangat layak konsumsi dibandingkan
dengan kualitas air sumur.
Selama ini peran informan lima adalah sebagai ketua
BPSPAMS, jembatan antara pengguna dan pemerintah desa karena
segala ide, gagasan maupun pendapat dari masyarakat di tampung
pada informan lima ini setelah itu disalurkan kepada pemerintahan
desa. Koordinasi dan musyawarah selalu digunakan dalam setiap
pengambilan keputusan agar didapatkan solusi terbaik dari
berbagai pihak.
f. Informan enam
Informan Enam merupakan seorang pensiunan yang
berusia 63 tahun. Jarak rumah tinggal dengan tandon adalah 300
meter. Informan enam ini ialah ketua BPSPAMS Desa Pereng.
Lokasi tandon Desa Pereng yang istimewa yaitu di atas bukit yang
95
memberi keuntungan tersendiri dari segi konstruksi dan desain
bangunan sehingga dapat menghemat biaya pembangunan. Jarak
yang berdekatan dengan tandon air membuat informan enam ini
dengan mudah mengontrol kondisi tandon pada saat siang maupun
malam hari. Bila ada kerusakan dan permasalahan yang timbul
dapat dengan segera dibenahi agar masyarakat tidak terganggu
akan kebutuhan air.
g. Informan tujuh
Informan Tujuh merupakan Kepala Desa Cucukan berusia
50 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA. Beliau mempunyai
tanggung jawab yang besar yaitu sebagai pembina atau penasehat
dalam Program Pamsimas di Desa Cucukan. Tugas utamanya
adalah sebagai kepala desa, beliau juga berperan dalam
pengkoordinasian dan menampung serta menyampaikan ide dari
masyarakat yang berhubungan dengan program Pamsimas di Desa
Cucukan kepada pemerintah di tingkat Kabupaten. Memberikan
bantuan berupa dana, arahan agar semua warga di Desa Cucukan
dapat menikmati air bersih yang berkualitas layak untuk
dikonsumsi.
h. Informan delapan
Informan delapan merupakan perangkat Desa Cucukan
yang diamanahi sebagai bendahara Satuan Pelaksana. Beliau
96
berusia 46 tahun. Pendidikan terakhirnya ialah SLTA. Peran dalam
Pamsimas di Desa Cucukan sebagai pembuat laporan yang
berhubungan dengan program Pamsimas berupa salah satunya
laporan identifikasi masalah dan analisis situasi.
i. Informan Sembilan
Informan Sembilan merupakan Kepala Desa Sengon.
Beliau berusia 52 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA. Tugas
utamanya adalah sebagai kepala desa, beliau juga berperan dalam
pengkoordinasian dan menampung serta menyampaikan ide dari
masyarakat yang berhubungan dengan program Pamsimas di Desa
Sengon kepada pemerintah di tingkat Kabupaten. Memberikan
bantuan berupa dana, arahan agar semua warga di Desa Sengon
dapat menikmati air bersih yang berkualitas layak untuk
dikonsumsi.
j. Informan sepuluh
Informan Sepuluh merupakan Kepala Desa Kotesan.
Beliau berusia 52 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA. Tugas
utamanya adalah sebagai kepala desa, beliau juga berperan dalam
pengkoordinasian dan menampung serta menyampaikan ide dari
masyarakat yang berhubungan dengan program Pamsimas di Desa
Kotesan kepada pemerintah di tingkat Kabupaten. Memberikan
bantuan berupa dana, arahan agar semua warga di Desa Kotesan
97
dapat menikmati air bersih yang berkualitas layak untuk
dikonsumsi. Mendampingi segala kegiatan yang berhunbungan
dengan program Pamsimas.
k. Informan sebelas
Informan Sebelas merupakan Kepala Dusun Kotesan.
Beliau berusia 36 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA. Tugas
utamanya adalah sebagai kepala dusun, beliau juga berperan dalam
pengawasan semua kegiatan Pamsimas dan juga sebagai kader Air
Minum dan Pelestarian Lingkungan (AMPL). Dalam pengawasan
yang telah direncanakan dalam satuan kerja ini diawali dari
pembuatan proposal, Rencana Kerja Masyarakat (RKM),
sosialisasi atau pertemuan dengan warga sampai pada pemakaian
air kepada pengguna.
l. Informan duabelas
Informan Duabelas merupakan Kepala Desa Sanggrahan.
Beliau berusia 49 tahun. Beliau adalah lulusan SLTA. Tugas
utamanya adalah sebagai kepala desa, beliau juga berperan dalam
pengkoordinasian dan menampung serta menyampaikan ide dari
masyarakat yang berhubungan dengan program Pamsimas di Desa
Sanggrahan kepada pemerintah di tingkat Kabupaten. Memberikan
bantuan berupa dana, arahan agar semua warga di Desa
Sanggrahan dapat menikmati air bersih yang berkualitas layak
98
untuk dikonsumsi. Mendampingi segala kegiatan yang
berhunbungan dengan program Pamsimas.
m. Informan tigabelas
Informan Tigabelas merupakan Kepala Desa Pereng.
Beliau berusia 47 tahun. Beliau adalah lulusan Sarjana Teknologi
Pertanian. Tugas utamanya adalah sebagai kepala desa, beliau juga
berperan dalam pengkoordinasian dan menampung serta
menyampaikan ide dari masyarakat yang berhubungan dengan
program Pamsimas di Desa Pereng kepada pemerintah di tingkat
Kabupaten. Memberikan bantuan berupa dana, arahan agar semua
warga di Desa Pereng dapat menikmati air bersih yang berkualitas
layak untuk dikonsumsi. Mendampingi segala kegiatan yang
berhunbungan dengan program Pamsimas. Harapannya
memberikan kecukupan air minum yang sehat, bersih dan
meningkatkan pelayanan administrasi yang transparan.
n. Informan empatbelas
Informan empatbelas merupakan perwakilan dari
fasilitator tingkat Kabupaten Klaten. Beliau adalah seorang Bapak
berusia 52 tahun. Informan empatbelas ini tinggal di Pedan, Klaten
ini merupakan lulusan S2. Saat ini pekerjaan utama beliau sebagai
Kepala Bidang Fisik dan Prasarana di BAPPEDA Klaten. Selama
ini peran informan empatbelas adalah mewakili SATKER dalam
99
melaksanakan tugas di tingkat Kabupaten memberikan sosialisasi
kepada fasilitator di tingkat kecamatan dan diteruskan ke tingkat
desa-desa.
o. Informan limabelas
Informan limabelas merupakan perwakilan dari fasilitator
tingkat Kecamatan Prambanan. Beliau adalah seorang Bapak
berusia 33 tahun. Informan limabelas ini tinggal di Kauman,
Jemawan, Jatinom, Klaten ini merupakan lulusan S1 Kesehatan
Masyarakat. Saat ini pekerjaan utama beliau sebagai fasilitator
tingkat kecamatan. Selama ini peran informan limabelas adalah
mewakili SATKER dalam melaksanakan tugas di tingkat
kecamatan dan diteruskan ke tingkat desa-desa.
p. Informan enambelas
Informan enambelas merupakan perwakilan dari fasilitator
tingkat Kecamatan Prambanan. Beliau adalah seorang Bapak
berusia 40 tahun. Informan enambelas ini tinggal di Blado, Joton,
Jogonalan, Klaten ini merupakan lulusan S1. Saat ini pekerjaan
utama beliau sebagai fasilitator tingkat kecamatan. Selama ini
peran informan enambelas adalah mewakili SATKER dalam
melaksanakan tugas di tingkat kecamatan dan diteruskan ke tingkat
desa-desa.
100
3. Penerapan Program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten
Klaten
Terwujudnya program Pamsimas di Kecamatan Prambanan di
latar belakangi oleh masyarakat masih banyak membutuhkan adanya
air bersih dan sanitasi yang layak. Latar belakang lainnya yaitu di
Kabupaten Klaten sendiri ada 172 desa yang bermasalah dengan air
bersih (air langka atau tidak ada sumur, air asin, air dengan kadar Fe
tinggi, dan air yang tercemar bakteri ecoli). Pamsimas sendiri
merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan akses
terhadap pelayanan air minum dan sanitasi serta meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Program Pamsimas
diawali dari tahapan sosialisasi di tingkat Kabupaten, diteruskan di
tingkat Desa setelah itu pihak dari desa membuat proposal lalu setelah
disetujui diturunkannya SK Bupati. Setelah mendapatkan SK dari
Bupati desa membuat Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dilanjutkan
sosialisasi Identifikasi Masalah (IMAS) lalu dilaksanakan Pemicuan
terhadap sanitasi atau jamban. Setelah semua komponen dan syarat-
syarat terpenuhi maka diadakan gotong royong pemasangan pipa
utama dan pipa kepada pelanggan atau pengguna.
101
101
Gambar 4. Peta Jalur Pipa Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten
102
Setelah gotong royong melaksanakan pembentukan Badan
Pengelola Sarana Penyedia Air Minum dan Sanitasi (BP-SPAM), tahap
terakhir di serahkan kepada pihak Kabupaten untuk diadakannya
deklarasi terhadap air bersih dan sanitasi maka masyarakat sudah bisa
menggunakan sarana air tersebut. Setelah adanya tahapan sosialisasi
sampai penggunaan yang telah dijelaskan diatas dan berdasarkan SK
Bupati Kabupaten Klaten disepakati lokasi atau Kecamatan yang akan
diterapkannya program Pamsimas, maka muncul berbagai tanggapan
dari masyarakat umum. Tanggapan tersebut muncul dari masyarakat
yang bertempat tinggal di Kecamatan Prambanan mengenai penerapan
Program Pamsimas. Kecamatan Prambanan merupakan salah satu yang
termasuk kecamatan yang menerima program Pamsimas. Masyarakat
yang tinggal di Kecamatan Prambanan memiliki bermacam-macam
tanggapan terhadap penerapan program Pamsimas tersebut. Beberapa
tanggapan mengenai penerapan program Pamsimas tersebut antara lain :
a. Informan Satu
Informan satu mengungkapkan bahwa penerapan di desa
beliau diawali dengan cara mengajukan proposal melalui
BAPPEDA atau pihak Kabupaten yang diajukan secara langsung
dari pemerintahan Desa. Beliau merasa sangat terbantu dengan
adanya program Pamsimas dalam pemenuhan air pada kebutuhan
sehari-harinya. Beliau tinggal di sekitar masyarakat yang memiliki
tanggapan positif dan di apresiasi dengan sangat baik terhadap
103
penerapan program Pamsimas tersebut. Desa Cucukan tempat
beliau tinggal, hanya sedikit masyarakat yang memiliki tanggapan
negatif, sehingga dengan adanya program Pamsimas di Desa
Cucukan dinilai sangat membantu kebutuhan air bersih dan sanitasi
serta mejadi solusi dari masalah air bersih.
Informan satu mengungkapkan juga bahwa adanya program
Pamsimas tersebut memiliki banyak nilai positif bagi
kehidupannya mendatang. Beliau meyakini dengan adanya
Pamsimas akan meningkatkan taraf hidup beliau walaupun
terkadang menggunakan air sumur yang lama. Beliau meyakini
bahwa setelah adanya Pamsimas akan ada banyak manfaat yang
didapatkan oleh masyarakat dan sangat membantu dalam
pemenuhan air bersih yang berkualitas maupun layak konsumsi.
Tanggapan tentang penerapan program Pamsimas tersebut
diungkapkan beliau sebagai berikut:
“penerapan program Pamsimas di sini itu sangat
membantu, dalam pemenuhan kebutuhan air bersih
yang layak konsumsi dan sanitasi yang layak. Selain
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kondisi
air sebelum adanya program Pamsimas di Desa
Cucukan ini kandungan besinya tinggi mbak, buktinya
itu kalau mencuci pakaian yang berwarna putih nanti
lama-kelamaan akan berubah warna menjadi
kekuningan. Adalagi mbak, kalau setelah memasak air
setelah didiamkan atau diendapkan maka akan ada
endapan berupa lumpur halus berwarna keabu-abuan.
Jadi sebelum adanya program Pamsimas ini saya takut
mengkonsumsi air dari sumur saya tapi setelah adanya
program Pamsimas ini saya jadi yakin menggunakan
air Pamsimas karena sudah diuji dari pihak yang
bersangkutan langsung dengan kesehatan”.
104
Selain adanya alasan peningkatan taraf hidup yang
diungkapkan oleh informan satu, beliau juga sangat setuju dengan
adanya program Pamsimas. Melihat kondisi air yang ada di desa
informan satu yang memiliki kadar besi yang tinggi sebelum
adanya program Pamsimas. Setelah adanya program Pamsimas
beliau menjadi yakin mengkonsumsi air dari Pamsimas karena
telah teruji. Beliau sangat mendukung program Pamsimas ini dan
sangat mengapresiasi. Hal tersebut diungkapkan Informan Satu
sebagai berikut:
“Saya sangat setuju sekali dengan adanya program
Pamsimas di Desa Cucukan ini, karena sangat
membantu dalam pemecahan masalah yang ada di
Desa Cucukan yaitu memiliki kadar besi yang tinggi
pada air dan sangat bagus sekali karena program yang
seperti ini telah lama di tunggu oleh masyarakat di
Desa Cucukan”.
b. Informan Dua
Informan Dua secara pribadi menyatakan sangat setuju dan
sangat senang dengan adanya program Pamsimas di Desa Sengon.
Di Kecamatan Prambanan yang hampir seluruh masyarakatnya di
desa yang telah ada Pamsimas tersebut merupakan pihak yang
memiliki tanggapan positif terhadap program Pamsimas. Jadi,
Informan Dua berupaya untuk tetap membina hubungan baik
dengan orang-orang yang mengelola Pamsimas dan ikut serta
dalam memelihara sarana berupa meteran maupun mau melaporkan
bila ada kerusakan. Informan Dua ini juga tetap membina
105
hubungan baik dengan pihak yang tidak menggunakan atau
menjadi pengguna Pamsimas atau yang memiliki tanggapan negatif
tentang program Pamsimas supaya tidak terkena sangsi sosial yaitu
dikucilkan oleh lingkungannya.
Informan Dua yang sejak kecil tinggal di Desa Sengon,
Kecamatan Prambanan dan Informan Dua menyatakan bahwa
tanggapan terhadap penerapan program Pamsimas yaitu sangat
setuju dan pelayanannya baik, bila ada kerusakan dan keluhan dari
pengguna pihak pengelola segera dengan sigap membenahi agar
masyarakat kebutuhan airnya tidak terganggu. Masyarakat di Desa
Sengon sangat siap dan setuju dengan adanya perubahan
penggunaan dari air sumur ke air Pamsimas, karena telah terbukti
secara kesehatan yang telah diuji bahwa air Pamsimas benar-benar
layak konsumsi dan bebas dari zat-zat yang merugikan tubuh.
Berikut tanggapan Informan Dua mengenai penerapan program
Pamsimas di Desa Sengon :
“saya senang sekali dan setuju mbak adanya program
Pamsimas di Desa Sengon ini, wong banyune ki resik
koyo banyu aqua kae lho mbak jan bening banget.
Bahkan sampai mau saya minum langsung itu air
PAMSIMASnya karena benar-benar bening sekali,
tidak ada endapannya seperti air yang dari sumur saya
dulu. Bagus sekali airnya mbak, saya beruntung sekali
mendaftar sebagai pengguna karena manfaatnya
benar-benar terasa mbak. Dulu waktu sosialisasi saya
sudah kepingin sekali cepat-cepat diterapkan karena
melihat manfaatnya yang begitu banyak membantu.
Oiya mbak, waktu gotong royong itu juga saya
semangat biar cepat selesai dan segera bisa digunakan.
106
Pokonya sangat membantu sekali dengan adanya
program Pamsimas ini”.
Menurut Informan Dua, munculnya tanggapan masyarakat
tergantung pada setiap masing-masing orang, ada yang menanggapi
positif dan ada yang negatif. Tanggapan mengenai penerapan
program Pamsimas dinilai sebagian besar sangat senang dan setuju
karena sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan air bersih
yang layak konsumsi. Air yang berada di Kecamatan Prambanan
rata-rata memiliki kandungan besi yang tinggi. Adanya program
Pamsimas ini sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat. Program
Pamsimas ini memang berbasis masyarakat tetapi masih berada di
bawah pengawasan dari berbagai lembaga yaitu BAPPENAS,
Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri dan
Departemen Pekerjaan Umum..
Program ini di nilai oleh Informan Dua sangat baik, karena
sebelumnya diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat umum
sehingga masyarakat dapat membuka wawasan yang sebelumnya
mereka tidak tahu. Adanya sosialisasi sangat membantu
masyarakat untuk mengetahui manfaat apa yang didapatkan dari
program Pamsimas ini, selain itu masyarakat menjadi tahu tentang
kualitas air yang akan dipakai melalui tendon Pamsimas dan air
yang digunakan sebelum adanya Pamsimas. Hal tersebut seperti
yang diungkapkan Informan Satu sebelumnya, bahwa setiap
program yang akan dilaksanakan di Desa Sengon semua warganya
107
dikumpulkan di Balai Desa untuk mendapatkan sosialisasi.
Demikian yang diutarakan oleh Informan Dua:
“iya mbak, saya juga mendapat sosialisasi ken
ngumpul ten Bale Deso niku. Semua warga di suruh
kumpul di sana karena akan ada sosialisasi dari
BAPPEDA Klaten. Kalau ada apa-apa yang
berhubungan dengan Pamsimas pasti akan
dikumpulkan di Balai Desa oleh Pak Lurah. Ya dari
gotng royong buat jalur pipa utama terus pemasangan
pipa, penimbunan pipa sampai pemasangan ke rumah-
rumah itu mbak. Pokok e gotong royong sareng-
sareng ngoten mbak, kalau tidak berangkat gotong
royong nanti di denda. Dendanya 50 ribu mbak dan
nanti masih disuruh pasang pipa sendiri yang kearah
rumahnya, lak nggeh mending mangkat to mbak
sareng-sareng rencang e gotong royong ketinggal
guyup rukun wong tujuane nggeh sae. Gotong
royongnya semua warga harus ikut baik warga biasa
maupun warga yang memiliki jabatan di desa, selain
itu tidak memandang jenis kelamin pokoknya semua
ikut gotong royong”.
Pernyataan yang dinyatakan Informan Dua di atas
memperkuat pernyataan Irforman satu dari Desa Cucukan bahwa
sebelum ada kegiatan akan diadakan sosialisasi yang dilakukan dari
pihak pemerintah yaitu BAPPEDA maupun dari Tim Fasilitator
Masyarakat terkait program Pamsimas yang sudah sangat
diapresiasi oleh masyarakat walaupun baru tahap sosialisasi
pertama kali.
c. Informan Tiga
Informan Tiga merupakan salah satu orang yang dengan
tegas mengungkapkan dan menilai penerapan program Pamsimas
sangat membantu masalah air di Desa Sengon, seperti yang telah
108
diungkapkan oleh Infoman Dua di atas. Beliau juga merupakan
ketua dari BP-SPAMS Desa Sengon yang sangat cekatan bila ada
keluhan dari masyarakat dan sebelumnya menjabat sebagai Satuan
Pelaksana yang tahu seluk beluk program Pamsimas di Desa
Sengon sebelum di terapkan di desa beliau. Oleh karena itu,
Informan Tiga dipilih masyarakat sebagai ketua dari BP-SPAMS di
Desa Sengon.
Informan Tiga mengemukakan bahwa penerapan program
Pamsimas di Desa Sengon di nilai sangat lancar karena sebagian
besar masyarakatnya setuju dan diapresiasi diwujudkan melalui
aktifnya masyarakat dalam semua kegiatan yang terkait Pamsimas.
Hal tersebut dikarenakan Pamsimas sangat menbantu memecahkan
masalah air selama ini di Desa Sengon. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Informan Empat sebagai berikut:
“program Pamsimas di Desa Sengon itu sangat
diterima sekali oleh masyarakat di sini. Sangat
membantu, kalau penerapannya sangat baik malahan
lancar tidak ada kendala apapun dari lingkungan
maupun masyarakatnya. Karena dengan adanya
Pamsimas ini mampu mencukupi kebutuhan air bersih
dan sanitasi yang layak. kalau tidak ada program
Pamsimas ini entah bagaimana kedepannya dengan
kesulitan air di desa kami ini mbak. Karena adanya
Pamsimas kami jadi tau kualitas air yang selama ini
telah turun temurun digunakan ternyata kurang layak
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”.
d. Informan Empat
Informan Empat merupakan saah satu masyarakat yang
telah berpengalaman dalam Pamsimas, dengan dibuktikan bahwa
109
beliau telah menjabat 2 periode sebagai ketua BP-SPAMS di Desa
Sanggrahan di mulai sejak tahun 2011 dan berakhir di tahun ini.
Pengalaman beliaulai yang menjadikan beliau mendapat amanah
sebagai ketua sampai dua kali yaitu tanggap, cekatan dan mampu
memberi inovasi mengenai Pamsimas yang tidak hanya
dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Inovasi
tersebut ialah akan dibuatnya depot isi ulang air minum sebagai
kenang-kenangan dari beliau. Seperti tanggapan informan-
informan sebelumnya mengenai penerapan Pamsimas sangatlah
membantu dalam mengentaskan masyarakat dari kesulitan air
bersih. Hal tersebut sesuai dengan perkataan Informan Empat
sebagai berikut :
“penerapan Pamsimas di Desa Sanggrahan sini sudah
sesuai dengan apa yang dikehendaki masyarakat
maupun dari World Bank, karena Desa Sanggrahan
merupakan desa yang pertama kali mendapatkan
program Pamsimas dan sebagai desa percontohan
dari desa-desa lainnya yang memiliki masalah air
yang sama. Saya sangat setuju sekali dengan adanya
program Pamsimas ini karena semuanya jelas di
deteksi dengan alat yang sesuai dan orang yang ahli
di bidangya. Jelas secara kualitas airnya baik dari
kondisi fisik, kimia maupun bakteri maka dari itu
kualitas air yang di hasilkan dalam Pamsimas ini
berkualitas. Program Pamsimas ini di awali dengan
diberikannya sosialisasi dari pemerintah atau
BAPPEDA yang diikuti pada tahap perencanaan
sampai tahap evaluasi”.
e. Informan Lima
Informan Lima secara pribadi sangat merasa terbantu
dengan adanya program Pamsimas di desanya. Terutama di
110
desanya memiliki masalah air yang kompleks yaitu di bagian
selatan desa, airnya berwarna kekuningan sedangkan di bagian
utara desa airnya sulit untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
karena topografi desa yang lebih tinggi dibandingkan bagian desa
di sebelah selatan. Desa pada informan lima ini dilalui sungai yang
hulunya terdapat pabrik susu yang limbahnya langsung di buang ke
sungai sehingga mempengaruhi kualitas air di sekitarnya. Adanya
program Pamsimas sangat membantu dan memberikan solusi
permasalahan air yang ada di desa informan lima ini, sesuai
pernyataan beliau yaitu
“program Pamsimas ini diterima dengan sangat baik
oleh masyarakat sini mbak, sangat membantu dalam
mengatasi permasalahan air yang ada di tempat saya
ini. Saya merasa beruntung sekali mendapat bantuan
program ini karena diawali dengan berbagai macam
pengecekan, yang dimulai dari kualitas airnya,
sumber air yang ada maupun sampai bebasya buang
air besar. Ya kalau bisa program ini dapat
berlangsung terus menerus dan bias dipantau baik
dari pemerintah desa maupun pusat sehingga bila
terjadi permasalahan atau kendala segera dapat
diatasi”.
f. Informan Enam
Informan Enam mengungkapkan bahwa beliau memiliki
persepsi yang sama dengan informan-informan sebelumnya yaitu
sangat merasa terbantu dengan adanya Pamsimas. Pamsimas
menurut beliau secara umum sangat berpengaruh terhadap kondisi
air yang ada di desa beliau, karena dengan adanya Pamsimas, yang
dulunya kekeringan ketika musim kemarau sekarang warga
111
masyarakat dapat menikmati air dengan nyaman sesuai dengan
kebutuhan masing-masing tanpa harus bingung mencari sumber air
yang baru ketika musim kemarau tiba. Beliau mengharapkan
bahwa Pamsimas memberikan dampak yang positif terhadap
penyelesaian masalah air di desa beliau agar masyarakat dapat
memanfaatkan air tersebut dengan semaksimal mungkin. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan beliau yaitu
“Saya sangat setuju dengan Pamsimas ini, air yang
dihasilkan dari Pamsimas ini sangat membantu dalam
mengurangi permasalahan air di desa kami. Sebelum
adanya Pamsimas masyarakat mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan air karena sumber air
pada waktu kemarau mengering. Saya berharap
Pamsimas ini dapat memberikan kenyamanan yang
sesuai harapan masyarakat dan dapat membantu
semaksimal mungkin dalam memenuhi kebutuhan air
bersih serta berkualitas dalam kehidupan sehari-
hari”.
Kesimpulan : penerapan program Pamsimas di Kecamatan
Prambanan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan air.
Permasalahan yang ada di Kecamatan Prambanan ialah
mengeringnya sumber air pada saat musim kemarau, terdapat
kandungan besi sehingga airnya berwarna kekuningan. Dalam
penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan berjalan
dengan lancar karena sebagian besar masyarakatnya menerima
dengan sangat baik. Penerimaan yang baik tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya gotong royong yang didukung oleh
semua kalangan masyarakat baik warga biasa maupun warga yang
112
memiliki jabatan di desa yang tidak membedakan gender.
Keterlibatan masyarakat dan pemerintah desa ditujukan agar
mengintensifkan lembaga yang sudah ada agar memberikan
dukungan dan pendampingan terhadap BPSPAMS. Pamsimas
dimulai pada tahap sosialisasi diikuti tahap perencanaan sampai
tahap evaluasi.
4. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan
program Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
Beberapa faktor pendukung dalam penerapan Pamsimas sebagai
berikut :
a. faktor pendukung merupakan hal yang mendasar pada setiap
pelaksanaan program. Faktor pendukung dapat dari lingkungan
dan manusianya.
1) Informan Satu
“faktor yang mendukung berupa dari masyarakat
yaitu dana swadaya atau iuran, ada yang sumbang
sih ide mbak, tidak hanya itu kalau tidak ide ya
tenaga dengan melakukan gotong royong”.
2) Informan Dua
“kalau di desa saya, faktor pendukung berjalannya
Pamsimas karena kandungan kapur tinggi sehingga
banyak endapan yang ada di dalam air yang
biasanya di konsumsi sehari-hari. Selain adanya
kandungan kapur, sulitnya air pada saat musim
kemarau itu mbak banyak sumber-sumber air
mengering”.
3) Informan tiga
“adanya Pamsimas di desa kami karena kualitas air
di sini kurang bagus mbak. Airnya berwarna
113
kekuningan, kalau didiamkan beberapa saat akan
ada endapan berwarna keabu-abuan”.
4) Informan Empat
“seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan air
semakin meningkat apalagi kebutuhan air yang
berkualitas sehingga di desa kami membutuhkan
peningkatan kualitas air. Peningkatan kebutuhan air
ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah
masyarakat maka kebutuhan akan air bersih yang
berkualitas bertambah baik di masa sekarang dan di
masa yang akan datang. Faktor pendukung secara
alami lainnya yaitu sumber air atau sumur yang di
bagikan kepada anak-anaknya. Ya Alhamdulillah
pemerintah memberikan solusi dengan adanya
program Pamsimas ini sehingga bisa
mengatasinya”.
5) Informan Lima
“semangat masyarakat dalam hal swadaya sehingga
membuat program Pamsimas berjalan dengan
lancar. Budaya gotong royong yang masih
dijunjung tinggi dalam masyarakat maka
menghasilkan suatu perubahan yang sesuai dengan
keinginan masyarakat. Selain adanya semangat
swadaya dari masyarakat dan jiwagotong royong
yang tinggi, bantuan pemerintah sangat dibutuhkan
oleh masyarakat berupa pengarahan sampai
monitoring atau memantau pada setiap tahapan
kegiatan yang berjalan”.
6) Informan Enam
“Kurangnya jumlah air yang ada di desa kami pada
saat musim kemarau karena letak desa kami berada
di daerah topografi yang agak tinggi. Kurangnya
volume air tersebut terjadi sudah turun temurun
sehingga masyarakat telah hafal dengan siklus air
di desa kami. Jika sumber air sudah mulai
berkurang maka masyarakat harus mencari akal
untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari,
biasanya dengan mencari sumber air yang baru dan
meminta air pada sumur tetangga yang masih
banyak jumlah airnya”.
114
Kesimpulan : antusiasme masyarakat dengan adanya
program Pamsimas dibuktikan dengan sambutan yang
sangat baik yaitu masyarakat mau memberikan swadaya
berupa ide, tenaga maupun dana. Semangat gotong royong
pada setiap desa penerima Pamsimas masih sangat
dijunjung tinggi dalam setiap kegiatan yang ada dengan
didukung penuh dari pemerintahan desa setempat. Tidak
semua desa menerima dengan baik adanya Pamsimas,
karena ada desa yang merasa kualitas air di desanya bagus
dan tidak memerlukan adanya program Pamsimas.
b. Faktor penghambat merupakan faktor yang menjadi kendala
pada program Pamsimas
1) Informan Satu
“adanya sebagian masyarakat yang tidak setuju
dengan program Pamsimas karena merasa air yang
selama ini di konsumsi sudah layak. kualitas air
dan sumber air yang ada dirasa sudah cukup layak
untuk konsumsi dari segi kesehatan karena merasa
tidak menyebabkan penyakit apapun”.
2) Informan Dua
“Di desa kami masyarakatnya sangat antusias
dalam menerima program Pamsimas sehingga tidak
ada faktor yang menghambat baik dari pemerintah
desa maupun masyarakatnya. Adanya pengecekan
dari bidan setempat atau dinas kesehatan membuat
sebagian besar masyarakat sadar akan pentingnya
kualitas air yang dikonsumsi. Selain kuantitas air
yang ada pada masyarakat, kualitas air juga
mendukung keyakinan masyarakat memilih
menggunakan air dari Pamsimas”.
115
3) Informan Tiga
“banyak masyarakat yang merasa kualitas airnya
bagus tidak perlu menggunakan air dari Pamsimas
karena selama menggunakan air tersebut tidak
menimbulkan penyakit”.
4) Informan Empat
“faktor yang menghambat pada desa kami ialah
faktor teknis setelah adanya Pamsimas 2 atau
Pamsimas HID (Hibah Insentif Desa) yaitu belum
semua masyarakat mendapatkan layanan air yang
memadai karena letak desa yang memanjang.
Layanan air yang masih terfokus pada satu sumber
air sehingga masyarakat yang jauh dari tendon air
tidak mendapat aliran air”.
5) Informan Lima
“karena program Pamsimas ini sangat diterima di
masyarakat sehingga masih belum terlihat kendala
yang ada. Masyarakat sangat senang dengan
adanya Pamsimas karena telah memberikan solusi
bagi permasalahan yang ada selama ini. Kualitas
dan kuantitas air di desa yang kurang layak
konsumsi inilah yang membuat masyarakat
menerima dengan tangan terbuka program
Pamsimas”.
6) Informan Enam
“adanya sebagian masyarakat yang tidak setuju
dengan adanya program Pamsimas yaitu dengan
cara memberikan pengaruh buruk pada masyarakat
yang telah setuju dan sadar akan pentingnya
kualitas air yang layak konsumsi. Selain itu, ada
beberapa oknum yang merusak fasilitas Pamsimas
yaitu dengan membakar saluran air yang menuju
tiap-tiap rumah”.
7) Informan Tujuh
“kendala yang ada di desa kami ialah kurangnya
volume air dibandingkan dengan kebutuhan air
pada masyarakat. Kurangnya jumlah air tesebut
diakibatkan karena banyaknya masyarakat yang
ingin menggunakan air dengan kualitas yang layak
konsumsi”.
116
8) Informan Delapan
“selain kendala berupa faktor masyarakat, daya
dukung lingkungan berupa sumber air yaitu faktor
teknis berupa kesulitan pembuatan laporan yang
berhubungan dengan program Pamsimas”.
9) Informan Sembilan
“faktor dana yaitu berupa iuran wajib yang
dikenakan pada setiap pengguna Pamsimas,
masyarakat masih kurang peduli dan sadar akan
pembayaran iuran tersebut. Iuran tersebut
dikenakan pada setiap bulan pada setiap pengguna,
sehingga para pengurus yang berhubungan dengan
penarikan merasa sulit untuk meminta iuran
tersebut”.
10) Informan Sepuluh
“belum terpenuhinya air bagi seluruh masyarakat
karena jaringan cukup luas dengan bentuk desa yang
menyebar, memanjang dan topografi desa beragam.
Selain faktor air dan topografi desa masih adanya
kendala pada dana walaupun masyarakat sudah
memberikan dana swadaya”.
11) Informan Sebelas
“di desa kami cukup lancar tidak ada kendala yang
terjadi, hanya kami menginginkan penambahan
jaringan kepada masyarakat yang jauh dari tendon
air agar dapat teraliri air dengan optimal”.
12) Informan Duabelas
“kendala yang ada di desa kami ialah bila semua
pelanggan menggunakan air secara bersamaan
maka volume air yang sampai pada setiap rumah
menjadi sedikit karena terbagi-bagi. Warga
masyarakat yang sadar akan kesehatan di desa kami
begitu tinggi, sehingga pemerintah desa
mengimbanginya dengan cara memberikan bantuan
insentif berupa tanah kas desa yang dijadikan
tempat pembuatan tendon kedua untuk memenuhi
permintaan masyarakat yang belum teraliri air”.
13) Informan Tigabelas
“sumber air yang ada di desa saya tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat karena
terkendala volume air yang berkurang bila musim
117
kemarau. Selain faktor air, faktor wilayah desa
yang bergelombang dan berbatu”.
Kesimpulan : adanya masyarakat yang tidak setuju dengan
program Pamsimas karena merasa kualitas air yang
dikonsumsi selama ini layak karena telah digunakan secara
turun temurun dan tidak menimbulkan penyakit. Selain
faktor masyarakat, adanya faktor teknis berupa penempatan
tandon air yang belum dapat mencakup seluruh masyarakat
yang menggunakan sehingga belum semua dapat teraliri
dengan lancar. Adanya masyarakat yang terlalu agresif
dengan Pamsimas yaitu dengan merusak fasilitas yang
berhubungan dengan Pamsimas berupa saluran pipa kepada
masyarakat. Tidak semua desa menerima dengan baik
adanya Pamsimas karena ada desa yang merasa kualitas
airnya bagus dan tidak memerlukan adanya Pamsimas.
5. Tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas
a. Informan Satu
“tanggapan masyarakat dengan adanya Pamsimas sangat
bagus dibuktikan dengan antusiasme masyarakat
menerima program ini. Persetujuan tersebut sangat
mempengaruhi aktivitas kebutuhan air pada setiap
keluarga yaitu teratasinya permasalahan air yang terjadi.
Dengan adanya program Pamsimas aktivitas sosial berupa
hubungan kekeluargaan antar pengguna berjalan dengan
baik, karena setiap bulan mengadakan pertemuan
membahas perkembangan program Pamsimas dari bulan
sebelumnya agar kedepannya dapat lebih baik”.
118
b. Informan Dua
“setujunya masyarakat didukung dengan pelayanan dari
program Pamsimas yang sangat berpengaruh bagi
masyarakat yaitu kualitas air bersih yang dihasilkan
membuat masyarakat yakin mengonsumsi air. Selain itu
aktivitas sosial hubungan antar pengguna berjalan dengan
baik dengan mendapat kenyamanan dalam menggunakan
program Pamsimas”.
c. Informan Tiga
“persetujuan masyarakat mengantarkan pada sumber air
yang lebih layak untuk di konsumsi baik secara kualitas
maupun kuantitasnya. Penyediaan air yang mudah
sehingga masyarakat tidak perlu kesulitan bila musim
kemarau tiba. Berkurangnya masyarakat dengan perilaku
Buang Air Besar Sembarangan (BABS)”.
d. Informan Empat
“masyarakat membutuhkan kualitas dan kuantitas air yang
layak konsumsi dan bersedia melaksanakan program
Pamsimas baik secara dana swadaya, gotong royong dan
sampai pada perawatan. Bila terjadi kerusakan sesegera
dibenahi agar masyarakat tidak terganggu aktivitas rumah
tangganya. Layanan air di desa kami telah mencapai
puncaknya yaitu masyarakatnya secara keseluruhan sudah
terpenuhi pelayanan airnya sehingga masyarakat,
penggurus Pamsimas maupun pemerintah desa akan
membuat depot pengisian ulang air minum atau di
komersialkan agar dapat bersaing dan menambah
pengalaman maupun dana masyarakat untuk program
pengembangan lebih lanjut”.
e. Informan Lima
“sebagian besar masyarakatnya merasakan perbedaan dan
kenyamanan dalam menggunakan program Pamsimas.
Dengan kenyamanan yang telah didapatkan masyarakat
tetap mengadakan pertemuan rutin dengan tujuan menjaga
dan melakukan pemantauan agar segala fasilitas yang ada
tetap terkontrol bila ada kerusakan segera diperbaiki. Bila
ada informasi yang berhubungan dengan Pamsimas dengan
sigap seluruh masyarakat mengindahkan dengan
memyambungkan informasi tesebut kepada masyarakat
yang lainnya agar segera mengetahuinya”.
119
f. Informan Enam
“masyarakat sangat terbantu dengan adanya program
Pamsimas yaitu terpecahkannya masalah selama ini berupa
kekeringan pada saat musim kemarau. Sulitnya air telah
terbantu dengan adnya program Pamsimas “.
Kesimpulan: tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas
sangat beragam, tetapi sebagian besar masyarakatnya sangat
antusias dan senang, merasa terbantu dalam memecahkan masalah
yang ada pada desanya terutama pada saat musim kemarau.
Kesulitan air pada saat musim kemarau merupakan faktor yang
sangat dominan pada setiap desa penerima program Pamsimas,
walaupun permasalahan secara spesifiknya beragam berupa adanya
kandungan besi, lumpur dan kualitas air yang kurang layak untuk
dikonsumsi. masyarakat setuju dengan adanya Pamsimas di
Kecamatan Prambanan karena sangat membantu dalam
menyelesaikan masalah kualitas air yang kurang layak untuk
dikonsumsi.
6. Partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas
a. Informan Satu
“Salah satu syarat dalam program Pamsimas ialah stop
BABS (Buang Air Besar Sembarangan) sehingga
masyarakat saling mengingatkan agar kesehatan desa
menjadi lebih baik dengan adanya program Pamsimas.
Kegiatan yang ada pada setiap tahapan Pamsimas diikuti
masyarakat dengan antusias diawali dengan tahapan
sosialisasi kepada masyarakat. Partisipasi masyarakat
untuk mendukung Pamsimas berupa dana swadaya, tenaga
maupun ide agar dapat berjalan dengan lancar”.
120
b. Informan Dua
“semua masyarakat mengikuti kegiatan Pamsimas karena
air dengan masyarakat hubungannya sangat erat. Gotong
royong pemasangan pipa merupakan salah satu kegiatan
dalam Pamsimas, pertemuan rutin setiap satu bulan sekali
bertujuan mengevaluasi bulan sebelumnya. Sumbangan
masyarakat berupa tenaga, dana swadaya maupun gagasan
sangat membantu program Pamsimas berjalan sesuai
denga rencana agar masyarakat mendapatkan layanan yang
optimal”.
c. Informan Tiga
“kegiatan dalam program Pamsimas dari tingkat desa
sebagai ketua, pada tingkat Kabupaten sebagai
Koordinator Wilayah dan anggota Asosiasi BPSPAMS.
Pertemuan rutin tingkat Kabupaten dan Desa membahas
segala kendala yang ada dan menemukan solusi yang tepat
untuk pemecahannya. Segala kegiatan yang ada
masyarakat memberikan sumbangan berupa uang, tenaga
dengan kesadaran akan gotong royong pada setiap
kegiatan”.
d. Informan Empat
“semua kegiatan yang berhubungan dengan Pamsimas
wajib diikuti bagi seluruh pengurusnya dan pengguna agar
tidak ada yang dibeda-bedakan. Kegiatan pada tingkat
kabupaten yaitu sebagai seksi asosiasi pada bagian Sanitasi
dan Kesehatan. Berupa kegiatan mengelola lembaga,
pengawasan kualitas serta pertemuan rutin. Hubungannya
sumbangan dan kegiatan sangat berkaitan karena tidak
adanya sumbangan suatu kegiatan tidak akan berjalan
dengan lancar. Sumbangan dari masyarakat tersebut
berupa uang, gagasan dan tenaga”.
e. Informan Lima
“kegiatan rutin dalam Pamsimas ialah pertemuan
perkumpulan pengurus Pamsimas desa yang terdiri dari
pengurus inti, teknisi. Pembahasan dalam pertemuan rutin
adalah mengenai iuran yang di bebankan kepada
masyarakat beserta laporannya tiap bulan, selain itu adanya
pengecekan secara berkala pada meteran pengguna agar
tetap terjaga dan bila terjadi kerusakan dapat dengan
segera dibereskan”.
121
f. Informan Enam
“segala kegiatan Pamsimas masyarakat diikutsertakan
mulai dari tahapan perencanaan sampai tahap evaluasi
kegiatan dan perawatannya. Diikutsertakannya seluruh
masyarakat pada setiap kegiatan denga tujuan msyarakat
mempunyai rasa memiliki terhadap segala sesuatu yang
berkaitan dengan Pamsimas”.
Kesimpulan : seluruh masyarakat mengikuti kegiatan Pamsimas
dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi. Salah satu
contohnya masyarakat mengikuti pemasangan pipa secara gotong
royong. Suatu kegiatan bila tidak ada sumbangan maka tidak akan
berjalan sehingga masyarakat memberikan sumbangan berupa dana
swadaya berupa iuran, dibuktikan dengan aktif dan lancarnya iuran
masyarakat pada setiap bulan. Masyarakat ikut serta dalam
menjaga fasilitas yang ada seperti pipa, meteran yang ada di sekitar
tempat tinggalnya dan bila ada kerusakan masyarakat dapat
melaporkan pada BPSPAMS agar tidak mengganggu aktivitas
rumah tangga.
7. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program
Pamsimas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
a. Informan Satu
”selalu diadakannya konsultasi yang berhubungan dengan
program Pamsimas, agar tidak berhenti pada tahap evaluasi
dengan harapan dapat terus berkembang serta memberi
manfaat kepada seluruh masyarakat. Meningkatkan
kualitas kesehatan pada desa-desa yang memiliki masalah
kesehatan yang berhubungan dengan kualitas air.
Terjangkaunya air untuk seluruh masyarakat yang
membutuhkan dengan kualitas yang bagus. Dukungan dari
masyarakat dalam perannya mengurangi BABS atau stop
122
BABS dapat mengubah tingkat kesehatan desa ke arah
yang lebih baik. Selain dari masyarakat pemerintah
memberikan bantuan tidak hanya dalam hal memandu
tetapi juga memberikan bantuan serta mencarikan bantuan
agar Pamsimas dapat berkembang”.
b. Informan Dua
”menambah bantuan dengan cara menambah jaringan pada
masyarakat yang belum menerima saluran air. Dengan
adanya iuran setiap bulan diharapkan jika ada kerusakan
dapat dengan segera dibenahi agar tidak mengganggu
aktivitas rumah tangga. Pemerintah memberikan
sumbangan dana agar dapat lebih dikembangkan agar
masyarakat lebih nyaman menggunakan air dari
Pamsimas”.
c. Informan Tiga
”program Pamsimas lebih dikembangkan dan lebih
memberi manfaat terhadap masyarakat. Pengembangan
Pamsimas harus didukung oleh pemerintahan desa dengan
cara mengintensifkan kinerjanya. Selain mengarah pada
pengembangan, kesadaran akan iuran wajib tiap bulan
yang dibayarakan oleh pengguna perlu dioptimalkan.
Sebagai wujud nyata bantuan pemerintah desa ialah
pendanaan untuk menambah jaringan”.
d. Informan Empat
”dengan adanya Pamsimas diharapkan tetap berlangsung
secara terus menerus agar dapat dinikmati dan digunakan
untuk jangka waktu yang lama. menciptakan desa yang
terbebas dari BABS dan warga masyarakat dapat
menikmati air yang murah dan berkualitas. Pemerintah
desa tetap menjalin hubungan dengan pengguna agar
mengetahui bila ada kerusakan atau masukan dapat segera
ditangani. Selain itu pemerintah desa mengadakan
pembinaan kepada penggurus dan pengguna agar menjadi
lebih baik kedepannya”.
e. Informan Lima
”pemerintah desa ikut serta mengatasi kesulitan atau
koordinasi dalam kegiatan Pamsimas. Pemerintah desa
juga membuatkan Surat keputusan untuk pengurus
BPSPAMS berdasarkan landasan hukum yang berkaitan
dengan Pamsimas. Selain pemerintah desa masyarakat
diharapkan ikut serta menjaga segala fasilitas yang ada
123
misalnya melaporkan jika ada kerusakan agar segera
ditangani dan tidak mengganggu aktivitas rumah tangga”.
f. Informan Enam
”pemerintah desa memberikan bantuan penambahan dana
agar dapat berjalan lancar, terus menerus dan
berkelanjutan. Pemerintah desa beserta pengurus
BPSPAMS memberikan bantuan untuk melakukan
pengembangan jaringan maupun sumber air”.
g. Informan Tujuh
”membangkitkan swadaya masyarakat untuk dapat
memenuhi segala kekurangan terutama kekurangan pada
jaringan. Mengalokasikan dana dari desa untuk
mendukung secara penuh program Pamsimas”.
h. Informan Delapan
”pengurus Pamsimas mengajukan bantuan untuk
mendapatkan penambahan jaringan. mengurangi
masyarakat tentang budaya BABS”.
i. Informan Sembilan
”dengan cara meningkatkan iuran wajib tiap bulannya dan
lancar maka masyarakat juga akan mendapatkan pelayanan
yang lebih baik. Dukungan penuh dari pemerintah desa
berupa pendanaan untuk program pengembangan”.
j. Informan Sepuluh
”penambahan dana swadaya dari masyarakat yang
didukung oleh bantuan pemerintah desa agar dapat
berkembang pada masarakat yang belum menggunakan.
Meningkatkan kualitas hidup msyarakat dengan
mengetahui kualitas air yang dikonsumsi”.
k. Informan Sebelas
”memperluas jaringan ialah tujuan utama agar seluruh
masyarakat dapat menikmati air yang berkualitas. Air yang
berkualitas tersebut tetap dijaga agar kualitasnya tidak
menurun dengan dilakukannya pengecekan air tiap 3 bulan
sekali oleh BPSPAMS”.
l. Informan Duabelas
”menambah jaringan agar seluruh masyarakat dapat
menggunakan air yang berkualitas sehingga terwujud desa
yang sehat dan bebas dari BABS. Penambahan tandon air
124
bagi masyarakat yang jangkauannya jauh dari tandon air
yang pertama”.
m. Informan Tigabelas
”menambah sumber air dengan tujuan agar masyarakat
tercukupi akan kebutuhan air yang berkualitas. Selain
berkualitas air tersebut juga bersih dan tersedia walaupun
musim kemarau. Pelayanan kepada masyarakat
ditingkatkan dengan cara bila ada keruasakan dengan
segera dibenahi agar masyarakat tidak terganggu”.
Kesimpulan : secara umum sebagian besar pamong setempat peduli
dengan adanya program Pamsimas dapat dibuktikan dengan
mendukung adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk ikut
menghilangkan budaya BABS (Buang Air Besar Sembarangan),
serta memberikan bantuan pendanaan agar Pamsimas dapat
berkembang dan menjangkau seluruh masyarakatnya. Tidak hanya
dari pemerintah desa dan masyarakat, pemerintah pusat juga
memberikan apresiasi kepada desa-desa yang telah berhasil
menjalankan Pamsimas dan dapat menghilangkan budaya BABS
dengan memberikan bantuan dana untuk pengembangan yang lebih
lanjut.
125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang
penelitian tanggapan dan partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas
di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penerapan program Pamsimas di Kecamatan Prambanan
melibatkan semua lapisan masyarakat tidak membedakan gender
agar tidak ada ketimpangan pada setiap kalangan. Penerapan
Pamsimas melibatkan pula Pemerintah Desa setempat dengan
tujuan mengintensifkan lembaga yang sudah ada agar dapat
memberikan dukungan dan pendampingan terhadap BPSPAMS.
Bentuk penerapan Pamsimas di Kecamatan Prambanan diawali
dengan adanya sosialisasi dari pemerintah pusat atau BAPPEDA,
diikuti dengan tahap perencanaan, pelaksanaan pemantauan dan
sampai pada tahap evaluasi.
2. a) Faktor pendukung : (1) swadaya masyarakat berupa ide, tenaga
maupun dana. (2) Semangat gotong royong pada setiap desa
penerima Pamsimas masih sangat dijunjung tinggi dalam setiap
kegiatan yang ada dengan didukung penuh dari pemerintahan desa
setempat.
126
b) Faktor penghambat : (1) adanya masyarakat yang merasa
kualitas air yang di konsumsi selama ini layak karena telah
digunakan secara turun temurun dan tidak menimbulkan penyakit.
(3) adanya faktor teknis berupa penempatan tendon air yang belum
dapat mencakup seluruh masyarakat yang menggunakan sehingga
belum semua dapat teraliri dengan lancar. (3) masyarakat yang
terlalu agresif dengan Pamsimas yaitu dengan merusak fasilitas
yang berhubungan dengan Pamsimas berupa saluran pipa kepada
masyarakat. (4) Tidak semua desa menerima dengan baik adanya
Pamsimas tetapi ada desa yang merasa kualitas air di desa bagus
dan tidak memerlukan adanya program Pamsimas.
3. Tanggapan masyarakat terhadap program Pamsimas sangat
beragam: a) sebagian besar masyarakat setuju dengan adanya
program Pamsimas karena terbantu dalam memecahkan masalah
yang ada pada desanya terutama pada saat musim kemarau.
b) Kualitas air yang ada pada setiap desa penerima program
Pamsimas banyak mengandung besi dan lumpur sehingga air yang
dikonsumsi kurang layak. c) masyarakat setuju dengan adanya
Pamsimas di Kecamatan Prambanan karena sangat membantu
dalam menyelesaikan masalah kualitas air yang kurang layak
konsumsi di Kecamatan Prambanan.
4. Partisipasi masyarakat dalam program Pamsimas: a) ditunjukkan
dengan mengikuti semua kegiatan yang ada yaitu mulai dari tahap
127
sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi.
b) masyarakat aktif dan lancar dalam membayar iuran setiap bulan.
c) masyarakat ikut serta dalam menjaga fasilitas yang ada seperti
pipa, meteran yang ada di sekitar tempat tinggalnya dan bila ada
kerusakan masyarakat dapat melaporkan pada BPSPAMS agar
tidak mengganggu aktivitas rumah tangga.
5. Upaya meningkatkan program Pamsimas: a) Meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk ikut menghilangkan budaya BABS
(Buang Air Besar Sembarangan). b) pemerintah memberikan
bantuan pendanaan agar Pamsimas dapat berkembang dan
menjangkau seluruh masyarakatnya. c) pemerintah pusat
memberikan apresiasi kepada desa-desa yang telah berhasil
menjalankan Pamsimas dan dapat menghilangkan budaya BABS
dengan memberikan bantuan dana untuk pengembangan yang lebih
lanjut.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diambil dari hasil dan pembahasan
penelitian diatas, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Masyarakat ikut serta menjaga fasilitas dari Pamsimas yang sudah
ada seperti meteran dan pipa.
2. Pemerintah Pusat memberikan sosialisasi lebih lanjut terhadap desa
atau masyarakat yang masih belum menerima Pamsimas agar
mengetahui manfaat yang didapatkan dari Pamsimas.
128
3. Pemerintah desa memberikan pendampingan dan pengarahan yang
intensif terhadap BPSPAMS agar dapat melayani masyarakat
pengguna dengan optimal.
4. Pemerintah pusat memberikan apresiasi atau penghargaan pada
desa yang telah melaksanakan dan menghilangkan budaya BABS
(Buang Air Besar Sembarangan) agar masyarakat dapat lebih sadar
akan kesehatan dan lingkungannya.
5. Pemerintah Pusat dalam program Pamsimas tidak hanya mencakup
pada lingkungan masyarakat tetapi diperluas pada lingkungan
sekolah dan tempat-tempat ibadah, terutama pada daerah yang
padat penduduk.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmanmaman. (1988). Geografi Perilaku. Jakarta: DEPDIKBUD.
Ance Gunarsih Kartasapoetra. (2006). Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah
dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Bagong Suyanto & Sutinah. (2010). Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Bintarto dan Surastopo Hadi Sumarno. (1991). Metode Analisis Geografi. Jakarta:
LP3ES.
Djauhari Noor. (2006).Geologi Lingkungan. Jogjakarta : GrahaIlmu.
Evi Susanti. (2014). Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Mitigasi Bencana di Kawasan
Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi Desa Mranggen Kecamatan
Srumbung Kabupaten Magelang.Skripsi. FIS UNY.
Ibrahim Surotinojo. (2009). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Sanitasi Oleh
Masyarakat (SANIMAS) di Desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten
Boalemo Gorontalo.Tesis.Universitas Diponegoro.
Indarto. (2010). Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Jamzi Mordani. (2014). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Desa Kampung Panjang Kecamatan
Kampar Utara Kabupaten Kampar. Skripsi. UIN SULTAN SYARIF KASIM
RIAU.
Khairuddin. (1992). Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek: Sosiologi ,Ekonomi
Dan Perencanaan. Yogyakarta: Liberty.
Lexy J. Moleong.(2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T. Remaja
Rosda Karya.
Loekman Soetrisno. (1995). Menuju Masyarakat Partisipasif. Yogyakarta:Kanisius.
Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif
(terjemahan Tjejep Rohendi Rohidi): UI Press.
Muhammad Idrus. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial.Jakarta :Erlangga.
Moh.Pabundu Tika. (2005). Metode Penelitian Geografi .Jakarta: PT Bumi Aksara.
St.Rodliyah. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusandan
Perencanaan di Sekolah. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Suharyono dan Moch.Amien. (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Ditjen Dikti
Depdikbud
Taliziduhu Ndraha. (1987). Pembangunan Masyarakat: Mempersiapakan Masyarakat
Tingkat Tinggal Landas (Sebuah Sentuhan). Jakarta: PT Rineka Cipta.
TaliziduhuNdraha. (1997). Metodologi Ilmu Pemerintahan.Jakarta: PT RinekaCipta.
Tjahya. (2000). Strategi Pembangunan dan Kemiskinan.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Uwe Neis. (1993). Memanfaatkan Air Limbah. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Weni Lestari. (2014). Tingkat Partisipasi Pelaku Pariwisata Dalam Pengelolaan Sampah
Di Objek Pariwisata Pantai Parangtritis Desa Parangtritis Kecamatan Kretek
Kabupaten Bantul. Skripsi: FIS UNY
(http://new.pamsimas.org) diakses pada tanggal 6 Maret 2015 pukul 13.56
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK FASILITATOR
A. Identitas Narasumber
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal / Waktu Wawancara :
B. Daftar pertanyaan
1. Penerapan Program PAMSIMAS
1) Apa yang melatarbelakangi adanya program PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
...................................................................................................................... .
.......................................................................................................................
2) Bagaimana sejarah adanya program PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.............................................................................................................. .........
3) Apakah dari pihak fasilitator sudah melaksanakan sosialisasi kepada
penduduk pengguna PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
4) Adakah tanggapan setuju dan tidak setuju dari penduduk yang
menggunakan PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
5) Apa saja permasalahan sosial dan lingkungan yang terjadi?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
6) Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakanginya?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
7) Bagaimana upaya dari pihak fasilitator untuk mengatasi permasalahan
tersebut?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
8) Adanya tanggapan setuju dan tidak setuju terhadap program PAMSIMAS
ini apakah mempengaruhi :
a. Aktivitas kebutuhan keluarga terhadap air
b. Aktivitas sosial penduduk setempat
c. Kenyamanan menggunakan PAMSIMAS
d. Hubungan kekeluargaan dan hubungan penduduk pengguna
PAMSIMAS
9) Bagaimana koordinasi dan solusi dari pihak fasilitator terkait program
PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
10) Adakah harapan dari pihak fasilitator terhadap pengguna PAMSIMAS
dalam hal partisipasi pelaksanaan program PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMERINTAH DESA
A. Identitas Narasumber
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal / Waktu Wawancara :
B. Daftar pertanyaan
1) Apakah peran Bapak / Ibu di Satker ini?
2) Bagaimana keterlibatan Bapak / Ibu dalam program PAMSIMAS?
3) Apa saja kendala yang dihadapi dalam program PAMSIMAS?
4) Apakah upaya yang digunakan untuk mengatasi kendala tersebut?
5) Apa saja yang telah direncanakan Satker untuk program PAMSIMAS?
6) Apakah hasil akhir yang diharapkan dengan adanya program PAMSIMAS?
7) Apakah ada upaya untuk meningkatkan PAMSIMAS? Jika ada berupa apa
saja?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGGUNA PAMSIMAS
A. Identitas Narasumber
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Jarak Rumah Dengan Tandon :
Tanggal / Waktu Wawancara :
B. Daftar pertanyaan
1. Penerapan Program PAMSIMAS
1) Bagaimana pendapat Bapak / Ibu mengenai adanya program PAMSIMAS
tersebut?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
2) Apakah Bapak / Ibu setuju atau tidak setuju dengan adanya program
PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
3) Apakah Bapak / Ibu pernah mendapatkan sosialisasi terkait program
PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
4) Bagaimana penerapan program PAMSIMAS menurut Bapak / Ibu?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
5) Apakah dengan adanya penerapan program PAMSIMAS sangat
membantu dalam pemenuhan kebutuhan air Bapak / Ibu?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
6) Bagaimana kondisi air yang Bapak / Ibu gunakan sebelum adanya
program PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
7) Apakah Bapak / Ibu pernah mengikuti kegiatan yang terkait pro dan
kontra program PAMSIMAS?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
........................
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
1) Apakah ada faktor yang mendukung dalam program PAMSIMAS
tersebut? Jika ada berupa apa saja?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
2) Apakah ada faktor yang menghambat dalam program PAMSIMAS
tersebut? Jika ada berupa apa saja?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
3) Bagaimana langkah yang sudah ditempuh untuk menyelesaikan beberapa
permasalahan yang muncul?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
4) Bagaimana koordinasi dan solusi dari pemerintah setempat terkait
pemilihan tempat tendon dan sumur?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
3. Tanggapan / persepsi
1) Bagaimana tanggapan Bapak / Ibu terkait program PAMSIMAS ini? Jika
setuju mengapa? Jika tidak setuju mengapa?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
2) Adanya tanggapan setuju dan tidak setuju terhadap program PAMSIMAS
ini apakah mempengaruhi :
a. Aktivitas kebutuhan keluarga terhadap air
b. Aktivitas sosial penduduk setempat
c. Kenyamanan menggunakan PAMSIMAS
d. Hubungan kekeluargaan dan hubungan penduduk pengguna
PAMSIMAS
4. Partisipasi
1) Apakah Bapak/Ibu mengikuti semua kegiatan yang berhubungan dengan
program PAMSIMAS? Jika mengikuti mengapa? Jika tidak mengikuti
mengapa?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
2) Apa saja kegiatan yang Bapak/Ibu ikuti di PAMSIMAS?
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.................................................................................................................... .
3) Apakah Bapak/Ibu memberikan sumbangan pada kegiatan di
PAMSIMAS? Jika iya mengapa? Jika tidak mengapa?
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
4) Berupa apa sumbangan yang Bapak/Ibu berikan dalam PAMSIMAS?
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
5. Upaya meningkatkan
1) Adakah rekomendasi atau saran kepada pemerintah setempat terhadap
program PAMSIMAS di desa Bapak / Ibu untuk kedepannya?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2) Apa saja harapan Bapak / Ibu dengan adanya program PAMSIMAS ini?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
3) Apa saja upaya untuk meningkatkan PAMSIMAS baik dari pengguna
maupun pemerintah setempat?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
4) Berupa apa upaya untuk meningkatkan PAMSIMAS dari pemerintah
setempat?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI KEGIATAN
DOKUMENTASI PENELITIAN TAHUN 2015
Gambar 3. Peneliti Bersama Bapak
Soekirno Ketua BPSPAMS Desa
Cucukan
Gambar 4. Peneliti Bersama Bapak
Sunaryo Ketua BPSPAMS Desa
Sanggrahan
Gambar 5. Peneliti Bersama Bapak
Suwali Ketua BPSPAMS Desa
Sengon, Perangkat Desa dan Satlak di
Desa Sengon
Gambar 6. Peneliti Bersama Ibu Peti
Suyati Pengguna PAMSIMAS Desa
Sengon
Gambar 7. Peneliti Bersama Bapak
Slamet Kepala Desa Kotesan
Gambar 8. Peneliti Bersama Bapak
Handaka Kepala Desa Pereng
Gambar 9. Peneliti Bersama Bapak Topo
Suwarno Kepala Desa Sanggrahan
Gambar 10. Peneliti Bersama Bapak
Marjuki Ketua BPSPAMS Desa
Kotesan
Gambar 11. Peneliti Bersama Bapak
Tukul Nuriyanto Ketua BPSPAMS Desa
Pereng
Gambar 12. Tandon air Desa Kotesan
Gambar 13. Tandon air Desa Sanggrahan
Gambar 14. Tandon air Desa Sengon
LAMPIRAN III
SURAT IZIN PENELITIAN