tablet konvensional ani
DESCRIPTION
tablet influenzaTRANSCRIPT
FORMULA TEKNO I
I. Formula Asli
Tablet Antiinfluenza
II. Rancangan Formula
Nama Produk : Fenilpropanolaminofen® Tablet
Jumlah Produk : 100 tablet @ 600 mg
Tanggal Formulasi : 2 Mei 2013
Tanggal Produksi : 5 Juni 2013
Nomor Registrasi : DTL 1399900110A1
Nomor Batch : 03150001
Komposisi : Tiap 600 mg mengandung:
Fenilpropanolamin HCl 30 mg
Asetaminofen 500 mg
CTM 8 mg
Povidone 2 %
Avicel 5 %
Talk 1 %
Laktosa monohidrat ad 600 mg
III. Master Formula
Diproduksi Oleh
Tanggal Formula
Tanggal Produksi
Dibuat Oleh
Disetujui Oleh
Khanza
Farma
2 Mei 2013 5 Juni 2013 HasrianiFitria Alwi
Kode Bahan
Nama Bahan Kegunaan Per Tablet Per Batch
01-Fp Fenilpropanolamin Zat aktif 30 mg 3 g
02-Am
03-Ct
04-Av
05-Tk
06-Pv
07-Ls
Asetaminofen
CTM
Avicel
Talk
Povidone
Laktosa
(antiinfluenza)Zat aktif
(analgetik)Zat aktif
(antihistamin)
Zat penghancur
Zat pelincir
Zat pengikat
Zat pengisi
500 mg
8 mg
30 mg
6 mg
12 mg
14 mg
50g
0,8 g
3g
0,6g
1,2 g
1,4 g
IV. Alasan Pebuatan Produk
Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan
digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh dokter
maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai
keuntungan antara lain:
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan
dalam pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.
2. Tablet menawarkan kemampuan terbaik diantara semua bentuk sediaan
oral dalam hal ketetapan ukuran serta memiliki variabilitas kandungan
yang paling rendah.
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume kecil
dibandingkan dengan sediaan lain.
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
6. Pemberian identitas produk pada tablet relative mudah dan murah
7. Tablet paling mudah ditelan serta memiliki paling kecil kemungkinan
tertinggal ditenggorokan
8. Dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus misalnya tablet
lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali
9. Dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang
tidak enak dan untuk terapi lokal (salut enterik)
10. Merupakan bentuk sediaan yang paling mudah diproduksi secara massal
dengan proses pengemasan yang mudah dan murah sehingga biaya
produksi lebih rendah
11. Pemakaian oleh pasien lebih mudah, sehingga keberterimaan pasien relatif tinggi.
(Yohana.2009 : 79)Tablet adalah bentuk sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa
atau dengan mencetak dan mengandung zat obat dengan atau tanpa
pengencer yang cocok, zat penghancur, zat penyalut, zat pemberi warna, dan
zat pembantu lainnya (Ansel. 2008 : 96).
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa
tambahan. Zat tambahan berupa zat pengisi, zat pengembang, zat pelican,
zat pembasah atau zat lain yang cocok (Dirjen POM RI. 1979: 6).
Penyakit yang paling umum yang menyerang manusia adalah flu
biasa.Sebagian besar flu disebabkan oleh virus yang disebut rinovirus dan
koronavirus.Virus ini tersebar di udara pada saat orang bersin atau batuk
atau karena kontak jasmani.Flu mulai secara mendadak.Gejala awal dapat
berupa kekeringan dan rasa gatal pada leher dan hidung, sakit kepala dan
sakit pada bagian tubuh yang lain, atau batuk.Pada anak-anak biasanya
disertai demam.Sekresi biasanya meningkat, hidung tersumbat banyak
ingus, mata berair dan terjadi iritasi hidung sehingga menyebabkan bersin.
Yang menyebabkan gejala ini adalah zat yang disebut histamin yang
dibebaskan oleh tubuh sebagai tanggapan terhadap serangan virus
(Harkness. 1984: 65)
Influenza disebabkan oleh virus-RNA yang dapat hidup pada
manusia, kuda, babi, ikan paus, ayam, itik dan burung.Infeksi terjadi melalui
inhalasi dan tetesan liur (pada waktu bersin, batuk, berbicara).Masa
inkubasinya 1-3 hari. Gejalanya muncul setelah masa inkubasi dan berupa
demam sampai 40oC, nyeri sendi dan otot di seluruh tubuh, sakit
tenggorokan dan kepala, radang mukosa hidung dan batuk kering yang
dapat bertahan berminggu-minggu (Tjay dan Rahardja. 2006: 121).
Rhinovirus dan selesma, disamping virus influenza masih terdapat
lebih dari seratus jenis rhinovirus penyebab selema/pilek. Gangguan ini
sering kali dikelirukan dengan influenza, karena gejala-gejalanya sama
walaupun tidak sehebat dan praktis tidak pernah mengakibatkan
kematian .Selesma juga sembuh spontan melalui pengobatan simtomatis
dengan analgetika, obat batukdan tetes hidung atau telinga. (Tjay dan
Rahardja. 2006 : 121).
Seusai suatu epidema dan setiap tahun, virus-virus influenza A dan B
bermutasi ringan khusus mengenai enzim hemagglutinnya. Berhubung
dengan mutasi-mutasi kecil ini (antigenic drift) glikoproteinnya (H dan N)
selalu berubah sedikit, sehingga secara sangat berangsur-angsur
“menjauhkan diri” dari antibodies yang sudah terbentuk dalam tubuh.Oleh
karena itu, tidak mungkin membuat suatu vaksin influenza universal. Mutasi
besar (antigenic shift) terjadi setiap 8-15 tahun pada virus A, dimana
terbentuk suatu subtype A baru dengan protein permukaan yang seluruhnya
berlainan. Mutan demikian dapat mengakibatkan epidemi hebat, munculnya
virus-virus A baru dalam abad ini sudah beberapa kali menimbulkan
pandemic. Yang terkenal adalah pandemi di tahun 1919 (Spanish flu)
dengan 20-50 juta kematian, terutama orang muda.Menurut penyelidikan
baru, epidemic itu disebabkan oleh subtype H1-N1 yang berkerabat dengan
virus flu babi. Virus-virus yang terdapat dewasa ini adalah (Tjay dan
Rahardja.2006 : 121).
Fenilpropanolamin adalah derivat tanpa gugusan –CH3 dengan kerja
dan penggunaan yang sama, tetapi bertahan lama. Efek sentralnya lebih
ringan. Obat ini banyak terdapat dalam sediaan anti-pilek dan anti-selesma,
dalam kombinasi dengan analgetika, antihistaminika dan/atau obat batuk
(Tjay dan Rahardja.2002: 650)
Fenilpropanolamin adalah derivate tanpa gugus-CH pada atom-N
dengan khasiat yang menyerupai efedrin.Kerjanya lebih panjang, efek
sentral dan efek jantungnya lebih ringan.Namun, pada kkurang lebih.20 %
dari pemakai tekanan darahnya meningkat dengan nyata (Tjay dan Rahardja.
2002: 488).
Mekanisme kerja dari ketiga zat aktif yakni sebagai berikut:
a. Fenilpropanolamin HCl
Fenilpropanolamin bekerja pada reseptor α, β1, dan β2.
Sehingga menyebabkan vasokonstriksi perifer, Obat ini menyebabkan
vasokontriksi pada mukosa hidung & mengurangi aliran darah pada
daerah yang bengkak karenanya dapat digunakan sebagai dekongestan
hidung (Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran
UI. 2007: 74)
b. Parasetamol
Golongan obat ini menghambat enzim oksigenase sehingga
konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu.Enzim
siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-1 dan COX-2.
Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemeliharaan berbagai
fungsi dalam kondisi normal di berbagai jaringan khususnya ginjal,
saluran cerna dan trombosit. Di mukosa lambung, aktivitas COX-1
menghasilkanprostasiklin yang bersifat sitoprotektif.Siklooksigenase-2
semula diduga diinduksi berbagai stimulus inflamator, termasuk
sitokinin, endotoksin dan faktor pertumbuhan. Ternyata sekarang
COX-2 juga mempunyai fungsi fisiologis yaitu di ginjal, jaringan
vaskular dan pada proses perbaikan jaringan. Tromboksan A2 yang
disintesis oleh COX-1 menyebabkan agregasi trombosit, vasokontriksi
dan poliferasi otot polos.Sebaliknya (PGl2) yang disintesis oleh COX-2
di endotel makrovaskular melawan efek tersebut menyebabkan
penghambatan agregasi trombosit, vasodilatai dan efek anti-
proliferatif.
Khusus parasetamol hambatan biosintesis prostaglandin hanya
bisa terjadi bila lingkunganya rendah kadar peroksid yakni di
hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid
yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti-
inflamasi parasetamol praktis tidak ada.Parasetamol diduga
menghambat isoenzim COX-3 (variant COX-1. COX-3 ini hanya ada
di otak ((Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas
Kedokteran UI. 2007: 231-232)
c. Klorfeniramin Maleat
Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai
antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek
histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot
polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun
menghambat susunan saraf pusaf (Tjay. 2002; Siswandono, 1995).
Adapun mekanisme influenza yakni Influenza atau kita biasanya
menyebutnya dengan flu merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan
oleh virus influenza.Virus flu menyerang sel-sel permukaan saluran
napas.Jaringan menjadi bengkak dan meradang. Tetapi jaringan yang
meradang tersebut akan kembali ke keadaan semula dalam beberapa
minggu. Infeksi virus flu ini dapat mengakibatkan penyakit yang berkisar
dari komplikasi ringan sampai komplikasi berat yang berujung pada
terancamnya nyawa
Hubungan mekanisme zat aktif dengan mekanisme influenz yakni
Mekanisme kerja obat influenza ini yakni influenza disebabkan oleh virus
influenzayang menyerang sel-sel permukaan saluran napas, sehingga
jaringan menjadi bengkak dan meradang.Fenilpropanolamin HCl
menyebabkan vasokontriksi pada mukosa hidung & mengurangi aliran
darah pada daerah yang bengkak sehingga bengkak dapat dikurangi dan
akhirnya akanmelegakan hidung yang tersumbat (dekongestan hidung) dan
peradangan yang terjadi dapat diatasi dengan parasetamol dan CTM, dimana
parasetamol berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik dan CTM yang
merupakan antagonis reseptor H1. CTM ini akan berikatan dengan reseptor
H1 sehingga mencegah efek dari H1 dimana efek dari histamine akan
menyababkan peradangan.
Adapun contoh-contoh obat flu yang lain, Obat flu pada umumnya
adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh di apotek-apotek dan
toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi dari beberapa
zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari :
1. Analgesik/antipiretik + nasal dekongestan
2. Analgesik/antipretik + nasal dekongestan + antihistamin
3. Analgesik/antipiretik + nasal dekongestan + antihistamin + antitusif /
ekspektoran
V. Alasan Penambahan Bahan
1. Fenilpropanolamin HCl (zat aktif)
a. Efek farmakodinamik propanolamin sama dengan efedrin dan
potensinya hampirs sama dengan efedrin. Sama dengan efdrin
fenilpropanolamin efektif pada pemberian oral (Farmakologi Fakultas
Kedokteran UI. 1995:68).
b. Fenilpropanolamin yang digunakan oleh wanita obese dalam dosis
besar (> 75 mg sehari), ternyata meningkatkan kejadian stroke.
Karena itu indikasi obat ini hanya boleh digunakan dalam dosis
maksimal 75 mgsehari sebagai dekongestan ( Departemen
Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran UI. 2007: 83)
c. Khasiat fenilpropanolamin menyerupai efdrin yakni kerjanya panjang,
tetapi efek sentral dan efek jantungnya lebih ringan dibanding efedrin
(Tjay. 2002: 489)
2. Asetaminofen (zat aktif)
a. Asetaminofen umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling
aman, juga untuk swamedikasi. Reabsorpsinya dari usus cepat dan
praktis tuntas, secara rektal lebih lambat (Tjay. 2002: 318).
b. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak telihat, demikian
juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa (Departemen
Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran UI.2007 : 238).
c. Digunakan pada nyeri ringan sampai sedang dan dapat digunakan
bersama dengan obat opioid untuk mengurangi dosis masing-masing
(Sukandar, Ellin dkk.2008 : 174).
3. CTM (zat aktif)
a. Diabsorbsi secara baik baik oral maupun parenteral. Efeknya timbul
15-30 menit setelah 1-2 jam (Departemen Farmakologi dan Teraupetik
Fakultas Kedokteran UI. 2007: 279)
b. Efek sampingnya sedatif ringan dan sering kali digunakan (Tyay.
2010: 822)
c. Digunakan untuk pengobatan simtomatik batuk dan pilek (Rowe. 2009: 564)
4. Avicel
a. Avicel PH MCC diduga menimbulkan perubahan bentuk yang
melepas stress menurut beberapa mekanisme. Proses ini akan
menghasilkan tablet keras dengan forsa pengempaan rendah. Dapat
digunakan sendiri (sebaiknya tidak kurang dari 20 % dari massa total)
atau dalam campuran dengan eksipien kempa langsung, seperti
laktosa, amilum (Agoes. 2008: 199)
b. Avicel digunakan sebagai diluents (zat pengisi) dan desintegrasi ( zat
penghancur) (Rowe. 2009: 129)
c. Avicel bersifat unik karena pada saat menghasilkan kohesi gumpalan,
zat ini juga bertindak sebagai pengisi dengan kadar tinggi, karena itu
sering dikombinasi dengan zat lain. Sifat mengalirnya baik dan sifat
pencetakan langsungnya bagus sekali (Lachman. 2008 :701)
5. Talk
a. Talk digunakan karena talk tidak diserap secara sistemik setelah
konsumsi oral sehingga dianggap tidak beracun (Rowe. 2009: 728)
b. Talk diguanakan sebagai glidan (pelicin) dan lubrikan (pelincir)
(Rowe. 2009: 728)
c. Talk merupakan bahan pelincir kedua terbanyak yang digunakan
setelah asam stearat, garam-garam stearat dan derivat-derivatnya
(Lachman. 2008:703)
6. Laktosa monohidrat
a. Laktosa monohidrat sekaligus bertindak sebagai pengikat tablet dan
pengisi tablet (Rowe. 2009: 364).
b. Pada kempa langsung, bentuk kasar, derajat regular, atau sudah
diayak, fraksi kristalin laktosa α monohidrat dapat digunakan karena
sifat alirannya bagus (Agoes. 2008: 202).
c. Zat tambahan yang cocok untuk bahan aktif yang kelarutan dalam air
rendah (Swarbrick. 2007: 3655).
7. Povidone
a. Povidone yang umum digunakan adalah K-29/32, yang biasanya
digunakan dalam konsentrasi 2%-5% dari formulasi ( Agoes. 2008:
207)
b. Digunakan sebagai zat pengikat, pensuspensi dan penghancur pada
sediaan tablet (Rowe. 2009: 611)
c. PVP bersifat inert, larut air, dan alkohol. PVP digunakan dalam
konsentrasi 3-15%, sedikit higroskopis, tidak mengeras selama
penyimpanan (http://wahyutensai.blogspot.com)
VI. Uraian Bahan
1. Fenilpropanolamin HCl (Sweetman. 2009: 1569)
Nama resmi : Phenylpropanolamine
Naman lain : Fenilpropanolamina, Fennylpropanolamin;
Fenyylipropanoliamiini dan phénylpropanolamine
serta Phenylpropanolaminum.
Nama kimia : (1RS, 2RS)-2-Amino-1-phenylpropan-1-ol.
Rumus molekul : C9H13NO
Berat molekul : 151,2
Rumus struktur :
Pemeriaan : Serbukputih atauhampir putih, bubuk kristal,
sedikit berbau aromatik
Kelarutan : Larutdalam 11,1bagian airdan 7,4 bagianalkohol,
dan dalam 4100 bagian kloroform serta
praktistidak larut dalameter.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah kedap air dan terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Dekongestan ( menghilangkan sumbatan pada
hidung
Kestabilan : -
Farmakologi : Farmakokinetik: Fenilpropanolamin hidroklorida
merupakan senyawa adrenergik yaitu
adrenomimetik yang berefek campuran yang dapat
menimbulkan efek melalui pengaktifan
adrenoseptor dan melepaskan katekolamin dari
tempat penyimpanan atau menghambat pemasukan
katekolamin. Tempat kerja beberapa senyawa
adrenomimetik adalah pada ujung saraf simpatetik.
Farmakodinamik: efek farmakodinamiknya
menyerupai efedrin dan potensinya hampir sama
dengan efedrin kecuali bahwa obat ini kurang
menimbulkan perangsangan pada SSP.
Efek farmakodinamik efedrin banyak menyerupai
efek Epi.Perbedaannya ialah bahwa efedrin bukan
katekolamin, maka efektif pada pemberian oral,
masa kerjanya jauh lebih panjang, efek sentralnya
lebih kuat, tetapi diperlukan dosis yang jauh lebih
besar daripada dosis Epi.Seperti halnya dengan
Epi, efedrin bekerja pada reseptor α, β1 dan
β2.Efek perifer efedrin melalui kerja langsung dan
melalui penglepasan NE endogen.Kerja tidak
langsungnya mendasari timbulnya takifilaksis
terhadap efek perifernya.Hanya l-efedrin dan
efedrin rasemik yang digunakan dalam klinik.Efek
kardiovaskular efedrin menyerupai efek Epi tetapi
berlangsung kira-kira 10 kali lebih lama.Tekanan
sistolik meningkat, dan biasanya juga tekanan
diastolik, serta tekanan nadi
membesar.Peningkatan tekanan darah ini sebagian
disebabkan oleh vasokonstriksi, tetapi terutama
oleh stimulasi jantung yang meningkatkan
kekuatan kontraksi jantung dan curah
jantung.Denyut jantung mungkin tidak berubah
akibat refleks kompensasi vagal terhadap kenaikan
tekanan darah.Aliran darah ginjal dan viseral
berkurang, sedangkan aliran darah koroner, otak
dan otot rangka meningkat.Berbeda dengan Epi,
penurunan tekanan darah pada dosis rendah tidak
nyata pada efedrin.
Efek samping : Kerusakan hati pada penggunaan dosis tinggi
Dosis : Diberikan secara oral 3 kali sehari 25-30 mg
Indikasi : Meringankan influenza yang disertai gejala
demam, pilek, bersin-bersin, sakit kepala, dan
batuk
Kontra Indikasi : Penderira dengan gangguan jantung dan diabetes
mellitus (DM), gangguan fungsi hati berat,
hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
2. Parasetamol (Dirjen POM. 1979: 37)
Nama Resmi : ACETAMENOPHENUM
Nama Lain : Acetaminofen; Acetaminophen; N-Acetyl-p-
aminophenol;Asetaminofen; Paracétamol;
Paracetamolis; Paracetamolum;
Parasetamol;Parasetamoli.
Nama Kimia : 4-Hydroxyacetanilide; N-(4-
Hydroxyphenyl)acetamide.
Rumus Molekul : C8H 9NO2
Berat Molekul : 151,2
Rumus Struktur :
Pemerian : Putih, tidak berbau, mirip serbuk kristal, rasa pahit.
Kelarutan : 1 gram larut dalam 70 ml air, 20 ml air panas, 10
ml alkohol, 50 ml kloroform, 40 ml gliserin,
mudah larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagaantipiretik dan analgesik.
Farmakologi : Farmakodinamik: efek analgesik parasetamol
serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga juga berdasarkan efek sentral seperti
salisilat.
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena
itu parasetamol tidak digunakan sebagai
antireumatik.Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin yang lemah.Efek iritasi,
erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada
kedua obat ini, demikian juga gangguan
pernapasan dan keseimbangan asam-basa.
Farmakokinetik: parasetamol diabsorpsi cepat dan
sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam
dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini
tersebar ke seluruh cairan tubuh.Dalam plasma,
25% parasetamol terikat protein plasma.Obat ini
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.Sebagian
asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam
glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam
sulfat.Selain itu obat ini juga dapat mengalami
hidroksilasi.Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat
menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis
eritrosit.Obat ini diekskresi melalui ginjal,
sebagian parasetamol (3 %) dan sebagian besar
dalam bentuk terkonjugasi.
Efek samping : Jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas
dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari
3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada
dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang
reversible.Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh
metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal
dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida
dengan –SH).Pada dosis diatas 10 g, persediaan
peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit
mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati,
dan terjadilah kerusakan irreversible.Parasetamol
dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over
dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah,
dan anorexia. Penanggulangannya dengan cuci
lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar
(asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini
mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah
intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002).Wanita
hamil dapat menggunakan parasetamol dengan
aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air
susu ibu.
Indikasi : Berguna untuk mengobati nyeri ringan sampai
sedang seperti sakit kepala, mialgia, nyeri pasca
persalinan, dan keadaan lain.
Kontraindikasi : Penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal
Kestabilan : Stabil terhadap bahan padat dan bahan tambahan
Stabilitas : Sediaan harus disimpan pada suhu 15-30° C.
Sediaan bentuk larutan atau suspensi tidak boleh
dibekukan.
Dosis : Digunakan secara oral,
Dewasa : 4-6 kali sehari 325-650 mg; maks. Sehari
4 g. Anak: 60-120 mg, maks. Sehari 1,2-2,4 g
3. CTM (Sweetman. 2009: 571)
Nama resmi : CHLORPHENIRAMINI MALEAS
Nama lain : Klorfeniramina maleat; Chlorfenamin-maleat;
Chlorfenamino maleatas; Chlorofenaminy
maleinian; Chlorphénamine, maléate de;
Chlorphenamini maleas; Chlorpheniramine
Maleate; Chlorprophenpyridamine Maleate;
Kloorifenamiinimaleaatti; Klorfenaminmaleat;
Klórfenamin-maleát
Nama kimia : 3-(4-Chlorophenyl)-NN-dimethyl-3-(2-
pyridyl)propylamine hydrogen maleate, 2-[p-
kloro,α-(2-dimetilamino-etil)-benzil]-piridina
maleat
Rumus molekul : C16H19ClN2,C4H4O4
Berat molekul : 390,87
Rumus molekul :
Pemeriaan : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian; dalam 10 bagian etanol (95
%) P dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut
dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Antihistamin
Farmakologi : Farmakokinetik;
- Pemberian antihistamin H1 secara oral bisa
diabsorpsi dengan baik dan mencapai konsentrasi
puncak plasma rata-rata dalam 2 jam. Ikatan
dengan protein plasma berkisar antara 78-
99%.Sebagian besar antihistamin H1
dimetabolisme melalui hepatic microsomal mixed-
function oxygenase system.Konsentrasi plasma
yang relative rendah setelah pemberian dosis
tunggal menunjukkan kemungkinan terjadi efek
lintas pertama oleh hati.
- Waktu paruh antihistamin H1 sangat bervariasi.
Klorfeniramin memiliki waktu paruh cukup
panjang sekitar 24 jam, sedang akrivastin hanya 2
jam. Waktu paruh metabolit aktif juga sangat
berbeda jauh dengan obat induknya, seperti
astemizole 1,1 hari sementara metabolit aktifnya,
N-desmethylastemizole, memiliki waktu paruh 9,5
hari. Hal inilah yang mungkin menjelaskan kenapa
efek antihistamin H1 ratarata masih eksis meski
kadarnya dalam darah sudah tidak terdeteksi
lagi.Waktu paruh beberapa antihistamin H1
menjadi lebih pendek pada anak dan jadi lebih
panjang pada orang tua, pasien disfungsi hati,
danm pasien yang menerima ketokonazol,
eritromisin, atau penghambat microsomal
oxygenase lainnya.
Farmakodinamik; secara umum yaitu antagonisme
Histamin H1 yang mempengaruhi otot polos
terutama bronkus, permeabilitas kapiler yaitu untuk
mengurangi udem, untuk reaksi anafilaksis dan
alergi, pada kelenjar eksokrin AH1 mempengaruhi
sekresi saliva dan eksokrin lain akibat histamine,
pada susunan saraf pusat dapat merangsang atau
menghambat SSP umumnya terjadi kantuk atau
sedasi pada pemakaian AH1, antikolinergik nemun
tidak memadai untuk dosis terapeutik,
Efek samping : Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif,
gangguan saluran cerna, mulut kering, kesukaran
miksi. Kontraindikasi dari klorfeniramin maleat ini
menimbulkan aktivitas antikolinergik yang dapat
memperburuk asma bronkial, retensi urin,
glaukoma. Klorfeniramin memiliki interaksi
dengan alkohol, depresan syaraf pusat, anti
kolinergik
Indikasi : Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk
urtikaria
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap klorfeniramin maleat atau
komponen lain dalam formulasi; glukoma sudut
sempit;gejala hipertrofi prostat; sewaktu terjadi
serangan asma akut; ulkus peptik; obstruksi
pyloroduodenal. Hindari penggunaan pada bayi
prematur atau baru lahir karena kemungkinan
mengalami SIDS.
Stabilitas : Simpan pada suhu kamar, antara 15 -30°C. Tutup
wadah rapat-rapat setelah digunakan.Buang obat
jika sudah melampaui waktu kadaluwarsa.
Dosis : Dewasa dan remaja : Dosis oral : Dosis yang
disarankan adalah 4 mg tiap 4-6 jam, hingga 24
mg/hari.
Usia lajut : Mulai dengan dosis serendah mungkin.
Pasien usila lebih sensitif terhadap efek
antikolinergik.
Anak-anak 6-12 tahun: Dosis yang disarankan
adalah 2 mg setiap 4-6 jam, hingga 12 mg/hr.
Anak-anak 6-12 tahun: Dosis yang disarankan
adalah 2 mg setiap 4-6 jam, hingga 12 mg/hr.
4. Avicel (Rowe. 2009: 129)
Nama Resmi : MICROCRYSTALLINE CELLULOSE
Nama Lain : Avicel PH; Cellets; Celex; cellulose gel;
hellulosum microcristallinum; Celphere; Ceolus
KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel;
Ethispheres; Fibrocel; MCC Sanaq; Pharmacel;
Tabulose; Vivapur.
Rumus Molekul : (C6H10O5)n
Rumus Struktur :
Berat Molekul : ≈3600
Pemerian : Berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk
krisatal, higroskopik.
Kelarutan : Sedikit larut dalam 5% w/v NaOH solute, praktis
tidak larut dalam air, asam lemah, dan beberapa
pelarut organic
Range : Penghancur (5-15%)
Pengikat (20-90%)
Pengisi (20-90%)
Stabilitas : Material higroskopik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan tempat yang
kering.
Inkompatibilitas : Inkom dengan agen oksidator kuat
Kegunaan : Zat penghancur
5. Talk (Rowe. 2009: 728-729)
Nama Resmi : TALCUM
Nama Lain : Altalc, E553b, hydrous magnesium calcium
silicate, hydrous magnesium silicate,imperial,
magnesium hydrogen metasilicate, Magsil
Osmanthus, magsil star, powdered talc, p purtalc,
soapstone, steatite, superior, talc.
Nama Kimia : Talc [14807-96-6]
Rumus Molekul : Mg6(Si2O5)4(OH4
Rumus Struktur :
Berat Molekul : 667
Pemerian : Putih hingga putih keabu-abuan, tidak berbau,
serbuk kristal, mudah melekat pada kulit dan bebas
butiran
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam lemah dan alkalis,
pelarut organic dan air
Range : Pelincir (1,0-10,0%)
Stabilitas : Talk merupakan materil stabil dan bias disterilkan
pada suhu 160℃ tidak kurang dari 1 jam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan tempat kering
Inkompatibilitas : Inkom dengan campuran amoniak
Kegunaan : Zat pelincir tabelet
6. Laktosa Monohidrat (Rowe. 2009: 364-366)
Nama Resmi : LACTOSUM
Nama Lain : CapsuLac, GranuLac, Lactochem, lactosum
monohydricum, Monohydrate, Pharmatose,
PrismaLac, SacheLac, SorboLac, SpheroLac,
Super Tab 30GR, Tablettose.
Nama Kimia : O-β-D-Galactopyranosyl-(14)-α-D-
glucopyranosemonohydrate [5989-81-1]
Rumus Molekul : C12H22O11.H2O
Rumus Struktur :
Berat Molekul : 360,31
Pemerian : Dalam bentuk padat, laktosa terlihat memiliki
variasi bentuk isomeric, tergantung pada
kristalisasi dan kondisi pengeringan. Laktosa
berwarna putih atau tidak berwarna dalam bentuk
kristalnya maupun serbuk. Tidak berbau, rasa
manis.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, dan
eter. Larut dalam air dan semakin meningkat
kelarutannya dengan pemanasan
Range : -
Stabilitas : Jamur tumbuh saat kelembapan tinggi. Laktosa
berubah menjadi kecoklatanpada penyimpana,
adanya reaksi yang dipercepat dengan pemanasan,
kondisi basah.Kemurnian dari laktosa yang
berbeda dapat berubah-ubah dan penting untuk
dilakukan evaluasi warna, terutama jika tablet
sedang diformulasi.Stabilitas warna dari berbagai
jenis laktosa juga berbeda.
Penyimpanan : Simpan pada wadah yang tertutup baik, dingin dan
tempat yang kering.
Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi (Maillard-type) seperti terjadi
antara laktosa dan senyawa amina primer menjadi
produk yang berwarna coklat atau kuning. Interaksi
Maillard juga terjadi antara laktosa dan amina
sekunder.Laktosa juga inkompatibel dengan asam
amino, amfetamin, dan lisinopril.
Kegunaan : Zat pengisi tablet.
7. Povidone (Rowe. 2009: 611)
Nama resmi : POVIDONE
Nama lain : Kollidon; Plasdone; poly[1-(2-oxo-1-
pyrrolidinyl)ethylene]; dan polyvidone;
polyvinylpyrrolidone; serta PVP.
Nama kimia : 1-vinyl-2-pyrrolidinonepolymer.
Rumus molekul : (C6H9NO)n
Rumus struktur :
Berat molekul : 2500-3.000.000
Pemierian : Serbuk berwarna putih, krem-putih, tidak berbau
atau hamper tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam asam bebas, kloroform, etanol (95 %),
keton, methanol, dan air, praktis tidak larut dalam
eter, hidrokarbon dan minyak mineral.
Range : Pengikat (0,5-5 %)
Stabilitas : Stabil pada paparan panas sekitar 110-130oC, dapat
disimpan di tempat biasa tanpa mengalami
dekomposisi atau degradasi
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara dan di tempat
yang sejuk dan kering
Inkompabilitas : Kompatibel dalam larutan dengan berbagai gram
organik, resin alami, dan sintesis dan bahan kimia
lainnya. Senyawa ini membentuk molekul dalam
larutan sulfathiazole, natrium salisilat, asam
salisilat, fenobarbital, tannin, dan senyawa lainnya.
Kemanjuran beberapa pengawet misalnya
thimerosal, mungkin akan terpengaruh dengan
pembentukan kompleks dengan povidone.
Kegunaan : Sebagai zat pengikat
VII. Perhitungan Bahan
1. Pertablet
a. FenilpropanolaminHCl = 30 mg
b. Asetaminofen = 500 mg
c. CTM = 8 mg
d. Povidone = 2
100×600 = 12 mg
e. Avicel = 5
100×600 = 30 mg
f. Talk = 1
100×600 = 6 mg
g. Laktosa monohidrat = 600 – (500 + 8 + 12 + 30 + 6) = 14 mg
2. Perbatch
a. Fenilpropanolamin HCl = 30 mg × 100 = 3000 mg = 3 g
b. Asetaminofen = 500 mg × 100 = 50.000 mg = 50 g
c. CTM = 8 mg× 100 = 800 mg = 0,8 g
d. Povidone = 12 mg × 100 = 1200 mg = 1,2 g
e. Avicel = 30 mg × 100 = 3000 mg = 3 g
f. Talk = 6 mg × 100 = 600 mg = 0,6 g
g. Laktosa monohidrat = 14 mg × 100 = 1400 mg = 1,4 g
VIII. Cara Kerja
Metode pembuatanFenilpropanolaminofen® Tabletini adalah
dengan cetak langsung. Langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang zat aktif (fenilpropanolamin 3 g, paracetamol 50 g, dan
CTM 0,8 g) serta zat tambahan (povidon 1,2 g, avicel 3 g, talk 0,6 g,
dan laktosa monohidrat 1,4 g)
3. Digerus zat aktif pada lumping
4. Ditambahkan povidon, avicel, dan laktosa monohidrat, kemudian
digerus homogen
5. Ditambahkan zat pelincir dan pelicin (talk) pada mesin cetakan
6. Dikempa tablet pada mesin pencetak tablet.
7. Dibersihkan tablet yang telah jadi,
8. Dimasukkan ke dalam wadah botol gelap
9. Diberi etiket, dan
10. Dimasukkan botol ke dalam wadah obat dan dimasukkan brosur obat.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. 2008. PengantarbBentuk Sediaan Farmasi, Jakarta: UIP
Agoes, Goeswin. 2008,Pengembangan Sediaan Farmasi, Bandung: Penerbit ITB.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: FK-UI.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi, Jakarta: FK-UI.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Harkness, Richard. 1984. Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB.
Lachman, Leon,dkk. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI- Pres.
Rowe, Raymond C dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing.
Sukandar, Elin Yulinah,dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI
Penerbitan.
Sweetman, Sean C.2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2010. Obat-obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Yohana, Anis Chaerunnisa, dkk. 2009. Farmasetika Dasar. Bandung: Widya.
c
RAMIDIPINE®Tablet FENILPROPANOLAMINOFE
N®TabletKomposisi : Tiap Fenilpropanolaminofen®Tablet mengandung Fenilpropanolamin HCl 30 mg, paracetamol 500 mg dan CTM 8 mg.
Farmakologi : Fenilpopanolaminofen HCl merupakan senyawa adrenomimetik, merupakan simpatomimetik amin yang mempunyai aktivitasvasopresor sedikit lebih besar disbanding efedrin dengan efek rangsangan susunan syaraf pusatdan toksisitas lebih rendah. Obat ini menyebabkan vasokontriksi pada mukosa hidung dan mengurangi aliran darah pada daerah yang bengkak, karenanya dapat digunakan sebagai dekongestan hidung.
Indikasi : Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin disertai batuk.
Kontraindikasi : Penderita dengan gangguan jantung dan DM,
Diproduksi Oleh:PT KHANZA
FARMAMakassar -
SIMPAN DI TEMPAT KERING DAN SEJUK, TERLINDUNG CAHAYA SERTA
JAUHKAN DARI ANAK-ANAK
Harus dengan resep dokter
Diproduksi oleh:PT KHANZA
FARMA
Komposisi per tablet @ 600 mgFenilpropanolamin…….30 mgAsetaminofen…………..500 mgCTM……………………….8 mg
Indikasi :Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin disertai batuk
Fenilpropanolaminofen ®Tablet
Diproduksi oleh:PT KHANZA
FARMA
Aturan pakai : 3 x sehari
Penyimpanan : Simpan di tempat kering, sejuk, dan terlindung dari cahaya
Fenilpropanolaminofen ®Tablet
Netto: 100 tablet
No. Reg :DTL1399900110A1No. Batch : 03150001
Fenilpropanolaminofe
n®Tablet
Netto: 100 Tablet
PT KHANZA FARMA
MAKASSAR-INDONESIA
Komposisi per tablet @600 mg
Fenilpropanolamin…….30 mgAsetaminofen…………..500 mgCTM……………………….8 mg
Indikasi :
Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin disertai batuk.
Penyimpanan: Simpan di tempat kering, sejuk, dan terlindung dari cahaya.
Aturan Pakai : LIHAT BROSUR
No. Reg :DTL 1399900110A1