syarikat islam

68
SYARIKAT ISLAM Rabu, 22 Oktober 2008 SYARIKAT ISLAM atau MASYUMI SYARIKAT ISLAM atau MASYUMI Himbauan kepada para pemimpin dan ummat Islam Indonesia untuk merenungkan, memikirkan dan meluruskan sejarah Partai Islam sebagai landasan mewujudkan persatuan dalam ummat Islam dibidang politik Terbentuknya Partai Politik Islam Masyumi sesungguhnya adalah merupakan suatu kesalahan karena Masyumi itu didirikan sebagai Majelis Permusyawatan Para Ulama Indonesia dan kolompok / organisasi Islam yang ada pada waktu itu untuk tujuan mendirikan majelis imamah dan bukan untuk menjadi partai politik. Idenya sebagai kelanjutan dari MIAI (Al Majlisul Islamil A’la Indonesia) yang didirikan tahun 1937 di Surabaya untuk menyelesaikan perbedaan dan perselisihan paham dikalangana ummat islam. Hal ini adalah merupakan suatu kealpaan dan kelengahan tokoh PSII yang tidak menyadari bahwa PSII sedang dalam keadaan uzur (tidak bubar) Para tokoh PSII seharusnya mendeklarasikan lebih dahulu aktifnya kembali PSII sebagai partai politik Islam dan mengajak para pemimpin Islam itu menggunakan PSII sebagai satu-satunya partai politik Islam dan mencegah berdirinya Masyumi sebagai partai politik Islam karena tindakan tersebut dapat diibaratkan mendirikan sebuah mesjid baru disamping mesjid yang sudah ada dalam sebuah lingkungan. Hukumnya adalah membuat firkah yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imran (103). Lahirnya Partai Syarikat Islam Inodesia (PSII) Bahwa dengan ketentuan dan izin Allah, Partai Syarikat Islam Indonesia atau PSII sebagai sebuah organisasi politik dan kemasyarakatan yang pertama di Indonesia, didahului oleh kelahiran Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi di Surakarta (Solo). Lahir dizaman bangsa Indonesia berada dibawah kekuasaan penjajah kaum kolonial Belanda yang telah menguras kekayaan dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai hamba sahaya dan budak mereka selama

Upload: andre-septian

Post on 31-Jul-2015

401 views

Category:

Data & Analytics


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Syarikat islam

SYARIKAT ISLAM

Rabu, 22 Oktober 2008

SYARIKAT ISLAM atau MASYUMI

SYARIKAT ISLAM atau MASYUMI

Himbauan kepada para pemimpin dan ummat Islam Indonesia untuk merenungkan,

memikirkan dan meluruskan sejarah Partai Islam sebagai landasan mewujudkan

persatuan dalam ummat Islam dibidang politik

Terbentuknya Partai Politik Islam Masyumi sesungguhnya adalah merupakan suatu

kesalahan karena Masyumi itu didirikan sebagai Majelis Permusyawatan Para Ulama

Indonesia dan kolompok / organisasi Islam yang ada pada waktu itu untuk tujuan

mendirikan majelis imamah dan bukan untuk menjadi partai politik. Idenya sebagai

kelanjutan dari MIAI (Al Majlisul Islamil A’la Indonesia) yang didirikan tahun 1937

di Surabaya untuk menyelesaikan perbedaan dan perselisihan paham dikalangana

ummat islam.

Hal ini adalah merupakan suatu kealpaan dan kelengahan tokoh PSII yang tidak

menyadari bahwa PSII sedang dalam keadaan uzur (tidak bubar)

Para tokoh PSII seharusnya mendeklarasikan lebih dahulu aktifnya kembali PSII

sebagai partai politik Islam dan mengajak para pemimpin Islam itu menggunakan PSII

sebagai satu-satunya partai politik Islam dan mencegah berdirinya Masyumi sebagai

partai politik Islam karena tindakan tersebut dapat diibaratkan mendirikan sebuah

mesjid baru disamping mesjid yang sudah ada dalam sebuah lingkungan. Hukumnya

adalah membuat firkah yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al Qur’an

surat Ali Imran (103).

Lahirnya Partai Syarikat Islam Inodesia (PSII)

Bahwa dengan ketentuan dan izin Allah, Partai Syarikat Islam Indonesia atau PSII

sebagai sebuah organisasi politik dan kemasyarakatan yang pertama di Indonesia,

didahului oleh kelahiran Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905

oleh Haji Samanhudi di Surakarta (Solo). Lahir dizaman bangsa Indonesia berada

dibawah kekuasaan penjajah kaum kolonial Belanda yang telah menguras kekayaan

dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai hamba sahaya dan budak mereka selama

Page 2: Syarikat islam

lebih dari tiga abad.

Untuk meluaskan gerakan dan memenuhi aspirasi ummat Islam yang berkembang

waktu itu, setelah para pemimpin SDI mengadakan perhubungan dengan HOS

Tjokroaminoto maka pada tahun 1912 dikukuhkanlah nama Syarikat Islam sebagai

badan pergerakan, ditetapkan Anggaran Dasarnya, kemudian tanggal 14 September

1912 dimintakan pengesahan Akte Notaris Pendiriannya (Recht Persoon) dari

pemerintahan Kolonial Belanda. Setelah itu SI menjadi Partai Syarikat Islam Hindia

Timur (PSIHT) melalui Kongres (Majelis Tahkim) tahun 1927 di Madiun, lalu menjadi

Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) melalui Majelis Tahkim di Batavia tahun 1930.

PSII sebagai peletak nilai dasar sejarah dan pelopor dalam barisan organisasi politik

pada zaman pra kemerdekaan telah memiliki nilai historis yang amat berarti dan telah

melakukan peranan yang amat penting dalam kontek peletakan nilai dasar sejarah

pergerakan bangsa Indonesia dan telah melahirkan proses pembangunan semangat

juang yang tinggi untuk melepaskan bangsa dari cengkeraman kaum yang menjajah

dan memperbudak bangsa Indonesia.Partai Syarikat Islam Indonesia dizaman

penjajahan adalah organisasi yang paling ditakuti oleh pemerintah kolonial Belanda

karena sepak terjangnya yang nyata nyata akan membawa bangsa Indonesia kepada

kemerdekaan sebagai bangsa, dan kemerdekaan yang lebih luas yang disebut

kemerdekaan sejati, yaitu kemerdekaan yang bebas dari segala macam perhambaan

dan penindasan serta penghinaan diri dan dari segala ketakutan dalam segala aspek

kehidupan dan pergaulan karena kaum Syarikat Islam hanya akan menghambakan diri

kepada Allah SWT semata-mata, tiada kepada yang lainnya. PSII akan menwujudkan

persamaan derajat bangsa Indonesia dengan bangsa bangsa lainnya di dunia yang

dilandasi etika dan moral sesuai dengan ajaran Islam.

Persatuan dalam Ummat Islam adalah kebutuhan dan perintah Allah

Dengan kesadaran akan perlunya ada persatuan dalam ummat Islam dalam bidang

politik untuk dapat terhimpunnya kekuatan supaya dapat menjalankan Islam dengan

sepenuh-penuhnya asas dan seluas-luasnya syari’at, sehingga akan memerdekakan

bangsa Indonesia dari penjajahan kaum kolonial dan dari segala macam bentuk

perbudakan dan perhambaan, maka Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)

menetapkan: “PERSATUAN DALAM UMMAT ISLAM” sebagai landasan utama dalam

program asasnya, yang lengkapnya berbunyi: “Kaum Partai Syarikat Islam Indonesia

percaya bahwa untuk menjadikan Ummat Islam yang bersatu, lebih dahulu di dalam

seluruh Indonesia mesti dibangunkan suatu kaum (Partai) yang tidak berpecah pecah

atau berbahagi-bahagi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dalam

Page 3: Syarikat islam

Qur’an suart Ali ‘Imram ayat ke 103:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu

bercerai berai, (QS:Ali Imran:103).

Kemudian pada surat Ali 'Imran ayat ke 105 Allah berfirman:

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih

sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang

yang mendapat siksa yang berat.

Kemudian Allah berfirman lagi dalam surat Al Al Anfal ayat 73:

Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian

yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah

diperintahkan Allah itu (keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara kaum

muskimin), niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.

Sudah sangat jelas sekali dari keterangan diatas bahwa Allah memerintahkan dan

mewajibkan kepada ummat Islam untuk bersatu, tidak bercerai berai dan membangun

kerja sama dengan senantiasa menggugah serta menggerakkan hati nurani, akal dan

budi untuk menghimpun kearifan demi tercapai dan terpeliharanya islam dalam wujud

kemerdekaan, tegaknya keadilan, tercipta dan terpeliharanya perdamaian, adanya

kemak-muran dan kesejahteraan dalam keridhaan dan ampunan Allah SWT.

Persatuan yang demikian itulah dibangunkan oleh kaum Partai Syarikat Islam

Indonesia yang didalam persatuannya itu menjadi sebagian pula dalam Persatuan

Ummat Islam se dunia.

Tokoh-tokoh pendahulu PSII telah terlibat dalam berbagai peristiwa penting proses

perjuangan dan peletakan sendi dasar sistem kehidupan bangsa Indonesia, seperti

Sumpah Pemuda, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Piagam Jakarta,

penyusunan Undang-Undang Dasar 1945, peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya,

serta dalam cikal bakal dan pembangunan Angkatan Perang Republik Indonesia dan

berbagai kegiatan politik setelah kemerdekaan Indonesia.

Uzur tidak berarti bubar

Pada zaman penjajahan facicme Jepang (tahun 1942) seluruh kegiatan politik PSII

dinyatakan uzur karena tekanan yang kuat dan pelarangan semua kegiatan politik oleh

Jepang.

Pernyataan uzur dalam PSII tidaklah berarti PSII membubarkan diri atau bubar,

akan tetapi menghentikan sementara kegiatannya karena adanya suatu hal luar biasa

yang tidak memungkinkan dilaksanakannya kegiatan organisasi partai secara formil,

Page 4: Syarikat islam

kemudian jika keadaan telah memungkinkan maka PSII akan menjalankan kembali

aktivitasnya sebagai partai politik. Hal ini dinyatakan dalan Anggaran Dasar PSII,

bahwa: “Sekalian anggota Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) haruslah

berkeyakinan dan beri’tiqad, bahwa Partai itu tidak dapat bubar atau dibubarkan.

Adapun kalau sekiranya ada udzur baginya, hendaklah dikembalikan kepada firman

Allah dalam Al Qur’an surat At Taghabun ayat 16: “Fattaqullaha mastatha’tum”,

(Takutlah kamu sekalian kepada Allah dengan sekuat kuatmu).

Akan tetapi, meskipun PSII dalam keadaan uzur, para pemimpin dan kader PSII

tetap melakukan berbagai kegiatan baik secara diam diam dibawah tanah maupun

kegiatan formil dalam pemerintahan Jepang. Mereka telah turut berperan

mengantarkan bangsa Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan 17 Agustur

1945.

Tokoh Tokoh PSII yang terlibat dalam sejarah perjuangan kemedekaan

Apabila kita melihat kebelakang sejarah bangsa Indonesia, tidak sedikit tokoh-tokoh

Syarikat Islam telah terukir namanya dan tidak dapat dihapus dalam sejarah

pergerakan kemerdekaan bangsa ini, antara lain K.H. Samanhudi, HOS Cokroaminoto,

H.Agus Salim, Abdul Muis, Dr.Sukiman, Abikusno Tjokrosuyoso, Mr.Muh. Roem,

A.M.Sangadji dan banyak lagi yang tersebar diseluruh daerah Indonesia sebagai

suhada. Presiden R.I. ke I Ir.Sukarno (almarhum) yang mendapat gemblengan dari

tokoh Syarikat Islam berkata dalam otobiografinya yang ditulis Cindy Adams

halaman 52 tentang HOS Tjokroaminoto: “Seorang tokoh yang mempunyai daya cipta

dan cita-cita tinggi, seorang pejuang yang mencintai tanah tumpah darahnya. Pak

Tjokro adalah pujaanku. Aku muridnya. Secara sadar atau tidak sadar dia

menggemblengku”. Selain itu KH.Achmad Dahlan yang kemudian dikenal sebagai tokoh

dan Pimpinan Muhammadiyah, sesungguhnya adalah tokoh sayap pendidikan Syarikat

Islam, yang dipisahkan dari organisasi Syarikat Islam untuk kepentingan

mempertahankan eksistensi kegiatan pendidikan ini ditengah-tengah pemerintahan

kolonial Belanda, karena Syarikat Islam pada tahun 1922 melancarkan politik non

kooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Menghindari perselisihan karena soal furuk dan khilafiah

Pada tahun 1922 atas inisiatif orang-orang Syarikat Islam dilangsungkan Kongres Al

Islam pertama bertempat di Cirebon yang dihadiri oleh para pemuka dari berbagai

organisasi Islam dan para ulama seluruh Indonesia. Dengan adanya Kongres tersebut

Page 5: Syarikat islam

telah dicegah menjalarnya perselisihan dan pertikaian dalam soal agama Islam,

terutama sekali mengenai soal-soal furuk dan dengan itu persatuan kaum muslimin

dapat lebih dipererat dari waktu yang sudah-sudah. Selain keputuan dalam bidang

pendidikan, Kongres tersebut memutuskan mendirikan Badan Komite Al Islam Pusat,

yang pimpinannya diserahkan kepada Saudara Suroso tokoh Syarikat Islam dari

Garut. Masyumi sebelum menjadi Partai Politik dan kesalah fahaman yang terjadi

setelah Masyumi menjadi Partai.

Pada awal kemerdekaan setelah penjajahan Jepang dibentuklah Majelis Syura

Muslimin Indnesia sebagai Majelis Permusyawatan Para Ulama Indonesia dan

kolompok/organisasi Islam yang ada pada waktu itu dan bukan sebagai partai politik.

Idenya sebagai kelanjutan dari MIAI (Al Majlisul Islamil A’la Indonesia) yang

didirikan tahun 1937 di Surabya. Para tokoh Syarikat Islam secara perorangan

(bukan mewakili PSII karena PSII masih dalam keadaan uzur) turut serta

membentuk Masyumi sebagai lembaga musyawa-rah ummat Islam Indonesia.

Kemudian setelah keluar pengumuman pemerintah pada awal kemerdekaan agar

masyarakat membentuk partai-partai politik, yang dimaksudkan untuk menunjukan

kepada dunia luar bahwa kemerdekan Indonesia yang telah diproklamasikan itu

didukung dan ditopang oleh kekuatan partai partai politik bangsa Indonesia, maka

organisasi Majelis Syura Muslimin Indonesia menjadi partai Politik Islam Masyumi.

Terbentuknya Partai Politik Islam Masyumi sesungguhnya adalah merupakan

suatu kesalahan

Hal ini adalah karena Masyumi itu didirikan sebagai Majelis Permusyawatan Para

Ulama Indonesia dan kolompok / organisasi Islam yang ada pada waktu itu untuk

tujuan mendirikan majelis imamah dan bukan untuk menjadi partai politik. Idenya

sebagai kelanjutan dari MIAI (Al Majlisul Islamil A’la Indonesia) yang didirikan

tahun 1937 di Surabaya untuk menyelesaikan perbedaan dan perselisihan paham

dikalangana ummat islam.

Hal ini adalah merupakan suatu kealpaan dan kelengahan tokoh PSII yang tidak

menyadari bahwa PSII sedang dalam keadaan uzur (tidak bubar)

Para tokoh PSII seharusnya mendeklarasikan lebih dahulu aktifnya kembali PSII

sebagai partai politik Islam dan mengajak para pemimpin Islam itu menggunakan PSII

sebagai satu-satunya partai politik Islam dan mencegah berdirinya Masyumi sebagai

Page 6: Syarikat islam

partai politik Islam karena tindakan tersebut dapat diibaratkan mendirikan sebuah

mesjid baru disamping mesjid yang sudah ada dalam sebuah lingkungan. Hukumnya

adalah membuat firkah yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al Qur’an

surat Ali Imran (103).

Setelah terlanjur berdirinya partai politik Islam Masyumi dimana terdapat para

pemimpin dan tokoh-tokoh PSII didalamnya, maka para tokoh PSII dari Sumatera

Barat (Sumatera Tengah pada waktu itu) menyampaikan peringatan kepada para

tokoh PSII yang ada dalam Masyumi, bahwa PSII yang sedang uzur harus diaktifkan

kembali sebagai partai politik Islam. Maka sebagian besar tokoh PSII yang

menyadari dan taat sebagai kader yang telah mengucapkan bai’at sebagai anggota

PSII, kembali mengaktifkan PSII pada tahun 1947 di Yogyakarta sebagai partai

politik dan keluar dari Masyumi.

Untuk diketahui bunyi bai’at PSII adalah sbb.:

Asyhadu allailaha illallah wa asyhadu anna –Muhammadan rasulullah

Wallahi. Demi Allah !, sesungguhnya saya masuk menjadi anggota Partai Syarikat

Islam Indonesia dengan ikhlas dan suci hati, tidak karena sesuatu keperluan diri saya

sendiri, atau karena megharapkan pertolongan dalam suatu perkara dari sebelum saya

menjadi anggota.

Selama-lamanya saya akan meninggikan Agama Islam diatas segala apa-apa yang

dapat saya pikirkan, maka saya akan tetap mengerjakan segala perintah Allah dan

perintah Rasul Allah dan menjauhi segala larangan-Nya

Saya hendak mengusahakan diri dengan sekuat-kuat ketakutan saya kepada Allah

Ta’ala dan dengan sekuat-kuat fikiran dan tenaga saya hendak menyampaikan maksud

Partai Syarikat Islam Indonesia dan sekali-kali tidak akan membuat bencana atau

khianat atas Partai Syarikat Islam Indonesia.

Saya hendak memperhatikan dan menurut dengan sungguh-sungguh ketentuan-

ketentuan Peraturan Dasar dan keputusan-keputusan Majelis Tahkim Partai Syarikat

Islam Indonesia dan selalu membela Partai Syarikat Islam Indonesia dari pada

bencana fihak mana saja.

Kejadian tersebut menimbulkan salah paham dan friksi yang pertama dari sebagian

pemimpin Islam yang ada di Masyumi kepada para tokoh dan kaum PSII yang

mengaktifkan kembali PSII, yang dipandang sebagai telah keluar dan tidak taat

Page 7: Syarikat islam

dalam persatuan Islam dengan mendirikan PSII itu, pada hal keadaannya adalah

karena taat kepada azas partai tentang uzur dan taat kepada bai’at yang tercantum

dalam anggaran dasar PSII. Kondisi kesalah pahaman ini berkembang dan berlanjut

hingga saat ini tanpa pernah adanya clarifikasi dan penjernihan serta pemecahan

masalah tentang pemahaman arti persatuan dalam ummat Islam dibidang politik.

Perlu adanya klarifikasi tentang sejarah Partai Politik Islam

Berdasarkan hal hal yang diuraikan tersebut diatas kita tidak dapat menyalahkan

betul keterlanjuran berdirinya Masyumi pada waktu itu, akan tetapi kita juga tidak

dapat menyalahkan tokoh-tokoh PSII mengaktifkan kembali Partai Syarikat Islam

Indonesia (PSII). Keadaan yang demikian itu telah menyebabkan terjadinya firkah

partai politik Islam di Indonesia. Persoalan selanjutnya adalah bahwa partai Masyumi

telah dibubarkan oleh pemerintah Sukarno, karena alasan terlibat dalam

pemebrontakan PRRI dan PERMESTA. Jika secara hukum hal pembubaran itu sah

adanya, maka partai Masyumi tidak memenuhi syarat lagi untuk diaktifkan atau

dihidupkan kembali, akan tetapi jika tindakan Sukarno membubarkan Masyumi

dianggap tidak syah secara hukum, hanya sah secara politik maka Masyumi menurut

pandangan demokrasi liberal boleh hidup lagi jika keadaan politik mengizinkannya.

Akan tetapi jika ditinjau dari sudut pandangan Islam berdasarkan Qur’an surat Ali

‘Imran (103), bila telah ada partai Islam maka tindakan mendirikan lagi partai Islam

adalah termasuk tindakan membuat firkah. Apalagi jika ditinjau dari sejarah

terbentuknya Masyumi dimana telah ada Partai Syarikat Islam Indonesia yang

sedang uzur, maka seharusnya Partai Syarikat Islam Indonesialah yang mesti

digunakan sebagai wadah partai bagi Ummat Islam Indonesia. Silahkan para

pemimpin, cendekiawan dan tokoh Islam berkiprah didalammnya. Dan menggunakan

nama Partai Syarikat Islam Indonesia sebagai satu-satunya Partai Islam milik kaum

muslimin Indonesia tidaklah boleh diartikan memenangkan kepentingan dan untuk

kebanggaan kaum Syarikat Islam akan tetapi hendaklah dianggap sebagai

melaksanakan perintah Allah untuk bersatu dalam wadah (jamaah) yang telah ada,

dan yang menang dan bangga adalah ummat Islam Indonesia.

Cita-cita PSII untuk mewujudkan suatu kaum (jamaah) yang tidak terpecah belah

belum dapat terwujud karena kenyataan, muncul banyak partai Islam di Indonesia

dan ikut dalam Pemilu Pertama (1955), yaitu partai Islam NU, PERTI, Masyumi dan

PSII.

Page 8: Syarikat islam

PSII semasa dan setelah orde baru

Pada zaman orde baru, berdasarkan Undang-undang Parpol dan Ormas yang

memasung hak demokrasi dan hak politik rakyat, PSII terpaksa dengan berat hati

dibawah tekanan politik yang amat berat memfusikan kegiatan politiknya kedalam

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yaitu partai yang didirikan dengan memfusikan

kegiatan politik dari 4 partai politik Islam: NU, MI, PSII dan PERTI. Setelah itu

PSII berubah menjadi organisasi kemasyarakatan non politik dengan nama Syarikat

Islam.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang dibentuk semasa orde baru itu meskipun

dilahirnya sangat sesuai dengan doktrin atau paham kemasyarakatan Syarikat Islam

tentang persatuan dalam ummat Islam, akan tetapi usaha tersersebut disinyalir kuat

berbau rekayasa untuk mengendalikan dan memecah kekuatan dan persatuan dalam

kelompok kelompok ummat Islam. Hal tersebut menjadi dasar keengganan sebagaian

besar kaum Syarikat Islam untuk memfusikan kegiatan politiknya kepada PPP dan lagi

pula karena hal itu bertentangan dengan Anggaran Dasar, keyakinan dan i’tiqad kaum

Syarikat Islam bahwa PSII itu tidak dapat bubar atau dibubarkan sebagaimana yang

dinyatakan oleh anggaran dasarnya.

Sinyalemen tersebut terbukti dari berhasilnya pemerintah mengintervensi PPP,

mengkebirinya, dan menyelewengkan fungsinya, sehingga PPP menjadi partai

ornament pemerintah atau ornament penguasa orde baru. PPP dizaman order baru

hanya sebagai tukang stempel keinginan penguasa dan tukang pemberi komentar yang

baik terhadap semua rencana pemerintah, serta tukang mengusulkan kemauan

penguasa yang seolah-olah usul dari partai ini.

Tindakan lebih lanjut dari pemerintah orde baru mengeliminir kekuatan Islam adalah

mencabut diberlakukannya asas Islam bagi partai politik termasuk PPP, sehingga

dengan demikian tidak ada lagi partai Islam semasa orde baru, meskipun dalam setiap

kampanye para aktivisnya selalu membohongi ummat meneriakkan PPP adalah partai

Islam warisan para ulama, sedangkan asas Islam dan jiwa keulamaan itu telah

tercabut dari tubuh PPP. Pemerintah turut campur dan memaksa melalui sistem

intelnya kepada partai pada setiap kesempatan musyawarahnya di semua lini untuk

mengganti fungsionaris yang tidak disukai pemerintah dengan orang yang diingini dan

Page 9: Syarikat islam

selalu ada titipan (susupan) orang pemerintah kedalam partai sehingga partai dapat

dikendalikan.

Pencabutan asas Islam kemudian diberlakukan pula kepada semua ormas Islam yang

ada termasuk SI yang telah menjadi ormas, menggantinya dengan Pancasila, sebagai

syarat untuk memperoleh legalitas atau syarat perizinan melakukan kegiatannya

secara formil.

PPP yang telah berhasil dijadikan ornament pemerintah ini lebih jauh telah menjadi

partai per ”SATE” an bagi kehidupan ormas pendiri PPP. Politik belah bambu yang

sering diterapkan para fungsionaris PPP terhadap ormas-ormas pendiri PPP karena

tekanan politik penguasa yang dalam istilahnya dikenal dengan nama operasi TUNTAS

yaitu TUNTUNAN DARI ATAS dan ditambah lagi dengan berkembangkanya usaha-

usaha untuk memperjuangkan kepentingan kelompok sendiri didalam partai telah

menghasilkan perpecahan dalam tubuh ormas-ormas pendiri PPP. Organisasi kaum

Syarikat Islam adalah salah satu korban yang tercabik-cabik oleh rekayasa sistem

politik orde baru itu disamping NU, MI dan PERTI. Pernyataan NU kembali kepada

khitah tahun 26 menjelang pemilu 1987 adalah sebagai akibat dan jawaban dari sepak

terjang kebijakan penguasa orde baru yang menekan dan mendorong PPP untuk

menjalankan politik belah bambu yang sangat merugikan organisasi NU itu. Kelompok

MI yang tidak terorganisir secara formil dan tidak pernah melaksanakan kongres

ataupun munas, seperti mendapat penunjukan dari penguasa untuk memegang kendali

yang mengontrol PPP. Tidak pernah PPP di ketua umumi oleh orang bukan MI setelah

tidak menjadi partai Islam.

Gugurlah arti dan makna fusi partai partai Islam

Dengan kondisi PPP yang seperti itu maka seluruh ormas pendiri PPP secara tidak

resmi menganggap gugur arti dan makna serta kesepakatan fusi partai-partai Islam

pada tanggal 5 Januari 1973 yang menjadi tumpuan harapan ummat Islam itu. Dan

dilain pihak penguasa orde baru melalui undang-undang parpol yang menerapkan

sistem massa mengambang yang direkayasa sejalan dengan perekayasaan

pembentukan anggota DPR dan MPR-nya tidak memberi kesempatan kepada seluruh

anggota ormas pendiri PPP melakukan kegiatan politik praktis kecuali sebagian kecil

anggota yang menduduki jabatan dalam PPP yang dalam istilahnya adalah orang-orang

yang berada dalam sistem, yaitu maksudnya berada dalam sistem kekuasaan politik.

Page 10: Syarikat islam

Hakikatnya semua partai politik waktu itu (zaman orde baru) berada dibawah suatu

kontrol dan kendali kekuasaan politik. Dengan demikian PPP sebagai partai Islam

harus dianggap sudah tidak ada lagi, dan seharusnya partai itu ditinggalkan dan

dibubarkan, dan para anggotanya kembali bergabung kepada organisasi masing-

masing sebelum PPP. Dengan demikian PPP sebagai salah satu sumber pemecah belah

ummat pada organisasi pendirinya dapat diakhiri.

Reformasi yang menghidupan Demokrasi dan mengantarkan Syarikat Islam

kembali pada fitrahnya sebagai Partai Politik Islam

Setelah berlalunya masa orde baru, dengan adanya gerakan moral oleh para

mahasiswa yang mendorong dilakukannya reformasi dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, untuk mengembalikan kehidupan demokrasi dan melepaskan pemasungan

hak politik rakyat, maka Syarikat Islam sebagai organisasi perintis dalam perjuangan

kemerdekaan Indonesia yang telah mengantarkan bangsa Indonesia kedepan pintu

gerbang kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta turut aktif dalam kegiatan politik dan

kemasyarakatan mengisi kemerdekaan, telah mengambil sikap dan langkah

mengembalikan kiprahnya sebagai partai politik pada tanggal 29 Mei 1998 yaitu

mengaktifkan kembali PSII dengan berasaskan dienul Islam sebagaimana semula.

Euphoria yang ke bablasan

Dalam awal arus reformasi yang sedang berembus itu para tokoh dan para pemimpin

masyarakat dari berbagai golongan dengan riang gembira ramai-ramai mendirikan

partai-partai politik menyambut datangnya era demokrasi. Tidak ketinggalan para

tokoh Islam atau yang menganggap dirinya tokoh Islam turut pula mendirikan

berbagai partai Islam dengan berbagai latar belakang pemikiran.

Apabila tindakan mendirikan partai Islam itu dirujuk kepada Al Qur’an surat Ali

Imran (103), maka hal tersebut menurut paham kaum Syarikat Islam dapat

dikategorikan sebagai membuat firkah yaitu mendirikan partai Islam setelah adanya

partai Islam sebelumnya. Termasuk dalam hal ini PPP diklassifikasikan sebagai

mendirikan partai Islam baru, dikarenakan PPP yang lama sudah dianggap tidak ada

karena tidak lagi memegang amanat fusi yang dirusak orde baru serta dipaksa

Page 11: Syarikat islam

berasas Pancasila dan tertutupnya kesempatan aktifis ormas untuk bisa aktif dalam

partai dan PPP sudah tidak berasas Islam.

Perolehan kursi tidak berarti legitimasi hukum sebagai partai Islam sesuai Al

Qur’an

Diperolehnya banyak kursi oleh PPP dalam DPR pada pemilu 1999 belum dapat

dianggap sebagai legitimasi PPP sebagai partai Islam yang keberadaannya sesuai

dengan Al Qur’an, melainkan hanya karena emosinal ke islaman para pendukung yang

tidak menyadari keadaan dan hukum tentang keberadaan partai Islam menurut Al

Qur’an.

Mencari titik temu dengan membuka hati dan berlapang dada, ikhlas karena

Allah, meletakkan kepentingan Islam diatas kepentingan pribadi dan kepentingan

golongan

Dengan menyadari telah terlanjurnya berdiri banyak partai-partai Islam di Indonesia

sebagai firkah-firkah kekuatan politik ummat Islam yang tidak sesuai dengan Al

Qur’an, maka para pemimpin partai dan tokoh tokoh Islam bertanggung jawab, harus

membuka hati selapang-lapangnya dan pikiran seluas-luasnya menyeleng-garakan

forum forum dialog secara luas dan terus menerus hingga tercapai titik temu dalam

visi dan missi serta rumusan-rumusan tentang hakikat, tujuan, fungsi dan peranan

serta garis pemikiran yang detail tentang bagaimana seharusnya partai partai Islam

Indonesia. Setiap orang Islam yang sesungguhnya adalah seorah pejuang. Seorang

pejuang / mujahid Islam adalah mereka yang meletakkan kepentingan Islam diatas

kepentingan pribadi dan kepentingan golongan.

Peringatan HOS Tjokroaminoto

Kalau kita mengerti benar-benar dan dengan sungguh sungguh hati menjalankan

perintah perintah Islam, maka selama-lamanya kita tidak akan dapat dihinggapi

nafsu egoisme, individualisme, despotisme, kapitalisme, dan lain-lain nafsu “isme”

yang jahat itu.

Sebaliknya apabila ada orang Islam masih juga menjadi seorang egois, individualis,

despoot, kapitalis dan lain-lain nafsu isme yang jahat itu, maka hilanglah sebagian

kecil atau sebagian besar dari keislamannya atau keislamannya gugur sama sekali….

Page 12: Syarikat islam

Nauzubillahi minzaliq

Billahi fi sabilil haq.

SEJARAH BERDIRINYA NII

AWAL MULANYA PERGERAKAN ISLAM DI INDONESIA

1. Berdirinya SDI ( Syarikat Dagang Islam )

Syarikat Dagang Islam di dirikan di Solo, pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Kyai

Haji Samanhudi di bantu oleh M. Asmadimejo, M. Kertokirono daqn M. Haji Rojak.

Motif utma didirikannya organisasi ini adalah berusaha menerapkan sistem ekonomi

islam di dunia Perdagangan Indonesia. Khususnya bagi pedagang batik di Solo.

Menjelang lahirnya SDI, terjadi diskriminasi tajam yang sengaja di lakukan piak

bangsawan kepad masyarakat biasa. Juga sangat menonjol sikap angkuh dan

superioritas dari kalangn pedagang pedagang yang banyak mendominasi perdagangan

pada saat itu. Maka SDI di maksudkan sebagai benteng utuk menentang si

Superioritas dan dominasi Pedagang-pedagang Cina sekaligus mendobrak diskriminasi

bangsawan yang bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat awam.

Sesungguhnya di dalam jiwa pendiri SDI ini terkandung maksud yang lebih jauh lagi,

yaitu ingin menegakkan Islam sebagai satu satunya sistem yang berlaku di bumi

Indonesia

Namun karena terbatasnya kemampuan beliau di tambah pula dengan kondisi

penjajahan yang sangat keras dan ganas dalam mengawasi dan menghambat setiap

bentuk gerakan bangsa Indonesia, maka Untuk sementara waktu Beliau ( Kyai Haji

Samanhudi ) hanya berorientasi pada masalah ekonomi saja. Meswki demikian SDI

tetap di anggap sebagai ( Miqod = awal pemberangkatan / Starting point ) bagi

perjalanan sejarah ini. Menyadari akan keterbatasan kemampuan ini, Kyai Haji

Samanhudi selalu mencari dan menghubungi tokoh tokoh Islam lainnya untuk di ajak

bersama sama mengelola lembaga perjuangan ini. Sekitar bulan Mei 1912. SDI

memperoleh seorang tokoh tangguh yang ikut mewarnai perjalanan Sejarah ini, yaitu

Haji Umar Said Cokroaminoto setelah ada persesuaian antara keduanya dalam

pandangan mengenai garis garis perjuangan Sunnah Rasulullah SAW.

2. Masa Peralihan Pada SI ( Syarikat Islam )

Setelah HOS Cokroaminoto bergabung ke dalam SDI, beliau mencoba menyusun

sebuah anggaran dasar organisasi yang dapat di berlakukan di seluruh Indonesia

Page 13: Syarikat islam

dengan tidak memperhatikan persyaratan dari residen Surakarta yang gigih

menghambat perkembangan organisasi tersebut. Beliau mengemukakan untuk

membentuk pan Islamisme, artinya membentuk dunia ( Khalifatullah fil ardi ) untuk

merealisasikan gagasan itu beliau membagi tahapan tahapan perjuangan sebagai

berikut :

a. Kemerdekaan Indonesia ( mengusir pihak penjajah dari bumi Indonesia )

b. Kemerdekaan Islam Indonesia, artinya Islam sebagai satu satunya sistem yang

haq bisa berlaku di Indonesia dengan sempurna dan di lindungi oleh kekuasaan

( Negara Islam Indonesia ).

c. Kemerdekaan di seluruh Dunia, artinya membentuk Khalifah fil ardi / struktur

pemerintahannya memberlakukan hukum Islam sebagai penjabaran dari

mulkiyah-tullah / Kerajaan Allah di muka bumi.

Langkah lanjut dari gagasan tersebut maka pada tanggal 11 Nopember 1912 SDI di

ganti dengan nama Syarikat Islam (SI) yang orientasinya bukan sekedar masalah

masalah ekonomi saja, melainkan sudah mencakup kepada seluruh Manhijul hayal, (

meliputu segala aspek kehidupan untuk di warnai dengan corak Islam saja ).

Dalam kongres SI pertama di Surabaya tahun 1913 telah di putuskan untuk

membantu cabang cabangnya di seluruh tanah air yang di bagi tiga wilayah, yaitu

wilayah Jawa Barat ( meliputi Sumatera dan pukau sekitarnya), Jawa Tengah (

meliputi Kalimantan ) dan Jawa Timur ( meliputi Sulawesi, Bali, Lombok dan

Sumbawa).

Kemudian pada tahun tahun berikutnya bergabung pula beberapa tokoh Islam lainya.

Inilah tokoh tokoh yang banyak berperan aktif pada tahun tahun awal sejak

berdirinya SI

Kepribadian HOS Cokroaminoto menampilkan sikap tidak pernah kompromi terhadap

kolonia Belanda. Beliau lahir di Bakur, Madiun Jawa Timur, pada tanggal 16 Agustus

1882 dari keluarga yang taat kepada Islam. Beliau pernah belajar administrasi

Pemerintahan, serta mengikuti kursus kursus dalam soal teknik mesin. Sikap HOS

Cokroaminoto yang tegas terhadap orang orang Kafir ( dalam hal ini pihak Belanda ),

ini di buktikan ketika beliau di panggil oleh pemerintah Belanda untuk menghadap,

dengan tegap dan menampilkan sikap ksatria da hadpan orang Bekanda, tidak seperti

sikap orang orang pribumi pada umumnya yang apabila menghadap Belanda harus

duduk di lantai tidak boleh duduk di kursi serta dilarang memakai alas kaki. HOS

Cokroaminoto menyadari hal itu, yakni suatu penghinaan terhadap bangsa Indonesia

yang mayoritas Islam oleh pihak Belanda yang Nasrani.

Page 14: Syarikat islam

Kira kira lima tahun pertama sejak HOS Cokroaminoto bertindak sebagai ketua, dia

banyak menyumbangkan pikiran demi kemajuan Syarikat Islam. Dalam anggaran dasar

yang beliau susun, banyak mewarnai kehidupan Syarikat Islam berikutnya, sehingga

dalam anggaran dasarnya pun Syarikat Islam secara keseluruhan ( Kaffah ) mencakup

semua aspek kehidupan baik secara pe4mahaman Aqidah Islam, Ekonomi, Politik,

Sosial, Budaya dan Pemerintahan menurut tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Rasul

Untuk merealisasikan gagasan membentuk dunia Islam ini. HOS Cokroaminoto

mempersiapkan Kader kader militan yang terdiri dari mahasiswa mahasiswa yang

berjiwa progresif. Diantaranya Soekarno yang di harapkan dapat menghimpun dan

mengelola kaum Intelektual serta Cendikiawan dalam satu wadah dan satu arah dalam

menentang penjajah. Semaun di arahkan untuk memyadarkan masyarakat awam dan

akan kepenyingan kemerdekaan sekaligus melibatkan perjuangan dalam menentang

penjajah. Sementara SM Kartosuwiryo di tugaskan untuk mempengaruhi para Ulama

dan para Kyai untuk di ajak bersama sama dalam menyegakkan Al Islam menjadi satu

satunya sistem hidupm di Indonesia. Meski akhirnya, keduanya kader yang pertama

yaitu Soekarno dan Semaun beberapa tahun kemudian menyimpang dari garis garis

Syarikat Islam. Lalu membentuk wadah baru yang tidak berdasarkan Islam dan tidak

berpedoman kepada Al Qur’an dan Sunnah.

Selama di bawah kepemimpinan HOS Cokroaminoto, SI di seluruh daerah mencapai

435 cabang di dukung oleh jutaan anggota. Sampai akhirnya kegemilangan SI mulai

menurun pada periode-periode berikutnya dengan terdapatnya perselisihan-

perselisihan pendapat dalam intern pimpinan yang berakibat munculnya berbagai

partai dan organisasi lain yang tidak sejalan dengan syarekat islam.

3. Awal Perpecahan Dalam SI

Malapetaka ini bermula dengan hadirnya dua orang belanda yang bernama Henricus

Yosephus Fransiciscus Marie Sneevliet dan Adolf Baars yang datang ke indonesia

pad tahun 1913. Pada mulanya ia bekerja sebagai pimpinan redaksi “ Hardels Blad”

Surabaya selama dua bulan. Kemudian menjadi sekretaris K.D.S. (Kamar Dagang

Semarang) pada tahun yang sama. Keduanya kader-kader komunis yang telah dididik

di negri Rusia. Kemudian mereka mendirikan ISDV (Indische Sociaal Democraticehc

Vereneging) pada tahun 1914 di semarang, yang merupakan partai sosialis kemudian

berkembang menjadi partai komunis terutama setelah berhasilnya revolusi Rusia

pada tahun 1917.

Menurut analisis tokoh tokoh SI, munculnya ISDV yang di kembangkan pleh dua orang

Belanda tersebut adalah meruoakan usaha pemerintah Belanda untuk mengoncangkan

Page 15: Syarikat islam

kesetabilan SI, sekaligus pemecah belah dari akar tubuh SI karena pemerintah

memang khawatir dengan semakin kuatnya posisi SI ini. Usaha Sneevliet berhasil

setelah mampu mempengaruhi pimpinan SI di Semarang yang waktu itu di pegang oleh

Smaun Himidan Darsono dengan masuknya ke tubuh ISDV. Kegiatan mereka

senantiasa menciptakan kerusuhan dan pergolongaqn dalam tubuh SI, terutama

menyesatkan fitnah fitnah keji terhadap pimpinan SI, kemudian setelah merasa

posisi mereka kuat, mereka mendirikan Partai Komunis India ( Hindia ) oada tanggal

23 Mei 1920 yang merupakan transformasi dari ISDV, tindakan mereka seperti itu

tercium oleh pimpinan SI dalam suatu kongres partai pada tahun 1921, mereka di

keluarkan dari keanggotaan SI, ini akibat di canangkannya “disiplin partai” dimana

dinyatakan bahwa anggota SI tidak di perkenankan menjadi anggota kelompok /

partai lain.

Sekeluarnya mereka dari SI, mereka semakin giat melakukan propaganda dalam

usaha memasyarakatkan fahamnya, bahkan tidak sekedar propaganda, mereka juga

memfokuskan Move move yang bersifat “ Phsyie” ( kejiwaan ). Puncak peris tiwa

adalah ketika mereka memproklamasikan berdirinya PKI, kemudian mengadakan

pemberontakandi daerah Jawa Tengah dan Sumatera Barat pad atahun 1926.

Kelompok ini lebih di kenal dengan “SI” merah ( Sosialis Indonesia ).

Pada tahun berikutnya tegasnya pada tahun 1927, Soekarno yang di harapkan jadi

kader SI militan menyimpang / bertentangan faham dengan HOS Cokroaminoto

mengenai dasar dan tujuan perjuangan. Soekarno berpendapat hanya faham

kebangsawananlah bukan Islam yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia dalam

mempersatukan langkah menghadapi kolonial Belanda, kemudian ia mendirikan Partai

Nasional Indonesia ( PNI ) yang berdasarkan nasional sekuler.

4. Lahirnya Sikap Hijrah SI

Hijrah suatu sikap politik SI yang di lancarkan untuk pertama kalinya dalam tahun

1923. Sebagai akibat ketidakpercayaan partai terhadap pemerintah kolonial dan

keyakinan pimpinan partaibahwa kerjasama dengan pihak pemerintah kolonial (kafir)

hanya akan menimbulkan kerugian dunia akhirat dan mengakibatkan tergelincirnya

partai lebih jauh lagi dari tujuan yang sebenarnya.

Hijrah adalah strategi Illahi yang telah di tetapkan menjadi salah satunya pola

perjuangan para Rasul Nya dalam mengemban risalah menegakkan Dienul Haq atas

dien dien lainnya . Termasuk Nabi Muhammad SAW pola perjuangannya adalah

Hijrah, tegasnya Iman-Hijrah-Jihad.

Page 16: Syarikat islam

Pimpinan SI menyadari benar , bahwa berjuang mentegakkan Islam adalah Ibadah.

Oleh karenanya dalam pelaksanaannyaharus mengikuti yang telah di contohkan oleh

Rasulullah SAW, apapun resikonya harus di hadapi, tidak boleh membut cara sendiri,

malah kiranya motivasi yang melatarbelakangi di tetapkannya sikap hijrahsebagai

garis politik yang resmi dari SI. Ditambah dengan kondisi yang mendorong untuk

mengambil sikap tegas semacam ini, dimana pada pada saat itu semakin jelas, bahwa

pemerintah Belanda dan Volkstraadnya ( Dewan Rakyat ) bukan memberi kemenangan

terhadap perjuangan SI, justru sebaliknya mereka berusaha menyikat dan meringkus

dengan halus tokoh-tokoh SI agar tunduk dan patuh terhadap segala kehendak

mereka (Pemerintah Kolonial), tanpa membantah apalagi mengahalanginya. Juga

dengan menyimpangnya Semaun Cs dan Soekarno dari garis Islam dengan membentuk

Partai Komunis Indonesia dan PNI yang bedanya sangat menentang Islam yang telah

menjadi dasar perjuangan SI, inipun merupakan faktor yang ikut mendorong untuk

mengambil sikap hijrah dengan tegas lagi. Terutama terlihat dari langkah-langkah

partai yang semakin menampakkan permusuhan terhadap pemerintah Belanda pada

tahun 1930, yang telah berubah namanya menjadi PSII (Partai Syarekat Islam

Indonesia).

Tahun 1933 mencatat suatu penyesuaian struktur partai, juga dasar perjuangan

partai yang dihasilkan pada tahun itu dianggap sesuatu yang telah sempurna para

pemimpinnya terutama dengan figure HOS Cokroaminoto dibantu SM. Kartosuwiryo

sebagai sekretaris pribadinya, berusaha mewarnai lembaga PSII ini dengan warna

Islam saja, tanpa ada warna-warni lainnya ini bisa dilihat dari dasra strategi partai

yang Islami.

5. Menyimpangnya Beberapa Tokoh SI dari Garis Hijrah

Setelah Si menetapkan dan mempertegas politik hijrahnya yang berarti tidak ada

kerjasama dan tidak ada garis taat kepada pemerintah Belanda, maka pihak

pemerintah segera menyambutnya dengan tindakan-tindakan keras dan tegas,

mereka keluarkan peraturan-peraturan yang sangat ketat, sehingga mempersempit

ruang gerak SI.

Memang demikianlah resikonya dari sikap hijrah sebagaiman yang telah dialami oleh

Nabi Muhammad s.a.w. beliau dengan sikap hijrahnya telah mendapat perlakuan kasar

dan kejam yang penuh dengan sikap permusuhan dari pihak pemerintah Quraisy.

Beliau dengan para sahabatnya dicari-cari, dicekam, diintimidasi, diblokade, diusir

bahkan direncanakan untuk dibunuh. Tapi Allah telah merencanakannya atau

memnyelamatkannya dan memenangkannya atas orang-orang kafir itu karena memang

Page 17: Syarikat islam

hijrah adalah stategui Allah untuk meyelamatkan dan memenangkan Rasulullah

beserta umatnya dalam berjuang mennegakkan Al-Haq.

Melihat tindakan Pemerintah Belanda yang makin keras terhadap SI akibat dari sikap

poloitik hijrahnya ini, maka beberapa tokoh SI duiantaranya Sukiman dan Wali Al-

Fatah serta beberapa orang pemimpin Muhamaddiyah termasuk ketua umumnya KH.

Mas Mansyur bersama-sama mengusulkan kepada pemimpin SI agar merubah langkah

politik hijrahnya, karena menurut pendapat mereka bahwa politik semacam itu

merupakan sesuatu langkah taktik saja dan bukan sesuatu prinsip yang tidak bisa

dirubah.

Mereka melihat politik hijrah seperti yang dilaksanakan oleh SI tidak bersifat ketat

dan baku sehingga menjadi penghambat perjuangan partai sendiri, karena tidak

memungkinkan penyesuaian dengan situasi. Disamping itu, orang-orang ini

mengusulkan kepada SI agar partai ini membatasi diri pada bidang poloitik saja dan

mempercayakan aspek-aspek sosial dan pendidikan pada organisasi lain dalam rangka

pergerakan kebangsaan yang memang didirikan untuk mengahadapi bidang itu.

Mereka juga meminta agar tindakan disiplin terhadap Muhammadiyah yang telah

dilakukan oleh SI pada tahun 1927 itu dicabut kembali (dibatalkan)

a. Keluarnya Sukiman Cs

Dalam mengahadapi usulan-usulan itu, HOS Cokroaminoto sebagai pimpinan puncak

dan penanggung-jawab PSII telah bertindak cukup tegas, beliau menolak seluruh

usulan-usulan tersebut dengan alasan:pertama, tentang hijrah: bahwa hijrah bukan

sekedar taktik, akan tetapi merupakan prinsip yang tidak bisa dirubah-rubah. Bahkan

merupakan faktor yang sangat menentukan syah tidaknya amal ibadah dan amal jihad

umat Islam dihadapan Allah Rabbul Izati. Bergeser dari hijrah berarti bergeser pula

pada kemurnian Islam.

Menuju kepada percampuran haq dan bathil, sebab hijrah adalah salah satu

usaha untuk memurnikan ibadah tau pengabdian kepada Allah (realisasi dari tauhidul

ibadah) yang lawanya adalah musyrik. Kedua, tentang pembatasan ruang lingkup SI :

bahwa SI adalah gerakan Islam yang bersifat universal mempunyai tujuan

menegakkan Khaifatullah fil ardhi, artinya pemerintahan Allah di muka bumi. Tentu

saja hal ini tidak bisa dilakukan dalam satu bidang/parsial saja tetapi harus mencakup

seluruh aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, pendidikan, juga termasuk

aqidah dan ubudiyyahnya.

Terakhir tentang tindakan displin Muhammadiyah bahwa tindakan tersebut sesuai

dengan peraturan yang berlaku dalam SI setelah sebelumnya pihak pimpinan memberi

Page 18: Syarikat islam

beberapa kali peringatan terhadap Muhammadiyyah untuk tidak bertindak sendiri

dan harus merasa terikat dengan peraturan-pertauran SI. Namun, hal ini selalu

diabaikan oleh Muhammadiyah, karena itu tidak ada jalan lain untuk menjunjung tinggi

peraturan-peraturan SI yang berlandaskan Islam (Sukiman dan Wali Al-Fatah cs)

tidak mau menerima alsan-alasan tersebut dan mereka bersikeras berusaha agar

usulannya itu diterima oleh partai bahkan mereka mengancam akan mendirikan lagi.

Pada “skorsing” Sukiman cs dikeluarkan dari PSII tindakan ini banyak mendapat

kecaman dari beberapa golongan, terutama dari pers Indonesia dan pihak-pihak yang

tidak setuju terhadap politik hijrah.

Mereka menghimbau agar HOS Cokroaminoto menarik kembali tindakan

terhadap Sukiman cs tersebut. Namun HOS Cokroaminoto tetap tidak goyah dengan

sikapnya ini. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1933, yang kemudian orang-orang ini

dengan kekecewaannya berusaha membentuk suatu penelis yang kemungkinan

persatuan islam indonesia yang mempunyai dasar campuran : Islam Nasional dan

budaya. Pnelis ini menarik kerjasama dengan PSII merdeka di Yogyakarta (termasuk

yang tidak setuju dengan politik hijrah) untuk bersama-sama membentuk partai islam

indonesia (PARTI). Tetapi usaha ini segera mundur pada tahun berikutnya. walaupun

mendapat sambutan dari berbagai tempat di Jawa, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

seperti ini merupakan suatu permulaan daripada yang dalam 4 Desember 1938

menjadi Partai Islam Indonesia (PII) yang diketuai oleh Raden Widodo dan Sukiman.

b. Keluarnya Agus Salim

Selain Mr. Sukiman cs sesungguhnya masih ada kelompok yang tidak setuju

dengan kelompok hijrah, yang menurut pendapat mereka, poltik semacam ini yang

hanya akan menimbulkan kesulitan dan keruwwetan belaka. Atau menurut istilah

mereka dikatakan “ bak membenturkan kepala ke tembok saja”. Kelompok ini dimotori

oleh H. Agus Salim. Namun pada saat itu ketika pimpinan partai masih HOS

Cokroaminoto, kelompok ini belum berani secara terang-terangan mengatakan

ketidaksetujuan terhadap kelompok/politik hijrah. Bagaimanapun mereka masih

segan dengan karishma pribadi dan kepimpinan HOS Cokroaminoto. Baru setelah

Cokroaminoto wafat pada tahun 1934, dan kepemimpinan partai jatu ditangan

saudarnya, yaitu Abi Kusno Cokro Suryo dan wakilnya SM. Kartosuwiryo, maka

kelompok lain mulai berani angkat suara untuk menentang politik. hijrah. Hal ini dapat

dilihat pada bulan Maret 1935, H. Agus Salim yang saat itu sebagai ketua dewan

partai meminta dengan sangat kepada lanjnah tanfiziyah untuk meninjau kembali

kebijaksanaan “politik hijrah”. Sehubungan dengan keluarnya peraturan-peraturan

Page 19: Syarikat islam

yang lebih ketat dari pemerintahan kolonial Belanda, pada tahun tersebut dalam

menghadapi partai-partai politik yang bersifat nonkooperatif.

Lebih lanjut lagi, pada April tahun yang sama H. Agus Salim berusaha untuk

merubah sepenuhnya kebijaksanaan dan melaksanakna referendum dari cabang-

cabang partai diadakan menghadapi saran-sarannya itu. Bahkan Kusno curiga bahwa

Salim berambisi pribadi untuk duduk dalam Volstraat dan memang pemerintah

kolonial Belanda pernah menawarkan itu padanya. Lebih lagi, kongres partai yang

diadakan pada tahun 1936 menolak pendirian Agus Salim ini dan tetap menjadikan

hijrah sebagai politik resmi dari PSII. Melihat kenyataan ini, Agus Salim tidak tahan

lagi, dimana posisi dirinya semakin tersisihkan. Maka dia bertindak lebih jauh lagi

dengan membentuk satuan fraksi dalam lingkungan partai yang disebut dengan

“Barisan Penyadar Partai Syarekat Islam Indonesia” (BPPSII) pada tanggal 18

November 1936 dengan maksud agar pemikiran-pemikirannya dapat diterima oleh

partai. Gerakan ini diketuai oleh Mr. Moh. Room yang direncanakan akan bergerak

dalam lingkungan SI sendiri. Tetapi ternyata penyebab gerakan ini yang sampai

kecabang-cabang partai, dianggap oleh Abi Kusno suatu hal yang sempat mematahkan

stabiliotas partai.

Oleh sebab itu, dia menginstruksikan pada semua anggota SI untuk mengakhiri

perdebatan masalah hijrah, sebab hijrah sudah menjadi politik resmi partai yang

telah didukung dengan kiyas-kiyas syar’i yang sudah tidak bisa dirubah-rubah lagi.

Kepada seluruh barisan agar menyatu untuk meneruskan kegiatannya dan kembali

menta’ati seluruh kebijaksanaan yang telah digariskan oleh partai dan terus berusaha

“menyadarkan” orang-orang yang dianggap tidak memahami situasi dan kondisi.

Menghadapi kelompok Agus Salim ini, maka Abi Kusno mengadakan rapat

gabungan antara dewan partai dan lajnah fan fidziyah yang memang kedua lembaga

ini mempunyai wewenang penuh untuk mengambil suatu keputusan dalam menghadapi

problema yang terjadi, kemudian rapat ini memutuskan tindakan (skorsing).

Pemecahan masalah terhadap pimpinan-pimpinan badan penyadar diantaranya Mr.

Moh. Room dan Sobari pada bulan januari 1937. Bulan berikutnya dipecat pula H. Agus

Salim, AM. Sangaji dan 24 tokoh penyadar lainnya. Abi Kusno dan kawan-kawannya

merasa perlu untuk membenarkan tindakan tersebut dalam mempertahankan politik

hijrah, terutama seluruh anggota partai. Demikianlah sekitar bulan April dan mei

1937. Diadakan rapat-rapat dari cabang partai untuk mengencangkan kebenaran

politik hijrah dan kebenaran tindakan Pemimpin politik menskorsing orang-orang

“penyadar” yang dengan keras menentang hijrah.

Page 20: Syarikat islam

Tidak cukup dengan rapat-rapat saja, penjelasan dengan politik hijrah ini

disusul pula dengan penerbitan sebuah brosur yang berjudul “Sikap Hijrah Partai

SII” terdiri dari 2 jilid disusun oleh SM. Kartosuwiryo yang saat itu menjabat

sebagai wakil ketua lajnah fanfidziyah PSII. Jilid pertama dalam brosur tersebut

kartosuwiryo berhasil menguraikan secara panjang lebar tentang pengertian Ad Dien

(agama) yang menyangkut sebuah aspek kehidupan tentang status dan tugas manusia

dalam kehidupan didunia ini, juga tentang sikap serta perjalanan hijrah Nabi

Muhammad SAW yang menjadikan satu satunya pedoman serta pola perjuangan oleh

seluruh umatnya. Sesudah pembahasan arti hijrah, SM Kartosuwryo melanjutkan

dengan mangatakan hampir pada setiap tempat dimana kata “hijrah” digunakan dalam

Al Qur’an, kata ini di asosiasikan dengan jihad. Maka sehubungan dengan itu ia

menulis, “tiada tindakan hijrah di anggap abash bila dalam cita cita jihad tidak

dilaksanakan.

Demikianlah SM Kartosuwiryo dengan brosurnya tersebut telah mencoba

mengutarakan pengertian hijrah dan jihad secara panjang lebar dan menekankan

untuk segera di realisaikan dalam kenyataan

BAB II. REALISASI SIKAP HIJRAH UMMAT ISLAM BANGSA INDONESIA.

1. Mengenal Pribadi SM. Kartosuwiryo

Dia seorang tokoh SI yang cukup gigih dan konsekwen dalam mempertahankan

politik hijrah, meskipun harus menghadapi tantangan dan kecaman dari berbaga pihak

sampai – sampai dia harus dipecat dari berbagai jabatan dan keanggotaan PSII oleh

ketua umumnya sendiri yaitu Abi Kusno Cokro Suryoso. Karena Kartosuwiryo menolak

untuk berpindah haluan dari hijrah ke parlementer.

SM. Kartosuwiryo sebuah nama gabungan dari namanya sendiri, ayah dan kakeknya.

Nama aslinya adalah Sekarmadji, ayahnya Maridjan dan kakeknya Karto Suwiryo.

Ayahnya seorang pegawai kraton dari kesultanan Solo. Seorang yang paham sejarah,

pekerjaannya sebagai petugas pemeliharaan barang-barang sejarah termasuk buku-

buku sejarah yang ditulis oleh orang-orang zaman dahulu. Dan memang masih ada

hubungan darah kesultanan, baik dengan kesultanan Solo maupun Demak. Tidak benar,

kalau ayah Sekarmadji dikatakan sebagai pedagang candu, itu hanya fitnah belaka

yang sengaja dilontarkan oleh orang-orang non muslim untuk menjatuhkan martabat

putranya yang kemudian dipercaya mengemban tugas ilahi. menegakan pemerintahan

Allah di bumi Indonesia inil. Sebaliknya, Maridjan adalah seorang muslim yang sholeh.

Seorang ayah yang berhasil membentuk jiwa dan pribadi putranya menjadi muslim

yang sejati dan konsekwen. Dan tetap islam dijadikannya sebagai satu-satunya

Page 21: Syarikat islam

pedoman hidup dan satu-satunya sistem hidup yang mewarnai seluruh aspek

kehidupannya.

Jenjang Pendidikan Umum

Sekarmadji dilahirkan di Cepu, sebuah daerah kecil antara Blora dan

Bojonegoro, pada tanggal 7 Februari 1905, status ayahnya yang termasuk bangsawan

(ningrat) dikalangan kraton Solo, menyebabkan Sekarmadji dapat menikmati jenjang

pendidikan di cukuo sukse, di dukung pula oleh kemampuan otaknya yang cemerlang.

Pada usia 6 tahun, dia masukk Inlandsche School der tweede klasce/ sekolah bumi

putra kelas dua selama empat tahun. Kemudian melanjutkan ke sekolah dasar kelas 1.

Mulai dari inlandsche School (I-IIS), yaitu sekolah putra bahasa Belanda. Kemudian

pada tahun 1919 setelah orang tuanya pindah ke Bojonegoro, dia masuk ke

EuropeecheLegere School (ELS) sekolah dasar Eropa, bagi seorang putra pribumi,

keduanya merupakan sekolah elite.

Sekolah Bumi Putra bahasa Belanda (HIS) dimasukan untuk anak-anak anggota

kelas atas kemasyarakatan pribumi. syarat-syarat untuk masuk ke ELS adalah yang

paling ketat dari semuanya. Sesuai dengan namanya sekolah ini direncanakan sebagai

lembaga pendidikan hanya untuk orang Eropa dan masyarakat Indo Eropa. Walaupun

dalam jumlah yang terbatas, Pribumi juga diperkenankan masuk. Bagian yang akhir ini

terutama adalah anak-anak yang dapat terjamin berdasarkan latar belakang

sosialnya, diharapkan melanjutkan pelajarannya pada lembaga-lembaga Eropa untuk

tingkat pendidikan menengah dan tinggi dan kedua bagi anak-anak yang berbakat

khusus yang mampu melanjutkan pelajaran merekan pada salah satu lembaga yang

mendidik bumi putra, ahli hukum/pegawai negeri. Diterimanya SM. Kartosuwiryo di

sekolah elite tersebut karena termasuk kategori-kategori kedua, yaitu beliau

mempunyai bakat (keistimewaan) khusus, setelah menyelesaikan ELS dia berangkat

ke Surabaya untuk melanjutkan studi ke Nenderlandsch Indische Artsen School

(NIAS) atau Sekolah Dokter Hindia Belanda. Memulai pelajaran di NIAS ini pada

tahun 1923 dalam usianya yang ke delapan belas (18).

Sesungguhnya di sekolah kedokteran itu harus ditempuh paling sedikit selama 6

tahun. Kemudian menjadi seorang pribumi, tetapi beliau gagal ditengah jalan, karena

pada tahun 1927 beliau harus keluar dari sekolahnya, akibat kegiatan politik anti

penjajahannya terlalu terbuka yaitu pada saat beliau aktif memimpin “Jong

Islamaiten Bond” sebuah organisasi pemuda islam. Ternyata ruhul islam dan ruhul

jihad yang telah ditanamkan oleh ayahandanya semenjak kecil, tidak luntur oleh

pelajaran berbau sekuler yang telah diterimanya selama ini. Bahkan semakin

Page 22: Syarikat islam

menjiplak ruhul jihad dalam jiwanya/dadanya tidak dapat dibendung lagi.melihat

penderitaan umat yang semakin hari semakin parah, akibat sistem penjajahan yang

kejam dan sadis, yang selaui mewarnai kehidupan umat ini.

Jiwanya terpanggil untuk mencoba berbuat dan berusaha membebaskan umat

dari belenggu penjajahan ini, agar dapat bebas melaksanakan kehidupan islam dengan

sempurna. meskipun akhirnya dengan tindakannya ini beliau harus mengorbankan

kariernya sebagai calon dokter pada sekolah kedokteran yang menjadi idola

masyarakat pada saat itu. Terlebih-lebih setelah beliau bertemu dengan Haji Oemar

Said Cokro aminoto di Surabaya. Seorang tokoh PSII yang paling menonjol dan

memiliki karisma kepemimpinan yang tinggi, SM. Kartosuwiryo banyak belajar

menyerap ilmu dan akhlaq dari tokoh ini. Terutama dalam bidang tauhid dan politik

islamsetelah dikeluarkan dari NIAS tahun 1927. Beliau berkeinginan hati untuk

tinggal bersama HOS Cokroaminoto dirumahnya. Sekaligus menjadikannya guru dan

pemimpin yang dapat membimbing dirinya dalam melaksanakan pengabdiannya kepada

Allah dan dalam perjuangan menegakkan Dienullah/hukum islam.

Mulai saat itu beliau diangkat sebagai sekretaris oleh pak Cokroaminoto dan

fungsi ini berlanjut sampai tahun 1929. Sebagi pembantu dan sekretaris pribadi,

beliau banyak memberikan ide-ide yang islami terhadap pak Cokro dalam

mempertegas garis islamnya. Terutama dalam mempertahankan dan merealisasikan

politik hijrah PSII yang telah diputuskan oleh kongres. Hal inilah yang mnyebabkan

pak Cokro semakin percaya terhadap diri SM. Kartosuwiryo bahwa ia benar-benar

kader muslim mujahid yang militan, yang bisa dipercaya untuk melanjutkan

perjuangan islam ini. Maka pada kongres PSII tahun 1933 beliau diangkat menjadi

sekretaris jendral PSII sampai akhir hayat HOS Cokroaminoto yang wafat pada

tahun1934, pada periode ini periode bersatunya SM Kartosuwiryo dengan pak Cokro,

akan semakin jelas terlihat arah perjuangan PSII yang semakin berusaha

memurnikan azas dan warna islamnya dari campuran-campuran yang lainnya semacam

nasionalis sekuler, sosialisme, dan komunisme. Akibatnya cokroaminoto dan PSII-nya

ditinggalkan dan diisolir oleh tokoh-tokoh sosialis komunis yang dulu pernah bersama-

sama dalam Syarekat Islam. Apabila telah ditetapkannya politik hijrah sebagai

politik resmi dari PSII bila dilihat dari lahirnya, memang PSII semakin kecil dan

semakin lemah akibat sikap hijrah ini, tapi dihadapan Allah bukanlah demikian.

Sebaliknya PSII semakin bernilai oleh Allah Rabbul Izzati bukanlah besarnya quality,

kuantitas, melainkan tingginya kualitas dan keberhasilan iman.

Pendidikan Islamnya

Page 23: Syarikat islam

Tentang pengetahuan islamnya SM. Kartosuwiryo berbeda dengan tokoh-tokoh islam

lainnya yang mendapatkan pengetahuan tentang islam melalui pedidikan

pesantren/madrasah-madrasah. Maka beliau mendapatkannya dangan cara autodidak

(belajar sendiri) dan sering berkonsultasi pribadi dengan ‘ulama-ulama’ yang

konsekwen dan sholeh. Bermodalkan semangat islam yang mengalir dalam dirinya yang

ditanamkan orang tuanya semenjak kecil, beliau terus mempelajari dan mendalami Al

Islam, melalui buku-buku yang ada pada saat itu. Kesibukan kuliahnya dalam bidang

Ilmu Fisika yang cukup berat itu, tidak menghalangi dari usaha menggali islam.

Setelah dikeluarkannya dari NIAS, keempatan mempelajari Al Islam semakin luas

apalagi setelah tinggal dengan pak cokroaminoto, mulai tahun 1927-1929. Beliau juga

banyak mewarisi sifat-sifat kepemimpinan Cokro aminoto, terutam dalam

ketegasannya memegang prinsip kebenaran (Al Haq).

Pada tahun 1929 karena alasan kesehatan disanping tugas dari pimpinannya,

terpaksa beliau harus berpisah dengan cokroaminoto untuk pindah ke jawa barat.

Kemudian bermukim di magelang, sebuah kota kecil dekat garut dan tasikmalaya.

Disana beliau berguru pada ‘ulama’ setempat antara lain Kyai Yusuf Tadjri dan Kyai

Ardi Wisastro yang disebut belakangan ini disamping sebagai guru juga merangkap

sebagai mertuanya, sebab menikah dengan putrinya yang bernama Dwi Ummi Kalsum

pada tahun 1929.

Kyai Ardi Wisastra adalah seorang ulama yang termashur di daerah malangbong,

disamping sebagai tokoh PSII terkemuka di daerah itu beliau juga seorang sufhi,yang

selalu nerusaha membersihkan diri dari kotoran-kotoran dosa, dan meningkatkan

martabat diri di hadapan Allah dengan melaksanakan amalan nawafil, disamping

ibadah fardhu yang terbatas itu. Bidang inilah yang sangat menarik SM.

Kartosuwiryo, untuk mempelajari lebih dalam, sebab menurut pendapatnya untuk

menjadi mujahid (pejuang islam) yang baik, mesti dibutuhkan kebersihan jiwa dari

penyakit-penyakit riya,’ujub, iri hati, syirik dan semacamnya. Bagaimana seseorang

akan memperjuangkan berlakunya islam untuk orang lain, sedangkan dirinya sendiri

belum islam secara konsekwen lahir dan bathin, apalagi untuk menjadi seorang

pemimpin islam harus mesti mempunyai sifat-sifat Warosatul Ambiya menjadi

kekasih Allah (Waliyullah).

Dengan bimbingan mertua sekaligus gurunya, beliau melakasanakan praktek-

praktek sufhi, mengkonsentrasikan jiwa hanya untuk berdzikir kepada Allah saja.

Sementara hubungan dengan yang bersifat duniawi diputuskannya. Dengan maksud

mencontoh perilaku Nabi Muhammad Rosullullah s.a.w. Menjelang menerima wahyu

Page 24: Syarikat islam

pertama, beliau selalu mengadakan kholwat ( mengasingkan diri dari kehidupan

duniawi), tabattul (membulatkan perhatian dan jiwa hanya untuk Dzikrullah semata),

dan taqorub (mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah nawfil),

sehingga aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya (membimbing

pendengarannya dengan hidayah dan taufiknya), yang mana dia mendengar dengan-

Nya dan aku menjadi tangannya, yang dia memluk dengan-Nya, dan aku menjadi

kakinya yang dia berjalan dengan-Nya. Apabila dia meminta sesuatu kepada-Ku, pasti

aku akan memberinya, dan apabila dia meminta pwerlindungan pada-Ku, pasti aku akan

melindunginya (Diriwayatkan Bukhori).

SM. Krtosuwiryo telah berusaha mengamalkan konsep ini dengan membangun Goa

buatan, yaitu dengan menggali tanah untuk lubang. Disanalah beliau berkhalawat dan

bertafakkur, mengasingkan diri dari kesibukan-kesibukan duniawi, menjernihkan jiwa

dari rizail-rizail (kotoran-kotoran dosa ma’siat). Selama beberapa hari beliau

bertaqarub dengan melaksanakan ibadah-ibadah fardhu dan nawafil.

Allah SWT menepati janji-Nya dengan mencintai hamba-Nya yang ini, yang telah

bernujahadah sekuat kemampuan, berjalan di atas fardhu dan nawafil, menuju ridho-

Nya. Akhirnya Allah menurukan cahaya hidayahnya dan taufiq-Nya, yang membimbing

dan menuntun pendengarannya, penglihatannya, kakinya, banyak di ijabah do’anya dan

beliau sering mendapat perlindungan Allah pada saat kritis, dari ancaman musuh-

musuhnya, musuh Allah dan musuh islam.

Ubudiyahnya

Menurut Keterangan teman dekatnya yaitu ustadz H. Masduki, seorang ulama yang

sejak muda telah lafadz Al - Qur’an seluruhnya dan terpelihara sampai sekarang ini,

bukan hany sekedar hafal, tapi juga faham terhadap ma’na yang tersirat didalamnya,

serta mampu menyebarkannya. Karena kemampuannya inilah, maka dia di angkat oleh

S.M Kartosuwiryo sebagai penasehat pribadinya, sehingga dia banyak tahu tentang

pribadi S.M Kartosuwiryo. Sebagai ustadzini menerangkan “pak Karto adalah seorang

‘ahbid (ahli ibadah ) yang khusu’ dan istiqomah. Sholat-sholat fardhu selalu

dilakukannya diawal waktu dan selalu dilengkapi dengan sholat rowatib, kalu malam

sangat sedikit sekali waktu yang digunakan untuk quamul lail (sholat malam) serta

menyusun konsep-konsep dan program-program perjuangan islam, terlebih lagi

setelah beliau menjabat sebagai imam Negara Islam Indonesia. Panglima Tinggi

Tentara Islam, pendeekatan kepada Allah lebih di perketat lagi.

Beliau selalu rajin membangunkan keluarganyapada dua pertiga malam untuk

quamil lail. Pada suatu saat pernah beliau bercerita kepada saya tentang suatu

Page 25: Syarikat islam

keanehan yang terjadi pada dirinya, yaitu pada saat malam ,menjelang hari ke empat

puluh beliau berkhalwat dan tabattul, tiba-tiba datang cahaya yang terang benderang

menerangi alam sekitar beliau, yang saat itu sedang malam keadaan gelap gulita.

Dengan cahaya itu beliau dapat melihat darah yang ada dalam pembuluh nadinya, dan

sum-sum yang ada dalam tulangnya, beliau merasa ajaib dengan peristiwa itu

terlebih-lebih tatkala beliau membuka buku-buku berbahasa arab gundul, beliau

menjadi mampu untuk membaca dan memahamiya. Padahal sebelumnya beliau belum

pernah belajar ilmu-ilmu alat seperti, nahwu, shorof, balaghoh, usul fiqih, mantiq, dan

lain sabagainya secara mendalam. Namun sejak saat itu hingga akhir hayatnya, beliau

mempunyai kemampuan mempergunakan ilmu-ilmu tersebut, untuk membaca dan

mendalami ayat-ayat Al-Qur’an dan tafsirnya serta kitab-kitab hadist, ilmu semacam

ini disebut ilmu laduni, artinya ilmu yang langsung dikaruniakan oleh Allah kepada

seseorang hamba yang dicintai-Nya, tanpa melalui proses belajar sebagaimana

biasanya. Ini sesuai dengan apa yang telah diketahui. Maka Allah akan memberikan

kepadanya ilmu yang belum ia ketahui” Al-Hadist.

Demikianlah keterangan ustadz H. Masduki, dalam suatu wawancara dengan

penulis tentang usaha-usaha SM. Kartosuwiryo dalam mempelajari dan memahami Al-

Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Al Hadits.

Akhlaqnya

SM. Kartosuwiryo adalah seorang yang Zuhud (sederhana dalam kehidupan dunia).

Tidak senang kepada kemewahan dan berlebih-lebihan. Sebagai seorang tamatan ELS

dan jebolan sekolah dokter, sesungguhnya sekarmadji dapat hidup cukup baik dalam

kehidupan sosial ekonominya, kalau saja ini jalannya, beliau mau menjadi seorang

pegawai pemerintahan atau bekerja di suatu kantor perusahaan, tetapi rupa-rupanya

beliau lebih suka hidup sederhana denganbertyani alakadarnya. Dan mencurahkan

seluruh tenaga dan pikirannya untuk perjuangan Islam. Orientasi hidupnya bukan lagi

duniawi tetapi ukhrawi. Kehidupan duniawinya hany dijadikan sebagai marad’atil

akhirat, artinya ladang tempat beramal dan mempersiapkan bekal untuk menuju

kebahagian di Akhirat, kata seorang ajengan teman dekatnya pernah satu rumah

dengannya yang tidak mau disebutkan namanya. Zuhudnya (kesederhnaannya) itulah

salah satu ciri kepribadian sekarmadji, “Hampir setiap pagi kalau turun ke sawah,

saya melihat sekarmadji memakai celana sulam model kuno, teatpi dia tidak lama di

sawah, apabila dia silaturahim ke rumah kerabatnya / ke rumah anggota pengurus

PSII setempat untuk membicarakan langkah-langkah perjuangan , dia selalu

kelihatan memakai baju yang itu-itu juga, sepasang jas tutup dan celana dari kain

Page 26: Syarikat islam

yang murah, ia selalau berjalan dengan menundukkan kepala penuh rasa takwadhu dan

selalu bersukap hormat kepada setiap orang yang di temuinya. Sehingga tidak

seorang pun mengira, kecuali yang sudah mengenal bahwa dia seorang (ningrat) dan

terpelajar”.

Demikian ajengan itu melanjutkannya keterangannya tentenag pribadi S.M

Kartosuwiryo “Sekarmadji seorang penyantun, suka meringankan kesulitan orang lain,

terutama kepada fakir - miskin dan yatim piatu, beliau sangat dekat sekali. Inilah

yang memikat hati masyarakat sekitarnya sehingga mereka benar-benar percaya

terhadap kepada kepemimpinannya”. Demikianlah ajengan tersebut mengakhiri

keterangannya.

Ustadz H. M. Masduki menambahkan keterangan tentang akhlaq SM. Kartosuwiryo

“Beliau adalah seorang yang tawadhu’ dan rendah hati, toleransinya sesama ikhwan

sangat tinggi, seorang pemaaf yang sabar dan mampu melaksanakan itsani ‘alan nafsi

(lebih mementingkan orang lain, meskipun dirinya sangat memerlukan). Pernah suatu

saat saya terpisah dari pasukan karena menghindari TNI yang sedang petroli,

kemudian saya bertemu dengan pak Imam bersama putranya Dodo yang sama-sama

terpisah dari pasukan kami akhirnya berjalan bersama untuk menuju ke induk

pasukan. Setelah cukup lelah berjalan menyusuri hutan belantara, kami beristirahat

dan membuat kemah alakadarnya untuk dapat berlindung. Ransel saya yang berisi

perbekalan terbawa oleh pasukan, sehingga saya pada saat itu tidak membawa apa-

apa, kecuali pakaian yang dipakai saja. Pak Imam pun perbekalannya sangat tipis

sekali, tinggal beras beberapa sendok saja, piringnya pun Cuma satu-satunya. Tiba-

tiba pak Karto menyodorkan piringnya itu kepada saya sambil berkata: Silahkan

ustadz, ini adalah hak ustadz”. Makanlah” karena saya merasa beliaulah yang lebih

berhak, sebab beliau lebih tua dan lebih membutuhkan daripada saya. Saya lebih

muda dan lebih kuat untuk menahan lapar, silahkan ini untuk bapak saja”. Namun

beliau memaksa saya dengan mengeluarkan alasan yang kuat: “Ustadz, ini memang

milik saya, tapi hak ustadz, karena ustadz adalah tamu saya, maka berilah saya

kesempatan untuk melaksanakan ayat Allah (Q.S. Al-Hasyr ayat 19)”, terima ini dan

makanlah, ini adalah hak ustadz. Akhirnya saya tidak bisa menolak lagi, lalu saya

makan tidak sampai habis, kemudian saya serahkan sisa nasi itu kepada baliau barulah

beliau makan dan dibagi dua dengan anaknya”. Demikianlah ustadz HM. Masduki

berkisah tentang penglamannya, kemudian beliaupun melanjutkan pada waktu

menjelang tidur, pak Karto memberikan kain yang hanya satu-satunya kepada saya

untuk selimut sambil berkata “ustadz pakailah selimut ini karena udara malam sangat

Page 27: Syarikat islam

dingin sekali, berilah saya kesempatan untuk melaksanakan sunnah rasul jangan

ustadz menolaknya, ini hak ustadz”. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain

menerimanya. Namun perasaan saya tidak enak sebab beliau lebih tua, lebih tidak

tahan kondisi badannya menghadapi udara yang sangat dingin. Udara pegunungan dan

malam hari, maka terlihat beliau tidur, kain sarung saya selimutkan kepada beliau.

Kemudian sayapun tertidur, tapi ketika tengah malam saya terbangun, kain sarung

sudah berpindah lagi menyelimuti tubuh saya, dan beliau tidur nyenyak tanpa selimut,

kemudian saya kembalikan lagi sarung tersebut untuk menyelimuti beliau. Demikian

berkali-kali kain sarung itu berpindah-pindah, sehingga pada saat saya bangun

terakhir kalinya, kain itu ada pada saya dan beliau saya lihat sedang solat tahajjud”.

Demikianlah keterangan ustadz Masduki tentang akhlaq. SM. Kartosuwiryo adalah

figure utama pewaris nabi, yang mampu merealisasikan Sunnah Rasul dan layak

menjadi imam ummat Islam Indonesia.

2. Akhirnya KPK, PSII

Ternyata Abi Kusno, Aruji Kartawinata, Wonodoamiseno dkk, belum siap mental

untuk menghadapi resiko daripada pelaksanaan sikap hijrah itu. Semangat hijrahnya

yang menggebu-gebu pada beberapa belakangan ini dengan melakukan tindakan tegas

kepada setiap penantangnya seperti skorsing yang dijatuhkan kepada H. Agus Salim,

Moh. Room dkk dari barisan penyadar, ternyata kandas setelah melihat kenyataan

betapa sulit dan rumitnya perjalanan ini.

Tindakan dan kecurigaan dari pemerintahan Belanda terhadap partai politik yang

berhaluan non kooperasi yang demikian yang semakin hari semakin ketat dan

menurunnya kuantitas anggota-anggota PSII yang merosot sangat drastis akibat

pengaruh propokasi dari orang-orang barisan penyadar, adalah merupakan faktor-

faktor pendorong Abu Kusno cs berputar haluan, meningkatkan politik hijrah beralih

kepada garis parlementer, pada tahun 1938. Abi Kusno mempelopori terbentuknya

GAPI (Gabungan Politik Indonesia). Dia berusaha merangkul bekas-bekas musuhnya

yang menentang hijrah, diantaranya Mr. Sukiman yang menjadi ketua PII (Partai

Islam Indonesia) dan H. Agus Salim dengan barisan penyadarnya, untuk masuk

bergabung dalam GAPI, sebagai suatu federasi Partai Politik Indonesia yang

tujuannya untuk parlemen yang benar-benar representatif. Tindakan Abi Kusno itu

sama sekali diluar pengetahuan SM. Kartosuwiryo, yang saat itu menjabat sebagai

wakilnya (Wakil Presiden PSII). Setelah mengetahui akan hal ini, Pak Karto berusaha

menegur Abi Kusno agar menarik kembali langkahnya yang telah menyimpang dari

garis hijrah kebenaran. Namun Abi Kusno tidak menanggapinya, bahkan ia membujuk

Page 28: Syarikat islam

Kartosuwiryo agar mau merobah haluan, dengan alasan bahwa hijrah itu adalah salah

satu taktik perjuangan saja bukan prinsip, sehingga bisa berubah menurut tuntunan

situasi dan kondisi.

Maka untuk situasi semacam ini, demi penyelamatan dan mempartahankan partai dan

kesulitan dan kebangkrutan, perlu adanya perubahan taktik / siasat SM.

Kartosuwiryo menolak mentah-mentah ajakannya, karena menurut pendiriannya

bahwa, hijrah bukanlah sekedar taktik melainkan suatu prinsip yang tidak bisa

dirubah-rubah dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga. Perjuangan islam

tanpa hijrah adalah batal, sebab tanpa hijrah akan terjadi percampuran antara hak

dan bathil dalam suatu wadah perjuangan, yang mengakibatkan gugurnya haq

(kebenaran) tersebut. Karena itu hijrah harus dipertahankan apapun resiko yang

harus dihadapi, menyimpang dari hijrah sama halnya dengan menyimpang dari islam,

begitu tegar dan kokoh pendirian SM. Kartosuwiryo dalam mempertahankan prinsip

perjuangan, yaitu sikap hijrah, meskipun dia harus menghadapi mayoritas pengurus

elite PSII yang akan berakibat ancaman pemecatan terhadap dirinya dari PSII.

Padahal dalam satu atau dua tahun yang telah lalu, pihak yang tampak akrab dan

mesra sama-sama berada dalam kubu, mempertahankan Poitik hijrah secara

terperinci dalam brosurnya yang terdiri dari dua jilid yang berjudul “Sikap Hijrah

PSII”, pihak Abi Kusno kawan-kawanya memberikan dukungan penuh atas usaha ini.

Bahkan dalam kata pengantar yang ditandatangani oleh Abi Kusno sebagai presiden

dan Aruji Kartawinata sebagai sekretaris PSII. Pada jilid ke dua, dia membuat

pernyataan bahwa pandangan-pandangan, pendapat-pendapat dan gagasan-gagasan

tentang penafsiran sikap hijrah PSII yang diuraikan dalam brosur ini telah

dibicarakan panjang lebar dengan presiden terpilih Dewan Pimpinan Partai dan Komite

Ekslusif Partai sebelum dan sesudah (Brosur) ditulis oleh pengarang.

Namun pada saat itu, tegasnya pada tahun 1938, mereka terlibat dalam pertengkaran

dan perselisihan pendapat yang cukup sangat sengit, tentang perlu dirubahnya atau

tidak hijrah ini, Abi Kusno telah menggunakan wewenang selaku presiden partai.

Dengan tindakan mengeluarkan dari PSII, karena telah dianggap membangkang

terhadap pemerintahan-pemerintahan puncak pimpinan untuk merobah haluan dan

menarik kembali, serta mengkritik penyebaran brosur tersebut yang mengandung

pikiran-pikiran yang bersifat anakronisme.

Keputusan mengeluarkan SM. Kartosuwiryo dan beberapa dukungannya termasuk Kyai

Yusuf Tadjid dan Kamran Hidayatullah, yang saat itu menjadi pemimpin bagian

pemuda PSII, diambil Komite Eksklusif Partai pada 30 Januari 1939, kemudian

Page 29: Syarikat islam

disetujui oleh kongres partai pada bulan Januari 1940, tetapi mereka di cabut

keanggotaannya menolak keputusan tersebut. SM. Kartosuwiryo berpendirian bahwa

PSII bukanlah lembaga milik pribadi Abi Kusno dan kelompoknya, tetapi lembaga milik

Allah, sebagai wadah perjuangan dalam mendhohirkan Mulkiyyah (Struktur Kerajaan

Allah) di muka bumi ini, karena itu lembaga ini harus diselamatkan dari pengkhianatan

oknum pimpinannya yang telah menyimpang dari rel Sabillillah, garis yang telah

ditentukan oleh Allah SWT. Maka atas prakarsa SM. Kartosuwiryo dibentuknya suatu

komite tantangan. Komite Pertahanan Kebenaran PSII (PKP PSII), karena

dimaksudkan untuk menggebrak didalam PSII, komite mengabaikan resolusi

pemecatan ketika ternyata ini tidak mungkin dilakukan,mereka pada rapat umum

komite di Malangbong pada 24 Maret 1940. Diputuskan untuk membentuk partai yang

bebas, sebagai upaya penyelamatan politik hijrah, yang merupakan amanah Allah,

amanah Rasulullah dan amanat ummat yang telah diputuskan dalam kongres-kongres

partai pada tahun-tahun yang silam.

Partai yang baru ini, yang juga biasa disebut PSII kedua. Dimana SM. Kartosuwiryo

diangkat sebagai ketuanya, diharapkan bisa berkembang menjadi PSII yang

sebenarnya untuk mempertahankan dan merealisir nilai-nilai dan tujuan islami yang

menjadi ciri khas PSII yang telah dirancangkan oleh pendirinya, HOS. Cokroaminoto,

terutama dimaksudkan untuk merealisasikan politik hijrah lebih kongkrit lagi,

sebagaimana telah diputuskan dengan kongres partai yang diadakan di Surabaya pada

tahun1937. Oleh karena itu PSII Abi Kusno Cokro Suyoso sudah tidak bisa

diharapkan lagi untuk mengemban amanah suci ini, sebab mereka terdiri dari

pengkhianat-pengkhianat yang telah mengkhianati perjuangan islam yang

sesungguhnya. Dan menodai nilai-nilai islam yang pada mulanya telah mereka sepakati

bersama. Dengan demikian mereka tidak lagi berhak memakai nama Syarekat Islam

Indonesia (PSII), sebab telah bergeser dari Al-Islam, hal ini tampak lebih jelas

sekali Abi Kusno memindahkan corak perjuangan Islam kepada corak nasional, seperti

terlibat dalam GAPI, yang sudah tidak ada identitas Islamnya lagi.

Upaya SM. Kartosuwiryo ini rupanya mendapat dukungan yang lebih besar dari

masyarakat yang masih konsekwen dengan Islam, ini bisa dilihat dengan

perkembangan yang cukup pesat, dari dua cabang saja yang pada saat baru berdirinya

KPK PSII, telah meningkat menjadi dua puluh dua cabang pada Maret 1940, bahkan

boleh dikatakan dimana ada cabang PSII Abi Kusno, disitu akan berdiri pula cabang

PSII kedua yang tetap konsekwen dengan politik hijrah.

3. Lahirnya Institut Suffah

Page 30: Syarikat islam

Bermaksud mencontoh pola Rasulullah s.a.w pada awal perkembangan hijarahnya ke

Yatsrib dengan membentuk masyarakat yang Isalam dan lembaga pendidikan serta

pengkaderan, maka SM. Kartosuwiryo berusaha mendirikan sebuah lembaga

pendidikan dan pengkaderan yang bernama “Institut Suffah”. Lembaga ini diharapkan

akan menjadi modal utama dalam usaha melahirkan “Darul Islam” dikemudian hari.

Gagasan ini sesungguhnya sudah lama dicanangkan sejak kongres pada tahun 1937 di

Surabaya. SM. Kartosuwiryo yang sungguh mengerti akan pentingnya lembaga

kaderisasi kepemimpinan dan yang memberi perhatian pada bidang ini dalam brosus

hijrahnya, diberi kepercayaan untuk mendirikan suatu lembaga yang direncanakan

guna melatih kader-kader pimpinan Islam yang “militan” oleh kongres partai saat itu.

Tetapi ketika pimpinan PSII memutar haluan politiknya ke Parlementer, maka partai

tidak ada lagi minatnya terhadap rencana tersebut. Namun SM. Kartosuwiryo dengan

kesungguhan hati meneuskan persiapan guna pembentukan lembaga pengkaderan dari

penyesuaian itu, dengan pola Rasulullah s.a.w. Lembaga yang dimaksudkannya tidak

lagi terikat dengan PSII lama. Pimpinan Abi Kusno cs yang dirasakannya telah

mengkhianati perjuangan ummat Islam Indonesia, lembaga ini akan menjadi lembaga

pendidikan yang terikat dan diawasi oleh PSII kedua, tegasnya PSII hijrah.

Setelah rencana itu disyahkan oleh kongres PSII kedua pada Maret 1940. Didirikan

“Institut Suffah” yang beralokasi di Malangbong, dengan institute ini paling tidak

ada dua target yang dapat digarap. Pertama, membentuk para mujahid, kader-kader

yang militan, yang kuat aqidahnya dan menguasai ilmu Islam yang nantinya mampu

menggerakkan jihad fisabilillah, termasuk jihad dalam arti “fisik” menumbangkan

dominasi penguasa-penguasa dzolim, dalam rangka menegakkan Daulah Islamiyyah.

Kedua, menciptakan masyarakat yang Islami, dengan mulai pengenalan serta

penerapan mulai dari sistem hidup dengan Islami bagi setiap pribadi, masyarakat

Malangbong dan sekitarnya menjadi objek bagi pelaksanaan program ini, yang bisa

diharapkan menjadi basis kekuatan dan pusat komando gerakan jihad ummat Islam

dikemudian hari. Jihad adalah merupakan tindak lanjut daripada hijrah, sebab sikap

hijrah tidak dianggap absah bila tidak diiringi dengan jihad.

Lembaga pendidikan Suffah ini disusun menurut sistem pesantren dan madrasah,

menghasilkan hubungan yang sangat erat antara guru dengan murid / siswanya. Guru

disini, disamping pendidik dan pengajar juga berfungsi sebagai contoh suri tauladan

(Uswatun Hasanah) bagi para siswanya dalam menerapka nilai-nilai Islam dalam

kehidupan sehari-hari, sekaligus sebagai pemimpin dan pembimbing yang membawa

para siswanya kearah mardhotillah di dunia dan akhirat. Disini para siswa akan

Page 31: Syarikat islam

digamblang selama empat atau enam bulan, sehingga mereka benar-benar menjadi

kader yang tangguh dan militan, yang bisa diharapkan menanamkan dan menyebarkan

idea serta cita-cita Islam dikalangan masyarakat dimana mereka akan kembali.

Kebanyakan yang datang menjadi siswa disini adalah para pemuda yang berasal dari

daerah Parahiyangan, ada juga yang dari jauh seperti dari Banten, Wonorejo,

Cirebon, bahkan dari Toli-toli dan Sulawesi Utara. SM. Kartosuwiryo, selaku pimpinan

lembaga ini, beliau memegang pelajaran ilmu Tauhid, untuk menanamkan aqidah dan

keyakinan pada siswa, diuraikannya pengertian kalimah (Lailaha ilallah), yang

merupakan dasar serta sumber segala aspek kehidupan ummat Islam, uraiannya secar

sepintas bisa kita lihat seperti di bawah ini :

Artinya : Tidak ada yang maujud kecuali atas idzin dan takdir Allah, hal ini untuk

membulatkan aqidah dan keyakinan bahwa setiap kejadian baik yang terjadi atau yang

menjadi, baik yang disengaja oleh manusia ataupun yang tidak, baik yang sesuai

dengan keinginan atau tidak, yang bersifat biasa atau luar biasa, yang manis yang

pahit, yang baik maupun yang buruk, itu semua atas kodrat dan irodat Allah atas

kuasa dan kehendak Allah SWT.

Disini posisi makhluk termasuk manusia tidak ada peran sama sekali yang

berpengaruh dalam mewujudkan sesuatu, ia hanya dijadikan salinan dan sambungan

belaka. Daya ikhtiar dan akal pikiran manusia bagaimanapun besarnya tidak akan

mampu mewujudkan sesuatu tanpa idzin dan kuasa Allah, ikhtiar dan akal manusia

hanya berfungsi sebagai sarana dan penyambung dari kuasa dan kehendak Allah yang

mutlak, karena itu manusia harus menyadari akan kelemahan dan kekerdilannya di

hadapan Allah Rabbul Izzati, segala hidup dan kehidupan bergantung mutlak kepada

kuasa dan kehendak Allah, manusia tidak punya daya dan kuasa sedikitpun kecuali

atas kehendak dan kuasa Allah, inilah yang dikatakan Wahdatul Maujud (1).

Tidak ada yang berhak disembah (di-ibadati), kecuali Allah setelah meyakini

Mahdatul Maujud, artinya segala sesuatu yang maujud selain Allah, itu semua

tergantung kepada qudrat dan iradat Allah, kita harus meyakini bahwa semua yang

dijadikan atas takdir Allah itu tidak ada yang sia-sia, tetapi semua kejadian itu

dijadikan untuk menjadi sarana dan medan pengabdian manusia kepada Allah. Seorang

mukmin harus bertekad bahwa segala takdir yang terjadi pada dirinya, dimana saja,

kapan saja dan bagaimana saja, akan dijadikan sarana beribadah dan mengabdi

kepada Allah, sebab kalau kosong dari nilai ibadah kepada Allah, dia akan terjebak

ke dalam Syirik (mengabdi kepada selain Allah atau Maksiat (durhaka kepada Allah)),

hal ini disebut Wahdatul Ma’bud / Taukhidul ‘ibadah (2).

Page 32: Syarikat islam

Tidak ada yang dicari untuk ditaati dan dicari untuk dihindari, kecuali perintah dan

larangan Allah. Setelah meyakini bahwa setiap takdir yang datang kepada kita adalah

untuk sarana ibadah (pengabdian kepada Allah), maka kita harus yakin bahwa setiap

takdir yang datang kepada kita ini mengandung perintah dan larangan dari Allah yang

terperinci, melaksanakan sistem hidup yang digariskan dari Allah, pada setiap

tempat, setiap saat dan setiap keadaan. Kita harus berusaha untuk mewarnai

kehidupan kita sehari-hari dengan warna Islam saja. Jangan sesaat pun diri kita lepas

dari nilai Islam yang telah kita yakini sebagai satu-satunya Dienullah : sistem hidup

yang digariskan Allah yang membawa kemaslahatan kehidupan di dunua dan akhirat.

Inilah Mahdatul Matlub, artinya : kebulatan dan langkah sepanjang aturan Allah

SWT.

Tidak ada yang dimaksud (dituju), kecuali keridhoan Allah setelah kita berada di jalan

Allah, dengan melaksanakan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari,

jangan sampai kita menyimpang dari arah dan tujuan yang haqiqi, yaitu keridhoan

Allah. Jauhkan diri kita dari sifat riya, takabur, ambisi dan tujuan-tujuan duniawi

dan bisa menghapuskan nilai amal kita.

Jadi kita melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi laranganNya,

melaksanakan sistem-sistem Islam dan menjauhi sistem Thoghut, itu tujuannya

semata-mata ikhlas mencari keridhaan Allah, bukan yang lainnya. Inilah Wahdatul

Makshud (satu tujuan hanya untuk Allah). Empat perubahan diatas ini, adalah

merupakan inti dari ajaran yang diterapkan dalam Institut Suffah, dalam usaha

membentuk pribadi Muwahid (serba satu-satu dalam aqidah, satu dalm niat (niat

ibadah), satu dalam perbuatan, yaitu menurut sistem Allah, dan satu dalam tujuan,

yaitu mencari ridha Allah. Dalam istilah lain dikatakan Minallah (dari Allah) ‘alallah

(di atas jalan Allah) dan Ilallah (menuju Allah)).

Disamping ilmu tauhid dan ilmu-ilmu lainnya d\seperti Ubudiyyah, Akhlak Sirath

Rasul, Tasawul, juga ilmu pengetahuan umum dan keterampilan diajarkan disini,

seperti bahasa Belanda, bahasa Arab, bercocok tanam, menanam dan membuat

anyaman. Kemudian pada awl tahun 1944 dalam masa penjajahan Jepang, Suffah

meningkatkan aktifitasnya menjadi pusat pelatihan militer untuk daerah

parahyangan, dan dari sana terbentuklah kesatuan militer yang bernama “Sabilillah”

yang nantinya menjadi inti Tentara Islam Indonesia dikemudian hari.

Demikianlah sekilas melihat dasar sistem kurikulum dan tujuan pendidikan, serta

pengkaderan lembaga Suffah, yang sangat berbeda dengan sistem pendidikan isalam

lainnya, semacam pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah yang tidak

Page 33: Syarikat islam

mempunyai arah yang pasti dalam perjuangan-perjuangan menegakkan Islam, juga di

Suffah ini diselenggarakannya sistem bai’at yaitu ikrar dan janji setia kepada allah

yang disaksikan oleh pimpinan, yang merupakan syarat berjama’ah dalam Islam,

sehingga mereka terikat dengan sikap mendengar dan ta’at terhadap pimpinan juga

ukhuwah (persaudaraan) dikalangan para siswanya dengan kuat.

BAB III. PERANAN UMAT ISLAM DALAM PERGERAKAN NASIONAL

1. Golongan Islam parlementer dan MIAI

Diluar jalur syarekat islam, ada beberapa organisasi islam yang didirikan, meskipun

sesungguhnya tidak dibenarkan oleh islam adanya lebih dari satu jama’ah dalam waktu

dan tempat yang sama, namun demikianlah kenyataan sejarah sesuai dengan firman

Allah dalam surat Al-mu’minun ayat 52 & 53 yang dalam istilah Al-Qur’an dan Al

Hadits disebutkan diluar jama’ah adlah “Firqoh”, dan Firqoh itu dilarang dalam umat

islam. Sebab firqoh itu akan menimbulkan bencana yang besar bagi umat islam

seluruhnya. Diantaranya, sebuah organisasi sosisal islam yang didirikan pada tanggal

18 november 1912 di Yogyakarta, yaityu yang bernama “muhammadiyah”. Organisasi

ini didirikan oleh pendirinya, yaitu K.H Ahmad Dahlan, atas saran yang dianjurkan

oleh murid-muridnya dan beebrapa anggota budi utomo, untuk merelisir program

sosial dan mendirikan suatu lembaga parlemen yang bersifat parlemen. Jadi

muhammadiyah bukanlah organisasi politik yang mempunyai gagasan untuk

menegakkan Daulah Islamiyah, Sebagai syarat berlakunya sistem secara

keseluruhan, tapi ia sebagai syarat berlakunya sistem secara keseluruhannya, tapi ia

hanya merupakan organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan saja, yang

merupakan satu keping dari sistem Islam yang sempurna. Atas ajakan HOS

Cokroaminoto, organisasi sempat masuk bergabung kedalam PSIIm, namun

penggabungannya, rupanya tidak mau meninggalkan baju muhammadiyahnya.

Setelah diberi peringatan berkali-kali, dan tidak ditanggapi maka pimpinan PSII

mengadakan tindakan disiplin terhadap organisasi-organisasi ini, Muhammadiyah

dikeluarkan dari PSII pada tahun 1927. Dalam bidang furu (cabang-cabang

‘ubudiyah)organisasi ini membawa faham aliran muhammad bin abdul wahab yang

bersifat reformis (pembaharuan) menurut faham mereka, melaksanakan syarat

tanpa mazhab tanpa melalui mazhab yang empat, dianggap sebagai mempermainkan

dan merusak Syarikat itu sendiri, maka wajarlah kalau mereka memandang gerakan

wahabi yang dilakukan muhammadiyah ini sebagai bahaya besar dan fitnah dalam

Agama.

Page 34: Syarikat islam

Mereka tergerak hatinya untuk mengadakan usaha-usaha membendung pengaruh

gerakan tersebut, demi memperhatikan faham yang mereka sebut sebagai faham

ahlusunnah wal jama’ah, untuk keperluan ini pada tahun 1926 didirikanlah organisasi

sosial yang bernama Nahdatul ‘Ulama yang kebangkitan para ulama, oleh pendirinya

yaitu K.H Hasyim Asari , seorang ulama yang memimpin pondok pesantren yang

tersebar di tiap-tiap pelosok. Organisasi ini dalam waktu singkat berhasil meraih

banyak anggota dari kalangan masyarakat awam,. yang sejak lama dicekoki dengan

faham taklid buta.

Dengan berdirinya Nahdatul Ulama (NU) ini, Ummat Islam tenggelam dalam

pertentangan sengit antar sesamanya, hanya memperdebatkan masalah-masalah kecil

saja. Sedangkan masalah-masalah besar dan prinsip seperti masalah aqidah, jihad dan

daulah islamiyah mereka lupakan dan mereka tinggalkan, pertentangan-pertentangan

ini akhirnya meningkat menjadi permusuhan. Orang-orang Muhamadiyah menganggap

orang-orang NU sebagai musuh yang telah keluar dari sunnah, sebaliknya orang NU

menganggap orang-orang Muhammadiyah adalah musuhnya bukan yang lain. Melihat

kenyataan ini, para pemimpin dari kedua belah pihak merasa prihatin. Untuk itu

mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh utusan-utusan

kedua belah pihak, dari pertemuan yang diadakan di Cirebon itu, menghasilkan suatu

permufakatan, untuk segera membentuk suatu wadah / federasi yang dapat

menampung aspirasi dari kedua belah organisasi tersebut, maka pada tahun 1937,

berdirilah Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI), yang bersifat non politik. Ditekankan

untuk meninggalkan masalah-masalah yang menjadi titik pertengkaran dan

mengalihkan perhatiannya kepada masalah-masalah besar, yaitu aqidah dan

menentang kedzoliman.

Pimpinan (MIAI), namun Abi Kusno Cokro Suryono yang saat itu menjadi ketua

partai dan masih konsisten dengan sikap hijrahnya, menolak ajakan tersebut, bahkan

ia balik mengajak mereka untuk bergabung saja kedalam PSII karena menurut

pendiriannya, PSII-lah yang berhak disebut Al jama’ah, dan yang paling awal

berdirinya dan yang lainnya adalah firqoh, yang dilarang dalam islam. Tetapi setelah

kelompok Abi Kusno berputar haluan dari hijrah ke parlementer, dan setelah ia

bergabung dalam GAPI, ajakan MIAI yang dulu ditolaknya sekarang diterimanya

dengan kedua belah tangan terbuka, dengan motif untuk menciptakan Wahdatul

Ummah (Persatuan Umat Islam). Maka pada tahun 1939, Abi Kusno cs resmi

bergabung ke dalam MIAI menjadi satu-satunya wadah perjuangan politik ummat

islam yang berhaluan parlementer.

Page 35: Syarikat islam

Karena konsisten dengan konsep hijrahnya, tidak terdapat tanda-tanda bahwa SM.

Kartosuwiryo beserta PSII keduanya, mempertimbangkan kemungkinan masuk ke

dalam MIAI, sebab menurut pendapatnya betapapun besarnya persatuan umat islam,

kalau tanpa hijrah, maka tidak ada harganya sama sekali dalam perjuangan islam.

2. Masa Pendudukan Jepang Dan Berdirinya BPUPKI

Hindia Belanda terlibat dalam perang Asia Pasifik, segera setelah serangan udara

jepang terhadap Pearl Harbour pada Desember 1941. Segera setelah mendengan

berita tentang serangan itu dari pernyataan perang Jepang terhadap Amerika dan

Inggris pemerintah Belanda dan mengasingkan di London menyatakan perang

terhadap Jepang. Penjelasan ini disampaikan kepada mentri luar negri Jepang 10

Desember 1942. Pasukan Jepang memasuki wilayah Hindia Belanda pada awal bulan

berikutnya. Tentara Hindia Belanda pun menyerah pada 5 maret 1942, tanpa mampu

memberikan perlawanan yang berarti.

Dengan kejadian (mengejutkan) ini, pada mulanya bangsa Indonesia terutama yang

bergabung dalam MIAI, menaruh harapan bahwa Jepang akan mengikut-sertakan

orang Indonesia, turut ambil bagian yang lebih aktif dan memegang peranan dalam

menentukan kebijaksanaan politik dan memperbaiki sosial bangsa Indonesia.

Ternyata harapan itu buyar sama sekali dengan diumumkan dekrit panglima militer

Jawa (ma’lumat no. 3 pada 30 Maret) yang melarang membicarakan dalam bentuk

apapun struktur bangsa Indonesia. Dekrit ini ditempatkan dalam tindakan keras

membekukan dan membuyarkan organisasi-organisasi politik dari semua aliran, baik

yang sosialis komunis yang nasionalis sekuler ataupun yang nasionalis islam termasuk

didalamnya MIAI, barulah mereka tahu bahwa Jepang tidaklah lebih baik daripada

Belanda, bahkan tentara Dai Nippon ini lebih licik, lebih kejam, lebih sadis, tanpa ada

pertimbangan prikemanusiaan lagi.

Namun para pemimpin gerakan indonesia khususnya tokoh MIAI, selalu berusaha

memohon dan mendesak penguasa militer jepang agar diberi hak berkumpul dan

berorganisasi. Untuk dapat berkiprah dalam pelajaran sosial masyarakat. Akhirnya

pihak jepang pun mengabulkan permohonan mereka untuk mngizinkan kembali

organisasi-organisasi yang telah dibubarkan, dengan persyaratan yang ketat dan

pengawasan yang tajam, maka pada bula Desember 1943 atas restu penguasa,

dirikanlah organisasi islam Masyumi (Majelis Syuro Muslim Indonesia) sebagai

penjelmaan MIAI yang telah dibekukan itu.

Sementara SM. Kartosuwiryo dan PSII kedua yang pernah dipaksa untuk mengakhiri

segala kegiatannya, sebagai realisasi dari dekrit militer itu, namun SM. Kartosuwiryo

Page 36: Syarikat islam

yang saat itu mencurahkan segala perhatiannya untuk mengelola “Institut Suffah”,

karena sikap hijrahnya yang melarang menta’ati selain Allah, tidak menghiraukan

dekrit militer itu. Dibantu oleh faktor lokasi yang letaknya agak jauh dari pusat

politik dan pemerintahan, yang memungkinkan lemahnya kontrol dan pengawasan dari

penguasa. SM. Kartosuwiryo melanjutkan program-program suffahnya tanpa pernah

berhenti, meskipun kadang-kadang untuk mengelanui pengawasan, dia harus merubah-

rubah siasat dan taktik, misalnya dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan cara

menyusupi jumlah muridnya dalam setiap angkatan.

Ketika pasang perang beralih, dimana posisi jepang terdesak oleh pihak sekutu, maka

dengan mengharap memperoleh dukungan bangsa indonesia, dengan memperkenankan

mereka mengambil peran yang lebih aktif dalam urusan Negara, serta kebebasan

bergerak yang lebih leluasa. Orang indonesia kini diperkenankan membentuk

organisasi bersenjata sendiri. Pertam pada tahun 1943 PETA (Pembela Tanah Air).

Kemudian pada akhir tahun 1944 dibentuklah “Hazbbullah”, sebagai Pasukan

bersenjata Masyumi. Hal ini dipandang oleh SM. Kartosuwiryo sebagai suatu

kesempatan yang baik untuk meningkatkan kegiatan institut suffah, dari pendidikan

biasa menjadi pusat militer. Sehingga siswa-siswa suffah nantinya akan benar-benar

menjadi kader-kader Mujahid Militant, karenma beliau sadar betul, bahwa

pwrjuangan islam tidak akan mungkin berhasil tanpa didukung oleh kekuatan senjata

(militer), seperti dinyatakn oleh Allah dalam surat Al-Hadid ayat 25, bahwa besi yang

mengandung kekuatan besar itu diciptakan untuk mengawal perjuangan Islam.

Demi kader-kader Suffah inilah kemudian dibentuk kader-kader gerilyawan Islam

yang utama, yaitu Sabilillah dan Hizbullah, yang akan menjadi inti tentara Islam

Indonesia di kemudian hari.

Posisi jepang semakin hari semakin terdesak dalam perang melawan sekutu,

diperkirakan tidak akan bertahan lama lagi jepang menduduki daerah jajahannya,

dengan pertimbangan daripada Indonesia ini jatuh ke tangan sekutu, lebih baik

diserahkan kepada pimpinan nasional negeri itu sendiri. Maka pada tanggal 1 maret

1945 panglima tertinggi jepang menjanjikan kemerdekaan kepada indonesia sebgai

penegasan daripada janji yang pernah disampaikan oleh perdan menteri Kino, pada

tanggal 7 September 1945 Panglima Tertinggi jepang menjanjikan kemerdekaan pada

Indonesia sebagai penegasan darpada janji yang pernah di sampaikan oleh perdana

menteri Kino pada 7 September 1944 untuk keperluan ini maka dibentuklah suatu

panitia Penyelidik Periapan Kemerdekaan (BPUPKI). Susunan panitianya disusun pada

Page 37: Syarikat islam

tanggal 29 April 1945, terdiri dari 62 orang dengan Dr. Rajiman Wediodingrat

sebagai ketuanya.

3. Peranan Ummat Islam Masyumi

Panitia penyelidik ini terdiri dari beberapa aliran idiologi dan agama yang ada di

Indonesia, baik dari sosialis komunis, nasionalis sekuler juaga nasional Islam, pihak

Islam hanya menduduki 25 % saja dalam panitia ini, yakni 15 orang komposisi panitia

ini dititik berartikan kepada faktor ideologi oleh karenanya golongan nasionalis Islam

menjadi pihak mayoritas sehingga sedikitnya bisa mewarnai keputusan dalam

musyawarah nanti. Disana duduk tokoh-tokoh Islam terkenal seperti Abu Kusno cs,

Agus Salim, Sukiman, Mas Mansur, Ki Bagus Hadi Kusumo, Abdul Salim Kahar

Muzakir, Ahmad Sanusi, Abdul Walid Hasyim dan sejumlah tokoh Islam Lain,

berdampingan dengan tokoh-tokoh Islam terkenal seperti : Soekarno, Muhammad

Hatta, Muhammad Yamin dll.

Dalam rangka sidangnya panitia ini, yang diadakan dua tahap, pertama dari tanggal

29 mei sampai 1 juni dan yang kedua berlangsung dari tanggal 10 sampai 16 juli 1945

tetapi perselisihan pendapat yang tajam dalam menentukan bentuk dan dasar uang

akan lahir nanti. Satu pihak menginginkan dasar kebangsaan, dan pihak lain

menghendaki dasar islam, Sementara ada pihak lain yang mengusulkan dasar sosialis

komunis setelah diadakan pemungutan suara, ternyata hanya 15 suara sa dari 60

suara yang memilih dasar islam, selebihnya memilih dasar nasionalis sekuler ini yang

intinya telah disampaikan oleh Ir. Sukarno dalam pidatonya pada tanggal 1juni

disidang pertama BPUPKI, yangkemudian dikenal dengan nama Pancasila itu adalah

merupakan suatu filsafat yang bersumber dari buah pikiran Dr. Suto tan sen, melalui

tulisannya yang berjudul “San Min Hui” atau “The Tree People’s Priciples”, dan

digabung dengan buah pikiran Adilf Bears tentang Sosialisme, ini seperti yang diakui

oleh sukarno sendiri kemudian untuk memenuhi tuntutan dari pihak nasionalis islam

agar dasar kebangsaan indonesia adalah pemeluk islam. Maka dibentuklah panitia

kecil terdiri dari 9 orang. Dari sidangnya yang diselenggarakan pada pertengahan

juni, panitia ini berhasil memutuskan suatu kesepakatan yang akhirnya disebut

“Piagam Jakarta”, yang ditandatangani bersama pada tanggal 22 juni 1945, ada

sedikit warna islam yang tercantum dalam preem bul piagam jakarta ini, yaitu kalimat

ke Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Sesungguhnya, kalau kita analisa dengan cermat, hal ini adalah suatu yang tidak

mungkin untuk dilaksanakan, mengingat mayoritas panitia dominir oleh nasionalisme

sekuler yang seleranya bertentangan dengan Islam.

Page 38: Syarikat islam

Namun Golongan nasionalis islam cukup merasa puas dengan hasil ini,

merekatidak perlu lagi curiga dengan sikap kaum sekuler, yang setiap saat selalu

mencari kesempatan untuk menghapus nilai-nilai islam dari dasar, dan dari kehidupan

bangsa indonesia setelah merdeka nanti.

Kemerdekaan yang dijanjikan oleh pihak jepang sekitar bulan september yang

akan datang, tapi ternyata saat itu akan datang lebih cepat lagi dari rencana, setelah

pihak sekutu menjatuhkan bom atom di pusat pemerintahan jepang, Hiroshma &

Nagasaki pada tanggal 6 Agustus 1945, disusul dengan pernyataan Hirohito, jepang

menyerah tanpa Syarat kepada sekutu pada tanggal 14 agustus 1945. Oleh sebab itu,

sebelum penguasa meninggalkan indonesia, merek memanggil anggota-anggota panitia

penyelidik untuk bersiap-siap menerima dan mengumumkan kemerdekaan sebelum

tentara sekutu masuk ke indonesia.

4. Proklamasi RI yang Sekuler

Maka 5 hari setelah pernyataan menyerahnya jepang tegasnya pada tanggal 17

agustus 1945, Sukarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia. Keesokan harinya, 18 agustus 1945 panitia persiapan

kemerdekaan yang baru dibentuk segera bersidang. Panitia persiapan ini dibentuk

atas izin jepang, terdiri dari 21 orang dengan Sukarno sebagai ketuanya Hatta

sebagai wakil ketua, kemudian atas saran Sukarno, enam orang anggota ditambah,

sidang panitia kali ini dimaksudkan untuk membahas secara final tentang dasar

negara yang telah dirumuskan oleh panitia penyelidik, yang dianggap masih

mengambang, terutam, tentang piagam jakarta yang dianggap oleh golongan non

muslim sebagai tidak adil, bahkan mereka berasal dari indonesia, apalagi piagam

jakarta tidak dihapus.

Pihak nasionalis Islam yang minoritas, hanya empat orang saja dalam panitia ini, yaitu

kasman singa dimeja, teuku Muhammad hasan,Ki Bagus, Kusumo dan pihak sekuler

yang berusaha dengan gigih untuk menghapus piagam jakarta yang dianggap

penghalang besar bagi tercapainya cita-cita rendah mereka. Akhirnya setelah

dibujuk, dirayu, dam di tekan, keempat wakil kalangan islam itu menyerah, merelakan

dihapuskannya piagam jakarta dan semua kalimat-kalimat corak islam, dari

pembukaan dan batang tubuh undang-undang dasar. Maka pada hari itu juga, tepatnya

jam 13.45,mereka beserta anggota panitia persiapan yang lain, menandatangani

priembule dan batang tubuh UUD yang telah dibersihkan dari nilai-nilai islam. Maka

lahirlah republik Indonesia sebagai negara sekuler murni, yang menolak hukum-hukum

Allah secara keseluruhan, melalui sidangnya yang terakhir yang diselenggarakan pada

Page 39: Syarikat islam

22 agustus, panitia persiapan berhasil membentuk struktural Pemerintahan yang

sebagian besar dikuasai oleh tokoh-tokoh sekuler dan sosialis komunis, yang siap

menggiring umat Islam bangsa Indonesia kedalam lumpur kekufuran, kemusyrikan,

dan kemunkaran. Perjuangan Masyumi yang beahaluan parlementer ternyata gagal

total, hasilnya nol besar, dan sesuai dengan ketentuan yang diabadiakan dalam Al-

Qur’an, sebagaimana yang telah dibahas dalam mukadimah, bahwa perjuangan islam

dengan jalan kerjasama dalam bentuk satu wadah (parlemen) dengan orang-orang non

muslim (kafir, musyrik, dan munafik) akan menimbulkan kerugian dan kegagalan serta

kemunkaran Allah semata.

5. Masa Penjajahan Belanda Yang Ke Dua Kali

Setelah Jepang menyerah dan harus segera meninggalkan Indonesia, maka tentara

sekutu bersiap-siap untuk mengambil alih Indonesia dari tangan Jepang. Tentara

sekutu yang diwakili oleh Inggris masuk ke Indonesia pada tanggal 20 september

1945, melalui Jakarta dan Surabaya, dengan maksud segera memulangkan tentara

Jepang ke Negaranya sendiri. Namun rakyat Indonesia, terutama umat islamnya,

yang sedang demam kemerdekaan, kehadiran menentang tentara sekutu. Maka pada

tanggal 10 november 1945, bung Tomo dengan gema kalimah “Allahu Akbar, Allahu

Akbar”, berhasil menggerakkan ummat islam di Surabaya untuk melawan sekutu, yang

menjadi marak setelah rakyat menculik, lalu membunuh seorang jenderal sekutu yang

bernama Malaby pada hari sebelumnya. Arek-arek surabya ternyata bukan imbangan

bagi tentara sekutu yang sudah professional itu, dan mereka pun lebih leluasa di

indonesia. belanda tidak menyia-nyiakan kesempatan yang selalu ditunggu-tunggunya

itu, mereka pun kembali masuk ke indonesia dengan membonceng kepada sekutu,

setelah pihak sekutu meninggalkan indonesia, maka dengan ambisi kolonialnya,

Belanda mencengkramkan kuku penjajahan di negeri ini untuk kali yang ke dua.

Belanda menuduh kepada Negara RI yang di proklamirkan pada tanggal 17 agustus

1945 itu tidak syah, karena merupakan bikinan jepang yang sudah takluk kepada

sekutu, Republik yang masih muda dengan angkatan perang yang masih relatif lemah

itu, ternyata tidak berdaya menghadapi tentara belanda yang sudah berpengalaman

itu.

tentara jepang tidak mau menyerahkan persenjataaannya kepada pihak republik,

kecuali yang disebut secara paksa oleh rakyat yang sudah merasa muak dengan

penjajahan, sebab jepang takut kalau-kalau dituduh oleh sekutu menghidupkan dan

membantu Republik, padahal itu bertentangan dengan penjajahan dengan perjanjian

Page 40: Syarikat islam

yang telah dapat bersikap mengalah saja dalam menghadapi banyak mempunyai

senjata ini, hanya dapat bersikap mengalah saja dalam menghadapi tekanan Belanda,

meskipun ada perlawanan gerilya dari satuan-satuan militer, tetapi itu tidak banyak

berarti bagi menggoyahkan kekuatan koloni. Oleh karena. Oleh karena itulah,

pimpinan republik lebih memilih jalan diplomasi daripada kekerasan dalam menghadapi

belanda, padahal jalan kompromi itulah yang mendatangkan berbagai kerugian bahkan

kekecewaan bagi republik ini dikemudian hari. Tragis memang, RI sebagai pihak yang

kalah dan lemah, sementara belanda sebagai pihak yang kuat dan menang, tentu saja

mereka akan bisa mendikte dan melaksanakan setiap kehendaknya dalamsetiap

diplomasi dan pengundian. Pada bulan maret 1947, Diadakan perundingna diantara

kedua belah pihak yang terkenal dengan nama ‘ Perjanjian Linggar Jati’. Isinya sangat

merugikan pihak republik, karen wilayah republik hanya diberi wilayah Jawa dan

Sumatera saja, sedangkan wilayah lain yang terhampar sangat luas itu dinyatakan

sebagai daerah pendudukannya.

Baru empat bulan perjanjian itu berlangsung, Belanda telah membuat

pengkhianatan, dengan melancarkan agresi militernya yang pertama, pada bulan juli

pada tahun ini juga. Menghadapi agresi militer ini republik tidak dapat berbuat

banyak, Akhirnya mereka ditekan oleh belanda untuk menandatangani perjanjian

baru, yaitu “Perjanjian Rnville”, pada januari 1948. Dengan perjanjian Renville ini akan

terlihat jelas bahwa, ternyata pimpinan republik ini terdiri dari para pengecut, tak

punya harga diri dan mengabaikan tanggung jawab sama sekali. Pimpinan RI sampai

hati menyerhkan sebagian besar rakyat wilayah bangsa indonesia kepada pihak

penjajah, untuk ditindas dan diperas, sebab isi perjanjian Renville ini diantaranya

adalah :

- Wilyah RI hanya Yogya dan sekitarnyayang terdiri dari 7 karesidenan yang biasa

disebut dengan daerah demokrasi “Van Mook”.

- Ibukota RI harus dipindahkan dari Jakarta ke Yogya.

- Seluruh kesatuan TNI dan gerilya lainnya harus ditarik dan kantong-kantongnya

untuk menuju ke Yogyakarta.

Akibat dari naskah Renville ini, maka RI memboyong seluruh aparatur

pemrintahannya dan perlengkapan administrasi negara dari Jakarta ke Yogyakarta,

maka harus menarik satuan-satuan gerilyanya dari berbagai daerah untuk

menghimpun di Yogyakarta. Dalam hal ini termasuk revisi Siliwangi yang mengawasi

Jawa barat harus meninggalkan daerah dan rakyatnya. secara logika dengan

tindakannya ini berarti Siliwangi telah mengkhianati rakyat Jawa barat yang

Page 41: Syarikat islam

mayoritas muslim, dengan menyerahkan ke cengkraman kaum penjajah yang ganas dan

kejam. Sementara Siliwangi sendiri menyelamatkan diri ke Yogyakarata. Padahal

sudah cukup besar jasa dan bantuan yang diberikan oleh rakyat Jawa barat terhadap

penyembuhan dan kehidupan Siliwangi.

Setelah pimpinan republik dan satuan-satuan tentara berkumpul di Yogyakarta,

timbul rasa was-was dan khawatir terhadap kemungkinan belanda pada suatu saat

akan mengepung dan menyerah mereka, karena memang Belanda sudah tidak bisa

dipercaya lagi untuk bisa dan teguh memegang janji, sebagaimana dengan tindakannya

dalam agresi militer pertama yang mengkhianati naskah perjanjian Linggar Jati.

Untuk menghadapi kemungkinan ini, maka dengan siasat militer yang diketuai

Soekarno-Hatta, yang beranggotakan antara lain : Jendral Sudirman, A.H Nasution,

TB. Simatupang, mengadakan musyawarah yang memutuskan untuk bergerilya

mengadakan perlawanan dengan sekuat tenaga, bahkan untuk Soekarno-Hatta telah

disiapkan tempatnya di daerah Sami Galih, Yogyakarta. Keputusan untuk bergerilya

ini dikuatkan pula dengan pertemuan yang dihadiri oleh Hamengkubuwono ke IX.

Sudirman dan Soekarno-Hatta pada bulan Mei 1948 yang memutuskan bahwa

pemerintah akan segera meninggalkan Yogya dan bergerilya, apalagi Belanda

melancarkan serangan ke pusat pemerintahan Republik di Yogyakarta.

Perkiraan itu pun akhirnya menjadi kenyataan, menjelang Shubuh, ahad 19

desember 1948, pasukan khusus Belanda menduduki lapangan udara Maguwo yang

sekarang bernama Adi Sucipto dan beberapa jam kemudian, ibukota republik Yogya

diduduki Belanda. Soekarno-Hatta sebagai pimpinan republik menjadi kecut dan panik

menghadapi kenyataan itu, tekadnya untuk melawan dan bergerilya, serta semangat

yang pantang mundur yang telah diumumkan dihadapan para pimpinan militer, menjadi

lumer di telan sifat pengecutnya yang sangat memalukan, Soekarno merasa ragu

dengan kekuatan militernya untuk mampu menjalankan kehidupan di hutan belantara.

Maka dalam sidang yang diadakan di gedung agung yogya, Soekarno memutuskan

untuk “menyerah” saja dan yang memilih jalan gerilya. Berkibarlah bendera putih,

menggantikan dwi warna, sebagai tanda penyerahan tanpa syarat kepada pihak

penjajahan belanda. Soekarno-Hatta pun ditangkap beserta ketua KNIP (Komite

Nasional Indonesia Pusat) dan beberapa menteri kabinet. Pimpinan militer menjadi

kecewa dengan perubahan sikap Soekarno-Hatta yang secara tidak langsung telah

meremehkan pihak militer, apalagi dengan pernyataan “menyerah” yang berarti

menyerahkan negeri dan rakyatnya kepada pihak penjajah, sekaligus menghancurkan

nilai-nilai proklamasi 45. Dalam kekecewaannya ini, jenderal Sudirman walaupun dalam

Page 42: Syarikat islam

keadaan sakit, memimpin pasukannya untuk meninggalkan Yogya dan bergerilya di

Hutan-hutan. Namun tidak banyak yang dapat diperbuat oleh pasukan gerilya ini,

karena terbentur dengan beberapa faktor antara lain :

- Pengkhianatan pihak Civil, yang tidak konsekuen dengan sikap dan strategi yang

telah diputuskan bersama.

- Sakitnya jendral Sudirman yang semakin parah. Sehingga sebagai panglima ia

tidak dapat menyusun strategi yang akurat.

- Perlengkapan dan kemampuan militer yang masih sangat lemah.

Kalau toh sekarang ada hambatan sejarah tentang serangan umum 1 maret

1949 yang dipimpin oleh Soekarno sehingga bisa menguasai Yogya selama 6 jam, ini

perlu dicek kebenarannya, sebab sebelum Soekarno menjadi presiden, peristiwa itu

belum pernah terdengar dan tidak tercatat dalam sejarah. Memang dengan

Kekuasaan, sejarah itu bisa dirubah dan diputarbalikkan menurut selera penguasa.

Dengan peristiwa 19 desember 1948, pengamat sejarah yang jujur akan menilai dan

mencatat”jatuhnya Republik sebagai Negara”, baik secara de fakto maupun de yure.

De yure karena dengan berkibarnya bendera putih tanda menyerah, jatuhnya

martabatnya sebagai Negara. Lalu Indonesia mengalami vacum, tidak ada

pemerintahan yang sah. Tiga hari kemudian, tepatnya 22 Desember 1948, dari Bukit

Tinggi, Sumatra Barat, terdengar pengumuman terbentuknya pemerintahan darurat

Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin oleh Syafrudin Prawira Negara, sebagai

presiden merangkap menteri pertahanan. Perlu diingat, sesuai dengan pengakuan

Syafrudin sendiri (wawancara Tempo no 43 thn XV, 21 Desember 1985), bahwa PDRI

dibentuk atas dasar inisiatif sendiri beserta kawan-kawan. Bukan atas dasar mandat

Soekarno baik hitam diatas putih ataupun secara lisan. Jadi Soekarno benar-benar

menyerah 100% pada Belanda kala itu, tanpa memperdulikan jerih payah rakyat

Indonesia yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk mempertahankan

kemerdekaannya. Hal ini sangat mengecewakan Mr. Syafrudin, kekecewaannya

bertambah segera setelah diketahui bahwa Soekarno tidak menghiraukan bahkan

meremehkan PDRI. Ini terbukti setelah Soekarno memberikan mandat kepada Moh.

Room dengan Van Royen dari pihak Belanda tanpa sepengetahuan apalagi persetujuan

PDRI, padahal baik secara de facto maupun de yure, Soekarno bukanlah presiden

lagi.perundinagn Room Royen berlangsung dan ditandatangani pada 7 Mei 1949, yang

intinya antara lain Belanda segera menarik pasukannya dari Yogya karena republik

sudah bersedia menjadi Negara boneka semacam negara pasundan dan yang lain-

lainnya. Selanjutnya para pemimpin Republik yang ditawan, telah dikeluarkan karena

Page 43: Syarikat islam

sudah siap menjadi aparat (kaki tangan) pemerintah kolonial belanda, untuk memeras

dan menindasrakyat bangsa indonesia terutama umat islam (mayoritas pendidikan

indonesia).

Untuk pengaturan teknis dan administrasinya sebagai Negara boneka akan segera

dibicarakan pada sidang KMB (Konferensi Meja Bundar) yang aakan diselenggarakan

di Den Hag pada bulan september mendatang. PDRI tidak berdaya menghadapi

kenyataan ini, karena memang kalah pengaruh dengan Soekarno yang licik dan lihai,

serta mempunyai bakat orator (pidato yang memikat), dan menyerahkan mandatnya

kepada Soekarno, setelah keluar dari tahanan. Dengan demikian tamatlah riwayat

PDRI, dan tamat pula riwayat RI sebagai negara merdeka, karena telah berubah

menjadi “Negara Boneka” kolonial, dimasukkan kedalam kebun binatang modern,

diikat dan dikurung.

BAB IV. PROSES BERDIRINYA NEGARA ISLAM INDONESIA

1. Sikap SM. Kartosuwiryo Terhadap perjuangan Nasional

Tidak ada tanda-tanda SM. Kartosuwiryo terlibat dalam pergerakan nasional

menjelang kemerdekaan yang diprakarsai Jepang, sikap hijrahnya yang mendarah

daging, membuatnya tidak berminat sama sekali untuk ikut bergabung dalam MIAI,

yang kemudian atas campur tangan Jepang, berubah menjadi Masyumi dan akhirnya

masuk menjadi anggota BPUPKI yang dibentuk atas restu dan prakarsa Jepang, sebab

menurut pendirinya BPUPKI adalah salah satu wadah yang berfungsi untuk

mencampur-adukkan haq dan bathil. Disana dudukkan tokoh-tokoh Muslim dan non

muslim yang terdiri dari kelompok sekuler dan sosialis komunis, bahkan golongan yang

kedua ini menduduki posisi mayoritas dalam komposisi panitia penyelidik tersebut.

Sudah barang tentu dari sidangnya nanti akan menghasilkan suatu idiologi campuran

dan UUD campuran, yaitu dasar islam dan non islam (Jahiliyah), atau mungkin tidak

ada warna islamnya sama sekali. SM. Kartosuwiryo yang melihat gerakan politik

nasionalis muslim yang berhaluan parlementer dengan kacamat wahyu meyakini bahwa

akhirnya mereka gagal dan masuk perangkap kaum sekuler yang lihai dan licik (kaum

munafiq). Sebagaimana firman Allah dalam Alquran dibeberapa surat dan ayat , yang

telah dibahas di muqodimah dan artikel ini.

Dan keyakinannya ini akhirnya menjadi kenyataan, tatkala 19 Agustus 1945,

dikumandangkan Proklamasi RI, tanpa ada warna Islam sama sekali, sebab sehari

kemudian Piagam Jakarta yang diadakan sebagai pengawal Pancasila dan UUD 45

untuk menuju Islam dihapus oleh Panitia Persiapan, disusul dengan dibentuknya

Page 44: Syarikat islam

struktural pemerintahan yang didominasi oleh golongan sekuler. Saat itu membuat

Masyumi (Nasional Islam) benar-benar masuk kotak. Melihat kenyataan ini, SM.

Kartosuwiryo tergerak hatinya untuk mendekati tokoh-tokoh Masyumi, terutama

dari kalangan generasi mudanya dengan harapan mereka dapat mengambil Ibrah

(pelajaran) dari kegagalannya itu, dan kemudian mau mengambil (kembali) pada

“khitah perjuangan Islam yang benar”, yang telah dijabarkan dalam assunnah, yaitu

garis-garis Hijrah dan Jihad. Kemudian bersama-sama Muhammad Natsir dan kawan-

kawannya. SM. Kartosuwiryo ikut membentuk “Masyumi Baru” pada november 1945,

dalam organisasi ini, yang akhirnya menjadi paratai politik, dan menduduki jabatan

sekretaris umum, sementara jabatan ketua dipegang oleh Muhammad Natsir.

Masyumi Baru ini dimasukkan untuk mengganti masyumi lama yang dibentuk pada masa

jepang, dan diharapkan akan menjadi satu-satunya wadah politik dan perjuangan bagi

semua kelompok islam, anggaplah ini merupakan salah satu untuk menciptakan

Wahdatul Ummah (Kesatuan Umat Islam). Guna menghadapi kekuatan golongan

sekuler, sehingga akan tampak jelas bahwa Masyumi berjalan diatas garis perjuangan

islam. Sementara ini mereka telah terlibat dalam perjuangan yang bertolak

kebangsaan (Ashobiyah)yang tidak dibenarkan oleh islam. Padahal tokoh-tokoh islam

ini mau berdiri sendiri tanpa tergantung pada lembaga sekuler. Maka cukup

mempunyai potensi yang besar daripada potensi yang dimiliki kaum sekuler, maka

mempunyai dukungan masayang besar, karena memang mayoritas masyarakat

Indonesia adalah muslim. Disamping itu mereka juga mempunyai kekuatan militer yang

cukup besar, yaitu Hizbullah dan Sabilillah.

Ini rupanya yang menjadi sarana SM. Kartosuwiryo yang telah merangkul orang-orang

Masyumi untuk menghimpun seluruh kekuatan umat Islam, demi mentegakkan Daulah

Islamiyah. Soekarno Presiden RI, melihat Masyumi baru ini sebagai ancaman yang

berbahaya bagi kekuatan Republik. Maka Soekarno berusaha merangkul Masyumi

untuk ikut duduk dalam kursi kabinet. Tentu saja kursi-kursi yang tidak terlalu

memegang peranan, termasuk SM. Kartosuwiryo pun melalui PM. Amir Syafrudin

pernah ditawari kursi wakil menteri pertahanan, namun tawaran itu ditolaknya melalui

sepucuk surat yang disampaikan kepada soekarno, sikap Hijrahnya pula yang

mendasari penolakannya tersebut. tetapi tokoh Masyumi lainnya seperti : Syarifudin

Prawira Negara, Moh. Room dan lain-lainnya menerima tawaran tersebut dan

duduklah mereka dalam kabinet republik. SM. Kartosuwiryo merasa kecewa dengan

sikap-sikap tokoh-tokoh Masyumi ini dan masih mau mengikat diri kepada lembaga

sekuler yang ternyata darah nasionilnya lebih besar daripada darah islamnya,

Page 45: Syarikat islam

sehingga tidak bisa ditarik kegaris Islam yang sebenarnya. akhirnya SM.

Kartosuwiryo mengambil keputusan untuk menjauhi Masyumi dan kembali ke

Malangbong dengan tidak memegang jabatan sekretaris umum dan komisaris Masyumi

Jawa Barat, dan mengalihkan perhatiannya untuk menyusun kembali pasukan gerilya

Islam Di daerah ini.

Pada tahun 1947 beliau mendirikan Dewan Pertahanan Umat Islam (DPUI) di Garut,

dan Majelis Umat Islam (MUI) di Tasikmalaya. Atas nama Masyumi, kedua organisasi

ini direncanakan untuk memperdalam dan mengkoordinasi perjuanagn Islam ( Umat

Islam) masyarakat Islam setempat melawan belanda, organisasi perjuangan gerilya

disarankan sangat perlu, mengingat keadaannya dalam 3 minggu sesudah mereka

mengadakan aksi militer besarnya, apa yang disebut “aksi polisionil pertama”. Belanda

menduduki kota-kota utama di Prianagn seperti Garut, Tasikmalaya dan Ciamis.

Dengan kedua organisasi ini, SM. Kartosuwiryo berusaha memurnikan perjuangan

islam , dengan menarik semua kesatuan-kesatuan yang terdiri dari Sabililah,

Hizbullah dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang selama ini telah

bergabung kedalam organisasi yang bernama Perjuangan Pembelaan Nasional (PPN)

merupakan federasi semua partai politik dan organisasi gerilya yang beroperasi di

priangan. Selain oraganisasi Islam, yang masuk kedalam federasi ini organisasi-

organisasi lain, seperti : PKI, PNI, PARKINDO, SOBSI, BTI. Dengan usaha SM.

Kartosuwiryo ini, maka kekuatan Islam berada dalam kubu tersendiri, terpisah dan

kekuatan non Islam (Sekuler dan Komunis), Tampaklah dengan Jelas mana Sabilillah

(Jalan Allah) dan mana pula Sabili thought (jalan Syaitan).

2. Pembentukan TII Dan Majelis Islam (MI)

Akibat persetujuan Renville yang ditandatangani pada bulan Januari 1948, maka

kekuatan republik ditarik dari kantong-kantong gerilya, untuk berhimpun di Yogya.

Termasuk devisi Siliwangi yang menguasai Jawa Barat pun ditarik ke Yogya. Lalu Jawa

barat menjadi kosong tidak ada yang menguasai dan melindungi rakyatnya. Belanda

sudah siap mengambil alih untuk menancapkan kuku penjajahannya kembali.

Menghadapi saat kritis di jawa barat ini. SM. Kartosuwiryo yang memimpin Hizbullah

dan Sabillillah, termasuk Oni Qital yang saat itu menjadi komandan sabillillah, di

daerah pegunungan sekitar ttasikmlaya, guna menjawab (membahas), kegentingan

situasi politik (tidak perlu berhimpun di Yogya), demi mempertahankan dan

meluindungi rakyat jawa barat yang mayoritas muslim, dari cengkraman Belanda.

Mereka pun bersepakat perlu mengadakan pertemuan yang lebih luas dan lebih

Page 46: Syarikat islam

lengkap lagi, guna mengatur strategi dan siasat dalam menghadapi situasi yang selalu

berubah.

Pertemuan itu akhirnya diadakan pada tanggal 10dan 11 Februari di desa pang

wedasan Kec. Cisayong dalam daerah segitiga : Malangbong, garut, Tasikmalaya.

Hadir para pemimpin Organisasi Islam, Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII),

serta para pemimpin Hizbullah dan Sabillillah.

Keputusan terpenting yang diambil dalam konferensi Cisayong itu, antara lain :

- Merubah ideologi Islam dalam bentuk Kepartaian menjadi bentuk kenegaraaan

yang konkrit .

- Membekukan Masyumi Jawa Barat.

- Membentuk Majelis Islam (MI)sebagai pemerintahan dasar ummat Islam di Jawa

Barat, maka seluruh organisasi Islam harus bergabung ke dalamnya.

- Membentuk tentara Islam Indonesia (TII) yang merupakan peleburan dari

Hizbullah dan Sabilillah.

Untuk memimpin TII ini, diangkatlah R. Oni Qital, nama lengkapnya Raden Rohani

Qital sebagai Panglima pertama, dengan tugas merencanakan suatu struktur yang

konkrit bagi tentara Islam yang baru didirikan. Mula-mula TII yang berjumlah lebih

kurang 4000 (empat ribu) orang dibentuk menjadi empat batalyion, yaitu :

- Bataliyon I dipimpin oleh Danu M. Hasan

- Bataliyon II dipimpin oleh Zaenal Abidin

- Bataliyon III dipimpin oleh Nur Lubis

- Bataliyon IV dipimpin oleh Adah JaelaniTita Praja.

Sementara komandan, resimen dipegang oleh Oni Qital Sendiri, Bataliyon Nur

lubis bertugas di daerah kec. Cikoneng dan ci haur beuti, sebagai daerah modal

pertama bagi NII. Selain tentara islam yang sebenarnya, dibentuk pula korps-korps

khusus seperti, PADI (Pahlawan Darul Islam) dan BARIS (Barisan Rakyat Islam).

Untuk mengetahui keadaan musuh, baik kekuatannya maupun kelemahannnya,

dibentuk Pasukan Polisi Rahasia (Intelijen ) yang bernama Mahdiyyin yang berarti

terpimpin secara benar, semua pasukan-pasukan khusus ini langsung dipimpin oleh

Oni, yang diangkat sebagai Amirul Jaisy (Kepala Tentara).

Pada akhir Konferensi di Cisayong, juga di bahas tentang pentingnya mengangkat

seorang imam, yang merupakan syarat utama dalam melaksanakan syari’ah Islam. Ada

dua sistem yang digunakan dalam pemilihan ini, yaitu : Musyawarah dan Istikhoroh

(memohon petunjuk dari Allah), dengan Shalat dua rakaat, akhirnya para peserta

yang tidak kurang seribu ulama (pemimpin- pemimpin islam)sepakat untuk memilih

Page 47: Syarikat islam

dengan mengangkat imam. Setelah melalui pertmbangan-pertimbangan yang

cermat,musywarah sepakat memilih SM. Kartosuwiryo sebagai imam. Sebelum jalan

istikhoroh ditempuh dua tahap. Tahapan pertama, memohon siapa orangnya, ternyata

shurah(gambaran) yang ditunjukkan Allah, seperti yang diakui ustadz H. masduki,

salah seorang peserta koferensi adalah gamabaran SM. Kartosuwiryo. Dan Tahap

Kedua, Mohon petunjuk apakah dia itu termasuk orang yang ikhlas). Jawabannya

adalah kalimat : Mukhlisun (termasuk golongan orang – orang yang ikhlas), dan tidak

ada keraguan lagi, seluruh ulama yang hadir, mufakat untuk memilih dan mengangkat

SM. Kartosuwiryo sebagai Imam untuk Ummat Islam di jawa Barat, dan akhirnya

untuk seluruh indonesia. Jadi, jelaslah bahwa tampilnya beliau sebagai imam, bukan

karena ambisi pribadi sebagaimana dituduhkan orang-orang sekuler (kafir,munafik).

Karena toh diperbolehkan menolak, tentu beliau lebih suka menolak, kemudian

memilih orang lain, tetapi dalam islam tidak ada kamus menolak tugas (amanat) dalam

rangka menegakkan hukum Allah, kecuali harus menjawab : “Aku dengar dan aku taat”,

sebagaiman termaktub dalam Al-Qur’an surat An Nuur ayat 51.

Kemudian SM. Kartosuwiryo selaku Imam, berusaha menyempurnakan struktur dan

administrasi lembaga MI, sebagai persiapan lahirnya Negara Islam Indonesia. Pada

suatu Koferensi yang diadakan di ci jiho, desa pasir lamcang, kecamatan ci haur beti,

Ciamis, 1 mei 1948, telah disusun rancangan konstitusi yang disebut “Qonun Asasi”,

serta dibentuk Dewan Imamah (Dewan kabinet) dan Dewan Fatwa (Dewan Penasehat).

Didalam Qonun asasi di tegaskan antara lain bahwa Negara Islam Indonesia adalah

sebuah Negara yang berbentuk Jumhuriyah (republik Islam) yang dipimpin oleh

seorang Imam, Hukum yang tertinggi adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits Sokheh.

Susunan Dewan Imamah yang pertama, yang dibentuk pada saat itu adalah sebagai

berikut ini :

1. Imam merangkap Kuasa Usaha

(Ketua Majelis Luar Negri) : SM. Kartosuwiryo

2. Ketua Majelis Pertahanan : R. Oni Qital

3. Wakil Ketua Majelis Pertahanan : Kamran Hidayatullah

4. Ketua Majelis Keuangan : Sanusi Partawijaya / Khadimuddin

5. Ketua Majeli Dalam Negeri : Sanusi Partawijaya

6. Ketua Penerangan : Tata Arsyad

Susunan Dewan Imamah ini lebih disempurnakan lagi pada konfrensi

selanjutnya. Terutama setelah Negara Islam Indonesia akan lebih lengkap dan

sempurna. Langkah-langkah SM. Kartosuwiryo tentu saja bertentangan dengan

Page 48: Syarikat islam

Tokoh-tokoh Masyumi yang telah mengikatkan diri dengan Republik Sekuler, dan

otomatis terikat dengan peralihan renvile yang mengharuskan mereka berpindah ke

Yogya. Mulai sat itulah SM. Katosuwiryo memisahkan diri dari Masyumi.

3. Tindakan Belanda Terhadap TII

Setelah pasukan siliwangi meninggalkan Jawa Barat, Belanda segera mempersiapkan

diri untuk masuk keseluruh pelosok Jawa Barat guna menancapkan kuku-kuku

penjajahan kembali. Namun langkahnya terhenti setelah mengetahui masih adanya

satuan-satuan gerilya yang tidak mematuhi perjanjian renvile itu yang kemudian

mengkoordinasikan diri menjadi Tentara Islam Indonesia. Tentara menghubungi

Jendral Sudirman di Yogya, Sebagai penanggung jawab perjanjian renvile untuk

segera memerintahkan satuan-satuan gerilya yang masih ada di Jawa Barat untuk

mengosongkan daerah itu. Sudirman mengirim utusannya Sutoko untuk

memerintahkan/membujuk SM. Kartosuwiryo beserta TII-nya untuk segera

meninggalkan Jawa Barat, tapi SM. Kartosuwiryo yang merasa tidak terikat kepada

republik apalagi dengan renvile, menolak perintah itu. Dengan tegas beliau menjawab

“Apapun resiko yang terjadi kami akan tetap mempertahankan Jawa Barat, dan

melundungi rakyat yang mayoritas muslim, lebih baik mati berhalang tanah sebagai

shuhada daripada harus tunduk kepada penjajah dan menyerahkan ummat islam Jawa

Barat ke dalam cengkraman mereka”.

Begitu tinggi sifat ksatria SM. Kartosuwiryo dalam usaha melindungi ummat,

tidak seperti pemimpin-pemimpin republik yang pengecut dan licik. Pemimpin republik

hanya mementingkan keselamatan dirinya, tanpa menghiraukan nasib rakyatnya yang

akan segera ditindas dan dijajah kembali oleh Belanda.

Setelah mengetahui usaha Sudirman untuk membujuk SM. Kartosuwiryo dan TII-nya

gagal, Belanda segera mengerahkan pasukannya untuk menyerang posisi TII, pada

tanggal 17 februari baru saja 6 hari dibentuknya TII yang berada di daerah Gunung

Cepu, meliputi 2 kecamatan yaitu Cikoneng dan Cihaur Beuti. Belanda masuk dari

daerah timur Cikoneng, yaitu dari kota Ciamis. tentara Islam yang sudah bisa di

koordinir dan membuat pertahanan di daerah itu, baru satu batalion yang dibawah

pimpinan Nur Lubis dengan perlengkapan 17 pucuk senjata api saja. Pak Oni yang

kebetulan ada disana, langsung memegang komandan taktis, maka berhadapanlah dua

pasukan dan dua kekuatan yang sangat berbeda ideologi dan tujuannya, yang pertama

pasukan islam yang berdiri tegak di atas landasan Aqidah, dalam rangka

mempertahankan dan menegakan Dienullah, dengan mengharap ridho Allah semata.

Page 49: Syarikat islam

mereka mengharap kebahagiaan ukhrowi yaitu Jannah, dan juga mereka mencintai

mati syahid, karena tanpa mati dalam jihad tak mungkin bertemu Jannah.

Dengan ini mereka mempunyai kekuatan jiwa yang besar dan mental yang kokoh

sedikit pun persenjataan mereka, dan besarnya persenjataan musuh, tidak

mempengaruhi jiwa mereka, bahkan iman mereka semakin mantap, dan semakin besar

kepasrahannya kepada Allah, mereka hanya menunggu satu diantara dua kebaikan,

terbunuh menjadi syuhada-langsung surga atau hidup mendapatkan kemenangan dan

kemuliaan. Sementara lawan adalah pasukan kafir yang berdiri diatas falsafah

(ideologi) yang rapuh. Motivasinya adalah hawa nafsu yang penuh dengan kesesatan

dan kepalsuan. Orientasinya adalah duniaw, karena itu mereka cinta dunia, dan pasti

takut mati. Kekuatannya tanpa didukung oleh kekuatan jiwa tidak banyak berarti.

Pertempurannya pun tidak bisa dielakan lagi karena memang tidak ada kompromi dan

diplomasi lagi bagi tentara islam. Belanda memulai serangannya dengan geger dan

membabi buta dan menggunakan senjata-senjata berat lainnya, tentara islam tidak

menjadi kecut dan berkecil hati, dengan penuh kewaspadaan dan ketenangan, mereka

mengatur siasat menyadari persenjataan yang relative sangat sedikit dan peluru yang

sangat terbatas maka mereka berusaha menggunakannya seefisien mungkin, mereka

tidak akan menembak kalau tidak benar-benar tepat sasarannya. Penguasaan medan

sampai kedetail-detailnya sangat menguntungkan mereka. Allah Maha Benar dan

menepati janji-Nya untuk memberikan pertolongan pada tentaranya yang ada dibumi

(TII) dengan menunjukan jalan (siasat) dalam menghadapi musuh-musuhnya. sesuai

dengan firman Allah dalam surat An Anfal ayat 9 dengan keberanian yang luar biasa

satu pasukan TII berhasil menguasai posisi yang strategis yang menjadi titik

kelemahan pihak musuh(Belanda), kemudian mereka meluncurkan tembakan-

tembakan yang tepat pada sasaran yang vital. tentara Belanda terkejut mereka panik

mendapat serangan dari arah yang mereka tidak diduga-duga, mereka seperti melihat

kekuatan baru pada tentara islam, yang jumlahnya seolah-olah lebih besar dari jumlah

mereka.

Menurut pengelihatan mata mereka inilah mungkin yang digambarka Allah SWT

dalam Q.S. 3/33, posisi Belanda menjadi porak poranda, mereka jatuh mental,

jiwanya dicekan perasaan takut mati, ngeri melihat kawan-kawannya yang mulai

berjatuhan, tidak ada jalan lain kecuali mengundurkan diri. Pertempuranpun berhenti

selam berlangsungnya satu hari penuh, kemenangan mutlak berada di tangan Tentara

Islam, yang telah berhasil menewaskan puluhan tentara Belanda dan merampas

sebanyak 53 pucuk senjata dan kini jumlah tentara islam menjadi 70 pucuk.

Page 50: Syarikat islam

Alhamdulillah mereka memanjatkan syukur kehadirat Allah yang telah berkenan

memberikan tolong dan karunianya kepada mereka.

Imam SM. Kartosuwiryo pada saat itu tidak berada di front (daerah Gunung Cepu),

beliau sedang sibuk melanjutkan musyawarah dengan tokoh-tokoh MI lainnya dalam

menyusun dan menyempurnakan struktur pemerintahan majelis islam yang

dilanjutkan dengan konfrensi Cijoho dan Ciperendeuy, beliau telah memberikan

mandat penuh kepada Pak Oni sebagai panglima pada saat itu, untuk mengatur taktik

dan strategi dalam menghadapi serangan Belanda dengan pertimbangan, mungkin

Belanda akan melaksanakan serangan besar-besaran untuk membalas kekalahannya.

Maka Pak Oni yang juga merangkap sebagai komandan resimen menyusun kekuatan

yang masih ada di luar front, Batalion Pak Danu dengan mambawa dua buah brand di

tambah satu granat dan Pasukan Zainal Abidin yang bermarkas di daerah Garut,

daerah gunung Cepu, yang meliputi kecamatan Cikoneng dan Cihaurbeuti merupakan

daerah defacto Majelis Islam. Kecamatan Cikoneng dengan penduduk berjumlah 53

ribu, dipimpin oleh Ustadz Masduki yang bertindak sebagai camat dan Komandan

Pertahanan Kecamatan Cihaurbeuti dengan jumlah penduduk 43 ribu dipimpin oleh R.

Basuki, 2 kecamatan ini kemudian dijadikan front pertahanan utama yang didukung

oleh 4 batalion TII dengan persenjataan 3 buah brand dan sekitar 170 pucuk senjata

biasa, untuk beberapa bulan Belanda tidak masuk daerah ini, bahkan mereka

memasang papan pengumuman bahwa daerah ini adalah “daerah berbahaya”.

Sekitar 1 Juni 1938 barulah Belanda bisa mengerahkan pasukannya secara besar-

besaran untuk tindakan balas dendam setelah mengadakan persiapan matang selama

3 bulan lebih, dengan mengerahkan pasukan tidak kurang 14 batalion yang diperkuat

dengan tank baja serta didukung oleh angkatan udara. Balanda bermaksud untuk

mengepung dan menghancurkan daerah gunung Cepu sebagai basis pertahanan TII.

Jendral Spoor yang menjabat sebagai gubernur militer sekaligus merangkap pucuk

pimpinan tertinggi pemerintah kolonial di Indonesia ini, memimpin langsung pasukan

ini. Belanda sebagai kekuatan Nasional (kafir) sangat membenci terhadap gerakan-

gerakan islam, oleh karenanya mereka ingin sekali menghancurkan secara tuntas

dengan sesingkat mungkin. Mereka merencanakan untuk masuk/mengepung daerah

pertahanan Gunung Cepu dari segala arah kemudian membombardirnya dengan

meriam dan canon. ternyata usaha mereka itu tidak dapat terlaksanan dengan

secepatnya karena daerah pertahanan islam itu dibentengi oleh sungai Citanduy yang

cukup lebar dan dalam dari sebelah selatan, sedangkan dari sebelah utara ada bukit-

bukit yang sudah di jaga tentara islam. Memang sudah di atur sedemikian rupa oleh

Page 51: Syarikat islam

Pak Oni ahli strategi. sehingga Belanda cukup sulit untuk mendobrak daerah

pertahanan itu.

Pasukan-pasukan Belanda yang dipilih untuk berjaga dihutan dengan didukung oleh

pasukan tank baja, mencoba menerobos dengan melintas jembatan Citanduy

(Cirahong) yang panjangnya 150m Sedangkan diseberang sana tentara islam dengan

3 buah brand siap untuk menembak musuh yang coba-coba untuk melintas jembatan.

Setelah dikomando tentara Belanda mulai masuk kejembatan tapi sampai ditengah

mereka mulai diberondong dengan brand. dan mayatpun bergelimpangan masuk ke

sungai. Datang lagi pasukan lain setelah dipaksa komandannya untuk maju dan mereka

pun menjadi sasaran peluru tentara islam dari seberang sana. Tentara Belanda terus

meju dengan bergelombang setelah tidak kurang dari 2000 tentara mereka yang

tewas dan tentara islam pun semakin menipis persediaan amunisinya dan akhirnya

bobolah pertahanan TII dari daerah selatan yang dipimpin oleh H. Zaenal Abidin, dan

Belanda pun masuk, tentara islam memundurkan daerah pertahanannya dengan

meninggalkan 7 desa, yaitu sindang tasik sebelah timur, Nasal, Panaragan, Cimahi,

Darma Caang, Cegempalan dan desa Cikoneng, yang kemudian diduduki oleh Belanda

dari sinilah mereka menggempur posisi TII dengan tembakan canon dan meriam

dengan tidak henti-hentinya angkatan udara dengan pesawat-pesawat tempurnya

membantu serangan ini dengan tembakan dari atas, posisi TII manjadi terkepung

dari berbagai arah dan semakin terjepit.

Kemudian Ustadz Masduki sebagai komandan pertahanan daerah Cikoneng

melihat kejadian ini berakhir saban (mengadakan introspeksi ke dalam) kenapa

pertahanan islam bisa didobrak musuh padahal tidak ada sunnahnya dari rasul waktu

perang khandaq tidak ada musuh yang bisa masuk kedaerah pertahanan tentara

rasulullah, kecuali untuk mati. Setelah diperiksa ternyata ada syar’ie (Hududullah)

yang dilakukan oleh beberapa anggota TII. Ada seorang mata-mata yang cermat

maka terbongkarlah kegiatan-kegiatannya selaku mata-mata Belanda. Untuk mencari

dan mendapatkan informasi/data penting tentang kekuatan TII. Hukuman mati

adalah yang paling tepat untuk pengkhianat saking marah dan geramnya, Beberapa

anggota TII anak buah A.Z. Abidin melakukan tindakan melampui batas yaitu

memotong-motong kemaluan orang yang telah ditembak itu. Inilah kiranya yang

menjadi penyebab datangnya malapetaka itu, sebagai peringatan dari Allah, dengan

bobolnya pertahanan batalion Zainal Abidin. Pimpinan TII memerintahkan agar

semuanya bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas perbuatan isrof-

nya(berlebihan) yang telah mereka lakukan.

Page 52: Syarikat islam

Kemudian para pimpinan mengadakan musyawarah untuk merencanakan langkah-

langkah selanjutnya dalam menghadapi situasi yang genting itu. Pak Masduki sebagai

salah seorang komandan merangkap pimpinan daerah setelah mendapat mandat dari

komandan rerimen untuk mengatur siasat, mengajukan suatu gagasan yang sangat

tepat sekali, beliau berkata dihadapan komandan batalion “saat ini lihat benar-benar

terjepit, terkepung dari segala arah, dari utara mulai dari Ciamis-Kawali sampai

Panjalu rapat dengan tentara musuh, begitupula dengan sebelah barat Panambangan

sudah dikuasai musuh, sebelah selatan jalan raya sampai Banjar sudah penuh dengan

tank baja. Beruntung kita punya pertahanan alam yaitu Citanduy tetapi karena

kekuatan kita sangat terbatas kita tidak akan bisa mempertahankan daerah ini.

Apalagi brigade khusus musuh yang membawa peralatan berat sudah sampai di basis

utara di belakang kita. Untuk mengatasi situasi yang sangat genting ini saya telah

diberi mandat oleh komandan tempur untuk mencari jalan keluar, karena itu saya

memutuskan seluruh anggota TII supaya berusaha keluar dari daerah blokade ini,

kemudian membuat front yang lebih terbuka dengan sistem gerilya, kita bukan front

(lari meninggalkan perang) tetapi kita bersiasat melaksanakan surat An Anfal ayat

16. Jadi keluar daerah ini sudah menjadi keputusan kita tinggal bermunajat kepada

Allah, kalu memang jalan ini dibenarkan Allah pasti Allah akan memberikan cara dan

jalan keluarnya, karena kalau kita melihat dhohirnya sulit untuk bisa keluar, sebab

harus menembus pagar senjata dan tank baja”. (Q.S. 29/69). Demikianlah Pak

Masduki telah memutuskan diluar dugaan seorang TII yang bertugas diTasikmalaya

yang menjabat sebagai Stoot Resimen yang bernama Syaifullah, dia mendapat tugas

dari Bupati MI Tasikmalaya, H.A. Sobari untuk minta bantuan pasukan satu regu saja

guna menghadapi keganasan CV-CV Belanda (orang-orang pribumi yang menjadi kaki

tangan Belanda). yang selaulmemeras dan menindas rakyat. Inilah rupanya jalan yang

diberikan Allah memecahkan kesulitan. Akhirnya diputuskan bukan hanya satu regu

yang akan dikirimkan, tapi semua pasukan yang terdiri dari tiga batalion akan

dikeluarkan dari daerah ini, dan ditempatkan dan ditempatkan didaerah Raja Polah,

Tasikmalaya. Siasat pun diatur untuk mengeluarkan pasukan dan para keluarganya

serta orang-orang luka tembakan.

Kemudian ditawarkan kepada komandan-komandan, siapa yang bersedia untuk

menyamar dan menipu musuh, resikonya kalau ketahuan akan ditembak musuh.

Syaifullah yang tampil menyanggupkan diri, lalu ia ganti pakaian untuk menyamar

sebagai rakyat biasa. tugasnya ialah datang kemarkas Belanda. minta izin untuk

membawa rakyat keluar yang terkena luka tembakan canon dan meriam dan

Page 53: Syarikat islam

melaporkan bahwa tentara islam (Sabilillah) telah lari meninggalkan tempat. Siasat

itu rupanya berhasil Syaifullah diizinkan keluar dengan membawa orang-orang yang

sakit rombongan ini selamat sampai ketempat tujuan. Bersamaan dengan itu pasukan

TII pun bergerak keluar melalui Cijoho dan Cihaur. tepat jam 12 malam tentara

belanda yang ada di pos sebelah barat, utara dan melihat iring-iringan tentara islam,

mereka terkejut dan panik kemudian lari meninggalkan posnya tanpa mengadakan

perlawanan, dengan demikian tentara islam dapat melintasi pos-pos tentara Belanda

yang telah aman dan leluasa dan mereka baru sampai ditempat tujuan yaitu daerah

Tajamaya, Raja Polah, Tasikmalaya pada jam 3 dini hari, peristiwa ini terjadi pada

tanggal 20 juni, siang harinya Belanda mulai mengadakan serangan-serangan dengan

gencar sekali, menggunakan senapan otomatis biasa sampai persenjataan artileri

berat. Dari atas dan dari bawa, semuanya memuntahkan peluru dengan satu sasaran,

yaitu markas-markas TII, yang merasa belum tahu bahwa tempat itu sudah

dikosongkan, jejak-jejak TII waktu menerobos keluar sempat dihapus oleh rakyat

setempat pada malam hari itu juga. Sehingga sama sekali tidak melihat jejak bahwa

TII sudah keluar. Serangan pun dihentikan setelah melihat tidak ada reaksi dari

lawan, dan ternyata tempat itu sudah kosong. Sementara TII yang sudah sampai di

tempat tujuan kemudian cepat menyebar. melihat tempat-tempat strategis dan

melancarkan serangan gerilya dengan mendadak Belanda yang mendapat serangan

mendadak dari belakang itu menjadi jatuh mentalnya, mereka kalang kabut dan lari

meninggalkan meda. Sama sekali Belanda menderita kekalahan besar, dengan

tewasnya ribuan tentara mereka secara sia-sia. Mereka melihat suatu kekuatan

besar yang tidak dilihat sebelumnya, jendral Spoor sebagai gubernur militer yang

memimpin langsung pasukan raksasa tersebut, tidak tahan menaggung malu dan aib

atas kesalahannya ini, dan langsung mengambil keputusan jalan pintas”bunuh diri”.

Peristiwa Gunung Cepu ini sangat penting artinya bagi perjuangan tentara islam,

peristiwa yang penuh dengan karomah, dan merupakan awal kemenangan tentara

islam. Maka untuk menghargai peristiwa-peristiwa ini, Imam memberikan gelar (GT)

(Gunung Tjupu) bagi pasukan yang terlibat dalam perang ini, sesuai dengan sunnah,

dimana Rasulullah pun memberikan gelar “Ahlil Badri” sebagai penghargaan terhadap

pasukan-pasukan yang ikut ambil bagian dalam perang badar.

Tentara Islam kini dapat menyusun strategi dan siasat yang jauh lebih mantap lagi.

Mereka menguasai daerah lebih banyak lagi dan ummat pun semakin besar simpati

dan dukungannya terhadap perjuangan TII. Sekarang mereka tidak menggunakan lagi

sistem konsentrasi dan frontal, tapi menggunakan sistem gerilya malam hari, sasaran

Page 54: Syarikat islam

vital Belanda dihancurkan, tanpa diberi kesempatan untuk memberikan perlawananan

yang cukup berarti, Akhirnya Belanda dipaksa untuk meninggalkan daerah-daerah

Jawa Barat. Mereka hanya menguasai kota-kota besar saja seperti bandung, dan

Jakarta. dengan pertahanan yang cukup tangguh.

melihat kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh TII dalam melawan tentara

Belanda Jenderal Sudirman yang dulu memerintahkan SM. Kartosuwiryo dan TII-nya

meninggalkan Jawa Barat sekarang dia menaruh simpati dan mendukung langkah-

langkah yang diambil oleh TII dalam usaha mempertahankan Jawa Barat, Bahkan

secara diam-diam dia mengirimkan persenjataan dari Yogya. Tindakan Sudirman ini

sempat tercium oleh Belanda yang kemudian hal ini di jadikan alasan oleh Belanda

untuk menyerag Yogya dengan militernya yang kedua pada 19 desember 1948.

4. Awal Perang Segitiga

Setelah Belanda terpaksa mengundurkan diri dari daerah-daerah di Jawa Barat, TII

dengan cepat mengadakan perluasan daerah kekuasaannya daerah Periangan Timur

sebagian besar dikuasai TII dengan pembagian kekuasaan sebagai berikut :

- Bataliyon III menguasai daerah Ciamis Selatan dan Utara.

- Bataliyon II masuk dan menguasai Garut, sementara

- Bataliyon IV menguasai daerah Tasikmalaya.

Tiga daerah kabupaten inilah yang dijadikan basis utama MI dan TII, dan akhirnya

menjadi basis Negara Islam Indonesia, setelah agustus nanti.

Untuk menetapkna administrasi pemerintah, maka di Jawa Barat dibentuk struktur

daerah-daera yang telah dikuasai oleh MI.

- Daerah satu (D.I) : Yaitu daerah-daerah yang telah dikuasai oleh MI dan TIIde

facto maupun de yure pmerintahannya, rakyatnya, maupun

hukumnya adalah Islam, meliputu Ciamis selatan, barat dan utara,

Garut timur dan Ciamis Utara sebelah timur dan sekitarnya.

- Daerah dua (D.II) : Daerah yang hanya de yure milik MI, rakyatnya kebanyakan

mendukung MI, sedang secara de facto dikuasai oleh belanda,

disini adan dua pemerintahan, Belanda dan MI secara bayangan.

Ini seperti kota-kota kabupaten dan sekitarnya seperti : Cirebon,

kuningan, indaramayu, dan sekitarnya.

- Daerah tiga (D.III) : Daerah yang dikuasai oleh musuh (belanda), hanya ada

pengaruh-pengaruh kota dimasyarakat sana, yaitu ibukota

propinsi bandung, Jakarta dan daerah perbatasan Jawa Barat,

Jawa tengah, Cilacap dan Brebes.

Page 55: Syarikat islam

Demikianlah posisi Majelis Islam dan TII yang semakin mantap menguasai sebagian

besar daerah Jawa Barat.

Melalui Perjalanan yang cukup jauh. Apa yang disebut dengan “Long March”, Pasukan-

pasukan Siliwangi akhirnya sampai keperbatasan Jawa Barat, Jelas sekali terlihat

bahwa perjalana Long March Sliwangi ini, bukan perajalanan “Para Pahlawan Bangsa”,

karena memang tidak ada nilai kepahlawanannya sama sekali. Lebih tepat bila

dikatakan “Perjalanan Para Pengecut”, yang telah mengkhianati dan mengorbankan

rakyatnya pada pihak musuh dan mereka sendiri masuk kedalam perangkap yang telah

ia buat oleh musuh, kemudian diserang habis-habisan tanpa dapata mengadakan

perlawanan, apalagi para pemimpinnya sudah menyerah.Dalam keadaan kalah perang

inilah Siliwangi, berjalan jauh, kembali kepada rakyat yang telah dikhianatinya di

Jawa Barat. Sementara disana telah tegak dengan kokohnya “Para Pahlawaan Sejati”

yang telah berhasil melindungi rakyatnya dari cengkraman penjajahan dan sekaligus

mengusir penjajah itu dari Jawa Barat. Mereka adalah Majelis Islam dan Tentara

Islam Indonesia. Mereka telah merentangkan sistem pemerintahan Islam yang adil

dan bijaksana, sehingga rakyat merasa tentram dan damai.

Kedatangan pasukan Siliwangi di Jawa Barat dismbut dengan penuh rasa

perasaudaraan oleh MI dan TII, mengingat bahwa, Siliwangi itu banyak yang berasal

dari unsur Hizbullah dan Sabilillah, maka besar harapan MI, agar Siliwangi bisa

meleburkan diri kedalam TII. Untuk itu pimpinan MI dan TII menyampaikan

bebarapa Alternatif kepada pihak Siliwangi untuk menentukan sikap, diantaranya :

1. Silahkan masuk ke daerha-daerah de facto MI dan bersama-sama melawan

belanda dengan status TII yang mencerminkan perlawanan rakyat (Ummat

Islam), sementar pemerintah RI sudah menyerah kepada Belanda, dan tidak

punya harga sama sekali di forum Internasional.

2. Kalau keberatan, silahkan masuk ke daerah-daerah yang belum de facto majelis

Islam, dan bersama-sama melawan Belanda tanpa ada permusuhan dengan TII.

1. Atau letakkan senjata, kemudian menjadi rakyat biasa dibawah perlindungan

TII.

Menghadapi alternatif ini pasukan Siliwangi terpecah menjadi 3 bagian, sesuai

dengan latar belakang ideologi masing-masing, yang berasal dari Hizbullah dan masih

mempunyai ruhul Islam, mereka memilih point pertama, bergabung dengan TII,

seperti kadir Salihat beserta pasukannya. Ada juga yang memilih point ke dua, (tidak

mau bergabung kepada TII), dan ini yang terbanyak, mereka yang berideologi

nasionalis sekuler (PNI, Pesindo) diantaranya pasukan-pasukan dibawah pimpinan M.

Page 56: Syarikat islam

Rifai, Aag Kunaefi, Nasukhi, Amir Mahmud, Sueb dan Umar Wirahadi Kusuma, yang

lainnya point ketiga, yaitu meletakkan senjata dan menjadi rakyat biasa.

Demikianlah tampak sekali kebesaran jiwa pimpinan Majelis Islam ini, bijaksana dan

toleransi, tidak ada sama sekali niat untuk memusuhi atau menganggap musuh

terhadap pasukan Siliwangi, bahkan menganggapnya sebagai kawan seperjuangan

dalam menghadapi penjajah. Namun ternyata pasukan Siliwangi dan Nasionalis

Sekuler (kafir) ini tidak menghargai atas kebaikan pimpinan TII, mereka masuk ke

daerah de facto majelis Islam, kemudian memeras dan merampas hak-hak rakyat

dengan penuh kesombongan dan kecongkakan dan mereka pun mulai berani

menampakkan sikap-sikap permusuhan terhadap TII. Puncak permusuhan dan

pengkhianatan mereka itu terjadi pada hari selasa, 25 januari 1949 di desa Antralina

kec. Ciawi, daerah tasikmalaya Utara-barat, mereka menyerang dari belakang

terhadap markas TII, sehingga puluhan Anggota TII gugur akibat pengkhianatan

mereka. Pasukan TII pun akhirnya mengadakan perlawanan terhadap mereka, untuk

membalas pengkhianatan mereka. Terjadilah pertempuran yang cukup sengit antara

kedua belah pihak pada hari itu juga.

Setelah melihat adanya pengkhianatan besar dari pasukan Siliwangi yang sudah tidak

bisa ditolerir lagi, maka MS. Kartosuwiryo selaku imam dan selaku Panglima Tertinggi

TII Mengeluarkan maklumatnya, dengan kode “Maklumat Militer No. 1” tertanggal

25 januari 1949 yang isinya antara lain : Setelah mengingat dan menimbang beberapa

hal, kemudian memutuskan bahwa divisi Siliwangi (TNI) yang kemudian disebut

sebgaia tentara Liar (TL), dianggap sebagai penghalang revolusi Islam Indonesia,

yang harus dihadapi dengan tindakan Militer. Untuk itu diperintahkan kepada seluruh

angkatan perang Negara Islam Indonesia untuk melakukan tindakan :

a. Melucuti tentara liar itu,

b. Merampas harta benda hak kesatua (dari gerombolan golongan itu), yang perlu

untuk kepentingan Negara Islam Indonesia.

Tentara Islam pun dikerahkan untuk melaksanakan ma’lumat tersebut, melucuti dan

merampas persenjataan beserta seluruh perlengkapan pasukan Siliwangi. Ternyata

pasukan Siliwangi yang dalam keadaaan grogi tak berdaya menghadapi tindakan

militer TII, hanya dalam beberapa minggu saja kekuatan Siliwangi sudah bisa

ditundukkan. Sebagian ditangkap dan ditawan, dan yang lain ada yang berlindung dan

bergabung kepada pemerintahan Negara Boneka bikinan Belanda, yaitu Negara

Pasundan.

Page 57: Syarikat islam

Peristiwa 25 januari yang kemudian dik kenal dengan “pristiwa antralina”itu di

nyatakan sebagai awal perang segi tiga,TII melawan Belanda (negara pasundan),TII

melawan siliangi (TNI),sementara TNI masih bermusuhan dengan Blanda.Belanda

setelah mengalami kekalahan dan melihat kekuatan islam,berniat untuk

mengundurkan diri dari kancah pertempuran,supaya tidak terlibat panjang

berhadapan dengan tentara islam,tapi cukup dengan menggunakan point-pointnya

(negara-negara bonekanya),termasuk RI yang sudah menyerah pun sedang

dipersiapkan untuk menjadi point mereka guna menghadapi kekuata islam,dengan

melalui perundingan Room-Royen.

5. Saat –saat menjelang proklamasi Negara Islam Indonesia

Semenjak pertama kali merjunkan diri kedalam kancah perjuangan politik mulai

dari PSII nya sampai pada masa perjanjian Jepang dan Belanda yang kedua kalinya

SM. Kartosuwiryo telah mendasari perjuangan dengan islam, untuk menuju satu arah

perjuangan yaitu lahirnya Negara Islam Indonesia yang merdeka, yang dapat

menjamin seluruh ummat islam dalam melaksanakan pengabdiannya kepada Allah

Rabbul Izzati dengan murni anpa di campuri dengan kemusrikan. Tidak pernah

terlintas dalam hatinya untuk terlibat dalam perjuangan Nasional, yang bertujuan

mendirikan sebuah negara yang berdasarkan nasionalisme dan dengan penuh

kesabaran beliau selalu memperingari dan mengajak mereka untuk memutar haluan

menyesuaikan langkah perjuangan dengan Rasulullah S.A.W, ini bisa dibuktikan

dengan melihat tindakan-tindakan beliau, baik sebelum maupun sesudah proklamasi

RI.

Sesungguhnya begitu beliau mendengar pengumuman menyerahnya Jepang

kepada sekutu, pada 14 agustus 1945, dan tidak adanya persiapan dari tokoh-tokoh

nasionalis muslim untuk memproklamirkan kemerdekaan, maka pada tanggal itu pula

beliau memproklamirkan kemerdekaan, maka pada tanggal itu juga beliau

memproklamirkan Negara Islam Indonesia. ternyata ummat islam belum siap

menerima konsep Negara Islam Indonesia ini, perhatian mereka berpusat pada

tokoh-tokoh nasionalis yang bergabung dalam BPUPKI. Setelah 3 hari kemudian,

tepatnya pada tangal 17 agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamirkan

kemerdekaan RI, maka SM. Kartosuwiryo menarik kembali proklamasinya, untuk

menghargai revolusi rakyat yang sebagian besar umat islam, yang dikorbankan oleh

tokoh-tokoh islam pula. Namun beliau menjadi kecewa setelah mengetahui bahwa

negara yang baru dilahirkan itu adalah Negara Sekuler Murni, tanpa ada warna

Page 58: Syarikat islam

islamnya sama sekali, apalagi setelah melihat struktur pemerintahannya di dominisir

oleh orang-orang sekuler pula.

Beliau kemudian berusaha untuk menjajaki tokoh-tokoh islam yang telah gagal

itu untuk menghimpun potensi ummat islam guna menentukan langkar-langkah

perjuangan islam selanjutnya. Ajakan beliau pun disambut baik terutama oleh tokoh-

tokoh muda seperti Moh. Natsir, Moh. Room, A. Wahab Hasyim dan yang lainnya,

akhirnya terbentuklah Masyumi baru, namun tokoh-tokoh ini menerima tawaran

Soekarno untuk duduk dalam kabinet, dan mengikatkan loyalitas Masyumi kepada

Republik Sekuler. SM. Kartosuwiryo segera menarik diri Masyumi dan kembali ke

Malangbong untuk mengelola “Sabilillah dan Hizbullah” sebagi kekuatan inti untuk

mengawal perjuangan islam, namun beliau tidak memutuskan tali ukhuwah dengan

tokoh-tkoh Masyumi yang telah bergabung dalam pemerintah RI itu. Selalu saja

beliau memperhatikan gerak langkah mereka yang membawa jutaan ummat dengan

memberikan teguran dan peringatan bila terlihat ada penyimpangan yang terlalu jauh

dengan menjual ummat kepada pihak penjajah, seperti terjadi pada saat

diselenggarakannnya perjanjian linggar jati maret 1947, yang membuahkan Agresi

Militer Belanda pertama, yang mengakibatkan penderitaan besar bagi ummat, beliau

mengirimkan statmen (peringatan-peringatan), tapi tidak diizinkan oleh pimpinan

republik.

Demikian pula ketika pihak republik mengadakan naskah renvile yang

mengakibatkan harus menyerahan sebagian besar wilayah dan rakyat indonesia ke

tangan penjajah. Beliau memberi peringatan keras dan mengancamnya, tapi juga tidak

ada peringatan dari mereka. mereka sampai hati meninggalkan rakyatnya disebagian

banyak wilayah, untuk segera diserahkan kepada Belanda dan mereka sekarang hanya

menguasai tujuh keresidenan saja, sesuai dengan garis demarkasi Van Mook, yaitu :

Yogya, Solo, Magelang, Kediri, Madiun, Bojonegoro dan Malang. Republik benar dalam

keadaan kritis, baik politik mapun militer, dan ekonomi sudah benar-benar diambang

kehancuran. Saat itulah SM. Kartosuwiryo mempersiapkan diri dengan menggalang

kekuatan sabilillah dan hizbullah di Jawa Barat, untuk mengalihkan gerakan-gerakan

ummat kepada revolusi yang bercorakkan islam. Setelah Belanda melancarkan

serangan ke Yogya sebagai ibukota Republik, dengan agresi militer II, 19 Desember

1948, yang mengakibatkan jatuhnya republik ke tangan Belanda. Maka SM.

Kartosuwiryo mengeluarkan maklumat no. 5, tertanggal 20 Desember 1948. Isinya

adalah komando umum kepada seluruh lapisan ummat islam bangsa Indonesia untuk

Page 59: Syarikat islam

melakuka perang suci mutlak Jihad Fisabilillah, mengusir penjajah Belanda dan

menegakkan Daulah Islamiyah.

Karena melihat keadaan vakum, tidak ada pemerintahan yang sah

bertanggungjawab, maka pada tanggal 21 desember 1948, SM. Kartosuwiryo

bermaksud segera memproklamirkan Negara Islam Indonesia. Namun maksud ini

ditarik lagi setelah keesokan harinya 22 Desember 1948, Mr. Syafrudin

Prawiranegara memproklamasikan PDRI (Pemerintahan Daryrat Republik Indonesia),

di Bukit Tinggi, Sumatra Barat dengan suatu pertimbangan bahwa Mr. Syafrudin

adalah seorang muslim yang baik dan tokoh Masyumi yang mempunyai cita-cita

mendirikan Negara Islam, SM. Kartosuwiryo berharap agar Mr. Syafrudin merubah

PDRI menjadi Sebuah Negara Islam, dan TII pun adalah mendukungnya. Namun

harapan itu menjadi kandas sama sekali manakala Moh. Room, salah satu tokoh

Masyumi dan tokoh PDRI meskipun pada saat itu tidak membawa dari PDRI, tapi

mandat dari Soekarno telah mengadakan perundingan dengan pihak Belanda, yang

dikenal dengan Room dan Royen, di tandatangani tanggal 7 mei 1949.

SM. Kartosuwiryo mengecam keras terhadap perjanjian itu melalui statmennya

yang sempat diedarkan ke berbagai pihak, diantaranya beliau mengatakan , “Dengan

adanya statmen Room Royen ini maka Moh. Room telah menyelesaikan tugasnya”.

sebagai wakil Masyumi, wakil ummat Islam... sungguh sangat memalukan sekali...! kalau

dulu zaman naskah Linggar Jati Masyumi mati-matian ‘anti Linggar Jati’ sekarang

wakil Masyumi dalam kabinet dan wakil ummat Islam sendiri yang mendapat giliran

terakhir menjual Negara sampai habis total, Republik Indonesia sebagai negara yang

merdeka benar-benar sudah bangkrut sementara PDRI tidak mempunyai peranan

apa-apa, sebab kemudia Mr. Syafrudin menyerahkan kembali mandatnya kembali

kepada Soekarno.

6. Proklamasi Negara Islam Indonesia

Apapun alasannya perjanjian Room Royen adalah tindakan dari pimpinan RI mereka

sampai hati menjual kemerdekaan yang telah diperjuangkan dan dipertahankan

dengan darah dan keringat rakyat, hanya sebagai imbalan pembebasan Soekarno cs

dari penjara dan siap untuk masuk kedalam “Kebun Binatang Modern”, yaitu sebagai

Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai Negara Boneka Koloni. Formilnya akan

segera diselesaikan pada Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den Hag bulan september

mendatang.

untuk menghadiri KMB, RI mengirim sebuah delegasi yang diimpin oleh Moh. Hatta

dan mereka berangkat ke negeri Belanda, Pada tanggal 6 Agustus 1949, SM.

Page 60: Syarikat islam

Kartosuwiryo memandang, dengan keberangkatan delegasi Hatta ini, sebagai titik

kulminasi kehancuran RI yang diproklamirkan 17 agustus 1945, dan tumbangnya

martabat PDRI. Maka saat ini, benar-benar sangat vacum, baik dipandang dari segi

politik militer, baik de facto maupun de yure. Gambaran situasi ini lebih jelas

diungkapkan dalam maklumat no. 1197 yang disusun oleh SM. Kartosuwiryo ;

Bismillahirrohmanirrohim

Ma’lumat Pemerintah

Negara Islam Indonesia

Nomor 1197

Syahdan, maka peruangan kemerdekaan Nasional, yang diawali proklamasi berdirinya

Republik Indonesia, 17 agustus 1945, sudahlah mengakhiri riwayatnya. Orang lebih

memberi tafsir yang muluk-muluk, yang membumbung tinggi, menembus angkasa,

orang boleh cari lagi alasan-alasan yang lebih licin, lebih yuridis, lebih statrech, lebih

volkan recbtelijk, tetapi meski diputar balik ketetapan, orang yang kuasa membalik

hitam menjadi putih, batil menjadi haq, haram menjadi halal,.... Sepandai-pandainya

manusia bersifat, tidaklah kuasa membalik timur jadi barat, setinggi-tingginya

bangau terbang, kembali kepada pokok pangkal pertama, di tangan musuh, ditangan

penjajah Belanda.

Alhamdulillah pada saat kosong (vacum), saat dimana tiada kekuasaan dan

pemerintahan yang bertanggungjawab (GEJAGE EN REGERINGS VACUM) maka

pada saat yang kritis (membahayakan) dan psychologisch yang lemah itulah ummat

Islam Bangsa Indonesia memberanikan dirinya, menyatakan sikap dan pendirian, yang

jelas tegas kepada seluruh dunia : Proklamasi Berdirinya Negara Islam Indonesia, 7-

8-1949. pada saat itu otomatis (dengan berdirinya), perjuangan indonesia beralih

arah, bentuk, sifat, corak dan tujuannya, menjadilah : perjuangan Islam Indonesia.

Atas Nama Ummat Islam Bangsa Indonesia, kemudian dengan didorong oleh perintah

Allah dalam surat Al Isro ayat 81, yang di awali dengan lafadz (Wa qu) yang artinya

: ‘Proklamasikanlah’ maka tanggal 7-8-1949 yang bertepatan 12 Syawal 1368H. SM.

Kartosuwiryo mem[roklamirkan berdirinya “Negara Islam Indonesia” yang telah

dipersiapkan secara matang dan cermat. Proklamasi dilakukan di Cisampang, desa

Cidugalem, Cigalontong, Tasikmalaya. Teks lengkapnya sebagai berikut, sbb:

PROKLAMASI

Berdirinya Negara Islam Indonesia

Dengan Nama Allah yang Maha Murah dan Maha Asih

Kami ummat Islam Bangsa Indonesia

Page 61: Syarikat islam

Menyatakan : Berdirinya “ NEGARA ISLAM INDONESIA “

Maka Hukum Yang Berlaku Atas Negara Islam Indonesia itu Ialah

HUKUM ISLAM

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar

Atas nama Ummat Islam

Bangsa Indonesia

Imam Negara Islam Indonesia

Ttd.

(SM. KARTOSUWIRYO)

Madinah Indonesia, 12 Syawal 1368 / 7 Agustus 1949 M

Penjelasan Singkat :

1. Alhamdulillah, maka Allah telah berkenan menganugrahkan karunianya yang

Maha Besar atas ummat Islam Bangsa Indonesia ialah Negara Karunia Allah

yang meliputi seluruh Indonesia.

2. Negara Karunia Allah itu , adalah “Negara Islam Indonesia” / “Darul Islam”

dengan kata lain “Ad-Daulatul Islamiyah”, atau dengan singkatan yang sering

dipakai orang “DI”, selanjutnya hanya dipakai satu istilah resmi, yaitu Negara

Islam Indonesia.

3. Sejak bulan September 1945, pada waktu turunnya Belanda ke Indonesia.

Khususnya di pulau Jawa, atau sebulan kemudian daripada proklamasi berdiri

“Negara RI”, maka revolusi Nasional yang mulai menyala pada tanggal 17-8-

1945 itu merupakan perang, sehingga sejak masa itu seluruh Indonesia di dalam

keadaan perang.

4. Negara Islam Indonesia tumbuh dimasa perang di tengah-tengah revolusi

nasional pada akhir kemudiannya setelah naskah renvile dan ummat Islam

bangun dan bangkit melawan keganasan penjajah dan perbudakan yang

dilakukan oleh Belanda beralih sifat dan wujudnya menjadilah Revolusi Islam /

Perang Suci.

5. Insya Allah, Perang Suci / Revolusi Islam akan berjalan terus hingga :

a. Negara Islam Indonesia berdiri dengan sentosa dan tegak teguhnya,

keluar dan kedalam 100% de facto dan de yure di seluruh Indonesia.

b. Lenyapnya segala macam penjajahan dan perbudakan.

c. Terusirnya segala musuh Allah, musuh Islam dan musuh Negara Islam

Indonesia.

d. Hukum-hukum Islam berlaku diseluruh Negara Islam Indonesia.

Page 62: Syarikat islam

6. Selama itu Negara Islam Indonesia di masa perang / DI fi waktil harbi

7. Maka segala hukum yang berlaku dalam masa itu, di dalam lingkunga Negara

Islam Indonesia ialah hukum Islam di masa perang.

8. Proklamasi ini disiarkan ke seluruh dunia, karena ummat Islam Bangsa

Indonesia berpendapat dan berkeyakinan bahwa, kini adalah tiba saatnya

melakukan “wajib suci” yang serupa itu bagi menjaga keselamatan Negara Islam

Indonesia dan segenap Rakyatnya, serta bagi memelihara kesucian Dien,

terutama berlaku bagi “mendhohirkan kedaulatan Allah di dunia.

9. Pada dewasa ini, perjuangan kemerdekaan Nasional yang diusahakan selam

hampir genap 4 tahun kandaslah sudah.

10. Semoga Allah membenarkan proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia ini

jua adanya Insya Allah, Amin.

Bismilahi....................................................................................................Allahu Akbar

Catatan :

1. Karena dilakukan pada saat vacum, maka Proklamasi Negara Islam Indonesi

Adalah sah menurut hukum manapun juga, bukan mendirikan negara diatas

negara (didalam negara) sebab RI telah masuk ke dalam RIS, mengakibatkan

statusnya sama dengan negara boneka lainnya, Semacam Negara Pasundan,

Negara Sumatra, negara Kalimantan dan lain-lain yang fungsinya ikut memras

dan menjajah bangsa dan rakyat sendiri.

2. Berbeda dengan proklamasi RI tahun 1945, yang dilakukan atas diplomasi dan

prakarsa Jepang, serta dilakukan sangat terburu-buru. Maka proklamasi

Negara Islam Indonesia di tegakkan atas tetesan dara Shuhada dan ribua

mayat mujahid, serta melaui persiapan yang matang dan tidak tergesa-gesa.

3. Negara Islam Indonesia adalah penjabaran dari pemerintahan dan kerajaan

(Mulkiyah) Allah di bumi Indonesia, dengan memberlakukan hukum Allah,

hukum-hukum Islam. Maka semenjak diproklamirkan Negara Islam Indonesia,

menjadi wajib hukumnya bagi seluruh ummat Islam Indonesia untuk menrima,

mendukung, dan memperthankannya. sampai Hukum-hukum Islam secara

keseluruhan, tidak ada hujjah sama sekali dihadapan Allah nanti, bagi ummat

Islam Indonesia untuk menolak Negara Islam Indonesia.

4. Negara Islam Indonesia adalah satu-satunya “Jama’ah” di Indonesia yang

dibenarkan oleh Islam berdiri tegak di atas sabilillah dan Shirotol Mustaqim,

maka seluruh kelompok (firqoh-firqoh) ummat Islam di Indonesia. harus

meleburkan diri ke dalam struktural Negara Islam Indonesia, karena yang

Page 63: Syarikat islam

benar (Haq) itu hanya satu saja di luar yang benar adalah salah. Surat Yunus

ayat 32.

BAB V. PERJUANGAN NEGARA ISLAM INDONESIA DALAM MASA

PEMERINTAHAN RIS.

1. Konfrensi Meja Bundar (KMB) dan Hakikat RIS

Setelsh mendapat pengalaman “perang gunung Cepu” melawan TII, Belanda

berkesimpulan bahwa TII merupakan suatu kekuatan yang cukup besar, yang bisa

mengecam dominasinya di Indonesia. Dan mereka pun menjadi kecut hatinya, bila

harus menghadapi TII secara langsung. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri,

adanya kekuatan yang luar biasa pada diri Tentara Islam, yang kadang-kadang diluar

perkiraan ratio. Oleh karena itulah mereka membuat siasat lagi, siasat yang licik

sekali, yaitu menjadikan tokoh-tokoh RI yang non Muslim, yang sudah menyerah, baik

sipil maupun yang militernya sebgai boneka yang bisa diperalat untuk menghadapi

kekuatan Tentara Islam Indonesia.

kemudian ditawarkan “perundingan” kepada pimpinan republik yang telah menyerah

dan berada dalam tahanan, mereka pun menerimanya dengan gembira. Soekarno

memberikan mandat kepada Mr. Moh. Room untuk menrima tawaran perundingan,

yang isinya selalu didiktekan oleh pihak Belanda. Maka lahirlah apa yang biasa disebut

“Statmen Room-Royen”, yang isinya antara lain :

1. Crease Fire atau penghentian tembak-menembak.

2. Round Table Conference / KMB dan

3. Kerjasama / Samed Working antara pihak Republik dengan Belanda.

Natijah dari statmen ini adalah pimpinan RI siap untuk manjadi pemerintah boneka

“Belanda” dalam melaksanakan politik ekonomi sosial dan undang-undang kolonial, yang

memras dan menindas rakyatnya. Terutama ummat Islam Bangsa Indonesia. Statme

ini kemudian dimatangkan dalam KMB yang berlangsung 23-08-1949 s/d 02-11-1949

di Den Hag, dengan membentuk sebuah Negara Federasi, merupakan gabungan dari

negara-negara boneka yang ada di Indonesia Serikat (RIS) dalam konfrensi ini pula

Belanda menyerahkan kedaulatan RIS pada tanggal 27-12-1949, dan di Jakarta

terjadi hal yang sama dari RI kepada RIS, sementara RIS itu merupakan

persekongkolan (kerja sama) antara kaum munafiq (tokoh-tokoh sekuler) dan kaum

kafirin (pemerintahan Belanda) dalam menghadapi kekuatan ummat Islam Bangsa

Indonesia yang telah bernaung di dalam Negara Islam Indonesia. Ialah yang

dimaksud oleh Allah (firman-Nya) Q.S. Al-Anfal ayat 73 : “ Adapun Orang-orang yang

Kafir, sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain (bekerja sama dalam

Page 64: Syarikat islam

menghadapi orang-orang yang beriman), jika kamu (kaum muslimin) tidak

melaksanakan apa yang diperintahkan Allah itu (persaudaraan yang teguh antara

kaum muslimin) niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang

besar”. sangat disesalkan sekali, tokoh-tokoh Masyumi dan partai Islam lainnya, yang

mengaku mempejuangkan Islam, tidak waspada dengan permainan kotor dan licik ini,

sehingga mereka terjerumus kedalam perangkap persekongkolan, antara munafiqin

dan kafirin. Mereka menerima dan mendukung RIS serta menolak Negara Islam

Indonesia, perihal sebgai muslim mestinya wajib, menerima dan mendukung negara

Islam Indonesia, yang jelas-jelas sah dan Islam, serta menolak RIS yang nyata-nyata

sekuler (kafir) dan tidak sah kelahirannya di bumi Indonesia ini, terutama tindakan

mereka itu semata-mata berdasarkan hitungan Ro’yo (Ratio) yang telah ditunggangi

hawa nafsu, tidak berdsarkan wahyu sama sekali, karena mungkin orientasi

kehidupannya bukan lagi ukhrowi, tetapi duniawi (materialistis). berkat dukungan

mereka itulah, RIS sebagai lembaga sekuler yang rapuh menjadi kuat dan kokoh

kedudukannya, terutama setelah M.Natsir sebagi pimpinan Masyumi mengajukan misi

integralnya kepada parlemen RIS pada tanggal 3 April 1950 disetujui untuk merubah

RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia atau Republik Indonesia Kesatuan

(RIK) dengan tetap Soekarno sebagai presiden didampingi Moh. Hatta sebagai

wakilnya.

2. Taktik RIK Menghadapi Negara Islam Indonesia.

Sebagai realisasi KMB Belanda mulai menarik diri secara perlahan-lahan dari

Indonesia setelah dilihat Negara Bonekanya, yaitu RIS cukup kokoh dan kuat

pijakannya, baik politik maupun militer, sehingga sudah dipandang mampu untuk

merealisasikan program utamanya, yaitu “ De Islamisasi “ atau pendangkalan nilai-

nilai Islam di kalangan Ummat Islam Bangsa Indonesia, terutama dalam menghadapi

Negara Islam Indonesia dan TII-nya. Posisi-posisi strategis, perlengkapan dan

markas-markas militer, serta wilayah-wilayah kota yang tadinya dikuasai Belanda,

kini telah diserahkan kepada Republik beserta TNI-nya. Pihak Negara Islam

Indonesia tetap saja hanya menguasai wilayah-wilayah pedesaan dan pegunungan

sebab proses penyerahan kedaulatan kepada RIS, berjalan dengan ketat, sehingga

pihak Negara Islam Indonesia tidak berhasil merebut.

Sukarno memandang masalah Negara Islam Indonesia sebagai masalah yang besar

yang harus dihadapi dengan serius dan dia berpendapat bahwa kekuatan Negara

Islam Indonesia itu disebabkan dukungan ummat Islam. Untuk menghadapi hal ini,

Soekarno mencoba merangkul tokoh-tokoh ummat Islam, dalam hal ini Masyumi yang

Page 65: Syarikat islam

memang telah banyak berjasa dalam menyelamatkan dan mempertahankan Negara

sekuler ini, untuk turut serta berperang aktif dalam mengelola Negara kesatuan yang

baru dibentuk, sebagai kelanjutan dari RIS, tentu saja hal ini tidak berarti Soekarno

telah berubah haluan dari sekuler kepada Islam, “tidak”. Tetapi semata-mata sebagai

taktik saja untuk memperalat tokoh-tokoh Masyumi dalam rangka merekrut ummat

Islam yang selama ini mendukung Negara Islam Indonesia terutama di Jawa Barat

dan Jawa Tengah bagian barat. Maka ditampilkanlah Moh. Natsir sebagai perdana

mentri yang pertama dari RIK, yang dibantu oleh beberapa tokoh lainnya dari

Masyumi yang ikut dalam kabinet yang baru terbentuk pada bulan September 1950.

Tugas utama dari kabinet Natsir ini adalah menyelesaikan secepat-cepatnya

masalah-masalah kelompok gerilya liar, terutama sekali Negara Islam Indonesia dan

TII-nya, maka dari program pemerintah yang terdiri dari 7 pasal, kabinet

mengutamakan pasal 5, yaitu menyempurnakan angkatan dan reintegrasi anggota

angkatan bersenjata serta kelompok-kelompok gerilya yang berlebihan ke dalam

masyarakat yang mana inti dan program ini ditujukan kepada Negara Islam Indonesia

beserta TII-nya.

Pada mulanya, dalam merealisasi program ini, kabinet Natsir menempuh jalan halus

dan luwes, yaitu membujuk para gerilyawan TII untuk segera menyerah, pemerintah

RIK mengumumkan “Tawaran Amnesti” pada tanggal 14 November 1950, yang isinya

memberi kesempatan kepada gerilyawan untuk segera melaporkan diri kepada diri

kepada pejabat pemerintahan / kantor Distrik setempat mulai tanggal 28 bulan itu

sampai 14 Desember, kepada mereka dijanjikan akan diterima menjadi anggota

angkatan bersenjata (TNI) atau memberikan mata pencaharian baru agar dapat

hidup layak dalam masyarakat. Juga secara pribadi Natsir berusaha meyakinkan

pimpinan-pimpinan Negara Islam Indonesia, perjuangan menuju berlakunya Hukum

Islam di Indonesia sudah mencapai tahap-tahap akhir yaitu dengan melalui pemilihan

ummat yang segera akan dilaksanakan, dimana dipastikan akan dimenangkan ummat

Islam, sedangkan Soekarno dan Hatta menjamin untuk memberlakukan Hukum Islam

di Negara ini apabila ummat islam mencapai suara mayoritas dalam pemilihan umum

nanti. Oleh karena itu tidak diperlukan lagi tindakan kekerasan, yang menimbulkan

kerugian, bahkan mungkin banjir darah di kalangan ummat Islam sendiri.

Bersamaan dengan itu, pemerintah mengeluarkan petunjuk-petunjuk terperinci

mengenai prosedur penyerahan, takut kalau-kalau para gerilyawan mencari peluang

dari kesempatan itu untuk melakukan penyerangan secara tiba-tiba atau secara diam-

diam menggerakan pasukan mereka. Maka pemerintah Republik memerintahkan

Page 66: Syarikat islam

bahwa mereka harus secara terbuka membawa senjata yang mereka miliki, pasukan-

pasukan yang mereka miliki, pasukan-pasukan yang bergerak menuju kantor Distrik

untuk menyerah, selanjutnya diharuskan memakai tanda “Janur Kuning” disilangkan

di badan untuk menunjukan ketulusan hati mereka.

SM. Kartosuwiryo selaku imam Negara Islam Indonesia dan panglima tertinggi TII

menolak mentah-mentah “Tawaran Amnesti” tersebut dengan argumentasi yang

sangat kuat dan tidak bisa dibantah baik secara yuridis maupun secara Historis,

beliau menyatakan bahwa Negara Islam Indonesia adalah satu-satunya pemerintah

yang sah di Indonesia. Bukan gerombolan liar / gerombolan pengacau yang harus

menyerahkan diri, justru Republik Indonesia Kesatuan (RIK) yang tidak ada

kelahirannya, sebab dia lahir dari perut penjajahan dengan membawa seperempat

sistem penjajahannya. Pada saat ini Indonesia telah ada pemerintahan dan Negara

yang sah yang telah di proklamirkan, yaitu Negara Islam Indonesia. Dimana selama

proses berdirinya tidak pernah menyerah kepada pihak penjajahan, bahkan beliau

sangat menyesalkan sekali. Kenapa M. Natsir muslim ini mau diperalat oleh orang-

orang sekuler dan boneka-boneka koloni untuk menghancurkan Negara Islam

Indonesia yang nyata-nyata telah memberlakukan hukum Islam berdasarkan Al-

Qur’an dan Al-Hadist Sholeh, serta telah meminta pengorbanan ribuan syuhada.

Beliau juga menegaskan bahwa Natsir bukanlah pemegang kekuasaan tertinggi di

Republik, tetapi dia hanya sekedar alat dari pemimpin-pemimpin sekuler yang apabila

sudah tidak diperlukan, dia akan dicampakan kembali menjadi rakyat biasa. Karena

itulah SM. Kartosuwiryo segera menginstruksikan kepada seluruh jajaran TII untuk

menanggapi, apalagi menaati seruhan amnesti dari kabinet Natsir itu. Kebanyakan

yang menyerahkan diri akibat tawaran amnesti itu adalah dari gerombolan-

gerombolan liar, seperti organisasi yang bernama polisi gerilyawan, Barisan Berani

Mati (BBM) yang beroperasi didaerah Purwokerto juga dari gerombolan Brigade,

Citarum devisi bambu runcing yang beraliran sosialis, banyak yang menyerahkan diri.

Sedangkan dari pihak TII, hanya sebagian kecil saja yang terpengaruh oleh Amnesti

ini, yaitu yang berada di daerah-daerah terpencil sehingga sulit untuk berkomunikasi

dengan pimpinan pusat, karena terpengaruh oleh bujukan ulama-ulama setempat yang

memang di tugaskan oleh pemerintah, seperti dibeberapa daerah di Jawa barat dan

Jawa tengah bagian barat. Beberapa pasukan TII mendatangi kantor distrik untuk

menyerah, namun mereka tidak disambut baik, seperti yang telah dijanjikan dan

penguman amnesti, tapi mereka disambut pasukan TNI, yang siap untuk membantai

mereka dengan berondongan senjata dan sebagian lagi ada yang ditangkap kemudian

Page 67: Syarikat islam

dijebloskan kedalam tahanan militer. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan peristiwa

“Janur Kuning”, yang merupakan pengkhianatan besar dari pasukan sekuler TNI, dan

secara tidak langsung M. Natsir pun ikut terlibat dalam pengkhianatan ini yang

kemudian menjadi lembaran hitam dalam perjalanan sejarah Negara Islam Indonesia.

Namun demikian, tawaran amnesti dianggap kegagalan besar bagi kabinet Natsir

dalam merealisasikan program reintegrasi terutama oleh kalangan militer yang

merasa kecewa terhadap langkah ini. Mereka menganggap jalan lunak itu tidak akan

ada artinya lagi, sebab sebelumnya juga sudah ditempuh jalan pendekatan dengan

mengutus tokoh-tokoh ulama untuk berunding dengan SM. Kartosuwiryo ternyata

gagal total, diantaranya Wali Al-fatah yang merasa yakin dapat menundukkan

Hujjah-Hujjah (argumentasi) SM. Kartosuwiryo. Segera menyanggupi diri untuk

membujuk SM. Kartosuwiryo supaya menghentikan kegiatan itu. Maka pada bulan mei

1950, dengan didampingi oleh tiga orang pembantunya, yaitu tasik wira, Muslikh dan

Zainuddin. Wali Al-fatah berusaha mengadakan kontak hubungan dengan pimpinan-

pimpinan TII di Cipanuyaran, daerah lereng gunung Cakra buana untuk bertemu

dengan SM. Kartosuwiryo.

Namun rupanya Wali Al-fatah belum terbuka hatinya untuk menerima kebenaran ini,

karena dipandang terlalu berat resikonya, dia pun kembali ke republik dengan

membawa kekecewaan dalam akibat kegagalan usahnya. Untuk menutupi kekecewaan

ini dia menyatakan kepada pemerintah tidak ada alternatif lain untik menghadapi

gerakan Negara Islam Indonesia, kecuali dengan aksi militer. Memang demikina

akhirnya, setelah himbauan Natsir gagal, maka tentara Republik melancarkan

“Operasi Merdeka”,yaitu operasi militer terhadap TII dan berkas-berkas gerilyawan

lainnya. Kurang lebih selama 8 bulan saja M. Natsir bisa bertahan menjadi perdana

mentri, sebab pada April 1951, dia harus meletakkan jabatannya yang kemudian

digantikan oleh Sukiman, juga seorang politis dari kalangan Masyumi.

Sebab-sebab Tertangkapnya Imam

1. Diperolehnya keterangan dari pimpinan TII yang telah berada dalam tangan

TNI dan ini merupakan tipu muslihat TNI, sebab informasi yang diberikan

meliputi rahasia-rahasia pimpinan tertinggi TII dan rahasia jama’ah Umat

Islam Bangsa Indonesia.

2. Dihadirkannya masa dalam operasi tersebut (Pager Betis).

22 April 1962 terjadi serangan langsung terhadap pimpinan-pimpinan pusat Negara

Islam Indonesia, 24 april 1962 serangan untuk kedua kalinya terhadap pimpinan pusat

Negara Islam Indonesia, akibatnya rombongan terpencar-pencar Imam tertembak

Page 68: Syarikat islam

dan terluka dipantatnya. 4 juni 1962 Bapak SM. Kartosuwiryo dalam keadaan sakit

parah tertangkap oleh kompi C bataliyon 328 pada kujang II kodam VI / Siliwangi

dibawah pimpinan Letda Suhanda di kompleks Gunung Gebos malaya Bandung.

Pada bulan april 1962, setelah 1 tahun mengadan aksi perang dengan sandi barata

yudha maka TII akhirnya merubah taktik perang militer jihad menjadi perang gerilya

ideologi di kota. Imam akhirnya dengan sepenuh pertimbangan memutuskan dan

menginstruksikan semua kekuatan militer TII turun gunung, menyusun kembali

kekuatan TII yang telah melemah dengan kekuatan dan metode baru. Turun gunung

bukan berarti menyerah tetapi mengatur perjuangan secara militer dengan siasat

taktik sivil (Q.S. 33/10, 8/15-16).

Penolakan Imam Untuk Menghentikan Jihad

Ketika Imam SM. Kartosuwiryo sudah berada didalam tahanan Kodam VI / Siliwangi,

maka dilanjukan kepada beliau sebuah pernyataan tertulis yang dibuat oleh pimpinan

TNI yang harus ditanda tangani oleh beliau; pernyataan itu antara lain :

1. Perintah menghentikan Jihad Fi Sabilillah.

2. Pencabutan kembali proklamasi 7 – 08 – 1949.

Imam menolak mentah-mentah untuk menandatangani pernyataan tersebut dengan

menegaskan antara lain : bahwa perintah Jihad itu adalah mutlak perintah Allah, jadi

kalian tidak mempunyai wewenang sedikit pun untuk menghentikannya.

Adapun masalah proklamasi adalah, bahwa SM. Kartosuwiryo menolak untuk

membubarkannya, beliau menyatakan bahwasanya hanya bertugas mendirikan Negara

Islam Indonesia dan tidak berhak membubarkannya.

Pengadilan Imam

Pelaksanaan pengadilan militer dilaksanaka terhadap Imam sebenarnya formalitas

saja, sebab sejak sebelumnya pimpinan TNI memang sudah membuat keputusan untuk

mempertahankan hukuman mati kepada beliau, adapun vonis yang dijatuhkan Jawa

barat dan madura terhadap bapak Imam Tertuang di dalam surat keputusan tanggal

16-8-1962 no X / III / 8/ 1962. Sedang pelaksanaannya dilakukan pada jam 07.00

(pagi) tanggal 5 september 1962 dan jenazahnya dikebumikan di pulau Ubi Besar

komplek kepulauan seribu. Perlu dicatat disini maka “Petugas” Komandan pelaksana

surat keputusan Ma’had per Jawa, Madura tersebut di atas adalah Brigadir Jendral

Umar Wira Hadi Kusuma sebagai panglima kodam V / Jaya waktu itu. Walaupun imam

telah dibunuh, namun perjuangan tetap dilanjutkan. Tetapi teknisnya dirubah (Q.S.

3/144), bila kembali kebelakang, bubar (perjuangan terhenti), maka kembali kepada

Jahiliyah.