studi perbanyakan jatropha curcas l. (jarak … filestudi perbanyakan jatropha curcas l. (jarak...

17

Click here to load reader

Upload: lelien

Post on 28-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK

PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN

Rahmawati1, Sukartiningsih

2 dan Dwi Sutanto

2

1Fakultas Pertanian Jurusan Manajemen Hutan Untad, Palu. 2Laboratorium Silvikultur

Fahutan Unmul, Samarinda

ABSTRACT. Study on the Proliferation of Jatropha curcas L. (Castor Plant)

with Tissue Culture Technique. This research aimed at figuring out the best

explant and the effects of growth-regulator substances (BAP and NAA) to the

proliferation and growth of castor plants. Results of the research showed that

sprout and callus formation took place in the first week of all treatments. Treated

explant was turned out, exerted a significant effect on the number of sprouts,

number of leaves and length of sprouts. Treated axillary sprout brought in the

highest average number of sprouts, i.e. 1.80, the biggest number of leaves, i.e.

5.06, and the longest sprout, i.e. 0.99 cm compared with treated apical sprout

which resulted in number of sprouts of 0.99, number of leaves of 4.66, and length

of sprout of 0.85 cm. Concentration of growth-regulator substance did not

significantly affect the number of sprouts, leaves and the length of sprout. And

yet, Z19 treatment (NAA 0.09 + BAP 2.25 mg/l) had brought in the number of

sprouts of 1.0, the biggest number of leaves of 5.73 and the longest sprout of 1.1

cm for apical sprout explant, while for axillary sprout explant, the highest number

of sprouts of 2.0, the biggest number of leaves of 6.13 and the longest sprout of

1.2 cm took place in Z20 treatment (NAA 0.09 + BAP 4.5 mg/l). To proliferate

castor plant in vitro, the research suggests the use of explant type of axillary

sprout, combined with growth-regulator substance of NAA 0.09 + BAP 4.5 mg/l.

Kata kunci: tipe eksplan, zat pengatur tumbuh, perbanyakan, pertumbuhan

Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan

masyarakat menyebabkan kebutuhan akan bahan bakar juga semakin meningkat.

Diperkirakan dalam kurun waktu 1015 tahun ke depan, cadangan minyak Indonesia

akan habis, hal ini ditandai dengan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di

beberapa daerah di Indonesia. Pemerintah menginstruksikan kepada beberapa

menteri untuk penyediaan dan pemanfaatan bahan baku untuk bahan bakar nabati

(biofuel). Jatropha curcas (Jarak pagar) merupakan alternatif yang sangat besar

memiliki potensi sebagai penghasil minyak bakar (biofuel).

Tanaman Jarak pagar selain dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif juga

banyak digunakan sebagai bahan baku industri, antara lain industri cat, vernis dan

bahan pelapis, industri kosmetika, industri polimer berupa resin, plastik, kulit

sintetis dan bahan plastisasi, industri tektil serat sintesis, industri otomotif seperti

minyak pelumas dan minyak rem dan industri pengolahan karet. Walaupun tamanan

jarak pagar termasuk golongan tanaman yang mudah tumbuh, tapi permasalahan

yang dihadapi dalam pengembangan jarak tersebut antara lain jumlah ketersediaan

benih yang terbatas dan teknik budidaya yang belum memadai.

186

Page 2: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

187 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008

Untuk menghasilkan tanaman baru dengan jumlah yang besar dan waktu yang

singkat yang mempunyai sifat dan kualitas sama dengan tanaman induknya,

dibutuhkan suatu teknik budidaya yaitu kultur jaringan. Kultur jaringan adalah

teknik budidaya sel, jaringan dan organ tanaman yang ditumbuhkan dalam media

buatan sehingga tumbuh menjadi tanaman sempurna. Kemampuan multiplikasi

tanaman dalam kultur jaringan selain ditentukan oleh media yang digunakan, juga

oleh bahan eksplan dan zat pengatur tumbuh.

Untuk perbanyakan kultur jaringan jenis jarak pagar belum diketahui dengan

pasti formulasi yang tepat. Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian tentang

formulasi media yang tepat sangat diperlukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe eksplan dan pengaruh berbagai

konsentrasi zat pengatur tumbuh (BAP dan NAA) yang tepat untuk pertumbuhan

eksplan dan perbanyakan secara in vitro.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Tadulako yang dimulai bulan Maret sampai Mei 2007.

Bahan penelitian yang digunakan adalah tunas apikal dan tunas aksilar yang

berasal dari material induk jarak pagar yang telah berumur 1 tahun, media MS,

arang aktif, zat pengatur tumbuh BAP dan NAA, deterjen, Dithane M-45, alkohol

70%, bayclin dan HgCl2,

Alat yang digunakan adalah botol kultur dan penutup, autoclave, timbangan

analitik, pH meter, magnetik stirrer, laminar air flow cabinet, pinset, pisau/scalpel,

petridish, pipet, gelas ukur, labu ukur, gelas piala, erlenmeyer berbagai ukuran,

wadah penyimpanan aquades, pengaduk gelas, hand sprayer, kereta dorong, lampu

spiritus atau bunsen, alluminium foil, karet, kamera, kulkas, botol untuk stok, oven,

rak kultur, label, tally sheet.

Ruang kultur dipel setiap hari. Lampu ultra violet di dalam laminar dinyalakan

selama 0,5 sampai 1 jam untuk membunuh mikroorganisme di tempat kerja. Blower

atau peniup udara pada laminar air flow cabinet dinyalakan sebelum dan selama

kerja.

Alat-alat yang digunakan dicuci dengan air dan deterjen terlebih dahulu.

Petridish, scalpel, pinset, botol kultur, gelas kimia, labu ukur, erlemeyer, pengaduk

gelas dibungkus dengan alluminium foil. Semua alat-alat tersebut disterilkan di

dalam autoclave kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 180C. Alat-alat

tanam seperti pinset dan scapel disterilkan kembali dengan pemanas di atas api

bunsen setelah dicelupkan dalam alkohol 70% kemudian didinginkan.

Media tanam adalah MS (Murashige dan Skoog) yang telah dibuat dalam

larutan stock, ditambahkan arang aktif dan zat pengatur tumbuh (BAP dan NAA)

dengan konsentrasi yang berbeda-beda.

Eksplan yang digunakan berasal dari material tanaman Jarak pagar yang berasal

dari pertanaman berumur 1 tahun. Bahan yang diambil adalah tunas apikal dan tunas

aksilar sepanjang 35 cm.

Page 3: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

Rahmawati dkk. (2008 ). Studi Perbanyakan Jatropha curcas 188

Untuk melakukan penelitian inti dilakukan penelitian pendahuluan mengenai bahan sterilisasi eksplan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan teknik sterilisasi yang memberikan persentase eksplan hidup yang lebih tinggi untuk digunakan sebagai penelitian inti.

Bahan kimia sterilan yang digunakan adalah fungisida Mankozeb M-45, alkohol 70%, HgCl2 dan sodium hypochlorida (NaClO) 5%. Mankozeb M-45 adalah fungisida biasa yang digunakan untuk membunuh cendawan, alkohol merupakan bahan desinfektan ringan, HgCl2 memiliki sifat toksik untuk membunuh mikroorganisme penyebab kontaminan, sedangkan sodium hypochlorida bersifat racun yang dapat membunuh mikroorganisme. Pada tahapan ini parameter yang diamati adalah persentase eksplan segar, persentase eksplan browning dan persentase eksplan kontaminasi. Pengamatan ini dilakukan selama 30 hari dan diamati setiap hari. Jumlah eksplan setiap perlakuan 100 eksplan. Tiap botol berisi satu eksplan.

Cara menyeterilkan eksplan sebagai berikut: eksplan yang telah dipotong-potong dicuci dengan detergen menggunakan kuas kecil, dibilas di bawah air mengalir, direndam dalam larutan Mankozeb 80% dengan konsentrasi masing-masing perlakuan 5%, 10% dan 15% dan masing-masing perlakuan terdiri atas 100 eksplan selama 2 jam. Cara membuat Mankozeb 5% yaitu 5 g Mankozeb M-45 dicampur dengan satu liter air, begitu juga untuk 10% dan 15%. Eksplan dibilas lagi dengan air steril sebanyak 3 kali, direndam dalam larutan HgCl2 0,1% selama 5 menit, dibilas lagi dengan air steril sebanyak 3 kali, direndam dalam larutan sodium hypochlorida 5% selama 5 menit. Cara membuatnya yaitu sodium hypochlorida 5 ml ditambah air steril hingga 100 ml. Eksplan kemudian direndam dengan ethyl alkohol 70% selama 10 detik dan terakhr dibilas dengan air steril minimal 3 kali. Hasil perlakuan bahan sterilisasi pendahuluan yang menghasilkan persentase eksplan segar tertinggi digunakan pada penelitian lanjutan. Kegiatan penanaman eksplan dilakukan dalam laminar air flow dengan kondisi aseptik, artinya bebas dari segala macam mikroorganisme Eksplan yang telah steril ditanam dalam botol yang telah berisi media yang telah disiapkan. Satu botol kultur berisi dua potong eksplan. Botol diberi label dan ditempatkan dalam rak yang telah disediakan.

Pengamatan dilakukan setiap hari dan didokumentasikan dengan kamera. Pada penelitian pendahuluan mengenai bahan sterilisasi eksplan, parameter yang diamati dan dihitung adalah: 1. Persentase segar: diamati eksplan yang segar setiap hari selama 30 hari,

kemudian dihitung persentase eksplan segar. 2. Persentase kontaminasi; diamati eksplan yang terkontaminasi setiap hari selama

30 hari, kemudian dihitung persentase kontaminasi. 3. Persentase browning: diamati eksplan yang terkontaminasi setiap hari selama

30 hari, kemudian dihitung persentase kontaminasi.

Parameter yang diukur pada penelitian inti adalah: 1. Waktu pembentukan tunas: waktu dari penanaman sampai waktu munculnya

tunas pertama kali (minggu ke-). 2. Jumlah tunas: tunas yang terbentuk dihitung selama 5 minggu setelah tanam. 3. Jumlah daun: dari semua eksplan yang hidup, dihitung jumlah daun. Setiap

minggu selama 5 minggu.

Page 4: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

189 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008

4. Pembentukan kalus: diamati banyaknya kalus terbentuk pada setiap eksplan.

5. Panjang tunas: dihitung 5 minggu setelah tanam. Eksplan dikeluarkan dari botol

kultur dan diukur panjang tunasnya.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor,

yaitu: faktor 1 (sumber eksplan) terdiri dari 2 taraf yaitu: eksplan berasal dari tunas pucuk dan esksplan berasal dari tunas aksilar. Faktor 2 adalah media MS

yang telah ditambah dengan arang aktif, kemudian diberikan zat pengatur tumbuh

BAP dan NAA sesuai perlakuan, yang terdiri dari 25 taraf, yaitu seperti terlihat pada

Tabel 1. Tabel 1. Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh BAP dan NAA yang Digunakan dalam Penelitian

NAA BAP

(mg/l) 0 mg/l 0,45 mg/l 0,12 mg/l 2,25 mg/l 4,5 mg/l

0 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 0,18 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10 0,55 Z11 Z12 Z13 Z14 Z15 0,09 Z16 Z17 Z18 Z19 Z20 1,8 Z21 Z22 Z23 Z24 Z25

.

Jumlah eksplan yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 tipe eksplan yaitu

tunas apikal dan tunas aksilar yang diberi perlakuan zat pengatur tumbuh NAA dan

BAP sebanyak 25 perlakuan dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Dalam setiap botol

kultur berisi 2 tunas eksplan, sehingga keseluruhan berjumlah 150 botol kultur dan

300 tunas eksplan, yang mana eksplan tunas apikal berjumlah 150 eksplan dan tunas

aksilar berjumlah 150 eksplan. Setiap perlakuan dan ulangan diberi label.

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor dan interaksinya terhadap

pertumbuhan eksplan maka dilakukan uji F. Bila sidik ragam menunjukkan

pengaruh signifikan, maka digunakan uji Duncan untuk mengetahui beda antar

perlakuan dengan menggunakan komputer yaitu program Statgraphics Versi 4,0.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sterilisasi Eksplan

Jumlah eksplan yang segar, browning dan kontaminasi setelah disterilkan

dengan 3 kombinasi sterilan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Sterilan terhadap Kondisi Eksplan

Kode Sterilan Jumlah eksplan

Segar (%)

Browning (%)

Kontaminasi (%)

A Deterjen + Dithane 5% (2 jam) + HgCl2 0,1% (5

mnt) + alkohol 70% (10 dtk) + bayclin 5% (5 mnt)

100

59

10

31

B Deterjen + Dithane 10% (2 jam) + HgCl2 0,1% (5

mnt) + alkohol 70% (10 dtk) + bayclin 5% (5 mnt)

100

78

6

16

C Deterjen + Dithane 15% (2 jam) + HgCl2 0,1% (5

mnt) + alkohol 70% (10 dtk) + bayclin 5% (5 mnt)

100

66

21

13

Page 5: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

Rahmawati dkk. (2008 ). Studi Perbanyakan Jatropha curcas 190

Tabel 2 menunjukkan bahwa sterilan yang terbaik adalah B yang menghasilkan

eksplan hidup 78%, browning 6% dan kontaminasi 16%, sedangkan sterilan A

menghasilkan 59% eksplan hidup dan C menghasilkan 66% eksplan hidup.

Sterilisasi bahan tanaman merupakan salah satu kegiatan penting dalam

keberhasilan kultur jaringan. Bahan tanaman dari lapangan mengandung debu,

kotoran-kotoran dan berbagai kontaminan hidup pada permukaannya. Kontaminasn

dapat berupa cendawan dan bakteri. Fungisida Dithane M-45 mengandung bahan

aktif Mankozeb 80%, efektif dalam mematikan cendawan. Dari hasil perlakuan

sterilisasi menunjukkan bahwa penggunaan Dithane M-45 10% memberikan hasil

terbaik 78% segar dalam menyeterilkan bahan eksplan jarak pagar, dibandingkan

dengan konsentrasi lainnya (Tabel 2). Dengan demikian Dithane M-45 10% adalah

paling baik untuk digunakan pada bahan eksplan jarak pagar.

Kontaminasi terlihat mulai dari hari ke-4 ditandai dengan munculnya jamur atau

bakteri. Kontaminasi ini diduga karena media dan eksplan yang digunakan kurang

steril, pemberian bahan sterilan yang agak rendah dan juga disebabkan oleh faktor

lingkungan laboratorium.

Penggunaan bahan sterilan yang pekat pada eksplan akan mengakibatkan

eksplan mengalami pencoklatan atau browning. Penggunaan bahan sterilan Dithane

M-45 15% menghasilkan eksplan segar 66% dan terjadi browning eksplan 21%. Ini

lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena

selain penggunaan konsentrasi dalam dosis tinggi, dapat juga disebabkan karena

jaringan eksplan mengalami stress mekanik, pelukaan saat isolasi eksplan

merangsang metabolisme senyawa fenol yang bersifat toksik, yang bisa

menghambat pertumbuhan atau mematikan eksplan. Menurut Yusnita (2003), bahan

sterilan berpengaruh terhadap tingkat kontaminasi dan konsentrasi berpengaruh

langsung terhadap pencoklatan eksplan.

Waktu Pembentukan Tunas

Pengamatan waktu pembentukan tunas dimulai dari penanaman sampai waktu

munculnya tunas pertama kali atau diamati setiap minggu selama 5 minggu.

Hasilnya bahwa waktu pembentukan tunas pada seluruh perlakuan dimulai pada

minggu pertama. Jumlah tunas kumulatif yang terbentuk pada tunas aksilar selama 5

minggu setelah tanam terbanyak adalah 1,80 tunas.

Tunas apikal memberikan pengaruh bertunas lebih cepat daripada tunas aksilar,

hal ini disebabkan karena kegiatan meristematik sel-sel yang terdapat pada daerah

tunas apikal. Bagian ujung apikal banyak memiliki kandungan hormon auxin

(endogen) yang berperan dalam memacu pertumbuhan tunas (Goldworty and Fisher

dalam Soejono, 1995). Hal ini ditunjang oleh zat pengatur tumbuh dari luar

(eksogen) yang juga mengandung senyawa auxin sintetik sehingga waktu bertunas

dan jumlah tunas yang terbentuk lebih cepat.

Jumlah Tunas

Jumlah tunas yang terbentuk pada eksplan tunas apikal dengan berbagai

konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) pada minggu pertama sampai kelima

ditampilkan pada Tabel 3.

Page 6: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

191 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Tunas yang Terbentuk pada Eksplan Tunas Apikal pada

Berbagai Perlakuan Konsentrasi ZPT

Perlakuan Minggu setelah tanam

Rata-rata 1 2 3 4 5

Z1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z2 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z3 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z4 0,7 1,0 1,0 1,0 1,0 0,93a

Z5 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z6 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z7 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z8 0,7 1,0 1,0 1,0 1,0 0,93a

Z9 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z10 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z11 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z12 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z13 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z14 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z15 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z16 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z17 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z18 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z19 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z20 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z21 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z22 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z23 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z24 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Z25 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,00a

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda signifikan

pada uji Duncan 5%

Pada Tabel 3 terlihat, bahwa rata-rata jumlah tunas apikal yang terbentuk

umumnya 1 tunas, kecuali pada perlakuan Z4 dan Z8 masing-masing 0,93 tunas,

namun setelah diuji statistik, semua konsentrasi BAP dan NAA tidak berpengaruh

signifikan terhadap jumlah tunas apikal yang terbentuk.

Pada Tabel 4 ditampilkan jumlah tunas yang terbentuk pada eksplan tunas

aksilar. Tabel 4. Rata-rata Jumlah Tunas yang Terbentuk pada Eksplan Tunas Aksilar pada Berbagai

Perlakuan Konsentrasi ZPT

Perlakuan Minggu setelah tanam

Rata-rata 1 2 3 4 5

Z1 0,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,47a

Z2 1,3 1,3 1,7 2,0 2,0 1,67a

Z3 1,7 2,0 2,0 2,0 2,0 1,93a

Z4 1,3 2,0 2,0 2,0 2,0 1,87a

Z5 1,7 2,0 2,0 2,0 2,0 1,93a

Z6 1,3 1,7 1,7 2,0 2,0 1,73a

Page 7: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

Rahmawati dkk. (2008 ). Studi Perbanyakan Jatropha curcas 192

Tabel 4 (lanjutan)

Perlakuan Minggu setelah tanam

Rata-rata 1 2 3 4 5

Z7 1,3 2,0 2,0 2,0 2,0 1,87a

Z8 1,7 2,0 2,0 2,0 2,0 1,93a

Z9 1,3 2,0 2,0 2,0 2,0 1,87a

Z10 1,7 2,0 2,0 2,0 2,0 1,93a

Z11 1,0 1,3 2,0 2,0 2,0 1,67a

Z12 1,0 1,7 2,0 2,0 2,0 1,73a

Z13 1,3 1,3 2,0 2,0 2,0 1,73a

Z14 1,7 2,0 2,0 2,0 2,0 1,93a

Z15 1,7 1,7 2,0 2,0 2,0 1,87a

Z16 1,0 1,3 1,7 2,0 2,0 1,60a

Z17 0,7 1,3 2,0 2,0 2,0 1,60a

Z18 1,7 2,0 2,0 2,0 2,0 1,93a

Z19 1,7 2,0 2,0 2,0 2,0 1,93a

Z20 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,00a

Z21 0,7 1,3 2,0 2,0 2,0 1,60a

Z22 1,0 1,7 2,0 2,0 2,0 1,73a

Z23 1,0 1,3 2,0 2,0 2,0 1,67a

Z24 1,0 1,3 2,0 2,0 2,0 1,67a

Z25 1,7 1,7 2,0 2,0 2,0 1,80a

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda signifikan

pada uji Duncan 5%

Pada Tabel 4 terlihat, bahwa rata-rata jumlah tunas aksilar yang terbentuk 5

minggu setelah tanam yang terbanyak adalah pada perlakuan Z20 yaitu 2,00 tunas

dan terendah Z1 adalah 1,47 tunas. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi BAP dan NAA tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah tunas

aksilar.

Pada Tabel 5 ditampilkan jumlah tunas pada eksplan tunas apikal dan aksilar,

yang mana dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan, bahwa tipe eksplan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah tunas, sedangkan konsentrasi BAP dan

NAA serta interaksinya tidak berpengaruh signifikan.

Tabel 5. Hasil Uji Duncan Jumlah Tunas pada Eksplan Tunas Apikal dan Tunas Aksilar

dengan Konsentrasi ZPT yang Berbeda (Data dari Tabel 3 dan 4)

Perlakuan Tipe eksplan

Apikal Aksilar

Z1 1,00 1,47

Z2 1,00 1,67

Z3 1,00 1,93

Z4 0,93 1,87

Z5 1,00 1,93

Z6 1,00 1,73

Z7 1,00 1,87

Z8 0,93 1,93

Z9 1,00 1,87

Z10 1,00 1,93

Z11 1,00 1,67

Z12 1,00 1,73

Page 8: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

193 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008

Tabel 5 (lanjutan)

Perlakuan Tipe eksplan

Apikal Aksilar

Z13 1,00 1,73

Z14 1,00 1,93

Z15 1,00 1,87

Z16 1,00 1,60

Z17 1,00 1,60

Z18 1,00 1,93

Z19 1,00 1,93

Z20 1,00 2,00

Z21 1,00 1,60

Z22 1,00 1,73

Z23 1,00 1,67

Z24 1,00 1,67

Z25 1,00 1,80

Rata-rata 0,99b 1,80a

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda pada rata-rata berarti

berbeda signifikan pada uji Duncan 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah tunas apikal yang terbentuk umumnya

hanya 1 tunas, kecuali pada perlakuan Z4 (BAP 2,25 mg/l) dan Z8 (NAA0,18 mg/l +

BAP 1,12 mg/l) masing-masing 0,93 tunas. Hal ini berarti ada tunas yang belum

tumbuh yang diduga karena kandungan hara mineral yang dikandungnya agak

rendah terutama hara makro dan zat pengatur tumbuh yang diberikan pada media

tidak mencukupi untuk proses multiplikasi tunas. BAP adalah salah satu sitokinin

yang berperan dalam merangsang pembelahan sel dan diferensiasi sel pada batang

menjadi jaringan, organ dan organisme, tetapi sitokinin juga bersifat menekan

pertumbuhan tunas apikal dan memacu pertumbuhan tunas lateral.

Uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan kultur dengan eksplan tunas aksilar

menghasilkan rata-rata jumlah tunas tertinggi yaitu 1,80 dan berbeda signifikan

dengan jumlah tunas apikal yaitu 0,99. Hal ini diduga karena tunas aksilar

merupakan salah satu jaringan meristem yang baik untuk perbanyakan tunas. Pada

tanaman berkayu dengan daun lebar, jaringan terbaik diduga berasal dari daerah ruas

yang belum dewasa, bagian tempat melekatnya kotiledon yang mengandung sel-sel

yang dapat diinduksikan dengan cepat untuk membentuk tunas.

Berdasarkan uji statistik, konsentrasi ZPT tidak berpengaruh signifikan terhadap

jumlah tunas yang dihasilkan. Namun demikian perlakuan Z20 (NAA 0,09 mg/l +

BAP 4,5 mg/l) menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu 2,00 daripada perlakuan

lainnya. Hal ini berarti kombinasi NAA 0,09 mg/l + BAP 4,5 mg/l merupakan

konsentrasi yang cocok untuk pembentukan tunas. Pembentukan tunas dipengaruhi

oleh sitokinin (BAP) karena hormon ini berpengaruh terhadap pembelahan dan

pembesaran sel serta merangsang diferensiasi tunas, selain itu juga berfungsi

untuk mengatur keseimbangan antara pembelahan sel dan perpanjangan sel

(Willkins, 1989). Keseimbangan antara zat pengatur tumbuh NAA dan BAP dapat

merangsang pembentukan tunas. Eko (2004) melaporkan, bahwa hasil optimasi

pembentukan tunas pada Santalum album pada media MS yang dikombinasikan

Page 9: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

Rahmawati dkk. (2008 ). Studi Perbanyakan Jatropha curcas 194

dengan zat pengatur tumbuh NAA 0,01 mg/l + BAP 5 mg/l terbaik untuk

pembentukan tunas. Suatu kesesuaian antara sumber

eksplan dengan konsentrasi ZPT (NAA dan BAP) dalam media kultur jaringan

sangat penting, sehingga secara bersama-sama mendukung pertumbuhan eksplan.

Analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi tipe eksplan dan perlakuan zat

pengatur tumbuh NAA dan BAP tidak berpengaruh signifikan.

Jumlah Daun

Rata-rata jumlah daun pada eksplan tunas apikal dengan konsentrasi ZPT yang

berbeda ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun pada Eksplan Tunas Apikal pada Berbagai Perlakuan

Konsentrasi ZPT

Perlakuan Minggu setelah tanam

Rata-rata 1 2 3 4 5

Z1 0,0 2,7 4,7 6,0 6,0 3,87a

Z2 1,7 2,3 4,7 5,7 5,7 4,00a

Z3 2,0 3,7 5,3 6,0 6,0 4,60a

Z4 2,0 4,0 5,0 5,0 5,0 4,20a

Z5 2,0 3,0 5,0 5,0 5,6 4,13a

Z6 2,0 4,0 4,7 5,7 5,7 4,40a

Z7 1,7 3,3 5,0 5,3 5,3 4,13a

Z8 1,7 3,7 5,3 6,3 6,3 4,67a

Z9 2,6 4,0 3,0 5,6 5,6 4,60a

Z10 2,7 3,7 5,0 6,7 6,7 4,93a

Z11 1,7 3,3 4,6 5,6 5,6 4,20a

Z12 2,7 4,0 5,0 5,0 5,0 4,26a

Z13 2,7 4,0 5,0 5,3 5,0 4,46a

Z14 3,3 5,3 6,0 6,0 6,0 5,33a

Z15 2,7 4,7 6,3 6,7 6,7 5,40a

Z16 2,3 4,3 5,0 5,0 5,6 4,60a

Z17 2,7 4,3 5,7 6,0 6,0 4,93a

Z18 3,3 5,0 5,7 6,0 6,0 5,20a

Z19 3,0 5,0 6,7 7,0 7,0 5,73a

Z20 4,0 4,3 5,3 5,7 5,7 5,00a

Z21 2,3 5,0 6,3 6,7 6,7 5,40a

Z22 2,6 4,0 4,6 5,3 5,3 4,40a

Z23 2,0 3,3 4,3 5,3 6,0 4,20a

Z24 2,3 4,3 5,3 6,3 6,6 5,00a

Z25 3,0 4,7 5,0 6,0 6,0 4,80a

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda signifikan

pada uji Duncan 5%

Pada Tabel 6 terlihat, bahwa rata-rata jumlah daun terbanyak yang terbentuk

pada eksplan tunas apikal adalah pada perlakuan Z19, yaitu 5,73 helai, sedangkan

terendah adalah Z1, yaitu 3,87 helai. Namun dari hasil analisis sidik ragam

menunjukkan bahwa konsentrasi ZPT yang diberikan sama baiknya terhadap jumlah

daun yang terbentuk.

Page 10: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

195 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008

Rata-rata jumlah daun yang terbentuk pada eksplan tunas aksilar dengan

konsentrasi ZPT yang berbeda ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Daun pada Eksplan Tunas Aksilar pada Berbagai Perlakuan

Konsentrasi ZPT

Perlakuan Minggu setelah tanam

Rata-rata 1 2 3 4 5

Z1 1,7 3,3 4,7 5,3 5,3 4,07a

Z2 1,7 3,0 5,0 6,0 6,0 4,33a

Z3 2,7 4,0 5,0 5,7 5,7 4,60a

Z4 2,3 4,3 5,7 5,7 5,7 4,73a

Z5 2,0 4,0 5,3 5,0 5,0 4,27a

Z6 2,7 4,0 5,7 7,0 7,0 5,27a

Z7 1,7 4,3 6,0 6,0 6,0 4,80a

Z8 2,0 3,0 4,7 7,0 7,0 4,73a

Z9 2,3 4,3 6,0 7,0 7,0 5,33a

Z10 3,3 4,7 6,0 7,7 7,7 5,87a

Z11 2,0 4,0 5,0 6,3 6,7 4,80a

Z12 2,0 3,0 4,3 6,3 6,3 4,40a

Z13 2,3 3,7 5,3 6,0 6,0 4,67a

Z14 3,0 5,3 7,0 7,0 7,0 5,87a

Z15 2,0 4,3 6,0 7,3 7,3 5,40a

Z16 2,3 4,0 4,7 6,0 6,0 4,60a

Z17 3,3 5,0 6,3 6,7 6,7 5,60a

Z18 3,3 5,3 7,0 7,3 7,3 6,07a

Z19 3,0 5,0 7,0 7,7 7,7 6,07a

Z20 3,7 5,7 6,7 7,3 7,3 6,13a

Z21 2,3 4,7 5,3 6,7 6,7 5,13a

Z22 2,7 4,3 5,0 6,3 6,3 4,93a

Z23 1,3 3,3 6,0 6,3 6,3 4,67a

Z24 2,0 3,7 6,0 7,0 7,0 5,13a

Z25 2,0 4,3 5,7 6,3 6,3 4,93a

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda signifikan

pada uji Duncan 5%

Pada Tabel 7 terlihat, bahwa rata-rata jumlah daun tunas aksilar yang terbanyak

adalah pada perlakuan Z20 yaitu 6,13 helai dan terendah pada Z1 yaitu 4,07 helai.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan, bahwa tipe eksplan, konsentrasi BAP dan

NAA serta interaksinya tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun yang

terbentuk. Hal ini menunjukkan, bahwa konsentrasi ZPT yang diberikan sama

baiknya terhadap jumlah daun yang terbentuk.

Rata-rata jumlah daun yang terbentuk pada eksplan tunas apikal dan aksilar

dengan konsentrasi ZPT yang berbeda ditampilkan pada Tabel 8. Pada tabel

tersebut terlihat, bahwa jumlah daun pada eksplan aksilar lebih banyak daripada

jumlah daun pada eksplan apikal, masing-masing 5,06 helai dan 4,66 helai. Dari

hasil analisis sidik ragam menunjukkan, jumlah daun tersebut berbeda signifikan

yang berarti eksplan dari tunas aksilar lebih baik daripada tunas apikal.

Pada Tabel 8 juga ditunjukkan bahwa konsentrasi BAP dan NAA tidak

berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun. Hal ini berarti konsentrasi ZPT pada

kedua tipe eksplan sama baiknya.

Page 11: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

Rahmawati dkk. (2008 ). Studi Perbanyakan Jatropha curcas 196

Tabel 8. Hasil Uji Duncan Jumlah Daun pada Eksplan Tunas Apikal dan Tunas Aksilar dengan

Berbagai Konsentrasi ZPT (Data dari Tabel 6 dan 7)

Perlakuan Tipe eksplan

Apikal Aksilar

Z1 3,87 4,07

Z2 4,00 4,33

Z3 4,60 4,60

Z4 4,20 4,73

Z5 4,13 4,27

Z6 4,40 5,27

Z7 4,13 4,80

Z8 4,67 4,73

Z9 4,60 5,33

Z10 4,93 5,87

Z11 4,20 4,80

Z12 4,26 4,40

Z13 4,46 4,67

Z14 5,73 5,87

Z15 5,40 5,40

Z16 4,60 4,60

Z17 4,93 5,60

Z18 5,20 6,07

Z19 5,33 6,07

Z20 5,00 6,13

Z21 5,40 5,13

Z22 4,40 4,93

Z23 4,20 4,67

Z24 5,00 5,13

Z25 4,80 4,93

Rata-rata 4,66b 5,06a

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda pada rata-rata berarti berbeda

signifikan pada uji Duncan 5%

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa eksplan tunas aksilar menghasilkan jumlah daun terbanyak, yaitu 5,06 helai dan berbeda signifikan dengan eksplan tunas apikal yaitu 4,66 helai. Suryowinoto (1996) menyatakan, bahwa untuk meningkatkan jumlah daun dalam kultur jaringan sering diperlukan ZPT, karena akan mempengaruhi pertumbuhan termasuk pembelahan sel dan pembesaran sel, penambahan plasma dan diferensiasi sel untuk kemudian membentuk organ-organ

lain seperti tunas, akar daun dan lain-lain. Berdasarkan uji Duncan, konsentrasi NAA dan BAP tidak berpengaruh

signifikan terhadap jumlah daun. Namun demikian pada perlakuan Z19 (NAA 0,09 mg/l dan BAP 2,25 mg/l) menghasilkan jumlah daun tertinggi yaitu 5,73 helai pada tunas apikal, sedangkan pada tunas aksilar, Z20 (NAA 0,09 mg/l + BAP 4,5 mg/l) menghasilkan jumlah daun terbanyak yaitu 6,13 helai. BAP bila dikombinasikan

dengan auxin dapat menentukan arah diferensiasi tanaman dan morfologis dalam kultur. Nursyamsi dkk. (2007) menyatakan, bahwa penggunaan konsentrasi 2,5 ppm BAP sebagai komponen media merupakan konsentrasi optimum untuk perbanyakan tanaman Jati (Tectona grandis L.) secara kultur jaringan. Jumlah tunas 35 dan tinggi tunas 4,0 cm.

Page 12: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

197 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008

Jumlah daun umur 45 minggu setelah tanam (MST) tidak bertambah, baik

pada eksplan tunas apikal maupun tunas aksilar. Bahkan pada minggu ke-6 dan ke-7,

daun mulai mengalami kelayuan terus menerus hingga terjadi keguguran daun dan

tunas. Hal yang sama dialami oleh Mariska dkk. (1995), pada penelitian

perbanyakan mikro melinjo menggunakan BA 0,10,3 mg/l untuk ploriferasi tunas

dan kinetin 4,0 untuk pertumbuhan tunas mengalami masalah gugurnya daun dan

tunas. Yelnititis dkk. (2005) menyatakan, bahwa biakan meranti yang berumur 12

minggu mulai mengalami keguguran daun. Untuk menghindari terjadinya hal

tersebut, tunas dipindahkan ke media yang diberi L-glutamin dengan konsentrasi

2501000 mg/l. L-glutamin merupakan salah satu asam amino sumber nitrogen

yang dibutuhkan tanaman. Swamy dkk. (1992) menyatakan, bahwa L-glutamin

dapat mengurangi masalah pengguguran daun dan organ. Hasil yang sama dari

penelitian Yelnititis dkk. (2005) menunjukkan, bahwa penambahan L-glutamin 1000

mg/l pada media yang sudah mengandung BA dapat memperlambat gugurnya daun

dan organ, yang semula gugurnya daun dimulai pada minggu ke-7 menjadi minggu

ke-13 pada tanaman melinjo. Gardner dkk. (1991) menyatakan, bahwa pelayuan

daun umumnya terjadi karena tingginya kadar Cl di dalam media MS yang

digunakan sebagai media dasar. Peningkatan penyerapan Cl juga didorong karena

tingginya konsentrasi NH4+ pada medium. Adanya kandungan Ca yang tinggi lebih

meningkatkan ketegaran tunas, sehingga frekuensi kelayuan pada sub kultur dapat

dikurangi.

Persentase Pembentukan Kalus

Rata-rata persentase kalus yang terbentuk dari eksplan tunas apikal selama 5

minggu ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Persentase Kalus yang Terbentuk dari Eksplan Tunas Apikal dengan Berbagai

Perlakuan Konsentrasi ZPT selama 5 Minggu Setelah Tanam

Perlakuan Minggu setelah tanam

1 2 3 4 5

Z1 0 33 33 33 50

Z2 17 33 33 33 67

Z3 17 17 17 33 33

Z4 33 67 67 67 67

Z5 0 17 17 17 50

Z6 17 67 67 83 83

Z7 33 50 67 83 83

Z8 17 33 33 33 33

Z9 17 17 17 50 67

Z10 0 0 0 0 33

Z11 0 50 50 67 67

Z12 0 0 17 33 50

Z13 33 50 50 67 83

Z14 0 17 17 33 50

Z15 33 33 33 33 67

Z16 17 33 33 67 67

Z17 50 50 50 67 67

Page 13: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

Rahmawati dkk. (2008 ). Studi Perbanyakan Jatropha curcas 198

Tabel 9 (lanjutan)

Perlakuan Minggu setelah tanam

1 2 3 4 5

Z18 0 0 0 17 33

Z19 0 0 0 0 17

Z20 0 0 0 17 33

Z21 33 50 50 67 83

Z22 17 17 17 33 67

Z23 50 50 50 67 67

Z24 17 17 17 33 67

Z25 33 50 50 50 50

Pada Tabel 9 terlihat, bahwa pada tunas apikal, persentase kalus tertinggi

terdapat pada perlakuan Z6, Z7, Z13 dan Z21 masing-masing 83%, sedangkan

terendah terdapat pada perlakuan Z19 yaitu 17%. Hal ini menunjukkan, bahwa Z6,

Z7, Z13 dan Z21 berpengaruh paling baik terhadap terbentuknya kalus eksplan tunas

apikal.

Persentase kalus yang terbentuk dari eksplan tunas aksilar selama 5 minggu

ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Kalus yang Terbentuk dari Eksplan Tunas Aksilar dengan Berbagai

Perlakuan ZPTselama 5 Minggu Setelah Tanam

Konsentrasi Minggu setelah tanam

1 2 3 4 5

Z1 17 17 50 50 83

Z2 0 0 0 0 50

Z3 50 50 50 67 67

Z4 17 50 50 50 50

Z5 33 67 67 67 67

Z6 17 17 17 33 50

Z7 0 33 50 67 67

Z8 67 67 67 67 83

Z9 17 17 50 50 50

Z10 0 17 33 50 50

Z11 33 67 67 67 67

Z12 17 33 33 50 67

Z13 0 17 33 50 67

Z14 0 0 17 33 33

Z15 0 17 33 67 83

Z16 17 33 67 83 100

Z17 33 50 67 67 67

Z18 0 0 0 17 33

Z19 0 0 17 33 33

Z20 0 0 0 17 17

Z21 17 33 100 100 100

Z22 33 33 50 50 83

Z23 17 17 67 67 67

Z24 0 0 17 33 67

Z25 17 17 67 67 67

Page 14: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

199 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008

Pada Tabel 10 terlihat, bahwa persentase kalus tertinggi terdapat pada perlakuan

Z16 dan Z21 yaitu mencapai 100%, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan

Z20 yaitu 17%. Hal ini berarti Z16 dan Z21 mempunyai pengaruh yang paling baik

terhadap pembentukan kalus eksplan tunas aksilar.

Kalus adalah suatu kumpulan sel amorpous yang terjadi dari sel-sel jaringan

awal yang membelah diri secara terus menerus. Kalus pada umumnya terbentuk

pada bekas-bekas luka akibat serangan infeksi bakteri, gigitan atau tusukan serangga

dan nematoda. Kalus juga dapat terbentuk akibat stress. Dalam kultur in vitro kalus

dapat dihasilkan dari potongan organ yang telah steril dalam media yang

mengandung auxin atau sitokinin.

Berdasarkan persentase eksplan berkalus menunjukkan bahwa tipe eksplan

tunas aksilar menghasilkan pembentukan kalus terbanyak yaitu mencapai 100%

daripada eksplan tunas apikal yaitu 83%. Gamborg (1981) dalam Weter dan

Constabel (1991), menyatakan bahwa laju pembentukan kalus dari jaringan eksplan

yang ditempatkan pada agar hara sangat beragam, sumber eksplan seringkali sangat

menentukan. Perlakuan ZPT yang menghasilkan kalus dengan persentase terbanyak

yaitu terlihat pada perlakuan Z16 (NAA 0,09 mg/l) dan Z21 (NAA 1,8 mg/l), NAA

merupakan salah satu hormon auxin yang digunakan secara luas dalam kultur

jaringan untuk merangsang pembentukan kalus, suspensi sel dan organ (Anonim,

1994). Menurut Sriyanti dan Wijayani (1994), auxin yang diberikan bersama-sama

dengan sitokinan memberikan pengaruh terhadap diferensiasi jaringan. Pemberian

auxin dengan kadar yang relatif tinggi, diferensiasi kalus cenderung ke arah

pembentukan primodial akar, sedangkan pemberian sitokinin dengan kadar yang

relatif tinggi, diferensiasi kalus cenderung ke arah primodial tunas atau batang.

Pemberian hormon auxin dan sitokinin dalam kadar yang seimbang akan

membentuk kalus.

Panjang Tunas

Rata-rata panjang tunas dan analisis sidik ragam pengaruh tipe eksplan dengan

konsentrasi BAP dan NAA yang berbeda disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Panjang Tunas (cm) yang Terbentuk pada Eksplan Tunas Apikal dan Tunas

Aksilar dengan Berbagai Perlakuan

Perlakuan Tipe eksplan

Apikal Aksilar

Z1 0,5a 0,7a

Z2 0,7a 0,9a

Z3 0,7a 1,0a

Z4 0,7a 1,0a

Z5 0,6a 1,0a

Z6 0,9a 1,1a

Z7 0,7a 0,7a

Z8 0,9a 1,0a

Z9 1,0a 1,1a

Z10 1,0a 1,1a

Z11 0,7a 0,9a

Page 15: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

Rahmawati dkk. (2008 ). Studi Perbanyakan Jatropha curcas 200

Tabel 11 (lanjutan)

Perlakuan Tipe eksplan

Apikal Aksilar

Z12 1,0a 1,0a

Z13 0,7a 1,1a

Z14 1,0a 1,1a

Z15 1,0a 1,1a

Z16 0,9a 0,7a

Z17 0,9a 1,0a

Z18 1,0a 1,1a

Z19 1,1a 1,1a

Z20 1,0a 1,2a

Z21 0,4a 0,8a

Z22 1,0a 1,0a

Z23 1,0a 1,0a

Z24 0,8a 1,0a

Z25 1,0a 1,0a

Rata-rata 0,85b 0,99a

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang

sama berarti berbeda signifikan pada uji Duncan 5%

Rata-rata panjang tunas yang tertinggi pada tunas apikal terdapat pada

perlakuan Z19 yaitu 1,1 sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan Z1

sebesar 0,5. Pada tunas aksilar, panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan Z20

yaitu 1,2 cm dan terendah adalah perlakuan Z1 yaitu 0,7 cm. Hasil uji Duncan

menunjukkan, bahwa perlakuan terbaik diperoleh dari eksplan tunas aksilar sebesar

0,99 cm dan berbeda signifikan dengan eksplan tunas apikal yaitu 0,85 cm.

Analisis sidik ragam menunjukkan, bahwa perlakuan konsentrasi ZPT tidak

berpengaruh signifikan terhadap panjang tunas apikal. Sidik ragam menunjukkan

bahwa perlakuan tipe eksplan, konsentrasi BAP dan NAA serta interaksinya tidak

berpengaruh signifikan terhadap panjang tunas.

Rata-rata panjang tunas tertinggi diperoleh pada tipe eksplan tunas aksilar

sebesar 0,99 cm dan berbeda signifikan dengan tipe eksplan tunas apikal yaitu 0,85

cm. Konsentrasi BAP dan NAA serta interaksinya tidak berpengaruh signifikan

terhadap panjang tunas. Walaupun demikian berdasarkan rata-rata panjang tunas,

konsentrasi yang menghasilkan panjang tunas tertinggi pada penelitian ini yaitu pada

perlakuan Z20 (NAA 0,09 mg/l + BAP 4,5 mg/l) mencapai 1,2 cm.

Eko (2004) menyatakan, bahwa optimasi pembentukan tunas pada jenis

Santalum album pada media MS yang dikombinasi dengan NAA 0,1mg/l + BAP 5

mg/l terbaik untuk pembentukan tunas sedangkan, untuk pemanjangan tunas

dihasilkan MS dengan kombinasi NAA 0,1 mg/l + BAP 3 mg/l terbukti efektif pada

pemanjangan tunas.

Interaksi tidak berpengaruh signifikan pada penelitian ini diduga karena

pengaruh semua faktor perlakuan konsentrasi ZPT perbedaannya sangat kecil pada

setiap perlakuan tipe eksplan masing-masing faktor yang dicobakan.

Tipe eksplan yang berbeda bila berinteraksi dengan zat pengatur tumbuh

menghasilkan pengaruh/respon pertumbuhan yang berbeda-beda. Hal ini diduga

berkaitan dengan kemampuan jaringan atau organ yang dipakai untuk regenerasi

Page 16: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

201 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008

yang dijelaskan oleh Wetherell (1982), bahwa kemampuan suatu bagian tanaman

untuk dijadikan eksplan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu kemampuan beregenerasi,

tingkat fisiologi dan kesehatan dari tanaman itu sendiri. Tingkat fisiologi

berhubungan dengan totipotensi dan setiap sel mempunyai totipotensi yang berbeda-

beda. Menurut Pierik (1987), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan perkembangan dalam pembiakan kultur jaringan antara lain adalah genotipe,

umur tanaman, umur jaringan atau organ, kondisi media tanam dan ukuran eksplan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Waktu pembentukan tunas pada seluruh perlakuan dimulai pada minggu

pertama. Tipe eksplan tunas aksilar menghasilkan jumlah tunas terbanyak (1,80)

jumlah daun terbanyak (5,06) dan panjang tunas terpanjang 0,99 cm, daripada tipe

tunas apikal. Jadi eksplan tunas aksilar adalah bagian vegetatif jarak pagar yang

paling baik digunakan pada perbanyakan jarak pagar secara in vitro.

Konsentrasi NAA 0,09 ml dan BAP 2,25 ml (Z19) menghasilkan rata-rata

jumlah tunas (1,00), jumlah daun terbanyak (5,88 helai) dan panjang tunas

terpanjang (1,1 cm) pada tipe eksplan apikal, sedangkan pada tipe eksplan tunas

aksilar, konsentrasi zat pengatur tumbuh yang menghasilkan jumlah tunas tertinggi

(2,00) dan jumlah daun terbanyak (6,13) dan panjang tunas terpanjang (1,2 cm)

adalah Z20 (NAA 0,09 mg/l + BAP 4,5 mg/l). Berarti dalam hal ini konsentrasi

tersebut merupakan konsentrasi optimum untuk pengembangan jarak pagar secara in

vitro.

Z16 (NAA 0,09 mg/l) dan Z21 (NAA 1,8 mg/l) menghasilkan persentase

pembentukan kalus tertinggi, berarti perlakuan ini sangat cocok untuk

pengembangan pembentukkan kalus.

Saran

Untuk perbanyakan tanaman jarak pagar secara in vitro, sebaiknya

menggunakan eksplan yang berasal dari tunas aksilar.

Konsentrasi zat pengatur tumbuh yang sesuai untuk perbanyakkan jarak pagar

secara in vitro pada tunas apikal adalah konsentrasi NAA 0,09 mg/l + BAP 2,25

mg/l sedangkan pada tunas aksilar konsentrasi zat pengatur tumbuh yang optimal

adalah NAA 0,09 mg/l + BAP 4,5 mg/l.

Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai permasalahan pelayuan dan

pengguguran daun dengan memakai L-glutamin dengan konsentrasi 2501000

mg/l.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1994. Teknologi Kultur Jaringan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Depertemen Kehutanan, Jakarta. 60 h.

Eko, R.E. 2004. Optimasi Pembentukan Tunas Cendana (Santalum album) dengan Variasi

Zat Pengatur Tumbuh NAA dan BAP. Skripsi Fakultas Biologi Universitas Kristen

Duta Wacana.

Page 17: STUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK … fileSTUDI PERBANYAKAN JATROPHA CURCAS L. (JARAK PAGAR) DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN Rahmawati1, Sukartiningsih2 2dan Dwi Sutanto 1Fakultas

Rahmawati dkk. (2008 ). Studi Perbanyakan Jatropha curcas 202

Gardner, F.P.; R.B. Perace dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya

(Terjemahan Herawati) U.I. Press, Jakarta. 428 h.

Mariska, I; Yelnititis dan E. Gadi. 1995. Penekanan Permasalahan Menguning dan Gugurnya

Organ pada Pertunasan In Vitro Tanaman Melinjo. Prosiding Evaluasi Hasil Penelitian

Tanaman Industri. Puslitbangtri Bogor. h 5661.

Nursyamsi; Suhartati dan A. Gudus. 2007. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh pada

Perbanyakan Jati Muna Secara Kultur Jaringan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam IV (4): 385390.

Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publishers,

Boston.

Soejono, S. 1995. Perbanyakan Melati (Jasminum multiflorum dan J. sambae) dengan Stek

dan Zat Pengatur Tumbuh Asam Indol Butirat. Jurnal Hortikultura 5 (2): 249258.

Sriyanti dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. PT Kanisius, Yogyakarta.

Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Kanisus, Yogyakarta. 252 h.

Swamy, B.V.R; R. Himabindu and G.L. Sita. 1992. Propagation of Elite Rose Wood

(Dalbergia latifolia Roxb). Plant Cell Reports 11: 126131.

Wetherell, D.F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Koensoemardiyah

(Penterjemah). Fivery Publishing Group Inc., Wayne, New Jersey. 110 h.

Wetter, L.R. dan F. Constabel. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. Edisi Kedua. ITB,

Bandung. 191 h.

Wilkins, M.B. 1989. Fisiologi Tanaman (Terjemahan). PT Bina Aksara, Jakarta.

Yelnititis, T; E. Herawan; A. Sapulete; Setiawan dan E. Izudin. 2005. Perbanyakan Meranti

Secara In Vitro. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 2 (1): 174179.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan. Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. PT

Agromedia Pustaka, Jakarta. 105 h.