studi kelayakan pendirian bangsal napza
DESCRIPTION
Peningkatan kasus penyalahgunaan obat narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) semakin mengkhawatirkan sehingga makin diperlukan berbagai upaya untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan mendirikan bangsal khusus NAPZA di rumah sakit. Seberapa jauh kelayakan pendirian bangsal tersebut terutama dilihat dari aspek keuangannya?TRANSCRIPT
STUDI KELAYAKAN PROYEK PENDIRIAN BANGSAL NAPZA DI RSJ DAERAH SURAKARTA DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN*)Sutopo Patria Jati **) Puji Astuti***)
ABSTRAK
Kota Surakarta merupakan fokus strategis jalur lalulintas tiga propinsi ( Jawa Tengah. DI Yogyakarta. Jawa Timur ) dengan demikian tanpa disadari kota Surakarta dan sekitarnya menjadi daerah perdagangan narkoba terbesar di Jawa Tengah. bahkan termasuk lima kota besar di Indonesia. Di wilayah Surakarta dari tahun 1998 s/d April 2002 kasus NAPZA (Narkotika. Psikotropika dan Zat Adiktif lain) termasuk didalam 8 besar tindak pidana yang menonjol. Selama ini di Rumah Sakit “X” Surakarta perawatan pasien ketergantungan NAPZA masih disatukan dengan pasien jiwa yang lain dan pada tahun 2003/2004 akan membangun bangsal khusus NAPZA dengan investasi sebesar Rp. 256.121.195.-.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kealyakan proyek pembangunan bangsal khusus NAPZA di RS “X” khususnya aspek keuangan.. Jenis penelitian ini observasional menggunakan metode analisis profitabilitas keuangan / investasi proyek dengan teknik undiscounted dan discounted criteria.Hasil analisis didapatkan nilai payback period adalah 5 tahun 18 hari; Net Present Value = Rp 78.205.791.2.- dengan Internal Rate of Return 18.673% lebih besar dari target rate 14% serta Profitability Index = 1.22 ( > 1) sehingga proyek ini dapat diangap layak. Agar tidak salah menafsirkan hasil studi kelayakan dari pembangunan bangsal khusus NAPZA ini sebaiknya pihak manajemen RS melengkapi analsisinya dengan kelayakam dari aspek pasar dan pemasaran serta aspek manajemen.
Kata kunci : Aspek Keuangan Studi Kelayakan , Proyek Bangsal khusus NAPZA
PENDAHULUAN
Salah satu dampak negatif modernisasi dewasa ini adalah semakin
meningkatnya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika yang
meresahkan. bukan hanya di Indonesia tetapi juga negara-negara di dunia. Akibat dan
dampak penyalahgunaan narkotika. psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA). selain
merusak diri korban sendiri. menggoncangkan pula kehidupan keluarga dan
masyarakat serta merusak nilai-nilai sosial budaya. Tingkat penyalahgunaan narkotika
dan zat adiktif lainnya di Indonesia dewasa ini belum separah di negara barat. namun
*) Dimuat dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP. Vol 2 Tahun 2006*) Staf Pengajar Bagian AKK FKM UNDIP***) Staf RSJ Daerah Surakarta
1
pengalaman dibeberapa negara tetangga menunjukkan bahwa hanya dalam kurun
waktu beberapa tahun saja terjadi peningkatan angka penyalahgunaan yang cukup
dramatis dan menjadi masalah nasional yang mengkhawatirkan. Belajar dari
pengalaman dan mengingat kondisi sosial-ekonomi dan posisi geografis Indonesia
yang cukup rawan. maka upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan
narkotika di Indonesia perlu sejak dini ditingkatkan
Di Jawa Tengah permasalahan NAPZA pada saat ini bukan hanya dijadikan
tempat transit peredaran gelap. tetapi sudah dijadikan daerah pemasaran beberapa
jenis NAPZA. dimana sasarannya bukan hanya kota-kota besar. tetapi sudah
merambah ke kota-kota kecil di seluruh Jawa Tengah .Jumlah kejahatan NAPZA
sejajaran Jawa tengah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Jumlah Kejahatan NAPZA Sejajaran Polda Jateng Tahun 1999- 2002
NO TAHUN JENIS OBAT YANG DIPAKAI JUMLAH KASUS
1 1999 Narkotika
Psikotropika
Obat keras
Minuman keras
72
7
27
-
2 2000 Narkotika
Psikotropika
Obat keras
Minuman keras
48
52
-
11
3 2001 Narkotika
Psikotropika
Obat keras
Minuman keras
87
98
2
-
4 2002 Narkotika
Psikotropika
Obat keras
Minuman keras
67
77
12
8
Sumber: Makalah Penyuluhan Hukum Bahaya Narkoba Bagi Generasi Muda (LIKH Jateng & BKND Jateng) tahun 2002.
2
Untuk di wilayah Surakarta kasus NAPZA termasuk didalam 8 besar tindak
pidana yang menonjol. Jumlah kasus NAPZA dari tahun 1998 s/d April 2002 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Data Kasus NAPZA Wilayah Surakarta dan Pasien NAPZA di RS “X” Tahun 1998 –April 2002.
NO TAHUN JUMLAH KASUS JUMLAH PASIEN
2 1999 29 6 orang
3 2000 60 8 orang
4 2001 53 11 orang
5 2002 64 9 orang
Sumber: Kepolisian Negara Indonesia Daerah Jawa Tengah Wilayah Surakarta
& Catatan Medik RS “X”. 2003
Penyalahgunaan narkotika. psikotropika dan zat adiktif lain. mengakibatkan
gangguan kesehatan. baik fisik maupun mental dan sosial yang bersifat kompleks
yang memerlukan perawatan dan pengobatan. Pengaruh negatif terhadap fungsi fisik
dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan tubuh bahkan kematian akibat
intoksikasi. Akibat negatif terhadap fungsi mental antara lain berupa gangguan
persepsi. daya pikir. kreasi dan emosi yang dapat merubah perilaku. Zat adiktif
menimbulkan toleransi. adiktif atau ketergantungan ( fisik atau mental ) yang
menimbulkan gejala abstinensia. yang akhirnya menimbulkan “ handicap” atau
ketidakmampuan untuk hidup secara wajar. Oleh karena itu setiap korban
penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lain mutlak memerlukan pertolongan
pengobatan dan rehabilitasi.
Selama ini pengobatan dan rehabilitasi bagi korban NAPZA di RS “X” masih
dicampur dengan penderita ganngguan jiwa lain sehingga cenderung kurang
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pasien NAPZA maupun keluarganya.
Disisi lain dalam rangka mengantisipasi tren penyalahgunaan NAPZA yang makin
3
meningkat terutama di sekitar wilayah Surakarta serta memberikan pelayanan
keperawatan yang lebih intensif dan komprehensif untuk kenyamanan dan keamanan
bagi korban NAPZA yang akan dirawat maka pada saat ini sudah akan dibangun
bangsal khusus NAPZA di RS “X”.
Pembangunan bangsal khusus NAPZA ini membutuhkan investasi yang relatif
besar dan bersumber dari alokasi dari APBN sebesar Rp. 256.121.195.-. agar proyek
ini di masa depan tidak menimbulkan kerugian serta dapat mencapai hasil seperti
yang ditargetkan maka harus dibuat studi kelayakan proyek secara lengkap dan
obyektif. Investasi merupakan pengeluaran untuk mengadakan barang modal pada
saat sekarang dengan tujuan menghasilkan keluaran barang atau jasa agar dapat
diperolah manfaat yang lebih besar di masa yang akan dating. Oleh karena itu suatu
investasi akan menghadapi paling tidak dua risiko yaitu : (1) Risiko nilai riil dari uang
yang akan diterima dimasa mendatang; dan (2) Risiko mengenai ketidakpastian
penerimaan seperti yang diperkirakan di masa mendatang. ( Murdifin Haming. 2003).
Setiap proyek pasti melalui enam tahapan . sebagai mana dapat dilihat dalam
gambar 1. berikut ini : ( Clive Gray. 1992)
1. Tahap pertama: Identifikasi.; yaitu tahap menentukan calon-calon proyek yang
perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan.
2. Tahap kedua: Formulasi/persiapan; Melakukan prastudi kelayakan dengan
meneliti sejauh mana calon-calon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut
aspek teknis. institusional. sosial dan eksternalitas. Setelah mempertimbangkan
aspek-aspek tersebut barulah disusun studi kelayakan proyek.
3. Tahap ketiga: Analisis.; Melakukan appraisal atau evaluasi terhadap laporan-
laporan studi kelayakan yang ada untuk memilih yang terbaik diantara berbagai
alternatif proyek yang ada berdasarkan suatu ukuran tertentu.
4
4. Tahap keempat: Implementasi.; Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final design-nya.
5. Tahap kelima: Operasi.; Mempertimbangkan metode-metode pembuatan laporan
atas pelaksanaan operasinya.
6. Tahap keenam: Evaluasi; Dibandingkan antara apa yang direncanakan dengan
hasil yang dicapai..
Menurut Hussein Umar (1999) aspek studi kelayakan proyek/investasi terdiri
atas enam aspek. yaitu: (1) Aspek Teknis; (2) Aspek Pasar dan Pemasaran ; (3)
Aspek Yuridis; (4) Aspek Manajemen; (5) Aspek Lingkungan dan (6) Aspek
Finansial. Besarnya dana yang dibutuhkan tergantung pada jenis proyek dan skala
proyek. sedangkan jika dihubungkan dengan jenis penggunaan dana maka dapat
dibedakan atas (a) dana investasi awal; dan (b) dana modal kerja . Atas dasar itu maka
sebuah proyek paling tidak memerlukan dua macam pengeluaran : (a) capital
expenditure untuk initial investment ; dan (b) operating or revenue expenditure untuk
working capital . ( Salim Basalamah. 2003).
Penilaian aspek keuangan proyek meliputi penilaian terhadap financial estimate
dan financial safety of margin. Evaluasi kemampuan proyek menghasilkan
keuntungan. merupakan salah satu tugas penting bagi team studi kelayakan. Evaluasi
ini dapat dilakukan dengan dua macam metode. yaitu metode konvensional
(undiscounted cash flow) dan metode discounted cash flow. Perbedaan kedua metode
ini terletak pada perhatiannya terhadap nilai waktu uang (the time value of money).
Metode konvensional tidak memperhatikan nilai waktu uang. sedang metode
discuonted cash flow memperhatikannya.( Murdifing Haming. 2003)
Metode undiscounted cash flow antara lain : (1) Average rate of return (ARR)
menurut tolok ukur ini. provitibilitas proyek dapat dihitung dengan membagi jumlah
5
rata-rata keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek dengan jumlah
rata-rata investasi dana. dikalikan 100%; dan (2) Payback period (PP) adalah waktu
yang diperlukan proyek untuk menghimpun dana intern (internal generating funds
atau net cash flow) guna mengembalikan jumlah dana yang telah diinvestasikan
dalam proyek. Metode discounted cash flow terdiri atas : (1) Net present value (NPV)
yaitu selisih antara nilai saat ini (present value) seluruh net cash flow tahunan yang
akan diterima investor selama umur ekonomis proyek. dan nilai (anggaran) investasi
proyek.; (2) Internal rate of return (IRR) adalah cara mengevaluasi provitibilitas
rencana investasi proyek yang mempergunakan nilai waktu uang. IRR adalah discount
rate yang apabila dipergunakan untuk mendiskonto seluruh net cash flows dan
salvage value. akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan jumlah
investasi proyek.; dan (3) Profitabilty Index (PI) dengan jalan membandingkan
seluruh jumlah seluruh present value net cash flows dan salvage value dengan nilai
investasi proyek. (Husein Umar, 1999)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi pembiayaan proyek bangsal NAPZA.
Identifikasi pembiayaan proyek bangsal NAPZA dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok pembiayaan:
a. Biaya Investasi Awal
Tabel.3. Rencana Anggaran Bangunan Gedung & Peralatn Bangsal NAPZA Di RS “X” Tahun 2003.
NO JENIS PEMBIAYAAN BIAYA (Rp)1 Bangunan Gedung 256.121.0002 Biaya Peralatan 93.484.000
Jumlah 349.605.000Sumber: Bagian PPL RS “X”.
b. Biaya operasional. terdiri dari:
Insentif dan Honor Pegawai.
6
Dasar penghitungan insetif dan honor pegawai disesuaikan dengan
Peraturan Daerah di Kota Surakarta tahun 2003 sebagai berikut :
Tabel. 5. Biaya Insentif dan Honor Pegawai di Bangsal NAPZA RS “X” Tahun 2003.
No Jasa Layanan VolumePekerjaan
JasaPelayanan (Rp)
1 Psikiater Per pasien/hari 5.0002 Psikolog Per pasien/hari 3.9003 Perawat Per pasien/hari 15.5004 Administrasi Per pasien/hari 5005 Tutor Per datang 50.000-100.0006 Rohaniawan Per datang 50.000
Sumber: Retribusi Tarif Pelayanan RS “X” Tahun Anggaran 2002/2003.
Bahan Habis Pakai ( Pemeriksaan Laboratorium).
Penentuan tarif pemeriksaan laboratorium juga berdasarkan Peraturan
Daerah di Kota Surakarta tahun 2003 sebagai berikut:
Tabel 6 Anggaran Untuk Biaya Pemeriksaan Laboratorium Pasien NAPZA di RS “X” Tahun 2003.
No JENIS PEMERIKSAAN BIAYA(Rp)
1 Darah rutin (HB. Leukocyt, BBS, Diff.count) 15.0002 Kimia rutin (SGOT,SGPT) 15.0003 Tes NAPZA (AMP tes, THC tes, MOP tes, COC tes) 19.000
Jumlah = 49.000
Sumber: Bagian Keuangan RS “X”.
Biaya Listrik. dapat dicari dengan menghitung beban yang dipakai untuk
keperluan listrik di bangsal NAPZA dalam KWH dikalikan dengan tarif
dari PLN tahun 2003. Dari penghitungan tersebut diperkirakan biaya per
bulannya adalah sebesar Rp 400.000.00.
Tabel 7. Kebutuhan Listrik Di Bangsal NAPZA
No NAMA ALAT JUMLAH DAYA
7
(buah) (Watt)
1 Lampu ruangan/ K mandi 25@20 watt 5002 Kulkas 3 @ 300 watt 9003 AC 3 @ 300 Watt 9004 TV 1 2505 Kipas angin 7 @ 15 watt 105
JUMLAH 2655 Sumber: Data Primer 2003.
Biaya Air. untuk menghitung kebutuhan air dengan menggunakan standar
dari Depkes. bahwa kebutuhan air adalah sebesar 30 – 60 l/o/h. Sehingga
kebutuhan air di bangsal NAPZA dapat diperkirakan sesuai jumlah pegawai
dan pasien yang rawat inap. Kemudian dikalikan dengan tarif yang berlaku
dari PDAM Kota Surakarta. Dari penghitungan tersebut besarnya biaya
diperkirakan sebesar Rp 300.000,- per bulan.
Biaya Alat Tulis Kantor. yaitu biaya untuk membeli alat tulis yang
dipergunakan di bangsal NAPZA. terdiri dari:
Tabel.8. Daftar Kebutuhan ATK dalam Satu Bulan di Bangsal NAPZA
No Nama Jumlah (buah) Harga (Rp)
1 Buku agenda (folio) 2 19.8002 Buku tulis skrip 2 5.0003 Spidol besar 1 11.0004 Spidolkecil 2 1.2005 Lem 1 1.6506 Tip-ex 1 5.5007 Status pasien 10 45.0008 Buku agenda kecil 2 13.0009 Kertas resep 4 275.000
JUMLAH 377.500 Sumber: Acuan Harga berdasar Buku Standarisasi Harga Pengadaan Barang
Kebutuhan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003.
Biaya Makan Pasien
Tarif untuk biaya makan per pasien ditentukan oleh keptutusan
Direktur RSJD Surakarta tahun 2003 dengan perincian sebagai berikut:
Tabel .9. Biaya Makan Satu Pasien Dalam Sehari di Bangsal NAPZA RS “X” Tahun 2003.
8
No KEGIATAN BIAYA (Rp)
1 Makan pagi 4.0002 Makan selingan I 7503 Makan siang 5.0004 Makan selingan II 3.7505 Makan sore 4.250
Jumlah 17.750
Sumber: Instalasi Gizi RS “X”.
Biaya Pemeliharaan (maintenance cost). meliputi:
1) Pemeliharaan gedung .estimasi biaya untuk pengecatan adalah sebesar
Rp 4.400.000.00. Selain itu setiap dua tahun sekali dilakukan perbaikan
atap yang rusak. Untuk ini diberikan alokasi dana sebesar Rp
15.000.000.00.
2) Pemeliharaan alat. yaitu dengan melakukan kalibrasi secara periodik alat
alat kesehatan dilakukan oleh teknisi elektro medik setiap tiga tahun
sekali. dengan biaya Rp.750.000.00.
3) Pemeliharaan kebersihan. Untuk kebersihan diluar ruangan/halaman
dilakukan oleh petugas cleaning servis dengan honor Rp.200.000.00 tiap
bulan.
2. Identifikasi Penerimaan (Revenue).
Identifikasi yang meliputi penerimaan-penerimaan dapat diperoleh dari
pelayanan di bangsal NAPZA dengan suatu estimasi. berdasarkan dari hasil bench
marking yang dilakukan di RSJ Bogor pada tanggal 19 april 2003 yang kemudian
dipadukan dengan tarif-tarif di RS “X” yang sudah ada.. Untuk tarif RS “X”
terdiri dari tarif loket pendaftaran dan tarif pemeriksaan laboratorium. Sedangkan
tarif yang berasal dari RSJP Bogor adalah tarif rawat inap di detoxifikasi dan tarif
rawat inap di rehabilitasi.
Proses pasien yang rawat inap di bangsal NAPZA adalah sebagai berikut:
9
a. Pasien yang akan masuk dibangsal NAPZA terlebih dulu harus melalui loket
pendaftaran.. Penerimaan yang dapat diperoleh dari pasien pada tahap ini
adalah tarif pendaftaran sebesar Rp.11.500.00 untuk pasien baru dan
Rp.3.500.00 untuk pasien lama.
b. Pasien kemudian mendapat penanganan yang pertama yaitu di ruang
detoxifikasi. Pemeriksaan laboratorium juga dilakukan pada saat ini. yaitu
pemeriksaan darah rutin dengan tarif Rp.35.000.00. pemeriksaan kimia rutin
dengan tarif Rp.22.000.00. pemeriksaan tes NAPZA dengan tarif
Rp.85.000.00. Jadi total tarif untuk pemeriksaan laboratorium adalah Rp
142.000.00. Penerimaan yang lain pada tahap ini adalah biaya rawat inap
sebesar Rp.150.000.00 per har. dengan lama perawatan di ruang detoxifikasi
ini kurang lebih satu minggu.
c. Setelah dari ruang detoxifikasi pasien dipindahkan di ruang rehabilitasi. Tarif
untuk rawat inap di ruang rehabilitasi adalah Rp. 76.750.00 per hari. Sedang
lama perawatan minimal 6 bulan. Setiap 3 bulan pasien biasanya menengok
pulang ke rumah dan pada saat masuk/datang pasien diwajibkan untuk
melakukan tes laborat lagi.
Jadi. jumlah uang yang dibutuhkan untuk perawatan pasien yang rawat
inap di bangsal NAPZA RS “X” dari loket pendaftaran sampai rehabilitasi selama
6 bulan adalah :
Loket pendaftaran Rp 11.500.00
Pemeriksaan Laborat ( 3xRp 142.000) Rp 426.000.00
Detoxifikasi (7 x Rp 150.000.00) Rp 1.050.000.00
Rehabilitasi (6 bl x Rp 76.750.00) Rp 13.815.000.00
Jumlah Rp 15.302.500.00
10
Selain penerimaan tersebut. biaya penyusutan dari aktiva tetap di bangsal
NAPZA juga termasuk kedalam pos penerimaan.. Besarnya biaya penyusutan
aktiva tetap yang ada di bangsal NAPZA dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel.10. Biaya Penyusutan Aktifa Tetap di Bangsal NAPZA RS “X”.
No Aktifa Tetap HargaPerolehan
( Rp )
UmurEkonomis
(tahun)
NilaiSisa(Rp)
BiayaPenyusutan
(Rp)
1 Gedung 256.121.000 20 10.000.000 12.306.1002 AC 6.000.000 5 750.000 1.050.0003 Kulkas 2.250.000 5 500.000 320.0004 TV 2.164.000 5 500.000 332.8005 Kipas angin 306.000 3 50.000 85.0006 Mejakursi makan 750.000 4 100.000 162.5007 Almari kayu 1.771.000 4 500.000 317.7508 Meja ½ biro 977.000 4 150.000 206.7509 Meja kursi tamu 2.587.000 4 750.000 646.50010 Tensi meter 1.000.000 5 200.000 160.00011 Tabung oksigen 3.000.000 5 500.000 500.000
Jumlah = 24.893.100
Sumber: Data Primer 2003.
3. Estimasi Penerimaan dan Pengeluaran.
Dalam melakukan evaluasi tersebut maka harus didapatkan taksiran aliran kas
proyek.. Dari hasil bench marking di RSJ Bogor. pada tahun pertama operasional
bangsal NAPZA Bed Occupation Ratio (BOR) mencapai 65% dari total 30
tempat tidur yang tersedia sudah dapat terisi (sekitar 20 pasien). Pada tahun
berikutnya meningkat menjadi 75% bahkan memasuki tahun ke tiga kapasitas
tempat tidurnya ditambah menjadi dua bangsal (putra dan putrid). Pola
pengalaman di RSJ Bogor ini akan dijadikan suatu acuan untuk membuat suatu
estimasi dalam menentukan biaya maupun penerimaan Bangsal NAPZA di RS
“X”.
Berikut ini asumsi pengeluaran dan pendapatan di bangsal NAPZA selama
tiga tahun:
11
Tabel.11.Asumsi Pengeluaran Bangsal NAPZA Dalam Tiga Tahun Berdasarkan Bench marking BOR RSJ Bogor Tahun 2003
Item Pengeluaran Tahun I: BOR 65%(Rp)
Tahun II: BOR 75% (Rp)
Tahun III: BOR100% (Rp)
1 Biaya operasional a. Insentif pegawai 44.820.000 53.784.000 71.712.000
b. Pemeriksaan laborat 980.000 1.176.000 1.568.000
c. Biaya listrik 4.800.000 4.800.000 4.800.000
d. Biaya air 3.600.000 3.600.000 3.600.000
e. Biaya ATK 4.530.000 4.530.000 4.530.000
f. Biaya makan pasien 31.950.000 38.340.000 51.120.000
g. Honor Tutor 27.000.000 27.000.000 27.000.000
h. Honor penceramah agama 4.800.000 4.800.000 4.800.000
2 Biaya pemeliharaan
a. Pemeliharaan gedung ( atap. cat) 19.400.000 19.400.000 4.400.000
b. Pemeliharaan alat 750.000 - 750.000
c. Kebersihan 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Jumlah 130.480.000 161.780.000 177.130.000
Sumber: Data primer 2003.
Dari asumsi pembiayaan yang telah dibuat selama tiga tahun pertama maka
perkiraan tahun-tahun berikutnya dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
trend linear seperti dalam tabel sebagai berikut:
Tabel.12. Rata-rata Biaya Operasional & Maintenance(O & M )
Thn Ke- Biaya O & M(Rp) Kenaikan(Rp) Kenaikan/Th
1 130.480.000 2 161.780.000 31.300.000 0.1934726173 177.130.000 15.350.000 0.086659516
Jumlah = 0.280132133Rata-rata = 0.140066066
Sumber: Data Primer 2003.
Dengan memperhatikan tingkat perkembangan pembiayaan baik operasional
maupun maintenance pada tiga tahun tersebut. maka perkiraan rata-rata kenaikan
biaya pertahunnya adalah sebesar 0.1440066 atau 14.0066% dari biaya tahun
sebelumnya. Dengan diketahuinya tingkat kenaikan biaya tersebut maka biaya
untuk tahun-tahun yang akan datang dapat dihitung sebagai berikut:
12
Tabel.13. Penghitungan Biaya Operasional & Maintenance
Tahun Ke Biaya Sebelumnya (Rp) Kenaikan (Rp) Biaya O & M (Rp)
4 177.130.000 24.808.827 201.938.827
5 201.938.827 28.283.552 230.222.379
6 230.222.379 32.244.946 262.467.325
7 262.467.325 36.761.173 299.228.498
8 299.228.498 41.909.943 341.138.441
9 341.138.441 47.779.850 388.918.291
10 388.918.291 54.471.895 443.390.186Sumber: Data Primer 2003.
Perkiraan penerimaan dalam tiga tahun pertama juga menggunakan dasar
perkalian dari nilai tarif di tiap jenis pelayanan dan estimasi BOR serta trend
kenaikan yang mengacu pada trend dari pengeluaran dalam tiga tahun pertama
(14.0066%), hasil lengkap seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel.14. Penghitungan Jumlah Penerimaan Bangsal NAPZA Selama Tiga Tahun Pertama.
No Pos Penerimaan Tahun I (Rp)
Tahun II (Rp)
Tahun III (Rp)
1 Loket pendaftaran: 2 (5 x @Rp11.500) 115.000 138.000 184.0002 Detoksifikasi
a. Kamar: 2 (5x 7hr x @Rp150.000) 10.500.000 12.600.000 16.800.000b. Pemeriksaan laborat: 4 (5x @Rp142.000) 2.840.000 3.408.000 4.544.000
3 Rehabilitasi: 2 (5x 6bl x @Rp76.750) 132.777.500 159.333.000 212.444.000
Jumlah = 146.232.500 175.479.000 233.972.000Sumber: Data primer 2003
Selanjutnya untuk menentukan trend penerimaan dari sisa umur ekonomis
proyek menggunakan metode least square. yaitu terlebih dahulu harus membuat
perhitungan trend penerimaan dari asumsi penerimaan yang telah ada. Caranya
adalah sebagai berikut:
Tabel.15. Persiapan Perhitungan Trend Penerimaan.
TahunKe-
Penerimaan (Y)(Rp) X XY X2
1 146.232.500 -1 -146.232.500 1
13
2 175.479.000 0 0 03 233.972.000 1 233.972.000 1
555.683.500 87.739.500 2Sumber: Data Primer 2003.
Metode least square:
a = ∑Y = 555.683.500 = 185.227.833 N 3
b = ∑ XY = 87.739.500 = 43.869.750 X2 2
Y = a + bx
Dari persamaan di atas maka dapat disusun perkiraan trend penerimaan sampai
tahun ke sepuluh. adalah sebagai berikut:
Tabel.16. Penghitungan Trend Penerimaan.
TahunKe- a b X bX Y
4 185.227.833 43.869.750 2 87.739.500 272.967.3335 185.227.833 43.869.750 3 131.609.250 316.837.0836 185.227.833 43.869.750 4 175.479.000 360.706.8337 185.227.833 43.869.750 5 219.348.750 404.576.5838 185.227.833 43.869.750 6 263.218.500 448.446.3339 185.227.833 43.869.750 7 307.088.250 492.316.08310 185.227.833 43.869.750 8 350.958.000 536.185.833
Sumber: Data Primer 2003.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penerimaan selama sepuluh tahun
pertama selalu mengalami kenaikan yang cukup baik. Dari data-data diatas maka
di sini dapat disajikan perkiraan rugi laba dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel.17. Estimasi Rugi Laga.
ThnKe-
Penerimaan(Rp)
Biaya (O&M)(Rp)
EBT(Rp)
PPH (10%)(Rp)
EAT(Rp)
1 146.232.500 130.480.000 15.752.500 1.575.250.0 14.177.250.0
14
2 175.479.000 161.780.000 13.699.000 1.369.900.0 12.329..100.0 3 233.972.000 177.130.000 56.842.000 5.684.200.0 51.157.800.0 4 272.967.333 201.938.827 71.028.506 7.102.850.6 63.925.655.4 5 316.837.083 230.222.379 866.14.704 8.661.470.4 77.953.233.6 6 360.706.833 262.467.325 98.239.508 9.823.950.8 88.415.557.2 7 404.576.583 299.228.498 105.348.085 10.534.808.5 94.813.276.5 8 448.446.333 341.138.441 107.307.892 10.730.789.2 96.577.102.8 9 492.316.083 388.918.291 103.397.792 10.339.779.2 93.058.012.8 10 536.185.833 443.390.186 92.795.647 9.279.564.7 83.516.082.3
Sumber: Data Primer 2003
Dari tabel rugi laba di atas maka dapat disusun pola cash flow sebagai cara
untuk menghitung proceed setiap tahunnya sebagai hasil dari investasi proyek
bangsal NAPZA tersebut. yaitu:
Tabel.18. Pola Cash Flow Selama Umur Ekonomis Proyek
Th ke- EAT (Rp) Depresiasi (Rp) Nilai Sisa (Rp) Proceed (Rp)
1 14.177.250.0 24.893.100 0 39.070.350.02 12.329.100.0 24.893.100 0 37.222.200.03 51.157.800.0 24.893.100 0 76.050.900.04 63.925.655.4 24.893.100 0 88.818.755.45 77.953.233.6 24.893.100 0 102.846.333.66 88.415.557.2 24.893.100 0 113.308.657.27 94.813.276.5 24.893.100 0 119.706.376.58 96.577.102.8 24.893.100 0 121.470.202.89 93.058.012.8 24.893.100 0 117.951.112/8
10 83.516.082.3 24.893.100 23.700.000 108.409.182.3Sumber : Data Primer 2003.
4. Evaluasi Profitibilitas Proyek Bangsal NAPZA
Untuk mengevaluasi profitibilitas proyek bangsal NAPZA ini. metode yang
akan digunakan ada 4 macam,yaitu : payback period. net present value. internal
rate of return dan profitibilitas index. Adapun informasi dasar yang diperlukan
untuk melakukan penghitungan tersebut adalah net cesh flow yang antara lain dapat
diketahui laba sesudah pajak. nilai depresiasi dan nilai sisa ( selanjutnya dapat
disebut proceed )
Setelah didapatkan angka-angka tersebut maka penghitungan dapat dilakukan
sebagai berikut:
15
a) Metode payback period ( PP ).
Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali.
Karena itu satuan hasilnya bukan persentase. tetapi satuan waktu (bulan. tahun
dan sebagainya). Karena model ini mengukur seberapa cepat suatu investasi
bisa kembali. maka dasar yang dipergunakan adalah aliran kas (cash flow).
Tabel.19. Penghitungan Payback Periode
Th ke- Proceed (Rp) Proceed Kumulatif (Rp)
1 39.070.350.0 39.070.350.02 37.222.200.0 76.292.550.03 76.050.900.0 152.343.450.04 88.818.755.4 241.162.205.45 102.846.333.6 344.008.539.06 113.308.657.2 457.317.196.27 119.706.376.5 577.023.572.78 121.470.202.8 698.493.775.59 117.951.112.8 816.444.888.310 108.409.182.3 924.854.070.6
Sumber: Data Primer 2003.
Investasi = 349.605.000Proceed th-5 = 344.008.539 (-)
Investasi yang belum tertutup = 5.596.461
Prooced th-6 = 113.308.657.2
Maka waktu payback period adalah:
= 5 tahun + 5.596.461 x 360 hari 113308657.2
= 5 tahun 18 hari.
Hasil penghitungan pay back periode 5 tahun 18 hari. berarti dalam
waktu 5 tahun 18 hari proyek bangsal NAPZA mampu mengembalikan jumlah
dana investasi awal. Periode ini lebih pendek dari umur ekonomis proyek yang
ditentukan yaitu 10 tahun. sehingga dapat disimpulkan bahwa proyek Go atau
layak untuk dilaksanakan.
16
b) Metode Net Present Value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan
nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.
Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu
tingkat bunga yang dianggap relevan. Pada penghitungan ini tingkat bunga
yang dipakai adalah 14% (diambil dari rata-rata tingkat bunga bank).
Tabel.20. Perhitungan Net Present Value
Th ke- Proceed (Rp) DF 14% Present Value (Rp)
1 39.070.350.0 0.8772 34.272.511.022 37.222.200.0 0.7695 28.642.482.903 76.050.900.0 0.6750 51.334.357.504 88.818.755.4 0.5921 52.589.585.075 102.846.333.6 0.5194 53.418.385.676 113.308.657.2 0.4556 51.623.424.227 119.706.376.5 0.3996 47.834.668.058 121.470.202.8 0.3506 42.587.453.109 117.951.112.8 0.3075 36.269.967.1910 108.409.182.3 0.2697 29.237.956.47
Jumlah 427.810.791.20Sumber: Data Primer 2003.
Total PV of proceed = Rp 427.810.791.2Investasi Awal (Io) = Rp 349.605.000.0 (-)
NPV = Rp 78.205.791.2
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan nilai sekarang
penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar dari pada nilai
sekarang investasi atau dapat dikatakan NPV proyek bangsal NAPZA positif.
Ditinjau dari segi profitibilitas proyek. bangsal NAPZA yang direncanakan
akan dibangun ini dianggap layak.
c) Metode Internal rate of return (IRR).
Langkah-langkah yang diambil dalam penghitungan ini juga sama
dengan penghitungan pada NPV dengan menggunakan 2 tingkat bunga yaitu
12% dan 16%. Metode ini dicari dengan cara membandingkan seluruh present
17
value proceed dan nilai sisa dengan nilai investasi bangsal NAPZA.
Perhitungannya sebagai berikut:
Tabel.21. Penghitungan Internal rate of return.
Th ke- Proceed DF 12% PV1 DF 16% PV2
1 39.070.350.0 0.8929 34.885.915.52 0.8333 32.557.322.662 37.222.200.0 0.7972 29.673.537.84 0.6944 25.847.095.683 76.050.900.0 0.7118 54.133.030.62 0.5787 44.010.655.834 88.818.755.4 0.6355 56.444.319.06 0.4822 42.828.403.855 102.846.333.6 0.5674 58.355.009.68 0.4018 41.323.656.846 113.308.657.2 0.5066 57.402.165.74 0.3349 37.947.069.307 119.706.376.5 0.4523 54.143.194.09 0.279 33.398.079.048 121.470.202.8 0.4039 49.061.814.91 0.2325 28.241.822.159 117.951.112.8 0.3605 42.521.376.16 0.1938 22.858.925.6610 108.409.182.3 0.3220 34.907.756.70 0.1615 17.508.082.94
Jumlah = 471.528.120.30 326.521.114.00
Sumber: Data Primer 2003 ∑ PV1 = Rp 471.528.120.3Investasi (Io) = Rp 349.605.000.0
NPV1 = Rp 121.923.120.3
∑ PV2 = Rp 326.521.114.0Investasi (Io) = Rp 349.605.000,0NPV2 = Rp(-)23.083.886.0
Penghitungan IRR adalah:
IRR = i.1 + NPV1 ( i.2 - i.1) ( NPV1-NPV2)
IRR = 12% + 121.923.120.3 ( 20% – 12%) (121.923.120.3 + 23.083.886.0)
= 18.673%
Jadi nilai IRR proyek bangsal NAPZA lebih besar dari tingkat bunga
yang disyaratkan. yaitu 18.673% lebih besar dari 14%. Maka dapat dikatakan
bahwa proyek ini menguntungkan sehingga layak untuk dilaksanakan.
18
d) Metode Profitability index (PI).
Metode ini dicari dengan jalan membandingkan jumlah seluruh present
value proceed dengan nilai investasi bangsal NAPZA. Penghitungannya
adalah sebagai berikut:
Tabel.22. Penghitungan Profitability Index.
Th ke- Proceed (Rp) DF 14% Present Value (Rp)
1 39.070.350.0 0.8772 34.272.511.022 37.222.200.0 0.7695 28.642.482.903 76.050.900.0 0.6750 51.334.357.504 88.818.755.4 0.5921 52.589.585.075 102.846.333.6 0.5194 53.418.385.676 113.308.657.2 0.4556 51.623.424.227 119.706.376.5 0.3996 47.834.668.058 121.470.202.8 0.3506 42.587.453.109 117.951.112.8 0.3075 36.269.967.1910 108.409.182.3 0.2697 29.237.956.47
Jumlah 427.810.791.20
Sumber : Data Primer 2003.
PV = Rp 427.810.791.2
Investasi ( Io) = Rp 349.605.000
PI = 427.810.791.2 349.605.000
= 1.22.
Karena PI nya lebih dari satu yaitu 1.22 berarti rencana investasi proyek
bangsal NAPZA cukup sehat sehingga proyek dikatakan dapat
menguntungkan atau layak untuk dilaksanakan
SIMPULAN
Proyek pembangunan Bangsal NAPZA di RS “X” Kota Surakarta yang
dilaksanakan bersumber dari alokasi dana APBN tahun 2003/2004 dengan dana
investasi awal sebesar Rp. 256.121.195.- setelah dianalisis studi kelayakan terhadap
19
aspek keuangan menggunakan analisis profitabilitas didapatkan hasil sebagai berikut :
Pay back periode ( 5 tahun 18 hari) < umur ekonomis proyek (10 tahun), NPV= Rp
78.205.791.2 ( positif ), IRR (18.673%) > interest rate (14%) dan Profitabilitas Indeks
( 1,22) > nilai 1. Sehingga secara keseluruhan proyek tersebut dapat dianggap layak
dalam aspek keuangannya.
SARAN
Penilaian kelayakan aspek keuangan proyek Bangsal NAPZA di RS “X” Kota
Surakarta sebaiknya dilengkapi pula dengan penilaian aspek pasar dan pemasaran
meliputi kelayakan dalam menyususn segmentasi pasar , analisis tingkat persaingan,
customer behavior berdasarkan demand spesifik dari pasien NAPZA serta pemilihan
strategi pemasaran yang akan dikembangkan dari pihak manajemen RS tersebut.
Hal ini penting dilakukan karena disatu sisi sebagian pasien NAPZA cenderung
masih menghadapi kendala “handicap” atau stigma dari masyarakat atau keluarga
yang tentu membutuhkan kehati-hatian serta privasi yang lebih terjaga dalam
pengelolaannya. Disisi lain brand image yang kurang menguntungkan dan sudah
melekat pada RS “X” yang merupakan suatu RS Jiwa milik pemerintah sehingga
cenderung dianggap kurang bermutu dalam pelayanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ketua BNN, Aktualisasi Peran Masyarakat Menanggulangi Kejahatan Narkoba, Makalah, Jakarta, 2002
Erwin M A, Aktualisasi Peran Aktif Masyarakat Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba, Makalah, Semarang, 2002
20
Kepolisian Negara RI Daerah Jateng Wilayah Surakarta, Hasil Operasi Narkoba Tahun 1998 – 2002
Haming M, Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi, Bina Rupa Aksara, Jakarta, 2003
Gray Clive et al, Pengantar Evaluasi Proyek, Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992
Umar Hussein, Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metode & Kasus, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999
21