struktur otak manusia
TRANSCRIPT
Struktur Otak Manusia
Otak adalah sebuah jaringan yang sangat vital dalam tubuh manusia. Otak tidak hanya berfungsi untuk berpikir,
tetapi juga menunjang kehidupan itu sendiri. sebuah penelitian menunjukkan bahwa, seseorang yang sudah meninggal
dunia beberapa saat yang lalu, menunjukkan otaknya secara fisiologis masih hidup.
Secara struktural, seluruh otak manusia adalah sama. Kelainan pada struktur otak, akan mengakibatkan kelainan
pada perilaku atau menunjukkan perilaku-perilaku yang abnormal. Contoh perilaku-perilaku yang ditengarai di sebabkan
oleh kelainan pada struktur otak adalah epilepsi, skizofrenia, pembunuh berantai, autisme pada anak dan lain-lain.
Struktur Otak Manusia
Ukuran otak
Pada orang normal yang dewasa, berat otak berkisar 1,5 kg dengan perbedaan volume pada laki-laki dan
perempuan. Pada laki-laki dewasa, volume otak berkisar 1.130 cm3 dan pada wanita berkisar 1260 cm3. Jumlah sel
neuron pada otak diperkirakan sekitar 100 juta sel saraf. Tetapi dalam populasi di dapatkan bahwa, variasi berat otak dan
volumenya sangat besar. Kemungkinan inilah yang menyebabkan variasi kemampuan berpikir dalam populasi. Di sinyalir
bahwa, orang dengan volume dan berat otak yang besar, mempunyai kemampan berpikir yang lebih tinggi. Tetapi asumsi
ini belum banyak dibuktikan dalam sebuah penelitian ilmiah.
Bagian-bagian Otak
Otak manusia dapat dibagi menjadi beberara bagian berdasarkan struktur dan fungsinya. Pembagian yang paling
populer adalah berdasarkan lobus (ada empat macam lobus yaitu lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksiptalis dan
lobus temporalis) dan pembagian otak berdarkan letak dan fungsinya (Serebrum, serebellum, braisteim, dan sistem
limbik).
Untuk lebih jelasnya tentang bagian-bagian otak,
Laterisasi/Belahan Otak
Secara anatomis, otak manusia dibedakan antara hemisfer kiri (belahan otak kiri) dan hemisfer kanan (belahan
otak kanan). Setiap belahan pada otak berfungsi mengendalikan bagian tubuh secara berlawanan. Otak belahan kanan
mengendalikan fungsi tubuh bagian kiri. Sedangkan otak belajan kiri mengendalikan fungsi tubuh bagian kanan.
Keda belahan otak kiri dan kanan di hubungkan oleh bundel saraf yang sangat besar yang disebut dengan
corpus callosum. yang melintasi garis tengah di atas tingkat thalamus. Di samping itu ada juga penghubung antara
belahan kiri dan belahan kanan, tetapi ukurannya kecil tetapi banyak yanitu commisure anterior dan commisure
hippocampus serta penghubung subkrtikal juga banyak yang melintasi garis tengah otak.
Corpus callosum adalah jalan utama komunikasi antara dua belahan, meskipun. Ini menghubungkan setiap titik
pada korteks ke titik bayangan cermin di belahan hemisfer sebaliknya, dan juga menghubungkan ke titik fungsional terkait
di daerah kortikal berbeda.
Secara struktur, belahan otak kanan dan otak kiri berbentuk simetris. Tetapi beberapa penelitian terakhir
menunjukkan bahwa fungsi antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan berbeda. Misalnya otak kiri lebih dominan
pada pembentukan bahasa (kerusakan pada otak kiri, bisa menyebabkan orang tidak bisa berbicara dan mengerti
pembicaraan). Sedangkan pada otak kanan lebih dominan pada perkembangan emosi, seni ataupun intuitif.
Tetapi harus dicatat bahwa, perbedaan fungsi antara otak kanan dan otak kiri, secara struktur belum banyak
penelitian yang membahas dan membuktikan secara gamblang perbedaan itu. Tetapi kemunculan buku-buku bacaan
populer tanpa di dasari sumber ilmiah yang kuat sangat membesar-besarkan perbedaan fungsi ini.
Lobus Temporal (Temporal Lobe)
Lobus temporalis (temporal lobes) merupakan satu dari empat lobus utama dari otak. Lobus temporalis berada di
bawah sylvian fissure dan di anterior korteks oksipital dan parietal. Brodmann mengidentifikasi 10 area temporal, tetapi
penelitian anatomi terbaru menunjukkan banyak area pada monyet, apalagi pada wanita. Region pada permukaan lateral
temporal dapat dilihat pada bentuk auditory dan visual.
Sylvian fissure berisi jaringan yang membentuk insula yang meliputi gustatory cortex. Superior temporal sulcus
(STS) memisahkan girus superior dan middle serta berisi jumlah yang signifikan dari neocortex, yang bisa dibagi dalam
beberapa region. Korteks dari STS bersifat multimodal, menerima input dari auditory, visual, dan region somatik.
Lobus temporal memiliki dua sulci penting yang terletak secara horizontal dan parallel dengan Sylvian fissure.
Mereka membagi lobus temporal menjadi 3 gyri: Superior Temporal Gyrus, Middle Temporal Gyrus, dan Inferior
Temporal Gyrus. Inferior Temporal Gyrus ukurannya lebih besar daripada yang kita lihat biasa dari samping korteks
karena itu letaknya di permukaan bawah dalam tengkorak.
Fungsi Lobus Temporal
Lobus temporalis tidak hanya memiliki saru fungsi, karena dalam lobus temporalis terdapat primary auditory
cortex, the secondary auditory, dan visual cortex, limbic cortex, dan amygdala.
Tiga fungsi basis dari korteks temporal adalah memproses input auditori, mengenali objek visual, dan
penyimpanan jangka lama dari input sensori, ditambah dengan fungsi amigdala, yaitu nada afeksi (emosi) pada input
sensori dan memori. Beberapa fungsi lainnya adalah sebagai berikut:
Fungsi KeteranganKemampuan Berbicara Diatur pada bagian sebelah kiri temporal, terdapat zona bahasa atau
berbicara bernama Wernicke. Area ini mengontrol proses termasuk komprehensif dan memori verbal.
Memori Mengatur retensi memori jangka panjang berupa fakta, kejadian, orang, dan tempat
Membaca Memproses suara dan kata-kata tertulis menjadi suatu informasi sehingga menjadi ingat.
Respon emosi Berasal dari amygdala didalam lobus temporalisRespon auditori Primary auditory cortex(terletak pada Heschl’s gyri) bertanggung jawab
untuk merespon frekuensi suara yang berbeda untuk lokalisasi suara. Bagian ini bertugas untuk peka terhadap suara.
Pemrosesan Visual Memunculkan perasaan yakin dan insight.Fungsi Penciuman Tugas dari lobus olfaktori untuk identifikasi informasi.
Proses bahasa ucapan:
Diterima alat dengar → Pusat otak primer dan sekunder → Pusat otak asosiatif: area wernicke, kata yang didengar akan
dipahami → Girus angularis, tempat pola kata-kata dibayangkan lewat area Wernicke di fasikulus arkuatus area Broca:
gerakan motorik pembicaraan area motorik primer ; otot-otot lidah untuk ucapan → area motorik suplementer, agar
ucapan/gerakan lidah menjadi jelas
Proses bahasa Visual:
Diterima alat visual → Pusat otak primer penglihatan → Pusat otak asosiasi penglihatan: (di sini terjadi pengenalan
informasi) → Girus angularis → area Wernicke → area Broca (gerakan pembicaraan) → area motorik primer dan
suplementer, sehingga pada akhirnya tulisan dapat dimengerti.
Kelainan Lobus Temporal
Kerusakan Dominan
1. Cortical deafness --- kerusakan pada primary visual atau somatic cortex yang menuju pada kehilangan
kesadaran akan sensasi, sehingga hal ini cukup masuk akan untuk memprediksi bahwa kerusakan bilateral pada
auditory cortex akan menghasilkan tuli kortikal.
2. Auditory Agnosia --- ketidakmampuan untuk menginterpretasi suara nonverbal tetapi dapat menginterpretasi
ungkapan.
Kerusakan Non-dominan
Amusia adalah tidak dapat membedakan antara nada musik yang berbeda, dan beberapa juga mengalami kesulitan
membedakan antara pola berirama yang berbeda.
Congenital amusia: kekurangan pada musik yang kebanyakan orang telah memiliki kemampuan ini sejak lahir.
Cirinya adalah tidak dapat mengenali atau bersenandung lagu- lagu yang dikenali, kurang peka terhadap nada
yang disonan.
Acquired amusia: mempunyai ciri yang sama seperti amusia bawaan, tapi tidak diperoleh karena diwariskan,
amusia jenis ini adalah akibat dari kerusakan otak.
Ada 8 simptom yang diasosiasikan dengan penyakit pada lobus temporal, yaitu:
1. Gangguan sensasi auditory dan persepsi --- kerusakan pada auditoryperceptual terletak pada bagian kiri lobus
temporal. Bagian kiri lobus temporal penting untuk membedakan ucapan. Pada bagian ini juga terdapat
gangguan yang disebut dengan aphasia dimana seseorang sulit untuk mengenali kata-kata ( terletak pada
Wernicke’s area). Selain itu, ketika terjadi kerusakan pada bagian kanan lobus temporal, maka seseorang akan
mengalami kemunduran dalam mepersepsi karakteristik tertentu dari musik (loudness, quality dan pitch)
2. Gangguan selective attention input auditory dan visual --- kerusakan pada bagian kanan lobus temporal akan
mengakibatkan ketidakmampuan seseorang dalam mengenali dan me-recall wajah maupun gambar-gambar.
3. Kelainan persepsi visual --- luka pada bagian kiri lobus temporal akan mengakibatkan ketidakmampuan untuk
fokus karena sistem syarafnya terluka. Begitu juga dengan bagian kanan lobus temporal.
4. Kerusakan pengorganisasian dan pengkategorisasian materi verbal --- kerusakan lobus temporal juga
mengakibatkan seseorang tidak dapat mengkategorisasikan sebuah kata, gambar, maupun objek yang familiar.
5. Gangguan pemahaman bahasa --- Seseorang dengan kerusakan ini mengakibatkan ia selalu keluar dari konteks,
apakah itu kalimat, gambar , maupun ekspresi wajah.
6. Kerusakan memori jangka panjang --- kerusakan pada lobus temporal mengakibatkan seseorang mengalami
amnesia. Kerusakan pada inferotemporal cortex mengakibatkan ketidak sadaran dalam me-recall informasi. Luka
pada bagian kiri lobus temporal mengakibatkan seseorang tidak dapat me-recall materi verbal, sebaliknya jika
bagian kanan rusak, akan mengakibatkan ketidakmampuan me-recall materi non-verba.
7. Perubahan kepribadian dan perilaku afektif --- kerusakan lobus temporal mengakibatkan gangguan pada emosi
(karena amygdala terstimulasi).
8. Perubahan perilaku seksual
Lobus Oksipital (Occipital Lobe)
Lobus oksipital adalah salah satu dari empat buah lobus pada otak manusia. Lobus lainnya adalah lobus
temporal, lobus frontalis, dan lobus parietalis. Lobus oksipital terletak disebelah posterior lobus parietalis dan diatas
fusura parieto-occipital yang memisahkannya dari serebrum.
Anatomis Lobus Oksipital
Area 17 adalah korteks visual primer, permukaan medial lobus Oksipitalis sepanjang bibir superior dan inferior
sulkus kalkanius.
Area 18, 19 adalah asosiasi visual, letaknya sejajar dengan area 17 yang meluas sampai permukaan lateral
Lobus Oksipitalis.
Bagian lateral terdiri dri girus Oksipitalis lateralisbagian medial Girus Lingualis. Pada bagian basal diantara
kurneus dan Girus Lingualis terdapat Fisura Kalkarina.
Fungsi Lobus Oksipital
Secara umum fungsi lobus oksipital adalah sebagai:
Diskriminasi visual (asosiasi visual utama) yang menerima informasi yang berasal dari retina mata. Pada lobus
oksipital terjadi asosiasi impuls menjadi tanggapan yang berupa kesan melihat bayangan suatu benda.
Diskriminasi beberapa aspek memori.
Kerusakan pada lobus oksipital dapat menyebabkan masalah penglihatan seperti kesulitan mengenali objek,
ketidakmampuan untuk mengidentifikasi warna, dan kesulitan mengenali kata-kata. Gangguan pada lobus parietalis dan
oksipitalis akan ditemukan gejala gejala yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.
Lobus Frontalis (Frontal Lobe)
Lobus Frontalis adalah salah satu lobus pada otak dari empat buah lobus. Lobus otak lainnya adalah lobus
temporal, lobus oksipital, dan lobus parietalis. Lobus frontalis berhubungan dengan perilaku. Kerusakan pada area lobus
frontalis akan mengakibatkan perubahan pola perilaku, emosi dan personality yang terjadi akibat kerusakan otak bagian
depan ini.
Anatomi Lobus Frontalis
Lobus frontalis merupakan sepertiga bagian dari kortek serebri manusia. Setiap bagian lobus frontalis dibagi menjadi 3
daerah, yaitu kortek motor primer, kortek premotor dan kortek prefrontal.
1. Motor --- motor cortex adalah area 4. Motor cortex berfungsi untuk gerakan voluntary. Kerusakan pda daerah ini
akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan.
2. Premotor Premotor cortex termasuk area 6 an 8. Pada manusia, area 6 diperluas menjadi area broca. Premotor
cotex berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk integrasi dan program program gerakan yang
berurutan.
3. Prefrontal Prefrontal terbagi atas 3 area yaitu dorsolateral, lateral frontopolar cortex, dan ventrolateral prefrontal
cortex. Dalam prefrontal ini terdapat 3 sirkuit yakni Sirkuidorsolateral, Sirkuit orbitofrontal, Sirkuit cingulatum.
\
Hubungan antara motor dan premotor
Premotor bertugas untuk mempengaruhi gerakan, menerima proyeksi, dan berhubungan motor area untuk
menggerakkan anggota tubuh, menerima proyeksi untuk gerakan mata dan mengirimnya pada area yang akan
mengeksekusi kontrol gerakan mata.
Hubungan dengan prefrontal area
Dorsolateral prefrontal cortex berfungsi untuk menerima input utama dari posterior parietal area dan the superior temporal
sulcus. Area lainnya berfungsi untuk menerima proyeksi dari lobus temporal dari area auditory dan visual.
Kerusakan Lobus Frontalis
Lobus frontalis pada korteks serebri terutama mengendalikan keahlian motorik (misalnya menulis, memainkan alat musik
atau mengikat tali sepatu).
Lobus frontalis juga mengatur ekspresi wajah dan isyarat tangan.
Daerah tertentu pada lobus frontalis bertanggungjawab terhadap aktivitas motor tertentu pada sisi tubuh yang berlawanan.
Efek perilaku dari kerusakan lobus frontalis bervariasi, tergantung kepada ukuran dan lokasi kerusakan fisik yang terjadi.
Kerusakan yang kecil, jika hanya mengelai satu sisi otak, biasanya tidak menyebabkan perubahan perilaku yang nyata,
meskipun kadang menyebabkan kejang.
Kerusakan luas yang mengarah ke bagian belakang lobus frontalis bisa menyebabkan apati, ceroboh, lalai dan kadang
inkontinensia.
Kerusakan luas yang mengarah ke bagian depan atau samping lobus frontalis menyebabkan perhatian penderita mudah
teralihkan, kegembiraan yang berlebihan, suka menentang, kasar dan kejam; penderita mengabaikan akibat yang terjadi
akibat perilakunya.
Lobus Parietalis (Parietal Lobe)
Lobus parietalis adalah salah satu lobus dari empat buah lobus pada otak yang merupakan korteks serebri.
Lobus lainnya adalah lobus temporal, lobus oksipital, dan lobus frontalis. Lobus parietalias merupakan pusat lobus yang
mempertahankan citra pribadi seseorang dari tubuh, baik secara fisik dan visual.
Lobus parietalis menerima kesan indra yang berbeda dari seluruh tubuh dan dapat merasakan "sakit" atau ‘bug”
merangkak pada satu lengan, kaki, atau wajah. Lobus parietalis memandu gerakan tubuh dalam ruang, koordinasi
gerakan tubuh sambil berlari, berjalan, lompat tali, atau memanjat rintangan.
Secara stuktural, lobus parietalis terdiri dari:
Cortex sensoric somatic umum (gyruspost-centralis, area 1, 2 & 3)
Cortex sensoric sekunder (area 4)
Area 5,7 adalah daerah asosiasi sensoris. Gangguan daerah ini dapat kehilangan kemampuanperasaan
stereognostik (kemampuan mengenali benda dengan mata tertutup).
Fungsi lobus parietalis
1. Lobus parietalis menggabungkan kesan dari bentuk, tekstur dan berat badan ke dalam persepsi umum.
2. Sejumlah kecil kemampuan matematika dan bahasa berasal dari daerah ini.
3. Lobus parietalis juga membantu mengarahkan posisi pada ruang di sekitarnya dan merasakan posisi dari bagian
tubuhnya.
4.
5. Kerusakan kecil di bagian depan lobus parietalis menyebabkan mati rasa pada sisi tubuh yang berlawanan.
6. Kerusakan yang agak luas bisa menyebabkan hilangnya kemampuan untuk melakukan serangkaian pekerjaan
(keadaan ini disebut apraksia) dan untuk menentukan arah kiri-kanan.
7. Kerusakan yang luas bisa mempengaruhi kemampuan penderita dalam mengenali bagian tubuhnya atau ruang
di sekitarnya atau bahkan bisa mempengaruhi ingatan akan bentuk yang sebelumnya dikenal dengan baik
(misalnya bentuk kubus atau jam dinding).
8. Penderita bisa menjadi linglung atau mengigau dan tidak mampu berpakaian maupun melakukan pekerjaan
sehari-hari lainnya.
Lobus parietalis juga dianggap sebagai "lobus tangan" dan menerima sensasi sensoris dari tulang, tendon, otot,
dan kulit tangan, dan panduan gerakan dari tangan di visual-ruang. Oleh karena itu, kemampuan untuk meraih dan
memanipulasi alat, terbuka dan lepaskan tutup dari botol dan menuangkan isinya ke dalam gelas, dimungkinkan oleh
lobus parietalis dalam asosiasi dengan daerah motor frontal dan korteks visual.
Karena melayani fungsi yang beragam dan saling terkait, sehingga kerusakan pada lobus parietalis dapat
mengakibatkan berbagai gangguan. Ini termasuk kelainan melibatkan sensasi somesthetic dan sakit, gambar tubuh,
hubungan visual-spasial, aktivitas motorik temporal-sequentual, bahasa, tata bahasa, perhitungan numerik, emosi, dan
perhatian, tergantung pada daerah yang mengalami luka (lesi) serta laterality dari kerusakan.
Tetapi secara umum, fungsi dari lobus parietalis adalah menterjemahkan input sensorik, sensasi yang dirasakan
pada suatu sisi bagian tubuh yang diterjemahkan melalui lobus pariental bagian lateral, rangsangan yang diterima adalah
nyeri, temperature, sentuhan, tekanan, dan proprioseption. Lobus pariental juga menerjemahkan input sensorik
stereognasis dan juga berfungsi sebagai pengembangan gambaran diri.
Kemampuan Bahasa di Kotrol Otak Pada Area Broca dan Area Wernicke
Area broca pada otak ditemukan oleh paul Brola (ahli saraf Prancis) ketika sedang meneliti pasien yang sedang
mengalam kesulitan dalam bahasa (afasia). Area broka terletak di frontalis superior di lobus frontalis pada korteks otak
besar. Area broka terletak berdekatan dengan area Wernicke. Keduanya ditemukan hanya pada salah satu belahan otak
saja, yaitu belahan otak kiri. Keduanya juga berfungsi untuk mengontrol kemampuan bahasa.
Area Broca
Area Broca tidak hanya berfungsi dalam bahasa dalam sistem motor, tetapi juga terlibat dalam kemampuan
bahasa yang sangat kompleks seperti proses kata, tata bahasa, membedakan kalimat aktif dan pasif, subjek, verbal,
objek dan keterangan. Area broka yang membedakan antara “Ali memukul bola” menjadi Ali yang memukul dan bola
yang di pukul.
Orang dengan kerusakan pada area Broca pada otak dapat mengerti bahasa dengan baik tetapi tidak dapat
membentuk kata-kata atau menghasilkan suara. Area Broca terhubung ke lain daerah otak yang dikenal sebagai daerah
Wernicke. Area Wernicke berhubungan dengan pengolahan dan pemahaman bahasa.
Area Wernicke
Area Wernicke adalah area bahasa kedua yang ditemukan oleh Carl Wernicke (ahli saraf Jerman) yang
menemukan daerah itu selama belajar pasien yang memiliki gejala serupa dengan pasien Area Broca tetapi kerusakan
pada bagian berbeda dari otak mereka. Aphasia Wernicke adalah istilah untuk gangguan yang terjadi pada kerusakan ke
daerah pasien Wernicke.
Aphasia Wernicke tidak hanya mempengaruhi pemahaman pidato. Orang dengan aphasia Wernicke juga
mengalami kesulitan mengingat nama benda, sering kali merespons dengan kata-kata yang terdengar serupa, atau
nama-nama benda yang terkait, seolah-olah mereka mempunyai waktu yang sulit mengingat asosiasi kata. Kerusakan
pada area wernicke ini akan memberikan respon kata yang lambat dari penderitanya.