strategi komunikasi dalam pemberdayaan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...
TRANSCRIPT
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN
KELOMPOK KERJA MADRASAH IBTIDAIYAH
TAMBORA – TAMAN SARI
TESIS
Oleh
Eddy Suyanto
NPM : 21140510000006
PROGRAM STUDI
MAGISTER KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
i
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN
KELOMPOK KERJA MADRASAH IBTIDAIYAH
TAMBORA-TAMAN SARI
Tesis
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Menperoleh Gelar Magister Sosial ( M. Sos )
Oleh
Eddy Suyanto
NIM : 21140510000006
Program Studi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1439 H/2018 M
ii
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
EDDY SUYANTO, Strategi Komunikasi dalam Pemberdayaan
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Tambora – Taman Sari
Strategi komunikasi diperlukan informasi dalam pengendalian
lingkungan. Pertama, informasi dapat menambah pengetahuan
kemampuan seseorang dalam mengendalikan lingkungan. Kedua,
tersedianya informasi memberikan kekuatan dan kemampuan tertentu,
biasanya apabila kekurangan informasi yang relevan maka usaha untuk
mengendalikan lingkungan hanya sebagian saja yang tercapai,
akibatnya manfaat yang akan dirasakan menjadi tidak maksimal.
Kesuksesan dan kegagalan dalam mengendalikan lingkungan
mempengaruhi perkembangan lembaga yang bersangkutan.
Salah satu upaya menggerakkan orang lain sangat berkaitan dengan
organisasi dan kepemimpinan. Oleh karena itu, pemberdayaan
komunitas merupakan salah satu upaya sosial dalam memperbaiki
keadaan kondisi kurang baik menjadi lebih baik, hal ini disebabkan
karena beberapa faktor yang melatarbelakangi keadaan komunitas yang
umumnya mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, Karena sudah
menjadi kodrat manusia sebagai makhluk hidup untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Salah satu upaya menggerakkan orang lain
dengan struktur organisasi dalam lembaga pendidikan Islam adalah
Kelompok Kerja Madrasah yang selanjutnya disingkat KKM.
Teori yang digunakan adalah, komunikasi interpersonal,
komunikasi organisasi dan pemberdayaan komunitas. Dan konsep yang
digunakan adalah strategi komunikasi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan menggunakan
paradigma konstruktivis dengan asumsi ilmu sosial sebagai analisis
sistematis terhadap social meaningfull action melalui pengamatan
langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan
menciptakan dan memelihara / mengelola dunia sosial mereka, juga
untuk melihat strategi komunikasi dalam pemberdayaan komunitas di
KKMI Tambora-Taman Sari.
viii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi dalam
pemberdayaan Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Tambora-Taman
Sari menggunakan komunikasi interpersonal artinya pertukaran
informasi yang bermakna dan harus membawa hasil di antara orang-
orang yang berkomunikasi dan dapat menjalin kerjasama untuk
bertahan hidup. Dan Komunikasi Organisasi pun menjadi ke-khasan
bagi strategi komunikasi KKMI Tambora-Taman Sari sehingga
menjadi komunitas yang baik dan berperan aktif dalam rangka
mencerdaskan anak bangsa.
Keywords: Strategi Komunikasi, Pemberdayaan Komunitas, KKMI
Tambora-Taman Sari
ix
KATA PENGANTAR
Bismillaahi ar-Rahmaani ar-Rahiim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis
yang berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI DALAM
PEMBERDAYAAN KELOMPOK KERJA MADRASAH
IBTIDAIYAH TAMBORA – TAMAN SARI”. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada baginda kita Rasulullah SAW, beserta
keluarga dan sahabatnya.
Selanjutnya, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan
Tesis ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis
percaya tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi
penulis untuk menyelesaikan penulisan Tesis ini. Untuk itu, izinkan
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIK)
Bapak Dr. Arief Subhan, MA, beserta para Pembantu Dekan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Prodi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI),
Bapak Dr. Sihabuddin Noor, MA, dan Sekretaris Prodi Magister
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Bapak Dr. Rulli Nasrullah,
M.Si, beserta seluruh staffnya.
x
3. Bapak Dr. Syamsul Yakin, MA, yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDIK) yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, diiringi
ungkapan tulus semoga Bapak dan Ibu Dosen selalu dalam rahmat
dan lindungan Allah SWT.
5. Ungkapan terima kasih dan doa tulus sebagai wujud bakti penulis
haturkan dengan rendah hati dan hormat kepada kedua orang tua
penulis, Bapakku terkasih (alm) H. Ahmad Kamsun dan Emakku
tercinta Hj. Siti Martinah, teriring doa semoga Allah SWT
muliakan disisi-Nya bagi bapak dan memberikan kesehatan juga
panjang umur untuk emak. Juga untuk kakak-kakak dan adik-adik
penulis yang dengan segala pengorbanannya tak akan pernah
penulis lupakan jasa-jasa mereka. Terima kasih mbakyu dan adik-
adik yang baik.
6. Isteriku tercinta “Upi Zahra, S.Sos.I., M.Ikom” yang penulis
banggakan, yang telah mendukung Study S2 ini dan mensupport
dalam penyelesaian Tesis ini. Cintamu tiada tara, Senyummu tak
terbilang, bagiku kau adalah ciptaan Allah yang terbaik dan
sempurna. semoga Allah mempercayai dan menyegerakan kita
untuk memiliki anak yang baik dan soleh-solehah. Mengizinkan
kita untuk mendidik dan mengantarkan anak-anak kita menjadi
anak yang sukses baik dunia maupun akhirat.
7. Semua teman-teman seperjuangan di KKMI Tambora-Taman Sari,
MI Chairiyah Mansuriyah, dan MI Nurul Wihdah B yang
sepenuhnya memberi support kepada penulis. Kalian sungguh luar
biasa.
xi
8. Teman-teman mahasiswa program Magister KPI - FIDIK UIN
Jakarta, wa bil khusus angkatan pertama, yang selalu memberikan
support dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
Tesis ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan
memohon kepada-Nya agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
Amiin..
Wabillaahi at-Taufiiq wa al-Hidayah,
Jakarta, 25 Januari 2018
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pernyataan ..................................................................................... iii
Lembar Prasyarat Gelar ............................................................................. iv
Lembar Pengesahan Tesis ........................................................................... v
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis..................................................... vi
Abstrak ........................................................................................................ vii
Kata pengantar ............................................................................................. ix
Daftar Isi ..................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 9
D. Perumusan Masalah ......................................................... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 10
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................... 11
G. Metodologi Penelitian ...................................................... 19
H. Sistematika Penulisan ....................................................... 31
BAB II. KERANGKA TEORITIS
A. Strategi Komunikasi ......................................................... 34
1. Definisi Strategi ......................................................... 34
2. Komunikasi ............................................................... 38
a. Pengertian Komunikasi ..................................... 38
b. Unsur-unsur Komunikasi .................................. 43
c. Pesan Komunikasi ............................................. 44
3. Strategi Komunikasi ................................................. 46
a. Pengertian Strategi Komunikasi ......................... 46
b. Menentukan Sasaran dan Tujuan ....................... 67
c. Menyusun Aksi dan Strategi .............................. 68
d. Menggunakan Komunikasi yang
Efektif ................................................................. 68
xiii
e. Menetapkan Taktik Komunikasi ........................ 68
f. Implementasi Pelaksanaan Strategis .................. 71
g. Evaluasi .............................................................. 72
4. Komunikasi Interpersonal ......................................... 73
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal ................ 73
b. Tujuan komunikasi interpersonal ....................... 81
c. Komponen komunikasi interpersonal ................. 84
d. Prinsip-prinsip komunikasi
interpersonal ....................................................... 89
e. Efektivitas komunikasi interpersonal ................. 93
5. Komunikasi Organisasi ............................................. 103
a. Pengertian Komunikasi Organisasi .................... 103
b. Pendekatan-pendekatan Komunikasi
Organisasi ........................................................... 110
B. Konsep Pemberdayaan Komunitas .................................... 127
1. Pengertian Pemberdayaan ......................................... 127
2. Pengertian Komunitas ............................................... 138
3. Tujuan Pemberdayaan Komunitas ............................ 140
4. Strategi Komunikasi dalam
Pemberdayaan Komunitas ........................................ 142
BAB III. GAMBARAN UMUM KELOMPOK KERJA
MADRASAH IBTIDAIYAH KECAMATAN TAMBORA
– TAMAN SARI
A. Kelompok Kerja Madrasah ( KKM ) ................................ 145
B. Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Kecamatan Tambora – Taman Sari .................................. 146
C. Struktur Organisasi Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Tambora –
Taman Sari ........................................................................ 148
D. Motto, Visi, dan Misi Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Tambora –
Taman Sari ........................................................................ 152
xiv
E. Strategi dan Tujuan Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Tambora –
Taman Sari ........................................................................ 153
F. Kebijakan Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah Kecamatan Tambora – Taman Sari ................. 154
G. Peran Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Kecamatan Tambora – Taman Sari .................................. 156
BAB IV. DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Strategi Komunikasi yang digunakan dalam
pemberdayaan Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah Tambora-Taman Sari ...................................... 158
1. Komunikasi Interpersonal ......................................... 159
2. Komunikasi Organisasi ............................................. 163
B. Bagaimana Strategi komunikasi dalam
pemberdayaan pada Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah Tambora-Taman Sari? ................... 171
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................... 182
B. Saran ................................................................................ 183
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 185
LAMPIRAN ...........................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah kebutuhan hidup yang isinya terdapat
unsur bahasa, gerak tubuh, dan ekspresi dalam menyampaikan
pemikiran yang disebut sebagai pesan. Dengan mengutarakan
pesan maka terjadi suatu aktifitas percakapan antara komunikator
yakni diri sendiri dengan komunikan yaitu orang lain yang
disebut dengan aktifitas makhluk sosial yang sifatnya dasariah,
sehingga pada akhirnya komunikasi menjadi kebutuhan permanen
manusia yang membentuk keberlangsugan kehidupan makhluk
sosial.1
Menurut Carl I. Hovland suatu komunikasi merupakan
proses komunikator dalam menyampaikan pemikiran ke dalam
bentuk kata-kata yang disebut dengan informasi yang bertujuan
untuk merubah sikap, pendapat, dan tingkah laku. Setiap
organisasi harus memiliki suatu pernyataan tujuan dan sasaran
sebagai pedoman utama bagi manajemen dan para staf. Dalam
konteks fungsi organisasi secara spesifik yaitu, memberikan
pedoman pada anggota masyarakat dalam hal bersikap dan
bertingkah laku dalam mengahadapi masalah, menjaga keutuhan
masyarakat yang bersangkutan, memberikan pegangan kepada
1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007), cet ke-21, h. 9
2
masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial yang
artinya sistem pengawasan terhadap tingkah laku para
anggotanya.
Perkembangan teknologi mempengaruhi komunikasi untuk
menjadi kesatuan yang saling mengisi, dan mendorong
berkembangnya ilmu komunikasi ke dalam ilmu interaksi sosial.
Perkembangan konsep tersebut sekaligus menjadikan peran
komunikasi dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat menjadi
strategis.
Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi dan
penguasaan terhadap informasi harus diutamakan, karena isinya
mencakup gambaran besar mengenai program yang direncanakan
seperti pengetahuan, visi dan misi, serta isi dari tujuan yang ingin
dicapai.
Strategi diperlukan dalam komunikasi, hal ini didasarkan
karena untuk mencapai tujuan dibutuhkan langkah-langkah yang
sistematis dan terarah agar tujuan yang telah direncanakan dapat
diterima dan dipahami oleh masyarakat, sehingga akan
berdampak baik pada lembaga sebagai pemberi jasa dan
masyarakat sebagai penerima jasa. Strategi yang spesifik menjadi
kesatuan dalam komunikasi organisasi terutama pada lembaga
yang ingin mencapai tujuan dengan cara cepat. Salah satu aspek
utama pendukungnya yakni penguasaan terhadap informasi yang
disampaikan dengan baik akan membuat hubungan komunikasi
organisasi dengan masyarakat memberikan hasil yang sama-sama
menguntungkan.
3
Strategi dalam lembaga dibutuhkan agar langkah-langkah
yang dilakukan untuk kepentingan lembaga bisa terarah dan
mencapai tujuan dengan baik dan cepat. Onong Uchjana Effendi
dalam bukunya “Dimensi-dimensi Komunikasi” menyimpulkan
bahwa:
Strategi komunikasi merupakan suatu langkah yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan
program kegiatan, pesan, dan media tertentu. Suatu strategi
komunikasi adalah perpaduan dalam perencanaan
komunikasi dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan,
oleh karena itu diperlukan strategi komunikasi untuk
menunjukkan arah bagaimana suatu operasional dapat
bekerja dengan baik dengan melakukan pendekatan pada
situasi dan kondisi”.2
Strategi komunikasi diperlukan informasi dalam
pengendalian lingkungan. Pertama, informasi dapat menambah
pengetahuan kemampuan seseorang dalam mengendalikan
lingkungan. Kedua, tersedianya informasi memberikan kekuatan
dan kemampuan tertentu, biasanya apabila kekurangan informasi
yang relevan maka usaha untuk mengendalikan lingkungan hanya
sebagian saja yang tercapai, akibatnya manfaat yang akan
dirasakan menjadi tidak maksimal. Kesuksesan dan kegagalan
dalam mengendalikan lingkungan mempengaruhi perkembangan
lembaga yang bersangkutan.3
Dukungan media akan membantu memberikan peluang
keberhasilan pada penyampaian informasi, dukungan media
2 Onong Uhjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung:
Percetakan Offset Alumni, 1981), h. 84. 3 M. Budyatna dan Nina Mutmainah,, Komunikasi Antarpribadi,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), h. 70
4
digunakan sebagai alat yang bersifat alternative untuk
memasarkan program dan tujuan. Media memiliki cakupan yang
sangat luas dan tidak dapat diukur serta bukan sebagai media
tradisional. Yang lebih bermakna media sebagai wadah dalam
memenuhi rasa keingintahuan pelaku atau konsumen sebagai
makhluk sosial. Menurut Garnham dan Smythe, media bekerja
dengan tiga konsep salah satunya menekankan informasi pada
aspek makna, efek, dan ideology.4
Pemberdayaan komunitas merupakan salah satu upaya
sosial dalam memperbaiki keadaan kondisi kurang baik menjadi
lebih baik, hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang
melatarbelakangi keadaan komunitas yang umumnya mempunyai
kepentingan yang berbeda-beda, karena sudah menjadi kodrat
manusia sebagai makhluk hidup untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik.
Tujuan dari pemberdayaan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan tujuan memberikan arti kepada
arah yang hendak dicapai, artinya tujuan itu telah dicapai maka
terhentilah proses tujuan tersebut dan akan dimulai kembali
dengan tujuan lain yang berbeda, karena sasaran atau tujuan
dalam pemberdayaan bersifat abstrak, dan dibuat demikian agar
tetap dapat digunakan sepanjang masa, selama masyarakat atau
sebuah Negara masih ada. Walau bagaimanapun abstraknya suatu
4 Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations,
(Jakarta: PT Indeks, 2011) cet. Ke-2, h. 29.
5
tujuan pemberdayaan harus tetap diakui bahwa ia mengandung
arah, nilai-nlai, dan moral pemberdayaan itu sendiri. 5
Hal yang paling utama pada proses pemberdayaan adalah
merencanakan dan mengarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
yang disebut dengan tujuan tahapan, setelah tujuan tahapan ini
berhasil dicapai maka akan dilakukan proses tahapan selanjutnya.
Dalam setiap menentukan tujuan tahapan, maka didalamnya
terletak prioritas yang akan dicapai dan merupakan target
pemberdayaan yang dapat dihitung atau diukur keberhasilan
maupun kegagalannya melaui jalan evaluasi.
Komunikasi kelompok yang disebut dengan macrogroup
bersifat lebih formal, kelebihannya lebih terorganisir dan lebih
terlembagakan sehingga memiliki kesatuan secara psikologis,
interaksi dan sosiologis. Memiliki tujuan bersama dalam
melakukan interaksi satu sama lain, mengenal satu sama lainnya,
dan memandang bagian kelompok lain sebagai bagian darinya.
Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi
antar pribadi karena pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim
dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara
verbal ataupun nonverbal. Pada kenyataannya dalam komunikasi
kelompok, para anggota sosial harus lebih memahami kebutuhan
masyarakat, karena hal tersebut akan mempengaruhi proses
5 H. Khailuddin, Membangun Masyarakat Tinjauan Sosiologi,
EKonomi dan Perencanaan. (Yogyakarta: Liberti, 2000), cet ke-2, h. 28
6
interaksi sosial dalam berkomunikasi dan menyampaikan
informasi.6
Upaya menggerakkan orang lain tersebut sangat berkaitan
dengan organisasi dan kepemimpinan. Hanya orang-orang yang
berkelompok hingga membentuk organisasi secara formal
maupun non formal yang dapat saling menggerakkan. Karena
tujuan akhir dari saling menggerakkan itu adalah tercapainya
tujuan bersama. Sementara konsep dari organisasi adalah
berkumpulnya dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
bersama yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Setiap organisasi mempunyai cita-cita dan berorientasi pada
tujuannya. Oleh karena itu, struktur organisasi juga mempunyai
cita-cita dan diarahkan kepada tujuannya. Pimpinan harus
memikirkan struktur dalam kaitannya dengan sumbangannya bagi
keefektifan organisasi.7
Salah satu upaya menggerakkan orang lain dengan struktur
organisasi dalam lembaga pendidikan Islam adalah Kelompok
Kerja Madrasah yang selanjutnya disingkat KKM.
KKM adalah badan yang membina hubungan kerjasama
secara koordinatif antara Madrasah Negeri dengan Madrasah-
Madrasah swasta menurut tingkatan masing-masing dalam
6 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 55-57
7 Gib son-iVancev ich-Donnell v Alin bahasa: Savutri Soekiisno dan
Agus Dharma, Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga, Jakarta,
1996. h. 8
7
wilayah pembinaan yang ditetapkan.8 Kelompok Kerja Madrasah
terdiri dari:
1. Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKM
Ibtidaiyah)
2. Kelompok Kerja Madrasah Tsanawiyah (KKM
Tsanawiyah)
3. Kelompok Kerja Madrasah Aliyah (KKM Aliyah).
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan
Aliyah berkedudukan di tiap-tiap Madrasah Negeri/Madrasah
yang dipersamakan atau Kantor Seksi Perguruan Agama Islam
pada Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya yang
menjadi penyelenggaraan Ujian Negara.
Di Kecamatan Tambora dan Taman Sari
Kabupaten/ K o t a J a k a r t a B a r a t Provinsi DKI Jakarta
juga dibentuk KKM. Sehingga dalam proses perjalanannya
dapat dirasakan manfa’at dari kegiatan KKM tersebut. Sesuai
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam tentang Pembentukan KKM
bahwa tujuannya adalah sebagai usaha meningkatkan mutu
pendidikan pada madrasah, terbukti banyak Madrasah
Swasta di Jakarta Barat semakin menunjukkan peningkatan
mutu pendidikan madrasah, ditandai dengan banyak
terakreditasinya Madrasah di Jakarta Barat.
8 Departemen Agama Islam, Himpunan Peraturan Perundang-
Undangan Tentang Pendidikan Nasional (Perguruan Agama Islam), Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1998, h. 13
8
Fungsi KKM antara lain pelaksanaan secara terpadu
terhadap pengembangan pendidikan menyangkut bahan
pengajaran, metode, alat pelajaran dan lain-lain, kenyataannya
di Jakarta Barat masih ada sebagian madrasah yang metode dan
alat peraganya minim.
Apa dan bagaimana Strategi Komunikasi yang digunakan
KKMI Tambora – Taman Sari dalam pemberdayaan
Komunitas?
Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Strategi Komunikasi
dalam Pemberdayaan Komunitas pada Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora – Taman Sari.
B. Identifikasi Masalah
Peneliti sudah melakukan studi lapangan (Kantor
Departemen Agama Kota Jakarta Barat serta beberapa MI di
Kecamatan Tambora – Taman Sari).
1. Mengenai keberadaan Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah (KKMI) di Kecamatan Tambora – Taman
Sari.
2. Kepengurusan Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
(KKMI) di Kecamatan Tambora – Taman Sari.
3. Efektifitas Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
(KKMI) di Kecamatan Tambora – Taman Sari.
9
4. Hubungan antar madrasah di Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) di Kecamatan Tambora
– Taman Sari.
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dan perumusan masalah
berdasarkan latar belakang sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan
pada hal-hal sebagai berikut: berusaha terfokus pada
Strategi Komunikasi yang meliputi beberapa hal
yakni melalui perumusan strategi, implementasi
strategi, dan evaluasi strategi.
2. Lembaga yang difokuskan pada penelitian ini adalah
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah ( KKMI )
Kecamatan Tambora – Taman Sari
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
menjadikan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Strategi Komunikasi apa yang digunakan dalam
pemberdayaan Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Tambora-Taman Sari?
2. Bagaimana Strategi komunikasi dalam pemberdayaan
pada Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Tambora-
Taman Sari?
10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui Strategi Komunikasi apa yang
digunakan dalam pemberdayaan Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah Tambora-Taman Sari
b. Untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi
dalam pemberdayaan pada Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah Tambora-Taman Sari.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan
menambah teori-teori komunikasi yang berkaitan dengan
Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi khususunya pada
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan umumnya
pada Fakultas Ilmu khusus lain dan Ilmu Komunikasi. Dan
untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang
dilakukan oleh Kepengurusan Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora – Taman Sari
dalam pemberdayaan komunitas.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan saran
dan masukan bagi para pelaku subjek penelitian mengenai
strategi komunikasi yang baik dalam mensosialisasikan
program pemberdayaan kepengurusan Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora –
Taman Sari.
11
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sesuai dengan konteks penelitian, peneliti mempelajari
terlebih dahulu beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian ini. Sebagai bahan kajian pustaka, berikut ini
dipaparkan beberapa hasil penelitian yang sedang dilakukan,
khususnya berkaitan dengan strategi komunikasi yang diperoleh
dari berbagai sumber. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu:
1. Ditha Prasanti (Tesis, 2010) Strategi Komunikasi
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pondok Pesantren
Salafi, Studi Kasus Pondok Pesantren Salafi Miftahul Huda
di Tasikmalaya. Penelitian ini dilatar belakangi oleh
keberadaan eksistensi Pondok Pesantren Salafi Miftahul
Huda Tasikmalaya yang tetap bertahan dengan mengusung
nilai-nilai tradisional di tengah perkembangan zaman yang
semakin modern. Ketika hampir banyaknya bermunculan
Pesantren yang mengadopsi sistem pendidikan modern
seperti di Gontor, Pondok Pesantren ini tetap
mempertahankan eksistensinya sebagai Pondok Pesantren
Salafi yang menjunjung tinggi sistem Salafi khususnya di
Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis alasan Pondok Pesantren Salafi masih
tetap berdiri dan berkembang hingga saat ini di tengah
perkembangan zaman dan teknologi yang semakin modern,
strategi komunikasi yang dilakukan Pondok Pesantren
Salafi dalam mempertahankan keberadaannya dan
pengembangannya hingga saat ini ditengah perkembangan
12
zaman dan teknologi yang semakin modern, proses
komunikasi Pondok Pesantren Salafi dalam
pengembangannya sebagai upaya mempertahankan
keberadaan Pondok Pesantren Salafi, serta ingin
mengetahui model stargeti komunikasi dalam
mengembangkan dan mempertahankan Pondok Pesantren
Salafi.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
Kualitatif dengan metode studi kasus. Dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa
alasan yang membuat Pondok Pesantren Salafi Miftahul
Huda bertahan dan tetap berkembang yakni pendidikan
yang pertama kali berdiri di tanah Jawa yang
disebarluaskan oleh Wali Songo, serta sumber daya
manusia yang berkualitas, loyalitas tinggi terhadap
pesantren sehingga membantu dalam mengembangkan
Pondok Pesantren Salafi Miftahul Huda. Strategi
komunikasi yang digunakan oleh Pondok Pesantren Salafi
Miftahul Huda. Dan model komunikasi pengembangan
sumber daya manusia Pondok Pesantren Salafi Miftahul
Huda terdiri dari enam tahap proses komunikasi.
2. Tatik Nuryanti (Tesis, 2009) Strategi Komunikasi
Implementasi Bandung One Stop Service (BOSS), Studi
Kasus Pada Badan Penanaman Modal Dana Pelayanan
Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung. Penelitian ini
dilatar belakangi oleh pentingnya peranan komunikasi
13
dalam menjembatani kepentingan kedua belah pihak, baik
masyarakat maupun aparatur pemerintahan. Akan tetapi
pada dasarnya pelaksanaan BOSS memerlukan strategi
yang sangat matang agar informasi yang disampaikan oleh
aparat pemerintah yang berperan yakni Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota
Bandung melalui program BOSS dapat mencapai sasaran
dan tujuan serta mendapat feedback dari masyarakat
sebagai bentuk partisipasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
mengeksplari, dan menganalisis proses komunikasi dalam
mensosialisasikan implementasi BOSS di Kota Bandung,
serta menganalisis komponen komunikasi dalam
implementasi BOSS dan juga merusmuskan model strategi
komunikasi yang dilakukan BPMPPT dalam implementasi
program BOSS. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Hasil
penelitian ini menunjukkan BPPMPPT telah berupaya
menerapkan stratefi komunikasi yang berorientasi bisnis
dengan upaya-upaya positif berupa penerapan komunikasi
internal dan eksternal. Komponen komunikasi yang paling
utama dalam implementasi program BOSS adalah berbasis
pada cyber media. Dan hasil yang terakhir adalah model
komunikasi yang digunakan adalah multi step
communication yang terdiri dari tiga tahap berupa tahap
pertama melalui organ structural melalui cyber media,
tahap kedua melalui front office, mobile service, mesin
14
informasi serta internet dan tahap yang terakhir adalah
melalui customer service.
3. Caesar Ali Fahroy (Tesis, 2008), Strategi Komunikasi
Account Executive Dalam Menghadapi Fenomena “Banting
Harga” Iklan Media Cetak Di Harian Umum Pikiran
Rakyat. Penelitian ini dilatar belakangi dengan terjadinya
persaingan di industry media khususnya media cetak.
Account executive sebagai divisi yang bertugas di dalam
pemasaran iklan yang tugas utamanya adalah membina
hubungan dengan klien serta pengembangan pasar yang
belum dijangkau harus memiliki strategi dalam menghadapi
persaingan harga iklan media cetak di Kota Bandung.
Dengan menggunakan teknik persuasi secara halus, salah
satunya dengan komunikasi vernal yang didalamnya
bertujuan untuk membuat calon pemasang iklam menjadi
tertarik untuk menerima penjelasan mengenai suatu bentuk
iklan kemudian sampai pada niat untuk memasang iklan.
Dalam melaksanakan teknik persuasi sebagai strateginya,
account executive media cetak sering menghadapi kendala-
kendala teknis seperti penolakan secara halus maupun kasar
akibat kurang adanay komunikasi. Yang lebih ironisnya
sosok seorang account executive diminta calon pemasang
iklan terkadang adalah sosok yang sangat dirasakan
mengusik ketenangan dan kenyamanan yang cukup
dihadapi oleh satuan keamanan suatu perusahaan atau orang
pribadi. Namun di balik hal tersebut masih ada catatan yang
15
menarik bahwa seorang account executive media cetak
bukanlah seorang salesman door to door, anggapan yang
salah jika profesi account executive media cetak dianggap
sebagai salesman yang hanya menjual barang, karena
memiliki fungsi yang berkaitan dengan teknik pemasaran
yang meliputi perencanaa, delegasi perusahaan, perekat
hubungan antara klien dan perusahaan, sehingga nantinya
akan menanamkan investasinya dalam bentuk iklan setelah
menjalin hubungan secara dekat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi
komunikasi account executive dari aspek perencanaan serta
aspek manajemen dalam menghadapi fenomena banting
harga iklan di media cetak. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang
menitikberatkan pada observasi dan suasana ilmiah.
Hasil penelitian menunjukkan strategi komunikasi account
executive dari aspek perencanaan dalam menghadapi
fenomena banting harga iklan media cetak di Harian Umum
Pikiran Rakyat khususnya dalam mengeluarkan suplemen
pariwara ikkan belum maksimal, dan akan lebih maksimal
bila direncanakan lebih matang dan dikoordinasikan dengan
biro-biro iklan sejak awal tahun serta sudah ditentukan baik
system diskon dan administrasinya. Sehingga di dalam
penerbitan suplemen-suplemen tersebut tidak terkesan
terburu-buru atau mentah dan tentunya agar hasil yang
ditargetkan bisa tercapai. Sedangkan dari aspek manajemen
dalam menentukan kebijakan tariff iklan melihat hasil
16
penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survey
yang datanya dapat dipercaya. Dimana melalui data-data
tersebut tentunya akan menjadi bahan acuan dalam
menentukan kebijakan harga bagi unsur pemimpin PT.
Pikiran Rakyat dalam hal ini direksi dan manajer iklan.
4. Gandjar Nugraha (Tesis, 2006). Studi Kasus Mengenai
Strategi Komunikasi Dalam Meningkatkan Image
Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., Menjelang
dan Sesudah Pelaksanaan Go Public. Sebaik apapun kinerja
suatu perusahaan tanpa disertai dengan dukungan strategi
komunikasi yang terencana untuk menginformasikan
perusahaan tersebut maka perusahaan itu tidak akan bisa
bersaing dengan perusahaan sejenis bahkan untuk
melakukan go public mustahil bisa dilaksanakan. Peneliian
ini mengkaji secara mendalam tentang bagaimana
sebenarnya Telkom melakukan strategi komunikasi
menjelang dan sesudah go public serta bagaimana
masyarakat mempersepsi citra yang timbul oleh aktivitas
komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan ini. Penelitian
ini menggunakan metode studi kasus yang memberikan
gambaran secara komprehensif mengenai berbagai strategi
perusahaan dalam melakukan go public. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan strategi komunikasi yang
dilakukan Telkom dalam pelaksanaan go public dilakukan
oleh unit kerja public relations serta menjalin kerja sama
dengan perusahaan public relations baik local maupun
17
International. Selain itu, budaya perusahaan yang sudah ada
menjadi salah satu cara untuk menyadarkan betapa
kepentingan perusahaan adalah bertujuan untuk
mensejahterakan seluruh karyawan juga meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat serta pemilik saham.
Hambatan yang dihadapi dalam menjalankan strategi
komunikasi pada pelaksanaan Telkom go public adalah
berupa factor pengetahuan dan system nilai sebagian besar
msyarakat Indonesia tehadap pemahaman jual beli saham
yang masih rendah dan kurang terbuka. Media yang
digunakan dalam pelaksanaan go public adalah seluruh
media baik di internal maupun eksternal sebagai channel
komunikasinya. Salah satu yang paling dianggap efektif
adalah kombinasi iklan televise dan call center serta
penggunakaan opinion leader untuk mempengaruhi
followernya. Pelaksanaan go public yang memerlukan
perhatian serta effort yang tinggi tidak bisa ditangani oleh
satu unit saja, akibatnya Telkom membentuk unit kerja
sendiri yang khusus menangani masalah ini.
5. Eka Fitri Qurniawati (Tesis, 2013). Strategi Komunikasi
Dalam Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Hidup
Pada Siswa. Studi Kasus Program Pengembangan
Lingkungan Hidup SD BPI Bandung. Penelitian ini
merupakan kajian ilmu komunikasi dilihat dari sudut
pandang bahwa strategi komunikasi merupakan bagian
penting dalam pembentukan karakter yang diterapkan
18
melalui program pengembangan lingkungan hidup di SD
BPI Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan
dan menggambarkan secara komprehensif mengenai
strategi komunikasi yang dilakukan oleh Sekolah Dasar
Badan Perguruan Indonesia (BPI) Bandung dalam
pembentukan karakter peduli lingkungan hidup pada siswa
melalui program pengembangan lingkungan hidup dengan
menggunakan metode penelitian studi kasus. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi yang
dilaksanakan oleh Bidang Pengembangan Lingkungan
Hidup SD BPI Bandung dilatar belakangi oleh rasa
kepedulian pihak guru terhadap lingkungan sehingga guru
merasa bahwa pentingnya peranan lingkungan dalam
kehidupan manusia. Sebagai lembaga pendidikan formal,
Bidang Pengembangan Lingkungan Hidup SD BPI
Bandung menerapkannya ke dalam kurikulum sekolah
dengan mengintegrasikan kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler. Hal ini bertujuan agar program ini menjadi
program berkesinambungan serta berkelanjutan yang
diwujudkan dengan pembiasaan kepada seluruh siswa
sehingga pembiasaan tersebut menjadi membawa
perubahan perilaku atau tindakan siswa terhadap
lingkungan hidup.
Dari hasil tinjauan pustaka yang dilakukan peneliti, maka
peneliti belum menemukan adanya judul yang serupa dengan
judul yang diajukan. Dikarenakan belum adanya tesis yang
19
membahas judul yang peneliti angkat, maka peneliti tertarik
untuk mengajukan tesis dengan judul “Strategi Komunikasi
dalam Pemberdayaan Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Tambora-Taman Sari”.
Kekuatan dari judul yang peneliti angkat adalah, peneliti
mengangkat dari segi strategi komunikasi Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah Tambora-Taman Sari yang juga
menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Karena,
bagaimana pun KKMI Tambora-Taman Sari erat kaitannya
dengan komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan
berorganisasi. Dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan
KKMI Tambora-Taman Sari dapat meningkatkan kinerja
madrasah-madrasah yang ada di dalam organisasi ini.
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini
adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis,
yaitu paradigma yang hampir merupakan antithesis dari
paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas
dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.
Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis
sistematis terhadap social meaningfull action melalui
pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial
yang bersangkutan menciptakan dan memelihara /
mengelola dunia sosial mereka.
20
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif yang didefinisikan sebagai sebuah proses
penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah
manusia, berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik
lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan
pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam
sebuah latar alamiah.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Pengurus Kelompok
Kerja Madrasah Ibtidaiyah Tambora-Taman Sari.
Objek dari penelitian ini adalah Strategi Komunikasi yang
dilakukan oleh Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI)
Kecamatan Tambora – Taman Sari.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, yang dimaksud dengan data
adalah data bukan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini
teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu:
a. Observasi
Observasi merupakan proses yang umum dikenal oleh
sebagian besar dari kita dan seperti dikatakan oleh Adler
dan Adler (1994), observasi merupakan dasar fundamental
dari semua metode riset. Apakah digunakan secara
sistematis untuk mendukung metode riset lain atau sebagai
teknik riset utama dalam sebuah riset (seperti dalam
etnografi), observasi memberi makna penting ihwal
21
mengakses dan memahami cara-cara yang digunakan
orang-orang dalam bertindak dan berinteraksi secara
komunikatif.9
Teknik observasi ini langsung ke Subjek penelitian
dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang strategi
komunikasi dalam pemberdayaan komunitas di Kelompok
Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora –
Taman Sari.
Observasi punya kekuatan: metode ini lebih tersamar
(unobtrusive) dan lebih sedikit mengintervensi atau
mengganggu latar/ informan (disruptive). Dengan
demikian, sangat sedikit kemungkinan anda memengaruhi
data yang anda kumpulkan. Kendati demikian, sangat
jarang sebuah riset hanya mengandalkan metode observasi.
Biasanya, peneliti mengamati situasi dan menyimak
pernyataan-pernyataan para partisipan dengan mengajukan
pertanyaan. Dalam riset online, observasi dan partisipasi
berjalan seiring – sejalan, karena peneliti acap memainkan
peran aktif dalam diskusi – diskusi online di chat room.
Kecuali, tentu saja, jika mereka melakukan obeservasi
tertutup.10
Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah
bersifat terus terang atau tersamar yaitu peneliti
9 Christine Daymon dan Immi Holloway, Metode-Metode Riset
Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications (Yogyakarta:
PT. Bentang Pustaka, 2008), h. 320. 10
Christine Daymon dan Immi Holloway, Metode-Metode Riset
Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications (Yogyakarta:
PT. Bentang Pustaka, 2008), h, 322
22
menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti
sedang melakukan penelitian.
b. Interview ( wawancara )
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.11
Menurut
Banister, dkk dalam Poerwandari mengatakan bahwa12
wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud
untuk memperoleh pengetahuan tentang makana-makana
subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topic
yang diteliti, dan bermaksud melakukan ekplorasi terhadap
isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui
pendekatan lain. Wawancara ini dilakukan karena peneliti
bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-
makna obyektif yang difahami individu berkenaan dengan
topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi
terhadap isu tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara
yang masalah beserta pertanyaan-pertanyaan secara jelas
dan terinci dalam suatu bentuk catatan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang masalah
beserta pertanyaan-pertanyaan secara jelas dan terinci
dalam suatu bentuk catatan.
Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai lima
orang narasumber yaitu orang yang menjadi sumber
11 E. Kristi Poerwandari Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian
Perilaku (Jakarta: LPSP3 UI, 2005), h, 127 12
Ibid, h, 127
23
data/informasi penelitian yang mempunyai hubungan atau
keterkaitan dengan stategi komunikasi dalam
pemberdayaan komunitas di Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora – Taman Sari yang
sesuai dengan tujuan dari peneliti atau dianggap memiliki
informasi yang lebih relevan dengan masalah pokok
penelitian.
c. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan informasi menggunakan; alat
perekam (tape recorder), serta alat tulis, arsip-arsip, buku-
buku, tabloid, internet, dan lain-lain yang berkaitan dengan
pembahasan tesis.
d. Studi literature dan data sekunder
Studi literature dan data sekunder dipakai untuk
kerangkat pemikiran dan pembuatan pedoman wawancara.
Literature yang diambil berasal dari buku-buku komunikasi
yang membahas tentang strategi komunikasi dan
pemberdayaan komunitas serta materi mata kuliah terkait.
Data mengenai profil lembaga, laporan tahunan, jurnal,
artikel serta publikasi media massa dan hasil seminar yang
berkaitan dengan topik penelitian, diambil dari internet.
Ulasan dan artikel mengenai strategi komunikasi dalam
pemberdayaan komunitas di Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora – Taman Sari yang
dimuat di media cetak, juga melengkapi data.
24
5. Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
Triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Empat macam triangulasi data13
:
a. Triangulasi Sumber
Yaitu membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif.
b. Triangulasi metode
Yaitu terdapat dua strategi, pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik dan pengumpulan data
dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama.
c. Triangulasi penyidik
Yaitu dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya
untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi
kekeliruan dalam pengumpulan data.
d. Triangulasi teori
Yaitu beranggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa
derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
Berdasarkan pilihan atas teknik triangulasi di atas, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber.
13
Lexy J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandug: Remaja
Rosdakarya, 1999), h.178.
25
Alasannya, peneliti melakukan pembandingan antara transkip
wawancara dengan informasi yang diperoleh saat pengamatan,
membandingkan pembicaraan narasumber (khususnya yang
bertindak sebagai komunikator) baik sebagai pribadi maupun
sebagai komunikator saat diseminasi, dan membandingkan
keadaan narasumber (baik komunikator maupun komunikan)
ketika dalam penelitian maupun di luar penelitian. Juga sebagai
pembanding data yang diperoleh dari narasumber lainnya.
Salah satu teknik keabsahan data adalah dengan
menggunakan teknik triangulasi. Hal ini merupakan salah satu
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk kepentingan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data14
Pemeriksaan dan pengecekan dilakukan peneliti pada
penelitian ini adalah melalui sumber lain yaitu dengan cara
membandingkan data hasil wawancara dengan teori yang dipakai.
Teknik triangulasi dengan sumber yang berarti
membandingkan dan pengecekan balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
melalui:15
1) Perbandingan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara
14
Lexy J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandug: Remaja
Rosdakarya, 1999), h.178. 15
Lexy J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandug: Remaja
Rosdakarya, 1999), h. 330
26
2) perbandingan dengan apa yang dikatakan seseorang
di depan umum dengan apa yang diucapkan secara
pribadi
3) perbandingan apa yang dikatakan tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang
waktu
4) perbandingan keadaan dan perspektif seseorang
berpendapat sebagai rakyat biasa, dengan yang
berpendidikan dan berpejabat pemerintah.
6. Teknik Analisis Data
Bogdan16
menyatakan analisa data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Menurut Murdiyatmoko dan Handayani17
dalam
pengolahan data kualitatif secara garis besar akan
menempuh tiga alur kegiatan yaitu: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Adapun
teknik analisa data dalam penelitian ini melalui beberapa
prosedur pengolahan data seperti telah dipaparkan
sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
16
Bogdan, Robert C., Biklen, Knopp, Sari. 1982 “Qualitative research
for Education”, dalam Sugiyono, Prof. Dr “Memahami Penelitian Kualitatif”.
Bandung: Alfabeta, 2005. h. 88 17
Janu Murdiyatmoko dan Citra Handayani, Sosiologi, Bandung : PT.
Grafindo Media Pratama, 2006. h. 102
27
a. Reduksi data
Pada bagian pertama, proses analisa dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu dari wawancara dengan responden, observasi yang
telah dituliskan dalam lembar observasi lapangan, dan
sebagainya. Data-data tersebut tidak lain hanyalah
kumpulan kata-kata mentah yang masih perlu dibaca,
dipelajari dan ditelaah lebih lanjut. Untuk mengubah kata-
kata mentah tersebut menjadi bermakna maka peneliti
kemudian mengadakan reduksi data. Adapun pengertian
reduksi data menurut Murdiyatmoko dan Handayani adalah
suatu kegiatan yang berupa penajaman analisis,
penggolongan data, pengarahan data, pembuangan data
yang tidak perlu, dan pengorganisasian data sedemikian
rupa untuk bahan penarikan kesimpulan.
b. Penyajian data
Setelah ditemukannya hasil olahan data mentah tadi
dalam bentuk kalimat yang mudah dicerna, selanjutnya
peneliti menganalisa masing-masing kasus obyek tersebut,
peneliti kembali melakukan analisa dengan
mengkombinasikan berbagai kasus dalam bentuk analisa
antar kasus. Yang selanjutnya data tersebut dijadikan
panduan untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat
pada bab I, dengan cara menganalisanya dalam bentuk
naratif yang bersifat deskriptif. Sehingga tujuan dari
penelitian ini dapat terjawab.
28
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Sedangkan pada tahap akhir ini, data yang tersaji
pada analisa antar kasus khususnya data yang berisi
jawaban atas tujuan penelitian kembali diuraikan secara
singkat. Sehingga memperoleh kesimpulan mengenai
Strategi Komunikasi dalam Pemberdayaan Komunitas
(Studi Kasus : Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Tambora – Taman Sari).
7. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora – Taman Sari yang
berlamat di Jl. Sawah Lio V Kiara VI/8 Rt.008/05 Kelurahan:
Jembatan Lima – Kecamatan: Tambora, Jakarta Barat 11250.
Sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai bulan September
2017 sampai dengan bulan Desember 2017.
8. Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan
1) Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa
persiapan antara lain: menyusun rancangan
penelitian, mengurus perizinan, memilih obyek
penelitian, membuat pedoman wawancara,
menyiapkan perlengkapan penelitian dan
mempersiapkan diri sepenuhnya untuk
melakukan penelitian.
2) Kemudian peneliti memperkenalkan diri secara
singkat dan menjelaskan maksud dan tujuan
29
kedatangan guna penelitian yang dilakukan.
Dengan menanyakan kesediaan subjek untuk
memberikan informasi mengenai kasus
kekerasan seksual hingga subjek bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan
informasi yang peneliti butuhkan. Hal tersebut
dinyatakan dalam lembar pernyataan kesediaan
dengan ditandatangani peneliti dan subjek
(terlampir).
3) Kemudian peneliti membuat janji untuk
pertemuan berikutnya dengan subjek dimana
proses wawancara dan observasi akan
dilakukan. Adapun tempat pelaksanaan
wawancara ditentukan oleh subjek. Hal ini
dimaksudkan agar subjek merasa lebih leluasa
dalam mengungkapkan perasaan atau
pikirannya saat wawancara berlangsung,
sekaligus merasa nyaman dalam melaksanakan
aktifitasnya sehari-hari meski dirinya sedang
diwawancarai.
4) Menyusun pedoman wawancara dan observasi
yang dibuat sesuai dengan tujuan penelitian
yakni Strategi Komunikasi dalam
Pemberdayaan Komunitas (Studi Kasus :
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Tambora
– Taman Sari ).
30
5) Mempersiapkan berbagai alat yang dapat
digunakan untuk mendokumentasikan berbagai
peristiwa yang terjadi pada saat wawancara dan
observasi dilakukan. Adapun alat-alat yang
digunakan meliputi lembar observasi dan
wawancara, alat perekam (tape recorder) serta
alat tulis.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dan
referensi, dimulai dengan mencari data untuk melakukan
wawancara sehingga memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan.
1) Sehari sebelum waktu pertemuan yang telah
ditentukan, peneliti kembali mengkonfirmasi
ulang obyek via telepon untuk memastikan
kembali janji pertemuan yang telah
direncanakan. Serta peneliti juga
mempersiapkan pedoman wawancara, lembar
observasi, serta data lembar diri obyek yang
telah disetujui oleh dosen pembimbing
sebelumnya.
2) Melakukan proses pengumpulan data dengan
melakukan wawancara yang dilaksanakan pada
waktu dan tempat yang telah disepakati
bersama.
31
3) Selanjutnya peneliti juga mencari data lainnya
dari informan atau orang-orang yang dekat dan
memiliki hubungan dengan obyek (melakukan
cross ceck), dengan tujuan agar data yang
diperoleh bersifat obyektif.
4) Menganalisa data setiap obyek hingga membuat
kesimpulan penelitian.
H. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan
tesis ini, peneliti membuat sistematika penelitian secara gambaran
umum sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang masalah yang menjelaskan
kondisi permasalahan yang terjadi dan
membatasi serta merumuskan permasalahan.
Tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian yang digunakan, Tinjauan Pustaka
sebagai bahan perbandingan referensi dan
Sistematika Penelitian yang menjadi gambaran
umum dalam penelitian.
BAB II KERANGKA TEORITIS
Menjelaskan tentang teori - teori yang
mendasari permasalahan pada penelitian untuk
digunakan dalam penelitian tesis yang bertujuan
untuk menganalisa dan merancang sistem yang
32
diperoleh dari berbagai sumber referensi seperti
buku - buku yang bersangkutan, jurnal, artikel,
dan data-data dari internet yang jelas akan
sumbernya. Landasan fokus pada tesis ini yakni
pengertian strategi komunikasi, konsep
pemberdayaan komunitas, dan Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah (KKMI).
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR
PENELITIAN
Membahas tentang latar belakang berdirinya
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI)
Kecamatan Tambora –Taman Sari dan
perkembangannya sejauh ini, Visi dan Misi
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI )
Kecamatan Tambora – Taman Sari, Struktur
Organisasi Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora –
Taman Sari, Profil Program Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan
Tambora – Taman Sari serta keunggulan dan
kelebihan program pemberdayaan komunitas di
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI)
Kecamatan Tambora – Taman Sari.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas hasil penelitian dan analisis data
yang diperoleh dari Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora –
33
Taman Sari tentang Strategi Komunikasi dalam
Pemberdayaan Komunitas di Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan
Tambora – Taman Sari.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan, implikasi, dan
saran dari seluruh aspek permasalahan yang
menjadi topik pembahasan pada penelitian tesis.
34
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Strategi Komunikasi
1. Definisi Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani yaitu
strategos yang terbentuk dari kata stratus yang berarti
militer dan –ag yang berarti memimpin1. Lawrence R.
Jauch dan William F. Glueck menyatakan bahwa strategi
adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu
yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan
tentangan lingkungan dan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan2.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi adalah
rencana yang cermat mengenai kegiatan mencapai sasaran
khusus. Konsep dan teori dalam ilmu strategi banyak yang
berasal dari strategi militer. Keputusan strategi, baik dalam
bidang militer maupun dunia usaha, berkaitan dengan tiga
karakteristik umum, yaitu: strategi merupakan hal yang
1 Grant, Robert M. Diterjemahkan oleh Secokusomo. Analisis Strategi
kontemporer: konsep, teknik, Aplikasi. Jakarta: Erlangga. 1997., h. 11 2 Jauch Lawfence R. dan William F. Glueck. 1997, “Manajemen
Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Edisi ketiga, Erlangga. Jakarta. H. 12.
Yang dialih bahasakan oleh Murad dan AR. Henry Sitanggang
35
penting, strategi meliputi komitmen yang penting dari
sumber daya, strategi tidak mudah diubah3.
Strategi adalah pola tindak manajemen untuk
mencapai tujuan badan usaha. Tujuan bisa jangka panjang,
yaitu yang ingin dicapai dalam kurun waktu lebih dari 1
tahun (1-5 tahun yang akan datang), dan tujuan jangka
pendek, yaitu yang ingin dicapai dalam kurun waktu 1
tahun atau kurang. Ada pula tujuan strategi, yaitu target
yang ingin dicapai agar posisi dan daya saing bisnis makin
kuat. Disamping itu ada tujuan finansial, yaitu target yang
ditentukan menejemen bertalian dengan kinerja finansial4.
Berdasarkan tinjauan beberapa konsep strategi di atas,
maka strategi organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut
ini:5
a. Alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan-
tujuannya.
b. Seperangkat perencanaan yang dirumuskan oleh
organisasi sebagai hasil pengkajian yang
mendalam terhadap kondisi kekuatan dan
kelemahan internal serta peluang dan ancaman
eksternal.
3 Grant, Robert M. Diterjemahkan oleh Secokusomo. Analisis Strategi
kontemporer: konsep, teknik, Aplikasi. Jakarta: Erlangga. 1997., h. 11 4 Sukanto, Reksohadiprojo. Manajemen Strategi, Yogyakarta: BPFE.
2003., h. 2 5 Akdon. Strategik Manajement for Educational Manajement. Alfabeta.
2007., h. 15
36
c. Pola arus dinamis yang diterapkan sejalan dengan
keputusan dan tindakan yang dipilih oleh
organisasi.
Menurut Tedjo Udan, dilihat dari latar belakangnya,
ada dua alasan yang menyebabkan organisasi merasa perlu
melakukan pekerjaan perumusan strategi, yaitu adanya
permasalahan atau keinginan.6
a. Permasalah Kritis
Organisasi merasa perlu merumuskan strategi untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan kritis yang sudah
biasa dirasakan / diperkirakan saat ini. Jadi strategi
dirumuskan untuk mengatasi permasalahan kritis yang
muncul, misalnya keterbatasan sumberdaya, kuatnya
pesaing, perubahan lingkungan yang demikian dahsyat
sehingga oraganisasi harus mendefinisikan
produk/jasa/perannya kembali, kesalahan rancangan strategi
masa lalu dan lain-lain. Permasalahan inilah yang akan
mewarnai rumusan strategi.
b. Keinginan
Di lain pihak ada organisasi yang merumuskan
strategi bukan karena ingin menyelesaikan permasalahan
tertentu tetapi lebih didorong karena ingin mencapai
kondisi atau sasaran tertentu. Biasanya kebutuhan sumber
6 Arifianto & Heru Dwi, 2008. Skripsi; Strategi Dakwah Membangun
Generasi Khaira Ummah Di Kampus Unissula, Semarang: IAIN Walisongo
Fakultas Dakwah. 2008. h. 25
37
daya, permasalahan dan strategi akan ditentukan kemudian,
setelah terlebih dahulu diketahui kondisi organisasi masa
depan yang diinginkan.
Penerapan cara ini secara konsekuen hanya mungkin
dilakukan oleh organisasi yang tidak sedang menghadapi
permasalahan serius bahkan memiliki sumber daya berlebih.
Menurut Robert M. Grant ada tiga peranan penting strategi
dalam manajemen yaitu: strategi sebagai pendukung untuk
pengambilan keputusan, strategi sebagai sarana koordinasi dan
komunikasi, dan strategi sebagai target konsep strategi akan
digabungkan dengan misi dan visi untuk menentukan dimana
perusahaan akan berada dalam masa yang akan datang.7
Menurut Oslen dan Eadie dalam8, perencanaan strategi
adalah upaya yang disiplinkan untuk membuat keputusan dan
tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana
menjadi organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan
organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau
entitas lainnya) mengerjakan hal seperti itu. Manfaat dari
perencanaan strategi dalam9, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berfikir secara strategi dan mengembangkan strategi-
strategi yang efektif.
b. Memperjelas arah masa depan.
7 Grant, Robert M. Diterjemahkan oleh Secokusomo. Analisis Strategi
kontemporer: konsep, teknik, Aplikasi. Jakarta: Erlangga. 1997., h. 23 8 Bryson, John M. Perencanaan Strategi bagi Organisasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003., h. 4 9 Bryson, John M. Perencanaan Strategi bagi Organisasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003., h. 12
38
c. Membuat keputusan sekarang dengan mengingat
konsekuensi masa depan.
d. Memecahkan masalah utama organisasi.
e. Memperbaiki kenerja organisasi.
f. Membangun kerja kelompok dan keahlian.
Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan
tiga tip strategi yaitu: strategi manajemen, strategi investasi, dan
strategi bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi strategi yang
dapat dilakukan manajemen dengan organisasi pengembangkan
strategi secara makro. Strategi investasi merupakan kegiatan yang
berorientasi pada investasi. Strategi bisnis berorientasi pada
fungsi-fungsi kegiatan manajemen.10
2. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata Latin communicatio, dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah sama makna11
.
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari
bahasa Latin yaitu “Communicare” yang artinya berbicara,
menyampaikan pesan, informasi, pikiran, perasaan,
gagasan, dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain yang mengharapkan jawaban, tanggapan,
10
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 2008., h. 7 11
Onong Uchjana Effendy., Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek.
Penerbit. PT. Remaja Rosdakarya Bandung. Cet ke-sembilan belas, Januari,
2005, h. 9
39
maupun arus balik (feedback) dari orang yang diajak bicara.
Komunikasi menurut bahasa Latin lainnya adalah
“Communicati” kata sifatnya “Communis” yang berarti
“sama” dan dalam bahasa Inggris yaitu “Communication”
dengan kata sifatnya “Commonness” keduanya diartikan
“pemberitahuan”. Yang artinya bersama-sama diantara dua
orang atau lebih yang berbicara mengenai kebersamaan,
kepentingan, keinginan, pengetahuan, kepemilikan, dan
gagasan.12
Adapun pengertian komunikasi secara istilah
diantaranya dikemukakan oleh sebagian para ahli di bidang
komunikasi, yaitu:
1) C.I. Hovland, 1970, komunikasi dapat didefinisikan
sebagai sebuah rangsangan dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan, seorang komunikator mampu
mengubah perilaku individu lainnya atau
komunikan.13
Dalam penerapan pada proses kegiatan lembaga,
manajemen memberikan informasi pada media
massa dan cetak serta menunjuk seorang humas
yang bertujuan untuk mempengaruhi opini public
sebagai tindakan rangsangan komunikasi.
2) Harold D. Lasswell, 1948, mengatakan bahwa
komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses
12
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung :
Remaja Rosdakarya. 2004. h. 41 13
Nina Mutmainah dan M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), cet. Ke-1, h. 25
40
yang menjelaskan “siapa” dan mengatakan “apa”,
“dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan
akibat atau hasil apa” (who? Says what? In which
channel? To whom? With what effect?) formula
Lasswell ini mengkaji lebih jauh mengenai
pertanyaa “efek apa yang diharapkan” komponen-
komponen dari pertanyaan itu adalah (when? How?
Why?) yaitu “kapan dilaksanakannya”, bagaimana
melaksanakannya” dan “mengapa dilaksanakan
demikian”.14
Model ini bersifat linier, melihat komunikasi
sebagai transmisi pesan memunculkan efek bukan
makna. Efek menunjukkan sebuah perubahan yang
dapat diamati dan diukur dari penerima yang
disebabkan oleh elemen-elemen dari proses
komunikasi yang bisa diidentifikan. Perubahan satu
dari elemen tersebut akan mengubah efek seperti
kita bisa mengubah pengirim, mengubah pesan,
mengubah saluran, dan lainnya, perubahan dari
masing-masing elemen tersebut akan menciptakan
perubahan yang sesuai terhadap efek dari masing-
masing elemen.15
3) Everett M. Rogers, 1981 mendefiniskan sebagai
proses arus komunikasi berjalan searah dari
komunikator kekomunikan. Inisiatif untuk
14 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, h. 34
15 John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012), h. 50.
41
mengkomunikasikan pesan datang dari komunikator
dan komunikan hanya menerima pesan, diharapkan
pesan yang diterima komunikan dapat mengubah
perilakunya.
Proses arus komunikasi lembaga yang searah antara
pimpinan dan anggota, serta hubungan masyarakat
dengan publik, yang ditekankan disini adalah
inisiatif untuk memunculkan komunikasi datang dari
lembaga dengan harapan informasi yang diberikan
dapat mengubah perilaku masyarakat16
.
4) D. Lawrence Kincaid, 1981 dalam buku
Communication Networks merumuskan komunikasi
baik komunikator maupun komunikan sebagai
partisiapan sama-sama aktif dalam merumuskan isi
pesan yang dapat dimengerti dan disetujui oleh
kedua belah pihak. Ini merupakan ciri komunikasi
dua arah, yakni isi pesan bukan hanya dimengerti
oleh salah satu pihak saja (komunikator) tetapi oleh
kedua-duanya, dengan demikian efek komunikasi
yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.17
Tahapan terjadinya sebuah komunikasi lahir dari
sebagian opini public yang melihat bahwa ada suatu
masyarakat yang sedang membutuhkan pertolongan
dari segi lingkungan dan disampaikan salah satunya
16
Deddy Mulyana, 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar,
Bandung, Remaja Rosdakarya, h. 62 17
Nina Mutmainah dan M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi,
(Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1994), cet ke-9, h. 26
42
kepada lembaga untuk dipertimbangkan menjadi
bantuan. Kemudian lembaga menindaklanjuti
dengan mendiskusikan, mencari data-data dan
donator, yang pada akhirnya informasi secara
keseluruhan dikembalikan kepada masyarakat
melalui publikasi informasi.
5) Gerald R. Muler dan Mark Steinberg merumuskan
definisi komunikasi yang begitu singkat tetapi padat
yaitu Intensional artinya komunikator dalam
menyampaikan pesan kepada pihak lain mempunyai
maksud tertentu. Transaksional artinya pengetahuan
yang diperoleh manusia berdasarkan hasil suatu
transaksi informasi, Prosesual yaitu adanya
interaksi yang berkesinambungan dari sejumlah
variable dan yang terakhir adalam simbolik yaitu
lambang berdasarkan konvensi yang digunakan
untuk mewakili sesuatu baik kata-kata lisan maupun
tertulis.18
6) Sedangkan definisi menurut pakar komunikasi
Indonesia Onong Uchjana Effendi yaitu proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap,
18
Nina Mutmainah dan M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi,
(Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1994), cet ke-9, h. 26
43
pendapat, atau perilaku baik secara langsubg dengan
lisan maupun tidak langsung melalui media.19
Public relation yang diberikan wewenang
memberitahukan informasi kepada publik dengan tujuan
dapat berpartisipasi sebagai donatur maupun relawan
dengan secara langsung berbicara atau membuat berita,
artikel, dan selembara melalui media massa dan cetak.
Kesimpulan dari sebagian definisi yang dikemukakan
oleh para ahli diatas adalah komunikasi merupakan
mekanisme dimana terdapat hubungan antarmanusia yang
melakukan interaksi dengan pesan, suara, lambang pikiran,
simbol yang mencakup ekspresi wajah, sikap, gerak-gerik,
dan suara baik secara tertulis, terlihat, maupun terdengar.
b. Unsur-unsur Komunikasi
Unsur pokok dalam komunikasi yaitu manusia, alat
(benda) dan pengertian. Manusia disini berfungsi sebagai
sentral, yakni menentukan bentuk komunikasi, peralatan
komunikasi yang digunakan serta pengertian yang akan
dikomunikasikan. Pengertian disini dapat berupa lambang-
lambang atau symbol yang dapat dimengerti oleh
penyampai informasi dan penerima. Komunikasi akan
berlangsung dengan baik dan mencapai sasaran apabila baik
19
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), cet ke-7, h. 5
44
komunikator dan komunikan mempunyai lambang yang
sama atau kesepakatan tentang isyarat yang digunakan.20
Penegasan tentang unsur-unsur dalam komunikasi
dapat dirinci sebagai berikut21
:
1) Sender: menyampaikan pesan kepada satu
orang atau sejumlah orang.
2) Encoding: proses pengalihan pikiran kedalam
bentuk lambang atau gambar.
3) Message: pesan yang berupa lambang bermakna
yang disampaikan oleh komunikator.
4) Media: saluran komunikasi tempat pesan lewat
dari komunikator ke komunikan.
5) Decoding: pengawasan terhadap proses pesan
dalam menetapkan makna pada lambang yang
disampaikan.
6) Receiver: komunikan yang menerima pesan dari
komunikator.
7) Response: tanggapan atau reaksi pada
komunikan setelah pesan diterima.
8) Feedback: umpan balik, yaitu tanggapan
komunikan terhadap pesan yang diterima.
9) Noise: gangguan di luar pengawasan dalam
proses komunikan seperti tidak ada kesamaan
makna pada pesan dari komunikator atau
kesalahpahaman.
c. Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi diklasifikan sebagai Verbal
Communication dan Non-Verbal Communication22
.
1) Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan lambang bahasa, ini mencakup
20 H. Khairuddin, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Liberty,
2000), h. 87-88 21
John Tandowijodjo, Dasar dan Arah Public Relation, ( Jakarta:PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 13 22
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung:
Penerbit Alumni Press, 1981), h. 28-31
45
komunikasi dengan bahasa lisan maupun bahasa
tulisan. Bahasa adalah lambang yang paling
banyak digunakan dalam komunikasi, karena
selain mewakili kenyataan yang objektif juga
mewakili hal yang abstrak seperti ide, informasi
atau opini. Bahasa memegang peranan yang
sangat penting terutama pada zaman ini, media
massa surat kabar, majalah, film, radio, dan
televisi yang menghendaki penggunaan bahasa
dengan cara dan gaya yang berbeda.
Manajemen dalam lembaga menggunakan
komuniaksi verbal ini untuk mendapatkan
keputusan, hal ini berdasarkan pada ide dari
para anggota yang didiskusikan, informasi yang
didapatkan atau opini yang sedang berkembang,
pada proses komunkasi bahasa secara tidak
formal dinilai lebih nyaman dari bahasa formal
yang cenderung kaku.
2) Komunikasi non-verbal adalah komunikasi
dengan gejala yang menyangkut gerak-gerik
(gestures), sikap (postures), ekspresi muka
(facial expressions) melalui gambar. Gambar
adalah lambang lain yang digunakan
komunikasi non verbal untuk menyatakan suatu
pikiran dan perasaan, pada masa tertentu
gambar bisa lebih efektif daripada bahasa
contohnya seperti televisi yang dapat
memberikan kita informasi dilihat dan didengar.
Dalam prakteknya komunikasi verbal dan non
verbal saling mengisi untuk memperoleh
efektivitas artinya media massa akan efektif bila
berdampingan dengan bahasa.
Secara teoritis komunikasi non verbal dan komunikasi
verbal dapat dipisahkan namun dalam kenyataannya kedua
jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling
melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-
46
hari untuk mengubah tingkah laku. Perubahan tingkah laku
yaitu, perubahan yang terjadi dalam diri individu dalam
aspek kognitif, afektif, ataupun psikomotor.23
3. Strategi Komunikasi
a. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi didefinisikan sebagai metode penggunaan
unsur-unsur strategis untuk mencapai tujuan-tujuan spesifik
yang telah ditetapkan. Metode yang tepat dan sesuai dengan
kondisi yang dihadapi adalah syarat bagi tercapainya
tujuan.24
Dari sekian banyak teori komunikasi yang di
kemukakan oleh para ahli, teori dasar terkait strategi
komunikasi adalah teori Harold D. Lasswell yang
menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan
kegiatan komunikasi atau cara untuk menggambarkan
dengan tepat sebuah tindak komunkasi ialah menjawab
pertanyaan “Who Says What In Which Channelto Whom
With What Effct?(siapa mengatakan apa dengan cara apa
kepada siapa dengan efek bagaimana)”25
. Kalau di uraikan
Formula Lasswell tersebut dapat dilihat dalam skema yang
23
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.
2017. h. 57 24
Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah. Public Relations 2.0. Teori dan
Praktik Public Relations di Era Cyber. Gramata Publishing. Jakarta. 2011. h.
155 25
Suryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. CV Pustaka Setia: Bandung.
Cetakan ke-2: 2017. h. 54
47
di gambarkan oleh Denis Mc Quail dan Sven Windahl yang
dikutip oleh Suryanto sebagai berikut:26
Gambar 2.1
Skema Formula Laswell
Telaah komikator meliputi analisis hal – hal sebagai
berikut : sejauh mana si komunikator mempunyai percaya
diri (self confident). Dikarenakan dalam komukaisi
Interpersonal ciri/karektiristiknya yang pertama dimulai
dari sendiri maka komunikator harus percaya pada
memampuanya sendiri untuk melakukan relasi komunikasi
interpersonal. Bahagian dari percaya diri pada komunikator
adalah penguasaan materi/pengetahuan yang mendalam
tentang hal – hal dari isi pesan yang akan di-recever-kan
(disampaikan). Sejauh mau komunikator mengendalikan
transaksional, yaitu ketika bertemu dan berkenalan dengan
komunikan maka komunikator sudah mempunyai persepsi
mengenai identitas dan kepribadian komunikan. Untuk
26
Suryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. CV Pustaka Setia: Bandung.
Cetakan ke-2: 2017. h. 60
siapa
Telaah
komunikator
Mengatakan
apa
pesan
Analisis isi
media
Analisis
media
Cara apa Kepada
siapa
komunikan
Analisis
komunikan
Efek
bagaimana
efek
Analisis
efek
48
selanjutnya maka komunikator harus tetap mengendalikan
identitas dan kepribadian komunikan seperti semula.
Memelihara relasi, yaitu memelihara hubungan dengan
komunikan dengan mengatur jarak duduk atau dengan tetap
memperhatikan pandangan wajah pada komunikan.
Formula dari Lasswell tersebut termasuk dalam
kategori model – model dasar dalam strategi komunikasi.
Formula sederhana ini telah digunakan dengan berbagai
cara, terutama untuk mengatur dan mengorganisasikan dan
membentuk struktur tentang proses komunikasi. Formula
Lasswell menunjukkan kecenderungan – kecenderungan
awal model – model komunikasi, yaitu menganggap bahwa
komunikator pasti mempunyai “recever” (penerima) dan
karenanya komunikasi harus semata – mata dianggap
sebagai proses persuatif. Juga selalu di anggap bahwa pesan
– pesan itu pasti ada efeknya. Formula Lasswell tersebut
mengandung banyak keterkaitan dengan teori – teori lain
seperti di ungkapakan oleh Melvin L. De Fleur yang di
kutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku “Dimensi –
dimensi Komunikasi”, terdapat empat teori:27
1. individual Defferences Theory, yaitu khalayak sebagai
komunikan secara selektif psikologis memperhatikan
suatu pesan komunikasi jika berkaitan dengan
27
Onong Uchjana Effendy. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung:
Alumni. 1991. h. 69
49
kepentingannya, sesuai sikap, kepercayaan, dan nilai –
nilainya.
2. Social Catagories Theory, yaitu meskipun masyarakt
modern sifatnya heterogen namun orang – orang yang
memmpunyai sifat yang sama akan memilih pesan
komunikasi yang kira – kira sama dan akan
memberikan tanggapan yang kira – kira sama pula.
3. Social Relationship Theory, bahwa walaupun pesan
komunikasi hanya sampai pada seseorang tapi kalau
seseorang tersebut sebagai pemuka pendapat (opinion
leader), maka informasi isi pesan tersebut akan
diteruskan kepada orang lainnya bahkan juga
menginterprestasikannya. Berarti opinion leader tadi
mempunyai pengaruh pribadi (personal; influence)
yang merupakan mekanisme penting dapat merubah
pesan komunikasi).
4. Cultural Norms Theory, bahwa melalui penyajian yang
selektif dan penekanan pada tema tertentu media masa
menciptakan kesan – kesan pada khalayak bahwa
norma – norma budaya yang sama mengenai topik –
topik tertentu di bentuk dengan cara – cara khusus
dengan batas – batas situasi perorangan, yaitu ada tiga:
a. Reinforce existing petterns, bahwa pesan
komunikasi dapat memeperkuat pola – pola yang
sudah ada dan mengarahkan orang – orang untuk
percaya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh
masyarakat.
50
b. Create new shared convictions, bahwa media masa
dapat menciptakan keyakinan baru mengenai suatu
topik yang dengan topik tersebut khalayak kurang
berpengalaman sebelumnya.
c. Change existing norms, bahwa media massa dapat
merubah norma – norma yang sudah ada dan
karenanya dapat merubah tingkah laku orang –
orang.
Selanjutnya strategi komunikasi harus juga
meramalkan efek komunikasi yang diharapkan, yakni dapat
berupa :
1. Menyebarkan informasi
2. Melakukan persuasi
3. Melaksanakan intruksi
Dari efek yang di harapakan tersebut dapat diterapkan
bagaiman cara berkomunikasi (how to communcate), dapat
dengan :
1. Komunikasi tatap muka (face to face
communication)
Dipengaruhi apbila kitaa mengharapkan efek
perubahan tingkah laku (behavior change) dari
komunikan karena sifatnya lebih.
2. Persuasive komunikasi bermedia (mediated
communication),
51
Dipengaruhi lebih banyak untuk komunikasi
informatif dengan menjangkau lebih banyak
komunikan tetapi sangat lemah dalam hal persuasif.
Argenti menjelaskan mengenai setting strategi
komunikasi dapat berjalan secara efektif, dengan tahapan:28
1. Menentukan objectives sebagai bagian dari
kegiatan komunikasi, meliputi hasil yang
digunakan organisasi dari kegiatan komunikasi
yang akan di lakukannya.
2. Menentukan sumber dara yang digunakan unruk
memperoleh objective tersebut seperti dana,
SDM, dan waktu.
3. Menganalisa reputasi organisasi
4. Menganalisa konstituen (publik) organisasi
dengan cara :
a. Membedakan antara publik primer dangen
sekunder.
b. Mengetahui apa yang publik pikirkan
mengenai organisasi ?
Bagaiman sikap mereka terhadap
organuisasi?
c. Apakah publik mengetahui tentang
topik/isu yang menajadi pokok Bahasa
dalam strategi komunikasi?
28
Paul Argenti. Komunikasi Korporat: Corporate Communication.
Jakarta: Salemba Humanika. 2007. h. 24
52
5. Mengirimkan pesan secara „tepat‟ dengan cara :
a. Memilih channel komunikasi sesuai,
b. Memperhatikan struktur pesan yang
disampaikan,
c. Pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu
menarik perharian,
d. Pesan dirumuskan melalui lambang –
lambang yang mudah dipahami atau
dimengerti oleh komunikan,
e. Pesan menimbulkan kebutuhan pribadi dari
komunikannya,
f. Pesan merupakan kebutuhan yang dapat
dipenuhi, sesuai dengan situasi dan
keadaan kondisi dari komunikan,
g. Pesan tersebut berupa ide, pikiran,
informasi, gagasan, dan perasaan. Pikiran
dan perasaan tersebut tidak mungkin dapat
diketahui oleh komunikan jika tidak
menggunakn “suatu lambang yang sama –
sama dimengerti”.
6. Publik respons, setelah melakukan komunikasi
dengan publik maka yang harus dilakukan
adalah menganalisis hasil dan tanggapan dari
publik akibat komunikasi tersebut.
Secara terminologis istilah strategi mengandung arti
yang multidimensional. Dalam praktik sehari-hari, istilah
53
strategi ini biasanya disamakan dengan “siasat”atau
“taktik”. Karena itulah kata “strategi” ini sering digunakan
ketika seseorang bermaksud menjelaskan tentang “siasat”
atau “kiat”. Padahal, dalam artikelnya yang berjudul “what
is strategy?” Michael Porter menegaskan bahwa kata
strategi ini mengandung cakupan makna yang begitu luas.
Ada 8 (delapan) makna strategi sebagaimana dijelaskan
oleh Michael Porter yaitu:29
1. Penentu tujuan jangka panjang, program kerja, dan
alokasi sumberdaya.
Dalam dimensi ini, strategi merupakan cara eksplisit
dalam menentukan tujuan jangka panjang, sasaran-
sasaran organisasi, program kerja yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan, dan alokasi sumberdaya yang
diperlukan.
2. Penentu aspek keunggulan organisasi.
Di sini strategi dijadikan power yang efektif untuk
menentukan segmentasi produk dan pasar.
Segmentasi itu mencakup penentuan customer
maupun pengenalan tentang kompetitor yang
dihadapi.
3. Penentu tugas manajerial
Dimensi ini memperlihatkan tiga perspektif
organisasi sebagai korporasi, bisnis, dan fungsi-
fungsi. Ketiga perspektif ini harus dilihat secara
holistik dengan tetap memperlihatkan perbedaan tgas
manajerial masing-masing perspektif. Strategi
dipilahkan dari sekedar efektivitas operasional yang
terdiri dari serangkaian aktivitas. Di samping
menentukan dan menyusu aktivitas yang perlu
dilakukan untuk mencapai level terbaik, strategi juga
berperan memperlihatkan bagaimana aktivitas-
aktivitas tersebut saling berhubungan.
29
Porter E Michael. (1996), Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis
Industri dan Pesaing, Erlangga, Jakarta.1996. h. 14
54
4. Pola pengambilan keputusan yang saling mengikat
Di sini strategi dilihat sebagai pola pengambilan
keputusan berdasarkan masa lampau yang mungkin
ikut mementukan apa yang harus dilakukan di masa
depan.
5. Penentu imbalan
Baik ekonomis maupun non-ekonomis kepada
stakeholders. Dimensi ini menunjukkan bahwa
tanggung jawab perusahaan bukan terbatas pada
shareholders saja, tetapi juha kepada semua
stakeholders, misalnya: karyawan, para manajer,
pembeli, pemasok, dan sebagainya.
6. Pernyataan keinginan strategis
Dimensi ini menempatkan strategi sebagai perumus
posisi strategi organisasi tentang besarnya tantangan
dalam mencapai tujuan. Di sini strategi tidak berhenti
hanya pada penyusunan program-program yang sudah
atau sedang berjalan, tetapi harus terarah pada
pemusatan daya kreativitas dan mendorong organisasi
ke posisi yang semakin jaya.
7. Sarana untuk mengembangkan kompetensi inti
organisasi
Dimensi ini mengalihkan fokus organisasi dari
strategic business unit (SBU) ke level korporasi. Jika
organisasi terfokus pada alokais sumberdaya ke SBU
semata, maka dalam jangka pendek mungkin akan
menunjukkan kinerja baik. Tetapi pada suatu saat,
organisasi akan melihat bahwa investasi untuk
mengembangkan kompetensi inti tidak memadai
sehingga kehilangan keunggulan untuk bersaing.
8. Upaya mengalokasikan sumberdaya untuk
mengembangkan keunggulan daya saing yang
berkesinambungan.
Di sini kompetensi inti terkait erat dengan
sumberdaya organisasi. Dan strategi dilihat sebagai
model investasi berbasis sumberdaya untuk
mengembangkan sumberdaya sebagai sarana
mencapai keunggulan. Di sini mau ditekankan bahwa
55
keunggulan daya saing tergantung pada
pengembangan sumberdaya organisasi.
Dari 8 (delapan) makna strategi di atas, ada 4 (empat)
makna strategi yang maknanya berkorelasi dengan strategi
komunikasi dalam pemberdayaan komunitas Kelompok
Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI), yakni:
1. Strategi sebagai penentu tujuan jangka panjang,
program kerja, dan alokasi sumberdaya,
2. Strategi sebagai pola pengambilan keputusan
yang saling mengikat,
3. Strategi sebagai penentu imbalan, baik
ekonomis maupun non ekonomis kepada
stakeholders,
4. Strategi sebagai pernyataan keinginan strategis.
Strategi yang terencana dengan baik mampu
menyusun dan mengatur sumber-sumber organisasi dalam
sebuah hasil yang unik dan mampu bertahan dalam jangka
waktu yang lama berdasarkan pada kemamuan dan
kelemahan internal, mengantisipasi perubahan internal,
mengantisipasi perubahan lingkungan/tindakan yang
dilakukan oleh pesaing.
Strategi sebagai sebuah rencana aksi yang dipilih
sebagai cara yang paling menjanjikan untuk mencapai
tujuan, dalam merancangnya ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Pemilihan strategi dilakukan berdasarkan pada:
a. Strategi dipilih untuk meraih target sasaran
56
b. Setiap elemen strategi seharusnya
dikoordinasikan dengan berbagai segmen
target sasaran
c. Strategi harus ditentukan melalui tujuan
artinya dipilih karena mampu menawarkan
kesempatan yang paling bagus dalam
mencapai tujuan
d. Strategi dipilih untuk hasil yang maksimal
dari keterbatasan waktu dan personil dan
dana
e. Strategi yang dipilih seharusnya sesuai
dengan kecenderungan manajemen
2. Meneliti dan melakukan uji coba strategi, uji
coba ini dilakukan untuk menentukan strategi
tersebut dapat menciptakan hasil yang
diharapkan. Uji coba ini meliputi penyidikan
respon public terhadap strategi untuk
memperbaiki dan meningkatkan efektifitasnya.
3. Merancang rencana komunikasi, rencana
komunikasi meliputi apa yang penting untuk
dikomunikasikan sebelum, selama dan sesudah
strategi dilaksanakan. Rencana ini meliputi
serangkaian aktivitas komunikasi dan kegiatan
yang terjadi, termasuk di dalamnya menentukan
jenis media dan saluran komunikasi yang tepat
untuk target sasaran yang memilih pesan yang
57
efektif dan sesuai dengan karakteristik target
sasaran.
4. Menjadwal keseluruhan strategi, yakni
menentukan kapan elemen-elemen komunikasi
yang paling tepat dilakukan selama periode
waktu yang jelas.
5. Membuat anggaran untuk semua aksi dan event
dalam strategi, meliputi perkiraan biaya yang
dibutuhkan.
6. Aplikasi strategi pada manajemen.
Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk
mencapai sasaran yang dituju. Strategi yang baik akan
mempertimbangkan 2 hal, yaitu30
:
a. Lingkungan internal organisasi yang meliputi
kemampuan dan kelemahan organisasi.
b. Lingkungan eksternal organisasi yang sewaktu-
waktu dapat berubah.
Berbagai kisi yang dilakukan pesaingnya secara
umum dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi yang menjadi
peluang atau ancaman bagi lembaga organisasi yang
bersangkutan.
Dengan demikian, strategi komunikasi yang
dirumuskan akan sangat dipengaruhi oleh aliran informasi
dalam organisasi. Apa yang dikemukakan dalam struktur
30
Rhenald Kasali, Manajemen PR; Konsep dan Aplikasi di Indonesia.
Grafiti: Jakarta. 2000. h. 5
58
bisa saja bukan sesuatu yang sebenarnya terjadi. Sebab,
pada kenyataannya informasi tidak mengalir secara harfiah.
Artinya, informasi tidak bergerak. Namun sesungguhnya
terlihat adalah penyampaian suatu pesan, interpretasi
penyampaian tersebut, dan penciptaan penyampaian
lainnya. Penciptaan, penyampaian, dan interpretasi pesan
merupakan proses yang mendistribusikan pesan-pesan ke
seluruh organisasi. Jadi yang dinamakan aliran informasi
dalam suatu organisasi sebenarnya adalah suatu proses
dinamik; dalam proses ini pula pesan-pesan diciptakan,
ditampilkan, dan diinterpretasikan secara tetap dan
berkesinambungan.
Teori komunikasi dapat digunakan sebagai langkah
awal untuk memahami sebagian besar kejadian di dalam
kehidupan. Teori komunikasi dapat membantu memahami
orang lain, media dan berbagai kejadian, serta membantu
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendasar.
Dalam ilmu komunikasi terdapat banyak sekali definisi
ilmu komunikasi yang dirumuskan para ahli, hal ini karena
sedemikian kompleks dan kayanya disiplin ilmu
komunikasi. Menurut Richard West dan Lynn H. Tunner31
komunikasi (communication) adalah proses sosial di mana
individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk
menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam
lingkungan mereka. Komunikasi juga mencakup
31
Richard West, Lynn H. Turner. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
Humanika. 2009. h. 35
59
komunikasi tatap muka maupun komunikasi dengan
menggunakan media.
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih
luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan
pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok
mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide, maka
fungsinya dalam tiap sistem sosial adalah sebagai berikut:
1. Informasi: pengumpulan, penyimpanan,
pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta
dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan
agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara
jelas terhadap kondisi Internasional, lingkungan
dan orang lain, dan agar dapat mengambil
keputusan secara tepat.
2. Sosialisasi (pemasyarakatan): Penyediaan sumber
ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota
masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia
sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif
di masyarakat.
3. Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat
jangka pendek maupun jangka panjang,
mendorong orang melakukan pilihannya dan
keinginannya, mendorong kegiatan individu dan
kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan
dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling
menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah public,
menyediakan bukti-bukti yang relevan yang
diperlukan untuk kepentingan umum dan agar
mensyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah
yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat
Internasional, Nasional dan Lokal.
60
5. Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan
sehingga mendorong perkembangan intelektual,
pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan
serta kemahiran yang diperlukan pada semua
bidang kehidupan.
6. Memajukan kebudayaan: penyebarluasan hasil
kebudayaan dan seni dengan maksud melestraikan
warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan
dengan memperluas horizon seseorang,
membangun imajinasi dan mendorong kreativitas
serta kebutuhan estetiknya.
7. Hiburan: penyebarluasan sinyal, symbol, suara dan
citra (image) dari drama, tari, kesenian,
kesusastraan, music, komedi, olah raga, permainan
dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan
kelompok dan individu.
8. Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok,
dan individu kesempatan memperolej berbagai
pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat
saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi,
pandangan dan keinginan orang lain.32
Menurut Tommy Suprapto33
kepercayaan atau
pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercayai dapat
memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya
memengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap
sesuatu. Mengubah pengetahuan seseorang dan sesuatu
dipercaya dapat mengubah perilaku mereka. Walaupun ada
kaitan antara kognitif, afektif, dan konatif – keterkaitan ini
tidak selalu berlaku lurus atau langsung.
32
Sean MacBride. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta :
Bumi Aksara. 1993. h. 25 33
Tommy Suparpto. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi.
Jakarta: Medpress. 2009. h. 12
61
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Konsentrasi komunikasi strategis menurut Sunarto dan
kawan-kawan media sebagai alat persuasi ekonomi, politik,
sosial.34
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut,
strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu
menunjukkan taktik operasionalnya.
Demikian pula Effendy menyatakan strategi
komunikasi yang merupakan panduan perencanaan
komunikasi (communication planning) dengan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus
mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan
(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada
situasi dan kondisi.35
Strategi komunikasi bersifat makro dalam prosesnya
berlangsung secara vertical pyramidal. Penelaahan
34
Ridwan dan Sunarto. Pengantar Statistika Untuk Penelitian,
Pendidikan, Social, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta.
2009. h. 2 35
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Cetakan kesembilanbelas, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2007 h. 25
62
mengenai berlangsungnya komunikasi vertical secara
makro tidak bisa lepas dari pengkajian terhadap pertautan
antara komponen yang satu dengan yang lain dalam proses
komunikasi. Komponen-komponen komunikasi itu adalah:
1. Komunikator (communicator, source, sender)
2. Pesan (message)
3. Medium (media, channel)
4. Khalayak (communicant, communicate,
receiver, recipient)
5. Efek (effect, impact, influence)
Menurut Suprapto lebih dikenal sebagai paradigma
Harold D. Lasswell: Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect? Jadi berdasarkan paradigma
Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.36
Tujuan komunikasi sebaiknya dinyatakan secara tegas
sebelum komunikasi dilancarkan, sebab ini menyangkut
khalayak sasaran (target audience) yang dalam strategi
komunikasi secara makro dibagi-bagi lagi menjadi
kelompok sasaran (target groups). Pengelompokan masalah
target audience dan target group berkaitan erat dengan
aspek-aspek sosiologis, psikologis dan antropologis,
mungkin pula politis dan ekonomis.
Dengan demikian, orang yang menyampaikan pesan,
yaitu komunikator, ikut menentukan berhasilnya
36
Tommy Suparpto. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi.
Jakarta: Medpress. 2009. h. 25
63
komunikasi. Dalam hubungan ini faktor source credibility
komunikator memegang peranan yang sangat penting.
Istilah kredibilitas ini adalah istilah yang menunjukkan nilai
terpadu dari keahlian dan kelayakan dipercaya. Seorang
komunikator memiliki kredibilitas disebabkan oleh etos
pada dirinya, yaitu apa yang dikatakan Aristoteles, dan
yang hingga kini tetap dijadikan pedoman, adalah good
sense, good moral, and good character. Kemudian oleh
para cendekiawan modern yang dikemukakan oleh Effendy
diformulasikan menjadi itikad baik (good intentions),
kelayakan untuk dipercaya (trustworthiness), serta
kecakapan atau keahlian.37
Komunikasi bisa dikatakan efektif jika:
1. Pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh
komunikan
2. Komunikan bersikap atau berperilaku seperti
apa yang dikehendaki oleh komunikator
3. Ada kesesuaian antar komponen
Jika komunikasi diharapkan efektif menurut
Schramm maka pesan-pesannya perlu dikemas sedemikian
rupa sehingga sesuai atau merupakan kebutuhan
komunikan. Menarik perhatian, dalam arti baru, tidak biasa.
Simbol yang digunakan hendaknya mudah dipahami,
meliputi bahasa, istilah, kata-kata atau kalimatnya. Jika
komunikator menganjurkan menggunakan sesuatu, maka
37
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Cetakan kesembilanbelas, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2007 h. 28
64
hendaknya sesuatu tersebut mudah didapat dengan
menggunakan cara tertentu, termasuk misalnya tentang
tempatnya.38
Komunikasi dapat mendekatkan sikap individu
dengan sikap individu lainnya, dan bisa menjauhkannya.
Hal ini tergantung pada posisi awal individu tersebut
dengan individu tersebut dengan individu yang lainnya.
Strategi komunikasi persuasi yang baik, tidak bisa
dikembangkan sampai seseorang mengetahui apakah sikap
tertentu yang dilakukan oleh seorang komunikan membantu
dalam penyesuaian, pertahanan ego, pengekspresian nilai,
dan sebuah fungsi pengetahuan. Faktor kesamaan atau
kemiripan meruapakan dasar daya Tarik untuk semua jenis
hubungan antarmanusia, termasuk komunikasi persuasive.
Dalam batas-batas tertentu, semakin mirip pihak-pihak
yang berkomunikasi, maka akan semakin efektif pula
komunikasi di antara mereka.
Menurut Effendy komunikasi bermedia (medical
communication), seorang komunikator menggunakan alat
atau sarana sebagai media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya
berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak.
Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan
38
Schramm Wilbur. The Process Effect Of Mass Communication.
University Of Illinois Press Urbana. 1973. h. 27
65
banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi.39
Fungsi sosial dan struktur sosial berhubungan sangat
erat dan saling mempengaruhi. Dalam proses perubahan
sosial, jika salah satu berubah maka yang lain akan berubah
pula. Dengan demikian, sasaran utama proses perubahan
sosial adalah anggota sistem sosial atau masyarakat itu
sendiri.
Secara umum, terdapat dua jenis tipe sosialisasi,
yaitu40
:
1. Formal: sosialisasi tipe ini terjadi melalui
lembaga-lembaga yang berwenang menurut
ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti
pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2. Informal: sosialisasi tipe ini terdapat di
masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat,
sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok
sosial yang ada di dalam masyarakat.
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal
dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisah-
pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi
formal dan informal sekaligus.
Berhubungan dengan publik banyak hal yang harus
diperhatikan, perbedaan latar belakang publik tentunya
membutuhkan perlakuan yang berbeda juga. Sebelum
39 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Cetakan kesembilanbelas, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2007 h. 30 40
Murdiyatmoko, Janu dan Citra Handayani. Sosiologi. Bandung: PT.
Grafindo Media Pratama, 2006. h. 27
66
memutuskan perlakuan yang akan dilakukan kepada publik
maka dibutuhkan pendekatan yang dapat membantu dalam
mendefinisikan khalayak sasaran yaitu:41
1. Geographics: perbedaan dari segi geografis bisa
dilihat berdasarkan letak daerah dari khalayak
sasaran, apakah dataran tinggi atau rendah,
populasi penduduknya bagaimana.
2. Demographics: kependudukan dilihat
berdasarkan jenis kelamin, usia, penghasilan,
status perkawinan dan latar belakang
pendidikan.
3. Psychographics: gaya hidup, status sosial dan
atribut-atribut sosial yang dipakai.
4. Covert power: keadaan politik dan ekonomi
yang mempengaruhi khalayak sasaran.
5. Position: kedudukan atau jabatan dari khalayak
sasaran baik itu di lingkungan sekitarnya
maupun luar lingkungannya.
6. Reputation: didasarkan pada tingkat
pengetahuan si khalayak dan persepsi dari
orang lain terhadap khalayak sasaran.
7. Membership: keanggotaan dari khalayak yang
dilihat dari organisasi yang mereka ikuti, LSM
atau kelompok-kelompok sosial lainnya baik itu
yang bersifat profesi, adat istiadat atau
kerohanian.
8. Role in decision process: pengamatan untuk
menentukan khalayak yang aktif yang nantinya
berfungsi sebagai promotor yang menggerakkan
khalayak lainnya.
Untuk menggerakkan khalayak agar mereka mau
melaksanakan program yang disosialisasikan tidaklah
mudah. Walaupun program yang disampaikan sangat
41
Murdiyatmoko, Janu dan Citra Handayani. Sosiologi. Bandung: PT.
Grafindo Media Pratama, 2006. h. 28
67
bermanfaat namun bagi khalayak hal tersebut tidak menarik
maka tidak mungkin tujuan dari program tersebut tercapai.
Untuk menghadapi kahalayak yang tidak tertarik terhadap
sebuah program, Grunig dalam Murdiyatmoko dan
Handayani42
menguraikan tiga faktor untuk menggerakkan
publik:
1. Pengenalan masalah: menyadarkan khalayak
bahwa ada sesuatu yang hilang atau keliru
dalam sebuah situasi, sehingga khalayak sadar
bahwa ada sesuatu yang hilang dan mereka mau
mencari informasi untuk menemukan hal
tersebut.
2. Pengenalan akan hambatan: adanya
keterbatasan dari faktor eksternal dari khalayak
ketika mereka ingin melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan persoalan.
3. Tingkat keterlibatan: menggambarkan ketika
khalayak merasa tertarik dan ikut terlibat dalam
sebuah permasalahan, dengan kata lain ketika
sebuah persoalan muncul dan hal itu melibatkan
pribadi si khalayak maka mereka akan mudah
untuk menerimanya.
b. Menentukan sasaran dan tujuan
Penetapan tujuan dari sebuah program dapat
dilakukan setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi
sehingga dengan tujuan akan mudah menetapkan langkah-
langkah yang harus dilakukan. Menentukan sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai organisasi, dengan mengukur dan
42
Murdiyatmoko, Janu dan Citra Handayani. Sosiologi. Bandung: PT.
Grafindo Media Pratama, 2006. h. 30
68
mengidentifikasi apakah pesan yang disampaikan dapat
diterima atau tidak.
c. Menyusun aksi dan strategi
Pada tahap ini dipertimbangkan hal apa yang menjadi
kekuatan untuk menghadapi berbagai keadaan.
d. Menggunakan komunikasi yang efektif
Berkaitan dengan berbagai hal mengenai pesan
seperti siapa yang akan menjadi sumber pesan yang
nantinya menyampaikan pesan kepada publik. Isi pesan,
penekanan dan gaya penyampaiannya secara verbal dan non
verbal.
e. Menetapkan taktik komunikasi
1) Komunikasi tatap muka sehingga terjalin
keterlibatan secara pribadi.
2) Media organisasi (media yang dikendalikan
oleh organisasi, misalnya majalah internal).
3) Media berita (merupakan media yang tidak
dapat dikendalikan).
4) Media iklan dan promosi (sebagai bentuk
lain media yang dapat dikendalikan).
Perencanaan komunikasi dari Philip Lesly. Model ini
terdiri atas dua komponen utama, yakni organisasi yang
menggerakkan kegiatan dan Publik yang menjadi sasaran
kegiatan.43
43
Prof. H. Hafied Cangara. Perencanaan dan Strategi Komunikasi
(Jakarta: PT. RajaGrasindo Persada, 2017 ), h. 74
69
1. Organisasi
a. Analisis dan Riset
b. Perumusan Masalah
c. Perencanaan Program Pelaksanaan
d. Kegiatan Komunikasi
2. Publik
a. Umpan balik dan
b. Evaluasi
Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat dalam gambar
berikut:
Gambar 2.2
Model Perencanaan Komunikasi oleh Philip Lesly
Ana
Organisasi Analisa & Reserch
Perencanaan
Program
Pelaksanaan
Evaluasi &
Penyesuaian
Feedback
Publik Kegiatan
Komunikasi
Perumusan
Kebijakan
70
Organisasi pengelola kegiatan, bisa dalam bentuk
lembaga pemerintah, perusahaan swasta atau organisasi
sosial. Organisasi atau lembaga seperi ini memerlukan
tenaga spesialis yang bisa menangani masalah-masalah
komunikasi, apakah itu untuk keperluan pencitraan,
pemasaran atau kegiatan kerja sama dengan pemangku
kepentingan lainnya. Dalam komponen organisasi maka
langkah yang harus dilakukan adalah analisis dan riset,
perumusan kebijakan, perencanaan program pelaksana dan
kegiatan komunikasi. Analisis dan riset dilakukan sebagai
langkah awal untuk mendiagnosis atau mengetahui
permasalahan yang dihadapi, sesudah itu perumusan
kebijakan yang mencakup strategi yang akan digunakan.
ada tahap perencanaan sudah ditetapkan sumber daya yang
akan digerakkan, antara lain tenaga, dana dan fasilitas,
sedangkan pada tahap kegiatan komunikasi adalah tindakan
yang harus dilakukan, yakni membuat dan
menyebarluaskan informasi baik melalui media massa
maupun saluran-saluran komunikasi lainnya (kelompok,
tradisional, media baru, focus grup, publik).44
Publik adalah komponen yang menjadi sasaran
kegiatan organisasi. Publik bisa bermacam-macam
tergantung tipe kegiatan organisasi. Jika organisasi itu
bergerak dalam bidang keagamaan maka publiknya adalah
penganut agama tertentu dengan berbagai klasifikasi,
44
Prof. H. Hafied Cangara. Perencanaan dan Strategi Komunikasi
(Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2017 ), h. 75
71
misalnya pesantren, alim ulama, pengurus masjid,
pengelola zakat, bank syariah, urusan haji dan
semacamnya. Jika organisasi itu bergerak di bidang
asuransi maka publiknya adalah pemegang polis, calon
pelanggan dan semacamnya. Dalam komponen publik,
yang harus dilakukan adalah umpan balik dan evaluasi atau
penyesuaian. Umpan balik dapat diketahui melalui riset
dengan cara mengedarkan kuesioner, wawancara atau
melalui focus grup discussion. Tujuannya adalah
mengetahui pendapat, ide, keluhan dan saran dari khalayak.
Berdasarkan ide, keluhan dan saran dari khalayak tersebut
dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan dalam rangka perbaikan, peningkatan dan
penyesuaian program yang akan dilakukan oleh organisasi
atau lembaga pelaksana.45
f. Implementasi perencanaan strategis
Berkaitan dengan anggaran dan jadwal pelaksanaan
dan persiapan-persiapan untuk mengimplementasikan
program-program komunikasi. Perencanaan anggaran
didasarkan pada banyaknya media yang digunakan atau
ditambahkan dengan biaya operasional dalam
melaksanakan programnya. Perencanaan anggaran sangat
diperlukan karena:
45
Prof. H. Hafied Cangara. Perencanaan dan Strategi Komunikasi (
Jakarta : PT. RajaGrasindo Persada, 2017 ), h. 75
72
1) Untuk mengetahui seberapa banyak dana yang
diperlukan dalam rangka membiayai suatu
program
2) Untuk mengetahui program-program apa saja
yang bisa dilaksanakan dengan dana yang
tersedia
3) Setelah anggaran diketahui pasti, maka
anggaran dapat berfungsi sebagai suatu
pedoman atau daftar kerja.
4) Anggaran membantu mengatur pengeluaran dan
mencegah terjadinya pemborosan, sehingga
semuanya dilakukan berdasarkan anggaran.
Dengan adanya anggaran dapat diketahui
apakah dana yang dikeluarkan mampu
menjadikan sebuah program lebih efisien.
g. Evaluasi
Salah satu cara yang dapat dikatakan sebagai hasil
adalah melalui tanggapan media terhadap program yang
dilaksanakan. Pengukuran hasil dilakukan untuk meninjau
hasil kerja yang telah dilakukan dengan cara
mengumpulkan kembali keseluruhan hasil yang didapat
dari pelaksanaan program. Hasil tersebut kemudian
merupakan sebuah evaluasi atas pelaksanaan program.
73
Secara garis besar menurut Grunig dan Hunt yang
dikutip I Gusti Ngurah Putra46
evaluasi strategi komunikasi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Evaluasi program, berkaitan dengan usaha-
usaha untuk mengetahui apakah program-
program telah dikelola dengan baik,
berkesinambungan dan efektif.
2. Evaluasi hasil, berkaitan dengan usaha-usaha
untuk mengetahui dampak atau hasil yang
ditimbulkan dari program-program komunikasi
yang dijalankan oleh organisasi. Dengan kata
lain, evaluasi outcome biasanya berkaitan
dengan usaha-usaha untuk mengetahui apakah
tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
dapat tercapai.
4. Komunikasi Interpersonal
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Salah satu ciri komunikasi organisasi yang paling
nyata adalah konsep hubungan (relationship). Goldhaber
mendefinisikan organisasi sebagai sebuah jaringan
hubungan yang saling bergantung (independent). Jika
sesuatu saling bergantung, ini berarti bahwa hal-hal tersebut
saling mempengaruhi dan saling dipengaruhi satu sama
lain. Pola dan sifat hubungan dalam organisasi dapat
ditentukan oleh jabatan dan peranan yang ditetapkan bagi
jabatan tersebut. Tetapi tidak semua pola dan sifat
hubungan dalam organisasi berdasarkan pada jabatan dan
peranan. Setiap anggota atau individu di dalam organisasi
46
I Gusti Ngurah Putra. Manajemen Hubungan Masyarakat. Penerbitan
Universitas Atma Jaya: Yogyakarta. 1999. h. 72
74
juga bertindak dan berkomunikasi dengan tanpa
mengindahkan jabatan dan peranan mereka secara resmi,
sehingga menciptakan jalinan komunikasi dan struktur yang
bersifat informal yang diwarnai oleh sifat hubungan
antarpribadi.
Para ahli teori komunikasi mendefinisikan komunikasi
interpersonal atau juga sering disebut komunikasi
antarpribadi secara berbeda-beda. Adapun beberapa definisi
yang berhasil dikumpulkan oleh Joseph A. Devito dalam
bukunya Komunikasi Antar Manusia adalah sebagai
berikut:47
1. Definisi berdasarkan komponen (Bochner, 1978)
Definisi ini menjelaskan komunikasi interpersonal
dengan mengamati komponen utamanya, dalam hal
ini, penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima
pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang
dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang
untuk memberikan umpan balik segera.
2. Defines berdasarkan hubungan diadik (Capella,
1987)
Definisi ini menjelaskan komunikasi anarpribadi
sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua
orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan
jelas. Jadi misalnya, komunikasi antarpribadi meliputi
komunikasi yang terjadi antara pramuniaga dengan
47 Joseph A. Devito. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar Edisi
Kelima. (Terjemahan Bahasa Indonesia) Jakarta. Professional Books, 1997. h.
231
75
pelanggan, anak dengan ayah, dua orang dalam suatu
wawancara, dan sebagainya. Di bawah ini adalah
definisi tentang komunikasi interpersonal yang
dikemukakan oleh Devito:
“In a dyadic relation definition, interpersonal
communication is the communication that
takes place between two persons who have an
estabilished relationship; the people are in
some way ‘connected’. Interpersonal
communication would thus include what
takes place between a son and his father, an
employer and a employee, two sisters, a
teacher and a student, two lovers, two
friends, and so on”. (2007: 5)
Dengan demikian, hampir tidak mungkin ada
komunikasi diadik (dua orang) yang bukan
komunikasi antarpribadi. Hampir tidak terhindarkan
selalu ada hubungan tertentu antara dua orang.
Adakalanya hubungan ini diperluas sehingga
mencakup juga sekelompok kecil orang, seperti
anggota keluarga atau kelompok-kelompok yang
terdiri dari tiga atau empat orang.
3. Definisi berdasarkan pengembangan (Miller,
1990)
Komunikasi antarpribadi dilihat sebagi akhir dari
perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak
pribadi (impersonal) pada satu ekstrim menjadi
komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain.
Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu proses
76
yang berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal
menjadi interpersonal atau intim.
Sedangkan Mulyana mendefinisikan komunikasi
antarpribadi sebagai komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal ataupun non verbal.48
Bentuk khusus dari
komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik
(dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang,
seperti suami-istri, dua sejawat atau dua rekan kerja, dua
sahabt dekat, guru-murid, atasan-bawahan dan sebagainya.
Ciri-ciri komunikasi diadik adalah bahwa pihak-pihak yang
berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak
yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara
simultan dan spontan secara verbal ataupun nonverbal.
Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para
peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang
berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau
respon non verbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata
yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat lekat.
Pendengaran dan penglihatan sebagai indra utama dalam
berkomunikasi akan lebih lengkap dan sempurna jika
disertai dengan sentuhan, tatapan mata, ataupun ungkapan
indera-indera yang lain. Jadi sangatlah jelas bahwa
komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk
48
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 2005. h. 81
77
memengaruhi atau membujuk orang lain karena selain kata-
kata yang digunakan untuk menyampaikan dan menerima
serta memberi respon atas pesan, kelima panca indera pun
dapat difungsikan untuk mendukung makna pesan tersebut.
Berdasarkan topik penelitian ini, dari beberapa
definisi di atas peneliti hanya akan meneliti dengan dasar
hubungan yang mantap dan jelas. Komunikasi interpersonal
sebagai komunikasi yang paling efektif dalam hal upaya
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.49
Berdasarkan hal tersebut dapat kita ketahui bahwa
komunikasi interpersonal juga dapat dilakukan secara tidak
langsung, meskipun tetap dalam konteks komunikasi
interpersonal. Namun, sesuai dengan tujuan penelitian ini,
peneliti hanya akan membahas komunikasi interpersonal
yang bersifat langsung yang menurut pemahaman peneliti
hal ini lebih efektif.
Dengan merujuk pada uraian di atas, maka dapat
dikatakan bawa komunikasi interpersonal merupakan
kegiatan yang dinamis. Dengan tetap memerhatikan
kedinamisannya, menurut Reardon Kathleen K50
. yang juga
dikutip dan diterjemahkan oleh Hardjana51
, komunikasi
interpersonal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
49
Onong Uchjana Effendi. Dinamika Komunikasi. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008. h. 8 50
K. Kathleen Reardon. Interpersonal Communicatio, Where Minds
Meet. Bellmont, California: WardsworthPublishing Company, 1987 . h. 10 51
M. Agus Hardjana. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003. h. 86
78
1. Komunikasi interpersonal meliputi perilaku verbal
dan non verbal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang pesannya dikemas dan diungkapkan dalam
bentuk verbal dan non verbal. Hal ini mencakup
isi pesan dan bagaimana isi pesan itu dikatakan
atau diungkapkan.
2. Komunikasi interpersonal meliputi komunikasi
berdasarkan perilaku spontan (spontaneous
behavior), perilaku menurut kebiasaan (script
behavior), perilaku menurut kesadaran (contrived
behavior) atau kombinasi ketiganya. Perilaku
spontan dalam berkomunikasi adalah perilaku
yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa
sensor serta revisi secara kognitif. Sedangkan
perilaku menurut kebiasaan adalah perilaku yang
dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi
yang ada. Perilaku ini dirancang sebelumnya dan
disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi,
urusan yang harus diselesaikan, dan situasi serta
kondisi yang ada.
3. Komunikasi interpersonal tidaklah statis tetapi
berkembang
Komunikasi interpersonal merupakan proses
komunikasi yang berkembang, yang berbeda-beda
tergantung dari tingkat hubungan pihak-pihak
yang terlibat dalam komunikasi, pesan yang
79
dikomunikasikan dan cara pesan itu
dikomunikasi. Komunikasi itu berkembang,
berawal dari saling pengenalan yang dangkal,
berlanjut makin mandala, dan berakhir dengan
saling pengenalan yang amat mendalam. Namun
demikian, jalinan ini pun dapat terputus dan
sampai akhirnya melupakan.
4. Komunikasi interpersonal mencakup umpan balik
pribadi, interaksi, dan koherensi
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi
tatap muka yang memungkinkan terjadinya
umpan balik (feedback). Dalam komunikasi ini
terjadi interaksi diantara pengirim dan penerima
pesan, yang satu memengaruhi yang lain.
Pengaruh ini terjadi pada tataran kognitif
(pengetahuan), afektif (perasaan), dan perilaku
(behavior). Semakin berkembang komunikasi
interpersonal itu, semakin intensif umpan balik
dan interkasi dan hal inilah yang menimbulkan
terciptanya koherensi dalam komunikasi,
5. Komunikasi interpersonal berpedoman pada
aturan intrinsik
Komunikasi interpersonal dapat berjalan baik jika
mengikuti peraturan tertentu. Peraturan intrinsic
adalah peraturan yang dikembangkan oleh
masyarakat untuk mengatur cara orang harus
berkomunikasi satu sama lain. Peraturan ini
80
menjadi pedoman perilaku dalam komunikasi
interpersonal. Karena ditetapkan oleh masyarakat,
pedoman itu bersifat khas untuk masing-masing,
masyarakat, budaya, dan bangsa. Sedangkan
peraturan ekstrensik adalah peraturan yang
ditetapkan oleh situasi atau masyarakat.
6. Komunikasi interpersonal meruapakan suatu
aktivitas
Komunikasi interpersonal bukan hanya
komunikasi dari pengirim dan penerima,
melainkan komunikasi timbal balik antara
pengirim dan penerima pesan. Komunikasi
interpersonal bukan sekedar serangkaian
rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, tetapi
serangkaian proses saling penerimaan,
penyerapan, dan penyampaian tanggapan yang
sudah diolah oleh masing-masing pihak.
7. Komunikasi interpersonal mencakup persuasi
Komunikasi interpersonal berperan untuk saling
mengubah dan mengembangkan. Melalui
interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi dapat saling memberi
inspirasi, semangat dan dorongan untuk
mengubah pemikiran, perasaan, dan sikap yang
sesuai dengan topik yang sedang dibahas
bersama.
81
b. Tujuan komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal dapat dipergunakan untuk
berbagai macam tujuan. Devito dalam bukunya yang
berjudul “The Interpersonal Communication”52
menyatakan
bahwa semua orang yang terlibat di dalam komunikasi
interpersonal memiliki tujuan yang bermacam-macam,
seperti: untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, untuk
mengetahui dunia luar, untuk menciptakan dan memelihara
hubungan, untuk memengaruhi sikap dan perilaku, untuk
bermain dan mencari hiburan, dan untuk membantu. Hal ini
dijelaskan lebih lanjut Marhaeni Fajar sebagai berikut:53
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Salah satu cara untuk mengenal diri sendiri adalah
melalui komunikasi interpersonal. Komunikasi ini
menjadi sarana bagi kita untuk membicarakan diri
kita sendiri, sehingga melalui komunikasi
interpersonal kita belajar tentang bagaimana dan
sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain.
Selain itu, komunikasi interpersonal juga dapat
membuat kita mengetahui nilai, sikap, dan perilaku
orang lain, sehingga kita dapat memberi tanggapan
secara tepat terhadap tindakan orang lain.
52
Joseph A. Devito. The Interpersonal Communication Book: Eleventh
Edition. United State of America: Allyn and Bacon, 2007. h. 7 53
Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktik). Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009. h. 78
82
2. Mengetahui dunia luar
Komunikasi interpersonal memungkinkan kita untuk
memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang
obyek dan peristiwa-peristiwa yang dialami orang
lain. Banyak informasi yang kita miliki berasal dari
interkasi antarpribadi. Meskipun ada yang
berpendapat bahwa sebagian besar informasi yang
ada berasal dari media massa, tetapi informasi-
informasi tersebut sering dibicarakan dan
diinternalisasi melalui komunikasi interpersonal. Dan
pada kenyataannya, nilai keyakinan, sikap dan
perilaku kita lebih banyak dipengaruhi oleh
komunikasi interpersonal daripada oleh media massa.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan
Manusia diciptakan sebagai makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Oleh sebab itu, dalam
kehidupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan
memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Kita
tidak ingin hidup sendiri, terisolasi dari masyarakat
kita dan kita pun ingin merasa dicintai dan disukai
serta sekaligus menyayangi dan menyukai orang lain.
Oleh karenanya, kita menggunakan banyak waktu
untuk berkomunikasi antarpribadi yang bertujuan
untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial
dengan orang lain, sehingga hidup kita terasa lebih
bermakna.
83
4. Mengubah sikap dan perilaku
Melalui komunikasi interpersonal sering kita
berupaya untuk mengubah sikap dan perilaku orang
lain dengan cara membujuk atau dengan upaya-upaya
yang bersifat persuasif.
5. Bermain dan mencari hiburan
Melalui komunikasi interpersonal kita dapat mencari
hiburan atau melakukan kegiatan yang
menyenangkan sehingga kita dapat merasakan
kelepasan atau kelegaan.
6. Membantu
Psikiater, psikolog, dan ahli terapi adalah contoh
profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain.
Tugas-tugas tersebut dilakukan melalui komunikasi
interpersonal.
Sebagai kesimpulan, uraian tentang tujuan-tujuan
komunikasi interpersonal dapat dilihat dari dua perspektif,
yaitu:
1. Tujuan-tujuan ini dapat dilihat sebagai faktor-
faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa kita
terlibat dalam komunikasi interpersonal. Dengan demikian,
kita dapat mengatakan bahwa kita membantu orang lain
untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang.
2. Tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai hasil
efek umum dari komunikasi interpersonal. Dengan
demikian kita dapat mengatakan bahwa sebagai suatu hasil
84
dari komunikasi interpersonal, kita dapat mengenal diri kita
sendiri, membuat hubungan lebih baik dan bermakna dan
memeroleh pengathaun tentang dunia luar.
c. Komponen komunikasi interpersonal
Dalam komunikasi interpersonal ada delapan (8)
komponen seperti yang diuraikan dalam bukunya Joseph A.
Devito, kedelapan komponen tersebut adalah:54
1. Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah sumber-penerima
sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk
menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat
dalam komunikasi adalah sumber (atau
pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar).
Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara,
menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda
menerima pesan dengan mendengarkan,
membaca, membaui, dan sebaginya.
2. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan
menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau
menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan
menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam
gelombang suara atau ke atas selembar kertas,
kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam
kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.
54
Joseph A. Devito. The Interpersonal Communication Book: Eleventh
Edition. United State of America: Allyn and Bacon, 2007. h. 9
85
Sedangkan kita menamai tindakan menerima
pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca)
sebagai dekoding (decoding). Dengan
menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata
di atas kertas menjadi gagasan, kita menguraikan
kode tadi atau kita melakukan dekoding. Oleh
karenanya, kita menamai pembicara atau penulis
sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau
pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti
halnya sumber-penerima, kita menuliskan
enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang
tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa kita
menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan.
Ketika kita berbicara (enkoding), kita juga
menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).
3. Pesan
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak
bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan
ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari
panca indra kita. Walaupun biasanya kita
menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal
(lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya
jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara
nonverbal (tanpa kata). Sebagai contohnya,
berkomunikasi secara nonverbal dapat
diwujudkan melalui busana yang kita kenakan,
cara kita berjalan, berjabat tangan,
86
menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk
dan tersenyum, atau dengan kata lain, melalui
segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan
komunikasi.
4. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui
pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung
melalui hanya satu saluran, kita menggunakan
dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara
simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap
muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran
suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh
dan menerima isyarat ini secara visual (saluran
visual). Kita juga memancarkan dan mencium
bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita
saling menyentuh, ini pun merupakan
komunikasi (saluran taktil).
5. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam
komunikasi yang mendistorsi pesna. Gangguan
menghalangi penerima dalam menerima pesan
dan sumber dalam mengirimkan pesan.
Gangguan dikatakan ada dalam suatu system
komunikasi bila ini membuat pesan yang
disampaikan berbeda dengan pesan yang
diterima. Gangguan ini dapat berupa fisik (ada
orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang
87
sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah
mengartikan makna).
6. Etik
Karena komunikasi mempunyai dampak, maka
ada masalah etik di sini. Karena komunikasi
mengandung konsekuensi, maka ada aspek
benar-salah dalam setiap tindak komunikasi.
Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang
etis, sulit dirmuskan. Seringkali kita dapat
mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan
pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip
komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat
mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu
tindak komunikasi, dimensi etik dari komunikasi
makin rumit karena etik memiliki keterkaitan erat
dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga
sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku
bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan
etik tetaplah merupakan bagian integral dalam
setiap tindak komunikasi, keputusan yang kita
ambil dalam hal komunikasi haruslah
dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di
samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.
7. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-
tidaknya memiliki tiga dimensi, yaitu fisik,
sosial-psikologis, dan temporal (waktu). Yang
88
dimaksud dengan dimensi fisik adalah ruang di
mana komunikasi berlangsung secara nyata dan
berwujud. Dimensi sosial-psikologis meliputi,
misalnya tata hubungan status di antara mereka
yang terlibat, peran yang dijalankan, dan aturan
budaya masyarakat di mana mereka
berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga
mencakup rasa persahabatan atau permusuhan,
formalitas atau informalitas, serius atau senda
gurau. Dan sedangkan dimensi temporal (waktu),
mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau
sehajar di mana komunikasi berlangsung. Ketiga
dimensi lingkungan ini saling berinteraksi;
masing-masing memengaruhi dan dipengaruhi
oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat
memenuhi janji dengan seseorang (dimensi
temporal), dapat mengakibatkan berubahnya
suasana persahabatan-permusuhan (dimensi
sosial-psikologis), yang kemudian dapat
menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan
pemilihan rumah makan untk mekan malam
(dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut
dapat menimbulkan banyak perubahan lain.
Proses komunikasi tidak pernah statis.
8. Kompetensi komunikasi
Menurut Spitzberg dan Cupach kompetensi
komunikasi mengacu pada kemampuan kita
89
untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi
ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang
peran lingkungan (konteks) dalam memengaruhi
isi (content) dan bentuk pesan komunikasi
(misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik
mungkin layak dikomunikasikan kepada
pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi
mungkin tidak layak bagi pendengar dan
lingkungan yang lain). Pengetahuan tentang tata
cara perilaku non verbal (misalnya kepatutan
sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik)
juga merupakan bagian dari kompetensi
komunikasi.55
Berdasarkan uraian tentang kedelapan komponen
yang terdapat pada komunikasi interpersonal, maka
semakin jelaslah bahwa komunikasi interpersonal yang
terjadi di dalam sebuah organisasi akan turut menentukan
iklim organisasi tersebut, dan demikian juga sebaliknya.
d. Prinsip-prinsip komunikasi interpersonal
Setelah mengetahui pengertian, tujuan, dan
komponen komunikasi interpersonal, melalui bukunya
Joseph A. Devito, kita akan mengenal tentang prinsip-
prinsip komunikasi interpersonal sebagai berikut:56
55
Spitzberg, B. H., & Cupach, W. R. Interpersonal communication
competence. Beverly Hills, CA: Sage. 1984. pp: 22 56
Joseph A. Devito. The Interpersonal Communication Book: Eleventh
Edition. United State of America: Allyn and Bacon, 2007. h. 21
90
1. Komunikasi interpersonal merupakan proses
transaksional
Komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi
dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses, komponen-komponennya saling terkait,
dan bahwa para komunikatornya beraksi dan
bereaksi sebagai suatu kesatian atau keseluruhan.
2. Komunikasi interpersonal bersifat ambigu
Pesan yang ambigu adalah pesan yang dapat
diartikan lebih dari dua makna. Kadang-kadang
ambiguitas muncul karena dalam berkomunikasi
orang menggunakan kata-kata yang dapat
diinterpretasikan secara berbeda.
3. Komunikasi interpersonal merupakan hubungan
simetris dan komplementer
Hubungan dapat berbentuk simetris atau
komplementer. Dalam hubungan simetris dua
orang saling bercermin pada perilaku yang
lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lain
mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa
cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu;
jika yang satu pasif, yang lainn pasif. Hubungan
ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan
pada pengurangan perbedaan di antara kedua
orang yang bersangkutan. Hubungan simetris
91
kompetitif; masing-masing pihak berusaha
memertahankan kesetaraan atau keunggulannya
dari pihak yang lain. Sedangkan dalam hubungan
komplementer, kedua pihak mempunyai perilaku
yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi
sebagai stimulus perilaku komplementer bagi yang
lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di
antara kedua pihak dimaksimalkan. Orang
menempati posisi yang berbeda; yang satu atasan,
yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain
pasif; yang satu kuat, yang lain lemah. Pada
masanya, budaya bentuk membentuk hubungan
seperti ini –misalnya, hubungan antara guru dan
murid, atau antara atasan dan bawahan – .
walaupun hubungan komplementer umumnya
produktif, di mana perilaku salah satu mitra
melengkapi atau menguatkan perilaku yang lain,
tetap saja masih timbul adanya masalah. Salah atu
masalah dalam hubungan komplementer, adalah
yang disebablan oleh kekakuan yang berlebihan.
4. Komunikasi interpersonal mengacu pada isi dan
hubungan
Komunikasi, setidaknya-tidaknya sampai batas
tertentu, berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu
yang berada di luar (bersifat ekstern) bagi
pembicara dan pendengar. Tetapi sekaligus,
komunikasi juga menyangkut hubungan di antara
92
kedua pihak. Dalam setiap situasi komunikasi,
dimensi isi mungkin tetap sama tetapi aspek
hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan
tetap sama sedangkan sisinya berbeda.
5. Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian
komunikasi dipunktuasi
Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang
kontinyu. Tidak ada pengamat tindak komunikasi,
kita membagi proses kontinyu dan berputar ini ke
dalam sebab akibat, atau ke dalam stimulus dan
tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan arus
kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-
potongan yang lebih kecil. Kita menamai beberapa
di antaranya sebagai sebab atau stimulus dan
lainnya sebagai efek atau tanggapan.
6. Komunikasi interpersonal memiliki sifat tidak
terhindarkan, berjalan satu arah (tak dapat dibalik),
dan tak dapat diulangi
Komunikasi interpersonal dapat berlangsung secara
tidak disengaja, tanpa tujuan, tapa termotivasi secara sadar.
Seringkali komunikasi interpersonal terjadi meskipun
seseorang tidak menginginkannya. Komunikasi
interpersonal juga berjalan satu arah, artinya bahwa proses
komunikai yang telah terjadi tidak dapat ditarik kembali.
Selain itu, komunikasi yang telah terjadi antarpribadi juga
tidak dapat diulang sama seperti ketika pertama kali terjadi.
93
Hal ini karena segala sesuatu dapat berubah seiring dengan
berjalannya waktu.
e. Efektivitas komunikasi interpersonal
Komunikasi antarpribadi, seperti bentuk perilaku yang
lain, dapat sangat efektif dan dapat pula tidak efektif.
Sedikit saja perjumpaan antarpribadi yang gagal total atau
berhasil total, tetapi ada perjumpaan yang lebih efektif
ketimbang yang lain.
Menurut Devito, karakteristik efektivitas komunikasi
interpersonal ini dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu:57
1. Sudut Pandang Humanistik
Sudut pandang ini menekankan pada keterbukaan,
empati, sikap mendukung dan kualitas-kualitas
lain yang menciptakan interaksi yang bermakna,
jujur dan memuaskan (Bochner & Kelly, 1974).
Pandangan ini dimulai dengan pandangan umum
yang menurut para filsuf dan humanis menentukan
terciptanya hubungan antarmanusia yang superior
(misalnya kejujuran, keterbukaan, dan sikap
positif).
2. Sudut Pandang Pragmatis
Sudut pandang ini menekankan pada manajemen
dan sekegaran interaksi dan secara umum,
kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian
57
Joseph A. Devito. The Interpersonal Communication Book: Eleventh
Edition. United State of America: Allyn and Bacon, 2007. h. 259
94
tujuan yang spesifik. Pandangan ini berawal dari
keterampilan spesifik, yang dari riset diketahui
efektif dalam komunikasi antarpribadi, kemudian
mengelompokkan keterampilan-keterampilan ini
ke dalam kelas-kelas perilaku umum, misalnya
keterampilan manajemen interaksi atau
keterampilan orientasi lainnya.
3. Sudut Pandang Pergaulan Sosial dan Sudut
Pandang Kesetaraan
Sudut pandang ini didasarkan pada model
ekonomi imbalan dan biaya. Sudut pandang ini
mengasumsikan bahwa suatu hubungan
merupakan suatu kemitraan dimana imbalan dan
biaya saling dipertukarkan.
Sudut pandang tersebut tidaklah sama sekali terpisah,
melainkan saling melengkai. Masing-masing sudut pandang
akan membantu dalam memahami efektivitas komunikasi
antarpribadi. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut aspek-
aspek yang terkait dengan ketiga sudut pandang di atas.
1. Sudut Pandang Humanistik untuk Efektivitas
Pribadi
Dalam sudut pandang humanistik ini ada lima
kualitas umum yang dipertimbangkan: keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif dan
kesetaraan.
95
a. Keterbukaan
Tiga aspek dari kualitas keterbukaan
komunikasi antarpribadi:
1) Terbuka pada orang yang diajaknya
berinteraksi. Adanya kesediaan untuk
mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan.
2) Kesediaan komunikator untuk bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang dating.
Kita ingin orang bereaksi secara terbuka
terhadap apa yang kita ucapkan dan kita
berhak mengharapkan hal ini.
3) Kepemilikan perasaan dan pikiran (Bocher
& Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian
ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang kita lontarkan adalah memang
milik kuta dan kita bertanggung jawab
atasnya.
b. Empati
Menurut Henry Backrack (1976) dalam
Devito58
mendefinisikan empati sebagai
“kemampuan seseorang untuk mengetahui apa
yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lainitu,
melalui kacamata orang lain itu”. Berempati
58
Joseph A. Devito. The Interpersonal Communication Book: Eleventh
Edition. United State of America: Allyn and Bacon. 1997. p. 259
96
berarti merasakan sesuatu seperti orang yang
mengalaminya. Empati dapat dikomunikasikan
baik secara verbal maupun nonverbal. Secara
non verbal, kita dapat mengkomunikasikan
empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan
aktif dengan orang lain melalui ekspresi wajah
dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi
terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh
yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta
(3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
c. Sikap Mendukung
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak
dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung. Kita memerlihatkan sikap
mendukung dengan bersikap (1) deskriptif,
bukan evaluative, (2) spontan, bukan strategik,
dan (3) provisional, bukan sangat yakin dan (4)
sikap positif. Untuk lebih jelasnya keempat
sikap tersebut diuraikan sebagai berikut:
1) Deskriptif
Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan
evaluatif membantu terciptanya sikap
mendukung. Bila seseorang mempersiapkan
suatu komunikasi sebagai permintaan akan
informasi atau uraian mengenai suatu
kejadian tertentu, seseorang umumnya tidak
merasakan ancaman. Di pihak lain,
97
komunikasi yang bernada menilai seringkali
membuat kita bersifat defensif.
2) Spontanitas
Gaya spontan membantu menciptakan
suasana mendukung. Orang yang spontan
dalam komunikasinya dan terus terang serta
terbuka dalam mengutarakan pikirannya
biasanya bereaksi dengan cara yang sama –
terus terang dan terbuka.
3) Provosionalisme
Bersikap provisional, artinya bersikap
tentative dan berpikiran terbuka serta
bersedia mendengarkan pandangan yang
berlawanan dan bersedia mengubah posisi
jika keadaan mengharuskan.
4) Sikap positif
Kita mengkomunikasikan sikap positif
dalam komunikasi antarpribadi dengan
sedikitnya dua cara, yaitu dengan
menyatalan sikap postif dan dengan secara
positif mendorong orang yang menjadi
teman kita untuk berinteraksi.
d. Kesetaraan (Equality)
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila
suasananya “setara”, artinya harus ada
pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan
98
bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
2. Sudut Pandang Pargmatis untuk Efektivitas
Antarpribadi
Sudut pandang pragmatis, keperilakuan, atau sering
dikatakan sebagai sudut pandang “keras” untuk
efektivitas antarpribadi, adakalanya dinamai model
kompetensi, memusatkan pada perilaku spesifik
yang harus digunakan oleh komunikator untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Adapun lima
kualitas efektivitas yang dimiliki adalah sebagai
berikut:
a. Kepercayaan diri
Komunikator yang efektif memiliki
kepercayaan diri sosial; perasaan cemas tidak
dengan mudah dilihat orang lain. Komunikator
yang efektif selalu merasa nyaman bersama
orang lain dan merasa nyaman dalam situasi
komunikasi pada umumnya.
b. Kebersatuan
Kebersatuan mengacu pada penggabungan
antara pembicara dan pendengar – terciptanya
rasa kebersamaan dan kesatuan. Kebersatuan
menyatukan pembicara dan pendengar.
c. Manajemen interaksi
Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak
seorangpun merasa diabaikan atau merasa jadi
99
tokoh penting. Masing-masing pihak
berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi.
d. Pemantauan diri
Menurut Synder59
pemantauan diri adalah
manipulasi citra yang kita tampilkan kepada
pihak lain. Pemantauan diri yang cermat selalu
menyesuaikan perilaku mereka menurut umpan
balik dari pihak lain, guna mendapatkan efek
paling menyenangkan.
e. Daya ekspresi
Daya ekspresi mengacu pada keterampilan
mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam
interaksi antarpribadi. Hal ini mencakup,
misalnya, ekspresi tanggung jawab atas pikiran
dan perasaan, mendorong daya ekspresi atau
keterbukaan orang lain dan memberikan umpan
balik yang rekevan dan patut. Kita
mendemontrasikan daya ekspresi dengan
menggunakan variasi dalam kecepatan, nada,
volume dan ritme suara untuk mengisyaratkan
keterlibatan dan perhatian dan dengan
membiarkab otot-otot wajah mencerminkan dan
menggeamakan keterlibatan ini.
59
Synder. M. Self-Monitoring of Expressive Behavior. Journal of
Personality and Social Psychology. 1974. p. 526.
100
f. Orientasi kepada orang lain
Orientasi yang mengacu pada kemampuan kita
untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara
selama perjumpaan antarpribadi. Orientasi ini
mencakup pengkomunikasian perhatian dan
minta terhadap apa yang dikatakan lawan
bicara.
3. Sudut Pandang Pergaulan Sosial untuk Efektivitas
Antarpribadi
Teori pergaulan sosial mengatakan bahwa kita
mengembangkan hubungan bila manfaatnya lebih
besar daripada biaya yang harus kita keluarkan.
Kita melibatkan diri dalam hubungan yang akan
memberikan keuntungan bagi kita. Imbalan atau
manfaat adalah hal-hal yang memenuhi kebutuhan
kita akan rasa aman, seks, penerimaan sosial,
keuntungan keuangan, status dan sebagaiknya.
Ukuran manajemen komunikasi interpersonal yang
efektif adalah ketepatan informasi yang disampaikan dan
kualitas hubungan yang diciptakan. Keberhasilan dalam
mencapai keepatan penyampaian informasi ditentukan oleh
sifat dan mutu informasi yang disampaikan, di mana hal ini
selanjutnya juga ditentukan oleh pengertian, keterangan,
pengaruh sikap, hubungan yang semakin baik serta adanya
tindakan.
101
Menurut Tubs dan Moss60
(1994) yang dikutip oleh
Yulita Daru Priliantari, menyatakan bahwa efektivitas
komunikasi pada konteks komununikasi interpersonal
terletak pada variable-variabel yang menitikberatkan pada
aspek kualitas hubungan, faktor-faktor yang memengaruhi
kualitas hubungan, seperti dikutip oleh Deddy Mulyana61
adalah: pengungkapan diri, keakraban, afiliasi dan
komitmen, dominasi, serta status dan kekuasaan.
Berkaitan dengan bahasan tentang kualitas hubungan
tersebut, maka dikemukakan pula intensitas komunikasi
antarpribadi yang merupakanaspek kuantitas dan kualitas
suatu tingkah laku, jumlah energy fisik yang diperlukan
untuk menaikkan rangsangan inderam obyek dan hubungan
dan sifatnya yang berulang-ulang dalam suatu proses
interaksi.62
Berkenaan dengan definisi tersebut, tentunya
komunikasi antarpribadi antara atasan dan bawahan dan
juga antarsesama karyawan harus memenuhi unsur kualitas,
agar hubungan yang terjalin semakin kuat. Hubungan yang
berkualitas, diupayakan memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Keakraban, merupakan pemenuhan kebutuhan
kasih sayang, hubungan antara atasan dan bawahan
60
Tubs, Steward L dan Sylvia Moss. 1996. Human communication.
Prinsip-Prinsip Dasar. Terjemahan oleh Dedy Mulyana dan Gembirasari.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1996. h. 78 61
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 1996. h. 50 62
http://www.kesimpulan.com/2009/04/intensitas-komunikasi-atasan-
bawahan.html
102
akan terpelihara jka komunikator dan komunikan
sepakat akan tingkat keakraban tersebut.
2. Kontrol, merupakan kesepakatan tentang siapa
yang akan mengontrol siapa dan bilamana konrol
itu harus dilakukan. Jika dua orang mempunyai
pendapat yang berbeda sebelum mengambil
kesimpulan, siapa yang harus lebih banyak dan
siapa yang dominan dan yang menentukan.
3. Ketepatan respon, artinya pemberian respon yang
sesuai dengan konteks komunikasi, baik secara
verbal maupun non verbal. Jika konteks
pembicaraan serius, ditanggap secara main-main,
maka akan menunjukkan sikap tidak percaya dari
komunikator. Hal demikian akan mengakibtakan
hubungan interpersonal yang kurang baik.
4. Kesesuaian emosional, meskipun mungkin terjadi
komunikasi dua orang dengan suasana emosional
yang berbeda, dan tidak stabil, besar kemungkinan
salah satu pihak akan mengakhiri komunikasi atau
mengubah suasana emosi diantara keduanya.
Komunikasi antarpribadi yang berlangsung secara
intensif dengan mengutamakan aspek kuantitas dan kualitas
yang seimbang, bukan tidak mungkin memunculkan
hubungan interpersonal yang kuat antara atasan dan
bawahan serta antarsesama karyawan, sehingga
keterbukaan dan kepercayaan yang didapat dari proses
komunikasi tersebut dapat turut menentukan perubahan
103
sikap dan tingkah laku dalam organisasi, terutama dalam
hal ini, perubahan sikap dan perilaku karyawan. Dalam
berkomunikasi harus ada keterbukaan, kejujuran,
kepercayaan dan empati untuk melandasi suatu hubungan
diantara keduanya, yakni atasan dan bawahan, maupun
antarkaryawan.
Dalam prakteknya, perubahan sikap dan tingkah laku
dari prises komunikasi interpersonal dalam suatu organisasi
dapat berberntuk terwujudnya suatu sikap yang diharapkan
muncul dari dirikaryawan, yaitu motivasi kerja yang tinggi.
Dengan motivasi tersebut, kinerja organisasi dipertaruhkan.
Keberlangsungan dan keberhasilan dapat ditentukan oleh
faktor yang satu ini.
5. Komunikasi Organisasi
a. Pengertian Komunikasi Organisasi
Menurut Wiryanto (2005) dalam Romli komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi.63
Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan
sifatnya berorientasi kepetningan organisasi. Isinya berupa
cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai
pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan
63
Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap. PT. Grasindo,
Anggota Ikapi: Jakarta. 2014. h. 2
104
surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah
komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya
bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya
secara individual.64
Sesungguhnya komunikasi organisasi merupakan
sebuah proses pembagian pesan, ide-ide atau sikap dalam
suatu organisasi, seperti bisnis, industri pemerintahan dan
pendidikan. Dan proses komunikasi organisasi menciptakan
dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan
yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi
lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.
Proses penyebaran atau penyampaian pesan, ide-ide atau
sikap ini terjadi antara manajer, pegawai dan teman sejawat
yang juga dapat menggunakan teknologi komunikasi
moderen atau media informasi.65
Komunikasi organisasi dapat berlangsung secara lisan
(verbal) maupun tulisan (non verbal) atau menggunakan
media informasi canggih. Penggunaan surat, memo,
pembicaraan lisan, penggunaan bahasa isyarat, teguran,
telepon dan lain-lainnya adalah bahagian yang akrab
dengan kehidupan organisasi dalam rangka pelaksanaan
tugas-tugas organisasi dalam pencapaian tujuan.
Komunikasi organisasi berlangsung antara pimpinan
64
Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap. PT. Grasindo,
Anggota Ikapi: Jakarta. 2014. h. 2 65
Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap. PT. Grasindo,
Anggota Ikapi: Jakarta.2014. h. 13
105
dengan bawahan, begitu sebaliknya bawahan dengan
atasan, atau bawahan dengan bawahan dalam konteks
pelaksanaan tugas dan hubungan sosial.66
Komunikasi dalam organisasi dapat digolongkan
menjadi komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan
komunikasi ke samping. Semua dapat dipacu sebagai
komunikasi formal yang bertujuan untuk memperlancar
pekerjaan. Selain itu dalam organisasi juga terdapat
komunikasi informal yang terjadi dalam saluran tidak resmi
organisasi atau di luar struktur organisasi. Komunikasi ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan dan dapat pula tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Para karyawan terlepas dari
kedudukan dan pekerjaannya dapat membentuk kelompok-
kelompok yang bisa saja terbentuk atas rasa saling suka,
rasa senasib dan sebagainya. Mereka berkomunikasi dalam
kelompok ini, berbagai informasi dan menjadikannya
sebagai tempat berbagai gosip. Seorang pemimpin harus
menggunakan komunikasi formal dan informal secara
efektif.67
1. Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah mengalir dari para manajer
tingkat atas atau pimpinan kepada supervisor dan akhirnya
kepada karyawan, misalnya dalam bentuk instruksi
66
Husaini Usman. Manajemen; Teori Praktik dan Riset Pendidikan
edisi 3. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. h. 420 67
Devito Joseph, Komunikasi Interpersonal, Cetakan ketiga (Bandung:
Rosdakarya, 2004), h. 65
106
pekerjaan, kebijakan, prosedur, memo dan publikasi
perusahaan. Beberapa jenis informasi dikomunikasikan
pimpinan kepada karyawan, seperti kebijakan organisasi
yang biasanya dilakukan secara tertulis. Namun
kebanyakan komunikasi ke bawah berlangsung antara
supervisor dan karyawan yang biasanya secara lisan seperti
instruksi pekerjaan.
Komunikasi ke bawah ini tidak bisa dipandang sepele
karena karyawan memerlukan informasi berkaitan dengan
pekerjaan mereka. Jika mereka tidak memperoleh secara
formal, maka sangat mungkin mereka membuat dugaan
sendiri atau beralih kepada saluran informasi. Namun
sering kali supervisor kurang memperhatikan saluran
komunikasi ke bawah, misalnya: (1) tidak memberi tahu
karyawan tentang hal-hal yang seharusnya mereka ketahui,
(2) memberi informasi yang kurang lengkap kepada
karyawan, (3) terlambat memberi tahu karyawan, (4)
menggunakan cara yang salah, misalnya menggunakan
komunikasi lisan untuk hal yang seharusnya dilakukan
secara tertulis, (5) Memberikan informasi yang salah
kepada karyawan, (6) berkomunikasi dengan cara yang
ketus, bermusuhan atau emosional, (7) berkomunikasi
dengan cara yang tidak dimengerti oleh karyawan, dan (8)
mengkritik karyawan di depan orang lain/orang banyak.
2. Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas berlangsung dari karyawan
kepada para supervisor dan selanjutnya kepada manajer
107
yang lebih tinggi. Pimpinan membutukan umpan balik agar
komunikasi ke bawah dipahami dengan baik, selain itu
pimpinan juga dapat mengetahui gagasan, pendapat dan
perasaan karyawan melalui komunikasi ke atas.
Umumnya jenis komunikasi yang dibutuhkan oleh
pimpinan dari karyawan adalah sebagai berikut: (1)
masalah dan kesulitan dalam pekerjaan, (2) perasaan dan
sikap kepada organisasi dan unit kerja dalam departemen,
(3) gagasan untuk meningkatkan operasi secara keseluruhan
atau pelaksanaan pekerjaan tertentu, (4) informasi lebih
awal tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan dalam
kaitannya dengan jadwal atau standar pekerjaan.
Kesulitan dalam berkomunikasi ke atas menjadi tidak
efektif ketika karyawan tidak mau atau takut
mengungkapkan perasaan mereka. Dalam beberapa kasus
karyawan merasa bahwa pimpinan tidak mendorong
mereka untuk mengungkapkan pendapat. Sejumlah
organisasi dan perusahaan berusaha menggalakkan
komunikasi ke atas melalui kotak saran, pertemuan
kelompok dan buletin karyawan. Cara seperti ini akan lebih
efektif bila dilaksanakan dan dipelihara secara konsisten.
Efektivitas komunikasi ke atas bergantung kepada
hubungan antara pimpinan dan karyawan, pimpinan
bersikap terbuka, mau menerima dan mendorong lebih
mungkin memperoleh gagasan dan pendapat dari bawahan.
3. Komunikasi ke samping
108
Komunikasi dapat juga berlangsung ke samping atau
disebut juga komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal
adalah pertukaran pesan di antara orang yang sama tingkat
otoritasnya dalam organisasi. Komunikasi kesamping
membantu upaya mengkoordinasikan kegiatan diantara
sejumlah unit kerja.68
Misalnya diantara bagian
perencanaan dengan bagian pendidikan luar sekolah pada
organisasi pendidikan. Komunikasi ini dapat berfungsi
secara tatap muka atau melalui berbagai bentuk sistem
informal.
4. Komunikasi Informal
Komunikasi informal timbul karena komunikasi
adalah manusiawi. Orang-orang yang saling kenal dalam
suatu organisasi berbincang-bincang secara informal, suatu
hal yang mereka ketahui bersama adalah organisasi tempat
mereka bekerja. Jadi mereka berbicara apa saja tentang hal-
hal apa saja yang mereka ketahui di situ. Pembicaraan ini
sering berkembang dan pada akhirnya dapat menjadi gosip
atau desas-desus yang menyebar ke seluruh karyawan.
Saluran informasi informal membawa dua jenis
informasi yaitu: (1) yang berhubungan dengan pekerjaan
dan (2) informasi yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Karyawan ingin mengetahui hal-hal tempat
organisasi mereka bekerja, tentang apa yang terjadi dan
sebagainya. Jika mereka tidak memperoleh melalui saluran
68
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. Cetakan keenam. Jakarta:
Bumi Aksara. 2001. h. 121.
109
formal, maka mereka akan mencarinya melalui jalur
informal. Saluran ini membawa informasi pribadi yang
umumnya tidak dikomunikasikan melalui saluran formal.
Sebagian karyawan memandang saluran informal
sebagai sumber informasi utama. Mereka memperoleh
informasi lebih banyak daripada yang biasanya diperoleh
informasi formal. Kita tidak tahu pasti kebenaran informasi
yang diperoleh dari komunikasi informal. Informasi ini
tidak banyak melibatkan emosi atau isu kontroversial
cenderung akurat. Namun bahayanya timbulnya
kesalahpahaman semakin besar pada saat informasi itu
disampaikan dari orang ke orang. Kesalahan sedikit saja
dapat mengakibatkan perubahan pesan yang selanjutnya
menimbulkan kesalahan.
Kita tidak tahu pasti kebenaran informasi yang
diperoleh dari komunikasi informal. Informasi yang tidak
banyak melibatkan emosi atau isu kontroversial cenderung
akurat. Namun bahayanya timbul kesalahpahaman semakin
besar pada saat informasi itu disampaikan dari orang ke
orang. Kesalahan sedikit saja dapat mengakibatkan
perubahan pesan yang selanjutnya menimbulkan kesalahan.
Pimpinan sering kali putus asa menangani informasi
informal terutama terhadap informasi yang sifatnya hanya
isu atau desas-desus. Namun saluran ini ada dan pimpinan
tersebut tidak dapat menghentikannya. Justru sebenarnya
pimpinan itu dapat memanfaatkannya untuk menyalurkan
informasi yang benar. Dia dapat juga mengurangi
110
ketergantungan karyawan terhadap saluran informal dengan
memberikan lebih banyak informasi melalui saluran formal
Selain itu, keberadaan saluran komunikasi informal
tidak selamanya berakibat negatif terutama jika informasi
yang disalurkan benar. Iklim informasi informal yang
tercipta dapat difungsikan untuk mencapai beberapa tujuan
yang membangun sabagai berikut: (1) menyediakan saluran
untuk menyebarkan informasi tertentu yang tidak perlu
memakai saluran formal seperti pribadi yang membantu
membina persahabatan, (2) memungkinkan untuk orang-
orang yang mengungkapkan perasaan yang jika dipendam
akan menimbulkan masalah di kemudian hari (stress), (3)
membantu menerjemahkan informasi dari pimpinan ke
bawah menjadi informasi ynng mudah dipahami, (4)
mencegah timbulnya kesalahpahaman atau desas-desus
dengan tidak berdasar dengan lebih mencirikannya, dan (5)
menyediakan saluran penyampaian perasaan karyawan.
b. Pendekatan-pendekatan Komunikasi
Organisasi
Pendekatan–pendekatan dasar yang telah
dikembangkan untuk menjelaskan operasi dari organisasi-
organisasi manusia.
Menurut Littlejohn, dalam bukunya "Theories of
Human Communication", secara umum dunia masyarakat
ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok
pengamatannya dapat dibagi dalam 3 kelompok atau aliran
pendekatan, yaitu: pendekatan scientific (ilmiah - empiris),
111
pendekatan humanistic (humanioria interperatif), serta
pendekatan social sciences (ilmu - ilmu sosial): 69
1. Pendekatan ilmiah (Scientific)
Disebut juga sebagai pendekatan kritik rasional
atau scientific research, karena itu memiliki
kemampuan untuk berfikir, karena itu berfikir
merupakan salah satu aktivitas batiniah manusia.
Dengan akal budi yang dimiliki manusia, maka
manusia dapat untuk berfikir, kemampuan berfikir
banyak menghasilkan kebenaran.
Pada pendekatan ilmiah, sifat umum dari
penelitian Weber, Taylor dan Fayol adalah
mengembangkan ilmu kerja yang sesungguhnya
menggunakan ilmu dalam memiliki dan melatih dan
untuk memperoleh kerja sama antara para pekerja dan
manejemen. Dengan ilmu kerja yang sesungguhnya,
Taylor menganggap bahwa setiap pekerja memiliki
kapasitas untuk pelaksanaan kelas pertama pada
beberapa tugas. Dia melihatnya sebagai tanggung
jawab manajemen untuk memilih dan melatih para
pekerja untuk melaksanakan pekerjaan yang paling
penting, dan paling menguntungkan mereka, yaitu
69
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. Teori Komunikasi, edisi 9.
Jakarta: Salemba Humanika. 2009. h. 323
112
membawa secara bersama-sama ilmu kerja dan para
pekerja pilihan. Melalui proses ini, dia menginginkan
meniadakan perselisihan melalui kerja sama
manajemen dan tenaga kerja yang erat, yang
menguntungkan secara mutual (bersama).70
Manajemen ilmiah ada lima elemen tugas yang
diterima oleh manajemen yaitu: (1) perencanaan,
yaitu pengkajian pasar ekonomi, tenaga kerja,
material dan faktor-faktor lain untuk membuat
strategi untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi,
(2) pengorganisasian, yaitu membawa bersama-sama
peralatan, pekerja, material yang diperlukan untuk
mencapai tujuantujuan untuk organisasi, (3)
pemberian perintah, yaitu mempertahankan aktivitas
berorientasi tujuan dari organisasi, (4)
pengkoordinasian, yaitu penyatuan usaha organisasi,
(5) pengendalian, yaitu mempertahankan pemenuhan
aturan-aturan, rencana-rencana yang telah dibuat.71
Struktur organisasi akan dibuat untuk
mempertahankan kesatuan perintah secara klasik
sebagai sebuah piramida hirarki, dengan seorang
kepala pimpinan pada puncaknya dan para pekerja
produksi pada dasarnya. Selanjutnya, dalam
70
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. Teori Komunikasi, edisi 9.
Jakarta: Salemba Humanika. 2009. h. 323 71
Fattah. Landasan Manajemen Pendidikan. Cetakan ketujuh.
Bandung: Rosdakarya, 1997. h. 79.
113
organisasi, puncak kewenangan akan ditempati oleh
seorang pemimpin dan bagian dasarnya dihubungkan
dengan para karyawan yang melaksanakan tugas di
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Terlepas dari berapa rumitnya hubungan
organisasi dengan manajemen, maka birokrasi
manajemen merefleksikan prinsip-prinsip: (1)
kemenangan, yaitu suatu rangkaian perintah dari
atasan yang harus dilaksanakan dikenal dari atas
piramida ke setiap individu dalam hirarki tersebut, (2)
kesatuan, yaitu setiap individu yang mendapatkan
perintah dan tanggung jawab kepada atasan hanya
sebuah otoritas, (3) definisi, yaitu semua tugas dan
tanggung jawab yang sudah ditetapkan harus
dilaksanakan bertanggung jawab.
Dalam keadaan seperti ini, jelas sekali
tergantung pada keberhasilan organisasi dalam
memotivasi para karyawannya. Untuk “manusia
ekonomis” dari teori manajemen ilmiah, ini
memanfaatkan dorongan karyawan untuk
memperoleh material untuk proses produksi.72
Manajemen ilmiah memliki dua faktor yang
kuat dalam kehendaknya, 1) manajemen ilmiah
memberikan sistem yang komperensif dari teori
72
Fattah. Landasan Manajemen Pendidikan. Cetakan ketujuh.
Bandung: Rosdakarya, 1997. h. 81
114
organisasi, 2) memberikan solusi-solusi terhadap
masalah-masalah manajemen yang memiliki setiap
tampilan yang dapat diukur dan efektif. Prinsip-
prinsip ini mengatakan bahwa kunci terhadap
produktivitas organisasi adalah seorang karyawan
yang dimotivasi secara ekonomis yang bekerja di
bawah kondisi yang dirancang secara ilmiah untuk
menghasilkan yang paling baik.73
2. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanis, menekankan kekuatan dan
pengaruh pada pekerjaan dalam organisasi. Secara
alamiah merupakan “motivated organisme”,
organisasi yang memiliki struktur dan sistem kontrol
tertentu. Komunikasi ke atas lebih efektif dalam
organisasi untuk memberikan wawasan yang lebih
luas kepada manajemen melalui sikap keluhan dan
aspirasi dari para karyawan.74
Ada beberapa anggapan dasar dari pendekatan
humanis, yaitu, (1) produktivitas ditentukan oleh
norma sosial, bukan faktor psikologis, (2) seluruh
imbalan yang bersifat non ekonomis sangat penting
dalam memotivasi para karyawan, (3) karyawan
biasanya memberikan reaksi suatu persoalan, (4)
73
Fattah. Landasan Manajemen Pendidikan. Cetakan ketujuh.
Bandung: Rosdakarya, 1997. h. 83 74
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. Cetakan keenam. Jakarta:
Bumi Aksara. 2001. h. 93.
115
kepemimpinan memegang peranan sangat penting
dalam mencakup aspek-aspek formal dan informal,
(5) penganut human relations menganggap
komunikasi sebagai fasilitator dalam pembuatan
keputusan.75
Rensis Linkert dalam studi penelitiannya
tentang perilaku individu dalam lingkungan
organisasi menyimpulkan bahwa para pimpinan yang
berkonsentrasi pada pelaksanaan pekerjaan cenderung
mendapatkan hasil yang kurang baik daripada orang
yang memberikan sebagian besar perhatian mereka
untuk mengembangkan hubungan manusia produktif.
Selanjutnya dia melihat dua bentuk manajemen dasar
yang terpusat pada pekerjaan dan yang terpusat pada
karyawan.76
Manajemen yang terpusat pada pekerjaan
terfokus pada penjelasan teknik dan operasional,
uraian kerja yang tepat bersama dengan instruksi,
skedul, tingkat dan pengawasan yang ketat untuk
mempertahankan produksi dan kualitas. Sebaliknya,
manajemen yang berpusat pada karyawan
berkonsentrasi pada pengembangan hubungan yang
sehat dengan para karyawan individu dan diantara
75
Jalaluddin Rahmat. Psikologi Komunikasi. Cetakan ketiga. Bandung:
Grafindo Persada. 1996. h. 67 76
https://www.scribd.com/doc/57080877/Gaya-Kepemimpinan-Empat-
Sistem-Manajemen-Dari-Likert/. Dilihat pada 20/12/2017
116
kelompok kerja, menciptakan tim yang efektif dengan
partisipasi maksimum dalam pembuatan keputusan
dan tujuan-tujuan prestasi yang tinggi. Linkert
menemukan bukti bahwa para pimpinan yang terpusat
pada karyawan, yang meyakini peranan mereka
sebagai salah satu penanganan hambatan terhadap
pelaksana yang efektif oleh para bawahan, secara
aktual lebih efisien daripada para pemimpin yang
terpusat para pekerja yang menekan efisiensi.77
Dalam sistem Otoritatif eksploitatif , motivasi
didasarkan pada rasa takut, komunikasi hanya terjadi
satu arah yaitu : dari atas ke bawah dan keputusan
dibuat pada tingkat atas, pimpinan menginstruksikan
apa, kapan, bagaimana sesuatu tugas harus
dikerjakan. Pada sistem otoritatif eksploitatif ini,
pimpinan membatasi peranan bawahan, pemecahan
permasalahan menjadi tanggungjawab pimpinan dan
bawahan mempunyai kewajiban untuk menurut atau
mematuhinya. Kekuasaan pada pimpinan semata-
mata hendak mengambil keuntungan diri sendiri dari
kesempatan yang ada. Dalam hal menjalankan
pekerjaannya, pimpinan cenderung menerapkan
pekerjaannya, pimpinan menerapkan ancaman dan
hukuman. Oleh karena itu, hubungan antara pimpinan
77
https://www.scribd.com/doc/57080877/Gaya-Kepemimpinan-Empat-
Sistem-Manajemen-Dari-Likert/. Dilihat pada 20/12/2017
117
dengan bawahan dalam sistem ini adalah saling
curiga satu dengan yang lain.78
Sistem benevolent otoritatif, pimpinan memakai
komunikasi satu arah walaupun tidak seperti pada
otoritatif eksplosif, efektifitas kerja tinggi dan
mengutamakan tugas. Perbedaan dengan sistem
sebelumnya otoritatif eksploitatif adalah terletak
kepada adanya fleksibilitas pimpinan dalam
menetapkan standar yang ditandai dengan meminta
pendapat kepada bawahan. Namun demikian,
instruksi dari pimpinan yang selalu memerintah tetap
dominan.
Sistem konsultatif, pimpinan masih memegang
kendali, namun pimpinan juga mencari masukan-
masukan bawahannya, memakai pola komunikasi dua
arah. Pimpinan dalam menerapkan kepemimpinannya
cenderung bersifat mendukung. Selain itu, sistem
kepemimpinan ini juga tergambar pada pola
menetapan target atau sasaran organisasi yang
cenderung bersifat konsultatif dan memungkinkan
diberikannya wewenang pada bawahan pada tingkat
tertentu.79
78
https://www.scribd.com/doc/57080877/Gaya-Kepemimpinan-Empat-
Sistem-Manajemen-Dari-Likert 79
https://www.scribd.com/doc/57080877/Gaya-Kepemimpinan-Empat-
Sistem-Manajemen-Dari-Likert
118
Sistem partisipatif, pimpinan memiliki gaya
kepemimpinan lebih menekan pada kelompok kerja
sampai ditingkat bawah. Sehingga dalam proses
pengambilan keputusan dan penentuan target
pimpinan selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem
ini, komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah
dengan memberikan kebebasan kepada bawahan
untuk mengungkapkan seluruh ide ataupun
permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini mau
memberikan pujian atau hadiah (reward) bagi
bawahan yang berhasil bekerja dengan baik.80
Melalui pendekatan-pendekatan organisasi yang
telah diuraikan di atas, diharapkan implementasinya
terhadap organisasi (sekolah) menjadi lebih baik dan
meningkatkan kualitas/mutu dari organisasi (sekolah)
yang dipimpin. Seorang pemimpin dengan pengertian
dan kemampuannya berkomunikasi dengan
memahami pendekatan-pendekatan komunikasi
organisasi, pimpinan diharapkan dapat memilih
sistem/gaya apa yang terbaik yang akan ditampilkan
untuk kelancaran dan kemajuan organisasinya
(sekolah), dalam arti bagaimana seorang pemimpin
dapat merangkul karyawannya untuk bekerja sama
dengan sebaik-baiknya di dalam pencapaian tujuan
80
https://www.scribd.com/doc/57080877/Gaya-Kepemimpinan-Empat-
Sistem-Manajemen-Dari-Likert
119
organisasi (sekolah) yang ingin dicapai dengan
optimal.
c. Implementasi Komunikasi Organisasi
Hubungan antara komunikasi dan perilaku
manusia adalah hubungan timbal balik, masing-
masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan komunikasi yang bersifat
terbuka mendorong perilaku yang jujur dan terbuka.
Komunikasi dan perilaku sangat erat hubungannya di
mana tidak memungkinkan untuk mempelajari satu
tanpa mempelajari yang lain.
Untuk sampai pada pembahasan tentang
implementasi komunikasi organisasi, ada baiknya
peneliti menjelaskan sedikit tentang perilaku
organisasi. Perilaku keorganisasian atau organisasi
diidentifikasikan sebagai studi mengenai perilaku
manusia dalam organisasi, yang mana dengan
menggunakan ilmu pengetahuan tentang bagaimana
bertindak dalam organisasi.
Perilaku organisasi adalah suatu studi yang
menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam
suatu organisasi atau kelompok tertentu adapun
tujuan praktis dalam penelaah studi ini adalah untuk
mendeterminasi bagaimana perilaku manusia itu
120
mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan
organisasi.81
Penilaian komunikasi sering kali merupakan
program penelitian dan pengembangan khususnya
ketika digunakan pendekatan perilaku. Dianggap
perilaku-perilaku organisasi bila perilaku-perilaku
tersebut membuat sesuatu lainnya terlihat atau
menempatkan sesuatu sehingga terpandang jelas atau
menjadi perhatian seorang lain.82
Agar pertunjukkan
menjadi sesuatu bentuk perilaku organisasi, ia harus
mempresentasikan atau mewakili atau melambangkan
sesuatu lainnya.
Kata koordinator bersumber pada bahasa latin
Coordination yang berarti “kombinasi atau interaksi
yang harmonis”. Menurut Sirait interaksi yang
harmonis diantara para karyawan di dalam organisasi,
baik hubungannya secara timbal balik maupun secara
horizontal diantara para karyawan secara timbal balik
pula, disebabkan oleh komunikasi.83
Secara teknis, itu berarti bahwa seseorang tidak
dapat menghindari untuk menunjukkan pesan.
81
Thoha. Perilaku Organisasi. Cetakan kedua. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2001. h. 4. 82
Stephen Robbins. Prilaku Organisasi. Cetakan kedua belas.
Indonesia: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Edisi lengkap, alih bahasa, Harry
Slamet. 2006. h. 107. 83
Turman Sirait. Komunikasi Interpersonal. Cetakan ketiga. Jakarta:
Ilmu Jaya. 1993. h. 27.
121
Komunikasi dapat dibedakan dengan semua perilaku
manusia dan organisasi lainnya, karena ia melibatkan
proses mental memahami orang, objek dan peristiwa
yang kita sebut pertunjukan pesan. Komunikasi
organisasi adalah “perilaku organisasi” yang terjadi
dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses
bertransaksi dan memberi makna atas apa yang
sedang terjadi.
Dari uraian diatas, dapatlah kita ketahui bahwa
implementasi komunikasi organisasi adalah
bagaimana pelaksanaan komunikasi itu di dalam
organisasi / sekolah dengan memahami perbedaan-
perbedaan perilaku manusianya, karena perilaku
manusia di dalam organisasi sangat berperan
mempengaruhi di dalam pencapaian tujuan-tujuan
organisasi/sekolah yang telah diterapkan.
Implementasi komunikasi organisasi bila
dihubungkan dengan pendidikan adalah untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.
Implementasi komunikasi yang baik antara
penerima pesan dan pemberi pesan akan memberikan
dampak positif, karena bila sudah terjalin komunikasi
yang baik antara kepala sekolah dengan guru, staf dan
siswa pasti sudah merupakan persepsi untuk
mencapai tujuan pendidikan.
122
Dalam implementasi komunikasi, kepala
sekolah memperlakukan dan mengakui guru, siswa
dan warga sekolah sebagai subjek bukan objek.
Implementasi komunikasi ini merupakan suatu
pertemuan antara subjek dengan subjek. Kepala
sekolah mengakui dan memperlakukan komponen
pendidikan sebagai subjek yang sangat penting karena
semakin baik seseorang kepala sekolah menganalisa
komponen pendidikan lainnya, maka semakin besar
kemungkinan terjadinya peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah tersebut, namun demikian
pasti akan temui hambatan-hambatan dalam
implementasi komunikasi organisasi, tergantung
bagaimana seorang kepala sekolah mencari jalan
keluarnya.
d. Hambatan-hambatan dalam Implementasi
Komunikasi Organisasi
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu
yang menimbulkan gangguan komunikasi sehingga
tujuan komunikasi tidak tercapai. Pada dasarnya
semua hambatan itu dapat terjadi karena distorsi,
penghilangan sebagian isi informasi, terlalu banyak
informasi, waktu, penerimaan pesan dan hambatan
fisik.84
84
Denim. Inovasi Pendidikan. Cetakan ketiga. Bandung: Pustaka Setia.
2002. h. 58.
123
Tidak memadainya komunikasi dapat
mendukung berkembangnya konflik yang merintangi
tujuan antara dua kelompok yang posisinya saling
melengkapi. Tidak adanya sarana-sarana komunikasi
yang memadai dan menghambat usaha-usaha untuk
mencapai koordinasi dua kelompok. Kesulitan-
kesulitan bahasa serta selektifitas dalam
menginterpretasikan dapat mengekalkan kesalahan
konsepsi dan mendorong timbulnya saling tidak
percaya sebagai awal dari timbulnya konflik.
Konflik dikatakan menjadi suatu hambatan atau
pertentangan pendapat antara orangorang, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi yang disebabkan
adanya berbagai macam perkembangan yang dapat
menimbulkan perbedaan pendapat, keyakinan dan ide
antara satu sama lain. Penyebab terjadinya konflik:85
1) Perbedaan pendapat Konflik dapat terjadi karena
perbedaan pendapat dan masing-masing merasa
benar. Jika perbedaan pendapat ini meruncing dan
mencuat ke permukaan maka dapat menimbulkan
ketegangan.
2) Salah paham Konflik ini terjadi karena
kesalahpahaman yang dianggap merugikan orang
85
Heriyanto. Perencanaan Pengajaran. Cetakan kelima. Jakarta:
Rhineka Cipta, 2005. h. 67.
124
lain yang menimbulkan rasa kurang nyaman,
kurang simpatik dan kebencian.
3) Salah satu atau kedua belah pihak merasa
dirugikan Perasaan kesal, benci, kurang nyaman,
kurang simpatik dapat menimbulkan konflik yang
dapat merugikan secara materi, moral maupun
sosial.
4) Perilaku sensitif Perasaan terlalu sensitif dapat
memandang persoalan yang wajar menjadi tidak
wajar dan dapat mengakibatkan konflik.
Adanya beberapa teori yang menganalisa terjadinya
konflik/hambatan dalam implementasi komunikasi
organisasi.86
1) Teori Hubungan Masyarakat Teori ini
menganggap bahwa konflik disebabkan oleh
polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan
permusuhan diantara kelompok-kelompok yang
berbeda dalam suatu organisasi.
2) Teori Negosiasi Prinsip Teori ini menganggap
bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang tidak
selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik
oleh pihak-pihak yang mengalami.
86
Heriyanto. Perencanaan Pengajaran. Cetakan kelima. Jakarta:
Rhineka Cipta, 2005. h. 78
125
3) Teori Kebutuhan Manusia Teori ini menganggap
bahwa konflik disebabkan oleh kebutuhan dasar
manusia, fisik mental dan sosial.
4) Teori Kesalahpahaman antar Budaya Teori ini
menganggap bahwa konflik disebabkan oleh
ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi
antara berbagai budaya yang berbeda.
5) Teori Transformasi Teori ini menganggap bahwa
konflik disebabkan oleh masalah ketidak sertaan
dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah
sosial, budaya dan ekonomi.
Dalam organisasi, hambatan-hambatan komunikasi
dapat terjadi pada semua tingkatan baik interpersonal,
intragroup, intergroup, interorganisasi maupun
intraorganisasi:87
1) Konflik Intrapersonal yaitu konflik internal yang
terjadi dalam diri seseorang. Konflik intrapersonal
akan terjadi ketika individu harus memilih antara
dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan
maka yang ia pilih harus dilakukan.
2) Konflik Interpersonal yaitu konflik antar individu,
konflik ini terjadi ketika adanya perbedaan-
perbedaan tentang isu, tindakan dan tujuan dimana
hasil bersama sangat menentukan.
87
Imran Ali. Pembinaan Guru Indonesi. Cetakan kedelapan. Jakarta:
Dunia Pustaka Jaya, 1995. h. 79.
126
3) Konflik Intragroup yaitu konflik antar anggota
dalam suatu kelompok. Selain kelompok dapat
mengalami konflik substansi (latar belakang
keahlian yang berbeda) ketika anggota
menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data
yang sama.
4) Konflik Intergroup yaitu konflik yang terjadi
antara pimpinan dan bawahan, antar karyawan
terjadi perbedaan persepsi perbedaan tujuan dan
meningkatkan tuntutan dalam keahlian.
5) Konflik Intraorganisasi yaitu konflik yang terjadi
antara pimpinan dan bawahan antar karyawan
terjadi perbedaan persepsi dalam pengambilan
keputusan antara pimpinan dengan tenaga
administrasi.
6) Konflik Interorganisasi yaitu konflik yang terjadi
antar organisasi. Terjadi karena adanya saling
ketergantngan satu sama lain, yang dapat
menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi
lain.
Konflik dalam organisasi dapat menimbulkan dampak
positif maupun negatif serta dapat pula mendorong inovasi,
kreatifitas dan adaptasi. Meskipun konflik dapat
menurunkan kinerja, menimbulkan ketidakpuasan,
meningkatkan ketegangan dan sampai bertingkat stres, tapi
konflik juga dapat membuat seseorang untuk
127
mengintrospeksi diri dan mengembangkan alternatif yang
lebih baik.
B. Konsep Pemberdayaan Komunitas
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris
“empowerment” yang berarti “pemberian kekuasaan”
karena power bukan sekedar “daya”, tetapi juga
“kekuasaan”, sehingga kata “daya” tidak saja bermakna
“mampu”, tetapi juga “mempunyai kuasa”.88
Konsep “pemberdayaan” (empowerment) telah
mengubah konsep pembangunan dan sekaligus strategi
bagaimana mengentaskan kemiskinan khususnya di
perdesaan. Perubahan ini sering disebut orang sebagai
perubahan paradigma atau serangkaian perubahan mulai
dari tataran konsep, teori, nilai-nilai, metodologi sampai ke
tataran pelaksanaannya. Perubahan ini telah memengaruhi
isi Laporan Indeks Pembangunan Manusia (Human Index
Development) yang setiap tahun dikeluarkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP). Organisasi ini
menyatakan “pembangunan seharusnya dianyam oleh
rakyat bukan sebaliknya menjadi penonton pembangunan
dan seharusnya pula pembangunan memperkuat rakyat
bukan justru membuat rakyat semakin lemah”.
88 Randy, Wrihatnolo. Manajemen Pembedayaan Sebuah Pengantar.
Elex Media Komputindo, Jakarta. 2007., h. 56
128
Pemberdayaan menjadi konsep kunci untuk menanggapi
kegagalan pelaksanaan pembangunan selama ini. Sejak
dicanangkan konsep pembangunan pada akhir masa perang
dunia kedua, ternyata pembangunan membuat orang
semakin miskin atau jumlah orang miskin semakin banyak,
gagasan modernisasi pun rontok karena tidak mampu
meneteskan hasil-hasil pembangunan kepada kelompok
masyarakat termiskin, juga semakin diakui bahwa
pemerintah ternyata tidak mampu mengentaskan
kemiskinan dan bahkan pembangunan merusak lingkungan
hidup. (www.access-indo.or.id).
Dalam hal pembangunan manusia dan tolak ukurnya,
Wan Usman menyatakan ada sebuah paradigma baru yang
dikembangkan UNDP (United Nation Development
Programme) tentang hakikat pembangunan ialah Paradigma
Pembangunan Manusia (PPM). Paradigma ini mengandung
empat pilar pokok yang mempunyai prinsip-prinsip, sebagai
berikut:89
1) Produktivitas
Penduduk harus diberdayakan untuk meningkatkan
produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam
proses penciptaan pendapatan dalam mencari
nafkah. Produktifitas memerlukan investasi
manusia serta situasi ekonomi makro yang
memungkinkan penduduk untuk mengembangkan
diri secara optimal.
2) Pemerataan
89
Wan Usman. Daya Tahan Bangsa, Kajian Ketahanan Nasional
Universitas Indonesia. Jakarta, 2008
129
Penduduk harus diberikan kesempatan yang sama
untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber
daya ekonomi sosial.
3) Kesinambungan
Akses pada sumber daya ekonomi dan social harus
dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang,
namun juga untuk generasi mendatang.
4) Pemberdayaan
Pembangunan bukan hanya untuk kepentingan
penduduk, namun juga untuk mereka yang ikut
berpartisipasi dalam menentukan kehidupan
mereka. Konsep yang komprehensif berarti sejalan
dengan desentralisasi dan peran serta aktif dari
masyarakat.
Randy90
juga mengatakan bahwa pemberdayaan
adalah “proses menjadi”, pemberdayaan bukanlah proses
instan. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga
tahapan: penyadaran, pengkapasitasan dan pemberdayaan.
Ketiga poin ini merupakan tahapan yang harus
implementasikan secara gradual dan berkesinambungan.
Kegagalan proses pemberdayaan pada sebuah pribadi atau
komunitas disebabkan salah satunya adalah kurang
memperhatikan proses pemberdayaan berlangsung.
Tahap pertama adalah penyadaran, pada tahap ini
target yang hendak diberdayakan diberi penyadaran berupa
pencerahan dalam bentuk mereka memiliki hak untuk
“memiliki sesuatu”, misalnya target adalah pemuda yang
90
Randy, Wrihatnolo. Manajemen Pembedayaan Sebuah Pengantar.
Elex Media Komputindo, Jakarta. 2007., h. 56
130
tinggal dikumpulan masyarakat miskin. Mereka diberi
pemahaman bahwa mereka bias kaya, dan itu dapat mereka
lakukan dengan syarat tertentu salah satunya meningkatkan
kapasitas. Program tahap ini pemuda/masyarakat diberi
pengetahuan yang bersifat kognisi, belief dan heal. Prinsip
dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka
perlu membangun kesadaran bahwa proses pemberdayaan
itu dimulai dari diri mereka sendiri.
Setelah menyadari, tahap kedua adalah
pengkapasitasan, inilah yang disebut dengan capacity
building atau dalam bahasa yang lebih sederhana artinya
memampukan. Untuk diberi daya atau kuasa, yang
bersangkutan harus mampu terlebih dahulu, target harus
diberikan kecakapan (skillfull), pengkapasitasan terdiri atas
tiga jenis, yaitu pengkapasitasan manusia, organisasi dan
system nilai. Pengkapasitasan manusia, organisasi dan
system nilai. Pengkapasitasan manusia dalam arti
memampukan manusia, baik dalam konteks individu
maupun kelompok. Istilah Training (pelatihan), Workshop,
seminar dan sejenisnya adalah bagian dalam proses
pengkapasitasan. Arti dasarnya adalah memberikan kepada
individu dan kelompok manusia untuk mampu menerima
daya atau kekuasaan yang akan diberikan.
Pengkapasitasan organisasi dilakukan dalam bentuk
restrukturisasi organisasi yang hendak menerima daya atu
kapasitas tersebut, misalnya sebelum sekelompok pemuda
menerima peluang usaha, bagi kelompok pemuda dibuatkan
131
Badan Usaha Milik Pemuda (BUMP), pengkapasitasan
organisasi sering diabaikan pada proses pemberdayaan,
padahal sebelum seorang petani menanam padinya dia
harus menyediakan lahan tanamnya, menabur benih padi di
atas lahan yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu
kemungkinan besar tidak tumbuh seperti yang diinginkan,
bahkan banyak kerja yang telah dilakukan namun tidak
dapat menghasilkan perberdayaan yang optimal karena
salah satunya adalah pengakapsitasan organisasi tidak
dilakukan.
Pengakapsitasan ketiga adalah system nilai. Setelah
wadah dan orangnya dikapasitaskan, system nialinya pun
demikian. System ini adalah aturan main. Dalam cakupan
organisasi, system nilai mencakup Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, system dan prosedur, peraturan
korporasi dan sejenisnya. Pada tingkat yang lebih maju,
system nilai terdiri pula atas budaya organisasi, etika dan
good governance. Hal ini membuat target merasa tenang
karena adanaya aturan main yang disepakati.
Tahap ketiga adalah pemberian daya itu sendiri atau
empowerment dalam makna sempit, pada tahap ini kepada
target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.
Prosedur pada ketiga tahap ini menjelaskan bahwa,
pokok gagasannya adalah pemeberian daya sesuai
kecakapannya. Jika sekelompok pemuda sudah melalui
proses penyadaran, pengkapasitasan dan memiliki
kecakapan dalam melakukan usaha dengan putaran uang
132
Rp. 5 juta, tidaklah bijaksana jika kita memberikan
pinjaman atau modal sebesar Rp. 50 juta tanpa adanya
peningkatan kapsitas yang disesuaikan.
Empowerment (pemberdayaan) muncul karena dua
premis mayor, yakni Kegagalan dan Harapan. Pada
hakikatnya, pemberdayaan adalah nilai kolektif
pemberdayaan individual menurut Payne mengemukakan
bahwa suatu proses pemberdayaan (empowerment)
bertujuan membantu klien memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang ia
lakukan terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi
hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.
Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara
lain melalui transfer daya dari lingkungannya.91
Menurut Shardlow (1998) dalam Riza melihat bahwa
pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya
membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai
dengan keinginan mereka.92
Menurut Mubyarto (1997) dalam Budiyanto
Pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas ekonomi,
namun juga secara politik sehingga pada akhirnya
91
Payne. Social Work and Community Care. London: McMillan. 1997.
p. 266 92
Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. Pemberdayaan
Masyarakat. Sumedang : ALQAPRINT JATINANGOR. 2006. h. 32
133
masyarakat akan memiliki posisi tawar baik secara
Nasional maupun Internasional. Konsep pemberdayaan
sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada lapisan
masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.93
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses
pemberian kemampuan, kesempatan dan kewenangan
masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapinya
dan melalui pemanfaatn berbagai sumber yang dimilikinya,
dengan demikian memberdayakan sebuah organisasi
mempunyai arti memberikan kemampuan atau daya,
kesempatan dan kewenangan kepada sebuah organisasi
tersebut untuk memecahkan masalah atau mengembangkan
potensinya, melalui pemanfaatan berbagai sumber baik
sumber daya manusia. Dalam hal ini anggota dan pengurus
sebuah organisasi, sumber daya alam yang bias dikelola
ataupun sumber daya social yang ada misalnya jejaring
yang dimiliki oleh sebuah organisasi.
Menggunakan asumsi adanya ketidakberdayaan yang
membelenggu masyarakat karena kooptasi Negara dan
pasar, pendekatan pembanguna berbasis komunitas menjadi
dikenal luas pada decade 1990-an. Ada beberapa semangat
atau prinsip penting yang mendasari aliran pembangunan
berbasis komunitas, yaitu partisipasi, demokrasi,
kesejahteraan, kolektivtas, dan pembangunan yang
diinisiasi oleh “kekuatan dari dalam”. Ideologi
93
Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. Pemberdayaan
Masyarakat. Sumedang : ALQAPRINT JATINANGOR. 2006. h. 33
134
pemberdayaan dengan sengaja ditinjolkan sebagai satu-
satunya identitas filosofis pendekatan ini. Implikasi
kebijakan pendekatan pada pemberdayaan komunitas
adalah penekanan pada transformative and transactive
planning, bottom up, community empowerment, dan
participative.94
Dalam perkembangan selanjutnya, banyak upaya
pengembangan komunitas (community development) yang
mengambil strategi pemberdayaan sebagai pendekatan
utamanya. Pendekatan ini menganalogikan komunitas
sebagaimana layaknya kesatuan “tubuh manusia” yang bias
mengalami perubahan, bergerak, berkembang, dan bahkan
memiliki energy dan kekuatan dari dalam untuk berubah.
Pemaknaan konsep komunitas dengan mengasosiasikannya
ibarat tubuh manusia itu, diinspirasi oleh pandangan yang
menganggap komunitas sebagai sebuah lapangan social
(social field). Menurut Wilkinson dalam Bambang
Setiawan95
sebagai sebuah lapangan sosial, komunitas
bersama-sama dengan bentuk-bentuk organisasi social
lainnya, seperti kelompok social (social group) dan
organisasi, memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Ada interaksi sosial yang berlangsung secara
kontinu di dalamnya, yang menandakan bahwa
ada kehidupan dalam system komunitas itu.
94
Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. Pemberdayaan
Masyarakat. Sumedang : ALQAPRINT JATINANGOR. 2006. h. 69 95
Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. Pemberdayaan
Masyarakat. Sumedang : ALQAPRINT JATINANGOR. 2006. h. 70
135
b. Ada arah perubahan ke suatu titik tertentu.
Artinya, komunitas tidak statis berada di satu
titik dan tak pernah beranjak untuk berubah.
c. Ada perubahan atau perkembangan yang
berlangsung secara teratur atas elemen dan
struktur pembentuknya.
Teori pembangunan juga memunculkan, istilah
tentang community power, yang menempatkan komunitas
pada suatu tempat dan memiliki kapasitas sehingga mampu
melakukan aktivitas proses social (seperti berinteraksi
sesamanya, berkompetisi sesamanya, hingga berkonflik
dengan komunitas lain). Wilkinson dalam Riza96
akhirnya
menyimpulkan bahwa pemberdayaan adalah proses
pembangunan yang lebih natural, dimana perumusan
masalah dan pencarian solusi diserahkan pada komunitas.
Dengan demikian pemberdayaan komunitas dapat
didefinisikan sebagai sebuah upaya perubahan (kemajuan)
yang sengaja (purposive) dilakukan atau dikembangkan
oleh para anggota sebuah komunitas itu sendiri, dimana
mereka merumuskan masalah, menyusun rencana serta
menentukan arah perubahan menurut keyakinan dan
persepsi mereka sendiri dan perubahan itu diyakini sebagai
perbaikan (improvement) sebagaimana layaknya
membangun sebuah bangunan, maka upaya perbaikan
tersebut utamanya diarahkan kepada perbaikan dan
96
Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. Pemberdayaan
Masyarakat. Sumedang: ALQAPRINT JATINANGOR. 2006. h. 75
136
pengokohan struktur-struktur penopang komunitas yang
bersangkutan.97
Perberdayaan komunitas dapat dipahami secara
khusus sebagai “perubahan sosial yang terencana dan
relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi
oleh para anggota sebuah komunitas, yang dilaksanakan
secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan kapasitas,
norma, nilai, persepsi, dan keyakinan anggota komunitas
setempat, dimana prinsip-prinsip resident participation
dijunjung tinggi”.98
Menurut Ronald Lippit (1958) dalam Riza99
, tahapan
intervensi pembangunan masyarakat dalam upaya
memberdayakannya meliputi unfreezing (pengembangan
kebutuhan akan perubahan) dan refreezing (generalisasi dan
stabilisasi upaya perubahan). Tahapan kegiatan tersebut
lebih lanjut dijabarkan ke dalam beberapa kegiatan, yaitu:
a. Tahap pengembangan kebutuhan akan perubahan.
Sebelum proses berencana dimulai, kesulitan yang
dihadapi oleh masyarakat harus diterjemahkan
sebagai “kesadaran mengenai masalah yang ada
(problem awareness)” hal ini merupakan inti dari
keinginan untuk berubah dan keinginan untuk
mencari bantuan dari luar system. Tetapi ada
kalanya masyarakat tidak tahu bagaimana harus
97
Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. Pemberdayaan
Masyarakat. Sumedang: ALQAPRINT JATINANGOR. 2006. h. 28 98
Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. Pemberdayaan
Masyarakat. Sumedang: ALQAPRINT JATINANGOR. 2006. h. 30 99
Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. Pemberdayaan
Masyarakat. Sumedang: ALQAPRINT JATINANGOR. 2006. h. 40
137
menggali kebutuhan yang mereka rasakan (felt
needs) dan kebutuhan riil (real needs), serta tidak
tahu apa yang menjadi kebutuhan yang dirasakan
dan kebutuhan riil mereka. Pada kondisi seperti
ini, mereka membutuhkan hadirnya agen
perubahan (change agent) dari luar system untuk
membantu dan menstimulasi pemikiran terhadap
apa yang mereka butuhkan.
b. Tahap pemantapan relasi perubahan.
Pembentukan dan pembinaan relasi dengan warga
masyarakat sangat diperlukan untuk dapat bekerja
sama dengan mereka kea rah perubahan yang
direncanakan. Pembinaan relasi akan sangat
membantu agar dapat memperoleh data yang
akurat mengenai kebutuhan dan sumber daya
system klien, serta membentuk kepercayaan warga
yang ikut aktif melakukan perubahan dalam
masyarakat.
c. Tahap klarifikasi atau diagnosis masalah. Pada
saat data terkumpul, masalah yang semula
tampaknya sederhana, kemungkinan menjadi rumit
karena adanya kepentingan-kepentingan pribadi,
kelompok-kelompok yang menolok perubahan,
masalah-masalah ketergantungan terhadap
lembaga dan sebagainya. Pada tahap ini,
community development worker harus
mengkalrifikasi dan menganalisis hakekat
permasalahan mereka.
d. Tahap pengakajian alternative jalur dan tujuan
perubahan, serta penentuan tujuan program dan
kehendak untuk melakukan tindakan. Dari data
yang telah dianalisis, kemudian ditentukan tujuan
operasional dari program ataupun kegiatan yang
akan dilakukan, serta alternative cara yang akan
ditempuh guna mencapai tujuan tersebut. Dari
beberapa alternative tersebut, kemudian
diputuskan alternative mana yang akan diterapkan
serta program/kegiatan apa yang akan dilaksnakan.
e. Tahap transformasi kehendak ke dalam upaya
perubahan yang nyata. Tahap ini merupakan
138
tahapan yang memfokuskan pada upaya
mentransfer perencanaan program (program
planning) menjadi pelaksanaan program dalam
bentuk kegiatan-kegiatan yang nyata (action
program). Kunci keberhasilan dari fase ini sangat
ditentukan oleh kemampuan masyarakat dan
community development worker untuk melakukan
kegiatan secara efisien dan efektif.
f. Tahap generalisasi dan stabilisasi perubahan.
Perubahan sebagai akibat dari berbagai kegiatn
dalam pelaksanaan program seperti telah
ditetapkan di atas akan stabil jika dampak
perubahan itu akan diikuti kelompok-kelompok
lain dalam masyarakat, atau meluas ke desa
lainnya. Tahap ini disebut sebagai proses
institusionalisasi, yaiyu proses “melembagakan”
perubahan.
g. Tahap terminasi atau akhir dari suatu relasi
perubahan. Relasi perubahan berakhir dapat terjadi
karena waktu bertugas sudah berakhir, atau karena
masyarakat itu sudah siap untuk mandiri, sehingga
tidak lagi diperlukan kehadiran community
development worker sebagai factor eksternal di
daerah tersebut.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan
masyarakat terletak pada proses pengambilan keputusan
sendiri untuk mengembangkan pilihan-pilihan adaptasi
terhadap perubahan lingkungan dan sosial.
2. Pengertian Komunitas
Pengertian komunitas adalah sebuah struktur interksi
sosial yang terdiri dari berbagai dimensi fungsional yang
139
ditandai dengan adanya hubungan timbal balik dan saling
menguntungkan (soenarno: 2002).100
Arti komunitas adalah kelompok sosial yang
mempunyai habitat lingkungan dan ketertarkan yang sama
dalam ruang lingkup kepercayaan ataupun ruang lingkup
lainnya (Wenger: 2002).101
Pengertian komunitas adalah kelompok sosial yang
nyata yang terdiri dari individu-individu dengan berbagai
peran dan latar belakanag yang mempunyai satu tujuan
tertentu (Hendro Puspito).102
Sedangkan dalam ilmu sosial, komunitas memiliki
arti sebagai sebuah kelompok dari beberapa organisme
yang melalukan kegiatan sosial karena memiliki keterkaitan
dan habibat yang sama. Komunitas dapat dibedakan
menjadi 3 komponen, yaitu:
1. Berdasarkan lokasi/tempat, dalam komponen ini
sebuah komunitas terbentuk karena adanya
interaksi di antara beberapa orang/kelompok yang
tinggal di wilayah yang sama.
2. Berdasarkan minat, komunitas ini terbentuk karena
adanya interaksi antara orang-orang yang memiliki
minat yang sama pada satu bidang tertentu.
100
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-komunitas-
dan-contohnya/. Dilihat pada 26/12/2017. 06:02 WIB 101
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-komunitas-
dan-contohnya/. Dilihat pada 26/12/2017. 06:02 WIB 102
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-komunitas-
dan-contohnya/. Dilihat pada 26/12/2017. 06:02 WIB
140
Contohnya: komunitas music, komunitas seni,
komunitas pencinta alam dan sebagainya.
3. Berdasarkan komuni, komunitas ini adalah
komunitas yang terbentuk berdasarkan ide-ide
tertentu yang menjadi landasan dari komunitas itu
sendiri. Contohnya: sebuah perguruan silat, sebuah
partai politik dan yang lainnya.
Ada banyak hal yang menjadi tujuan
berdirinya/terciptanya sebuah komunitas, di antaranya
adalah:
1. Sebagai tempat untuk menyalurkan bakat dan
kemampuan seseorang dalam bidang tertentu,
contohnya: komunitas teater, komunitas seni,
komunitas music dan lainnya.
2. Menjadi tempat belajar dan mempelajari hal-hal
yang sebelumnya pernah terpikirkan sebelumnya,
contohnya: dengan mengikuti komunitas
photography tentu saja secara otomatis yang
bersangkutan akan mempelajari ilmu tentang
photography di sana.
3. Membuka diri terhadap perkembangan teknologi
dan hal-hal baru, contohnya: masuk ke dalam
komunitas diskusi online yang bertemakan gadget.
3. Tujuan Pemberdayaan Komunitas
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah
untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi
mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
141
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa yang
sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang
mandiri. Kemnadirian masyarakat adalah merupakan suatu
kondisi yang dialami masyarakat yang ditandai oleh
kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai
pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya dan kemampuan yang terdiri atas
kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dengan
pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan
internal masyarakat tersebut, dengan demikian untuk
menuju mandiri perlu dukungan kemampuan berupa
sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif,
konatif, psikomotorik dan afektif, dan sumber daya lainnya
yang bersifat fisik-material.
Pembedayaan masyarakat hendaklah mengarah pada
pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi
kognitif pada jakikatnya merupakan kemampuan berpikir
yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau
masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahn
yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap
perilaku masyarakat yang terbentuk yang diarahkan pada
perilaku yang sensitive terhadap nilai-nilai pembangunan
dan pemberdayaan. Kondisi afektif adalah merupakan sense
yang dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan dapat
diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan
142
perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan
keterampilan yang dimiliki masayarakat sebagai upaya
pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas
pembangunan.
Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut
(kognitif, konatif, afektif dan psikomotorik) akan dapat
memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian
masyarakat yang dicita-citakan, karena dengan demikian
dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan yang
dilengkapi dengan kecakapan keterampilan yang memadai,
diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku
sadar akan kebutuhannya tersebut, untuk mencapai
kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proes. Melalui
proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan
memperoleh kemampuan/ daya dari waktu ke waktu,
dengan demikian akan terakumulasi kemampuan yang
memadai untuk mengantarkan kemandirian mereka, apa
yang diharapkan dari pemberdayaan yang merupakan
visualisasi dari pembangunan sosial ini diharapkan dapat
mewujudkan komunitas yang baik dan masyarakat yang
ideal.103
4. Strategi Komunikasi dalam Pemberdayaan
Komunitas
Strategi pada komunikasi dirumuskan terlebih dahulu
masuk dalam kategori komunikasi kelompok hal ini
103
Ambar Teguh Sulistyani. Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004). h. 80-81
143
didasarkan pada konsep sosio kultural yang terjalin pada
lembaga, konsep kelompok yang ada pada lembaga tersebut
melibatkan kelompok dalam yaitu anggota lembaga dan
kelompok luar yaitu elemen masyarakat. Dalam
merumuskan suatu strategi para anggota memiliki
kebijakan yang bersifat sementara untuk menghasilkan
keputusan.
Hubungan yang berjalan tersebut melibatkan banyak
orang yang berbeda dari segi latar belakanag dan
pemikiran, sehingga membentuk kesatuan kelompok yang
tidak sama. Hal tersebut disesuaikan dengan teori
fungsional perspective on group decision making menurut
Hirokawa dan Gouran yang menjelaskan bahwa
komunikasi pada kelompok dapat membuat keputusan yang
sangat berarti bila masing-masing anggota kelompok
berfungsi sebagai problem analysis, berfungsi sebagai goal
setting, dapat mengidentifikasi alternative serta dapat
mengevaluasi konsekuensi positif atau negative.104
Strategi komunikasi yang dimulai dari bagian
perencanaan komunikasi, implementasi, serta tahap
evaluasi adalah keseluruhan dan strategi yang diterapkan.
Formula Lasswell 1948 mengkaji proses perumusan,
implementasi, dan evaluasi yang menjelaskan strategi
komunikasi, yaitu:105
104
Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations,
(Jakarta: Indeks Penerbit, 2011), h. 7 105
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2012), h. 50.
144
a) Siapa, hal ini tertuju pada lembaga sosial.
b) Dengan saluran apa, yakni informasi pada isi
program.
c) Kepada siapa, masyarakat yang akan menerima
hasil dari program sosial.
d) Akibat atau hasil apa, yaitu dapat mensejahterakan
kehidupan masyarakat atas hasil dari program
sosial.
e) Kapan dilaksanakannya, ketika masyarakat berada
dalam kondisi membutuhkan pertolongan.
f) Bagaimana melaksanakannya, dengan
memberikan bantuan yang dibutuhkan baik jasa,
materi maupun sarana dan prasarana.
g) Mengapa dilaksanakan demikian, agar tercapai
tujuan utama yaitu pemberdayaan dari efek yang
diharapkan lembaga.
Perencanaan komunikasi berkaitan dengan strategi-
strategi yang dipilih, sumber, pembuatan pesan,
penyebaran, penerimaan serta umpan balik. Strategi dalam
perencanaan meliputi:
a. Pemilihan komunikator sebagai agen informasi,
dan komunikan sebagai sasaran. Dennis A.
Rondinelli (1978:92) menyampaikan “keberhasilan
penyampaian informasi tersebut bukanlah karena
banyaknya jumlah ägen performance”, dalam arti
bagaimana penampilan pribadi dari agen tersebut
dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat
setempat.
b. Penyusunan pesan (isi pesan), harus menggunakan
etika yang sesuai dengan norma-norma. Pesan
yang harus membangkitkan kebutuhan pribadi
pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara
untuk memperoleh kebutuhan itu.
c. Menggunakan media atau saluran yang tepat dalam
penyampaian pesa, baik secara tertulis maupun
tergambar.
145
d. Frekuensi informasi harus sesuai dengan intensitas
yang diharapkan artinya tidak dilebih-lebihkan,
dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami.106
Dasar dari upaya ini adalah mengakui dan
memberikan hak-hak komunitas untuk ikut mengelola,
mengawasi dan bertanggung jawab.
106
Edward Depari, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan,
(Gajah Mada Universitas Press, 1995), h. 173.
145
BAB III
GAMBARAN UMUM KELOMPOK KERJA MADRASAH
IBTIDAIYAH KECAMATAN TAMBORA – TAMAN SARI
A. Kelompok Kerja Madrasah ( KKM )
1. Pengertian Kelompok Kerja Madrasah
Kelompok Kerja Madrasah yang selanjutnya disingkat
KKM adalah badan yang membina hubungan kerjasama secara
koordinatif antara madrasah negeri dengan madrasah-madrasah
swasta menurut tingkatan masing-masing dalam wilayah
pembinaan yang di tetapkan.1
2. Jenjang Kelompok Kerja Madrasah
Kelompok kerja madrasah terdiri dari:
a. Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKM
lbtidaiyah).
b. Kelompok Kerja Madrasah Tsanawilah (KKM
Tsanawilah).
c. Kelompok Kerja Madrasah Aliyah (KKM
Aliyah).2
1 Departemen Agama, RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Tentang Pendidikan Nasional, Departemen Agama, RI ,Jakarta, 1998/1999, h.
134 2 Departemen Agama, RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Tentang Pendidikan Nasional, Departemen Agama, RI ,Jakarta, 1998/1999, h.
134
146
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidayah, Tsanawiyah, dan
Aliyah berkedudukan di tiap - tiap madrasah negeri/madrasah
yang dipersamakan atau Kantor Seksi Perguruan Agama Islam
pada Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya yang
menjadi penyelenggaraan ujian negara.
Pembentukan Kelompok Kerja Madrasah tingkat ibtidayah
pada Kandepag Kabupaten/Kotamadya dan tingkat Tsanawiyah,
Aliyah menjadi tanggung jawab Kepala Bidang Pembinaan
Perguruan Islam pada Kantor Wilayah Departemen Agama atau
nama dari tipe susunan organisasi yang sejenis.
3. Fungsi Kelompok Kerja Madrasah (KKM)3
a. Membina hubungan kerjasama antar madrasah
menurut jenjang pendidikan masing-masing
dalam wilayah pembinaan yang ditetapkan.
b. Meningkatkan kualitas madrasah.
B. Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan
Tambora – Taman Sari
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Tambora
– Taman Sari selanjutnya disingkat KKMI Tambora – Taman
Sari adalah lembaga yang membina hubungan kerja sama secara
koordinatif antara Madrasah Ibtidaiyah dilingkungan Kecamatan
Tambora-Tamansari.
3 Keputusan Dirjen Bimbingan Agama Islam No. E/106/2001 Tentang
Kelompok Kerja Madrasah pada tanggal 25 April 2001
147
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan
Tambora-Tamansari berkedudukan di Sekretariat MI Tunas
Karya dengan alamat : Jl. Sawah Lio V Kiara VI/8 Kelurahan
Jembatan Lima - Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
1. Asas, Dasar, dan Tujuan Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah Kecamatan Tambora – Taman Sari.
KKMI Kecamatan Tambora-Tamansari berasaskan Nilai
Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945 yang
Islami.4
KKMI Kecamatan Tambora-Tamansari berdasarkan:5
a. Undang-Undang Dasar 1945;
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional;
c. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen;
KKMI Kecamatan Tambora-Tamansari bertujuan :6
a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta
prakarsa madrasah dalam program pendidikan
dan pembelajaran.
b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta
aktif warga madrasah dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
c. Menciptakan suasana dan kondisi madrasah
yang demokratis, edukatif, transparan dan
4 AD-ART Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Tambora-Taman Sari,
h. 2 5 AD-ART Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Tambora-Taman Sari,
h. 2 6 AD-ART Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Tambora-Taman Sari,
h. 2
148
Islami dalam penyelenggaraan dan pelayanan
pendidikan yang berkualitas dan bermartabat.
C. Struktur Organisasi Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah Kecamatan Tambora – Taman Sari
Program-program kerja KKMI harus didukung oleh sumber
daya yang terorganisasi. Oleh karena itu diperlukan adanya
struktur organisasi KKMI yang sesuai dengan kebutuhan dan
pemenuhan program kerja tersebut. Selanjutnya juga harus
ditetapkan job description atau pembagian tugas dan wewenang
dari pengurus organisasi yang ada, sehingga akan terjadi
pengaturan pelaksana program secara tertib dan teratur dan
menghindari pengulangan dan ketumpantindihan. Yang juga
penting untuk ditetapkan adalah masa jabatan dan mekanisme
pemilihan pengurus. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
konflik yang tidak perlu berkaitan dengan penetapan pengurus
KKMI.
1. Struktur Organisasi
a. Ketua : Syaiful Anwar, S.Pd
b. Wakil Ketua : Ali Muddin, S.Pd
c. Sekretaris : Eddy Suyanto, S. Sos. I
d. Bendahara : Hj. Fauziah, M.Pd.I
e. Wakil Bendahara : Rumsinasih, S.Ag
f. Bidang Kurikulum : Ingrid Purnama Dewi,
S.Pd.I
g. Bidang Kesiswaan : Muhammad Rizal, S.Pd.I
149
h. Bidang SDM : Mohamad Fachrozad, S.Pd.I
2. Job Description / pembagian tugas dan wewenang
a. Ketua
1) Bertanggujawab terhadap maju
mundurnya KKMI
2) Memimpin rapat-rapat KKMI
3) Mewakili KKMI untuk berurusan dengan
pihak-pihak luar
4) Menandatangani surat-surat KKMI
5) Mengambil kebijakan KKMI berdasarkan
musyawarah
6) Menyampaikan LPJdalam musyawarah
KKMI
b. Wakil Ketua
1) Mewakili tugas dan wewenang ketua jika
ketua berhalangan atau mewakilkan
2) Membantu ketua dalam melaksanakan
tugas-tugasnya
c. Sekretaris
1) Bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan kesekretariatan KKMI
2) Bersama-sama dengan ketua memimpin
rapat-rapat KKMI
3) Bersama-sama dengan ketua
menandatangani surat-surat KKMI
150
4) Membuat LPJ yang akan disampaikan
dalam musyawarah KKMI
d. Bendahara
1) Bertanggungjawab terhadap pengelolaan
keuangan KKMI
2) Menerima, menyimpan, dan
mengeluarkan dana KKMI berdasarkan
persetujuan dari ketua KKMI
3) Membukukan penerimaan dan
pengeluaran keuangan KKMI
4) Membuat LPJ keuangan KKMI yang akan
disampaikan pada musyawarah KKM
e. Bidang Kurikulum
1) Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
program-program di bidang kurikulum
dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
2) Membuat LPJ pelaksanaan program-
program di bidang kurikulum dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
disampaikan dalam forum musyawarah
KKMI.
f. Bidang Kesiswaan
1. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
program-program di bidang Kesiswaan.
2. Membuat LPJ pelaksanaan program-
program di bidang kesiswaan yang di
151
sampaikan dalam forum musyawarah
KKMI.
g. Bidang Pemberdayaan SDM
1) Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
program-program di bidang
Pemberdayaan SDM.
2) Membuat LPJ pelaksanaan program-
program di bidang Pemberdayaan SDM
yang di sampaikan dalam forum
musyawarah KKMI.
3. Masa Jabatan dan Mekanisme Pemilihan
a. Masa jabatan
1) Masa jabatan ketua KKMI disesuaikan
dengan masa jabatan kepala MIS
Kecamatan Tambora-Tamansari.
2) Masa jabatan wakil ketua, sekretaris,
bendahara, wakil bendahara, dan
pengurus bidang adalah 10 tahun (2
Periode).
3) Pengurus yang masa jabatannya sudah
habis bisa dipilih kembali jika disetujui
oleh forum musyawarah KKMI.
152
b. Mekanisme Pemilihan
1) Jabatan ketua KKMI adalah otomatis
berasal dari kepala MIS Kecamatan
Tambora-Tamansari
2) Jabatan wakil ketua, sekretaris,
bendahara, wakil Bendahara, dan
pengurus bidang dipilih oleh forum
musyawarah KKMI berdasarkan
musyawarah dan mufakat, atau melalui
jalan voting.
D. Motto, Visi, dan Misi Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah Kecamatan Tambora – Taman Sari
1. Motto
Bersama Madrasah Kita Ciptakan Anak Berakhlakul
Karimah dan Cerdas
2. Visi
Terwujudnya Madrasah Mandiri, Kompetitif dan
Profesional
3. Misi
a. Menciptakan iklim madrasah yang kreatif,
inovatif dan memiliki daya saing.
b. Menjadikan madrasah yang unggul dan diminati
masyarakat.
c. Mengembangkan profesionalisme guru dan
tenaga kependidikan.
153
E. Strategi dan Tujuan Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah Kecamatan Tambora – Taman Sari
1. Strategi Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Kecamatan Tambora – Taman Sari
Untuk mewujudkan visi dan misi di atas, terdapat sejumlah
strategi yang bisa dilakukan, yaitu:
a. Memperbanyak pembinaan, pelatihan, dan ajang
kreativitas guru dan siswa, baik dalam bentuk
seminar, diskusi, kompetisi dan semacamnya.
b. Mengaktifkan kembali KKG ( Kelompok Kerja Guru
) baik di tingkat satuan madrasah maupun di tingkat
KKMI.
c. Membuat dan mengaktifak KOTTA ( Komunitas
Operator Tambora – Taman Sari ) agar segalah hal
informasi baik kesiswaan, Tenaga Pendidik dan
Kependidikan, serta kelembagaan bisa tersampaikan
dengan merata.
d. Membangun jaringan dengan berbagai pihak yang
mendukung dan memiliki visi dan misi yang sama.
e. Menggali dan mengembangkan sumber-sumber
potensi dana, baik intern maupun ekstern.
f. Memperbanyak kegiatan lomba atau kompetisi untuk
meningkatkan prestasi.
154
2. Tujuan Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Kecamatan Tambora – Taman Sari
Tujuan diadakannya Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Kecamatan Tambora – Taman Sari agar Terwujudnya KKMI
yang mendorong madrasah yang kreatif dan berprestasi
F. Kebijakan Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Kecamatan Tambora – Taman Sari
Yang dimaksud dengan kebijakan KKMI adalah aturan atau
kesepakatan yang disepakati oleh seluruh anggota KKMI melalui
forum musyawarah KKMI. Aturan atau kesepakatan tersebut
dibuat dengan maksud sebagai pedoman pelaksanaan program
dan juga pedoman perilaku berorganisasi. Oleh karena itu
kebijakan KKMI bersifat mengikat bagi seluruh pengurus dan
anggota KKMI. Bagi yang melanggar kebijakan KKM akan
dikenakan sanksi yang ditetapkan oleh pengurus melalui rapat
KKMI.
Kebijakan KKMI tahun 2017 – 2018 adalah sebagai
berikut:
1. Seluruh keuangan KKMI dipusatkan di bendahara
dan disimpan di bank yang nomor rekeningnya
ditandatangani oleh ketua dan bendahara KKMI.
2. Setiap pengeluaran dana harus ada bukti-bukti
pengeluaran yang diketahui ketua dan bendahara.
3. Untuk lebih saling mengenal dan menjalin ukhuwah
antar anggota KKMI, rapat-rapat dan kegiatan
155
lainnya tidak hanya dipusatkan di MI Tunas Karya,
tetapi harus ada pemerataan di madrasah lain.
4. Untuk menjaga pengelolaan keuangan yang sehat,
maka agenda Raker 2017 selain melaporkan kegiatan
juga melaporkan pengelolaan keuangan.
5. Diberikan biaya operasional bulanan bagi sekretaris
KKMI yang besarnya ditentukan berdasarkan
musyawarah.
6. Harus disediakan dana transportasi bagi petugas yang
mengantar berkas-berkas administrasi kepada anggota
KKMI.
7. Ketika kegiatan rapat dialokasikan dana transport
bagi pembantu umum/pelaksana kegiatan.
8. Diadakan evaluasi pelaksanaan kegiatan setiap akhir
semester.
9. Diadakan rapat evaluasi kegiatan setiap akhir tahun
ajaran dan diadakan Musyawarah KKMI setiap lima
tahun sekali yang di dalamnya diadakan laporan
pertanggungjawaban pengurus
dan Pemilihan/pembaruan struktur pengurus KKMI
yang baru.
10. Jika terdapat anggota KKMI dari kepala MI swasta
yang sudah tidak lagi menjabat sebagai kepala
madrasah, maka posisi keanggotaannya secara
otomatis digantikan oleh kepala madrasah yang baru.
11. Dialokasikan dana sosial bagi anggota KKMI dan
para Pembina.
156
12. Bagi anggota KKMI yang melanggar komitmen yang
sudah disepakati ybs akan diberikan sanksi yang
akan ditentukan kemudian.
13. Perlu dilakukan sosialisasi hasil-hasil Raker kepada
seluruh pengurus Yayasan.
G. Peran dan Fungsi Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah Kecamatan Tambora - Taman Sari
KKMI Kecamatan Tambora - Tamansari merupakan
lembaga yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli
terhadap peningkatan kualitas pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di
lingkungan Kecamatan Tambora - Tamansari.
Peran yang dijalankan KKMI Kecamatan Tambora-
Tamansari adalah :
1. Sebagai komunikasi edukatif dalam pengelolaan dan
pengembangan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah.
2. Sebagai pendukung, baik yang berwujud pemikiran,
tenaga maupun materi dalam penyelengaraan
pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah.
3. Sebagai shilah antara madrasah dengan, Kemenag
kota, Dinas Pendidikan, Dewan Pendidikan dan
berbagai pihak terkait dalam bidang pendidikan.
Fungsi KKMI Kecamatan Tambora-Tamansari adalah :
1. Perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan
pendidikan secara terpadu dan terprogram sesuai
157
dengan pedoman peraturan dan ketentuan yang
berlaku.
2. Pelaporan yaitu melaporkan dan mengevaluasi
pelaksanaan dan program kerja yang telah dilakukan
secara koordinatif.
158
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISA
A. Strategi Komunikasi yang digunakan dalam
pemberdayaan Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Tambora-Taman Sari
Kegiatan pemberdayaan komunitas di KKMI Tambora-
Taman Sari mengharapkan dukungan berupa partisipasi dari
anggotanya (baik materi dan non materi), agar kegiatan tersebut
berhasil. Sebagai individu ataupun lembaga yang terlibat dalam
kegiatan pemberdayaan komunitas harus menyadari bahwa
dukungan/peran serta anggota dapat diperoleh dengan cara
menyusun sebuah strategi komunikasi. Strategi komunikasi ini
harus mampu menunjukkan bagaimana operasional praktis yang
harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda-beda
sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.
Dari hasil wawancara penulis kepada Narasumber dan
observasi lapangan di Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
(KKMI) Kecamatan Tambora-Taman Sari bahwa terdapat dua
strategi komunikasi yang digunakan oleh Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora-Taman Sari
dalam pemberdayaan komunitas. Yaitu : Komunikasi
Interpersonal dan Komunikasi Organisasi.
159
1. Komunikasi Interpersonal
Ketika penulis menanyakan tentang strategi komunikasi
KKMI Tambora – Taman Sari yang sudah diterapkan dalam
pemberdayaan Komunitas kepada lima narasumber yang penulis
wawancarai, tiga diantaranya menjawab menggunakan strategi
komunikasi interpersonal yang menjadikan setiap anggota yang
ada di organisasi ini seperti kekeluargaan.
Menurut Bapak Saeful Anwar, S.Pd.I selaku Ketua KKMI
Tambora – Taman Sari “Selama ini strategi komunikasi
KKMI Tambora – Taman Sari yang sudah diterapkan
dalam pemberdayaan Komunitas adalah Komunikasi
Kekeluargaan dan kebersamaan juga saling melengkapi
dan saling percaya antara yang satu dengan yang lainnya.
Sehingga terjalin komnikasi yang baik dan program yang
ada di KKMI Tambora – Taman Sari dapat berjalan
dengan baik dan lancer juga berkesinambungan”1
Bapak Muhammad Zuhri, S.Pd.SD selaku Mantan Ketua
KKMI Tambora – Taman Sari priode sebelumnya
mengatakan “Strategi komunikasi KKMI Tambora –
Taman Sari yang sudah diterapkan dalam pemberdayaan
Komunitas adalah dengan cara kekeluargaan sehingga
komunitas ini berjalan beriringan. Baik kepala madrasah,
operator, maupun kelompok kerja guru madrasah
ibtidaiyah.”2
Senada dengan kedua narasumber sebelumnya, Bapak
Suhendi, S.Ag selaku Pengawas KKMI Tambora – Taman
Sari mengatakan “Yang paling sederhana saya kira surat
menyurat. Kalau zaman sekarang melalui SMS, BBM,
WhatsUp Group, Email, Wibesite, selain itu melalui
1 Wawancara Bapak Saeful Anwar, S.Pd.I selaku Ketua KKMI
Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 19 Febriari 2018 2 Wawancara Bapak Muhammad Zuhri, S.Pd.SD selaku Mantan Ketua
KKMI Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 21 Febriari 2018
160
kekeluargaan dan musyawarah yang memang sudah biasa
tradisi yang baik dan biasa dilakukan dalam organisasi.”3
Dari sini bisa dilihat bahwa strategi komunikasi yang
digunakn adalah komunikasi pribadi yang sudah sangat dekat
sehingga menjadikan anggota yang ada didalam organisasi ini
seperti keluarga. Kebersamaan yang saling melengkapi dan saling
percaya dan musyawarah yang sudah menjadi tradisi yang baik di
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Tambora-
Taman Sari inilah yang menjadi kekuatan dan pondasi organisasi
ini ada dan berkembang.
Mulyana mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.4 Bentuk
khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik
(dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang,
seperti suami-istri, dua sejawat atau dua rekan kerja, dua sahabt
dekat, guru-murid, atasan-bawahan dan sebagainya. Ciri-ciri
komunikasi diadik adalah bahwa pihak-pihak yang
berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang
berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan
dan spontan secara verbal ataupun nonverbal. Keberhasilan
komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi.
3 Wawancara Bapak Suhendi, S.Ag selaku Pengawas KKMI Tambora –
Taman Sari pada hari Jum’at tanggal 28 Febriari 2018 4 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 2005. h. 81
161
Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan
tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon non verbal mereka,
seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik
yang sangat lekat. Pendengaran dan penglihatan sebagai indra
utama dalam berkomunikasi akan lebih lengkap dan sempurna
jika disertai dengan sentuhan, tatapan mata, ataupun ungkapan
indera-indera yang lain. Jadi sangatlah jelas bahwa komunikasi
antarpribadi sangat potensial untuk memengaruhi atau membujuk
orang lain karena selain kata-kata yang digunakan untuk
menyampaikan dan menerima serta memberi respon atas pesan,
kelima panca indera pun dapat difungsikan untuk mendukung
makna pesan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
interpersonal juga dapat dilakukan secara tidak langsung,
meskipun tetap dalam konteks komunikasi interpersonal. Dengan
merujuk pada uraian di atas, maka dapat dikatakan bawa
komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis.
Komunikasi interpersonal dapat dipergunakan untuk
berbagai macam tujuan. Devito dalam bukunya yang berjudul
“The Interpersonal Communication”5 menyatakan bahwa semua
orang yang terlibat di dalam komunikasi interpersonal memiliki
tujuan yang bermacam-macam, seperti: untuk mengenal diri
sendiri dan orang lain, untuk mengetahui dunia luar, untuk
menciptakan dan memelihara hubungan, untuk memengaruhi
5 Joseph A. Devito. The Interpersonal Communication Book: Eleventh
Edition. United State of America: Allyn and Bacon, 2007. h. 7
162
sikap dan perilaku, untuk bermain dan mencari hiburan, dan
untuk membantu. Hal ini dijelaskan lebih lanjut Marhaeni Fajar
sebagai berikut:6
KKMI Tambora – Taman Sari sebagai wadah organisasi
selalu menjalankan dan mengedepankan komunikasi
interpersonal sehingga terjalin rasa saling memiliki, saling
melengkapi dan saling percaya guna menjadikan Madrasah yang
ada didalam organisasi KKMI Tambora – Taman Sari ini
berkembang dan menjadi lebih hebat dan bermartabat. Sesuai
selogan madrasah yang selalu digaungkan “Madrasah Hebat,
Madrasah Bermartabat”
Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat
berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Dilain waktu
seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik
kepada orang lain.
Ini mempengaruhi komunikasi dalam Komunitas yang ada
di KKMI Tambora-Taman Sari. Citra diri dan citra orang lain
sama halnya dengan citra Madrasah yang didalamnya ada Kepala
Madrasah, Guru, Operator, dan Siswa/i. Semuanya ini
menggambarkan keadaan madrasah masing-masing. Suasana
psikologis dan Lingkungan fisik madrasah yang didalamnya
terdapat masyarakat madrasah (kepala madrasah, Guru, Operator,
Siswa/i) juga mempengaruhi keberhasilan strategi komunikasi
dalam meningkatkan kegiatan belajar dan mengajar pada peserta
didik. Kepemimpinan atau pemimpin yang tegas dan sigap, Etika
6 Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktik). Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009. h. 78
163
Bahasa yang baik dan jelas tanpa menimbulkan dwimakna, dan
Perbedaaan usia antara kepala madrasah yang masih muda
dengan kepala madrasah yang lebih tua, saling menghargai, dan
juga menghormati ini sangat menentukan keberhasilan strategi
komunikasi di KKMI Tambora- Taman Sari ini.
2. Komunikasi Organisasi
Ketika penulis menanyakan tentang strategi komunikasi
KKMI Tambora – Taman Sari yang sudah diterapkan dalam
pemberdayaan Komunitas kepada lima narasumber yang penulis
wawancarai, dua diantaranya menjawab menggunakan strategi
komunikasi organisasi.
Menurut Ibu Atik Nurhayati, S.Pd.I selaku Ketua
Kelompok Kerja Guru KKMI Tambora – Taman Sari
“Komunikasi yang digunakan adalah Komunikasi
Organisasi yang dua arah. Artinya KKMI Tambora-Taman
Sari selaku organisasi yang didalamnya terdapat Pengurus
KKMI dan Anggota KKMI saling memberi masukan dan
pandangan sehingga menghasilkan produk komunikasi /
hasil rapat yang baik untuk KKMI dan Madrasah-
madrasah yang menjadi anggotanya.”7
Menurut Bapak Mohammad Fachrodzad, S.Pd.I selaku
Ketua Komunitas Operator Tambora – Taman Sari
mengatakan “Selama ini strategi komunikasi KKMI
Tambora – Taman Sari yang sudah diterapkan dalam
pemberdayaan Komunitas adalah Komunikasi Organisasi.
Kami selaku Operator yang biasanya mendapatkan
informasi dari jaringan komunitas operator di Jakarta
Barat apabila mendapatkan informasi baru langsung
menginformasikan dan mengkomunikasikan kepada ketua
7 Wawancara Ibu Atik Nurhidayati, S.Pd.I selaku Ketua Kelompok
Kerja Guru KKMI Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 22
November 2017
164
dan pengurus KKMI Tambora-Taman Sari. setelah dibahas
biasanya kita sebarkan ke madrasah-madrasah lainya
dengan menggunakan WhatsUp Group atau Rapat KKMI
Tambora-Taman Sari”8
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare,
yang secara harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu
sama lain bergantung. Dia antara para ahli ada yang menyebut
paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana. Everet
M. Roger dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari
mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,
melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert
Bonnington dalam buku Modern Business: A System Approach,
mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen
mengordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia
melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.9
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu
sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai
pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya:
memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
8 Wawancara Bapak Mohammad Fachrozad, S.Pd.I selaku Ketua
Komunitas Operator Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 19
November 2017 9 Prof. Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta :
PT. Grasindo, 2014), h. 1
165
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui
secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.10
Goldhaber (1986), memberikan pengertian komunikasi
organisasi yang artinya sebagai berikut, Komunikasi organisasi
yaitu proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu
jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-
ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu : proses,
pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan
ketidakpastian.11
a. Proses
suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang
dinamis yang menciptakan dan salin menukar pesan
diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan
menukar informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada
henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses.
Sebagai contoh proses dalam berorganisasi di KKMI
Tambora-Taman Sari adalah ketika akan menyambut
Peringatan Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama
(Kemenag) ke-72 yang akan dilaksanakan di kantor
kementerian agama Jakarta Barat Pada Hari Minggu
tanggal 01 Januari 2018. Informasi yang didapat oleh ketua
dari kantor Kementerian Agama Jakarta Barat langsung
10
Prof. Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta :
PT. Grasindo, 2014), h. 2 11
Prof. Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta :
PT. Grasindo, 2014), h. 13
166
disampaikan kepada pengurus dan anggota KKMI
Tambora-Taman Sari melalui Rapat Koordinasi. Membahas
tentang pelaksanaan acara yang didalamnya terdapat
perlombaan keagamaan, pendidikan, kekompakan, dan
olahraga yang mengikutsertakan guru-guru dan siswa/i
yang ada di naungan Kementerian Agama Jakarta Barat.
Membahas tentang akomodasi dan transportasi peserta.
Serta membahas anggaran kegiatan.
Dengan menggunakan serentetan proses komunikasi,
madrasah-madrasah yang ada di naungan KKMI Tambora-
Taman Sari dapat ikut serta melaksanakan kegiatan
peringatan Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama
(Kemenag) ke-72 yang dilaksanakan di kementerian agama
Jakarta Barat dengan lancar dan relatif sukses.
b. Pesan
Yang dimaksud dengan pesan disini yaitu susunan
simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang
dihasilkan oleh interaksi dengan orang.
Pesan dalam hal ini adalah informasi mengenai
Peringatan Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama
(Kemenag) ke-72 yang akan dilaksanakan di kantor
kementerian agama Jakarta Barat Pada Hari Minggu
tanggal 01 Januari 2018. Informasi / pesan yang didapat
terkadang vebal dan nonverbal.
Thayer mengemukakan empat fungsi khusus dari arus
pesan dalam organisasi yaitu: untuk memberi informasi,
167
untuk mengatur, untuk membujuk dan untuk
mengintegrasikan.12
c. Jaringan
Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiap
darinya memiliki posisi kedudukan atau peranan tertentu
dalam organisasi. Pertukaran pesan dari sesamanya orang-
orang ini terjadi melewati satu set jalan kecil yang hal ini
dinamakan jaringan komunikasi. Hakikat dan luas dari
jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari
arus pesan, dan isi dari pesan. Dalam hal okrganisasi yang
ada di KKMI Tambora-Taman Sari itu terdiri dari Ketua,
Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara,
Bidang Kurikulum, bidang kesiswaan, dan Bidang
Pemberdayaan SDM. Semuanya ini memiliki tugas dan
jaringan masing-masing. Sebagai contoh : di KKMI
Tambora-Taman Sari memiliki Komunitas KOTTA yang
tugasnya berkaitan dengan Data Madrasah, Kurikulum,
Kesiswaan, dan Pemberdayaan SDM juga mempunyai
jaringan luas di luar KKMI Tambora-Taman Sari seperti
Operator SOMPLAK Community (OSC) yang naungannya
adalah se-Jakarta Barat dan ada juga KOSMIC yang
naungannya ada di wilayah Jakarta Utara. Bahkan tingkat
DKI Jakarta kita kenal dengan SIMDIK. Sehingga
12
Prof. Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta :
PT. Grasindo, 2014), h. 15
168
informasi yang ada, baik itu mengenai pendataan,
kurikulum, kesiswaan, bahkan pemberdayaan SDM
d. Keadaan Saling tergantung
Keadaan yang saling tergantung satu bagian dengan
bagian lainnya. Hal ini telah menjadi sifat dari suatu
organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu
bagian dalam organisasi mengalami gangguan maka akan
berpengaruh kepada bagian lainnya dan bahkan mungkin
juga kepada seluruh sistem organisasi. Begitu juga halnya
dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi saling
melengkapi. Contoh sederhana adalah, aplikasi SIMDIK
yang selama ini membantu dalam segi pendataan siswa dan
penlaian yang ada di setiap madrasah di DKI Jakarta
khususnya di KKMI Tambora-Taman Sari terjadi masalah /
Down maka akan mempengarusi madrasah dalam
pendataan siswa dan juga terhadap penilaian siswa.
e. Hubungan
Karena organisasi merupakaan suatu sistem terbuka,
sistem kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-
bagian itu terletak pada tangan manusia. Oleh karena itu
hubungan manusia dalam organisasi dihubungkan oleh
manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam
organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku
komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan
perlu dipelajari. Hubungan manusia dalam organisasi
berkisar mulai dari yang sederhana yaitu: hubungan
diantara dua orang atau dyadic sampai kepada hubungan
169
yang komplek, yaitu hubungan dalam kelompok-kelompok
kecil, maupun besar, dalam organisasi.
Thayer membedakan hubungan ini menjadi hubungan
yang bersifat individual, kelompok dan hubungan
organisasi. Lain halnya dengan Pace dan Boren mereka
menggunakan istilah hubungan interpesonal terhadap
komunikasi yang terjadi dalam hubungan tatap muka. Dia
membedakan empat macam komunikasi yaitu komunikasi
dyadic (antara 2 orang), komunikasi serial yaitu komunikasi
dyadic yang diperluas berupa satu seri, komunikasi
kelompok kecil yaitu komunikasi antara 3-12 orang dan
komunikasi “audiance” atau komunikasi kelompok besar
yang terdiri dari 13 orang lebih.
f. Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini yaitu semua
totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan
dalam perbuatan keputusan mengenai individu dalam suatu
sistem. Lingkungan ini sendiri dapat dibedakan atas
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Yang
dimaksud lingkungan internal adalah pengurus KKMI
Tambora-Taman Sari, Madrasah-madrasah, Guru-guru dan
siswa/i yang ada di lingkungan KKMI Tambora-Taman
Sari. Sedangkan yang dimaksud lingkungan eksterna adalah
salah satunya teknologi, ekonomi, dan faktor sosial.
KKMI Tambora-Taman Sari sebagai suatu sistem
terbuka harus berinteraksi dengan lingkungan eksternal.
Karena lingkungan berubah-ubah, maka KKMI Tambora-
170
Taman Sari memerlukan informasi baru. Informasi baru ini
harus dapat mengatasi perubahan dalam lingkungan dengan
menciptakan dan pertukaran pesan baik secara internal
dalam unit-unit yang relevan maupun terhadap kepentingan
umum secara eksternal.
g. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang
tersedia dengan informasi yang diharapkan. Untuk
mengurangi faktor ketidak pastian ini organisasi
menciptakan dan menukar pesan diantara anggota,
melakukan suatu penelitian, pengembangan organisasi, dan
menghadapi tugas-tugas yang komplek dengan integrasi
yang tinggi. Jadi ketidak pastian dapat disebabkan oleh
terlalu sedikit informasi yang diperlukan dan juga karena
terlalu banyak yang diterima.
Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu
kebutuhan, dimana dengan komunikasi segala
kemungkinan yang diusahakan untuk mewujudkan program
kerja bagi suatu organisasi dapat dicapai sesuai dengan
tujuan organisasi dan masih banyak lagi aspek yang lainnya
yang dapat menggerakkan roda kehidupan organisasi.
171
B. Bagaimana Strategi komunikasi dalam pemberdayaan
pada Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Tambora-
Taman Sari?
KKMI Tambora-Taman Sari adalah salah satu organisasi
yang menjadi perpanjangan tangan dari Kanwil (kantor wilayah)
Kementerian Agama. Keberadaan KKMI Tambora-Taman Sari
sangat memberikan kontrIbusi nyata dalam menyampaikan
informasi kepada pihak-pihak yang terlibat.
Beberapa waktu lalu, KKMI Tambora-Taman Sari sempat
vakum dan tidak mempunyai kegiatan nyata yang mampu
memberikan sumbangsih dalam ranah pendidikan. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor, faktor utamanya adalah
kehilangan leadership (kepemimpinan) yang berdampak pada
menurunnya tingkat inovasi dan kreatifitas dalam membangun
pendidikan. Sehingga dibentuklah kepemimpinan serta
kepengurusan baru yang didalamnya didominasi oleh wajah-
wajah baru dan juga muda yang mempunyai tujuan yang sama,
yaitu memajukan madrasah demi madrasah yang lebih baik.
Keberadaan KKMI Tambora-Taman Sari tentu saja memberikan
peran positif dan juga merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan sehingga KKMI Tambora-Taman Sari menjadi corong
utama dalam sosialisasi dari pihak pusat dengan madrasah-
madrasah yang ada di naungannya.
Kepemimpinan yang aktif dan memiliki anggota yang
tersebar disetiap instansi madrasah menjadikan sinergi berjalan
172
dengan baik dan lancar. KKMI Tambora-Taman Sari Sebagai
bagian organisasi yang bernaung dalam pendidikan, maka sudah
semestinya komunikasi yang digunakan dalam menjalankan roda
organisasi ini adalah komunikasi organisasi.
Kaitan dengan bagaimana strategi komunikasi dalam
pemberdayaan komunitas pada Kelompok Kerja Madrasah
Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora - Taman Sari ada
beberapa cara : membuat perencanaan atau planning, melakukan
obrolan-obrolan ringan, melakukan rapat atau musyawarah,
komunikasi dua arah dan intens. Sehingga terjalin komunikasi
yang baik dan secara tidak langsung terjadi umpan balik
sehingga bisa dilakukannya evaluasi.
Hal yang sederhana biasa dilakukan di Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Tambora - Taman Sari
adalah bertukar pikiran dan informasi di group WhatsApp. Tidak
selalu dengan menggunakan bahasa yang formal yang
mengakibatkan ada jarak antara kepala madrasah yang satu
dengan yang lainnya, tapi terkadang menggunakan bahasa yang
ringan dan sederhana dan tidak jarang mengunakan bahasa-
bahasa candaan. Sehingga kepala madrasah merasa saling dekat
dan terjalin komunikasi yang efektif.
Menurut Bapak Saeful Anwar, S.Pd.I selaku Ketua KKMI
Tambora – Taman Sari “Dalam hal menerapkan strategi
komunikasinya kepada Komunitas, KKMI Tambora –
Taman Sari membuat perencanaan atau planning untuk
mencapai suatu tujuan yang hanya dapat dicapai melalui
taktik operasional, akan memperoleh manfaat
173
berdasarkan sudut pandangnya, mengimplementasikan
strategi komunikasi dubutuhkan taktik atau metodelogi
yang tepat.”13
Bapak Saiful Anwar selaku ketua KKMI Tambora-Taman
Sari menegaskan bahwa untuk mencapai suatu tujuan dalam
berorganisasi adalah dengan cara membuat perencanaan,
membuat taktik/strategi operasional, dan mengimplementasikan
strategi komunikasi. Sehingga perencanaan yang sudah dibuat
dapat terlaksana dan berjalan dengan baik. Dalam hal ini bisa
dicontohkan dalam pelaksanaan Penilaian Akhir Semester.
Merencanakan jadwal kegiatan dan persiapan pembagian
pembuatan soal kepada semua madrasah yang ada di bawah
naungan Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI)
Kecamatan Tambora - Taman Sari. Dalam pelaksanaannya soal
sudah siap dan kegiatan bisa dipastikan berjalan dengan baik dan
lancer. Setelah pelaksanaan Penilaian Akhir Semester diadakan
rapat dan penilaian serta penginputan nilai bersama kedalam
aplikasi raport yang waktu itu bisa dikatakan masih baru.
Menurut Muhammad Zuhri, S.Pd.SD sebagai Mantan Ketua
KKMI Tambora – Taman Sari “Dalam menerapkan
strategi komunikasinya kepada Komunitas bisa melalui
obrolan-obrolan, bisa melalui rapat-rapat yang mana
berhubungan langsung dengan anggota komunitas itu
sendiri.”14
13
Wawancara Bapak Saeful Anwar, S.Pd.I selaku Ketua KKMI
Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 19 November 2017 14
Wawancara Bapak Muhammad Zuhri, S.Pd.SD selaku Mantan Ketua
KKMI Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 21 November 2017
174
Meurut Suhendi, S.Ag sebagai Pengawas KKMI Tambora –
Taman Sari “Iya… Saya kira strategi dalam komunikasi itu
selalu komunikasi dua arah. Dan saya kira jaman sekarang
sudah maju, informasi sudah mulai terbuka. Jadi posisi
KKMI tidak menggurui. Siapa tau sudah ada komunitasnya,
atau Operator juga sudah mengetaui duluan.
Komunikasinya sudah dua arah, sudah demokratis, dan
ketika ada hal-hal yang sangat krusial dilakukan
musyawarah untuk mufakat.”15
Menurut Ibu Atik Nurhayati, S.Pd.I selaku Ketua
Kelompok Kerja Guru KKMI Tambora – Taman Sari
“Dalam menerapkan strategi komunikasinya kepada
Komunitas, KKMI Tambora – Taman Sari menganalisa,
merumuskan masalah, menyusun program kegiatan, dan
melakukan kegiatan komunikasi kepada pengurus dan
anggotanya. sehingga terjadilah respon atau umpan balik
dari anggota kepada pengurus KKMI”.16
Menurut Bapak Mohammad Fachrodzad, S.Pd.I selaku
Ketua Komunitas Operator Tambora – Taman Sari “KKMI
Tambora – Taman Sari mempunyai peranan penting
dalam merencanakan strategi komunikasi. Membahas
rencana dan program kegiatan juga melakukan
komunikasi yang intens pada kepala madrasah dengan
cara rapat bulanan dan obrolan santai dalam
menyampaikan informasi maupun WA Group. Tujuannya
sederhana, yaitu terjalinnya komunikasi yang baik
sehingga secara tidak langsung terjadi umpan balik
sehingga bisa dilakukannya evaluasi. Ini wajar, karena
sebagian kepala Madrasah sudah tidak muda lagi.”17
15
Wawancara Bapak Suhendi, S.Ag selaku Pengawas KKMI Tambora
– Taman Sari pada hari Jum’at tanggal 28 November 2017 16
Wawancara Ibu Atik Nurhidayati, S.Pd.I selaku Ketua Kelompok
Kerja Guru KKMI Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 22
November 2017 17
Wawancara Bapak Mohammad Fachrozad, S.Pd.I selaku Ketua
Komunitas Operator Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 19
November 2017
175
Pandangan Ibu Atik dan Bapak Fahrozad senada dengan
perencanaan komunikasi dari Philip Lesly. Model ini terdiri atas
dua komponen utama, yakni organisasi yang menggerakkan
kegiatan dan Publik yang menjadi sasaran kegiatan.
KKMI Tambora – Taman Sari adalah Organisasi yang
menaungi 16 Madrasah yang dikepalai oleh 16 Kepala Madrasah.
Selain itu juga KKMI Tambora – Taman Sari membentuk dan
menaungi Komunitas KKG (Kelompok Kerja Guru) dan KOTTA
(Komunitas Operator Tambora Taman Sari) yang mana fungsinya
berbeda-beda dan mempunyai peran masing-masing.
Dalam hal Organisasi pengelola kegiatan, KKMI selalu
melibatkan KKG dan KOTTA karena KOTTA lah yang biasanya
terlebih dahulu mendapatkan informasi yang Actual dan Up Date.
Informasi yang didapat oleh KOTTA biasanya bersumber dari
beberapa Group Komunitas Operator Tingkat Kecamata, Kota,
bahkan Provinsi. Yang mana sumbernya langsung didapat dari
pemegang kepentingan langsung. Setelah iniformasi didapatkan
biasanya langsung dibahas di tingkat KKMI Kecamatan Tambora
– Taman Sari dan setelah mendapatkan hasil yang disepakati
barulah disebarkan ke KKG.
Dalam Organisasi Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah
Kecamatan Tambora – Taman Sari ini Publiknya adalah 16
anggota Madrasah, Kepala Madrasah, Guru – guru, dan Operator
serta Peserta Didik yang ada di Kecamatan Tambora – Taman
Sari. Disini publik bisa memberikan umpan balik / respon
176
sehingga akan terjadi evaluasi dari pengurus KKMI Tambora-
Taman Sari.
Mockter dalam Handoko menjelaskan bahwa
pengevaluasian merupakan suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan dipergunakan dengan cara yang paling efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.18
Tujuan diadakannya KKMI Kecamatan Tambora – Taman
Sari adalah agar terwujudnya KKMI yang mendorong madrasah
yang kreatif dan berprestasi. Agar Terwujudnya tujuan maka
strategi komunikasi ini harus berjalan dengan baik. Dalam
menjalankan strategi komunikasi ini juga bisa dilakukan dengan
hal-hal yang sederhana seperti obrolan-obrolan ringan saat
berjumpa maupun sebelum rapat dilaksanakan, bertukar
informasi dengan menggunakan WA Group, sehingga terjalin
komunikasi baik, efektif, yang dua arah dan apabila terdapat
selisih faham dapat dilakukan musyawarah seperti tradisi
komunikasi yang telah dibangun oleh pengurus-pengurus yang
terdahulu.
18
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2001. h. 33
177
Setiap kepentingan akan terwujud dalam sikap, tindakan
dan peranan individu di dalam organisasinya. Karena itu, sangat
diharapkan agar setiap peranan individu secara sadar maupun
tidak sadar ditunjukkan pada perwujudan suatu proses interaksi
yang menyenangkan bagi semua pihak, yang memungkinkan
realisasi harapan dan tujuan, baik untuk individu maupun bagi
organisasi.
Seseorang tidak bisa mencapai tujuan jika hanya seorang
diri, oleh sebab itu maka dibentuklah sebuah organisasi. Dalam
setiap organisasi terdapat beberapa bagian yang mengandung
unsur koordinasi, sistem, dimensi tempat, dimensi waktu, tujuan
dan sejumlah orang.
Menurut Odione yang dikutip Hardjana dalam Isnaini19
,
bahwa proses-proses komunikasi bagaimanapun dapat diperiksa,
dievaluasi, dan diukur secara cermat dan sistematik. Pendapat
Odione ini mendapat sambutan yang positif dari para ahli,
terbukti format-format laporan kajian komunikasi sangat
bervariasi, karena masing-masing dikemas sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan organisasi. Hal ini menunjukkan
bahwa komunikasi yang memiliki dua dimensi yaitu informasi
dan interaksi merupakan proses sosial yang membawa
konsekuensi penting dalam organisasi.
19
Mohd. Isnaini, Komunikasi Organisasi Diperpustakaan Perguruan
Tinggi: Studi Kasus Pada Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Perguruan
Tinggi XY. Depok: UI. 2011. Tesis., h. 11
178
Dengan demikian, secara keseluruhan strategi komunikasi
yang baik, dalam hal ini komunikasi organisasi tergantung pada
pemikiran cermat mengenai tiga bagian yang biasa digunakan
oleh Aristoteles yang menggambarkan komponen komunikasi
(Argenti dalam Isnaini)20
yaitu:
1. Organisasi itu sendiri;
2. Konstituennya; dan
3. Pesan-pesan dan citra.
Ketika peneliti menanyakan tentang Apakah KKMI
Tambora – Taman Sari dalam merumuskan suatu rencana
memberlakukan Analisis dan riset, Perumusan kebijakan,
perencanaan program pelaksanaan, dan kegiatan komunikasi ?
Bagaimana bentuknya ?
Bapak saiful mengatakan “Iya.. Dengan cara pertemuan
seluruh kepala madrasah untuk membuat program-
program, kebijakan dan kegiatan-kegiatan, merumuskan
semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun
kedepan.”21
Sedangkan Ibu Atik berpendapat “Iya.. bentuknya dengan
rapat. Baik itu rapat bulanan, Semester, atau Tahunan.
Yang mana kita menganalisis atau riset program yang
sudah berjalan maupun yang akan datang, lalu
merumuskan kebijakan atau solusinya sehingga terbentuk
perencanaan program untuk satu tahun kedepan, dan
dalam pelaksanaannya komunikasi yang baik dan jelas
20
Mohd. Isnaini, Komunikasi Organisasi Diperpustakaan Perguruan
Tinggi: Studi Kasus Pada Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Perguruan
Tinggi XY. Depok: UI. 2011. Tesis., h. 15 21
Wawancara Bapak Saeful Anwar, S.Pd.I selaku Ketua KKMI
Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 19 November 2017
179
antara satu anggota dengan anggota yang lain
diperlukan.”22
Menrut Bapak Fachrozad “Iya.. Dengan cara diadakannya
pertemuan atau rapat seluruh kepala madrasah dan guru-
guru untuk membahas program-program dan pertemuan
operator guna membahas pendataan madrasah, guru-guru,
dan siswa/i.”23
Pak Zuhri “Iya.. Bentuknya adalah berupa rapat-rapat
yang dilaksanakan oleh KKM baik rapat Internal maupun
rapat Eksternal sehingga semua komunitas yang ada di
KKMI ini dapat berjalan dan mengetahui apa yang
dirumuskan, apa yang akan dilaksanakan dan kegiatan
bentuk apa yang sudah dilaksanakan. Terimakasih..”24
Sedangkan menurut Bapak Suhendi “Oh, Iya… Itu harus
seperti itu. Meskipun masih sederhana. Itu sudah dilakukan
tahapan-tahapan seperti itu. Untuk kedepannya 4 aspek itu
harus lebih ditingkatkan lagi. Secara formal dalam
musyawarah kerja KKMI Tambora – Taman Sari. Ada
musyawarah per enam bulan, Musyawarah Tahun ajaran
baru. Banyak lah, sesuai kalender akademik dan kegiatan
akademik.25
”
Setiap organisasi pasti mengalami apa yang dinamakan
konflik. Begitu juga tidak lepas dengan KKMI Tambora-Taman
Sari pasti pernah mengalami konflik. Oleh karenanya peneliti
menanyakan tentang bagaimana cara KKMI Tambora-Taman
Sari dalam menyelesaikan masalah / konflik ?
22
Wawancara Ibu Atik Nurhidayati, S.Pd.I selaku Ketua Kelompok
Kerja Guru KKMI Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 22
November 2017 23
Wawancara Bapak Mohammad Fachrozad, S.Pd.I selaku Ketua
Komunitas Operator Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 19
November 2017 24
Wawancara Bapak Muhammad Zuhri, S.Pd.SD selaku Mantan Ketua
KKMI Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 21 November 2017 25
Wawancara Bapak Suhendi, S.Ag selaku Pengawas KKMI Tambora
– Taman Sari pada hari Jum’at tanggal 28 November 2017
180
Menurut Bapak Saeful Anwar, S.Pd.I selaku Ketua KKMI
Tambora – Taman Sari “Dengan cara musyawarah untuk
mencapai kata mupakat.”26
Menurut Ibu Atik Nurhayati, S.Pd.I selaku Ketua
Kelompok Kerja Guru KKMI Tambora – Taman Sari
“Dalam setiap organisasi tidak luput dari konflik, apakah
konflik internal atau eksternal. KKMI Tambora – Taman
Sari menyelesaikan konflik dengan jalan musyawarah
dengan mncari solusinya.”27
Menurut Bapak Mohammad Fachrodzad, S.Pd.I selaku
Ketua Komunitas Operator Tambora – Taman Sari
“Dengan cara rapat untuk mencari kebenaran informasi
dan meluruskan konflik yang terjadi pada KKMI Tambora-
Taman Sari”28
Menurut Muhammad Zuhri, S.Pd.SD sebagai Mantan Ketua
KKMI Tambora – Taman Sari “Untuk menyelesaikan
masalah yang ada di KKMI Tambora – Taman Sari adalah
dengan cara musyawarah, diawali dengan obrolan-
obrolan sehingga akan ketemu titik terang penyelesaian
masalah konflik ini baru disampaikan dalam forum rapat
KKMI Tambora – Taman Sari”29
Meurut Suhendi, S.Ag sebagai Pengawas KKMI Tambora –
Taman Sari “pada dasarnya kanflik itu jarang terjadi.
Menurut saya karena perbedaan pemahaman saja atau
belum saling memahami. Tapi biasanya di KKMI Tambora
– Taman Sari diselesaikannya dalam musyawarah secara
kekeluargaan, komunikasi, tabayun (dijelaskan). Saya kira
tidak ada konflik yang serius paling konflik secara
26
Wawancara Bapak Saeful Anwar, S.Pd.I selaku Ketua KKMI
Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 19 November 2017 27
Wawancara Ibu Atik Nurhidayati, S.Pd.I selaku Ketua Kelompok
Kerja Guru KKMI Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 22
November 2017 28
Wawancara Bapak Mohammad Fachrozad, S.Pd.I selaku Ketua
Komunitas Operator Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 19
November 2017 29
Wawancara Bapak Muhammad Zuhri, S.Pd.SD selaku Mantan Ketua
KKMI Tambora – Taman Sari pada hari Kamis tanggal 21 November 2017
181
komunikasi. Komunikasi di KKMI Tambra – Taman Sari
Baik.”30
Dari lima narasumber di atas sepakat bahwa dalam
menyelesaikan konflik yang ada di KKMI Tambora-Taman Sari
dengan cara rapat, musyawara, secara kekeluargaan, obrolan-
obrolan kecil, dan mencari solusi yang terbaik.
30
Wawancara Bapak Suhendi, S.Ag selaku Pengawas KKMI Tambora
– Taman Sari pada hari Jum’at tanggal 28 November 2017
182
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab-bab sebelumnya tentang “Strategi
Komunikasi dalam pemberdayaan Komunitas Kelompok Kerja
Madrasah Ibtidaiyah ”, dapat ditarik kesimpulan bahwa KKMI
Tambora-Taman Sari melakukan Strategi Komunikasi dengan:
1. Strategi komunikasi dalam Pemberdayaan sumber
daya manusia dan bahan baku menjadi sesuatu yang
harus ada dan menjadi prioritas dalam organisasi.
Begitu juga dengan KKMI Tambora-Taman Sari yang
menjadi salah satu organisasi yang bergerak dalam
bidang pendidikan.
Dalam penelitian kali ini, strategi komunikasi yang
peneliti dapatkan adalah Strategi Komunikasi
Keluarga (Kekeluargaan) dan Strategi Komunikasi
Organisasi yang di dalamnya terdapat perencanaan
komunikasi dari Philip Lesly. Model perencanaan
komunikasi yang dibuat Philip Lesly (1972).
2. Komunikasi Organisasi menjadi ke-khasan bagi
strategi komunikasi KKMI Tambora-Taman Sari
sehingga menjadi komunitas yang baik dan berperan
aktif dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.
183
Keberadaan KKMI Tambora-Taman Sari tentu saja
memberikan peran positif dan juga merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan sehingga KKMI
Tambora-Taman Sari menjadi corong utama dalam
sosialisasi dari pihak pusat dengan masyarakat umum.
Kepemimpinan yang aktif dan memiliki anggota yang
tersebar disetiap instansi madrasah menjadikan
sinergi berjalan dengan baik dan lancar. Sebagai
bagian organisasi yang bernaung dalam pendidikan,
maka sudah semestinya komunikasi yang digunakan
dalam menjalan roda organisasi KKMI adalah
komunikasi organisasi.
Dalam hal menyelesaikan konflik yang ada di dalam
organisasi ini, KKMI Tambora-Taman Sari
menggunakan cara rapat, musyawarah mufakat,
secara kekeluargaan, obrolan-orolan kecil, dan
mencari solusi yang terbaik.
B. SARAN
Berkaitan dengan kesimpulan yang sudah dirumuskan,
penelitian ini ingin merekomendasikan beberapa saran, sebagai
berikut:
1. Bagi para komponen dalam sebuah organisasi baik
formal maupun nonformal, khusus pimpinan,
pemangku jabatan mampu memberikan role model
bagi setiap anggota. Memiliki integritas dalam
184
mengelola organisasi sehingga mampu menciptkan
iklim komunikasi yang baik dan selaras.
2. Bagi anggota KKMI se-Indonesia mari wujudkan
sebuah cita-cita luhur dengan menjadikan KKMI
wadah atau alat sarana untuk mencapai tujuan
bersama. Khususnya kepada KKMI Tambora-Taman
Sari yang peneliti jadikan objek penelitian, sangat
menaruh harapan besar untuk menjadi tonggak
kemajuan dan kemaslahat bersama.
185
DAFTAR PUSTAKA
Akdon. Strategic Management for Educational Management.
Alfabeta, 2007.
Alawiyah, Tutty. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim.
Bandung: Mizan, 1997.
Argenti, Paul. Komunikasi Korporat: Corporate
Communication. Jakarta: Salemba Humanika. 2007.
Bogdan, Robert C. Biklen, Knopp, Sari. 1982. Qualitative
research for Education, dalam Sugiyono, Prof. DR.,
Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,
2005.
Bryson, John M. Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Cangara, Hafied. Perencanaan dan Stategi Komunikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, cet-ke-3, 2017.
Daymon, Christine dan Immi Holloway. Metode-Metode Riset
Kualitatif dalam Public Relations & Marketing
Communications. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka,
2008.
Depari, Edward. Peranan Komunikasi Massa Dalam
Pembangunan. Gajah Mada Universitas Press, 1995.
Departemen Agama, RI. Himpunan Peraturan Perundang-
undangan Tentang Pendidikan Nasional, Departemen
Agama, RI. Jakarta, 1998/1999.
Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar
Edisi Kelima. (Terjemahan Bahasa Indonesia) Jakarta.
Professional Books, 1997.
186
_______________________. Komunikasi Interpersonal. Cetakan
ketiga. Bandung: Rosdakarya. 2004.
_______________________. The Interpersonal Communication
Book: Eleventh Edition. United State of America: Allyn
and Bacon, 2007.
Denim. Inovasi Pendidikan. Cetakan ketiga. Bandung: Pustaka
Setia. 2002.
Effendy, Onong Uchjana. Dimensi-dimensi Komunikasi.
Bandung: Penerbit Alumni Press, 1981.
_______________________. Dinamika Komunikasi. Jakarta: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008.
_____________________. Dinamika Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya., cet ke-7, 2008.
_____________________. Dimensi-Dimensi Komunikasi.
Bandung: Alumni. 1991.
_____________________. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Cetakan ke-19, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2007
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktik).
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Fattah. Landasan Manajemen Pendidikan. Cetakan ketujuh.
Bandung: Rosdakarya, 1997.
Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012.
Grant, Robert M. Diterjemahkan oleh Secokusomo. Analisis
Strategi kontemporer: konsep, teknik, Aplikasi. Jakarta:
Erlangga, 1997.
Gudono. Teori Komunikasi. Penerbit Andi Yogyakarta, 2017.
187
Hani, T. Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2001.
Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003.
Heriyanto. Perencanaan Pengajaran. Cetakan kelima. Jakarta:
Rhineka Cipta: 2005.
Ich-Donnell, Gib son-iVancev v Alin bahasa: Savutri Soekiisno
dan Agus Dharma. Organisasi Perilaku, Struktur dan
Proses. Jakarta: Erlangga, 1996.
Imran, Ali. Pembinaan Guru Indonesi. Cetakan kedelapan.
Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995.
Kasali, Rhenald. Manajemen PR; Konsep dan Aplikasi di
Indonesia. Jakarta: Grafiti, 2000.
Keputusan Dirjen Bimbingan Agama Islam No. E/106/2001
Tentang Kelompok Kerja Madrasah pada tanggal 25
April 2001
Khairuddin, H. 2000. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta:
Liberty.
Kristi, E, Poerwandari. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian
Perilaku. Jakarta: LPSP3 UI, 2005.
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. Teori Komunikasi, edisi
9. Jakarta: Salemba Humanika. 2009
MacBride, Sean. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.
Jakarta: Bumi Aksara. 1993.
Masmuh, Abdullah. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif
Teori dan Praktek.
Moleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandug Remaja
Rosdakarya, 1999.
188
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Cetakan keenam.
Jakarta: Bumi Aksara. 2001.
Murdiyatmoko, Janu dan Citra Handayani. Sosiologi. Bandung:
PT. Grafindo Media Pratama, 2006.
Mutmainah, Nina dan M. Budyatna. Komunikasi Antarpribadi.
Jakarta: Universitas Terbuka. cet. ke-1, 1994.
____________________________. Komunikasi Antarpribadi.
Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud. cet ke-9, 1994.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2004.
____________________________. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset,
2005.
Payne. Social Work and Community Care. London: McMillan.
1997.
Porter, Michael E. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis
Industri dan Pesaing, Erlangga, Jakarta. 1996.
Putra, I Gusti Ngurah. Manajemen Hubungan Masyarakat.
Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 1999.
R. Lawfence, Jauch dan William F. Glueck. Manajemen Strategis
dan Kebijakan Perusahaan. Dialih bahasakan oleh
Murad dan AR. Henry Sitanggang. Edisi ketiga,
Erlangga. Jakarta, 1997.
Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Cetakan ketiga.
Bandung: Grafindo Persada. 1996.
Randy, Wrihatnolo. Manajemen Pemberdayaan Sebuah
Pengantar. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007.
189
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus
Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2008.
Reardon, Kathleen K. Interpersonal Communication, Where
Minds Meet. Bellmont, California:
WardsworthPublishing Company, 1987.
Reksohadiprojo, Sukanto. Manajemen Strategi, Yogyakarta:
BPFE, 2003.
Ridwan dan Sunarto. Pengantar Statistika Untuk Penelitian,
Pendidikan, Social, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis.
Bandung : Alfabeta. 2009.
Riza, Risyanti, H. Roesmidi, Pemberdayaan Masyarakat.
Sumedang : ALQAPRINT JATINANGOR. 2006.
Robbins, Stephen. Prilaku Organisasi. Cetakan kedua belas.
Indonesia: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Edisi
lengkap, alih bahasa, Harry Slamet. 2006.
Romli, Khomsahrial. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta:
Grasindo Widiasrana Indonesia, 2014.
Saputra, Wahidin dan Nasrullah, Rulli. Public Relations 2.0.
Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber.
Jakarta: Gramata Publishing, 2011.
Setiawan, Bambang. Daya Tahan Bangsa, Kajian Ketahanan
Nasional Universitas Indonesia. Jakarta, 2008.
Sirait, Turman. Komunikasi Interpersonal. Cetakan ketiga.
Jakarta: Ilmu Jaya. 1993.
Sukanto, Reksohadiprojo. Manajemen Strategi, Yogyakarta:
BPFE, 2003.
Sulistyani, Ambar Teguh. Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.
190
Suparmo, Ludwig. Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public
Relations. Jakarta: Indeks Penerbit, 2011.
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi.
Jakarta: Medpress. 2009.
Suryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia,
2017.
Synder. M. Self-Monitoring of Expressive Behavior. Journal of
Personality and Social Psychology. 1974.
Tandowijodjo, John. Dasar dan Arah Public Relation.
Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002.
Thoha. Perilaku Organisasi. Cetakan kedua. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2001.
Tubs, Steward L dan Sylvia Moss. 1996. Human communication.
Prinsip-Prinsip Dasar. Terjemahan oleh Dedy Mulyana
dan Gembirasari. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
1996
Turner, H Lynn dan West, Richard. Teori Komunikasi. Jakarta:
Salemba Humanika. 2009.
Usman, Husaini. Manajemen; Teori Praktik dan Riset Pendidikan edisi
3. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Usman, Wan. Daya Tahan Bangsa, Kajian Ketahanan Nasional
Universitas Indonesia. Jakarta, 2008.
Wrihatnolo, Randy. Manajemen Pembedayaan Sebuah
Pengantar. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007.
191
Sumber Lain;
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-komunitas-
dan-contohnya/. Dilihat pada 26/12/2017. 06:02 WIB
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-komunitas-
dan-contohnya/. Dilihat pada 26/12/2017. 06:02 WIB
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-komunitas-
dan-contohnya/. Dilihat pada 26/12/2017. 06:02 WIB
http://www.kesimpulan.com/2009/04/intensitas-komunikasi-
atasan-bawahan.html
Tabel 1.1
Matriks Penelitian Terdahulu
Nama Ditha Prasanti
(Tesis, 2010)
Tatik Nuryanti
(Tesis, 2009)
Caesar Ali
Fahroy
(Tesis, 2008)
Gandjar
Nugraha
(Tesis, 2006)
Eka Fitri
Qurniawati
(Tesis, 2013)
Judul
penelitian
Strategi
Komunikasi
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia Pondok
Pesantren Salafi,
Studi Kasus
Pondok
Pesantren Salafi
Miftahul Huda di
Tasikmalaya.
Strategi
Komunikasi
Implementasi
Bandung
(BOSS), Studi
Kasus Pada
Badan
Penanaman
Modal Dan
Pelayanan
Perizinan
Terpadu
(BPMPPT) Kota
Bandung
Strategi
Komunikasi
Account
Executive
Dalam
Menghadapi
Fenomena
“Banting
Harga” Iklan
Media Cetak Di
Harian Umum
Pikiran Rakyat.
Studi Kasus
Mengenai
Strategi
Komunikasi
Dalam
Meningkatkan
Image
Perusahaan PT.
Telekomunikasi
Indonesia Tbk.,
Menjelang dan
Sesudah
Pelaksanaan Go
Public.
Strategi
Komunikasi
Dalam
Pembentukan
Karakter Peduli
Lingkungan
Hidup Pada
Siswa. Studi
Kasus Program
Pengembangan
Lingkungan
Hidup SD BPI
Bandung
Metode Penelitian ini
dilakukan dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif dengan
metode studi
kasus
Penelitian
kualitatif dengan
menggunakan
metode studi
kasus
Penelitian
kualitatif
dengan
menggunakan
metode studi
kasus
Penelitian
kualitatif dengan
menggunakan
metode studi
kasus
Penelitian
kualitatif
dengan
menggunakan
metode studi
kasus
Hasil
penelitian
Alasan yang
membuat
Pondok
Pesantren
Salafi
Miftahul
Huda
bertahan dan
tetap
berkembang
yakni
pendidikan
yang
pertama kali
berdiri di
tanah Jawa
yang
Strategi
komunikasi
yang
berorientasi
bisnis
dengan
upaya-upaya
positif
berupa
penerapan
komunikasi
internal dan
eksternal
Komponen
komunikasi
yang paling
utama dalam
Aspek
perencanaan
dengan
mengeluark
an
suplemen
pariwara
iklan belum
maksimal,
dan akan
lebih
maksimal
bila
direncanaka
lebih
matang dan
dikoordinasi
Strategi
komunikasi
yang
dilakukan
Telkom
dalam
pelaksanaan
go public
dilakukan
oleh unit
kerja public
relations
serta
menjalin
kerja sama
dengan
perusahaan
Strategi yang
dilaksanakan
oleh Bidang
Pengembanga
n Lingkungan
Hidup SD
BPI Bandung
dilatar
belakangi
oleh rasa
kepedulian
pihak guru
terhadap
lingkungan
sehingga guru
merasa bahwa
pentingnya
disebarluask
an oleh wali
songo, serta
sumber daya
manusia
yang
berkualitas,
loyalitas
tinggi
terhadap
pesantren
sehingga
membantu
dalam
mengembang
kan Pondok
Pesantren
Salafi
Miftahul
Huda.
Strategi
komunikasi
yang
digunakan
oleh Pondok
Pesantren
Salafi
Miftahul
Huda
bersifat
klasik atau
linear, tidak
terinci, tidak
terarah.
Proses
komunikasi
yang terjadi
di Pondok
Pesantren
Salafi
Miftahul
Huda
sebagai
upaya
terwujudnya
strategi
komunikasi
pengembang
implementas
i program
BOSS
adalah
media,
karena pada
dasarnya
system
BOSS
merupakan
system
komunikasi
yang
berbasis
pada cyber
media.
Komdel
komunikasi
yang
digunakan
adalah multi
step
communicati
on yang
terdiri dari
tiga tahap
berupa tahap
pertama
melalui
organ
structural
melalui
cyber media,
tahap kedua
melalui front
office,
mobile
service,
mesin
informasi
serta internet
dan tahap
yang
terakhir
adalah
melalui
customer
service.
kan dengan
biro-biro
iklan sejak
awal tahun
serta sudah
ditentuka
baik system
diskon dan
administrasi
nya.
Aspek
manajemen
dalam
menentukan
kebijakan
tariff iklan
melihat
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
lembaga-
lembaga
survey yang
datanya
dapat
dipercaya.
public
relations
baik local
maupun
Internasional
.
Budaya
perusahaan
yang sudah
ada menjadi
salah satu
cara
menyadarka
n betapa
kepentingan
perusahaan
adalah
bertujuan
untuk
mensejahtera
kan seluruh
karyawan
juga
meningkatka
n pelayanan
kepada
masyarakat
serta pemilik
saham.
Hambatan
yang
dihadapi
adalah
berupa
factor
pengetahuan
dan system
nilai
sebagian
besar
masyarakat
Indonesia
terhadap
pemahaman
jual beli
saham yang
masih
rendah dan
peranan
lingkungan
dalam
kehidupan
manusia.
Sebagai
lembaga
pendidikan
formal,
Bidang
Pengembanga
n Lingkungan
Hidup SD
BPI Bandung
menerapkann
ya ke dalam
kurikulum
sekolah
dengan
mengintegrasi
kan kegiatan
intrakurikuler
dan
ekstrakurikule
r. Hal ini
bertujuan agar
program ini
menjadi
program
berkesinambu
ngan serta
berkelanjutan
yang
diwujudkan
dengan
pembiasaan
kepada
seluruh siswa
sehingga
pembiasaan
tersebut
menjadi
membawa
perubahan
perilaku atau
tindakan
siswa
terhadap
an SDM di
Pondok
Pesantren
Salafi
Miftahul
Huda.
Model
komunikasi
pengembang
an SDM
Pondok
Pesantren
Salafi
Miftahul
Huda terdiri
dari enam
tahap proses
komunikasi.
kurang
terbuka.
Media yang
digunakan
dalam
pelaksanaan
go public
adalah
seluruh
media baik
di internal
maupun
eksternal
sebagai
channel
komunikasin
ya.
lingkungan
hidup.
Perbedaan Penelitian ini
meneliti tentang
strategi
komunikasi
dalam
mempertahankan
seksistensi
sebuah pesantren
di tengah
semakin
modernya
perkembangan
zaman.
Penelitian ini
meneliti strategi
komunikasi pada
saat strategi
komunikasi
tersebut
dilaksanakan di
lapangan.
Penelitian ini
meneliti tentang
strategi
komunikasi
dalam
menghadapi
persaingan
banting harga
dengan Harian
Umum pada
Media Cetak
Penelitian ini
menunjukkan
perubahan
image sebuah
perusahaan yang
melaksanakan
Go Public.
Penelitian ini
merupakan
kajian ilmu
komunikasi
dilihat dari
sudut pandang
bahwa strategi
komunikasi
merupakan
bagian penting
dalam
pembentukan
karakter yang
diterapkan
melalui program
pengembangan
lingkungan
hidup di SD BPI
Bandung.
Persamaan Di dalam
penelitian ini
terdapat
persamaan yang
diteliti
berdasarkan
bentuk
komunikasi yang
diterapkan
Penelitiannya
berkaitan dengan
staretgi
komunikasi yang
di dalamnya
terdapat
komponen-
komponen
komunikasi
yang memiliki
Sama-sama
meneliti tentang
aspek
perencanaan
strategi
komunikasi
yang diterapkan.
Di dalam
penelitian ini
terdapat
persamaan yang
diteliti
berdasarkan
aspek
perencanaan
strategi yang
diterapkan.
Di dalam
penelitian ini
terdapat
persamaan yang
diteliti
berdasarkan
aspek strategi
komunikasi
yang diterapkan
pengaruh dalam
strategi sehingga
pada akhirnya
akan terlihat
model
komunikasi yang
terjadi.
Kritik Penelitian ini
tidak
menjelaskan
secara detail
mengenai model
komunikasi yang
terjadi dalam
objek
penelitiannya.
Penelitian ini
tidak meneliti
tentang efek
maupun
feedback yang
datang dari
masyarakat
terhadap strategi
dalam penerapan
program BOSS.
Penelitian ini
tidak
menjelaskan
secara detail
perencanaan
serta peranan
manajemen
dalam
penentuan
strategi
komunikasi
yang
dilaksanakan.
Penelitian ini
meneliti dari
awal
perencanaan
hingga
hambatannya,
akan tetapi tidak
meneliti tentang
pendapat
pendapat atau
opini public
eksternal
terhadap strategi
yang diterapkan.
BIODATA INFORMAN
Nama Lengkap : Saeful Anwar, S.Pd.I
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Agustus 1980
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Jl. Kiara VI Rt.008 / 05
Jembatan Lima – Tambora
Jakarta Barat 11250
Pekerjaan : Guru / Kepala MI Tunas Karya
Nomor Tlp : 0857 7670 9997
Alamat e-Mail :
Jabatan di KKMI TamTam : Ketua KKMI Tambora-Taman
Sari
BIODATA INFORMAN
Nama Lengkap : Atik Nurhayati, S.Pd.I
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Juli 1971
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Krendang Selatan
RT.004/006 Krendang – Tambora
Jakarta Barat 11260
Pekerjaan : Guru / Bendahara
MI Al Muawanatul Khaeriyah
Nomor Tlp : 0813 8202 6529
Alamat e-Mail :
Jabatan di KKMI TamTam : Ketua KKG Tambora-Taman Sari
BIODATA INFORMAN
Nama Lengkap : Mohammad Fachrodzad, S.Pd.I
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Mei 1991
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Jl. Mangga Besar XIII
Mangga Dua Selatan –
Sawah Besar
Jakarta Pusat 11730
Pekerjaan : Guru MI Tunas Karya
Nomor Tlp : 0857 7536 6665
Alamat e-Mail :
Jabatan di KKMI TamTam : Operator KKMI Tambora –
Taman Sari dan Ketua KOTTA
BIODATA INFORMAN
Nama Lengkap : Muhammad Zuhri, S.Pd.SD
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Maret 1960
Jenis Kelamin : Laki- laki
Alamat : Jl. Pekapuran II Gg. Songsi
No. 21 Rt.005/06
Tanah Sereal – Tambra,
Jakarta Barat 11210
Pekerjaan : Guru di SDN Tanah Sereal 02
Petang dan Staf Ahli
MI Chairiyah Mansuriyah
Nomor Tlp : 081337468867
Alamat e-Mail :
Jabatan di KKMI TamTam : Mantan Ketua KKMI Tambora –
Taman Sari
BIODATA INFORMAN
Nama Lengkap : Suhendi, S.Ag
Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 27 Juni 1969
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Rt.002/06 Kembangan –
Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Pekerjaan : Pengawas RA – MI Kecamatan
Tambora Taman Sari
Nomor Tlp : 085883040100 / 081311121300
Alamat e-Mail : [email protected]
Jabatan di KKMI TamTam : Pengawas RA – MI Binaan
KKMI Tambora – Taman Sari
No Pertanyaan
Jawaban
Bapak Saeful Anwar,
S.Pd.I
( Ketua KKMI
Tambora – Taman Sari
)
Ibu Atik Nurhayati,
S.Pd.I
( Ketua Kelompok
Kerja Guru KKMI
Tambora – Taman
Sari )
Bapak Mohammad
Fachrodzad, S.Pd.I
( Ketua Komunitas
Operator Tambora –
Taman Sari )
Muhammad Zuhri,
S.Pd.SD
( Mantan Ketua
KKMI Tambora –
Taman Sari )
Suhendi, S.Ag
( Pengawas KKMI Tambora –
Taman Sari )
1 Apa yang anda ketahui
tentang KKMI Tambora
– Taman Sari ?
KKMI Tambora –
Taman Sari adalah
Organisasi Madrasah
Ibtidaiyah yang
beranggotakan 16
Kepala Madrasah
selaku pimpinan
madrasah dan 16
Madrasah sebagai
lembaga pendidikan
yang dinaungi oleh
kementerian agama
kota Jakarta barat.
KKMI Tambora –
Taman Sari adalah
salah satu wadah
organisasi yang
terdiri dari satuan
pendidikan yang
berada di lingkungan
kecamatan Tambora
– Tamn sari
KKMI Tambora –
Taman Sari adalah
Organisasi Madrasah
Ibtidaiyah yang
beranggotakan 16
Kepala Madrasah
selaku pimpinan
madrasah dan 16
Madrasah sebagai
lembaga pendidikan
yang dinaungi oleh
kementerian agama
kota Jakarta barat.
KKMI Tambora –
Taman Sari adalah
suatu wadah,
kelompok kerja
madrasah tingkat
ibtidaiyah yang
berada
dikecamatan
Tambora - Taman
Sari.
KKMI itu aduh saya lupa
nomor PMA nya. Secara
umum dibentuk oleh Peraturan
Kementerian Agama atau
sama dengan K3S ( Kelompok
Kerja Kepala Sekolah ) nya di
Dinas Pendidikan. Begitu juga
KKMI Tambora – Taman Sari
sebenarnya adalah Kelompok
Kerja Kepala Madrasah
Ibtidaiyah. Stresingnya disitu
sebenarnya. Tapi kebanyakan
KKMI itu lebih ditafsirkan di
lapangan kelompok kerja
madrasah tapi intinya
sebenarnya kelompok kerja
kepala Madrasah.
2 Apakah anda mengetahui
maksud dari dibentuknya
KKMI Tambora –
Taman Sari ? Jelaskan !
Iya..
Dibentuknya KKMI
Tambora – Taman Sari
adalah untuk
memfasilitasi kepala
madrasah dalam
bentuk pengembangan
kegiatan belajar
mengajar di kecamatan
Tambora – Taman
Iya..
Tujuan KKMI
Tambora – Taman
Sari adalah
menjadikan
madrasah-madrasah
dalam hal ini MI
untuk berperan aktif
dalam memajukan
madrasahnya. Baik
Iya..
Untuk memfasilitasi
kepala madrasah
dalam
mengembangan
KBM di kecamatan
Tambora – Taman
Sari, sebagai wahana
pembelajaran
organisasi bagi
Iya..
Terimakasih…
Maksud dari
dibentuknya KKMI
Tambora – Taman
Sari ialah untuk /
atau kelompok
kerja madrasah
yang dimana terdiri
dari kepala sekolah
Iya..
Sebagaimana stressing kita di
dalam dunia pendidikan yaitu
untuk bisa bekerja sama
pendidikan karakter salah
satunya adalah untuk bisa
bekerja sama. Sebenarnya di
KKMI itu juga sebagai
wahana bekerja sama.
Didalam pencapaian tujuan
Sari, menjadi wadah
untuk semua kegiatan
komunitas kepala
madrasah ibtidaiyah,
meningkatkan mutu
pendidikan warga
madrasah ibtidaiyah,
sebagai wahana
pembelajaran
organisasi bagi
anggota KKMI
Tambora – Taman
Sari.
dari segi
pembelajaran
maupun
manajerialnya.
madrasah yang
mnjadi anggota
KKMI Tambora –
Taman Sari.
ada beradi di
kecamatan
Tambora – Taman
Sari dan sampai
saat ini berjalan
dengan baik. Baik
ketika dipegang
saya atau sebelum
saya, bahkan
sampai saat ni
berjalan dengan
baik.
pendidikan terutama
pencapaian 8 standar
pendidikan. Dari standar isi
sampai terakhir standar
penilaian. Intinya stresingnya
untuk pencapaian tujuan
bersama. Dalam hal ini
pencapaian kualitas
pencapaian 8 standar
pendidikan.
3 Apa peranan KKMI
Tambora – Taman Sari
di tingkat Kota Jakarta
Barat ?
Peran KKMI Tambora
– Taman Sari di
tingkat Kota Jakarta
Barat adalah sebagai
humas yang bertugas
menghubungkan
KKMI antar
kecamatan yang satu
dengan kecamatan
yang lain yang ada di
Kota Jakarta Barat.
Peran KKMI
Tambora – Taman
Sari di tingkat Kota
Jakarta Barat adalah
mangakomodir
aspirasi yang timbul
dari setiap madrasah
yang berada di
lingkungan
Kecamatan Tambora
– Taman Sari.
Peran KKMI
Tambora – Taman
Sari di tingkat Kota
Jakarta Barat adalah
sebagai penghubung
antara madrasah
yang ada di KKMI
Tambora –
Tamansari dengan
madrasah-madrasah
yang ada di Jakarta
Barat.
Peranan KKMI
Tambora – Taman
Sari di tingkat Kota
Jakarta Barat
adalah sebagai
jembatan untuk
mengetahui /
melihat kegiatan-
kegiatan yang ada
di KKMI Tambora
– Taman Sari atau
untuk mengetaui
informasi-
informasi yang ada
di tingkat Jakarta
Barat.
yaa, Kordinating. Peranan dan
Fungsinya adalah Kordinating.
Berarti mengkoordinir kepala-
kepala sekolah yang ada di
dua kecamatan yaitu Tambora
– Taman Sari. Peranan
kususnya ya disitu. Peranan
selanjutnya ya saya kira
merupakan bagian yang tidak
bisa terpisahkan dari KKMI
Tingkat Kota Jakarta Barat.
4 Ada berapa komunitas
yang dinaungi oleh
KKMI Tambora –
Taman Sari? Sebutkan !
Ada 2 Komunitas
KKMI Tambora –
Taman Sari menaungi
KKG ( Kelompok
Ada 2 Komunitas
1. KKG (Kelompok
Kerja Guru), dan
2. KOTTA
(Komunitas Operator
Ada 2 Komunitas
Yang pertama adalah
KKG ( Kelompok
Kerja Guru ) dan
yang kedua adalah
Ada 2 Komunitas
yang dinaungi
KKMI Tambora –
Taman Sari.
secara reguasi selain KKM
itu yang pertama ada KKG (
Kelompok Kerja Guru ) dan
yang kedua ada Komunitas
Operator yang harapan saya
Kerja Guru ) dan
KOTTA ( Komunitas
Operator Tambora –
Taman Sari ) yang
mana fungsinya
berbeda-beda namun
tujuannya sama yaitu
saling melengkapi dan
menguatkan dalam hal
organisasi dan
informasi.
Mengembangkan
Madrasah yang ada di
Kecamatan Tambora –
Taman Sari.
Tambora – Taman
Sari)
KOTTA ( Komunitas
Operator Tambora –
Taman Sari )
Kelompok Kerja
Guru Madrasah
Ibtidaiyah dan
Operator Madrasah
Ibtidaiyah
kedepan sesuai MBS (
Manajemen Berbasis Sekolah
) bahwa setiap madrasah itu
harus mandiri. Masing-
masing MI mempunya satu
operator. Untuk kemandirian.
Dalam rangka pencapaian
MBS. Salah satunya adalah
bisa mengurus dirinya
sendiri. Termasuk operator.
5 Apa strategi komunikasi
KKMI Tambora –
Taman Sari yang sudah
diterapkan dalam
pemberdayaan
Komunitas ?
Selama ini strategi
komunikasi KKMI
Tambora – Taman Sari
yang sudah diterapkan
dalam pemberdayaan
Komunitas adalah
Komunikasi
Kekeluargaan dan
kebersamaan juga
saling melengkapi dan
saling percaya antara
yang satu dengan yang
lainnya. Sehingga
terjalin komnikasi yang
baik dan program yang
ada di KKMI Tambora
– Taman Sari dapat
berjalan dengan baik
dan lancer juga
Komunikasi yang
digunakan adalah
Komunikasi dua arah.
Artinya Pengurus
KKMI dan Anggota
KKMI saling
memberi masukan
dan pandangan
sehingga
menghasilkan produk
komunikasi / hasil
rapat yang baik untuk
KKMI dan
Madrasah-madrasah
yang menjadi
anggotanya.
Selama ini strategi
komunikasi KKMI
Tambora – Taman
Sari yang sudah
diterapkan dalam
pemberdayaan
Komunitas adalah
Komunikasi
Organisasi.
strategi komunikasi
KKMI Tambora –
Taman Sari yang
sudah diterapkan
dalam
pemberdayaan
Komunitas adalah
dengan cara
kekeluargaan
sehingga komunitas
ini berjalan
beriringan. Baik
kepala sekolah,
operator, maupun
kelompok kerja
guru madrasah
ibtidaiyah.
Yang paling sederhana saya
kira surat menyurat. Kalau
jaman sekarang melalui SMS,
BBM, WhatsUp Group,
Email, Wibesite, selain itu
melalui musyawarah yang
memang sudah biasa tradisi
yg baik dan biasa dilakukan
dalam organisasi.
berkesinambungan.
6 Memangnya, bagaimana
KKMI Tambora –
Taman Sari dalam
menerapkan strategi
komunikasinya kepada
Komunitas dalam proses
strategi komunikasinya ?
Dalam hal menerapkan
strategi komunikasinya
kepada Komunitas,
KKMI Tambora –
Taman Sari membuat
perencanaan atau
planning untuk
mencapai suatu tujuan
yang hanya dapat
dicapai melalui taktik
operasional, akan
memperoleh manfaat
berdasarkan sudut
pandangnya,
mengimplementasikan
strategi komunikasi
dubutuhkan taktik atau
metodelogi yang tepat.
Dalam hal
menerapkan strategi
komunikasinya
kepada Komunitas,
KKMI Tambora –
Taman Sari membuat
perencanaan atau
planning untuk
mencapai suatu
tujuan yang hanya
dapat dicapai melalui
taktik operasional,
akan memperoleh
manfaat berdasarkan
sudut pandangnya,
mengimplementasika
n strategi komunikasi
dubutuhkan taktik
atau metodelogi yang
tepat.
Dalam menerapkan
strategi
komunikasinya
kepada Komunitas
bisa melalui
obrolan-obrolan,
bisa melalui rapat-
rapat yang mana
berhubungan
angsung dengan
anggota komunitas
itu sendiri.
Iya… Saya kira strategi dalam
komunikasi itu selalu
komunikasi dua arah. Dan
saya kira jaman sekarang
sudah maju, informasi sudah
mulai terbuka. Jadi posisi
KKMI tidak menggurui. Siapa
tau sudah ada komunitasnya,
atau Operator juga sudah
mengetaui duluan.
Komunikasinya sudah dua
arah, sudah demokratis, dan
ketika ada hal-hal yang sangat
krusial dilakukan musyawarah
untuk mufakat.
7 Apakah KKMI Tambora
– Taman Sari dalam
merumuskan suatu
rencana memberlakukan
Analisis dan riset,
Perumusan kebijakan,
perencanaan program
pelaksanaan, dan
kegiatan komunikasi ?
Bagaimana bentuknya ?
Iya..
Dengan cara pertemuan
seluruh kepala
madrasah untuk
membuat program-
program, kebijakan dan
kegiatan-kegiatan,
merumuskan semua
kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam
satu tahun kedepan.
Iya..
bentuknya dengan
rapat. Baik itu rapat
bulanan, Semester,
atau Tahunan. Yang
mana kita
menganalisis atau
riset program yang
sudah berjalan
maupun yang akan
datang, lalu
merumuskan
kebijakan atau
Iya..
Dengan cara
pertemuan seluruh
kepala madrasah
untuk membuat
program-program,
kebijakan dan
kegiatan-kegiatan,
merumuskan semua
kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam
satu tahun kedepan.
Iya..
Bentuknya adalah
berupa rapat-rapat
yang dilaksanakan
oleh KKM baik
rapat Internal
maupun rapat
Eksternal sehingga
semua komunitas
yang ada di KKMI
ini dapat berjalan
dan mengetahui apa
yang dirumuskan,
Oh, Iya… Itu harus seperti itu.
Meskipun masih sederhana.
Itu sudah dilakukan tahapan-
tahapan seperti itu. Untuk
kedepannya 4 aspek itu harus
lebih ditingkatkan lagi
Secara formal dalam
musyawarah kerja KKMI
Tambora – Taman Sari. Ada
musyawarah per enam bulan,
Musyawarah Tahun ajaran
baru. Banyak lah, sesuai
solusinya sehingga
terbentuk
perencanaan program
untuk satu tahun
kedepan, dan dalam
pelaksanaannya
komunikasi yang baik
dan jelas antara satu
anggota dengan
anggota yang lain
diperlukan.
apa yang akan
dilaksanakan dan
kegiatan bentuk apa
yang sudah
dilaksanakan.
Terimakasih..
kalender akademik dan
kegiatan akademik.
8 Bagaimana cara KKMI
Tambora – Taman Sari
dalam menyelesaikan
masalah / konflik ?
Dengan cara
musyawarah untuk
mencapai kata
mupakat.
Dalam setiap
organisasi tidak luput
dari konflik, apakah
konflik internal atau
eksternal. KKMI
Tambora – Taman
Sari menyelesaikan
konflik dengan jalan
musyawarah dengan
mncari solusinya.
Dengan cara
musyawarah untuk
mencapai kata
mupakat.
Untuk
menyelesaikan
masalah yang ada
di KKMI Tambora
– Taman Sari
adalah dengan cara
musyawarah,
diawali dengan
obrolan-obrolan
sehingga akan
ketemu titik terang
penyelesaian
masalah konflik ini
baru disampaikan
dalam forum rapat
KKMI Tambora –
Taman Sari
pada dasarnya kanflik itu
jarang terjadi. Menurut saya
karena perbedaan pemahaman
saja atau belum saling
memahami. Tapi biasanya di
KKMI Tambora – Taman Sari
diselesaikannya dalam
musyawarah secara
kekeluargaan, komunikasi,
tabayun ( dijelaskan ). Saya
kira tidak ada konflik yang
serius paling konflik secara
komunikasi. Komunikasi di
KKMI Tambra – Taman Sari
Baik.
9 Saluran apa saja yang
digunakan KKMI
Tambora – Taman Sari
dalam
mengkomunikasikan
strategi komunikasi
Saluran yang
digunakan KKMI
Tambora – Taman Sari
dalam
mengkomunikasikan
strategi komunikasi
Saluran atau media
yang digunakan
adalah menggunakan
saluran Telpeon, WA
Group, dan juga
Email.
Saluran yang
digunakan KKMI
Tambora – Taman
Sari dalam
mengkomunikasikan
strategi komunikasi
Saluran yang
digunakan KKMI
Tambora – Taman
Sari menggunakan
media elektroni
Handphone itu
sebagai organisasi formal
wajib ada surat menyurat
resmi. Yang kedua karena
Judah jaman canggih
menggunakan SMS,
WhatsUp, Email, Web, dan
kepada komunitas yang
ada ?
kepada komunitas
menggunakan saluran
Telpeon / HP, WA
Group, Email, dll.
Intinya kami
menggunakan dan
memanfaatkan media
yang sudah sangat
berkembang ini.
Sehingga semuanya
menjadi mudah dan
lancar.
kepada komunitas
menggunakan
saluran Telpeon /
HP, WA Group,
Email, dll. Intinya
kami menggunakan
dan memanfaatkan
media yang sudah
sangat berkembang
ini. Sehingga
semuanya menjadi
mudah dan lancar.
diantaranya. Di
dalamnya juga
WhatsUp dan
Komunikasi-
komunikasi lainnya.
Sehingga dapat
semua terjalin
hubungan yang
lebih baik lagi.
lainnya. Saya kira KKMI
Tambora – Taman sari sudah
mempunyai saluran untuk
mengkomunikasikan stake
holder dengan anggotanya,
Komunitas Operator, dan
KKG.
10 Bagaimana
perkembangan KKMI
Tambora – Taman Sari
selama 4 tahun
belakangan ini ?
Perkembangan KKMI
Tambora – Taman Sari
selama 4 tahun
belakangan ini
Alhamdulillah
semenjak peralihan
susunan pengurus
menjadi lebih baik.
Selama kurun 4 tahun
KKMI Tambora –
Taman Sari sudah
banyak membantu
madrasah-madrasah
yang berada di
lingkungan
kecamatan Tambora
– Taman Sari salah
satunya adalah
pembuatan soal /
naskah ujian. Oleh
karenanya KKMI
Tambora – Taman
Sari dari tahun ke
tahun selalu
menunjukkan
progress yang baik
dan perkembangan
yang meningkat.
Perkembangan
KKMI Tambora –
Taman Sari selama 4
tahun belakangan ini
Alhamdulillah
semenjak peralihan
susunan pengurus
menjadi lebih baik.
Selama 4 tahun
kebelakang ini
kalau menurut saya
adalah kurang.
Kenapa? Karena
pada waktu itu alat
komunikasi belum
menyeluruh dan
belum ada
kebersamaan
langka. Sehingga
saling
mengandalkan satu
sama lainnya dan
semua kegiatan
tidak tepat waktu.
Kalau Pengurusnya sekarang
pengurusnya relative lebih
muda, kualifikasi
akademiknya minimal S1, ada
yang sedang S2, dan Ketua
KKMInya akan S2 karena
termotivasi / terinsfiasi oleh
sekretarisnya, lebih energik,
lebih suka tantangan, dan
semangat. Kalau yang dulu
saya kurang kenal, generasi
masa lalu. Kalau indikatornya
jumlah siswa itu ada
penambahan Kalau
indikatornya madrasahnya
berkurang satu. Karena
Tambora – Taman sari itu
geografisnya adalah kawasan
bisnis. Jangan kan MI bahkan
SD Negeri pun kesulitan
bahkan SD Negeri itu banyak
yang Bergabung.
11 Apa harapan anda
kedepannya bagi strategi
komunikasi KKMI
Tambora – Taman Sari
dalam
mengkomunikasikan
pada komunitasnya?
Harapan kami dalam
hal strategi komunikasi
di KKMI Tambora –
Taman Sari adalah
Komunikasi yang
terjalin lebih baik dan
intensif sehingga
semua bisa menjadi
lebih tanggap dalam
segala hal yang
akhirnya program dan
tujuan KKMI Tambora
– Taman Sari berjalan
dengan lancar.
Harapan kami dari
KKG dalam hal
strategi komunikasi
di KKMI Tambora –
Taman Sari semoga
komunikasinya selalu
baik da nada strategi-
strategi komunikasi
yang lebih membantu
KKMI ini menjadi
lebih baik dan
berkembang.
Sehingga keberadaan
KKMI Tambora –
Taman Sari dapat
dirasakan manfaatnya
untuk kecamatan
Tambora – Tamnsari
bahkan ke tingkat
Kota atau provinsi.
Harapan kami dalam
hal strategi
komunikasi di KKMI
Tambora – Taman
Sari adalah
Komunikasi yang
terjalin lebih baik dan
intensif sehingga
semua bisa menjadi
lebih tanggap dalam
segala hal yang
akhirnya program dan
tujuan KKMI
Tambora – Taman
Sari berjalan dengan
lancar.
Harapan kedepan
untuk komunikasi
KKMI Tambora –
Taman Sari ini agar
lebih ditingkatkan
dari saat sekarang
ini. Karena media
elektronik dan
lainnyasudah
menjamur dan tidak
ada alasan lagi
tidak bisa menerima
informasi dan suatu
pekerjaan juga tidak
terhambat. Hal ini
karena sudah
dilengkapi
kebutuhan –
kebutuhan apa yang
ada di KKMI
Tambora – Taman
Sari.
lebih efektif, kejelasan (
jangan sampe Miss
Komunikasi ), juga strategi
komunkasi yang benar yang
bisa meningkatkan kualitas
kerja sama untuk pencapaian
mutu pendidikan di Madrasah
Ibtidaiyah yang ada di KKMI
Tambora – Taman Sari.