strategi adaptasi komunikasi antar budaya …strategi adaptasi komunikasi antar budaya mahasiswa...
TRANSCRIPT
1
STRATEGI ADAPTASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MAHASISWA
ASING DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN DI
UNS SURAKARTA
(Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Adaptasi Komunikasi Antar Budaya
Mahasiswa Asing Dalam Mencapai Keberhasilan Pembelajaran
di Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Rafi Faruq Haidar
Adolfo Eko Setyanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Adaptation of cultural communication is a way to make changes by
making a process of behavioral adjustment and important in life. Especially for
foreign students it is necessary to conduct intercultural communication, so that
they are able to adjust to the campus environment. Foreign students are expected
to be able to adapt between cultures so that learning success can be optimal. In
fact, many foreign students find it difficult to adapt, so inter-cultural adaptation
strategies are needed.
The type of research used in this research is qualitative descriptive. The
population in this study were all Eleven March University Students of the Year
2017/2018 Force totaling 95 students. Informants who were used as research
resource persons and interviewed by researchers were: (1) 8 foreign students
studying at the UNS year 2017/2018. (2) Lecturers supporting foreign students
studying at UNS. (3) Local students at UNS year 2017/2018. The method of data
collection in this study will use several methods, namely: interviews, observation,
and documentation.
The conclusions in this study are: (1) Obstacles to adaptation to foreign
students' cultural communication to achieve successful learning at UNS: (a)
Language, foreign students studying at UNS have difficulty understanding lecture
material, because lecturers or students use Indonesian or language more often
Java and (b) barriers to perceptions of foreign students in the implementation and
assessment system of lecture results. (2) overcoming obstacles with the strategy of
intercultural communication of foreign students achieving successful learning at
UNS: (a) ICT Strategy, the stage of cultural adaptation focused on learning
involving lecturers, foreign students, and local students. The cross-cultural
adaptation phase, foreign students adapt face to face communication with
lecturers and friends using Indonesian and English. (b) Accommodation
Communication, foreign students to be able to adapt to the environment on
campus to accommodate communication with local students is passive and active
in nature.
Keywords: Adaptation strategies, intercultural communication, Learning Success
2
Pendahuluan
Perguruan tinggi di Indonesia saat ini mulai banyak diminati oleh
mahasiswa asing untuk melanjutkan studinya. Dalam konsep World Class
University, perkembangan jumlah mahasiswa asing yang menempuh studi di
perguruan tinggi merupakan salah satu aspek yang digunakan untuk mengukur
kesiapan dan mencerminkan kemampuan perguruan tinggi dalam
menyelenggarakan program internasionalisasi untuk menghadapi persaingan
global pendidikan tinggi.
Sepanjang tahun 2016, sebanyak 6,967 Surat Izin Belajar telah diterbitkan
oleh Direktorat Pembinaan Kelembagaan Perguruan Tinggi (PT). Surat Izin
Belajar merupakan salah satu syarat utama bagi mahasiswa asing untuk
memperoleh dokumen keimigrasian berupa Visa Pelajar dan Izin Tinggal Terbatas
atau ITAS yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum
dan HAM menarik minat Mahasiswa Asing untukmenempuh studi di perguruan
tinggi terkait. Untuk memberikan gambaran awaltentang posisi perguruan tinggi
Indonesia terkait hal ini, dapat dijelaskan bahwasepanjang tahun 2017, sebanyak
5,271 rekomendasi izin belajar bagi mahasiswaasing telah diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Kelembagaan PT. Jumlah tersebutterdiri dari 14.66%
mahasiswa asing untuk program diploma III dan IV, 49.01% mahasiswa asing
dari strata sarjana, 8.78% mahasiswa asing untuk program master,program
doktorat sebanyak 1.59%, program kursus, pertukaran pelajar, dan
magangmasing-masing sebesar: 13.24%, 10.42%, dan 2.29%. Sebaran program
akademikyang ditempuh oleh mahasiswa asing disajikan di diagram berikut ini:1
Sumber Rizalfani, 2017.
1
Rizalfani, 2017. Perguruan Tinggi Indonesia Diminati Mahasiswa Asing,
https://ristekdikti.go.id/perguruan-tinggi-indonesia-diminati-mahasiswa-asing-2/
3
Mahasiswa asing tersebut berasal dari berbagi Negara, berikut ini
merupakan data mahasiswa 10 besar dari berbagai asal negara.
Tabel 1
Asal Negara Mahasiswa di Indonesia
1 Timor Leste 2.107
2 Malaysia 1.217
3 Thailand 659
4 Korea Selatan 524
5 China 456
6 Jepang 217
7 Jerman 156
8 Belanda 139
9 Perancis 136
10 Australia 135
Sumber Rizalfani, 2017.
Selanjutnya, jumlah mahasiswa asing tersebut tersebar diberbagai kota di
Indonesia. Universitas yang memiliki mahasiswa asing delapan besar di Indonesia
pada tahun 2016, yaitu sebagai berikut: Universitas Gajah Mada terdapat di
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 2000 mahasiswa asing. Universitas
Padjadjaran merupakan salah satu universitas yang favorit di Indonesia memiliki
jumlah 1300 mahasiswa asing. Universitas Indonesia berada di urutan ketiga
memiliki sekitar 300 mahasiswa asing. Universitas Airlangga memiliki jumlah
mahasiswa asing sebanyak 280 mahasiswa asing pada urutan keempat.
Universitas kelima Institut Teknologi Bandung memiliki jumlah mahasiswa asing
sebanyak 150 mahasiswa asing. Keenam, Universitas Andalas di Sumatra Barat
memiliki jumlah mahasiswa asing sebanyak 117 mahasiswa asing. Universitas
Diponegoro memiliki jumlah 92 mahasiswa asing. Universitas Diponegoro
menduduki peringkat ke-7 dan urutan ke delapan Universitas Sebelas Maret
Surakarta ada sekitar 59 mahasiswa asing.2
Yeyen, dkk.,3
menjelaskan bahwa mahasiswa asing penting untuk
menguasai Bahasa Indonesia merupakan syarat mutlak bagi mahasiswa asing yang
2Op cit, Rizalfani.
3Yeyen Purwiyanti, Sarwiji Suwandi, dan Andayani, 2017, Strategi Komunikasi Pemelajar Bahasa
Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) Asal Filipina, Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, hal. 160.
4
kuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS). Sebab, Bahasa Indonesia menjadi
bahasa pengantar proses perkuliahan regular di UNS. Adapun mahasiswa asing
yang tidak menguasai Bahasa Indonesia, terancam dipulangkan kembali ke
negaranya.
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan dan bila budaya beragam,
pastinya beragam pula praktik-praktik komunikasi. Budaya juga bisa
mempengaruhi orang yang berkomunikasi, contohnya: Budaya dan komunikasi
tidak dapat dipisahkan dan bila budaya beragam, pastinya beragam pula praktik-
praktik komunikasi. Kesalahpahaman dalam berkomunikasi sering terjadi antara
mahasiswa asing dengan mahasiswa pribumi yang memiliki latar belakang yang
berbeda dengan negara asal mahasiswa asing tersebut. Seperti bahasa, cara
berpakaian, cara berbicara, serta cara bergaul. Mahasiswa asal Vietnam lebih suka
berkomunikasi secara langsung atau tatap muka daripada berinteraksi melalui
media komunikasi seperti telepon atau media sosial.4 Misalnya, mahasiswa asal
Kalimba, Libya, dan Timor Leste.
Mahasiswa asal negara yang berbeda tersebut dijadikan informan dalam
penelitian dengan pemilihan narasumber berdasarkan indikator: (1) mahasiswa
UNS angkatan tahun 2017/2018, (2) mahasiswa asing, dan (3) mahasiswa yang
menemui hambatan saat pembelajaran perkuliahan di kampus. Indikator
narasumber dilakukan agar pembahasan dapat fokus sesuai tujuan penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian dengan 4 mahasiswa asing
diketahui bahwa mahasiswa asing saat melakukan adaptasi komunikasi budaya
dalam pembelajaran menemui hambatan, hambatan tersebut antara lain:
Pada awal saya sanggat susah untuk berkomunikasi karna bahasa yang
kurang. Tapi teman-teman saya mengetahui kekurangan saya, dan mereka
membantu saya (Wawancara Narasumber 3, Asal negara Tomor Leste).
Saya merasa terkucilkan karena memang bahasa Indonesia saya kurang
lancar. Terkdang saya tidak tau apa yang dikatakan Dosen ataupun teman-
teman saya (Wawancara Narasumber 4, Asal negara Magarza).
4Arief Fadhillah, Taqwaddin, dan Nur Anisah, 2017, Adaptasi Mahasiswa Pattani di Banda Aceh
dalam Upaya Menghadapi Culture Shock (Studi pada Komunikasi Antar Budaya), Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 1, Nomor 1, hal.8
5
Dua kutipan di atas diketahui bahwa hambatan utama mahasiswa asing yang
belajar di UNS adalah hambatan bahasa. Hambatan bahasa menjadi penghalang
utama karena bahasa merupakan sarana utama terjadinya komunikasi. Gagasan,
pikiran, dan perasaan dapat diketahui maksudnya ketika disampaikan lewat
bahasa. Mahasiswa asing juga mengaku mengalami kesulitan pada awal
perkuliahan dalam menerima tugas dari dosen pengajar karena belum mengerti
sepenuhnya Bahasa Indonesia dan tidak terlalu dekat dengan mahasiswa Indonesia
lainnya. Namun setelah kuliah 3 tahun, Mahasiswa asing akhirnya mampu
berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswa Indonesia.
Kendala lainnya pada hambatan etnosentrisme, dengan kutipannya sebagai
berikut:
Sistem pembelajaran di sini dengan disana berbeda kalo disini banyak
tugas-tugas membuat paper, kalo disana banyak ujian, ujiannya tertulis.
Tugas jugas ada disana tapi tidak seperti ini. disana mungkin didalam satu
minggu ada 2-3 ujian. Kalo disini cuman tugas terus (Wawancara
Narasumber 4, Asal negara Magarza).
Perbedaan persepsi dalam peraturan pembelajaran membuat mahasiswa
menemui hambatan saat melakukan adaptasi komunikasi budaya. Seperti yang
dijelaskan oleh Dedy Trio Efendi5, bahwa penghambat etnosentrisme banyak
orang yang menganggap caranya melakukan persepsi terhadap hal-hal
disekelilingnya adalah satu-satunya yang paling tepat dan benar, padahal harus
disadari bahwa setiap orang memiliki sejarah masa lalunya sendiri sehingga apa
yang dianggapnya baik belum tentu sesuai dengan persepsi orang lain
Banyak hal yang bisa mempengaruhi bagaimana komunikasi itu dapat
dengan baik terjadi atau tidak, salah satunya adalah latar belakang budaya atau
suku bangsa. Saat proses adaptasi dengan lingkungan yang baru, salah satu
rintangan datang dari perbedaan budaya. Budaya dan komunikasi berinteraksi
secara erat dan dinamis. Sebagaimana Mulyana6 menyatakan bahwa inti dari
budaya adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi. Tetapi
5 Dedy Trio Efendi. Komunikasi Antar Budaya Etnis Jawa Dengan Etnis Banjar Di Desa Teluk
dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang. eJournal lmu Komunikasi, 2018, 6 (1): 83-97. 6Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012. Hal.
29.
6
pada gilirannya, ketika seseorang tidak mengenal budaya di tempat ia tinggal
dengan baik, maka akan terdapat hambatan-hambatan dalam proses adaptasinya
dengan lingkungannya yang baru. Banyak faktor yang mempengaruhi seberapa
baik seorang pendatang dalam beradaptasi,diantaranya, yaitu faktor usia, jenis
kelamin, tingkat persiapan, dan harapan.
Harapan mahasiswa asing untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan di
PT tidak selamanya berhasil. Sebagian mahasiswa dapat berkomunikasi dengan
lingkungan barunya dengan baik. Sebagian yang lain kesulitan untuk membangun
komunikasi dengan pihak yang lain. Kemampuan komunikasi dalam adaptasi ini
ikut mempengaruhi keberhasilan studi mahasiswa di perguruan tinggi. Tidak
semua mahasiswa berhasil melewati proses adaptasinya dengan baik. Pada satu
sisi, ada yang berhasil secara akademik, ada yang berhasil secara sosial, dan ada
yang berhasil pada keduanya. Sementara di sisi yang lain ada yang tidak berhasil,
bukan hanya secara akademik atau sosial, tetapi bahkan tidak berhasil pada kedua
sisi tersebut. Mahasiswa asing kemudian cenderung berhenti kuliah atau tidak
jelas keberadaannya dalam proses pendidikan musatkan diri pada mahasiswa
asing yang berhasil secara sosial, akademik, maupun keduanya dengan harapan
bisa menjadi pembelajaran bagi penyelenggara pendidikan tinggi maupun
mahasiswa yang berharap tidak gagal dalam proses pendidikannya di jenjang
sarjana tingkat satu.7
Strategi komunikasi adalah paduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan komunikasi.Budaya dan komunikasi
berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi, karena
budaya muncul melalui komunikasi. Akan tetapi pada gilirannya budaya yang
tercipta pun mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya bersangkutan.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda
7Fajar Iqbal, Komunikasi dalam Adaptasi Budaya (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Jurnal Komunikasi Profetik. 2014, Vol.
7, No. 2, Hal. 64.
7
budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi),
karena budaya tidak bersifat mutlak.8
Melalui keberagaman bangsa, budaya dan bahasa yang dibawa oleh setiap
mahasiswa asing, memungkinkan terjadinya bentuk komunikasi yang berbeda-
beda. Dalam hal ini, komunikasi tentu saja menjadi sangat penting bagi
kelansungan hubungan dan interaksi sosial diantara seluruh mahasiswa asing, baik
didalam maupun diluar kelas. Dimana, saat mahasiswa asing masuk ke dalam
suatu percakapan antarbudaya mahasiswa asing akan berhadapan dengan
perbedaan-perbedaan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa hambatan adaptasi komunikasi antar budaya mahasiswa asing dalam
mencapai keberhasilan pembelajaran di Universitas Sebelas Maret?
2. Bagaimanakah pelaksanaan strategi komunikasi dalam mengatasi hambatan
adaptasi komunikasi antar budaya mahasiswa asing guna mencapai
keberhasilan pembelajaran di Universitas Sebelas Maret?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Hambatan adaptasi komunikasi budaya mahasiswa asing untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran di Universitas Sebelas Maret.
2. Mengatasi hambatan dengan strategi komunikasi antar budaya mahasiswa
asing mencapai keberhasilan pembelajaran di Universitas Sebelas Maret.
Telaah Pustaka
1. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata
Latin communis yang berarti “sama”. Istilah pertama (communis) paling sering
8Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012. Hal
14
8
disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin
lainnya. Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas. Tanpa
komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunikasi didefinisikan secara luas
sebagai ”berbagai pengalaman.” Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat
dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian berbagai pengalaman.7
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang
lain dengan tujuan untuk merubah sikap, pendapat ataupun tingkah laku orang
tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Komunikasi dapat
juga diartikan sebagai proses pertukaran informasi oleh seseorang melalui proses
adaptasi dari dan kedalam sebuah sistem kehidupan manusia dan lingkungannya
yang dilakukan melalui simbol-simbol verbal maupun nonverbal yang dipahami
bersama.8Komunikasi merupakan suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain yang
pada gilirannya akan tiba saling pengertian.9
2. Strategi Adaptasi Komunikasi Antar Budaya
Rich dan Ogawa dalam Liliweri9 menjelaskan bahwa komunikasi antar
budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan,
misalnya antara suku bangsa, antar etnis dan ras, serta antar kelas sosial.
Strategi komunikasi merupakan cara perencanaan dalam komunikasi untuk
mencapai suatu tujuan komunikasi. Tujuan komunikasi dalam penelitian ini
komunikasi antar budaya mahasiswa asing dalam mencapai keberhasilan
pembelajaran di Universitas Sebelas Maret.
3. Hambatan dalam Komunikasi Antar Budaya dan Keberhasilan dalam
Pembelajaran
Hambatan komunikasi atau communication barrier adalah gejala yang
menjadi penghalang untuk komunikasi yang efektif, berikut ini beberapa hal yang
7Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012. Hal.
29. 8 Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Surakarta. Pustaka Pelajar. 2003.
9 Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. 2016. Hal. 18.
9 Liliweri, Op. Cit. Hal. 10
9
menghambatan komunikasi antar budaya10
: stereotip, prasangka, etnosentrisme,
keterasingan, dan ketidakpastian.
Secara garis besar faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
ada dua yaitu faktor mahasiswa pada minat belajar dan faktor lingkungan kampus
yang terdiri dari faktor dosen, materi dan kurikulum, sarana dan prasarana, serta
interkasi mahasiswa dengan dosen. Kampus sudah menjadi tempat para
mahasiswa berada dan melakukan aktivitas studinya. Dengan demikian
lingkungan kampus mempunyai peran penting terhadap keberhasilan
pembelajaran di Perguruan Tinggi.
4. Teori Akomodasi Komunikasi
Akomodasi menurut Richard11
sebagai kemampuan untuk menyesuaikan,
memodifikasi atau mengatur perilaku seseorang dalam responnya kepada orang
lain. Inti dari teori akomodasi ini adalah adaptasi. Teori akomodasi berpijak pada
premis bahwa ketika pembicara berinteraksi, mahasiswa asing menyesuaikan
pembicaraan, pola vokal atau tindak-tanduk mahasiswa asing untuk
mengakomodasi orang lain. Pembicara memiliki berbagai alasan untuk
mengakomodasi orang lain. Ketika dua orang sedang berkomunikasi, tiap individu
cenderung melakukan akomodasi untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya
menyesuaikan bahasa, aksen, bahasa tubuhnya sebagai respon komunikasi
terhadap lawan bicaranya. Mahasiswa asing dapat memilih melakukan
konvergensi, divergensi, atau mengakomodasi secara berlebihan
(overaccomodation).
10 Dedy Trio Efendi. Komunikasi Antar Budaya Etnis Jawa Dengan Etnis Banjar Di Desa Teluk
dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang. eJournal lmu Komunikasi, 2018, 6 (1): 83-97. 11
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Humanika. 2008, Hal. 217.
10
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Univeversitas
Sebelas Maret Angkatan Tahun 2017/2018 berjumlah 95 mahasiswa. Informan
yang dijadikan nara sumber penelitian dan diwawancarai oleh peneliti adalah: (1)
15 mahasiswa asing yang kuliah di UNS tahun angkatan 2017/2018. (2) Dosen
pengampu mahasiswa asing yang kuliah di UNS. (3) Mahasiswa lokal di UNS
tahun angkatan 2017/2018. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini akan
menggunakan beberapa metode yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
interaktif, yaitu bahwa ketiga komponen aktivitasnya berbentuk interaksi dengan
proses pengumpulan data berbagai proses siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap
bergerak di antara empat komponen analisis, yaitu data pengumpulan data
reduction (reduksi data), data display (sajian data) dan data conclusion drawing
(penarikan kesimpulan). Ketiga komponen tersebut akan berinteraksi dengan
proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam penelitian ini, penulis tetap
berada dalam lingkungan interaksi tersebut sampai pengumpulan data bergerak ke
reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan.38
Hal tersebut
berlangsung seperti siklus berikut ini.
Reduksi Data
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
Penyajian Data
Gambar
Bagan Siklus Model Analisis
38
Sutopo, H.B. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Pres. 2003
11
Pembahasan
Sesuai dengan data yang diperoleh melalui wawancara dengan 8 mahasiswa
asing, 2 mahasiswa lokal, dan dua dosen dan berdasarkan pada tujuan penelitian
yaitu (1) hambatan adaptasi komunikasi budaya mahasiswa asing untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran di UNS dan (2) solusi atau mengatasi hambatan
dengan strategi komunikasi antar budaya mahasiswa asing mencapai keberhasilan
pembelajaran di UNS, dengan pembahasannya, sebagai berikut:
1. Hambatan adaptasi komunikasi budaya mahasiswa asing untuk
mencapai keberhasilan pembelajaran di UNS
Hambatan komunikasi atau communication barrier adalah gejala yang
menjadi penghalang untuk komunikasi yang efektif, sesuai hasil temuan data dari
hasil wawancara dengan 11 nara sumber ada dua hambatan dalam komunikasi
antara budaya pada mahasiswa asing yang kuliah di UNS yaitu hambatan bahasa
dan persepsi.
Hambatan komunikasi antar budaya (1) Bahasa (Linguistic).
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)
dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau
penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan. (2) Persepsi
(Perceptual). Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki
persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga untuk mengartikan
sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.12
Komunikasi individu sendiri, menurut penulis juga turut mempengaruhi
individu dalam mengontrol perasaan ketidaknyamanannya (anxiety) dan
ketidakpastiannya (uncertainty) dalam berinteraksi dengan orang asing atau orang
yang berbeda budaya dengannya. Dengan memahami dan mengetahui tentang
budaya dan bahasa, tentu sebagian besar mahasiswa Indonesia dapat mengontrol
ketidaknyamanan dan ketidakpastian yang mereka rasakan ketika berkomunikasi
dengan penduduk lokal. Contohnya, mereka tidak perlu bingung dan merasa tidak
nyaman lagi karena mereka sudah mengetahui jika berkomunikasi dengan orang
12 Dedy Trio Efendi. Komunikasi Antar Budaya Etnis Jawa Dengan Etnis Banjar Di Desa Teluk
dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang. eJournal lmu Komunikasi, 2018, 6 (1): 83-97.
12
yang lebih tua di Jawa harus menggunakan bahasa yang formal, berbeda jika
berkomunikasi dengan orang yang seumuran atau lebih muda.
Hal tersebut sesuai pendapat Lusia13
vahwa bekomunikasi denga
penggunaan bahasa yang berbeda pada orang tua atau umur yang sama dapat
mengkategorikan seseorang dengan lebih spesifik, lebih memikirkan apa respon
perilaku yang tepat untuk orang tersebut, dan lebih menyadari bahwa orang lain
bisa memiliki perspektif yang berbeda.
2. Mengatasi hambatan dengan strategi komunikasi antar budaya
mahasiswa asing
Sesuai dengan temuan data dalam mengatasi hambatan komunikasi
mahasiswa dalam perkualihan ada dua yaitu dengan strategi prinsip-prinsip
komunikasi budaya dan Akomodasi Komunikasi.
a. Mengatasi Hambatan dengan Berdasarkan pada prinsip-prinsip komunikasi
budaya dan Akomodasi Komunikasi
Mahasiswa merupakan individu dimana setiap individu lahir di dunia tanpa
memiliki pemahaman apapun tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana
harus bertindak agar dapat diterima dalam masyarakat. Hal ini juga dialami oleh
mahasiswa asing yang masuk ke dalam lingkungan baru yaitu dunia perkuliahan.
Dalam setiap diri sesorang mempunyai pengalaman pribadi yang berbeda-beda,
itu terjadi karena faktor lingkungan dan keseharian ia bergaul dan pada saat ia
berkomunikasi dengan rekan sebaya atau rekan dimana tempat ia berkumpul
dalam suatu kelompok, sehingga secara tidak langsung akan membentuk dan
mempengaruhi dirinya.
Mahasiswa didefinisikan sebagai individu yang telah menyelesaikan
Sekolah Menengah Atas dan memasuki perguruan tinggi. Mahasiswa asing
didefinisikan warga negara asing yang mengikuti pendidikan pada perguruan
tinggi di Indonesia. Seseorang yang memasuki lingkungan baru memerlukan
adaptasi baik dengan lingkungan maupun budaya di tempat baru tersebut.
13
Lusia Savitri Setyo Utami, Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya Jurnal Komunikasi, Vol.
7, No. 2, 2015, Hal 180 – 197
13
Begitupun dengan mahasiswa asing yang datang ke Kota Surakarta, informan
harus beradaptasi dengan lingkungan serta budaya dimana informan tinggal, yang
secara jelas berbeda dengan budaya maupun lingkungan tempat asalnya.
Perbedaan muncul dalam komunikasi lintas budaya antara mahasiswa yang
memiliki budaya masing-masing (berlainan), yaitu mahasiswa asing dengan
budaya dari negara lein dengan mahasiswa lokal (Indonesia). Latar belakang
budaya yang berbeda juga memberi kontribusi dalam hal ini. “Seperti yang
dijelaskan Liliweri dalam komunikasi antarbudaya bahwa setiap individu
memiliki kepribadian, kebudayaan, dan persepsi masing-masing. Maka dari
itu, saat berinteraksi muncul perbedaan yang dapat memicu kegelisahan/
kecemasan (anxiety) dan ketidakpastian (uncertainty)”.14
Perbedaan budaya menyebabkan mahasiswa asing saat pertama kali datang
ke sini dan mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya cenderung mengalami
hambatan yang tidak terhindarkan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan bahasa,
dialek, perbedaan persepsi yang dapat menyebabkan keterkejutan seseorang ketika
menyesuaikan diri. Komunikasi yang efektif dengan orang-orang yang memiliki
latar belakang budaya yang berbeda selalu memunculkan ketidakpastian dan
kecemasan dalam diri seseorang.
Dalam proses adaptasi, komunikasi merupakan aspek penting. Adaptasi
sosial budaya merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan
proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Penyesuaian diri mahasiswa pendatang akan sangat dibutuhkan untuk
membangun proses adaptasi dengan lingkungannya yang baru dalam menunjang
prestasi akademik maupun kehidupan sosialnya. Penyesuaian diri dapat meliputi
aspek budaya, lingkungan, hingga tata cara berperilaku dalam kehidupan sehari-
hari sehingga ia dapat diterima di dalam lingkungannya yang baru.
Banyak hal yang bisa mempengaruhi bagaimana komunikasi itu dapat
dengan mulus terjadi atau tidak, salah satunya adalah latar belakang budaya atau
suku bangsa. Saat proses adaptasi dengan lingkungan yang baru, salah satu
rintangan datang dari perbedaan budaya. Budaya dan komunikasi berinteraksi
secara erat dan dinamis.
14
Liliweri, 2009:32
14
Inti dari budaya adalah komunikasi, karena budaya muncul
melalui komunikasi. Tetapi pada gilirannya, ketika seseorang
tidak mengenal budaya di tempat ia tinggal dengan baik, maka
akan terdapat hambatan-hambatan dalam proses adaptasinya
dengan lingkungannya yang baru. Banyak faktor yang
mempengaruhi seberapa baik seorang pendatang dalam
beradaptasi. Diantaranya, yaitu faktor usia, jenis kelamin, tingkat
persiapan, dan harapan.15
Perbedaan budaya dalam bentuk komunikasi yang bersifat universal adalah
bahasa, sistem symbol, sikap, dan hubungan sosial. Dalam menghadapi perbedaan
budaya tersebut setiap individu harus memahami dan menempatkan dirinya bukan
pada konsep budayanya dalam melihat dan menilai budaya orang lain. Namun,
pemahaman dan saling pengertian antarbudaya dapat menciptakan keharmonisan
budaya. Perbedaan budaya tersebut juga menjadi pokok masukan beradaptasi
dalam lintas budaya.
Saat mahasiswa asing ini berkomunikasi dan berinteraksi, pasti akan terjadi
proses interaksi lintas budaya dengan mahasiswa lokal yang berbeda latar
belakang kebudayaan. Dalam interaksi tersebut dapat muncul perbedaan-
perbedaan yang meliputi bahasa, sikap dan persepsi, yang semuanya itu sangat
menentukan pola-pola komunikasi lintas budaya. Terkait kendala bahasa, Herper
(dalam Samovar, Porter dan McDaniel, 2010:480) menyebutkan bahwa
keterbatasan bahasa merupakan budaya efektif, dimana kurangnya pengetahuan
berkaitan mengenai cara berbicara kelompok tertentu.
Pada dasarnya komunikasi antarbudaya adalah komunikasi biasa, yang
menjadi perbedaannya adalah orang-orang yang terlibat dalam komunikasi
tersebut berbeda dalam hal latar belakang budayanya. Komunikasi adalah sebuah
proses, karena komunikasi itu dinamik, selalu berlangsung dan sering berubah-
ubah. Sebuah proses terdiri dari beberapa sekuen yang dapat dibedakan namun
tidak dapat dipisahkan. Semua sekuen berkaitan satu sama lain meskipun dia
selalu berubah-ubah. Jadi pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama
15
Mulyana (2004: 14)
15
dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang interaktif dan
transaksional serta dinamis.16
Proses yang interaktif dan transaksional serta dinamis dalam adaptasi anta
budaya dapat berjalan lancer dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang
dikemukan oleh Marhaeni Fajar17
menjelaskan bahwa prinsip-prinsip komunikasi
antarbudaya terdiri dari relativitas bahasa, bahasa sebagai cermin budaya,
mengurangi ketidak-pastian, kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya, interaksi
awal dan perbedaan antarbudaya, dan memaksimalkan hasil interaksi.
Keenam prinsip tersebut menimbulkan komunikasi transaksional meliputi
tiga unsur penting yakni; (1) keterlibatan emosional yang tinggi, yang
berlangsung terus menerus dan berkesinambungan atas pertukaran pesan; (2)
peristiwa komunikasi meliputi seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, kini
dan yang akan datang; dan (3) partisipan dalam komunikasi antarbudaya
menjalankan peran tertentu. Baik komunikasi interaktif maupun transaksional
mengalami proses yang bersifat dinamis, karena proses tersebut berlangsung
dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah
berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Karena proses komunikasi yang
dilakukan merupakan komunikasi antarbudaya maka kebudayaan merupakan
dinamisator atau “penghidup” bagi proses komunikasi tersebut.18
b. Akomudasi komunikasi
Sesuai pendapat Richard19
bahwa akomodasi komunikasi terdiri dari
konvergensi, divergensi dan akomodasi berlebih.
1) Konvergensi sebagai strategi di mana individu beradaptasi terhadap perilaku
komunikatif satu sama lain. Konvergensi merupakan proses yang selektif,
tidak selalu memilih konvergen dengan orang lain.
2) Divergensi adalah strategi yang digunakan untuk menonjolkan perbedaan
masing-masing konunikator baik dari segi verbal maupun nonverbal.
16
Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.
24. 17
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori & Praktek (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 301. 18
Alo Liliweri, Op.Cit. 19
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Humanika. 2008, Hal. 217.
16
3) akomodasi berlebihan atau miskomunikasi dengan tujuan. Akomodasi
berlebihan adalah “label” yang diberikan kepada pembicara yang dianggap
pendengar terlalu berlebihan.
Teori akomodasi komunikasi dalam penelitian ini dipergunakan untuk
keberhasilan pembelajaran. Sesuai dengan tiga teori akomodasi komunikasi yaitu
konvergensi, divergensi, dan akomodasi berlebih dalam keberhasilan
pembelajaran yaitu: (1) ketika mahasiswa asing melakukan konvergensi,
mahasiswa asing bergantung pada persepsinya mengenai tuturan atau perilaku
mahasiswa lokal yang diajak berkomunikasi atas dasar ketertarikan. Mahasiswa
asing yang ingin berhasil dalam pembelajaran memiliki persepsi positif pada
mahasiswa lokal mengenai materi pembelajaran dengan persepsinya bahwa
mahasiswa memiliki kemampuan pada materi, sehingga saat mahasiswa asing
melakukan komunikasi untuk bertanya tentang materi yang belum dapat
dipahami, mahasiswa tersebut mendapat penjelasan sesuai materi perkulihan yang
diinginkan
Kedua (2) teori divergensi yaitu strategi yang digunakan untuk menonjolkan
perbedaan verbal dan nonverbal di antara para komuniktaor. Divergensi terjadi
ketika tidak terdapat usaha untuk menunjukkan persamaan antara para pembicara.
Maksudnya, antara mahasiswa asing dan mahasiswa lokal atau melakukan
komunikasi dengan dosen terdapat persamaan dalam pesan atau isi pembicaraan.
Hal ini dapat terjadi setelah dosen memberikan materi dan bertanya pada
mahasiswa asing mengenai ini dari pembelajaran yang telah dilakukan,
mahasiswa mampu menjawabnya.
Ketiga (3) teori akomodasi berlebihan dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu
akomodasi berlebihan sensoris, akomodasi berlebihan ketergantungan, dan
akomodasi berlebihan intergroup. dalam keberhasilan pembelajaran, teori
akomodasi berlebih perlu dihindari oleh mahasiswa asing, sebab dapat berdampak
buruk bagi mahasiswa asing tersebut. Misalnya, mahasiswa asing menerima
sensoris materi pelajaran yang berlebih secara nonverbal dapat membuat
mahasiswa dapat menerima materi menjadi bias atau kesalahan dalam
mamehamai materi. Mahasiswa berlebih yang berdampak pada ketergantungan,
17
maksudnya mahasiswa asing tersebut bersikap pasif saat saat dosen memberikan
materi pelajaran dan cenderung bergantung pada kemampuan temannya yang
mampu memahami materi. Akibatnya, mahasiswa asing tersebut akan bergantung
pada temannya yang dapat menghambat proses pembelajaran. Akomodasi
berlebihan intergroup, mahasiswa asing cenderung tergantung pada kelompoknya
saat mengerjakan tugas-tugas dari dosen, mahasiswa asing kurang mandiri dalam
pembelajarannya.
Selain itu informan pun harus bisa berinteraksi dengan orang-orang yang
ada di lingkungan tersebut agar proses adaptasi dapat berjalan dengan baik. Bila
pendatang ingin hidup survive di tempat yang baru, biasanya informan akan
beradaptasi dengan lingkungan tempat informan berada.
Dalam hal ini pula tentunya mahasiswa asing dalam berinteraksi atau
melakukan adaptasi komunikasi pribadi dengan teman-temannya mahasiswa
lokal, dosen, dan lingkungannya. Saat proses interaksi dilakukan sering mendapat
berbagai hambatan. Salah satu contoh hambatan interaksi dilingkungan adalah
perbedaan budaya dan bahasa sehingga sering terjadinya perbedaan persepsi dan
menimbulkan kesulitan bagi mahasiswa asing yang berada di UNS.
Proses akomodasi komunikasi mahasiswa asing sebagai informan
berinteraksi dengan sesama mahasiswa lokal. Informan berbicara menggunakan
bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris dengan mahasiswa lokal pada saat
dikampus dan ditempat-tempat tertentu. Namun sering juga terdapat kendala-
kendala saat berinteraksi dengan mahasiswa lokal. Di Indonesia banyak
mahasiswa asing, yang tinggal diberbagai kota-kota besar untuk menuntut ilmu.
Alasan informan berkuliah di Indonesia cukup beragam, mulai dari beasiswa,
kualitas universitas yang akan dimasuki atau sekedar mencari pengalaman baru.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa para mahasiswa dan mahasiswi
asing secara aktif melakukan interaksi sosial untuk menyesuaikan diri. Hal ini
sesuai dengan teori interaksionisme simbolik yang dikemukakan oleh Mufid20
bahwa interaksionisme simbolik dapat didefinisikan sebagai cara individu dalam
menginterpretasikan dan memberi makna pada lingkungan disekitarnya melalui
20
Mufid (2009: 149-150
18
cara berintekrasi dengan orang lain. Teori ini berfokus pada cara individu
beriteraksi melalui simbol-simbol yang berupa kata, gerak tubuh, peraturan,
norma, dan peran.
Hal ini menunjukan bahawa untuk mencapai suatu keseimbangan sosial,
individu tidak bisa bersifat pasif, melainkan harus berperan aktif untuk dapat
bertahan dalam suatu lingkungan social yang baru. Informan sebagai individu
sosial dituntut untuk dapat menjalin interaksi sosial agar dapat mengubah kondisi
sosial tersebut. Intensitas dan kualitas interaksi informan menjadi faktor penting
untuk melihat sejauh mana perubahan kondisi social yang dihadapi informan.
Faktor-faktor ini kemudian diperkuat dengan adanya interaksi diantaranya.
Usaha-usaha yang informan lakukan adalah suatu bentuk akomodasi yang
tujuannya untuk mengakomodir lawan bicara yang berbeda budayanya.
Akomodasi komunikasi antarbudaya sering terjadi ketika seseorang yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda melakukan interaksi verbal dan
nonverbal, serta melakukan strategi akomodasi didalamnya. Kemampuan
mahasiswa asing berinteraksi dengan mahasiswa Indonesia tidak selalu lancar
dikarenakan perbedaan dari segi bahasa, perilaku verbal dan nonverbal. Sehingga
mau tidak mau agar komunikasi tersebut bisa berjalan dengan efektif, maka salah
satunya harus melakukan akomodasi.
Menurut Agustina21
mengemukakan bahwa kampus sudah menjadi tempat
para mahasiswa berada dan berkecimpung sehari-hari dalam aktivitas studinya.
Dengan demikian lingkungan kampus mempunyai peran penting terhadap
keberhasilan prestasi belajar mahasiswa. Faktor-faktor kualitas pribadi dosen,
metode dosen dalam mengajar, kesesuaian kurikulum, sarana dan fasilitas yang
tersedia, teman bergaul, interaksi antar mahasiswa dengan dosen, peraturan yang
ada dan sebagainya. Semua itu turut mempengaruhi prestasi belajar.
Salah satu cara mengatasi hambatan dalam pembelajaran adalah
menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa cara yang dilakukan oleh mahasiswa asing untuk mengatasi hambatan
dalam adaptasi komunikasi dalam pembelajaran guna meningakatkan keberhasilan
21
Agustina, 2016
19
dalam belajar, yang utama mahasiswa melakukan perbaikan dalam penggunaan
bahasa Indonesia. Alasan mahasiswa asing memperbaiki kemampuan dalam
bahasa Indonesia, karena dengan menguasasi bahasa Indonesia akan memudahkan
mahasiswa asing dalam menerima materi dari dosen dan melakukan diskusi
dengan mahasiswa lokal saat mengerjakan tugas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian strategi adaptasi komunikasi antar budaya
mahasiswa asing dalam mencapai keberhasilan pembelajaran di UNS diperoleh
kesimpulan, sebagai berikut:
Hambatan komunikasi antar budaya (1) Bahasa, mahasiswa asing yang
kuliah di UNS mengalami kesulitan memahami materi perkuliahan, karena dosen
atau mahasiswa lebih sering menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.
Mahasiswa asing yang belum menguasai menggunakan bahasa Indonesia atau
bahasa Jawa berdampak pada pemahaman materi kurang optimal. (2) Persepsi,
jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang
berbeda-beda mengenai suatu hal, dalam hal ini ditemukan perbedaan persepsi
bahasa asing dalam pelaksanaan dan sistem penilaian hasil kuliah.
Prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya terdiri dari enam prinsip, yaitu: (1)
relativitas bahasa, mahasiswa asing yang memiliki bahasa yang berbeda dengan
bahasa Indonesia berusaha untuk belajar menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku, karakteristik
bahasa mempengaruhi proses kognitif. (2) bahasa sebagai cermin budaya
berkaitan dengan logat dan penggunaan bahasa yang digunakan mahasiswa asing.
(3) mengurangi ketidak-pastian, mahasiswa asing berusaha untuk memperoleh
kepastian dalam memahami materi dengan cara belajar dari teman, dosen, atau
menggunakan media internet. (4) kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya,
mahasiswa asing menyadari bahwa budaya yang dibawa dengan budaya di
Indonesia. Untuk itu, mahasiswa asing berusaha melakukan penyesuaian diri
dengan lingkungan kampus UNS. (5) interaksi awal dan perbedaan antarbudaya,
mahasiswa asing awalnya mengalami kesulitan dalam melakukan adaptasi
20
komunikasi antarbudaya, dengan berjalannya waktu dan kebiasaan yang dilakukan
mahasiswa asing mampu melakukan adaptasi tanpa menguarangi budaya yang
dimiliki. (6) memaksimalkan hasil interaksi, mahasiswa asing dalam
memaksimalkan interaksi mendapat bantuan dari dosen, teman kuliah dan diri
sendiri berusaha dengan memanfaatkan media internet.
Mahasiswa asing untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan di kampus
melakukan akomodasi komunikasi dengan mahasiswa lokal bersifat pasif dan
aktif. Artinya, mahasiswa asing tidak melakukan usaha, mahasiswa lokal yang
datang untuk melakukan komunikasi. Adaptasi mahasiswa bersikap aktif
mendatangi sesama mahasiswa asing atau mahasiswa lokal untuk mmelakukan
komunikasi dan untuk berbagai pengalaman dan belajar berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia.
21
Daftar Pustaka
Cangara, Hafied. (2016). Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Efendi, Dedy Trio. (2018). Komunikasi Antar Budaya Etnis Jawa dengan Etnis
Banjar Di Desa Teluk dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang,
eJournal lmu Komunikasi, 6 (1): 83-97.
Fadhillah, Arief. (2017). Adaptasi Mahasiswa Pattani di Banda Aceh dalam
Upaya Menghadapi Culture Shock (Studi pada Komunikasi Antar
Budaya). JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. №. 1, Hal. 1-14
Fajar, Marhaeni . (2019). Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Iqbal, Fajar. (2014). Komunikasi dalam Adaptasi Budaya (Studi Deskriptif pada
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta). Jurnal Komunikasi Profetik. Vol. 7, No. 2, Hal. 64.
Liliweri, Alo. (2003). Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Surakarta. Pustaka
Pelajar
Mulyana, Deddy. (2012). Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwiyanti, Y., Suwandi, S., dan Andayani. (2017). Strategi Komunikasi
Pemelajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) Asal Filipina
Communication Strategy of Indonesian for Foreign Speaker Students
from The Philippines. Ranah, 6 (2), 160—179.
Rizalfani. (2017). Perguruan Tinggi Indonesia Diminati Mahasiswa Asing,
https://ristekdikti.go.id/perguruan-tinggi-indonesia-diminati-mahasiswa-
asing-2/
Sutopo, H.B. Metode Penelitian Kualitatif. 2003. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret Pres.
Turner, Richard West dan Lynn H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Utami, Lusia Savitri Setyo. (2015). Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya. Jurnal
Komunikasi. Vol. 7, No. 2, Hal 185.