skripsi perawat manajemen

59
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia (Depkes RI, 2004). Guna mewujudkan hal tersebut, pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi Indonesia sehat 2010”, yaitu masa depan di mana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, pendudukannya berprilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2004).

Upload: reiza-indra

Post on 09-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsi perawat manajemen

TRANSCRIPT

BAB 1

1PAGE 6

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia (Depkes RI, 2004). Guna mewujudkan hal tersebut, pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi Indonesia sehat 2010, yaitu masa depan di mana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, pendudukannya berprilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2004). Demam dengue atau belakangan disebut demam berdarah dengue (untuk selanjutnya, sering disebut singkatannya saja : DBD) sesunguhnya bukan penyakit baru. Entah kebetulan atau tidak terjadinya letusan penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh David Bylon di Batavia dan di Kairo (mesir) pada 1779. Pada waktu itu, penyakit demam dengue di kenal dengan sebutan penyakit demam lima hari, karena demam berlangsung rata-rata lima hari diikuti dengan nyeri tulang ditambah gejala-gejala demam lain (Surtiretna, 2008). Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang menyerang bagian utama dari sistem transportasi dalam tubuh manusia, yakni darah. Bagian darah yang diserang oleh penyakit ini yaitu keping-keping darah atau trombosit. Akibat dari serangan penyakit ini kadar trombosit dalam darah menurun drastis. Darah lebih pekat dan mengental karena kehilangan cairan, akibat selanjutnya terjadi kematian. Penyakit yang di Indonesia belakangan sangat sering menjadi Kejadian Luar Biasa dan dapat menyebabkan kematian (Soeroso, 1995). Kemudian setelah itu dilaporkan terjadi di Negara-negara lain seperti Thailand (di ibukotanya Bangkok). Selama tiga dekade berikutnya, DBD ditemukan di Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, dan beberapa Negara kepulauan dikawasan pasifik (Surtiretna, 2008). Di Indonesia, DBD pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya pada 1968 dan di Jakarta pada 1969. Ketika itu penyakit DBD menyerang 58 orang dan 24 di antaranya meninggal. Pada januari hingga 9 mei 1998, DBD telah menyerang 27 provinsi di Indonesia, sehingga membuat 34.167 orang jatuh sakit serta menewaskan 799 orang (Sumber Ditjen PPM dan PLP Depkes RT). Enam tahun kemudian pada tahun 2004, dalam waktu kurang dari dua bulan, 16 provinsi di Indonesia terjangkit wabah DBD. Tercatat sejumlah 9.703 orang penduduk jatuh sakit dengan angka kematian sebanyak 191 orang. Departemen kesehatan kemudian menggolongkan kenyataan gawat ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada awal 2005, wabah DBD meningkat pesat di beberapa daerah di Indonesia. Karena itu, pemerintah akhirnya menetapkan wabah DBD di Jawa Barat dan di DKI Jakarta sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Di Jakarta sampai tanggal 7 februari 2005, tercatat 1563 orang telah terserang DBD dengan 15 orang meninggal dunia. Menurut kepala Subdirektorat Arbovirosis dirjen pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dapertemen kesehatan RI, pada akhir 2006 dan awal 2007, penyakit DBD lebih luas daripada tahun sebelumnya di Indonesia. Selain itu, diinformasikan pula bahwa sepanjang bulan januari 2007, tercatat sudah 98 orang meninggal diseluruh Indonesia (Kompas, 31 januari 2007).Tabel 1.1 Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram tahun 2008-2010

No.PuskesmasTahunTotalPersentase (%)

200820092010

1.Ampenan 3514320938711

2.Tanjung Karang 6118826451315

3.Karang Pule19951612758

4.Mataram8317815141212

5.Pagesangan 8928035272121

6.Cakranegara 7010619637211

7.Karang Taliwang6114128048214

8.Dasan Cermen155111818405

Jumlah 433118116813346100

Sumber : Bagian P2PPL Dinas Kesehatan Kota Mataram Tahun2008-2010Tabel 1.2 Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Pagesangan Tahun 2008-2010

No.Kelurahan Tahun

2008Tahun 2009Tahun 2010Total(%)

1.Pagesangan Induk211006418523,83

2.Pagesangan Barat8646607,74

3.Pagesangan Timur42667818624

4.Mataram Timur26385612015,48

5.Dasan Agung Baru81225455,80

6.Dasan Agung131628577,35

7.Pejanggik27425312215,74

Jumlah 145280350775100

Sumber : Bagian P2PPL Dinas Kesehatan Kota Mataram Tahun 2008-2010Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa masalah penelitiannya adalah angka kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) diwilayah kerja puskesmas pagesangan yaitu menduduki ringking pertama selama 3 tahun berturut-turut dengan jumlah 89, 280 dan 352 kasus. Demikian halnya dengan yang ada di Puskesmas Pagesangan yang sekarang terdiri dari tujuh Kelurahan dengan jumlah penderita DBD yang terus meningkat setiap tahunnya selama tiga tahun terakhir ini yang berada di Kelurahan Pagesangan timur sebanyak 42, 66 dan 78 kasus dengan total persentase kejadian sebesar 24% dari keseluruhan kasus yang ada (Data Dinas Kesehatan Kota Mataram). Berdasarkan data diatas kita dapat melihat bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit. Hasil survei awal yang dilakukan di Puskesmas Pagesangan oleh peneliti diperoleh data kasus kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) per Januari-Desember Tahun 2010 sebanyak 352 kasus dan pada daerah Pagesangan Timur sendiri terdata sebanyak 31 kasus, sedangkan di pemukiman penduduk sendiri ditemukan data bahwa lingkungan di sekitar tempat tinggal penduduk terdapat banyak genangan air yang tidak terpakai diantaranya adalah air got yang terlihat kotor dan terdapat banyak jentik nyamuk, ban bekas, kaleng minuman dan cat yang berserakan serta halaman rumah yang terlalu rindang dan pencahayaan matahari yang kurang, hal ini sangat mendukung dari perkembangan nyamuk Aedes Aegypti itu sendiri.Beberapa keluarga yang di wawancara oleh peneliti di Rumah salah satu warga yang bertempat tinggal dilingkungan Pagesangan timur mengatakan bahwa lingkungan tempat tinggalnya memang sudah seperti itu, terlebih lagi di musim hujan kondisi lingkungan bisa menjadi lebih buruk terutama meningkatnya daerah yang digenangi oleh air dan sampah yang berserakan. Selain itu, beberapa kepala keluarga juga mengatakan bahwa mereka tidak mampu membedakan antara penyakit demam yang biasa dengan penyakit demam yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Dari ketua RT/RW setempat telah ditetapkan bahwa setiap hari minggu warga mengadakan kegiatan kerja bakti untuk membersikan lingkungan tempat tinggal mereka, akan tetapi beberapa warga mengatakan bahwa proses kegiatan ini tidak efektif karena banyak warga yang tidak berkesempatan untuk melakukan kegiatan tersebut dengan alasan tidak ada waktu atau sibuk bekerja. Hal ini menjadi menarik dimana salah satu cara yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk DBD adalah dengan mengenal masalah kesehatan yang ada di keluarga sehingga keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah dan sekitar dengan tujuan menekan angka kesakitan dalam keluarga dan menaikkan derajat kesehatan keluarga. Kurangnya sikap masyarakat khusus keluarga yang bertempat tinggal di lingkungan pagesangan timur dan merujuk pada data tabel 1.2 menunjukan data bahwa prilaku masyarakat yang kurang dapat berdampak buruk bagi kehidupan terutama dalam bidang kesehatan, sosial, budaya, dan ekonomi seperti menurunnya produktifitas kerja, terhambat kegiatan sehari-hari, bertambahnya biaya untuk perawatan, penyembuhan dan berubahnya peran dalam keluarga, selain itu komplikasi yang disebabkan dapat menyebabkan kematian. Menurut teori Notoadmojo (1993), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah sangat memungkinkan, data hasil study awal yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa tingkat pendidikan rata-rata terbanyak dilingkungan pagesangan timur, data tersebut menunjukan bahwa pengetahuan keluarga tentang pemberantasan sarang nyamuk DBD baik, tetapi baiknya pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga tidak berarti bahwa perilaku pemberantasan sarang nyamuk DBD menjadi baik. Hal ini terlihat dari beberapa warga yang disampaikan oleh keluarga yang bertempat tinggal dilingkungan pagesangan timur yang menyatakan bahwa kurang baiknya pemberantasan sarang nyamuk DBD karena masyarakat disekitar terlalu disibukkan oleh pekerjaannya, sedangkan dari sikap masyarakat sendiri yang masih menganggap remeh penyakit DBD seperti yang disampaikan oleh salah satu warga yang sempat diwawancara oleh peneliti bahwa penyakit DBD hanya penyakit musim hujan sehingga meningkat penyakit ini cukup diwaspadai saat musim penghujan. Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang "Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan keluarga memberantasan sarang nyamuk DBD Dikelurahan Pagesangan Timur Wilayah Kerja Puskesmas Pagesangan".1.2 Identifikasi MasalahDari latar belakang tersebut diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Wilayah kerja Puskesmas Pagesangan yang merupakan daerah endemik DBD menduduki rengking pertama dari seluruh Puskesmas yang ada di wilayah Kota Mataram. Demikian halnya dengan yang ada di Puskesmas Pagesangan yang sekarang terdiri dari tujuh Kelurahan dengan jumlah penderita DBD yang terus meningkat setiap tahunnya selama tiga tahun terakhir ini yang berada di Kelurahan Pagesangan Timur2. Tingginya kasus DBD berdampak buruk bagi kehidupan terutama dalam bidang kesehatan, sosial, budaya, dan ekonomi seperti menurunnya produktifitas kerja, terhambat kegiatan sehari-hari, bertambahnya biaya untuk perawatan, penyembuhan dan berubahnya peran dalam keluarga, selain itu komplikasi yang disebabkan dapat menyebabkan kematian.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan, kami dapat membatasi masalah pada pengetahuan dan sikap keluarga tentang Pemberantasan sarang nyamuk DBD sedangkan tindakan Pemberantasan sarang nyamuk DBD mencakup praktek atau tindakan keluarga dalam Pemberantasan sarang nyamuk DBD yang meliputi kegiatan 3 M diwilayah kelurahan pagesangan.1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dilakukan, maka rumusan masalahnya adalah : Apakah Ada Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan keluarga memberantasan sarang nyamuk DBD Dikelurahan Pagesangan Timur Wilayah Kerja Puskesmas Pagesangan?.1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian a. Tujuan UmumMengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan keluarga memberantasan sarang nyamuk DBD Dikelurahan Pagesangan Timur Wilayah Kerja Puskesmas Pagesangan. b. Tujuan Khusus 1) Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang Pemberantasan sarang nyamuk DBD. 2) Mengidentifikasi sikap keluarga tentang Pemberantasan sarang nyamuk DBD.

3) Mengidentifikasi tindakan Pemberantasan sarang nyamuk DBD keluarga.

4) Menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan keluarga memberantasan sarang nyamuk DBD Dikelurahan Pagesangan Timur Wilayah Kerja Puskesmas Pagesangan.1.5.2 Manfaat Penelitian

a. Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk mengevaluasi, perencanaan dan penanggulangan penyakit DBD kaitannya dengan pemberantasan sarang nyamuk DBD. b. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memotivasi masyarakat agar melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD secara rutin. c. Bagi penelitian lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam Pemberantasan sarang nyamuk DBD dan sebagai masukan bagi penelitian lebih lanjut.d. Bagi institusi pendidikan Adanya hasil penelitian ini dapat melengkapi konsep keperawatan dalam pendidikan, pentingnya pengetahuan masyarakat dalam mencegah penyebaran dan penyakit DBD.e. Bagi penelitiHasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penyakit DBD dan cara mencegah atau menanggulangi, selain itu juga membantu dalam hal penerapan riset keperawatan.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 1993).2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

2. Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

2.1.3 Tingkat pengetahuan di dalam kognitif

Menurut Notoamodjo, 2003 pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu adalah sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, tahu disini merupakan tingkat pengetahuan apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami adalah suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras).

3. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi reall (sebelumnya). Aplikasi disini dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada setuasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sentesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evalution)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan aktifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek penilaian tersebut berdasarkan kriteria yang sudah ada.

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dbuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue (Azwar S. 2000). Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoamodjo, 1997).

2.2.2 Komponen pokok sikap

Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yakni :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek.

c. Kecendrungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindakan atau berprilaku terbuka.

Sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : a. Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang atau subjek maupun menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan tertahapan pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, bahkan mengajak atau mempengaruhi, menganjurkan orang lain merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinan (Notoadmojo,2003).

2.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung, antara lain fasilitas, dukungan, dan lain-lain. Beberapa tingkatan praktek dalam domain praktek :

1. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respon terpimpn (Guide Response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dengan contoh. 3. Mekanisme (Mecanism), subjek telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.2.4 Konsep Prilaku

a. Definisi Perilaku

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung , maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). b. Jenis-Jenis Perilaku :

Jenis perilaku dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yakni :

1. Perilaku Tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaraan. Dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unobservable behavior.

2. Perilaku Terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek (practice) (Notoatmodjo,S.2003).c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain sebagai berikut :

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposisi Factors)

Faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (Enambling Factors)

Faktor ini mencakup : ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, poliklinik, posyandu, polindes, dokter atau bidan praktik swasta dan sebagainya.

3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilau tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003 ).2.5 Keluarga2.5.1 Pengertian Keluarga

Menurut (Friedmen, 1998) dalam Suprajitno (2004) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Menurut Depkes RI (dalam Effendy, 1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga yang tinggal bersama dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2.5.2 Tipe Keluarga

Menurut Suprajitno (2004) pembagian tipe keluarga tergantung pada konteks keilmuan dan orang mengelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).

Namun dengan berkembang peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, maka pengelompokan tipe keluarga selain kedua tipe diatas berkembang menjadi :

1. Keluarga bentukan kembali (Dyalic Family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya.

2. Orang tua tunggal (Single Parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasanganya.

3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother).

4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The Single Adult Living Alone).

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family).

6. Keluarga yang terbentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Gay and Lesbian Family).2.5.3 Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Effendy, 1998).

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagi pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sehingga pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya.

3. Peran anak : anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.Tipe keluarga Indonesia pada umumnya menganut tipe keluarga besar (Extended family), karena masyarakat Indonesia yang tediri dari berbagai suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.2.5.4 Fungsi Keluarga

Menurut Friedmen 1998 dalam (Suprajitno, 2004) secara umum fungsi keluarga adalah :

1. Fungsi afektif (The affective function) adalah fungsi keluarga untuk mengajarkan segala sesuatu mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

2. Fungsi sosialiasasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.

3. Fungsi reproduksi (The reprofuctive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi (The economic function) adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (The health care function) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Dari berbagai fungsi diatas ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya yaitu:

1. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh sesuai usia dan kebutuhannya.

2. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu diperhatikan,sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, social dan spiritual.

3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

2.5.5 Tugas Keluarga Dalam Mengatasi Masalah Kesehatan

Tugas keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan menurut Bailon dan Maglaya (1987), (dalam Suprajitno, 2004) yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Tugas keluarga dalam mengenal masalah kesehatan dengan salah satu anggota keluarga yang pernah menderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu :

a. Keluarga dapat mengetahui pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD).

b. Keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue (DBD).

c. Keluarga dapat mengetahui penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).

d. Keluarga dapat membedakan nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan nyamuk penyebab penyakit lainnya.

e. Keluarga dapat menyebutkan beberapa cara untuk mencegah terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

f. Keluarga dapat mengetahui akibat lanjut dari Demam Berdarah Dengue (DBD).

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga yang akan diambil.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atu perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. Tugas keluarga ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi fisik, biopsiko dan spiritual keluarga. Dengan adanya kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan dapat membantu proses penyembuhan keluarga yang sedang sakit, menekan angka kesakitan anggota keluarga yang sedang sakit dan yang sedang tidak sakit, menaikkan derajat kesehatan keluarga serta mengurangi resiko kekambuhan dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Tugas keluarga pada kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan keluarga yaitu :

a. Penyediaan sarana kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan misalnya penyediaan tempat sampah.

b. Pengelolaan sarana yang diadakan agar tetap terjamin dan terpelihara sehingga tidak menjadi perindukan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) misalnya memelihara parit dengan tidak membuang sampah kedalamnya.

c. Pemantauan dan pengawasan lingkungan rumah tangga dan halaman erat seperti pemberian saran untuk tidak membuang sampah sembarangan pada semua anggota keluarga dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).

d. Menguras bak mandi atau penampungan air satu kali seminggu.

e. Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

f. Menutup rapat tempat penampungan air.

g. Mengubur kaleng bekas, botol-botol, ban, plastik, kulit kerang, bekas pembungkus makanan yang ada disekitar rumah.

h. Menggunakan kelambu atau gunakan kipas angin di kamar tidur karena nyamuk pada umumnya tidak suka di lingkungan berangin.

i. Singkirkan pakaian yang tergantung didalam kamar, karena nyamuk Aedes Aegypti senang berada ditempat gelap dan istirahat dipakaian yang bergantungan (Maironah, 2005).

2.5.6 Faktor Yang Mempengaruhi 5 Tugas Keluarga

1. Pendidikan

Pendidikan kesehatan pada hakekatnya suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, keluarga atau individu. Dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut masyarakat, keluaraga atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, artinya pengetahuan tersebut dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat perubahan perilaku kesehatan (Notoadmodjo, 2003).

Tingkat pendidikan yang rendah merupakan masalah yang besar bagi keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan.2. Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya masalah dalam keluarga misalnya kurang memperhatikan kesehatan keluarga hal ini disebabkan karena keluarga sibuk dengan pekerjaan atau penghasilan untuk membiayai kehidupan keluarga. Dalam kondisis ini sangat penting tugas dalam perawatan kesehatan anggota keluarga (Friedman, (1998) dalam Suprajitno, 2004).

3. Pendapatan keluarga

Penelitian yang sering dilakukan adalah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan keluarga untuk melaksanakan tugas kesehatan disebabkan karena tidak mampu membiayai perawatan, transportasi, fasilitas pelayanan yang tidak terjangkau (BKKBN, 1995).

2.6 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.6.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat (DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (ptechie) spontan (Hendarwanto, 1996).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah yang disebabkan oleh virus dengue (WHO, 2004).

1. Etiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti yang mempunyai ciri belang hitam-putih diseluruh tubuh sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai demam dengue (DD). Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda (Mansjoer, 2000).

Virus Dengue dahulu termasuk group B Antropod Borne Virus (Arboviruses) adalah virus RNA, genus Flavivirus, termasuk family Flacviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe: DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4. infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibodi protektif seumur hidup untuk serotype yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotype yang lain. Ke-4 serotype virus tersebut diketemukan diberbagai daerah di Indonesia. Serotype DEN-3 merupakan serotype yang dominan di Indonesia dan ada hubungannya dengan kasus-kasus berat pada saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) (Rampengan, 1992).

2. Ciri Khas Nyamuk Penular Demam Berdarah (DBD)

a. Berwarna hitam dan belang-belang (loreng putih) pada seluruh tubuhnya.

b. Nyamuk ini disebut juga nyamuk intelek ,berkembang biak hanya pada air yang bersih seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, pot tanaman air, kaleng, ban bekas dan lain lainnya.

c. Tidak dapat berkembang biak diselokan/ got got atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah .

d. Nyamuk ini menggigit manusia pada pagi sampai sore hari, tidak pernah menggigit pada malam hari.

e. Nyamuk betina meletakkan telur pada dinding tempat penampungan air bersih. Telur sampai menjadi jentik 3-5 hari dan menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu 7 10 hari, telur nyamuk dapat bertahan hidup 6 bulan ditempat yang kering.

f. Tiap 2 hari sekali nyamuk betina mengisap darah manusia, usia nyamuk betina dapat mencapai 2- 3 bulan.

g. Nyamuk mampu terbang sampai 100 meter (Dep.Kes RI,. 1996)

Nyamuk Aedes Aegypti hidup di dalam dan di sekitar rumah, nyamuk ini suka hinggap pada pakaian yang bergantungan di kamar. Dalam hidupnya, nyamuk ini mempunyai perilaku: mencari darah, istirahat dan berkembang-biak. Di saat setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Untuk itulah, nyamuk betina akan menghisap darah manusia setiap 23 hari sekali, selama pagi sampai sore hari pada waktu-waktu tertentu seperti pukul 08.0012.00 dan 15.0017.00. Untuk mendapatkan cukup darah, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Nyamuk betina yang biasanya mencapai umur satu bulan ini mempunyai jarak terbang sekitar seratus meter. Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina memerlukan istirahat 23 hari untuk mematangkan telur.

Tempat istirahat yang disukainya adalah tempat-tempat lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC, baju yang digantung di dalam rumah, kelambu, tirai, tanaman hias di luar rumah. Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih, seperti tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari: bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (tower air) yang tidak tertutup, sumur gali. Selain itu, wadah berisi air bersih atau air hujan: tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air walau dengan volume kecil, juga menjadi tempat kesukaannya. Telur akan diletakkan dan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 milimeter perbutir.

Di tempat kering (tanpa air), telur dapat bertahan sampai enam bulan. Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar dua hari terendam air. Setelah 6-8 hari, jentik nyamuk akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa nyamuk yang masih dapat aktif bergerak di dalam air tanpa makan, itu akan memunculkan nyamuk aedes aegypti baru setelah 12 hari. Kalau dilihat dari siklusnya, nyamuk ini mempunyai fase menjadi telur, jentik, pupa dan nyamuk dewasa. Telur nyamuk ini tidak berpelampung, sehingga satu per satu akan menempel ke dinding.

Jentik, berbentuk sifon dengan satu kumpulan rambut yang saat istirahatnya akan membentuk sudut dengan permukaan air. Pupa yang berbentuk terompet panjang dan ramping, sebagian kecil tubuhnya kontak dengan permukaan air. Nyamuk dewasa dengan panjang 34 milimeter, mempuyai bintik hitam dan putih pada badan dan kepala serta ring putih di kakinya (Silalahi, 2004).3. Patofisiologi

Virus hanya dapat hidup dengan protein sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung pada daya tahan tubuh manusia.

a. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi : aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler.b. Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang. c. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang/mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor diatas menyebabkan: peningkatan permeabilitas kapiler, dan kelainan hemostatis, yang disebabkan oleh vaskulopati merupakan gangguan kesadaran sebagai akibat perembesan cairan plasma dari intra sel ke ruang ekstra sel, trombositopenia merupakan penurunan jumlah trombosit dalam darah sebagai akibat dari mobilisasi trombosit muda dari sumsum tulang belakang, dan koagulopati merupakan pengentalan sel darah sebagai akibat dari kerusakan sel endotel pembuluh darah yang merangsang proses pembekuan darah (Mansjoer, 2000). Menurut WHO dalam Dini Siti Anggraen (2010), penyakit DBD dibagi atau diklasifikasikan menurut berat ringannya penyakit adalah sebagai berikut : a) Derajat I : DBD derajat 1 memiliki tanda-tanda demam disertai gejala-gejala yang lain seperti mual, muntah, sakit pada ulu hati, pusing, nyeri otot, dan lain-lain. Tanpa adanya pendarahan spontan dan bila dilakukan uji tourniquet menunjukkan hasil yang positif terdapat bintik-bintik merah. b) Derajat II: DBD derajat 2 memiliki tanda-tanda dan gejala seperti yang terdapat pada DBD derajat 1 yang disertai dengan adanya pendarahan spontan pada kulit ataupun tempat lain (gusi, mimisan, dan lain-lain).

c) Derajat III: pada DBD derajat 3 telah terdapat tanda-tanda terjadinya syok yang disebut dengue syok syndrome. Penderita mengalami gejala syok, yaitu denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, penderita mengalami kegelisahan. d) Derajat IV: Penderita syok berat dengan tensi yang tidak dapat di ukur tapi nadi masih dapat diraba. Pada tahap ini penderita berada dalam keadaan kritis dan memerlukan perawatan yang intensif dirumah sakit. 4. Pemberantasan sarang nyamuk

Selain melakukan pemberantasan nyamuk aedes aegypty dewasa, pemberantasan juga dilakukan terhadap jentik nyamuknya yang dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk, dilakukan dengan cara :

a. Pemberantasan secara Kimiawi

Pengendalian DBD secara kimia, dapat ditempuh dengan 2 teknik berikut, yaitu :

1) Pengasapan (fogging), yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mengendalikan DBD dengan mengunakan senyawa kimia malathion dan fanthion yang berguna untuk mengurangi penularan sampai batas waktu tertentu.

2) Pemberantasan larva nyamuk dengan zat kimia. Namun, mengingat tempat perkembangbiakan larva vector DBD banyak terdapat pada penampungan air yang airnya digunakan bagi kebutuhan sehari-hari terutama untuk minum dan masak. b. Pemberantasan secara hayati

Pengendalian larva aedes aegypti secara hayati tidak sepopuler cara kimiawi oleh karena penurunan padat populasi yang diakibatkannya terjadi perlahan-lahan tidak sedrastis bila mengunakan larvisida (kimiawi). Beberapa agen hayati adalah ikan cupang dan larva ikan nila yang mangsanya adalah larva nyamuk.

c. Pemberantasan secara fisika

Cara pemberantasannya adalah dengan melakukan kegiatan 3M yaitu menguras dan menaburkan bubuk abate, menutup tempat penampungan air, dan menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air.

5. Cara penularan penyakit DBD

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk kebun aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang khususnya anak-anak dan ibu. Penyakit DBD sering pula menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. Jadi penularan dan penyebaran DBD akan terjadi apabila sejumlah syarat terpenuhi. Karena nyamuk kebun terdapat disekitar rumah kita, banyak daerah dimana DBD tidak terjangkit. Begitu pula sebaliknya ada orang yang terkena penyakit DBD di suatu daerah, tetapi tidak otomatis semua pendudukan di daerah terkena virus dengue (Surtiretna, 2008)

6. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara paling memadai saat ini. Vektor Dengue khususnya Aedes Aegypty yang mempunyai ciri-ciri berupa belang hitam putih sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.

Pencegahan wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) didasarkan pada pengendalian vektor, karena vaksin belum tersedia. Saat ini satu-satunya cara yang efektif untuk menghindari infeksi virus Dengue adalah menghindari gigitan dari nyamuk yang terinfeksi (Hendarwanto,1996).

7. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD) tentunya berdasarkan kelainan utama yang terjadi yaitu perembesan plasma sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler. Perembesan plasma yang berlangsung selama 24-48 jam akan menyebabkan terjadinya syok, anoksia, asidosis, dan kematian. Oleh karena itu, harus diusahakan untuk mendeteksi adanya perembesan plasma secara dini sehingga dapat mencegah terjadinya syok.

Perembesan plasma terjadi saat peralihan fase demam ke fase penurunan suhu. Kalau pada Demam Dengue (DD), saat peralihan ini berarti penyembuhan, sedangkan pada Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan saat kritis karena merupakan awal dari fase syok (Hadinegoro, 1999).

2.6.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian DBD

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus, antara lain :

1. Kurangnya upaya penggerakan masyarakat dalam hal pelaksanaan Pemberantasan dan penanggulangan Nyamuk Demam Berdarah Dengue 2. Kurangnya dukungan lintas program dan lintas sektoral dalam PSN-DBD 3. Terbatasnya dana dan sarana untuk pemberantasan penyakit demam berdarah termasuk penyuluhan 4. Tingginya tingkat mobilitas penduduk dari luar maupun dalam daerah yang merupakan daerah endemis demam berdarah.

BAB 3KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS3.1 Kerangka KonsepKerangka konseptual disintesi, diabstraksi dan di ekstrapolasi dari berbagai teori dan pemikiran ilmiah yang mencerminkan paradigma sekaligus tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis. Kerangka konseptual dapat berbentuk bagan, model matematika atau persamaan fungsional yang dilengkapi dengan uraian kualitatif.

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Sumber : Modifikasi Teori Notoatmodjo (2003)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan keluarga memberantasan sarang nyamuk DBD Dikelurahan Pagesangan Timur Wilayah Kerja Puskesmas Pagesangan.

3.2 Hipotesis

Berdasarkan uraian dalam latar belakang serta perumusan masalah, maka hipotesis yang dapat dibuktikan adalah sebagai berikut :

H0 :Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan keluarga memberantasan sarang nyamuk DBD Dikelurahan Pagesangan Timur Wilayah Kerja Puskesmas Pagesangan.

H1 :Ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan keluarga memberantasan sarang nyamuk DBD Dikelurahan Pagesangan Timur Wilayah Kerja Puskesmas Pagesangan.1

11

Prilaku :

- Pengetahuan

- Sikap

Upaya pemberantasan sarang nyamuk DBD dengan 3 M :

Menguras dan menaburkan bubuk abate

Menutup tempat penampungan air

Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air

Kasus DBD

Organisasi kesehatan :

1.Faktor dinkes/puskesmas

Anggota

Petugas

2.Faktor masyarakat

Kepadatan penduduk

Mobilitas

Prilaku

3. Faktor lingkungan

Keberadaan reservoir

Iklim/cuaca

Kepadatan rumah

37