skripsi dm

35
PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN KLIEN DM DALAM MENJALANKAN PROGRAM TERAPI DM DI POLI ENDOKRIN RSUD DR. SOETOMO SURABAYA 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan , kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan Pentalogi Terapi DM meliputi : 1. Terapi Primer, yang terdiri dari : a) Penyuluhan Kesehatan, b)Diet Diabetes, c) Latihan Fisik. 2. Terapi Sekunder, Yang terdiri dari : a) Obat Hipoglikemi Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik(Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan penggunaan obat- obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991). Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150

Upload: ariie-priyanto

Post on 31-Oct-2015

306 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPATUHAN KLIEN DM DALAM MENJALANKAN

PROGRAM TERAPI DM DI POLI ENDOKRIN

RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren

glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan ,

kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes

di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes,

yang dikenal dengan Pentalogi Terapi DM meliputi :

1. Terapi Primer, yang terdiri dari : a) Penyuluhan Kesehatan, b)Diet Diabetes, c)

Latihan Fisik.

2. Terapi Sekunder, Yang terdiri dari : a) Obat Hipoglikemi

Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan

bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan

baik(Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien

dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan

penggunaan obat-obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak

patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991).

Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat,

jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150

juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang

lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994.

Di Indonesia atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan

jumlah penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 =

5 juta dan 2020 = 6,5 juta .

Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan

yang komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan

dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan

instruksi–instruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol

dengan baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada

dokter selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup

rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka

kepatuhannya untuk berobat berkurang.

Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor

[ 1991]. La Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi

pengobatan yang dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting .

Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.

Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak

pasien tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara

lain : pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet

dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur

(Tjokroprawiro,A.,1991).

Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan

suatu proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip

penatalaksanaan DM. Prinsip tersebut meliputi :

1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.

2. Pemberian informasi secara bertahap.

3. Mulai dengan hal sederhana

4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ).

5. Lakukan pendekatan dan stimulasi

Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis,

jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi

penyuluhan difocuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti

diabetik secara realistis. Ketiga hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan

program terapi DM.

Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program

terapi, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat

khususnya dalam menberikan asuhan keperawatan pada pasien DM.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1.2.1 Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kepatuhan klien DM

dalam menjalankan program terapi ?

1.2.2 Faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan klien DM

dalam menjalankan program terapi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien

DM dalam menjalankan program terapi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1..3.2.1 Mengidentifikasikan pengaruh umur terhadap kepatuhan

menjalankan program terapi

1..3.2.2 Mengidentifikasikan pengaruh jenis kelamin terhadap

kepatuhan pasien DM menjalankan program terapi.

1.3.2.3 Mengidentifikasi pengaruh status perkawinan terhadap

kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi.

1.3.2.4 Mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap

kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi.

1.3.2.5 Mengidentifikasi pengaruh pekerjaan terhadap kepatuhan

pasien dalam menjalankan program terapi.

1.3.2.6 Mengidentifikasi pengaruh penghasilan terhadap kepatuhan

pasien DM dalam menjalankan program terapi.

1.3.2.7 Mengidentifikasi pengetahuan pasien tentang DM.

1.4 Manfaat

1.4.1 Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang fakror-

faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan pasien DM dalam

menjalankan program terapi.

1.4.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tempat

pelayanan dalam meningkatkan pelayanan..

1.4.3 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan keptauhan pasien dalam

menjalankan program terapi.

1.4 Relevansi

Diabetes merupakan suatu kelainan metabolik yang menahun , bila tidak

diobati dengan baik maka dapat menimbulkan kecacatan yang jarang reversibel dan

seringkali memerlukan pertolongan darurat dan perawatan di Rumah Sakit yang

lama. Proses pengobatan Diabetes merupakan suatu proses yang berlangsung 24 jam

dan seringkali berhubungan dengan perubahan gaya hidup. Oleh sebab itu kepatuhan

berobat merupakan harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM

sanggup melaksanakan instruksi–instruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit

DM nya dapat dikontrol dengan baik. Pada umumnya penderita DM patuh berobat

selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya

sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya

untuk berobat sangat berkurang. Perawat sebagai anggota tim kesehatan(anggota

eduktor Diabetes ) dapat menjalankan perannya sehingga kegagalan pengobatan

karena kurangnya kepatuhan pasien terhadap program Terapi dapat di kurangi.

1.6 Landasan Teori

Pada bab ini akan disajikan tentang konsep dasar DM dan kepatuhan. Konsep

dasar DM meliputi : definisi, etiologi, tipe/jenis dan penatalaksanaan, sedangkan

konsep kepatuhan meliputi : definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

1.6.1 Kosep Dasar DM.

1.6.1.1 Definisi.

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik metabolik yang

komplek melibatkan gangguan metabolik karbohidrat, protein dan lemak dan

perkembangan komplikasi secara microvaskuler, macrovaskuler serta neuropati

. Diabetes Melitus merupakan kelainan heterogen , ditandai dengan sirkulasi

glukosa , lipid dan asam amino berkadar tinggi, karena tidak memadainya

insulin dalam memenuhi tuntutan metabolisme tubuh(Keith, 1996).

1.6.1.2 Etiologi

1. Tidak diketahui

2. Pada IDDM biasa karena tidak adekuat produksi insulin oleh

pankreas.

3. Pada NIDDM karena terjadi peningkatan kebutuhan insulin

4. Etiologi lain : panktreatitis, tumor pankreas, obesitas, hiperthiroid,

akromegali, kehamilan, infeksi.

1.6.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan

anjuran lklasifikasi DM American Diabetes Association ( ADA ) 1997.

Klasifikass Etiologi Diabetes Melitus (ADA 1997 ) :

1. Diabetes Tipe 1 ( destruksi sel beta , umumnya menjurus ke defisiensi

insulin absolut)

2. Diabetes Tipe 2 ( berpariasi mulai yang terutama dominant resistensi

insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek

sekresi insulin disertai resistensi insulin).

3. Diabets Tipe Lain

a. Defek Relatif fungsi sel beta

- Maturity –onset Diabetes of the young (MODY).

- DNA mitichondria

b. Defek Negatif Kerja Insulin

c. Penyakit eksokrin pankreas.

- Pankreatitis

- Tumor pankreatektomy

- Pankreatopati Fibrokalkulus

d. Endokrinopaty

- Akromegali

- Sindrom Cushing

- Feokrositoma

- Hiperthiridisme

e. Karena Obat zat kimia

- Vacor, pentamidin,asam nikotinat

- Glukkokortikoid, hormon thiroid

- Tiazid, Dilantin, interferon alfa dll

f. Infeksi

- Rubella, Kongenital, Cyto-Megalo- Virus ( CMV)

g. Sebab Imonologi yang jarang

- Antibodi anti insulin

h. Sindrom Genetik lain yang berkalitan dengan DM

- Sindrom Down , Sindrom Klinefelter, Sindrpm Turner, dll.

4. Diabetes Melitus Gestasional ( DMG).

1.6.1.4 Pengelolaan DM

1. Penyuluhan ( edukasi DM)

2. Perencanaan makan

3. Latihan Jasmani

4. Obat berhasiat Hipoglikemi

DM tan pa dekompensasi metabolik dimulai dengan pengaturan makan

disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu ( 4-8

minggu ). Bila kadar glukosa darah masih belum memenuhi kadar sasaran

metabolik yang diinginkan baru diberikan obat hipoglikemi oral ( OHO ) atau

suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi

metabolik, misalnya Ketoacidosis, DM dengan stress berat. Berat badan yang

menurun dengan cepat, insulin atau obat berhasiat hipoglikemi dapat segera

diberikan.

1. Penyuluhan ( Edukasi Diabetes )

Edukasi Diabetes merupakan suatu proses pendidikan dan pelatihan

tentang pengetahuan Diabetes dan ketrampilan yang dapat menunjang

perubahan perilaku yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesehatan yang

optimal, penyesuaian psikologis dan kualitas hidup yang lebih baik secara

berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukakan beberapa kali

pertemuan untuk menyegarkan, mengingatkan kembali prinsip

penatalaksanaaan Diabetes sehingga dapat merawat dirinya secara mandiri.

Hidup sehat dengan diabetes memerlukan adaptasi Psikososial yang positif,

dan penatalaksanaan mandiri yang afektif terhadap penyakit ini. Untuk

mencapai penatalaksanaan mandiri yang efektif penderita dengan diabetes

harus mengetahui, memepunyai sikap, dan terampil melakukan perawatan

mandiri yang berhubungan dengan pengendalian penyakit kronis ini.

Pengalamam mengatakan bahawa edukasi terncana seperti akan lebih efektif

bila diberikan oleh edukator diabetes yang berkualitas . Edukasi diabetes

dianggap sebagai salah satu cara terapi dan merupakan bagian integral

keperawatan orang dengan diabetes.

Beberapa prinsip[ yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes :

1. Berikan dukungan dan nasehat yang positif dan hindari terjadinya

kecemasan.

2. Sampaikan informasi secara bertahap jangan berikan beberapa hal

sekaligus.

3. Mulailah dengan hal yang sederhan baru kemudian dengan hal yang lebih

komplek.

4. Gunakan alat bantu dengan dengar-pandang ( Audio-visual AID).

5. Utamakanlah pendekatan dengan mengatasi masalah dan lakukan simulasi.

6. Berikan pengobatan yang sederhana agar kepatuhan mudah dicapai.

7. Usahakanlah kompromi dan negosiasi, jangan paksakan tujuan

8. Berikanlah motivasi dan penghargaan dan diskusikanlah hasil laboratorium.

Edukator diabetes didefinisikan sebagai tenaga kesehatan profesional yang

menguasai inti pengetahuan dan mempunyai pengetahuan dalam ilmu biologi,

sosial,komunikasi, konseling, dan telah berpengalaman dalam merawat orang

dengan diabetes.

Tanggung jawab utama edukator diabetes adalah pendidkan orang dengan

DM , keluarganya dan sistem pendukungnya yang menyangkut

penatalaksanaan mandirri dan masal;ah-masalah yang berhubungan dengan

DM. Proses edukasi ini sebaiknya terdiri dari topik – topik berikut ini .

1, Patofisiologi DM

2. Pengelolaan Nutris dan diet.

3. Intervensi Frmakologik

4. Aktifitas dan olah raga

5. Pemantauan mandiri kadar glukosa darah

6. Pencegahan dan pengelolaan komplikasi akut dan kronik.

7. Penyesuaian Psikososial

8. Ketrampilan mengatasi masalah

9. Pengelolaan stress

10. Penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Masing-masing profesi kesehatan melaksanakan pendidikan diabetes

menurut bidang profesinya sendiri sehingga mempunyai pusat perhatian yang

mungkin berbeda dan dapat berpengaruh pada proses pendidikan.

Edukasi diabetes berlangsung dalam berbagai keadaan tergantung pada

kebutuhan pasien,lingkungan kerja edukator dan lingkungan. Edukasi diabetes

sebaiknya merupakan suatu kegiatan yang direncanakan, disesuaikan keadaan

individu dan dievaluasi dimanapun diadakan.

II. Perencanaan makan.

Standar yang digunakan adalah makanan dengan komposisi seimbang :

Karbohidrat 60 %

Protein 10 – 15 %

Lemak 20 – 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan :

1. Petumbuhan

2. Status gizi

3. Umur

4. Stress akut

5. Kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badab

idaman.

Untuk kepentingan klinik praktis dan menghitung jumlah kalori .

Penentuan status gizi memanfaatkan Rumus Broca, yaitu BB idaman = ( TB –

100 ) – 10 %

Status gizi :

- Berat badan kurang < 90 % BB idaman

- Berat badan normal = 90 – 110 % BB idaman

- Berat badan lebih = 110 –120 %BB idaman

- Gemuk >120 BB idaman.

Jumlah kalori yang dibutuhkan berat badan idaman, dikalikan kebutuhan

kalori basal ( 30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita).

Ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas (10 – 30 %).

Makanan dibagi dalam 3 porsi besar untuk pagi ( 20 % ), siang ( 30 % ), dan

sore ( 25 % ) serta 2-3 porsi ( makanan ringan, 10 –15 % ).

Untuk kelompok ekonomi rendah , makanan dengan komposisi karbihidrat

sampai 70 – 75 % juga memberi hasil yang baik.

Jumlah kandungan kolesterol , diusahakan lemak dari sumber lemak tidak

jenuh dan menghindari asam lemak jenuh.

Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan serat laut.

Untuk mendapatkan kepatuhan terhadap pengaturan makan yang baik , adanya

pengetahuan mengenai bahan penukar akan sangat membantu pasien.

Pada saat ini ada 11 ( sebelas ) macam diet diabetes di Surabaya ialah : Diet –

B, Diet –B1, Diet – B puasa dan B1 Puasa, B2,B3,Be,, Diet-M,Diet-M Puasa,

Diet-G dan Diet KV .

III. Latihan Jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama

kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous ,

rhythmical,interval,progressive,endurance training ). Sedapat mungkin

mencapai zone sasaran 78- 85 % denyut nadi maksimal ( 220 –

umur ) disesuaikan dengam kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.

Manfaat latihan jasmani ( olah raga ) pada pasien DM :

- Menurunkan konsentrasi gula darah selama dan sesudah latihan.

- Menurunkan konsentrasi insulin basal dan post prandial

- Memperbaiki sensitifitas insulin

- MenurunkanHbA1c

- Memperbaiki profil lemak

- Memperbaiki hipertensi ringan sampai sedang

- Memperbaiki pengeluaran tenaga

- Memelihara kardiovaskuler

- Meningkatkan kekuatan fleksibelitas otot

- Meningkatkan sense of well-being dan kwalitas hidup.

(Horton,1991)

Jenis Olah raga .

Olah raga yang baik bagi penderita DM adalah olah raga yang sesuai

dengan keadaan umum penderita dan dapat meningkatkan kesegaran

jasmani.

IV. Obat Berkhasiat Hipoglikemik

Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang

teratur namun pengendalian kadar glukosa darahnya belum tercapai,

dipertimbangkan pemakaian obat-obat berkhasiat hipoglikemik (oral –

insulin )

1. Obat Hipoglikemik Oral ( OHO )

Sulfonilurea: obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan

sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Merupakan pilihan utama untuk

apsien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh

diberikan pada ppasien dengan berat badan lebih. Pada pasien usia lanjut

obat golongan Sulfonilurea dengan waktu kerja panjang sebaiknya

dihindari.

Biguanid ( Metformin) :

Obat golongan ini mempunyai efek utama :

1) Mengurangi produksi glukosa hati

2) Memperbaiki ambilan glukosa perifer. Obat golongan ini dianjurkan

dipakai sebagai obat tunggal pada pasien gemuk. Biguanid merupakan

kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati

pasien-pasien dengan kecendrungan hipoksemia ( misalnya pasien

dengan penyakit Serebro Cardiovaskular ). Obat Biguanid dapat

memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut

dapat diberikan bersamaan atau sesudah makan.

Inhibitor Glukosidase Alfa ( Acarbase )

Obat golongan ini memp[unyai efek utama menurunkan puncak glikemik

sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar glukosa darah

puasa yang masih normal. Dimulai dengan dosis 2 kali 50 mg setelah

suapan pertama waktu makan. Dosis dapat dinaikan m,enjadi 3 kali 100

mg. Pasien yang menggunakan acarbose jangka panjang perlu pemantauan

faal ginjal dan hati secara serial, terutama pada pasien yang sudah

mengalami faal hati dan ginjal

2. Insulin

Indikasi penggunaan pada DM –tipe 2 :

1) a. Ketoasidosis

b.Koma Hiperosmolar

c.Asidosis laktat

2) Stress berat ( infeksi sistemik, operasi berat )

3) Berat badan yang menurun dengan cepat.

4) Kehamilan / DM Gestasional yang tidak terkendali dengan

perencanaan maka

5) Tidak berhasil dikelola dengan OHO dosis maximal atau ada

kontraindiksi OHO.

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk

kemudian dinaikan sesuai dengan kadar glukosa darah pasien. Kalu dengan

Sulfonirea atau Metformin samapai dosis maximal ternyata sasaran glukosa

darah belum tercapai perlu dipikirkan kombinasi 2 kelompok obat

hipoglikemi oral yang berbeda.Kombinasi OHO dosis kecil dapat pula

digunqakan efek samping masing-masing kelompok obat. Dapat pula

diberikan kombinasi ketiga kelompok OHO bila belum juga mencapai

sasaran yang diinginkan. Kalau dengan dosis OHO maximal baik sendiri-

sendiri maupun secara kombinasi sasaran glukosa darah belum tercapai,

dipikirkan adanya kegagalan pemakaian OHO, pada keadaan demikian

dapat dipakai kombinasi OHO dan insulin.

1.6.2 Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan

perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lainnya, Sarafino [1990]

dikutip dari Psikologi Kesehatan [1994].

Pada umumnya perawat tidak mampu membedakan antara pasien yang

patuh dan yang patuh dan yang tidak atas nasihet /advice dan pengobatan yang

diberikan . Davis (1966), melaporkan kebanyakan dokter-dokter berkeyakinan

bahwa pasien yang diberi pengobatan akan mematuhi nasihat/perintah , tetapi

pada kenyataannya berdasarkan empiris hal tersebut tidak realistis dan over

estimasion.Ketidak patuhan terjadi apabila klien membuat kesalahan dalam

dosis obat atau waktu pemakaiannyaserta menggunakan obat lain yang efeknya

lebih membahayakan. Tingkat ketidak patuhan berkisar antara 4-92 % dengan

media sekitar 45 % . Walau bukan hal yang vital apabila klien tidak

mematuhi nasehat namun ada anggapan bahwa klien harus mematuhi nasehat

dan biula tidak berarti klien itu salah, anggapan ini hanya berlaku apabila

doketr bersifat otoriter. Namun akhir-akhir ini hubungan ini lebih dianggap

sebagai kompromi. Pasien tidak selalu harus mematuhi nasehat dokter .

Bahkan dalam beberapa hal tindakan ini merupakan hal yang rasional untuk

dilakukan. Dalam hal ini kepatuhan dipakai sebagai contoh bahwa sukses

tidaknya komunikasi dokter dan pasien tergantung dari kepedulian dokter

terhadap kliennya . Dari sudut pandang lain kepatuhan berpengaruh terhadap

kesehatan , hal ini dapat terjadi dirumah-rumah sakit dimana resiko terjadinya

infeksi dan ketergantungan pada satu obat tertentu dapat mengakibatkan efek

samping yang membahayakan . Hare dan Wilcok (1967) , melaporkan bahwa

ketidak patuhan ditemukan hanya 19 % pada pasien rawat inap. 37 % pada

pasien sehari-hari dan 49 % pada pasien rawat jalan. Hasil ini menyimpulkan

dengan mengajarkan pengobatan diri sendiri saat di rumah sakit meningkatkan

kepatuhan pasien rawat jalan

( Kent dan Dalgleish,1986).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah :

a. Faktor Situasi ( Situational faktors)

Dukungan yang diberikan kepada pasien dan kesulitan yang dihadapi

keluarganya adalah relevan, mematuhi anjuran dokter mengakibatkan biaya

dan juga keuntungan.

b. Metode Perawatan ( The Treatment Regime), frekuensi dan jumlah obat

yang diberikan memiliki pengaruh, demikian juga dengan pandangan

pasien mengenai efek samping dan kemanjuran keperawatan.

c. Sumber Penyakit ( Nature of the illness), pandangan pasien tentang

keparahan penyakit dan konsekuensi ketidak patuhan adalah penting,

ketidak patuhan menurun dengan lamanya sakit dan perkembangan

kesehatan.

d. Pengertian ( Understanding), pasien tidak dapat diharapkan untuk mematuhi

rekomendasi dokter apabila mereka tidak mengerti , ketidak jelasan dan

sulitnya informasi yang diberikan kepada pasien sering diremehkan.

e. Pengingatan (Remembering), banyak pasien tidak mematuhi hanya karena

mereka tidak dapat mengingat instruksi dokter. Beberapa pemecahan

masalah ini termasuk memberikan instruksi penting terlebih dahulu,

mengurangi jumlah instruksi hingga minimun dan memperjelas

rekomendasi.

f. Hubungan dokter pasien ( The doctor-payient relationship), kualitas

hubungan dihubungkan dengan kepatuhan, pasien yang puas dengan aspek

interpersonal perawatan mereka akan lebih mungkin mengikutri saran

dokter.

g. Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan adalah :

Kepercayaan pasien (patient believe), tentang kemanjuran suatu

perawatan atau pengobatan. Salah satunya adalah masalah diagnosis,

seorang pasien tidak akan mengikuti nasehat dokter apabila ia tidak yakin

bahwa dokter itu telah mengenali dengan tepat kondisinya.

Becker,at all,(1972), menemukan adanya level keyakinan “ Dimana

semakin tinggi level ini maka pasien akan lebih mematuhi nasehat

dokter(Kent dan Dalgleish,1986).

Menurut Gordis dan Dumbar (1979) kepatuhan pasien atas peraturan

pengobatan, perjanjian klinik dinilai cukup tinggi apabila dibandingkan

dengan kepatuhan pasien atas pemeriksaan laboratorium urine maupun

darah, pasien cendrung untuk tidak patuh.

Beberapa hal yang dapat mendorong penderita agar mematuhi program olah

raga dengan baik adalah sebagai berikut :

1. Olah raga menyenangkan penderita dan memilih sendiri olah raga yang

digemari.

2. Waktu dan tempat yang cocok bagi pasien adalah dekat dengan rumah atau

tempat bekerja.

3. Ada dorongan dari keluarga dan petugas medis terhadap perilaku penderita

untuk olah raga

4. Menggunakan petunjuk kwantitatif untuk umpan balik kemajuan

berolahraga.

5. Jangan menetapkan tujuan olah raga yang berdaya guna tinggi tetapi tiudak

realistik.

Kepatuhan pasien untuk menerapkan petunjuk diet dan penggunaan obat

hipoglikemi secara tetap memerlukan pengertian dan motivasi yang tinggi,

yang harus diusahakan melalui pendidikan yang dapat menghasilkan perubahan

perilaku.(Krall Lp, 1985).

1.7 Metodologi

1.7.1 Desain penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin

timbul selama proses penelitian (Burns & Grove,1991:171). Berdasarkan

tujuan penelitian desain penelitian yang di: “ cross sectional “. Peneliti

melakukan observasi dan pengumpulan variabel sesaat. Artinya subyek

diobservasi satu kali dan pengukuran variabel independent dan dependent

dilakukan pada saat pemeriksaan atau pengkajian data(Sastro Asmori &

Ismael,1985).

1.7.2 Frame Work

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

Kepatuhan dalam

menjalankan

program terapi

Pasien DM - Umur

- Jenis

Kelamin

- Status

Perkawinan

- Status

dalam keluarga

- Pendi

dikan

- Pekerj

aan

- Pengh

asilan

- - Latih

an Fisik

- Peny

uluhan

- Obat

Hipoglikemi

1.7.3 Populasi

Popolasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut

masalah yang diselidiki (Nursalam dan Siti Pariani,2000). Populasi penelitian

ini adalah seluruh pasien DM di Ruang Interne RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

1.7.3 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling

tertentu untuk bisa memenuhi populasi ( Nursalam dan Siti Pariani,2000).

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau yang

layak untuk diteliti.

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

- Pasien DM bersedia untuk diteliti

- Pasien DM yang berusia diatas 20 tahun

- Pasien DM tanpa komplikasi ( ganggren)

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

- Pasien DM yang tidak bersedia diteliti

- Pasien DM dengan komplikasi ganggren

- Pasien DM usia dibawah 20 tahun

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel

(Chandra,1995:41). Sehubungan dengan keterbatasan biaya dan waktu yang

dimiliki peneliti sehingga tidak memungkinkan mengambil semua populasi

terjangkau . Oleh karena itu kami mengambil sampel dalam penelitian ini

sebanyak 30 orang .

1.7.4 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari sampel

untuk dapat mewakili populasi (Burns & Grove,1991;37). Penelitian ini

menggunakan “purposive sampling “, yaitu suatu yehnik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang

telah dikenal sebelumnya ( Burns & Grove,1991).

1.7.5 Identifikasi Variabel

1.7.5.1 Variabel independen

Variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai faktor

yang mempengaruhi variabel dependen (Nursalam dan Siti Pariani, 2000

dikutif dari Srikandi, 1997). Yang dimaksud variabel independen dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap

kepatuhan dalam menjalankan program terapi pasien DM di Ruang

Interne RSUD Dr Soetomo Surabaya diantaranya:

1. Status Demografi meliputi :

1) Umur Pasien

- 20-30 tahun

- 31-40 tahun

- 41-50 tahun

- 51-60 tahun

- Lebih dari 60 tahun

2) Jenis Kelamin

- Laki-laki

- Perempuan

3) Status Perkawinan

- Belum menikah

- Sudah menikah

- Janda

- Duda

2. Status Sosial meliputi :

1) Pendidikan Pasien

- SD

- SMP

- SMA

- Akademi

- PT

2) Pekerjaan Pasien

- Buruh / Pegawai tidak tetap

- Swasta

- PNS / ABRI

- Tidak bekerja

3) Penghasilan

- Kurang dari Rp. 100.000,- / bulan

- Rp. 100.000,- - Rp. 200.000,- / bulan

- Rp. 200.000,- - Rp. 300.000,- / bulan

- Rp. 300.000,- - Rp. 400.000,- / bulan

- diatas Rp. 400.000,- / bulan

1.7.5.2 Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas (

Yang termasuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan

dalam menjalankan program terapi. Yang dimaksud Kepatuhan adalah

bagaimana pasien mentaati program terapi yang sebut dengan pentaloka

Terapi DM meliputi :

1. Penyuluhan Kesehatan

2. Diet Diabetes

3. Latihan Fisik

4. Obat Hipoglikemi ( Oral Anti Diabetik)

Definisi Operasional

1. Faktor-faktor adalah kondisi atau ciri seorang klien yang

membedakan klien yang satu dengan klien yang lainnya, yang diukur

meliputi status demografi : Umur, jenis kelamin, status perkawinan ;

status sosial : pendidikan , pekerjaan, penghasilan ; pengatahuan

tentang hak dan kewajiban dan penanggung biaya pengobatan.

- Usia adalah lamanya kihidupan seseorang yang dihitung sejak lahir

sampai dilakukan penelitian.

-Jenis kelamin adalah jenis kelamin klien yaitu pria atau wanitia.

-Status perkawinan : status klien dalam perkawinan.

-Pendidikan : pendidikan formal terakhir klien.

-Pekerjaan : pekerjaan sehari-hari klien.

-Penghasilan : pendapatan dalam keluarga sebulan.

2.Kepatuhan klien : ketaatan didalam melaksanakan program terapi DM,

meliputi diet, latihan fisik,penyuluhan dan obat hipoglikemi : oral dan

insulin.

1.7.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang

disebarkan pada responden. Kuesioner adalah usaha untuk mengumpulkan

informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab

secara tertulis pula oleh responde ( Nawawi,1991).

Dari hasil pengisian kuesioner dilakukan pengolahan data dengan cara

deskriptif dengan menggunakan tabel distribusio yang dikonfirmasi dalam

bentukprosentasi. Kemudian dilakukan tabulasi silang (Singrimbun,1989).

Untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi kepatuhan pasien DM

dalam menjalankan program terapi diuji dengan uji chi-square dengan derajat

kemaknaan p 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara 2 variabal,

maka H0 ditolak.

1.7.7 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomndasi dari FK Unair dan

ijin dari panitia eti RSUD Dr Soetomo Surabaya . Penelitian dimulai dengan

melakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian

meliputi:

(1) Lembar persetujuan sebagai subyek

Yang berisi pernyataan persetujuan sebagai subyek, yang diisi secara sukarela

oleh subyek. Tujuannya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti

maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk

diteliti , peniliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

(2) Anomanity

Pada lembar pengumpulan data tidak mencantumkan nama subyek, lembar

pengumpulan data cukup diisi nomer kode.

(3) Confidentialy

Menjaga kerahasiaan lansia yang dijadikan subyek penelitian.

1.7.8 Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian

( Burns & Grove,1991). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

(1) Sampel yang digunakan terbatas pada pasien DM dengan yang dsg dirawat

di Ruang Interne RSUDDr. Soetomo Surabaya, sehingga hasilnya

mungkin kurang representatif sebagai generalisasi secara keseluruhan di

Jawa Timur.

(2) Tehnik samplingnya menggunakan non probability , yang pada dasarnya

kurang objektif karena dipilih menurut perkiraan peneliti.

(3) Pengumpulan data menggunakan kuesioner, memungkinkan responden

menjawab pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak mengerti pertanyaan

yang dimaksud sehingga menimbulkan beda persepsi.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam dan Siti Pariani.(2000) Pendekatan Praktis Metodologi Riset

Keperawatan, Surabaya, Universitas

Horton ES.(1991) Exercise , in : Lebovitz HE (Ed), Therapy for Diabetes Mellitus

and Related Disorders, American Diabetes Association, Inc,Alexandria,

Virginia,USA

Zinman B,at all.(1984) Vomparosson of the Acute and long-Term-Effects of

Exercise on Glukosa Control in Tipe I Diabetes, Diabetes Care.

Sidartawawan S. (1999) Peran Edukator Diabetes dalam Perawatan Mandiri, Dalam

buku; Surabaya Diabetes Update-VI 1999.

Tjokroprawiro A.(1999),Aplikasi Diet Diabetes di RSUD Dr Soetomo ( 11 Paket

Diet dan Sosialisasi Diet G dan Diet KV) , Pelatiahan Pedoman Diet

Diabetes Mellitus bagi pelaksanaan Gizi RS Sejawa Timur, Surabaya.

a)

Patrick , at all.(1986) , Medical Surgicl Nursing Pathofisiologycal Concepts,

Philadelphia East Washington Square, J.B.Lippincott.

American Diabetes Association, Exercise, In : Phycian’s Guide to insulin Dependen

(Tipe-I) Diabetes : Diagnosis and Treatment, Amerika Diabetes.

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN KLIEN DM

DALAM MENJALANKAN PROGRAM TERAPI

Oleh:

I GUSTI AYU KARNASIH

Kami adalah Mahasiswa Program Studi Ilmi Keperawatan Fakultas Kedokteran

UNAIR Surabaya.Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Surabaya.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan klien DM dalam menjalankan program terapi di Ruang Interna RSUD Dr

Soetomo Surabaya.

Partispasi saudara dalam penelitian ini mungkin kurang bermanfaat bagi diri saudara,

tetapi akan membawa dampak postip dalam upaya meningkatkan peran perawat di

masyarakat

Kami mengharapkan tanggapan / jawaban yang saudara berikan sesuai dengan

pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi orang lain . Kami menjamin kerahasian

pendapat dan identita saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan digunakan

untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan digunakan untuk meksud-

maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat “volunter” (bebas), saudara bebas

untuk ikut atau tidak tanpa adanya sanksi apapun.

Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini , silakan saudara menandatangani

kolom dibawah ini.

Tanda tangan : ……………………..

Tanggal : ……………………..

No. Register : ……………………..

LEMBAR KUESIONER

Ya

Tidak

I. Data Demografi

1. Umur

1) 20 – 30 tahun

2) 31 – 40 tahun

3) 41 – 51 tahun

4) 51 – 60 tahun

5) lebih dari 61 tahun

2. Jenis kelamin

1) Laki-laki

2) Perempuan

3. Status Perkawinan

1) Belum kawin

2) Sudah kawin

3) Janda

4) Duda

4. Status dalam keluarga

1) Suami

2) Istri

3) anak

5. Pendidikan

1) SD

2) SMP

3) SMA

4) Akademi

6. Pekerjaan

1) Buruh

2) Swasta

3) PNS/ABRI

4) Tidak bekerja

7. Penghasilan

1) Kurang dari Rp.100.000.00

2) Rp. ( 100.000,00 – .300.000.00 )

3) Rp. ( 300.000.00 – 500.000.00 )

4) Lebih dari Rp. 500.000.00

II. Program Terapi

1. Diet

1) Apakah makanan yang disediakan

dari RS selalu dihabiskan

2) Apakah ada makan makanan selain

yang disediakan dari RS.

3) Apakah makanan itu

a. Roti / kue-kue manis

b. Nasi

c. Pisang

d.Buah lain (………………….)

2. Latihan Fisik

1) Apakah selama di RS selalu

berbaring ditempat tidur

2) Apakah rutin olah raga pagi atau

sore di sekitar ruangan

3) Apakah selalu dibantu dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari :

a. Makan dan minum

b. Mandi

c. ………………..

3. Penyuluhan

1) Apakah ikut dalam program

penyuluhan yang diselenggarakan

di RS atau di Tempat lain ?

2) Apakah selalu mengikuti setiap

program yang dijadwalkan?

3) Apakah sudah mendapatkan materi

penyuluhan tentang

a. Diet

b. Latihan Fisik

c. obat

4) Apakah materi penyuluhan

bermanfaat ?

4. Obat Hipoglikemi

1) Apakah obat yang didapat berupa

obat yang ;

a. di minum

b. disuntik

2) Apakah obat yang diminum selalu

diberikan oleh perawat ?

3) Apakah ada minum obat tanpa resef

dokter untuk penyakit diabetesnya

4) Apakah tetap minum obat walaupun

tidak ada keluhan ?

Kegiatan fisik yang teratur meningkatkan kesensitifan insulin dan memperbaiki

toleransi glukosa [ simmet P.,1992 ]

Kegiatan fisik tertali dengan penyusuttan resiko NIDDM [ Helmrich SP et al,1991].

Peningkatkan masukan makanan berlemak dan penurunan masukan makanan

berserat dapat berakibat menurunnya kesensitifan insulin dan ketidak normalan

toleransi glukosa [ simmet P., 1992]

Perubahan diet dan olah raga berguna sebagai landasabn penegahan diabetes dan

pengobatan orang-orang yang telah sakit.