sirih merah

3
Sirih merah (Piper crocatum) Hidroksikavacol: Senyawa ini termasuk dalam golongan fenil propanoid, khususnya pada kelas Alifenol yang disintesis dari jalur asam sikimat. Bioaktifitasnya yaitu sebagai antibakteri. Kavicol: Senyawa ini termasuk dalam golongan Fenil Propanoid, khususnya kelas Alifenol. Eugenol ini di sintesis dari jalur Sikimat. Khavibetol digunakan sebagai antibakteri. Khavibetol: Senyawa ini sama seperti khavicol, yaitu termasuk dalam golongan Fenil Propanoid, khususnya kelas Alifenol. Eugenol ini di sintesis dari jalur Sikimat. Khavibetol digunakan sebagai antibakteri. Allylphykatecol: Senyawa ini juga sama dengan khavicol dan khavibetol, yaitu termasuk dalam golongan Fenil Propanoid, khususnya kelas Alifenol. Eugenol ini di sintesis dari jalur Sikimat. Khavibetol digunakan sebagai antibakteri. Karvakrol: senyawa ini termasuk dalam golongan terpenoid, khususnya monoterpenoid. karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Eugenol : Senyawa ini termasuk dalam golongan Fenil Propanoid, khususnya kelas Alifenol. Eugenol ini di sintesis dari jalur Sikimat. Adapun fungsinya yaitu; digunakan sebagai dental anestetik dan bahan aditif flavor, sebagai antibakteri, mencegah ejakulasi prematur,mematikan jamur Candida albicans, anti kejang, analgesik, anestetik, pereda kejang pada otot polos, penekan pengendali gerak. Eugenol methil ether P-cymene: semyawa ini termasuk dalam golongan terpenoid yaitu khususnya monoterpenoid. Cineole

Upload: dwi-kung-firman-s

Post on 03-Jul-2015

343 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sirih merah

Sirih merah (Piper crocatum) Hidroksikavacol: Senyawa ini termasuk dalam golongan fenil propanoid,

khususnya pada kelas Alifenol yang disintesis dari jalur asam sikimat. Bioaktifitasnya yaitu sebagai

antibakteri.

Kavicol: Senyawa ini termasuk dalam golongan Fenil Propanoid, khususnya kelas Alifenol.

Eugenol ini di sintesis dari jalur Sikimat. Khavibetol digunakan sebagai antibakteri.

Khavibetol: Senyawa ini sama seperti khavicol, yaitu termasuk dalam golongan Fenil Propanoid,

khususnya kelas Alifenol. Eugenol ini di sintesis dari jalur Sikimat. Khavibetol digunakan sebagai

antibakteri.

Allylphykatecol: Senyawa ini juga sama dengan khavicol dan khavibetol, yaitu termasuk dalam

golongan Fenil Propanoid, khususnya kelas Alifenol. Eugenol ini di sintesis dari jalur Sikimat.

Khavibetol digunakan sebagai antibakteri.

Karvakrol: senyawa ini termasuk dalam golongan terpenoid, khususnya monoterpenoid.

karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau

mulut dan keputihan.

Eugenol : Senyawa ini termasuk dalam golongan Fenil Propanoid, khususnya kelas Alifenol.

Eugenol ini di sintesis dari jalur Sikimat. Adapun fungsinya yaitu; digunakan sebagai dental

anestetik dan bahan aditif flavor, sebagai antibakteri, mencegah ejakulasi prematur,mematikan

jamur Candida albicans, anti kejang, analgesik, anestetik, pereda kejang pada otot polos, penekan

pengendali gerak.

Eugenol methil ether

P-cymene: semyawa ini termasuk dalam golongan terpenoid yaitu khususnya monoterpenoid.

Cineole

Caryophyllene: senyawa ini termasuk pada golongan terpenoid, yaitu seskuiterpenoid. Cadinene

disintesis dari jalur asetat malonat. Bioaktifitas yang ditunjukkan diantaranya yaitu sebagai

antifeedan, hormon, anti mikroba, antibiotik, dan toksin. Serta regulator pertumbuhan tanaman

dan pemanis.

Page 2: Sirih merah

Cadinene: senyawa ini termasuk golongan terpenoid, khususnya seskuiterpenoid. Cadinene

disintesis dari jalur asetat malonat. Bioaktifitas yang ditunjukkan diantaranya yaitu sebagai

antifeedan, hormon, anti mikroba, antibiotik, dan toksin. Serta regulator pertumbuhan tanaman

dan pemanis.

Estragol: Senyawa ini termasuk dalam golongan fenil propanoid, khususnya pada kelas alifenol,

yang disintesis dari asam sinamat. Bioaktifitasnya yaitu sebagai anti bakteri.

1. Tanin (daun); Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanisme yang

diperkirakan adalah sebagai berikut : toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri,

senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap

enzim atau subtrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam

yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. Sementara menurut Ajizah (2004) tanin

diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel

itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup

sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Masduki (1996) menyatakan bahwa tanin

juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena diduga tanin

mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tanin antara lain melalui:

reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.

Metode Pemisahan Kandungan

1. Preparasi Sampel

Daun sirih merah dicuci bersih dan dikeringkan pada suhu 500C, kemudian dihaluskan sampai

membentuk serbuk.

2. Ekstrasi Sampel.

Serbuk sampel kering daun sirih merah ditimbang 50 g, sampel kemudian

diekstraksi menggunakan ekstraksi Soxhlet untuk mendapatkan ekstrak daun sirih

merah. Metoda ini merupakan pengembangan dari metoda maserasi dengan kelebihan

antara lain : penggunaan jumlah pelarut yang sedikit, ekstrak langsung terpisah dari

sampel, waktu yang relatif singkat.

Ekstraksi sampel dilakukan secara bertahap menggunakan 3 pelarut yaitu n-

heksana, etilasetat dan etanol, sehingga diperoleh fraksi-fraksi ekstrak. Setiap tahapan

ekstraksi yang dilakukan diharapkan akan mengekstrak senyawa yang mempunyai

kepolaran sesuai dengan kepolaran pelarut yang sesuai kaidah like dissolve like.

Komponen yang dapat terekstrak diharapkan semaksimal mungkin karena setiap

tahapan ekstraksi dihentikan setelah pelarut yang keluar dari ekstraktor sudah tidak

berwarna (+ 20 sirkulasi).

Ekstraksi komponen daun sirih merah dilakukan menggunakan Soxhlet

dengan metode ekstraksi bertahap, menggunakan pelarut non polar (n-heksana)

dilanjutkan dengan pelarut yang kepolarannya sedang (etilasetat) dan terakhir

menggunakan pelarut polar etanol. Pelarut n-heksana merupakan pelarut non polar,

sehingga ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana diharapkan yang terekstrak

senyawa-senyawa yang mempunyai kepolaran yang rendah. Ekstraksi menggunakan

pelarut etilasetat yang merupakan pelarut dengan kepolaran sedang, maka diharapkan

yang terekstrak senyawa-senyawa dengan kepolaran yang sedang, sedangkan pelarut

etanol dengan kepolaran yang tinggi, diharapkan dapat mengekstrak senyawa-senyawa

yang mempunyai kepolaran tinggi.

3. Identifikasi Komponen Ekastrak Daun Sirih Merah

Data kromatogram menunjukan efektivitas metode ekstraksi bertahap dalam

memfraksinasi senyawa kandungan daun sirih merah. Seperti terlihat pada gambar 1; 2

dan 3, jumlah komponen yang semakin sedikit dari fraksi ekstrak n-heksana, etilasetat

dan etanol. Fraksi n-heksana menunjukkan bahwa komponen non-polar dari daun sirih

merah sangat banyak yang kemungkinan merupakan senyawa minyak atsiri, lemak atau

minyak. Etilasetat diharapkan akan mengekstrak komponen daun sirih merah yang semi

polar. Gambar 2 menunjukkan tidak terlalu banyak senyawa yang dapat terekstrak

dalam pelarut bersifat semi polar dibandingkan dengan fraksi n-heksana dan sekaligus

juga menunjukkan bahwa penggunaan n-heksana sebagai pelarut pengekstrak awal

berhasil memfraksinasi komponen non-polar dari daun sirih merah. Fraksi etanol lebih

sederhana tampilan kromatogramnya dan menunjukkan bahwa hanya senyawa yang

bersifat polar yang terdapat di dalam fraksi etanol dengan waktu retensi berkisar 28 – 32

Page 3: Sirih merah

menit, sehingga fraksi etanol ini relatif terbebas dari komponen non-polar dan semi

polar.