sgd 2 crohn disease ners ayu fix.doc

41
CROHN DISEASE Anak T, 10 th dirawat di ruang bunga dengan diagnosa crohn disease, anak T mengeluh sering diare dan nyeri pada pusar. Ibu anak T mengatakan anaknya telah BAB 7x sejak tadi pagi, tidak mau makan sehingga berat badannya menurun sejak anaknya sakit. Hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian didapatkan anak T tampak lemah, mata cowong, bibir pecah-pecah, suara timpani pada perut, dullness (+), distensi abdomen (+), bising usus meningkat, lesi pada anus, CRT < 3 dtk. Tanda-tanda vital anak: suhu: 38 0 C, R: 20 x/menit, Nadi: 114x/menit. 1. Buatlah Laporan pendahuluan konsep dasar penyakit Crohn (pengertian, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pemeriksaan diagnostic, pencegahan dan komplikasi, prognosis, diagnosa Banding) Jawaban : 1. Konsep dasar penyakit Crohn 1

Upload: aiie-zhouw

Post on 18-Nov-2015

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

CROHN DISEASEAnak T, 10 th dirawat di ruang bunga dengan diagnosa crohn disease, anak T mengeluh sering diare dan nyeri pada pusar. Ibu anak T mengatakan anaknya telah BAB 7x sejak tadi pagi, tidak mau makan sehingga berat badannya menurun sejak anaknya sakit. Hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian didapatkan anak T tampak lemah, mata cowong, bibir pecah-pecah, suara timpani pada perut, dullness (+), distensi abdomen (+), bising usus meningkat, lesi pada anus, CRT < 3 dtk. Tanda-tanda vital anak: suhu: 38 0C, R: 20 x/menit, Nadi: 114x/menit.

1. Buatlah Laporan pendahuluan konsep dasar penyakit Crohn (pengertian, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pemeriksaan diagnostic, pencegahan dan komplikasi, prognosis, diagnosa Banding)

Jawaban :1. Konsep dasar penyakit Crohn

a) Definisi

Penyakit crohn adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan pada bagian saluran pencernaan, dimulai dari mulut sampai dengan anus. Penyakit ini umunnya mengenai ileum, bagian bawah dari usus halus. Kondisi ini biasanya terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara abnormal, menyerang bakteri, makanan, dan zat-zat lain secara tidak tepat, yang menyebabkan akumulasi dari sel darah putih pada lapisan usus. Hal ini mengakibatkan terjadinya peradangan kronis, yang menyebabkan ulserasi dan cedera pada usus.

Crohn disease adalah peradangan kronik yang terjadi di segmen bawah sistem pencernaan, di mana secara teoritis berpengaruh terhadap segmen mulai dari esophagus hingga anus tapi terutama bagian distal dari usus halus (terminal ileitis) dan kolon yang ditandai dengan transmural ulcerative inflammatory lesions. (Alecu, 2013).

Secara garis besar crohn disease merupakan penyakit yang menyerang ileum, bagian bawah dari usus halus. Hal ini mengakibatkan terjadinya peradangan kronis, yang menyebabkan ulserasi dan cedera pada usus.

b) Etiologi

Penyebab Crohns disease belum diketahui secara pasti. Beberapa studi menyebutkan crohn disease disebabkan karena gen dan riwayat keluarga (orang-orang keturunan Yahudi berada pada risiko yang lebih tinggi), infeksi, kasus imunologi (kecenderungan tubuh untuk bereaksi berlebihan terhadap bakteri normal dalam usus), faktor lingkungan dan merokok, namun hal tersebut belum dapat dibuktikan dan diperlukan riset lebih lanjut. (Alecu, 2013)c) Epidemiologi

Secara umum Crohn disease merupakan penyakit bedah primer usus halus, dengan insidens sekitar 100.000 kasus per tahun. Insidens tertinggi didapatkan di Amerika Utara danEropa Utara. Di Amerika Serikat, dan Eropa Barat insidens Crohn disease mencapai 2 kasus per 100.000 populasi, dengan prevalensi sekitar 20 40 kasus per 100.000 populasi. Dilaporkan bahwa telah terjadi peningkatan insidens Crohn disease secara dramatis di Amerika Serikat antara tahun 1950-an hingga 1970-an, untuk selanjutnya menjadi stabil pada tahun 1980-an. Menurut jenis kelamin, insidens Crohn disease lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dengan rasio 1,1 1,8 : 1. Beberapa ahli percaya bahwa distribusi jenis kelamin ini berhubungan dengan proses-proses autoimun yang terjadi pada Crohn disease.

Crohn disease mempunyai 2 puncak insidens berdasarkan kelompok usia. Puncakinsidens pertama adalah pada 18 25 tahun. Puncak usia berikutnya adalah antara 60 80 tahun.Pada pasien yang berusia lebih muda dari 20 tahun Crohn disease lebih banyak menyerang usus halus, sedangkan pada yang berusia diatas 40 tahun Crohn disease lebih banyakmenyerang kolon. Penyebab perbedaan lokasi penyakit ini tidak diketahui. (BMJ,2014)Meskipun Crohn disease dapat menyerang setiap bagian dari saluran cerna, namun terdapat tiga lokasi primer baik secara klinis maupun anatomis yang paling sering, yaitu hanya usus halus saja (30%), usus halus bagian distal dan colon (45%), dan hanya colon saja (25%).30% dari seluruh kasus Crohn disease terjadi bersamaan dengan penyakit rektal, dan 33 50% terjadi bersamaan dengan penyakit perianal seperti fisura ani, abses perianal, dan fistula perianal.d) Manisfestasi KlinisGejala dan tanda enteritis regional atau crohn sangat bergantung pada stadium penyakit yang masih dini atau sudah lanjut, dan sesuai dengan bagian saluran cerna yang terserang. Gejala yang sering ditemukan adalah diare intermiten ringan (2-5 kali/perhari), nyeri kolik pada abdomen bagian bawah, dan malaise yang makin bertambah setelah periode bertahun-tahun. Penderita penyakit ini yang lebih berat dapat mengalami defekasi cair dalam frekuensi sering disertai darah dan pulse dalam feses. Beberapa penderita juga mengalami penurunan berat badan, anemia, dan sering mengalami demam ringan. e) Patofisiologi Teori terkini tentang patofisologi Crohns disease diduga terlibat dengan bahan yang menginfeksi, imunologi, lingkungan, diet, dan faktor psikososial secara genetik dan imunologis dengan mudah pada orang. Lesi mengawali infiltrasi inflamasi di sekitar intestinal yang kemudian berkembang menjadi ulserasi dari mukosa superfisial. Peradangan berlangsung melibatkan lapisan yang lebih dalam dan membentuk granuloma non-kaseosa. Granuloma ini melibatkan seluruh lapisan dinding usus dan mesenterium dan kelenjar getah bening regional. Temuan granuloma ini sangat sugestif dari CD, namun ketidakhadiran mereka tidak mengecualikan diagnosis.

Temuan endoskopi awal termasuk hiperemi dan edema mukosa yang meradang. Hal ini berkembang menjadi ulkus dangkal yang khas mendalam terletak melintang dan membujur, terlihat seperti batu. Lesi ini dipisahkan oleh daerah yang sehat yang dikenal sebagai skip lesion (luka seperti tambalan).

Hasil peradangan transmural akut dalam obstruksi usus karena mukosa edema yang berhubungan dengan kejang. Peradangan transmural kronis mengental dinding usus dan menyebabkan jaringan parut, penyempitan lumen, dan pembentukan striktur. Hal ini dapat menyebabkan fistula, pembentukan saluran sinus, perforasi, dan / atau pembentukan abses. Peradangan kronis juga merusak mukosa usus, sehingga kemampuan serap kekurangan. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan gizi, dehidrasi, dan vitamin dan kekurangan gizi. Keterlibatan ileum terminal mengganggu asam empedu penyerapan, yang mengarah ke steatorea, kekurangan vitamin yang larut dalam lemak, dan pembentukan batu empedu. Lemak yang berlebihan pada tinja mengikat kalsium, sehingga meningkatkan penyerapan oksalat dan predisposisi untuk oksalat pembentukan batu ginjal. Selain manifestasi yang berhubungan dengan saluran pencernaan, CD mungkin melibatkan beberapa organ ekstra-intestinal dan sistem saluran termasuk kulit, sendi, mulut, mata, hati, dan empedu. Beberapa gangguan ini memiliki mekanisme autoimun. (BMJ, 2014)

Pada Penyakit Crohn dijumpai adanya gangguan integritas mukosa yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas terhadap protein-protein dilumen usus yang bersifat antigenik, sehingga terjadi perubahan sekresi dan komposisi mukus. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan antibodi spesifik terhadap protein susu sapi, produk-produk bakteri enterik, dan protein luminal pada penderita Penyakit Crohn.

Gejala sistemik yang dapat terjadi adalah demam, berkeringat, merasa lemas, dan nyeri sendi. Demam ringan merupakan tanda pertama yang harus diwaspadai, kemudian pasien dapat merasa kelelahan yang berhubungan dengan nyeri, inflamasi, dan anemia. Rekurensi dapat terjadi oleh karena faktor stres emosional, infeksi atau berbagai penyakit akut lainnya, kehamilan, penyimpangan pola makan, penggunaan cathartic atau antibiotik, ataupun penghentian penggunaan obat-obatan antiinflamasi atau steroid. Pada anak-anak dapat terjadi keterlambatan tumbuh dan maturasi seksualnya tertunda atau gagal. Kehilangan berat badan lebih sering terjadi pada CD daripada UC karena terjadinya malabsorpsi yang berhubungan dengan penyakit pada usus halus. Pasien bisa tidak mau makan karena ingin mengurangi gejala yang terjadi. Biasanya, diagnosis dapat ditegakkan hanya setelah beberapa tahun mengalami nyeri perut berulang, demam, dan diare. (Danastri, 2011)

f) Pemeriksaan diagnostik

1.LaboratoriumPemeriksaan laboratorium adalah kadar hemoglobin, hematokrit, kadar besi serum untuk menilai kehilangan darah dalam usus, laju endap darah untuk menilai aktivitas inflamasi serta kadar alumin serum untuk status nutrisi, serta C reactive protein yang dapat dipakai juga sebagai parameter aktivitas penyakit.2.EndoskopiPenyakit crohn dapat bersifat transmural, segmental dan dapat terjadi disaluran cerna bagian atas, usus halus ataupun kolon dan pemeriksaan endoskopi dapat dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit ini. 3.RadiologiBarium kontas ganda dapat memperlihatkan striktur, fistula, mukosa yang iregular, gambaran ulkus dan polip, ataupun perubahan distenbilitas lumen kolon berupa penebalan dinding usus. Peran CT Scan dan ultrasonografi lebih banyak ditujukan pada penyakit crohn dalam mendeteksi adanya bases ataupun fistula.

4.HistopatologiSpesimen yang berasal dari operasi lebih mempunyai nilai diagnostik daripada specimen yang diambil secara biopsi per endoskopik. Terlebih lagi bagi penyakit crohn yang lesinya bersifat transmural sehingga tidak dapat dijangkau dengan teknik biopsi per-endoscopik. Gambaran khas untuk penyakit crohn adanya granuloma tuberculoid (terdapat 20 40% kasus) merupakan hal yang karakteristik disampung adanya infiltrasi sel makrofag dan limfosit di lamina profia serta ulserasi yang dalam.

5.MRIDapat lebih unggul daripada CT Scan dalam menunjukkan lesi panggul. Oleh karena kadar air diverensia, MRI dapat membedakan peradangan aktif dari fibrosis dan dapat membedakan antara inflamasi serta lesi fibrostenosis penyakit crohn.

6.KolonoskopiDapat membantu ketika barium enema satu kontras belum informatif dalam mengevalusia sebuah lesi kolon. Kolonoskopi berguna dalam memperoleh jaringan biopsi, yang membantu dalam diferensiasi penyakit lain, dalam evaluasi lesi masa, dan dalam pelaksanaan surveilans kanker. Kolonoskopi juga memungkinkan memfisualisasi fibrosis striktur pada pasien dengan penyakit kronis. Selain itu, kolonoscopi juga dapat digunakan dalam periode pasca operasi bedah untuk mengevaluasi anastomosis dan memprediksi kemungkinan kambuh klinis serta respon terhadap terapi pasca operasi.g) Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari penyakit crohn adalah Kolitis ulseratif. Penyakit crohn dan kolitis ulseratif, keduanya adalah bentuk Irritable Bowel Disease (IBD). Sangat sulit untuk membedakan antara crohn dan kolitis ulseratif, tetapi salah satu perbedaan kunci yaitu melibatkan usus bagian mana yang terkena saat terjadi serangan dan pemeriksaan yang dilakukan. Kolitis ulseratif merupakan salah satu bentuk penyakit Inflamatory Bowel Disease (IBD), yaitu suatu peradangan kronis pada mukosa usus besar (kolon) ataupun pada rektum, pada kolitis uklseratif bisa sembuh sendiri karena peradangan hanya terjadi pada mukosa yang bisa berdeferensiasi untuk memperbaiki diri. Penyakit kolitis seringkali dapat kambuh sewaktu-waktu, sehingga kondisi tersebut akan mempengaruhi tingkat emosional dan sosial yang mendalam bagi penderita (Ghazzawi, 2007). Kolitis ulseratif sebagai salah satu bentuk penyakit usus meradang atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu kondisi kronis, sehinga secara umum membutuhkan perawatan terus-menerus. (Hanauer, 2006).

Kolitis Ulseratif berdasarkan letak inflamasinya dibagi menjadi 2 yaitu distal kolitis dan extensive kolitis. Distal kolitis adalah penyakit kolitis yang peradangannya menyerang rektum dan kolon sigmoid. Sedangkan extensive kolitis adalah inflamasi pada hampir seluruh bagian kolon. Extensive kolitis ini dibagi menjadi left extensive kolitis dan pankolitis (Ahmad. et al. 2002). Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri abdomen, seringkali dengan demam dan penurunan berat badan pada kasus berat. Pada penyakit yang ringan, bisa terdapat feses yang setengah berbentuk yang mengandung sedikit darah dan tanpa manifestasi sistemik Cara terbaik bagi untuk mengkonfirmasi diagnosis mereka adalah dengan melakukan ujian internal. Hal ini biasanya melibatkan menggunakan alat yang disebut Endoskopi dan juga dengan mengambil biopsi. (Glickman,2000).

h) Pencegahan

Hal utama yang perlu diperhatikan untuk mencegah penyakit Crohn adalah dengan memperhatikan nutrisi tubuh setiap hari, nutrisi tubuh bisa didapatkan pada bahan makanan yang banyak mengandung vitamin dan mineral seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan suplemen alami untuk memaksimalkan nutrisi di dalam tubuh. selain itu juga harus memperhatikan gaya hidup dan lingkungan seperti tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman yang beralkohol.i) Pengobatan

Tidak ada pengobatan enteritis regional atau crohn yang bersifat khusus atau kuratif. Penatalaksanaan dini pada sebagian besar penderita bersifat medis, suportif dan paliatif, yang bertujuan untuk mendapatkan keadaan remisi. Penggunaan obat-obatan seperti penggunaan kortikossteroid, azatioprin 6- merkaptopurin dan sulfasalazin yang bertujuan untuk mempermudah terjadinya remisi dan mengendalikan komplikasi supuratif. Obat anti kolinergik, seperti propantelin bromida dan obat antidiare seperti difenoksilat dengan atropin (lomotil), dapat membantu mengurangi kejang,nyeri abdomen dan diare. Obat ini merupakan kontraindikasi pada obstruksi usus. Untuk defisiensi zat gizi pada kasus crohn diobati dengan penggantian zat gizi yang sesuai dengan diet rendah lemak dan diet sedikit residu. Ketidakseimbangan eletrolit dan cairan serta volume darah dapat dipulihkan dengan penggantian cairan atau nutrisi secara intravena dan transfusi darah. Jenis-jenis obat yang paling banyak digunakan dalam penyakit Crohn adalah:

Aspirin seperti obat-obatan anti-inflamasi (mesalamine). Obat ini digunakan untuk mencegah flare pada orang dengan penyakit ringan Crohn.

Kortikosteroid mengurangi peradangan dan menekan sistem kekebalan tubuh serta dapat digunakan dalam jangka pendek saja. Kortikosteroid ditunjukkan pada orang dengan gejala-gejala sistemik yang parah (misalnya, demam, mual, penurunan berat badan).

Imunosupresan menekan sistem kekebalan tubuh. Beberapa lebih efektif daripada steroid, sementara yang lain memiliki durasi yang lebih lama efeknya..

Pembedahan umumnya dihindari karena rekurensi dan penyebaran lesi biasanya timbul setelah reseksi. Namun, ada kalanya pembedahan perlu dilakukan selama perjalanan penyakit, untuk mengatasi komplikasi. Bila enteritis regional timbul secara akut, maka sekitar 90% penderita dapat mencapai remisis spontan. Akan tetapi, enteritis regional memiliki awitan yang lambat pada sebagian besar pasien. Sekitar 75% pasien akan mengalami relaps. Angka mortalitas yang secara langsung disebabkan oleh penyakit ini rendah. Setelah pembedahan, risiko kambuhnya penyakit Crohn konstan dan menganjurkan pasien untuk melakukan reseksi dan risiko terhadap bertambah pendeknya usus halus. Selain itu menunjukkan bahwa reseksi di daerah usus makroskopik normal adalah efisien, tanpa memerlukan margin yang signifikan dari jaringan sehat (margin 12cm x 2) tidak menyebabkan terhadap penurunan frekuensi kambuh. Dari hasil operasi 15 % morbiditas dengan risiko fistula rendah, pada beberapa kasus bahkan 0,3% presentase ini meningkat pada kasus dengan lesi perforasi, lesi oklusif dan abses intra-abdomen. Kematian akibat operasi diantaranya 0-2%. Monitoring post operative pada pasien Crohn disease harus diawasi, baik klinis, biologis dan secara endoskopi. Tiga puluh persen dari pasien crohn ini mengalami gejala kembali (kambuh) setelah 3 tahun dilakukan operasi tetapi pada 60% pasien lainnya akan mengalami gejala kembali setelah 10 tahun dilakukan operasi. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kambuh dengan melakukan pengkajian terhadap penggunaan obat. Dapat diberikan asam aminosalisilat, azathioprine dan 6-mercaptopurine mempunyai efektivitas baik. Tetapi yang paling baik adalah dengan TNF (Infliximab). Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan, namun terapi yang kini sedang diberikan berusaha untuk memberikan pasien kehidupan normal dan kualitas kehidupan yang lebih baik. (Alecu, 2013) j) KomplikasiSecara umum, selama operasi terdapat komplikasi yang tidak bisa dikontrol oleh obat. Beberapa komplikasi yang dapat diobati dengan operasi yang dapat terjadi meliputi oklusi hingga stenosis, fistula internal dan enterokutaneus, dengan atau tanpa secondary peritonitis dan abses. Meskipun demikian, operasi bukanlah penyembuhan, evolusi post-op crohns disease hingga kini masih dikembangkan. Sejak tahun 1932 Crohns disease disebut sebagai penyakit yang belum dapat dijinakkan. (Alecu,2013) k) Prognosis

Beberapa penderita sembuh total setelah suatu serangan yang mengenai usus halus. Tetapi Penyakit Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak teratur sepanjang hidup penderita. Kekambuhan ini bisa bersifat ringan atau berat, bisa sebentar atau lama.

Mengapa gejalanya datang dan pergi dan apa yang memicu episode baru atau yang menentukan keganasannya tidak diketahui. Peradangan cenderung berulang pada daerah usus yang sama, namun bisa menyebar pada daerah lain setelah daerah yang pernah terkena diangkat melalui pembedahan.Penyakit Crohn biasanya tidak berakibat fatal. Tetapi beberapa penderita meninggal karena kanker saluran pencernaan yang timbul pada Penyakit Crohn yang menahun.

2. Buatlah asuhan keperawatan (pengkajian, diagnose, rencana keperawatan, dan evaluasi keperawatan) dengan Nanda, NOC, NIC. (jika diperlukan data dapat ditambahkan untuk menegaskan diagnosa)

Jawaban :

I.Pengkajian

Pengkajian dilakukan tanggal 18 juni 2014, Sumber data dari keluarga, pasien dan catatan medic (CM).

1. Identitas Nama

: Anak T

Nama Ruangan

: Ruang BungaUmur

: 10 tahunJenis Kelamin

: PerempuanAgama

: HinduNo.CM

: 01129144

2.Alasan dirawat

a. Keluhan utama

: Diare dan nyeri pada pusarb. Riwayat Penyakit sekarang: Pasien mengeluh sering diare dan nyeri pada pusar. Ibu pasien mengatakan anaknya telah BAB 7x sejak tadi pagi, tidak mau makan sehingga berat badan menurun sejak anaknya sakit. Hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian didapatkan pasien tampak lemah, mata cowong, bibir pecah-pecah, suara timfani pada perut, dullness (+), distensi abdomen (+), bising usus meningkat, lesi pada anus, CRT