journal reading fix.doc

27
Journal Reading Visual Outcomes of AmblyopiaTherapy Melissa Anne M. Santos, MD, Marissa N, Valbuena, MD, MHPEd, dan Andrea Kristina F. Monzon-Pajarillo,MD. Philippine Journal of Ophthalmology Oleh Ni KadekPutri Dwi Jayanti H1A 009 0049 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Upload: nikomangdhanagitaiswari

Post on 22-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Journal Reading fix.doc

Journal Reading

Visual Outcomes of AmblyopiaTherapy

Melissa Anne M. Santos, MD, Marissa N, Valbuena, MD, MHPEd, dan Andrea Kristina F. Monzon-Pajarillo,MD.

Philippine Journal of Ophthalmology

Oleh

Ni KadekPutri Dwi Jayanti

H1A 009 0049

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2015

1

Page 2: Journal Reading fix.doc

DATA JURNAL

Nama Penulis : Melissa Anne M. Santos, MD, Marissa N, Valbuena, MD, MHPEd, dan Andrea Kristina F. Monzon-Pajarillo,MD.

Judul Tulisan : Visual Outcome of Amblyopia Therapi

Jurnal Asal : Philipp J Ophthalmol 2012; 37:33-38 Available from :

http://www.apamedcentral.org/Synapse/Data/PDFData/001

4PJO/pjo-37-33.pdf

2

Page 3: Journal Reading fix.doc

ISI JURNAL

Latar Belakang

Ambliopia didefinisikan sebagai penurunan ketajaman penglihatan / Best

Corrected Visual Acuity (BCVA) walau sudah diberi koreksi terbaik, dapat

unilateral atau bilateral yang tidak dapat dikaitkan dengan efek dari kelainan

struktural mata. Hal ini secara objektif dapat dibuktikan bila BCVA lebih rendah

dari 20/40 (0,30 LogMAR) atau perbedaan BCVA ≥ 2 baris (0,2LogMAR)

dengan menggunakan Snellen Cart atau lainya. Pada Umumnya ambliopia

disebabkan oleh strabismus, anisometropia, atau kesalahan refraksi bilateral dan

visual deprivasi.

Insiden ambliopia dilaporkan sebesar 3,5% diseluruh dunia, 1,6% - 3,5% di

Inggris dan 2,0% - 2,5% di Amerika Serikat. Prevalensi tersebut bervariasi dalam

kelompok-kelompok ethnis yang berbeda. Ambliopia ditemukan ada 2,6% dari

anak Hispanik/ Latin dan 15% anak Afrika-Amerika. Prevalensi keseluruhan di

Singapura adalah 0.35% tanpa perbedaan ras antara Cina (0,34%), Melayu

(0,37%), dan India. Bentuk anisometrofi paling sering terlihat di beberapa studi.

Ambliopia menunjukkan hasil yang bervariasi, menunjukkan bahwa ketajaman

visual lebih buruk pada pasien dengan ambliopia Strabismus, dan ambliopia

anisometropia dibandingkan dengan pasien ambliopia tipe lainnya.

ATS ( The ambliopic Tratment Study) membagi pasien ambliopia menjadi dua

kelompok berdasarkan tingkat keparahan. Ambliopia ringan sampai sedang

dengan karakteristik ketajaman visual 20/40 – 20/80 (0,3 – 0,6 Log MAR),

sedangkan ambliopia berat yaitu pasien yang memiliki ketajaman visual 20/100

(0,7 LogMAR) sampai 20/400 (1,3 LogMAR). Tujuan pengobatan ambliopia

adalah untuk meningkatkan ketajaman visual dan untuk mengembalikan

penglihatan yang buruk. Dengan intervensi yang tepat waktu dapat

mengembalikan ketajaman visual yang disebabkan oleh ambliopia. ATS

menunjukkan bahwa lebih dari 75% anak yang ambliopia kurang dari 7 tahun

memiliki peningkatan yang signifikan pada BCVA untuk 20/30 (0,176 LogMAR)

3

Page 4: Journal Reading fix.doc

atau lebih baik setelah perawatan. Semua pasien dengan ambliopia seharusnya

dirawat dan diberikan pendidikan.

Prinsip pengobatan ambliopia adalah sebagai berikut : menghilangkan

hambatan penglihatan, koreksi refraksi, melatih menggunakan mata yang

ambliopia dengan cara memberikan atropin atau dengan menutup mata yang

normal, dan operasi untuk mengobati penyebab ambliopia jika dibutuhkan.

Kombinasi terapi dapat dilakukan tergantung dari sifat ambliopia.

ATS 2A menunjukkan bahwa pasien dengan ambliopia berat dapat mengalami

perbaikan dengan menutup mata sepanjang hari dan paling sedikit 6 jam. ATS 2B

menunjukkan bahwa perbaikan pada ambliopia ringan sampai sedang ketika

dilakukan penutupan mata 2-6 jam. Perbaikan yang sama diperoleh dengan

pemberian atropin. Kedua studi dilakukan pada kelompok usia 3-7 tahun.

American Academy of Ophthalmology (AAO) merekomendasikan pengobatan

dan follow up berdasarkan usia tertentu, dengan follow up yang lebih panjang

untuk pasien yang lebih tua. Pada usia 2 - 8 tahun follow up berkisar 3 - 16

minggu untuk > 6 jam per hari dan 2 - 6 bulan untuk < 6 jam per hari. Rata-rata

durasi untuk terapi 6 – 9 minggu sudah cukup untuk meningkatkan fungsi

penglihatan.

Dilaporkan bahwa tingkat kepatuhan untuk menutup mata yaitu bervariasi dari

49% sampai 87%. Rendahnya kepatuhan dapat menurunkan tingkat keberhasilan

terapi. Kepatuhan merupakan faktor yang paling penting yang dapat

mempengaruhi hasil terapi. Pencatatan menutup mata dapat menggunakan

elektronik ODM (Occlusion Dose monitor). Hal ini memungkinkan peneliti untuk

menggunakan buku pencatatan harian “patching” untuk mengukur kepatuhan.

Namun hal tersebut belum cukup, diperlukan juga pengawasan dalam

pelaksanaannya.

Meskipun pada data prevalensi di seluruh dunia, tidak ada data dari Filipina

tentang hasil setelah perawatan , namun data tersebut dapat membimbing para

praktisi dalam pengobatan dan tindak lanjut dari pasien ambliopia di Filipina.

4

Page 5: Journal Reading fix.doc

Dengan demikian, penelitian ini dapat menentukan hasil terapi ambliopia

dengan menggunakan “patching”. Hal ini juga berhubungan dengan faktor-faktor

yang dapat meningkatkan penglihatan seperti onset usia, usia saat awal konsul,

tipe ambliopia, tingkat keparahan, dan kepatuhan “patching” dengan penggunakan

pencatatan harian.

Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan kasus baru yang

terdiagnosa ambliopia pada Klinik Pediatrik Ophtalmology dan Strabismus di

Rumah Sakit Umum Filipina dari bulan Mei 2010 sampai bulan Desember 2010.

Kriteria inklusi adalah semua pasien semua pasien yang terdiagnosa dengan

ambliopia dengan usia 3 sampai 8 tahun pada saat awal berkonsultasi, tanpa

pengobatan ambliopia sebelumnya, dan sudah mendapatkan persetujuan dari

orang tua pasien untuk berpatisipasi dalam penelitian ini. Sedangkan yang

menjadi kriteria ekslusi adalah Delayed Visual Maturity (DVM) dan Global

Developmental Delay (GDD.)

Penelitian ini sudah disetujui oleh pihak Rumah sakit. Bentuk persetujuan

orang tua ditulis dalam bahasa Inggris dan Filipina dan ditandatangani oleh orang

tua dari peserta. Prosedur penelitian ini sesuai dengan prinsip Deklarasi Helsinki.

Data pasien dirahasiakan dan identitas disimpan anomim.

Pemeriksaan Dasar

Saat konsultasi awal, data awal yang digali seperti identitas pribadi seperti usia,

jenis kelamin, BCVA awal (pada LogMAR dan snellen), refraksi siklopegik,

ocular alignment, pemeriksaan fisik, diagnosis, penyebab yang mendasari,

keparahan ambliopia, dan lateralisasi. Pemeriksaan ketajaman penglihatan dapat

dilakukan berdasarkan tingkat pengenalan huruf LEA chart digunakan untuk yang

tidak dapat membaca, dan Snellen chart untuk yang tahu huruf. Hasil akan

dikonversi menjadi LogMAR. Semua pemeriksaan dilakukan oleh satu orang

dokter.

5

Page 6: Journal Reading fix.doc

Pasien diklasifikasikan menurut subtipe ambliopia :

1. Ambliopia strabismus : berkaitan dengan strabismus dimana

terdapat fiksasi yang kuat pada mata yang dominan dan supresi yang

konstan pada mata yang tidak dominan.

2. Ambliopia refraksi : anisometropia atau ametropia 1 D atau

lebih besar dalam ekuivalen sferis atau 1,5 D atau perbedan lebih besar

dalam silindris dan tidak adanya strabismus atau patologi okular.

3. Ambliopia deprevasi sensoris : diketahui penyebab deprevasi sensoris.

Tingkat keparahan ambliopia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

ringan/sedangdengan BCVA antara 20/40 dan 20/80 (0,3-0,6 LogMAR) dan berat

dengan BCVA 20/100-20/400 (0,7-1,3LogMAR).

Intervensi

Pasien diberikan resep kacamata jika diperlukan. Kemudian diberikan buku

pencatatan harian per bulan serta pencatatan waktu sudah ditentukan. Mata yang

baik ditutup dalam beberapa jam kemudian orang tua mencacat di buku harian dan

kemudian buku tersebut dibawa kembali untuk kunjungan follow up selanjutnya.

Pengobatan diberikan berdasarkan pada AAO.

Kunjungan Follow Up

Setiap bulan dilakukan kunjungan selama 6 bulan. Untuk meningkatkan follow

up dan mencegah pasien keluar dari penelitian, tanggal follow up sebelumnya

sudah disepakati baik oleh pemeriksa dan pengasuh atau pada hari yang sama

dengan jadwal kunjungan pasien di klinik subspesialis. Pada setiap kunjungan,

BCVA pertama diukur pada mata yang ambliopia, kemudian mata sebelahnya.

Ocular aligment dan refraksi siklopegik jangka pendek dapat diukur. Catatan

harian untuk “patching” dapat diberikan pada pengasuh. Ketika pengasuh tidak

membawa buku harian saat melakukan kunjungan, maka dilakukan pencatatan

dan apabila absen, juga dilakukan pencatatan pada buku harian serta menyebutkan

alasannya.

6

Page 7: Journal Reading fix.doc

Dalam kasus dimana tidak didapatkan perbaikan pada BCVA mata ambliopia

setelah 3 bulan, maka akan dilakukan evaluasi kembali, jika diperlukan dilakukan

perubahan resep lensa atau interensi bedah.

Hasil Tindakan

Pegobatan dikatakan berhasil apabila BCVA pada mata ambliopia 20/30 (0,17

LogMAR) atau lebih baik, atau peningkatan 3 baris dari data awal setelah 6 bulan,

atau ketajaman mata tetap stabil dan dipertahankan minimal 3 bulan dengan terapi

berkelanjutan.

Pengobatan dikatakan gagal apabila BCVA 20/50 atau lebih buruk, penurunan

2 baris dari data awal setelah 3 bulan oklusi .

Persentase kepatuhan terhadap pengobatan didefinisikan sebagai :

Kepatuhan dapat diklasifikasikan sebagai “ baik ”jika >90%, “ sedang” jika 70-

90%, dan “ rendah ” jika >70% atau jika data yang masuk pada buku harian tidak

teratur.

Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 Windows (SPSS Inc.

Chicago, IL). Dilakukan statistik deskriptif pada data dasar dan korelasi Spearman

untuk menganalisis hubungan antara kepatuhan, usia saat onset, usia saat

terdiagnosa, subtipe ambliopia dan keparahan BCVA pada akhir pengobatan 6

bulan.

Hasil

Penelitian ini menggunakan 32 peserta, 19 perempuan (59,4%) dan 13 laki-laki

(40,6%). Usia yang melakukan konsultasi yaitu usia 3-8 tahun dengan rata-rata

7

Jam Oklusi aktual perbulan X100%

Jam yang diresepkan perbulan

Page 8: Journal Reading fix.doc

usia 6 tahun dan usia 8 tahun (29%). Usia onset tercatat berkisar antara 2-6 tahun

dengan rata-rata 4,6 .

Semua pasien dilakukan follow up minimal 6 bulan. Tidak ada pasien yang

dikeluarkan dalam penelitian ini. Pasien yang diberikan perlakuan sebelum usia 3-

5 tahun memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi (75%) dibandingkan

dengan pasien yang dirawat setelah usia 5 tahun (25%) (Tabel 1). Rata-rata

tingkat kepatuhan antara 2 kelompok serupa dan secara statistik tidak signifikan.

Semua pasien strabismus, 67% sensoris dan 25% refraksi memiliki ambliopia

yang berat (Tabel 2). Sebuah korelasi linier sedang (r = 0,39, P = 0,05) antara

subtipe dan tingkat keparahan ambliopia.

Tabel 1. Hasil terapi berdasarkan usia

Usia N (%) Outcome Kepatuhan Berhasil Gagal

3-5 12 (37,5%) 75% 25% 87,9%6-8 20 (62,5%) 35% 65% 88,5%

Tabel 2. Subtipe ambliopia, tingkat keparahan, hasil, dan kepatuhan pada studi populasi

Subtipe Keparahan Hasil KepatuhanRingan- sedang

Berat Berhasil Gagal

Refraksi N=20 (63%)

15 (75%) 5 (25%) 11(55%) 9 (45%) 92,3% (baik)

Sensoris N = 9 (28%)

3 (33%) 6(67%) 2(22%) 7(78%) 81% (sedang)

StrabismusN= 3 (9%)

0 (0%) 3 (100%) 3(100%) 0(0%) 83,3%(sedang)

Total 18 (56%) 14(44%) 16 (50%) 16(50%)Korelasi Spearman antara diagnosa dan tingkat keparahan r = 0,39, p = 0,05

8

Page 9: Journal Reading fix.doc

Tabel. 3 Hasil terapi dari 3 subtipe ambliopia.

Hasil Subtipe Keparahan KepatuhanSensoris Strabismus Refraksi Ringan -

sedangBerat

Berhasil( n = 16)

2 (12%) 3 (19%) 11 (69%) 11 (69%) 5 (31%) 92,2% (baik)

Gagal(n = 16)

7 (44%) 0% 9 (56%) 7 (44%) 9 (56%) 84,4% (sedang)

Perubahan 1-2 baris(n = 7)(44%)

3 (43%) 4 (57%) 3 (43%) 4 (57%)

Tidak ada perubahan(n= 9)(56%)

4 (44%) 5 (56%) 4 (44%) 5 (56%)

Setengah dari pasien dalam penelitian ini mencapai keberhasilan terapi.

Mayoritas (69%) didiagnosa dengan ambliopia refraksi dan kepatuhan terhadap

pengobatan dapat dilihat di tabel.3. Pada kelompok gagal pengobatan, 56%

memiliki ambliopia refraksi sementara 44% memiliki ambliopia sensoris dengan

kepatuhan sedang. 44% mengalami perbaikan dari 1-2 baris di BCVA dan 56%

tidak mengalami perubahan. Lebih dari setengah (56%) dari pasien kelompok

gagal pengobatan didiagnosa dengan ambliopia berat (tabel 3). Terdapat korelasi

negatif yang kuat (r = -0,48, p = 0,01) antara keparahan ambliopia dan

peningkatan BCVA. Tidak ada pasien yang mengalami penurunan BCVA.

Gambar 1 menunjukkan perubahan rata-rata BCVA mata ambliopia pada 6 bulan.

Secara keseluruhan kepatuhan terhadap menutup mata dalam penelitian ini

adalah 88±18%. Pasien yang berhasil diterapi memiliki kepatuhan 92 %

dibandingkan dengan 84 % pada kelompok yang gagal terapi. Terdapat korelasi

sedang antara kepatuhan dan perubahan BCVA (r= 0,37, p = 0,05). Alasan

kepatuhan yang rendah yaitu anak yang menolak untuk ditutup matanya (44%),

ketidakmampuan untuk melakukan penutupan mata karena anak yang sekolah

(31%), takut menutup mata yang salah (16%), dan ketakutan anak diejek (9%).

9

Page 10: Journal Reading fix.doc

Gambar.1 Perubahan BCVA pada mata ambliopia dalam waktu 6 bulan

Sepuluh pasien dilaporkan memiliki buku harian yang tidak teratur dan

memiliki catatan follow up yang tidak baik. Dari 10, 4 peserta tidak memiliki

buku harian dalam 2 bulan follow up berturut-turut. Dan 6 lainnya memiliki satu

kunjungan follow up tanpa buku harian. Hal ini mengakibatkan 18 kunjungan

follow up dari total 192 (32 peserta x 6 follow up), atau 9,3% tidak hadir. Alasan

paling umum tidak membawa buku harian saat follow up adalah lupa membawa

saat kunjungan (60 %). Alasan lain termasuk kehilangan atau lupa tempat

menyimpan buku harian dan buku harian yang rusak. Tidak ada alergi atau

intoleransi yang dilaporkan ada kulit yang menggunakan patch.

Diskusi

Selama lebih dari dua ratus tahun, oklusi mata telah berhasil digunakan

dalam pengobatan ambliopia. Penelitian ini menemukan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil visual yang menggambarkan pengaruh terhadap BCVA

setelah 6 bulan pengobatan.

Subtipe

Studi prospektif di Ethopia dan New Delhi menunjukkan bahwa ambliopia

strabismus lebih sering terjadi daripada ambliopia refraksi dan sensoris. Tidak

serupa dengan hasil kami yang menunjukkan ambliopia refraksi yang lebih sering

10

Page 11: Journal Reading fix.doc

terjadi daripada strabismus dan sensoris. Dalam review grafik oleh Tamayo

(Tamayo C dan Valbuena MV. Ambliopia pada profil Rumah Sakit Umum

Filifina, 2010, data tidak dipublikasian), ambliopia sensoris paling sering terjadi

pada kelompok umur anak.

Usia

Usia awal ditentukan oleh ingatan pengasuh. Pada ambliopia sensoris dan

strabismus biasanya terdeteksi karena mata yang terlihat tidak selaras atau

terdapat opasitas yang padat. Kebanyakan pasien dengan anisometrofi

memperlihatkan mata yang orthoforia sehingga memperlihatkan mata yang

normal pada orangtuanya. Hal ini yang mengakibatkan keterlambatan mengetahui

onset dari ambliopia, biasanya terdeteksi saat usia sekolah dan apabila sudah ada

keluhan penglihatan kabur. Karena penentuan onset ambliopia berdasarkan

ingatan dari orangtua, korelasi antara hasil visual dengan usia onset tidak dapat

diandalkan. Variabel yang lebih handal yaitu usia pasien pada saat awal

konsultasi dengan pengobatan awal. Studi kami menunjukkan tingkat

keberhasilan yang lebih tinggi pada mereka yang dirawat pada usia lebih dini.

Kepatuhan dan penggunaan buku harian “Patch”

Kepatuhan yang baik terlihat pada kelompok yang berhasil, dan kepatuhan

yang sedang menghasilkan kelompok yang gagal dalam pengobatan. Pada statistik

terdapat hubungan kepatuhan dan perubahan BCVA yang sudah di

demonstrasikan oleh London yang menunjukan peningkatan yang rendah pada

ketajaman mata pada kelompok yang kepatuhan rendah.

Dalam penelitian kami, terjadinya pencatatan harian yang rendah (9,3%)

kemudian pada jadwal follow up dibuatkan rekaman tingkat kepatuhan. Namun

demikian alasan kurangnya kepatuhan ditangani dengan penjelasan yang lebih

menyeluruh tentang “patch”. Pada Penelitian lain menyarankan bahwa kepatuhan

yang kurang dikaitkan dengan pemahaman yang kurang tentang ambliopia,

pengobatan dan faktor psikososial lainnya. Pada studi kami memiliki persentase

kepatuhan 88% dibandingkan dengan studi sebelumnya yaitu berkisar antara 30-

60%. Peningkatan kepatuhan ini mungkin dihasilkan dari beberapa faktor seperti

11

Page 12: Journal Reading fix.doc

instruksi tertulis yang lebih menyeluruh pada buku harian “patch” yang

menggunakan diagram dan kartun. Pada follow up bulanan, instruksi akan diulang

dan pasien akan didorong untuk dapat melakukan umpan balik serta memeriksa

dan mengumpulkan buku harian “patch”. Selama kunjungan bulanan, orang tua

dan pengasuh didorong untuk mengajukan pertanyaan sehingga kesalahpahaman

bisa dikoreksi.

Penggunan buku harian tersebut mengharuskan kedua orangtua atau

pengasuh pasien untuk mengambil peran aktif dalam pengobatan yang ada dalam

buku harian. Buku ini juga merupakan sarana dimana pengasuh diingatkan akan

tugas mereka serta dapat menuliskan pertanyaan mereka untuk ditanyakan saat

follow up. Konsistensi dengan penelitian sebelumnya, menjalin hubungan yang

baik dengan orang tua pasien agar dapat meningkatkan kesadaran akan kebutuhan

“patch”. Penggunaan buku harian “patch” ditambah dengan waktu yang lama saat

jadwal follow up memungkinkan orang tua dan pengasuh memiliki gagasan yang

jelas tentang penyakit dan pengobatan.

Keparahan penyakit

Pasien dengan ambliopia ringan sampai sedang memiliki angka

keberhasilan yang lebih tingi terhadap pengobatan (61%) dibandingkan ambliopia

yang berat (36%). Tinggat kepatuhan tidak memberikan perbedaan yang

signifikan antara kedua kelompok. Terdapat korelasi negative yang kuat antara

tingkat keparahan dan perubahan BCVA seperti yang ditunjukkan pada penelitian

ini. Tingkat keparahan ambliopia merupakan faktor penting yang mempengaruhi

hasil visual pada kepatuhan yang baik. Meskipun masih terdapat respon parsial

pada ambliopia parah terhadap pengobatan 6 bulan seperti peningkatan 2 baris

dalam BCVA .

Hasil dan periode Follow up

Ketajaman penglihatan stabil setelah 9-10 minggu pengobatan (2-3 bulan).

Perubahan BCVA tidak menunjukkan perubahan pada bulan 3-4 (gambar 1) dan

dapat disalahartikan sebagai pencapaian BCVA yang stabil. Namun, peningkatan

minimal 1 baris di snellen chart dapat terlihat dari bulan 5-6, yang

12

Page 13: Journal Reading fix.doc

mengindikasikan penggunan “patch” yang lebih lama dan follow up nya

membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan.

Dengan demikian, studi selanjutnya harus menggunakan sampel yang

lebih besar dari masing-masing subtype ambliopia dengan periode follow up yang

lebih lama.

Singkatnya, pengobatan ambliopia dengan oklusi paling efektif pada

ambliopia ringan dan sedang. Terapi lebih awal pada ambliopia memberikan hasil

yang lebih baik. Dengan kepatuhan yang baik, terlihat perbaikan pada ambliopia

berat. Penggunaan catatan harian “patch” dapat meningkatkan kepatuhan dan

meningkatkan pemahaman tentang terapi oklusi.

13

Page 14: Journal Reading fix.doc

RANGKUMAN PEMBACA

Ambliopia didefinisikan sebagai penurunan ketajaman penglihatan / Best

Corrected Visual Acuity (BCVA) walau sudah diberi koreksi terbaik, dapat

unilateral atau bilateral yang tidak dapat dikaitkan dengan efek dari kelainan

struktural mata. Hal ini secara objektif dapat dibuktikan bila BCVA lebih rendah

dari 20/40 (0,30 LogMAR) atau perbedaan BCVA ≥ 2 baris (0,2LogMAR)

dengan menggunakan Snellen Cart atau lainya. Pada Umumnya ambliopia

disebabkan oleh strabismus, anisometropia, atau kesalahan refraksi bilateral dan

visual deprivasi.

Insiden ambliopia dilaporkan sebesar 3,5% diseluruh dunia, 1,6% - 3,5% di

Inggris dan 2,0% - 2,5% di Amerika Serikat. Prevalensi tersebut bervariasi dalam

kelompok-kelompok ethnis yang berbeda. Ambliopia ditemukan ada 2,6% dari

anak Hispanik/ Latin dan 15% anak Afrika-Amerika. Prevalensi keseluruhan di

Singapura adalah 0.35% tanpa perbedaan ras antara Cina (0,34%), Melayu

(0,37%), dan India. Bentuk anisometrofi paling sering terlihat di beberapa studi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil visual terhadap BCVA pada pasien ambliopia setelah

diberikan terapi selama 6 bulan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan tenaga

kesehatan lebih menyadari pentingnya melakukan skrining pada setiap pasien

anak yang melakukan pemeriksaan mata agar dapat melakukan terapi dan

tindakan lebih awal.

Penelitian ini dilakukan terhadap 32 pasien, 19 perempuan (59,4%) dan 13

laki-laki (40,6%) yang telah terdiagnosis ambliopia. Usia pasien yang digunakan

sebagai sampel yaitu 3-8 tahun. Pasien-pasien tersebut telah dilakukan

pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu BCVA awal (pada LogMAR dan

snellen), refraksi siklopegik, ocular alignment, pemeriksaan fisik, diagnosis,

penyebab yang mendasari, keparahan ambliopia, dan lateralisasi. Pemeriksaan

ketajaman penglihatan dapat dilakukan berdasarkan tingkat pengenalan huruf LEA

chart digunakan untuk yang tidak dapat membaca, dan Snellen chart untuk yang

tahu huruf. Hasil akan dikonversi menjadi LogMAR. Setelah data terkumpul

14

Page 15: Journal Reading fix.doc

kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17.0 Windows (SPSS

Inc. Chicago, IL).

Penemuan terbanyak adalah jenis ambliopia refraksi (63%) yang diikuti dengan

sensoris (28%) dan strabismus (9%). Diagnosa ambliopia berat terjadi pada

pasien subtipe strabismus (100%), sensoris (67%), dan refraksi (25%). Terdapat

kolerasi antara diagnosa subtipe dengan tingkat keparahan yang di uji dengan

korelasi spearman didapatkan korelasi linier sedang (r = 0,39, P = 0,05).

Setengah dari pasien dalam penelitian ini mencapai keberhasilan terapi.

Mayoritas (69%) didiagnosa dengan ambliopia refraksi dan kepatuhan terhadap

pengobatan. Pada kelompok gagal pengobatan, 56% memiliki ambliopia refraksi

sementara 44% memiliki ambliopia sensoris dengan kepatuhan sedang. Lebih dari

setengah (56%) dari pasien kelompok gagal pengobatan didiagnosa dengan

ambliopia berat. Terdapat korelasi negatif yang kuat (r = -0,48, p = 0,01) antara

keparahan ambliopia dan peningkatan BCVA. Tidak ada pasien yang mengalami

penurunan BCVA.

Secara keseluruhan kepatuhan terhadap menutup mata dalam penelitian ini

adalah 88±18%. Pasien yang berhasil diterapi memiliki kepatuhan 92 %

dibandingkan dengan 84 % pada kelompok yang gagal terapi. Terdapat korelasi

sedang antara kepatuhan dan perubahan BCVA (r= 0,37, p = 0,05).

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil visual terhadap BCVA pada pasien ambliopia setelah

diberikan terapi. Selain itu dapat memberikan edukasi yang lebih pada orang tua

pasien mengenai ambliopia, pentingna penanganan yang lebih dini pada

ambliopia, serta pentingnya peran orangtua dan anak untuk dalam pelaksanaan

terapi ambliopia.

Kekurangan dari penelitian ini adalah jumlah sampel yang kurang banyak.

Sehingga dapat dilakukan variasi lama terapi yang diberikan. Pada penelitian juga

tidak menjelaskan secara patofisiologi dampak terapi oklusi terhadap ambliopia .

15

Page 16: Journal Reading fix.doc

Penjabaran yang terdapat di dalam jurnal ini menurut pembaca telah dilakukan

dengan baik oleh penulis dimana metode serta penjabaran hasil ditampilkan

dengan sederhana yang disertai dengan tabel dan grafik yang representatif

sehingga pembaca merasa cukup mudah untuk memahami apa yang ingin

disampaikan oleh penulis. Hasil dari penelitian ini menurut pembaca akan sangat

berguna dan dapat diterapkdan di negara Indonesia.

16

Page 17: Journal Reading fix.doc

LAPORAN ANALISA JURNAL READING

Topik No Keterangan Halaman dan penjelasanJudul dan abstrak 1 a. Menjelaskan tujuan,

metode, hasil penelitian

b. Memberikan ringkasan yang informatif dan seimbang atas apa yang dilakukan dan apa yang ditemukan

Ya, pada abstrak jurnal menjelaskan tujuan, metode, hasil penelitian secara ringkasDijelaskan di halaman awal secara lengkap serta memberikan ringkasan yang sesuai dengan hasil yang didapatkan di penelitian

IntroduksiLatar belakang 2 Menjelaskan latar belakang

yang ilmiah dan rasional mengapa penelitian perlu dilakukan

Ya, pada halaman awal di jelaskan angka kejadian dan beberapa literatur dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh orang lain dan manfaat penelitian telah dijabarkan dengan jelas.

Tujuan 3 Menentukan tujuan spesifik, termasuk hipotesis yang diajukan

Ya, pada halaman pertama pada disampaikan bahwa bahwa tujuan penelitian mengetahui dampak dari terapi oklusi pada pasien ambliopia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Metodelogi penelitian Populasi 4 Menjelaskan bagaimana

populasi ditentukanYa, pada halaman pertama disampaikan bahwa populasi penelitian yang diambil yaitu semua pasien yang didiagnosis ambliopia serta sudah dijelaskan periode pengambilan populasi.

Subyek penelitian 5 Kriteria subyek penelitian Ya. Pada penelitian sudah disampaikan secara rinci mengenai kriteria inklusi dan eksklusi dari subyek penelitian.

Besar sampel 6 Menjelaskan kriteria penentuan sampel minimal yang diperlukan untuk menghasilkan kekuatan penelitian

Ya, sudah dijabarkan secara jelas mengenai kriteria penentuan besar sampel, metode sampling, dan kriteria pengambilan sampel. Karena pada penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

Prosedur penelitian

7 Menjelaskan secara rinci dan sistematik prosedur penelitian (teknik pengambilan data)

Ya. Pada penelitian dijabarkan prosedur penelitian yang meliputi pemeriksaan klinis dan pemeriksaan ketajaman penglihatan.

Rancangan penelitian

8 Menjelaskan rancangan penelitian

Ya, sudah ada penjelasan mengenai rancangan penelitian yang dilakukan.

Teknik analisa data

9 Teknik analisa data yang digunakan untuk membandingkan hasil penelitian

Ya. Analisa data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 17

HasilAlur penelitian 10 Menjelaskan waktu

penelitianYa sudah dijelaskan waktu (periode) penelitian. Pada penelitian ini hanya disampaikan, pasien yang didiagnosis ambliopia kemudian

17

Page 18: Journal Reading fix.doc

diberikan buku harian “patch” lalu dilakukan follow up selama 6 bulan.

Outcome dan estimasi penelitian

11 Untuk outcome hasil penelitian

Hasil penelitian hanya dijabarkan secara deskriptif dalam bentuk persentase dan dilampirkan dalam bentuk tabel dan grafik

DiskusiInterpretasi 12 Interpretasi hasil Interpretasi hasil hanya

dibandingkan hasil penelitian dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta hal yang dapat menyebabkan adanya perbedaan persentase dibanding penelitian lainnya. Namun pada penelitian ini tidak dibahas mengenai patofisiologi kelainan ambliopia yang ditemukan di penelitian ini.

Generalizability 13 Apa hasil bisa digeneralisasikan di masyarakat

Masyarakat harus diberikan edukasi tentang penyakit ambliopia,agar dapat melakukan deteksi yang lebih awal,agar penanganan lebih dini dapat dilakukan.

Overall evidence 14 Interpretasi umum terhadap hasil dalam konteks penelitian

Penelitian ini menggunakan literatur dan data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bukti yang menguatkan adanya berbagai kelainan pada segmen anterior mata akibat diabetes mellitus.

18